central serous retinopathy

26
Central Serous Retinopathy ( CSR ) Latar Belakang Central serous retinopathy ( CSR ) atau lebih dikenal dengan nama retinopati serosa sentral adalah suatu kelainan pada retina, tepatnya pada macula lutea, penyakit ini jarang ditemukan, bersifat unilateral, self limited desease dan ditandai oleh pelepasan serosa sensorik sebagai akibat dari kebocoran setempat cairan dari koriokapilaris melalui defek di epitel pigmen retina. Penyakit ini biasanya mengenai pria berusia muda sampai pertengahan dan mungkin berkaitan dengan kejadian-kejadian stress kehidupan ( Vaughan et all, 2000 ). Penjelasan mengenai hal ini adalah karena pria cenderung mempunyai kehidupan yang lebih stress, paparan terhadap kejahatan lebih tinggi, jam kerja yang lebih panjang,

Upload: nurul-fitri-rizkya

Post on 30-Nov-2015

152 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

retinopathy mata

TRANSCRIPT

Page 1: Central Serous Retinopathy

Central Serous Retinopathy ( CSR )

Latar Belakang

Central serous retinopathy ( CSR ) atau lebih dikenal dengan nama

retinopati serosa sentral adalah suatu kelainan pada retina, tepatnya pada macula

lutea, penyakit ini jarang ditemukan, bersifat unilateral, self limited desease dan

ditandai oleh pelepasan serosa sensorik sebagai akibat dari kebocoran setempat

cairan dari koriokapilaris melalui defek di epitel pigmen retina. Penyakit ini biasanya

mengenai pria berusia muda sampai pertengahan dan mungkin berkaitan dengan

kejadian-kejadian stress  kehidupan ( Vaughan et all, 2000 ).

Penjelasan mengenai hal ini adalah karena pria cenderung mempunyai

kehidupan yang lebih stress, paparan terhadap kejahatan lebih tinggi, jam kerja yang

lebih panjang, tanggung jawab keuangan yang lebih besar dan pekerjaan yang lebih

berbahaya ( Chandra Chauhari dr, 2005 ).

Melalui peneletian retrospektif, Haimovici mendapatkan bahwa steroid

sistemik dan kehamilan merupakan faktor sistemik yang berhubungan dengan

pembentukan CSR. Faktor resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik, konsumsi

Page 2: Central Serous Retinopathy

alkohol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik

( Chandra Chauhari dr, 2005 ).

Anatomi Retina

Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir, yang

terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Merupakan selembar

tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam

dua per tiga posterior dinding bola mata ( Vaughan et all, 2000 ). Lapisan-lapisan

retina mulai dari sisi dalamnya adalah :

1.      Membrane limitans interna

2.      Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan

menuju nervus opticus.

3.      Lapisan sel ganglion.

4.      Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan bipolar

5.      Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal.

6.      Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar

dan horizontal dengan fotoreseptor.

7.      Lapisan inti luar sel fotoreseptor.

8.      Membrane limitans eksterna.

9.      Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

10.  Epitelium pigmen retina

Gambar Lapisan Retina

Page 4: Central Serous Retinopathy

 

Untuk melihat,  mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai

suatu reseptor kompleks dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang

dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi

suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf

opticus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk

ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian

besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan antara

fotoreseptor kerucut, sel gangglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini

menjamin penglihatan yang tajam.

 Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang

sama, dan diperlukan system pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan

ini adalah bahwa macula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna

( penglihatan otopik ) sedangkan bagian retina yang lainnya, yang sebagian besar

terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan

malam ( skotopik ) ( Vaughan et all, 2000  ).

Page 5: Central Serous Retinopathy

Fotoreseptor kerucut dan batang terletak dilapisan terluar yang avaskular

pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang

mencetuskan proses penglihatan. Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh

fotoreseptor kerucut, senjakala oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan

penglihatan malam oleh fotoreseptor  batang ( Vaughan et all, 2000 ).

