burn
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .....................................................................
B. Tujuan .................................................................................
BAB. II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian ............................................................................
B. Anatomi fisiologi .................................................................
C. Pathofisiologi .......................................................................
D. Dampak terhadap sistem tubuh ...........................................
E. Klasifikasi ......... ..................................................................
F. Tanda dan gejala ..................................................................
G. Komplikasi ..........................................................................
H. Penatalaksanaan ...................................................................
BAB. III PEMBAHASAN
BAB. IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan berkah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan kegawatdaruratan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan
pada klien dengan Luka bakar ‘.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan yang
sangat berharga, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ;
1. Tim Pengajar Ilmu Keperawatan Gawat Darurat yang telah membimbing dalam
menyelesaikan makalah ini.
2. Reakan-rekan mahasiswa PSIK FK UNPAD 2004 serta semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada kami menadapat pahala yang
setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata, kami barharap semoga makalah ini bermanfaat bagi khususnya dan
umumnya bagi semua pembaca.
Jatinangor, Mei 2005
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik
dirumah, tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat-tempat lain. Penyebab luka bakar
bisa bermacam-macam, yaitu berupa api, cairan panas, uap panas bahkan aliran listrik
dan lain-lain.
Luka nakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu
juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama luka bakar
yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat
jangka panjang.
Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang
berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan
bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan
atau intervensi yang lebih intensif dibandingkan dengan luka bakaryang hanya sedikit
dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena siraman air panas dengan luka bakar yang
disebabkan oleh karena zat kimia atau radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang
berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia
mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi infeksi dibandingkan dengan luka
bakar yang ukuran dan luasnya sama pada bagian tubuh lain. Luka bakar yang mengenai
tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien ( produktifitas atau
kemampuan kerja ) sehingga memerlukan penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh
lain ( Sherif dan Sato, 1989 ).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahsiswa dapat mengetahui dan menerapkan perawatan kegawatdaruratan pada
klien dengan luka bakar.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui tentang tinjauan teoritis mengenai luka bakar.
b. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada klien dengan luka bakar.
BAB II
TINJAUAN TOERITIS
A. Pengertian
Luka bakar (burn) adalah lesi jaringan akibat terbakar oleh bahan kimia, panas
kering, arus listrik, nyala api, friksi atau radiasi; diklasifikasi menjadi ketebalan
penuh dan parsial seseuai dengan kedalaman kulit yang mengalami kerusakan:
luka bakar ketabalan penuh memerlukan tandur kulit.( Hancock Christine, 1999 ).
An energy transfer from a heat source to the body, heating the tissue enough to
cause gamage, will result in a burn injury. ( Dolan et all, 1999 )
Luka bakar adalah suatu keadaan kerusakan jaringan tubuh (kulit) yang
disebabkan oleh berbagai hal antara lain jilatan api, air panas, listrik dan zat
kimia. ( Dr. Med. A. Ramli & Pamoentjak, 1996 ).
B. Anatomi fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 15 m2 dengan berat
kira-kira 15 % dari berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan, kulit juga sangat komplek,
elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga
tergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit juga berbeda-beda, mulai dari kulit yang berwarna terang (fair
skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi
serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.
Kulit bervariasi dalam hal lembut, tipis, dan tebalnya; kulit yang elastis dan
longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang
terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa, kulit yang tipis terdapat,
pada muka, yang lembut pada leher dan badan, serta yang berambut kasar terdapat
pada kepala.
Secara histopatologik, kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan
utama, yaitu;
a. Lapisan Epidermis atau kutikel
Terdiri atas : stratum korneum, yang merupakan lapisan kulit paling luar
dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin, Stratum lusidum,
merupakan lapisan sel-sel yang tidak berinti dengan protoplasma yang
telah berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut
tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki, Stratum granulosum,
merupakan dua atau tiga lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dab terdapat inti diantaranya. Butir-burti kasar ini terdri atas
keratohyalin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini, stratum
granulosum juga terlihat ditelapak tangan dan kaki, Stratum spinosum,
disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) terdri antara beberapa lapis
sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya
proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya, dan diantara sel-sel stratum
spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri dari atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-
jembatan ini membentuk ‘penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhan. Sel-sel
spinosum banyak mengandung glikogen, Stratum basale, merupakan sel-
sel berbentuk kubus atau kolumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan
lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan
mitosis dan berfungsi reproduktif. Laspisan ini terdiri dari dua jenis sel
yaitu; sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma bisofilik, inti
lonjong dan besar dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar
sel dan sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell.
b. Lapisan dermis (korum, kutis vera, true skin ).
