dolanan jadul magazine mei-juni 2009
DESCRIPTION
Dolanan Jadul magazine adalah sebuah situs budaya masa lalu yang muncul tersingkap oleh kesadaran akan pentingnya mengabadikan puing-puing kebudayaan yang mulai terkubur oleh waktu. Serpihan-serpihan ingatan tersebut kami kumpulkan, diracik dalam adonan kata-kata dan disajikan dalam bentuk eMagazine agar enak dinikmati. Dijamin akan menyegarkan kembali dahaga ingatan akan lupa masa lalu anda.TRANSCRIPT
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 1
dolananjadulM A G A Z I N E
IND
ON
ESIA
FREE MA
GA
ZINE
MEI-JUNI 2009NO. 2 TAHUN I
GATHENGANPICENG
PASARANJARANANA N G K R E K
M EM E D I
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 2
4 GATHENGAN BY NELLA A.P.
Lempar ke atas kerikil diraup
dolananjadul M A G A Z I N E
6 ANGKREK MEMEDI BY KELIK SUPRIYANTO
Muncul hanya malam hari
9 PICENG BY AYU SARTIKA HIANSYAH
Kumpulin tutupnya jual botolnya
DAFTAR ISI
11 MALINGAN BY AT TACHRIIROTUL MUYASSAROH
Asal jangan salah ambil
IDOLA JAMAN DULU BY KELIK SUPRIYANTO 24Dari celana cut bray sampai rambut blow out
PASARAN BY MONIKA 23Bawang kothong atawa magang
KATJANG TJAP KUTJING BY KELIK SUPRIYANTO 19Makan kacangnya koleksi gambarnya
GALERI DOLANAN 27Koleksi mainan jadul
13 JARANAN PELEPAH PISANG BY YUWONO RAHMAN
Lepas baju main jaranan
JAMBAL-JAMBALAN BY MUHAMMAD R ABDI 15Teriak-teriak dilempar sandal
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 3
CATATAN EDITOR
Bicara mengena permainan tradisional
tidak terlepas dari persoalan sejauh mana
permainan itu telah diwariskan oleh nenek
moyang kita dari generasi ke generasi.
Kalau sebuah permainan itu ternyata
hanya temporal atau musiman dan tidak
diwariskan, sukar rasanya dimasukkan
dalam kategori permainan tradisional.
Sebagaimana Majalah Dolanan Jadul
ini, apakah permainan yang ada di sini
adalah asli warisan dari nenek moyang
kita. Suatu pertanyaan yang kiranya juga
tidak simple untuk menjawabnya. Sejauh
mana sebuah permainan itu asli.
Simak saja sebuah buku berjudul
Texas Toys and Games (1997) yang disusun
oleh Francis Edward Abernethy. Disana
akan kita temui permainan semacam
sundamanda atau ingkling, egrang,
layang-layang, kelereng, ketapel, senapan
kayu, gasing, peluit bambu, lompat tali,
dan sebagainya.
Dari buku tersebut membuktikan
bahwa permainan tradisional yang
ada di Indonesia ternyata juga ada di
belahan dunia lainnya. Jadi kita tidak bisa
mengklaim bahwa sesuatu yang kuno dan
ada di bumi Nusantara ratusan tahun itu
memang hasil karya orisinal bangsa kita.
Biarpun permainan jaman dulu itu
bukan asli Indonesia dan berasal dari hasil
persentuhan bangsa kita dengan bangsa
lain, tetapi permainan tersebut telah
mengalami adaptasi dengan kondisi lokal.
Menggunakan bahan atau peralatan yang
tersedia disini. Justru pengindonesiaan
inilah yang menurut saya menarik. Sejauh
mana nilai-nilai moral atau ajaran yang
terbawa oleh suatu jenis permainan itu akan
tetap lestari atau malah sudah berubah
dari asalnya. Dan, sejauh mana sebuah
permainan itu menghibur, mendidik, atau
malah ada unsur judinya.