Epitel pigmen retina ( RPE ) terbentuk dari satu lapis sel, melekat longgar

pada retina kecuali diperifer  ( ora serata ) dan disekitar lempeng optic. RPE ini

membentuk mikrovili yang menonjol diantara lempeng segmen luar sel batang dan

sel kerucut dan menyeimbanginya. Lapisan ini berfungsi memfagosit sisa segmen

eksternal sel batang dan kerucut, memfasilitasi pasase nutrient dan metabolit antara

retina dan koroid, serta berperan dalam regenerasi rodopsin dan opsin sel kerucut,

pigmen visual fotoreseptor yang mengolah kembali vitamin A. RPE juga

mengandung granula melanin yang  mengabsorpsi cahaya yang terpencar (James,

Bruce et all , 2003 ).

Definisi

Retinopati serosa sentral ( CSR ) merupakan kelainan pada makula lutea

berupa penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa

sentral terutama terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena

dibanding wanita terutama yang sedang menderita stress berat, dimana tajam

penglihatan akan turun secara mendadak dengan terdapatnya skotoma sentral

dengan metamorfopsia ( Ilyas S, 2005 ).

Retinopati serosa sentral atau korioretinopati serosa sentral adalah

sebuah penyakit dimana terdapat ablasio serosa retina neurosensorik sebagai akibat

Page 6: Central Serous Retinopathy

dari kebocoran cairan setempat dari koriokapilaris melalui suatu defek di epitel

pigmen retina ( Vaughan et all, 2000 ) ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Penyebab-penyebab lain bocornya epitel pigmen retina, seperti

neovaskularisasi koroid, inflamasi atau tumor harus dipisahkan untuk membuat

diagnosis ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Retinopati serosa sentral dapat dibagi menjadi dua gambaran klinis yang

berbeda. Secara klasik, retinopati serosa sentral disebabkan oleh satu atau lebih

kebocoran terpisah yang berlainan pada tingkat epitel pigmen retina yang terlihat

pada angiografi fluoresens. Bagaimanapun, saat ini diketahui bahwa retinopati

serosa sentral dapat muncul sebagai disfungsi epitel pigmen retina difus (misal

epiteliopati pigmen retina difus, retinopati serosa sentral kronik, epitel pigmen retina

terdekompensasi) yang ditandai dengan lepasnya retina neurosensorik melewati

area atrofi epitel pigmen retina dan pigmen mottling. Selama angiografi fluoresens

area hiperfluoresens granular yang luas berisi satu atau beberapa kebocoran halus

yang terlihat ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Penyebab

Retinopati serosa sentral sering disebut retinopati serosa sentral idiopatik

yang artinya penyebabnya tidak diketahui ( Ilyas S, 2005 ).

Kemungkinan berkaitan dengan kejadian-kejadian stress  kehidupan

(Theng Oh K. MD, 2010 ).

Retinopati serosa sentral juga dihubungkan dengan kortisol dan

kortikosteroid, dan orang dengan tingkat kortisol lebih tinggi daripada normal juga

memiliki kecenderungan untuk menderita retinopati serosa sentral (Theng Oh K. MD,

2010 ).

Page 7: Central Serous Retinopathy

Kepribadian tipe A dan hipertensi sistemik dapat berhubungan dengan

CSR, diperkirakan karena peningkatan sirkulasi kortisol dan epinefrin, yang

mempengaruhi autoregulasi dari choroidal sirkulasi (Theng Oh K. MD, 2010 ).

Faktor resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik, konsumsi alkohol,

hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.

Kehamilan juga merupakan faktor sistemik yang berhubungan dengan

pembentukan CSR ( Chandra Chauhari dr, 2005 ).

.

