daniel pkp nph - tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
1/13
BAB I
PENDAHULUAN
International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri neuropatik adalah nyeri yang dihasilkan dari penyakit atau kerusakan dari
sistem saraf perifer atau sentral, dan berasal dari kelainan fungsi sistem nervus.
Nyeri neurogenik menyangkut semua penyebab, baik perifer maupun sentral.
Nyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik
perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi,toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi
misalnya herpes oster pada neuralgia pas!a herpes dan lain"lain. #,$
Postherpeti! neuralgia adalah nyeri pada bagian tubuh yang pernah
terserang infeksi herpes oster. %idak semua kasus herpes oster diikuti dengan
postherpeti! neuralgia. Angka insidens oster dalam komunitas diperkirakan
men!apai #.$ hingga &.' per"# orang tiap tahunnya. ari angka tersebut,
diperkirakan insidennya bisa men!apai lebih dari *, kasus tiap tahun dan
sekitar +"$' pasien"pasien ini akan mengalami Neuralgia Pas!a -erpetika.
Peningkatan usia nampaknya menjadi kun!i faktor resiko perkembangan herpes
oster, insidensnya pada lanjut usia (diatas "/ tahun) men!apai # kasus per"
# orang pertahun, sementara Neuralgia Pas!a -erpetika juga men!apai *
pada pasien"pasien ini dan mengalami nyeri yang berkepanjangan (dalam
hitungan bulan bahkan tahun). Sifat nyeri umumnya terasa seperti ditusuk"tusuk
dan dapat di!etuskan oleh sentuhan ringan. Sejauh ini tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang dibutuhkan untuk mendiagnosis postherpeti! neuralgia. #,$,&
Neuralgia Pas!a -erpetika sendiri menimbulkan masalah baru akibat
disability, depresi dan terisolasi se!ara sosial serta menurunkan kualitas hidup.
Pen!egahan dan pengobatan yang tepat pada penderita Neuralgia Pas!a -erpetika
merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan tentang patofisiologi Neuralgia
Pas!a -erpetika sangat penting untuk pengobatan dan meningkatkan kualitas
hidup penderita.#
1
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
2/13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neuralgia Post -erpetik 0 NP- merupakan nyeri persisten yang
mun!ul setelah ruam -erpes 1oster telah sembuh. Nyeri ini terjadi
disepanjang serabut saraf yang mengikuti pola ruam segmental dari -erpes
1oster. Neuralgia ini dikarakteristikan sebagai nyeri seperti terbakar, teriris
atau nyeri disetetik yang bertahan selama berbulan"bulan bahkan dapat
sampai tahunan. %he International Asso!iation for Study of Pain (IASP)
menggolongkan neuralgia post herpetika sebagai nyeri kronik yaitu nyeri
yang timbul setelah penyembuhan usai atau nyeri yang berlangsung lebih dari
tiga bulan tanpa adanya malignitas.&,'
B. Prevalensi
i Amerika Serikat, frekuensi NP- yang terjadi # bulan setelah onset
dilaporkan sebanyak +"#',& dan & bulan setelah onset sebanyak * ,
sedangkan dalam 2aktu # tahun, & akan mengalami nyeri yang lebih berat.
Postherpeti! neuralgia lebih banyak menyerang lansia dan orang dengan
kekebalan tubuh yang rendah. Nyeri lebih dari # tahun pada penderita berusia
lebih dari / tahun dilaporkan men!apai '3. Anak antara usia * dan + tahun
mengambil * dari semua kasus, kebanyakan kasus lain timbul antara usia
# dan ' tahun serta # dan #' tahun. Sekitar # diatas usia #* tahun. Insiden
berkurang pada pasien dengan imunokompeten meskipun pada pasien dengan
usia lebih dari tahun yang telah mendapatkan vaksinasi virus vari!ella"
oster hidup yang dilemahkan. ,/
C. Etiologi
Neuralgia post herpetik disebabkan oleh infeksi virus herpes oster.
