dakwah nabi melalui surat

88
DAKWAH NABI MELALUI SURAT (Suatu Pendekatan Historis) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) Oleh Imam Muslim NIM: 103051028622 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Upload: ratih-aini

Post on 15-Jan-2017

197 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dakwah Nabi Melalui Surat

DAKWAH NABI MELALUI SURAT

(Suatu Pendekatan Historis)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh

Imam Muslim NIM: 103051028622

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M

Page 2: Dakwah Nabi Melalui Surat

DAKWAH NABI MELALUI SURAT

(Suatu Pendekatan Historis)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh Imam Muslim

NIM: 103051028622

Di Bawah Bimbingan

Rubiyanah, M.A NIP: 150 286 373

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M

Page 3: Dakwah Nabi Melalui Surat

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul : DAKWAH NABI MELALUI SURAT; Suatu Pendekatan

Historis. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 04 Juni 2008. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Sosial

Islam Program Strata Satu (S-1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 16 Juni 2008

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota

Dr. Arief Subhan, M.A. NIP: 150 262 442

Sekretaris merangkap anggota

Dra. Hj. Mona Eliza, M.A. NIP: 150 232 028

Anggota.

Penguji I

Drs. Masran, M.Ag. NIP: 150 275 384

Penguji II

Umi Musyarofah, M.A. NIP: 150 281 980

Pembimbing,

Rubiyanah, M.A NIP: 150 286 373

Page 4: Dakwah Nabi Melalui Surat

ABSTRAK

DAKWAH NABI MELALUI SURAT (Suatu Pendekatan Historis)

Imam Muslim

Islam merupakan agama besar, hingga menjelang abad ini, agama Islam

telah dipeluk oleh lebih dari sepertiga dari keseluruhan populasi penduduk dunia. Perkembangan ini tidak terlepas dari agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Islam sebagai agama dakwah pada abad ke-7 Masehi sebagai ajaran baru di kota Mekkah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Sehingga orang yang memeluk agama Islam, maka secara otomatis harus menyebarkan ajaran tersebut.

Dari konteks diatas, maka muncul pertanyaan; bagaimana agama Islam disyiarkan? Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. sehingga Islam dikenal di seluruh penjuru dunia? Dan apa latar belakang Nabi mengirimkan surat-surat dakwahnya kepada para Kaisar?

Keberhasilan Islam dalam menempatkan posisinya sebagai salah satu agama besar dunia tidak terlepas dari kedudukannya sebagai agama dakwah atau agama misi. Selain agama Islam, agama Kristen juga merupakan agama misi. Satu lagi agama besar yang berstatus sebagai agama samawi, yaitu agama Yahudi.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metodologi yang bersifat kepustakaan atau library reseach. Sebab sumber yang digunakan dalam kajian ini adalah buku-buku, baik karya-karya yang ditulis oleh kalangan Islam sendiri maupun oleh kalangan non-muslim (orientalis barat). Dengan menggunakan metodologi diatas, diharapkan memperoleh analisis historis yang objektif mengenai sejarah pengiriman surat-surat dakwah Nabi Muhammad Saw.

Menurut hemat penulis, tersebarnya agama Islam ini tidak terlepas dari pemimpinnya, yaitu Nabi Muhammad Saw, yang telah meberikan contoh bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bijaksana, pandai, cermat, dan mampu membaca situasi dan kondisi pada saat itu. Nabi Muhammad telah menunjukkan, bahwa syiar agama Islam tidak harus dilakukan dengan cara bertatap muka, tetapi beliau mencoba untuk menyiarkan Islam dengan cara tulis menulis, yaitu dakwah bil qalam. Dalam pengiriman surat tersebut, ada beberapa motif yang menyebabkan kenapa hal itu harus dilakukan. Pertama, imbas Perjanjian Hudaibiyah. Kedua, keberhasilan dalam membentuk kekuatan di Madinah. Ketiga, sebagai perwujudan Islam rahmatan lil ‘alamin.

Keputusan untuk melakukan upaya penyebaran agama Islam melalui surat ini telah berdasarkan beberapa hal yang menjadi latar belakang. Upaya dakwah dengan cara ini juga sekaligus menunjukkan kemampuan dari Rasulullah dalam memanfaatkan situasi dan kondisi pada saat itu, dan juga penyebaran Islam yang luas ini sebagai bentuk perwujudan dari kedudukan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang mampu menembus dinding-dinding kewilayahan. Inilah terobosan baru yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam menyebarkan agama Islam. Oleh sebab itu, tantangan yang sekarang kita hadapi adalah mampukah kita melakukan hal tersebut. Wallahu a‘lam bis shawab.

Page 5: Dakwah Nabi Melalui Surat

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...........................................7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................8

D. Metodologi Penelitan ...................................................................9

E. Tinjauan Pustaka ..........................................................................12

F. Sistematika Penulisan ..................................................................14

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG DAKWAH NABI

MELALUI SURAT

A. Pengertian Surat ...........................................................................15

1. Penjelasan Umum Surat ...........................................................15

2. Surat Rasulullah .......................................................................19

B. Pengertian Dakwah ......................................................................20

C. Metode Dakwah dan Media Dakwah...........................................24

1. Pengertian Metode Dakwah ...................................................24

2. Pengertian Media atau Sarana Dakwah .................................25

D. Dakwah bil Qalam Dalam Dakwah Islam....................................27

BAB III SURAT-SURAT RASULULLAH KEPADA PARA

PENGUASA

A. Surat Kepada Kaisar Najasyi .......................................................30

B. Surat Kepada Kaisar Heraklius ...................................................34

C. Surat Kepada Kisra Eperwiz .......................................................38

D. Surat Kepada Al Muqauqis .........................................................41

E. Surat Kepada Harits Al Ghissani .................................................44

Page 6: Dakwah Nabi Melalui Surat

F. Surat-surat Yang Lain .................................................................46

1. Al Mundzir bin Sawa .............................................................47

2. Haudzah bin Ali al-Hanafi .....................................................47

3. Jaifar dan Abdu bin Julani .....................................................48

BAB IV DAKWAH NABI MUHAMMAD MELALUI SURAT

A. Latar Belakang dan Motif Rasulullah Menulis Surat...................50

1. Imbas Perjanjian Hudaibiyah .................................................51

2. Keberhasilan Membentuk Kekuatan di Madinah...................56

3. Islam Sebagai Rahmatan Lil 'Alamin.....................................59

B. Tema dan Isi Surat-surat Rasulullah ............................................61

C. Situasi Politik Dari Para Penguasa Saat Itu .................................67

1. Kaisar An Najasyi di Habsyi..................................................67

2. Perseteruan Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz...................70

3. Sikap Pasif Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani ..................73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................77

B. Saran ............................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................79

LAMPIRAN..............................................................................................................82

Page 7: Dakwah Nabi Melalui Surat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama besar, hingga menjelang abad ini, agama Islam

telah dipeluk oleh lebih dari sepertiga dari keseluruhan populasi penduduk

dunia. Dengan kedudukannya yang demikian itu maka Islam telah menjadi

salah satu agama besar di dunia 1

Keberhasilan Islam dalam menempatkan posisinya sebagai salah satu

agama besar dunia tidak lepas dari kedudukannya sebagai agama dakwah atau

agama misi. Selain agama Islam, agama Kristen juga sebagai misi. Satu lagi

agama besar yang berstatus sebagai Agama Samawi, yaitu agama Yahudi.2

Dengan statusnya sebagai agama dakwah, Islam mengajarkan kepada

para pemeluknya agar senantiasa menyebarkan ajaran Islam kepada orang lain

dengan harapan agar orang itu mau mengimaninya. Jadi sangat wajar apabila

praktik penyampaian ajaran kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dari keyakinan Islam.

Dalam konteks kesejarahan, Islam sebagai agama dakwah dimulai sejak

awal munculnya pada abad ke-7 Masehi sebagai ajaran baru. Para pemeluk

ajaran Islam gelombang pertama ini berusaha memperkenalkan dan

menyebarkan ajaran baru yang menjadi keyakinannya itu. Dengan begitu

1 Uraian yang membahas tentang persebaran dan persentase pemeluk agama Islam yang

tersebar di dunia ini bisa dilihat pada buku karya Jamaluddin Athiyah Muhammad, Fiqh Baru Bagi Kaum Minoritas (HAM dan Supremasi Hukum Sebagai Keniscayaan) (Bandung: Nuansa Cendekia, 2006) h. 24-27.

2 Burhanuddin Daya, Agama Yahudi (Yogyakarta; PT. Bagus Arafah, 1982), h. 5

Page 8: Dakwah Nabi Melalui Surat

aktivitas penyebaran ajaran agama atau dakwah itu sudah menjadi kegiatan

yang identik dengan sejarah kelahiran dari ajaran Islam itu sendiri.

Penyiaran agama atau dakwah Islam pada saat itu dilakukan dan

ditujukan kepada obyek yang sifatnya masih terbatas yakni kepada orang-

orang yang ada dalam lingkungan di mana ajaran Islam tersebut pertamakali

lahir yaitu di Mekkah, suatu kota yang berada dalam kawasan Jazirah Arab

atau Semenanjung Arabia. Penduduknya yang pertama mengenal ajaran ini

dikenal dengan nama kaum Quraish Mekkah.3

Dalam sejarah kelahiran suatu ajaran, pengenalan dan penyampaiannya

selalu dilakukan dengan cara-cara yang biasa berlaku pada saat itu yakni

dengan khotbah. Hal ini juga yang dilakukan pada saat pertamakali dikenalkan

kepada kaum Quraish Mekkah. Di kota ini terdapat Ka'bah yang selalu

menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Mekkah untuk melakukan ritual

dan juga menjadi tempat para penduduk Mekkah melakukan interaksi sosial.4

Metode penyampaian dakwah Islam pada permulaannya juga mengikuti

kebiasaan yang telah berlangsung dalam masyarakat Arab. Nabi Muhammad

Saw. memanfaatkan momen haji dan momentum lainnya seperti pada saat

penyelenggaraan “Pasar Ukaz”, sebuah istilah bagi penduduk Mekkah untuk

berkompetisi dalam lomba baca syair. Cara seperti inilah yang dilakukan Nabi

Muhammad Saw selama periode Mekkah, di mana salah satu hasil yang dapat

dicatat dari cara ini adalah dengan dikenalnya ajaran Islam oleh orang-orang

Yatsrib (Madinah).

3 Amin Ahsan Islahi, Serba-Serbi Dakwah (Bandung; PT. Pustaka, 1989), h. 30. 4 Ka’bah merupakan tempat dan bangunan kebanggaan dengan nilai kesejarahannya yang

tinggi dan agung. Baik bangsa Arab maupun bangsa-bangsa lainnya yang berdiam di sekitarnya mengetahui betul bahwa Ka’bah adalah warisan bangunan dari tokoh besar, Nabi Ibrahim As, yang dianggap sebagai bapak agama-agama Samawi.

Page 9: Dakwah Nabi Melalui Surat

Pengenalan orang Madinah terhadap ajaran Islam didapatkan saat mereka

sedang melakukan ritual tahunan Haji. Rasulullah maupun para sahabat

memanfaatkan momentum ini sebagai media untuk berdialog sekaligus

memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat di luar penduduk Mekkah.

Seluruh periode Mekkah yang berlangsung kurang lebih 13 tahun itu

menggunakan metode penyiaran secara oral atau khotbah dengan catatan pada

masa ini orang Islam mengalami tekanan dan penindasan sangat luar biasa

dari kelompok yang menentang ajaran Islam di Mekkah.

Pada periode Madinah mulai ada perbedaan yang ditempuh dalam

melakukan syiar Islam. Jika sebelumnya syiar Islam dilakukan secara

langsung dalam suatu tempat, maka pada periode ini Rasulullah menempuh

cara baru dalam penyampaian ajaran Islam. Cara atau langkah baru itu adalah

dengan menggunakan media surat-menyurat atau korespondensi dalam

menyampaikan ajakan masuk Islam kepada obyek yang dituju.

Model seperti ini diambil terkait dengan perubahan kedudukan

Rasulullah, di mana saat itu beliau tidak hanya berkedudukan sebagai

pemimpin agama saja tapi juga diakui sebagai pemimpin politik dan sosial

masyarakat. Madinah sendiri dalam interpretasi sosial dan politik juga telah

memenuhi syarat sebagai representasi sebuah negara.5

Memang motif dan alasan dari langkah Rasulullah untuk menempuh cara

surat-menyurat ini tidak berdiri sendiri. Selain karena telah terjadi perubahan

kedudukan pada diri Rasulullah, motif lain adalah terkait dengan

disepakatinya Perjanjian Hudaibiyah (Tahun 6 Hijriah atau 628 Masehi).

5 Ali Hasymi, Di Mana Letak Negara Islam? (Jakarta; Bina Ilmu, 1987), h. 47.

Page 10: Dakwah Nabi Melalui Surat

Rasulullah melihat momentum perjanjian tersebut sebagai peluang yang

sangat strategis untuk memperkenalkan agama Islam di luar Jazirah Arab.6

Dengan begitu Rasulullah mempunyai fikiran yang sangat maju dan

berorientasi ke depan terkait dengan kedudukan keberlangsungan dakwah

Islam. Jika syiar Islam hanya berkonsentrasi di kawasan Jazirah Arab semata,

maka Islam hanya akan menempati ruang yang sempit disamping juga

pertimbangan berupa tekanan dan tantangan dari kaum Quraishy Mekkah

yang semakin hari semakin keras. Bagi Rasulullah, persoalan penyiaran Islam

tidak hanya upaya penyebaran untuk wilayah Madinah dan Jazirah Arab

secara khusus, melainkan sudah saatnya ditujukan kepada wilayah yang lebih

luas lagi.7

Dalam studi kritis Historiografi Islam yang dikembangkan oleh kalangan

non-Islam (orientalis), langkah Rasulullah dalam menyampaikan surat-surat

ajakan masuk Islam itu diinterpretasikan dengan pemaknaan yang sama sekali

berbeda. Mereka mengembangkan satu argumentasi bahwa apa yang

dilakukan oleh Rasulullah tersebut kental dengan muatan politik, karena

obyek dari surat-surat dakwah Rasulullah adalah para Kaisar dan pemimpin

saat itu. Tindakan Rasulullah itu dianggap sebagai upaya untuk menekan para

Kaisar dan penguasa tersebut.8 Dalih yang digunakan untuk memperkuat

tuduhan seperti itu terkait dengan kedudukan Rasulullah sebagai pemimpin

6 Perjanjian Hudaibiyah oleh sebagian besar kalangan saat itu dinilai sebagai kesepakatan

yang merugikan bagi kalangan Islam karena secara eksplisit butir-butir perjanjian itu memang merugikan umat Islam. Namun di sinilah letak kejelian Rasulullah yang mampu melihat keuntungan dari disepakatinya perjanjian tersebut, dimana Islam mempunyai peluang untuk diperkenalkan kepada masyarakat atau wilayah di luar Jazirah Arab. Lihat, Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad (Jakarta; Bulan Bintang, 1966), h. 187.

7 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta; Rajawali Press, 1997), h. 31. 8 W. Montgemery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta; Perhimpunan

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, P3M, 1988), h. 2.

Page 11: Dakwah Nabi Melalui Surat

agama, politik, dan sosial di Madinah pada saat mengirimkan surat-surat

tersebut.9

Terlepas benar atau tidak asumsi tersebut, yang jelas bahwa upaya

Rasulullah mengirimkan surat-surat dakwahnya kepada para penguasa

merupakan satu bentuk tindakan yang ditujukan untuk menyebarkan ajaran

Islam ke wilayah atau kawasan di luar Jazirah Arab yang lebih luas sebagai

perwujudan dari kedudukan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

Terkait dengan kedudukannya selain mempunyai fungsi sebagai media

dakwah, dalam beberapa segi (dari perspektif politik dan kewilayahan), surat-

surat Nabi Muhammad Saw tersebut juga mempunyai kedudukan dan fungsi

yang bersifat diplomatic, karena terkait dengan hubungan korespondensi

antara Rasulullah yang saat itu mempunyai posisi sebagai pemimpin agama

sekaligus juga pemimpin politik dengan para penguasa yang memiliki

kekuasaan yang sangat ditakuti dan disegani pada saat itu.

Sebagai gambaran, sosok penguasa yang mendapatkan surat dakwah dari

Rasulullah itu adalah Kaisar Najasyi (Kaisar di Habsyi (Habasyah) atau

Negara Ethiopia sekarang ini), Kaisar Heraclius (penguasa Romawi yang

berpusat di Konstantinopel atau Byzantium), Kisra Eperwiz (penguasa Persia),

Al Muqauqis (Walinegara yang berkedudukan di Aleksandria, Mesir), Harits

Al Ghissani (Walinegara yang berkedudukan di Damaskus, Syam atau

sekarang menjadi negara Suriah), dan beberapa para penguasa yang lainnya.10

Dari wilayah-wilayah yang disebutkan itu ada dua wilayah yang saat itu

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam peradaban dunia yakni

9 H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta; Bharata Aksara, 1993), h. 22. 10 Muhammad Husain Heikal, Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw. (Jakarta; Pustaka

Antar Nusa, 1992), h. 411.

Page 12: Dakwah Nabi Melalui Surat

Romawi Timur (Byzantium) dan Persia. Dua wilayah ini telah dikenal sebagai

dua kubu yang saling berseteru dan saling mengalahkan satu sama lain untuk

memperebutkan kedudukan sebagai kekaisaran paling kuat saat itu.

Dengan melihat pada bukti sejarah ini maka metode alternatif dari

dakwah Islam telah dilakukan pada saat ajaran ini muncul di Jazirah Arab.

Metode alternatif itu diambil dengan pertimbangan untuk menyiasati dan

mengatasi faktor kewilayahan, dimana jarak wilayah yang diperintah oleh para

penguasa tersebut sangat jauh dari pusat Islam saat itu yakni Madinah.

Studi ini lebih ditujukan untuk melakukan kajian terhadap sejarah

dakwah Rasulullah melalui surat yang ditujukan kepada para penguasa saat itu

sebagai media penyampaian ajaran Islam. Untuk memperkuat dan memberi

nilai tambah terhadap studi ini juga akan dipaparkan hal-hal yang mempunyai

keterkaitan dengan keputusan Rasulullah saat mengirimkan surat-surat

dakwah tersebut.

Terkait dengan penyusunan tulisan ini maka dapat dikatakan bahwa

surat-surat Nabi Muhammad Saw. yang ditujukan kepada para penguasa itu

merupakan suatu peristiwa sejarah yang cukup berbobot dalam khasanah

sejarah Islam yang cukup menarik untuk dipelajari dan diteliti. Sementara

dalam perspektif Ilmu Dakwah, fenomena tersebut memberikan satu gambaran

dan bukti tentang proses kreatif dan inovatif yang dicontohkan serta dilakukan

oleh Rasulullah dalam usaha menegakkan panji-panji dan ajaran Islam di

berbagai kawasan dunia.

Dalam konteks surat-surat Nabi Muhammad Saw. pengertiannya adalah

surat-surat dari Rasulullah yang telah dikirimkan kepada sosok-sosok yang

menjadi objek atau tujuan dari pengiriman surat-surat tersebut. Surat-surat

Page 13: Dakwah Nabi Melalui Surat

yang telah dikirimkan oleh Nabi Muhammad tersebut memuat isi dan maksud

berupa seruan atau ajakan untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam.11

Tindakan seperti ini merupakan salah satu bentuk dari upaya alternatif untuk

menyiarkan agama Islam agar bisa dikenal dan menyebar di kawasan-kawasan

luar Jazirah Arab.