Patofisiologi

Kebocoran ( leakage ) pada lapisan epitel pigmen diduga disebabkan oleh

kelainan hormonal dan infeksi oleh virus. Lubang kebocoran ini merupakan suatu

pintu masuk untuk mengalirnya cairan dari bawah lapisan epitel pigmen ke ruangan

dibawah retina sehingga terjadi pengumpulan cairan dibawah retina. Pengumpulan

cairan dibawah retina didaerah macula retina ini menyebabkan penglihatan

penderita sangat terganggu.

Baru sejak ditemukannya ICGA pada tahun 1993, patogenesis CSR telah

diketahui dengan pasti. Kelainan ini disebabkan oleh abnormalitas sirkulasi koroid

yang selanjutnya menyebabkan iskemia koroid, hiperpermeabilitas vascular koroid,

RPE ( retinal pigment epithelium ) detachment, dan ablasio retina sensorik.

Abnormalitas sirkulasi koroid ini dihubungkan dengan kondisi hiperkortisolisme

seperti kehamilan, stress dan kepribadian tipe-A, sindrom Cushing, dan pemakaian

glukokortikoid ( Chandra Chauhari dr, 2005 ) ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Pada awalnya glukokortikoid merupakan obat pertama yang digunakan

secara luas sebagai terapi CSR. Namun dengan beberapa penelitian didapatkan

fakta bahwa glukokortikoid merupakan suatu factor resiko  yang bermakna dalam

Page 8: Central Serous Retinopathy

timbulnya CSR. Mekanisme patofisiologinya belum diketahui. Penjelasan yang

diterima saat ini adalah pengaruh glukokortikoid terhadap sirkulasi koroid. Aliran

darah koroid diketahui diatur oleh system simpatis dan secara antagonis dengan

system parasimpatik untuk menghambat produksi  nitric oxide synthase, suatu

modulator vascular. Interaksi ini menyebabkan spasme pembuluh darah koroid dan

iskemia koroid (James, Bruce et all , 2003 ).

Mortalitas dan Morbiditas

Ablasio retina serosa secara khusus sembuh spontan pada kebanyakan

pasien. Bahkan dengan kembalinya ketajaman penglihatan sentral yang baik,

banyak dari pasien-pasien ini masih terdapat diskromatopsia, hilangnya sensitivitas

terhadap kontras, metamorfopsia atau yang paling jarang adalah niktalopia ( Theng

Oh K. MD, 2010 ).

Pasein dengan retinopati serosa sentral (yang ditandai dengan kebocoran

setempat) memiliki resiko rekurensi 40-50℅ pada mata yang sama. Resiko

terjadinya neovaskularisasi koroid yang muncul dari retinopati serosa sentral

sebelumnya siperkirakan kecil (< 5℅) namun memiliki frekuensi lebih tinggi pada

Page 9: Central Serous Retinopathy

pasien lebih tua dengan diagnosa retinopati serosa sentral ( Theng Oh K. MD,

2010 ).

Epidemiologi

CSR jarang muncul pada orang Afrika dan Amerika tetapi mungkin sangat

parah pada orang Hispanik dan Asia.

Secara klasik, retinopati serosa sentral lebih sering mengenai laki-laki

pada usia 20-55 tahun dengan kepribadian tipe A. Kondisi ini mempengaruhi laki-laki

6-10 kali lebih banyak dibandingkan perempuan ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Gejala Klinis

·         Pandangan kabur / visus menurun

·         Skotoma sentral

·         Mikropsia

·         Metamorfopsia

·         Penurunan kemampuan melihat warna dan kontras (James, Bruce et all , 2003 )

( Theng Oh K. MD, 2010 ) ( Vaughan et all, 2000 )

Diagnosa dan Pemeriksaan

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan :

·         Visus: Penglihatan kabur, turun menjadi 6/9 sampai 6/12, dengan koreksi lensa  

positif akan lebih terang atau mendekati normal ( hipermetrop )

·         Pemeriksaan eksterna: Konjungtiva, kornea, iris, lensa tampak normal.

