content jurnal v12 n2 desember 2012

67
I Q T I S H A D Jurnal Sosial Ekonomi I N F O A R T I K E L A B S T R A C T A B S T R A K S I Terdapat Fenomena underpricing yang seringkali terjadi dalam jangka pendek pasca emiten melakukan IPO yang berdampak pada terjadinya abnormal return. Abnormal re- turn pasca IPO akan mempengaruhi pembentukan imbal hasil saham di masa datang, selain itu fakor fundamental juga akan memberikan dampak pada imbal hasil jangka panjang pasca IPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa outper- formed pasca IPO dalam jangka pendek serta pengaruh initial return , leverage, prof- itabilitas, earning per-share dan ukuran perusahaan terhadap return saham pasca IPO . Metode penelitian yaitu deskriptif dan eksplanatori, dengan pengambilan data secara total sampling pada saham BUMN yang aktif/terdaftar selama periode tahun 1996-2007. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis event study dan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Tidak terjadi outperformed pasca IPO dalam jangka pendek, 2) Initial return berpengaruh negatif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, 3) Leverage berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka pan- jang, 4) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka pan- jang, 5) Earning Per Share berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang dan 6) Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, 7) Terdapat pengaruh initial return, leverage, profitabilitas, EPS dan uku- ran perusahaan (size) secara simultan terhadap return saham pasca IPO jangka panjang. The phenomena of underpricing that occurred post IPO has effect on abnormal return. Abnormal return post IPO has effect on return in the future, and also the fundamental has effect on the long-run return post IPO. This study had objective to examine and analyze the outperformed short run post IPO, and also the influenced initial return, lev- erage, profitability, EPS and size on long run return post IPO. This research uses de- scriptive and explanatory methods with total sampling data collection in the BUMN stocks active or registered during the period of 1996-2007.Data analysis was performed using event study and regression analysis of panel data. The results showed: 1) The phenomena of underperformed post IPO doesn’t happen, 2) Initial return negatively ef- fect on the long run returns post IPO, 3) Leverage have positive effects on the long run returns post IPO, 4) Profitability have positive effects on the long run returns post IPO, 5) Positive earning per-share effects on the long run returns post IPO, 6) Positive size effects on the long run returns post IPO and 7) ) Initial return, leverage, profitability, earning per-share, size have simultaneously effect on the long run returns post IPO. PENGARUH INITIAL RETURN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, EPS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PASCA IPO PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Riyanti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta Diterima : 8 September 2012 Diterima oleh reviewer : 12 September 2012 Disetujui : 28 Desember 2012 Kategori : Manajemen Keuangan Kata Kunci : PO, profitability, leverage, earning per-share, size, initial return, long run return

Upload: gilang-pandu

Post on 29-Jan-2018

553 views

Category:

Science


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

Terdapat Fenomena underpricing yang seringkali terjadi dalam jangka pendek pasca emiten melakukan IPO yang berdampak pada terjadinya abnormal return. Abnormal re-turn pasca IPO akan mempengaruhi pembentukan imbal hasil saham di masa datang, selain itu fakor fundamental juga akan memberikan dampak pada imbal hasil jangka panjang pasca IPO. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisa outper-formed pasca IPO dalam jangka pendek serta pengaruh initial return , leverage, prof-itabilitas, earning per-share dan ukuran perusahaan terhadap return saham pasca IPO . Metode penelitian yaitu deskriptif dan eksplanatori, dengan pengambilan data secara total sampling pada saham BUMN yang aktif/terdaftar selama periode tahun 1996-2007. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis event study dan regresi data panel.Hasil penelitian menunjukkan: 1) Tidak terjadi outperformed pasca IPO dalam jangka pendek, 2) Initial return berpengaruh negatif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, 3) Leverage berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka pan-jang, 4) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka pan-jang, 5) Earning Per Share berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang dan 6) Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, 7) Terdapat pengaruh initial return, leverage, profitabilitas, EPS dan uku-ran perusahaan (size) secara simultan terhadap return saham pasca IPO jangka panjang.

The phenomena of underpricing that occurred post IPO has effect on abnormal return. Abnormal return post IPO has effect on return in the future, and also the fundamental has effect on the long-run return post IPO. This study had objective to examine and analyze the outperformed short run post IPO, and also the influenced initial return, lev-erage, profitability, EPS and size on long run return post IPO. This research uses de-scriptive and explanatory methods with total sampling data collection in the BUMN stocks active or registered during the period of 1996-2007.Data analysis was performed using event study and regression analysis of panel data. The results showed: 1) The phenomena of underperformed post IPO doesn’t happen, 2) Initial return negatively ef-fect on the long run returns post IPO, 3) Leverage have positive effects on the long run returns post IPO, 4) Profitability have positive effects on the long run returns post IPO, 5) Positive earning per-share effects on the long run returns post IPO, 6) Positive size effects on the long run returns post IPO and 7) ) Initial return, leverage, profitability, earning per-share, size have simultaneously effect on the long run returns post IPO.

PENGARUH INITIAL RETURN, LEVERAGE, PROFITABILITAS, EPS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM PASCA IPO PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Riyanti Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Diterima :8 September 2012Diterima oleh reviewer :12 September 2012Disetujui :28 Desember 2012

Kategori :Manajemen Keuangan

Kata Kunci :PO, profitability, leverage, earning per-share, size, initial return, long run return

Page 2: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 92

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

PENDAHULUAN Langkah penjualan saham melalui Initial Public Offering (IPO) dalam rangka pendan-aan perusahaan, sebagaimana halnya yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1980an, diang-gap sebagai suatu alternatif penting untuk mendapatkan modal dari pendanaan eksternal. IPO merupakan langkah awal yang menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan publik. Pen-dapat umum menyatakan bahwa penawaran publik mengindikasikan perusahaan berada pada ta-hapan bertumbuh sehingga perusahaan memerlukan dana untuk ekspansi dan/atau melakukan modernisasi. Keadaan ini menyebabkan semua perusahaan privat yang sedang dalam tahap per-tumbuhan cepat atau lambat akan menjadi perusahaan publik untuk mendanai investasinya. Ting-ginya kecenderungan berbagai perusahaan di Amerika Serikat untuk memperoleh dana melalui langkah Public Offering terlihat dari data bahwa selama periode 1980-1991 terjadi IPO dengan jumlah rata-rata 483 calon emiten per tahun atau hampir sekitar dua IPO per-hari (Sembel, 1996). Perusahaan yang melakukan IPO, pada perkembangan selanjutnya, dapat berevolusi men-jadi salah satu dari tiga kondisi dasar pasca-IPO, yaitu tetap hidup (survive) sebagai perusahaan independen, gagal secara keseluruhan ( fail outright), atau di akuisisi dan kehilangan identi-tasnya (Jain dan Kini, 1999). Beberapa studi tentang kinerja perusahaan pasca-IPO menemu-kan bahwa kinerja perusahaan mengalami underpricing beberapa waktu setelah IPO. Jain dan Kini (1994) juga menemukan bukti yang mendukung bahwa kinerja operasi emiten mengalami underpricing pasca-IPO, sehingga terjadi initial return ataupun abnormal return yang positif.Fenomena yang seringkali terjadi dalam jangka pendek (short-run IPO) pas-ca emiten melakukan IPO adalah adanya “underpricing”. Underpricing ada-lah salah satu gejala anomali IPO yang menyebabkan terjadinya abnormal return. Underpricing biasanya dilakukan oleh emiten untuk menarik minat para investor agar membeli saham tersebut dalam jumlah banyak sehingga initial return yang diperoleh emiten sangat besar atau terjadi outperformed pasca IPO dalam jangka pendek. Asymmetric information merupakan penyebab utama terjadinya underpricing terutama bagi para investor yang uninformed. Adanya gap informasi dalam penentuan harga saham perdana yang dibuat oleh agen dan underwriter. Kesenjangan/ketidak-seimbangan informasi inilah yang sengaja diatur oleh agent (manajer) dan underwriter (penjamin) dalam menentukan harga saham yang selalu dibawah harga pasar ketika IPO dilepas pertama kali, sehingga di hari-hari selanjutnya (short-run IPO) akan tampak koreksi positif (outperformed) yang menandakan eksisnya perusahaan tersebut di mata publik (Sembel, 1996). Fenomena underpricing pasca IPO dalam jangka pendek akan mempengaruhi pembentukan harga saham di masa datang, hal ini disebabkan ka-rena investor sudah mendapatkan informasi yang relevan dan penawaran yang terlalu tinggi pada saat IPO akan berkurang seiring dengan banyaknya informasi pasar yang tersedia, sehingga initial return positif saat short-run IPO akan terhapus oleh tingkat balikan jangka panjang abnormal dan negatif Kinerja emiten dalam jangka panjang pasca IPO akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kondisi fundamental perusahaan. Fundamental perusahaan diwujud-kan dalam bentuk analisa terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam melakukan aksi jual maupun beli, sehingga kinerja keuangan akan sangat mempengaruhi return saham pasca IPO dalam jangka panjang. Pergerakan harga saham yang membuat berfluktuasiya return, merupakan gambaran dari supply dan demand saham yang diperdagangkan di pasar modal. Supply dan demand akan surat berharga ini (saham) akan dibentuk dari perilaku investor terhadap segala informasi yang mereka dapatkan. Informasi yang didapat-kan tersebut salah satunya berasal dari kondisi fundamental perusahaan (berupa laporan keuangan). Fundamental perusahaan yang mempengaruhi return saham pasca IPO ada-lah leverage, profitabilitas, earning per share (EPS) dan size (ukuran perusahaan).

Page 3: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 93

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

KAJIAN PUSTAKA Grand theory penelitian ini didasari oleh teori efficient market hipotesis (EMH) (Fama, 1970) dan teori information asymmetric yang menjelaskan hubungan pergerakan harga saham terhadap informasi baru yang mempengaruhi expected future cash flow / expected return. Te-ori ini sebagai landasan untuk menjawab tujuan penelitian hubungan return saham jangka pen-dek dengan kinerja return jangka panjangnya. Suatu pasar dikatakan efisien apabila harga ba-rang-barang yang dijual telah menunjukan semua informasi yang ada sehingga tidak terbias (not biased) menjadi terlalu murah atau terlalu mahal. Perubahan harga di masa mendatang hanya ter-gantung dari datangnya informasi baru di masa mendatang yang tidak diketahui sebelumnya. Sementara itu teori information asymmetric dijadikan sebagai landasan untuk tujuan peneli-tian pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap return saham. Berdasrkan teori ini informasi baru yang mempengaruhi expected return berupa informasi laporan keuangan (fundamental perusahaan), informasi transaksi pasar (jumlah/volume transaksi) maupun kondisi perekonomian/makroekono-mi (suku bunga, inflasi, dll). Dengan berbagai kendala dalam mengakses ataupun mendapatkan in-formasi tersebut, maka investor, emitten ataupun stakeholders akan memiliki informasi yang ber-beda atau tidak berimbang (information asymmetric). Information asymmetric ini muncul karena adanya informasi privat yang hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu yang mendapat informasi saja (Informed investors) atau adanya insider trading yang menjadikan pasar menjadi tidak efisien. Middle range theory yang digunakan terkait dengan teori corporate finance dari Megginson (1997) menyatakan bahwa fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar mod-al akan dipengaruhi oleh fundamental perusahaan. Fundamental perusahaan beru-pa analisis terhadap kinerja keuangan (laporan keuangan) yang diterbitkan peru-sahaan pasca IPO, berupa leverage, profitabilitas dan earning per share (EPS). Terkait dengan IPO (Pencatatan saham perdana) yaitu suatu peristiwa (event) anomali yang terjadi pada saat penawaran harga saham, maka suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return, atau dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk mem-peroleh abnormal return dengan mengandalkan suatu perisitiwa tertentu, sehingga applied theory menggunakan teori corporate finance untuk melihat terjadinya anomali abnormal return dalam jangka waktu pendek. Sedangkan untuk melihat efek jangka panjang pasca IPO maka berdasarkan variabel-variabel yang terdiri atas (a) initial return dari Sembel (1996), (b) leverage menurut Horne dan Wachoviz (1998), (c) profitabilitas menurut Shim & Siegel (1997), (d) earning per share (EPS) menurut Robert Ang (1997), (e) size dari Klapper & Love (2002) serta (f) return menurut Ross (2003).

METODOLOGI PENELITIANTujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji, menganalisis dan mengetahui: (1) Outperformed pasca IPO dalam jangka pendek, (2) Pengaruh negatif initial re-turn saham pasca IPO jangka pendek terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, (3) Pengaruh negatif leverage terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, (4) Pengaruh positif profitabilitas terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, (5) Pengaruh positif earning per share terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, (6) Pengaruh positif size terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, (7) Pengaruh initial return, leverage, profitabilitas, EPS dan size secara simultan terhadap return saham pasca IPO jangka panjangMetode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory study yaitu menggunakan suatu pengujian hipotesis terhadap pengaruh antara variabel bebas ter-hadap variabel tidak bebas. Penelitian ini menggunakan pengujian hyphothesis testing dan event study untuk melihat hubungan yang potensial antara variabel dependen dan variabel independen.

Page 4: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 94

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Jenis dan Sumber Data/Informasi Jenis data yang dipakai adalah berupa laporan Keuangan dan return saham dari emiten perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Sampel diam-bil secara total sampling, yang terdiri atas 11 BUMN terdiri atas : BNI, ANTAM, Kim-ia Farma, Indofarma, PTBA, Bank Mandiri, BRI, PGAS, Adhi Karya, WIKA, Jasa Marga.

Operasionalisasi VariabelOperasionalisasi variabel penelitian adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel

di bawah ini Tabel 1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Penelitian

Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

Leverage (LEV) Besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan

DER (Debt to Equity Ratio)=Total Debt /Equity

Rupiah Rasio

Profitabilitas(P)

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya

ROA (Return on Asset)=EBIT /Total Aseset

Rupiah Rasio

Eearning Per Share (EPS)

Keuntungan per lembar saham perusahaan yang memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu

(Laba bersih setelah pajak / jumlah saham yang beredar )

Persentase Rasio

Size (S) Besar kecilnya asset suatu perusahaan

Ln (Total Asset) Ln (Rupiah) Rasio

Return Saham Pasca IPO Jangka Pendek / Short-Run(INITIAL RETURN)(IR)

Imbal hasil yang diperoleh dari investasi saham pasca IPO jangka pendek (30 hari pasca IPO)

Cumulative Abnormal Return (CAR) over time dan accros firm

Persentase Rasio

Return Saham Pasca IPO Jangka Panjang / Long-Run(RET) (R)

Imbal hasil yang diperoleh dari investasi saham pasca IPO jangka panjang (1-4 tahun pasca IPO)

(Harga saham periode t - harga saham periode t-1) / harga saham periode t-1)

Persentase Rasio

Model PenelitianModel penelitian ini ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :

Rit = b0 - IRit - bLLit + bPPit + bEPSEPSit + bSSit + εit

R = Return saham pasca IPO jangka panjang

Page 5: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 95

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

L = LeverageP = ProfitabilitasEPS = Earning Per ShareS = SizeIR = Initial Return = 0 jika tidak terjadi underpricing; 1 jika terjadi underpricing.

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisis event study dan regresi .HASIL DAN PEMBAHASANReturn Saham Pasca IPO Jangka Pendek (Initial Return) Perilaku return saham di sekitar suatu peristiwa (IPO) dianalisis dengan meng-gunakan analisis event study. Pada penelitian ini reaksi pasar diteliti pengaruhn-ya terhadap return saham pada waktu di sekitar pengumuman IPO selama peri-ode 30 hari (harian), selanjutnya dikalkulasikan return di sekitar periode IPO tersebut. Hasil olah data t hitung sebesar 0,599 bernilai jauh lebih kecil dari t-tabel 2.433, se-hingga return yang terjadi pada periode sekitar IPO tersebut tidak bersifat abnormal/tidak ter-jadi abnormal return (Hipotesis 1 ditolak). Adanya teori information asymmetric yang men-jelaskan hubungan pergerakan harga saham terhadap informasi baru yang mempengaruhi expected return, dimana harga saham setelah IPO di sikapi secara rasional oleh investor / pelaku pasar berdasarkan infomasi fundamental dan ekonomi makro yang tersedia, sehingga aksi pan-ic selling tidak terjadi dan membuat return saham pasca IPO selama 30 hari bersifat normal. Pengaruh Initial Return (IR) Terhadap Return (RET) Saham Pasca IPO Jangka Panjang

Tabel 2Hasil Analisis Regresi Common Effect

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LEV (-1)0.011661 0.000648 17.99781 0.0000

ROA1.712087 0.378003 4.529295 0.0001

EPS8.40E-05 7.84E-06 10.71311 0.0000

SIZE0.004417 0.001387 3.184009 0.0039

IR-0.511109 0.084942 -6.017165 0.0000

Weighted Statistics

R-squared0.916073 Mean dependent var 0.287875

Adjusted R-squared0.902645 S.D. dependent var 1.488650

S.E. of regression0.464484 Sum squared resid 5.393646

F-statistic68.21990 Durbin-Watson stat 2.408661

Prob(F-statistic)0.000000

Unweighted StatisticsR-squared

0.223387 Mean dependent var 0.139392Sum squared resid

6.552184 Durbin-Watson stat 2.067823Sumber : Hasil olah data

Page 6: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 96

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Initial return mempengaruhi secara negatif terhadap return saham jangka panjang, dengan nilai koefisien regresi IR sebesar -0.511109 dengan tingkat signifikansi tinggi (Prob.) < 1%, artinya jika terjadi kenaikan initial return sebesar 1 basis poin, maka akan menurun-kan imbal hasil saham secara umum sebesar -0.511109 basis poin (hipotesis 2 diterima). Fenom-ena underperfomed dalam jangka panjang terjadi karena investor sudah mendapatkan infor-masi yang relevan, serta penawaran yang terlalu tinggi pada saat IPO akan berkurang seiring dengan banyaknya informasi pasar yang tersedia, sehingga initial return positif saat short-run

Pengaruh Leverage (LEV) terhadap Terhadap Return (RET) Saham Pasca IPO Jangka Panjang Leverage mempengaruhi secara positif terhadap return saham jangka panjang, dengan nilai koe-fisien regresi LEV sebesar 0.011661dengan tingkat signifikansi tinggi (Prob.) < 1%, artinya jika terjadi kenaikan leverage sebesar 1 basis poin, maka akan menaikkan imbal hasil saham secara umum sebesar 0.011661 basis poin (hipotesis 3 ditolak). Adanya kepercayaan akan peran besar pemerintah yang akan se-lalu memback-up jika terjadi default (gagal bayar) dan juga sikap risk-taker investor menjadi kuat terha-dap supply/demand saham BUMN, sehingga pergerakan leverage searah dengan return jangka panjang.

Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Return Saham Pasca IPO Jangka Panjang (RET) Profitabilitas mempengaruhi secara positif terhadap return saham jangka panjang, dengan nilai koefisien regresi ROA sebesar 1.712087dengan tingkat signifikansi tinggi (Prob.) < 1%, artinya jika terjadi kenaikan profitabilitas sebesar 1 basis poin, maka akan menaikkan imbal hasil saham secara umum sebesar 1.712087 basis poin (hipotesis 4 diterma). Nilai-nilai profitabilitas adalah se-bagai sinyal perumbuhan perusahaan yang dipercaya investor dalam membuat keputusan investasi.

Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Pasca IPO Jangka Panjang (RET) Koefisien yang dihasilkan sebesar 0.000084, artinya jika terjadi kenaikan EPS 1000 basis poin (rupiah), maka akan menaikkan nilai imbal hasil saham secara umum se-besar 0.0084 basis poin, sehingga diperoleh pengaruh yang positif, di mana sema-kin besar EPS yang dihasilkan oleh perusahaan akan berdampak pada semakin tingginya return yang dihasilkan (Hipotesis 5 diterima). Ukuran EPS mencerminkan besaran nilai uang yang di-terima oleh pemilik saham (shareholder), sehingga semakin besar EPS maka akan ber-dampak pada keuntungan (return) yang semakin tinggi bagi pemegang saham.

Pengaruh SIZE (S) terhadap Return Saham Pasca IPO Jangka Panjang (RET) Size mempengaruhi secara positif terhadap return saham jangka panjang, dengan nilai koefisien regresi Size sebesar 0.004417dengan tingkat signifikansi (Prob.) < 1%, artinya jika terjadi kenaikan size sebesar 1 basis poin, maka akan menaikkan imbal hasil saham secara umum sebesar 0.004417 basis poin (hipotesis 6 diterima). Perusahaan yang memiliki asset yang besar mempuyai sumber daya yang lebih be-sar dan keterbukaan informasi yang lebih transparan, sehingga akan mendapatkan respons positif dimata stakeholders berupa kelebihan permintaaan yang akan berdampak pada peningkatan harga saham (return).

Pengaruh Initial Return (IR), Leverage (LEV), Profitabilitas (ROA), Earning Per Share (EPS) dan SIZE (S) secara Simultan terhadap Return Jangka Panjang Hasil uji simultan menunjukkan bahwa nilai F-statistic 68.21990 dengan Prob(F-stat) 0.0000 dan R-squared 0.916073atau 91.6%, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan variabel funda-mental perusahaan yang diteliti yaitu initial return, leverage, profitabilitas, EPS dan ukuran perusa-haan (size) terhadap imbal hasil saham (return) jangka panjang (hipotesis 7 diterima), dimana model

Page 7: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 97

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

tersebut mampu menjelaskan sebanyak 91.6%% keterkaitan secara simultan antar variabel. Model sudah cukup baik,ditandai dengan terpenuhinya asumsi regresi linier klasik dan kelayakan model. Pada penelitian ini return jangka panjang mengalami perubahan seiring dengan adan-ya perubahan pada initial return, ROA, EPS dan ukuran perusahaan. Namun return jang-ka panjang tersebut tidak signifikan ditentukan oleh perubahan leverage. Satu variabel yang tidak signifikan dalam model penelitian ditambah dengan variabel lainnya yang signifikan, meru-pakan faktor penentu dalam menentukan model terbaik yang memetakan return saham jangka panjang.

KESIMPULAN

Kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Tidak terjadi outperformed pasca IPO dalam jangka pendek, dimana fenomena underpricing

saat IPO hanya menghasilkan return positif yang wajar, tetapi tidak membuat terjadi

abnormal return yang berlebihan.

2. Initial return berpengaruh negatif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang, dimana

fenomena underperfomed dalam jangka panjang terjadi karena investor sudah mendapatkan

informasi yang relevan, serta penawaran yang terlalu tinggi pada saat IPO akan berkurang

seiring dengan banyaknya informasi pasar yang tersedia, sehingga initial return positif saat

short-run IPO akan terhapus oleh tingkat balikan jangka panjang abnormal negatif.

3. Leverage berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang karena

adanya kepercayaan akan peran besar pemerintah yang akan selalu memback-up jika

terjadi default (gagal bayar) dan juga sikap risk-taker investor menjadi kuat terhadap

supply/demand saham BUMN, sehingga pergerakan leverage searah dengan return jangka

panjang.

4. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang karena

nilai-nilai profitabilitas adalah sebagai sinyal perumbuhan perusahaan yang dipercaya

investor dalam membuat keputusan investasi.

5. Earning Per Share berpengaruh posiitif terhadap return saham pasca IPO jangka

panjang, dimana ukuran EPS mencerminkan besaran nilai uang yang diterima oleh pemilik saham

(shareholder), sehingga semakin besar EPS maka akan berdampak pada keuntungan (return)

yang semakin tinggi bagi pemegang saham.

6. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham pasca IPO jangka panjang,

dimana perusahaan yang memiliki asset yang besar mempuyai sumber daya yang lebih

Page 8: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 98

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

besar dan keterbukaan informasi yang lebih transparan, sehingga akan mendapatkan

respons positif dimata stakeholders berupa kelebihan permintaaan yang akan berdampak

pada peningkatan harga saham (return).

7. Terdapat pengaruh initial return, leverage, profitabilitas, EPS dan ukuran perusahaan (size)

secara simultan terhadap imbal hasil saham (return) jangka panjang

DAFTAR PUSTAKAAggarwal, R., Leal, R., Hernandez L., 1993, The Aftermarket Performance of Initial Public

Offerings in Latin America. Financial Management No.22.Allen, F and Faulhaber, G., 1989, Signalling by Underpricing in The IPO Market, Journal of

Financial Economics, 23.Beneish, Messod D., 2001, Earnings Management: A Perspective, Working Paper, April, USA.Brealey, Richard A.Stewart C, Myers. Alan J, Marcus., 2001, Fundamentals of Corporate Finace,

Third Edition. Mc Graw-Hill. Singapore.Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C., dan Ehrnart, Michel C., 1999, Financial Management

Theory and Practice, The Dryden Press, Orlando. D’Ambrosio A.Charles & Hodges D.Stewart, 1984, Principle of Corporate Finance, McGraw-Hill

Inc,NewYork, Eckbo, B. Espen and Norli, Oyvind, 2000, Leverage, Liquidity, and Long-Run IPO Returns,

Working Paper, USA..Fama, Eugene F., 1970, Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work, The

Journal of Finance, Vol 25, No. 2.Gittman, Lawrence J., 2001, Principles of Management Finance, Ninth Edition. Prentice Hall

International, San Diego.Gujarati, Damodar N.,1995, Basic Ecnometrics. 3rd Ed. McGraw-Hill: New York. Hampton R, 1997, The Option Valuation; An Analysis and Pricing Standardized Option Contract,

McGraw-Hill, NewYork.Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, George Foster., 2003, Cost Accounting; Amanagerial

Emphasisi, Pearson Education International, New Jersey. Horne, James C. V. and Wachoviz Jr, John M. 1998. Fundamental of Financial Management,

Prentice Hall International 8th ed, New Jersey. Ibbotson, R.G, Sinderlar,J. L , Ritter, J. R., 1988, Initial Public Offering, Journal of Applied Corporate

Finance, No. 2.Ibbotson, R.G, Sinderlar,J. L , Ritter, J. R., 1995, The Market Problems With The Pricing of Initials

Public Offering, Journal of Applied Corporate Finance No 4.Jing Chi and Carol Padgett., 2002. The Performance and Long Run Characteristics of The Chinese

IPO’s Market. ISMA Discussion Paper In Finance. China.

Page 9: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 99

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Jones, Charles P., 2000, Investment: Analysis and Management, 7th edition, John Willey and Sons.Inc, New York.

Khursed, A., Mundambi, R., Georgen, M., 1999, On The Long Run Performance IPO, working paper, USA.

Kim, Moonchul, dan Jay R. Ritter., 1999, Valuing IPO, Journal of Financial Economics No. 53.Kim et al, 1993, Motives for Going Public and Underpricing : New Findings From Korea, Journal

of Business Accounting January, Page 195-211. Kurtaran, A., and Bunyamin, 2008, The Post-Issue Operating Performance of IPOs In an

Emerging Market: Evidence From Istanbul Stock Exchange. Investment Management and Financial Innovations Paper, Volume 5. Issue 4.

Mayo, Herbert B., 2001. Financial Institution, Investments, and Management. Seventh Edition. Harcourt College Publishers. New York.

Megginson, William L., 1997, Corporate Finance Theory, Addison-Wesley Publishers Inc.Melnik, A & Thomas. C, Dylan, 2003. Value-Relevance of Accounting Information and The

Predictability of IPO Underpricing, Presented at the Fourteenth Annual Conference of the Academy of Entrepreneurial Finance. Chicago. May 1-2.

Muradoglu, Gulnur and Sivaprasad, Sheeja., 2008, An Empiricial Test On Leverage And Stock Returns. Working Paper of Cass Business School. London.

Reilly K.Frank, 1992, Investment, The Dryden Press, NewYork.Ross, A Stephen. Westerfield, Randolph W. Jordan, Bradford D., 2003, Fundamentals of Corporate

Finance. Sixth edition. Mc Graw-Hill. New York.Roy Sembel, 1996, IPO Anomalies, Truncated Excess Supply, and Heterogenous Information,

Dissertation, Pitssburgh University.Scott, W., 2000, Financial Accounting Theory, Second Edition. Prentice Hall Inc. Canada.Sekaran, Uma., 1992, Research Methode for Business: A Skill Building Approach. Second Edition.

John Willey & Son, Inc.Shim K.Jae & Siegel G.Joel, 2001, Managerial Fianance, McGrawHill Company, NewYork.Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS, Jakarta, PT Elex Media KomputindoSutrisno. 2001, Manajemen Keuangan. Konisia FE.UII, Yogyakarta.Teoh, Siew Hong, T.J. Wong, Gita R. Rao., 1997, Are Accruals During An Initial Public Offering

Opportunististic, Working Paper, Juli. Weston J. Fred & Copeland E Thomas, 1997, Managerial Finance, The Dryden Press, London. Yuyun Wirasasmita, 2009, Rancangan Uji Kelayakan Model, Makalah Silaturahmi Akademik,

UNPAD, Bandung.

Page 10: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

Auditors have a position as a liaison between the internal parties outside and the compa-ny . An auditor’s opinion the financial statements of the company valuation considered by outsiders as the opinions and had accountability . On the other hand , represents the company’s internal management have a subjective interest for the company statements . All this is often tested, professionalism was asked raised in the performing of the func-tions auditor accountability . To pass this test , experience and knowledge of an auditor must be required . This aims study to determine whether subsequent experience , knowl-edge can support auditor’s for the quality of the resulting audit results implication . With multiple linear regression analysis method in 22 register public accountant in South Jakarta; Audit Partner , Manager and Senior Auditor. The the findings obtained Ac-countability , experience , and knowledge have a simultaneous effect on audit quality . More interestingly , that experience correlates extremely low on audit quality , or can be interpreted experience is not a guarantee for an auditor to produce a good audit quality .

Auditor memiliki kedudukan sebagai penghubung antara pihak luar dengan pihak in-ternal perusahaan. Opini seorang auditor atas penilaian laporan keuangan perusahaan dianggap oleh pihak luar sebagai suatu opini yang objektif dan memiliki akuntabili-tas. Di sisi lain, pihak manajemen yang mewakili internal perusahaan memiliki kepent-ingan subjektif atas laporan perusahaan yang dipimpinya. Ke-subjektifan inilah yang seringkali menguji profesionalitas seorang auditor dalam melakukan fungsi akunta-bilitasnya. Untuk dapat lulus dari pengujian ini, tentunya diperlukan pengalaman dan pengetahuan dari seorang Auditor. Penelitian ini selanjutnya bertujuan untuk menge-tahui apakah pengalaman, pengetahuan auditor dapat menunjang akuntabilitas profesi Auditor yang pada akhirnya akan berimplikasi pada kualitas hasil audit yang dihasil-kan. Dengan metode analisis regresi linear berganda pada 22 KAP di Jakarta sela-tan pada level Audit Partner, Manager dan Senior Auditor didapatkan temuan bahwa Akuntabilitas, Pengalaman, dan Pengetahuan memiliki pengaruh secara simultan ter-hadap Kualitas Audit. Lebih menarik lagi, bahwa pengalaman auditor berkorelasi sangat rendah terhadap kualitas audit, atau dapat diintrepretasikan pengalaman bu-kan suatu jaminan bagi seorang auditor untuk menghasilkan kualitas audit yang baik.

Akuntabilitas Akuntan PublikLukman HakimDosen Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prodi Akuntansi

Diterima :8 Agustus 2012Diterima oleh reviewer :12 September 2012Disetujui :28 Desember 2012

Kategori :Audit

Kata Kunci :Akuntabilitas, Pengalaman, Pengetahuan Audit, Kualitas audit

Page 11: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 101

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

A. Pendahuluan Jasa audit paling dikenal dibanding jasa lainnya dan disebut juga dengan istilah jasa tradision-al. Jasa ini merupakan jasa yang sering digunakan oleh pihak luar perusahaan seperti calon investor, kreditor, pemasok, Bapepam dan pihak lain yang terkait untuk menilai perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Dalam hal ini akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang menghubungkan manajemen perusahaan dengan pihak luar pe-rusahaan yang berkepentingan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam membuat keputusan atau menerbitkan laporan tertu-lis tentang opini apakah laporan keuangan telah disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan . Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan da-pat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan beri-si informasi yang dapat dipercaya. Karena dari sudut pandang pihak luar, manajemen mempunyai kepentingan, baik kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya. Menurut Tetclock dalam Umam (2011:42) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil ke-pada lingkungannya. Lingkungan disini maksudnya adalah lingkungan atau tempat dimana sese-orang melakukan aktivitas atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi keadaan di sekitarnya.

B. Kajian Teori Menurut Tuner dan Hulme dalam Zulti (2011:13) akuntabilitas merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas ada-lah keharusan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pertanggungjawaban hori-zontal (masyarakat) dan bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih tinggi). Menurut Tetlock dan Kim dalam Umam (2011: 49) Akuntabilitas adalah rasa kebertanggung-jawaban yang dimilki oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimilki sesorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan diper-tanggungjawabkan kepada lingkungannya. Penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaannya yang mengkaji ten-tang permasalahan akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilaku-kan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelom-pok yang diberikan instruksi awal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka me-nyelesaikan pekerjaan (posstexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subyek penelitian dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kelompok lainnya. Kelompok ini melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih cepat dan tepat serta melaporkan keputusan yang lebih dapat dipercaya dan reallistis. Penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. dalam Umam (2007:49) yang melakukan penelitian tentang pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor menyimpulkan bah-wa untuk kompleksitas pekerjaan tinggi interaksi antara akuntabilitas dengan pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor jika didukung dengan pengetahuan audit yang tinggi. Cloyd dalam Umam (2011:49) meneliti interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan un-tuk menentukan kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani masalah perpa-jakan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa akuntabilitas dapat meningkat-kan hasil kerja untuk subyek yang memiliki pengetahuan perpajakan yang tinggi. Penelitian Cloyd dalam Umam (2011:49) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison, yang membagi kualitas hasil pekerjaan berdasarkan tinggat kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil peker-jaan dengan kompleksitas rendah, sedang dan tinggi serta menambahkan variabel kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi interaksi akuntabilitas

Page 12: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 102

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

individu dengan kualitas hasil pekerjaannya. Subyek penelitian tersebut adalah akuntan publik. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2002:26) pengertian pengalaman ada-lah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya. Mulyadi (2009:25) mengatakan bahwa seseorang yang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih ber-pengalaman. Suraida (2005:119) mengartikan pengalaman audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan, maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani. Diungkapkan oleh Arens et al. (2010:35) yaitu sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa auditor disyaratkan memiliki pen-galamn kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memen-uhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Christiawan (2002:86) menyatakan bahwa pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusa-haan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim et al 2007). Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman .Sukriah et al. (2009:3) menyatakan bahwa pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Dalam artikel yang sama penelitian yang dilakukan Petronela dkk (2007;3) menemukan bahwa pengalaman auditor baik dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas maupun banyaknya jenis pe-rusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing.Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi sesorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melaku-kan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertin-dak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Agoes, Sukrisno, ( 2008:67 )Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Auditor sebagai pelaksana kegiatan pemeriksaan harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang dimilkinya agar dapat memberikan hasil kerja yg maksimal dalam praktiknya. Tujuan utama audit laporan keuangan adalah untuk menambah keandalan laporan keuangan yg harus disusun oleh pihak manajemen dan membuktikan laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen sudah sesuai PSAK atau belum. Dalam melakukan pekerjaan audit, seorang auditor harus berpedoman pada Standar Profesionalisme Akuntan Publik (SPAP) yang disusun oleh Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI). Standar umum pertama mengatur persyaratan-persyaratan keahlian auditor dalam men-jalankan profesinya. Auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing (Mulyadi, 2009:25). Dalam melaksanakan audit, audi-tor harus bertindak sebagai seorang yang ahli. Pencapaian keahliaan dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit (IAI,2001). Boynton dan Johnson (2006:61) menyatakan bahwa kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: (1) pendidi-kan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam au-diting, dan (3) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan (PPL) selama karir profesi auditor. Sedangkan menurut Boynton dan Johnson (2011:34) definisi auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Arrens dan Loebbecke (2010:25) disebutkan jika dalam hal auditor atau asistennya tidak mampu menangani suatu masalah mereka berkewajiban untuk mengupayakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan, mengalihkan pekerjaannya kepada orang lain yang lebih mampu, atau

Page 13: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 103

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

mengundurkan diri dari penugasan. Auditor selain harus memiliki pendidikan auditing formal, mer-eka juga harus peduli dengan perkembangan baru dalam bidang akuntansi, auditing, dan bisnis serta harus menerapkan pernyataan otoritatif baru di bidang akuntansi dan auditing begitu dikeluarkan. Dalam uraian diatas personel auditor harus memiliki pengetahuan tentang akuntansi dan auditing, serta memahami proses audit. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari mengikuti pelatihan teknis dan pendidikan formal. Seorang auditor dituntut untuk mampu bekerja sama dalam tim, berfikir secara tepat dan terpirinci, serta memiliki beberapa keahlian khusus yang diperlukan. Pada era globalisasi dan persaingan yang makin ketat termasuk menggunakan jasa auditor harus selektif memilih auditor yang berkualitas. Hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Maka banyak perusahaan-perusahaan memper-tanyakan semakin banyaknya Kantor Akuntansi Publik manakah auditor yang berkuali-tas dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan. Auditor yang berkualitas adalah auditor yang bekerja berdasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu kualitas kerjanya untuk jenis pekerjaan dengan kompleksitas rendah, sedang dan tinggi ser-ta menambahkan variabel kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu dengan kualitas pekerjaan auditor. Subjek ini adalah akuntan publik. Diperoleh hasil bahwa kompleksitas kerja yang rendah, akuntabilitas tidak mem-pengaruhi kualitas hasil pekerjaan individu. Untuk kompleksitas kerja yang menengah (lebih ru-mit), akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan dan pengalaman yang banyak. Sedangkan untuk kompleksitas kerja yang sangat tinggi, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan, pengalaman, dan ke-mampuan memecahkan masalah yang tinggi. Maka akuntabilitas dapat disimpulkan bahwa peng-etahuan dan pengalaman memiliki kompleksitas kerja yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Kelebihan utama dalam menggunakan jasa auditor adalah dapat membantu manajemen peru-sahaan dalam menentukan suatu keputusan yang berkualitas dengan akuntabilitas, pengeta-huan dan pengalaman yang tinggi yang dimiliki seorang auditor. Tetapi, dalam pelaksanaan-nya banyak pula terjadi kesulitan dan timbulnya permasalahan-permasalahan maka seorang auditor harus bisa bekerja sama pada pihak pihak yang bersangkutan memberikan informa-si tentang keperluan apa saja yang dibutuhkan seorang auditor dalam menyelesaikan peker-jaannya, untuk itu penulis meneliti mengenai “Akuntabilitas ,Pengalaman kerja Dan Peng-etahuaan Audit Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik . Banyak hal yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya profesionalisme, indepedensi , ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan , fee audit ,banyaknya penggu-na jasa audit , kinerja auditor , pengalaman audit ,pengetahuaan audit dan sebangainya , namun dalam hail ini agar penelitiaan ini lebih fokus penulis membatasai penelitiaan ini pada pengalaman audit, pengetahuan audit dan akuntabilitas pengaruhnya terhadap kualitas audit . Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh akuntabilitas, pengalaman kerja dan pengetahuan audit secara bersama sama terhadap kualitas audit? 2. Akuntabilitas , pengalaman kerja ataukah pengetahuan audit yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit ?3. Seberapa besarkah pengaruh variable lainnya terhadap kualitas audit ?

C. Metoda Penelitian Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif . Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntansi Publik yang terdafar di IAI , ebanyak 22 KAP yang berafiliasi di wilayah Jakarta Selatan. Adapun yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini yaitu audit patner, manager dan senior auditor .

Page 14: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 104

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Untuk menguji pengaruh variable yang dihipotesiskan dalam peneli-tian ini alat uji yang digunakan adalah persamaan Multiple Regression

HipotesisBerdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :H1 : Akuntabilitas, pengalaman ker-ja, dan pengetahuan audit memiliki pengaruh terhadap kualitas auditH2 : Diduga antara akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan Pengalaman kerja yng me-miliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas audit adalah pengetahuan Audit .H3 : Diduga pengaruh variable lainnya terhadap kualitas Audit akan berpengaruh,

D. Hasil dan Pembahasan Sebelum melakukan analisis lebih lanjut untuk model penelitian diatas , sebelumnya dilaku-kan analisis model pengukuran untuk mengetahui sejauh mana indikator valid dan reliable dalam mengukur variable penelitian dan untuk mengetahui indikator indikator mana yang paling dominan dalam mengukur dimensi dan dimensi mana yang paling dominan dalam mengukur variable penelitian . Untuk melakukan uji validitas instrument penelitian digunakan teknik pearson correlation yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan apabila nilai signifikan < alpha (0,05) maka instrumen dikatakan valid atau bisa juga dengan membanding-kan r tabel, apabila r kritis (koefisien korelasi) > r tabel (df=n-2) maka instrument dinyatakan valid.Hasil dari uji validitas data dapat dilihat dalam tabel berikut:

G a m b a r . 1K e r a n g k a B e r f i k i r

Page 15: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 105

Variabel Nomor Pernyataan

r Kritis r Tabel Sign. Keterangan

Akuntabilitas 1 0,634 0,235 0,000 Valid2 0,761 0,235 0,000 Valid3 0,681 0,235 0,000 Valid4 0,439 0,235 0,000 Valid5 0,570 0,235 0,000 Valid6 0,516 0,235 0,000 Valid7 0,439 0,235 0,000 Valid

Pengalaman Kerja 1 0,486 0,235 0,000 Valid2 0,599 0,235 0,000 Valid3 0,648 0,235 0,000 Valid4 0,666 0,235 0,000 Valid5 0,660 0,235 0,000 Valid6 0,632 0,235 0,000 Valid

Pengetahuan Audit 1 0,293 0,235 0,014 Valid2 0,691 0,235 0,000 Valid3 0,816 0,235 0,000 Valid4 0,816 0,235 0,000 Valid5 0,629 0,235 0,000 Valid6 0,566 0,235 0,000 Valid

Kualitas Audit 1 0,444 0,235 0,000 Valid 2 0,827 0,235 0,000 Valid 3 0,605 0,235 0,000 Valid4 0,360 0,235 0,002 Valid5 0,328 0,235 0,006 Valid6 0,827 0,235 0,000 Valid7 0,455 0,235 0,000 Valid8 0,386 0,235 0,001 Valid

Sumber : Data Primer (diolah)

Uji realibilitas digunakan untuk menguji apakah suatu instrumen dalam penelitian ini dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data serta untuk mengetahui se-jauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran lebih dari satu kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula. Realibili-tas suatu instrumen penelitian dikatakan naik jika memiliki nilai Croambach’s Alpha> 0,60.

Reliability Statistics

Cronbach’s AlphaCronbach’s Alpha Based on

Standardized Items N of Items.674 .689 7

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel diatas memperlihatkan nilai Cronbach’s Alpha bernilai 0,674. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 yang berar-ti semua pertanyaan yang berhubungan dengan akuntabilitas dinyatakan baik dan reliabel.

Reliability Statistics

Cronbach’s AlphaCronbach’s Alpha Based on

Standardized Items N of Items.623 .624 6

Sumber : Data Primer (diolah) Tabel diatas memperlihatkan nilai Cronbach’s Alpha bernilai 0,623. Hal ini men-unjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti semua per-tanyaan yang berhubungan dengan pengalaman kerja dinyatakan baik dan reliabel.

Table 1Hasil Uji Validitas

Instrument

Table 2Hasil Uji

RealibilitasInstrument

Akuntabilitas

Table 3Hasil Uji

RealibilitasInstrument

PengalamanKerja

Hasnil.(2013). Akuntabilitas, Pengalaman kerja, dan Pengetahuan Audit, terhadap Kualitas Audit pada kantor Akuntan publik. Iqtishad Journal, Vol.17 (30) 2013, 1-12, ISSN 1411 - 7626.

Page 16: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 106

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Reliability Statistics

Cronbach’s AlphaCronbach’s Alpha Based on

Standardized Items N of Items.728 .712 6

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel diatas memperlihatkan nilai Cronbach’s Alpha bernilai 0,728. Hal ini men-unjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti semua per-tanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan audit dinyatakan baik dan reliabel.

Setelah itu kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan sofware SPSS diperoleh model taksiran regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.1 (Constant) 3.454 2.460 1.404 .165

A .302 .132 .247 2.280 .026PK .317 .178 .262 1.777 .080PA .410 .181 .340 2.263 .027

a. Dependent Variable: Kualitas Audit ( K A )Sumber : Data Primer (diolah) Berdasarkan hasil analisis dari tabel 4.5 di atas, maka diketahui persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = 3,454 + 0,302 Akunyabilitas + 0,317 Pengalaman Kerja + 0,410 Pengetahuan Audit Dari hasil persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan bahwa :1. Koefisien regresi variabel Akuntabilitas sebesar 0,302 yang menunjukkan ada pengaruh positif antara akuntabilitas terhadap kualitas audit .2. Koefisien regresi variabel Pengalaman Kerja sebesar 0,317 , menunjukkaan ada pengaruh positif juga terhadap kualitas audit. 3. Koefisien regresi variabel Pengetahuaan Audit sebesar 0,410 yang menunjukkan ada pengaruh positif terhadap kualitas Audit .

Hipotesis Simultan Hipotesis Simultan bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh simultan dari Akuntabilitas, Pengalaman Kerja dan Pengetahuan audit terhadap Kualitas Audit ..Rumusan hipotesisnya Ho : ρ = 0 (Akuntabilitas, Pengalaman Kerja dan Pengetahuan Audit secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap Kualitas Audit)Hi : ρ ≠ 0 (Akuntabilitas, Pengalaman Kerja dan Pengetahuan Audit secara simultan memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit.

Table 4Hasil Uji R e a l i b i l i t a sI n s t r u m e n tP e n g a t a h u a n A u d i t

Table 5Hasil TaksiranRegresi Lin-ear Berganda

Page 17: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 107

Untuk menguji Hipotesis simultan ini digunakan statistik uji F , pada table hasil perhitungan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 239.816 3 79.939 31.636 .000a

Residual 166.770 66 2.527Total 406.586 69

a. Predictors: (Constant), PA, A, PKb. Dependent Variable: KASumber : Data Primer (diolah)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, hasil F -hitung diperoleh 31,636, sedan-gkan nilai F tabel adalah 2,74 serta diperoleh Sign F = 0,000 dengan alpha 5% (0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa F hitung > F tabel atau 31,636 > 2,74 dan Sig. F < alpha atau 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa vari-abel Akuntabilitas, Pengalaman Kerja dan Pengetahuan Audit secara simultan berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Selain itu dalam Pengujian hipotesis ini diperoleh koefisien determinasi (R2), Koefisien determinasi pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam men-erangkan variasi dependen Nilai koefisien determinasi berkisar diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil mengindikasikan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel depend-en sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi diperoleh sebagai berikut:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the

Estimate1 .768a .590 .571 1.590a. Predictors: (Constant), PA, A, PKSumber : Data Primer (diolah)

Hipotesis Partial Uji hipotesis pertial bertujuan menguji secara individu signifikansi pengaruh akuntabilitas , pengala-man kerja dan pengetahuan audit terhadap kualitas audit .Hasil perhitungan SPSS pada table 4.5 diatas diperoleh nilai t- hitung masing-masing variabel .

