daftar isi - digilib.uns.ac.id... · tipologi bangunan ii-29 7. preseden perpustakaan umum ii-31 a....

129
v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii UCAPAN TERIMAKASIH iv DAFTAR ISI v DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL x BAB I PENDAHULUAN A. Pemahaman Judul I-1 B. Latar Belakang I-1 C. Permasalahan dan Persoalan I-4 D. Tujuan dan Sasaran I-4 E. Lingkup Pembahasan dan Batasan I-4 F. Strategi dan Metodologi Rancang Bangun I-5 G. Sistematika Penulisan I-7 BAB II KAJIAN DAN TINJAUAN A. Kajian Tunanetra II-1 1. Pemahaman Tunanetra II-1 2. Penggolongan Tunanetra II-2 a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman II-2 b. Bedasarkan Saat terjadinya Kebutaan II-3 c. Berdasarkan Kelemahan Visual II-4 3. Karakteristik / Perilaku Tunanetra II-5 a. Karakteristik Tunanetra Total II-5 b. Karakteristik Tunanetra Kurang Lihat (parsial) II-7 4. Ekspresi Ruang Terhadap Tunanetra II-8 5. Persyaratan Teknis Aksesibilitas Penyandang Tunanetra Berdasarkan Ketetapan Menteri Pekerjaan Umum Repulik Indonesia nomor 468/KPTS/1998 II-11 B. Kajian Perpustakaan II-20 1. Pemahaman II-20 2. Fungsi Perpustakaan II-21

Upload: vonhi

Post on 02-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

v

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMAKASIH iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pemahaman Judul I-1

B. Latar Belakang I-1

C. Permasalahan dan Persoalan I-4

D. Tujuan dan Sasaran I-4

E. Lingkup Pembahasan dan Batasan I-4

F. Strategi dan Metodologi Rancang Bangun I-5

G. Sistematika Penulisan I-7

BAB II KAJIAN DAN TINJAUAN

A. Kajian Tunanetra II-1

1. Pemahaman Tunanetra II-1

2. Penggolongan Tunanetra II-2

a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman II-2

b. Bedasarkan Saat terjadinya Kebutaan II-3

c. Berdasarkan Kelemahan Visual II-4

3. Karakteristik / Perilaku Tunanetra II-5

a. Karakteristik Tunanetra Total II-5

b. Karakteristik Tunanetra Kurang Lihat (parsial) II-7

4. Ekspresi Ruang Terhadap Tunanetra II-8

5. Persyaratan Teknis Aksesibilitas Penyandang Tunanetra

Berdasarkan Ketetapan Menteri Pekerjaan Umum Repulik

Indonesia nomor 468/KPTS/1998 II-11

B. Kajian Perpustakaan II-20

1. Pemahaman II-20

2. Fungsi Perpustakaan II-21

Page 2: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

vi

a. Fungsi Pendidikan II-21

b. Fungsi Kultural II-21

c. Fungsi Rekreasi II-22

d. Fungsi Dokumentasi II-22

3. Jenis Perpustakaan II-22

a. Perpustakaan Umum II-22

b. Perpustakaan Khusus II-22

c. Perpustakaan Sekolah II-23

d. Perpustakaan Perguruan Tinggi II-23

e. Perpustakaan Nasional II-23

4. Kegiatan Pokok Perpustakaan II-23

a. Pembinaan Bahan Koleksi II-23

b. Pengolahan Bahan Koleksi II-24

c. Pelayanan II-25

d. Organisasi Perpustakaan II-26

5. Perpustakaan Tunanetra II-28

6. Tipologi Bangunan II-29

7. Preseden Perpustakaan Umum II-31

a. New Seattle Public Library II-31

b. Mount Angel Library II-34

BAB III TINJAUAN KOTA SURAKARTA

A. Tinjauan Fisik III-1

B. Eksistensi Penyandang Tunanetra di Surakarta III-6

1. Jumlah III-6

2. Kondisi Fisik Pelayanan III-6

3. Aspek Kebutuhan III-6

4. Aspek Lingkungan dan Tempat III-7

5. Bentuk Wadah III-7

C. Relevansi Surakarta sebagai Lokasi III-8

D. Preseden Fasilitas Tunanetra di Surakarta

1. UPT Panti Tunanetra dan Tuna rungu wicara ”Bhakti Chandrasa

2. SLB/A-YKAB Surakarta III-10

E. Perpustakaan Umum kota Surakarta III-12

1. Lokasi III-12

2. Pelaku III-12

Page 3: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

vii

3. Kegiatan III-14

4. Koleksi III-15

5. Ruang III-16

6. Urgensi Permasalahan III-18

F. Lokasi dan Site Standard III-18

BAB IV PERPUSTAKAAN TUNANETRA YANG DIRENCANAKAN IV-1

A. Pemahaman IV-1

B. Fungsi IV-1

C. Pelaku dan Kegiatan IV-3

1. Pelaku IV-3

2. Kegiatan IV-4

a. Pengelompokan Kegiatan IV-4

b. Waktu kegiatan IV-5

c. Sistem Pelayanan IV-5

D. Koleksi Perpustakaan IV-5

BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP V-1

A. Analisa Makro V-1

1. Analisa Lokasi dan Site V-1

2. Analisa Pencapaian V-5

3. Analisa View dan Orientasi V-7

4. Analisa Sirkulasi Site V-9

5. Analisa Kebisingan V-10

B. Analisa Mikro V-12

1. Analisa Peruangan V-12

a. Kebutuhan Ruang V-12

1) Kegiatan Penerimaan V-12

2) Kegiatan Informasi Perpustakaan V-13

3) Kegiatan Penunjang V-14

4) Kegiatan Pengelolaan V-15

5) Kegiatan Servis V-15

b. Luas Ruang V-16

1) Luas Ruang Kegiatan Penerimaan V-16

Page 4: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

viii

2) Luas Ruang Kegiatan Informasi Perpustakaan V-16

3) Luas Ruang Kegiatan Pengelolaan V-20

4) Luas Ruang Kegiatan Penunjang V-22

5) Luas Ruang Kegiatan Servis V-22

c. Tata Ruang V-24

1) Penzoningan Ruang V-24

2) Pendekatan Sirkulasi Bangunan V-26

2. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan V-28

a. Bentuk dasar massa V-28

b. Gubahan Massa V-29

c. Fasad bangunan V-30

d. Pendekatan Sistem Struktur V-31

3. Utilitas V-35

a. Sistem Jaringan Air Bersih V-35

b. Sistem Jaringan Sanitasi dan Drainase V-36

c. Sistem Jaringan Jaringan Listrik V-37

d. Sistem Penghawaan Ruang V-38

e. Sistem Penerangan Ruang V-39

f. Sistem Keamanan V-39

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI-1

A. Konsep Perencanaan VI-1

B. Konsep perancangan VI-1

1. Konsep Site VI-1

2. Konsep Peruangan VI-2

3. Konsep Tampilan Bangunan VI-6

4. Konsep Utilitas Bangunan VI-7

DAFTAR PUSTAKA xi

LAMPIRAN

GAMBAR KERJA

Page 5: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. PEMAHAMAN JUDUL

Perpustakaan tuna netra ialah suatu perpustakaan yang secara

khusus menyediakan koleksi bahan-bahan pustaka dalam format

khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan kaum tuna netra.

Dari segi ukuran, biasanya pepustakaan tuna netra dapat

berukuran cukup besar, namun lingkup pelayananya tidak terlalu luas.

Namun demikian sebaiknya perpustakaan ini menempati bangunan

tersendiri.

Perpustakaan tunanetra tidak hanya menyediakan buku-buku

braile, buku dalam cetakan besar, rekaman audio, dll, namun juga ikut

memproduksi bahan-bahan tersebut sehingga dapat sebagai pusat

informasi bagi organisasi Tuna netra, khususnya di jawa tengah. Selain

itu juga berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan akan edukasi dan

rekreasi bagi kaum Tuna Netra.

Seperti disebutkan diatas, kekhususan dari perpustakaan ini

adalah fasiitasnya yang tersedia khusus didesain dan disediakan untuk

kaum tuna netra. Namun demikian Perpustakaan ini tidak menutup

kesempatan bagi khalayak umum untuk datang dan menggunakan

fasilitas perpustakaan seluas luasnya.

B. LATAR BELAKANG

Manusia dikaruniai sedikitnya 5 macam indera untuk dapat

menyerap berbagai informasi yang ada di dunia. Indera penglihatan,

indera penciuman, indera pendengar, dan indera peraba.

Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital

bagi manusia. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar informasi yang

diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatannya, sedangkan

selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian,

dapat dipahami jika seseorang mengalami gangguan atau cacat pada

indera penglihatannya , maka kemampuan aktifitasnya akan menjadi

sangat terbatas, karena informasi yang mereka peroleh akan jauh

Page 6: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

x

berkurang dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Tak

jarang akibat keterbatasan itu dapat mengakibatkan timbulnya berbagai

kendala secara psikologis, misalnya perasaan yang lebih sensitive,

perasaan inferior (rendah diri), depresi, atau perasaan hilangnya makna

hidup.

Mereka yang memiliki keterbatasan visual seringkali

mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi dibandingkan

mereka yang normal. Padahal tak dapat dipungkiri dalam era

globalisasi seperti saat ini, dimana arus informasi yang mengalir deras

sangat mungkin menyebabkan mereka tertinggal. Karenanya perlu

segera diupayakan fasilitas khusus bagi mereka yang ingin belajar dan

memperoleh ilmu maupun informasi walaupun dalam keterbatasan

yang dimiliki.

Para penvandang tuna netra sendiri sebenarnya rnenghendaki

agar pemerintah membuka kesempatan belajar kepada seluruh

masyarakat tanpa membedakan kemampuan fisik dan nonfisik. Hal itu

mereka ungkapkan dalam aksi damai di depan gerbang Gedung MPR/

DPR, (Kompas Scnin 5 Mei 2003) Selain itu mereka juga meminta

masyarakat agar tidak memandang rendah kaum yang memiliki

perbedaan fisik dan nonfisik.

Hal ini menunjukkan adanva semangat yang tinggi untuk tetap

belajar dan tidak ketinggalan informasi walaupun memiliki

keterbatasan fisik. Namun kurangnya fasilitas yang informative dan

sikap masyarakat yang kadang kala memandang rendah menjadi

penghalang bagi mereka.

Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan

pendidikan. seperti tertuang dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal 5

bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan. Dengan demikian orang-orang yang

menderita cacat atau kelainan juga mendapatkan perlindungan hak.

seperti tertuang pada pasal 8 ayat ( 1) UU No. 2 tahun 1989 disebutkan

bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental

Page 7: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xi

berhak memperoleh Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sedangkan pada

Bab VI pasal 24 ayat 7 disebutkan bagi penyandang cacat berhak

memperoleh pelayanan khusus. Disini dapat diartikan mereka juga

berhak memperoleh fasilitas pendidikan yang layak seperti sekolah

maupun layanan perpustakaan yang berfungsi juga sebagai sarana

memperoleh pendidikan formal dan nonformal.

Mengutip Direktur Pendidikan Luar Biasa, Mudjito (1998),

Selama ini anak-anak cacat cenderung mengalami kesulitan untuk

mendapatkan akses pendidikan dan pelatihan, sehingga akses

memperoleh pekerjaan juga tidak mudah. Selanjutnva hal itu

berimplikasi pada penghasilan dan berantai pada gizi dan kesehatan

generasi penerusnya, dapat disimpulkan perlunya akses khusus yang

dapat berfungsi sebagai pendidikan informative bagi mereka yang

cacat.

Sarana pendidikan informative ini dapat diperoleh melalui

fasilitas perpustakaan dimana dapat diperoleh sumber bacaan seperti

buku, majalah,koran maupun sumber informasi lain seperti fasilitas

multi media berupa internet, audio (kaset, cd,mp3) maupun video

(vcd,dvd,dan kaset video).

Di sini, perpustakaan memiliki peran penting dalam upaya

peningkatan sumber daya manusia. Perpustakaan merupakan salah situ

sarana pelestari pustaka sebagai hasil budaya yang mempunyai fungsi

sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang

pembangunan nasional (Keppres no 11 tahun 1983 )

Adapun fasilitas tersebut khususnya dalam format khusus bagi

penyandang tuna netra masih sukar didapat pada perpustakaan umum.

Di sini yang dimaksud dengan format khusus meliputi pelayanan

perpustakaan bagi mereka yang tuna netra, format bacaan Braille atau

cetakan besar, audio (buku elektronik, kaset, dll), video, sarana multi

media yang khusus, maupun fungsi bangunan yang didesain khusus

Page 8: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xii

sehingga memberikan kenyamanan maupun kesan psikologis yang

mendukung.

Direktur Pendidikan Luar Biasa, Mudjito menilai pemerintah

lebih menekankan pendidikan hanya pada masalah pertumbuhan dan

kompetisi. Asas keadilan dan kemanusiaan yang menyinggung pada

anak-anak yang memiliki keterbatasan, dinilainya masih jauh dari

cukup.

Di sini dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu

perpustakaan yang dapat memfasilitasi kebutuhan penyandang tuna

netra maupun cacat untuk memperoleh sumber pengetahuan

informative dengan kondisi yang mendukung secara psikologis

merupakan salah satu sarana utama dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mencapai tujuan pembangunan nasional untuk

membangun masyarakat Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia

tanpa terkecuali.

C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1. Permasalahan

Berdasarkan bahasan di depan, permasalahan yang muncul

adalah merencanakan dan merancang Perpustakaan Tunanetra di

Surakarta yang dapat memberikan kemudahan bagi para kaum tuna

netra untuk memperoleh sumber informasi, baik melalui buku maupun

sumber informasi lain (audio dan multi media, teknologi

informasi/internet, dll) sehingga dapat membantu peningkatan kualitas

sumber daya manusia secara menyeluruh.

2. Persoalan

Dari permasalahan di atas, persoalan yang muncul adalah

bagaimana menentukan

a. Tata site

b. Program ruang

c. Tampilan bangunan

Page 9: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xiii

d. Material dan utilitas

Yang sesuai dengan karakteristik karakteristik tunanetra

D. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan pembahasan ini adalah merencanakan dan merancang

fasilitas publik berupa perpustakaan tunanetra di Surakarta dengan

menggunakan pendekatan perilaku tunanetra.

Sedangkan sasaran yang ingin didapat adalah konsep

perencanaan dan perancangan Perpustakaan Tunanetra yang meliputi

konsep perilaku pelaku dan kegiatan, kebutuhan dan luas ruang, lokasi

dan site, tata ruang, gubahan masa bangunan, fasad bangunan, tata

lansekap, struktur dan utilitas.

E. LINGKUP PEMBAHASAN DAN BATASAN

Lingkup pembahasan berada di seputar disiplin ilmu arsitektur

yang berkaitan dengan perpustakaan umum dan arsitektur perilaku.

Studi keilmuan lain merupakan pendukung konsep Perpustakaan

Tunanetra Surakarta. Sedangkan pembahasan dibatasi hanya pada

kajian seputar perpustakaan umum dan arsitektur perilaku dan

penerapannya pada bangunan perpustakaan Tunanetra Kota Surakarta.

F. STRATEGI DAN METODOLOGI RANCANG BANGUN

Di dalam strategi dan metodologi rancang bangun, pembahasan

dilakukan dalam beberapa tahapan. Masing-masing tahapan terdiri atas

metode yang hampir sama, yakni analisa dan sintesa. Menganalisa

permasalahan yang ada kemudian menyimpulkannya sehingga nantinya

dapat dijadikan sebagai titik tolak penyusunan konsep perencanaan dan

perancangan.

Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan:

1. Tahap I (PENGUNGKAPAN MAIN IDEA)

Main idea merupakan gagasan awal yang didapat dari suatu topik

atau fenomena yang ingin disampaikan. Pengungkapan main idea

berkembang dengan adanya studi pustaka dan eksplorasi.

Page 10: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xiv

a. Penjabaran Main idea

Pada tahap ini, main idea yang di peroleh dari suatu topik disusun

menjadi beberapa pustaka (kutub-kutub). Kutub-kutub yang telah

ditentukan tersebut kemudian dijadikan sebagai materi eksplorasi, yang

meliputi teori dan data terkait.

Dalam hal ini kutub-kutub yang menjadi materi eksplorasi adalah

mengenai Tunanetra, Perpustakaan, dan kota Surakarta.

b. Eksplorasi Main Idea

Eksplorasi dilakukan dengan menguraikan kutub-kutub yang telah

ditentukan pada tahap penjabaran main idea. Masing-masing kutub

dijabarkan dan diinteraksikan antara satu sama lain untuk mencari

hubungan antar kutub yang meliputi permasalahan yang menjadi esensi

pemicu yang nantinya dapat dijadikan sebagai strategi rancang bangun.

Esensi-esensi pemicu menjadi penyelaras antara persepsi yang ada dengan

kondisi yang terjadi di lapangan. Proses eksplorasi ini juga menjadi dasar

pemahaman-pemahaman yang diperlukan dalam proses selanjutnya,

seperti pada penentuan judul dan proses pendekatan konsep rancang

bangun, dsb.

c. Pengumpulan Data pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

cara, yakni:

§ Obervasi lapangan, merupakan kegiatan pengamatan langsung

terhadap Perilaku Tunanetara untuk mengetahui kebutuhan dan

karakteristik seorang penyandang tunanetra.

§ Mencari data-data terkait dengan kondisi tunanetra di Surakarta,

dan preseden – preseden bangunan atau fasilitas untuk

mewadahi kegiatan tunanetra yang telah ada di Surakarta.

§ Mencari data spesifik dan referensi pustaka untuk mendapatkan

masukan dalam bentuk landasan teori maupun preseden baik

dari internet, media cetak/ elektronik, maupun buku acuan.

2. Tahap II (PERUMUSAN JUDUL DAN PENYUSUNAN

KONSEP)

a. Studi Pustaka dan Eksplorasi Lanjut

Page 11: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xv

Studi pustaka dan eksplorasi lanjut merupakan proses yang

terus dilakukan hingga proses akhir untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan yang mengalami perkembangan. Studi pustaka dan

proses eksplorasi dibutuhkan untuk menyelaraskan persepsi yang

ditangkap dengan permasalahan yang berkembang.

b. Pengumpulan Data Tambahan

Perkembangan permasalahan diikuti dengan diperlukannya

data-data tambahan untuk mengeliminasi asumsi dengan data-data

yang relevan.

c. Reduksi dan Analisa Data

Selama proses pematangan dan penyusunan konsep

berlangsung pemenggalan dan penyederhanaan sebagian data atau

informasi akan sangat membantu terutama agar proses analisa lebih

efisien. Beberapa aspek yang digunakan sebagai dasar dan proses

analisa, yakni:

1) Kualitatif, dengan menentukan kriteria karakteristik yang sesuai

dengan tuntutan yang memperhatikan hasil evaluasi yang telah

dilakukan pada lingkungan objek observasi. Analisis ini

digunakan pada:

§ Penentuan tapak berdasarkan potensi dan masterplan.

§ Penentuan ungkapan fisik desain bangunan yang sesuai

dengan karakteristik Tunanetra.

2) Kuantitatif, yang merupakan asumsi proyeksi untuk

menghasilkan variabel-variabel pasti dari objek. Analisis ini

digunakan pada:

§ Penentuan program kegiatan berdasarkan kelompok kegiatan

dan kebutuhan ruang

§ Penentuan besaran ruang dan organisasi ruang yang relevan

dengan konfigurasi kegiatan.

3. Tahap III (STRATEGI DESAIN)

Pendekatan desain (design approach) merupakan tahapan

manifestasi konsep ke dalam desain. Konsep makro dan mikro yang

Page 12: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xvi

diinventarisir dari konsep, diberikan beberapa alternatif desain dengan

menggunakan pembobotan. Pembobotan dibuat berdasarkan kriteria-

kriteria yang telah ditentukan yang dijadikan acuan dalam menilai

alternatif-alternatif yang ada. Alternatif desain dengan nilai pembobotan

yang paling mendekati kriteria merupakan produk awal desain

(preliminary product).

4. Tahap IV (PRELIMINARY AND FINAL PRODUCT)

Tahap ini merupakan presentasi akhir dari perencanaan dan

perancangan perpustakaan tunanetra di Surakarta. Preliminary product

yang didapat dari design approach disatukan sehingga didapat final

product. Final product yang disajikan meliputi design approach dan

gambar main design maupun complementary design.

G. SISTMATIKA PENULISAN

BAB I. PENDAHULUAN

Mengemukakan abstraksi mengenai uraian singkat permasalahan

yang dihadapi, tindakan yang perlu dilakukan dan hal-hal yang

ingin dicapai berdasarkan pembahasan secara keseluruhan.

Kemudian garis besar uraian ini diterjemahkan ke dalam judul,

pemahaman judul, latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

dan sasaran, kerangka teoritikal pustaka, strategi dan metodologi

rancang bangun, dan pelaporan.

BAB II. TINJAUAN TEORI

Membahas dan menguraikan tinjauan perpustakkan (pemahaman,

tugas dan fungsi, jenis kegiatan yang diwadahi, pelaku kegiatan

Page 13: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xvii

yang diwadahi, tipologi bangunan), tinjauan tunanetra

(pemahaman, perilaku, penggolongan, dan karakteristik tunanetra).

BAB III. TINJAUAN KOTA SURAKARTA

Menguraikan data mengenai Kota Surakarta, kondisi tunanetradi

Surakarta, terutama data-data tentang fasilitas bagi tunanetra dan

perpustakaan di Surakarta.

BAB IV. PERPUSTAKAAN TUNANETRA YANG DIRENCANAKAN

Mengemukakan gambaran perpustakaan tunanetra yang akan

dibuat.

BAB V. ANALISA PENDEKATAN KONSEP

Menguraikan dasar pertimbangan umum, cakupan analisa (makro

dan mikro), proses analisa (makro dan mikro), manifestasi

pendekatan perilaku dan karakteristik tunanetra pada desain

bangunan, serta sistem support bangunan.

BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Merupakan penyusunan konsep perencanaan fisik Perpustakaan

Tunanetra di Surakata berdasarkan hasil analisa dan jawaban untuk

permasalahan dan persoalan yang telah dikemukakan sebelumnya.

Page 14: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xviii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tunanetra

1. Pemahaman Tuna Netra

Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi

manusia. Tidak berlebihan apabila dikemukakan bahwa sebagian besar

informasi yang diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatan,

sedangkan selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan

demikian, dapat difahami bila seseorang mengalami gangguan pada

indera penglihatan, maka kemampuan aktifitasnya akan jadi sangat

terbatas, karena informasi yang diperoleh akan jauh berkurang

dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal.

secara umum tunanetra berarti rusak penglihatan. Tunanetra berarti

buta,tetapi buta belum tentu sama sekali gelap atau sama sekali tidak

dapat melihat. Ada anak buta yang sama sekali tidak ada

penglihatan,anak semacam ini biasanya disebut buta total. Disamping

buta total,masih ada juga anak yang mempunyai sisa penglihatan tetapi

tidak dapat dipergunakan untuk membaca dan menulis huruf biasa.

Istilah buta ini mencakup pengertian yang sama dengan istilah tunanetra

atau istilah asingnya blind. Untuk memberikan pengertian yang tepat

tentang buta itu, perlu dirumuskan pengertian sebagai berikut: Menurut

Slamet Riadi adalah “Seseorang dikatakan buta jika ia tidak dapat

mempergunakan penglihatannya untuk pendidikan “(Slamet Riadi , 1984,

hal. 23). Menurut Pertuni tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki

penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki

sisah penglihatan, tetapi tidak mampu menggunakan penglihatanya untuk

membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal

meski pun dibantu dengan kacamata (kurang awas).

menurut White Conference pengertian tunanetra adalah sebagai

berikut:

Page 15: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xix

a. Seseorang dikatakan buta total maupun sebagian (low vision) dari

kedua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk

membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.

b. Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai

ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang

terbaik setelah mendapat perbaikan yang diperlukan atau

mempunyai ketajaman penglihatan lebih dari 20/200 tetapi

mempunyai keterbatasan dalam lantang pandangnya sehingga luas

daerah penglihatanya membentuk sudut tiak lebih dari 20o.