Namun tidak menutupi motif utama yakni untuk menyiarkan ajaran

agama Islam, tidak mentutup kemungkinan juga ada agenda-agenda lain yang

mengandung muatan politik dari Rasulullah terkait dengan tindakan beliau

mengirimkan beberapa surat yang ditujukan kepada para penguasa saat itu.

Realitas yang terkait dengan kedudukan dan fungsi dari Rasulullah sebagai

pemimpin politik masyarakat (setelah sebelumnya beliau dikenal sebagai

pemimpin spiritual) sangat memungkinkan dan berpeluang memberikan alas

an untuk melakukan agenda-agenda lain diluar konteks aktivitas dakwah

Islam.

Dalam konteks ini pula maka kajian yang dilakukan dalam menyusun

tulisan ini lebih tepat dinamakan sebagai studi terkait dengan disiplin ilmu

Sejarah Dakwah Islam.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa kajian mengenai dakwah Nabi

Muhammad Saw. melalui surat kepada beberapa penguasa merupakan sebuah

khasanah yang sangat penting dalam studi Sejarah Islam. Jika dilakukan

penelitian yang seksama maka akan didapatkan lebih dari satu motif atau

11 Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad. Penerjemah H.A. Aziz Salim

Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 7.

Page 14: Dakwah Nabi Melalui Surat

unsur yang menjadi latar belakang terkait dengan keputusan dan tindakan

Rasulullah mengirimkan surat-surat itu. Memang pokok utama dari

penyampaian dan pengiriman surat itu lebih diutamakan pada upaya untuk

memperkenalkan dan mengajak para penguasa untuk mengimani ajaran Islam.

Namun lebih dari sekedar itu ada latar belakang sangat terbuka untuk mencari

dan menguak motif-motif lain yang cukup penting untuk diketahui dalam studi

ini.

Dalam buku-buku sejarah Islam yang mengkaji tentang riwayat

kehidupan Nabi Muhammad Saw. kita mengetahui bahwa Rasulullah telah

mengirimkan beberapa surat seruan atau ajakan masuk Islam, yang jelas surat

yang telah dikirimakan itu lebih dari lima buah surat. Oleh sebab itu dalam

penyusunan ini penulis hanya membatasi pada lima dari surat-surat yang telah

dikirimkan oleh Rasulullah.

Adapun rumusan masalah dari tema penyusunan ini adalah sebagai

berikut:

1. Apa latar belakang atau motif-motif yang menyebabkan Rasulullah

mengirimkan surat-surat kepada para penguasa?

2. Bagaimana situasi politik pada saat itu?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi latar belakang, motif dan

aspek lainnya disekitar peristiwa sejarah pengiriman surat-surat

Nabi Muhammad Saw kepada para penguasa.

Page 15: Dakwah Nabi Melalui Surat

b. Supaya penulis khususnya dan ummat Islam pada umumnya

memahami dan mengetahui dakwah yang ditempuh Nabi

Muhammad Saw melalui surat, dan agar bisa diterapkan dimasa

sekarang ini.

2. Manfaat Penelitian

a. Segi Akademis

1. Kajian tentang sejarah Islam dalam literature Islam sudah sangat

banyak, tetapi pembahasan sejarah tentang pengiriman surat-

surat dakwah Nabi Muhammad Saw belum mendapatkan porsi

yang cukup. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah pengetahuan dan keilmuan Islam tentang studi sejarah

dakwah, terutama mengenai surat-surat Nabi Muhammad Saw

sebagai media dakwah. Disamping itu juga sebagai sumbangan

pengetahuan dalam disiplin Ilmu Dakwah dengan dikhususkan

pada kajian Sejarah Dakwah Islam.

b. Segi Praktis

1. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan kepada Da'i mengenai dakwah Nabi Muhammad

Saw melalui surat, agar Da'i sebagai subjek dapat

menerapkannya dan dapat menambah khazanah keilmuan

dakwah.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah metodologi penelitian sejarah. Dengan menggunakan metode ini

Page 16: Dakwah Nabi Melalui Surat

diharapkan dapat mengumpulkan dan mengungkap sumber-sumber sejarah

yang sudah ada.

Karena penyusunan ini merupakan penelitian sejarah, maka penelitian

yang dilakukan adalah bersifat kepustakaan (Library Research). Sebab sumber

data yang digunakan dalam kajian ini merupakan buku-buku, baik karya-karya

ilmuan modern maupun klasik, baik yang dari kalangan muslim sendiri atau

karya-karya dari non-Muslim (Orientalis-Barat) yang dianggap memiliki

pandangan objektif dalam melihat sejarah Islam. Data-data tersebut akan

dijadikan bahan rujukan primer, sementara karya-karya atau dokumen lain

yang membahas sejarah Islam pada masa Rasul akan dijadikan bahan rujukan

skunder.

Adapun sumber-sumber primer yang penulis gunakan dalam penyusunan

skripsi ini adalah buku; Surat-surat Nabi Muhammad karya Kholid Sayyid Ali

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh H.A. Aziz Salim Basyarahil.

Buku ini memang lebih mengkhususkan untuk menulis tentang surat-surat

Rasulullah yang ditujukan kepada beberapa penguasa. Selanjutnya buku

Sejarah dan Metode Dakwah karya Ali Mustafa Ya'cub, yang meskipun tidak

menempatkan surat-surat Rasulullah sebagai tema utama, namun penulisnya

telah memberikan ruang yang cukup banyak dalam membahas surat-surat

tersebut serta mengaitkannya dengan hal-hal yang bersentuhan dengan

dakwah Islam.

Untuk melengkapinya, penulis menggunakan karya-karya lain yang

berkaitan dengan objek penelitian. Seperti buku; Kelengkapan Tarikh

Muhammad Saw (Munawwar Khalil), Islam Dalam Lintasan Sejarah (H.A.R.

Page 17: Dakwah Nabi Melalui Surat

Gibb), Sirah Nabi Muhammad Saw (Abdul Hamid Siddiqi), Politik Islam

Dalam Lintasan Sejarah (W. Montgemery Watt), serta sumber-sumber

pustaka lainnya yang bisa membantu dalam memberikan anlisa diluar konteks

disiplin dakwah dan sejarah, seperti konteks politik, sosial dan sebagainya.

Sumber-sumber kepustakaan seperti yang disebutkan tersebut akan dapat

membantu serta melengkapi untuk penyusunan tulisan ini.

1. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh sumber dalam penyusanan ini, ada beberapa langkah

yang harus penulis lakukan. Diantara langkah-langkah yang akan penulis

tempuh adalah;

a. Membaca buku-buku karya ilmuan dan sejarawan baik yang ditulis

oleh orang muslim sendiri maupun yang ditulis oleh non-Muslim,

seperti buku Surat-surat Nabi Muhammad karya Kholid Sayyid Ali

yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh H.A. Aziz Salim

Basyarahil, Sejarah dan Metode Dakwah karya Ali Mustafa Ya'cub.

Penggunaan karya-karya mereka sebagai sumber primer didalam

mencari data mengenai surat-surat dakwah Nabi Muhammad Saw.

b. Inventaris data, yaitu mengumpulkan data-data yang sudah ada, baik

yang mengenai tentang sejarah pengiriman surat dakwah Nabi

Muhammad Saw itu sendiri maupun data-data yang berhubungan

dengan pembahasan pada tema penuisan ini.

2. Tehnik Analisa Data

a. Mendeskripsikan analisis historis yang dilakukan oleh para sejarawan

data- data atau fakta yang telah dikelompokkan diatas.

Page 18: Dakwah Nabi Melalui Surat

b. Menganalisis data-data atau fakta-fakta tersebut.

c. Membuat kesimpulan-kesimpulan.

Dengan menggunakan metodologi diatas, diharapkan memperoleh

analisis yang objektif mengenai sejarah pengiriman surat-surat Nabi

Muhammad Saw.

Adapun teknik penulisan ini merujuk pada buku "Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)" yang diterbitkan CeQDA (Center

for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Karya-karya ilmiah yang mengkhususkan diri mengkaji dan meneliti

sejarah Islam sudah sedemikian banyak kita temukan. Tetapi untuk kajian

Sejarah Islam yang khusus mengakaji dan menenliti mengenai surat-surat

Nabi Muhammad Saw kepada para penguasa belum begitu banyak dilakukan.

Padahal kajian seperti layak dan bahkan sangat perlu dilakukan untuk

melengkapi khazanah kesejarahan Islam yang telah berlangsung sangat

panjang. Ada beberapa skripsi yang penulis temukan yang mengakaji tentang

sejarah Nabi Muhammad Saw.

Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Helmi: Hijrah Suatu

Gerakan Terencana Menuju Pembentukan Negara Islam Madinah, (Skripsi

Fak Adab Jurusan SKI, UIN Jakarta, 1994), dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa sebelum hijrah, ummat Islam hanyalah ummat dakwah;

menyampaikan risalah Allah kepada manusia, tanpa eksistensi politik yang

Page 19: Dakwah Nabi Melalui Surat

dapat melindungi mereka dari pelecehan orang-orang yang tidak

menyukainya. Setelah hijrah, kaum muslimin membangun kekuatan struktural

yang berfungsi melindungi gerakan Islam ke seluruh dunia.

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Lalu Kamaruddin:

Dakwah Nabi Muhammad Saw Pasca Perjajian Hudaibiya, (Skripsi Fak

Dakwah Jurusan KPI, UIN Jakarta, 2006), dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa pasca perjanjian Hidaibiyah adalah babak baru dalam dakwah Islam,

karena pada masa sebelumnya gerak dakwah sangat sulit berkembang. Dengan

kondusifnya ajaran Islam, Rasulullah Saw mulai mengembangkan dakwah

Islam lebih luas yaitu dengan cara mengirimkan surat dan utusan-utusan

kepada para pemimpin dunia.

Dari dua penelitian diatas, satu diantaranya meneliti Dakwah Nabi

Muhammad Saw pasca perjanjian Hudaibiyah, yang menjelaskan tentang

pengiriman surat dan utusan-utusan. Namun penelitian ini tidak mengkaji

secara spesifik tentang dakwah Nabi Muhammad Saw melalui surat.

Sekalipun penelitian yang dilakukan Lalu Kamaruddin ini tentang dakwah

Nabi Muhammad Saw pasca perjanjian Hudaibiyah, tetapi penelitian ini hanya

pada tataran perkembangan dakwah Nabi Muhammad setelah perjanjian

Hudaibiyah, yaitu pengiriman surat dan gerakan militer Islam.

Oleh sebab itu, dalam penyusunan ini penulis akan meneliti atau

memfokuskan penelitiannya pada dakwah Nabi Muhammad Saw, lebih

spesifiknya lagi tentang pengiriman surat-surat dakwah Nabi Muhammad Saw

kepada para kaisar atau pemimpin.

Page 20: Dakwah Nabi Melalui Surat

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan atas tulisan yang diajukan ini terdiri dari lima bab yang

kesemuanya tersusun secara berurutan dalam urutan sistematika pembahasan.

Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis tentang surat-surat Rasulullah dan dakwah Islam

yang meliputi pengertian surat secara umum. Kemudian pengertian

metode dan media dakwah. Dalam bab ini juga akan dijelaskan

mengenai dakwah bil qalam dalam dakwah Islam.

Bab III : Untuk bab ini akan dibahas tentang surat-surat Rasulullah kepada

para kaisar atau pemimpin. Diantaranya surat kepada Kaisar

Najasyi, Kaisar Heraclius, Kisra Eperwiz, surat kepada Al

Muqauqis dan Harits Al Ghissani.

Bab IV : Adapun bab ini akan mengulas dan memfokuskan pada latar

belakang atau motif Rasulullah mengirimkan surat. Selanjutnya

membahas tentang tema dan isi surat, kemudian dijelaskan pula

situasi politik dari para penguasa pada saat pengiriman surat-surat

itu berlangsung.

Page 21: Dakwah Nabi Melalui Surat

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAKWAH NABI MELALUI SURAT

A. Pengertian Surat

Sebelum melanjutkan pembahasan secara lebih mendalam mengenai

judul yang disusun, dalam Bab II ini akan diuraikan mengenai kerangka

teoritik dan penegasan dari judul yang dibahas.

Pemahaman mendasar dan teoritik ini mencakup pada pemahaman yang

terkait dengan pemaknaan atas kata atau istilah yang tersusun dari sebuah

tema. Berikut pemahaman teoritik yang diuraikan untuk judul Dakwah Nabi

Melalui Surat; (Suatu Pendekatan Historis).

1. Penjelasan Umum Surat

Secara bahasa (etimologi) kata “surat” berasal dari bahasa Arab

yakni “surah.” Dengan merunut dari penjelasan J.S. Badudu dan Sutan

Mahmud Zain, di situ disebutkan bahwa pengertian “surat” adalah sesuatu

yang telah ditulis atau dicetak. Dari batasan yang pendek ini, pengertian

istilah surat kemudian bisa diuraikan dengan lebih jelas lagi. Dalam

penjelasan selanjutnya, disebutkan pengertian dari “surat” adalah sebagai

sesuatu yang telah ditulis atau dicetak yang di dalamnya memuat maksud

dan tujuan yang diinginkan oleh penulis (subyek surat). Dalam hal ini isi

surat itu dapat berupa permohonan, permintaan, perintah, ancaman dan

Page 22: Dakwah Nabi Melalui Surat

sebagainya.12 Segala hal yang menjadi dari isi surat tersebut ditujukan

kepada obyek surat atau orang yang menerima surat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan edisi cetakan ketiga tahun 1990,

pengertian dari kata “surat” disebutkan; kertas atau bahan-bahan lain

seperti kain atau sesuatu lainnya yang mempunyai fungsi untuk ditulisi

dengan berbagai isi yang dituliskan dengan maksud dan fungsi yang ada di

dalamnya.13 Maksud dan fungsi di sini adalah segala hal yang menjadi

maksud dan tujuan dari penulis surat yang tertuang dalam bentuk bahasa

tulisan seperti permintaan, ajakan, penawaran, peringatan dan sebagainya.

Berdasarkan dari pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa

pengertian kata “surat” adalah; sesuatu yang ditulis atau dicetak pada suatu

media fisik seperti kertas, kain, atau bahan-bahan lain yang memiliki

fungsi sejenis atau sama yang di dalamnya memuat segala sesuatu yang

menjadi tujuan dan maksud dari subyek surat yakni penulis surat. Maksud

dan tujuan penulis surat itu bisa berupa penegasan, keterangan, penjelasan,

tawaran, ajakan, gagasan dan sebagainya yang semuanya dituangkan

dalam bentuk bahasa tulis yang dapat dimengerti oleh obyek (penerima)

surat tersebut.

Dalam rentang sejarah peradaban manusia, surat telah digunakan

sejak lama. Fungsi dan kegunaannya sebagai pendukung proses interaksi

mulai digunakan sejak peradaban memasuki periode sejarah, sebuah fase

12 JS. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 1381. 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi I cetakan keempat, Departemen

Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 872.

Page 23: Dakwah Nabi Melalui Surat

di mana di dalamnya telah mulai mengenal dan menggunakan budaya

simbol dan huruf dalam aktivitas tulis-menulis sebagai bagian dari

kehidupan sehari-hari.

Ketika peradaban masih dalam fase sederhana sesuatu yang

berfungsi sebagai kertas menggunakan media atau unsur bermacam-

macam. Unsur yang digunakan bisa berupa sesuatu yang terbuat dari serat

tulang, kayu, kain, daun yang diawetkan dan sebagainya.14 Dalam masa

Mesir Kuno, telah dikenal suatu bahan yang menyerupai atau memiliki

fungsi layaknya kertas yang digunakan masyarakatnya. Bahan itu

memiliki fungsi seperti halnya kertas yang digunakan untuk menulis atau

untuk berbagai keperluan lainnya, yang disebut Papirus. Kertas jenis ini

terbuat dari bahan serat tetumbuhan tanaman papyrus yang banyak

terdapat di sepanjang Sungai Nil.15 Tumbuhan papyrus ini juga banyak

tumbuh di Ethiopia dan sepanjang pinggir Sungai Yordan16 yang sudah

pasti telah dimanfaatkan penduduk-penduduk di wilayah ini untuk

dijadikan sebagai media yang mempunyai fungsi layaknya kertas.

Dengan fakta kesejarahan seperti itu maka kertas yang terbuat dari

serat Papyrus atau kertas papirus telah memiliki umur yang cukup tua.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah papyrus ini kemudian

mengilhami dan menjadi sebutan untuk sebuah media yang dijadikan

14 Setiawan Sabana & Hawe Setiawan (editor), Legenda Kertas (Menelusuri Jalan

Sebuah Peradaban), (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2005), h. 18. 15 Adolf Heuken, S.J., Ensiklopedi Gereja III (Jakarta: Yayasan Ciptaloka Caraka, 1995),

h. 301. 16 Funks & Wagnalls New Encyclopedia, vol. 20 (United States of Amerika: R.R.

Donnelley & Sons Company, 1994), h. 136.

Page 24: Dakwah Nabi Melalui Surat

sebagai tempat untuk menulis yang dalam bahasa Inggrisnya disebut

dengan istilah “paper” yang mempunyai arti sebagai kertas.

Di masa lalu, surat yang ditulis melalui papyrus ini telah menjadi

alat penyampai pesan yang populer. Sebagai sebuah contoh, dalam sejarah

penyiaran ajaran Kristen di awal Tarikh Masehi, salah seorang misionaris

pertama yang bernama Santo Paulus telah menggunakan kertas jenis ini

untuk menulis surat-surat yang berisi pesan dan pemikirannya guna

disampaikan kepada para jamaahnya yang tersebar di Roma, Byzantium,

Asia Kecil dan di beberapa pulau yang ada di sekitar Yunani.17 Bahkan

bisa dipastikan, penulisan firman-firman suci Kristen baik yang ditemukan

dalam naskah-naskah terserak maupun yang termaktub dalam kitab Injil

(Bibel), pada awalnya juga dituliskan pada media kertas papyrus ini.

Di samping Papyrus, masyarakat di masa lalu juga mengenal media

lain yang berfungsi sebagaimana layaknya fungsi kertas. Media itu disebut

Perkamen, yakni suatu bahan yang juga biasa digunakan untuk menulis

surat atau untuk kegunaan lainnya di mana media ini dibuat dari bahan

kulit binatang ternak. Sudah pasti karena bahannya yang berasal dari kulit

binatang maka penggunaan perkamen kurang populer di kalangan

masyarakat awam kebanyakan karena mahal.

Penggunaaan perkamen untuk keperluan menulis surat atau untuk

kegiatan surat-menyurat serta berbagai keperluan lain yang terbatas untuk

kalangan tertentu saja, yakni lingkungan kerajaan dan kalangan elit

masyarakat. Surat yang ditulis dalam perkamen ini biasanya digunakan

17 FF. Bruce, Dokumen-dokumen Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),

hl. 17.

Page 25: Dakwah Nabi Melalui Surat

untuk surat-surat hubungan antar kerajaan atau digunakan untuk tujuan

dan maksud yang lebih besar lagi, 18 Seperti untuk dokumen yang harus

disimpan atau untuk media tulisan yang memuat tentang hukum atau

ketetapan-ketetapan yang telah dibuat oleh raja.

2. Surat Rasulullah

Surat Rasulullah adalah surat yang telah ditulis beliau di mana

dalam surat tersebut mengandung isi berupa tujuan dan maksud yang

dikehendaki oleh Rasulullah.