Sebagaimana Dolanan Jadul
Magazine edisi perdana yang berisi
permainan tradisional. Dalam edisi kali
ini ada permainan dan mainan tradisional
yang terdiri dari, Gathengan dan
Angkrek Memedi dari Yogyakarta, Piceng
dari Sulawesi Selatan, Malingan dari
Temanggung, Jaranan Pelepah Pisang dari
Lamongan, Pasaran dari Banjarnegara,
dan kartu bergambar yang ada di dalam
camilan kacang sanghai dan permen telur
cicak.
Selamat menikmati hidangan dari
masa lalu berupa dolanan yang mencoba
tetap bertahan sampai hari ini.
Kelik Supriyanto
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 4
GATHENGANBY NELLA A.P.
Saya punya kakak sepupu dirumah yang biasa ngajak bermain sehabis sekolah. Ka-
dang dia sangat menyebalkan karena sering mengajak bermain permainan untuk
anak laki-laki semisal perang-perangan sehingga males bermain dengannya lagi.
Akhirnya saya mencari tetangga saya yang juga suka bermain gatheng. Permainan bias-
anya hanya dimainkan oleh anak perempuan saja. Anak laki-laki hanya menonton saja.
Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan ketrampilan. Minimal pemainnya dua
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 5
anak, semakin banyak pe-
mainnya maka semakin lama
menunggu giliran main.
Terlebih dahulu para
pemain menentukan dan
menyepakati jumlah batu
kerikil berukuran sedang
sekitar 1 cm yang akan di-
mainkan. Istilah ditempat
saya yaitu batu yang “dis-
akukan”, batu yang dijadikan
modal selama bermain. Batu
yang dikumpulkan kemu-
dian diperebutkan oleh para
pemain. Untuk menentukan
urutan pemain dilakukan un-
dian dengan hompimpah.
Pertama-tama batu dise-
bar. Pemain urutan pertama
mengambil satu batu. Batu
tersebut dilempar keatas.
Meraup sebanyak-banyakn-
ya batu, baru menangkap
lagi batu yang dilempat tadi.
Dalam meraup batu tidak
boleh menyentuh batu yang
lainnya. Bila ada yang tersen-
tuh dianggap mati dan ganti
pemain yang lain. Bila batu
yang dilempar keatas tadi
tidak bisa tertangkap tangan
juga menyebabkan pemain
mati. Atau, keburu menang-
kap batu yang jatuh tetapi
tidak sempat meraup batu
juga mati.
Pemain yang mendap-
atkan batu terbanyak dialah
yang pemenangnya. Dan,
banyaknya periode per-
mainannya tergantung kes-
epakatan.Disini juga berlaku
sistem hutang. Bagi pemain
yang kalah dan kehabisan
modal batu dapat hutang
pada pemain yang menang
dan punya banyak batu.
Pada saat menunggu gi-
liran main ini terasa dag dig
dug, berharap lawannya seg-
era melakukan kesalahan,
dan ketika kita main juga
kadang grogi sehingga jadi
sering melakukan kesala-
han apalagi sering diganggu
oleh pemain yang lain. Apal-
agi yang menonton banyak
anak laki-lakinya mereka sen-
ang sekali bila dapat meng-
ganggu yang menyebabkan
pemain mati, mereka pada
bersorak-sorak kegirangan.
Di rumah saya di Gerse-
lo, Patalan, Jetis, Bantul
Yogyakarta permainan ini
banyak dimainkan oleh anak-
anak karena batu kerikil mu-
dah didapat dan aturan per-
mainannya juga sederhana.
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 6
Memedi berasal
dari kata wedi
yang berarti takut.
Memedi adalah sesuatu yang
medeni atau membuat takut.
M e n u r u t
G e e r t z
d a l a m
bukunya Abangan, Santri,
Priyayi, Dalam Masyarakat
Jawa, jenis memedi hanya
menakut-nakuti orang saja
dan tidak menyakiti, sedang
yang bisa menyakiti orang
dikategorikan sebagai
lelembut.
Di Yogyakarta, ada
pedagang mainan yang
menjual angkrek dari kertas
berupa bentuk memedi.