Variabel Akuntabilitas (X1)Merumuskan Hipotesis PertamaHo1 : ρ = 0 (Akuntabilitas secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)Ha1 : ρ ≠ 0 (Akuntabilitas secara parsial memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung adalah 2,280, sedangkan nilai t tabel adalah 1,996 dan signifikan- t diperoleh 0,026 dengan alpha 5% (0,05). Dengan demikian oleh karena 2,280 > 1,996 dan Sig.t < alpha 0,026 < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel Akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit.

Pengalaman KerjaMerumuskan Hipotesis KeduaHo2 : ρ = 0 (Pengalaman Kerja secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)Ha2 : ρ ≠ 0 (Pengalaman Kerja secara parsial memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)

Table 6Hasil Uji

F-Statistik

Table 6Hasil Koefisien

Determinasi

Page 18: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 108

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung adalah 1,777 sedangkan nilai t tabel adalah 1,996 dan signifikan- t diperoleh 0,080 dengan alpha 5% (0,05). Dengan demikian oleh karena 1,777 < 1,996 dan Sig.t < alpha 0,080 > 0,05, sehingga Ho ditterima dan Hi ditolak . Hal ini mengindikasikan bahwa bahwa variabel Pengalaman Kerja tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Tidak signifikannya pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit dikarenakan hasil pen-garuhnya cukup kecil hanya sebesar 0,317 standar deviasi sedangkan untuk pengaruh pengala-man audit terhadap kualitas audit sebesar 0,410 standar deviasi . Menurut Sukriah et al. (2009:3) menyatakan bahwa pengalaman kerja dan kompetensi yang melekat pada diri auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Berdasarkan pendapat Sukriah et al. bukan jaminan auditor yang belum memiliki pengalaman kerja dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya.

Variabel Pengetahuan AuditMerumuskan Hipotesis KetigaHo3 : ρ = 0 (Pengetahuan Audit secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)Ha3 : ρ ≠ 0 (Pengetahuan Audit secara parsial memiliki pengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit)

Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai t hitung adalah 2,263, sedangkan nilai t tabel adalah 1,996 dan diperoleh nilai signifikan-t = 0,027 dengan alpha 5% (0,05). Dengan demikian 2,263 > 1,996 dan Sig.t 0,027< 0,05, sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel Pengeta-huan Audit secara parsial berpengaruh terhadap Persepsi Kualitas Audit.

Kesimpulan .Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis baik secara deskriftif mau-pun asosiatif maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian ini .

1. Akuntabilitas , Pengalaman kerja dan Pengetahuaan Audit secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas Audit , namun secara individu dalam penelitian ini variable pen-galaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dikarenakan hasil pengaruhnya cukup kecil hanya sebesar 0,317 standar deviasi sedangkan untuk pengaruh pengalaman audit terhadap kualitas audit sebesar 0,410 standar deviasi . Berdasarkan pendapat Sukriah et al. bukan jaminan auditor yang belum memiliki pengalaman kerja dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya.

2. Pengaruh Pengetahuan Audit terhadap kualitas audit positif dan signifikant, pada variable pengalaman Auditi dalam hal ini pengaruhnya lebih dominan dari variable lainnya sebesar 0,410 . Dengan demikian variable pengetahuan audit sangat penting dalam menentukan kualitas audit dibandingkan variable lainnya .

3. Besarnya R Square (R2) yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 0,590 berarti 59% variabel Akuntabilitas ,Pengalaman Kerja dan Pengetahuan Audit dapat menjelaskan variabel Kualitas Audit , sedangkan sisanya (100% - 59% = 41%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini misalnya ProsedurAnalitis, Motivasi, dan TekananKetaatan.

Page 19: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 109

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2008. Auditing (Pemeriksaan Akuntan ) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Arrens, Alvin A. Randal J Elde. Mark Beasley. 2010. Auditing dan Ansurance Services and Integrated Appproach, 13 th. Edition , Pearson New York .

Arifin, Bondi. 2007. “Tinjauan Atas Laporan Penerapan Audit Pekerjaan (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Syarief Basir & Rekan).

Crhistiawan , Yulius Yogi , 2004. Kompetensi dan Indepedensi Akuntan Publik Refleksi Hasil Hasil Penelitiaan Empiris , Jurnal Akuntansi & Keuangan . vol 4 No 2.

Cloyd C. Briyan . 1997. Performance in Research Task : The Joint Effect of Knowledge and Accountability. Journal of Accounting Review.

Departemen Pendidikan Nasional , 2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi 3 Balai Pustaka Jakarta.

Meissir William , F JR and Qilliam , C. 1992 “ The Effect of Accountibility on Judment Development of Hypotesis for Auditing , Jornal of Practice & Theory 11.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi 2009, Auditing , Edisi ke 6 , Buku Satu , Salemba Empat , Jakarta.

Petronela Thio Anastasia ,2007 “ Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Govermen terhadap Opini Going Concern ‘ Jurnal Bisnis dan Ekonomi vol 14 , No 1 .

Sukriah , Ika , Akram dab Biana Adha Inapty, 2009, Pengaruh Pengalaman Kerja , Indepedensi , Objectivitas Integritas dan kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan ,SNA XII Palembang.

Suraida , Ida ,2005 ‘ Uji Model Etika , Kompetensi , dan Pengalaman Audit dan Resiko Audit Terhadap Skeptism Profesionalisme Auditor “. Jurnal Akuntansi, Th .IX .

Tetlock , P.E dan J.L Kim . 1987 , “ Accountability and Jugment Process in a Prsonality Prediction Tas “, Jurnal of Personality and Psychology .

Tuner , Mark and Hulme ,David , 1997 . ‘ Govermance , Administration and Development : Making The State Work” , London ;MacMillan Press. Ltd .

Page 20: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

Hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan di berbagai daerah di Indonesia pada akhirnya mengerucut pada satu kesimpulan yang relatif sama, bahwa sebe-narnyalah terdapat 3 aspek umum yang menjadi problematika UKM selama ini, yaitu: Aspek permodalan, aspek pasar, dan manajerial. Sektor usaha kecil dan menengah ( UMKM) kini dinilai sebagai salah satu kekuatan ekonomi Indonesia yang cukup sig-nifikan. Secara makro dapat dilihat behwa potensi yang dimiliki sektor UKM ini su-dah cukup besar. Secara umum, pada 2006, sumbangan UKM terhada Produk Domes-tic Bruto ( PDB) mencapai 53.3 %, artinya lebih dari setengah gerak perekonomian Indonesia kini ditopang oleh sektor UKM. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada 2006 UKM berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 58.4 juta atau sekitar 96.2 % dari total angkatan kerja. Perguruan tinggi dan lembaga profesi (konsultan manajemen dan bisnis) harus berperan sebagai agent of expertise bagi UKM, yakni mencetak para lu-lusannya untuk dididik dan dibekali tentang ilmu dan pengetahuan manajerial UKM. Mereka mungkin minim pengalaman kewirausahaan, namun dengan diadakannya program magang, pelatihan pendampingan, dan pembekalan melalui training-training soft skill, akan mampu meningkatkan kompetensi mereka sebagai konsultan yunior.

The results of research conducted by various groups in various regions in Indonesia eventually converging on a relatively similar conclusion, that in fact there are three gen-eral aspects of the problems of SMEs over the years, namely: capital, market, and mana-gerial aspects. Sector of small and medium enterprises (SMEs) are now rated as one of Indonesia’s economic strength is quite significant. At macro level can be seen potential of the SME sector is already quite large. General, in 2006, contribution of the Gross Domestic Product SMEs (GDP) reached 53.3%, meaning that more than half of Indone-sia’s economy achievement, by now supported by the SME sector. In terms of employ-ment, in 2006 SMEs managed to absorb labor force as 58.4 million or approximately 96.2% of the total workforce. University and professional institutions should act as an agent of expertise for SMEs, derived its graduates to be well educated and equipped by knowledge and SMEs managerialship as well. They may lack in entrepreneurial experience, but by internship, training, mentoring, and provisioning program through soft skill trainings, would be able to increase their competence as a junior consultant

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENGHASILKAN SUMBER DAYA INSANI YANG BERMUTU UNTUK PEMBERDAYAAN UKM GUNA MEMPEROLEH PEMBIAYAAN SYARIAH

Rifzaldi Nasri Fakults Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kata Kunci :Working Capital, Market, Managerialship, Small Medium Enterprises, Agent of Expertise

Diterima :15 April 2012Diterima oleh reviewer :20 Mei 2012Disetujui :20 Desember 2012

Kategori :Manajemen Sumber Daya Insani

Page 21: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 111

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

PENDAHULUAN Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia pe-luang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntung-kan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa murah untuk mendukung kelangsun-gan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian nasional mengalami ke-munduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional. Sampai saat ini, pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, me-manfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah. Mencuatnya perdebatan teoritis tentang sektor formal-informal adalah sejak International La-bour Organization (ILO) mulai mengembangkan program pembangunannya di kalangan penduduk mis-kin perkotaan yang terlibat pada sektor ekonomi informal di negara-negara Afrika pada tahun 1970-an. Pertumbuhan sektor informal yang relatif kecil modalnya, tidak teratur, kotor dan kurang stabil sangat menarik perhatian para pakar dan pembuat kebijakan. Bagi para pakar, isu yang seringkali dimunculkan adalah berkaitan dengan kekaburan konsep aktivitas dan pendekatan pendekatan yang mencoba untuk memahami mengapa kegiatan ini dapat terus berlangsung dan meningkat seiring dengan proses urbanisasi. Terhadap pembuat kebijakan, kehadiran ekonomi informal mencerminkan kemiskinan kota, sehingga perlu dibenahi dengan berbagai strategi agar sektor informal memiliki status yang lebih kuat, bersih, teratur dan terjamin bagi kelompok miskin. Sedangkan bagi politisi, sektor ekonomi in-formal yang Ekonomi Pinggiran: Dinamika Konseptual Sektor Informal di Perkotaan kian meningkat dan terpencar-pencar di sekitar kota, memanifestasi-kan keresahan kondisi sosio-politik di kalangan kelompok masyarakat yang dibawa secara bersamaan dari desa ke kota. Dan akhir-akhir ini isu tersebut dapat menggoyahkan kedudukan elit politik jika tidak diberikan perhatian yang cukup serius. Walau bagaimanapun perhatian terhadap sektor informal bukanlah sesuatu yang baru. Hal ini telah lama men-jadi pengamatan para pakar ilmu-ilmu sosial dalam meneliti masyarakat tradisional. Isu yang dikaji bi-asanya seputar pada sistem pemasaran dalam hubungannya dengan ekonomi dan budaya lokal yang ada. Dampak penjajahan dan penetrasi kapitalisme ke dalam sistem kemasyarakatan lokal yang umumnya masih tradisional telah menarik minat para peneliti bahwa masyarakat lokal yang begitu heterogen, memiliki nilai dan motivasi yang berbeda-beda, terpaksa bersaing dengan pola perdagan-gan “barat” yang asing bagi kebiasaan ekonomi mereka (lihat Furnivall, 1939; Geertz, 1963; Firth, 1946; Bohannan & Dalton, 1962; Belshaw, 1965). Namun kebanyakan penelitian tersebut keliha-tannya sangat bervariasi dan tidak dihubungkan dengan isu kemiskinan warga kota yang umumn-ya adalah kaum tani yang berpindah dari sektor ekonomi pedesaan ke aktivitas ekonomi informal perkotaan. Lagi pula perhatian yang telah dicurahkan para pengkaji ekonomi dalam aktivitas perda-gangan informal ini masih sekedar menjadi tumpuan minat mereka semata terutama jika masalah yang “kronis” akibat ketidakmampuan sektor industri modern menyerap tenaga buruh yang berlebih. Keadaan demikian telah mendorong semua pihak yang terlibat dalam penanganan ke-bijakan ekonomi dan strategi pembangunan agar memikirkan lagi mengapa fenomena ter-cetusnya sektor informal muncul begitu cepat di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, perha-tian International Labour Organization (ILO) pada tahun 70-an dalam program membantu kelompok miskin di kota-kota dianggap salah satu usaha murni yang dapat mendorong para pe-neliti dari berbagai disiplin mengkaji kasus ini lebih serius karena banyak Ekonomi Pinggiran. Jika sektor informal ingin dikembangkan karena banyak menyerap tenaga kerja, apakah hanya sebagai sumber alternatif full employment atau productive employment? Kalau tujuannya hanya agar tidak ada pengangguran, akibatnya sektor informal bisa menciptakan banyak kesem-

Page 22: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 112

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

patan kerja, namun tidak produktif atau dengan tingkat pendapatan riil yang rendah; dan ini be-rarti sektor informal menjadi salah satu sumber kemiskinan. Sementara itu kalau tujuan kebijakan pengembangan sektor informal adalah sumber alternatif productive employment, maka muncul per-tanyaan berikut, yakni Apakah tujuan jangka panjangnya adalah mengembangkan sektor informal menjadi sektor formal? Kalau memang demikian, berarti sebenarnya masih ada kesempatan untuk mengembangkan sektor formal, dan berarti kembali ke pertanyaan butir 2 (dua) di atas, yang artinya kapasitas sektor formal untuk menciptakan kesempatan kerja belum mencapai tingkat maksimum. Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat penting, karena sekali lagi, ini menyangkut op-portunity cost kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor informal dalam pere-konomian Indonesia. Yang harus jelas adalah, apakah kebijakan pengembangan sek-tor informal adalah suatu kebijakan jangka pendek (sebagai sumber alternatif kesempatan kerja sementara) atau jangka panjang (pengembangan sektor informal menjadi sektor formal). Jika sektor informal ingin dikembangkan menjadi suatu sumber kesempatan ker-ja yang produktif dengan intervensi langsung, pemerintah tidak bisa membantu semua unit usaha di dalam sektor tersebut. Karena jumlahnya sangat banyak, mulai dari peda-gang asongan, pemilik warung hingga pengusaha industri kecil dan industri rumah tangga. Karena itu, perlu kriteria-kriteria yang jelas untuk memil-ih segmen-segmen mana pada sektor informal yang mempunyai nilai tambah be-sar (atau yang mengandung opportunity cost yang rendah) untuk dikembangkan. Dinamika Konseptual Sektor Informal di Perkotaan implikasinya terhadap as-pek sosial, politik dan ekonomi nasional. Kendati usaha ini dilaksanakan dengan sukses, namun tidak dapat dipungkiri masih terdapat kelemahan International Labour Organi-zation (ILO) dalam menangangi isu dan strategi mengenai pertumbuhan sektor informal ini, ter-utama dalam mengkaji hubungan sektor informal dengan sektor formal pada wilayah perkotaan. Meski UKM mempunyai andil yang cukup besar dalam pembangunan nasional, dalam menjalankan usahanya UKM selalu mempunyai kendala. Kategori permasalahan UKM adalah : Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar UKM, antara lain berupa permasalahn modal, ben-tuk badan hukum yang umumnya non-formal, SDM, pengembangan Produk dan Akses Pemasaran.Permasalahan Manajemen, antara lain perencanaan bisinis yang tidak jelas, pengelolaan keuangan yang tidak berpedoman pada prinsip akuntansi dan manajemen keuangan, pengelolaan tenaga kerja karena tidak adanya struktur dan deskripsi kerja yang jelas serta penilaian atas prestasi kerja. 3. Masalah peningkatan efisiensi operasi yang biasanya disebabkan: (a) tenaga kerja yang ada sudah relatif tua dan tidak ada regenerasi, (b) sulitnya mencari tenaga kerja baru yang ahli dan terampil, (c) teknologi usaha yang relatif masih sederhana.

KAJIAN PUSTAKAPengertian UKMKeberadaan UKM dapat ditinjau dari berbagai perspektif, antara lain perspektif kebijakan, perspektif sosial maupun perspektif ekonomi. Dari ketiga perspektif tersebut, perspektif ekonomi merupakan cara pandang pertama yang terbangun dalam literatur kluster. Secara sederhana perspektif ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah cara pandang terhadap fenomena kluster UKM yang dibangun dari teori ekonomi. Pembahasan mengenai perspektif ekonomi dalam melihat kluster tidak bisa terlepas dari peran Alfred Marshal yang dikenal sebagai the founding father The Cambridge School of Eco-nomics (Belussi and Caldari, 2009). Pada tahap awal, perspektif ini di bangun oleh Marshal (1920) melalui karyanya Principles of Economics yang secara garis besar menekankan pentingn-ya lokasi industri dan menjelaskan bagaimana UKM mampu beroperasi secara efisien dan kom-petitif melalui sentra industri (industrial district). Ide dasar tersebut kemudian di rekonstuksti oleh Krugman (1991) yang akhirnya berhasil meningkatkan “pamor” kluster yang terpinggirkan oleh aliran utama (mainstream) studi ekonomi sehingga studi ini kembali menjadi bagian pent-ing dalam kajian ekonomi, khususnya ekonomi geografi. Pada tahap selanjutnya konsep klus-

Page 23: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 113

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

ter dikembangkan oleh pemikir kontemporer, antara lain Porter. Meskipun dalam karyanya Por-ter (1998a; 1998b) secara implisit mengungkapkan bahwa kluster sebagai strategi kompetitif bagi perusahaan, daerah dan negara merupakan “buah fikiran” nya, tetapi ternyata tulisannya tersebut mendapat kritik tajam dari Martin dan Sunley (2005). Perdebatan tersebut diakhiri dengan munculnya artikel yang menjelaskan persamaan dan perbedaan konsep kluster dan sentra industri dalam a Hand Book of Industrial Districts (Porter and Ketels, 2009). Seperti tersebut sebelumnya, perspektif ekonomi dalam kluster berawal dari karya Marshal (1920) yang salah satu ide dasarnya mengungkapkan bahwa sentra industri mampu meningkatkan daya saing usaha pelakunya melaui beberapa mekanisme, yaitu : (1) berkumpulnya tenaga kerja dengan spesifikasi khusus yang relevan dengan kebutuhan industri (2) tersedianya bahan baku dan fasilitas pendukung industri, serta (3) penyebaran inovasi. Ketiga mekanisme tersebut kemudian diacu beberapa penulis, antara lain Porter (2000a), Nadvi(1999a; 1999c) dan Schmitz (1999) dalam melihat manfaat yang dihasilkan kluster dalam beberapa wilayah (Silicon valley-Amerika Serikat, Sialkot-Pakistan and Sinos Valley-Brasil). Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan se-cara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang. Sektor usaha kecil dan menengah ( UMKM) kini dinilai sebagai salah satu kekuatan ekonomi In-donesia yang cukup signifikan. Secara makro dapat dilihat behwa potensi yang dimiliki sektor UKM ini sudah cukup besar. Secara umum, pada 2006, sumbangan UKM terhada Produk Domestic Bruto ( PDB) mencapai 53.3 %, artinya lebih dari setengah gerak perekonomian Indonesia kini ditopang oleh sektor UKM. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pada 2006 UKM berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 58.4 juta atau sekitar 96.2 % dari total angkatan kerja. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat bahwa jumlah usaha kecil adalah sebanyak 44,6 juta unit atau 99,84 % dari total jumlah unit usaha pada tahun 2005.Dari sejumlah usaha tersebut, tenaga kerja yang mampu diser-ap adalah sebanyak71,2 juta atau sebesar 88,7% dari total tenaga kerja. Kelebihan UKM dari penyerapan tenaga kerja tersebut muncul dari karakteristik yang dimiliki UKM sangat berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh industry besar yang didominasi oleh modal. Adapun karakteristik UKM antara lain :

• Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan

• Aspek legalitas usaha lemah

• Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku

• Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara

kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan

• berhubungan erat dengan budaya suatu daerah

• Kualitas manajemen rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha

• Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas Maka dari karakteristik tersebut dapat kita identifikasi bahwa UKM mempunyai bebera-pa kelemahan seperti tidak adanya pengendalian keuangan internal, kelemahan dalam pemasaran produknya, biaya produksi yang tinggi dapat dilihat dari skala produksi yang kecil, jaringan pemasa-ran yang lemah dan modal yang kecil dalam memulai usahanya. Kelemahan inilah yang menyebab-kan kendala dalam mencari tambahan untuk usaha UKM. Hasil penelitian kerjasama Kementeri-anNegara KUKM dengan BPS (2003) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47 %,sisanya 27,53 % tidak ada masalah dari 72,47 % yang mengalami kesulitan usaha tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh BPS dijelaskan bahwa dalam mengatasi kesulitan permodalannya diketahui sebanyak 17,50 % UKM menambah modalnya dengan meminjam ke bank,

Page 24: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 114

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

sisanya 82,50 % tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non bank seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal ventura, lainnya. Hal ini melukiskan perentasan kemakmuran dalam UKM dari masalah permodalan. Ada berbagai alasan kenapa per-modalan dari kredit perbankan merupakan kendala oleh UKM. Alasan ini dapat dilihat dari table dibawah ini yang merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS dan kementerian UMKM.Pengertian PembiayaanPembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain un-tuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syariah harus memenuhi :

(1) Aspek Syariah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, Bank Syariah harus

tetap berpedoman pada Syariat Islam ( antara lain tidak mengandung unsur Gharar, maisir dan

riba serta bidang usahanya harus halal )

(2) Apek Ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal – hal syariah Bank Syariah

tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi Bank Syariah maupun bagi nasabah

Bank Syariah. Sistem keuangan dan perbankan Islam hadir untuk memberikan jasa keuan-gan yang halal kepada komunitas muslim. Selain tujuan khusus ini, institusi perban-kan dan keuangan, sebagaimana aspek – aspek masyarakat Islam lainnya, diharapkan da-pat memberi kontribusi yang layak bagi tercapainya tujuan sosio – ekonomi Islam ( Chapra. 1985 .h. 34 ). Target utamanya adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan kerja,dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan sosio – ekonomi serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang dan mobilisasi, serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu memberiakn jaminan keuntungan ( bagi hasil ) kepada semua pihak yang terlibat. Salah satu bentuk pertanggung jawaban sosial Bank Syariah adalah memberikan pembi-ayaan kepada UKM mengingat UKM iini merupakan cerminan perekonomian rakyat, karena kelompok ini merupakan kelompok dominan, maka upaya peningkatan kesejahteraan kelom-pok ini, secara langsung maupun tidak langsung, merupakan upaya penyejahteraan ummat.PEMBAHASANBerbeda dengan industri rumah tangga dan self-employment, tidak semua industri kecil masuk dalam kategori sektor informal. Banyak juga industri kecil yang terdaftar dan bahkan membayar pajak (sek-tor formal). Tetapi, di era perdagangan bebas nanti, tingkat persaingan pasar di dalam maupun di luar negeri akan sangat tinggi. Jika pengusaha di sektor informal hanya menggantungkan diri pada keahlian tradis-ional saja tanpa pendidikan tambahan (formal), terutama mengenai pemasaran global dan manajemen modern, maka keadaan itu bisa menjadi salah satu kendala utama bagi sector informal di Indonesia untuk dapat bersaing atau bertahan. Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia adalah sektor informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Masalah lain-nya adalah pengadaan bahan baku (misalnya tempat beli terlalu jauh, harga mahal, dan tidak selalu tersedia), kurang keahlian dalam jenis-jenis teknik produksi tertentu (misalnya tenaga ahli/perancang sulit dicari atau mahal), dan kurang keahlian dalam pengelolaan. Yang juga jadi persoalan adalah mereka menghadapi persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka ke fasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas.

