cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com file · web viewshalawat beserta salam semoga tercurah...

27
ALIRAN – ALIRAN DALAM ILMU KALAM (JABARIYAH DAN QODARIYAH) Di ajukanuntukmemenuhitugasmatakuliahilmukalam Dosenpengampu: Cecep HilmanM.pd DISUSUN OLEH: Chantiki Cahyanda Utami Anisa Aprilianti Ai Nur Azizah SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM Program SarjanaPendidikan Agama Islam

Upload: doanh

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ALIRAN – ALIRAN DALAM ILMU KALAM

(JABARIYAH DAN QODARIYAH)

Di ajukanuntukmemenuhitugasmatakuliahilmukalam

Dosenpengampu:

Cecep HilmanM.pd

DISUSUN OLEH:

Chantiki Cahyanda Utami

Anisa Aprilianti

Ai Nur Azizah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

Program SarjanaPendidikan Agama Islam

Jl. LioBalandonganSirnagalih (Beugeug) No.74 Kel.

Cikondangkec. Citamiang Kota Sukabumi.

TahunAjaran 2018/2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alah SWT , yang telah mencurahkan

nikamat termasuk nikmat iman dan nikmat panjang umur.

Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah diutus menjadi rohmatan lil alamin. Berkat inayah dan ridaNya, kami

dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ilmu kalam ini, yang di ampu oleh bapak Cecep

Hilman, S.Pd.I, M.Pd. dan terus dapat menimba ilmu Sekolah Tinggi Agama Islam

Sukabumi ini.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada bapak

Cecep Hilman, S.Pd.I, M.Pd. selaku dosen mata kuliah ilmu kalam. Penulis juga

menyampaikan banyak terimakasih kepada teman teman yang telah membantu dalam

pembuatan makalah, dan memberikan semangat serta dorongan dan motivasi sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan tersusunnya makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan bahkan jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu, demi kesempurnaan

makalah ini kami sangat berharap perbaikan , kritik dan saran yang sifatnya membangun

apabila terdapat kesalahan.

Demikian semoga makalah ini,dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun dan

umumnya para pembaca makalah ini..Terima kasih.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Sukabumi,oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. …1

a) Latar Belakang…………………………………………………………...1

b) Rumusan Masalah…………………………………………………..........2

c) Tujuan…………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………4

A. PENGERTIAN ILMU KALAM……………………………………………….4

B. ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM………………………..4

1. ALIRAN QODARIYAH……………………………………………………5

a. Sejarah timbulnya………………………………………………..7

b. Ajaran dan perkembangannya………………………………….8

2. ALIRAN JABARIYAH……………………………………………..8

a. Sejarah timbulnya………………………………………………11

b. Ajaran dan perkembangannya…………………………….......13

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….14

A. SIMPULAN……………………………………………………………..14

B. SARAN…………………………………………………………………..14

C. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni

pada masa khalifah al makmun (813-833) dari bani abbasiyah. Sebelum itu

pembahasan terhadap kepercayaan islam di sebut al fikhu fiddin sebagai lawan

dari al fikhu fil ilmi.

Qadariyah mula-mula timbul sekitar tahun 70 H /689 M, dipimpin oleh

ma’bad al-juhni al-bisri dan ja’ad bin dirham, pada masa pemerintahan

khalifah abdul malik bin marwan(687-705M).

Latar belakang timbulnya qadariyah ini sebagai isyaratan menentang

kebijaksanaan politik bani umayah yang di anggapnya kejam. Apabila firqoh

jabariyah berpendapat bahwa khalifah bani umayah membunuh orang, hal itu

karna sudah di takdirkan allah swt. Mereka mengatakan bahwa Allah swt itu

adil, maka allah swt akan menghukum orang yang bersalah dan akan memberi

pahala kepada orang yang akan berbuat baik. Orang yang berpendapat bahwa

amal perbuatan dan nasib manusia itu hanya bergantung kepada qadar allah

awt saja, selamat atas celaka nya orang itu telah di tentukan oleh allah swt.