Menurut Alana M. Zimbone, Ph. D. dalam bukunya yang berjudul

Teaching Children With Visual and Additional Disabilities (Alana,

1992:59) seseorang dikatakan buta total bila tidak mempunyai bola mata,

tidak data membedakan terang dan gelap, tidak dapat memproses apa

yang dilihat pada otaknya yang masih berfungsi.

Menurut DeMott (1982:272)dalam bukunya yang berjudul

Exceptional Children and Youth istilah buta (Blind) diberikan pada orang

yang sama sekali tidak memiliki penglihatan atau yang hanya memiliki

persepsi cahaya. Siswa yang buta akan diajarkan Braille. Pengertian

penglihatan sebagian (Partialy Sighted) adalah mereka yang memiliki

tingkat ketajaman sentral antara 20/70 dan 20/200. Siswa yang

digolongkan dalam klasifikasi ini membutuhkan bantuan khusus atau

modifikasi materi, atau membutuhkan kedua-duanya dalam pendidikan di

sekolah.

2. Penggolongan Tuna Netra

Ada beberapa klasifikasi Tuna Netra menurut Dra. Anastasia

Widjajantin dan Drs Imanuel Hitipeuw (1995).

a. Berdasarkan tingkat ketajaman Penglihatan (Snellen Tes)

· 6/6 m – 6/16 m atau 20/70 feet – 20/200 feet

Tuna netra ringan, masih dapat dikatakan normal. Mampu

mempergunakan fasilitas pendidikan umum. Masih dapat melihat

benda kecil seperti mengamati uang logam atau korek api.

· 6/20 m – 6/60 m atau 20/70 feet – 20/200 feet

Page 16: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xx

sering disebut Tuna Netra kurang lihat atau low vision atau disebut

juga partial sighted atau tuna netra ringan. Masih mampu melihat

dengan bantuan kacamata.

· 6/60 m lebih atau 20/200 lebih

pada tingkat ini tergolong tuna netra berat. Taraf ini masih

mempunyai tingkatan yaitu : Masih dapat menghitung jari pada

jarak 6 m, masih dapat melihat gerakan tangan, hanya membedakan

terang dan gelap.

· 6/60 m lebih atau 20/200 lebih

Sudah tidak mampu melihat rangsangan cahaya dan tidak mampu

melihat apapun (buta total).

b. Berdasarkan saat terjadinya kebutaan

· Tuna netra sebelum dan sejak lahir

Sejak dalam kandungan atau sebelum satu tahun sudah mengalami

kebutaan. Tidak memiliki konsep penglihatan. Perlu adanya

bantuan dari orang dan lingkungan sekitar untuk melatih indera

yang masih dimiliki.

· Tunanetra batita

mengalami tunanetra pada usia dibawah 3 tahun. Konsep

penglihatan yang ada akan cepat hilang. Kesan visual (konsep

benda dan lingkungan) tidak bermanfaat bagi kehidupan

selanjutnya.

· Tunanetra balita

Mengalami tunanetra pada usia dibawah 5 tahun. Pada usia ini

konsep penglihatan yang telah terbentuk cukup berarti bagi

kehidupan selanjutnya. Kesan yang pernah terbentuk tidak hilang

dan harus tetap dikembangkan.

· Tunanetra pada usia sekolah

Meliputi tunanetra pada usia 6 – 12 tahun. Konsep penglihatan

telah terbentuk dan telah memiliki banyak kesan visual, seperti

rumah, wajah teman yang ceria.d1l. Tidak jarang mengalami

goncangan jiwa yang Iebih hebat daripada tunanetra balita karena

Page 17: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxi

merupakan usia dimana anak bermain dan bersekolah.

· Tunanetra remaja

Tunanetra yang terjadi saat usia 13-19 tahun. Kesan visual yang

dimiliki sangat dalam.Akan mengalami goncangan jiwa yang berat

sebab terjadi konflik batin dan jasmani. Merasakan frustasi karena

secara jasmani tak dapat lagi melihat padahal kebutuhannya masih

sama saat masih dapat melihat. Membutuhkan bimbingan agar

dapat berkemnbang secara utuh Sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dengan lingkungannya.

· Tunanetra dewasa

Mengalami tunanetra pada usia 19 tahun ke atas. Telah memiliki

ketrampilan yang mapan dan kemungkinan pekerjaan yang

diharapkan. Kebutaan merupakan pukulan yang cukup berat. tetapi

sedikit yang mengkaibatkan goncangan jiwa, frustasi dan putus asa.

c. Berdasarkan kelemahan visual

· Kelemahan visual ringan

Ketajaman penglihatan < 20/25 dan luas lantang pandang < 120°.

Masih dapat melakukan tugas sehari-hari. Luas lantang pandang

berkurang tidak berpengaruh terhadap kegiatan sehari-hari.

· Kelemahan visual sedang

Ketajaman Penglihatan > 20/60 dan luas lantang penglihatan

600.Memerlukan kacamata untuk melakukan tugas sehari-hari.

· Kelemahan visual parah

Ketajaman penglihatan > 20/60 dan luas lantang penglihatan 20°.

Penglihatan kacamata tidak berfungsi karena ketajaman visual dan

lantang pandang sudah sangat turun.

· Kelemahan visual sangat parah

Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya bisa membaca dan

menghitung jari pada jarak 5m dengan lantang pandang 10o

· Kelemahan visual yang mendekati buta total

Ketajaman penglihatan sangat rendah hanya bisa membaca

Page 18: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxii

dan menghitung jari pada jarak 1 m dengan lantang pandang 5o

· Kelemahan visual total

Tidak dapat menerima rangsangan cahaya. Dapat dikatakan buta.

Dari berbagai penggolongan tunanctra tersebut, dapat

disimpulkan ada 3 bagian besar penyandang cacat visual, yakni:

a. Tunanetra total

b. Tunanetra kurang lihat (low vision)

c. Tunanetra plus (Tunanetra dengan cacat tambahan)

3. Perilaku Penyandang Tunanetra

Penyandang tunanetra memiliki beberapa tingkat keterbatasan

penglihatan yang berbeda-beda. Dari hasil studi literature menurut buku

Ortopedagogik Tunanetra dan melalui internet dengan studi banding The

National Library Service for the Blind and Physically Handicapped

(AILS), Andrew Heiskell Braille and Talking Book Library, serta

wawancara dengan pakar tuna netra didapat karakteristik tunanetra yang

berbeda-beda sesuai dengan tingkat cacat visual yang dideritanya.

Berikut ini perilaku/ karakteristik tunanetra menurut tingkat cacat

visualnya.

a. Karakteristik Tunanetra Total

· Rasa curiga terhadap orang lain

Keterbatasan akan rangsang visual menyebabkan tunanetra kurang

mampu berorientasi terhadap lingkungannya.Mereka sering

mengalami sakit hati, kecewa, dan rasa tidak senang akibat peristiwa

seperti tabrakan dengan orang lain, terperosok lubang, dsb. Akibatnya

mereka selalu berhati-hati dalam tindakan dan menaruh curiga

terhadap orang lain.

· Mudah tersinggung

· Ketergantungan yang berlebihan terhadap orang lain

Page 19: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxiii

· Blindism

Blindism adalah gerakan yang dilakukan tunanetra tanpa mereka

sadari. Tindakan ini tidak sedap dipandang mata, seperti selalu

menggeleng-gelengkan kepala atau badan tanpa sebab, dll. Gerakan

ini tak terkontrol oleh mereka sehingga sehingga orang lain akan

pusing bila selalu melihat gerakan-gerakan tersebut.

· Rasa rendah diri.

Perasaan yang muncul saat berinteraksi dengan orang awas

(berdasarkan hasil wawancara):

Merasa rendah diri, terisolir atau tersisih. Mereka sudah mencoba

berbicara dengan orang awas, tetapi orang awas sulit diajak bicara.

Merasa terisolir, jarang orang awas mau berbicara dengan tunanetra,

jarang mau menyapa lebih dahulu.

Merasa maki, mencoba beradaptasi dengan kegiatan lingkungan,

tetapi masyarakat tidak dapat menerimanya. Merasa sering diejek.

mendapat belas kasihan.

· Tangan ke depan, badan rnembungkuk

Bermaksud untuk melindungi tuhuh dari sentuhan benda atau

terantuk benda tajarn Sutra melamun

Karena tidak dapat mengamati Iingkungan, mereka cenderung

melamun.

· Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek

Lamunan akan menimbulkan fantasi pada suatu objek yang pernah

diperhatikan dengan rabaannya.Tidak jarang dapat menghasilkan lagu

atau puisi yang indah.

· Kritis

Keterbatasan dalam penglihatannya dan kekuatan berfantasi

mengakibatkan tunanetra sering bertanya-tanya tentang hal yang

belum dimengerti agar mereka tidak salah konsep.

· Pemberani

Bertindak sungguh-sungguh tanpa ragu. Sering terjadi bila mereka

mempunyai konsep dasar yang benar tenting gerak dan

Page 20: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxiv

lingkungannya.

· Perhatian terpusat (terkonsentrasi)

Karena tingkat kebutaan yang tinggi, maka penderita tidak mampu

membaca material cetakan standard. penderita hanya dapat membaca

buku Braille atau menunakan buku elektronik. perlenakapan audio

Berta Kurtzveil personal reader, suatu piranti yang mengubah tulisan

menjadi format audio.

· Akibat dari kebutaannya, penderita pada umumnya memiliki

kepekaan yang sangat tinggi pada pendengarannya dan seringkali

dijumpai mereka yang memiliki ingatan luar biasa kuat untuk

mengenali dan menghafal orang, benda, lingkungan yang pernah

dijumpainya. Hal ini karena indcra mereka yang lain menjadi lebih

terlatih

· Karenaa dapat dikatakan tidak mcmiliki indera penglihatan. kaum ini

biasanya kurang meniperhatikan penampilan

· Penderita dalam usia anak-anak, terutama yang belum mampu mandiri

masih menggantungkan diri pada bantuan orang lain pada umumnya

bersifat lebih sensitiv, menutup diri, dan menginginkan ruang-an

personal yang pribadi.

· Penderita yang sudah lebih dewasa dan telah mampu mandiri pada

umumnya masih cukup sensitive dengan orang lain. Namun bersikap

lebih ekstrovert terbuka. mudah berinteraksi, ramah, dan menyukai

ruang luar daripada ruang dalam yang tertutup

b. Karakteristik Tunanetra kurang lihat (partially sighted)

· Selalu mencoba mengadakan fixation atau melihat suatu benda

dengan memfokuskan pada titik-titik benda.

· Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama benda

yang kena sinar, disebut visually function

· Bergerak dengan penuh percaya diri

· Merespon warna, selalu memberi komentar pada warna benda yang

dilihatnya.

Page 21: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxv

· Dapat menghindari rintangan yang besar dengan sisa penglihatannya

(selokan, bate besar, tumpukan kayu, penghalang jalan, d1l)

· Memiringkan kepala untuk mencoba menyesuaikan cahaya yang ada

dengan daya lihatnva.

· Mampu meneikuti gerak benda

· Tertarik pada benda bergerak

· Berjalan sering mcrnbentur atau menginJak benda kecil

· Berjalan dengan menggeser kaki untuk mendeteksi kemungkinan ada

benda kecil yang terinjak.

· Salah langkah karena salah mendeteksi linakungan. Mis: dinding

kaca di Mal dikira jalan keluar schingga salah arti.

· Kesulitan mengenali benda jika warnanya tidak kontras.

· sulit melakukan gerakan yang halos atau lernhut, karena gerakan

semacam itu tak tertanokap oleh matanya

· Melihat benda secara global (tidak mendetail)

· Koordinasi antara mata dan anggota badan lemah. (misal :

memasukkan bola dalam gawang, mengiris sesuatu)

· Kondisi penglihatannya mungkin samar-samar atau ketajamannya

sering naikturun

· Petunjuk penting yang berguna bagi low vision akin nampak

membingungkan bagi yang melihat atau orang awas

· Sering tidak mampu mengontrol cahaya yang dibutuhkan untuk

menggunakan penglihatannya dalam berbagai lingkungan.

· Mereka belajar menggunakan sisa penglihatnnya secara maksimum

· Dapat melihat dengan bantuan alat khusus seperti : kacamata dan

lensa kontak, teleskop kecil yang dipegang, kaca pernbesar. prisma

dari lens fish eye, fixedfocus stand readers, dan closed circuit TV

system.

Dari perilaku / karakteristik tunanetra tersebut diatas dapat

disimpulkan kebutuhan mereka secara arsitektural sehingga dapat

diperoleh respon arsitektural yang Sesuai.

4. Ekspresi Ruang Terhadap Tunanetra

Page 22: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxvi

Indera penglihatan adalah salah satu sumber informasi vital bagi

manusia. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar informasi yang

diperoleh oleh manusia berasal dari indera penglihatannya, sedangkan

selebihnya berasal dari panca indera yang lain. Dengan demikian, dapat

dipahami jika seseorang mengalami gangguan atau cacat pada indera

penglihatannya , maka kemampuan aktifitasnya akan menjadi sangat

terbatas, karma informasi yang mereka peroleh akan jauh berkurang

dibandingkan mereka yang berpenglihatan normal. Sehingga untuk

mengenal ruang mereka hanya mengandalkan keempat indera mereka

yang tersisa.

Dalam Perencanaan wadah bagi tuna netra, ada 3 konsep utama,

yaitu

► Kenyamanan

Menurut para ahli, ternyata konsep kenyamanan antara penyandang

tunanetra dengan orang normal adalah sama. Malah penyandang

tunanetra diuntungkan karena tidak mengenal konsep cahaya, warna, dan

perspektif.

Oleh karena itu diasumsikan – dalam membaca pun konsep

kenyamanan tidak jauh berbeda.

Di sini, faktor pembentuk kenyamanan adalah: Penghawaan, yang

tebagi menjadi penghawaan alami (penggunaan ventilasi) dan

penghawaan buatan (penggunaan AC sebagai pengatur temperatur dan

kelembaban dalam ruangan) serta akustik (penggunaan bahan-bahan

akustik di dalam dan di luar ruangan, untuk meminimalisasi sumber-

sumber bunyi internal dan eksternal), karena setelah kehilangan sensor

visual, maka indera pendengaran dimaksimalkan penggunaanya untuk

berkonsentrasi. Okeh karena itu, kepekaan pendengaranya mutlak harus

dijaga.

► Kesederhanaan

Yang dimaksud ‘kesederhanaan’ di sini adalah bahwa penyandang

tunanetra sebagai pelaku kegiatan utama dapat membawa dirinya dari

Page 23: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxvii

satu tempat ke tempat lain dalam suatu lokasi, tanpa bantuan orang lain

(dinamis dan independent).

karena pergerakan dinamis dan mengandung unsure swadaya, maka

indera pengganti indera penglihatan dalam dirinya harus dimaksimalkan,

yaitu alat pendengaran dan alat peraba (dalam hal ini penggunaan tongkat

sebagai detector, yang digunakan dengan cara mengetuk – ngetuk

tongkat tersebut ke kiri dan ke kanan untuk memastikan keamanan jalan

di depanya sebelum melangkah).

Untuk menterjemahkan kata ‘kesederhanaan’ dapat dilakukan

dengan mengatur tata letak (lay out) secara linear/segaris atau pelletakan

material-material yang berfungsi sebagai pembentuk sirkulasi.

Berdasarkan pengamatan, para penyandang tunanetra cenderung

lebih berani dan luwes jika bergerak maju ke depan, dibandingkan jika

berbelok ke kiri atau ke kanan. Malah mereka merasa jauh lebih sulit jika

berjalan dengan arah memutar/melingkar.

Secara umum, harapan mereka dalam berjalan (terutama ke arah

depan). adalah agar diletakkan benda-benda yang bisa disinggung /

disentuh dalam jarak tertentu dengan tongkat mereka yang berfungsi

sebagai detector., agar dapat memudahkan mobilitas penyandang

tunanetra dalm bergerak. Benda-benda tersebut menurut responden, dapat

berwujud tiang (listrik), pot bunga, tong sampah dll.

► Keamanan

Kata ‘keamanan’ diartikan sebagai pergerakan yang bebas dan

leluasa serta terhindari dari hal-hal yang membahayakan, misalnya :

tersandung, terpeleset, tabrakan/ bersinggungan dengan objek yang tidak

diinginkan.

Sebelumnya, perlu diperhatikan karakteristik gerakan yang

dilakukan oleh tunanetra, terutama dalam berjalan : kedua tanganya

dijulurkan ke depan (bila tanpa tongkat), kaki diseret, bahu agak

membungkuk nampak ragu-ragu dan sngat berhati-hati, muka tidak lurus

ke depan , tetapi agak berpaling ke kiri dan ke kanan sambil mengetuk-

ngetuk tongkat ke kiri dan ke kanan terhadap objek di bagian depanya.

Page 24: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxviii

(Ts. Soekini Pradopo, Diagnosa anak luar biasa, Penerbit Sinar Baru,

Jakarta, 1998, h.47)

Sehingga untuk menjamin keselamatan mereka dalam bergerak di

dalam ruangan perlu dilakukan beberapa hal yang menyangkut masalah

teknis, antara lain: menghindari perencanaan peil(perbedaan tinggi lantai)

yang terlalu sring dan berubah-ubah ataupun penggunaan railing atau

bahan material lain, yang berfungsi selain sebagai penmgaman juga

sebagai pembentuk sirkulasi , seperti yang banyak dipakai di pusat-pusat

perbelanjaan di Amerika Serikat.

Warna kuning merupakan warna yang umum sebagai kode

orientasi dan mobilitas bagi tunanetra partial (visual impairment people).

Warna kuning ini biasanya dipakai pada tactile paving yang meunjukkan

adanya persimpangan jalan atau jalur khusus tunanetra di tempat-tempat

umum. Warna kuning dipilih sebagai warna Petunjuk tunanetra karena

pada umumnya kontras dengan lingungan sekelilingnya sehingga mudah

terlihat oleh tunanetra partial.

Warna abu-abu dalam panduan menentukan warna kontras adalah

warna yang paling kontras dengan warna kuning. Maka agar warna

bangunan terlihat kontras dan memudahkan bagi tunanetra partial dalam

mengenali lingkungannnya, dipakailah kombinasi kedua warna ini.

Warna kuning terutama diapikasikan pada kolom-kolom, kusen

pinto dan jendela, railing serta elemen bangunan yang memiliki potensi

tak terlihat oleh tunanetra partial jika warnanya tidak kontras. Sedangkan

warna abu-abu dipakai sebagai background Warna kuning, sehingga pada

umumnya elemen bangunan yang berupa bidang berwarna abu-abu.

Pola berfungsi sebagai batasan untuk dijadikan pegangan dalam

berorientasi. Setiap orang, termasuk tunanetra memiliki suatu

pola/skema/ stuktur koonitif untuk mcngidentifikasi obyek dan

mengorganisasikan dengan linukungannya. Disini desain perpustakaan

mencoba menghadirkan bangunan yang secara skematis (polanya) telah

ada di pikiran manusia dengan pola-pola yang sederhana.

Page 25: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxix

5. Persyaratan Teknis Aksesibilitas Penyandang Tunanetra

Berdasarkan Ketetapan Menteri Pekerjaan Umum Repulik Indonesia

nomor 468/KPTS/1998

Dengan ditetapkanya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Republik Indonesia nomor 468/KPTS/1998 tanggal 1 desember 1998

tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada bangunan Umum dan

Lingkungan, dengan sendirinya telah mengakomodasi pula aspek – aspek

tuntutan desain yang aksesibel bagi tuna netra. Namun pengungkapan

data ini lebih diarahkan untuk menjadi pedoman dalam mennentukan

persyaratan – persyaratan umum dalam memenuhi tuntutan aksesibilitas

dalam suatu bangunan, sedangkan dalam menciptakan desain tempat

pelatihan tuna netr yang direncanakan lebih mengacu pada

pengimplementasian karakteristik dan sensitivitas indera penyandang

tuna netra dalam melakukan orientasi dan mobilitas.

Persyaratan – Persyaratan teknis tersebut meliputi :

a. Ukuran Dasar Ruang

Ukuran dan detail penerapan standar

Page 26: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxx

b. Jalur Pedestrian

► Persyaratan

· Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat,tahan cahaya, bertekstur halus

tapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada

permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya tidak harus lebih dari

1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka ujungnya harus

kencang dan mempunyai trim yang permanen.

· Kemiringan

Kemiringan maksimum 7o dan pada setiap jarak 9 m disarankan

terdapat pemberhentian untuk istirahat.

· Area Istirahat

Terutama digunakan uintuk pengguna jalan penyandang cacat.

· Pencahayaan

Berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas pemakaian,

tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.

· Perawatan

Dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan

Gambar 2.1 Studi gerak tunanetra

Page 27: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxi

· Drainase

dibuat tegak lurus dengan arah jalur yang berkedalaman maksimal

1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari

tepi ramp.

· Ukuran

Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah

160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon,

tiang, rambu – rambu dan benda – benda pelengkap jalan yang

menghalangi.

· Tepi Pengaman

Penting bagi pemberhentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra

ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum

10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

c. Jalur Pemandu

► Persyaratan

· Tekstur ubin bermotif garis – garis menunjukkan arah perjalanan.

· Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap

adanya perubahan situasi disekitarnya.

· Daerah – daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (

guiding blocks), adalah :

→ Didepan jalur lalu lintas kendaraan

→ Didepan pintu masuk/keluar dari dan menuju tangga atau

fasilitas persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai.

→ Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau

area penumpang

→ Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan

bangunan

→ Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi

umum terdekat.

d. Area Parkir

► Persyaratan

· Fasilitas parkir kendaraan

Page 28: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxii

→ Tempat parkir penyandang cacat terletak pada route terdekat

menuju bangunan/fasilitas yang dituju, dengan jarak

maksimum 60 m.

→ Jika tempat parkir tidak berhubungan dengan bangunan,

misalnya pada parkir taman an tempat terbuka lainya, maka

tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan

gerbang masuk atau jalur pedestrian.

→ Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas disekitarnya

sehingga pengguna parkir terutama penyandang cacat dapat

dengan mudah masuk dan keluar dari kendaraanya.

→ Area parkir khusus penyandang cacat ditandai dengan

simbol/tanda parkir penyandang cacat yang berlaku.

→ Ruang parkir mempunyai lebar 370 m untuk parkir tunggal atau

620 cm untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan

ramp dan jalan menuju fasilitas – fasilits lainya.

· Daerah menaik turunkan penumpang

→ Kedalaman minimum dari daerah naik turun penumpang dari

jalan atau jalur lalu lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan

panjang minimal 600 cm.

→ Dilengkapi dengan fasilitas Ramp, jalur pedestrian dan rambu

penyandang cacat.

→ kemiringan maksimal 5o dengan permukaan yang rata di semua

bagian.

→ Diberi rambu penyandang cacat yang biasa digunakan untuk

mempermudah dan membedakan dengan fasilitas serupa bagi

umum.

e. Pintu

► Persyaratan

· Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup

oleh penyandang cacat.

Page 29: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxiii

· Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar minimal 90 cm, dan

pintu – pintu yang kurang penting memiliki lebar minimal 80 cm.

· Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya

ramp atau perbedaan ketinggian lantai.

· Jenis pintu yang tidak dianjurkan panggunaanya adalah :

penumpang

→ Pintu geser

→ pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup

→ Pintu yang terbuka ke kedua arah (dorong dan tarik)

→ Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama

bagi tuna netra.

· Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya

kebakaran. Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam

waktu lebih cepat dari 5 detik dan mudah untuk menutup kembali.

· Hindari bahan lantai yang licin di sekitar pintu.

· alat – alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar dapat

menutup dengan sempurna, karena pintu yang terbuka sebagian

dapat membahayakan penyandang cacat.

· Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan

bagi penyandang cacat

f. Ramp

► Persyaratan

· Kemiringan suatu Ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi

7o, Perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau

akhiran ramp (curb ramp/landing). Sedangkan kemiringan suatu

ramp yang ada diluar bangunan maksimum 6o.

· Panjang mendatar suatu ramp (dengan kemiringan 7o) tidak boleh

lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih

rendah dapat lebih panjang.

· Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman.

Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan

Page 30: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxiv

pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama

lebarnya, sedemikian sehingga dapat dipakai utuk kedua fungsi

tersebut, atau dilakukan pemisahan rmp dengan fungsi sendiri –

sendiri.

· Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki

tekstur sehingga tidak licin walaupun dihari hujan.

· Lebar tepi pengaman ramp (slow crub) 10 cm. Apabila batasan

langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan harus

dibuat sedemikian rupa agar tidak menggangg7u jalan umum.

· Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang

dijamin kekuatanya dengan ketinggian yang sesuai.

g. Tangga

► Persyaratan

· Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan seragam.

· Harus memiliki kemiringan tanjakan kurang dari 6o.

· Tidk terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan

pengguna tangga.

· Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (haildrail) minimum

pada salah satu sisi tangga.

· Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80

cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu,

dan bagian unungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke

arah lantai, dinding atau tiang.

· Pengangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung –

ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.

· Untuk tangga yang terletak diluar bangunan, harus dirancang

sehingga tidak ada air hujan yang menggenag pada lantainya.

h. Kamar Kecil

· Toilet atau kamar kecil yang fleksibel harus dilengkapi dengan

rambu “penyandang cacat” pada bagian luarnya.

Page 31: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxv

· Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang

cukup untuk masuk dan keluar yang memudahkan gerak

penyandang cacat.

· Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian

pengguana cacat netra (45-50 cm) serta memudahkan untuk

mengakses fasilitas ini.

· Toilet atau kamar kecil harus dilengkapi dengan pegangan rambat

(haildrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan

perilaku cacat, sehingga memudahkanya untuk menggunakan

fasilitas tersebut.

· Letak kertas, tissue, air, kran air,atau pencuran (shower) dan

perlengkapan – perlengkapan seperti tempat sabun,dan pengering

tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh

orang lain yang memiliki keterbatasan fisik dan dijangkau oleh

penyandang cacat.

· Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.

· Bahan dan penyelesaian harus tidak licin.

· Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna

khususnya tuna netra untuk membuka dan menutup.

· Kunci – kunci atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa

dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

· Pada tempat – tempat yang mudah dicapai seperti pada pintu

masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat

(emergency light button) bila sewaktu –wktu terjadi padam listrik.

i. Pancuran

► Persyaratan

· Bilik pancuran (shower cubicles) harus memiliki tempat duduk

yang lebar dan tinggi disesuaikan dengan cara – cara memindahkan

badan pengguna kursi roda.

· Bilik pancuran harus memiliki pegangan rambat (haildrail) pada

posisi yang memudahkan pengguna bertumpu.

Page 32: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxvi

· Bilik pancuran dilengkapi dengan tombol alarm atau alat pemberi

tanda lain yang bisa dijangkau pada waktu keadaan darurat.

· Kunci bilik pancuran dirancang dengan menggunakan tipe yang

bisa dibuka dari luar pada kondisui darurat.

· Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu geser atau tipe

bukaan keluar.

· Pegangan rambat dan setiap permukaan atau dinding yang

berdekatan denganya harus bebas dari elemen – elemen yang

runcing atau membahayakan.

j. Wastafel

► Persyaratan

· Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga tinggi permukaanya

dan lebar depanya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda

dengan baik.

· Ruang gerak bebas cukup harus disediakan didepan wastafel.

· Wastafel harus memiliki ruang gerak dibawahnya sehingga tidajk

menghalangi lutut dan kaki pengguna kursi roda.

· Pemasangan ketinggian cermin dipertimbangkan terhadap penguna

kursi roda.

k. Telepon

· Telepon umum disarankan menggunakan tombol tekan, harus

terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk

penyandang cacat, orang tua, ibu – ibu hamil.

· Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap keterjangkauan

gagang telepon (120-125 cm).

· Bagi pengguna yang memiliki pendengara kurang, perlu disediakan

alat kontrol volume suara yang terlihat dan mudah dijangkau.

· Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk telepon dalam huruf

braile dan dilengkapi juga dengan isyarat bersuara (talking sign)

yuang terpasang dekat telepon umum.

Page 33: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxvii

· Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna

kursi roda untuk menggunakan telepon dengan posisi yang

nyaman.

· Bilik telepon dapat dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan

dengan gerak pengguna.

l. Perlengkapan dan peralatan kontrol

► Persyaratan

· Sistem alarm/peringatan

→ Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem

peringatan suara (vocal alarm), sistem peringatan bergetar

(vibrating alarm) dan berbagai petunjuk serta penandaan untuk

melarikan diri pada situasi darurat.

→ Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk

mempermudah sistem pengoperasian alarm, termasuk peralatan

bergetar (vibrating deveces) di bawah bantal.

→ Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan

dengan satu tangan dan tidak memerluikan pegangan yang

sangat kencang atau sampai memutar lengan.

· Tombol Stop Kontak

Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat posisi dan tingginya

sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat.

m. Perabot

► Persyaratan

· Sebagian perabot yang tersedia di dalam bangunan umum harus

dapat digunakan oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan

darurat.

· Dalam suatu bangunan yang digunkan oleh masyarakat banyak,

seperti bangunan pertemuan, konferensi, pertunjukan dan kegiatan

yang sejenis, maka jumlah tempat duduk yang aksesibel harus

disediakan

Page 34: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxviii

Tabel 2.1 Kapasitas Tempat Duduk yang Aksesibel

Kapasitas total tempat duduk Jumlah tempat duduk yang

aksesibel

4 - 25 1

26 - 50 2

51 - 300 4

301 - 500 6

>500 6+1 untuk setiap ratusan

n. Rambu

► Persyaratan

· Penggunaan rambu terutama dibutuhkan pada :

→ Arah dan tujuan jalur pedestrian

→ KM/WC umum, telepon umum.

→ parkir khusus penyandang cacat

→ nama fasilitas dan tempat

· Persyaratan rambu yang digunakan :

→ Rambu huruf timbul atau huruf braile yang dapat dibaca oleh

tuna netra dan penyandang cacat lain.

→ Rambu yang berupa gambar atau simbol yang mudah dan cepat

ditafsirkan artinya.

→ Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional.

→ Rambu yang menerapkan metode khusus (misalnya;

pembedaan perkerasan tanah, warna, kontras, dll)

→ Karakter dan latar belakang rambu harus dibuat dari bahan

yang tidak silau. Karakter dan simbol harus kontras dengan

latar belakangnya, apakah karakter diatas gelap atau

sebaliknya.

→ Proporsi huruf atau karakter Pada rambu harus mempunyai

rasio lebar dan tinggi antara 3 : 5 dan 1: 1, serta ketebalan huruf

antara 1: 5 dan 1: 10.

Page 35: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xxxix

→ Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur

sesuai dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.

· Lokasi penempatan rambu :

→ Penempatan yang sesuai tepat serta bebas pandang tanpa

penghalang.

→ satu kesatuan sistem dengan lingkungnya.

→ Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu

pada kondisi gelap.

→ Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi

(buka/tutup pintu,dl).

B. Kajian Perpustakaan

1. Pemahaman

Definisi perpustakaan yang muncul dari konsep keterkaitan

perpustakaan dengan buku mengatakan bahwa perpustakaan adalah

sebuah ruangan, bagian atau sub bagian dari sebuah gedung itu sendiri

yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata

susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. Definisi

lain mengacu pada kumpulan buku / akomodasi fisik tempat buku

dikumpul susunkan untuk keperluan bacaan, studi, kenyamanan, maupun

kesenangan. Jadi dalam rancangan tempat ini, konsep perpustakaan

mengacu pada bentuk fisik penyimpanan buku (dalam arti luas) maupun

sebagai kumpulan buku yang disusun untuk keperluan membaca (Basuki.

Sulistyo, 1994). Adapun definisi-definiosi lain mengenai perpustakaan,

yaitu:

Perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan-bahan tertulis,

tercetak, maupun grafis lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape

dalam ruangan atau gedung yang diatur dan diorganisasikan dengan

sistem tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan studi, penelitian,

pembacaan dan lain-lain (Sumardji, 1988).

Page 36: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xl

Perpustakaan adalah lembaga pengumpulan koleksi, termasuk

tulisan, cetakan atau materi audio visual yang kemudian dikelola untuk

pelayanan belajar dan penelitian bagi masyarakat umum (Encyclopedia

Britanica, 1960).

Perpustakaan dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan buku-

buku dan bahan-bahan pustaka lainnya yang diorganisasikan dan

diadministrasikan untuk bacaan, konsultasi dan belajar (Tjoen, 1966).

Perpustakaan berarti tempat, gedung yang disediakan untuk

pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku, majalah, dan bahan

kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca dan dipelajari (KBBI).

Dari beberapa pengertian perpustakaan diatas, dapat disimpulkan

bahwa, Perpustakaan adalah tempat bagi masyarakat memperoleh

informasi. Perpustakaan juga memainkan peran sebagai tempat

penyimpanan dan pelestarian materi pustaka untuk keperluan studi,

penelusuran informasi dan arsip.

Seiring dengan perkembangan teknologi penyimpanan data digital,

penyampaian informasi kepada pengguna perpustakaan telah banyak

mengalami diversifikasi. Tidak hanya materi cetak saja, microfilm,

piringan data (disc), maupun data digital telah menjadi bagian dari

koleksi inti perpustakaan saat ini.

2. Fungsi perpustakaan

Perpustakaan merupakan tempat buku-buku dan bahan pustaka

lainnnya, serta penyimpanan data-data yang kesemuanya terorganisir dan

diatur dengan administrasi serta berfungsi sebagai edukasi, informasi dan

rekreasi.

Sesuai dengan pengertiannya, maka perpustakaan memiliki

beberapa fungsi pokok (Sulistyo Basuki, 1991:27-29). Fungsi pokok

perpustakaan dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Fungsi pendidikan

Page 37: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xli

Perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan merupakan

sarana pendidikan formal dalam arti perpustakaan merupakan tempat

belajar di luar bangku sekolah maupun tempat belajar dalam lingkungan

pendidikan sekolah. Dalam hal ini yang berkaitan dengan pendidikan non

formal adalah perpustakaan umum, sedangkan yang berkaitan dengan

pendidikan formal adalah perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi.

Bagi mereka yang sudah meninggalkan bangku sekolah , maka

perpustakaan merupakan tempat belajar yang praktis, berkesinambungan

dan murah.

b. Fungsi kultural

Perpustakaan sebagai tempat pemeliharaan karya-karya yang

bernilai tinggi hasil budaya manusia dan merupakan tempat untuk

mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya manusia. Dalam

mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya manusia dapat

dilakukan dengan cara menyelenggarakan pameran naskah-naskah kuno,

ceramah, bedah buku, pertunjukan film atau bahkan pembacaan cerita

untuk anak-anak, sehingga dengan demikian dapat lebih mengenal

budayanya dengan membaca.

c. Fungsi rekreasi

Perpustakaan sebagai sarana penyediaan buku-buku bacaan dan

cerita bagi masyarakat. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada

perpustakaan umum, dimana perpustakaan melayani setiap orang yang

memiliki hobi membaca tanpa memandang perbedaan usia, jenis

kelamin, pekerjaan, agama, warna kulit dan status sosial.

d. Fungsi dokumentasi

Perpustakaan sebagai tempat penyimpanan dan pemeliharaan hasil

karya manusia dari jaman dahulu sampai sekarang, baik berupa karya

cetak seperti buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain yang terjaga

kelestariannya.

3. Jenis perpustakaan

Page 38: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlii

Perpustakaan dalam segala bentuk dan jenisnya merupakan institusi

yang bersifat ilmiah, informatif, edukatif, sehingga semua kegiatannya

mengandung nilai dan unsur pembelajaran, penelitian, pembinaan,

pengembangan ilmu pengetahuan dan lain-lain yang berorientasi pada

pencerahan dan pengayaan wawasan bagi penggunanya. Dalam

penggolonganya, pepustakaan dikelompokkan menjadi beberapa jenis.

Berdasarkan kerangka kelembagaan, perpustakaan dikelompokkan dalam

lima jenis, yaitu:i

a. Perpustakaan umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang mempunyai tugas

melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkat usia,

social, pendidikan dan lain-lain.

b. Perpustakaan khusus

Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang memiliki tugas

melayani suatu kelompok masyarakat khusus yang memiliki kesamaan

dalam kebutuhan minat terhadap bahan pustaka dan informasi.

c. Perpustakaan sekolah

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah

sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan

pendidikan prasekolah, pendidikan dasar dan menengah.

d. Perpustakaan perguruan tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unsur penunjang yang

merupakan perangkat kelengkapan di bidang pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

e. Perpustakaan nasional

Perpustakaan nasional adlaah perpustakaan yang dikelola oleh

pemerintah pada tingkat nasional yang mempunyai tugas pokok

membantu presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan

pembinaan perpustakaan dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai

hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan

kebudayaan.

4. Kegiatan pokok perpustakaan

Page 39: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xliii

Perpustakaan memberikan layanan kepada semua orang, anak-

anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga,

laki-laki maupun perempuan hingga kaum difabel.

Kegiatan pokok yang ada dalam sebuah perpustakaan adalah:

a. Kegiatan pembinaan bahan koleksi

Yaitu kegiatan mengumpulkan, mengadakan, menyediakan bahan

koleksi untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Kegiatan ini dapat

dilakukan dalam berbagai cara, yaitu:

1) Pemilihan bahan pustaka

Perpustakaan menentukan dan memilih macam pustaka yang akan

dihimpun menjadi koleksi perpustakaan. Prosedur dan tata cara

pemilihan/seleksi ditentukan oleh perpustakaan dan seyogyanya

dibukukan dalam buku pedoman kerja perpustakaan.

Pemilihan bahan pustaka berdasarkan :

· Profesi pemakai

· Macam-macam koleksi

· Jenis bidang ilmu

2) Pelaksanaan pengadaan bahan koleksi

Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan

pustaka yang akan dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi

perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan,

lengkap dengan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan

masyarakat yang dilayani.

Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara:

3) Inventarisasi bahan pustaka

· Mencatat semua bahan pustaka dalam buku inventarisasi

· Memberi tanda pengenal pada setiap bahan pustaka.

b. Kegiatan pengolahan bahan koleksi

Kegiatan pengolahan bahan koleksi adalah kegiatan pempersiapkan

bahan koleksi yang telah diperoleh, agar dengan mudah dapat diatur

Page 40: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xliv

ditempat-tempat penyimpanan sehingga memudahkan pengguna dalam

mencari bahan koleksi perpustakaan yang diperlukan.

1) Klasifikasi

Kegiatan mengelompokkan bahan-bahan koleksi sesuai dengan

macam dan bidang ilmunya.

2) Katalogisasi

Adalah kegiatan untuk membuat kartu-kartu catalog setiap bahan-

bahan koleksi.

3) Perlabelan

Kegiatan membuat nomor penempatan pada setiap bahan koleksi

pustaka dengan label tertentu yang ditempatkan pada cover bahan

koleksi pustaka tersebut sesuai dengan ketentuan. Selain itu juga

disertai kegiatan pembuatan kartu tanggal peminjaman dan

pengembalian.

4) Penyimpanan dan penyusunan bahan koleksi (shelving)

Kegiatan menyimpan bahan koleksi (yang telah diproses) pada

rak bahan pustaka berdasarkan susunan kelompok macam dan

bidang ilmunya maupun urutan nomor penempatan. Berdasarkan

kepentingannya secara umum koleksi dikelompokkan dalam tiga

lokasi penyimpanan yaitu:

· Koleksi umum

Dapat dibaca ditempat maupun dibawa pulang

· Referensi

Koleksi yang materinya hanya untuk dibaca ditempat dan

tidak untuk dibawa pulang.

· Koleksi berkala

Koleksi yang selalu memiliki edisi terbaru secara berkala

seperti jurnal, Koran, majalah dan buletin.

5) Kegiatan lain-lain

· Perbaikan koleksi yang rusak

· Pengawetan bahan-bahan pustaka

c. Kegiatan pelayanan

Page 41: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlv

Kegiatan pelayanan meliputi bentuk pelayanan dan sistem pelayanan,

yang diuraikan sebagai berikut:

1) Bentuk Pelayanan, meliputi

· Pelayanan langsung

Bentuk pelayanan ini berupa pengunjung datang sendiri ke

perpustakaan.

· Pelayanan semi langusng

Melalui perpustakaan keliling bertujuan untuk menjangkau

tempat atau daerah yang belum mempunyai perpustakaan

tetap.

· Perpustakaan tidak langsung

Merupakan bentuk pelayanan cabang, berupa

pendistribusian buku-buku yang sudah diklasifikasikan dan

diberi kartu catalog, kemudian siap untuk didistribusikan.

2) Sistem pelayanan, meliputi:

Dalam perpustakaan terdapat tiga elemen penting; bahan

bacaan, pembaca dan staff perpustakaan yang berhubungan

dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada kebijakan

organisasi perpsutakan; misalnya perpustakaan lingkungan,

perpustakaan sekolah dan rumah sakit harus mempunyai

sistem terbuka (pembaca dapat langsung mencari buku yang

diinginkan pada rak terbuka). Perpustakaan nasional

menggunakan sistem tertutup (pengguna tidak dapat

mengambil sendiri buku yang diinginkan, melainkan harus

melalui petugas dan buku ditelusuri melalui catalog).

Perpustakaan besar membagi ruang nya dalam beberapa

departemen sesuai dengan disiplin ilmu yang dilayani

(umumnya menggunakan sistem terbuka).

· Sistem Pelayanan terbuka

Pengunjung dapat leluasa dan dengan langsung memilih

buku yang diinginkan.

· Sistem pelayanan tertutup

Page 42: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlvi

Peminjam dan pengembalian buku dilakukan oleh

petugas perpustakaan

· Sistem pelayanan campuran

Merupakan gabungan dari kedua sistem diatas. Dimana

tidak semua buku dapat dipilih secara langsung oleh

pengunjung, melainkan untuk beberapa koleksi penting

diambilkan oleh petugas perpustakaan.

d. Organisasi perpustakaan

Organisasi di dalam perpustakaan terdiri dari :

1) Makro

Meliputi sebuah sisitem organisasi dari berbagai perpustakaan baik

karena kesamaan koleksi maupun karena masih dalam lingkup

yang sama.

2) Mikro

Susunan interaksi dan kerjasama antara personil-personil yang

terlibat dalam pengelolaan sebuah perpustakaan.

· Pimpinan perpustakaan, memimpin seluruh kegiatan yang

dilakukan dalam perpustakaan.

· Unit pengadaan bahan koleksi, pengadaan bahan koleksi

yang berupa buku, penerbitan berkala (majalah, bibliografi,

dan sebagainya), penerbitab pemerintah (lembaran negara,

himpunan peraturan negara, berita negara dan sebagainya)

· Unit pengolahan bahan koleksi, pengolahan atau

pemrosesan bahan koleksi agar menjadi koleksi yang siap

pakai atau siap dilayankan kepada para pemakai fasilitas

perpustakaan.

· Unit pelayanan sirkulasi, melayani peminjaman dan

pengembalian koleksi khususnya koleksi non referensi

Page 43: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlvii

(koleksi buku yang dapat dibawa keluar) bagi para pemakai

fasilitas perpustakaan.

· Unit pelayanan referensi, melayani peminjaman dan

pengembalian koleksi buku referensi yang hanya dapat

dibaca didalam perpustakaan.

· Unit pelayanan administrasi, penunjangan bagi seluruh

kegiatan yang dilakukan didalam perpustakaan, terutama

yang bersangkutan dengan urusan kepegawaian, keuangan,

perlengkpan, tata usaha, dsb.

Sumber Poole, 1981

diagram pengelola perpustakaan Sumber Poole, 1981

5. Perpustakaan Tuna Netra

Special Libraries dapat diartikan sebagai suatu perpustakaan

khusus yang bukan merupakan perpustakaan universitas, college,

sekolah, sosial mauun public. Koleksi perputakaan ini biasanya terbatas

dalam beberapa subyek tetapi membahas cukup dalam mengenai subyek

Ka. Perpustakaan

Administrasi

pengelolaan

Pemilihan dan pengadaan

perawatan

Klasifikasi dan katalogisasi

Pelayanan

Audio visual

Koleksi Khusus

Referensi

Peminjaman

Page 44: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlviii

yang bersangkutan. Sikapnya lebih aktif untuk menarik pengunjung

untuk datang (tidak seperti pada perpustakaan pada umumnya yang

bersifat lebih pasif)

Tidak hanya menyediakan bahan-bahan pustaka, perpustakaan ini

juga memproduksi bahan material yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Ukuran perpustakaan dapat bervariasi, kecil atau besar, khususnya

perpustakaan tuna netra dapat berukuran cukup besar, namun memiliki

kecenderungan ‘berbicara’ dalam lingkup yang lebih kecil daripada

perpustakaan universitas atau perpustakaan umum. Pada umumnya

menempati suatu gedung yang terpisah. (Aan Konya , 1986)

Dengan demikian perpustakaan Khusus ini berfungsi sebagai pusat

informasi bagi induk organisasi yang dilayani. Selain itu dapat pula

berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan akan edukasi dan rekreasi bagi

anggota organisasi yang dilayani.

Dari definisi di atas, suatu perpustakaan tuna netra secara khusus

menyediakan koleksi bahan-bahan pustaka dalam format khusus yang

disesuaikan dengan kebutuhan kaum tuna netra.

Dari segi ukuran, biasanya pepustakaan tuna netra dapat berukuran

cukup besar, namun lingkup pelayananya tidak terlalu luas. Namun

demikian sebaiknya perpustakaan ini menempati bangunan tersendiri.

Perpustakaan ini tidak hanya menyediakan buku-buku braile, buku

dalam cetakan besar, rekaman audio, dll, namun juga ikut memproduksi

bahan-bahan tersebut sehingga dapat sebagai pusat informasi bagi

organisasi Tuna netra, khususnya di jawa tengah. Selain itu juga

berfungsi sebagai pemenuh kebutuhan akan edukasi dan rekreasi bagi

kaum Tuna Netra.

Seperti disebutkan diatas, kekhususan dari perpustakaan ini adalah

fasilitasnya yang tersedia khusus didesain dan disediakan untuk kaum

tuna netra. Namun demikian Perpustakaan ini tidak menutup kesempatan

bagi khalayak umum untuk datang dan menggunakan fasilitas

perpustakaan seluas luasnya.

6. Tipologi Bangunan

Page 45: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xlix

Untuk perpustakaan umum kabupaten atau kota, luas bangunan

sekurang-kurangnya 200 m2 dengan luas tanah sekitar 2000 m2. Luas

gedung atau ruangannya harus cukup menampung ruang koleksi bahan

pustaka, ruang baca dengan kapasitas minimal 10 % dari jumlah

masyarakat yang dilayani, ruang pelayanan, ruang kerja pengolahan dan

administrasi.

Ruang-ruang di dalam perpustakaan umum ditata dengan

pembagian kelompok berdasar usia tanpa harus terpisah oleh ruang yang

berbeda.

Perpustakaan umum menerapkan akses terbuka (open access) maka

ruang koleksi dapat digabung dengan ruang baca. Ruang kerja

pengolahan bahan pustaka dan ruang tata usaha harus dipisahkan dengan

dinding, dengan ruang baca/koleksi, agar pelaksanaan pekerjaan

pengolahan dan tata usaha tidak menggangu orang membaca di ruang

baca/koleksi.

Bentuk ruang yang paling efektif adalah bentuk bujur sangkar,

karena paling mudah dan fleksibel dalam pengaturan perabot apalagi bila

rak buku yang dimiliki banyak dan lalu lintas yang ramai. Bentuk ini juga

paling baik dan mudah dalam pengaturan pencahayaan/ penerangan.

Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah

membaca atau membuat silau. Dapat dilakukan dengan cara menghindari

sinar matahari langsung serta memilih jenis lampu yang dapat

memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat dengan kebutuhan.

· lampu pijar : memberikan cahaya setempat

· lampu TL/PL/Fluorescent : memberikan cahaya yang merata

· lampu sorot ; memberi cahaya yang terfokus pada obyek tertentu

Ventilasi dalam perpustakaan harus diperhatikan untuk pengguna

atau orang di dalamnya dan bahan pustaka. Ada 2 macam sistem ventilasi

:

· Ventilas pasif

Ventilasi yang didapat dari alam, caranya membuat lubang angin

atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan arah angin lokal. Luas

Page 46: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

l

lubang angin atau jendela diusahakan sebanding persyaratan dan fasilitas

ruang (10 % dari luas ruang yang bersangkutan). Bila menggunakan

ventilasi pasif sebaiknya rak tidak ditempatkan dekat jendela demi

keamanan koleksi dan terhindar dari sinar matahari langsung.

· Ventilasi aktif

Ventilasi aktif adalah menggunakan sistem penghawaan buatan

yaitu menggunakan AC. Karena temperatur dan kelembaban ruang

perpustakaan yang kontans dapat menjaga keawetan koleksi.

Sebagai sarana edukatif, perpustakaan tunanetra diharuskan dapat

membuat pengunjung mendapatkan ketenangan dalam membaca,

mendengarkan kaset/cd dan memperoleh informasi lainya. kenyamanan

serta keamanan dalam bangunan tersebut harus diperhatikan, sehingga

tunanetra mampu leluasa bergerak sendiri untuk menuju ke tempat-

tempat yang diinginkan dengan tanpa ragu-ragu dan takut. Selain dalam

format braile, Perpustakaan ini juga harus menyediakan sumber-sumber

informasi dalam format lain seperti kaset, cd , buku cetakan besar,

internet dengan fasilitas computer bicara, dll. guna memenuhi kebutuhan

tuna netra untuk dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya di

perpustakaan ini.

Sebagai sarana rekreasi, perpustakaan harus bersifat rekreatif, non

formil, dan santai, serta nyaman dalam pergerakan (keleluasaan gerak

tunanetra). Kebebasan gerak tunanetra menuntut pengaturan sirkulasi

yang jelas dan terarah. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari

kesulitan bagi tunanetra dalam bergerak tanpa mengandalkan indera

penglihatan. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu pola pergerakan yang

sederhana, dengan bentuk-bentuk ruang yang sesuai dengan bentuk

ruang. Dalam hal ini adalah perwujudan suatu sirkulasi yang mudah,

lancar, dan nyaman. Sirkulasi mudah menuntut adanya pemisahan yang

jelas dari sirkulasi pelaku kegiatan, arah sirkulasi yang jelas untuk

membantu arah pergerakan pengunjung, serta kemudahan pencapaian

Page 47: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

li

dari ruang satu ke ruang yang lain. Sirkulasi yang lancar menuntut

perlunya pembagian jalur untuk kegiatan dengan flow gerak yang cukup,

penempatan materi pameran yang berurutan dalam satu ruang menurut

jenis atau penggolongannya, serta adanya kejelasan sirkulasi dengan

menghindari sudut belokan yang tajam sehingga tidak menghambat

sirkulasi itu sendiri. Sirkulasi yang nyaman menuntut agar tidak

terjadinya cross sirkulasi serta bentuk dan warna yang bersifat

membingungkan. Warna bahan untuk lantai dan dinding hendaknya tidak

mencolok dan tidak mengkilap untuk menghindari silau.

7. Preseden Perpustakaan Umum

a. New Seattle Public Library

New Seattle Public Library merupakan gedung perustakaan baru

dari Seattle Public Library yang dibuka pada 23 Mei 2004, dengan

pengunjung 8000 orang tiap hari. Koleksi yang ada berjumlah 1,45 juta

meliputi koleksi buku, penerbitan pemerintah, koleksi periodikal, koleksi

audio visual serta koleksi yang bisa diakses secara online.

Arsitek principal adalah Rem Koolhaas dan Joshua Ramus of the

Office of Metropolitan Architecture (OMA). Bangunan ini didesain

bukan hanya menjadi ikon bangunan formal pemerintah namun juga

fungsional, dilengkapi pelayanan lengkap yang user-friendly dan

merupakan gabungan dari formal dan informal spaces. Koolhas melihat

perpustakaan yang baru seperti sebuah “penjaga buku”, tempat untuk

memperlihatkan informasi baru, sebuah tempat untuk gagasan, diskusi,

refleksi sebuah kehadiran yang dinamis.

Tampilan luar didominasi oleh kaca dan struktur baja diagonal

yang membentuk massa segibanyak yang dinamis.

Page 48: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lii

Gamb

ar 2.2 Eksterior New Seattle Public Library Sumber : www.google.com (diakses tahun 2008)

Bangunan perpustakaan ini dibagi ke dalam delapan lapis

layer(lantai), dengan ukuran

yang bervariasi berdasarkan

fungsinya.

Gambar 2.3 pembagian lantai/lapis layer New Seattle Public Library Sumber : www.arcspace.com(diakses tanggal 26/04/08, pukul 13:00)

Interior perpustakaan jauh dari kesan “formal” perpustakaan pada

umumnya dan terlihat lebih dinamis. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan

warna cerah dan motif lantai dinamis serta suasana ruang baca yang lebih

dinamis-tidak kaku. Ruang di dalam perpustakaan banyak “berisi” public

space, yang memungkinkan aktivitas selain membaca bisa dilakukan.

Seperti “ngobrol” atau bersantai. Namun juga tetap menyediakan tempat

baca personal yang sifatnya lebih privat.

Page 49: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

liii

Gambar 2.4 Interior ruang baca kelompok -”ngobrol” (kiri) dan ruang baca personal (kanan) New Seattle Public Library Sumber : www.arcspace.com (diakses tanggal 26/04/08, pukul 13:00)

Koleksi perpustakaan ditata secara formal (penataan koleksi pada

perpustakaan pada umumnya) dan juga secara dinamis sehingga terlihat

tidak kaku.

Gambar 2.5 Penataan koleksi dinamis (kiri) dan penataan koleksi secara formal (kanan). Sumber: www.arcspace.com(diakses tanggal 26/04/08, pukul 13:00)

Ruang-ruang seperti ruang untuk kegiatan anak/childrens terlihat

dinamis dengan permainan warna dan gambar yang menarik, simpel tapi

bagus. Penggunaan warna-warna terang dan mencolok pada interior membuat

suasana ruang menjadi lebih dinamis-atraktif-tidak kaku seperti kebanyakan

perpustakaan

pada umumnya.

Gambar 2.6 Suasana interior dinamis

Page 50: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

liv

Sumber : www.google.com (diakses tahun 2008) Di dalam perpustakaan juga terdapat ruang penunjang seperti e-library

dan shops

Gambar 2.7 E-library(kiri) dan shops(kanan). Sumber : www.google.com (diakses tahun 2008)

b. Mount Angel Library

Mount Angel library merupakan perpustakaan rancangan Alvar Alto

yang didesain dengan style modern. Bangunan ini terletak di St.Benedict,

Oregon yang selesai dibangun tahun 1970.

Tampilan eksterior bangunan terlihat cukup dinamis walaupun masih

terlihat formal. Tampilan eksterior terbentuk dari denah yang mirip dengan

kipas, denah dibuat dengan mengikuti kontur pada tapak.

Page 51: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lv

Gambar 2.8 Tampilan eksterior(atas), denah (tengah) dan potongan (bawah) Mount Angel Library Sumber : www.google.com (diakses tanggal 20/09/08 pukul 9:31)

Dalam desainnya Alto menekankan pada pencahayaan, baik

natural maupun artifisial. Seperti bentuk denah yang didesain dengan

memperhatikan lintasan matahari untuk pemasukan cahaya alami melalui

clerestori pada atap untuk menerangi ruang dalamnya. Interior ruang

terlihat soft dengan warna-warna yang tidak terlalu mencolok.

Gambar 2.9 Clerestori yang menerangi ruangan dalam perpustakaan

Sumber : www.google.com (diakses tanggal 20/09/08

pukul 9:25) Koleksi ditata dengan mengikuti bentuk denah dengan ruang baca

disampingnya (lihat gambar 2.8). Ruang baca diletakan dekat dengan

sumber cahaya, baik dekat jendela maupun clerestori untuk mendapat

penerangan yang cukup, sebaliknya rak ditempatkan menjauh dari jendela

agar koleksi tidak terkena sinar matahari langsung. Namun suasana

perpustakaan masih terkesan formal.

Page 52: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lvi

Gambar 2.10 Ruang koleksi dan ruang baca Sumber : www.arcspace.com (diakses tanggal 20/09/08 pukul 9:25

Page 53: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lvii

BAB III TINJAUAN KOTA SURAKARTA

A. Tinjauan Fisik

1. Kondisi Geografis

Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian

kurang lebih 92 meter diatas permukaan air laut dan kemiringan rata-

rata (0,3)%, yang berarti lebih rendah atau hampir sama tingginya

dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain Bengawan

Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar dan

Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Secara

geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”-

110º45’35” BT dan 7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04

Km² dengan batas-batas sebagai berikut :

2. Pemerintah Daerah

Surakarta merupakan salah satu bentuk pemerintahan

kotamadya yang secara administratif membawahi lima wilayah

kecamatan, yaitu: Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari, dan

Serengan, serta 51 kelurahan.

3. Keadaan Cuaca

Kabupaten

Karanganyar &

Kabupaten Sukoharjo & Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo & Kabupaten Karanganyar

Gambar 3.1 Peta Surakarta

Page 54: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lviii

Kota Solo mempunyai suhu udara maksimum 32,4 C dan

suhu udara minimum 21,6 C. Sedangkan tekanan udara rata-rata adalah

1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin

berkisar 4 knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas.

4. Penduduk

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2003 adalah

552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar

di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06%

yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka

ketergantungan penduduk sebesar 66%. Peningkatan jumlah penduduk

di kota ini disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.

5. Perkembangan Fungsi Kota

Wilayah kotamadya Dati II Surakarta, merupakan kota

yang sudah dapat dikatakan mapan, mempunyai banyak peranan dan

fungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan,

pariwisata, olahraga serta sosial budaya. Seperti ditunjukkan pada tabel

berikut:

Tabel 3.1 fungsi dan skala pelayanan Kotamadya Dati II Surakarta

No. Fungsi kota Skala pelayanan

1. Pemerintahan Lokal dan Regional

2. Industri Lokal, Regional dan Nasional

3. Pendidikan Lokal, Regional dan Nasional

4. Pariwisata & Sosial

Budaya

Lokal, Regional dan Internasional

5. Perdagangan Lokal dan Regional

6. Pusat Olahraga Lokal, Regional dan Nasional

Sumber: Perda no. 8/1993 dan pengolahan studio

6. Rencana Umum Tata Ruang Kota

a. Fungsi dan Peran Kota Surakarta

Page 55: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lix

Fungsi dan peran Kota Surakarta ditetapkan dan ditegaskan sebagai

berikut :

· Fungsi khusus guna pengembangan Trikrida Utama, yang

diharapkan menjadi jati diri kota, yaitu pengembangan pariwisata,

budaya dan olahraga.

· Fungsi umum, yaitu guna pembangunan sektor-sektor industri,

pendidikan dan pusat administrasi.

· Peran kawasan sebagai Pusat Kota Wilayah Perkotaan Surakarta,

sedang peran makro bersama-sama kawasan perkotaan di

sekitarnya sebagai pusat pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah

bagian Tenggara.

b. Beberapa Strategi Pengembangan

Berdasarkan kecenderungan-kecenderungan dan perkiraan-

perkiraan perkembangan kota ditetapkan strategi dan kebijaksanaan

baru.

Adapun strategi dan kebijaksanaan dari sektor perdagangan

dan jasa adalah sebagai berikut :

1) Strategi

a) Mengembangkan berbagai kegiatan perdagangan dan jasa

dalam berbagai macam komoditi dengan berbagai skala

internasional, nasional, dan lokal termasuk pedagang kaki lima

dan sektor informal lainnya sesuai dengan pengembangan

ruang kotanya.

b) Mengembangkan pusat-pusat perdagangan pasar besar (grosir)

dan pasar-pasar khusus serta pasar-pasar induk.

c) Menyebarkan kegiatan perdagangan dan jasa dari pusat kota ke

sub-sub pusat kota yang ditetapkan.

2) Kebijaksanaan

a) Pengadaan fasilitas perdagangan dan jasa yang memadai dan

bertaraf internasional, regional, lokal serta lingkungan.

Page 56: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lx

b) Memberikan kemudahan bagi sektor-sektor swasta untuk

mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan

pengembangan ruang kotanya.

c) Pengadaan fasilitas-fasilitas perdagangan partai besar dan

pasar-pasar khusus serta fasilitas-fasilitas bagi pedagang kaki

lima dan sektor informal lainnya yang telah ditentukan

lokasinya (jalan, kawasan maupun bangunan).

d) Merintis pengembangan kerjasama dengan Pemda tetangga

dalam investasi, penarikan retribusi, dan pengelolaan pasar-

pasar khusus. Misalnya: Pasar induk komoditi pertanian, bahan

bangunan dan sebagainya.

Secara umum kebijakan dan strategi tersebut memberikan

kesempatan pengembangan kegiatan maupun pengembangan

fisik bagi sektor perdagangan dan jasa sekaligus sebagai

dukungan bagi kegiatan pengembangan yang ada.

7. Rencana Pembagian Satuan Wilayah Pengembangan

RUTRK sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan memuat

rencana pembagian satuan wilayah pengembangan. Wilayah Kota

Surakarta dibagi menjadi 4 wilayah pengembangan. Keempat wilayah

pengembangan tersebut terbagi dalam 10 Sub Wilayah Pengembangan

(SWP).

Tabel 3.2 Kebijakan Orientasi dan Dominasi Tata Guna Lahan

No SWP Orientasi dan Tata Guna Tanah

1 SWP I Daerah Perdagangan dan Jalur Hijau

2 SWP II Daerah Komersial dan Pusat Pemerintah

3 SWP III Daerah Perdagangan

4 SWP IV Daerah Fasilitas Sosial dan Fasilitas Pendidikan

5 SWP V Daerah fasilitas Sosial dan Fasilitas Pendidikan

6 SWP VI Daerah fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

7 SWP VII Daerah fasilitas Sosial dan Perumahan

8 SWP VIII Daerah fasilitas Sosial dan Penyangga

Page 57: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxi

9 SWP IX Daerah fasilitas Sosial dan Industri

10 SWP X Daerah fasilitas Sosial dan Perumahan

8. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota

Rencana Pemanfaatan Ruang Kota mencakup arah

pemanfaatan ruang kota yang menggambarkan lokasi intensitas tiap

bangunan. Kegiatan-kegiatan yang disediakan ruangnya dalam wilayah

Kota Dati II Surakarta mengacu pada pengembangan delapan fungsi di

masa mendatang, antara lain : areal pariwisata, puasat pengembangan

kebudayaan, areal olah raga. Areal perluasan dan pembangunan

pendidikan. Kedelapan fungsi tersebut akan dikembangkan hingga

tahun 2013, merupakan kegiatan utama Kotamadya Surakarta.

9. Rencana Stuktur Tingkat Pelayanan Kota

Dalam Permendagri Nomor 2 tahun 1987, yang dimaksud

dengan Rencana Struktur Tingkat Pelayanan Kota mencakup arahan

tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan di dalam kota, yang merupakan

rumusan kebujaksanaan tentang pusat-pusat pelayanan kegiatan kota

berdasarkan jenis, intensitas, kapasitas, dan lokasi pelayanan.

Dalam perumusan RUTRK Kota Dati II Surakarta tahun 1993 –

2013, akan diatur tata jenjang fungsi-fungsi kegiatan dalam wilayah

administrasi Kota Surakarta. Jenjang kegiatan tersebut disusun sesuai

dengan penetapan dan fungsi kota, yang telah dirinci dalam skala

Gambar 3.2 Peta Pembagian SWP (Sumber RUTRK Solo 1993-2013)

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX X

Page 58: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxii

pelayanan internasional, nasional, regional, kota, bagian wilayah kota

dan lingkungan.

Konsep rencana struktur pelayanan kegiatan kota ini disusun

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan :

1) Potensi lokasi untuk menampung kegiatan-kegiatan berdasar jenis

kegiatan dan skalanya,

2) Keterkaitan antar jenjang kegiatan, dan

3) Sifat fleksibilitas kegiatan perkotaan

Fungsi-fungsi kegiatan tersebut dikelompokkan sesuai dengan

kegiatan dalam Rencana Pemanfaatan Ruang Kota, berdasar faktor-

faktor seperti jaringan dan fungsi jalan, ketersedian lahan, jarak dari

pusat kota, dan kegiatan-kegiatan yang ada.

(sumber : Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta tahun 1993 -

2013 ) BAB III)

B. Kondisi Peyandang cacat netra di surakarta

1. Jumlah

Jumlah penyandang cacat tunanetra di eks Karesidenan

Surakarta (Surakarta, Karang Anyar, Sragen, Sukoharjo, Klaten,

Boyolali dan Wonogiri) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jumlah penyandang cacat tunanetra di eks Karesidenan Surakarta

TAHUN JUMLAH

2000 6602

2001 7135

2002 7712

2003 8336

2004 9011

2005 9740

2006 10528

Sumber : Kator Statistik Surakarta

- Pertumbuhanya sebesar 3,3 % /tahun (anak-anak usia < 14 tahun) dan

4,8%/tahun (dewasa>14 tahun)

Page 59: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxiii

- Dari jumlah tersebut 55% adalah laki-laki dan 45% adalah wanita

- 50% daripenderita cacatnetra tersebut berada di Kotamadya Surakarta

(tahun 2006)

2. Kondisi Fisik Pelayanan

Secara umum, kondisi fisik fasilitas pendidikan (Sekolah Luar

Biasa) masih mengejar pada pemenuhan kebutuhan dasar belajar

mengajar, seperti kelas yang dipakai, halaman sekadarnya yang

kadangkala dialihfungsikan sebagai tempat parkir dan ruang penunjang

lain yang sekiranya dibutuhkan. Bahkan perpustakaan untuk kalangan

sendiri (intern) yang layak secara fisik sama sekali belum ada. Padahal,

pada umumnya rentang pelayanan dari SLB-SLB tersebut adalah se

eks karesidenan surakarta.

3. Aspek Kebutuhan

Dari tabel diatas di daerah se eks Karesidenan Surakarta tahun

2006 terdapat 10.528 penderita tunanetra (50%nya berada di

Kotamadya Surakarta) dan kurang lebih 80% diantaranya berusia

sekolah. Dari data informasi keadaan SLB A, baik negeri maupun

swasta, anak berusia sekolah yang tertampung tercatat baru 5.000

anak, tanpa fasilitas enunjang proses belajar mengajar (baca :

perpustakaan), yang layak dan memadai. (Sumber: Koordinasi

Kegiatan Kesejahteraan Kotamadya Surakarta) Padahal menurut studi

literatur Sulistyo Basuki, (Pengantar Ilmu Perpustakaan, PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 1991) Perbandingan antara fasilitas

perustakaan dengan pemakai adalah 1:4.500 (1 perpustakaan mewakili

4500 orang pemakai), dengan jumlah koleksi 10.000-50.000 volume.

Berangkat dari kenyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa

masih dibutuhkan wadah baru sebagai penunjang proses belajar

mengajar bagi para penyandang tunanetra.

4. Aspek Lingkungan dan Tempat

Kotamadya Surakarta yang terdiri dari 5 kecamatan dan 51

kelurahan sudah sangat terkenal dengan berbagai sebutan, antara lain

Page 60: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxiv

kota pendidikan, budaya, dan olahraga. Hal ini perlu dipertahankan

sebagai identitas daerah, salah satunya dengan menambah

perbendaharaan jenis fasilitas pendidikan penunjang proses belajar

mengajar (baca: perpustakaan) khusus untuk penyandang tunanetra.

Dengan catatan, di negara Republik Indonesia fasilitas sejenis hanya

terdapat di Bandung, Jawa Barat.

5. Bentuk Wadah

Dengan adanya kurikulum 1994 yang dilaksanakan mulai tahun

1995, secara bertahap dipastikan akan terjadi perubahan-perubahan

juga pada Sekolah Luar Biasa A. Ataupun dibangunya fasilitas fisik

penunjang proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan tuntutan

kurikulum yang mengacu pada data dan fakta yang ada. Wadah-wadah

baru pendidikan luar biasa itu adalah perpustakaan untuk penyandang

tunanetra. Di mana perpustakaan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun

menjadi bagian dari Sekolah Luar Biasa yang berfungsi sebagai wadah

bagi para penyandang tunanetra untuk membuka cakrawala wawasan

dan menambah pengetahuan, berkumpul atau bersosialisasi,

berkomunikasi antar sesama penyandang tunanetra dan dengan

masyarakat serta lingkungan. Dimana fungsi-fungsi tersebut bermuara

pada satu tujuan, yaitu : mengangkat harkat, derajat dan martabat

penyandang tunanetra serta menghilangkan hambatan komunikasi dan

sosialisasi.

C. Eksistensi dan Relevansi Surakarta sebagai Lokasi

Pada tahun 1960 di Surakarta didirikan POBI (Perkumulan

Orang Boeta se Indonesia) yang meruakan wadah bagi penyandang

tunanetra se Indonesia yang mempunyai tujuan memperoleh

pengakuan atas eksistensinya sebagai penderita cacat. Pada tahun

1966, POBI memindahkan kantornya ke ibukota Jakarta untuk

memudahkan gerak perjuangan dan pelayananya. Disamping itu ada

juga panti Rehabilitasi Cacat Netra yang bergabung di bawah Yayasan

Pendidikan Anak Cacat Prof. Dr. Soeharso. Yang pada tahun 1970

Page 61: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxv

berdiri sendiri dibawah KKKS (Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan

Sosial) bersama dngan SLB-SLB lainya, dengan nama Pusat

Rehabilitasi Cacat Netra Surakarta. Yang mempunyai skop pelayanan

Praopinsi jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang

berfungsi sebagai pusat pelatihan dan pengembangan sumberdaya

manusia serta rehabilitasi fisik dan mental penderita tunanetra. Semua

fungsi-fungsi yang disebutkan diatas bermuara pada satu tujuan yaitu:

mengangkat harkat, derajat dan martabat para penderita tunanetra serta

menghilangkan hambatan sosialisasi dan komunikasi. (Wawancara

Bapak Drs. Asmuri, staf Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial

Kotamadya Dati II Surakarta)

D. Preseden Fasilitas Tunanetra di Surakarta

1. UPT Panti Tunanetra dan Tuna rungu Wicara ”Bhakti Chandrasa”

Surakarta

a. Lokasi

Lokasi Panti Tunanetra dan Tuna rungu Wicara ”Bhakti

Chandrasa” Surakarta berada di Jl. Dr. Radjiman no.662, Jongke,

Surakarta. Batas-batas bangunan sebagai berikut :

Sebelah utara : Panti Wreda

Sebelah timur : Jl. Dr. Radjiman

Sebelah selatan : perkampungan warga

Sebelah barat : perkampungan warga

Page 62: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxvi

b. Kegiatan

Kegiatan utama yang diwadahi panti ini adalah kegiatan

Rehabilitasi dan pelatihan. Para Tunanetra dan Tunarungu wicara

dilatih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan, walaupun mereka

memiliki keterbatasan fisik. Dengan memanfaatkan indera indera yang

tersisa.

Selain kegiatan yang bersifat Rehabilitasi, panti ini juga

memberikan pelatihan ketrampilan pada para penyandang cacat.

Diantaranya massage atau pijat, bermusik, menjahit dan

memasak.

c. Kondisi fisik bangunan

Berupa masa jamak 1 lantai memanjang kebelakang.