Page 25: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 115

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Namun disisi lain ada beberapa kekuatan yang dimiliki sektor informal sebagai berikut:

1. Daya Tahan Selama krisis ekonomi, terbukti sektor informal tidak hanya dapat bertahan, bahkan berkem-bang pesat. Hal ini disebabkan faktor permintaan (pasar output) dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapatan riil rata-rata masyarakat turun drastic dan ter-jadi pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-barang sektor formal atau impor (yang harganya relatif mahal) ke barang barang sederhana buatan sektor informal (yang hargan-ya relatif murah). Misalnya, sebelum krisis terjadi, banyak pegawai-pegawai kantoran, mulai dari kelas menengah hingga tinggi makan siang di restoran-restoran mahal di luar kantor. Di masa krisis, banyak dari mereka merubah kebiasaan dari makan siang di tempat yang ma-hal ke rumah-rumah makan sederhana atau warung-warung murah di sekitar kantor mereka. Dari sisi penawaran, akibat banyak orang di-PHK-kan di sektor formal selama masa krisis, ditambah lagi dengan sulitnya angkatan kerja baru mendapat pekerjaan di sektor formal, maka suplai tenaga kerja dan pengusaha ke sektor informal meningkat. Selain itu, relatif kuatnya daya tahan sektor informal selama krisis, juga dijelaskan oleh tingginya motivasi pengusaha di sektor tersebut mempertahankan kelang-sungan usahanya. Sebab, bagi banyak pelaku, usaha di sektor informal merupakan satu-atunya sumber penghasilan mereka. Karena itu, berbeda dengan rekan mereka di sektor formal, pengusaha-pengusa-ha di sektor informal sangat adaptif menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha mereka.

2. Padat Karya. Dibanding sektor formal, khususnya usaha skala besar, sektor informal yang pada umumnya adalah usaha skala kecil bersifat padat karya. Sementara itu persediaan tenaga kerja di Indonesia sangat banyak, sehingga upahnya relatif lebih murah jika dibandingkan di negara-negara lain dengan jum-lah penduduk yang kurang dari Indonesia. Dengan asumsi faktor-faktor lain mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha serta produktivitas pekerja tinggi), maka upah murah merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia.

3. Keahlian Khusus (Tradisional). Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) di Indonesia, dapat dikatakan bahwa produk-produk yang mereka buat umumnya sederhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal,tetapi membutuhkan keahlian khusus (traditional skills). Di sinilah keunggulan lain sektor informal, yang selama ini terbukti bisa membuat mereka bertahan walaupun persaingan dari sektor formal, termasuk impor sangat tinggi. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun temurun, dari generasi ke generasi.

4. Permodalan Kebanyakan pengusaha di sektor informal menggantungkan diri pada uang (tabungan) sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal (di luar sek-tor perbankan/keuangan) untuk kebutuhan modal kerja dan investasi mereka.Walaupun banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memakai fasilitas-fasilitas kredit khusus dari pemer-intah. Selain itu, investasi di sektor informal rata-rata jauh lebih rendah daripada investasi yang dibu-tuhkan sektor formal. Tentu, besarnya investasi bervariasi menurut jenis kegiatan dan skala usaha. Pola persaingan yang berbeda dengan sebelumnya juga disebabkan peraturanperaturan WTO/GATT (World Trade Organization/General Agreement of Tarif and Trade) yang menyangkut lingkungan dan hak cipta, serta diterapkannya standarisa-si produksi dan proses produksi yang sudah baku seperti ISO 9000, dan sebagainya.Sejak beberapa tahun terakhir ini Usaha Kecil dan Menengah (UKM), telah menjadi obyek dis-kusi dan penelitian yang sangat menarik. Kegagalan perusahaan besar (konglomerasi) pada masa orde baru sebagai soko guru perekonomian nasional, telah menjadikan UKM sebagai prima-dona baru yang pantas dijadikan isu sentral sebagai soko guru perekonomian nasional, yang be-

Page 26: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 116

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

rarti mengambil peran yang sebelumnya dipegang oleh Perusahaan Besar (konglomerasi). Apapun argumen yang dikemukakan, faktanya di masa krisis 1997 lalu, UKM memang telah mampu membuktikan dirinya sebagai pendukung perekonomian nasional. Selain sejumlah devisa yang mampu disumbangkan kepada negara, sektor ini secara signifikan telah mampu mencegah terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran sebagai akibat krisis moneter. Meski kita pun tak bisa menutup mata bahwa ada begitu banyak pelaku UKM yang juga menjadi korban krisis tersebut.Namun demikian, tidak berarti saat ini pun UKM tidak menghadapi kendala dalam perkembangannya. Setelah lebih dari satu dasawarsa melewati masa krisis, masih ada banyak kendala dihadapi oleh 48 juta pengusaha UKM dan mik-ro di tengah berbagai sanjungan dan pujian yang mereka terima selama ini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai kalangan di berbagai daerah di Indonesia pada akhirnya mengerucut pada satu kesimpulan yang relatif sama, bahwa sebenarnyalah terdapat tiga aspek umum yang menjadi problematika UKM selama ini, yaitu: Aspek permodalan, aspek pasar, dan manajerialSekalipun secara konseptual Bank Syariah mempunyai berbagai tujuan yang sangat mulia, teta-pi dalam prakteknya kondisi ideal masih sulit untuk tercapai. Saleh Kamel, seorang penerima IDB Award pernah melontarkan beberapa kritik terhadap Perbankan Islam. Salah satu kritikn-ya menyatakan: “ketidakmampuan Bank Islam untuk melepaskan diri dari jebakan – jebakan Bank konvensional” Menurutnya, operasi pembiayaan Bank Syariah terutama terbatas pada cara – cara pembiayaan sekunder untuk membiayai perdagangan jangka pendek dan operasi, penye-waan untuk perusahaan – perusahaan bersekala besar dan sudah mapan. Tampaknya Bank Is-lam kurang memainkan peranan yang signifikan didalam pembiayaan bisnis skala kecil dan me-nengah, sebagai ciri utama yang harus dikedepankan guna mengedepankan kesejehteraan rakyat. Disisi lain banyak perkembangan UMKM masih terbatas pada modal, sehingga perlu adanya pem-biayaan untuk mendukung perkembangan tersebut. Sebenarnya banyak fasilitas kredit yang dita-warkan, baik itu dari bank konvensional, microfinance, dan tak terkecuali dari bank syariah. Namun dari semua tawaran skema kredit yang menggiurkan tersebut, hanya sekitar 60% yang dapat me-menuhi kebutuhan UKM karena mereka belum bisa memanfaatkan tawaran tersebut dengan baik. Hal itu disebabkan oleh beberapa keterbatasan dari UKM untuk memperoleh pembiayaan bank syariah. Kondisi tersebut diatas lambat laun telah disadari pula oleh pemerintah dan berbagai pihak terkait lain. Hal ini ditindaklanjuti dengan berbagai program pembiayaan yang disertai bimbingan teknis (technical assistance) secara bersamaan, atau dengan istilah pola pendampingan UKM. Pola pendampingan UKM tersebut oleh sebagian kalangan dipandang cukup memberikan hasil yang positif. UKM-UKM yang memperoleh pembiayaan, serta merta akan mendapatkan bimbingan mana-jerial day to day dari konsultan-konsultan yang ditunjuk. Selain bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan alokasi dana yang berakibat pada kredit macet, pola pendampingan ini juga bertujuan un-tuk membantu UKM dalam menciptakan sistem kelembagaan (capasity building) guna melahirkan added value bagi usahanya di masa yang akan datang.Disinilah peran perguruan tinggi dibutuhkan untuk mengisi tenaga- tenaga konsultan guna program pendampingan dengan cara mengoptimalkan potensi mahasiswa yang dimilkinya. Perguruan tinggi dan lembaga profesi (konsultan manajemen dan bisnis) harus berperan sebagai agent of expertise bagi UKM, yakni mencetak para lulusannya untuk dididik dan dibekali tentang ilmu dan pengetahuan manajerial UKM. Meski pengalaman kewirausahaan para mahasiswa minim, namun dengan diadakannya program magang, pelatihan pendampingan, dan pembekalan melalui training-training soft skill, akan mampu meningkatkan kompetensi mereka sebagai konsultan yunior.Para mahasiswa tersebut dididik dan dibekali ilmu yang berkaitan dengan hal dimaksud, dengan cara mengembangkan pola kerjasama tiga sisi, yaitu pihak Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara keg-iatan dan penyedia sumber daya insani, pihak lembaga keuangan syariah sebagai sumber pembiayaan baik untuk pinjaman kepada UKM maupun pelaksanaan kegiatan pendampingan,pihak terakhir adalah pemerintah sebagai pemi-

Page 27: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 117

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

lik “data base” UKM dilingkungannya untuk di arahkan mengikuti kegiaatan pendampingan.Apapun bentuk skim atau pola pembiayaan untuk UKM, tanpa disertai pembenahan manajerial dan pendampingan pasar, disertai pola kerjasama tiga pihak hanya akan menambah deretan cerita kega-galan berbagai program pemberdayaan UKM. Melalui Program pendampingan UKM yang menitikberatkan pada upaya perbaikan sistem kelemba-gaan (capsity building) dan aspek manajerial UKM, dan dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, akan meningkatkan Sumber Daya Insani lulusan perguruan tinggi minimal dalam hal, Pertama: perencanaan, yakni membantu pengusaha UKM dalam menyusun rencana (action plan) dan target usaha ke depan secara terukur, terarah, dan wajar. Kedua: implementasi: yakni turut mendampingi pengusaha UKM dalam menjalankan rencana yang telah disusunnya, membantu mencarikan solusi ketika pengusaha menhadapi kendala dan permasala-han. Ketiga: Evaluasi, yaitu turut memberikan penilaian atas kinerja yang dicapai perusahaan, dan mem-bantu pengusaha dalam menemukan penyebab terjadinya penyimpangan dari target yang telah dibuat. Keempat: Pengembangan, yakni turut membantu pengusaha UKM dalam menyusun rencana pengem-bangan dari hasil yang telah dicapai selama ini. yang akan memudahkan dalam proses permohonan pembiayaan Syariah.PENUTUP Tulisan ini berupaya untuk mengarahkan bagaimana program pengembangan dan pember-dayaan UKM ini sebaiknya dilaksanakan. Pendekatan permodalan saja tidak cukup, tapi yang terpent-ing bagaimana meningkatkan dan membangun UKM (capasity building) sehingga secara sistem dan kelembagaan, UKM mampu tumbuh dan melewati semua problematika yang dihadapinya. Dan yang tak kalah penting lagi, kerjasama semua pihak terkait (stakeholders); Pemda, Lembaga Keuangan Syariah, Perguruan Tinggi, dan masyarakat umum untuk terwujudnya berbagai pro-gram pemberdayaan yang senyatanya mampu membuat UKM makin berdaya.

DAFTAR PUSTAKAAndang Setyobudi, Peran Serta Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM ), Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 5, no. 2, Agustus 2007Dahlan siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ( Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1995 ) edisi IV.Genjot Sektor UKM denagn Kredit Usaha Rakyat, Jurnal UKM, edisi November 2007.M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, ( Jakarta : Gema Insani, 2001),Mervyn K Lewis, Ltifa M Al-Gaod, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik dan Prospek, ( Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007 ) Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, ( Yogyakarta : UPP AMP YKPN , 2002).Umar Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam, ( Jakarta : Gema I n s a n i Press, 2001), www.depkop.go.idrizkywahyudin.wordpress.com/2011/01/03/permodalan-ukm/ azrafikriansyah.blogspot.com/

Page 28: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

This study was conducted to determine the effect of Managerial Ownership, Institutional Ownership, and Firm Size to Debt Policy and its Impact on Firm Value. Variables used are managerial ownership, institutional ownership, and firm size as exogenous, debt pol-icy is used as an intermediate endogenous variables, and firm value as an endogenous variable.The sampling technique was conducted by purposive sampling. The samples are mining companies listed in Indonesia Stock Exchange -year period 2008-2012 , and the compa-nies that meet the criteria numbering as many as eight companies , sehigga total sample of 40 samples of data.Mechanical analysis using path analysis which is an extension of multiple regression. Based on path analysis testing all the research model has met the criteria due diligence models. The analysis showed that managerial ownership , institutional ownership, and firm size positive and significant impact on debt policy. In addition, managerial owner-ship and institutional ownership and a significant positive effect on firm value. However, debt policy and a significant negative effect on the value of the company, while the size of the company but not a significant negative effect on firm value.

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG SERTA DAMPAKNYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Zulfikar RamadhanDosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Diterima :2 Juli 2012Diterima oleh reviewer :10 Agustus 2012Disetujui :23 Mei 2012

Kata Kunci :Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan

Kategori :Manajemen Keuangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan manje-rial, institusional, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang serta dampaknya terhadap nilai perusahaan.Metode penelitian yang digunakan menggunakan analisa jalur dengan sample sebanyak 40 perusahaan pertambangan selama tahun 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, institusional, dan ukuran peru-sahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. kemudian kepemilikan manajerial serta institusional berpengaruh positif dan significant terhadap nilai perusahaan. Sedan-gkan kebijkan hutang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan begitu pula dengan nilai perusahaan berpengaruh negatif namun tidak significant.

Page 29: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 119

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

sarnya nilai perusahaan tidak terlepas dari beberapa kebijakan yang diambil perusahaan. Salah satu kebijakan yang sangat sensitif terha-dap nilai perusahaan adalah kebijakan hutang.Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam me-maksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan, para pemegang saham (prinsipal) menyerah-kan tanggungjawab pengelolaan perusahaan-nya kepada manajer (agen). Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini seringkali menimbulkan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Teori keagenan menciptakan adanya kepemi-likan manajerial dan kepemilikan institusional.Euis dan Taswan (2002:2) yang menya-takan bahwa kebijakan hutang bisa digu-nakan untuk menciptakan nilai perusa-haan yang diinginkan, namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran perusahaan.Penelitian ini bermaksud untuk menguji hubun-gan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan pada perusa-haan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012.

PENDAHULUANDidirikannya sebuah perusahaan memiliki tu-juan yang jelas. Ada beberapa hal yang menge-mukakan tentang tujuan pendirian suatu pe-rusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan peru-sahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga ada-lah memaksimalkan nilai perusahaan yang ter-cermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara sub-stansial tidak banyak berbeda. Hanya saja pene-kanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. (Martono dan Agus, 2005:2)Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan terbuka, yang sering di-kaitkan dengan harga saham, jika harga saham meningkat maka nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan pemilik atau pemegang sa-ham pun meningkat. Selain itu, nilai perusa-haan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini, namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Menurut Euis dan Taswan (2002:1) be-

Tabel 1.1Data Pergerakan Indeks Harga Sektoral Berbagai Sektor

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2012

Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata

Agriculture 918.766 1753.090 2284.319 2146.036 2062.937 1833.030

Mining 877.678 2203.475 3274.163 2532.378 1863.665 2150.272

Basic Industry 134.987 273.932 387.254 408.273 526.551 346.199Miscellaneous Industry 214.937 601.469 967.023 1311.147 1336.524 886.220

Consumer Goods 326.843 671.305 1094.653 1315.964 1565.878 994.929Property & Real Estate 103.489 146.800 203.097 229.254 326.552 201.838

Infrastructure 490.349 728.528 819.209 699.446 907.524 729.011

Finance 176.334 301.424 466.669 491.776 550.097 397.260

Trade & Service 148.329 275.758 474.080 582.186 740.949 444.260Sumber : http://www.idx.co.id

Page 30: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 120

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

satu orang individu atau lebih yang disebut pemilik (principal) mempekerjakan individu lain atau organisasi yang disebut agen un-tuk melaksanakan pekerjaaan dan kemudian mendelegasikan otorisasi pengambilan kepu-tusan kepada agen tersebut. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Menurut Ahmad (2009:1) teori agensi men-gasumsikan bahwa semua individu bertin-dak atas kepentingan mereka sendiri. Pemeg-ang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para manajer sebagai agent diasumsikan menerima kepuasan beru-pa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sangat penting kare-na dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemeg-ang saham, semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keingi-nan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pe-megang saham dan perusahaan dipresenta-sikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Nilai perusahaan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh investor. Kemakmu-ran pemegang saham atau investor tersebut tercermin dari nilai perusahaan. Dengan kata lain nilai perusahaan merupakan ukuran kin-erja manajer keuangan. nilai perusahaan meru-pakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Keown (2004:470) juga menyatakan bahwa nilai perusahaan adalah nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perusahaan adalah nilai pasar se-luruh komponen keuangan perusahaan yang ber-sedia dibayar oleh calon pembeli jika pe-rusahaan dijual yang tercermin dari harga sa-hamnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan juga bisa disebut sebagai persepsi investor atau

Penelitian ini akan menggunakan sektor min-ing (pertambangan) karena sektor ini me-miliki pergerakan harga paling tinggi di-antara sektor yang lainnya. Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa sektor mining (pertambangan) periode tahun 2008-2012 memiliki rata-rata indeks harga terbesar di-antara sektor lain yakni sebesar 2150,272.Pada saat ini, persepsi investor terhadap pe-rusahaan terbuka adalah dengan meilhat nilai perusahaan yang sering dikaitkan dengan har-ga saham, jika harga saham meningkat maka nilai perusahaan meningkat dan kesejahter-aan pemilik atau pemegang saham pun men-ingkat. Selain itu, alasan investasi di sektor pertambangan adalah sektor ini tetap mem-berikan peluang untuk mendapatkan keuntun-gan maksimal, karena sektor pertambangan memegang kendali dalam sektor perekono-mian, seperti bahan bakar minyak yang meru-pakan kebutuhan pokok, sehingga membuat sektor pertambangan ini merupakan sek-tor yang kuat dan diminati investor saat ini.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESISTeori Keagenan Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada ta-hun 1976 (Horne dan Wachowicz dalam Yuke dan Hadri, 2005:3), manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya den-gan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuan-gan, dan pembatasan terhadap keputusan yang diambil manajemen. Kegiatan penga-wasan tentu saja membutuhkan biaya agensi. Teori keagenan menjadi perbincangan sejak terpisahnya kepemilikan perusahaan dan pengelolaaan perusahaan pada perusahaan-perusahaan besar. Secara spesifik teori kea-genan menekankan pada penjelasan hubungan keagenan. Menurut Brigham dan Houston (2001:22) hubungan keagenan muncul ketika

Page 31: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 121

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

sekaligus pemegang saham, ia tidak ingin pe-rusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugikan ia baik sebagai manajer atau sebagai pemegang sa-ham. Sebagai manajer akan kehilangan insen-tif bahkan tidak ditunjuk lagi sebagai manajer dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return bahkan dana yang diinvestasikannya.Struktur kepemilikan sangat penting dalam mempengaruhi kebijakan hutang. Dalam struktur kepemilikan manajerial bahwa pe-milik perusahaan dari pihak dalam (insider) mempunyai kekuatan yang besar untuk mel-akukan kebijakan hutang. Semakin tinggi kepe-milikan manajerial maka semakin tinggi kebi-jakan manajerial dalam memanfaatkan hutang.Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manAjemen dengan pemegang sa-ham. Untuk mensejajarkan antara kepentingan manajer dengan pemilik perusahaan, terdapat mekanisme khusus yang dapat digunakan un-tuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Salah satunya adalah meningkatkan kepemilikan sa-ham terhadap manajer. Langkah ini ditunjukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap dan juga untuk mengarahkan tin-dakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksi-malkan harga saham. Semakin tinggi harga saham maka nilai perusahaan dan kemakmu-ran para pemegang saham pun juga meningkat. H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang.H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan Institutional, Kebijakan Hutang, dan Nilai Perusahaan Wahidahwati (2002:6) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yaitu proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dengan persentase (%). Berdasarkan pada tahapan pengurangan konflik keagenan. Kepemilikan institusional sebagai penyelesaian yang paling benar sebab kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting pada perusahaan karena dapat mengkontrol manajemen dengan pengawasan

masyarakat umumnya terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan pada pihak lain yang belum ter-penuhi, dimana hutang ini merupakan sum-ber dana atau modal perusahaan yang be-rasal dari kreditur (Munawir, 2004:18).Salah satu penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah keputusan pen-danaan (Wahidahwati, 2002:4). Dalam hubun-gan antara pemilik saham dengan manajer, un-tuk memenuhi kebutuhan pendanaan pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusa-haan dengan hutang. Karena dengan penggu-naan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut, dengan alasan bahwa hutang mengandung resiko yang tinggi.Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus pendapatan pe-rusahaan, yang mana pendapatan dipen-garuhi faktor eksternal sedangkan hutang menimbulkan beban tetap tanpa memperdu-likan besarnya pendapatan. Semakin besar hutang, maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan. Akan tetapi dampak negat-ifnya yaitu risiko kebangkrutan akan se-makin tinggi karena bunga akan mening-kat lebih tinggi daripada penghematan pajak. H1: Kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Nilai PerusahaanMenurut Yulius dan Josua (2007:3) kepemi-likan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemeg-ang saham perusahaan. Dalam laporan keuan-gan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Sedangkan Wahidahwati (2002:4) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, kepemilikan manaje-rial menunjukkan adanya peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer

Page 32: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 122

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh pe-rusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak mana-jemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebe-basan yang dimiliki manajemen ini seband-ing dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusa-haan akan meningkatkan nilai perusahaan.Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ke-bijakan hutang perusahaan. Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin besar. Untuk me-menuhi kebutuhan dana tersebut salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu hutang. Dalam kenyataannya, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja pe-rusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pin-jaman karena semakin dipercaya oleh kreditur. Selain itu, Semakin besar perusahaan, maka semakin tinggi perusahaan menggunakan hu-tang sehingga nilai perusahaan juga menin-gkat. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik diband-ingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebu-tuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dalam meningkatkan nilai perusahaan. H6: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang.H7: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

METODE PENELITIANPopulasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan DataPopulasi yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaf-tar sebagai perusahaan sektor pertambangan selama lima periode waktu yaitu 2008-2012 di Bursa Efek Indonesia serta melaporkan laporan keuangan secara lengkap dan dipub-

yang lebih efisien. Keberadaan kepemilikan perusahaan oleh institusi akan mendorong pen-gawasan yang lebih efektif, karena institusi merupakan profesional yang memiliki kemam-puan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor pe-rusahaan. Kontrol yang efektif dari investor institusional telah mengambil alih peranan hu-tang sebagai alat kontrol manajemen, sehingga menyebabkan penggunaan hutang menurun. Sujoko dan Soebiantoro (2007:43) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan untuk dapat menekan hu-tang yang digunakan oleh perusahaan sebab pengawasan yang kuat akan membatasi per-ilaku manajer dalam menggunakan hutang sehingga semakin aktif pengawasan pemilik institusional maka akan menurunkan hutang perusahaan. Hutang perusahaan yang menurun mampu menjauhkan perusahaan pada kebang-krutan yang dapat menurunkan nilai perusahaan. H4: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang.H5: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang, dan Nilai PerusahaanApriliana dan Mulyono (2012:22) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total sales atau total pen-jualan bersih. Semakin besar total sales mau-pun penjualan maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar sales maka semakin besar modal yang di-tanam, sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahaan. Dengan demikian, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu peru-sahaan. Pada umumnya semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin besar pula aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran peru-sahaan juga dapat dikaitkan dengan besarn-ya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh

Page 33: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 123

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

dengan jumlah saham yang beredar, dimana semakin besar prosentase kepemilikan in-stitusional maka semakin baik perusahaan. Ukuran perusahaanUkuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinya-takan dengan total sales atau total penjualan bersih (Apriliana dan Mulyono, 2012:22). Perhi-tungan besarnya ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan nilai logaritma natural dari total sales. Penggunaan logaritma nat-ural karena mengingat besarnya total sales perusahaan yang berbeda‐beda sehingga agar hasilnya tidak menimbulkan bias. Selain itu dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih sehingga akan dapat men-gurangi skewness of distribution dan data akan menyebar normal serta meminimalkan standar error koefisien regresi (Fitri, 2012:60). Variabel InterveningVariabel intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independent dengan vari-abel dependent menjadi hubungan yang tidak langsung. Sehingga variabel independent tidak akan langsung mempengaruhi beru-bah atau timbulnya variabel dependent.Variabel intervening dalam penelitian ini yaitu kebijakan hutang (Y1) yang diwaki-li oleh debt to equity ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hu-tang terhadap modal sendiri. Rasio ini men-gukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibanding dengan modal sendiri.Variabel EndogenVariabel endogen ialah varibel-variabel yang memiliki anak panah yang menuju ke arah variabel tersebut. Variabel yang termasuk di dalamnya, adalah mencakup semua variabel perantara atau intervening. Variabel perantara endogen memiliki anak panah yang menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur. Sedang-kan variabel tergantung hanya memiliki anak panah yang menuju ke arahnya. Variabel De-penden endogen dalam penelitian ini ialah nilai perushaaan (Y2). Perhitungan besarnya nilai perusahaan dilakukan dengan meng-gunakan Price Book Value. Price Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga

likasikan di situs resmi Bursa Efek Indonesia.Teknik sampling yang digunakan untuk me-nentukan sampel dalam penelitian ini, adalah menggunakan nonprobability sampling dengan rancangan bentuk purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang represen-tatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah: perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan sektor pertamban-gan yang mempublikasikan laporan keuangan, perusahaan yang selama periode pengamatan tetap atau tidak keluar dari daftar perusahaan di BEI, dan perusahaan yang memiliki informasi yang lengkap mengenai kepemilikan manaje-rial, kepemilikan institusional, ukuran perusa-haan, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan.