Sebelumnya maka pendapat tersebut adalah sesat. Sebab pendapat tersebut

berarti menentang keutamaan allah swt. Dan menganggapnya yang menjadi

sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil allah swt melakukan

kejahatan.

Sebagian orang orang qodariyah mengatakan bahwa semua perbuatan

manusia yang baik itu berasal dari Allah swt, sedangkan perbuatan manusia

yang jelek itu manusia sendiri yang menciptakannya, tidak ada sangkut

pautnya dengan Allah swt.

2. firqah jabariyah

Firqah jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqah

qadariyah, dan tampaknya merupakan reaksi dari padanya. Daerah tempat

timbulnya juga tidak berjauhan. Firqah qodariyah timbul di iraq sedangkan

firqah jabariyah timbul di khurusan persia.

Pemimpinnya yang pertama adalah Jahm bin sofwan. Karena itu,

firqah ini kadang kadang disebut al jahamiyah. Mula -mula jahm bin

sofwan adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama suraih bin harits,

Ali nashar bim sayyar dan memberontak di daerah Khurusan terhadap

kekuasaan bani umayyah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin

menyiarkan agama. Ringkasnya bahwa orang orang jabariyah berpendapat

bahwa manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, merupakan kebalikan

dari faham qodariyah, yang mana semua gerak manusia di paksa adanya

kehendak Allah swt.

Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah swt sajalah yang

menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua

perbuatan itu sejak semula telah diketahui Allah swt. Dan semua amal

perbuatan itu adalah berlaku dengan kodrat dan irodatnya. Manusia tidak

mencampurinya sama sekali. faham jabariyah ini melampau batas

sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan

karena yang berbuat itu pada hakikatnya Allah swt.

Mayoritas kaum muslimin menolak faham jabariyah ini karena

dapat menyebabkan orang menjadi malas, lalai, dan menghapuskan

tanggung jawab . Menurut faham ahlusunah, bahwa segala sesuatu itu

memang dijadikan oleh Allah swt. Manusia memperoleh hukuman kaarna

ikhtiar dan kasab nya yang tidak baik dan akan di beri pahala atas ikhtiar

dan kasabnya yang baik.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian aliran Qadariah?

2. Apa pengertin aliran jabariyah?

3. Siapakah pemimpin aliran Qadariyah?

4. Sejarah dan perkembangan paham jabariyah dan qadariyah?

B. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui pengertian aliran Qadariah

2. Mengtahui pengertian aliran Jabariyah

3. Mengtahui pimpinan aliran Qadariyah dan Jabariyah

4. Mengetahui sejarah dan perkembangan paham jabariyah dan qadariyah

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU KALAM

Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan kalam. Kata

ilmu dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) yang mengandung arti

pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut

metode tertentu. Adapun kalam dalam bahasa arab yang berarti kata kata. Ilmu

kalam menggunakan kata kata dalam menyusun argumen argumen yang

digunakannya. Oleh sebab itu, kalam sebagai kata bisa mengandung arti

perkataan manusia (kalam alnas) atau perkataan Allah (kalam Allah).

Tetapi yang dimaksud dengan kata kalam itu adalah kata kata

manusia, maka ilmu kalam menguunakan mantiq (logika) yang disampaikan

dengan susunan kata yang penuh argumentasi rasional. Hal itu ditujukan

dalam rangka memperkuat dalil dalil naqli atau dalil yang bersumber dari al

quran dan hadis nabi. Maka untuk membedakan disiplin ilmu ini yang tentu

saja ketika itu belum ada namanya yang baku dari ilmu mantiq (logikak),

maka dipakailah istilah ilmu kalam.