Biasanya jenis mainan ini
dibeli oleh anak laki-laki untuk
menakuti anak perempuan.
Jaman dulu mainan angkrek
ini ada
l i d a h n y a
y a n g
menjulur keluar ketika
benangnya ditarik-tarik.
Jenis mainan ini sudah susah
ditemukan.
Angkrek hantu yang
dijual oleh mbah Gunarjo dari
Minggiran Bantul ini berupa
hantu banaspati, hantu othe-
othe, dan hantu oncit-oncit.
Berbagai jenis hantu yang
sangat terkenal jaman dahulu
A N G K R E K
M E M E D I
BY KELIK SUPRIYANTO
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 7
yaitu wewe, genderuwo, dan tuyul. Digunakan
untuk menakut-nakuti anak yang suka keluyuran
waktu magrib.
Bagi yang tinggal di pedesaan, kalau waktu
magrib masih juga bermain dihalaman maka orangtua
kita akan bilang, “Cepat masuk rumah. Nanti digondol
wewe.” Wewe adalah sejenis hantu pohon berbentuk
wanita dengan selendang di pundaknya. Sering
terlihat sedang menggendong anak kecil.
Hantu ini hobinya menculik anak kecil yang
berkeliaran pada malam hari. Dia bisa menyamar
menjadi ibu dari anak yang akan diculiknya.
Penduduk desa akan membunyikan
kentongan keras-keras sambil membawa obor
dan menjelajahi tempat-tempat yang
wingit dan gelap seperti pohon
besar di kuburan, pohon dekat
sungai dan tempat-tempat
ketinggian. Masyarakat pedesaan
percaya bahwa bunyi ribut akan
membuat wewe ketakutan dan
pergi dengan melepaskan anak
yang diculiknya. Dalam berbagai
cerita yang beredar di masyarakat,
anak tersebut akan diletakkan di
atas pohon yang tinggi dan besar
tempat wewe tersebut tinggal.
Anak yang diculik wewe selalu
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 8
bilang kalau habis diajak oleh ibunya
berjalan-jalan ketempat yang jauh
yang tidak dikenalnya. Dan merasa
sudah pulang dan tidur nyenyak
dirumah sedangkan masih ada di atas
cabang pohon.
Wewe mempunyai hobi lain yaitu
mencuri celana dalam wanita dan baju
bayi. Malah ada cerita ketika lewat di
tempat yang ada wewenya, tiba-tiba
celdam yang sedang dipakainya tiba-
tiba lenyap.
Banaspati adalah hantu
berbentuk kepala dengan rambut
yang menyala bagaikan api. Dia
berjalan dengan kedua tangannya
yang muncul dari kepalanya.
Dipercaya bahwa banaspati suka
menghisap darah dari pembalut
wanita yang dibuang sembarangan.
Wanita yang dihisap bekas
pembalutnya akan kesurupan. Hantu
jenis ini tidak pernah minum darah
dari makluk yang masih hidup. Tidak
seperti vampire yang suka menggigit
korbannya.
Semua jenis hantu ini
tinggal di tempat gelap.
Setelah listrik masuk desa
dan lampu dipasang
ditempat-tempat gelap,
cerita hantu sudah jarang
terdengar. Kemana para
hantu itu pergi ? Sedang
shooting film, Mas......
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 9
Piceng berasal dari
bahasa Makasar yang
berarti tutup botol. Cara
bermainnya yaitu sediakan
5 atau 7 tutup botol. Setiap
p e m a i n
bersama-sama
menentukan poin final
tertinggi, biasanya antara 20 sampai 35. Pemain
minimal 2 orang. Lebih dari 2 orang dapat
membentuk team. Urutan pemain dilakukan
dengan pingsut.
Para pemain mengambil posisi melingkar
dan menyisakan space di tengah untuk
arena piceng. Pemain pertama berhak untuk
menyebar piceng di tengah
arena. Piceng yang sudah
tersebar tidak boleh dirubah
posisinya. Satu piceng diambil dari arena. Satu
piceng membidik satu piceng yang lain sehingga
saling berbenturan, minimal saling sentuh.