Operasional Variabel dan PengukurannyaVariabel EksogenMerupakan semua variabel yang tidak memiliki penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam dia-gram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, Variabel ini berfungsi sebagai variabel bebas/penyebab terhadap variabel urutan sesu-dahnya yang disebut sebagai variabel endogen.Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau den-gan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan be-sarnya persentase kepemilikan saham perusa-haan oleh manajer (Yulius dan Josua, 2007:3).Perhitungan besarnya kepemilikan manajerial dilakukan dengan menggunakan prosentase kepemilikan majerial. Prosentase kepemilikan manajerial merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris dengan jumlah saham yang beredar.Kepemilikan institusionalKepemilikan institusional yaitu proporsi sa-ham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dengan persentase (%) (Wahidahwati, 2002:6). Perhitungan besarn-ya kepemilikan institusional dilakukan den-gan menggunakan prosentase kepemilikan institusional. Prosentase kepemilikan insti-tusional merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh institusi

Page 34: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 124

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

secara individual ditunjukkan oleh tabel coef-ficients dengan melihat nilai probabilitas (sig.). Dasar pengambilan keputusan (Ak-don, 2008:121) sebagai berikut :1)Jika nilai probabilitas (sig) > α (alpha), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.2)Jika nilai probabilitas (sig) < α (alpha), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

Pengaruh Langsung (Direct Effect), Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect), dan Pengaruh Total (Total Effect)Setelah dapat diketahui tingkat signifi-kansinya, langkah berikutnya adalah me-nilai efek-efek variabel eksogen dan variabel endogen. Hal ini perlu dilakukan meng-ingat adanya korelasi antar variabel eksogen.Direct effect merupakan pengaruh langsung yang dapat dilihat dari koefesien jalur dari satu variabel eksogen ke variabel endogen. Indirect effect urutan jalur melalui satu vari-abel atau lebih variabel perantara. Total ef-fect urutan jalur melalui satu variabel ek-sogen ke variabel perantara ditambah dari variabel perantar tersebut ke variabel endogen. Koefisien Korelasi dan Koefesien DeterminasiMenurut Ghozali (2011:96) analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubun-gan linear antar dua variabel. Sedangkan koef-esien determinasi ialah pengaruh semua vari-abel eksogen terhadap variabel endogen yang nilainya didapatkan dari nilai R-Squares (r2).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPemilihan sampel menggunakan metode pur-posive sampling, dimana sampel yang termasuk dalam penelitian harus memenuhi kriteria tert-entu. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sampel akhir seban-yak 8 perusahaan. Data keuangan diperoleh melalui laporan keuangan dan laporan tahunan dari sampel perusahaan selama tahun 2008-2012 (5 tahun), sehingga dilakukan 40 observasi.

Pengujian HipotesisPerhitungan Sub Struktural I

saham dengan nilai buku per lembar saham.

Teknik Analisis DataAnalisis data dalam penelitian ini menggu-nakan analisis jalur (path analisis) yang di-lakukan dengan bantuan program komputer menggunakan software IBM SPSS (Statisti-kal Package For Social Science) versi 21 un-tuk menguji kualitas data pada masing-masing variabel penelitian, maupun untuk pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) karena peneliti ingin me-mastikan apakah ada pengaruh variabel bebas (eksogen) dan variabel terikat (endogen) mela-lui variabel intervening atau mediasi. Imam (2011:175) menyatakan bahwa model path anali-sis (analisis jalur) digunakan untuk menganali-sis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Pengujian HipotesisUntuk menguji hipotesis-hipotesis di atas akan digunakan dua persamaan struktural. Per-samaan struktural menggambarkan hubun-gan sebab akibat antar varabel yang akan ditelitii, diagram jalur di atas mempuyai dua persamaan struktural sebagai berikut :

Y1 = ρY1X1 + ρY1X2 + ρY1X3 + e1 (persamaan sub struktural I)Y2 = ρY2X1 + ρY2X2 + ρY2X3 + ρY2Y1 + e2 (persamaan sub struktural II)

Perhitungan Analisis JalurPengujian Secara Simultan (Keseluruhan) dan Pengujian Secara IndividualPengujian secara simultan digunakan un-tuk mengetahui apakah variabel ekso-gen secara bersama-sama berpengaruh se-cara signifikan terhadap variabel endogen. Menurut Akdon (2008:121), uji secara kes-eluruhan ditunjukkan oleh tabel Anova dengan melihat nilai probabilitas (sig.). Pengujian secara individual digunakan untuk mengetahui apakah secar individu variabel ek-sogen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen. Menurut Akdon (2008:121), uji secara individual dapat dilakukan jika hasil uji secara keseluruhan dinyatakan signifikan. Uji

Page 35: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 125

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

nilai nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Kebijakan hu-tang signifikan terhadap nilai perusahan den-gan nilai koefisien beta sebesar -0,971. Nilai koefisien beta bernilai negatif menunjukkan pengaruh yang negatif (berlawanan arah) ke-bijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) untuk kepemilikan manaje-rial sebesar 0,000. Karena nilai nilai proba-bilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Kepemilikan manaje-rial signifikan terhadap nilai perusahan den-gan nilai koefisien beta sebesar 0,447. Nilai koefisien beta bernilai positif menunjuk-kan pengaruh yang positif (searah) kepemi-likan manajerial terhadap nilai perusahaan. Kemudian dapat dilihat pula bahwa nilai probabilitas (sig) untuk kepemilikan in-stitusional sebesar 0,000. Karena nilai nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,044 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha dit-erima, artinya signifikan. Kepemilikan in-stitusional signifikan terhadap nilai perusa-han dengan nilai koefisien beta sebesar 0,438. Nilai koefisien beta bernilai positif menunjuk-kan pengaruh yang positif (searah) kepemi-likan institusional terhadap nilai perusahaan. Selain itu, dapat dilihat pula nilai probabilitas (sig) untuk ukuran perusahaan sebesar 0,000. Karena nilai nilai probabili-tas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,067 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, art-inya tidak signifikan. Ukuran perusahaan tidak signifikan terhadap nilai perusahan dengan nilai koefisien beta sebesar -0,400. Nilai koe-fisien beta bernilai negatif menunjukkan pen-garuh yang negatif (berlawanan arah) uku-ran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh Langsung (Direct Effect), Tidak Langsung (Indirect Effect), Total (Total Effect)Pengaruh Langsung (Direct Effect)ρY1X1= 0,873 artinya kepemilikan manaje-rial memiliki pengaruh langsung yang sangat kuat dan searah terhadap kebijakan hutang.ρY1X2= 0,506 artinya kepemilikan institusion-

Berdasarkan hasil uji secara simul-tan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) sebesar 0,000. Karena nilai nilai proba-bilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Oleh sebab itu, pen-gujian secara individual dapat dilakukan. Berdasarkan hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) untuk kepemilikan manajerial sebesar 0,000. Karena nilai nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripa-da α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Kepemilikan manajerial signifikan terhadap kebijakan hu-tang dengan nilai koefisien beta sebesar 0,873. Nilai koefisien beta bernilai positif menunjuk-kan pengaruh yang positif (searah) kepemi-likan manajerial terhadap kebijakan hutang. Selanjutnya dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) untuk kepemilikan institu-sional sebesar 0,000. Karena nilai nilai proba-bilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Kepemilikan institusional signifikan terhadap kebijakan hutang den-gan nilai koefisien beta sebesar 0,506. Nilai koefisien beta bernilai positif menunjuk-kan pengaruh yang positif (searah) kepemi-likan insitusional terhadap kebijakan hutang. Kemudian dapat dilihat pula bahwa nilai probabilitas (sig) untuk ukuran perusahaan sebe-sar 0,000. Karena nilai nilai probabilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Ukuran perusahaan signifikan terhadap kebija-kan hutang dengan nilai koefisien beta sebesar -0,602. Nilai koefisien beta bernilai negatif men-unjukkan pengaruh yang positif (berlawanan) ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang.Perhitungan Sub Struktural II Berdasarkan hasil uji secara simul-tan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) sebesar 0,003. Karena nilai nilai proba-bilitas (sig) lebih kecil daripada α atau 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Oleh sebab itu, pen-gujian secara individual dapat dilakukan. Berdasarkan hasil uji secara individual dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (sig) un-tuk kebijakan hutang sebesar 0,000. Karena

Page 36: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 126

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

kebijakan hutangρY2X1 + (ρY1X3 x ρY2Y1) = -0,400 + 0,584 = 0,184

Koefisien Korelasi dan DeterminasiDari hasil koefisien korelasi diketahui hubun-gan antara kepemilikan manajerial dengan kepemilikan institusional sebesar -0,474. Sedangkan hubungan kepemilikan mana-jerial dengan ukuran perusahaan sebesar 0,067. Dan hubungan kepemilikan manaje-rial dengan ukuran perusahaan sebesar 0,293.Kemudian hasil koefisien determinasi sub struk-tural I diketahui pengaruh gabungan (r2) kepe-milikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan pengaruh variabel-variabel diluar penelitian ini (e1) sebesar 1-0,713 = 0,287 atau 28,7%.Selanjutnya hasil koefisien determinasi sub struktural I diketahui pengaruh gabungan (r2) kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan ke-bijakan hutang terhadap nilai perusahaan sebesar 0,357 atau 35,7%. Sedangkan pen-garuh variabel-variabel diluar penelitian ini (e2) sebesar 1-0,357 = 0,643 atau 64,3%.Sehingga berdasarkan hasil analisis data di atas, maka persamaan struktural untuk mod-el mediasi analisis jalur ini sebagai berikut :

Sub struktural I :Y1 = 0,873 X1 + 0,506 X2 - 0,602 X3 + 0,287 e1

Sub struktural II :Y2 = -0,971 Y1 + 0,447 X1 + 0,438 X2 - 0,400 X3 + 0,643 e2

Kesimpulan dan SaranKesimpulan

1. Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.2. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.4. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

al memiliki pengaruh langsung yang cukup kuat dan searah terhadap kebijakan hutang.ρY1X3= -0,602 artinya ukuran perusahaan memiliki pengaruh langsung yang kuat dan berlawanan arah terhadap kebijakan hutang.ρY2Y1= -0,971 artinya kebijakan hutang.memi-liki pengaruh langsung yang sangat kuat dan berlawanan arah terhadap nilai perusahaan.ρY2X1= 0,447 artinya kepemilikan manaje-rial memiliki pengaruh langsung yang cukup kuat dan searah terhadap nilai perusahaan.ρY2X2= 0,438 artinya kepemilikan institusion-al memiliki pengaruh langsung yang cukup kuat dan searah terhadap nilai perusahaan.ρY2X3= -0,400 artinya ukuran perusahaan me-miliki pengaruh langsung yang cukup kuat dan berlawanan arah terhadap nilai perusahaan.

Pengaruh tidak langsung (Indirect Effect)ρY1X1 x ρY2Y1 = (0,873 x -0,971) = -0,848 artinya kepemilikan manajerial memi-liki pengaruh tidak langsung yang san-gat kuat dan berlawanan arah terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan hutang.ρY1X2 x ρY2Y1 = (0,506 x -0,971) = -0,491 artinya kepemilikan institusional memi-liki pengaruh tidak langsung yang cukup kuat dan berlawanan arah terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan hutang.ρY1X3 x ρY2Y1 = (-0,602 x -0,971) = 0,584 artin-ya ukuran perusahaan memiliki pengaruh tidak langsung yang cukup kuat dan searah terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan hutang.

Pengaruh total (Total Effect)Pengaruh variabel kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan hutangρY2X1+(ρY1X1 x ρY2Y1)=0,447+(-0,848) = -0,401

Pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan hutangρY2X2 + (ρY1X2 x ρY2Y1) =0,434 (-0,491) = -0,057

Pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan melalui

Page 37: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 127

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Restrukturisasi Perusahaan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Ahmad Elqorni. 2009. Mengenal Teori Keagenan. diakses 19 April 2014. http://elqorni.wordpress.com.Akdon. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Alfabeta, Bandung.Apriliana Nuzulul Rahmawati dan A. Mulyono Haryanto. 2009. Analisis Faktor Kebijakan Hutang Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2006 – 2010). Jurnal Universitas Diponegoro, Semarang.Azimah Hanifah. 2010. Modul Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta.Brigham, Eugene F. and Houston, Joel F. 2001. Manajemen Kauangan, Buku 1, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.Burhan Bungin. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi Ekonomi, Dan Kebijakan Public, Serta Ilmu-Ilmu Social Lainnya, Edisi 2, Kencana Pernada Media Group, Jakarta.Dermawan Sjahrial. 2006. Pengantar manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.Devita Aryasari. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Tesis Universitas Indonesia, Jakarta.Euis Soliha dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Semarang.Fitri Mega Mulianti. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode2004-2007). Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19, Cetakan Kelima, Penerbit Badan Penertbit Universitas Diponegoro, Semarang.

5. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.7. Ukuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.8. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.SaranStruktur kepemilikan manajerial berpengaruh dominan terhadap kebijakan hutang, untuk itu sebaiknya perusahaan sebaiknya lebih men-gontrol perilaku manajer agar tidak terjadi tindakan pemborosan yang dilakukan mana-jer dalam keputusan pendanaan, dengan cara melakukan pengawasan terhadap setiap kebi-jakan-kebijakan yang dilakukan oleh mana-jer dalam membuat keputusan pendanaan.Peningkatan kebijakan hutang secara umum berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Dengan demikian, perusahaan sektor pertam-bangan yang terdaftar di BEI perlu hati‐hati dalam pengambilan keputusan pendanaan serta tetap menjaga hutangnyapada kondisi yang optimal dengan mempertimbangkan besarnya manfaat dan risiko dari penggunaan hutang.Keterbatasan pada obyek penelitian hanya mengambil pada perusahaan sektor pertamban-gan dengan periode pengamatan selama 2008 hingga 2012, untuk itu sebaiknya perlu menam-bah obyek penelitian dengan periode pengama-tan yang lebih panjang sehingga dapat mencer-minkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hanya terbatas pada 3 variabel saja, untuk itu sebai-knya pada penelitian selanjutnya perlu menam-bah variabel lain berupa variabel fundamental yang dapat berpengaruh terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan sehingga nilai koefisien determinasinya dapat ditingkat-kan, sehingga permodelan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim. 2001. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penertbit Ekonisia, Yogyakarta.Agnes Sawir. 2004. Keputusan pendanaan dan

Page 38: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 128

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

Imanda Firmantyas Putri dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijkan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Hal : 1-25Indra Widjaja dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh Kepemilikan Institutional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang di BEI. Jurnal Manajemen, Tahun XII, No. 02, Juni 2008, Hal : 139-150.Jonathan Sarwono. 2012. Path Analysis dengan SPSS. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.Keown and Friends. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.Lany Indriana Wiyono. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2011. Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Vol.2, No.3, Surabaya.Mafizatun Nurhayati, 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang dan Dividen dalam Penciptaan Nilai Perusahaan. Etikonomi, Vol. 7, No. 2, Desember 2008, Hal : 150-167, Jakarta.Martono dan D. Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.Melanie Sugiarto. 2011. Pengaruh Struktur Kepemillkan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Hutang Sebagai Intervening. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Vol. 3 No. 1, Hal : 1-25, Surabaya.Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas, Liberty. Yogyakarta.Rona Mersi Narita. 2012. Pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, kepemilikan institusional, profitabilitas dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Accounting Analys Journal Universitas Negeri Semarang, Semarang.Suad Husnan. 2002. Suad Husnan. 2000.

Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). BPFE. Yogyakarta.Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta. Bandung.Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 9. No. 1. Maret, hal: 41-48.Umi Mardiyati, Gatot Nazir Ahmad, dan Ria Putri. 2012. Pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal riset manajemen sains Indonesia, vol.3, no.1, Jakarta.Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari 2002, Hal : 1-16.Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sinergi, Edisi Khusus On Finance, Hal : 1-15.Yulius Jogi Christiawan dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajeral : Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, Mei 2007, Hal : 1-8.ht tp : / /n ikmatulmaskuroh.b logspot .com/2013/10/ekonometrika-analisis-jalur-dan.html, diakses 6 mei 2014.http://www.idx.co.id

LAMPIRAN 1Hasil Analisis Substruktural II

[DataSet0]

Page 39: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

The performance is good can not be measured by the value of the indeks which high. Therefore need do valuation toward each company, so that to know performance from the company’s asset. This research aims to know magnitude individual returnand mar-ket return, to know risk magnitude,to determine the magnitude of the excess return, to determine the performance of the stock and to know the difference in performance between the method of Sharpe, Treynor and Jensen of individual stocks in the Automo-tive Industry.Calculation of stock performance in this research using a different test by using Kruskal-wallis, before that performed the transformation of data to standardize the performance measurement is by using the transformation Z-score (standardized).The test results with the Kruskal wallish three methods obtained χ2 = 0.138, with a probability of 0.933. It can be seen that the probability of testing of> 0.05. These results indicate that there is any significant difference between testing with Sharpe Index, Trey-nor Index and Jensen Index. Thus the null hypothesis (H0) in this researchis accepted.

ANALISIS KINERJA SAHAM INDIVIDUAL PADAINDUSTRI OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JANUARI 2011-JULI 2012

Eva HeriantiFakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta Arna SuryaniFakultas Ekonomi Universitas Batanghari Jambi

Kata Kunci :Sharpe Index, Treynor Index, Jensen Index, Z-Score, Kruskal Wallis Test

Diterima :15 Maret 2012Diterima oleh reviewer :21 April 2012Disetujui :15 Desember 2012

Kategori :Manajemen Keuangan

Kinerja yang baik tidak dapat diukur dengan nilai indeks yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap masing-masing perusahaan, sehingga untuk mengeta-hui kinerja dari aset perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya in-dividu return pasar return dan, untuk mengetahui besarnya risiko, untuk menentukan be-sarnya indeks return, untuk menentukan kinerja saham dan untuk mengetahui perbedaan kinerja antara metode Sharpe, Treynor dan Jensen individu saham di Industri Otomotif.Perhitungan kinerja saham dalam penelitian ini menggunakan uji yang berbeda dengan menggunakan Kruskal-wallis, sebelum itu dilakukan transformasi data untuk standarisa-si pengukuran kinerja dengan menggunakan transformasi Z-score (standar).Hasil pengujian dengan Kruskal wallish tiga metode diperoleh χ2 = 0,138, dengan proba-bilitas 0,933. Hal ini dapat dilihat bahwa probabilitas pengujian> 0,05. Hasil ini men-unjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan Sharpe Index, Treynor Index dan Jensen Index. Dengan demikian hipotesis nol (H0) dalam research ini diterima.

Page 40: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 130

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

datang. IndeksSharpe menekankan pada resiko total (deviasi standar), Treynor menganggap fluktuasi pasar sangat berperan dalam mempen-garuhi return (beta), sedangkan Jensen sendiri menekankan pada alpha. Jadi ketiga Indeks tersebut mempunyai karakteristik tersendiri.Menurut penelitian Suryawan (2003) dan Su-listyorini (2009)hasil pengujian perbedaan pengukuran kinerja portofolio menggunakan IndeksSharpe, IndeksTreynor, maupun Indek-sJensen dengan uji Kruskal Wallis tidak menun-jukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam mengukur kinerja dengan menggunakan In-deksSharpe, Treynor, maupun Jensen. Pada pe-nelitian ini melihat perbandingan kinerja saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,Treynor dan Jensen berdasarkan rangking kinerja por-tofolio yang dibentuk apakah dapat menunjuk-kan adanya perbedaan antara metode alat ukur kinerja sahamSharpe, Treynor dan Jensen, ataukah memperlihatkan hasil yang sama anta-ra ketiga alat ukur kinerja portofolio tersebut.

RUMUSAN MASALAHBerdasarkan uraian diatas, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar return saham individual pada Industri Otomotif dan return pasaryang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014?

2. Berapa besar risiko total (standar deviasi) dan risiko sistematis (beta) pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014?

3. Berapa besar return tak normal (excess return)?

4. Bagaimanakinerja dari saham individual dengan IndeksSharpe, IndeksTreynor dan IndeksJensen pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014?

PENDAHULUANKinerja yang baik tidak dapat diukur mela-lui nilai indeks yang tinggi.Oleh karena itu perlunya dilakukan penilaian terhadap mas-ing-masing perusahaan sehingga mengeta-hui kinerja dari saham perusahaan tersebut. Dengan fluktuasinya indeks harga juga be-rarti menunjukkan ketidakpastian tingkat re-turn yang akan diterima oleh investor. Hal-hal diatas merupakan salah satu aspek penilaian investor maupun calon investor untuk mena-namkan modalnya dipasar modal yang mana menentukan saham yang akan diinvestasikan-nya. Proses investasi menunjukkan bagaima-na pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas yaitu; sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan akan dilakukan (Husnan, 2005: 47-49). Menurut Tandelilin (2001: 203) dalam memilih saham-saham terbaik, investor bisa melakukan analisis secara individual ataupun dengan me-manfaatkan jasa konsultasi analis saham.Jika Investor mempunyai akses informasi yang baik dan kecakapan dalam analisis saham dan pili-han saham, investor dapat melakukan pemili-han saham secara individual.Untuk melakukan pengukuran dan evaluasi digunakan beberapa alat ukur indeks tunggal untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer keuangan.Alat ukur evaluasi kinerja ini tidak dapat menentu-kan bagaimana dan mengapa manajer keuan-gan dapat memiliki kinerja yang lebih baik maupun lebih buruk dari tolok ukur tersebut.Menurut Tandelilin (2010: 493) ada tiga alat untuk mengukur kinerja saham-saham ada-lah indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen. Analisis kinerja saham menggunakan IndeksSharpe, Treynor, dan Jensen perlu di-lakukan kajian disebabkan dalam pengelolaan portofolio baik manajer investasi baik investor individu akan melakukan beberapa tahapan. Tahapan terakhir yang sangat penting yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja portofolio yang telah disusun sebelumnya. IndeksSharpe, Treynor dan Jensen dapat digunakan dalam pe-milihan investasi dengan melihat kondisi pasar yang sedang berlangsung. Ketiga model itu mendasarkan analisisnya pada return masa lalu untuk memprediksi return dan resiko di masa

Page 41: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 131

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

dalam melakukan penilaian kinerja saham digu-nakan variabel-variabel yang relevan. Variabel tersebut tidak lain adalah tingkat keuntungan dan resiko. Beberapa ukuran kinerja yang sudah memasukkan faktor resiko adalah: Rasio Re-ward to Variability (RVAR), Reward to Volatili-ty (RVOL) dan Indeks Jensen(Tandelilin, 2010).Reward to Variability (RVAR)Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut dengan Reward to Variability Ratio (RVAR). Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) seba-gai patok duga, yaitu dengan cara membagai premi risiko portofolio dengan standar de-viasinya. Dengan demikian, Indeks Sharpe akan bisa dipakai untuk premi risiko un-tuk setiap unit risiko pada portofolio terse-but. Untuk menghitung Indeks Sharpe, kita menggunakan persamaan sebagai berikut :

Premi risiko portofolio, Rp – Rf, merupakan kompensasi untuk memikul risiko. Sedan-gkan deviasi standar return portofolio ada-lah pengukur risiko. Deviasi standar return merupakan pengukur total risiko untuk suatu sekuritas atau portofolio. Dengan demikian, Indeks Sharpe merupakan rasio kompensasi terhadap total risiko. Indeks Sharpe dapat di-gunakan untuk membuat peringkat dari be-berapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu por-tofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut.Reward to Volatility (RVOL)Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Tey-nor, dan indeks ini sering disebut juga den-gan Reward to Volatility Ratio. Perbedaan-nya dengan Indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line)

5. Apakah terdapat perbedaan antara IndeksSharpe, IndeksTreynor dan IndeksJensen pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014?