A. ALIRAN ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM:

1. Aliran qodariyah

Kata qodariyah berasal dari kata kerja qadara yang bermakna

memutuskan. Disamping bermakna memutuskan kata itu juga

mengandung makna memiliki keukatan atau kemampuan. Dalam disiplin

ilmu kalam istilah qodariyah itu dipakai bagi nama suatu aliran yang

memberikan penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam

mewujudkan perbuatannya. Bertolak dari pemahaman ini kata qodariyah,

menurut harun nasution, berasal dari pengertian bahwa manusia

mempunyai kodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan

bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qodar

dan kadar tuhan.

Secara pasti tidak dapat diketahui kapan fahamqadariyah ini

timbul dalam islam. Di sementara para ahli ada yang mengaitkan faham

qodariyah ini pada kaum khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep

iman, pengakuan hati dan amal, menimnbulkan kesadaran bahwa manusia

mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik

maupun buruk.seorang mikmin tentulah dengan kesadaran penuh pula

untuk melakukan sesuatu, apakah perlakuan itu bertentangan dengan iman

yang ada di hatinya atu tidak.

Tokoh pemikir yang pertama kali menyatakan dengan suara

lantang faham qodariyah ini adalah makbad al juhani, dan ternyata makbad

al juhani tidak sendiri dalam kegiatan ini. Faham yang di lontarkan oleh

mabad al juhani ini di sebarkan pula oleh ghailan al dimasyqi.

Menurut ibn nabatah, sebagai di kutip oleh ahmad amin, bahwa

paham qodariyah itu pertama kali muncul dari seseorang asal irak yang

beragama kristen, kemudian masuk islam, tetapi kemudia berbalik lagi

masuk kristen. Dari tokoh inilah, yang oleh ibn nabatah sendiri tidak

disebutkan orangnya makbad al juhami dam ghailanal dimasyqi menerima

paham paham qodariyah.

Setelah ma’bad al juhani wafat, ghailan meneruskan

pengembangan paham qadariyah di damaskus tentu saja kegiatan kegiatan

ghailan ini mendapat tantangan dari rezim damaskus sendiri, yang ketika

itu berada di bawah pimpinan khalifah umar bin abd al aziz. Setelah umar

bin abd aziz wafat, penggantinya hisyam abd al malik (724-743)

menjatuhkan hukuman bunuh terhadap ghailan al damasyqi.

Perlawanan terhadap paham qadariyah ini yang di lakukan oleh

penguasa bani umayyah berakar, disampingan pada kepentingan polotik

rezim damaskus, juga paham keagamaan yang dimiliki oleh bangsa arab

sendiri. Bangsa arab sebelum islam kelihatannya di pengaruhi oleh faham

jabariyah, yang pandangannya bertentangan tajam dengan paham

qadariyah.

Itulah sebabnya paham qodariyah ini mendapat tantangan hebat

dari bangsa arab sendiri apalagi ditemukan pula hadis yang secara tegas

menyebut aliran qadariyah sebagai majusi nya umat islam. Apalagi

ditemukan pula hadis yang secara tegas menyebutkan aliran qadariyah

sebagai majusi nya umat islam.Hadis tersebut berbunyi “kaum qadariyah

adalah majusi umat islam” (HR.Imam Abu Daud dan Ahmad).

Aliran Qadariyah sebagai disinggung di atas menekankan pasisi

manusia dalam gerak laku dan perbuatannya. Ia mempunyai kekuatan

untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk mengurungkan

pelaksanaan kehendak itu. Dalam mengambil keputusan yang menyankut

tingkah laku nya sendiri tanpa ada interpensi tuhan di sana.

Lebih jauh qadariyah berpendapat, bahwa manusia berkuasa untuk

melakukan perbuatan tersebut atau kehendak dan kekuasannya sendiri.

Dan juga manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi pernuatan

jahat atas kemampuan dan dayanya sendiri.

Pemahaman takdir dalam pandangan qadariyah ini bukanlah dalam

pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa arab ketika itu, yakni

paham yang mengatakan bahwa nasub manusia tekah ditentukan terlebih

dahulu, dan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya

bertindak menurut nasib yang telah ditentukan semenjak azal terhadap

dirinya.