Kedua piceng yang saling berbenturan disentil
agar keluar dari arena. Hal yang sama dilakukan
terhadap piceng yang tersisa.
Jika piceng yang disentil tidak bersentuhan
dengan piceng yang lain maka dianggap gagal
dan tiba giliran pemain berikutnya. Dengan
sebelumnya pemain lawan berhak untuk
menentukan piceng mana yang akan
dibidik dan piceng untuk membidiknya.
P I C E NG
BY AYU SARTIKA HIANSYAH
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 10
J i k a
s e l u r u h
piceng dapat
d i s e l e s a i k a n ,
seluruh piceng
dikumpulkan dan dilempar ke
atas dan ditangkap dengan posisi
tangan menelungkup. Ditangkap
dengan punggung telapak tangan.
Setiap piceng yang tertangkap di
punggung telapak tangan bernilai
1 poin. Sampai mendapat poin
yang telah disepakati.
Pemain yang memperoleh
poin tertinggi paling awal,
kemudian memberikan utang
kepada pemain yang lain dengan
cara menyusun tiap piceng di
lengan satu persatu dengan jarak
sekitar 5 cm. Lengan lalu ditarik
kebelakang sehingga semua piceng
terkumpul di
genggaman tangan. Piceng
tersebut lalu dilempar ke udara dan
ditangkap lagi dengan punggung
telapak tangan. Piceng yang
terkumpul di punggung telapak
tangan akan mengurangi 1 poin
semua lawannya.
Sebenarnya dahulu kala
permainan ini menggunakan
batu kerikil, akan tetapi seiring
perkembangan jaman, batu kerikil
mulai digantikan dengan tutup
botol yang lebih pipih sehingga
l e b i h
m u d a h
dimainkan. Teknik
permainannyapun kemudian
semakin berkembang. Diantaranya
dengan teknik pantul. Menjadikan
lengan sebagai medan pantul
dalam membidik piceng sasaran.
Juga teknik melompat dengan
membuat piceng mampu
melompat menuju sasaran.
Jika saat pertama menyebar
piceng dan ternyata semua piceng
menengadah keatas atau semua
piceng dalam posisi tertelungkup
kebawah semua, maka pemain
dapat hak istimewa dengan
langsung mengambil
poin, tanpa perlu membidik
piceng.
Jika saat menyebar piceng
3 diantaranya berada dalam
posisi menengadah keatas atau
telungkup kebawah maka dapat
hukuman dengan cara meletakkan
3 piceng sebagai penghalang di
tengah yang berjarak sejengkal
dari pembidik dan berjarak 4 jari
ke arah sasaran.
Itulah permainan saya
sewaktu nyantri di PP Putri Ummul
Mukminin di Makasar, Sulawesi
Selatan.
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 11
Mungkin, 12 tahun yang lalu
saya kerap memainkan salah
satu permainan tradisional di
daerah saya. Tepatnya di Temanggung,
salah satu daerah penghasil tembakau.
Biasanya kami menyebut permainan itu
“Malingan” . Cukup simpel, sih..hehe.
Biasanya, permainan itu terdiri dari
dua orang. Masing cukup bermodal
“lidi” kurang
lebih 7 cm dan
b e r j u m l a h
sekitar 30.
Permainan dimulai dengan membuat
gambar persegi 25cm x 25cm.
Kemudian, lidi itu “disebar” di dalam
kotak. Tapi inget, lidi yang tidak di
dalam kotak tidak termasuk ke dalam
permainan.
Nah...setelah lidi itu ada di dalam
persegi, tugas salah satu anggota adalah
mengambilnya tanpa menyentuh lidi
yang lain. Tidak boleh ada bantuan,
kecuali menggunakan lidi.