·         Tekanan bola mata: Normal

Page 10: Central Serous Retinopathy

Pemeriksaan lainnya adalah :

1.      Oftalmoskopi indirek

Tampak ada penonjolan retina didaerah macula retina yang berbentuk

bulat lonjong dengan batas yang jelas. Pada kasus yang jarang terjadi dimana CSR

dapat menyebabkan gumpalan yang memisahkan lapisan retina, mengakibatkan

peningkatan cairan subretina. Akan tampak cairan eksudat berwarna putih kekunin-

kuningan.

Pada kasus tipikal telah menunjukkan lingkaran dangkal atau peninggian

oval pada retina sensoris pada kutub posterior ( Kanski, 1994 ).

Lepasnya lapisan serosa retina neurosensoris, peninggian kubah jernih

biasanya pada daerah perifovea, menyebabkan peningkatan relatif dalam hiperopia,

penurunan yang dihubungkan pada ketajaman penglihatan tak terkoreksi dan

mengubah refleks membran limitans interna ( Newman, NM, 1992 ). Lesi ini

biasanya menghilang secara spontan dalam 3 – 4 bulan ( Spencer, 1985 ).

2.      Biomikroskopi slitlamp

Perlu sekali dilakukan dalam menegakkan diagnosa dan menyingkirkan

penyebab lain lepasnya retina sensoris (misal lubang diskus optikus, koloboma

diskus optikus, tumor koroid dan membran neovaskuler subretina). Biomikroskopi

menunjukkan retina sensoris yang terlepas sebagai sesuatu yang transparan

dengan ketebalan yang normal. Terpisahnya retina sensoris yang terlepas tersebut

dari epitel pigmen retina yang mendasarinya dapat diketahui dengan menandai

bayangan semu diatas epitel pigmen retina oleh pembuluh darah retina. Pada kasus

tertentu, presipitat-presipitat kecil dapat dilihat pada permukaan posterior retina

sensoris yang terlepas. Kadang-kadang daerah abnormal pada epitel pigmen retina

Page 11: Central Serous Retinopathy

dapat juga dijumpai melalui cairan yang bocor dari koriokapiler ke dalam ruang

subretina dan pada beberapa kasus terlepasnya epitel pigmen retina yang kecil

dapat dijumpai dalam lapisan serosa yang lepas. Cairan subretina dapat jernih

maupun keruh ( Kanski, 1994 ).

3.      Angiografi fluorosens

Walaupun dalam banyak kasus diagnosa dibuat secara klinis, angiografi

fluoresens membantu dalam membuat diagnosa pasti retinopati serosa sentral, dan

dalam menyingkirkan munculnya membran neovaskuler subretina dalam kasus-

kasus atipikal. Pada retinopati serosa sentral terdapat kerusakan sawar retina-darah

bagian luar yang memungkinkan lewatnya molekul fluoresens bebas ke dalam ruang

subretina. ( Khurana, AK, 1998 ) ( Kanski, 1994 ).

Pada angiografi ada 2 pola yang terlihat :

a.      Gambaran kumpulan-asap (smoke-stack)

Selama fase awal perpindahan zat kontras, bintik hiperfluoresens muncul

yang kemudian membesar secara vertikal. Selama fase vena lambat, cairan

memasuki ruang subretina dan naik secara vertikal (seperti kumpulan asap) dari titik

kebocoran sampai mencapai batas atas lepasannya. Zat kontras kemudian

menyebar ke lateral mengambil bentuk mushroom atau payung, sampai keseluruhan

area yang lepas terisi ( Kanski, 1994 ).

b.      Gambaran noda tinta (ink-blot)

Kadang-kadang dapat terlihat pada bintik hiperfluoresens pertama yang berangsur-

angsur bertambah ukurannya sampai seluruh ruang subretina terisi.

