Download - asuhan keperawatan oksigenasi
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
1/94
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
2/94
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun (Adam's apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
3/94
kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
4/94
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru
IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan
dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang
disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli
dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
5/94
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya
individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan
mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
6/94
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas
oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-
bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak
adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa
yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia
hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
7/94
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang
terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di
sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring
atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang
jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk
disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran
napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung
unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
8/94
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea
dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1).
Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan
dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
9/94
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan
klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam
dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat,
frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya
kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah
hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang lambat.
Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian
menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang
cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya
tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap
dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya
bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang
terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering
dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang
bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi,
ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi,
ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
10/94
denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60
x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan
jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada
mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah
clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu
yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara
pria besar
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
11/94
Tanda-tandanya :
Bunyi napas yang abnormal
Batuk produktif atau non produktif
Cianosis
Dispnea
Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
Immobilisasi
Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
Dispnea
Peningkatan kecepatan pernapasan
Napas dangkal atau lambat
Retraksi dada
Pembesaran jari (clubbing finger)
Pernapasan melalui mulut
Penambahan diameter antero-posterior
Cianosis, flail chest, ortopnea
Vomitus
Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
12/94
Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial
atau oedema
Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
Kardiak aritmia
Tekanan darah bervariasi
Takikhardia atau bradikhardia
Cianosis atau pucat
Kelemahan, vatigue
Distensi vena jugularis
Output urine berkurang
Oedema
Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan
jantung
Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah
VIII. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan napas
A. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam
mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk
memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi
Rute pemasangan :
Orotrakheal : mulut dan trakhea
Nasotrakheal : hidung dan trakhea
Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
13/94
lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
Intubasi endotrakheal
B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
Pasien dalam posisi duduk atau baring
Letakkan tangan di atas dada
Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
Tahan napas untuk beberapa detik
Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan
secara cepat disertai batuk yang bersuara
Ulangi sesuai kemampuan pasien
Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas
operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya
luka insisi dan mengurangi nyeri
C. Posisi yang baik
Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena
isi abdomen tidak menekan diafragma
Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi
dan latihan
D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction
dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.
E. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan
spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap
atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
Cairan diberikan 2secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang
banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
14/94
B. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam
pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea,
dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan
efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
Pernapasan diafragma
Pursed lips breathing
Pernapasan sisi iga bawah
Pernapasan iga dan lower back
Pernapasan segmental
B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke
ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam
periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau
lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan
dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,
flail chest.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
15/94
Tujuannya :
Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan
rongga mediastinum
Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi
pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam
rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
Nasal canule
Bronkhopharingeal khateter
Simple mask
Aerosol mask / trakheostomy collars
ETT (endo trakheal tube)
5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
Ventilasi yang memadai
Hindari rokok
Pelindung / masker saat bekerja
Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
Teknik batuk dan postural drainage
Suctioning
Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
16/94
Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi
lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,
hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah
dikunyah dan dicerna
Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis
Terapi O2
Terapi ventilasi
Drainage dada
IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan
kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-kebutuhan-
oksigenasi.html
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
17/94
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGEN
A. Kebutuhan OksigenKapasitas ( daya muat ) udara dalam paru-paru adalah 4500 sampai 5000 ml. Udara
yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10 % ( 500 ml ), yakni yang dihirup (
inspirasi ) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dassr pada manusia, yaitu
kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenitas ditunjukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan
aktivitas bagi berbagai organ dan sel.
B. Konsep Dasar Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem ( kimia atau fiiska).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air.
Akan tetapi penambahkan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
C. Organ-Organ Pernapasan
Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi
pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan.
1. Hidung
Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup
udara melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus
dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau bendalainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara
sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap.
Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain.
Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Gas-gas tersebut
ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan darah. Selain
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
18/94
sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif.
Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang
beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit
lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
2. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu
pipa yang dimulai dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan
cabang batang tenggorokan (bronkus).
Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui
faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara
rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui
laring, udara selanjutnya menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang
tenggorokan ini terdapat suatu katup epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara
membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup pada saat menelan makanan.
Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju
lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan makanan
masuk ke paru-paru dan tenggorokan. Oleh karenanya, hindarilah makan sambil
berbicara. Pada laring, di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati
pita suara, pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Hal ini terjadi ketika
berbicara.