Lidi yang diluar kotak menjadi
milik lawan mainnya. Tidak boleh
diambil. Lidi
ini kemudian
d i t a r u h
di dalam
kotak untuk menjebak agar pemain
mengambilnya. Bila terambil maka
lawan akan teriak, “Maling...maling..
maling...” Dia telah mengambil lidi yang
BY AT TACHRIIROTUL MUYASSAROH
M A L I N G A N
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 12
bukan haknya dan dinyatakan
telah mati. Sedangkan anggota
yang lain harus mengawasinya
juga agar tidak terjadi
kecurangan. He..he...
Nah. Salah satu pemain
dikatakan menang jika lidi yang
berhasil diambil lebih banyak.
Dan, permainan dikatakan
selesai saat salah satu pemain
berhasil mengambil seluruh lidi
miliknya. Cukup menyenangkan
menurut kami, karena, disitu
kecermatan mengambil lidi
sangat diperlukan...Dan,
tentunya dibutuhkan ingatan
yang kuat untuk menentukan
lidi yang boleh diambil dengan
lidi yang tidak boleh diambil.
Dulu, saat kami
memainkannya, salah satu
pemain yang menang berhak
meminta sesuatu dari pemain
yang kalah.. Misal, ditraktir ato
apalah...hehe...
Tapi, lama sekali permainan
ini invisible...dan terkalahkan
dengan permainan modern
yang mulai menjamur...
Selamat mencoba...
heheh
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 13
Waktu kecil,
sering kali ibu
bikin lontong
atau masakan lain yang
membutuhkan daun
pisang. Bapak biasanya
memotong barang satu
atau dua daun pisang
dari pohon pisang
di belakang rumah.
Biasanya batang dari
bagian tengah daun
pisang dibuang saja.
Atau, kalo saya ikut
membantu mengambil
daun pisang, bapak
biasanya membikin
berbagai mainan dari
batang daun pisang,
salah satunya jaranan
ini.
Batang dari daun
pisang mudah di bentuk,
dengan pisau dan
bengkokan di sana-sini,
tidak membikin batang
patah. Untuk membikin
J a r a n a n ,
pertama, ambil
batang dari daun
pisang (1,2), dan
bikin dua sayatan di
kanan kiri ujung batang
(3) dengan pisau. Bikin
lekukan dengan pisau
seperti gambar (4).
Dengan hati-hati, tekuk
batang daun pisang di
JarananPelepah Pisang
BY YUWONO RAHMAN
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 14
bagian lekukan ini. Dua sayatan samping
akan menjadi “telinga” dari kuda.
Ambil tali plastik atau tali dari pinggir
pelepah daun pisang seperti digambar.
Ikat batang daun pisang seperti gambar
(5). Lanjutkan tekukan dan tali seperti
gambar (6). Dan jadilah jaranan seperti
gambar (7). Kalau masih ada sisa batang,
bisa dijadikan cambuk untuk kuda.
Mainan ini murah, dan bisa dibikin
kapan saja. Kalau rusak, tidak perlu
pusing, karena bisa petik dan bikin lagi.
Kejelekannya cuma satu, getah pisang
sangat susah dihilangkan kalau kena baju.
Jadi biasanya anak-anak harus hati-hati
bermain jaranan ini. Pakai baju jelek, atau
kalau perlu tidak usah pake baju.
Haha..
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 15
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 16
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 17
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 18
BY MUHAMMAD R. ABDIBY MUHAMMAD R. ABDI
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 19
KATJANG TJAP KUTJING
Bagi yang pernah jadi
anak-anak era 80-an di
Yogyakarta, barangkali
pernah menemui penjual
camilan berupa kacang
shanghai. Kacang shanghai
adalah kacang tanah yang
d i b a l u t
d e n g a n
tepung plus
bumbu garam,
gula, bawang. Dikenal dengan
sebutan kacang atom atau
tapioca flour coated peanut.
Dikemas dalam bungkus
plastik dan diselipkan kertas
bergambar didalamnya.
Gambar itulah yang dikoleksi
oleh anak-anak pada waktu
itu.
Gambar yang sempat aku
koleksi terdiri dari gambar tank
s e b a n y a k
4 buah,
mobil sport
s e b a n y a k
5 buah, motor beroda tiga
sebuah dan sebuah gambar
hiasan janur manten.