Bagi aliran qadariyah takdir itu adalah ketetapan Allah swt yang

diciptakanNya berlaku untuk alam semesta beserta seluruh isinya.

Semenjak azali yakni hukum alam yang dakan ustilah al quran adalah

sunnatullah. Alam semesta beserta segala isi berjalan menurut sunnatullah

yang telah ditetaplam oleh Allah itu. Sunnatullah menunjukan proses

perjalanan sebab akibat. Dengan demikian, manusia mampu mengetahui

dan membuat rencana untuk melakukan pilihan dalam hidupnya. Al quran

menegaskan pula bahwa sunnatullah itu tidak akan pernah berubah

selamanya. Hukum itu berjalan saat ini dalam masa yang amat panjang

mendatang, sebagaimanaia berjalan seperti awal penetapannya. Allah

berfirman dalam surah al ahzab (33) ayat 62 : “ tidak akan engkau jumpai

perubahan dalam sunnatullah itu”.

a. Sejarah timbulnya

Qadariyah mula mula timbuk sekitar tahun 70h/689M, dipimpin

oleh ma’bad al juhni al bisri dan ja’ad bin dirham, pasa masa

pemerintahan khalifah abdul malik bin marwan (685-705m).

Latar belakang timbulnya qadariyah ini sebagai isyarat menentang

kebijaksanaan politik bani umayah yang dianggap kejam. Apabila firqah

jabariyah berpendapat bahwa khaliafah bani umayah membunuh orang, hal

itu karena sudah ditakdirkan Allah swt, demikian dan hal ini berarti topeng

kekejamannya, maka firqoh qadariyah mamu membatasi qodar tersebut.

Mereka mengatakan bahwa kalah Allah swt itu adil, maka Allah swt akan

menghukum orang yang bersalah dan memberi pahala kepada orang yang

berbuat baik. Manusia harus bebas dalam menentukan nasibnya sendiri

dengan memilih perbuatan yang baik atau yang buruk. Jika Allah swt telah

menetukan terlebih dahulu nasib manusia, maka Allah swt itu zalim.

Karena itu, manusia harus merdeka memilih atau ihtiar atas perbuatannya

(khaliqul af’al). Manusia harus mempunyai kebebasan berkehendak.

Orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan dan nasib manusia itu

hanyalah bergantung kepada qadar Allah swt, saja, selamat atas celaka

seseorang itu telah di tentukan oleh Allah swt, sebelumnya, maka pendapat

tersebut adalah sesat. Sebab pendapat tersebut berartu menentang

keutamaan Allah swt, dan berarti menganggap-Nya yang menjadi senan

yterjafinya kejahatan kejahatan. Mustahil Allah melakukan kejahatan.

Ajaran ajaran firqah qadariyah segera mendapat pengikut yang

cukup, sehingga khalifah segera mengambil tindakan dengan alasan demu

ketertiban mum. Ma’bad al juhni dan beberapa pengkutnya di tangkap dan

dia sendiri di hukum bunuh di damaskus (80h/690m). Setelah peristiwa

ini, maka pengaruh faham qadariyah semakin surut, Kn tetapi dengan

munculnya firqoh mu’tazilah, sebetulnya dapat diartikan sebagai

penjelmaan kembali paham pahamqodariyah. Sebab antara keduanya,

terdapat persamaan filsafatnya, yang selanjutnya disebut sebagai kamu

qadariyah mu’tazilah.

Sebagian orang orang qadariyah mengatakan bahwa semua

perbuatan manusia yang baik itu berasak dari Allah swt., sedangkan

perbuatan manusia yang jelek itu manusia sendiri yang ciptakannya, tidak

ada sangkut pautnya dengan Allah swt.