3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi
menjadi dua, yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus
bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada
gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi
oksigen ke dalam darah. Oleh karena itu, dinding alveolus mengandung banyak
kapiler darah.
4. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut
terdapat suatu pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar
pembatas, tetapi berperan juga dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi
paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-paru pada dasarnya merupakan cabang-
cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung. Gelembunggelembung tersebut
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
19/94
disebut alveoli (tunggal: alveolus). Dalam alveoli inilah sesungguhnya terjadi
pertukaran gas-gas. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri
hanya dua belahan. Paru-paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. Agar lebih
jelas, perhatikan gambar penampang sistem pernapasan manusia berikut ini.
D. Proses Pernapasan
Saat bernapas, menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup mengandung
oksigen dan juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan,
kemudian ke dalam paru-paru. Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang
merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar
dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah
alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin.
Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.
Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang
dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen.
Selanjutnya, darah mengangkut karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus
paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan napas.
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta
mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma
berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu,
otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot
tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada
berkurang dan udara masuk. Saat kamu mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-
otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di
dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu diingat, bahwa udara
mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
1. Vertilisasi
Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
20/94
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dipengaruhi oleh proses
vertilisasi
2. Refusi, Penyaluran oksigen oleh darah keseluruh kapiler pulmonalis
3. Difusi, Pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan karbon
dioksida dari kapiler ke alveoli. Proses ini dipengaruhi oleh:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
4. Transportasi, Proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan
karbon dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh:
a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivasi seperti olahraga, dan lain-lain.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologis
gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen
seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernafasannya.
PenurunZan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk
membawa O2 ke jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita
anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
penurunan kapasitas pengikatan O2.
Penurunan konsentrasi O2 inspirasi.Z Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan
alat terapi pernafasan dan penurunann kadar O2 lingkungan.
Hipovolemia, kondisi iniZ disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan ( misal pada penderita syok atau
dehidrasi berat ).
Peningkatan laju Metabolik, kondisi ini dapat terjadiZ pada kasus infeksi dan demam
yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
21/94
Kondisi lainnya,Z kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, abnornalitas musculus sceletal ( misal pectus excavatum dan
kifosis ), trauma, penyakit otot, penyakit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat dan
penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain: gangguan pada sisten
pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernafasan atas,
dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem
pernafasan individu.
Z Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran
serupa hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan.
Bayi danZ anak-anak. Beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti
faringitis, influenza, tinsilitis, dan aspirasi benda asing ( misal makanan, permen, dan
lain-lain )
Anak usia sekolah dan remaja. Beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.Z
Z Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak
sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resikopenyakit jantung dan paru pada usia ini.
Z Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
22/94
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernafasannya. Status
nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolah raga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-
zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh.
Nutrisi. Kondisi berat badanZ berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan mal nutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang akan
mengurangi kkeuatan kerja pernafasan
Olah Raga. Latihan fiisk akanZ meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung,
dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Z Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan
dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
o Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan syaraf pusat
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.
o Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marahZ yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas syaraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat
Gaya hidup. Kebiasaan merokokZ dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
5. Lingkungan
Z Suhu. Faktor suhu ( panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O2. dengan kata lain, suhu lingkungan juga mempengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
Z Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut menurun. Akibatnya orang yang tinggal di dataran
yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut
jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan mengalami peningkatan tekanan
oksigen
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
23/94
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
24/94
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
25/94
Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik
Hindari penggunaan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis
Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen
1. Penatalaksanaan Sumber Oksigen
Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan batang oksigen.
a. Sumber Dinding, penata laksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding
meliputi
Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
Isi botol dengan kain steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter
Pasangkan alat yang akan digunakan pada selang atau saluran oksigen.
b. Tabung, meliputi :
Lepas penutup pelindung tabung
Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk
membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan
dengan hati-hati sebab tindakan teersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggris
atau tang.
Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai
terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)
Isi botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.
2. Pemberian Terapi Oksigen
Metode Pemberian Oksigen dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih
mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume
Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
1. Kanula nasal
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
26/94
2. Kateter nasal
3. Sungkup muka sederhana,
4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat
terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah
tersumbat.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen
berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul
hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8 liter/mnt dengan
konsentrasi oksigen 40 60%.
