dasar teori
TRANSCRIPT
Dasar Teori
Tinjauan umum darah
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan
tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah
terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari
jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang
menuju jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal.
Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja
melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat
relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal.
Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan
kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh.
Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen
ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan.
Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable
yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi
pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme
tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak
memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit
yang terkandung dalam darah
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang terdiri
atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah
lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED). Pemeriksaan darah khusus meliputi
gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan
jumlah trombosit (Budiwiyono, dkk, 1995).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering
dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya
Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat
dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe,
sedangkan pada cara mikro digunakan pipet kapiler (Wirawan, dkk, 1996).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan
dicentrifugedalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya
terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume
darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008).
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang menggunakan
darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita (sampling) merupakan awal
pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil
pemeriksaan (Purwanto, 1996). Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan
darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah
darah yang dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih
dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena.
Antikoagulansia untuk Pemeriksaan Hematologi
Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku dapat dipakaibermacam-
macam antikoagulan. Tidak semua macam antikoagulan dapat dipakaikarena ada yang terlalu
banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosityang akan diperiksa morfologinya.
Antikoagulan tersebut antara lain : EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate), sebagai garam
natrium ataukaliumnya. Garam-garam itu mengubah ion kalsium dari darah menjadi
bentukyang bukan ion. Dalam pemeriksaan hematologi selain pemeriksaan apusan
darah,antikoagulan EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dantidak
juga terhadap bentuk leukosit. Namun untuk pemeriksaan apusan darah,sampel darah EDTA
memiliki batasan waktu penyimpanan maximal selama 2jam, karena jika lebih dari batasan
waktu eritrosit dapat membengkak dantrombosit dapat mengalami disintegrasi. Tiap 1 mg
EDTA menghindarkanmembekunya 1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan
10%. Kalauingin menghindarkan terjadi pengenceran darah, zat kering pun boleh
dipakai.Akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali menggoncangkan wadah berisiEDTA
dan darah selama 1-2 menit, karena EDTA kering lambat melarut
Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentukeritrosit dan
leukosit. Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakaikarena mahal harganya.
Tiap 1 mg heparin mencegah membekunya 10 ml darah.Heparin boleh dipakai sebagai
larutan atau dalam bentuk kering.Natriumsitrat dalam larutan 3,8%, yaitu larutan yang
isotonic dengandarah. Dapat dipakai dalam beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk
lajuendap darah cara westergren.
Campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat menurut Paul dan Heller yangjuga dikenal
sebagai campuran oxalate seimbang. Dipakai dalam keadaan keringagar tidak mengencerkan
darah yang diperiksa.
Jika memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit membengkak, dan jikakaliumoxalat
tersendiri menyebabkan eritrosit mengerut.campuran kedua garamitu dalam perbandingan 3 :
2 tidak berpengaruh terhadap besarnya eritrosit (tetapiberpengaruh terhadap morfologi
leukosit). Larutan pokok : amoniumoxalat 12sg,kaliumoxalat 8 g, aquadest ad 1000 ml. botol
atau tabung diisi dengan 0,2 atau 0,5ml larutan itu, kemudian dikeringkan pada suhu kurang
dari 70 derajat Celcius.Ke dalam botol tersebut kemudian dimasukkan 2 atau 5 ml darah
untukpemeriksaan hematologi.
Darah EDTA untuk Pemeriksaan Hematologi
Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaanhematologi, seperti
penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah eritrosit, leukosit,trombosit, retikulosit,
hematokrit, penetapan laju endap darah menurut westergrendan wintrobe.
Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segerakarena eritrosit
dapat membengkak dan trombosit dapat mengalami disintegrasibila pemeriksaan terlalu lama
ditunda. Kalau terpaksa ditunda boleh disimpandalam lemari es (40C). Untuk membuat
sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam
Pengetrian hematokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya,
pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar
hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana
terhadap anemia.
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau cuping
telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada dasarnya semua
vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah vena mediana cibiti karena
mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan pada saat sampling (Gandasoebrata,
2008).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah
persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya
di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat
dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzeratau secara manual. Metode pengukuran hematokrit
secara manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan
dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan
berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000
rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah
amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran
panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu
yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa
antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai
2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus
selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat
pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup
singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel
tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau kuat
dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit dan jarum
yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih dahulu ketika memasukkan
darah ke dalam botol sampel. Sampling darah kapiler lebih mudah dibanding dengan
sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus baik, aliran darah lancar dan tidak boleh
ada perdangan. Ujung jari yang ditekan-tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah
kapiler dengan cairan jaringan.
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume
(PCV)atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada darah kapiler sedikit
lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total lekosit dan jumlah netrofil lebih
tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit
lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 % pada
keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat
kebocoran kulit
http://adhyeljoo.blogspot.com/2012/02/hematokrit.html