Mereka dikatakan majusi, karena mereka beranggapan adanya dua

pencipta, yaitu pencipta kebaikan dan keburukan. Hal ini sama percis

dengan ajaran agama majusi atau zaroaster yang mengatakan adanya dwa

terang, kebaikan dan siang disebut ahura mazda dan dewa keburukan,

gelap dan malam disebut ahriman atau angramanya.

b. Ajaran dan perkembangannya

ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang

mengembangkan jaran ajaran qadariyah itu bukan ma’had al juhni. Ada

seorang penduduk negri irak, yang mulanya beragama kristen dan

kemudian masuk islam, namun akhirnya kembali ke kristen lagi. Dari

orang inilah ma’bad al juhni dan gailam damasqi mengambil

pemikirannya.

Mereka sulit diketahui aliran alirannya. Karena mereka dalam sgi

tertentu mempunyaii kesamaan ajaran dengan mu’tazilah dan dalam segi

yang lain mempunyai kesamaan ajaran dengan murji’ah, sehingga disebut

murji’atul qadariyah. Tokoh tokohnya adalah abi syamr, ibn syahib, gailan

ad damisqi, dan saleh qubbah. Mereka ini mempunyai pengertian yang

berbeda tentang islam.

2. Aliran jabariyah

Nama jabariyah berasal dari kata jabar yang mengandung arti

memaksa. Dalam kaitan ini, syahristani memberi makna kepada jabari

dengan penafian perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan

perbuatan tersebut kepada Allah swt.

Bahwa nama jabariyah disangkut pautkan pada pengertian manuisa

dalam perbuatan tidak mempunyai inisiatif sedikit pun. Dengan kata lain

manusia dalam paham ini terikat bukan pada kehendak dari kemauan serta

inisiatifnya sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak tuhan. Oleh sebab

itu aliran jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai

kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.berbeda

dengan qadariyah m, maka jabariyah menganut paham bahwa manusia

mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa, yang memang sejalan

dengan makna kata jabara. Dalam istilah inggris paham ini disebut

fatalism atau predestination. Bila aliran qadariyah dengan oaham free will

dan free act yang dimunculkannya sulit ditentukan awal kemunculannya,

aliran jabariyah dengan paham fatalisnya agaknya dapat dengan mudah di

telusuri.

Jabariyah mengajarkan paham bahwa manusia mengerjakan

perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam hal ini, pekerjaan hamba

dinafikan secara hakikat yang kemudian idsandarkan kepada Allah swt. Ini

berarti manusia tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam

menentukan kehendak dak perbuatannya, tetapi terikat pada kehendak

mutlak tuhan.

Sejarah mencatat bahwa orang pertama sekali menampilkan paham

seperti itu di kalangan umat islam adalah al-ja’d idn dirham. Pandangan

ja’d ibn dirham ini kemudia disebar luaskan oleh jahm bin safwan dari

khurusan.

Menurut jham bin safwan, seperti yang diungkapkan syahristianu,

manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa ap, tidak

mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak

mempunyai pilihan, manusia dalam operbuatannya adalah di paksa

dengantidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. Lebih jelas

dikatan bahwa perbuatan manusia itu idciptakan tuhan dalam diri manusia

uyang tida berada dengan gerakyang terdapatd dalam benda benda mati.

Itulah sebabnya, perbuatan manusia pada hakikatnya adalah majazi atau

kiasan, tidak ada bedanya dengan gerak air mengalir, batu bergerak, dan

sebagainya. Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan yang

dipaksakan kepadanya, termasuk perbuatan dalam mengerjakan

kewajiban, menerima pahala dan siksaan.

Manusia dalam paham jabariyah seperti yang di ajarkan jahm ibn

safwan ini adalah manusia yang lemah, terikat dengan kekuasaan dan

kehendak mutlak tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas.

Seluruh tindakan dalam perjalanan hidupnya adalah tindakaan yang tidak

boleh keluar dari skenario yang telan ditentukan Allah sebelumnya.

Dengan demikian, terpahami bahwa akibat baik dan buruk yang diterima

manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang itu merupakan

ketentuan dari Allah jua. Kreasi manusia tidak sedikit pun masuk dalam

tindakan dan perbuatannya, tidak ada ikhtiar manusia di dalam. Semuanya

berlaku menurut kehendak Allah.