Pengertian secara umum, surat Nabi Muhammad Saw adalah

semua surat yang diketahui dan ditulis beliau dengan berbagai tujuan dan

kehendak yang diinginkan. Dalam hal ini Muhammad bin Sa’ad seperti

telah dikutip Ali Mustafa Ya’cub, memberikan klasifikasi terhadap semua

keseluruhan surat Rasulullah yang telah diketahui. Klasifikasi yang

diberikan Muhammad bin Sa’ad itu adalah:

a. Surat yang berisi seruan untuk masuk agama Islam. Surat jenis

seperti ini ditujukan kepada orang non-Muslim (ahli kitab atau

kaum musyrikin) yang pada saat itu berkedudukan sebagai

penguasa (kaisar, atau kedudukan lainnya yang setara), walinegara

(jabatan setingkat gubernur), pemimpin suku (kabilah), juga

kepada perseorangan.

b. Surat yang berisi tentang aturan agama Islam, seperti surat yang di

dalamnya memuat mengenai penjelasan zakat, shadaqah dan

sebagainya. Surat dalam kelompok ini biasanya disampaikan

18 Ibid., h. 17.

Page 26: Dakwah Nabi Melalui Surat

kepada mereka yang sudah menjadi muslim tapi masih

membutuhkan beberapa penjelasan dari Rasulullah.

c. Surat yang berisi tentang hal-hal yang wajib dikerjakan orang-

orang non-muslim yang tinggal dan hidup di wilayah dan

pemerintahan Islam (Madinah). Surat dengan jenis seperti ini

disampaikan kepada golongan non-muslim yang telah membuat

perjanjian damai dengan Rasulullah.19 Sebagaimana butir-butir

perjanjian yang dibuat antara Rasulullah dan umat Islam dengan

kaum Yahudi di Madinah, di mana butir-butir dari kesepakatan dan

perjanjian itu dituangkan dalam bentuk surat tertulis yang

disepakati oleh kedua belah pihak.

Sebagaimana tujuan penulisan surat dan sejalan dengan pengertian

dari surat yang terklasifikasi pada urutan pertama, maka surat yang

disampaikan Rasulullah kepada para pemimpin di luar Jazirah Arabia itu

memuat isi berupa ajakan mengikuti dan mengimani ajaran Islam.20

Dengan begitu penulisan dan penyampaiannya ini merupakan salah satu

cara yang ditempuh beliau dalam rangka melaksanakan dakwah Islam.

B. Pengertian Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara etimologi (bahasa atau lughah) berasal

dari bahasa Arab ( دعوة-يدعو - دعى ). Ada beberapa arti yang dapat

19 Ali Mustafa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1997), h. 8. 20 Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad. Penerjemah H.A. Aziz Salim

Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 7.

Page 27: Dakwah Nabi Melalui Surat

diperoleh dari kata ini, seperti; mengajak, menyeru, memanggil, dan

mengundang. Dalam Al-Qur'an kata dakwah bisa berarti menyeru kepada

kebaikan maupun keburukan. Ada bebearapa ayat Al-Qur'an yang

berkaitan dengan seruan seperti Surah Al-Mukmin/40:41 yakni artinya

"Hai kaumku! Bagaimanakah kamu, aku seru kamu (ad'ukum) kepada

keselamatan tapi kamu menyeruku (tad'uni) ke neraka."21

Dakwah juga berari do'a atau permohonan, sebagaimana firman

Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah/1: 186 yang artinya "Aku

mengabulkan permohonan (da'watan) orang-orang yang berdoa (da'i)

apabila ia berdoa (da'a) kepada-Ku."

Bentuk perkataan dakwah tersebut dalam bahasa Arab disebut

mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’il-nya adalah da’aa – yad’u

yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak. Dalam arti seperti ini

dapat ditemukan dalam Al Qur’an, misalnya Surah Yusuf/12: 33 sebagai

berikut:

“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada

memenuhi ajakan mereka kepadaku.”22

21 K.H. Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 9. 22 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Penerbit PT. Bumi

Restu, 1975) h. 353.

Page 28: Dakwah Nabi Melalui Surat

Pengertian dakwah dengan merunut kepada pengertian terminologi

sangat beragam. Beberapa ahli dan pemikir mempunyai batasan-batasan

tersendiri tentang pengertian dakwah dalam perspektif terminologis ini.

Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,

sebagaimana dilansir Chadijah Nasution, memberikan batasan mengenai

dakwah ini, sebagai berikut:

“Mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarangnya dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”23

Baginya, dakwah adalah upaya untuk mendorong atau memotivasi

orang lain atau manusia dalam melakukan kebaikan dan mengikuti

petunjuk, memerintahkan mereka untuk berbuat kebaikan (ma’ruf) dan

mencegah dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan

dunia dan akhirat.24

Sementara itu Hamzah Ya’cub memberikan batasan dakwah, yaitu

sebagai upaya untuk mengajak manusia yang dilakukan dengan cara

hikmah (ilmu) dan kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk

Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, Bakhial Khulli juga menyatakan,

dakwah adalah sebagai upaya untuk memindahkan umat dari situasi (yang

tidak atau belum baik) menuju kepada situasi yang lain (yang lebih baik).25

23 Syekh Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin. Penerjemah Chadijah Nasution (Jakarta:

Usaha Penerbitan Tiga A, 1970), h. 17. 24 Abdul Kadir Sayid Abd. Rauf, Dirasat fi Dakwah al-Islamiyah (Kairo: Dar el Tibaah al

Mahmadiyah, 1987) h. 10. 25 M. Mashur Amin, Metode Dakwah Islam dan Beberapa Keputusan Pemerintah tentang

Aktivitas Keagamaan (Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1980), h. 13.

Page 29: Dakwah Nabi Melalui Surat

Dari pakar Indonesia sendiri, batasan mengenai istilah dakwah ini

dapat diambil dari pendapat Mohammad Natsir yang mengatakan, dakwah

adalah:

“Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia mengenai konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia, yang meliputi amar ma”ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan perseorangan, perikehidupan rumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara”.26

Tentu masih banyak batasan lain yang diberikan oleh para pemikir

dan ahli selain dari batasan-batasn yang disebutkan di atas.

Sebagai agama dakwah, hubungan ajaran Islam dengan dakwah

diibaratkan sebagai dua keping mata uang. Dengan begitu dakwah menjadi

sesuatu yang tidak terpisahkan dari ajaran dan keimanan Islam. Dalam Al-

Qur‘an cukup banyak ayat-ayat yang menguraikan tentang segala sesuatu

yang terkait dengan kegiatan dakwah. Ayat-ayat itu mengemukakan

tentang kewajiban, perintah dan cara dalam melakukan aktivitas dakwah

Islam.

Dalam konteks upaya dakwah Islam melalui media surat, Rasulullah

telah melakukan hal yang menjadi upaya dalam berbagai definisi yang

telah disebutkan itu. Dengan media surat, Rasulullah mendorong dan

menyeru kepada para penguasa untuk melakukan perbuatan ma’ruf dan

menjauhi kemunkaran. Selain itu dalam melaksanakan upaya ini,

Rasulullah melakukannya dengan cara hikmah (ilmu) dan kebijaksanaan,

yakni dengan media surat berarti beliau telah menunjukkan pengetahuan

26 Abdul Rosyad Shaleh dalam buku, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 9. Dalam buku ini batasan tentang dakwah dilansirnya dari buku Mohamad Natsir, Fungsi Dakwah Islam dalam Rangka perjuangan, di halaman 7 dari buku tersebut.

Page 30: Dakwah Nabi Melalui Surat

dan ilmu yang dimilikinya. Sementara kebijaksanaan yang ditunjukkan

adalah sikap penghormatannya pada kedudukan para penguasa dan untuk

menyeru kepada mereka itu Rasulullah tidak memakai cara berkhotbah

yang mana ini bisa menimbulkan kesan menggurui dan merendahkan

kedudukan dari para penguasa.

C. Metode dan Media Dakwah

1. Pengertian Metode Dakwah

Dalam pengertian bahasa, “metode” berasal dari dua kata yakni,

meta yang mempunyai pengertian sebagai melalui dan hodos yang dapat

diartikan sebagai jalan atau cara.27

Dengan demikian metode secara terminologi mengandung

pengertian sebagai, cara atau jalan yang harus dilalui atau digunakan untuk

mencapai suatu tujuan. Pendapat lain menyatakan, pengertian metode ini

berasal dari istilah yang diambil dari bahasa Jerman, metodhica, yang

mengandung pengertian sebagai ajaran tentang metode. Namun yang lebih

lazim dipahami, istilah ini berasal dari bahasa Yunani yakni methodos.

Adapun dalam bahasa Arab istilah ini bisa disamakan dengan thariq.28

Dengan merujuk pada arti-arti yang telah ditunjukkan itu, secara bebas

27 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, cetakan I (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61. 28 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah, cetakan I (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 35.

Page 31: Dakwah Nabi Melalui Surat

maka metode dapat didefinisikan sebagai cara yang telah diatur dan

melalui proses pemikiran guna mencapai suatu maksud atau tujuan.29

Para pakar yang memiliki kompetensi dalam ilmu dakwah juga

memiliki pandangan sendiri mengenai pengertian dari metode ilmu

dakwah ini, di antaranya adalah menurut Toto Tasmara menyatakan,

dengan menggabungkan beberapa pendapat mengenai dakwah

sebagaimana telah diuraikan di depan dengan pengertian metode, maka

definisi dari metode dakwah dapat diartikan sebagai; cara-cara tertentu

yang dilakukan oleh seorang komunikator, yang dalam konteks dakwah

sebagai subyeknya adalah seorang da’i kepada mad’u atau obyek untuk

mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.30 Dengan

demikian batasan ini juga mengandung arti bahwa pendekatan dakwah itu

harus bertumpu kepada satu pandangan human oriented, yakni

penghargaan yang mulia atas diri manusia.31

Dalam Al Qur’an dakwah adalah sebuah cara untuk menyeru kepada

jalan Tuhan melalui cara-cara yang baik, sebagaimana telah difirmankan

dalam surat An-Nahl/16: 125 berikut:

☺ .

29 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), h. 7. 30 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 47. 31 Munir, Metode Dakwah, h. 8

Page 32: Dakwah Nabi Melalui Surat

“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."

2. Pengertian Media atau Sarana Dakwah

Media atau sarana yaitu hal-hal yang dapat mengantarkan kepada

sesuatu. Seorang da'i agar terbantu dalam dakwahnya maka harus

menggunakan media atau sarana dalam menyampaikan dakwahnya

tersebut. Dari sudut penyampaian, ada dua macam media atau sarana

dakwah: media langsung dan media tidak langsung.32

Sa'id bin Ali bin Wahif Al-Qahthani dalam bukunya Al-Hikmatu

Fid Dakwah Ilallah Ta'ala menjelaskan, yang dimaksud dengan media atau

sarana dakwah tidak langsung disini adalah hal-hal yang menyangkut

kesiapan diri seorang da'i sebelum menyampaikan dakwahnya. Hal berikut

ini termasuk dalam kelompok media atau sarana dakwah tidak langsung:

a. Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah. Sebelum

berdakwah kapada orang lain seorang da'i perlu memberi

peringatan kepada keluarganya agar hati-hati terhadap perbuatan

maksiat, bahaya nafsu, kaum munafik dan kafir.

b. Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta kepada

Allah, seorang da'i perlu meminta bantuan kepada sesama

manusia demi kelancaran dakwahnya.

c. Sikap disiplin. Seorang da'i harus disiplin, termasuk dalam

masalah waktu. Jangan sekali-kali membuang kesempatan. Ia

32 Sa'id bin Ali bin Wahif Al-Qahthani, Al Hikmatu Fid Dakwah Ilallah Ta'ala. Penerjemah Drs. Masykur Hakim, MA; Ubaidillah (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 102.

Page 33: Dakwah Nabi Melalui Surat

harus memperhatikan kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan

Islam. Bekerja sedikit waktu tapi secara teratur dan

berkesinambungan lebih baik dari pada bekerja dengan banyak

waktu tapi tanpa arah dan tidak berkesinambungan.

Adapun media atau sarana dakwah langsung adalah menyangkut

teknik penyampaian (tabligh) melalui perkataan, perbuatan, dan perilaku

da'i yang dijadikan teladan orang lain sehingga mereka tertarik kepada

Islam.33

Dalam menyampaikan dakwahnya, seorang da'i memerlukan

berbagai macam media atau sarana yang bermanfaat. Namun perlu

diketahui bahwa sebagian media adakalanya berguna pada suatu masa tapi

tidak berguna pada masa lain, bermanfaat bagi suatu masyarakat tapi tidak

bagi masyarakat yang lain. Seorang da'i yang bijak adalah yang mampu

mimilah-milah media atau sarana yang cocok pada zaman dan tempat.34

D. Metode bil Qalam Dalam Dakwah Islam

Dalam kesejarahan perkembangan agama-agama besar di dunia, media

surat telah cukup lama digunakan dalam mendukung upaya penyebaran ajaran.

Peran surat dalam menunjang penyebaran ajaran terbukti efektif dalam upaya

menjadikan sebuah ajaran menjadi cepat tersiar dan mendapatkan pengikut

dalam jumlah yang lebih besar lagi.

Media surat ini, dalam sejarah penyiaran agama apapun yang ada selalu

digunakan ketika metode lama yang konvensional dirasa sudah tidak mampu

33 Ibid., hal. 102. 34 Ibid., h. 103.

Page 34: Dakwah Nabi Melalui Surat

menjawab terhadap tuntutan untuk menyebarkan ajaran dalam lingkup jumlah

dan wilayah yang lebih luas.

Demikian halnya dalam sejarah penyiaran ajaran Islam. Ketika pertama

kali Islam sebagai ajaran muncul di Mekkah, cara yang digunakan Rasulullah

untuk menyampaikan dan menyebarkan ajaran juga menggunakan cara yang

lazim saat itu yakni dengan mengggunakan metode berdakwah langsung

(khotbah). Cara ini mengandalkan kemampuan berbicara secara lisan dalam

menyampaikan ajaran atau dikenal dengan metode retorika. Pada masa itu

metode ini menjadi hal yang lazim. Dalam menyampaikan ajaran dituntut

adanya kemampuan retorika yang baik. Pada masa Rasululah metode seperti

ini sering dilakukan dalam acara “Fannal Khitobah” yaitu satu kontes

berpidato yang diikuti peserta dengan penyelenggaraannya dilangsungkan di

dekat bangunan Ka’bah.35

Namun pada saat Islam memasuki periode Madaniyah, struktur

masyarakat Islam sudah sangat kuat serta telah mulai terjalinnya hubungan

dengan kawasan-kawasan di luar Jazirah Arab, maka sudah pasti metode

retorika ini sudah tidak relevan lagi karena jangkauan yang sudah semakin

luas dan sudah dipastikan obyek dakwah yang berada di luar Jazirah Arab itu

memiliki latar belakang budaya dan keyakinan yang jauh berbeda dengan

masyarakat Madinah. Dari sinilah maka metode selanjutnya yang menjadi

alternatif dilakukan yakni dengan menggunakan metode tulisan yang dalam

hal ini dilakukan dalam bentuk pemanfaatan surat.36

Dalam konteks sebagai sebuah pendekatan, dakwah dengan

menggunakan media surat ini oleh Mustafa Ya’cub dikategorisasikan sebagai

35 She H. Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah (Jakarta: Rineka

Cipta, 1990), h. 37. 36 Sutirman Eka Sardhana, Jurnalistik Dakwah (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1995), h.

25.

Page 35: Dakwah Nabi Melalui Surat

pendekatan korespondensi. Pengertiannya adalah, suatu pendekatan dari cara

berdakwah yang tertuju kepada perseorangan atau wilayah yang lebih jauh dan

luas dengan menggunakan media tulisan yang tertuang dalam bentuk surat.

Masih dalam pandangan Mustafa Ya’cub, selain sebagai sebuah

pendekatan, metode korespondensi ini juga bisa dilihat sebagai sebuah

motivasi untuk menunjukkan tentang nilai-nilai universalitas dari suatu agama

(baca: Islam) dalam kedudukannya sebagai agama dakwah.37

Dalam hemat penulis sebagai kelengkapan dari motif adalah, dengan

menggunakan pendekatan korespondensi ini sekaligus juga menunjukkan

bentuk dari kedudukan agama atau ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

37 Ya’cub, Sejarah dan Metoda Dakwah Nabi, h. 181.

Page 36: Dakwah Nabi Melalui Surat

BAB III

SURAT-SURAT RASULULLAH KEPADA PARA PENGUASA

Dalam pembahasan pada bab II disebutkan bahwa pengertian dari Surat-

surat Rasulullah tidak hanya dipahami sebagai surat-surat yang ditujukan kepada

para penguasa semata. Dengan begitu sudah pasti ada surat-surat lain dari

Rasulullah yang pernah dibuat dan ditulis untuk berbagai tujuan dan

kepentingannya. Jika demikian halnya maka jumlah dan jenis surat yang pernah

dibuat oleh Rasulullah tentu berjumlah sangat banyak dengan tujuan yang

beragam pula.

Menurut ahli Sejarah Islam, Muhammad bin Sa’ad, sebagaimana dilansir

Ali Mustafa Ya’cub, disebutkan bahwa dari keseluruhan surat-surat Rasulullah

yang pernah ada, tercatat ada sekitar 105 buah surat yang telah ditulis lengkap

dengan sanadnya.38 Jumlah ini mencakup pada tiga kelompok jenis surat

sebagaimana disinggung pada bab II. Sudah pasti surat-surat yang terkait dengan

seruan dakwah Islam termasuk ke dalam 105 surat itu.

Sementara untuk lebih khusus, dalam hal jumlah surat-surat yang pernah

disampaikan Rasulullah kepada para penguasa belum dapat dipastikan jumlahnya.

Tentunya jumlah surat seruan yang telah dibuat oleh Rasulullah lebih dari lima

buah sebagaimana yang telah menjadi tema dalam penyusunan penulisan ini.

Ketika muncul gagasan untuk mengirimkan surat-surat seruan yang ditujukan

kepada para penguasa itu, situasi yang berlangsung dalam masyarakat Islam di

Madinah sangat kondusif. Keadaan seperti itu jelas sangat memungkinkan bagi

38 Ali Mustofa Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 8

Page 37: Dakwah Nabi Melalui Surat

Rasulullah untuk menyampaikan banyak surat seruan yang ditujukan kepada para

pemimpin yang ada di Jazirah Arab maupun wilayah-wilayah lain di luar Jazirah

Arab.39

Alasan menampilkan lima surat Rasulullah ini dengan pertimbangan

bahwa surat-surat tersebut sangat populer dan selalu menjadi salah satu kajian dan

bagian dalam studi sejarah Islam permulaan. Adapun surat-surat yang pernah

disampaikan oleh Rasulullah kepada para penguasa itu adalah sebagai berikut;

A. Surat Kepada Kaisar Najasyi

Surat Dakwah Rasulullah yang disampaikan pertama kali untuk

penguasa di luar Jazirah Arab adalah surat yang ditujukan kepada Kaisar

Najasyi. Surat seruan untuk masuk Islam ini disampaikan pada tahun ke-5

Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 628 Masehi. Kaisar ini adalah seorang

pemeluk keyakinan Nasrani (Kristen).

Nama lain yang biasa disebut bagi Najasyi pada saat itu adalah dengan

sebutan “Ash-Hamah”.40 Ia adalah seorang kaisar yang berkuasa atas wilayah

Habsyah atau Habsyi.41 Sebutan ini kemudian berkembang dan populer

menjadi nama Abbesinia atau sekarang dikenal sebagai negara Ethiopia, suatu

kawasan yang berada di timur laut benua Afrika.