Terdapat dibawah epidermis dan jauh lebih tebal. Lapisan ini terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu; pars papilare
dan pars retikulare.
c. Lapisan subkutis (hipodermis).
Adalah kelanjutan dermis, terdiri dari atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak didalmnya. Sel lemak merupakan sel yang bulat, besar, dengan
inti yang terdesak ke pinggir sitoplasma yang bertambah. Sel-sel ini
membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa,
yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening, ketebalan
jaringan lemak tidak sama tergantung pada lokasinya.
Di abdomen dapat mencapai kedalaman 3 cm, didaerah kelopak mata dan
penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus yaitu pleksus yang terletak
dibagian atas dermis disebut pleksus superfisialis dan pleksus yang terletak di
subkutis yang disebut pleksus profunda. Pleksus dibagian dermis mengadakan
anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikular juga
mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebig besar.
Bergandengan dengan pembuluh darah yang terdapat pada saluran getah
bening.
Walaupun demikian sebenarnya tidak ada garis tegas yang memisahkan
dermis dan subkutis.
Secara fisiologis kulit mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah; fungsi
proteksi, absorbsi, ekspresi, persepsi, termoregulasi, pembentukan pigmen dan
keratinisasi.
C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal,
radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visera dapat mengalami
kerusakan karena luka nbakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens
penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak agen tersebut. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air
panas pada orang dewasa. Kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari
shower dengan suhu 68,9 0 C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak
epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat III ( Full Thickness
Injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10 C
mengakibatkan cedera Full thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 44 0 C
dapat ditoleransi dala,m periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Trauma termal dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang
mengakibatkan air, natrium, klorida dan protein keluar dari dalam intra vaskuler
kedaerah yang mengalami trauma dan menyebabkan edema yang disertai
penguapan yang cukup tinggi pada daerah yang luka dan dapar berlanjut pada
keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi bila kondisi tersebut tidak cepat
ditanggulangi dengan pemberian cairan dan elektrolit.
Luka bakar selain mengakibatkan kerusakan fisik kulit, mengakibatkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia yang pada akhirnya juga
akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh penderita tersebut, juga keadaan
hemostatis tubuh, perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap
luka bakar berupa gejala-gajalanya adalah; haus, pernapasan cepat, frekwensi
jantung meningkat, mual dan muntah, bising usus meningkta, edema, perubahan
berat badan. Peningkatan kotekolamin dan peningktana sekresu aldosteron,
pemingktan pelepasan glikogen, peningkatan kadar gula darah, pengisian kapiler
darah, tidak kuat terhadap suhu dingin, penurunan haluaran urin dan peningkatan
berat jenis urin.
Pasien dengan luka bakar luas atau mayor, kadang tubuhnya tidak mampu lagi
untuk mengkompensasikan terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat
menimbulkan beragam komplikasi. Shock luka bakar adalah merupakan
komplikasi yang sering kali dialami pasien dengan luka bakar luas karena
hipoivolemik yang tidak segera diatasi.
D. Dampak luka bakar terhadap sistem tubuh.
Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang
akut, berupa ;
1. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari mekanisme
dimana terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit dari intra vasculer
ke ekstra vasculer, akibat penguapan air yang berlebihan melalui permukaan
kulit yang rusak. Kondisi tersebut diperberat dengan terjadinya juga
perpindahan cairan dari cairan ekstraseluler pada daerah yang sehat/tidak
terbakar ke tempat daerah yang trauma. Sehingga gangguan metabolisme sel
terjadi hampir seluruh tubuh, maka kondisi ini kadang dapat lebih
memperberat kondisi shock yang terjadi.
Perbedaan shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang
menyebabkan hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi shock
hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam jaringan yang
sehat terjadi gangguan metabolisme sel yang akan memperberat keadaan
shock. Selain hal tersebut diatas terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
yang mengakibatkan semakin menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena
kebocoran pada pembuluh darah ini, mengakibatkan protein dalam plasma
lolos melalui dinding kapiler sehingga dari jumlah protein yang lolos ini akan
keluar dari tubuh melalui luka-luka, sedangkan sisinya bertahan diruanga
ekstraseluler kurang lebih tiga minggu sebelum masuk kembali ke pembuluh
darah. Perbaikan permeabilitas kapiler terjadi berangsur-angsur setelah 24-36
jam dan cairan edema mulai diserap kembali. Dalam klinik dikenal sebagai
fase diuresis dan secara tuntas perbaikan permeabilitas normal kembali 5-6
hari.