Perlu dicatat bahwa paham seperti yang di jelaskan oleh jahm bin

safwan di atas dikenal dalam sejarah pemikiran islam sebagai jabariyah

yang ekstrem. Sementara itu dikenal puula paham jabariyah yang moderat,

seperti yang di ajarkan oleh husain ibn muhammad al najjar dan dina

ibn’amr.

Menurut najar dan dinar, tuhan menciptakan perbuatan manusia,

perbuatan baik maupun jahat. Tetapi dalam melakukan perbuatan itu

manusia mempunyai bahagian. Daya ang diciptakan dalam diri manusia

oleh tuhan mempunyai efek sehingga manusia mampu melakukan

perbuatan itu. Daya perolehan untuk mewujudkan perbuatan ini disebut

dengan kasb acquistion.

Bila dibandingan dengan paham jabariyah yang di bawa oleh jahm

bin safwan di atas maka faham jabariyah yang dikembangkan oleh najjar

dan dirar ini, tidak lagi menggambarkan manusia sebagai wayang.

Dalam perkembangan berikutnya, sebagaimana aliran qadariyah

yang lenyap dari gelanggang sejarah tetapi beberapa ajarannya

dimunculkan oleh para pemikir pembaru, aliran jabariyah pun memiliki

nasib yang sama. Paham jabariyah, terutama jabariyah moderat yang

dikembangkan oleh husein ibn muhammad al najjar serta dirar ibn’amr,

sungguhpun tidak dalam bentuk yang sama dimunculkan oleh aliran

asyariyah.

a. Sejarah timbulnya

Firqah jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqah

qadariyah, dan tampaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat

timbulnya juga tidak berjauhan. Firqoh qadariyah timbul di irak,

sedangkan firqah jabariyah timbul di khurasan persia.

Pemimpin yang pertama adalah jaham bin sofwan. Karena itu,,

firqoh ini kadang kadang disebut al jahamiyah. Ajaran ajarannya banyak

persamaan dengan aliran qurra agama yahudi dan aliran ya’cubiyah agama

kristen. Mula mula jaham bin safwan adalah juru tulis dari seorang

pemimpin bernama suraih bin harits, ali nasar bin sayyar dan

memberontak di daerah khurusan terhadap kekuasaan bani umayyah. Dia

terkenal orang yang tekn dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang

menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada

ikhtiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa

(majbur) di luar kemauannya. Bahwa orang jabariyah berpendapat bahwa

manusia tidak mempunyai daya ihtiar, merupakan kebalikan dari paham

qodariyah, yang mana semua gerak manusia di paksa adanya kehendak

Allah swt.

Dalam segi segi tertentu, jabariyah dan mu’tazilah mempunyai

kesamaan pendapat, misalnya tentang sifat Allah swt, surga dan neraka

tidak kekal, Allah swt tidak bisa dilihat di akhirat kelak, al quran itu

mahluk dan lain sebagainya. Jaham bin sofwan mati terbunuh oleh

pasukan bani umayah pada 131H.

Jabariyah berpendapat bahwa Allah swt sajalah yang menentukan

dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua perbuatan itu

sejak semula telah diketahui Allah swt. Dan semua amal perbuatan itu

adalah berlaku dengan kodrat dan iradatnya Allah. Manusia tidak

mencampuri sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan

oleh manusia sendiri. Qadrat daniradat nya Allah swt adalah membekukan

dan mencabut kekuasaan manusia sama sekali. Pada hakikatnya segala

pekerjaan dan gerak gerik manusia sehari harinya adalah merupakan

paksaan (majbur) semata mata. Kebaikandan kejahtan itupun semata mata

paksaan pula, sekalipun nantinya manusia memperoleh balasan surga dan

neraka.

Pembalasan surga atau neraka itu bukan sebagai ganjaran atas

kebaikan yangdi perbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan

kejahatan yang dilarangnya, tetapi surga dan neraka itu semata mata

sebagai bukti kebesaran Allah swt dalam qadrat dan iradatNya.