39 Sebagai contoh adalah surat seruan Rasulullah yang ditujukan kepada Mundhir bin

Sawa, seorang penguasa di Bahrain. Kedudukan Mundhir bin Sawa pada saat itu adalah sebagai Gubernur Wilayah (Prekurator) yang dibawah kekuasaan Kisra Eperwiz, Persia. Rasulullah juga menulis surat yang sama kepada Haudzah bin Ali, seorang penguasa al Yamamah yang terletak di sebala timur kota Makkah. Surat yang sama juga disampaikan kepada dua penguasa yang berada diwilayah Oman, yakni Jaifar dan Abdu bin Julandi. Lihat Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad. Penerjemah H.A. Aziz Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), h. 57, 63, 65.

40 Orang Arab pada saat itu sering menyebut kaisar ini dengan sebutan “An-Najasyi As-Shamah.”

41 H.M.H. Al Hamid Al Husaini, Membangun Peradaban, Sejarah Muhammad Saw, Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000), h. 750.

Page 38: Dakwah Nabi Melalui Surat

Ada alasan kuat yang dijadikan sandaran Rasulullah untuk mengirimkan

surat seruan kepada penguasa ini. Nama Kaisar Najasyi telah sangat dikenal

oleh kaum muslimin beberapa tahun sebelum mereka melakukan hijarah ke

Madinah. Pada saat kaum Muslimin di Mekkah berada dalam tekanan dan

penindasan Kaum Quraish, Rasulullah pernah memerintahkan agar

pengikutnya melakukan hijrah ke Habsyi. Bahkan pelaksanaan hijrah ke

Habsyi ini berlangsung dua kali.42

Kaisar ini dikenal sebagai penguasa yang mempunyai sifat-sifat sangat

baik seperti adil, jujur, menghormati dan melindungi tamu serta tidak mudah

termakan hasutan. Sifat dan sikap seperti inilah yang ditunjukkannya ketika

menerima rombongan kaum Muslimin yang hijrah ke wilayahnya. Dengan

demikian sebelum Rasulullah menyampaikan surat, antara umat Islam dengan

Kaisar Najasyi telah tercipta hubungan yang sangat baik.

Orang yang dipercayai oleh Rasulullah untuk menyampaikan surat

seruan untuk masuk Islam kepada Kaisar Najasyi ini adalah Amru bin

Umayyah Ad-Dhamiri.43 Adapun isi dari surat seruan Rasulullah kepada

Kaisar Najasyi itu adalah sebagai berikut:

بسم اهللا الرحمن الرحيم

ةشبحال كل مياشجى النل إ اهللالوس ردمح منم

كلم الو هال إهل إ اليذ الهللا، اأسلم أنت فإني رسول اهللا إليك

مير منى ابسي عن أدهشأ، ونميهم النمؤم المال السسودقال

ةنيصح الةبي الطلبطولا ميرى ملا إاهقل أهتملآ و اهللاحور

42 Ibid., h. 363-372. 43 Ya’cub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, h. 49.

Page 39: Dakwah Nabi Melalui Surat

. هدي بم آدقلا خم آهتخفن وهحورفخلقه من ى سيع بتلمحف

هتاعى طل عةاالومال وه لكير ش الهدح و اهللاىل إكوعد أينإو

ينإ و اهللالوس رينإ، فيناء جيذال بنمؤت وينعبت تنأو

ا ولباق فتحصن وتغل بدق و.لج وز عى اهللال إكدونج وكوعدأ

.ىده العب اتنى مل عمالالسو. يتحيصن

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah, ditujukan kepada Kaisar An-Najasyi raja penguasa Habsyi.”

Masuklah tuan ke dalam agama Islam, karena saya sesungguhnya mengucapkan puji kepada Allah ini kepadamu. Allah adalah Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia. Yang Merajai, Yang Maha Suci, Yang maha Pemberi keselamatan dan Maha Pemberi keamanan serta Maha melindungi.

Dan aku bersaksi bahwa Isa putera Maryam adalah ruh dan kalimat Allah yang disampaikan-Nya kepada Maryam, wanita yang tidak bersuami yang berperangai baik serta menjaga dirinya. Maka hamillah ia dengan mengandung Isa dan ruh dengan tiupan-Nya, sebagimana Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya.

Dan sesungguhnya pula aku mengajak tuan untuk menyembah kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan hal yang lain, serta aku mengajak tuan untuk mengikuti aku dan beriman kepada wahyu yang datang kepadaku. Karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Sesungguhnya aku mengajak tuan beserta seluruh balatentara tuan untuk menyembah kepada Allah yang Maha Perkasa.

Selanjutnya aku telah menyampaikan ajakan ini kepada tuan sekaligus juga memberikan nasihat kepada tuan. Karena itu semoga bisa diterima nasihat ini.

Salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah.”44

Surat Rasulullah yang ditujukan kepada penguasa Habsyi ini memang

dibuat agak panjang. Rasulullah memahami betul situasi yang dialami Kaisar

Najasyi yang dihadapkan pada pertentangan paham kepercayaan dalam

44 Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 21. Teks asli lihat. Lamp. hal. ….

Page 40: Dakwah Nabi Melalui Surat

keyakinan Kristen yang saat itu dipeluknya. Memang pada saat itu para

penganut Kristen sedang dihadapkan pada pertentangan dua kubu yakni

golongan Arius-Athanasius dan Nestorius.

Kaisar Najasyi sendiri adalah penganut Kristen Nestorius yang pada saat

itu mempunyai banyak pengikut dari umat Kristen yang berdomisili di

wilayah Timur Tengah dan bagian utara Afrika. Sementara aliran Arius

sendiri kebanyakan berasal dari masyarakat yang berdomisili di wilayah-

wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Romawi.

Dengan pemahaman terhadap situasi yang di alami olah obyek surat

(Kaisar An-Najasyi) maka isi dari surat Rasulullah lebih menempatkan

masalah teologis sebagai tema utama dari isi surat itu. Isi tentang kedudukan

Isa Al Masih dan Maryam menjadi pokok utama dari isi surat. Hal ini memang

sengaja dilakukan oleh Rasulullah karena pertentangan dalam internal para

pemeluk Kristen pada saat itu sudah sedemikian parah dan berbahaya.

Diriwayatkan, sikap yang ditunjukkan oleh Kaisar Najasyi dengan

datangnya surat seruan dari Rasulullah ini sangat simpatik. Ia diberitakan

menempatkan surat tersebut ke atas kepalanya sebagai simbol dan sikap

hormatnya kepada Rasulullah sekaligus juga menghormati seruan yang

disampaikan oleh Rasulullah. Sebagain riwayat lain menyatakan, Kaisar

Najasyi kemudian membalas surat itu dengan antusias dan menyatakan diri

mengikuti seruan dari Rasulullah yakni masuk Islam.45

45 Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 21.

Page 41: Dakwah Nabi Melalui Surat

Namun begitu juga ada riwayat yang menyatakan bahwa Kaisar tersebut

tetap kukuh dengan kepercayaannya namun sikapnya menunjukkan

penghormatan dan penghargaaan atas upaya yang ditempuh oleh Rasulullah.

B. Surat Kepada Kaisar Heraclius.

Kaisar Heraclius adalah penguasa terkuat pada saat itu. Ia adalah kaisar

pada imperium Romawi Timur (Byzantium) yang berpusat di Konstantinopel

(sekarang menjadi Istanbul, bagian dari negara Turki). Dengan demikian

Kaisar Heraclius adalah salah satu sosok yang tercatat sebagai salah satu

penerus dari kejayaan dan kebesaran kekuasaan Romawi. Semenjak awal naik

tahta kekaisaran, Heraclius mendapatkan saingan berat dari kekuasaan Persia

yang juga berambisi dan ingin membangun imperium kekuasaan baru untuk

menandingi kekuasaan Romawi Timur. Akibatnya pada masa itu kedua

wilayah ini terlibat dalam perseteruan dan peperangan yang berlarut-larut

untuk saling mengalahkan satu dengan yang lain. Puncak dari perseteruan

kedua kubu ini adalah ditandai dengan kemenangan Kaisar Heraclius atas

Persia setelah kedua negara ini terlibat peperangan yang panjang selama

kurang lebih sembilan tahun dari tahun 622 – 630 Masehi.

Surat seruan untuk masuk Islam kepada Kaisar Heraclius ini

disampaikan pada tahun ke-6 Hijriyah atau bertepatan dengan 629 Masehi.

Dengan begitu surat ini disampaikan satu tahun setelah Rasulullah bersama

kaum Muslimin di Madinah menyepakati Perjanjian Hudaibiyah.

Surat seruan Rasulullah ini disampaikan ketika Kaisar Heraclius berada

di tengah-tengah pasukannya yang baru meraih kemenangan atas Persia

Page 42: Dakwah Nabi Melalui Surat

dengan merebut kota Yerussalem tahun 629 Masehi. Surat seruan itu sampai

di tangan kaisar ketika mereka sedang berada dalam puncak kemenangan dan

kejayaan. Orang yang dipercayai untuk menyampaikan surat dari Rasulullah

ini adalah Dahyah bin Khalifah al-Khattabi.46 Isi surat itu adalah sebagai

berikut:

بسم اهللا الرحمن الرحيم

مو الرميظع لقره ىل إاهللا لوس ردمح منم

. دعا بم أ،ىده العب اتنى مل عمالس

كرج أ اهللاكتؤي ملسأ و تسلمملسأ، مالس اإلةايعد بكوعد أينإف

له أياقل " .نستيياألر مث إكيل عنإ فتيلو تنإ ف،نيترم

ال و اهللاال إدبعن الأ مكنيبا ونني بءاو سةملى آلا إوالع تابتكال

نإ، ف اهللانو دنا ماببرا أضعا بنضع بذخت يالا وئي شه بكرشن

."نوملسا منأا بودهوا اشلوقا فولوت

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba dan utusan Allah. Kepada Kaisar Heraclius penguasa Romawi.

Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk. Aku mengajak tuan untuk memeluk Islam. Jika tuan melakukan hal itu, maka tuan akan selamat dan aman. Jika tuan masuk ke wilayah Islam, Allah akan memberi tuan pahala yang berlipatganda dan jika tuan berpaling darinya, maka beban dosa manusia akan ditanggung oleh tuan.

Wahai Ahli Kitab, marilah kita menuju kepada suatu kata sepakat antara kita dan kalian bahwa kita tidak akan menyembah kecuali kepada Allah dan bahwa kita tidak akan memperserikatkan apapun dengan-Nya dan bahwa tidak akan seorangpun akan menjadikan yang lain sebagai tuhan selain Allah. Maka jika mereka berpaling, katakanlah: Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami ini Muslim.”47

46 Ibid., h. 25. Teks asli lihat. Lamp. h….. 47 Ibid., h. 27.

Page 43: Dakwah Nabi Melalui Surat

Sebagaimana diungkpakan di depan, surat Rasulullah sampai ke tangan

Kaisar Heraclius ketika para pasukan Romawi beru saja berhasil merebut kota

Yerussalem dari tangan orang-orang Persia. Tujuan utama untuk merebut kota

ini adalah agar para pemeluk Kristen di Romawi dapat berkunjung dan

berziarah ke tempat kelahiran Isa Al Masih tersebut. Pada saat kota ini berada

dalam genggaman orang Persia, orang-orang Kristen Romawi tidak dapat

berzirah ke kota ini. Dengan begitu motif perebutan kota Yerussalem selain

untuk menunjukkan supremasi kekuasan Romawi juga mempunyai tujuan

untuk memberi fasilitas dan kemudahan bagi orang-orang Kristen Romawi

untuk berziarah dan beribadah di kota Yerussalem tersebut.

Diriwayatkan bahwa Kaisar Heraclius menerima surat itu pada saat

merayakan kemenangan atas keberhasilan merebut kota suci tersebut dari

genggaman Persia. Surat seruan untuk masuk Islam tersebut hadir di tengah

suasana perayaan kemenangan dan kegagahan gegap-gempita Balatentara

Romawi.

Setelah menerima dan membaca surat Rasulullah Kaisar Heraclius

berada dalam satu kesadaran bahwa antara dirinya dengan Rasulullah adalah

sama-sama Ahli Kitab di mana keyakinannya yang sedang dipeluknya dengan

keyakinan Rasulullah disandarkan kepada ajaran yang datangnya dari kitab

suci yang diturunkan Allah. Dalam berbagai riwayat disebutkan Kaisar

Heraclius membenarkan semua ungkapan yang dituliskan dalam surat itu.

Meski begitu Kaisar Heraclius masih penasaran dan ingin tahu lebih

banyak tentang sosok Rasulullah yang telah menyampaikan surat seruan itu.

Page 44: Dakwah Nabi Melalui Surat

Untuk itu dimintanya kafilah atau orang Arab yang ketika itu berada di

Yerussalem, salah satunya adalah Abu Sofyan.48

Di hadapan Kaisar Heraclius, Abu Sofyan ini mengatakan tentang sosok

Rasulullah yang di mata masyarakat Arab adalah diakui sebagai pribadi yang

sangat dipercaya dan terjaga semua keinginan, perkataan serta kejujurannya.

Dari penjelasan ini, secara pribadi Kaisar Heraclius menerima kebenaran atas

kedudukan Rasulullah sebagai utusan Allah sekaligus juga membenarkan

semua seruan yang ditujukan kepadanya.49 Namun begitu, Kaisar Heraclius

memutuskan untuk memegang keyakinan Kristennya. Kaisar Heraclius

menyatakan, ia dapat membenarkan ajaran yang disampaikan Rasulullah

sekaligus memberikan penghormatan yang tinggi kepada Rasulullah.

C. Surat Kepada Kisra Eperwiz

Kisra atau Khoesroes adalah sebutan atau gelar yang digunakan para

penguasa Persia. Setiap Raja yang menjadi penguasa selalu menempatkan

gelar kisra ini di depan namanya. Penguasa Persia yang mendapatkan surat

seruan masuk Islam dari Rasulullah ini adalah Kirsra Eperwiz bin Hormuz bin

Anusirwan.

48 Pada saat itu Abu Sofyan masih di pihak Quraish Mekkah yang memusuhi Rasulullah

beserta kaum Muslimin di Madinah. Kaisar Heraclius sengaja melakukan hal ini dengan tujuan mendapatkan pemaparan yang benar-benar obyektif dari sesama orang Arab. Meskipun Abu Sofyan saat itu dikenal sebagai salah satu orang yang menentang Rasulullah namun dalam hal pengakuan terhadap keluhuran sifat dan sikap Rasulullah, Abu Sofyan tetap mengungkapkan hal tersebut dengan jujur dan apa adanya.

49 Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Kaisar Heraclius sebenarnya mempunyai keinginan untuk masuk Islam sebagimana diserukan Rasulullah dalam suratnya. Namun keinginan Kaisar Heraclius ini tidak terwujud karena adanya masukan dan pendapat yang muncul dari para penasihat dan bawahannya. Para penasihat dan bawahannya itu menyatakan bahwa jika ia mengikuti seruan Rasulullah maka Romawi timur kelak akan berada dalam kekuasaan orang-orang Islam dengan tanpa melalui penaklukan atau peperangan. Juga diriwayatkan bahwa orang-orang Romawi telah mengancam kepada Kaisar Heraclius, jika ia menerima seruan Rasulullah dan masuk Islam, maka kedudukannya sebagai penguasa Romawi Timur akan dijatuhkan.

Page 45: Dakwah Nabi Melalui Surat

Para sejarahwan Islam menyebutkan bahwa surat seruan Rasulullah yang

ditujukan kepada penguasa Persia ini disampaikan lebih dahulu dibandingkan

dengan surat seruan yang ditujukan kepada Kaisar Heraclius (Byzantium).

Namun sebagian sejarahwan lain menyatakan bahwa surat tersebut

disampaikan dalam waktu yang hampir bersamaan.50 Namun terlepas dari

bersamaan atau tidak waktu penyampaian surat seruan tersebut, yang jelas

Kisra menerima surat seruan tersebut pada saat dirinya berada dalam kondisi

terdesak oleh saingan utamanya, Kaisar Heraclius.

Surat tersebut disampaikan melalui utusan Rasulullah yang bernama

Abdullah bin Hudzaifah As-Sahami.51Adapun isi dari surat yang disampaikan

oleh Rasulullah kepada Kisra Eperwiz ini adalah sebagai berikut:

بسم اهللا الرحمن الرحيم

سارف ميظى عرسآ ىل إ اهللالوس ردمح منم

ال إ هل إ ال ن أ دهش و هلوس ر و اهللا ب نآمى و ده ال عب ات نى م ل ع مالس

ةاي عد ب كوع دأو .هلوسر و هدبا ع دمح م نأ و ه ل كير ش ال هدح و اهللا

قح يا و ي ح ان آ ن م رذن أل ةاف آ اسى الن ل إ اهللا لوسا ر ني أ نإ ف اهللا

سوجم المث إنإ فتيلوت نإ، فملس تملسأ. نيرافكى الل عقحال

.كيلعArtinya:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah. Kepada Kisra pemimpin besar Persia.

50 Al Husaini, Membangun Peradaban, Sejarah Muhammad Saw, h. 746. 51 Syekh Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin (Mesir: Asyhar Syarif, t.t), h. 50.

Page 46: Dakwah Nabi Melalui Surat

Keselamatan semoga dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk Allah, yang beriman kepada-Nya, kepada Rasul-Nya, dan bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Tunggal dan tidak ada sekutu bagi-Nya, serta bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Aku mengajak kepada tuan dengan ajakan Allah, karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk seluruh manusia. agar ia (Muhammad) memberikan peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah ketetapan (azab) itu atas orang-orang kafir.

Masuklah tuan ke dalam agama Islam, maka tuan akan selamat. Apabila tuan menolak ajakan ini, maka tuan akan menanggung dosa orang-orang Majusi.”52

Dari surat-surat Rasulullah yang pernah disampaikan, surat yang

ditujukan kepada Kisra Eperwiz ini yang mendapatkan sambutan yang sangat

tidak simpatik bahkan respon yang ditunjukkan oleh penguasa Persia ini

sangat kasar. Disebutkan bahwa reaksi Kisra ketika selesai membaca surat

seruan dari Rasulullah tersebut adalah merobek-robek surat itu. Dengan

adanya surat seruan tersebut maka dirinya merasa direndahkan meskipun tidak

ada maksud sedikit pun dari Rasulullah untuk melakukan hal tersebut. Tujuan

utama menyampaikan surat tersebut adalah agar Kisra Eperwiz mau mengikuti

seruan untuk masuk Islam dan meninggalkan kepercayaan Majusi yang

dianutnya selama ini.

Bahkan diriwayatkan, Kisra memerintahkan untuk memberi seonggok

kantong berisi pasir kepada Abdullah bin Hudaifah agar diserahkan kepada

Rasulullah.53 Masih belum cukup, Kisra bahkan memerintahkan kepada salah

seorang gubernurnya di daerah Yaman yang bernama Bazam agar

mengirimkan dua algojo ke Madinah untuk menangkap Rasulullah dan

membawanya ke Persia.54

52 Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 48. Teks asli lihat. Lamp. h….. 53 Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 51. 54 Al Husaini, Membangun Peradaban, Sejarah Muhammad Saw, h. 747.

Page 47: Dakwah Nabi Melalui Surat

Munculnya sikap kasar ini dilatarbelakangi situasi tidak harmonis antara

bangsa Pesia dan bangsa Arab pada saat itu. Kisra nampaknya masih jengkel

dengan kejadian sebelumnya ketika terjadi insiden bersenjata di Dzu-Qar.

Dalam peristiwa itu Bangsa Arab yang dengan persenjataan terbatas ternyata

sanggup mengusir balatentara Persia yang memiliki persenjataan yang lebih

lengkap dan kuat.55 Ditambah lagi kedua bangsa ini juga secara umum terlibat

konflik keyakinan dimana bangsa Persia saat itu dipandang sebagai

representasi dari penganut kepercayaan Majusi sementara bangsa Arab adalah

representasi dari masyarakat Islam dan Ahlul Kitab.