- Keuntungan
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
27/94
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan
aliran 8 12 liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8
12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.
masker non rebreathing
2. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen
sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara
yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
28/94
dengan konsentrasi 30 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas
dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
H. Pernafasan Buatan
Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar
atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan
sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam
waktu yang sangat singkat (Rahmad, 2009).
Prinsip utama RJP adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak
berdetak (Henti Jantung)
1. Orang yang tidak bernafas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan
dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan
Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
Tenggelam
Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
Overdosis obat-obatan
Tersengat listrik
Infark miokard (Serangan Jantung)
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa
menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya,
jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban
dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
29/94
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah.
Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Ada dua prinsip penting, yaitu:
Jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan
partama yang selanjutnya perlu tindakan medis
Pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan
primer.
a. Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat
mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C,
yaitu :
A airway (jalan napas)
B breathing (bantuan napas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur
awal pada korban/pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam
keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan
kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu
korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang
berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
3. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon
terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk
mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif,
korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata
dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi
korban ke posisi terlentang. penolong harus membalikkan korban sebagai satu
kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
30/94
sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur
yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
5. Mengatur posisi penolong. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat
memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau
menggerakkan lutut.
AIRWAY (Jalan Napas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan
tindakan :
Pemeriksaan jalan napas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh
benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa
cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan
menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik
Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut
korban.
Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban
tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink
dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas
oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild
chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah).
BREATHING (Bantuan napas)
Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2
kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan
merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan
telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
2. Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
31/94
mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)
dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 2 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 7000 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien
terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen
yang dapat diberikan hanya 16 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon
dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
o Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan
efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan
hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban
dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga
penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari
telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang
diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume
udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara
memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
o Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup
mulut korban/pasien.
o Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang
menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan
pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
CIRCULATION (Bantuan sirkulasi)
Terdiri dari 2 tahapan :
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
32/94
karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk
dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 2 cm raba
dengan lembut selama 5 10 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban
dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan
korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas
pertahankan jalan napas.
2. Memberikan bantuan sirkulasi.
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan
sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut :
o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri
sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas.
Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam
memberikan bantuan sirkulasi.
o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan
di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada
korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan
tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali
kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 2 inci (3,8 5 cm).
o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang
waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat
melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada
saat melepaskan kompresi.
o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30
kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 80
mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output)
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
33/94
hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien
dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi
(kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
I. Nilai Normal Respiratory Rate ( RR )
Respiratory rate (RR) alias tingkat respirasi, ventilasi paru-paru atau ventilasi menilai
rate, adalah jumlah napas makhluk hidup, seperti manusia, mengambil dalam jangka
waktu tertentu (sering diberikan dalam napas per menit). Hanya ada penelitian
terbatas pada pemantauan tingkat pernapasan, dan penelitian ini berfokus pada isu-isu
seperti ketidaktepatan pengukuran tingkat pernapasan dan laju pernafasan sebagai
penanda untuk disfungsi pernafasan.
Laju respirasi menilai biasanya diukur ketika seseorang beristirahat. Melibatkan
menghitung jumlah napas dalam satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat. Tingkat pernapasan dikenal untuk meningkatkan dengan demam atau
penyakit atau kondisi medis lainnya. Jika individu memiliki kesulitan dalam bernapas,
yang perlu dicatat. Nilai tingkat pernapasan sebagai indikator memiliki nilai yang
terbatas.