2. Gangguan sirkulasi dan hematologi.
Adanya penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler mengakibatkan
terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke volume berkurang dan
resisten perifer meninggi, tachikardia dan hipotensi. Trauma luka bakar
mengakibatkan hemolisis eritrosit sehingga terjadi penurunan eritrosit sebesar
10 % karena adanya perubahan fisik / morfologi dalam darah yang terjadi 1-2
jam setelah luka bakar yang diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat
pula terjadi hemolisis yang lambat setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan
oleh fragilitas eritrosit yang bertambah.
Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah
eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan perubahan
morfologi eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat tertahan dalam pembuluh
darah dan perdarahan-perdarahan dari jaringan yang granulasi. Terapi
transfusi darah belum diperlukan sampai 72 jamsetelah terbakar, pada fase
awal terjadinya hemokonsentrasi. bila terlalu dini pemberian darah akan
menambah kepekatan darah sedangkan plasma masih terus bocor. Jika kondisi
hemokonsentarsi sudah dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume intra
vaskuler sudah diperbaiki juga, transfusi perlu dipertimbangkan dengan
pedoman pada hematokrit.
3. Gangguan hormonal dan metabolisme.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman baik fisik
maupun psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi tersbut akan
meningkatkan stimulus dari kerja hormon-hormon dan berakibat peningkatan
metabolisme tubuh. Di ruang perawatn pada umumnya klien luka bakar yang
mampu melampaui fase akut akan terjadi penurunan berat badan lebih cepat
bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi akibat
adanya peningkatan metabolisme tubuh untuk mengembalikan fungsi-fungsi
tubuh yang terganggu akibat kerusakan jaringan, berupa perbaikan sel –sel
yang rusak. Bila sumber nutrisi / energi tidak terpenuhi dari intake makanan
dari luar maka tubuh secara alami akan melakukan pembongkaran sumber-
sumber energi cadangan yang terdapat dalam tubuh pada jarinag tubuh yang
sehat, ini tidak terlepas dari kerja hormon-hormon. Begitu juga pada saat
terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Pada luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat
badan karena adanya katabolisme yang hebat akibat kekurangan intake nutrisi.
Lamanya katabolisme ini tergantung dari beberapa faktor dan biasanya
metabolisme baru akan normal kembali setelah luka bakar yang dalam sudah
ditutupi dengan tandur kulit. Hipermetabolisme pada luka bakar akan
meningkat sebanding dengan luasnya luka bakar sampai dengan luas luka
bakar 40-50 % dan selanjutnya pada luka bakar yang lebih luas tidak
sebanding.
Kerusakan kulit ,mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk
mempertahankan suhu tubuh akibat ketidakmampuan kulit mempertahankan
pengauapn air sehingga terjadi pendinginan permukaan tubuh. Hal ini akan
merangsang untuk menghaslikan panas agar suhu dalam tubuh dapat
dipertahankan.
3. Gangguan imunologi.
Pada periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi
meningkat, hal ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit kuman-
kuman, terperangkap dalam kapiler (zona stasis), sehingga secara bertahap
terjadin penurunan daya tahan tubuh.
Pada luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi
pembuluh darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma da proses
rekanalisasi akan lengkap pada akhir minggu pertama sehingga netrofil dapat
bergerak kembali. Pada luka bakar II jaringan dibawah eschar / subschar
membentuk jaringan granulasi yang kaya dengan fibroblas dan kapiler-
kapiler baru. Bila tidak terjadi infeksi proses ini mulai pada akhir minggu
kedua dan biasanya sudah lengkap pada minggu ketiga. Dalam keadaan
normal kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun secara
siklus sedangkan pada luka bakar flaktuasi tersebut amat berlebihan sehingga
pada saat terjadinya penurunan kemampuan netrofil dapat timbul sepsis luka
bakar.
E. Klasifikasi
Tingkat keparahan luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko
mortalitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keparahan cedera tersebut :
1. Kedalaman luka bakar.
Pengklasifikasian ini menurut jarinag yang rusak; luka bakar superfisial
thickness, luka bakar deep parsial thickness dan luka bakar full thickness.
Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua, dan tiga. Respon
lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit, berikut ini
adalah tabel karakteristik luka bakar menurut kedalamannya.