Secara politik memang pertentangan ini disebabkan ketidaksenangan

orang Majusi Persia dan Kisra Eperwiz yang melihat kaum Muslimin lebih

menunjukkan sikap memihak Romawi Byzantium dari pada Persia ketika

kedua pusat kekuatan dunia itu sedang berselisih.

Demi melihat sambutan Kisra yang tidak pantas itu, Rasulullah

menyatakan bahwa Allah akan merobek-robek kekuasaan Kisra di Persia

seperti halnya ia merobek-robek surat Rasulullah serta dikatakan pula bahwa

kaum Musliminlah yang kelak akan mengirimkan sekantong pasir ke Persia.

Ungkapan terakhir tersebut mengandung pemaknaan bahwa kaum Muslimin

Arab lah yang kelak akan menguasai negeri Persia.56

D. Surat Kepada Al Muqauqis

55 Ibid., h. 747. 56 Pernyataan Rasulullah ini kemudian terbukti dimana pada masa Khalifah Umar Bin

Khattab keinginan ini terwujud. Balatentara yang saat itu telah menjelma menjadi kekuatan yang sangat disegani dengan gagah berani berhasil menaklukkan Persia yang sekaligus juga menjadi momentum penting bagi masyarakat Persia untuk meninggalkan kepercayaan Majusi dan masuk menjadi penganut Islam.

Page 48: Dakwah Nabi Melalui Surat

Jabatan Al Muqauqis ketika menerima surat seruan dari Rasulullah

adalah sebagai seorang walinegara Mesir. Memang jauh hari sebelumnya

wilayah Mesir telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan imperium

kekaisaran Romawi Timur. Jabatan walinegara yang berada dalam kekuasaan

Romawi pada saat itu selalu dipercayakan kepada orang wilayah setempat

yang dipandang cakap dan loyal kepada kekuasaan pusat di Byzantium. Istilah

yang digunakan untuk jabatan walinegara dalam pemerintahan Romawi

disebut Prekurator. Jabatan prekurator atau walinegara ini setingkat dengan

jabatan gubernur sebuah wilayah.

Al Muqauqis adalah seorang walinegara Mesir yang saat itu

berkedudukan di kota Aleksandria (Iskandarsyah). Mesir pada saat itu berada

dalam penguasaan kekaisaraan Romawi Byzantium. Al Muqauqis sendiri

berasal dari suku Qibty, dengan begitu ia adalah pejabat kekaisaran

Byzantium yang berasal dari wilayah setempat. Al Muqauqis seorang

penganut Nasrani seperti halnya menganut kepercayaan yang dianut oleh

pimpinannya di Byzantium.

Surat seruan Rasulullah yang ditujukan kepada Al Muqauqis

disampaikan oleh Hathib bin Abi Balta'ah.57 Adapun isi dari surat seruan

Rasulullah kepada Al Muqauqis itu adalah sebagai berikut:

بسم اهللا الرحمن الرحيم

طبق الميظ عسقوقمى الل إهلوسر و اهللادب ع بندمح منم

.دعا بمأوى، ده العب اتنى مل عمالس

57 Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin, h. 50. Teks asli lihat. Lamp. h…..

Page 49: Dakwah Nabi Melalui Surat

، نيتر مكرج أ اهللاكتؤ يملس تملس، أمالس اإلةايعد بكوعد أينإف

ى لا إوالع تابتك اللها أيقل " . طبق الله أمث إكيلع فتيلو تنإف

الا وئي شه بكرش نال و اهللاال إدبع نالأ مكنيبا ونني بءاو سةملآ

ا وده اشولوقا فولو تنإ، ف اهللانو دنا ماببرا أضعا بنضع بذختي

".نوملسا منأبArtinya:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah. Kepada tuan Al Muqauqis pemimpin bangsa Qibti. Salam keselamatan semoga dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk Allah.

Maka sesungguhnya aku mengajaknya kepada tuan dengan ajakan menuju kepada keselamatan (Islam). Masuklah tuan kepada Islam maka Allah akan memberikan pahala yang berlipatganda kepada tuan. Namun jika tuan menolak ajakan ini maka tuan yang akan menanggung dosa seluruh orang-orang Qibti.

Wahai para Ahli Kitab, Marilah kita menuju kepada suatu kalimat atau ketetapan yang tidak ada perbedaan antara kami dan tuan, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah dan tidak pula pada sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan kecuali Allah. Jika kemudian mereka berpaling maka katakanlah; Saksikan bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah”

Kepada Hathib yang membawa surat tersebut, Al Muqauqis sempat

mempertanyakan tindakan Rasulullah mengapa beliau menyebarkan ajaran

tersebut bukan kepada bangsanya (orang-orang Mekkah) dan orang-orang

Mekkah sendiri malah memusuhinya. Pertanyaan itu dijawab oleh Hathib bin

Abi Baltaah dengan mencontohkan hal yang sama saat Isa Al-Masih juga

dimusuhi kaumnya ketika sedang menyebarkan ajarannya di Yerussalem.

Jawaban dari Hathib ini sangat mengena di hati Al Muqauqis.58

58 Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin, h. 754.

Page 50: Dakwah Nabi Melalui Surat

Respon yang ditunjukkan oleh Al Muqauqis cukup baik. Sebagai bentuk

penghargaan terhadap surat seruan Rasulullah tersebut, ia membuat dan

menyampaikan surat balasan kepada utusan Rasulullah yang menyampaikan

surat itu, ia menitipkan surat balasan yang isinya bahwa dirinya dapat

mengerti dan memahami seruan dari Rasulullah tersebut. Sikap konkrit

pertama yang ditunjukkan Al Muqauqis adalah dengan mengirimkan beberapa

budak, kuda, keledai dan tabib sebagai bentuk penghormatannya kepada

Rasulullah.59

Sementara terkait dengan pensikapannya terhadap seruan masuk Islam

itu, al Muqauqis nampaknya enggan untuk mengikutinya. Pertimbangan yang

dijadikan acuan adalah rasa takutnya terhadap jabatannya. Jika ia memutuskan

untuk masuk Islam maka sangat memungkinkan jabatannya sebagai seorang

walinegara di Aleksandria akan berakhir dan digantikan oleh orang lain.

Apalagi ia juga melihat pimpinannya tertinggi, Kaisar Heraclius, juga

melakukan hal yang serupa.

E. Surat Kepada Harits Al Ghissani

Seperti halnya Al Muqauqis, Harits Al Ghissani adalah seorang

walinegara Syam (sekarang negara Suriah). Wilayah ini juga menjadi bagian

dari kekuasaan imperium Romawi Byzantium. Sebagai walinegara

(prekurator), Harits Al Ghissani berkedudukan di Damaskus.

Surat seruan Rasulullah yang disampaikan kepada Harits Al Ghissani

ditulis dengan bahasa yang singkat dan orang yang mendapatkan kepercayan

59 Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 47.

Page 51: Dakwah Nabi Melalui Surat

dan tanggung jawab untuk menyampaikannya adalah Abu Syujaa' bin Wahab

Al-asadi.60

Selengkapnya isi surat Rasululah kepada Harits Al Ghissani itu sebagai

berikut:

رحمن الرحيمبسم اهللا ال

يانسغ الرم شيب أن بثارحى الل ع اهللالوس ردمح منم

نى أل إكوعد أينإ وقدص وه بنآمى وده العب اتنى مل عمالس

.ككل مكى لقب، يه لكير ش الهدح واهللا بنمؤت Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad Utusan Allah. Kepada Harits bin Abu Syamar.

Salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah, beriman kepada-Nya dan membenarkan ajaran-Nya. Sesungguhnya aku mengajak kepada tuan untuk beriman kepada Allah yang Esa dan tidak ada sekutu baginya. Apabila tuan mau menerima ajakan ini maka kekuasaan tuan akan tetap lestari”

Berbeda dengan Al Muqauqis yang menunjukkan sikap penghormatan

dan penghargaan atas seruan Rasulullah, sikap yang diperlihatkan Harits Al

Ghissani setelah menerima surat ini tidak mencerminkan sikap sebagai

pemimpin. Reaksi yang diperlihatkannya sangat jauh dari tatacara dan etika

seorang penguasa pada masa itu. Seperti halnya yang dilakukan oleh penguasa

Persia (Kisra Eperwiz), Harits Al Ghissani langsung membuang surat seruan

itu sambil mempertanyakan apakah ada kekuatan lain selain Kaisar yang dapat

mencopot kedudukannya sebagai prekuator. Memang sebagai seorang

60 Ali Mahfudz, Hidayatul Mursyidin, h. 55. Teks asli lihat. Lamp. h….

Page 52: Dakwah Nabi Melalui Surat

prekurator, tidak ada orang yang sanggup atau bisa menjatuhkan jabatannya

selain dari kaisar Romawi sendiri yakni Kaisar Heraclius.

Terkait dengan sikap Harits dalam menanggapi surat seruan Rasulullah

ini didapatkan periwayatan yang tidak bersifat tunggal. Versi pertama,

sebagaimana telah diungkapkan didepan, disebutkan bahwa Harits Al

Ghissani menunjukkan sikap menolak seruan Rasulullah itu dengan

memperlihatkan sikap yang sangat tidak terpuji. Bahkan masih dalam versi

yang pertama ini, Harits Al Ghissani bersikap seperti Kisra dari Persia yang

memerintahkan untuk membunuh utusan Rasulullah.

Namun pada versi yang lain dikisahkan berbeda. Disebutkan bahwa

Walinegera yang berkedudukan di Damaskus (Syam atau Suriah) itu

menerima dengan baik seruan Rasulullah itu meskipun dilakukan secara

rahasia, Harits Al Ghissani dikisahkan secara diam-diam menyatakan diri

masuk Islam. Cara diam-diam dan rahasia ini terpaksa dilakukan karena ia

takut hal ini akan diketahui oleh orang-orang yang ada di sekitar Kaisar,

bahkan ia takut jika hal ini diketahui oleh Kaisar Heraclius sendiri.

Perhitungannya, jika tindakan masuk Islam ini diketahui oleh umum maka

Harits Al Ghissani akan menghadapi dua risiko yakni; kehilangan jabatan dan

mungkin akan dibunuh orang-orang Romawi.

Belum bisa dipastikan versi mana yang benar. Namun yang jelas antara

kaum Muslimin Arab dengan Syam kemudian pernah terlibat dalam sebuah

peperangan dahsyat yang dikenal sebagai Perang Mu’tah. Perang ini meletus

Page 53: Dakwah Nabi Melalui Surat

pada tahun ke-8 Hijriyah atau bertepatan dengan bulan Agustus-September

629 Masehi. Dalam peperangan ini pihak Syam dibantu pasukan Byzantium.61

F. Surat-surat Yang Lain

Selain kelima surat yang telah dipaparkan di depan, masih terdapat

beberapa surat-surat Rasulullah yang ditujukan untuk mengajak para

pemimpin suatu wilayah agar bersedia menerima ajaran Islam sebagai

keyakinan baru untuk pengganti keyakinan yang lama. Dari kelima surat yang

telah dipaparkan tersebut memang belum ada hasil yang bersifat langsung,

dalam arti para penguasa tersebut langsung mengimani dan mengikuti segala

yang telah diserukan oleh Rasulullah. Namun begitu upaya yang telah

dilakukan oleh Rasulullah tersebut bisa dibilang sebagai tindakan yang maju

pada zamannya.

Beberapa surat seruan Rasulullah yang disampaikan selain kepada lima

pemimpin di depan adalah kepada;

1. Al Mundzir bin Sawa

Kedudukannya adalah setingkat prekurator seperti halnya Al

Muqauqis (Aleksandria, Mesir) maupun Harits Al Ghissani

(Syam).62 Dalam surat yang ditujukan kepada Al Mundzir tersebut

61 Para ahli sejarah melihat bahwa peristiwa Perang Mut’ah ini sebagai fase baru dari

gerakan kaum Muslimin Arab terhadap wilayah-wilayah yang berada di luar jazirah Arab. Perang Mut’ah yang melibatkan pasukan Syam yang dibantu dengan pasukan Romawi berhadapan dengan pasukan Muslim Arab berlangsung di suatu daerah yang menjadi perbatasan antara wilayah kekuasaan Romawi Byzantium dengan wilayah Arab. Keberhasilan umat Islam dalam peperangan besar menjelang wafatnya Rasulullah ini seolah membuka pintu bagi kaum Muslimin Arab untuk melebarkan wilayah kekuasaan dan jangkauan penyebaran ajaran Islam keluar dari wilayah Semenanjung Arabia. Lihat Al Husaini, Membangun Peradaban, Sejarah Muhammad Saw, h. 718-732.

62 Yang membedakan antara Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani dengan Al Mundzir bin sawa adalah dua pemimpin yang pertama adalah pejabat walinegara (prekurator) untuk kekuasaan

Page 54: Dakwah Nabi Melalui Surat

diriwayatkan bahwa ia sempat mengalami kegamangan antara

ketakutannya pada jabatan serta Kisra yang telah mengangkatnya

sebagai walinegara di Bahrain.63 Meskipun sempat mengalami

kebimbangan Al Mundhir bin Sawa akhirnya sampai pada satu

keputusan untuk memenuhi seruan Rasulullah dan menyatakan diri

masuk Islam.

2. Haudzah bin Ali al-Hanafi

Haudzah adalah penguasa al-Yamamah (suatu wilayah yang

berada di sebelah timur kota Mekkah). Namun nampaknya Haudzah

tidak ingin mengambil risiko kehilangan kekuasaannya jika ia

memutuskan untuk mengikuti seruan Rasulullah dan ia pun masih

memegang keyakinannnya yang lama.

3. Jaifar dan Abdu bin Julandi

Dua raja ini berkuasa di wilayah Oman, surat seruan

Rasulullah itu disampaikan pada tahun ke-8 Hijriyah.64 Yang

mendapatkan kepercayaan untuk menyampaikan surat itu adalah

Amr bin Ash.

Romawi Byzantium, sementara Al Mundzir bin Sawa saat itu adalah pejabat setingkat gubernur yang berada dalam kendali kekuasaan Kisra Eperwiz (Persia). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Al Mundzir bin Sawa adalah seorang pengikut kepercayaan Majusi, kepercayaan yang dianut oleh pemimpinnya Kisra dari Persia. Lihat Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, h. 57.

63 Ibid., h. 60 64 Ibid., h. 63.

Page 55: Dakwah Nabi Melalui Surat

Nampaknya untuk kali ini Rasulullah telah mengirimkan

seorang utusan yang tepat. Amr bin Ash dikenal sebagai seorang

sahabat Nabi yang mempunyai kecakapan dalam berbicara serta

mempunyai bakat sebagai seorang diplomat ulung. Diriwayatkan

ketika surat tersebut sampai kepada kedua pemimpin itu, kemudian

terjadi satu dialog dan debat yang sangat panjang. Berkat kecakapan

Amr bin Ash serta isi surat yang begitu meyakinkan maka kedua

penguasa di Oman itu kemudian menyatakan diri masuk Islam.65

Demikian pemaparan sekilas mengenai surat-surat yang berisi seruan

untuk mengimani ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah kepada beberapa

pemimpin yang berkuasa pada saat itu. Memang tidak semua surat yang telah

disampaikan oleh Rasulullah tersebut kemudian mendapatkan sambutan

sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam beberapa kasus surat yang

disampaikan Rasulullah itu kemudian mendapatkan respon dan reaksi yang

kurang mengenakkan. Sebagai kejadian dan bagian yang menyertai dari upaya

dakwah maka hal-hal seperti ini telah menjadi bagian yang sangat dimaklumi

oleh Rasulullah.

Satu hal yang menjadi catatan khusus dari upaya yang telah dilakukan

oleh Rasulullah adalah beliau telah melakukan sebuah strategi dan metode

dakwah yang lebih maju pada zamannya. Selain itu upaya ini adalah

pembuktian nyata bahwa Islam dalam keadaan apapun juga harus dibuktikan

sebagai rahmat untuk seluruh alam. Bagi Rasulullah keinginan bahwa Islam

65 Ibid., h. 64.

Page 56: Dakwah Nabi Melalui Surat

adalah rahmat bagi seluruh alam itu tidak hanya diwujudkan dalam ungkapan

lisan semata namun pada menjelang akhir dari kehidupan beliau hal itu telah

diupayakan dengan sungguh-sungguh dengan tetap mempertimbangkan segala

risiko yang mungkin muncul dan ditanggung.

Selain itu menurut hemat penulis, upaya yang dilakukan Rasulullah

dengan menyampaikan surat seruan itu memiliki nilai taktis dan strategis ke

depan yakni sebagai upaya untuk membuka cakrawala bagi umat Islam

terkhusus orang Arab untuk melihat kenyataan di dunia luar Arab. Dari

cakrawala yang telah dibuka ini akan memicu kaum Muslimin untuk berfikir

dan bertindak lebih serius lagi dalam upaya menyebarkan ajaran Islam ke

wilayah-wilayah yang lebih luas di masa-masa mendatang.

Page 57: Dakwah Nabi Melalui Surat

BAB IV

DAKWAH NABI MUHAMMAD MELALUI SURAT

A. Latar Belakang dan Motif Rasulullah Menulis Surat

Sebagaimana telah diungkapkan pada bab sebelumnya, bahwa upaya

Rasulullah mengirimkan surat kepada para penguasa adalah satu cara baru

dalam aktivitas dakwah Islam pada masa itu. Sebelumnya, dalam masyarakat

Arab tindakan seperti ini masih terbilang baru karena kebiasaan yang mereka

lakukan selama ini lebih mengandalkan pada cara yang menyandarkan

kemampuan berbicara di depan umum atau cara-cara retorika.

Upaya penyebaran Islam dengan cara mengirimkan surat

(korespondensi) dinilai sebagai langkah yang tepat sekaligus cerdas ketika

dijumpai sebuah kenyataan berupa jarak yang jauh serta luasnya wilayah yang

akan dijadikan sasaran dakwah. Dan pada masa itu, cara seperti ini telah

dilakukan dengan sangat baik sekali, dan tindakan ini dalam konteks strategi

dan manajemen dakwah bisa dikatakan upaya yang cerdas.

Harus dicermati pula bahwa upaya pengiriman surat-surat dakwah itu

bukan satu kejadian yang berdiri sendiri. Keputusan untuk melakukannya ini

tidak lepas dari adanya latar belakang serta pemikiran sebelumnya. Latar

belakang dan pemikiran ini yang kemudian menjadi motif bagi Rasulullah

untuk melakukan hal itu. Adapun beberapa hal yang menjadi latar belakang

dari tindakan Rasulullah dalam mengirimkan surat itu adalah:

Page 58: Dakwah Nabi Melalui Surat

1. Imbas Perjanjian Hudaibiyah

Pada periode awal dalam perjuangan menyiarkan Islam di Mekkah,

situasi yang dialami Rasulullah dan umat Islam begitu berat. Rasulullah

dan kaum muslimin lainnya saat itu mendapati kenyataan bahwa jumlah

mereka masih sedikit selain juga harus menanggung berbagai tekanan,

penyiksaan, pemboikotan, bahkan ancaman pembunuhan dari kafir

Quraish. Pihak Kafir Quraish di Mekkah berusaha keras menghalangi

perkembangan ajaran Islam dan untuk itu mereka melakukan apa saja guna

menghambat berkembangnya ajaran Islam di Mekkah dan Semananjung

Arabia pada umumnya.