Bangunan 2 lantai hanya terdapat pada bagian depan, yaitu bangunan

pengelola yang juga berfungsi sebagai penerima. Penataan massa dari

bangunan dibuat sederhana untuk membuat sirkulasi yang sederhana

linier menerus.

Untuk menuju fasilitas – fasilitas pelatihan, pengunjung masuk

melalui bagian kiri bangunan dipandu oleh paving blok, kemudian

handrail sebagai pengarah jalur sirkulasi pada selasar.

Gambar 3.3 Panti Bhakti Chandrasa Sumber : Dokumen Pribadi (survei lapangan, 2009)

Page 63: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxvii

Tunanetra bergerak masuk dengan menggunakan tongkat

(mengikuti arah pola lantai keramik) atau berpegangan pada handrail,

lalu meraba setiap dinding untuk mencari ruangan yang mereka tuju.

Dengan keterbatasan mereka pada indera penglihatan, seorang

tunanetra rata rata memiliki daya ingat yang kuat, untuk itu digunakan

pembedaan pola tekstur dinding untuk identifikasi tiap ruang.

Dinding raba bertekstur ini dibuat pada tiap dinding samping

kanan pintu dari setiap ruangan, lalu dibagian bawah jendela terdapat

sebuah papan braile yang bertuliskan nama ruangan.

2. SLB/A-YKAB SURAKARTA

SLB/A-YKAB SURAKARTA adalah sebuah fasilitas

pendidikan yang khusus mewadahi para tunanetra. SLB ini

menyediakan jenjang pendidikan mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB,

sampai SMALB.

Gambar 3.4 Jalur-jalur sirkulasi

Gambar 3.5 Dinding Raba Sumber : Dokumen Pribadi (survei lapangan, 2009)

Sumber : Dokumen Pribadi (survei lapangan, 2009)

Page 64: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxviii

SLB ini terletak di jl. HOS Cokroaminoto no. 43 jagalan

Surakarta, terletak di tepi jalan dengan kapasitas kendaraan yang padat

ketika pagi dan sore hari karena fasilitas ini terletak diantara pabrik

dan perkantoran sehingga lalu lintas menjadi ramai pada jam berangkat

dan pulang kerja.

Meskipun mayoritas penggunanya adalah tunanetra, namun

pada bangunan ini kurang menunjukan aksesibilitas yang sesuai untuk

tunanetra. Namun ada beberapa usaha dari pengelola bangunan ini

sendiri untuk dapat mempermudah aksesibilitas bagi para murid

tunanetra yaitu dengan memberikan signing berupa kertas berhuruf

braile pada pintu setiap ruang untuk identifikasi, pada aula/ lapangan

indor mereka mencoba menggunakan warna warna yang kontras untuk

mempermudah tunanetra parsial.

Gambar 3.5 SLB/A-YKAB Surakarta

Gambar 3.6 Prasarana SLB/A-YKAB Surakarta, kiri- kanan : pintu dengan signing braile, r. Serbaguna , area sirkulasi Sumber : Dokumen Pribadi (survei lapangan, 2009)

Sumber : Dokumen Pribadi (survei lapangan, 2009)

Page 65: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxix

Untuk Penataan massa dan pola sirkulasi masih sama dengan

sekolah – sekolah pada umumnya, tidak menyesuaikan aksesibilitas

tunanetra.

Tidak terlihat adanya ramp, handrail dan jalur pemandu.

E. Perpustakaan Umum di Surakarta

1. Lokasi

Lokasi Perpustakaan Umum Kota Surakarta atau Kantor Arsip

dan Perpustakaan Daerah Surakarta berada di Jl.Kepatihan Surakarta,

tepatnya di Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Banjarsari,

Surakarta. Batas-batas bangunan sebagai berikut :

Sebelah utara : Masjid Al Fatih, Kepatihan

Sebelah timur : Jl. Kepatihan

Sebelah selatan : perkampungan warga

Sebelah barat : perkampungan warga

Bangunan perpustakaan sekarang adalah bekas SDN

Kepatihan. Jalan di depan perpustakaan tidak dilalui oleh kendaraan

umum. Lokasi hanya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi.

Gambar 3.7 Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Surakarta Sumber : Dokumen Pribadi

(survei lapangan, 2008) 2. Pelaku

Pelaku kegiatan di Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah

Surakarta dibedakan menjadi dua, yakni pengunjung dan pengelola.

Page 66: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxx

a. Pengunjung

Komposisi pengunjung adalah pelajar SD, SLTP, SLTA,

Mahasiswa, Pegawai dan Umum. Pengunjung terbanyak adalah

kalangan masyarakat umum.

Tabel 3.4 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Umum Kota Surakarta.

TAHUN 2004 2005 2006 2007

JUMLAH

TOTAL

19.040 18.628 14.038 13.243

Jumlah

Pengunjung

Rata-Rata

Perhari

53

51

38

36

Sumber :Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah Surakarta, 2008

b. Pengelola

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Kantor Arsip dan Perpustakaan daerah Surakarta Sumber : Kantor Arsip dan Perpustakaan daerah Surakarta, 2008 Jumlah keseluruhan pegawai saat ini adalah 32 orang, dengan rincian

sebagai berikut :

Kepala : 1 orang

Kelompok Jabatan Fungsional : 5 orang

Kepala Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah

Surakarta

Sub. Bagian Tata Usaha Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Pengelolaan

Arsip

Seksi Teknis Perpustakaan

Seksi Pelayanan Pemakai Perpustakaan

Page 67: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxi

Sub. Bagian Tata Usaha : 9 orang

Seksi Pengelolaan Arsip : 5 orang

Seksi Teknis Perpustakaan : 6 orang

Seksi Pelayanan Pemakai Perpustakaan : 7 orang

3. Kegiatan

a. Macam kegiatan

Kegiatan di dalam perpustakaan dibagi menjadi dua, yakni

kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung dan pengelola.

· Kegiatan Pengunjung, meliputi : mencari buku, membaca buku,

melakukan peminjaman dan pengembalian buku, mencari informasi,

registrasi, fotokopi.

· Kegiatan Pengelola, meliputi : kegiatan pembinaan koleksi,

kegiatan pelayanan kepada masyarakat dan kegiatan administrasi.

b. Waktu kegiatan

Kegiatan di perpustakaan berlangsung dari hari Senin-Sabtu.

· Pagi dan siang

- Senin – Kamis, pukul 08.00-15.00 wib

- Jumat, pukul 08.00-11.00 wib

- Sabtu, pukul 08.00-12.00 wib

· Sore dan malam

- Selasa – Kamis, pukul 16.30-19.00 wib

c. Kegiatan pelayanan dan sistem pelayanan

Kegiatan pelayanan yang dilakukan kepada pengunjung

perpustakaan meliputi kegiatan pelayanan sirkulasi (peminjaman dan

pengembalian bahan pustaka), penelusuran pustaka, registrasi dan

pelayanan informasi kepada pengunjung.

Sistem pelayanan yang diterapkan kepada pengunjung dibedakan

menjadi dua, yakni :

· Sistem pelayanan terbuka (open access) diterapkan pada ruang koleksi

umum dan ruang koleksi berkala. Dengan sistem ini, pengunjung bisa

Page 68: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxii

memilih dan mengambil sendiri bahan pustaka yang tersedia di ruang

koleksi tanpa harus melalui/dilakukan oleh pegawai perpustakaan.

· Sistem pelayanan tertutup (closed access) diterapkan pada ruang

koleksi referensi. Yakni pencarian dan pengambilan bahan pustaka di

ruang koleksi yang diinginkan pengunjung harus melalui/dilakukan

oleh pegawai perpustakaan.

4. Koleksi

Macam dan jenis koleksi yang dimiliki Kantor Arsip dan Perpustakaan

Daerah Surakarta meliputi koleksi umum yang terdiri dari koleksi fiksi dan

nonfiksi, koleksi referensi, koleksi khusus (Belanda), koleksi audiovisual

(video, CD) dan koleksi periodikal ( majalah, surat kabar/koran, buletin).

Berikut Jenis dan jumlah koleksi perpustakaan.

Tabel 3.5 Jumlah koleksi buku Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

Surakarta sd. Bulan Mei 2007

Koleksi judul eksemplar Keterangan

Fiksi

Nonfiksi

Referensi

BELANDA

5.734

17.610

6.279

1.856

6800

25.032

6.898

2.335

Data buku hilang/rusak

terhitung dari tahun

1971 s/d maret 2006

Buku rusak : 4.178 eks.

Hilang : 4.985

eks.

Jumlah : 9.163 eks.

Jumlah 31.479 41.065

Sumber :Kantor Arsip Dan Perpustakaan Daerah Surakarta

Jumlah koleksi audiovisual dan periodikal tidak terinventarisir.

Pengadaan koleksi perpustakaan diperoleh dari pembelian, pertukaran, hadiah

dan sumbangan. Data mengenai pertambahan koleksi pertahun tidak diketahui

secara pasti karena tidak terinventarisir secara jelas. Berikut data jumlah

sumbangan pada tahun 2006 dan 2007.

- Sumbangan pada tahun 2006 = 329 eksemplar, 330 judul.

- Sumbangan pada tahun 2007 = 2096 eksemplar, 1048 judul.

Page 69: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxiii

Dari sini pertambahan jumlah koleksi pertahun dapat diasumsikan

sebagai berikut :

Jika diambil pertambahan koleksi pertahun 2096 eksemplar

dan jumlah koleksi tahun 2007 ditetapkan 41.065 eksemplar. Maka

pertambahan tiap tahun adalah sekitar 5 %. Jika pertahun buku yang

hilang/rusak diasumsikan 0,5 % (berdasarakan Data buku hilang/rusak

terhitung dari tahun 1971 s/d maret 2006). Maka pertambahan buku

pertahun setelah dikurangi buku yang hilang atau rusak adalah 4,5 %

5. Ruang

Lantai 1 berisi ruang pelayanan perpustakaan, ruang sirkulasi (peminjaman

dan pengembalian koleksi), ruang penitipan tas, ruang koleksi umum dan

periodikal, ruang koleksi referensi dan bahasa asing, kamar kecil/KM, gudang,

parkir karyawan dan pengunjung.

Lantai 2 berisi ruang pimpinan, ruang tata usaha, ruang kasi arsip, ruang

teknis perpustakaan, ruang rapat.

Gambar 3.8 Denah Lantai 1 Perpustakaan Sumber : Survei, 2009

Page 70: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxiv

Gambar 3.9 Denah Lantai 2 Perpustakaan Sumber : Survei, 2009

Gambar 3.10 Foto Perpustakaan, Kiri-Kanan, Atas-Bawah : Halaman, R.Katalog, R.Sirkulasi, R.Baca, R. Koleksi Umum, R.Koleksi Referensi, R.TU, R. Teknis Perpustakaan, R.Rapat Sumber : Survei, 2009 6. Urgensi Permasalahan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dibawah ini adalah beberapa

permasalahan yang ditemui.

a. Ruangan terlalu sempit sehingga penataan perabot (rak buku)terlalu dekat.

Hal ini menjadikan jalur sirkulasi (orang dan bahan pustaka) ”terbatas”

sehingga menggangu pergerakan.

b. Jumlah ruangan yang ada sekarang ini tidak bisa menampung seluruh

jumlah koleksi yang dimiliki maupun untuk penambahan fasilitas

penunjang lainnya.

c. Perpustakaan Daerah Surakarta tidak memiliki fasilitas penunjang seperti

ruang pertemuan/seminar.

d. Luasan lahan sekarang tidak bisa mendukung perbaikan fasilitas

perpustakaan di masa sekarang (melengkapi ruang) maupun masa

mendatang (penambahan ruang).

e. Tampilan bangunan (interior dan eksterior) yang tidak representatif-tidak

menarik.

f. Lokasi kurang strategis. Tidak berada pada rute pergerakan, pencapaian

hanya bisa dengan kendaraan pribadi, kurang dikenal masyarakat.

Page 71: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxv

F. Lokasi dan Site Standard

Berikut ini acuan Penentuan Lokasi suatu perpustakaan

menurut De Joseph Chiara. dan John Callender (1994).

Perpustakaan adalah organisasi yang melayani masyarakat.

Maka dari itu, sebaiknya terletak pada lokasi sentral. dimana

memudahkan akses bagi komunitas terbesar pembacanya dan pencari

informasi yang berkepentingan. Prinsip ini bukanlah suatu prinsip

baru, akan tetapi didapat dari riset administrator perpustakaan umum

yang berpengalaman.

Lokasi di pusat biasanya diasosiasikan dengan jumlah toko

retail yang padat,nbangunan kantor, bank, perhentian kendaraan

Umum dan fasilitas parkir. Ini berarti suatu perpustakaan sebaiknya

terletak di dekat pusat komunitas aktivitas umum, seperti pusat

perbelanjaan atau bisnis. Suatu perpustakaan harus mempertimbangkan

lokasi terbaik untuk menjaring public.

Pentingnya lokasi di pusat kola dikuatkan oleh pernyataan

berikut. Suatu lokasi yang mudah diakses adalah persyaratan Untuk

menarik sejumlah orang. Maka suatu perpustakaan harus berada pada

lokasi dimana orang berkumpul, di jantung perbelanjaan, atau distrik

bisnis. Bukan pada lokasi yang terpisah, atau jauh seperti taman, pusat

pemerintahan atau tepi jalan yang sepi. (Charles M Nlohrhardt and

Ralph A Ulveling, "Public Libraries", Architectural Record, December

1952, p 152)

The American Library association's standards for public library

service juga menekankan pada kebutuhan akan " Kemudahan akses-

Tak perlu dipertanyakan, suatu lokasi yang dapat memberikan

kemudahan akses pada sejumlah orang banyak, adalah dasar dari

suksesnya setiap perpustakaan baru.

memang, lokasi perpustakaan yang terletak di jantung

perbelanjaan dan distrik bisnis akan membutuhkan dana lebih besar,

Page 72: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxvi

daripada yang terletak di daerah pinggiran atau daerah kolas dua. Akan

tetapi,makin banyak masyarakat, arsitek dan para pejabat berwenang

yang berkompromi dengan biaya lokasi. Hal ini disebabkan karma

mereka berpendapat suatu perpustakaan tak dapat memenuhi fungsinya

secara optimal jika terletak di daerah kelas dua dan bahwa biaya

operasional perpustakaan yang terletak di daerah kelas dua biasanya

lebih tinggi daripada yang terletak di pusat.

Intinya, penggunaan perpustakaan secara maksimal dapat

diarlikan biaya pelayanan yang lebih rendah, dan Lokasi yang terletak

secara strategis dapat diartikan penggimaun.yang maksimal.

Page 73: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxvii

BAB IV PERPUSTAKAAN TUNANETRA YANG DIRENCANAKAN

A. Pengertian

merupakan tempat yang ditujukan bagi tunanetra untuk

memperoleh informasi dalam berbagai format yang dapat diakses

meskipun dalarn keterbatasan visual sehingga tidak kalah dengan

mereka yang normal. Fasilitas yang direncanakan antara lain: Ruing

koleksi Braille, format besar, periodik dan referensi, Ruang Baca,

Ruang Audio Visual lengkap dengan peralatan CCTV dan Kurzweill

Personal Reader. Ruang Internet, Ruang serbaguna, Ruang seminar.

Ruang Konsultasi, Kafetaria dan Halte. Pendekatan desain yang

dipakai adalah pendekatan perilaku tunanetra yang mana berpengaruh

terhadap perancangan massa bangunan, program ruang, sirkulasi,

material, tata cahaya, penataan dan pemilihan perabot.

B. Fungsi dan Tujuan

1. Fungsi

a. Bagi tuna netra

Dapat memperoleh informasi seluas-luasnya yang dilengkapi

sarana dan prasarana yang mendukung aktifitas mereka, antara lain

sebagai:

1) pusat informasi dan pendidikan non formal yang terjangkau bagi

seluruh lapisan dan golongan sosial

2) pusat layanan multi media bagi tuna netra

3) tempat untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas positif

4) pusat diskusi formal dan nonformal serta tempat sosialisasi komunitas

tuna netra yang juga menunjang perkembangan mental secara psikis

5) Fungsi budaya, yakni memperluas jaringan pengembangkan apresiasi

terhadap budaya dan karya tulis. Dengan adanya pameran buku dan

non buku, seminar, Story telling bagi anak-anak, serta layanan audio-

visual, Perpustakaan ini dapat herfungsi secara budaya.

6) Sebagai Resource Center. Resource center adalah pusat pencetakan

Page 74: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxviii

pelajaran maupun buku-buku referensi bagi siswa dan kaum tuna netra

di masyarakat dalam huruf Braille. Tujuannya adalah agar kaum tuna

netra dapat menguasai ilmu pengetahuan dan dunia lewat bacaan

perabaan timbal yang dihasilkan oleh mesin Braille diri Norwegia.

Sehing-a disini perpustakaan berfunosi sebagai penyedia buku-buku

teks dalam format braille yang menoacu pada kurikulum PLB

7) Sebagai pelestari (mengolah, merawat, dan melestarikan) bahan

pustaka khususnya yang berformat khusus, baik berupa buku braille,

buku cetak maupun karya rekam.

b. Bagi masyarakat umum

1) pusat informasi khususnya mengenai tuna netra dan carat

2) Sarana untuk mereka yang ingin belajar menggunakan fasilitas khusus

untuk membantu saudara/keluarga mereka yang tuna netra

3) Sarana bagi sukarelawan untuk membantu mereka yang tuna netra

4) Sebagai lapangan kerja baru

2. Tujuan

a. Menyediakan fasilitas informatif yang memadai secara fisik maupun

psikologis untuk penyandang tuna netra maupun cacat sehingga

mereka dapat menikmati dan memperoleh informasi yang setara

dengan mereka yang normal

b. Meningkatkan kualitas intelektual kaum tuna netra dan cacat

c. Menyediakan suatu tempat dimana kaum tuna netra dan cacat dapat

bertemu, bersosialisasi dan bertukar pikiran secara positif

d. Mewujudkan iklim masyarakat belajar dan aktif membaca bagi

kalangan orang tua, anak, maupun masyarakat tuna netra

e. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi orang tua dan masyarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan informal.

f. Membantu masyarakat yang mernbutuhkan segala informasi berkenaan

dengan tuna netra dan cacat

Page 75: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxix

g. Membuka kesempatan bagi masyarakat umum yang ingin membantu

mereka yang memiliki keterbatasan

h. Menyimpan, merawat. melestarikan bahan pustaka dalam format

khusus untuk mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan

i. Membantu produksi dan pegadaan bahan pustaka (dalam format

khusus) bagi masyarakat tuna netra dan cacat yang kurang mampu

secara ekonomi maupun bagi SLB yang masih sedikit/ belum memiliki

perpustakaan/ bahan pustaka yang memadai untuk kepentingan belajar

mengajar baik formal maupun nonformal.

C. Pelaku dan Kegiatan

3. Pelaku

a. Pengunjung

Pelaku kegiatan di dalam perpustakaan dikelompokan menjadi

dua, yakni pengunjung dan pengelola. Pengunjung perpustakaan yakni

para penyandang tunanetra, baik parsial maupun total dari segala umur

(anak- anak, remaja, dewasa). Jika ditinjau dari lingkup pelayananya

perpustakaan ini direncanakan memiliki skala propinsi, berusaha

melayani masyarakat tunanetra di jawa tengah namun tidak menutup

kesempatan bagi masyarakat seluruh Indonesia.

Jumlah populasi penduduk tuna netra di jawa Tengah tahun

2008 menurut Dinas Sosial Propinsi Jawa tengah:

49785 orang — 50 000 orang

Jumlah pengunjung perpustakaan menurut Time Saver

Standard

75 orang + 3 orang per 1000 populasi:

75 + (3 x 50) = 225 orang

Masyarakat umum / keluarga / relasi Diasumsikan 30 % dari

pengunjung tuna netra

225 * 30% = 67 orang

Total pengunjung

225 +67 = ±292 orang

Page 76: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxx

b. Pengelola

Pengelola perpustakaan adalah pegawai Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah Kota Surakarta yang sudah berkompetensi

melayani para penyandang tunanetra, dengan pertimbangan bahwa

Perpustakaan Tunanetra Surakarta adalah perpustakaan umum milik

pemerintah daerah atau nonswasta yang pengelolaannya dilakukan

oleh pegawai pemerintah daerah. Pengelola perpustakaan terdiri dari

kepala/pimpinan perpustakaan, kelompok jabatan fungsional,

sub.bagian tata usaha, seksi pengelolaan arsip, seksi teknis

perpustakaan dan seksi pelayanan pemakai perpustakaan.

4. Kegiatan

b. Pengelompokan Kegiatan

Kegiatan di dalam perpustakaan dikelompokan berdasarkan

klasifikasi kegiatan yang dilakukan pengguna perpustakaan

(pengunjung dan pengelola), sebagai berikut.

· Kegiatan penerimaan, meliputi : datang-pergi/masuk-keluar

perpustakaan, duduk-diskusi-pertemuan nonformal,

penyimpanan/penitipan barang.

· Kegiatan informasi perpustakaan, meliputi : pelayanan informasi-

registrasi, pelayanan peminjaman/pengembalian pustaka,

pelayanan referensi, pelayanan koleksi khusus, pelayanan koleksi

pandang dengar (audiovisual), penelusuran bahan pustaka melalui

katalog, pembacaan cerita anak/mendongeng, membaca koleksi,

diskusi, penyimpanan koleksi.

· Kegiatan penunjang, meliputi : seminar, pameran, bowsing

internet, makan-minum.

· Kegiatan pengelolaan oleh pegawai perpustakaan, meliputi :

pengorganisasian, administrasi, pengadaan-pengelolaan-perawatan

koleksi, pengelolaan-perawatan arsip, pertemuan formal pengelola,

monitoring keamanan.

Page 77: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxi

· Kegiatan servis, meliputi : menaruh kendaraan/parkir, penerimaan

dan pengiriman barang (loading-unloading), penyimpanan barang,

monitoring keamanan, metabolisme, ibadah, mekanikal-elektrikal.

c. Waktu Kegiatan

Perpustakaan ini dibuka untuk melayani masyarakat pada tiap

hari kerja dari senin sampai Jumat mulai pukul 9.00 sampai 18.00

WIB, sedangkan pada hari sabtu dibuka setengah hari, mulai pukul

09.00 sampai 15.00. Pada hari minggu perpustakaan tutup.

d. Sistem Pelayanan

Direncanakan suatu sistem pelayanan yang mandiri sekalipun

sasaran utamanya adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik.

menurut hasil survey di lapangan, kaum tuna netra dan cacat di

Indonesia sejak sedini mungkin dilatih untuk mandiri dan tidak

tergantung pada alat atau orang lain. Oleh karena itu digunakan system

pelayanan terbuka (open acces) yang memungngkinkan pengunjung

untuk mencari dan memilih koleksi yang diinginkan secara mandiri.

Kecuali untuk penyandang cacat yang belum mandiri perpustakaan

menyediakan petugas khusus untuk membimbing mereka. Pada koleksi

tertentu yang seperti koleksi audio visual diberlakukankan close acces

dimana pengunjung harus dilayani oleh petugas untuk

memperoleh/meminjam koleksi yang diinginkan

D. Koleksi Perpustakaan

Jenis dan macam koleksi perpustakaan disesuaikan dengan

koleksi yang dimiliki oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

Surakarta.

Koleksi perpustakaan terdiri dari koleksi anak, koleksi umum,

koleksi referensi, koleksi berkala, koleksi khusus (koleksi belanda) dan

koleksi audiovisual. Koleksi umum ini menampung jenis koleksi

remaja, pemuda dan dewasa, pengelompokannya dijadikan satu karena

Page 78: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxii

disesuaikan dengan pengelompokan koleksi pada Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah Surakarta.

Pengadaan koleksi perpustakaan diperoleh dari pembelian,

pertukaran, hadiah dan sumbangan.

Jumlah Koleksi buku Perpustakaan ini dihitung sesuai dengan

jumlah populasi yang dilayani.