Untuk gambar mobil sport
BY KELIK SUPRIYANTO
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 20
formatnya lebih kecil dari gambar yang
lain, berukuran 3,2 cm x 6 cm, sedang
gambar yang normal berukuran
4,5 cm x 6 cm. Mungkin untuk
menghemat biaya karena gambarnya
full color yang tentunya mahal biaya
cetaknya. Dicantumkan pula nomor
merek dagangnya, Reg MD 3012131
dan daftar syah no 59750. Menurut
database Direktorat Jenderal Industri
Agro dan Kimia, kacang shanghai Cap
Kucing beralamat di jl mangga no 37
Tulungagung Jawa Timur.
Kacang macam inilah yang
merupakan generasi awal pengemasan
camilan dari kacang yang sekarang
dikemas dengan sangat apiknya.
Pengolahan kacang yang awalnya
hanya direbus, digoreng, dibuat
kacang telor, atau kacang atom, dan
sekarang diolah dengan oven dan
diberi bermacam rasa. Dikemas secara
menarik sehingga diminati oleh anak-
anak maupun orang dewasa.
Tapi kenangan akan mainan
bergambar dari dalam bungkus
Katjang Tjap Kutjing tersebut dapat
membuktikan akan ketertarikan saya
akan gambar berwarna terutama
foto, ternyata sudah sejak kecil. Apa
yang kita impikan saat kanak-kanak
akan menjadi kenyatan saat ini.
Awalnya mengagumi karya orang
lain, selanjutnya menciptakan karya
sendiri.
Inilah jejak masa lalu saya yang
masih bisa selamat dari kerusakan akibat
kelembaban udara atau dimakan oleh
rayap yang telah mengunyah koleksi
beberapa buku bergambar saya.
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 21
Waktu saya berumur 3
tahun saya mulai bermain
dengan teman sekampung.
Biasanya waktu sehabis dhuhur. Saya
gemar bermain pasaran. Di Kauman,
Kotabanjar, Banjarnegara, Jawa
Tengah, di rumah
budhe saya, bersama
taman-teman mulai
mencari tanaman di
kebun yang bisa digunakan untuk
pasaran. Teman perempuan yang
jadi penjualnya dan beberapa anak
perempuan atau anak laki-laki
sebagai pembelinya.
Kami memetik dedaunan,
mencari bunga-bungaan, serta
pelepah daun pisang sebagai bahan
utamanya. Kami mencari tanaman
yang bentuknya mirip dengan
makanan yang akan
kami jual. Bakmi
kami buat dari
tumbuhan inang
pohon tetehan, abon dari putik
bunga petai, paha ayam dari bonggol
bunga petai, daun yang lunak diiris
tipis-tipis sebagai sayur. Pelepah
PASARAN
BY MONIKA SAJA
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 22
daun pisang yang diiris tipis-tipis
sebagai kerupuknya. Mie bisa juga
dibuat dari irisan daun pisang.
Mata uang menggunakan
daun yang tebal semisal daun
nangka. Daun yang agak besar
dinilai 100 rupiah dan yang kecil
senilai 50 rupiah. Jumlah uang
biasanya disepakati sesuai jumlah
jualan yang ada. Bagi yang masih
kecil belum boleh ikut memotong
dedaunan takut terluka oleh pisau.
Istilah di tempat saya bagi anak
yang membantu dalam berjualan
dan bukan sebagai pemeran utama
ini disebut “bawang kothong”. Yang
berperan sebagai bawang kothong
juga boleh berperan sebagai
pembeli.
Keasyikannya terletak pada sat
mencari bahan-bahannya. Sangat
susah mencari mie dari inang pohon
tetehan dan jumlahnya memang
tidak banyak yang bentuknya
kekunung-kuningan menjulur
panjang mirip sekali dengan bentuk
mie. Yang unik-unik dan sangat
mirip dengan aslinya biasanya cepat
lakunya.