Meskipun masyarakat Mekkah sebelumnya telah menjuluki

Rasulullah dengan sebutan “Al-Amin” (sosok yang dipercaya), namun

untuk masalah penyebaran Islam ini, sebagian besar penduduk kota itu

tidak mau mempercayai terhadap semua yang diserukan Rasulullah. Alih-

alih sekedar percaya dan mengimani, jika tidak mendapat perlindungan

dari keluarga besarnya, sahabat serta pengikutnya, bisa jadi Rasulullah

akan dibunuh oleh mereka.

Periode Mekkah ini memang menjadi fase pertama sekaligus

paling berat dalam sejarah siar Islam di Jazirah Arab. Keadaan seperti ini

berlangsung kurang lebih selama 13 tahun, di mana fase ini disebut

sebagai “Periode Makkiyah.” Dengan semakin kerasnya tekanan dari kafir

Quraish maka terpikir oleh Rasulullah untuk memindahkan pusat siar

Page 59: Dakwah Nabi Melalui Surat

Islam ini keluar dari Mekkah. Rasulullah pernah mencoba ke tempat lain

misalnya ke Thaif namun kenyataannya sambutan yang ditunjukkan oleh

masyarakatnya kurang lebih sama dengan di Mekkah. Bahkan di kota ini

Rasulullah pernah mengalami penghinaan yang luar biasa di mana beliau

dilempari kotoran saat hendak melakukan siar Islam di tempat ini.

Kota Yatsrib akhirnya dipilih sebagai tempat dan pusat siar Islam

dengan alasan adanya tawaran dan permintaan dari orang Yastrib yang

telah masuk Islam. Rasulullah pun kemudian memindahkan pusat siar

Islamnya ke tempat ini.66

Pemindahan itu berlangsung bertahap, dan pada tahun 622 Masehi,

Rasulullah pun menuju ke Yastrib. Bagi Rasulullah, kota ini dinilai lebih

kondusif dalam mendukung upaya siar Islam untuk waktu-waktu

mendatang. Peristiwa perpindahan ini dalam sejarah Islam dikenal sebagai

“Peristiwa Hijrah” yang sekaligus menandai penanggalan dan tahun

pertama dalam Tarikh Islam. Begitu tiba di Yatsrib, Rasulullah

menjadikan tempat ini sebagai pusat penyiaran Islam dan dengan

kesepakatan penduduk kota, Rasulullah merubah nama Yatsrib menjadi

Madinah Al Munawwarah. Dalam waktu yang singkat, kota Madinah ini

menjadi basis kekuatan dan penyiaran Islam.

66 Pengalihan dari Mekkah ke Yastrib ini bermula dari datangnya tawaran orang-orang

Yastrib yang melakukan Haji di Ka’bah (Mekkah). Mereka tertarik dengan ajaran Islam dan mengakui Rasulullah sebagai pemimpin dengan menawarkan agar Rasulullah sudi pindah ke Madinah demi tujuan untuk melanjutkan siar Islam. Tawaran ini disepakati Rasulullah sebagaimana kemudian tertuang dalam Perjanjian Aqobah. Dalam Perjanjian ini pihak Yastrib mewakilkan 12 orang dengan sepuluh diantaranya berasal dari suku Khajraz dan Auz. Satu tahun kemudian dalam musim Haji, pihak Yastrib datang lagi kepada Rasulullah dalam jumlah lebih banyak lagi, yakni 88 orang dengan penawaran sebagaimana yang pernah diajukan dalam pertemuan tahun sebelumnya. Melihat kesungguhan mereka, Rasulullah kemudian memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah ke Yastrib. Lihat Abdul Hamid Siddiqi, Sirah Nabi Muhammad Saw (Bandung: Marja, 2005), h. 164-171.

Page 60: Dakwah Nabi Melalui Surat

Meskipun Rasulullah dan umat Islam telah meninggalkan Mekkah,

pihak Quraish Mekkah tetap tidak tinggal diam dengan terus mengganggu

umat Islam di Madinah. Dalam beberapa kali mereka melakukan

penyerangan sehingga beberapa kali pula meletus pertempuran antara

kedua belah pihak. Beberapa perang yang pernah terjadi itu adalah Perang

Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan perang-perang dalam skala

kecil lainnya.

Dalam setiap peperangan itu, kekuatan dan jumlah pasukan kafir

Quraish selalu lebih besar. Namun begitu dengan segenap kelebihannya itu

tidak lantas menjadikan pihak kafir Quraish tampil sebagai pemenangnya,

bahkan bisa dikatakan kegagalan malah yang sering mereka alami. Secara

umum mereka telah gagal dalam mewujudkan ambisi utamanya yaitu

menghancurkan kekuatan Islam di Madinah dan sekaligus membunuh

Rasulullah. Setelah upaya kekerasan dan peperangan tidak mendapatkan

hasil yang diinginkan, pihak Kafir Quraish mencoba menggunakan jalan

lain. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengajak Rasulullah

untuk melakukan perundingan.

Dalam perundingan diharapkan ada beberapa hal yang akan

disepakati dan menjadi pegangan dari kedua pihak. Rencananya, pihak

Mekkah akan menggunakan media perundingan ini untuk memaksakan

beberapa klausul yang menurut mereka dapat merugikan pihak Islam

Madinah. Nampaknya kafir Quraish telah menyadari, bahwa ambisi untuk

mengalahkan kaum Muslimin apalagi membunuh Rasulullah adalah hal

yang tidak mungkin lagi dan upaya yang paling memungkinkan adalah

dengan menempuh satu cara dan muslihat.

Page 61: Dakwah Nabi Melalui Surat

Pada tahun ke-6 Hijriyah bertepatan dengan tahun 628 M

disepakati sebuah perjanjian yang dikenal dengan sebutan Perjanjian

Hudaibiyah. Nama ini berasal dari suatu tempat yang berada di perbatasan

kota Mekkah.67 Setelah melalui proses yang cukup alot, kesepakatan yang

tertuang dalam perjanjian Hudaibiyah itu berhasil disepakati kedua belah

pihak.68

Perjanjian Hudaibiyah memuat enam klausul dan terkesan bahwa

pihak Islam dirugikan, sementara kafir Quraish merasa sangat diuntungkan

dengan keseluruhan pasal yang tertuang dalam perjanjian ini. Pasal-pasal

yang dinilai merugikan pihak Muslimin Madinah itu diantaranya

menyatakan;

…..“Kaum Muslimin tidak boleh membawa senjata kecuali pedang yang bersangkur selama kunjungan berikutnya di Mekkah…” juga pasal yang menyatakan, …”Jika seseorang melintasi wilayah Muhammmad tanpa izin penjaganya, dia harus dikembalikan kepada orang-orang Quraish, tetapi jika pengikut Muhammad kembali kepada kafir Quraish maka dia tidak boleh dikembalikan.”69

Dengan disepakati perjanjian ini memang tidak lagi konflik terbuka

antara kafir Quraish dengan Muslimin Madinah. Namun untuk masa-masa

awal dari pemberlakuannya, imbas perjanjian ini sungguh luar biasa bagi

umat Islam. Sebagian besar dari mereka menyatakan kekecewaannya dan

67 Abdul Hamid Siddiqi, Sirah Nabi Muhammad Saw (Bandung: Marja, 2005), h. 289 68 Jika melihat pada kronologinya, perjanjian ini berlangsung dalam situasi yang tidak

terduga karena saat itu Rasulullah bersama 1500 pengikutnya berencana untuk berziarah ke Ka’bah dan sama sekali tidak membawa senjata karena mereka tidak berniat untuk berperang. Melihat rombongan kaum Muslimin Madinah ini maka jalanan ke arah Mekkah ditutup oleh pihak Quraish. Rasulullah dan pengikutnya kemudian memutuskan berkemah di sebuah tempat yang bernama Hudaibiyah itu. Selama proses penyusunan perjanjian yang berlangsung cukup alot ini, Quraish Mekkah selalu berkeras kepala untuk mendesakkan keinginan-keinginannya. Sebagai contoh mereka menolak tulisan Ali bin Abi Thalib yang bertindak sebagai sekretaris yang mengawali menuliskan pasal-pasal perjanjian dengan Kalimat Basmalah, demikian halnya pencantuman Muhammad Rasulullah juga ditolak dengan keras oleh salah satu delegasi Kafir Quraish yang bernama Suhayl ibnu Amir.

69 ibid., h. 289.

Page 62: Dakwah Nabi Melalui Surat

tidak habis mengerti atas tindakan Rasulullah itu yang menyepakati

perjanjian tersebut.

Namun jika diteliti secara seksama, terlihat kecerdikan

Rasulullah dalam menyikapi kesepakatan dengan pihak kafir Quraish

Mekkah itu. Dalam perjanjian tersebut terdapat salah satu klausul yang

menyatakan;

…”Siapa saja yang ingin bergabung dengan Muhammad atau melakukan perjanjian dengannya, harus ada kebebasan untuk melakukannya.” Klausul inilah bagi Rasulullah keuntungan yang jauh lebih baik

dibandingkan dengan klausul-klausul lainnya yang terkesan

menguntungkan pihak Quraish Mekkah. Dalam pandangan seorang

pemikir Islam, A. Syalabi, pasal ini telah memberikan jaminan Rasulullah

dan umat Islam atas adanya keleluasaan dalam menjalin hubungan dengan

fihak atau kawasan di luar Jazirah Arab. Keleluasaan seperti ini dipastikan

akan membuka peluang serta kesempatan guna menyiarkan Islam tidak

hanya di Arab saja, namun juga untuk kawasan lain yang lebih luas.70 Dan

sesuai dengan butir pasal ini, pihak kafir Quraish tidak boleh campur

tangan apalagi mengganggunya.71

Dalam pemikiran Rasulullah, daripada sebagian besar potensi umat

hanya dihabiskan untuk menghadapi kafir Quraish, maka lebih baik jika

potensi dan waktu yang ada itu dimanfaatkan untuk memperkenalkan dan

menyiarkan Islam ke luar Arab. Pemikiran ini sudah pasti di luar perkiraan

70 Ensiklopedi Islam Indonesia (IAIN Syarif Hidayatullah) (Jakarta: Penerbit

Djambatan, 1992), h. 328 71 A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam jilid II ( Jakarta: Pustaka Al Husna, 1990), h.

189.

Page 63: Dakwah Nabi Melalui Surat

pihak lawan, bahkan para sahabat dan kaum Muslim lainnya juga belum

menyadarinya akan potensi dan peluang yang demikian itu. Di kalangan

para sahabat dan umat Islam lainnya, setelah mendapatkan penjelasan

mengenai manfaat jangka panjang serta luasnya orientasi yang dituju,

mereka pun baru mengerti juga mengakui betapa cerdiknya langkah yang

diambil Rasulullah itu.

Dari butir kesepakatan itulah maka Rasulullah kemudian terpikir

untuk memperkenalkan Islam dan menyerukannya kepada beberapa pihak

di luar Semenanjung Arabia, dalam hal ini para penguasa dan pemimpin

dengan melalui media surat seruan. Pada sisi yang lain dari pengiriman

surat ini, secara politis Rasulullah juga berkehendak untuk

memperkenalkan kedudukannya sebagai pemimpin masyarakat Islam di

Madinah.

Pendapat seperti itu diungkapkan oleh Sayyed Hossein Nasr dalam

mencermati motif yang menjadi alasan Rasulullah dalam melakukan

seruan mengajak para penguasa untuk mengimani ajaran Islam melalui

media surat. Hossein Nasr juga sangat sepakat bahwa imbas dari

Perjanjian Hudaibiyah-lah yang paling memungkin bagi Rasulullah untuk

melakukan hal itu.72 Dengan kata lain, langkah tersebut merupakan salah

satu manuver dan langkah cerdik yang diambil Rasulullah untuk

menciptakan peluang agar Islam bisa disiarkan pada kawasan yang lebih

luas lagi.

2. Keberhasilan Membentuk Kekuatan di Madinah

72 Sayyed Hossein Nasr, Muhammad Hamba Allah (Jakarta: Rajawali Press, 1994), h.

47.

Page 64: Dakwah Nabi Melalui Surat

Periode Madinah merupakan fase yang sama sekali baru dalam

perjalanan siar Islam di Jazirah Arab. Pada periode ini, Rasululah bersama

umat Islam telah berhasil membentuk kekuatan untuk mengimbangi kafir

Quraish Mekkah. Kepercayaan umat Islam di Madinah, baik dari kalangan

Anshar dan Muhajirin, kepada Rasulullah telah memberikan kesempatan

yang sangat baik bagi Rasulullah untuk membentuk satu struktur

masyarakat baru dan kuat di kota ini.

Dalam periode ini Rasulullah tidak hanya memerankan diri sebagai

seorang pemimpin agama semata, tapi beliau juga telah ditempatkan

masyarakat sebagai pemimpin sosial dan politik. Di Madinah, Rasulullah

berhasil menciptakan dan memberlakukan berbagai perangkat yang

mendukung kehidupan sosial-kemasyarakatan, diantaranya keberhasilan

memberlakukan hukum, administrasi pemerintahan, sistem perekonomian

bahkan pembentukan angkatan perang dan sebagainya.73

Dengan adanya kelengkapan seperti itu sudah pasti jika kedudukan

kaum Muslimin Madinah berkembang dan tumbuh menjadi sangat kuat.

Rasulullah sendiri kemudian juga ditempatkan penduduk kota ini sebagai

pemimpin dalam suatu masyarakat dan pemerintahan di Madinah.

Terkait dengan fenomena ini, Amin Ihsan Islahi menyatakan

bahwa dengan keberhasilannya beliau dalam membentuk satu sistem

kemasyarakatan yang kuat juga dengan kedudukan beliau sebagai

pemimpin agama dan politik, hal ini kemudian menjadikan umat Islam di

73 A. Hasjmi, Di mana Letaknya Negara Islam (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1994), h. 49.

Page 65: Dakwah Nabi Melalui Surat

Madinah tidak lagi merasa inferior (masyarakat kelas dua). Pada diri kaum

Muslimin di Madinah muncul satu rasa kepercayaan diri yang tinggi.74

Dengan mempertimbangkan bahwa posisinya itu pula, Rasulullah

melakukan upaya yang mensinergikan kedua posisinya itu. Dalam hal ini

tindakan menulis surat-surat seruan dakwah dapat dikategorikan sebagai

upaya untuk mensinergikan dua fungsi yang sedang diembannya saat itu.

Dengan tindakan ini Rasulullah telah melakukan fungsinya sebagai utusan

Allah yang bertugas menyebarkan ajaran Allah ke bumi, dan dalam waktu

bersamaan beliau juga menjalankan fungsi sebagai pemimpin sosial-

politik.

Tindakan Rasulullah menulis surat yang ditujukan kepada para

penguasa itu telah disandarkan pada alasan yang tepat baik dalam

pertimbangan ajaran agama maupun dalam pertimbangan yang bersifat

diplomatik. Untuk hal ini Rasulullah dan kaum Islam Madinah juga telah

mempertimbangkan dan mempersiapkan kemungkinan buruk terkait

dengan akibat dari mengirimkan surat-surat tersebut.75

Dalam hal ini pula selain mengandung misi yang bersifat

keagamaan, di dalamnya juga termuat satu keinginan untuk

74 W. Montgemerry Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Perhimpunan

Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1988) h. 2 dan H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Bharata Aksara, 1993), h. 22.

75 Bahwa objek yang menjadi tujuan dari para penguasa ini adalah mereka yang dikenal sebagai penguasa yang disegani saat itu. Sebagai contoh Kaisar Heraclius, penguasa Imperium Romawi Byzantium dan Kisra Eperwiz seorang penguasa pada Kekaisaran Persia. Dua wilayah ini merupakan dua kutub kekuasaan paling besar dan saling bersaing pada saat itu. Sudah pasti Rasulullah telah mempertimbangkan akan munculnya ketidaksukaan dari dua penguasa tersebut, sehingga dimungkinkan keduanya melakukan hal-hal negative terhadap Rasulullah dan umat Islam di Madinah. Mengenai hal ini oleh Amin Ihsan Islahi dikatakan, bahwa Rasulullah beserta pengikutnya telah mempertimbangkan sekaligus mempersiapkan tentang hal ini. Lihat Amin Ihsan Islahi, Serba-serbi Dakwah (Bandung: Penerbit Pustaka, 1989) h. 22.

Page 66: Dakwah Nabi Melalui Surat

memperkenalkan bangsa Arab – yakni umat Islam, sebagai salah satu

masyarakat yang terlibat dalam kancah politik dunia saat itu.

Terkait dengan tindakan mengirimkan surat seruan itu, dengan

mengkombinasikan hipotesis dari Patricia Crone sebagaimana dikutip oleh

Faisal Ismail, disebutkan bahwa Rasulullah sebenarnya ingin mencapai

tujuan dan misi politiknya untuk mempromosikan Nasionalisme Arab,

selain mewartakan ajaran Islam ke berbagai wilayah. Karena misi politik

yang berbarengan dengan motif siar Islam inilah yang kemudian menjadi

daya pacu dan daya dorong atas tersebarnya Islam secara luas ke Jazirah

Arab dan berbagai wilayah lainnya di luar kawasan tersebut.76

3. Islam Sebagai Rahmatan Lil 'Alamin

Faktor lain selanjutnya yang menjadi motif atas munculnya

tindakan Rasulullah mengirimkan surat-suratnya adalah terkait dengan

adanya firman Allah Swt dalam Surat Al-Anbiyaa’/17: 107 yang

menyatakan:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat

bagi seluruh alam.”77

Ayat ini turun dan ditujukan kepada Rasulullah seperti halnya

kepada nabi-nabi sebelumnya, bahwa para nabi yang diturunkan Allah

76 Faisal Ismail, Pijar-pijar Islam (Pergumulan Kultur dan Struktur) (Yogyakarta:

Lembaga Studi Filsafat Islam (LESFI), 2002), h. 22. 77 Al-Quran dan Terjemahannya (Departemen Agama Republik Indonesia) (Semarang:

Toha Putra, 1989), h. 508.

Page 67: Dakwah Nabi Melalui Surat

membawa wahyu serta diperintahkan untuk berupaya mengajak para

manusia untuk mengimani ajaran-ajaran yang telah diturunkan-Nya itu.78

Dengan menengok ke belakang, dari seluruh rangkaian ayat yang

termaktub dalam Surat Al- Anbiyaa’ itu yang berjumlah 112 ayat ini. Surat

ini diturunkan di Mekkah, di mana pada saat jumlah dan kekuatan umat

Islam masih sangat kecil dan mereka masih dalam situasi ditekan oleh

pihak kafir Quraish di Mekkah.

Dalam kondisi yang begitu terbatas dan tertekan, sudah pasti jika

firman ini tidak bisa dilakukan secara maksimal karena bisa mewujudkan

perintah yang terkandung pada ayat itu dibutuhkan persyaratan yang

belum bisa terpenuhi di Mekkah. Untuk merealisasikan Islam sebagai

rahmat bagi seluruh alam diperlukan situasi yang mendukung, seperti

adanya kekuatan dan berbagai perangkat pendukung lainnya seperti

jumlah pengikut yang besar, kepemimpinan yang bisa diandalkan, struktur

sosial yang kuat dan berbagai persyaratan lainnya.