Sebuah metode sistematis dilatih pernapasan dikenal untuk menurunkan tingkat
respirasi di jantung pasien dan membantu mereka untuk menjaga kadar oksigen darah
yang sehat. Rata-rata rentang usia pernapasan diberikan di bawah ini:
Bayi yang baru lahir - Rata-rata 44 napas per menit
Bayi - 20-40 napas per menit
Anak-anak pra sekolah - 20-30 napas per menit
Anak-anak - 16-25 napas per menit
Dewasa - 12-20 napas per menit
Dewasa selama latihan berat - 35-45 napas per menit
Atlet puncak - 60-70 napas per menit
http://rismalia.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html?zx=eacd260c7c58f6ba
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
34/94
Askep kebutuhan oksigen
Oleh :
Ajeng Dian Fiqih
Anggraini Tri Saputri
Arif Kurniawan
Arna Bintaria
KONSEP KEBUTUHAN OKSIGEN
Pengertian
Oksigen adlh zat atau gas yg tdk brwarna, tdk ada rasa dan mdh trbakar. Terapi oksigen
slh st tndkan dlm menangani tindakan g3an oksigenasi
Tujuan terapi oksigen
1. me(-)i atau mengatasi hipoksemia atau hipoksia
2. me(-)I respon kompensasi
3. meneggkan diagnosis dr prtukaran gas
Indikasi
1. Keadaan hipoksemia atau hipoksia
2. Vase akut penyakit jantung dan pernapasan
3. Gagal nafas akut
4. Syok
5. Selama dan sesudah operasi
6. Anemi yang berat
7. Peningkatan. Kebutuhan oksigen atau metabolisme
Gejala Klinis
SSP
- Ketidaksadaran, Bingung / gelisah, mudah terangsang, keringat meningkat
Kardiovaskuler
- Peningkatan co2, peningkatan tensi diiikuti penurunan tekanan darah bila tdk dpt
trtanggulangi
Pernapasan
- RR meningkt, Dipsnea, Cuping hdng, Penggunaan otot bantu pernapasan
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
35/94
Sianosis
- Hipoksia dan hipoksemia
5. Macam2 pemberian O2
a. Kanul Nasal
b. Kateter Nasal
c. Pemasangan masker
Pengkajian
Biodata : nama,umur, jenkel,agama,alamat,status perkawinan, pendidikan, tgl MRS, diagnosa
medis
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang
K sesak slkah melkukan aktivitas , hwa dingin, adax bnda asing , trauma dada, K tdk dpt
beraktifitas , sesak sprti trtekan benda brat t.u dsaluran pernafasn bawah drsa saat istirahat /
aktivitas.
Upaya yg dlkukan adlh dbwa kedokter praktek, diberi obat oleh keluarga coz sesak tdk
ber- dbwa ke RS & dberi terapi O2, terpai infus dan obat
Riwayat Penyakit Masa Lalu
Asma, dekompensasi cordis, TBC , dan sudah diberikan terapi coz jrg atau tdk kontrol
penyakit kambuh lg.
Riwayat Keluarga
Ada anggota keluarga yg menderita penyakit yg sm / asma
Aspek Psikologis
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
K yg mengalami sesak nafsu mkan menurun smpai anorexia, sebah , mual, muntah akibat
peningkatan asam lambung
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
36/94
b. Eliminasi Urin
frekuensi BAK meningkat
c. Kebersihan Diri
d. Pola Aktivitas
e. Pola istirahat tidur
Pemeriksaan Fisik
a. KU : gelisah,berkerngat bxk, nmpak sianosis,
b. Kesadaran : composmetis,sesak berat K apatis
c. TTV : RR meningkat, N meningkat, tensi meningkat, ditandai dng kontraksi jantung,
d. Pemeriksaan fisik
1. kepala dan rambut
2. mata : conjunctiva anemis
3. hidung : pernafasan cuping hdng
4. mulut : Bibir sianosis mukosa kering
5. telinga : sianosis
6. Leher : JVP meningkat
7. dada :
1. pemeriksaan pernafasan : inspeksi ( bentuk dada barel chest ) menggunakan otot
bantu prnafasan , tmpk retraksi intercosta RR > 24 x /mnt, pernafasan abdominal
Palpasi : slh st paru K menglami ketinggalan grk ( sesak coz tmor) , vokal premitus
meningkat (pneumoni), vokal premitus menurun (pneumo torax)
Perkusi : normal sonor , bila redup ada tumor, ateletaksis dan hipersonor bila K mengalami
emphysema, pniumotorax
Askutasi : rales karena TBC dan pneumoni, ronchi pd decompensasi cordis, wezing pd sesak
coz asma , edema saluran nafas dan adax bnda asing pd saluran nafas
Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS 5 mid klavicula sinestra
b. Palpasi : Thrill
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
37/94
c. Perkusi : pembesaran jantung kekiri dan kebawah
d. Auskultasi : Bising jantung sistol ( stenosis katup aorta atau insufisiensi katup mitral) ,
bising diastol (stenosis katup mitral atau isufisiensi katup aorta ) dan adax bunyi jantung 3 pd
dikom cordis
Abdomen
a. Inspecsi
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi : nyeri tekan pengaruh patologis penyakit
Genitalia
Ekstremitas : sianosis
Pemeriksaan penunjang
a. laboratorium :
- AGD : Pco2 > 45 mmHg, pHco3 < 22 mmHg, Pco2 < 80 mmHg, saturasi oksigen < 95
- Hb < 10 gr %
- Rontgen
- Bronchus copy
- Biopsi Paru
- Pemeriksaan Sputum
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas B.D :
- Penumpukan sputum sekunder infeksi mikro organisme
- adanya benda asing
- edema dan spasme bronchus / trachea
- batuk tidak efektif sekunder penyakit saraf ( GBS, stroke )
Perencanaan
-7an : meningkatkan & mempertahankan kefektifan jln nafas
-Kriteria hasil : bunyi nafs trdengar bersih, ronchi, reles wezing tdk ada, frekuensi irama
nafas normal, batuk efektif, tdk menggunakan otot bntu pernafasan