4irus varisella oster merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang
menginfeksi manusia. 4irus ini termasuk dalam famili herpesviridae. Struktur
virus terdiri dari sebuah icosahedral nucleocapsid yang dikelilingi oleh
selubung lipid. itengahnya terdapat NA untai ganda. 4irus varisella oster
2
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
3/13
memiliki diameter sekitar #*"$ nm. Infeksi primernya se!ara klinis
dikenal dengan 4ari!ella (!hi!ken po5), umumnya terjadi pada anak"anak.
%ipe 4irus yang bersifat patogen pada manusia adalah herpes virus"& (--4"
&), biasa juga disebut dengan varisella oster virus (414). 4irus ini berdiam
di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis terutama
nervus kranialis 4 (trigeminus) pada ganglion gasseri !abang oftalmik dan
vervus kranialis 4II (fasialis) pada ganglion genikulatum.,3
Gamar !. "ir#s Varisella zoster 3
D. $a%tor &isi%o
%idak semua kasus herpes oster diikuti dengan postherpetic
neuralgia. 6aktor risiko untuk terjadinya postherpetic neuralgia diantaranya$,&.7
" usia lebih dari * tahun
" serangan herpes oster oftalmika dan di lengan
" nyeri hebat pada saat serangan herpes oster
" ruam kulit yang sangat banyak pada saat serangan herpes oster.
" terdapatnya nyeri prodormal sebelum terjadinya manifestasi kulit
" iabetes mellitus
" Neoplasma
- imunocompromise
E. Patofisiologi
8enurut Nurmikko dan 2orkin, patofisiologi NP- sampai saat ini
belum jelas. Se!ara umum diper!aya bah2a herpes ooster diakibatkan oleh
3
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
4/13
perubahan saraf perifer oleh multiplikasi virus pada ganglion radiks dorsalis,
dan migrasi !epat virus sepanjang akson saraf sensorik perifer menuju
jaringan ikat kulit dan subkutan. Proses ini menimbulkan respon inflamatorik
masif pada daerah yang terkena dan menyebabkan nyeri. Nyeri kemudian
berlanjut melalui proses eksitasi dan sensitisasi berkelanjutan terhadap
nosiseptor. Proses inflamatorik melibatkan kornu anterior dan posterior
medulla spinalis, ditandai dengan kerusakan aksonal myelin yang meluas ke
perifer dari, sehingga jumlah akhiran saraf di kulit yang dilayani neuron ini
berkurang.*
Nyeri yang berhubungan dengan ooster akut dan NP- bersifat
neuropati yang digambarkan melalui fenomena nosiseptor yang iritabel dan
sensitisasi sentral. 9amina superfisial substansi gelatinosa menerima serabut
saraf nyeri diameter ke!il (serabut :) dan lapisan lebih dalam menerima
serabut dengan diameter yang lebih besar (mekanoreseptor A;). Setelah
kerusakan serabut saraf, terminal serabut saraf : mengalami atrofi dan terjadi
sprouting serabut saraf A; ke kornu dorsalis superfi!ial.
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
5/13
epidermal di daerah yang terkena. Proses ini dapat terjadi bilateral dengan
manifestasi klinis bilateral.+
Gamar '. (o)el ter*a)in+a NPH melal#i Sensitisasi Sentral )an Perifer,
$. (anifestasi Klinis
NP- timbul lebih dari & bulan setelah onset (gejala a2al) erupsi oster
terjadi. Nyeri umumnya diekspresikan sebagai sensasi terbakar (burning) atautertusuk"tusuk (shooting) atau gatal (it!hing). Nyeri ini juga dihubungkan
dengan gejala yang lebih berat lagi seperti disestesia, parestesia, hiperstesia,
allodinia dan hiperalgesia. Nyeri umumnya dipresipitasi oleh gerakan
(allodinia mekanik) atau perubahan suhu (allodinia termal). 6enomena
paradoksal menjadi !iri khas dari neuralgia post herpatik, yaitu anestesia pada
tempat = tempat bekas herpes tetapi pada timbulnya serangan neuralgia, justru
5
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
6/13
tempat =tempat bekas herpes yang anestetik itu yang dirasakan sebagai tempat
yang paling nyeri. *
%anda khas dari herpes ooster pada fase prodromal adalah nyeri dan
parasthesia pada daerah dermatom yang terkena. 2orkin membagi neuralgia
post herpetik ke dalam tiga fase7#,+,#$
#. 6ase akut7 fase nyeri timbul bersamaan0 menyertai lesi kulit. >iasanya
berlangsung ? ' minggu$. 6ase subakut7 fase nyeri menetap @ & hari setelah onset lesi kulit tetapi ?