Tabel karakteristik luka bakar berdasarkan keadalaman.
Kedalaman dan
penyebab LB
Bagian kulit yang
terkena
Gejala Penampilan luka Perjalanan
kesembuhan
Derajat I
Tersengat
matahari
Terkena api
dengan intensitas
rendah
Epidermis Kesemutan,
hiperestesia,
supersensitivitas,
rasa nyeri mereda
jika didinginkan
Memerah, menjadi
putih ketika
ditekan, minimal
atau tanpa edema
Kesembuhan
lengkap dalam
waktu satu
minggu
Derajat II
Tersiram air
mendidih
Terbakar oleh
nyala api
Epidermis dan
bagian dermis
Nyeri
Hiperestesia
Sensitif terhadap
udara yang dingin
Melepuh : dasar
luka berbintik-
bintik merah,
epidermis retak,
permukaan luka
basah dan edema
Kesembuhan
dalam waktu dua
atau tiga minggu
Pembentukan
parut dan
depigmentasi
Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Derajat III
Terbakar nyala
api
Terkena cairan
mendidih dalam
jangka waktu
lama
Epidermis
keseluruhan
dermis dan
kadang-kadang
jaringan subkutan
Tak terasa nyeri
Hematuria dan
kemungkinan pula
hemolisis (destruksi
sel darah merah)
Kemungkinan
terdapat luka masuk
dan keluar (pada
luka bakar listrik
Kering : luka bakar
berwarna putih
seperti bahan kulit
atau gosong
Kulit retak dengan
bagian lemak yang
tampak edema
Pembentukan
eschar
diperlaukan
pencangkokan
Pembentukan
parut dan
hilangnya
kontour serta
fungsi kulit
Hilangnya jari
tangan atau
ekstremitas dapat
terjadi
2. Agent penyebab luka bakar
Agent penyebab luka bakar dapat berupa; termal (terbakar, kontak dengan
kobaran api), listrik, kimia dan radiasi.
3. Keparahan luka bakar
Dikembangkan oleh Asosiasi Luka Bakar Amerika untuk menentukan
besarnya luka bakar dan untuk memberikan kriteria yang optimal dari sumber-
sumber rumah sakit untuk perawatan pasien.
a. Luka bakar minor
Luka bakar minor merupakan cedera dengan ketebalan parsial dengan luas
permukaan total tubuh (LPTT) lebih kecil dari 15 % pada orang dewasa atau
LPTT 10 % pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT
kurang dari 2 % yang tidak disertai dengan komplikasi apapun. Pasien dengan
cedera ini mungkin ditangani diruang gawat darurat RS, diikuti dengan
beroabat jalan akan tetapi mereka harus diperhatikan setiap 48 jam sampai
resiko infeksinya menurun dan penyembuhan sampai berobat jalan.
b. Luka bakar sedang tak terkomplikasi
LPTT 15%-25% pada orang dewasa, LPTT dari 10%-20% pada anak,
atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 10% yang tanpa
disertai komplikasi lain. Diobati di RS dengan kondisi rata-rata yang memiliki
fasilitas dan pegawai yang sesuai.
c. Luka bakar mayor.
Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih besar dari 25% pada orang
dewasa dan LPTT lebih dari 20% pada anak-anak. Cedera ketebalan penuh
dengan LPTT sama dengan 10% atau lebih besar. Luka bakar mengenai
tangan, wajah, mata, telinga, dan kaki. Cedera inhalasi, luka bakar yang
berkaitan dengan masalah ringan seperti cedera pada jaringan lunak,, fraktur,
trauma lain atau masalah kesehatan lain yang sudah ada sebelumnya.
4. Lokasi luka bakar
Lokasi luka bakar pada daerah kepala, leher dan dada sering terjadi
komplikasi pulmonal. Pada daerah telinga mudah terserang kondritis aurikula da
rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Pada tangan dan
persendian terapi fisik dan okupasi yang lama mengakibatkan resiko kecacatan
dan kehilangan pekerjaan. Perineal resiko terserang infeksi.
5. Ukuran luas luka bakar
Beberapa aturan dapat digunakan untuk memperkirakan luasnya luka bakar
dalam presentase total luas permukaan tubuh , diantaranya; The Rule of Nine
(rumusan sembilan) dan diagram bagan Lund dan Browder yang spesifiknya
dengan ketentuan usia. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekuranangan.