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
38/94
Intervensi
1. Atur posisi klien semifowler
2. Latih nafas dalam & btauk efektiv ( 5 : 1) tiap 2 jam bila kondisi K baik
3. Pertahankan Hidrasi yg adekuat .jk tdk ada kontraindikasi
4. Berikan obat mukolitik / nebulizer s.i program
5. Lakukan fisio terapi dada
6. Lakukan pengisapan atau section bl batuk tdk efektiv
7. Kaji suara nafas dan obs TTV
8. Kolaborasi dng tim medis
a. Pemberian antibiotik
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian vasodilator / aminophilin
9. Monitor & pertahankan humidifikasi yg adekuat
Ketidakefektifan Pola nafas B.D depresi sesak nafas, efek obat anestesi, penurunan O2 dlm
udara inspirasi, kecemasn ditandai dng : frekuensi pernafasan abnormal, orthopnea, takipnea,
bradipnea, hipo / hiper ventilasi
Perencanaan :
7an : meningkatkan dan mempertahankan pola nafas efektiv
Intervensi : u/ hiperventilasi
1. alihkan perhatian individu dr keadaan cemas
2. pertimbangkan penggunaan kantong jka brmaksud mengeluarkan udara
3.jelaskan cara mengatasi hiperventilasi mell kontrol pernafasan
4. Diskusikan penyebab
5. Obs TTV
6. berikan O2 S.I program
Intervensi : u/ hipoventilasi
1.berikan o2 dng / sesuai program
2. Obs TTV
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
39/94
3. Monitor dan perthankan humidifikasi yg kuat
4. ajarkan individu u/ mmprgunakan balon tiup
5. ajarkan nafas dlm & batuk efektiv
6. berikan alat bantu pernafasan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dng
Infeksi pd alveoli
Adax cairan pd rongga pleura
Odema pulmonal sekunder
Dekom cordis
Ditandai :
dipsnea saat melakukan latihan, bingung, keletihan, AGD PO2 menurun, Pco2 naik
sianosis
Perencanaan
7an : meninngkatkan & memperthankan pertukaran gas yg adekuat
Kriteria hasil : sianosis tdk ada, gas drh arteri normal, dispenia tdk ada
Intervensi
1. Mengatur posisi fowler / semifowler
2. Berikan o2 s.i program pertahankan humidifier adekuat
3. tingkatkan aktivitas secara bertahap
4. kolaborasi dng tim medis ttg pemberian terapi
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-kebutuhan-
oksigen.html
Asuhan keperawatan Oksigenasi
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
40/94
I. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terusmenerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
41/94
(laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faringdan trakea
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
jakun (Adam's apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid)- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
suara melekat pada lumen laring)
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok
Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental
Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
42/94
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyaikelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks
Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapapembuluh darah besar
Setiap paru mempunyai apeks dan basis
Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
43/94
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru
IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan
dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang
disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
44/94
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli
dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harusditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorakdiasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
45/94
individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan
mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
46/94
napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas
oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-
bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak
adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa
yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia
hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang
terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di
sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring
atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang
jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk
disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran
napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksisebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
47/94
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung
unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit
yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
-
8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi
48/94
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea
dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi
elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1).
Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai
dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat
menonjol ke depan. Funnel chest meru