Permainan ini akan berakhir
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 23
bila semua dagangan sudah
laku atau waktu sudah sore. Para
pembeli akan berpura-pura
memperagakan layaknya orang
makan. “Nyam...nyam...uenak.
Inyong durung sarap kiye, siki
ngelih mbeti. Tambah maning,”
ucap teman saya. Ada yang
dipincuk dengan daun pisang
untuk dimakan ditempat atau
dibungkus seakan-akan mau
dibawa pulang.
Persoalan muncul ketika
ibu tidak membolehkan pisau
dapurnya dibawa keluar rumah
untuk bermain pasaran. Mereka
takut akan melukai tangan atau
t a k u t
p i s a u
dapurnya ilang. Jadi
kadang-kadang harus umpetan
dengan ibu untuk meminjamnya.
Permaian ini
merupakan peniruan
dari perilaku orang dewasa
yang memasak di dapur dan juga
menirukan ibu-ibu yang berjualan
dipasar. Pembeli bisa menentukan
lauk apa yang diinginkan. Bila yang
membeli anak laki-laki biasanya
suka jahil. Menggunakan mata
uang dengan daun yang belum
disepakati atau malah suka
mengambil sendiri jenis
makanan yang dijual.
Peniruan perilaku ini
ternyata menjadi permainan
yang cukup mengasyikkan juga
dan masih kukenang sampai
sekarang. .
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 24
IDOLA
JAMAN
DULU
Lirikan matamu menarik hati
Oh senyumanmu manis sekali
Sehingga membuat…
aku tergoda
Sebenarnya aku ingin sekali
Mendekatimu memadu kasih
Namun sayang-sayang…
malu rasanya
Biar kucari nanti caranya
[Reff:]
Memang sekarang malam perpisahan
Namun awal lahirnya percintaan
Harapanku dapatlah kau rasakan
Meskipun belum aku menyatakan
Oh kiranya aku… telah jatuh cinta
Senyumlah sayang sekali lagi
Sebagai tanda aku tak sendiri
Percayalah baru… pertama kali
Pengalaman ini aku alami
Lagu Lirikan Matamu yang
dinyanyikan oleh A. Rafiq
tersebut mengingatkan
BY KELIK SUPRIYANTO
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 25
akan lagu-lagu masa lalu. Bagi
generasi era 80-an pasti akan
mengenal artis-artis semisal R.H.
Oma Irama, Elvi Sukaesih. Untuk
artis anak-anak yang populer saat
itu Dina Mariana, Adi Bing Slamet,
Chicha Koeswoyo, Iyut Bing
Slamet, Fitria Vivi S.
Selayaknya para fans.
Mengoleksi gambar mereka
merupakan suatu kesenangan
tersendiri. Disetiap gambar yang
saya koleksi disebaliknya tertulis
lagu-lagunya. Jadi bisa sekalian
untuk menghafalkan syairnya.
Diproduksi oleh percetakan
berinisial A.B.D., T, dan M. Gambar-
gambar ini diselipkan di dalam
bungkusan kembang gula endog
cecak alias telur cicak. Permen
jaman dulu berupa bulatan kecil
berwarna-warni, manis rasanya.
Dari gambar-gambar
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 26
tersebut terlihat trend pakaian
saat itu. Iyut Bing Slamet
tampak tomboy dengan jaket
dan celana jeans biru serta
syal merah di leher. A. Rafiq
berbaju lengan panjang yang
dimasukkan ke celana. Kancing
baju dilepas beberapa agar
terlihat dada dan kalung cakar
harimaunya. Tidak lupa sepatu
jenggel dan celana cut bray
yang memang trend saat itu.
Dina Mariana dan Fitria Vivi S
memakai baju yang marak saat
itu, kaos tanpa lengan.
Gaya rambut juga
berbeda. Kebanyakan laki-laki
dewasa berambut gondrong.
Rambutnya sampai menutup
telinganya.Istilah sekarang
gondrong dangdut. Adi Bing
Slamet dahulu rambutnya
mirip rambut perempuan,
poni. Model poni cocok untuk
perempuan yang berdahi
lebar, wajah panjang dan oval.