6. Usia korban luka bakar
Usia korban sangat mempengaruhi keparahan luka dan keberhasilan dalam
perawatan luka bakar. Angka kematian lebih tinggi terutama pada usia anak
dibawah empat tahun (0-1 tahun) dan pasien berusia diatas 65 tahun.
F. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala luka bakar tergantung dari klasifikasi luka bakar seperti
terlihat pada tabel. Untuk luka bakar listrik mungkin tampak sebagai dearah
keperakan yang gembung. Luka bakar listrik biasanya timbul dititik kontak listrik.
Kerusakan internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih parah dari pada
luka yang tampak dibagian luar.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh luka bakar adalah ;
- kecacatan.
- cerebrovasculer accident, myocard infark dan emboli paru
sebagai akibat dari melambatnya aliran darah pembentukan bekuan darah.
- kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan
embolus, dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark
serta sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
- gangguan elektrolit menyebabkan disritmia jantung.
- gagal jantung.
- penurunan aliran darah kesaluran cerna menyebabkan
hipoksia sel-sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum.
- dapat terjadi komplikasi koagulasi intravaskuler diseminata
(DIC).
- pada luka bakar yang luas atau menim,bulkan kecacatan,
trauma psiskologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan
keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap
saat setelah luka bakar.
H. Penatalaksanaan
Prioritas utama dalam ruang gawat darurat tetap ABC (Airway, Breathing and
Cirkulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernafasan dilembabkan
dengan cara pasien didorong supaya batuk sehingga sekret saluran nafas bisa
dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasai yang lebih parah diperlukan
pengeluaran sekret dengan pengisapan bronkus dan pemberian preparat
bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema pada jalan nafas intubasi
endothracheal merupakan indikasi continum positive airway presure dan ventilasi
mekanis mungkin pula diperlukan untuk menghasilkan oksigenisasi yang adekuat.
Sesudah tercapai status respirasi dan sirkulasi yang adekuat, tindakan
selanjutnya adalah memberikan perawatan pada luka bakar itu sendiri. Pembilasan
luka bakar kimia dengan air harus diteruskan. Pasien dengan menggunakan lensa
kontak harus dilepas dengan segera.
Pengkajian terhadap luas permukaan tubuh yang terbakar dan dalamnya luka
bakar harus segera diselesaikan. Luka bakar derajat dua dan tiga dicatat pada
diagram penilaian luka bakar, yang dilakukan setelah tindakan pembersihan
eksudat dan debris secara hati-hati. Pembuatan foto luka bakar dilakukan pada
saat pertama dan secara berkala selama penanganan, sehingga kemajuan
kesembuhan dapat ditentukan dengan cepat.
Penatalaksanaan kehilangan cairan dan shock
Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak
untuk mencegah terjadinya shock yang irreversibel adalah dengan cara
menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Kebutuhan cairan yang
diperlukan dalam 24 jam pertama dihitung berdasarkan luasnya luka bakar.
Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan adalah ; koloid-
whole blood plasma serta plasma ekspander dan ktistaloid elektrolit larutan
natrium klorida atau larutan ringer laktat.
Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah
selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada
nilai yang normal diakhir periode 48 jam.
BAB IV
PENUTUP
Kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan meruapakan pertahanan baris
pertama dari tubuh terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit
mempunyai banyak fungsi fisiologis dalam membantu proses metabolisme didalam
tubuh, sehingga jika sebagian kulit rusak maka akan terjadi reaksi sistemik yang hebat.
Perawat sebagai seorang yang memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai
pengetahuan tentang struktur dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai
derajat luka bakar. Cedrea luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab
dan keparahan.
Korban luka bakar menempuh fase-fase penyembuhan, dimana masing-masing
mempunyai masalah-masalah khusus. Fase resusitatif dimulai dengan cedera luka bakar
dan berlangsung sampai terjadi diuresis selama 1-15 hari.
Masalah utama bagi pasien dalam fase ini adalah m,empertahankan jalan nafas
dan perfusi jaringan yang adekuat. Setelah diuresis pasien memasuki fase yang akut
dimana selama fase ini masalah yang utama adalah sepsis, sedangkan rehabilitasi
difokuskan pada nutrisi yang cukup dan pencegahan terhadap pembentukan jaringan
parut serta kontraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1998. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Crowin, J. Elisabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi, EGC. Jakarta
Dolans. 1996. Critical Care Nursing. F.A Davis Company. New York.
Hudak & Galo. 2000. Keperawatn Kritis, EGC, Jakarta.
.Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah; bagian I, EGC. Jakarta.