Ketentuan standard:

jumlah koleksi koleksi buku : 21/2 -23/4 buku / 35000- 100000 populasi.

Dari ketentuan tersebut, untuk populasi 50 000 orang diambil 23/4 buku /

orang. Maka:

Buku cetak standard 25 % : 20625

Buku Braille 30 % : 24750

Buku elektronik 15% : 12375

Buku cetakan besar1O% : 8250

Koleksi referensi 10% : 8250

Koleksi khusus (regional) 8% : 6600

Peta dan atlas 2% : 1650

Koleksi anak-anak: 30% dari total koleksi, yakni 41250 copy, terdiri dari

Buku cetak standard 25 % : 10312

Buku Braille 30 % : 12375

Buku elektronik 15% : 6187

Buku cetakan besar 10% : 4125

Koleksi referensi 10% : 4125

Koleksi Musik : 5% dari total koleksi : 6875

Buku musik Braille

Koleksi Audio visual : 5% dari total koleksi 6875

Untuk Koleksi penerbitan berkala tidak dihitung dari total

koleksi perpustakaan karena sifatnya yang kumulatif, sesuai dengan

frekuensi penerbitan majalah dan Koran tertentu.

Page 79: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxiii

BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP

E. ANALISA MAKRO

a. Analisa Lokasi dan Site

a. Pedoman pemilihan site :

1) Site terletak harus prominent. Lebih baik berupa Suatu pojok dari

persimpangan dimana perpustakaan dapat mudah terlihat. Penggunaan

maksimum diperoleh dari jendela display dan view interior yang terlihat.

2) Ketinggian site kurang lebih sama dengan ketinggian jalan

3) Site cukup luas untuk rencana perluasan, akses kendaraan servis, kendaraan

perpustakaan dan sejumlah ruang luar

4) Site sebaiknya memiliki sisi yang menghadap utara untuk menghindari

pancaran sinar matahari, atau setidaknya menghadap timur adalah pilihan

kedua. Akan tetapi orientasi site sebenarnya bukan hal yang mutlak dalam

pemilihan site, karena saat ini control temperatur aktif dapat dipergunakan

untuk meminimalkan problem matahari.

5) Area servis yang persegi untuk memudahkan pengawasan. Disini

dimaksudkan, bentukan tapak yang persegi Memungkinkan bentuk bangunan

yang persegi pula,

6) Site sebaiknya memiliki struktur tanah yang sama.

b. Alasan Pemilihan Site

Dari acuan tersebut di atas, Lokasi perpustakaan tuna netra dipilih di kawasan

Surakarta, daerah manahan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut

1) Lokasi yang berada di tengah kota, di dekat pusat perbelanjaan, distrik bisnis,

dan tempat berkumpulnya masyarakat.

2) Akses yang mudah dicapai, merupakan jalan arteri sekunder yakni jalan adi

sucipto.

3) Menurut Rencana Detail Tata Ruang, kota (RDTRK) Unit pengembangan

daerah manahan diperuntukkan untuk pemukiman, dan fasilitas umum.

Perpustakaan Tuna Netra adalah salah satu bangunan fasilitas umum yang

bergerak di bidang jasa.

4) Lokasi dekat dengan komunitas masyarakat yang menjadi sasaran utama

Page 80: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxiv

perpustakaan. Perlu diketahui, Lokasi ini dekat dengan SLB A , juga dekat

dengan tempat rehabilitasi tunanetra.

c. Lokasi dan Site

Lokasi perpustakaan dipilih berada di tengah kota, di dekat pusat

perbelanjaan, distrik bisnis, dan tempat berkumpulnya masyarakat.dan mudah

dicapai oleh para tunanetra baik jalan kaki, menggunakan kendaraan umum

maupun pribadi (kemudahan akses). Lokasi juga dekat dengan komunitas

masyarakat yang menjadi sasaran utama perpustakaan. Perlu diketahui, Lokasi

ini dekat dengan SLB A , juga dekat dengan tempat rehabilitasi tunanetra.

Dari sini, lokasi yang dipilih berada di daerah Manahan. Yakni di sekitar

Kompleks Stadion Manahan. Di Kota Solo, Kompleks Stadion Manahan

cukup dikenal oleh banyak orang. Selain itu lokasi ini telah menjadi salah

satu tempat “jujukan“ berkumpul bagi warga Kota Solo dan nonSolo. karena

Terletak dekat fasilitas umum, pusat perbelanjaan dan daya tarik masyarakat

yang menguntungkan

LOKASI TERPILIH

Page 81: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxv

sehingga pengunjung selain ke perpustakaan juga dapat sekaligus

berekreasi atau sekaligus melakukan aktivitas di tempat lain dalam satu kali

kunjungan. (Pertimbangannya, banyak pengunjung, khususnya tuna netra yang

berasal dari luar kota, sehingga dalam sekali kunjungan ke pusat kota,

sekaligus menyempatkan diri ke Perpustakaan atau sebaliknya). Lokasi ini

dilalui oleh kendaraan umum namun memiliki tingkat kebisingan yang tidak

tinggi.

Site yang dipilih berada tepat di depan pintu masuk utama Kompleks

Stadion Manahan bagian depan. Bagian pintu masuk utama Kompleks Stadion

Manahan (taman depan) merupakan ”konsentrasi” tempat orang berkumpul.

Pemilihan site di sini bertujuan agar bangunan perpustakaan lebih dikenal

masyarakat dan bisa menjadi pusat perhatian. Pencapaian ke site mudah, bisa

diakses dengan kendaraan umum dan bisa dari tiga sisi jalan namun

kebisingan rendah karena tidak berada pada jalur lalu-lintas yang padat.

Gambar 5.1 Lokasi Site Terpilih Sumber : foto udara diambil dari www.googleearth.com

d. Data Site :

· Lokasi site : Kampung Gremet, Kelurahan Manahan, Kecamatan

Banjarsari, Surakarta.

· Batas-batas site :

Utara : Jl. Adi Sucipto, Kompleks Stadion Manahan

Selatan : Jl. Manyar V (jalan lingkungan), rumah tinggal

Timur : Rumah Tinggal

Barat : Jl. Sumbing (jalan lingkungan), rumah tinggal

Kompleks stadion Manahan solo

Site terpilih

utara

Page 82: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxvi

· Ukuran site : Panjang site 100 m, lebar 85 m, luasan site ± 8500 m².

Jalur lambat di sebelah utara site memiliki lebar 4 meter, lebar Jl.Sumbing

sekitar 7 meter, lebar Jl.Manyar V sekitar 4 meter dan lebar Jl.Adi Sucipto

sekitar 16 meter.

· Peraturan bangunan :

Untuk bangunan fasilitas umum dengan ketinggian bangunan 3-4 lantai,

ALD (angka lantai dasar)= 35-40% luas lahan, ART/ARH (angka ruang

hijau) = 38-60 % luas lahan, ARP (angka ruang parkir) = 18-20 % luas

lahan. (sumber : Dinas Tata Kota Surakarta)

Gambar 5.2 Site terpilih yang digambar ulang Sumber : dokumen pribadi

Gambar 5.3 (dari kiri-kanan, pandangan 1-3) situasi taman depan Manahan, jalan Adi Sucipto, pandangan ke site. Sumber : Dokumen pribadi Gambar 5.4 (dari kiri-kanan, pandangan 4-6) Jalan di depan site, Jl. Sumbing, Jl.

Page 83: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxvii

Manyar V Sumber : Dokumen pribadi

Gambar 5.5 (dari kiri-kanan, pandangan 7-9, pandangan dari site) pandangan ke taman depan, pandangan ke arah timur, pandangan ke arah barat laut. Sumber : Dokumen pribadi b. Analisa Pencapaian

i. Dasar Pertimbangan

· Kemudahan akses

· Tidak membahayakan pengguna (tunanetra)

· Keteraturan

· Pencapaian ke zona publik lebih mudah

· Sirkulasi yang sederhana dan tidak membingungkan

Dalam pertimbangan pencapaian, menggunakan 2 alternatif, yaitu

Kriteria Bobot Alternatif I Alternatif II

Alternatif 1 Antara Maen Entrance masuk dan keluar menjadi satu, tidak dipisahkan

Alternatif 2 Antara Maen Entrance masuk dan keluar di area yang berbeda

Gambar 5.6 Alternatif Pencapaian Sumber: Analisa

Page 84: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxviii

berdasarkan pertimbangan, maka alternatif I dapat mewakili bentuk

pencapaian dalam kawasan Perpustakan tunanetra, dimana penggunanya

adalah tunanetra, sirkulasi harus jelas, teratur, sederhana dan dipisahkan

antara sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki

ii. Rekomendasi

disediakan halte untuk pencapaian pejalan kakyang memakai kendaraan umumi

Side entrance, untuk keluar masuk kendaraan

Maen entrance untuk keluar masuk kendaraan dan user

c. Analisa View dan Orientasi

Menentukan arah orientasi bangunan yang terbaik bagi Perpustakaan

Tunanetra nantinya, dengan mempertimbangkan View from site dan view to

site

Kemudahan akses

keamanan

efisiensi

sirkulasi

Jumlah

2

2

2

2

3

3

2

2

10

2

2

1

3

8

Gambar 5.7 Pencapaian Site Sumber: Analisa

Page 85: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

lxxxix

i. Dasar Pertimbangan

· View to site

· View from site

· Keadaan sekitar site

· Alur sirkulasi (memutar)

· Arah pencapaian masuk kedalam site

· Objek bangunan yang menarik

ii. Rekomendasi

View from site

Orientasi semua massa mengarah ke Jl Adi sucipto(mempermudah sirkulasi dan pencapaiian)

Ekpose bangunan (memaksimalkan view ke luar site

Gambar 5.8 Kondisi View Site Sumber: Analisa

Page 86: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xc

Orientasi bangunan menghadap Jl Adi sucipto yang merupakan akses utama menuju ke perpustakaandengan view stadion Manahan.

Stadion manahan merupakan tempat yangselau ramai digunakan tempat bekumpulorang solo. Keberadaan bangunan di lokasiin akani sangat menarik perhatian orang sekitarjika memeksimalkan ekspos ke arah manahan

memaksimalkan ekspos pengolahan site ke arah manahan

Orientasi semua massa mengarah ke Jl Adi sucipto(mempermudah sirkulasi dan pencapaiian)

Ekpose bangunan (memaksimalkan view ke luar site

d. Analisa Sirkulasi site

Menentukan konsep sirkulasi eksternal (luar bangunan) yang ideal, agar tidak

terjadi Cross Circulation antara sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dan

sesuai dengan konsep keteraturan dan kesederhanaan.

i. Dasar Pertimbangan

· Hirarki jaringan jalan

· Keamanan dan kelancaran sirkulasi

· Aktifitas kegiatan perpustakaan

· Bentuk massa bangunan (jamak)

· kenyamanan pengguna (tunanetra)

Gambar 5.9 View dan Orientasi Sumber: Analisa

Page 87: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xci

· menghindari crossing

ii. Rekomendasi

massa bangunan jamak mampu mengurangi sirkulasi vertikal, karena

menyulitkan tunanetra

- memisahkan antara sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki

- area sirkulasi kendaraan diletakan di bagian timur site, area sirkulasi

pejalan kaki di bagian barat berbatasan langsung dengan main entrance

Dipilih Lokasi sepanjang Jl. Adi sucipto

area sirkulasipejalan kakiarea sirkulasi

kendaraan

HALTEi

e. Analisa Kebisingan

Dalam perencanaan sebuah perpustakaan, analisa kebisingan sangatlah

penting. Sebagai Identifikasi sumber kebisingan yang ada di sekitar site, dan

meminimalisr tingkat kebisingan hubunganya dengan penzoningan.

Daerah dengan tingkat kebisingan tinggi (keramaian lalu lintas jalan raya adi suciptoi

daerah denga n tingkat kebisingan rendah (aktifitas masyarakat)

Daerah dengan tingkat kebisingan sedang

i. Dasar Pertimbangan

· Arah sumber kebisingan

Gambar 5.11 Analisa Kebisingan Sumber: Analisa

Gambar 5.10 Sirkulasi Site Sumber: Analisa

Page 88: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcii

· Kegiatan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi

· Minimalisir tingkat kebisingan

· Penzoningan site

ii. Alternatif Cara Meminimalisir Kebisingan

Penzoningan Ruang (alternatif I)

Dilakukan dengan meletakkan ruang-ruang yang bersifat privat dan

membutuhkan ketenangan berada di bagain belakang site (bagian

selatan)

Memberikan Jarak (alternatif II)

Dengan cara memberikan jarak antara bangunan dengan jalan raya,

yaitu adi sucipto

Pembedaan Ketinggian (alternatif III)

Dengan cara memberikan pembedaan ketinggian antara site dengan

jalan raya, gua mereduksi tingkat kebisingan

Kriteria Bobot Alternatif I Alternatif II Alternatif III Efektifitas Kesesuaian dengan kondisi site Kesesuaian dengan kondisi lingkungan sekitar Kesesuaian dengan penzoningan

Jumlah

3 3 3 3

2 3 3 3 11

3 3 3 3 12

2 3 3 3 11

iii. Hasil

Berdasarkan Scoring Pertimbangan, dari beberapa alternatif, dapat

diterapkan semuanya ke dalam rancangan Perpustakaan tunanetra,

sehingga antara satu alternatif dengan alternatif yang lain dapat saling

mendukung satu sama lain

Keterangan Nilai 3 : Sangat Baik 2 : Baik 1 ; Kurang Baik

Keterangan Bobot 3 : Menentukan 2 : Kurang Menentukan

Page 89: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xciii

Ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan tinggi diletakan di bagian belakang site (R baca)

Antara jalan raya dengan site, diberikan ketinggian yang berbeda (pemantulan suara bising)

F. ANALISA MIKRO

1. Analisa Peruangan

a. Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang perpustakaan ditentukan berdasarkan

pengelompokan kegiatan yang diwadahi, sebagai berikut.

1) Kegiatan Penerimaan

Tabel 5.2 Kebutuhan ruang kegiatan penerimaan

Jenis kegiatan Ruang

Datang-pergi/masuk-keluar

Duduk-diskusi-pertemuan

nonformal

Pelayanan informasi-registrasi

Penyimpanan/penitipan barang

Plaza

Entrance

Hall

Lobi

Ruang duduk

Ruang sirkulasi umum-informasi

Ruang sirkulasi umum dan anak

Ruang loker

Sumber : Analisa

2) Kegiatan Perpustakaan

Tabel 5.3 Kebutuhan ruang kegiatan informasi perpustakaan

Jenis kegiatan Ruang

Pelayanan referensi Ruang pelayanan referensi

Gambar 5.12 Respon kebisingan Sumber: Analisa

Page 90: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xciv

Sumber : Analisa

3) Kegiatan Penunjang

Tabel 5.4 Kebutuhan ruang kegiatan penunjang

Jenis kegiatan Ruang

Mengikuti Seminar/pertemuan

Ruang serba guna

Panggung

R. operator

R. Belakang panggung

R. petugas

Gudang peralatan

Toilet pria

Toilet wanita

Pelayanan koleksi khusus

Pelayanan koleksi pandang

dengar (audio-visual)

Pencarian bahan pustaka

melalui katalog

Bercerita/mendongeng

Membaca koleksi-diskusi

Penimpanan koleksi

Ruang pelayanan koleksi khusus

Ruang pelayanan koleksi pandang

dengar (audio-visual)

Ruang katalog online umum dan

anak

Ruang dongeng anak

Ruang baca koleksi anak

Ruang baca koleksi umum

(remaja-dewasa)

Ruang baca koleksi berkala

Ruang baca koleksi referensi

Ruang baca koleksi khusus

Ruang baca audio-visual

Ruang koleksi anak

Ruang koleksi umum (remaja-

dewasa)

Ruang koleksi berkala

Ruang koleksi referensi

Ruang koleksi khusus

Ruang koleksi audio visual

Page 91: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcv

Makan dan minum

Pameran

Konsultasi

Mengenal jenis – jenis

tanaman

Membeli buku

Kafetaria

Pantry

Ruang pameran

Ruang konseling

Taman flora braile

Toko buku mini

Sumber : Analisa

4) Kegiatan Pengelolaan

Tabel 5.5 Kebutuhan ruang kegiatan pengelolaan

Jenis kegiatan Ruang kegiatan

Pengorganisasian

Administrasi

Pengadaan-pengelolaan-

perawatan koleksi

Pengelolaan-perawatan arsip

Pertemuan formal

Monitoring keamanan

Ruang pimpinan

Ruang kelompok jabatan

fungsional

Ruang tata usaha

Ruang seksi teknis perpustakaan,

Ruang fumigasi

Ruang kearsipan

Ruang rapat

Ruang monitor keamanan

Sumber : Analisa

5) Kegiatan Servis

Tabel 5.6 Kebutuhan ruang kegiatan servis

Jenis kegiatan Ruang kegiatan

Mekanikal-elektrikal

R. Gardu PLN

R. Panel

R. trafo

R. Generator

R. mesin AC

R. Tandon dan pompa

Page 92: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcvi

Penerimaan/pengiriman barang

Ibadah

Penyimpanan barang

dapur

Monitoring keamanan

menunggu

R. Kontrol

Loading dock

Mushola dan wudu

Gudang

pantry

Pos satpam

R. Sopir

Sumber : Analisa

b. Luas Ruang

1) Kegiatan Penerimaan

no ruang kapasitas standard sirkulasi luas

1 entrance hall

lobby 19.370populasi 9 m2/1000 populasi (LBD) 10% 191.763

ruang duduk 20org ass 10% 30

informasi-registrasi 5 org 4.2 m2/org 10% 23.1

r penitipan barang 4 lernari 4.8 m2/lemari (PP)

30% 24.96 r sirkulasi & peminjarnan 4 org 2 m2/org (PP) 30% 10.4

r telepon urnum 4 org 1 m2/org (PP) 10% 4.4

total 280.223

2) Kegiatan Perpustakaan

RUANG RAK KOLEKSI

Luas rak untuk buku 2.00 x 0.3 m = 0.60 m2 standard Sebuah rak buku dapat menampung 250 buah buku (250 copy)

Sebuah buku braille dan cetakan besar memerlukan space 3 kali lipat dari buku cetak standard (menurut survey) sehingga kapasitas rak buku braille dan cetakan besar : 1/3 rak standard = 80 copy

Sebuah buku elektronik memerlukan space 2 kali lipat dari buku cetak standard sehingga kapasitas buku elektronik : 1/2 rak standard = 125 copy

Koleksi referensi diasumsikan memiliki space yang sama dengan buku braille

untuk audio musik diasumsikan 1 lemari cukup menampung 1000 copy

Maka untuk mendapatkan luasan rak buku yang dibutuhkan :

(jumlah buku : kapasitas rak) x 0.6 + sirkulasi 30 %

Page 93: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcvii

no ruang kapasitas standard sirkulasi luas (m2) 2 r rak koleksi dewasa 82500 copy

buku cetak standard 20625 copy 250 buku/Iemari (LBD) 30% 64.35 buku braille 24750 copy 80 buku/lemari 30% 241.3125

buku bicara/elektronik 12375 copy 125 buku/lemari 30% 77.22 buku cetakan besar 8250 copy 80 buku/lemari 30% 80.4375 koleksi referensi 8250 copy 80 buku/lemari 30% 80.4375

koleksi spesial 6600 copy 80 buku/Iernari (LBD) 30% 64.35

koleksi peta dan atlas 1650 copy 50 m2 (asurnsi) 30% 25.74

633.848

3 r.rak koleksi anak-anak 41250 copy

buku cetak standard 10312 copy 250 buku/lemari (LBD) 30% 32.17344 buku Braille 12375 copy 80 buku/lemari 30% 120.65625 buku elektronik 6187 copy 125 buku/lemari 30% 38.60688 buku cetakan besar 4125 copy 80 buku/lemari 30% 40.21875

koleksi referensi 4125 copy 80 buku/lemari (LBD) 30% 40.21875

271.874

4 r.rak koleksi musik 4000

buku 6875

80 buku/lemari (survey)

30% 60.328125 60.3281

Koleksi penerbitan berkala

Koran Dalam 1 minggu terdapat 7 eksemplar yang dijadikan 1 bendel Dalam 1 bulan ada 4 bendel. Dalam 1 tahun (12bulan) ada 48 bendel. selama 10 tahun terdapat 48 x 10 tahun = 480 bendel Diasumsikan sebuah rak dapat menampung 10 bendel. Sehingga diperlukan 48 rak Luasan tiap rak 1,5 m2 Majalah Majalah akan dibendel tiap 4 bulan sehingga dalam 1 tahun ada 3 bendel Diasumsikan ada 5 judul, maka dalam 1 tahun ada 5 x 3 bendel= 15 bendel Dalam 10 tahun ada 150 bendel Kapasitas rak mencukupi untuk 20 bendel sehingga diperlukan 7,5rak Luasan tiap rak 1,5 m2

5 r. penerbitan berkala koran 48 rak 1,5 m2/rak 10% 79.2

majalah 7,5 rak 1,5 m2/rak 10% 12.375

91.575

Page 94: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcviii

RUANG BACA jumlah kapasitas tempat duduk disesuaikan dengan jumlah pengunjung, yakni 225 buah sesuai dengan jumlah buku yang tersedia. maka kapasitas tempat duduk untuk: anak-anak dan remaja 30% 68 kursi dewasa dan referensi 60% 135 kursi ruang musik dan avi 10% 23 kursi tempat duduk untuk 1 orang rata-rata 2,3 m2

6 r baca r baca anak dan remaja 68 kursi 2.3 m2 /orang(LBD) 30% 203.32 r baca dewasa dan referensi 135 kursi 2.3 m2 /orang(LBD) 30% 403.65 ruang baca/dengar musik 23 kursi 2.3 m2 /orang(LBD) 30% 68.77 r. baca bebas 50 orang 2.3 m2 /orang(LBD) 30% 149.5

675.74

RUANG KATALOG Sebuah lemari katalog terdiri dari 30 laci ( 5 horisontal, 6 vertikal) Sebuah laci dapat menampung 1000 kartu. (LBD) Berarti sebuah lemari dapat menampung 30 x 1000 kartu = 30 000 kartu Sebuah buku biasanya memiliki 3 kartu Maka total jumlah katalog : dewasa 48000 buku→ 144000 katalog anak-anak dan remaja 24000 buku→ 72000 katalog koleksi musik 4000 buku→ 12000 katalog koleksi audio visual 4000 buku→ 12000 katalog total 240000 katalog jumlah lemari yang dibutuhkan :jurnlah katalog : kapasitas lemari Sebuah lemari memerlukan space sebesar 3 m2 (termasuk sirkulasi dan meja konsultasi) Untuk perangkat komputer per bagian ditambahkan luasan 4 rn2

7 r. katalog

r katalog anak dan remaja 72000 katalog 30000 ktlg/lemari, @ 3m2/lemari (LBD) 11.2r katalog dewasa 144000 katalog 30000 ktlg/lemari, @ 3m2/lemari (LBD) 18.4

Page 95: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

xcix

r katalog musik 12000 katalog 30000 ktlg/lemari, @ 3m2/lemari (LBD)

8 r audio visual r petugas 2 orang 4 m2/orang (PP) 10% 8.8 r katalog avi 12000 katalog 30000 ktlg/lemari, @ 3m2/lemari (LBD) 5.2 r penvimpanan asumsi 30 r koleksi kaset 18000 copy 1000 koleksi/lemari (assi) 30% 12.636 r koleksi video 12000 copy 1000 koleksi/lemari (ass) 30% 8.424 r dengar bersama 20 org 2.5 m2/orang 10% 55 r kurzweil personal reader 10 org 4 m2/alat (ass) 30% 52 r. close circuit TV 10 org 4 m2/alat (ass) 30% 52 r pemutaran film 25 org 1 m 2 /orang 30% 32.5 total 256.56

9 r internet

r internet umum 10 komp 4 m2/komp (assi) 30% 52 r internet tuna netra 10 komp 4 m2/komp (ass) 30% 52 total 104