Kalau manusia tidak diserahi qadrat dan irdatnta sendiri dalam

mewujudka usahanyan dan Allah swt saja yang menanggung qadrat dan

iradat yang menentukan perbuatanmanusia tersebut, hal itu sulit diterima.

Ibaratnya orang yang diikat lalu di lemparkan kedalam laut, seraya

disrukan kepadanya “jagalah dirimu, jangan sampai tenggelam kedalam

air”.

Akan tetapi paham jabariyah ini melampui batas, sehingga

mengitikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan, karena yang

berbuat itu pada hakikatnya Allah swt pula. Kesesatannya, mereka

berpendapat bahwa orang mencuri, maka tuhan pula yang mencuri, bila

orang itu shalat maka Allah swt pula yang shalat. Jadi bila orang berbuat

jahat atau buruk lalu dimasukan kedalam neraka , maka tuhan tidak adil.

Karena apapun yang diperbuat manusia, kebaikannya atau keburukan,

tidak satupun terlepas daru qadrat dan iradatNya.

Sebagian pengikut jabariyah beranggapan telah bersatu dengan

tuhan. Disini menimbulkan paham wihdatul wujud, yaitu manunggaling

kawulo lan gusti, bersatunya hamba dengan dia.

Perbuatan yang dilakukan manusia baik yang terpuji ataupun yang

tercela pada hakikatnya bukanlah hasil pekerjaannya sendiri, melainkan

hanyalah termasuk ciptaan tuhan, yang dilaksanakanNya melalui tangan

manusia. Dengan demikian, manusia itu tiadalah mempunyai perbuatan,

dan tidak pula mempunyai kuasa untuk berbuat. Sebab itu, orang mukmin

tidak akan menjadi kafir karena dosa besar yang dilakukannya, sebab ia

melakukannya semata mata karena terpaksa.

b. Ajaran dan perkembangannya

Mayoritas kaum muslimin menolak paham jabariyah ini, karena

dapat menyebabkan oranng menjadi malas, lalai, dan menghapuskan

tanggung jawab, dengan mengemukakan ayat ayat yang terang maksudnya

, yang dengan ayat al quran menolak pendapat pendapat yang dangkal dan

na’if itu.

Menurut para ahlu sunah, bahwa segala sesuatu itu memang

dijadikan oleh Allah swt. Tetapi Allah swt juga menjadikan ikhtiar dan

kasab bagi manusia. Suatu yang di perbuat manusia adalah pertemuan

ikhtiar manusia dengan takdir-Nya. Ikhtiar dan kasab hanya sebagai sebab

saja, bukan yang mengadakan atau menciptakan sesuatu. Umpamanya

kalau sesuatu benda tersentuh api, maka ia terbakar. Tapi perlu diingat

bahwa bukan api yang membakar nya, semuanya karena Allah swt

semata .

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Qadariyah berpendapat, bahwa manusia berkuasa untuk melakukan

perbuatan tersebut atau kehendak dan kekuasannya sendiri. Dan juga manusia

sendiri pula yang melakukan atau menjauhi pernuatan jahat atas kemampuan

dan dayanya sendiri.

Jabariyah mengajarkan paham bahwa manusia mengerjakan

perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam hal ini, pekerjaan hamba

dinafikan secara hakikat yang kemudian idsandarkan kepada Allah swt. Ini

berarti manusia tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam

menentukan kehendak dak perbuatannya, tetapi terikat pada kehendak mutlak

tuhan.

B. Saran

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan

tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang

tentunya dapat di pertanggung jawabkan, Untuk saran bisa berisi kritik atau

saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan

dari bahasan makalah yang telah kami jelaskan.

Daftar Pustaka

Yusuf, M Yunan. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam. Jakarta:

PRENADAMEDIA

A.Nasir, Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam). Jakarta: RajaGrafindo

Persada