' bulan&. Neuralgia post herpetik7 dimana nyeri menetap @ ' bulan setelah onset lesi
kulit atau & bulan setelah penyembuhan lesi herpes oster.
G. Diagnosis
a. Anamnesis
Nyeri erupsi vesikuler sesuai dengan area dermatom merupakan gejala
tipikal herpes oster. Seiring dengan terjadinya resolusi pada erupsi kulit,
nyeri yang timbul berlanjut hingga & bulan atau lebih, atau yang dikenal
sebagai nyeri post herpetik. Nyeri ini sering digambarkan sebagai rasa
terbakar, tertusuk"tusuk, gatal atau tersengat listrik.3,#&,#',#*
. Pemeri%saan $isi%
#. Nyeri kepala, yang timbul sebagai respon dari viremia
$. 8un!ulnya area kemerahan pada kulit $"& hari setelahnya
&. aerah terinfeksi herpes oster sebelumnya mungkin terdapat skar
kutaneus
'. Sensasi yang ditimbulkan dapat berupa hipersensitivitas terhadap
sentuhan maupun suhu, yang sering misdiagnosis sebagai miositis,
pleuritik, maupun iskemia jantung, serta rasa gatal dan baal yang
misdiagnosis sebagai urtikaria
*. 8un!ul blister yang berisi pus, yang akan menjadi krusta ($"& minggu
kemudian)
. rusta yang sembuh dan menghilangnya rasa gatal, namun nyeri yang
mun!ul tidak hilang dan menetap sesuai distribusi saraf (&"' minggu
setelahnya).
/. Alodinia, yang ditimbulkan oleh stimulus non"no5ius, seperti sentuhan
ringan
6
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
7/13
3. Perubahan pada fungsi anatomi, seperti meningkatnya keringat pada
area yang terkena nyeri ini. 3,#&,#',#*
-. Pemeri%saan Pen#*ang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu7
!. Pemeriksaan sensibilitas.
'. Blektromiografi (B8C) untuk melihat aktivitas elektrik pada nervus
,. :airan !erebrospinal (:S6) abnormal dlm # kasus
. Pleositosis ditemui pada ' kasus, peningkatan protein $ dan
NA 414 $$ kasus.
/. Smear vesikel dan P:D untuk konfirmasi infeksi.
0. ultur viral atau pe2arnaan immunofluores!en!e bisa digunakan
untuk membedakan herpes simpleks dengan herpes oster 1. 8engukur antibodi terhadap herpes oster. Peningkatan ' kali lipat
mendukung diagnosis herpes oster subklinis. 3,#&,#',#*
H. Penatala%sanaan
Se!ara umum terapi yang dapat kita lakukan terhadap kasus penderita
dengan neuralgia paska herpetika dibagi menjadi dua jenis, yaitu terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis.#,#,#/
a. %erapi farmakologis7#,#,#/
!. Analgesik
%erapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya
diberikan analgetik. ekerja sebagai agonis mu"opioid yang jugamenghambat reuptake norepinefrin dan serotonin. Pada sebuah
penelitian, jika dosis tramadol dititrasi hingga maksimum ' mg0hari
dibagi dalam ' dosis. Namun, efek pada sistem saraf pusat dapat
menimbulkan terjadinya amnesia pada orang tua. -al yang harus
diperhatikan bah2a pemberian opiat kuat lebih baik dikhususkan pada
kasus nyeri yang berat atau refrakter oleh karena efek toleransi dan
takifilaksisnya. osis yang digunakan maksimal mg0hari. #,$$.
