dasar teori sambiloto

26
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata [Burm.f.] Nees) 1. Sistematika tanaman sambiloto Dalam sistematika (taksonomi), tumbuhan sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Acanthaceae Genus : Andrographis Spesies: Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees 2. Nama daerah Sumatra: Pepaitan (Melayu), Jawa: Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa). Indonesia: Sambiloto (MMI, 1979).

Upload: imut-mainah

Post on 30-Sep-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB II dasar teori

TRANSCRIPT

23

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata [Burm.f.] Nees)1. Sistematika tanaman sambiloto Dalam sistematika (taksonomi), tumbuhan sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaClass: Dicotyledoneae Ordo: Solanales Famili: Acanthaceae Genus: Andrographis Spesies: Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees 2. Nama daerahSumatra: Pepaitan (Melayu), Jawa: Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa). Indonesia: Sambiloto (MMI, 1979). 3. Deskripsi tanaman Terna tumbuh tegak, tinggi 40 cm sampai 90 cm, percabangan banyak dengan letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam atau agak tajam, tepi daun rata, panjang daun 3 cm sampai 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm; daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak bercabang-cabang, gagang bunga 3 mm sampai 7 mm, panjang kelopak bunga 3 mm sampai 4 mm. Bunga berbibir berbentuk tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna putih dengan warna kuning dibagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8 mm, bibir bunga bawah lebar berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (MMI, 1979).4. Sifat dan kegunaan Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena mengandung senyawa yang disebut andrographolid yang merupakan senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5 sampai 4,8% dari berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun sambiloto yang juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium, kalsium, natrium dan asam kersik ( Sastrapradja, 1980). Daun sambiloto dapat digunakan untuk berbagai pengobatan yaitu peluruh air seni, penurun panas, obat penyakit kencing manis (DM), disentri basiler, influenza, radang, amandel, radang paru-paru, radang saluran pernafasan, radang ginjal, obat gatal, gigitan ular berbisa, bisul, luka bakar, luka karena infeksi, abses, dan kudis (Sudarsono, 2006).5. Kandungan kimia Daun tumbuhan sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit, dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Terdapat juga flavonoid, alkane, ketone, aldehide, mineral (kalium, kalsium, natrium), akarnya mengandung flavonoid, dimana hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon (5-hidroksi-2,3,7,8-tetrametoksiflavon, 5-hidroksi-27,8-trimetoksiflavon, 5-hidroksi-7,2,3-trimetoksiflavon, dan 2,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon) (Niranjan dkk, 2010)., andrografin, panikulin, mono-0-metilwhitin dan apigenin-7,4-dimetileter (Dalimartha, 1999). Flavonoid polimetoksiflavon dilaporkan berkhasiat sebagai diuretik (Sriningsih dkk, 2002). Mekanisme flavonoid polimetoksiflavon dilaporkan bekerja sebagai diuretik dengan jalan menghambat ko-transpor dan menurunkan reabsorpsi ion natrium dan kalium kedalam urin dan mekanisme peningkatan natriuresis dan kaliuresis (Geurin dan Reveillere, 1989).

B. Diuretik Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Diuretik adalah sifat meluruhkan air seni. Pengertian lainnya yaitu sifat mengurangi jumlah air dan senyawa lainnya dalam plasma darah dengan cara dibuang sebagai urin. Plasma darah adalah bagian cairan dari darah. Komposisi plasma darah terdiri dari:

1. 91-92% air,2. Protein plasma (albumin, globulin, fibrinogen, dan protombin),3. Kandungan anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, zat besi, yodium, dan lain-lain), serta4. Kandungan organik (urea, asam urat, kreatinin, glukosa, lipid, asam amino, enzim, dan hormon). Urin adalah hasil pembuangan dari metabolisme tubuh melalui ginjal. Pada keadaan normal, urin yang keluar antara 900-1.500 ml per 24 jam (bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain). Komposisi urin terdiri dari air, amonia, urea ( 20-30 g/24 jam), natrium klorida, asam urat (0,6 g/24 jam), kreatinin (1-2 g/24 jam), kalium sulfat, dan fosfat (Permadi, 2006). Air dalam tubuh mengandung dua kompartemen utama. Pertama cairan intraselular (CIS) yaitu air yang terdapat dalam sel tubuh. Yang kedua adalah cairan ekstraseluler (CES), yaitu air yang terletak di luar sel, jumlahnya sekitar 30% dari jumlah total air dalam tubuh. Air ini terdapat dalam cairan interstitial (ditemukan dalam ruang jaringan antarsel), plasma darah, dan cairan serebrosfinal, limfe, cairan dalam rongga serosa, serta sendi yang jumlahnya sedikit. CIS adalah medium tempat terjadinya aktivitas kimia sel. CES adalah medium untuk pengangkutan zat kimia dari satu sel ke sel lainnya. Mekanisme pembuangan air ada empat cara, yaitu sebagai berikut:1. Pembuangan sebagai urin atau air seni sebanyak 1,5 liter per hari.2. Pembuangan dalam udara ekspirasi dari paru-paru sekitar 400 ml per hari.3. Pembuangan dalam feses sekitar 100 cc per hari.4. Pembuangan melalui kulit dalam bentuk keringat atau penguapan tak terlihat. Jumlahnya bervariasi tergantung suhu, kelembapan, sirkulasi udara, pakaian yang dipakai, serta banyaknya kerja yang dilakukan. Dari keempat cara pengeluaran air, cara pengeluaran utama adalah melalui ginjal. Ginjal adalah organ eksresi utama tubuh. Agar dapat menjalani fungsi eksresi, ginjal harus menerima proporsi (sekitar seperempat ketika tubuh dalam keadaan istirahat) darah yang dipompa pada setiap denyut jantung. Ginjal mempunyai fungsi sebagai berikut:1. Mempertahankan batas pH normal cairan tubuh, jumlah, dan komposisinya; jumlah tertentu natrium dan kalium di dalam cairan tubuh.2. Eksresi beberapa produk akhir metabolisme.3. Sekresi hormon.4. Berperan dalam produksi vitamin D5. Sekresi beberapa obat. Dari uraian di atas diketahui mekanisme diuretik berhubungan dengan mempertahankan keseimbangan kimia serta elektrolit yang benar serta mempertahankan pH normal tubuh (Permadi,2005). Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat diuretik bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di:a. Tubuli proksimal Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik osmotis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.b. Lengkungan henle Di bagian menaik dari lengkungan henle ini kurang lebih 25% dari semua ion-Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretik lengkungan seperti furosemid, bumetanid dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak. c. Tubuli distal Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazid dan klortalidon bekerja ditempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion-Na+ ditukarkan dengan ion-K+ atau -NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi-K+.d. Saluran pengumpul Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.Pada umumnya, diuretik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:1) Diuretik lengkungan. Obat-obat ini berkhasiat kuat tetapi agak singkat 4-6 jam (Tjay dan Rahardja, 2002). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini ialah : furosemid, bumetanid dan etakrinat. Furosemid dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terutama ion Natrium dan Kalium. Kedua ion ini banyak yang dieksresikan sehingga menimbulkan hiponatrinemia dan hipokalemia (Nurhidayati, 2011). 2) Derivat thiazid. Efeknya lebih lemah dan lambat (6-48 jam) dan terutama digunakan pada terapi hipertensi dan kelemahan jantung (Tjay dan Rahardja, 2002). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: hidroklorothiazid, klortalidon, mefrusida, indapamida, xipamida (durexan) dan klopamida.3) Diuretik hemat kalium. Efek obat ini lemah dan khusus digunakan kombinasi dengan diuretik lainnya untuk menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi Na+ dan K+, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis aldosteron (Tjay dan Rahardja, 2002). Efek samping berupa hiperkalemia. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: antagonis aldosteron ( spironolakton, kanrenoat), amilorida dan triamteren.4) Diuretik osmotik. Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit oleh tubuli, sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: manitol dan sorbitol.5) Inhibitor karbonik anhidrase. Zat ini berfungsi menghambat enzim karbonik anhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, Na+ dan K+ diekresikan lebih banyak bersamaan dengan air. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: asetazolamida.6) Golongan xantin. Golongan ini digunakan pada kegagalan jantung, yang biasa dipakai aminofilin.

C. Pembentukan Kemih

Gambar 1. Unit ginjal terkecil (nefron) dan tempat kerja diuretik di tubuli (Tjay dan Rahardja, 2002)

Pembetukan kemih dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (corteks), lihat gambar 1. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung di wadah yang mengelilingi glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan dalam tubuli. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus, kedua bagian ini dihubungi oleh Henles loop. Di Henles loop terjadi penarikan kembali air, glukosa dan garam-garam secara aktif. Sisa hasil metabolisme seperti ureum untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Filtrat dari semua tubuli ditampung disaluran pengumpul (ductus colligens), dimana berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2002).