TUJUAN PENELITIANBerdasarkan rumusan masalah terse-but, maka yang menjadi tujuan dari pe-nelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Besarnyareturn dari saham individual pada Industri Otomotif dan return pasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014.

2. Besarnya risiko total (standar deviasi) dan risiko sistematis (beta) pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014.

3. Besarnyareturn tak normal (excess return).

4. Kinerja dari saham individual dengan IndeksSharpe, IndeksTreynor dan IndeksJensen pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014.

5. Perbedaan kinerja saham antara metode IndeksSharpe, IndeksTreynor dan IndeksJensen pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2013-Juli 2014.

TINJAUAN PUSTAKALandasan TeoriUntuk melihat kinerja suatu saham, tidak bisa hanya dengan melihat tingkat return yang di-hasilkan saham tersebut, tetapi juga memper-hatikan faktor-faktor lain seperti tingkat resiko saham tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Page 42: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 132

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

kan return lebih besar dari return harapannya (berada di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk ting-kat risiko sistematisnya. Demikian juga seba-liknya, indeks yang bernilai negatif menunjuk-kan bahwa portofolio mempunyai return yang relatif rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperoleh dari suatu inves-tasi di masa datang adalah pekerjaan sangat sulit. Return investasi hanya bisa diperkira-kan melalui pengestimasian. Return investasi di masa datang adalah return yang dihara-pkan dan sangat mungkin berlainan dengan return aktual yang diterima. Masalahnya adalah menentukan portofolio saham yang menghasilkan return yang tinggi dengan risiko yang rendah berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitung-kan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofo-lio dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil bagi seorang investor. Terdapat berbagai model yang digunakan untuk menguji kinerja portofolio adalah model Sharpe, Treynor, dan Jensen. Tetapi apakah hasil akhir antar kinerja portofo-lio menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen menunjukkan hasil yang sama ataukah berbeda. Berdasarkan beberapa konsep dasar dan telaah pustaka diatas maka berikut ini da-pat di gambarkan bagan kerangka pemikiran:

Gambar1.Kerangka Pemikiran

sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada Indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan ada-lah risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara mengukur indeks Treynor pada dasarnya sama dengan cara menghitung indeks Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan beta portofolio. Dengan demikian, rumus untuk menghitung RVOL sebagai berikut:

Seperti halnya Indeks Sharpe,Indeks Treynor juga merupakan suatu rasio kompen-sasi terhadap risiko. Tetapi dalam Indeks Treynor, risiko diukur tidak dengan total risiko melainkan hanya risiko sistematis.Indeks Jensen Indeks Jensen merupakan indeks yang men-unjukkan perbedaan antara tingkat return actual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio terse-but berada pada garis pasar modal. Per-samaan untuk Indeks Jensen ini adalah :

Indeks Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas (security market line). Indeks Jensen secara mudahnya da-pat diinterprestasikan sebagai pengukur berapa banyak portofolio “mengalahkan pasar”. Indeks ini bernilai positif berarti portofolio memberi-

Page 43: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 133

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Rata-rata Return Saham Individual pada Industri Otomotif

dan Return Pasar di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014

Nama EmitenTahun

2013 2014ASII (0.0076) 0.0196 AUTO 0.0016 0.0113 BRAM (0.0169) 0.0630 GDYR 0.0483 (0.0172)GJTL (0.0108) 0.0152 IMAS (0.0046) (0.0097)INDS (0.0236) (0.0140)LPIN (0.0225) (0.0003)MASA (0.0075) (0.0359)NIPS (0.0014) (0.0300)PRAS 0.0053 0.0214 SMSM 0.0334 0.0454 IHSG 0.0003 0.0254

Sumber : Data olahan

Berdasarkan Tabel 5.1 hasil perhitungan rata-rata return saham individual pada Industri Otomotif dan return pasar di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014, maka dapat diketahui bahwa analisis return saham yang dilakukan secara individu menunjukkan ada nilai return positif dan negatif, ini artinya bila hasil return positif investor memperoleh keuntungan atas investasinya, sedangkan jika hasil return negatif berarti investor mengalami kerugian atas investasinya.

Pada tahun 2013 dari 12 perusahaan Industri Otomotif hanya ada empat perusahaan yang memiliki nilai return positif serta melebihi return pasar sedangkan 8 perusahaan lainnya bernilai negatif. Namun return tertinggi yang bernilai positif dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) sebesar 0,0483 atau 4,83%. Sedangkan pada tahun 2014 ada 6 perusahaaan yang

HipotesisAdapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0= Tidak ada perbedaan kinerja saham Otomotif yang dievaluasi dengan menggunakan IndeksSharpe, IndeksTreynor,dan IndeksJensen.H1 = Ada perbedaan kinerja saham Otomotif yang dievaluasi dengan menggunakan Indeks Sharpe, IndeksTreynor,dan IndeksJensen.

METODOLOGI PENELITIANPopulasi dan SampelIndo Kordsa Tbk (BRAM), (4). Goodyear In-donesia Tbk (GDYR), (5).Gajah Tunggal Tbk (GJTL), (6).Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), (7). Indospring Tbk (INDS), (8). Multi Prima Sejahtera (LPIN), (9). Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), (10). Nipress Tbk (NIPS), (11). Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS), (12). Selamat Sempurna Tbk (SMSM)Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data adalah data sekunder yang berupa:1. Harga saham bersumber dariwww.

idx.co.iddan www.yahoofinance.com(Monthly Statistic)

2. Suku Bunga Bank Indonesia bersumber dariwww.bi.go.id (data bulanan)

3. Berbagai Literatur yang berkaitan dengan penelitian ini

Metode Pengolahan DataMetode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuan-titatif, yang digunakan untuk mengana-lisis ukuran kinerja dari saham-saham.

HASIL PENELITIANBesarnya Return Saham Individual Dan Return Pasar Berikut dapat dilihat rata-rata return saham indi-vidual Industri Otomotif dan return pasar di Bur-sa Efek Indonesia periode Januari 2013-Juli 2014:

Tabel 5.1

Page 44: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 134

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

tuk tahun 2014 tingkat resiko total saham tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) yaitu sebesar 0,1505 atau 15,05%, artinya dengan return yang diperoleh sebe-sar 0,0630 atau 6,30% investor akan memper-oleh risiko total sebesar 0,1505 atau 15,05%.Dari perhitungan-perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa saham pada Industri Oto-motif yang memiliki risiko tinggi belum ten-tu memiliki return saham yang besar pula. Demikian sebaliknya saham pada Industri Otomotif yang memiliki return rendah be-lum tentu memiliki risiko yang rendah pula.

Menghitung Besarnya Risiko Sistematis (Beta) Saham Individual

Tabel 5.3Perhitungan Risiko Sistematis (beta) Saham Individual Industri Otomotif

di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014

No Kode Emiten

Tahun2013 2014

1 ASII 0.7571 1.2683 2 AUTO 0.8656 0.9990 3 BRAM (0.1549) (3.2463)4 GDYR 0.8828 (1.2089)5 GJTL 2.2169 2.5252 6 IMAS 0.4702 (0.2425)7 INDS 1.6570 (2.1731)8 LPIN (0.0764) 0.4933 9 MASA (0.2885) (1.2269)

10 NIPS 3.9715 1.3703 11 PRAS 2.6406 0.6854 12 SMSM (0.7345) 0.1803

Sumber : Data olahan Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat dili-hat hasil tingkat risiko sistematis saham dari 12 perusahaan pada Industri Otomotif di Bur-sa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014 ada yang lebih besar dari satu dan ada yang lebih kecil dari satu. Jika beta lebih be-sar dari satu, berarti tingkat keuntungan saham Otomotif meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar, sedangkan jika beta lebih kecil dari satu, berarti tingkat keuntungan saham Otomo-tif meningkat lebih kecil dibandingkan dengan

bernilai positif serta melebihi return pasar juga, namun return yang tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) yaitu sebesar 0,0630 atau 6,30%. Terlihat return perusahaan Industri Otomotif belum menguntungkan selama periode Januari 2013- Juli 2014.Besarnya Risiko Total (standar deviasi) dan Risiko Sistematis (beta) Saham IndividualMenghitung Besarnya Risiko Total (standar deviasi) Saham Individual Pada tabel berikut dapat dilihat has-il perhitungan risiko total saham individ-ual Industri Otomotif di Bursa Efek In-donesia periode Januari 2013- Juli 2014:

Tabel 5.2Perhitungan Risiko Total Saham Individual Industri Otomotif di

Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014

No Kode Emiten

Tahun2013 2014

1 ASII 0.0605 0.0542 2 AUTO 0.0781 0.0653 3 BRAM 0.1189 0.1505 4 GDYR 0.1728 0.0442 5 GJTL 0.1601 0.1020 6 IMAS 0.0651 0.0521 7 INDS 0.1595 0.0955 8 LPIN 0.1650 0.0296 9 MASA 0.0947 0.0444

10 NIPS 0.3709 0.0667 11 PRAS 0.2931 0.0657 12 SMSM 0.1327 0.1096

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat dilihat hasil tingkat risiko total saham dari 12 perusa-haan pada Industri Otomotif di Bursa Efek In-donesia periode Januari 2013- Juli 2014. Ting-kat risiko total saham tertinggi pada tahun 2013 dimiliki oleh PT. Nipress Tbk (NIPS) yaitu sebesar 0,3709 atau 37,09%, artinya dengan risiko sebesar 0,3709 atau 37,09% justru return yang diperoleh sebesar -0,0014 atau -0,14%, berarti semakin jauh return aktual yang akan diperoleh investor berbeda dari return yang diharapkan investor tersebut. Sedangkan un-

Page 45: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 135

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

kinerja saham Industri Otomotif selama Janu-ari 2013- Juli 2014semuanya bernilai negatif, ini menunjukkan bahwa Indeks Sharpe atau Reward to Variability (RVAR) untuk kompen-sasi return saham pada Industri Otomotif terha-dap risikonya adalah tidak ada bahkan negatif. Artinya investor akan mengalami kerugian jika menginvestasikan dananya pada Industri Oto-motif selama periode Januari 2013- Juli 2014.

Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Saham menggunakan IndeksSharpe, Treynor, dan JensenKinerja portofolio akan diukur dengan meng-gunakan tiga Indeks yang berbeda yaitu In-deksSharpe, Treynor, maupun Jensen. Pen-gukuran kinerja portofolio untuk ketiga metode yang berbeda tersebut memerlukan data-data berupa return portofolio, standar deviasi, re-turn pasar dan risk free rate. Mengingat for-mulasi dan karakteristik pengukuran kinerja dari masing-masing adalah berbeda, maka nilai indeks kinerja yang diperoleh dari hasil perhi-tungan angka indeks juga berbeda. Angka in-deks dengan IndeksSharpe pada kisaran -1,5361 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar -0,2531. Untuk angka indeks dengan IndeksTreynor pada kisaran -0,0826 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0,4949. Sedangkan angka indeks dengan IndeksJensen pada kisaran -0,1324 hingga kisaran maksimal yaitu sebesar 0,0765. Masing-masing Indeks kinerja saham memiliki dasar angka relatif yang tidak dapat diband-ingkan secara langsung satu dengan yang lain-nya mengingat Indeks pengukurannya adalah berbeda-beda. Dalam studi ini akan dicoba menstandarisasi nilai angka indeks dari ketiga Indekspengukuran tersebut. Tujuan dari peneli-tian ini adalah untuk mengetahui apakah keti-ga Indeks pengukuran kinerja tersebut adalah berbeda atau tidak ada beda untuk 1 portofo-lio yang sama, maka terlebih dahulu mencari nilai standar dari masing-masing pengukuran kinerja. Nilai standar akan dihitung dengan menggunakan masing-masing angka relatif dengan Indeksstandardized (transformasi Z-score). Z-score adalah cara mengkonversikan nilai data ke dalam skor standardized yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasinya sama dengan satu.

tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Menghitung Excess Return

Tabel 5.4Rata-rata Excess Return Saham

Individual pada Industri Otomotifdi Bursa Efek Indonesiaperiode Januari

2013- Juli 2014

No Kode Emiten

Tahun2013 2014

1 ASII (0.0079) (0.0057)2 AUTO 0.0013 (0.0141)3 BRAM (0.0173) 0.0377 4 GDYR 0.0480 (0.0426)5 GJTL (0.0111) (0.0102)6 IMAS (0.0049) (0.0350)7 INDS (0.0240) (0.0394)8 LPIN (0.0228) (0.0257)9 MASA (0.0078) (0.0612)

10 NIPS (0.0017) (0.0553)11 PRAS 0.0050 (0.0039)12 SMSM 0.0331 0.0201

Sumber: Data Olahan Berdasarkan Tabel 5.4 di atas dapat dili-hat hasil rata-rata excess return saham dari 12 perusahaan pada Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013- Juli 2014. Rata-rata excess return ada yang bernilai negatif dan bernilai positif, artinya jika bernilai negatif berarti return yang di harapkan tidak sesuai dengan return aktual, dan jika bernilai positif berarti return yang diharapkan sesuai dengan return aktual bah-kan bisa jadi melebihi return yang diharap-kan yang sering disebut dengan excess return. Pada tahun 2013 rata-rata return yang melebihi return harapan ada empat perusa-haan, namun yang tertinggi dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) yaitu sebe-sar 0,0480 atau 4,80%. Sedangkan pada ta-hun 2014 rata-rata return yang melebihi return harapan hanya dimiliki oleh dua perusahan yaitu PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) sebesar 0,0377 atau 3,77% dan PT. Selamat Sempur-na Tbk (SMSM) sebesar 0,0201 atau 2,01%.

Menghitung Kinerja Saham Individual dengan IndeksSharpe, Treynor dan Jensen

Page 46: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 136

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

statistik non parametrik akan lebih tepat digu-nakan. Pengujian ini dilakukan dengan mem-bandingkan individu/sampel yang sama/kasus yang sama dengan kondisi yang berbeda. Setiap sampel diukur dengan semua kondisi, maka yang digunakan adalah uji Kruskal Wallis. Pada tabel berikut dapat dilihat hasil uji Kruskal Wallis:

Berdasarkan hasil pengujian dengan uji Kruskal Wallispada ketiga Indeksdidapatkan χ2 = 0,138, dengan probabilitas 0,933. Maka dapat diketa-hui bahwa probabilitas pengujian > 0,05 dan χ2 hitung < χ2 tabel (5,99). Hasil ini menunjuk-kan bahwa tidak adanya perbedaan yang sig-nifikan antara pengujian dengan IndeksSharpe, Treynor dan Jensen. Dengan demikian hipo-tesis nihil (H0) dalam penelitian ini diterima.

Kesimpulan Dan SaranKesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :Returnsaham bernilai positif tertinggi di-miliki adalah PT. Indo Korsa Tbk (BRAM) sebesar 0.0630 atau 6,30%, sedangkan saham individual Industri Otomotif yang memiliki re-turn saham bernilai negatif terendah adalah PT. Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) sebesar -0.0359 atau -3,59%. Sedangkan untuk rata-rata return pasar tertinggi terjadi pada tahun 2013.Saham dengan tingkat resiko (standar deviasi) tertinggi yang dimiliki oleh PT. Nipress Tbk (NIPS) sebesar 0.3709atau 37,09%. Semen-tara perusahaan yang memiliki risiko terke-cil adalah PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) sebesar 0.0296atau 2,96%. Sehingga dapat dikatakan bahwa saham-saham den-gan tingkat risiko yang tinggi belum tentu memiliki tingkat return yang besar pula. Se-dangkan risiko sistematis (beta) banyak yang lebih besar dari satu, yang berarti tingkat ke-

Berdasarkan hasil Z-score untuk setiap In-deks menunjukkan jangkauan dari masing-masing ukuran kinerja yang dihitung dengan Indeks yang berbeda. Pengukuran dengan In-deksSharpe memiliki skor kinerja minimal dengan Z-score-1.8570 dibentuk oleh emiten PT. Astra Internasional Tbk (ASII). Sedan-gkan skor kinerja maksimal dengan Z-score 1.5010 dibentuk oleh emiten PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) yang terjadipada tahun 2014. Maka portofolio dengan nilai Z-score terting-gi menjadi rangkingpertama yaitu PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) yang terjadi pada ta-hun2014, dan nilai Z-score terendah PT. As-tra Internasional Tbk (ASII) yang terjadipada tahun 2013 akan menjadi rangking terakhir.Pengukuran dengan IndeksTreynor memiliki skor kinerja minimal dengan Z-score-1.1494 dibentuk oleh emiten PT. Selamat Sempur-na Tbk (SMSM). Sedangkan skor kinerja maksimal dengan Z-score 2.7532 dibentuk oleh emiten PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) yang terjadipada tahun 2013. Maka saham dengan nilai Z-score tertinggi men-jadi rangkingpertama yaitu PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) yang terjadi pada ta-hun2013, dan nilai Z-score terendah PT. Sela-mat Sempurna Tbk (SMSM) yang terjadipada tahun 2014 akan menjadi rangking terakhir. Pengukuran dengan IndeksJensen me-miliki skor kinerja minimal dengan Z-score -1.4601 dibentuk oleh emiten PT. Indospring Tbk (INDS). Sedangkan skor kinerja mak-simal dengan Z-score 2.4311 dibentuk oleh emiten PT. Nipress Tbk (NIPS) yang terja-dipada tahun 2013. Maka portofolio dengan nilai Z-score tertinggi menjadi rangkingper-tama yaitu PT. Nipress Tbk (NIPS) yang ter-jadi pada tahun2013, dan nilai Z-score terendah PT. Indospring Tbk (INDS) yang terjadipada tahun 2014 akan menjadi rangking terakhir.Setelah masing-masing periode kinerja sudah memiliki rangking tertentu dari pengukuran kinerja saham dengan Indeks yang berbeda, maka langkah selanjutnya adalah menguji apa-kah kinerja saham pada tiap-tiap periode akan memiliki rangking yang sama jika diukur den-gan menggunakan tiga metode yang berbedKarena data yang digunakan selanjutnya ada-lah berupa rangking, maka pengujian dengan

Page 47: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 137

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

tidak memiliki perbedaan yang signifikan.Untuk peneliti selanjutnya lebih memperpan-jang periode pengamatan dalam penelitian selanjutnya sehingga diharapkan bisa mem-berikan data yang validdan up to dateterkait dengan masalah penelitian ini. Atau mencoba dengan indeks kinerja saham yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Edisi Keempat, Yogyakarta: UPP AMP YKPNSulistyorini, Agustin. 2009. Analisis Kinerja Portofolio Saham DenganMetode Sharpe, Treynor Dan Jensen(Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 Sampai 2007).Tesis Universitas DiponegoroSupranto, Johanes. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: ErlanggaSuryawan, Yusman. 2003. Evaluasi Kinerja Portofolio Saham Di Bursa Efek Jakarta Studi Empiris Saham-Saham Lq-45. Tesis Universitas DiponegoroTandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan investasi. Yogyakarta: KANISIUS . 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFEwww.bi.go.idwww.idx.ac.idwww.yahoofinance.com

untungan saham pada Industri Otomotif men-ingkat lebih besar dibandingkan dengan ting-kat keuntungan keseluruhan saham di pasar.Rata-rata excess return tertinggi dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) yaitu sebe-sar 0,0480 atau 4,80%. Sedangkan excess return terendah dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sa-rana Tbk (MASA) sebesar -0.0612 atau -6,12%.Dari hasil analisa terhadap kinerja saham-saham individual dengan menggunakan Indeks Sharpe atau Reward to Variability (RVAR) dapat dilihat bahwa kinerja saham individual Industri Oto-motif tidak baik. Ini terlihat dari hasil RVAR untuk12 perusahaan pada Industri Otomotif bernilai negatif. Dengan menggunakan Indeks Treynor atau Reward to Volatility(RVOL) dapat dilihat bahwa kinerja saham individual Indus-tri Otomotif cukup baik. Ini terlihat dari hasil RVOL untuk12 perusahaan pada Industri Oto-motif ada yang bernilai positif. Namun positif tertinggi dimiliki oleh PT. Multi Prima Se-jahtera Tbk (LPIN) yaitu sebesar 0,4949. Sedan-gkan dengan menggunakan Indeks Jensen kin-erja saham individual Industri Otomotif cukup baik juga. Ini terlihat dari hasil Jensen untuk 12 perusahaan pada Industri Otomotif ada yang bernilai positif. Namun tertinggi dimiliki oleh PT. Nipress Tbk (NIPS) yaitu sebesar 0,0765.Hasil pengujian perbedaan pengukuran kinerja saham menggunakan IndeksSharpe,Treynor, maupun Jensen dengan uji Kruskal Wallistidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifi-kan dalam mengukur kinerja dengan menggu-nakan IndeksSharpe, Treynor, maupun Jensen.

Saran Setelah dilakukan penelitian tentang ki-nerja saham pada Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2013-Juli 2014 dapat diketahui bahwa kinerja saham Industri Otomo-tif untuk periode Januari 2013-Juli 2014 cukup baik. Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, maka dapat dikemukakan sebagai berikut yaitu :Bagi para investor dan calon investor yang ingin membeli saham pada Industri Otomo-tif sebaiknya melihat hasil kinerja saham yang bernilai positif dari ketiga metode ki-nerja saham tersebut. Namun pada dasarn-ya ketiga metode kinerja saham tersebut

Page 48: Content jurnal v12 n2 desember 2012

I Q T I S H A DJurnal Sosial Ekonomi

I N F O A R T I K E L A B S T R A C T

A B S T R A K S I

This study raised the issue of Islamic finance which will increase the capacity of SMEs optimal. This is motivated by the development of SMEs is one of the driving force of economic growth in Indonesia, it is seen from the ability of SMEs to absorb labor in In-donesia is quite large.This research aims to improve the capacity of SMEs to identify Is-lamic microfinance institutions (BMT), which provides financing / lending, especially to SMEs in the region of South Tangerang, identify the problems faced by SMEs, identify types and criteria for financing granted to SMEs and provide recommendations capacity building strategy SMEs.the method of field surveys with interviews and submitted a list of open questions to the speakers of Microfinance Institutions Sharia (BMT) and SMEs to find some of the problems faced by SMEs in South Tangerang, among others: (1) Pri-vate business, (2) bookkeeping simple, (3) limited human resources, (4) low managerial capacity, etc. The proposed strategy to be implemented are (1) an increase in business scale, (2) ease of capital, (3) development aid prasarana.dinas / agencies in the district / city government and provincial government policy is needed that encourages the devel-opment of SMEs.