Page 12: Central Serous Retinopathy

Fluorescein angiography pada awal fase recirculation pasien dengan neurosensory terlokalisasi detasemen di makula dari pusat serosa

chorioretinopathy. Catatan hyperfluorescence fokus.

Fluorescein angiography pada akhir fase recirculation pasien yang sama seperti pada gambar di atas. Perhatikan kebocoran distribusi fluorescein

pewarna dalam neurosensory detasemen.

4.      Optical Coherence Tomography (OCT)

OCT merupakan pemeriksan yang sangat akurat untuk mendiagnosa

CSR, terutama bila pemisahan lapisan retina yang dangkal. Bahkan pada beberapa

kasus dapat memperlihatkan titik kebocoran.

Diagnosa Banding

·   Degenerasi makula terkait-usia

·   Edema makula Irvine-Gass

Page 13: Central Serous Retinopathy

·   Lubang makula

·   Membran neovaskular subretina

·   Neovaskularisasi koroid

·   Ablasio retina eksudatif

·   Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Terapi

Medikamentosa

1.      Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa pengobatan pun akan

sembuh sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang dapat mempercepat

menutupnya lubang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat yang diberikan adalah

vitamin dalam dosis yang cukup.

Penatalaksanaan CSR yang banyak dianut saat ini adalah observasi selama

3-4 bulan sambil menunggu resolusi spontan. Biasanya penyakit ini akan sembuh

dalam waktu 8-12 minggu ( Chandra Chauhari dr, 2005 ).

2.      Asetazolamid  sebagai terapi pertama kali dikemukakan oleh Pikkel pada tahun

2002. percobaan ini didasarkan pada fakta bahwa asetazolamid terbukti efektif untuk

mengurangi edema macula yang disebabkan oleh tindakan operasi dan berbagai

kelainan intraocular lainnya. Penelitian pikkel ini membuktikan asetazolamid dapat

memperpendek waktu resolusi klinis, tetapi tidak berdampak terhadap tajam

penglihatan akhir dan rekurensi CSR  ( Chandra Chauhari dr, 2005 ).

Non Medikamentosa

Page 14: Central Serous Retinopathy

Jika penderita belum sembuh, maka dilakukan pengobatan dengan koagulasi

sinar laser yang bertujuan untuk menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen.

Keuntungan melakukan koagulasi ini adalah memperpendek perjalanan penyakit

dan mengurangi kemungkinan kekambuhan tetapi tidak berpengaruh terhadap tajam

penglihatan akhir ( Ilyas S, 2004 ).

Fotokoagulasi laser Argon yang diarahkan kebagian yang bocor akan secara

bermakna mempersingkat durasi pelepasan retina sensorik dan mempercepat

pemulihan penglihatan sentral, tetapi tidak terdapat bukti bahwa fotokoagulasi yang

segera dilakukan akan menurunkan kemungkinan gangguan penglihatn permanent.

Walaupun penyulit fotokoagulasi laser retina sedikit, terapi fotokoagulasi laser

segera sebaiknya tidak dianjurkan untuk semua pasien CSR. Lama dan letak

penyakit, keadaan mata yang lain, dan kebutuhan visual okupasional merupakan

factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan pengobatan ( Vaughan

et all, 2000 ).

Dalam menggunakan fotokagulasi laser, dilakukan dua sampai tiga kali

penyinaran tepat di sisi yang bocor, dengan ukuran titik sinarnya adalah 200µm.

dilakukan penyinaran selama 0,2 detik dan dengan intensitas yang ringan untuk

menghindari kerusakan RPE yang lebih lanjut. Kontraindikasi pengobatan ini adalah

apabila sisi kebocorannya dekat dengan FAZ atau tepat di bagian FAZ ( Kanski,

1994 ).

Indikasi fotokoagulasi laser adalah :

1.      CSR yang berulang

2.      CSR sesudah 12 minggu belum membaik

Page 15: Central Serous Retinopathy

3.      Visus penderita semakin terganggu dan penderita tidak bisa bekerja untuk

melakukan pekerjaan yang penting.