Terkesan childish. Dina Mariana
dan Fitria Vivi rambutnya di-
blow out. Gaya rambut tersebut
dibuat dengan memasang
roll di ujung rambut sehingga
melengkung ke dalam.
Pemanasan dilakukan dengan
merendam roll tersebut ke
air panas. Ada yang meledek,
model rambut seperti ini
sebagai model tutup panci.
Dari gambar yang remeh-
remeh seperti itu kita dapat
melacak gaya berpakaian pada
saat itu.
�
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 27
Kitiran Othok-Othok dari bambu. Berasal dari Bantul
Yogyakarta. Koleksi Kelik Supriyanto.
Kitiran Terbang terbuat dari kertas dan bambu. Berasal dari Bantul Yogyakara. Bila dilempar ke atas dengan karet gelang, akan berputar-putar diudara. Koleksi Kelik Supriyanto.
Keong-keongan terbuat dari rumah keong. Berasal dari Cilacap. Sebilah bambu digerakkan keluar masuk diantara dua rumah keong sehingga saling beradu dan timbul bunyi ter...ter....ter... Koleksi Kelik Supriyanto.
Kuda-kudaan beroda terbuat dari karet. Berasal dari Yogyakarta. Kuda biru, kuda merah, kuda hijau, kelihatan sedang berlomba lari di arena pacuan kuda, padahal mereka sudah berkoalisi untuk mengusung siapa yang akan menjadi juaranya. Koleksi Kelik Supriyanto.
GALERI DOLANAN
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 28
dolananjadulM A G A Z I N E
Wayang Kertas dari Yogyakarta. Wayang-wayang ini sudah menempatkan posisinya sesuai lakon sang dalang. Mana wayang yang merasa yakin menjadi penguasa di dunia pewayangan dan mana yang cukup menjadi oposisi saja. Ayo, cepat-cepat berkoalisi. Tidak usah harus mengadakan muslub dan terjadi percekcokan antar teman untuk menentukan dukungan. Apalagi harus saling gigit untuk memperebutkan tulang yang belum kelihatan wujudnya. Koleksi : Kelik Supriyanto.
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 29
Parasut-Parasutan terbuat dari plastik dan karet. Berasal dari Yogyakarta. Dua prajurit bersenjata sedang terjun dari pesawat Dakota tua, sisa perang dunia kedua. Ayo cepat-cepat lompat, pesawat akan segera melakukan pendaratan darurat. Koleksi : Kelik Supriyanto.
dolananjadulM A G A Z I N E
Kitiran kupu-kupu terbuat dari bambu, senar nilon dan seng.
Berasal dari Klaten. Bila diputar akan timbul bunyi mendengung.
Koleksi : Kelik Supriyanto
Mainan kupu-kupu, terbuat dari bilah bambu, kawat, semen, dan plastik. Berasal dari Yogyakarta. Kawat yang dipelintir membuat kupu-kupu yang naik-turun dapat bergetar seakan terbang. Koleksi : Kelik Supriyanto.
Kitiran tabung terbuta dari bambu, senar nilon, dan kertas. Berasal dari Klaten. Bila diputar akan timbul
bunyi nyaring karena adanya gesekan antara senar dan getah yang ada di ujung bilah bambu. Fibrasi dikeraskan bunyinya oleh tabung kertas. Koleksi :
Kelik Supriyanto.
Pemimpin Umum : Kelik SupriyantoDewan Redaksi : Ahmad Baiquni Ahmad Musthofa Haroen At tachriirotul Muyassaroh Eka Yulianti Wijaya Kelik Supriyanto M. Sofwan Hadi Alamat Redaksi : Bulaksumur B-21 Yogyakarta
Website : dolananjadul.blogspot.com Email : [email protected]
Kirimkan kenangan indah masa kanak-kanak anda ke redaksi Dolanan Jadul, dapat berupa tulisan maupun foto agar pembaca ikut juga merasakan kesenangan yang pernah anda rasakan.