Penelitian ini mengangkat masalah pembiayaan syariah yang optimal akan meningkatkan kapasitas UMKM. Hal ini dilatarbelakangi oleh Perkembangan UMKM yang merupa-kan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia, hal tersebut dilihat dari kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia cukup besar. pe-nelitian ini bertujuan meningkatan kapasitas UMKM dengan mengidentifikasilembaga keuangan mikro syariah (BMT) yang memberikan pembiayaan/pinjaman khususnya un-tuk UMKM di wilayah Tangerang Selatan, mengidentifikasi permasalahan yang diha-dapi oleh UMKM, mengidentifikasi jenis dan kriteria pembiayaan yang diberikan kepada UMKM dan memberikan rekomendasi strategi peningkatan kapasitas UMKM.dengan metode survei lapangan dengan wawancara dan mengajukan daftar pertanyaan terbuka ke narasumber Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT) maupun pelaku UMKM dengan ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM di Tangerang Selatan antara lain: (1) Usaha perorangan, (2) pembukuan yang sederhana, (3) SDM yang terbatas, (4) kemampuan manajerial yang rendah, dll. Adapun strategi yang diusulkan untuk dilak-sanakan adalah (1) peningkatan skala usaha, (2) kemudahan dalam aspek permodalan, (3)arana.dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan UMKM.

OPTIMALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH GUNA PENINGKATAN KAPASITAS USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

NurainiRifzaldi Nasri Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

Corresponding Authors : [email protected]

Kata Kunci :Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, , jenis pembiayaan

Kategori :Ekonomi UMKM

Diterima :25 Maret 2011Diterima oleh reviewer :21 Mei 2011Disetujui :18 November 2012

Page 49: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 139

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

kemiskinan meningkat sebesar 20,87 ribu orang dari 247,14 ribu orang pada Maret 2014 menjadi 268,01 ribu orang pada September 2014. Pada wilayah perkotaan, kenaikan angka kemiski-nan justru tidak terjadi secara signifikan. Data BPS Provinsi Banten menyebutkan kemiskinan tersebut selama periode Maret hingga Septem-ber 2014, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami peningka-tan. Jumlah penduduk miskin di daerah perko-taan meningkat 5,49 ribu orang dari 375,69 ribu orang pada Maret 2014 menjadi 381,18 ribu orang pada September 2014. Persentase pen-duduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014 sebesar 4,73 persen bertambah menjadi 4,74 persen pada September 2014. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perd-esaan bertambah dari 6,67 persen pada Maret 2014 menjadi 7,18 persen pada September 2014.

Tabel 1

PendahuluanKetimpangan ekonomi dalam distribusi pen-dapatan antara kelompok masyarakat berpen-dapatan tinggi dengan yang berpendapatan rendah serta orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan potensi masalah terbesar di banyak negara berkem-bang, tidak terkecuali di Indonesia. Di sisi lain gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur tetap ada terhadap ketidak-mampuan pemerintah dalam menyediakan pe-luang kerja, walaupun dapat diredam karena tersedianya peluang kerja di sektor informal. Berdasarkan rilis data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menyebutkan pada bulan September 2014, jumlah penduduk miskin di Banten mencapai 649,19 ribu orang atau 5,51 persen. Jumlah itu meningkat 26,35 ribu orang atau 4,23 persen dibandingkan den-gan penduduk miskin pada Maret 2013 yang hanya sebanyak 622,84 ribu orang atau 5,35 persen. Pada wilayah pedesaan misalnya, angka

Jumlah dan Persentase Penduduk MiskinMenurut Daerah, Maret – September 2014

Provinsi BantenDaerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu

orang)Persentase Penduduk Miskin

PerkotaanMaret 2014 375,69 4,73September 2014 381,18 4,74

PedesaanMaret 2014 247,14 6,67September 2014 268,01 7,18

Perkotaan + PedesaanMaret 2014 622,84 5,35September 2014 649,19 5,51

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2014 dan September 2014

Page 50: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 140

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

atau 107 juta orang. UMKM di Indonesia me-miliki peran strategis, namun dengan segala peran strategisnya tersebut hanya 20% dari to-tal UMKM yang sudah terakses kredit bank.Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, terdapat seki-tar lima jenis UKM atau industri kerajinan yang meliputi kerajinan kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu, terdapat 7 unit pabrik dalam satu kawasan industri. Keberadaan UMKM ini berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekono-mi tahun 2013 di Kota Tangerang Selatan.

Gambar 1Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2007–2012

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)Sedangkan untuk kota Tangerang Selatan data penduduk miskin selama periode

2010 – 2013 sebagai berikut :Tabel 2

Jumlah dan Persentase Penduduk MiskinDi Tangerang Selatan 2017-2012

Tahun Jumlah Penduduk Miskin

Persentase Penduduk Miskin

Garis Kemiskinan

2010 21 900 1.67 275 6432011 20 144 1.50 317 8872012 18 800 1.33 344 6812013 25.400 1,75 378.303

Sumber : BPS Tangerang SelatanSalah satu upaya untuk meningkatkan kesejahter-aan rakyat adalah pengembangan UMKM yang memiliki potensi yang sangat besar dalam men-ingkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini di-tunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran UMKM yang besar ditunjukkan oleh kon-tribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2013 jumlah UMKM di Indo-nesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 59,08%, sedangkan terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16%

Page 51: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 141

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

ah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang mema-dai), organisasi sosial politik yang dapat diman-faatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.Untuk memahami lebih jauh persoalan kemiskinan ada baiknya memunculkan bebera-pa kosakata standar dalam kajian kemiskinan menurut Friedmann (1992) sebagai berikut :

a. Poverty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga minimum yang dapat diterima secara sosial;

b. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif) Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang jauh dibawah standar konsumsi minimum dan karenanya tergantung pada kebaikan (amal). Sedangkan relatif adalah kemiskinan yang eksis di atas garis kemiskinan absolut yang sering dianggap sebagai kesenjangan antara kelompok miskin dan kelompok non miskin berdasarkan income relatif;

c. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-orang non-miskin, bersih, bertanggungjawab, mau menerima pekerjaan apa saja demi memperoleh upah yang ditawarkan;

d. Target population (populasi sasaran adalah kelompok orang tertentu yang dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah.

Keberadaan UMKM dapat ditinjau dari berbagai perspektif, antara lain perspek-tif kebijakan, perspektif sosial maupun per-spektif ekonomi. Dari ketiga perspektif terse-but, perspektif ekonomi merupakan cara pandang pertama yang terbangun dalam lit-eratur kluster. Secara sederhana perspektif ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah cara pandang terhadap fenomena klus-ter UMKM yang dibangun dari teori ekonomi.Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubun-gan dengan UMKM, antara lain: Menurut

Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh UMKM terdiri dari 2 aspek yaitu aspek financial dan aspek non financial. Aspek finan-cial yaitu keterbatasan akses UMKM terhadap sumberdaya produktif, khususnya sumber daya pembiayaan. Hal ini terjadi karena kebanya-kan UMKM kesulitan memenuhi kriteria 5C atau character, condition of economy, capac-ity to repay, capital, dan collateral. Sedangkan akses non financial adalah iklim usaha yang mengakibatkan biaya tinggi bagi UMKM, ke-mampuan internal UMKM yang terbatas, ter-masuk dalam aspek teknologi, manajemen, dan kewirausahaan, keterbatasan pasar dan per-saingan yang makin ketat dan kurang fair, serta kelembagaan pendukung yang belum mapan.Untuk mengatasi permasalahan UMKM khu-susnya di bidang permodalan, sistem keuan-gan dan perbankan islam telah memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman yang dinamakan pembiayaan syariah yang dihara-pkan dapat memberikan kontribusi bagi ter-capainya tujuan sosial ekonomi islam. Den-gan pembiayaan ini diharapkan kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, ting-kat pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan distribusi pendapatan dapat tercapai.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengang-kat masalah manfaat pembiayaan syariah yang dapat meningkatkan kapasitas UMKM khusunya didaerah Tangerang Selatan.Menurut ketentuan Organisasi Buruh Interna-sional (ILO) sebagaimana dikutip oleh Schelzig (2005) bahwa ada lima kategori non-moneter tentang kemiskinan yaitu kekurangan makanan, air dan sanitasi, kesehatan, pendidikan dan tem-pat tinggal, Andre Bayo Ala (1981), mengata-kan kemiskinan sangat multidimensional, artin-ya kemiskinan mempunyai banyak aspek sebab kebutuhan setiap manusia sangat beragam. Se-dangkan Suparlan (1993) berpendapat kemiski-nan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang ber-sangkutan. Lain halnya dengan Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksa-maan kesempatan untuk memformulasikan ba-sis kekuatan sosial, yang meliputi : asset (tan-

Page 52: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 142

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria :a. Memiliki kekayaan bersih lebih

dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha MenengahYaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria :a. Memiliki kekayaan bersih lebih

dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.

Adapun penelitian yang mendasari adalah tu-lisa dari Febrinol, Tisna Surya Adi Prenanto

Bolton (1971), UMKM Secara kualitatif, dapat didefinisikan sebagai usaha mandiri, dikelola oleh pemiliknya atau bagian pemilik dan me-miliki porsi kecil dari pasar. Usaha kecil diper-lakukan sebagai perusahaan kecil dan menen-gah (UKM) dan diambil untuk menjadi sebuah organisasi yang mempekerjakan kurang dari 250 karyawan, seperti yang diadopsi oleh Uni Eropa (CEC, 1996), Departemen Perdagangan dan Industri, Inggris (DTI, 1999) dan Dinas Us-aha Kecil, UK (SBS, 2000). Definisi lain telah digunakan di Amerika Serikat (SBA, 2003) dan di Jepang (SMEA - METI, 2003). Misalnya, AS menganggap perusahaan kecil untuk memas-ukkan mereka yang kurang dari 500 karyawan.UKM sebenarnya bertanggung jawab atas se-bagian besar perusahaan di banyak negara dan ekonomi dunia (OECD 2002). Pada awal abad ini, ada hampir 19 juta di Uni Eropa, yang mewakili 99,8 persen dari semua perusahaan, sementara di Amerika Serikat, mereka menyumbang lebih dari 99 persen dari bisnis dan di Jepang, angka itu hampir sama (OECD, 2000). Selain menjadi unsur utama dari banyak negara, usaha kecil juga memainkan peran sentral dalam industri. Di Jepang, Kigyo chusho (perusahaan kecil dan menengah) misalnya, yang penting dalam pertumbuhan industri mesin negara (Whittak-er, 1997). Pada dasarnya, usaha kecil melaku-kan peran tertentu dan fungsi dalam ekonomi yang mendukung pertumbuhan suatu bangsa:Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni a. Memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).

2. Usaha KecilYaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang perusahaan yang

Page 53: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 143

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

adalah agar dapat lebih terarah dalam menje-laskan permasalahan yang ada. Adapun Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif naturalistik dan deskriptif, karena dengan metode ini dapat membedah, membahas dan mengenali masalah-masalah. Metode naturalistik/kualitatif meru-pakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari nara sumber penelitian serta mel-akukan perbandingan-perbandingan terha-dap hal-hal yang dikerjakan orang lain untuk masalah yang serupa, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan dan pengam-bilan keputusan dimasa yang akan datang.

Hasil dan PembahasanPertumbuhan pelaku UMKM ini bagaikan ja-mur di musim hujan. Dari segi jumlah, cukup menggembirakan dan memberi apresiasi bagi para pelaku UMKM, karena bisa mencipta-kan lapangan usaha dan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pertumbuhan UMKM juga memperkuat tonggak perekonomian, su-dah terbukti secara nyata negara Indonesia masih berdiri tegak dan positif pertumbuhan ekonominya meski sedang dilanda badai krisis moneter 1997/1998 dan resesi global 2007/2008. Pertumbuhan UMKM akan berakibat pada meningkatnya kebutuhan permodalan, baik dari bank konvensional maupun bank syariah. Keberadaan UMKM di pelosok daerah menjadi kendala bagi bank syariah untuk memberikan pelayanan, karena dalam realitasnya, opera-sional bank syariah belum dapat secara optimal menjangkau sektor usaha mikro di tingkat akar rumput (grass root). Hal demikian karena tern-yata bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan dalam menjalankan fungsinya yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat berupa memberikan pembiyaan masih mensyaratkan adanya jaminan yang tidak mudah bisa dipe-nuhi oleh nasabah, khususnya nasabah kecil. Disisi yang lain fakta menunjukkan bahwa ope-rasional bank syariah juga terbatas di kota-kota, sedangkan pelaku sektor ekonomi rill/UMKM juga sebagian berada di desa-desa. Dengan de-mikian layanan yang diberikan oleh bank syari-ah belum dapat menjangkau sektor ekonomi rill secara optimal. Kondisi tersebut menjadi latar

dan Riyadian Dwi Cahyo dalam penelitiannya yang di publikasikan di situs harian Kompas Pada tanggal 25 September 2012, dengan judul “Peran Perbankan Syariah dalam Usaha Kecil dan Menengah mengatakan bahwa “Ketika kita menelaah lebih jauh dari kondisi perkembangan perekonomian masyarakat kita, bahwasanya ekonomi rakyatlah yang akan menjadi benih awal yang akan mewujudkan perekonomian na-sional yang akan memberikan kontribusi bagi masyarakat kita sendiri dalam usaha pengem-bangan kearifan lokal. Ujud kongkrit dari berkembangnya ekonomi rakyat yang diwujud-kan dalam bentuk Usaha Kecil Menengah ini kalau kita mencoba menelaah lebih jauh, tern-yata yang berperan dibalik itu semua selama ini salah satunya adalah peranan bank syariah yang selalu memberikan kontribusi dalam usaha pengembangan perekonomian rakyat itu sendiri. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka tu-juan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah peningkatan kapasitas UMKM dengan mengi-dentifikasi lembaga keuangan mikro syariah (BMT) yang memberikan pembiayaan/pinjaman khususnya untuk UMKM di wilayah Tangerang Selatan, Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, Mengidentifikasi jenis dan kriteria pembiayaan yang diberikan ke-pada UMKM dan memberikan rekomen-dasi strategi peningkatan kapasitas UMKM.Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi-kan kegunaan sebagai berikut : (1) sumbangan informasi bagi UMKM untuk menjadi masu-kan dalam rangka peningkatan dan pengem-bangan usahanya, (2) bagi masyarakat adalah menjadi tambahan pengetahuan empiris ten-tang Usaha Mikro Kecil Menengah sehingga mendorong mereka untuk memilih Lembaga Keuangan Mikro sebagai tempat menyim-pan dananya dan mencari pembiayaan yang lebih baik dari sisi agama maupun ekonomi dan usaha, (3) bagi peneliti lain akan men-jadi acuan bagi penelitian selanjutnya dengan populasi, sampel dan indikator yang berbeda.

MetodologiSifat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat survey dan tu-juan peneliti menggunakan metode survei

Page 54: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 144

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

kepada masyarakat (Al Munawarrah, 2013).Kondisi diatas secara umum juga terjadi pada hampir seluruh BMT yang ada di Tangerang Selatan. Kepedulian atas UMKM memang sesuai dengan karakteristik BMT sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah, yang melaksanakan dua macam kegiatan, yaitu kegiatan bisinis sebagai kegiatan utama dan kegiatan sosial sebagai kegiatan penunjang. Kunci keberhasilan BMT dalam penyaluran pembiayaannya, karena tidak meminta ja-minan dan syarat yang menyulitkan UMKM seperti yang dipersyaratkan Bank Syariah.Kiat-kiat lembaga keuangan mikro syariah (BMT) dalam memberikan pembiayaan/pin-jaman khususnya untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut :

1) Dukungan dari Dinas KUKM dan Dinas Industri & Perdagangan Tangerang Selatan juga cukup baik melalui pelatihan-pelatihan, pameran & bazaar, bantuan peralatan, program pendaftaran merek, sertifikasi Halal, uji dinas kesehatan (Nomer PIRT) bagi pelaku UMKM secara gratis. Semua kegiatan tersebut membantu UMKM dan BMT terkait dengan pemberkasan legal formal;

2) BMT mampu dan bersedia membiayai usaha yang baru dan sedang tumbuh di lingkungannya, hal yang tidak pernah dilakukan oleh pihak perbankan baik konvensional maupun syariah;

3) BMT mampu melakukan pembiayaan terhadap usaha yang belum mapan karena pengelola BMT cukup terlatih untuk melakukan penilaian kelayakan usaha dengan metode yang berbeda;

4) BMT sering melakukan pendekatan dan bantuan kepada UMKM untuk mendorong kemajuan usaha mereka, hal ini merupakan wujud tanggungjawab BMT untuk berperan dalam mensejahterakan masyarakat;

5) BMT bersedia melayani transaksi

belakang munculnya lembaga-lembaga keuan-gan mikro yang sudah menjangkau hingga kepedesaan atau yang dikenal dengan sebutan BMT. BMT dalam operasional usahanya pada dasarnya hampir mirip dengan perbankan yaitu melakukan kegiatan penghimpuan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan men-yalurkan dana kepada masyarakat yang membu-tuhkan dalam bentuk pembiayaan, serta mem-berikan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Mengidentifikasi kiat – kiat lembaga keuangan mikro syariah (BMT) yang memberikan pembiayaan/pinjaman khususnya untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah Tangerang Selatan.Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT) merupakan salah satu lembaga keuangan yang menjadi alternatif bagi pengusaha kecil yang belum tersentuh oleh dunia perbankan (un-bankable). Pengusaha kecil adalah bagian un-sur yang mewarnai perekonomian nasional.BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang memberikan pengaruh dan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan UMKM, apalagi ditambah den-gan keunggulan BMT yang bukan hanya terle-tak pada diberlakukannya sistem syariah saja, melainkan pada kemudahan prosedur, kerin-ganan persyaratan, cepat pelayanan dan sistem jemput bola sehingga para nasabah yang may-oritas pengusaha kecil sangat tertarik menjadi nasabah BMT. Selain itu BMT di dukung oleh Bank Umum Syariah di dalam masalah pendan-aan untuk penguatan modal dan program link-age melalui program pemberdayaan keuangan ekonomi rakyat, namun BMT sendiri masih mempunyai beberapa permasalahan dan tan-tangan yang perlu diatasi, diantaranya adalah masih ada BMT yang mempunyai modal yang minim, BMT tersebut hanya mengandalkan bantuan dana dari Bank Umum Syariah atau dana-dana yang digulirkan oleh pemerintah. Di Tangerang Selatan ada sekitar 30 BMT yang membantu permodalan UMKM dalam bentuk pembiayaan (financing). Sebagai con-toh BMT Al Munawarrah yang memberikan pembiayaan hingga Rp 20.000.000.000 kepada UMKM pada tahun 2013, jumlah ini hampir 90% dari seluruh pembiayaan yang disalurkan

Page 55: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 145

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

6) Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan biaya untuk mencapai efesiensi yang tinggi;

7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah, karena keterbatasan sistem administrasi;

8) Sebagian besar Pelaku UMKM belum bisa memisahkan antara keuangan pribadi dengan modal usaha;

9) Sebagian besar belum mampu membuat perencanaan usaha yang akan dilakukannya sehingga sulit untuk berkembang.

Sedangkan permasalahan eksternalnya adalah :

1) Kesulitan dalam pemasaran karena sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor maupun di pasar ekspor;

2) Keterbatasan dalam finansial UMKM, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu : mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi;

3) Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di

pembiayaan dibawah Rp 1.000.000, yang tidak pernah bisa dilayani oleh pihak perbankan maupun BPR.

Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Sebagaimana diketahui, bahwa dalam mengembangkan usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hasil penelitan menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki permasalahan yang beragam. Dari beragam permasalahan yang dihadapi UMKM, dapat dibagi menjadi masalah internal dan masalah eksternalMasalah Internal 1) Kebanyakan bentuk usaha biasanya

masih perorangan dan belum berbadan hukum, aspek legalitas usaha lemah, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang kurang jelas;

2) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung mengikuti kaidah administrasi standar, sehingga datanya tidak up to date. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya menilai kinerja usaha mikro;

3) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar;

4) Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat ketat;

5) Pengalaman manajerial perusahaan terbatas;

Page 56: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 146

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

pembiayaan untuk UMKM yang mempunyai usaha yang layak, tetapi mengalami kesulitan dana dan pengelolaan usaha, dapat mengajukan permohonan pembiayaan musyarakah. UMKM dan BMT akan bersama-sama membiayai dan mengelola usaha UMKM dengan sistem bagi hasil sesuai penyertaan modal masing-masing pihak;

3) Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan bagi UMKM yang membutuhkan suatu barang atau alat kerja, tetapi mengalami kesulitan dalam pengadaan dana tunai. UMKM dapat mengajukan permohonan pembiayaan Murabahah. BMT akan memberikan dana pinjaman yang akan dikembalikan sekaligus pada saat jatuh tempo dengan mark up (pertambahan nilai).

Keunggulan dan peluang dalam peningkatan kapasitas UMKM

Pengembangan UMKM memiliki beberapa keunggulan komparatif terhadap usaha besar diantaranya adalah sebagai berikut :1) Dari sisi permodalan, pengembangan

UMKM memerlukan modal usaha yang relatif kecil dibanding usaha besar;

2) Teknologi yang digunakan tidak perlu teknologi tinggi, sehingga pendiriannya relatif mudah dibanding usaha besar;

3) Motivasi usaha kecil akan lebih besar, mengingat hidup matinya tergantung kepada usaha satu – satunya;

4) Memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyesuaikan dengan pola permintaan pasar, bahkan sanggup melayani selera perorangan. Berbeda dengan usaha besar yang umumnya menghasilkan produk

Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga bahan baku yang tinggi;

4) Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi;

5) Kebijakan pemangku kepentingan yang kontraproduktif terhadap pengembangan UMKM, antara lain peraturan perbankan yang menyulitkan pinjaman permodalan, keamanan dan kenyamanan berusaha, infrastruktur daerah, proses perijinan dan sertifikasi yang rumit, dan yang terbaru adalah kewajiban setor pajak 1% bagi UMKM.

Mengidentifikasi jenis dan kriteria pembiayaan yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).Dari beberapa BMT yang menjadi ob-jek penelitian ini, umumnya mempunyai jenis pembiayaan yang sama antara lain :

1) Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan bagi UMKM yang mempunyai usaha yang layak, tetapi mengalami kesulitan dana, dapat mengajukan permohonan pembiayaan Mudharabah. BMT akan memberikan pinjaman modal usaha yang saling menguntungkan kedua belah pihak;

2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah adalah

Page 57: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 147

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

menjalankan perusahaan tidak terdapat job description yang jelas dan perputaran tenaga kerja yang tinggi;

5) Lemah dalam administrasi keuangan. Kondisi ini seringkali menjadi penyebab sulitnya perusahaan mengajukan kredit ke pihak ketiga, sebab para investor baru mau menanamkan uangnya kalau terjamin keamanannya;

6) Kesulitan memperoleh ijin usaha. Birokrasi yang harus ditempuh UMKM dalam mengurus perijinan seringkali cukup panjang sehingga menyebabkan lamanya waktu yang diperlukan untuk sampai memperoleh perijinan;

7) Belum adanya/kurangnya perlindungan terhadap UMKM. Karena tidak adanya perlindungan hukum, seringkali ruang gerak usaha kecil terpojok oleh usaha besar. Banyak perusahaan kecil gulung tikar karena terjunnya usaha besar ke bidang usaha yang digeluti usaha kecil. Atau karena tidak memiliki hak cipta maka produknya dihasilkan pihak lain sehingga usahanya tersingkirkan.