Ketika segala hal yang dibutuhkan untuk merealisasikan spirit

yang terkandung dalam Surat Al-Anbiyaa’: 107 telah didapatkan di

Madinah, maka dengan segera Rasulullah dan umat Islam pun

mewujudkan sesuatu yang menjadi spirit dari firman tersebut. Dalam

perkembangan selanjutnya, Rasulullah melihat pihak kafir Quraish tidak

mungkin lagi bisa mengalahkan kaum Muslimin, selain juga telah

disepakatinya kesepakatan untuk tidak saling menyerang sebagaimana

78 Ibid., h. 494.

Page 68: Dakwah Nabi Melalui Surat

dalam Perjanjian Hudaibiyah. Kini Rasulullah dan umat Islam tidak

disibukkan lagi dengan berbagai peperangan melawan Quraish Mekkah.79

Kini saatnya untuk mewujudkan bahwa Islam adalah rahmatan

lil ‘alamin di mana ajarannya bisa menembus dinding kesukuan dan

kawasan. Pembuktian yang paling memungkinkan untuk itu salah satunya

adalah dengan cara mengirimkan surat-surat seruan masuk Islam kepada

para kaisar atau penguasa. Media surat dipilih sebagai alat paling

memungkinkan karena Rasulullah menyadari bahwa beliau kini

berhadapan dengan para penguasa sehingga dalam menjalin komunikasi

harus menggunakan tata cara tersendiri, selain juga cara mengirimkan

surat ini juga merupakan salah satu dari sikap penghormatan terhadap

penguasa-penguasa itu.

Hal lain selanjutnya yang ingin dibuktikan Rasulullah adalah

bahwasanya siar Islam dilakukan melalui jalan damai. Hal ini terkait

dengan kedudukan ajaran Islam dan Rasulullah yang sebagai rahmat bagi

seluruh alam.

Dengan begitu penyebaran ajaran Islam tidak semestinya harus

dilakukan melalui kilatan pedang atau peperangan. Jika Rasulullah tidak

mengambil langkah cerdik dengan menyetujui Perjanjian Hudaibiyah dan

melanjutkan pilihan berkonfrontasi dengan kafir Quraish Mekkah, maka

realisasi Islam sebagai rahmat tentu akan sulit untuk diwujudkan. Jika

79 Ali Syariati, Rasulullah sejak Hijrah Hingga Wafat (Tinjauan Kritis Sejarah Nabi

Periode Madinah) ( Jakarta; Pustaka Hidaya, 1992), h. 95.

Page 69: Dakwah Nabi Melalui Surat

demikian maka stigma bahwa Islam disebarkan melalui kilatan pedang

atau peperangan akan sulit untuk dihindarkan.80

B. Tema dan Isi Surat-surat Rasulullah

Surat-surat Rasulullah yang ditujukan kepada para penguasa itu

merupakan kenyataan yang terjadi dalam sejarah perkembangan Islam. Dalam

disiplin ilmu sejarah, maka kajian yang mengkhususkan dalam mempelajari

surat-surat Rasulullah memberikan satu ruang yang cukup menarik sebagai

bagian untuk membantu dalam memahami pengetahuan sejarah Islam secara

komprehensif. Namun begitu tulisan yang disusun ini belum dalam

kedudukannya untuk bisa memberikan kajian dan gambaran secara detail

mengenai hal ini.

Terkait dengan itu semua maka surat-surat Nabi Muhammad Saw. dapat

dicermati dan dikaji atas isi yang menjadi tema serta kedudukan dari surat-

surat tersebut.

1. Tema dan Isi Surat

Surat-surat seruan dari Rasulullah merupakan salah satu fakta,

yang dengan begitu peristiwa ini merupakan suatu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari studi sejarah Islam, bahkan dengan lebih spesifik menjadi

salah satu kajian dalam Sejarah Dakwah Islam.

Meskipun surat Rasulullah kepada para penguasa itu diberikan

pada saat subyek surat (Rasulullah) dan obyek surat (penguasa) dibuat

dalam keadaan di mana keduanya bertindak sebagai pemimpin bagi

80 Ibid,. h. 95.

Page 70: Dakwah Nabi Melalui Surat

masyarakat dan wilayahnya masing-masing, secara umum tema dan isi

surat berisi tentang ajakan untuk mengimani ajaran Islam.

1.1. Tema dan Isi Surat

Secara umum materi yang disampaikan dalam semua surat-surat

Rasululllah yang pernah ditujukan kepada para penguasa itu

mengandung hal-hal seperti:

a. Seruan untuk menyembah Allah dan ajakan untuk meninggalkan

tuhan-tuhan yang selain Allah. Tema yang berkonsep

ketauhidan ini menjadi salah satu materi pokok dan yang selalu

dicantumkan dalam setiap surat-surat Rasulullah. Sebagaimana

diketahui monotheisme Islam dalam konsep Tauhid adalah

merupakan salah satu pilar utama dari ajaran Islam.

Nabi selalu menekankan materi mengenai ketauhidan ini karena

beliau menyadari bahwa obyek surat itu adalah para pemimpin

yang memeluk keyakinan lain seperti Nasrani dan Majusi. Sudah

pasti konsep ketuhanan dari ajaran yang mereka yakini itu

berbeda dengan konsep monotheisme Islam.81

b. Materi selanjutnya adalah pemberitahuan bahwa Islam adalah

ajaran dan kepercayaan baru yang memberikan jaminan dan janji

keselamatan bagi siapa saja yang mau mengimaninya. Rasulullah

berani untuk mengajukan konsep Islam sebagai ajaran yang

81 Keyakinan Majusi yang menjadi kepercayaan mayoritas masyarakat Persia

menyatakan bahwa api dipercaya sebagai unsur tertinggi dan berkuasa atas kehidupan. Karena kepercayaannya seperti ini maka kaum Majusi sering disebut sebagai penyembah api. Sementara itu juga di kalangan Kristen pada saat itu telah terjadi pergeseran mengenai faham ketuhanan yang cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan Pagan ala Romawi. Ajaran ketuhahan mereka digambarkan layaknya keyakinan terhadap para dewa-dewa yang memiliki beberapa kecenderungan yang mirip dengan keadaan yang dialami oleh manusia. Pada masa ketika Rasulullah menuliskan surat-suratnya itu faham ketuhanan Kristen yang berdasarkan kepada faham Trinitas sudah menjadi faham ketuhanan mayoritas di kalangan pemeluk agama Kristen.

Page 71: Dakwah Nabi Melalui Surat

menyelamatkan terkait dengan konflik keagamaan yang sedang

berlangsung pada masa-masa itu, khususnya di kalangan Nasrani

yang terpecah dalam berbagai golongan dengan klaim kebenaran

dan keselamatannya masing-masing. Sebagai contoh perpecahan

antara kelompok Arius dan Nestorius, atau pertentangan antara

Kristen Roma dengan penganut Ortodoks di kawasan Eropa

Timur dan sekitarnya.

c. Peringatan terhadap tanggung jawab dari masing-masing

pemimpin terkait dengan kedudukan yang sedang mereka emban

saat itu. Rasulullah mengingatkan bahwa sebagai seorang

pemimpin meraka mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan

sekaligus dituntut untuk bersungguh-sungguh dengan tanggung

jawab yang mereka emban.82

Tema dan isi yang terdapat dalam semua surat Nabi ditulis secara

ringkas, padat, tegas serta jelas. Seperti mengulang cara beliau saat

pertama kali memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat

Mekkah yang sama sekali belum mengenal ajaran Islam,83 hal yang

sama juga dilakukan Rasulullah dalam menuliskan kalimat-kalimat

dalam surat-suratnya.

1.2. Struktur Surat

Seperti yang telah disinggung di depan, semua surat Rasulullah

ditulis dengan susunan kalimat yang singkat, padat serta tegas. Model

tulisan seperti ini memiliki struktur yang sama pada ayat-yat yang

82 Tahia Al- Ismail, Tarikh Muhammad Saw (Teladan Perilaku Umat) ( Jakarta: Sri

Gunting Raja Grafindo Persada, 1996), h. 307. 83 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (bagian I dan II) (Jakarta: Rajawali Press,

1999), h. 33.

Page 72: Dakwah Nabi Melalui Surat

diturunkan Allah pada periode Mekkah. Perumpamaannya, para

penguasa tersebut diibaratkan atau diperlakukan sama dengan

masyarakat Mekkah yang saat itu baru mengenal ajaran Islam. Dalam

hal pengenalan awal, maka segala sesuatu yang diperkenalkan itu

semestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang sederhana agar

lekas mudah untuk dikenali dan dipahami.

Di samping juga gaya kalimat yang dituliskan itu dimaksudkan untuk

menghormati para penguasa tersebut juga karena mereka sosok yang

mempunyai kekuasaan dan kedudukan. Dengan menggunakan bahasa

ringkas itu Rasulullah bermaksud untuk menghormati kedudukannya

dengan menghindari penggunaan rangkaian kalimat panjang yang dapat

menimbulkan asumsi sebagai satu sikap menggurui atau mendikte.

Dengan mencermati keseluruhan dari surat-surat tersebut maka secara

garis besar struktur surat Rasulullah terbentuk dalam tiga fase uraian yang

terdiri atas uraian pembukaan, isi surat dan penutup.

Pada pembukaan surat, Rasulullah menyertakan kalimat Basmalah

kemudian disertai pengenalan atas diri Rasulullah kepada penguasa yang

mendapatkan surat tersebut. Pengenalan itu ditulis dengan ungkapan;

…”Dari Muhammad, hamba dan utusan Allah.” Selain itu dalam ungkapan

pembuka Rasulullah selalu tidak lupa menyertakan nama penguasa yang

menjadi obyek beserta menyebutkan kedudukan dan kekuasaannya.

Misalnya dituliskan; …”Kepada Heraclius, Pemimpin Romawi”…struktur

kalimat pembuka yang kurang lebih sama juga dituliskan dalam surat yang

ditujukan kepada Kisra Eperwiz, Kaisar Najasyi, Al Muqauqis dan Harits Al

Ghissani.

Page 73: Dakwah Nabi Melalui Surat

Struktur kalimat pembuka seperti ini menjadi bagian tidak terpisahkan

dari tata cara surat-menyurat sebagai bagian dari penghormatan terhadap

kekuasaan serta kepemimpinan yang dimiliki seorang penguasa tersebut.

Uraian kedua dari surat adalah isi dari surat itu sendiri. Sebagaimana

telah diuraikan di depan isi dari surat-surat Rasulullah adalah ajakan untuk

mengikuti ajaran Islam, ketauhidan, Islam sebagai ajaran yang akan

menyelamatkan serta peringatan terhadap kekuasaan yang sedang dipegang

para penguasa itu.

Namun begitu jika dicermati lagi terdapat perbedaan dalam durasi

kalimat pada masing-masing surat. Menurut hemat penulis, panjang dan

pendeknya durasi itu tergantung dengan tingkat kepentingan dan kedekatan

antara Rasulullah dengan penguasa tersebut. Rasulullah menulis dengan

uraian agak panjang kepada Kaisar Najasyi, Kaisar Heraclius, namun hal

yang demikian itu tidak dilakukannya dalam suratnya yang ditujukan

terhadap penguasa Kekaisaran Persia, Kisra Eperwiz.

Rasulullah menuliskan uraian yang agak panjang kepada Kaisar

Najasyi dan Kaisar Heraclius dikarenakan beliau yakin bahwa kedua

penguasa ini memiliki rasa hormat terhadap Rasulullah dengan

kedudukannya sebagai pemimpin masyarakat di Madinah. Meskipun

mempunyai keyakinan yang berbeda dengan Rasulullah, namun kedua

kaisar itu tidak pernah memiliki sikap memusuhi beliau.

Hal ini berbeda dengan Kisra Eperwiz yang pada saat itu hubungannya

dengan Rasulullah dalam situasi yang tidak baik terkait dengan perseteruan

antara masyarakat Arab dengan bangsa Persia. Selain itu pula penguasa

Page 74: Dakwah Nabi Melalui Surat

Persia ini dianggap sebagai representasi dari ajaran Majusi yang dalam ayat-

ayat Al Quran yang turun sering diuraikan dengan ungkapan yang kurang

simpatik karena bukan tergolong dalam kelompok Ahli Kitab.

Sementara itu untuk bagian yang terakhir dari surat adalah penutup,

Rasulullah mengingatkan kepada para penguasa untuk memperhatikan dan

mempertimbangkan ajakan yang telah disampaikannya tersebut dan pada

bagian yang paling akhir dari surat, beliau selalu membubuhkan stempel

yang terdiri dari tiga baris kata berasal dari cincin beliau yang terbuat dari

perak dengan tulisan : “Muhammad Rasul Allah”

C. Situasi Politik Dari Para Penguasa Saat Itu

Pada saat para penguasa itu mendapatkan surat dari Rasulullah, masing-

masing mereka sedang menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan

yang dihadapi penguasa-penguasa tersebut antara satu dengan yang lainnya

tidaklah sama. Sebagai contoh, Kaisar Heraclius (Romawi Timur) saat itu

seluruh konsentrasi kekuatan yang dimiliki sedang difokuskan untuk

menghadapi dan menaklukkan saingan utamanya, Kisra Eperwiz dari Persia.

Sementara Kaisar An Najasyi sendiri sedang berhadapan dengan masalah

pertentangan aliran dalam internal Kristen pada saat itu. Yang jelas ada

beberapa hal yang terkait dengan isu situasi politik yang menyangkut para

penguasa pada saat mereka menerima surat seruan untuk masuk Islam dari

Rasulullah.

1. Kaisar An Najasyi di Habsyi

Kaisar An Najasyi yang mendapatkan surat dari Rasulullah, adalah

Kaisar yang berkuasa atas wilayah Habsyi atau Habsyah yang kemudian

Page 75: Dakwah Nabi Melalui Surat

menjadi negara Abbesinia atau Ethiopia.84 Dalam sejarah Islam nama

Habsyi ini sangat populer karena pada waktu kelahiran Rasulullah,

penguasa kawasan ini telah memerintahkan untuk menyerang Mekkah dan

berkehendak untuk merobohkan bangunan suci Ka’bah.

Memang penguasa Habsyi sebelum Kaisar Najasyi telah

menunjukkan sikap yang kurang simpatik terhadap masyarakat Arabia.

Namun setelah pucuk pimpinan kekuasaan negara dipegang Kaisar

Najasyi Negusa, sikap seperti itu sudah tidak ada lagi. Bahkan Kaisar ini

sebelumnya yang telah menerima secara terbuka atas hijrahnya beberapa

pengikut Rasulullah yang dikenal sebagai hijrah pertama kaum Muslimin.

Dengan begitu sebelum Rasulullah menyampaikan surat dakwahnya itu,

Rasulullah dan kaum Madinah dengan kaisar ini telah terbina satu

hubungan dan kedekatan yang cukup baik.

Namun selama masa berkuasa Kaisar Najasyi (Negusa) ini

menghadapi persoalan yang pelik terkait dengan perpecahan yang terjadi

dalam lingkungan penganut Nasrani terkait dengan kebenaran ketuhanan.

Perpecahan ini kemudian membagi umat Nasrani pada saat itu ke dalam

dua kelompok; golongan Arius-Athanasius dan Nestorius.85

Persoalannya, pertentangan ini kemudian juga merembet pada

kawasan politik dan kekuasaan. Pada saat itu Kaisar Najasyi mengikuti

golongan Kristen-Nestorius86 yang faham ketuhanannya berbeda dengan

faham teologi Athanasius yang sangat dipengaruhi oleh budaya Romawi.87

84 Amin Ahsan Aslahi, Serba-serbi Dakwah (Bandung: Pustaka, 1989)h. 22. 85 M. At-Taurrahim, Misteri Yesus dalam Sejarah (Jakarta: Pustaka Da’i, 1994), h. 37. 86 Fuad Hassem, Sirah Muhammad Rasulullah (Sebuah Pengantar Baru) (Bandung:

Mizan, 1989), h. 171. 87 Salah satu yang menjadi isu utama munculnya pertentangan antara golongan

Athanasius dan Nestorius adalah terkait tentang eksistensi dari Isa Al Masih atau Yesus Kristus.

Page 76: Dakwah Nabi Melalui Surat

Kaisar Najasyi dalam keadaan seperti ini menghadapi ancaman dari

kalangan Arius-Athanasius yang selain telah menggalang kekuatan atas

konsep dan faham teologinya, juga telah menyertakan kekuatan politik

dalam memaksakan konsepnya itu. Jika saja Kaisar Najasyi tetap

bersikukuh dengan prinsipnya maka ia mendapatkan ancaman serangan

dari golongan Athanasius.88

Surat Rasulullah datang pada saat Kaisar Habsyah menghadapi hal

yang sangat pelik dan berisiko ini. Nampaknya kehadiran dan ajakan

Rasulullah ini dapat dipahamai sebagai salah satu cara untuk keluar dari

pertentangan tersebut. Jika Kaisar Najasyi mau mengikuti dan mengimani

pada apa yang disampaikan Rasulullah, maka golongan Arius-Athanasius

tidak lagi memiliki persoalan dengan Kaisar ini. Seandainya pun kemudian

masih juga ada masalah maka pengikut golongan Arius akan berfikir

bahwa mereka tidak hanya akan menghadapi Najasyi saja tapi juga akan

berhadapan dengan Rasulullah dan umat Islam lainnya.

Dalam beberapa riwayat dinyatakan, Kaisar Najasyi mau mengikuti

dan mengimani terhadap semua yang telah disampaikan Rasulullah,

Golongan Athanasius yang berhasil menjadi mayoritas telah sampai kepada sebuah anggapan bahwa Yesus berkedudukan sebagai Tuhan selain Tuhan Bapa dan Ruh Kudus. Dari mereka muncul konsep Trinitas yang pada kelanjutannya identik sebagai ajaran yang tidak terpisahkan dari ajaran Kristen hingga saat ini. Namun di lain pihak, Golongan Nestorian, menolak keras pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa Yesus atau Isa Al Masih tidak lebih sebagai kalimat Allah yang berwujud pada sosok manusia. Sehingga dengan demikian kedudukan Yesus atau Isa Al Masih tidak lebih sebagai makhluk Allah (manusia) yang mempunyai tugas untuk mewartakan ajaran dari langit kepada umat manusia. Lihat Muhammad At-Taurrahim, Misteri Yesus dalam Sejarah, h. 37.

88 Potensi yang seperti ini sangat memungkinkan sekali dengan mengingat bahwa golongan Athanasius ini memilki pengaruh yang sangat kuat dari masyarakat Asia Tengah bahkan aliran ini telah mendapatkan dukungan yang penuh dari pemegang otoritas tertinggi di Romawi Timur selain tentu juga dukungan dari Gereja Paulus yang berpusat di Vatikan. Lihat Fuad Hasem, Sirah Muhammad Rasulullah (Suatu Penafsiran baru) ( Bandung: Mizan, 1989), h. 171.

Page 77: Dakwah Nabi Melalui Surat

namun begitu pula ada yang meragukan pendapat seperti itu. Mereka yang

meragukan itu mengatakan, meskipun Kaisar Najasyi telah mendapatkan

surat Rasulullah tapi ia tetap bersikukuh dengan keyakinan Kristen

Nestorian-nya itu.89 Namun di atas semua ketidakjelasan tersebut, yang

jelas sikap yang ditunjukkan Kaisar Najasyi terhadap surat seruan

Rasulullah itu sangat simpatik, bersahabat dan menghormati seruan

tersebut.90

Dengan demikian Kaisar Najasyi telah menunjukkan kebesarannya

sebagai seorang pemimpin dan negarawan yang baik dengan indikasinya

ia menerima, mengerti dan menghormati terhadap seluruh isi surat yang

disampaikan. Sikap ini menunjukkan sebagai seorang kaisar dan

pemimpin ia masih memegang teguh etiket yang semestinya ditunjukkan

kepada sesama pemimpin yang lain.