D. Furosemid

Gambar 2. Struktur kimia furosemid Furosemid merupakan turunan yang merupakan diuretik kuat dan bertitik kerja dilengkungan Henle bagian menaik. Sangat efektif pada keadaan udema diotak dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya. Reabsorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t1/2 30-60 menit, eksresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu. Efek samping yang umum berupa hiponatremia, gejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk) dan kolaps. Pada injeksi intravena terlalu cepat dan jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi. Hipokalemia reversibel dapat pula terjadi (Tjay dan Rahardja, 2002). Masa kerja furosemid biasanya 2-3 jam, sedang waktu paruhnya tergantung pada fungsi ginjal. Karena agen ansa bekerja pada sisi luminal tubulus, respon diuretik berkaitan secara positif dengan ekskresi urin. Sebagai efek diuretiknya agen ansa mempunyai efek langsung pada peredaran darah melalui tatanan beberapa vaskuler. Furosemid meningkatkan aliran darah di dalam korteks ginjal (Katzung, 2001). Furosemid termasuk dalam golongan diuretik lengkungan Henle. Kerja diuretik golongan ini adalah selektif menghambat reabsorpsinya dari NaCl pada cabang menaik yang tebal dari lengkungan Henle. Diuretik lengkungan Henle tipe furosemid sangat bermanfaat, jika diperlukan kerja yang cepat dan intensif, seperti misalnya pada udem paru-paru. Dalam klinis, furosemid biasanya digunakan untuk mengobati udem, paru-paru, gagal ginjal akut, dan hiperkalemia (Katzung, 2001). Efek samping berupa umum, pada injeksi i.v terlalu cepat, ada kalanya tapi jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi. Hipokalemia reversibel dapat terjadi pula. Dosis yang biasa diberikan adalah 40-80 mg secara peroral untuk mengobati udema, pada insufisiensi ginjal sampai 250-4000 mg sehari dalam 2-3 dosis, injeksi intravena secara perlahan dengan dosis 20-40 mg dan pada keadaan hipertensi sampai 500 mg ( Tjay dan Rahardja, 2002).E. Larutan Penyari Larutan penyari yang digunakan dalam melarutkan zat-zat aktif harus memenuhi beberapa kriteria. Pelarut yang digunakan harus murah, mudah didapat, stabil secara kimia maupun fisika, bersifat netral dan selektif (melarutkan zat-zat yang diinginkan), dapat mencegah bahan dari kontaminasi mikroba, tidak mudah terbakar. 1. Etanol Etanol merupakan pelarut serbaguna yang digunakan untuk ekstraksi pendahuluan. Pelarut etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, antrakinon, flavonoid, steroid dan saponin. Etanol 70% (campuran alkoholair) merupakan campuran bahan pelarut yang berbeda dan sering digunakan. Cairan pengekstraksi etanol 70% sangat sering didapatkan dari hasil bahan aktif yang optimal dimana bahan pengotor hanya skala kecil dalam cairan pengekstraksi. Keuntungan lain sifatnya menghambat kerja enzim (Voigt, 1995).2. n-Heksan n-heksan merupakan suatu hasil penyulingan minyak tanah yang telah bersih terdiri suatu campuran rangkaian hidrokarbon, tidak berwarna atau pucat, transparan, bersifat volatil, mudah terbakar, bau karakteristik, tidak dapat larut air, dapat larut dalam alkohol, benzen, kloroform, eter. Uapnya mudah meledak bila berikatan dengan udara, sebaiknya disimpan di tempat dingin. Digunakan sebagai pelarut untuk lemak (Martindale, 1997).

F. Penyarian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut yang diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (DepKes RI, 1995b). Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk, kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (DepKes RI, 1979b). Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, kemudian ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari, kemudian endapan dipisahkan (DepKes RI, 1986). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda untuk masing-masing bahan. Farmakope mencantumkan 4-10 hari telah memadai untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari cara ini. Setelah maserasi, rendaman diperas dengan kain pemeras (Voigt, 1995).