10 r diskusi dan seminar 25 org/ruang 2 m2/orang (LBD) 30% 65

(2 ruang) total 130

11 area anak

r bermain dan kratifitas asumsi 40 r pemutaran cerita anak 10 anak 3 m2/anak (LBD) 30% 39 r komputer anak 5 komp 2.4 m2/komp (ass) 30% 15.6 kelas anak 20 anak 3 m2/anak (LBD) 30% 78

total 132.6 TOILET Kebutuhan Toilet (LBD)

Pria WC min 2 buah/ 200orang, kemudian 1 buah setiap 100 orang berikutnya min 2 buah/1000

Urinoir orang wastafel 1 buah/ 60 orang

Untuk ± 150 pengunjung pria dibutuhkan 2 WC (@1.5 m2), 2 urinal (@ 0.6 m2) , dan 3 wastafel (@ 1.2 m2) Total 7.8 m2 Wanita WC min 2 buah/ 75orang, kemudian1 buah setiap

50 orang berikutnya Untuk ± 150 pengunjung wanita dibutuhkan 4 WC (@ 1.5 m2) dan 3 wastafel (@ 1.2 m2) Total 9.6 m2

Page 96: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

c

11 toilet toilet pria 150 orang 7.8 m2/toilet (LBD) 20% 9.36 toilet wanita 150 orang 9.6 m2/toilet (LBD) 20% 11.52

total 20.88

3) Kegiatan Pengelolaan

TABEL FASILITAS PENGELOLA

no ruang kapasitas standard sirkulasi Luas (m2) 1 R.pimpinan

R. Kepala Perpustakaan 1 org 30 m2/orang (LBD) 10% 33 R. Wakil Kepala 1 org 18 m2/orang (LBD) 10% 19.8

R. Sekretaris 1 org 10 m2/orang (LBD) 10% 11 R. Rapat 50 org 2 m2/orang (LBD) 10% 110 R. Tamu 5 org 2 m2/orang (LBD) 10% 11

Total 184.8

2 R. Administrasi

R. Kepala Bagian 1 org 15 m2/orang (LBD) 10% 16.5 R.staff tats usaha 3 org 9 m2/orang (LBD) 10% 29.7 R.arsip 2 org 9 m2/orang (LBD) 10% 19.8

R.keuangan 2 org 9 m2/orang (LBD) 10% 19.8

85.8

3 Pengolahan Pustaka R.kepala bagian 1 org 15 m2/orang (LBD) 10% 16.5

Unit Pengadaan 2 org 15 m2/orang (LBD) 10% 33 Seleksi bahan pustaka 2 org 12 m2/orang (LBD) 10% 26.4 Pengolahan bhn Pustaka 2 org 12 m2/orang (LBD) 10% 26.4 Unit Konservasi 2 org 12 m2/orang (LBD) 10% 26.4 R. Penarnpungan dan jilid 5 org 12 m2/orang (LBD) 10% 66

Studio rekarnan 3 org 12 m2/orang (LBD) 10% 39.6

234.3

Page 97: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

ci

4 Unit teknis

R. kepala bagian 1 org 15 m2/orang (LBD) 10% 16.5 Humas 1 org 9 m2/orang (LBD) 10% 9.9 Unit sirkulasi & distribusi 2 org 7 m2/orang (LBD) 10% 15.4 Informasi & Komputerisasi 2 org 12 m2/orang (LBD) 10% 26.4 Unit penerbitan 10 org 12 m2/orang (LBD) 10% 132

Dokumentasi 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7 Sie pameran 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7 Sie bimbingan perpus 1 org 7 rn2/orang (LBD) 10% 7.7

223.3

5 Unit Layanan publik

R. Kepala bagian 1org 15 m2/orang (LBD) 10% 16.5

Unit perpus. dewasa 1org 7 m2/orang (LBD) 10% 38.5 Unit perpus anak 5 org 7 m2/orang (LBD) 10% 38.5 Unit komputer & teknologi 2 org 12 m2/orang (LBD) 10% 26.4 Unit audio visual 5 org 7 m2/orang (LBD) 10% 38.5

Unit referensi 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7

166.1

5 Unit Pembinaan

R. Kepala Bagian 1 org 15 m2/orang (LBD) 10% 16.5 Sumber days manusia 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7 Unit penyuluhan 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7 Layanan konseling 1 org 7 m2/orang (LBD) 10% 7.7 39.6

6 R. Karyawan

R. Istirahat 35 org 3 m2/orang (LBD) 20% 126 Loker 2 lemari 4.8 m2/lernari (PP) 30% 12.48 Toilet pria 35 org 7.8 m2/toilet (LBD) 20% 9.36

Toilet wanita 35 org 6.6 m2/toilet (LBD) 20% 7.92 155.76

4) Kegiatan Penunjang

TABEL FASILITAS PENUNJANG

Page 98: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cii

no ruang kapasitas standard sirkulasi luas (m2) 1 Ruang serba guna 150 orang 1 m2/orang (PP) 10% 165

Panggung 10% luas r u a n g 165 m2 16.5 R. operator 2 orang 12 m2/orang (PP) 20% 28.8 R. belakang panggung 10% luas ruang 300 m2 30 R. petugas 2 orang 4 m2/orang (PP) 10% 8.8 Gudang peralatan 2 orang 15 m2/orang (PP) toilet pria 150 orang 7.8 m2/toilet (LBD) 20% 9.36 toilet wanita 150 orang 9.6 m2/toilet (LBD) 20% 11.52

2 Kafetaria 100 orang 1 m2/orang (PP) 20% 120 Pantry 10%,luas kfetaria 120 m2 12

3 R pameran 200 orang 1.2 m2/orang (PP) 10% 264 5 R. konseling 2 orang 4 m2/orang (ass) 10% 8.8 6 Taman flora braille Ass 200

(taman haca)

7 Toko buku Mini 50-80 m2 (LBD) 80

954.78

5) Kegiatan Servis

TABEL FASILITAS SERVIS

no ruing kapasitas standard sirkulasi luas

I Mekanikal Elektrikal

R..gardu PLN 10 R. panel 20 R. trafo 20 R. Generator 50 R. mesin AC 50 R. Tandon dan pompa 50 R. Kontrol 10

2 Loading dock 2 van 35 m2 /van (LBD) 30% 91 3 Mushola asss 9 4 Gudang 2 buah 20 m2/buah 40 5 Pantry ass 10 6 Pos keamanan 2 buah 6 m2/org, @ 2 orang 24

Page 99: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

ciii

7 R.Sopir 10 orang 2 m2/or.g 20 total(m2) 404

TOTAL LUAS BANGUNAN: 5140.87

TABEL FASILITAS PARKIR

Menurut Peraturan Daerah wilayah Kota Surakarta untuk bangunan

fasilitas umum:

Tiap 40 m2 bangunan disediakan ternpat parkir 25 m2 Total luas bangunan adalah 5665.96 m2

Maka:

Luas fasilitas parkir yang dibutuhkan: (5665.96 : 40) x 25 m2 3541.225 m2

80% fasilitas parkir dialokasikan untuk mobil 2832.98 m2

20% untuk sepeda motor = 708.245 m2

REKAPITULASI

L U A S BANGUNAN subtotal (m2)

Total (1112)

Luas Fasilitas Publik 2692.4277

Luas Fasilitas Pengelola 1089.66

Luas Fasilitas Penunjang 954.78

Luas Fasilitas Service 404 5140.87 Luas Fasilitas Parking 3530.43

Luas Total 8671.29

Menurut RDTRK, KDB 40-60%, Jika diambil KDB 50 %, dan luas bangunan 5140.87, maka: Luas Lahan maksimal yang dibutuhkan 5140.87 x 100150 = 10281.74 m2

Keterangan:

PP : Pedoman Pembakuan Gedung Perpus Umum Wilayah

Page 100: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

civ

LBD : Libraries : a briefing and design guide Ass : Asumsi

c. Analisa Tata Ruang

1) Penzoningan Ruang

a) Zona Publik dan Semi Publik

Pada zona ini diletakkan main entrance, Halte kendaraan umum (Angkutan

Kota, Taksi dan Becak), yang kemudian dihubungkan dengan pedestrian

ways menuju main entrance. Selain itu Ruang Internet, Toko buku, Cafeteria

dan Ruang baca bebas juga ditempatkan pada zona ini. Di Lantai2 dan 3,

untuk Zona public dan semi public ditempati oleh Ruang Serba Guna, Ruang

Pamer, Ruang Seminar dan Ruang konsultasi.

Pada bagian tengah site, diletakkan Taman Flora Braille yang sekaligus

difungsikan sebagai Taman Baca.

b) Zona Semi Private

Zona Semi Private ditujukan untuk area yang membtuhkan ketenangan dan

privasi namun masih dapat diakses oleh public. Pada site zona ini terletak di

bagian tengah, dikelilingi zona public, semi public dan private.

Pada zona ini diletakkan Ruangan Pengelola. Karena Letaknya yang berada

di tengah bangunan, zona ini dapat terhindar dari kebisingan dan sekaligus

juga dapat mengakses seluruh zona public dan semi public yang ada di

sekitarnya. Sedangkan bagi pengunjung yang bcrkepentingan dengan

pengelola (tamu, sukarelawan, dll) disediakan akses untuk menuju zona

pengelola.

c) Zona Private

Zona Private disini bukan mengacu pada zona yang tidak boleti dimasuki

oleh public, tetapi dimaksudkan untuk menyebut area perpustakaan dimana

pada area ini pengunjung yang masuk harus melewati kontrol petugas lebih

dahulu. Seperti menunjukkan kartu keanggotaan atau mencatatkan identitas

pada counter registrasi.

Area Perpustakaan sebagai daerah yang paling utama diletakkan pada zona

ini dengan pertimbangan perpustakaan sangat membutuhkan privasi, dan

penjagaan keamanan koleksinya. Dan terutama harus diletakkan pada daerah

yang cukup penting. Selain itu ketenangan yang terjaga juga lebih

Page 101: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cv

mendukung orientasi bagi tunanetra dibandingkan area yang ramai.

Disini, unik menjaga ketenangan area perpustakaan zona ini tcrletak pada

bagian site yang berbatasan dengan kapling tetangga yang berupa rumah

tinggal sehingga tidak ada kebisingan yang berarti seperti halnya jika

diletakkan dekat tepi jalan.

d) Zona Service

Mekanikal Elektrikal dan Loading Dock ( Loading basah dan Loading buku)

keduanya terletak di basement. dengan peletakkan loading dock di basement,

secara otomatis service tidak terlihat oleh pengunjiung, memperlancar

kegiatan service dan tidak mengganggu keindahan.

zone privat(area baca perpustakaan)

zone semi privat

zone semi publik

zone publik

Zone Servis

2) Pendekatan Sirkulasi Bangunan

Pendekatan sirkulasi bangunan bertujuan untuk merancang system

sirkulasi dan transportasi dalam bangunan perpustakaan yang sesuai

untuk bangunan perpustakaan sebagai bangunan untuk tunanetra.

Untuk menunjang kelancaran transportasi dalam bangunan diperlukan

system sirkulasi yang baik. Ada beberapa alternatif untuk pola sistem

sirkulasi horizontal:

1) Pola Linier

Bentuk paling dasar dari penyusunan rak buku dalam perpustakaan. Rak-rak disusun berjajar hingga membentuk barisan linier

Gambar 5.13 Penzoningan Bangunan Sumber: Analisa

Page 102: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cvi

2) Pola Grid

3) Pola Radial

4) Pola Klaster

Pergerakan yang sesuai dengan konsep teratur dan sederhana adalah

pergerakan yang memiliki pola linier. Dipilih gabungan antara pola linier

dan radial. Pergerakan linier dan radial dapat dimanipulasikan membenluk

Pengembangan selanjutnya, barisan rak buku disusun membentuk jaringan grid. Tujuannya adalah untuk memudahkan akses dan pengaturan koleksi. Pola ini memiliki kelemahan, yaitu monoton dan dapat mengakibatkan disorientasi.

Berbeda dengan pola grid, pola radial memiliki arah orientasi yang jelas, polanya dapat berkembang, tidak monoton. Namun sulit melakukan kategorisasi dan pengaturan koleksi dalam pola radial.

Pola cluster mengkombinasikan pola grid dengan pola radial. Dengan menggunakan pola ini, pengaturan kategori menjadi lebih mudah, karena terbagi kedalam bagian-bagian yang terpisah. Masing-masing bagian memiliki pusat untuk memudahkan orientasi. Namun juga tetap mempertahankan sifat grid yang memudahkan pengaturan koleksi.

Page 103: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cvii

suatu ruang dirnana tunanetra hanya dihadapkan pada situ pilihan jalur yang

yang jika diikuti akan kembali ke titik semula dimana peijalanannya dimulai.

2. Analisa Tampilan bangunan

a. Pendekatan Massa / bentuk bangunan

Bentuk geometris adalah wujud yang paling beraturan. Maka dalam

perancangan bentuk dasar gubahan massa akan digunakan bentuk geometris.

Ada beberapa Alternatif bentuk geometris beraturan:

· Lingkaran bersifat memusat pada suatu titik atau menyebar. Bagi tunanetra tidak

menguntungkan karena lingkaran tidak mcmiliki patokan (awal dan akhir) dan

polanya yang menyebar memungkinkan pergerakan ke segala arah (semakin banyak

arah, semakin kompleks dan sukar dihafal)

· Segi banyak beraturan (memiliki sisi dan sudut sama)

harnpir sama dengan lingkaran, akan menimbulkan pergerakan ke beberapa arah.

· Segitiga

Akan menyebabkan pergerakan menyerong (kurang dari90 °) yang kurang

menguntungkan bagi tunanetra (hasil survey)

· Segi empat

Segi empat murni mcminjukkan sesuatu yang rasionil, murni, bentuk yang statis,

netral dan tidak memiliki arah tertentu. Bentuk segi empat lainnya adalah variasi

bentuk bujur sangkar yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya.

Page 104: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cviii

Dipilih bentuk segi empat variasi, karena: Untuk tunanetra, akan lebih mudah

bergerak dalam tatanan segi empat yang pergerakannya tegak lurus (bersudut 90o).

Sedangkan dimensi yang bervariasi untuk menyesuaikan dengan program ruang

suatu perpustakaan.

b. Komposisi Massa

Platonic solid

Dari wujud dasar dapat digeser menjadi ruang yang memiliki bentuk tegas, teratur

dan mudah dikenal. Bentuk ini disebut Platonic Solid.

Platonic Solid dari segi empat (bujursangkar) adalah kubus, kubus adalah bentuk

yang sangat mudah dikenal. Variasinya dapat berupa balok. Dalam bangunan banyak

digunakan bentukan balok tersebut.

Bentuk Beraturan

Bentuk Beraturan adalah bentuk yang hubungan antar bagiannya tersusun dengan

konsisten. Umumnya bersifat stabil dan simetris terhadap satu sumbu / lebih.

Kemudian setelah ditentukan sumbunya, dibuat pola grid sejajar kedua sumbu.

Selanjutnya bentuk-bentuk kubus/balok diletakkan secara stabil pada kedua sumbu

yang saling tegak lurus.

Permassaan

Dengan dasar pertimbangan

∙Sifat dan tuntutan kegiatan

∙Kesederhanaan flow dan lay out

∙Kesesuaian dengan penyandang Tuna Netra

Di tentukan dua alternative, yaitu :

· Massa Tunggal

Gambar 5.14 Alternatif bentuk Geometris Sumber: Analisa

Page 105: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cix

(-) Ruang yang terbentuk: `Penggunaan ruang optimal

`hubungan tidak langsung

`lay out dan flow komplek

(-) Struktur kompleks

(+) efisien luasan bangunan

(-) Memerlukan faktor keamanan lebih

· Massa Jamak

(+) Ruang yang terbentuk: `hubungan langsung

`kegiatan dapat dikelompokkan sesuai sifat dan jenisnya

secara tegas

`lay out dan flow sederhana

(+) Struktur sederhana

(-) membutuhkan luasan lebih banya

(+) pengelompokan ruang funsi sejenis mudah

Berdasarkan beberapa pertimbangan, massa jamak paling ideal dalam

pengembangan massa bangunan perpustakaan tunanetra, massa jamak mampu

mengakomodir kegiatan para penyandang tuna netra yang sangat membutuhkan

kesedehanaan flow dan lay out ruang akibat tidak adanya indra penglihatan.

Massa jamak dipilih untuk mewadahi fungsi yang berbeda, untuk memisahkan

kegiatan antar fungsi. karena fungsi perpustakaan sangat membutuhkan ketenangan

namun terdapat juga fungsi-fungsi lain yang mungkin dapat mengganggu.

c. Fasad bangunan

Sesuai dengan konsep sederhana dan teratur maka Tampilan pada

bangunan tidak banyak menggunakan Warna maupun permainan bidang garis

yang berlebihan. Perubahan bentuk yang teratur dan konsisten.Atas dasar

pertimbangan klimatologi dan integritas lingkungan, bentukan atap juga

menggunakan bentuk atap limasan untuk menyesuaikan dengan lingkungan

sekitar, dengan kemiringan 45o sebagai respon terhadap matahari yakni

menghindari sinar langsung dan mencegah terjadinya tampias saat hujan.

Untuk pemakaian Warna, bangunan hanya mengunakan 2 Warna. yakni

abu-abu dan kuning. Klimatologi dan integritas lingkungan

Kode dan identitas

Kesederhanaan penghawaan

Gambar 5.15 Gubahan massa Sumber: Analisa

Gambar 5.16 Gubahan Massa Sumber: Analisa

Page 106: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cx

Gambar 5.18 Pondasi footplat sumber: dokumen pribadi

Warna kuning merupakan warna yang umum sebagai kode orientasi dan

mobilitas bagi tunanetra partial (visual impairment people). Warna kuning ini

biasanya dipakai pada tactile paving yang meunjukkan adanya persimpangan jalan

atau jalur khusus tunanetra di tempat-tempat umum. Warna kuning dipilih sebagai

warna Petunjuk tunanetra karena pada umumnya kontras dengan lingungan

sekelilingnya sehingga mudah terlihat oleh tunanetra partial.

Warna abu-abu dalam panduan menentukan warna kontras adalah warna

yang paling kontras dengan warna kuning. Maka agar warna bangunan terlihat

kontras dan memudahkan bagi tunanetra partial dalam mengenali lingkungannnya,

dipakailah kombinasi kedua warna ini.

Warna kuning terutama diapikasikan pada kolom-kolom, kusen pinto

dan jendela, railing serta elemen bangunan yang memiliki potensi tak terlihat oleh

tunanetra partial jika warnanya tidak kontras. Sedangkan warna abu-abu dipakai

sebagai background Warna kuning, sehingga pada umumnya elemen bangunan

yang berupa bidang berwarna abu-abu.

d. Pendekatan Sistem Struktur

Dasar Pertimbangan:

· Kondisi tanah.

· Bentuk dan dimensi vertikal bangunan.

· Kesesuaian dengan karakter bangunan.

· Pengaruh terhadap lingkungan sekitar.

· Kesederhanaan dan keteraturan

1) Sub Struktur

a) Analisa

Dengan ketinggian bangunan yang cukup tinggi dan jenis tanah

yang tidak terlalu keras, alternatif pondasi yang akan digunakan

yaitu:

· Footplat

Mampu mendukung bangunan berlantai banyak, cocok untuk

jenis tanah yang tidak terlalu keras, tidak perlu menggali tanah

terlalu dalam.

Gambar 5.17 Tampilan Bangunan Sumber: Analisa

Page 107: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxi

· Sumuran

Mendukung bangunan berlantai banyak, dapat digunakan pada

berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak

membuang tanah galian.

· Tiang Pancang

Mendukung bangunan berlantai banyak dengan beban yang

berat, cocok untuk tanah yang cukup keras, penggalian tanah

untuk pondasi cukup dalam.

b) Hasil Analisa

Bangunan perpustakaan memiliki ketinggian 4 lantai, pondasi yang dipilih

adalah pondasi sumuran dengan pertimbangan jenis pondasi ini sesuai

dengan ketinggian tersebut dan memiliki kemampuan cukup kuat dalam

menahan beban besar.

2) Super Struktur

a) Analisa

· Struktur Rangka

- Bentuk dan sistemnya cukup sederhana

- Fleksibilitas penggunaan ruang cukup tinggi.

- Memungkinkan buka-bukaan yang cukup banyak.

- Ketinggian bangunan yang dicapai kurang maksimal.

- Lay out ruang yang teratur

Gambar 5.19 Pondasi sumuran sumber: dokumen pribadi

Gambar 5.20 Pondasi tiang pancang sumber: dokumen pribadi

Gambar 5.21 Struktur rangka sumber: dokumen pribadi

Page 108: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxii

Gambar 5.23 Struktur kabel sumber: dokumen pribadi

Gambar 5.22 Struktur rangka baja sumber: dokumen pribadi

b) Hasil

Berkaitan dengan pola peruangan yang menuntut fleksibilitas tinggi tanpa

menggunakan pembatas ruang yang permanen dan fungsi bangunan berlantai

banyak, maka super struktur yang digunakan adalah struktur rangka.

Pemilihan system grid ini sesuai dengan konsep awal yaitu keteraturan.

Dengan adanya keteraturan peletakan kolom dan balok, maka akan

mempermudah tunanetra dalam mengakses ruangan tersebut.

3) Upper Struktur

a) Analisa Struktur Atap

Untuk struktur atap terdapat beberapa alternatif struktur, yaitu:

· Struktur rangka baja

Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih

luas.

· Struktur kabel

Dapat menahan atap dengan bentangan besar.

· Struktur beton bertulang

Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup

luas

· Space frame

Page 109: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxiii

Gambar 5.24 Struktur Space Frame Sumber: dokumen pribadi

Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih

luas.

· Struktur rangka kayu

Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas.

b) Hasil Analisa Struktur Atap

Untuk menciptakan tampilan yang sederhana dan teratur yaitu

bentuk limasan, digunakan struktur rangka baja. Struktur kabel dan

space Frame digunakan juga pada bagian-bagian tertentu yang

memerlukan penanganan khusus.

4) Elemen Ruangan

Dasar pertimbangan:

· Berfungsi sebagai stimulant bagi tunanera

· mendukung bentuk eksterior dan interior

· mudah perawatanya

· Menjamin keamanan dan keselamatan tunanetra

Maka dipilih elemen ruangan yaitu

a) Dinding

Untuk elemen dinding digunakan pasangan batu bata dengan

kombinasi pintu dan jendela. Pada tiap bagian sisi kanan atau kiri

pintu terdapat dinding raba yang berfungsi sebagi identifikasi

ruang

pada bagian sudut - sudut tertentu menggunakan dinding pemantul

suara untuk membantu tuna netra mengetahui jarak dan batas

ruang.

Dinding bagian luar menggunakan batu bata karena lazim

digunakan serta memiliki waktu penghantaran panas cukup lama

(4jam, lebar dinding 15cm) selain juga digunakan bahan aliminium

komposit untuk menciptakan model dinding yang fleksibel. Untuk

Page 110: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxiv

menjamin fleksibilitas pembentukan ruang dalam, dinding

pembatas ruang dalam digunakan dinding nonpermanen (sistem

partisi) sehingga bisa dilepas jika diperlukan.

b) Lantai

Tunanetra parsial pada umumnya memiliki perilaku sama dengan

tunanetra total. hanya saja masih selain bantuan tongkat mereka

juga menggeserkan kaki jika berjalan dan bergerak mencari warna

serta cahaya. Untuk itu digunakan Tactile paving memiliki warna

petunjuk yang kontras. misalnya blister surface berwarna kuning

dan Corduray hazard tactile paving berwarna merah. Pada entrance

dan meja informasi dipasang iluminasi yang cukup.

Pembedaan tekstur elemen dan warna lantai untuk memudahkan

orientasi mobilitas bagi tunanetra. Proses berjalan tunanetra:

Berjalan lurus ke depan dengan mengayunkan tongkat ke kiri dan

ke kanan secara geser.