Sasaran Pembinaan dan Peningkatan kapasitas UMKMPemberdayaan merupakan proses untuk mem-buat sesuatu yang tadinya tidak berdaya men-jadi berdaya. Pembinaan adalah suatu per-lakukan agar UMKM memiliki kemampuan. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilaku-kan melalui pembinaan. Adapun sasaran pem-binaan yang dilakukan terhadap pengusaha kecil adalah mengurangi atau kalau mungkin menghilangkan kelemahan-kelemahan dan hambatan-hambatan yang dimiliki/dihadapi perusahaan serta meningkatkan dan meman-faatkan keunggulan dan peluangnya, seperti :

1) Berkembangnya skala usaha, peluang usaha dan pangsa pasarDengan adanya intervensi dari pihak eksternal, diharapkan skala usaha

masa (produk standart), perusahaan kecil produknya bervariasi sehingga akan dapat menyesuaikan terhadap keinginan konsumen. Disamping itu juga mempunyai kemampuan untuk melayani permintaan yang sangat spesifik yang bila diproduksi oleh perusahaan skala besar tidak efisien (tidak menguntungkan);

5) Merupakan tipe usaha yang cocok untuk proyek perintisan. Sebagian usaha besar yang ada saat ini merupakan usaha skala kecil yang telah berkembang, dan untuk membuka usaha skala besar juga kadangkala diawali dengan usaha sekala kecil. Hal ini ditunjukkan untuk menghindari resiko kerugian yang terlalu besar.

Kelemahan dan hambatan dalam peningkatan kapasitas UMKMSebagai pelaku ekonomi, UMKM masih menghadapi kendala struktural secara in-ternal, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Struktur permodalan yang relatif lemah serta dalam mengakses ke sumber-sumber permodalan yang sering terbentur dengan kendala agunan;

2) Keterampilan teknis rendah dan teknologi produksi rendah, rendahnya keterampilan teknis berakibat pada sulitnya standarisasi produk. Begitu pula penggunaan teknologi produksi yang sederhana mengakibatkan mutu produk yang dihasilkan bervariasi sehingga kemungkinan akan di klaim oleh konsumen;

3) Dalam perekrutan pekerja lebih ditekankan kepada aspek kekeluargaan, yaitu lebih mementingkan kedekatan hubungan dibandingkan dengan keahlian yang dimiliki;

4) Dalam manajemen tidak ada spesialisasi, seringkali pemilik menangani sendiri, artinya dalam

Page 58: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 148

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

keterkaitan dan kemitraan yang saling membutuhkan, saling menghidupi dan saling menguntungkan;

6) Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan;

7) Peningkatan daya-saing usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

8) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu;

9) Pemerintah harus bisa menciptakan insentif yang optimal sedemikian rupa sehingga pelaku bisnis dalam UMKM mampu memanfaatkan faktor-faktor yang menguntungkan bagi dirinya untuk bersaing dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Kebijakan pemerintah tidak hanya dengan mengandalkan pendekatan ekonomi makro tetapi juga mikro yang mampu memperbaiki jejaring bisnis serta menunjang setiap titik siklus bisnis, inovasi produk, dan dukungan lembaga publik di tingkat pusat dan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pemberdayaan koperasi dan UMKM.

Rekomendasi Strategi Peningkatan kapasitas UMKM UMKM sangat penting bagi perkembangan pere-konomian negara karena merupakan salah satu upaya dalam percepatan pertumbuhan ekonomi. Berikut beberapa pilihan strategi yang dilaku-kan dalam peningkatan kapasitas UMKM, yaitu:

1) Peningkatan Skala Usaha Pemberdayaan ekonomi pada pengusaha kecil harus dilakukan dengan pendekatan kelompok bukan pendekatan individual, karena akumulasi barang modal akan sulit dicapai di kalangan pengusaha kecil oleh karena itu harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan

mereka dapat ditingkatkan dari kecil menjadi menengah dan dari menengah menjadi besar. Begitu juga dengan adanya bantuan untuk akses ke pihak luar, maka peluang usaha dan pangsa pasar dapat dikembangkan. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM;

2) Akses terhadap sumber permodalanMembantu akses ke penyandang dana/investor atau pemberi kredit akan memecahkan masalah kebutuhan permodalan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan adanya fasilitator yang bisa menghubungkan antara kedua pihak tersebut;

3) Peningkatan kemampuan kewirausahaanKemampuan kewirausahaan merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha, dimana seorang pengusaha harus mampu mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang secara jelas, mengambil risiko yang moderat, memotivasi karyawan, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

4) Peningkatan kemampuan manajerial dan kemampuan teknisSeorang pengusaha adalah seorang manajer, oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan semua bawahannya serta memanage seluruh potensi yang dimiliki. Keterampilan teknis karyawan pada UMKM umumnya rendah, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan yang seringkali tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

5) Peningkatan dan pemantapan

Page 59: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 149

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

UMKM adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasa-rana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah.

Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha Upaya mengembangkan jaringan usaha ini da-pat dilakukan dengan berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub kontrak maupun pengembangan kluster. Pola jaringan usaha melalui sub kontrak da-pat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UMKM di Indonesia. Meskipun banyak indus-tri kecil yang justru tidak memiliki jaringan sub kontrak dan keterkaitan dengan perusa-haan-perusahaan besar sehingga eksistensinya pun menjadi sangat rentan. Sedangkan pola pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster, diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam klaster bisnis sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai keunggulan kom-petitif dan dapat bersaing di pasar global. Se-lain jaringan usaha, jaringan pemasaran juga menjadi salah satu kendala yang selama ini juga menjadi faktor penghambat bagi Usaha Mikro Kecil Menengah untuk berkembang. Upaya pengembangan jaringan pemasaran da-pat dilakukan dengan berbagai macam strategi misalnya kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri, pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UMKM serta pengembangan situs-situs UKM di selu-ruh kantor perwakilan pemerintah di luar neg-eri. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menen-gah. Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara yang besar dengan yang me-nengah dan kecil. Oleh sebab itu, melalui kemi-traan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distri-busi, masing-masing pihak akan diberdayakan.

masalah distribusi, pengusaha kecil mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi secara individual. Melalui kelompok akan terbangun kekuatan untuk ikut menentukan distribusi. Pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang, dan pasar input produksi.

Kemudahan dalam Akses Permodalan Salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM adalah aspek permodalan. Lambannya akumu-lasi barang modal di kalangan pengusaha mik-ro, kecil, dan menengah, merupakan salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya us-aha-usaha baru, oleh sebab itu dalam pember-dayaan UMKM pemecahan dalam aspek mod-al ini penting dan memang harus dilakukan. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberian hibah modal ke-pada masyarakat, selain kurang mendidik masyarakat untuk bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan dapat mendistorsi pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang cukup el-egan dalam memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, adalah dengan menja-min kredit mereka di lembaga kuangan yang ada. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan un-tuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman. Bantuan Pembangunan Prasarana Usaha mendorong peningkatan kapasitas

Page 60: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 150

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

gan perguruan Tinggi atau pusat-pusat peneli-tian untuk pengembangan teknologi UMKM. Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif Peningkatan Kapasitas UMKM akan sangat ditentukan dengan ada atau tidaknya iklim bisnis yang menunjang perkembangan usaha kecil menengah. Selama ini terjadi iklim bis-nis kurang kondusif dalam menunjang perkem-bangan usaha seperti terlihat dengan masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepas-tian hukum dan berbagai peraturan daerah yang tidak pro bisnis merupakan bukti adanya iklim yang kurang kondusif. Oleh karena per-baikan iklim bisnis yang lebih kondusif dengan melakukan reformasi dan deregulasi perijinan bagi UMKM merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mengembangkan UMKM. Dalam hal ini perlu ada upaya untuk mem-fasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara ekonomi, sehat dalam per-saingan dan non diskriminatif bagi keber-langsungan dan peningkatan kinerja UMKM.

SimpulanSimpulan atas hasil yang dicapai adalah semua strategi yang direkomendasikan tidak akan da-pat dilaksanakan jika tidak didukung seluruh stake-holders. Dukungan dimaksud diharap-kan datang dari asosiasi pengusaha, perguru-an tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi. Di samping itu diperlukan kebijakan pemerin-tah yang mendorong pengembangan UMKM.

DAFTAR PUSTAKA

Andre Bayo Ala.(1981), “Kemiskinan danStrategiMemerangiKemiskinan”, Liberty, Yogyakarta. Andang Setyobudi.(2007), “Peran Serta Bank Indonesia DalamPengembangan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)”, BuletinHukumPerbankandanKebanksentralan, Agustus Volume 5, No. 2.Adenan Djamasri, dkk. (2001),“Ekonomi Pembangunan I”,PusatPenerbitan UT, Jakarta.AdiwarmanKarim.(2004), “Bank Islam

Pengembangan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor pent-ing bagi setiap usaha termasuk juga di sektor usaha kecil. Keberhasilan industri skala kecil untuk menembus pasar global atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik diten-tukan oleh kemampuan pelaku-pelaku dalam industri kecil tersebut untuk mengembangkan produk-produk usahanya sehingga tetap dapat eksis. Kelemahan utama pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia adalah karena kurangnya ketrampilan sumber daya manusia. Manajemen yang ada relatif masih tradisional. Oleh karena itu dalam pengembangan usa-ha kecil menengah, pemerintah perlu men-ingkatkan pelatihan bagi Usaha Kecil Me-nengah baik dalam aspek kewirausahaan, administrasi dan pengetahuan serta ket-rampilan dalam pengembangan usaha. Pen-ingkatan kualitas SDM dilakukan melalui berbagai cara seperti pendidikan dan pelati-han, seminar dan lokakarya, on the job training, pemagangan dan kerja sama usaha. Selain itu, salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia di sektor UMKM adalah Pendampingan. Pendampingan UMKM memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping ini adalah memfasili-tasi proses belajar atau refleksi dan men-jadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil, mau-pun usaha menengah dengan usaha besar. Peningkatan Akses Teknologi Penguasaan teknologi merupakan salah satu faktor penting bagi pengembangan UMKM. Di negara-negara maju keberhasilan usaha kecil menengah ditentukan oleh kemampuan akan penguasaan teknologi. Strategi yang perlu di-lakukan dalam peningkatan akses teknologi bagi pengembangan usaha kecil menengah ada-lah memotivasi berbagai lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk pen-ingkatan teknologi sesuai kebutuhan UMKM, pengembangan pusat inovasi desain sesuai den-gan kebutuhan pasar, pengembangan pusat pe-nyuluhan dan difusi teknologi yang lebih terse-bar ke lokasi-lokasi UMKM dan peningkatan kerjasama antara asosiasi-asosiasi UMKM den-

Page 61: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 151

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

adb.org/documents/books/Poverty-in-the-Philippines/Poverty-in-the- Philippines.pdf.Soerjani, Moh. dkk.

:AnalisisFiqihdanKeuangan, RajaGrafindo, Jakarta.D a h l a n S i a m a t . ( 1 9 9 5 ) , “ M a n a j e m e n L e m b a g a K e u a n g a n ” , FakultasEkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.Davis Horward and Associates. (1996), “Enabling or Disabling Local Government: Choices for the future Buckingham Philadelphia: Open University Press.GenjotSektor UKM dengan Kredit Usaha Rakyat, (2007), Jurnal UKM, edisi November.HertantoWidodo, Ak, et al.(1999), “PanduanPraktisOperasionalBaitul Mal WatTamwil (BMT)”,Mizan, Bandung.Ismail. (2011),“PerbankanSyariah”, Prenada Group, Jakarta.KuncoroMudrajat.(2000), “Ekonomi Pembangunan, TeoriMasalahdanKebijakan”, UPP AMP YKPN, YogyakartaKasmir. (2005), “Bank d a n L e m b a g a K e u a n g a n L a i n n y a ” , RajaGrafindoPersada, Jakarta.M. Syafi’i Antonio.(2001),“Bank Syariah Dari TeorikePraktik”, GemaInsani, Jakarta.Mervyn K Lewis, Ltifa M Al-Gaod.(2007), “PerbankanSyariahPrinsip, PraktikdanProspek”, PT. SerambiIlmuSemesta, Jakarta.Muhammad.(2002), “ManajemenPembiayaan Bank Syariah”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta._ _ _ _ _ _ _ _ (2006),“TeknikPerhitunganBagiHasildan Profit Margin pada Bank Syariah”, UII Press, Yogyakarta.Meier, Gerald M. (1995). “Leading Issues in Economic Development”, University Press, Oxford.Muhammad Ridwan. (2005), “ManajemenBaitulMaalWaTamwil (BMT)”, UII Press, Yogyakarta.__________ (2006), “SistemdanProsedurPendirian BMT”, Citra Media, Yogyakarta.SuparlanParsuadi.(1993), “Kemiskinan Di Perkotaan”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.Schelzig, K. (2005),“Poverty in the Philippines: Income, assets, and access”,Manila: Asian Development Bank.Retrieved from http://www.

Page 62: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 141

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

AAgency Problem 185Agency Theory 185Analisa Laporan Keuangan 156Analisa Laporan keuangan Horizontal 158Analisis Fundamental 195Analisis Korelasi 149Analisis Regresi 149Aspek Penilaian Prestasi Kerja 210Auditing 185Average Receivable turn over 156

BBidang Kemitraan 169Brand Awareness 143, 146Brand Extensions 147Brand Recall 143Brand Recognition 143Brand to consider 146

CCash ratio 156Cash Turn Over 156Collaboration 143, 145Commitment Share 144Communication 143,14 4, 204,205Connection 142, 144Context 142, 144Current ratio 155

DDebt Ratio 155Dialog dan Komunikasi 144Dimensi Iklim organisasi 207

EElectronic Public Relation 143EPS 155Etika Auditor 183

FFaktor-faktor brand awareness 145Familiarity 145Follower 144

GGerakan Kemitraan Usaha Nasional 167Gross Profit Margin 155

HHambatan UMKM 167Heterokedastisitas 160

IIklim Organisasi 206Independensi 183Inventory turn Over 155Investasi 197

JJaringan Komunikasi 205Jejaring Relasi 144

KKarakteristik Media Sosial 144Kebijakan UMKM 170Kemitraan 167, 168Kemitraan Inti Plasma 172Kinerja Auditor 184Kinerja Keuangan 155Kode Etik Akuntan Indonesia 183Koefisien Determinasi 148, 158Komitmen Organisasi 183

LLaporan Keuangan 193

MManfaat Komunikasi dalam kinerja 204

INDEKSSUBJEK,

Page 63: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 142

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

INDEKSSUBJEK,

Manfaat Twitter 144Market Share 143Media Sosial 142, 144Micro Blog 144Mind Share 143Motivasi berprestasi 209Multi Form 144Multi Opini 144

NNet Profit Margin 115Net Working Capital 115Normalitas 160

OOnline Public Relation 143

PPasar Modal 197Pegawai Berpengetahuan 204Pemanfaatan Media Sosial 144Penciptaan Nilai Brand Awareness 145Pendekatan Hukum Positif 171Pendekatan Yuridis Normatif 171Penelitian Asosiatif 156, 185penelitian Deskriptif 156Pengaruh Iklim Organisasi 203Pengawasan kemitraan 177Penghambat Komunikasi 205-206Penilaian prestasi Kerja 210Peranan UMKM 166Piramida Brand Awareness 145Pola Kemitraan 171Prestasi Kerja 208Public Relations 142, 143Publisitas 146Purposive Sampling 156

QQuick ratio 155

RRasio Aktivitas 15,54Rasio leverage 15Rasio Likuiditas 155, 194Rasio Pasar 195Rasio Profitabilitas 155, 194Rasio Solvabilitas 194Regresi Linear Berganda 158Regulasi 167Return Saham 193, 197Retweet 144ROA 155ROE 155Ruang Lingkup Audit 184-185

SSize Perusahaan 196Skala Likert 210Slovin 186Subkontrak 173Substance 145Suku bunga 196-197Survei lapangan 185

TTahapan Audit 184Tekhnik Sample Quota 146Teori Kebutuhan Manusia 203Tingkatan Pengetahuan 204Top Brand Award 143Top Of Mind 142Transparansi 144Tujuan Kemitraan 168Tweet 144Twitter 144

UUMKM 148-149Unaware Brand 142Usaha Kecil 169Usaha Menengah 169

Page 64: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 143

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Usaha Mikro 169

WWaralaba 174

INDEKSPENULIS,

AAsikin, Iin, 202Asmita, Budi, 21

CChimajah, Noor, 40

HHakim, Lukman, 182Hasnil, 220

JJamilah, Siti, 119, 154

NNora, Liza, 78, 141Nuraini, 98

PPriharta, Andri, 1

SSeptariani, Desy, 192Sholihah, Imas, 166

TTriwarti, Hairul, 59

INDEKSSUBJEK,

Page 65: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 144

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

PEDOMANPENULISAN

Ruang Lingkup PenelitianJurnal Iqtishad berisikan content Jurnal berbasis riset ataupun non riset melalui pendekatan ekonomi teoritis, ekonomi terapan, dan sebab akibat, dalam berbagai fenomena sebagai berikut

1. Teori Kritis 2. Kebijakan Publik3. Causal Model, Statistika ( Penelitian Kuantitatif )4. Pemberdayaan Masyarakat5. Perilaku6. Sistensis multidisiplin keilmuan

Ketentuan Umum :1. Artikel merupakan hasil karya penulis yang belum pernah dipublikasikan, diseminarkan,

atau sedang dalam proses review dalam Jurnal Ilmiah lain.2. Artikel berisikan temuan terbaru yang berasal dari sintesa teoritis bukan mengacu

kepada publikasi Ilmiah orang lain.3. Artikel yang ditulis oleh lebih dari satu orang, menyertakan statement originalitas artikel

yang ditandatangani oleh semua penulis.4. Data penelitian penunjang artikel yang bersifat matematis dan statistical dikirimkan

terpisah dari artikel utama5. Artikel yang masuk dalam tahap review tidak dapat ditarik kembali oleh penulis

Ketentuan Tekhnis PenulisanPetunjuk Tekhnik PenulisanTulisan diketik dengan mengunakan font Times New Roman (12) dengan jarak 1 ½ spasi pada kertas A4 (210 x 297 mm ), dengan batas kanan,kiri,atas dan bawah (40mm).Dengan sistematika pembaban menggunakan angka romawi, memuat bagian sebagai berikut :

1. Judul, ditulis tidak lebih dari 12 kata (jika berbahasa Indonesia), dan 10 kata (jika berbahasa Inggris ), memuat unsur provokatif dan menggambarkan isi artikel. Ditulis dengan menggunakan huruf kapital .

2. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar, institusi asal penulis dan alamat surat lengkap. Khusus penulis utama wajib menuliskan alamat email.

3. AbstractDitulis menggunakan 2 bahasa ( Inggris dan Indonesia ), yang berisikan ; masalah, tujuan, metode, temuan dan kontribusi terhadap pengembangan ilmu. Dan ditulis tidak lebih dari 200 kata.

4. KeywordsMencerminkan konsep penting dalam artikel, maksimum 5 kata. Diketik dengan menggunakan format Italic

5. PendahuluanBerisikan permasalahan penelitian ( Urgensi Penelitian ), rumusan masalah, rencana pemecahan masalah, rangkuman teoritis, kegunaan, dan posisi penelitian dalam keilmuan

6. Kajian PustakaMemaparkan teori-teori berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis untuk mengembangkan masalah dan kerangka pemikiran serta model. Sumber kajian literatur minimal 40% berasal dari Jurnal Ilmiah.

7. Objek dan Metode Penelitian ( hanya untuk penelitian berbasis riset )

Page 66: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 145

IQTISHADJurnal Sosial

Ekonomi. Vol 12, No.02.

Desember 2012. ISSN 14117626

Berisikan pendekatan penelitian (kuantitatif atau kualitatif), metode, desain, operasionalisasi, tekhnik pengumpulan sample/informan, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisa data, dan hipotesis/proposisi ( jika ada ).

8. Hasil dan Pembahasan9. Simpulan 10. Daftar Rujukan

Tata Cara Penulisan :Acuan dari buku:Suherman, Ade Maman.2004. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.Acuan artikel dalam buku:Leege, David C.2006.”Agama dan Politik Dalam Perspektif Teoritis”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Acuan artikel dalam Jurnal:Kurniasih, Dewi.2005.”Model Skala Prioritas Pembangunan Kota Bandung Berbasis Good Governance”, dalam Makara Seri Sosial Humaniora.9:2, halaman:72-83.

Acuan dari Makalah:Hendarmin Ranadireksa. 2009.”Program Pro Publik dan Tantangan Kepemimpinan Nasional di Indonsia Pasca Reformasi. Bandung: Universitas Langlangbuana.

Acuan dari tugas akhir, laporan penelitian, skripsi, tesis dan desertasi:Tatik Rohmawati. 2004. “Dinamika Politik Pedesaan Dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus Di Desa Mesin Kecamatan Warungasem Prpinsi Jawa Tengah)”, Skripsi Ilmu Pemerintahan. Bandung: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Acuan artikel dalam website:Alwi, Habib. 2007. “Demokrasi Politik Lokal”, dalam http://www.psikdemokrasi.org/files-pdf diakses 12 September 2008.

11. LampiranLampiran bersifat informative dan komplementer. Lampiran/Appendices hanya digunakan jika benar-benar sangat diperlukan untuk mendukung naskah, misalnya kuesioner, kutipan undang-undng, transliterasi naskah, transkripsi rekaman yang dianalisis, peta, gambar, tabel/bagan hasil perhitungan analisis, atau rumus-rumus perhitugan. Apabila memerlukan lebih dari satu lampiran, hendaknya diberi nomor urut dengan angka Arab.

Jika penelitian merupakan hasil pemikiran,maka format pembaban no.6 (Objek dan Metode Penelitian ) dan hasil penelitian dapat diabaikan.

Pengacuan Ilustrasi Artikela. Penulisan Table

Diletakkan segera setelah penunjukannya di naskah. Kerangka table menggunakan garis tebal 1 pt. Apabila tabel memiliki lajur yang cukup banyak, dapat menggunakan format satu kolom pada setengah atau satu halaman penuh. Jika judul pada setiap lajur tabel cukup panjang dan rumit maka lajur diberi nomor dan keterangannya diberikan di bagian bawah tabel. (langsung dibawah tulisan ).

b. Penulisan Kutipan Dalam naskah menggunakan system kutipan langsung. Kutipan yang tidak lebih dari 4 (empat) baris di integrasikan dalam teks, diapit dengan tanda kutip, sedangkan kutipan yang lebih dari 4 (empat) baris diletakkan terpisah dari teks dengan jarak 1

PEDOMANPENULISAN

Page 67: Content jurnal v12 n2 desember 2012

Hal 146

© 2012 Fakultas Ekonomi Univeritas Muhammadiyah Jakarta

spasi tunggal berukuran 10 pt serta diapit oleh tanda kutip. Nama keluarga pengarang ditulis sebelum atau setelah kutipan sebagai berikut (Grimes, 2001:157). Nama keluarga pengarang ditulis dalam tanda kurung diikuti dengan tanda dua/colon, kemudian langsung dituliskan nomor halaman yang diacu. Apabila pengarang lebih dari satu orang, maka yang dicantumkan hanya nama keluarga pengarang pertama diikuti dengan et.Al. atau dkk. Jika yang diacu adalah pokok pikiran dari beberapa halaman, maka cara penulisannya aalah sebagai berikut (Grimes, 2001:98-157), atau jika yang diacu adalah pokok pikiran dari keseluruhan naskah, maka cara penulisannya sebagai berikut (Grimes, 2001).

Naskah dikirimkan dalam format digital MS. Word ke : [email protected]

PEDOMANPENULISAN