G. Hewan Percobaan1. Asal usul hewan mencit Mencit rumah atau mencit liar mempunyai penyebaran hidup yang luas di pelosok dunia. Hewan ini umum ditemui dalam kehidupan yang erat hubungannya dengan manusia, di rumah-rumah tinggal, gudang, tempat-tempat pertanian, tempat penyimpanan makanan dan lain-lain tempat yang penuh sesak dan kurang teratur. Mencit dikenal sebagai hewan nokturnal, dimana aktivitas kehidupannya banyak berlangsung pada malam hari. Mencit merupakan mamalia pengerat. Sebagaimana mamalia lainnya, mencit memperlihatkan persamaan dan perbedaannya. Apabila dilihat dari asal-usulnya dalam sistem taksonomi, maka akan tampak mulai darimana munculnya persamaan dan perbedaannya. Makin jauh dari asalnya dan makin menuju ke suatu jenis (spesies) dan turunannya, maka makin tampaklah persamaan-persamaan tersebut. Berikut ini adalah asal-usul mencit dalam sistem taksonomi yang ada, dikutip dari (Lane-Petter, 1976 dan Ungerer dkk, 1985 cit Setijono, 1985).Kingdom: AnimaliaPhylum: CordataSub-phylum: VertebrataClass: MamaliaOrdo: RodentiaSub-ordo: MyomorphaFamili: MuridaeSub-famili: MurinaeGenus: MusSpesies: Musculus2. Anatomi dan fisiologi mencita) Anatomi mencit. Dilihat dari bentuk luarnya, mencit tampak praktis dan efisien untuk penelitian-penelitian dalam laboratorium yang ruangannya terbatas. Luas permukaan tubuhnya 36 cm2 pada berat badan 20 gram. Bobot pada waktu lahir berkisar antara 0,5-1,5 gram yang akan meningkat sampai lebih kurang 40 gram pada umur 70 hari atau 2 bulan (Harkness, 1983 cit Setijono,1985). Berat badan mencit jantan dewasa berkisar antara 20-40 gram dan mencit betina dewasa 25-40 gram. Sebagai hewan pengerat, mencit memiliki gigi seri yang cukup kuat dan gigi seri ini terbuka. Selain itu anatomi mencit yang khas lainnya adalah limpa pada mencit jantan 50% lebih besar daripada mencit betina. Kemudian mencit betina mempunyai 5 pasang kelenjar ambing, 3 pasang terletak di bagian ventral thoraks dan 2 pasang lainnya di bagian inguinal. Kanalis inguinalis pada mencit jantan terbuka selama hidupnya.b) Fisiologi mencit. Hewan apabila dalam perjalanan perkembangan hidupnya makin mendekati ke suatu jenis (spesies), maka hewan-hewan tersebut makin mempunyai banyak persamaan fisik dan tingkah laku. Oleh sebab itulah sebelum memulai suatu rangkaian percobaan, para peneliti harus terlebih dahulu memahami keadaan dan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh hewan percobaan tersebut untuk mendapatkan hasil pengamatan yang dapat diandalkan ketepatannya.

Tabel I. Nilai-nilai fisiologi hewan mencit (Harkness, 1983 cit Setijono, 1985)1Berat badan dewasa jantan20 - 40 g

2Berat badan dewasa betina25 - 40 g

3Berat lahir0,5 - 1,5 g

4Luas permukaan badan20 g : 36 cm2

5Angka diploid40

6Jangka waktu hidup1,5 - 3 th

7Konsumsi makanan15 g/100 g/hr

8Konsumsi air15 ml/100 g/hr

9Waktu transit pencernaan8 - 14 jam

10Onset perkawinan, jantan50 hari

11onset perkawinan, betina50 - 60 hari

12Siklus birahi4 - 5 hari

13Lama kebuntingan19 - 21 hari

14Estrus postpartumfertil

15Jumlah kelahiran10 - 12

16Umur penyapihan21- 28 hari

17Lama perkembangbiakan7-9 bulan

18Produksi anak8/minggu

19Komposisi air susuprotein 9,0 %, laktosa 3,2 %, lemak 12,1 %

20Temperatur tubuh36,5 - 38,00 C

21Laju pernafasan94 - 163 / menit

22Volume '' tidal''0,09 - 0,23 ml

23Penggunaan oksigen1,63 - 2,17 ml/g/jam

24Laju denyut jantung325 - 780 / menit

25Volume darah76 - 80 ml/Kg

26Tekanan darah113 - 147/81 - 106 mmHg

27Eritrosit7,0 - 12,5 x 106/mm3

Tabel I. Lanjutan28Hematokrit39 - 49 %

29Hemoglobin10,2 - 16,6 mg/100 ml

30Leukosit6 - 15 x 103/mm3

31Neutrofil10 - 40 %

32Limfosit55 - 95 %

33Eosinofil0 - 4 %

34Monosit0,1 - 3,5 %

35Basofil0 - 0,3 %

36Trombosit160 - 410 x 103/mm3

37Protein serum3,5 - 7,2 g/100 ml

38Albumin2,5 - ,8 g/100 ml

39Globulin0,6 g/100 ml

40Glukosa serum62 - 175 mg/100 ml

41Nitrogen dalam darah17 - 28 mg/100 ml

42Kreatinin0,3 - 1,0 mg/100 ml

43Total bilirubin0,1 - 0,9 mg/100 ml

44Kolesterol26 - 82 mg/100 ml

45Kalsium serum3,2 - 8,5 mg/100 ml

46Fosfat serum2,3 - 9,2 mg/100 ml

3. Cara handling mencit Untuk memegang mencit yang akan diperlakukan (baik pemberian obat maupun pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah cara perlakuannya. Secara alamiah mencit cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan kasar. Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang kepala dan jepit ekornya.

Gambar 3. Cara handling hewan uji

4. Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium Beberapa cara penandaan hewan laboratorium dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tato pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder (Alpinet,2011)