7
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
8/13
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
9/13
serotonin. dengan pemberian tri!y!li! antidepressant seperti
amiitriptyline dengan dosis, $*"#* mg0d se!ara oral. Ebat ini akan
lebih efektif bila dikombinasikan dengan phenitiaine. %:A telah
terbukti efektif dalam pengobatan nyeri neuropatik dibanding SSDI
(sele!tive serotonine reuptake inhibitor) seperti fluo5etine, paro5etine,
sertraline, dan !italopram. Alasannya mungkin dikarenakan %:A
menghambat reuptake baik serotonin maupun norepinefrin, sedangkan
SSDI hanya menghambat reuptake serotonin. Bfek samping %:A
berupa sedasi, konfusi, konstipasi, dan efek kardiovaskular seperti blok
konduksi, takikardi, dan aritmia ventrikel. Ebat ini juga dapat
meningkatkan berat badan, menurunkan ambang rangsang kejang, dan
hipotensi ortostatik. Anti depressan yang biasa digunakan untuk kasus
neuralgia pot herpetika adalah amitriptilin, nortriptiline, imipramine,
desipramine dan lainnya.
. %erapi topikal
Anestesi lokal memodifikasi konduksi aksonal dengan menghambat
voltage"gated sodium !hannels. Inaktivasi menyebabkan hambatan
terhadap terjadinya impuls ektopik spontan. Ebat ini bekerja lebih baik
jika kerusakan pada neuron hanya terjadi sebagian, fungsi nosiseptor
tetap ada, dan adanya jumlah kanal sodium yang berlebih. 8ekanisme
lainnya adalah dengan memodifikasi aktivitas N8A. 9idokain topikal
merupakan obat yang sering diteliti dengan hasil yang baik dalam
mengobati nyeri neuropatik. Sebuah studi menunjukkan efek yang baik
dengan penggunaan lido!aine pat!h * untuk pengobatan NP-. Ebat
ini ditempatkan pada daerah simtomatik selama #$ jam dan dilepas
untuk #$ jam kemudian. Ebat ini dapat digunakan selama bertahun"
tahun dan dipakai sebagai pilihan terapi tambahan pada pasien orang
tua. Penggunaan krim topikal seperti !apsai!in !ukup banyak
dilaporkan. rim !apsai!in sampai saat ini adalah satu"satunya obat
yang disetujui 6A untuk neuralgia paska herpetika. :apsai!in berefek
pada neuron sensorik serat : (:"fiber). %elah diketahui bah2a neuron
ini melepaskan neuropeptida inflamatorik seperti substansia P yang
9
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
10/13
menginisiasi nyeri. engan dosis tinggi, !apsai!in mendesensitisasi
neuron, tetapi berefek sensasi rasa terbakar yang sering tidak bisa
ditoleransi pemakainya.
b. %erapi non farmakologis#,#,#/
#. Pendekatan neuroaugmentif
>eberapa pendekatan neuroaugmentif yang banyak digunakan
antara lain counterirritation, transcutaneous electrical nerve
stimulation (%BNS), akupuntur dan deep brain stimulation.
Penggunaan teknik lain, seperti aplikasi ultrasound pada dermatom
yang terkena dan stimuli korda dorsalis dikatakan tidak bermanfaat.
a. Counterirritation
Counterirritation (menggosok area yang terkena) dilaporkan
dapat memperbaiki postherpetic neuralgia dengan meningkatkan
inhibisi normal serabut saraf ke!il di medulla spinalis.
b. Transcutaneous electrical nerve stimulation (%BNS)
%BNS dapat memberikan perbaikan nyeri sebagian hingga
sempurna pada beberapa pasien post herpeti! neuralgia.
!. Stimulasi deep brain
Stimulasi di nu!leus ventrobasal thalamus pada pasien Postherpeti!