2. Perseteruan Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz

Memasuki pertengahan Abad ke-7 Masehi, adalah masa

meletusnya persaingan dua kutub kekuasaan politik paling kuat di dunia

saat itu, yakni Romawi Timur (Byzantium) dan Persia. Perseteruan itu

secara personalitas juga dilihat sebagai bentuk dari perseteruan antara

Kaisar Heraclius dan Kisra Eperwiz. Keduanya berambisi untuk

89 Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1997), h. 184. 90 Dalam sebuah kisah disebutkan, begitu selesai membaca surat tersebut, Kaisar

Najasyi kepada utusan yang menyampaikan surat itu menyatakan penghormatannya kepada Rasulullah. Kaisar ini juga kemudian menuliskan surat kepada Rasulullah yang isinya tentang kemengertiannya serta penghormatannya terhadap seluruh isi surat yang disampaikan kepada dirinya. Ketika utusan Rasulullah itu akan pulang ke Madinah, Kaisar Najasyi memberikan berbagai macam hadiah yang ditujukan kepada Rasulullah dan umat Islam sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Rasulullah dan umat Islam di Madinah.

Page 78: Dakwah Nabi Melalui Surat

mengalahkan satu dengan yang lain agar bisa diakui sebagai penguasa

tunggal.

Romawi Timur yang saat itu adalah representasi kekuatan Romawi

yang sebelumnya terbelah menjadi dua yakni Romawi Barat yang berpusat

di Roma dan Romawi Timur (Byzantium) dengan pusatnya di

Konstanstinopel (sekarang menjadi kota Istanbul, yang masuk dalam

wilayah negara Turki).91 Dalam perkembangannya Romawi Timur tumbuh

lebih pesat dan menjadi kuat dibanding dengan Romawi Barat.92

Nampaknya Kaisar Heraclius memendam dendam terhadap Kisra

Eperwiz terkait dengan serangan yang telah dilakukan oleh Persia terhadap

Romawi Timur pada tahun 615 Masehi.93 Serangan itu dimaksudkan untuk

menikam langsung jantung kekuasaan Romawi Timur, sekaligus juga

untuk mengkampanyekan kepada para penguasa lain di kawasan Timur

Tengah untuk tidak tunduk kepada Romawi timur dan mengakui

kekuasaan Persia. Karena serangan ini, Kaisar Heraclius kemudian selalu

berupaya keras dan mencari kesempatan untuk suatu saat bisa menyerang

balik Persia sebagai bentuk dari pembalasan dendamnya.

91 Pemberian nama ibukota Romawi Timur (Byzantium) dengan sebutan

Konstantinopel ini didasari oleh pada penghormatan kepada salah satu Kaisar Romawi yang bernama Kaisar Konstantin. Kaisar ini dinilai memberi jasa yang sangat luar biasa atas tersebarnya ajaran Kristen di Roma. Kaisar Konstantin mengambil langkah yang sangat berani dengan menyatakan diri masuk agama Kristen sebagai upaya politik untuk meredam kemungkinan munculnya pemberontakan dari kaum Nasrani yang saat itu menjadi musuh nomor satu pemerintahan Romawi. Dengan masuknya Konstantin menjadi pemeluk Kristen maka pada saat itu ajaran Kristen mulai bersinggungan dan bersinergi dengan budaya dan keyakinan kuno Romawi. Karena jasa-jasanya itu maka penguasa Romawi Timur menjadikan nama Kaisar Konstantin sebagai nama ibukota negara mereka.

92 Mukhtar Yahya, Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah sebelum Lahirnya Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 472.

93 Dengan melihat bahwa Kaisar Heraclius mulai berkuasa pada tahun 610 M, maka Persia melakukan serangan tersebut pada masa empat tahun setelah Heraclius naik menjadi Kaisar di Romawi Timur.

Page 79: Dakwah Nabi Melalui Surat

Dendam ini kemudian dilaksanakan pada tahun 622-630 M, di mana

kaisar Heraclius melakukan berbagai serangan ke wilayah-wilayah yang

berada dalam kekuasaan Persia, seperti Asia Kecil, Mesir dan Suriah.94

Puncak dari kemenangan Kaisar Heraclius atas Persia terjadi pada tahun

630 M ketika pasukan Romawi berhasil merebut Yerussalem, kota suci

bagi orang Kristen dari tangan Persia.95

Surat seruan Rasulullah diterima Kaisar Heraclius pada saat ia

berada di Yerussalem dan berada di tengah pasukan yang sedang

merayakan kemenangan besarnya atas Persia.96

Sebagaimana diriwayatkan, sambutan Heraclius diberitakan sangat

simpatik meski ia tetap memegang keyakinan lamanya. Namun begitu

sebagai seorang penguasa yang baik, Heraclius menghormati seruan itu

dan mengakui bahwa Rasulullah tidak hanya sebagai pemimpin spiritual

bagi masyarakat Arab (Madinah) tapi lebih dari itu ia menyatakan,

Rasulullah adalah seorang pemimpin negara yang memiliki kedudukan

yang sama dengan dirinya.

Sikap seperti ini tentu mengundang simpati dari kaum Muslimin

karena kaisar ini baru saja mendapatkan kemenangan yang gemilang yang

94 Funk & Wagnalls New Ensiklopedia jilid 13 (United State of America Printed: RR

Donelly & Sons Company, 1994), h.69. 95 Al Hamid Al Hussein, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw (Jakarta:

Waqtiyah, 1990), h. 677. 96 Sebagai kota yang sering menjadi sasaran perebutan dari berbagai kekuatan yang ada

pada saat itu, kota Yerussalem seringkali diganti namanya sesuai dengan kehendak dari pihak yang berhasil merebutnya. Dalam khasanah bahasa Ibrani, Yerussalem sering disebut dengan “Bethlehem” atau orang Arab menyebutnya dengan aksen yang ada pada mereka dengan sebutan “Baitullahmi” yang keduanya memiliki arti yang kurang lebih sama yakni “Kota Tuhan”. Sebutan terhadap Yerussalem ini juga berubah ketika pasukan Romawi di bawah kendali Kaisar Heraclius berhasil merebut kota ini dari penguasaan pasukan Persia. Oleh orang-orang Romawi mereka menyebut kota Yerussalem berdasarkan aksen bahasa yang mereka miliki dengan menyebut Yerussalem sebagai “Elia Capitolania” yang juga mengandung pengertian yang sama yakni kota Tuhan.

Page 80: Dakwah Nabi Melalui Surat

tentunya sangat wajar jika ia bersikap sombomg atau tinggi hati. Namun

hal ini tidak ditunjukkan oleh Kaisar Heraclius yang tidak lantas menjadi

sombong dan memandang remeh pemimpin lainnya seperti Rasulullah.

Sebagai bentuk penghormatan kepada Rasulullah, Kaisar Heraclius

membalas surat itu dengan disertai bermacam hadiah sebagai bentuk rasa

hormat dan pengakuannya terhadap kedudukan Rasulullah di Madinah.

Karena sikap-sikapnya yang demikian itu, sangat masuk akal jika

dalam konflik Romawi Timur versus Persia ini, Rasulullah lebih

bersimpati pada Kaisar Heraclius karena selain sikapnya terpuji,

Rasulullah juga menilai penganut keyakinan Nasrani (Kristen) termasuk

sebagai golongan Ahli Kitab yang mewarisi konsep monotheisme yang

sebelumnya dibawa oleh Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi Isa Al Masih

serta nabi-nabi lainnya. Kenyataan ini tentu sangat berbeda dengan orang

Persia yang menganut ajaran Majusi, di mana mereka tidak termasuk

sebagai pewaris ajaran ketuhanan yang dibawa Nabi Ibrahim. Selain itu

sikap pemimpin mereka, Kisra Eperwiz, saat menerima surat seruan dari

Rasulullah juga sangat tidak terpuji dan jauh sekali dari gambaran dari

sikap seorang pemimpin dan penguasa yang baik.

3. Sikap Pasif Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani

Dari sekian banyak referensi dalam sejarah Islam nampaknya tidak

begitu banyak uraian yang mengulas tentang situasi politik pada diri Al

Muqauqis dan Harits Al Ghissani. Nama kedua penguasa ini muncul pada

bahasan yang terkait dengan studi terhadap surat-surat seruan yang

dilakukan Rasulullah.

Page 81: Dakwah Nabi Melalui Surat

Namun begitu kedua wilayah yang berada di bawah kekuasaan

mereka menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam studi sejarah pada

waktu itu. Al Muqauqis, adalah penguasa Mesir di Afrika bagian utara, di

mana kawasan ini pada masa ribuan tahun sebelumnya pernah mempunyai

kekuasaan dan peradaban yang gemilang. Pada ribuan tahun sebelumnya

wilayah ini terkenal dengan kejayaan dan kekuasaan dari raja-raja Fir’aun

(Pharaoh). Di Masa lalu posisi Mesir ini menjadi sangat penting karena

wilayah ini memiliki kota pelabuhan Aleksandria yang dikenal sebagai

salah satu tempat paling strategis dalam lalu lintas perdagangan laut di

sekitar Perairan Mediterania (Laut Tengah). Tidak heran jika wilayah

Mesir ini kemudian selalu menjadi rebutan dari beberapa kekuatan besar

dunia.

Pada masa Al Muqauqis, Mesir berada dalam kekuasaan Romawi

Byzantium dengan status sebagai wilayah setingkat provinsi yang

dipimpin seorang prekurator (walinegara). Sebagai seorang walinegara,

sebagian besar langkah dan kebijakan yang diambil Al Muqauqis selalu

bersandar kepada penguasa di Konstantinopel (Ibukota Romawi Timur

atau Byzantium).97

Aleksandria sebagai pusat pemerintahan saat itu tidak lebih sebagai

kawasan satelit bagi kekuasaan Romawi di Mesir dan kawasan sekitarnya.

Dengan demikian hampir pada semua hal, Al Muqauqis tidak berani

97 Dalam perkembangannya Konstantinopel ini kemudian menjadi bagian dari negara

Turki modern. Kota ini memang menempati kawasan yang sangat strategis karena berada di bagian barat dari Selat Bosporus yang menjadi pintu gerbang masuk ke wilayah-wilayah Asia Kecil. Meskipun sebutan sebagai kota Konstantinopel masih terasa akrab dalam pendengaran masyarakat namun sebagian besar orang lebih mengenalnya sebagai kota Istanbul, sebuah nama yang diberikan terhadap kota Konstatinopel oleh penguasa Turki setelah berhasil menguasai kota ini dan menjadikannnya sebagai bagian dari negaranya.

Page 82: Dakwah Nabi Melalui Surat

mengambil keputusan yang otonom. Demikian pula saat mendapatkan

seruan Rasulullah, Al Muqauqis pun mengekor kepada sikap Kaisar

Heraclius, yakni tetap memegang keyakinannya meskipun dalam hati ia

dapat membenarkan apa yang telah diserukan Rasulullah tersebut.

Selain Mesir dan Al Muqauqis yang menjadi wilayah bawahan dari

Romawi Timur, wilayah lainnya adalah Syam. Wilayah ini sudah cukup

akrab bagi orang-orang Arab karena sudah sejak lama kawasan Syam ini

menjadi tujuan dari kegiatan perniagaan para pedagang Arab. Bahkan

Rasulullah di masa mudanya juga pernah diajak oleh pamannya, Abi

Thalib, untuk ikut berdagang di tempat ini.

Secara geografis, Syam (sekarang menjadi negara Suriah dengan

pusatnya di Damaskus) menempati posisi yang strategis. Wilayah ini

menjadi kawasan perbatasan karena letaknya berada di tengah wilayah-

wilayah yang dikuasai Romawi Timur dengan kawasan Jazirah Arab.

Selain itu, di sebelah utara dan timur Syam ini, ada kawasan Persia yang

pada waktu itu menjadi pesaing berat bagi Romawi Byzantium.

Pada masa Harits Al Ghissani, wilayah ini sama halnya dengan

Mesir, yakni menjadi jajahan Romawi Byzantium. Kedudukan Harits Al

Ghissani sebagai prekurator telah menyebabkan ia harus tunduk pada

kekuasaan pusat di Konstantinopel.

Sama halnya dengan penguasa Mesir, Harits Al Ghissani juga tidak

memiliki keberanian untuk bersikap secara mandiri karena pertimbangan

kedudukannya yang di bawah Kaisar Romawi Timur. Selain itu ia juga

sangat tergantung dalam segala hal kepada kekuasaan dan kekuatan

Page 83: Dakwah Nabi Melalui Surat

Romawi Timur. Sikap ini dapat dilihat pada saat Perang Mut’ah, orang-

orang Syam merasa sangat yakin dengan kekuatannya karena

mendapatkan bantuan balatentara dari Romawi.

Dengan melihat pada kecenderungan-kecenderungan seperti ini

maka baik Al Muqauqis dan Harits Al Ghissani adalah sosok penguasa

yang berkecenderungan bersikap pasif. Tindakan seperti ini sangat

memungkinkan karena di atas kekuasaan mereka ada kekuasaan yang lebih

besar lagi.

Page 84: Dakwah Nabi Melalui Surat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian sederhana yang disusun dalam empat bab di depan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keputusan Rasulullah melakukan kegiatan berdakwah melalui media

surat ini berdasarkan beberapa hal yang menjadi latar belakang. Sesuatu

atau hal yang menjadi latar belakang itu adalah; a) Sebagai imbas dari

Perjanjian Hudaibiyyah, b). Motivasi untuk mewujudkan Islam sebagai

rahmatan lil 'alamin, c). Keberhasilan Rasulullah dalam membentuk

sebuah struktur masyarakat yang kuat di Madinah.

2. Keputusan untuk melakukan upaya dakwah melalui surat ini sekaligus

menunjukkan kemampuan dari Rasulullah dalam memanfaatkan situasi

politik yang sedang berlangsung pada saat itu. Seperti Kaisar Najasyi di

Habsyah yang pada saat itu sedang mengalami perpecahan teologi antara

Kristen Nestorius dan Arius Athanasius, di mana perpecahan ini telah

merembet pada wilayah kekuasaan. Kaisar Heraclius di Romawi yang

sedang berseteru dengan Kisra Eperwiz di Persia, di mana dua raja ini

saling mengalahkan satu sama lain. Begitu juga dengan al-Muqauqis dan

Harits al-Ghissani, dan lain sebagainya.

3. Selain juga, hal ini menunjukkan visi Rasulullah yang maju dimana

beliau memiliki keinginan Islam bisa menyebar ke luar Jazairah Arab,

Page 85: Dakwah Nabi Melalui Surat

dan Islam sanggup menembus dinding-dinding kebangsaan dan

kewilayahan. Ini merupakan satu bentuk dari visi universalisme dari

agama Islam itu sendiri.

B. Saran-saran

1. Diharapkan dengan penyusunan tulisan ini akan menambah penhgetahuan

kita terhadap realitas sejarah yang pernah terjadi. Sehingga bisa

memberikan sumbangsih dan masukan terhadap kajian yang sama untuk

waktu-waktu yang akan datang, sekaligus juga untuk melengkapi adanya

kekurangan-kekurangan yang belum terpenuhi dari penyusunan skripsi ini.

2. Diharapkan dengan penyusunan tulisan ini turut membukan kesadaran dan

pengetahuan sejarah, lebih dikhususkan lagi pada kajian sejarah dakwah.

Dengan munculnya kesadaran dan pengetahuan ini diharapkan bisa

menjadi bekal dan refrensi terhadap kajian-kajian yang dilakukan oleh

mahasiswa di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, atau kepada

orang-orang yang terjun langsung dalam kegiatan praktik dakwah.

3. Dengan adanya penyusunan tulisan ini, diharapkan bisa menambah aspek-

aspek yang telah ada dalam mempelajari mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan dakwah, baik dakwah sebagai ilmu maupun dakwah

sebagai terapan praktis dalam kehidupan.

4. Dan tulisan ini diharapkan akan memunculkan tulisan-tulisan lain dengan

tema yang sama dan tentunya diharapkan dengan kualitas atau bobot yang

lebih baik lagi.

Page 86: Dakwah Nabi Melalui Surat

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. Karim MR. Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1989.

Al-Husain, Al-Ahmad. Membangun Peradaban (Sejarah Muhammad Saw. Sejak

Sebelum Diutus Menjadi Nabi). Bandung: Pustaka Hidaya, 2000.

Al-Husain, Al-Ahmad. Riwayat Kehidupan Nabi Muhammad. Jakarta: Waqfiyah,

1990.

Al-Ismail, Tahia. Tarikh Muhammad Saw. (Teladan Perilaku Umat). Jakarta:

Srigunting Raja Grafindo Persada, 1986.

Al-Maula Bik, Muhammad Ahmad. Muhammad Saw Insan Teladan. Rembang

Jawa Tengah: Insan Teladan, Pustaka Anisah, 2004.

Al-Qahthani, Wahif bin Ali bin Said. Al Hikmatu Fid Da'wah Ilallah Ta'ala.

Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

Al-Qur’an & Terjemahannya. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an,

Departemen Agam Republik Indonesia, 1986.

Ali, A. Mukti. Perbandingan Agama; Dialog, dakwah, dan Misi. Yogyakarta:

IAIN Sunan Kalijaga Press, 1990.

Ali, Kholid Sayyid. Surat-surat Nabi Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press,

1991.

Atjeh, Abubakar. Potret Dakwah Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya,

Ramadhani. Surakarta, 1986.

Badudu, J.S. & Zain, Sutan Muhammad. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Daya, Burhanuddin. Agama Yahudi. Yogyakarta: PT. Bagus Arafah, 1982.

Eka Sardhana, Sutirman. Jurnalistik Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Ensiklopedi Islam. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993.

Ensiklopedi Islam Indonesia (IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta). Jakarta:

Djambatan, 1992.

Gibb, H. R. Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Bharata Aksara, 1993.

Hasymy, A. Di Mana Letak Negara Islam?. Jakarta: Bina Ilmu, 1987.

Page 87: Dakwah Nabi Melalui Surat

Heikal, Muhammad Husain Sejarah Hidup Nabi Muhammad. Jakarta: Pustaka

Antar Nusa, 1992.

Hielmy, Irfan. Dakwah Bil Hikmah. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002.

Hosein, Fuad. Sirah Muhammad Rasulullah (Sebuah Pengantar Baru). Bandung:

Mizan, 1989.

Islahi, Amin Ahsan. Serba-Serbi Dakwah. Bandung: PT. Pustaka, 1989.

Khalil, Munawwar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad. Jakarta: Bulan

Bintang, 1966.

Lapidus, Ira. M. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Muhammad, Jamaluddin Athiyah. Fiqh Baru bagi Kaum Minoritas. Bandung:

Nuansa Cendekia, 2006.

Munir, M. Metode Dakwah Islam. Jakarta: Kencana, 2003.

Nasr, Sayyed Hussein. Muhammad Hamba Allah. Jakarta: Rajawali Press, 1994.

Shaleh, Abdul Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Shiddiqi, Abdul Hamid. Sirah Nabi Muhammad Saw. Bandung: Penerbit Marja,

2005.

Shiddiq, Nourouzzaman. Jeram-Jeram Peradaban Muslim. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1988.

Surachmad, Winarno. Dasar-dasar Teknik Riset (Pengantar Metodologi Ilmiah).

Bandung: Tarsito, 1994.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1995.

Syafi’i Ma’arif, Ahmad. Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES, 1995.

Syam, Nur. Metodologi Penelitian Dakwah. Surakarta: Ramadhani, 1991.

Syariati, Ali. Rasulullah Sejak Hijrah hingga Wafat. Jakarta: Pustaka Hidayah,

1992.

Tambak Alam, She H. Datuk. Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah. Jakarta:

Rineka Cipta, 1990.

Watt, Montgemery W. Politik Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta:

Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1988.

Yahya, Mukhtar. Perpindahan-Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah

Sebelum Lahirnya Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1997.

Page 88: Dakwah Nabi Melalui Surat

Ya’qub, Ali Mustofa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1997.

− − − −, Histeriografi Islam, Logos, Jakarta, 1998.

Zaidan, Abdul Karim. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 1984.