Tekstur lantai berikutnya , yakni guidance path surface, menuntun

tunanetra menuju ruang tertentu dengan terlebih dahulu melalui

papan petunjuk.Disediakan petunjuk bagi tunanetra saat ia

mendekati sign board berupa tacticle paving yang mengisyaratkan

adanya signing.

Tactile paving ini berwarna kuning cerah agar mudah dikenali

tunanetra partial.

3. Utilitas

Sumber air bersih, listrik, pencahayaan dan penghawaan ruang

dioptimalkan dengan mengambil sumber dari alam yang berlimpah

jumlahnya. Pengelolaan limbah dilakukan secara mandiri agar tidak

mencemari lingkungan.

a. Sistem Jaringan Air Bersih

Pengadaan air bersih bersumber dari PDAM dan air sumur.

Distribusi air bersih menggunakan sistem down feed distribution

dengan pertimbangan kemudahan dalam distribusi dan penghematan

listrik.

Page 111: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxv

Bagan 5.1 Skema Jaringan Air Bersih Sumber : Analisa

b. Sistem

Jaringan Sanitasi dan Drainase

Pengolahan limbah meliputi pembuangan air kotor/sanitasi

(limbah padat, cair dan dapur) dan air hujan/drainase.

Pembuangan air kotor memanfaatkan sistem pembuangan kota,

setelah melalui sumur peresapan mandiri agar tidak terlalu membebani

saluran pembuangan kota. Air buangan dari wastafel, wudu maupun

pantry (limbah cair) diolah untuk dimanfaatkan kembali (reuse and

recyle).

Pembuangan air hujan pada atap bangunan yang menggunakan

dag menggunakan saluran drainase, sedangkan pada atap miring tanpa

melalui saluran drainase (talang air) agar air hujan lebih cepat turun ke

bawah dan menghindari kerusakan talang. Pembuangan air hujan pada

tapak menggunakan saluran drainase yang dialirkan menuju riool kota.

Page 112: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxvi

Bagan 5.3 Analisa penyediaan listrik PLN sumber: analisa penulis

Meteran Panel utama

Panel skunder

Panel skunder

Distribusi

Distribusi Genset

PLN

Bagan 5.2 Skema jaringan air kotor (atas) dan air hujan (bawah) Sumber : Analisa

c. Sistem Jaringan Listrik dan telekomunikasi

1) Analisa Penyediaan Energi Listrik

§ PLN

Sumber listrik utama yang digunakan berasal dari gardu PLN.

Kemudian sumber sekundernya menggunakan generator yang

digunakan ketika arus dari PLN terganggu. Apabila terjadi

kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan

diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power

(SEB) dari genset. Instalasi listrik di dalam bangunan secara

umum dibagi 2 jenis, yaitu:

a) Instalasi untuk penerang

Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh

jaringan peralatan penerangan baik di dalam maupun di luar

bangunan.

b) Instalasi untuk power

Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-alat

elektronik lainnya seperti lift, AC, escalator, pompa dan

sebagainya.

Hasil Analisa

Page 113: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxvii

PT. Telkom

Sumber energi yang digunakan untuk bangunan Perpustakaan

tunanetra surakarta yang direncanakan menggunakan PLN.

Sumber listrik cadangan lain adalah generator set yang

dilengkapi ATS (Automatic Transfer Switch). Genset ini

merupakan alternatif terakhir yang dipakai setelah listrik dari

PLN.

2) Analisa Utilitas Telekomunikasi dan Sound system

Sistem jaringan telekomunikasi yang digunakan dalam gedung

dikelompokkan dalam dua bagian, sistem komunikasi intern dan

extern.

a) Intern

Menggunakan telepon PABX (Private Automatic Branch

Exchange), melayani komunikasi eksternal dan

menghubungkan komunikasi dengan internet melalui operator.

b) Ekstern

Komunikasi pegawai di dalam bangunan dengan pihak luar,

menggunakan telepon dan fax.

Untuk sound system di gunakan pada ruang kurzweil, avi dan

ruang-ruang yang membutuhkan sound system.

d. Sistem Penghawaan Ruang

Sistem Penghawaan menggunakan system penghawaan aktif,

kecuali pada selasar zona kornersial. Sistem AC yang digunakan

adalah system AC central. Ruang mesin AC terletak di basement,

sehingga perlu dihubungkan delngan cooling tower.

karena bangunan cukup luas dan letak massanya terpisah antara

bangunan utama dan bangunan penunjang, maka system AC dibagi

Bagan 5.4 Analisa jaringan komunikasi sumber: analisa penulis

Panel Kontrol Telepon Lokal Faks Internet

Operator

SLJJ/SLI

Page 114: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxviii

menjadi 2 zona. Terdapat ruang AHU dan panel AC di tiap

zona.Skema system AC adalah sebagai berikut:

e. Sistem Penerangan Ruang

Untuk keperluan penerangan perpustakaan diperlukan sumber

cahaya yang konstan untuk memenuhi standar penerangan aktivitas

membaca. Untuk bagian-bagian bangunan yang tidak terjangkau

penerangan alami digunakan sistem pencahayaan buatan.

Kemudian untuk memaksimalkan pencahayaan alami dalam

bangunan di desain sumur cahaya (light well) yang dapat membawa

masuk cahaya dari tooftop kedalam bangunan. Yang perlu diperhatikan

adalah kualitas pencahayaan alami harus dapat dikontrol untuk

memenuhi standar yang ditetapkan dan tidak mengakibatkan silau

(glare) yang dapat menggangu kenyamanan aktivitas membaca.

f. Analisa Sistem Keamanan (Pengamanan Kebakaran dan Petir)

1) Analisa Pengamanan Kebakaran

Dasar Pertimbangan

Untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya

kebakaran, faktor yang menentukan adalah:

§ Fungsi bangunan.

§ Luasan bangunan.

§ Peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat memicu

terjadinya kebakaran.

Analisa

Sistem yang biasa digunakan yaitu:

a) Sistem Fire Alarm

Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan terjadinya

bahaya kebakaran. Jenis alarm ini menggunakan dua sistem, yaitu

Mesin AC

Cooling Tower

Panel AHU & Panel tiap ruang

ducting Suplay

ducting Return

Page 115: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxix

sistem otomatis yang menggunakan smoke and heat detector dan

one push button system. Di setiap detector dan button dilengkapi

sensor untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran.

Di setiap lantai jaringan detector, button dan sensor dipusatkan

pada sebuah junction box yang kemudian diteruskan ke kontrol

panel. Kontrol panel ini akan memberikan isyarat dalam bentuk

indikasi yang dapat dilihat (lampu) dan didengar (alarm) serta

mengaktifkan sprinkler.

b) Sistem Sprinkler Air

Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu

untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila dipicu

oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke junction

box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk

mengetahui lokasi kebakaran.

c) Fire Estinguisher

Berupa tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api

secara manual oleh manusia. Tempatkan di tempat-tempat strategis

yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko

kebakaran yang tinggi.

d) Indoor Hydrant

Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya,

digunakan untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di

tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat

yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Sumber air hydrant

diambil dari ground tank yang dipompa dengan pompa hydrant.

e) Outdoor Hydrant

Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk

mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai.

f) Tangga Darurat

Lebar tangga direncanakan mampu digunakan untuk 2-3 orang

yang berjalan bersampingan.

Page 116: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxx

Hasil analisa

Dari analisa di atas, maka dapat diketahui kebutuhan pengamanan

terhadap bahaya kebakaran:

§ Dalam ruangan

Menggunakan fire alarm, sprinkler air, fire estinguisher, indoor

hydrant dan tangga darurat.

§ Luar Ruangan

Menggunakan outdoor hydrant.

2) Analisa Pengamanan Bahaya Petir

Dasar Pertimbangan

§ Kemampuan untuk melindungi gedung dari sambaran petir.

§ Tidak menyebabkan efek elektrifikasi atau flashover pada saat

penangkal petir mengalirkan arus listrik ke grounding.

§ Pemasangannya tidak mengganggu penampilan bangunan.

Analisa

Macam sistem penangkal petir yang sering digunakan:

Sistem Franklin Sistem Faradday Prinsip kerja

Bila terjadi petir akan terjadi ionisasi di awan. Loncatan ion-ion dapat ditahan oleh preventor sehingga tidak mengenai bangunan. Radius perlindungan sama dengan tinggi preventor.

Tiang-tiang faraday yang berjarak kurang lebih 20 m (antar tiang) terletak di sekeliling bangunan untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.

Keuntungan Harganya lebih murah dibandingkan sistem Faradday.

Sifat perlindungan lebih baik karena aliran listrik langsung dialirkan ke ground di tanah.

Kerugian Bila suatu saat ion-ion pada preventor tersebut habis atau berkurang, maka daya perlindungannya jadi menurun.

Lebih mahal dibandingkan sistem Franklin.

Tabel Tabel alternatif pemilihan sistem pengamanan bahaya petir

sumber: Utilitas Bangunan, Ir. Hartono Poerbo, M Arch Hasil

Page 117: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxi

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sistem yang

digunakan adalah sistem Faradday. Sistem Faradday berupa tiang

setinggi 50 cm. Tiang-tiang ini dipasang di puncak bangunan atau atap,

kemudian dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa

yang tidak memiliki kemampuan menghantarkan listrik (pipa paralon),

dan kemudian dihubungkan dengan ground. Pada ujung ground diberi

kolam air untuk memperbesar penghantaran listrik ke tanah.

Page 118: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxii

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pada bab ini akan dirumuskan konsep perencanaan dan

perancangan sebagai dasar dalam perancangan Perpustakaan Tunanetra

Surakarta, dengan pendekatan pada perilaku tunanetra untuk

mempermudah aksesibilitas .

A. Konsep perencanaan

Perpustakaan Tunanetra Surakarta direncanakan sebagai pusat

informasi bagi tuna netra dalam lingkup provinsi yaitu jawa tengah.

Direncanakan dengan pendekatan pada perilaku tunanetra untuk

mempermudah aksesibilitas penggunanya yaitu tunanetra. Penekanan

aksesibilitas dalam bangunan perpustakaan bisa menjawab tantangan

ini. Dengan melakukan pendekatan pada perilaku tunanetra maka

konsep yang digunakan dalam bangunan ini ialah konsep sederhana

dan teratur.

B. Konsep perancangan

1. Konsep site

Site yang dipilih berada tepat di depan pintu masuk utama

Kompleks Stadion Manahan bagian depan. Bagian pintu masuk utama

Kompleks Stadion Manahan (taman depan) merupakan ”konsentrasi”

tempat orang berkumpul. Pemilihan site di sini bertujuan agar

bangunan perpustakaan lebih dikenal masyarakat dan bisa menjadi

pusat perhatian. Pencapaian ke site mudah, bisa diakses dengan

kendaraan umum dan bisa dari tiga sisi jalan namun kebisingan rendah

karena tidak berada pada jalur lalu-lintas yang padat.

Page 119: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxiii

2. Konsep peruangan

a. Kebutuhan Ruang

Fasilitas Publik

Kebutuhan ruang Besaran (m²)

Entrance hall 280.223

Ruang rak koleksi dewasa 633.848

Ruang rak koleksi anak-anak 271.874

Ruang rak koleksi musik 60.3281 Ruang penerbitan berkala 91.575

Ruang baca 675.74

Ruang katalog 34.8 Ruang audio visual 256.56 Ruang internet 104 Ruang diskusi dan seminar 130 area anak 132.6 toilet 20.88

Page 120: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxiv

Fasilitas Pengelola

Kebutuhan ruang Besaran (m²)

R.pimpinan 184.8

R. Administrasi 85.8

Pengolahan Pustaka 234.3

Unit teknis 223.3 Unit Layanan publik 166.1

Unit Pembinaan 39.6

R. Karyawan 155.76

Fasilitas Penunjang

Kebutuhan ruang Besaran (m²)

Ruang serba guna 184.8

Kafetaria 132

R pameran 264

R. konseling 8.8 Taman flora braille 200

Toko buku Mini 80

Fasilitas Service

Kebutuhan ruang Besaran (m²)

Mekanikal Elektrikal 210

Loading dock 91

Mushola 9

Gudang 40 Pantry 10

Page 121: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxv

Pos keamanan 24

R.Sopir 20

LUAS BANGUNAN subtotal (m2)

Total (1112)

Luas Fasilitas Publik 2692.4277 Luas Fasilitas Pengelola 1089.66 Luas Fasilitas Penunjang 954.78 Luas Fasilitas Service 404 5140.87 Luas Fasilitas Parking 3530.43 Luas Total 8671.29

b. Konsep tata ruang

e) Zona Publik dan Semi Publik

Pada zona ini diletakkan main entrance, Halte kendarazin

umum (Angkutan Kota, Taksi dan Becak), yang kemudian

dihubungkan dengan pedestrian ways menuju main entrance. Selain itu

Ruang Internet, Toko buku, Cafeteria dan Ruang baca bebas juga

ditempatkan pada zona ini. Di Lantai2 dan 3, untuk Zona public dan

semi public ditempati oleh Ruang Serba Guna, Ruang Pamer, Ruang

Seminar dan Ruang konsultasi.

Pada bagian tengah site, diletakkan Taman Flora Braille yang

sekaligus difun-sikan sebagai Taman Baca.

f) Zona Semi Private

Zona Semi Private ditujukan untuk area yang membtuhkan

ketenangan dan privasi namun masih dapat diakses oleh public. Pada

site zona ini terletak di bagian tengah, dikelilingi zona public, semi

public dan private.

Pada zona ini diletakkan Ruangan Pengelola. Karena Letaknya

yang berada di tengah bangunan, zona ini dapat terhindar dari

kebisingan dan sekaligus juga dapat mengakses seluruh zona public

Page 122: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxvi

dan semi public yang ada di sekitarnya. Sedangkan bagi pengunjung

yang bcrkepentingan dengan pengelola (tamu, sukarelawan, dll)

disediakan akses untuk menuju zona pengelola.

g) Zona Private

Zona Private disini bukan mengacu pada zona yang tidak boleti

dimasuki oleh public, tetapi dimaksudkan untuk menyebut area

perpustakaan dimana pada area ini pengunjung yang masuk harus

melewati kontrol petugas lebih dahulu. Seperti menunjukkan kartu

keanggotaan atau mencatatkan identitas pada counter registrasi.

Area Perpustakaan sebagai daerah yang paling utama

diletakkan pada zona ini dengan pertimbangan perpustakaan sangat

membutuhkan privasi, dan penjagaan keamanan koleksinya. Dan

terutama harus diletakkan pada daerah yang cukup penting. Selain itu

ketenangan yang terjaga juga lebih mendukung orientasi bagi tunanetra

dibandingkan area yang ramai.

Disini, unik menjaga ketenangan area perpustakaan zona ini

tcrletak pada bagian site yang berbatasan dengan kapling tetangga

yang berupa rumah tinggal sehingga tidak ada kebisingan yang berarti

seperti halnya jika diletakkan dekat tepi jalan.

h) Zona Service

Mekanikal Elektrikal dan Loading Dock ( Loading basah dan

Loading buku) keduanya terletak di basement. dengan peletakkan

loading dock di basement, secara otomatis service tidak terlihat oleh

Page 123: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxvii

pengunjiung, memperlancar kegiatan service dan tidak mengganggu

keindahan.

c. Sirkulasi pengunjung

Pergerakan yang sesuai dengan konsep teratur dan sederhana

adalah pergerakan yang memiliki pola linier. Pergerakan linier dapat

dimanipulasikan membenluk suatu ruang dirnana tunanetra hanya

dihadapkan pada situ pilihan jalur yang yang jika diikuti akan kembali

ke titik semula dimana peijalanannya dimulai.

3. Tampilan Bangunan

Sesuai dengan konsep sederhana dan teratur maka Tampilan

pada bangunan tidak banyak mengounakan Warna maupun permainan

bidang garis yang berlebihan. Perubahan bentuk yang teratur dan

konsisten Bentukan atap juga menggunakan bentuk sederhana yang

sesuai dengan daerah tropis dan budaya lokal yakni atap joglo dengan

kemiringanan 30°.

Untuk pemakaian Warna, bangunan hanya mengunakan 2

Warna. yakni abu-abu dan kuning.

Struktur menggunakan system rangka yang tersusun dalam pola

grid yang teratur. Pemilihan system grid ini sesuai dengan konsep awal

yaitu ketraturan. Dengan adanya keteraturan peletakan kolom dan

balok, maka akan mempermudah tunanetra dalam mengakses ruangan

tersebut.

Page 124: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxviii

Adapun spesifikasi bangunan perpustakaan Tunanetra adalah

sebagai berikut:

Penutup Atap: Memakai penutu atap tegola dengan sudut kcmiringan

atap 30°

Konstruksi atap, :

Atap bangunan entrance hall menggunakan struktur space

frame yang dilapis plat beton pada bagian atasnya. Sedangkan pada

bagian tengah terdapat konstruksi pyramid space frame ditutup dengan

tempered glass. Pernilihan konstruksi ini dimaksudkan agar ruangan

dibawahnya bebas kolom

Atap bangunan utama perpustakaan menggunakan konstruksi

rangka batang baja karena bentangnya yang cukup besar (±45meter)

Atap perisai yang lain menggunakan konstruksi profit baja IWF

Atap bangunan penghubung antarmassa menggunakan dak

beton

Konstruksi dinding menggunakan struktur dinding pengisi yang

tidak memikul beban.

Konstruksi lantai

Untuk lantai ruang luar menggunakan material beton. Untuk

ruing dalam menggunakan material lantai linoleum. Material ini dipilih

karena dapat memberikan ketenangan, harganya relative murah dan

nyaman untuk pemakaian lama.

pada perencanaan lantai juga direncanakan jalur-jalur tunanetra

yang terbuat dari beton (untuk ruang luar) dan bahan rubber (untuk

ruang dalam)

4. Konsep Utilitas Bangunan

Sebuah bangunan yang pengguna utamanya adalah tunanetra

memerlukan penanganan jaringan utilitas yang khusus dibandingkan

penataan utilitas pada bangunan lain. Konsep uilitas dari bangunan ini

harus sesuai dengan konsep sederhana dan teratur, agar utilitas tersebut

Page 125: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxix

dapat diakses tunanetra dan mampu mempermudah aktifitasnya dalam

bangunan, ataupun tidak menghambat aktifitas dari tunanetra.

a. Sistem air bersih

Sumber air bersih yang digunakan berasal dari dua sumber

yaitu sumur artesis dan jaringan kota (PAM). Karena site terletak di

tengah kota, dan dikanan-kiri site sudah terdapat bangunan berlantai

banyak, maka penggunaan sumur artesis harus diminimalisir karena

penggunaan sumur artesis yang belebihan dapat mengeringkan

persediaan air tanah. sumber utama yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan bangunan adalah berasal dari jaringan kota.

Sumber air bersih alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah air

hujan. Yang ditampung dari atap.

b. Sistem listrik

Sumber utama energi listrik dipasok dari jaringan kota (PLN).

Disediakan pula sebagai cadangan dua buah generator (genset) untuk

kebutuhan darurat. Genset mem-backup 80% dari total penggunaan

energi listrik dalam bangunan.

c. Sistem Penerangan Ruang

Untuk keperluan penerangan perpustakaan diperlukan sumber

cahaya yang konstan untuk memenuhi standar penerangan aktivitas

membaca. Untuk bagian-bagian bangunan yang tidak terjangkau

penerangan alami digunakan sistem pencahayaan buatan.

Kemudian untuk memaksimalkan pencahayaan alami dalam

bangunan di desain sumur cahaya (light well) yang dapat membawa

masuk cahaya dari tooftop kedalam bangunan. Yang perlu diperhatikan

adalah kualitas pencahayaan alami harus dapat dikontrol untuk

memenuhi standar yang ditetapkan dan tidak mengakibatkan silau

(glare) yang dapat menggangu kenyamanan aktivitas membaca.

d. Sistem penghawaan

Page 126: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxx

Sistem Penghawaan menggunakan system penghawaan aktif,

kecuali pada selasar zona kornersial. Sistem AC yang digunakan

adalah system AC central. Ruang mesin AC terletak di basement,

sehingga perlu dihubungkan delngan cooling tower.

karena bangunan cukup luas dan letak massanya terpisah antara

bangunan utama dan bangunan penunjang, maka system AC dibagi

menjadi 2 zona. Terdapat ruang AHU dan panel AC di tiap

zona.Skema system AC adalah sebagai berikut:

e. Sistem penanggulangan kebakaran

Karena fungsi bangunan adalah perpustakaan, maka alat

pemadam api jika terjadi kebakaran bukan berupa air. Digunakan

pemadam kebakaran berupa serbuk. Serbuk tersebut diletakkan pada

tabung yang dihubungkan dengan beberapa titik sprinkler. Titik

sprinkler diatur bejarak tiap 3 meter pada ruang perpustakaan.

Pada ruang perpustakaan (4 lantai) juga terdapat tangga

kebakaran untuk evakuasi pengunjung.

Karena sebagian besar pengguna bangunan adalah tunanetra,

maka perlu dipertimbangkan petunjuk kebakaran yang dapat diakses

tunanetra. Untuk itudigunakan alarm kebakaran

Alat Bantu evakuasi lainnya antara lain:

· Hidran halaman, 2 buah. terletak di dekat entrance dan pada

bagian belakang bangunan. Masing-masing terhubung

dengan tendon bawah.

Mesin AC

Cooling Tower

Panel AHU & Panel tiap ruang

ducting Suplay

ducting Return

Page 127: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxxi

· PAR (Pemadam api ringan) ada di tiap titik-titik penting

terutama di zona komersial yang tidak menggunakan system

sprinkler.

f. Sistem Transportasi Vertikal

Untuk pencapaian ke bangunan yang lebih tinggi dari

ketinggian jalan (0.00) digunakan rampa pada pedestrian ways dengan

gradien 1:20 untuk mengantisipasi adanya pengguna kursi roda.

Untuk transportasi vertikal dalam bangunan digunakan lift.

Dipilih lift daripada ramp alas dasar efisiensi ruang,. Selain itu lokasi

naik-turun dapat dipertahankan di tempat yang sama tidak seperti

halnya jika digunakan escalator.

Desain lift dibuat khusus sehinga tombol dapat dijangkau

mereka yang menggunakan kursi roda. Pada tombol juga terdapat

angka dalam bentuk Braille dan speaker yang memberi informasi

secara auditori sehingga mempermudah penggunaaan oleh tunanetra.

Page 128: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxxii

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Michael.(1999).Webster New World College dictionary.

Newyork: Macmillan.

Basuki, Sulistyo. (1994).Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Cohen, Aaron and Cohen, Elaine. (1979). Designing and Space Planning

For Libraries : A Behavorial Guides. New York : R. R Bowker. Co

De Chiara. Joseph and Callender, John. (1994). Time Saver Standard for

Building Types.(3rd ed.). New York : Mc Graw-Hill.

Sorensen, Robert J. (1979). Design for Accesibility. New York : Mc

Graw-Hill

Five Merseyside District Councils and Merseytravel.(2002).Code of

Practice on acces and Mobility.

Avaible: <http://www.scpm.salford.ac.uk/surface/mcop/index.htm>

Utah State Library Division. (2000) Library for the Blind and Disabled.

Avaible: <http://library.utah.gov/aboutusblind.html>

Mitranet (2003). Mitranet_or_id2 Avaible:

<http:www.mitranet.or.id/indonesia/index.asp>

NJS (2003). New Jersey Library for the Blind and Handicapped.

Available: <http://www2.njstatelib.org/lbh/aboutlbh.htm>

NLB Online. (2000). National Library for the Blind2. Available:

<http://www.nlb-online.html>

NLS.(1996). Eligibility of Blind and Other Physically Handicapped

Persons for Loan of Library Materials. Available:

<http://www.loc.gov/nls/index.html>

Page 129: DAFTAR ISI - digilib.uns.ac.id... · Tipologi Bangunan II-29 7. Preseden Perpustakaan Umum II-31 a. New Seattle Public Library II-31 ... Pendekatan Sistem Struktur V-31 3. Utilitas

cxxxiii