Neuralgia memberikan perbaikan nyeri yang bermakna dan
berlangsung selama / hingga #/ bulan.
d. Akupuntur
Akupuntur tidak efektif untuk postherpetic neuralgia.
e. 9o2 Intensity 9aser %herapy (9I9%)>eberapa bukti menunjukkan 9I9% mempunyai efek terhadap
sintesis, pelepasan, metabolisme, berbagai bahan neurokimia
antara lain serotonin dan asetilkolin. 9I9% yang umum digunakan
ialah laser -eNe.
I. Pen-ega2an
:ara men!egah Nyeri Post -erpetikum ini adalah dengan men!egah
terinfeksinya virus 1oster itu sendiri. Pen!egahan neuralgia pas!aherpetika
dapat diusahakan dengan kombinasi agen antiviral dan usaha agresif
10
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
11/13
mengurangi nyeri akut pada pasien herpes oster. ombinasi ini diharapkan
akan mengurangi kerusakan saraf dan nyeri akut. %erapi antiviral harus
dimulai segera setelah diagnosis ditegakkan, dan lebih baik jika dimulai pada
tiga atau empat hari pertama. %erapi antiviral diharapkan dapat menghentikan
replikasi virus, sehingga durasi penyakit akan lebih singkat, dan menurunkan
kejadian neuralgia pas!aherpetika. Antiviral yang dapat digunakan adalah
asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. %erapi analgetika akan mengurangi
nyeri yang merupakan faktor risiko utama neuralgia pas!aherpetika. /,#,##
%elah dikembangkan vaksin pen!egahan herpes oster yang
direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (::)
bagi mereka yang berusia tahun atau lebih. alam penelitian klinis yang
melibatkan ribuan lansia berusia tahun atau lebih, vaksin ini mengurangi
risiko herpes oster sebesar *# dan risiko neuralgia pas!aherpetika sebesar
/. Bfek proteksi vaksin ini dilaporkan dapat men!apai tahun atau bahkan
lebih.+,## Selain itu, %he Fnited States Advisory :ommittee on Immuniation
Pra!ti!es (A:IP) juga telah merekomendasikan lansia diatasumur tahun
untuk memperoleh vaksin herpes oster ini sebagai bagian dari pera2atan
kesehatan rutin.#3 4aksin Eka"strain hidup baru"baru ini telah disetujui oleh
ood and Drug Administration untuk men!egah 4ari!ella./,#+
J. Prognosis
Sindrom nyeri yang timbul pada PN- ini !enderung beresolusi denagn
lambat. Pada pasien"pasien dengan PN-, kebanyakan berespon dengan baik
terhadap obat"obatan analgesik, seperti pada antidepressan trisiklik, namun pada
sebagian kasus, nyeri yang dirasakan semakin memburuk dan tidak berespon
terhadap terapi yang diberikan.Fmumnya prognosisnya baik, di mana ini
bergantung pada tindakan pera2atan sejak dini. pada umumnya pasien dengan
neuralgia post herpetika respon terhadap analgesik seperti antidepressan trisiklik.
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
12/13
BAB III
KESI(PULAN
Postherpeti! neuralgia adalah suatu kondisi nyeri yang dirasakan di bagian
tubuh yang pernah terserang infeksi herpes oster (!a!ar ular). -erpes oster
sendiri merupakan suatu reaktivasi virus vari!ella (!a!ar air) yang berdiam di
dalam jaringan saraf. Postherpeti! neuralgia lebih banyak menyerang lansia dan
orang dengan kekebalan tubuh yang rendah. ata seluruh dunia menunjukkan di
antara pasien herpes oster yang berumur di atas tahun, masih merasakan
nyeri saat # bulan sejak terkena herpes osterG dan # masih merasakan nyeri &
bulan sesudahnya.
NP- terjadi oleh karena !edera neuron yang mengenai sistem saraf baik
perifer maupun pusat. :edera ini mengakibatkan neuron sentral dan perifer
mengadakan dis!harge spontan sementara juga menurunkan ambang aktivasi
12
-
8/17/2019 Daniel PKP NPH - Tinjauan Pustaka
13/13