4.      Timbulnya deficit visual permanent pada mata disebelahnya

5.      Munculnya tanda-tanda kronik seperti perubahan kistik pada retina sensorik atau

abnormalitas RPE ( retina eigment epithelium ) yang luas.

Komplikasi

Sebagian kecil pasien mengalami neovaskularisasi koroid pada tempat

kebocoran dan bekas laser. Pengamatan retrospektif kasus ini menunjukkan

bahwa setengah dari pasien-pasien tersebut mungkin memiliki tanda-tanda

neovaskularisasi koroid semu pada saat pengobatan. Pada pasien yang lain,

resiko neovaskularisasi koroid mungkin meningkat dengan pengobatan laser (

Theng Oh K. MD, 2010 ).

Ablasio retina bulosa akut dapat muncul sebaliknya pada pasien sehat

dengan retinopati serosa sentral. Gambarannya dapat menyerupai penyakit

Vogt-Koyanagi-Harada, ablasio retina regmatogenus, atau efusi uvea.

Sebuah laporan kasus telah melibatkan penggunaan kortikosteroid pada

retinopati serosa sentral sebagai faktor yang meningkatkan kemungkinan

pembentukan fibrin subretina. Mengurangi dosis kortikosteroid secara

bertahap akan menghasilkan perbaikan pada ablasio retina serosa ( Theng

Oh K. MD, 2010 ).

Page 16: Central Serous Retinopathy

Dekompensasi epitel pigmen retina akibat serangan berulang akan berakibat

atrofi epitel pigmen retina dan berikutnya atrofi retina. Dekompensasi epitel

pigmen retina adalah manifestasi retinopati serosa sentral namun dapat juga

dianggap sebagai komplikasi jangka panjang ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

Prognosis

Sekitar 80 % mata dengan CSR mengalami resorpsi spontan cairan

subretina dan pemulihan ketajaman penglihatan normal dalam waktu 6 bulan setelah

awitan gejala . Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal, banyak pasien

mengalami defek penglihatan permanent,misalnya penurunan ketajaman kepekaan

terhadap warna, mikropsia, dan skotoma relative. 20% – 30 % akan mengalami

sekali atau lebih kekambuhan penyakit, dan pernah dilaporkan adanya penyulit

termasuk neovaskularisasi subretina dan edema macula sistoid kronik pada pasien

yang sering dan berkepanjangan mengalami pelepasan serosa ( Vaughan et all,

2000 ) ( Kanski, 1994 ).

Ketajaman penglihatan cenderung kembali normal. Jika gejala secara

khusus mengganggu, fotokoagulasi laser dapat menurunkan lamanya waktu untuk

resolusi ( Newman, NM, 1992 ).

Saran Untuk Pasien

Jika memungkinkan, pasien harus menghindari situasi yang menekan. Pasien

partisipasi dalam kegiatan mengurangi stres (misalnya, olahraga, meditasi,

yoga) sangat dianjurkan.

Page 17: Central Serous Retinopathy

Bukti baru-baru ini seseorang dengan CSCR hipertensi sistemik, tapi tidak

diketahui apakah berhati-hati mengendalikan hipertensi sistemik akan

mengurangi insiden CSCR ( Theng Oh K. MD, 2010 ).

KESIMPULAN

Retinopati serosa sentral ( CSR ) merupakan kelainan pada makula lutea

berupa penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa

sentral terutama terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena

dibanding wanita terutama yang sedang menderita stress berat, dimana tajam

penglihatan akan turun secara mendadak dengan terdapatnya skotoma sentral

dengan metamorfopsia.

Pasien biasanya mengeluh adanya penurunan ketajaman penglihatan,

melihat benda serasa menjadi lebih kecil, penurunan penglihatan warna dan kontras

dll.

Karena penyebab pasti belum diketahui, dan diduga berhubungan dengan

stress dalam kehidupan, maka edukasi pada pasien Central Serous Retinopathy

adalah jika memungkinkan, pasien harus menghindari situasi yang menekan. Pasien

berpartisipasi dalam kegiatan mengurangi stres (misalnya, olahraga, meditasi, yoga)

sangat dianjurkan. Walaupun harus diwaspadai juga penyebab lainnya seperti

penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama, hipertensi sistemik, kehamilan,

kepribadian tipe A, pemakaian antibiotik, konsumsi alkohol, hipertensi yang tidak

terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.

Adapun penatalaksanaannya meliputi non medikamentosa dan

medikamentosa. Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa

pengobatan pun akan sembuh sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang

Page 18: Central Serous Retinopathy

dapat mempercepat menutupnya lubang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat

yang diberikan adalah vitamin dalam dosis yang cukup. Juga Asetazolamide efektif

untuk mengurangi edema macula yang disebabkan oleh tindakan operasi dan

berbagai kelainan intraocular lainnya.

Untuk terapi non medikamentosa adalah koagulasi sinar laser yang bertujuan

untuk menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Serta memanajemen

stress serta faktor penyebab lain dari penyakit ini.

Prognosis dari Central Serous Retinopathy adalah sekitar 80 % mata dengan

CSR mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan ketajaman

penglihatan normal dalam waktu 6 bulan setelah awitan gejala . Namun, walaupun

ketajaman penglihatan normal, banyak pasien mengalami defek penglihatan

permanent,misalnya penurunan ketajaman kepekaan terhadap warna, mikropsia,

dan skotoma relative. 20% – 30 % akan mengalami sekali atau lebih kekambuhan

penyakit, dan pernah dilaporkan adanya penyulit termasuk neovaskularisasi

subretina dan edema macula sistoid kronik pada pasien yang sering dan

berkepanjangan mengalami pelepasan serosa...

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, The Retina: gross anatomy, available at www.retina.anatomy.upenn.edu)

Anonim, Central Serous Chorioretinopathy, available at www.mvretina.com

Ilyas, S; Retinopati Serosa Sentral : Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga; Balai Penerbit

FK-UI; Jakarta, 2005; hal 116

Page 19: Central Serous Retinopathy

Ilyas, S; Retinopati Serosa Sentral : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga; Balai Penerbit FK-UI;

Jakarta, 2004; hal 197-198

Ilyas, S; Retinopati Serosa Sentral : Sari Ilmu Penyakit Mata; Balai Penerbit FK-UI; Jakarta,

2000; hal 126

Khurana, AK; Central Serous Retinopathy (CSR) : Ophthalmology; New Age International (P)

Limited, 3rd reprint; India, 1998; hal 272

Kanski; Central Serous Retinopathy : Clinical Ophthalmology 3rd edition; Butterworth-

Heinemann; 1994; hal 398-399

Newman, NM; Macular Disorders : Neuro-Ophthalmology a practical text; Appleton & Lange;

Connecticut, 1992; hal 85-86

Spencer; Central Serous Chorioretinopathy (Central Serous Retinopathy) : Ophthalmic

Pathology, An Atlas and Textbook 3rd edition; The American Academy of

Ophthalmology, WB Saunders Company; 1985; hal 1017-1018

Theng Oh K. MD; Folk J. MD; Chorioretinopathy, Central Serous; article available at:

www.emedicine.com, medscape; Feb 16 2010.

Vaughan, DG ; Retina (Anatomi & Embriologi Mata) & Korioretinopati Serosa Sentralis (Retina

& Tumor Intraokular) : Oftalmologi Umum edisi 14; Penerbit Widya Medika; Jakarta,

2000; hal 13-14, 197-200

Wahyuni, Ningrum, Central Serous Chorioretinopathy, 2009, available at

http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/06/29/central-serous-chorioretinopathy/