botani farmasi

30
MAKALAH BIJI Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Botani Farmasi Dosen Pengajar : Yuvianti,S.Farm.,Apt Oleh : MARANDA TORENCE PATAI (1041111086) HANIK LINAWATI (1041311070) LISTIANA PUSPITA DEWI (1041311087) ALFINA FAIZAH (1041311169) NAYLI (10413111 ) RINDA AYU HERAWATI (1041311182) SARI R. DJAHILAPE (1041311184) PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Upload: alfina-faizah

Post on 24-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BIJI (SEMEN)

TRANSCRIPT

MAKALAHBIJI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Botani Farmasi

Dosen Pengajar : Yuvianti,S.Farm.,Apt

Oleh :

MARANDA TORENCE PATAI (1041111086)

HANIK LINAWATI (1041311070)

LISTIANA PUSPITA DEWI (1041311087)

ALFINA FAIZAH (1041311169)

NAYLI (10413111 )

RINDA AYU HERAWATI (1041311182)

SARI R. DJAHILAPE (1041311184)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI SEMARANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,

taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah

yang berjudul “Biji”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Botani

Farmasi.

Pada kesempatan ini,kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikaninformasi dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang,13 September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah3

B. Rumusan Masalah3

C. Tujuan Penulisan Makalah3

D. Manfaat Penulisan Makalah4

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teori5

B. Pembahasan6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan11

B. Saran11

DAFTAR PUSTAKA12

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang

tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan

diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel

secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Perkembangan

adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaan tidak dapat dinyatakan

dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorphosis) dan

tingkat kedewasaan.

Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil

yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai

untuk pertumbuhan. Dengan demikian biji telah memperlihatkan diri sebagai

perkembangan penting dalam reproduksi dan pemencaran Spermatophyta

(tumbuhan berbunga atau tumbuhan berbiji; Gr. sperma biji, phyton tumbuhan);

dibandingkan dengan tanaman yang lebih primitif seperti lumut, lumut hati dan

pakis, yang tidak memiliki biji dan menggunakan cara lain untuk menyebarkan

diri. Ini tampak pada kenyataan bahwa tumbuhan berbiji mendominasi relung-

relung biologi sejak dari padang rumput hingga ke hutan, baik di wilayah tropis

maupun daerah beriklim dingin

Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji

baik tanah, udara maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah

membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari

lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara (dalam bentuk uap

air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji karena sel-sel

embrio membesar dan biji yang melunak.

Biji adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak.

Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau

Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae).

Kata "biji" adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta. Kata "biji" acap

dipertukarkan penggunaannya dengan "benih" dan "bibit". Dalam istilah teknis

pertanian dan kehutanan, "benih" adalah biji yang dipersiapkan khusus untuk

menghasilkan tanaman baru. Sedangkan "bibit" (atau juga disebut "semai") adalah

tanaman muda siap tanam hasil perkembangan benih, atau hasil perbanyakan

tanaman dengan cara yang lain (misalnya cangkok, stek, okulasi dan lain-lain).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian biji

2. Untuk mengetahui struktur dan bagian tambahan dari biji

3. Untuk mengetahui perkecambahan biji

BAB IIISI

A. Biji

1. Pengertian biji

Bagi tumbuhan biji (Spermatophyta), biji ini merupakan alat

perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru

(lembaga). Dengan dihasilkannya biji, tumbuhan dapat mempertahankan

jenisnya, dan dapat pula terpencar ke lain tempat.

Biji berasal dari bakal biji yang dapat disamakan dengan

makrosporangium. Didalamnya dihasilkan makrospora yang tidak pernah

meninggalkan tempatnya dan di tempat itu selanjutnya berkembang menjadi

makroportalium dengan arkegonium serta sel telurnya. Setelah terjadi

pembuahan, zigot yang terbentuk berkembang menjadi embrio yang

sementara tetap ditempat itu pula. Sementara itu bakal biji yang kemudian

mengandung embrio itu berkembang menjadi alat reproduksi yang disebut

biji. Biji adalah suatu alat reproduksi generative atau seksual karena terjadinya

didahului oleh suatu peristiwa seksual yaitu peleburan sel telur dengan sel

kelamin jantan.

2. Struktur Biji

Biji tersusun atas tiga komponen  utama, yakni:

a. Kulit Biji

Kulit biji adalah bagian biji yang berasal dari selaput bakal biji

(integumnetum).

Pada tumbuhan biji tertutup (Angiospermae), kulit biji tersusun atas dua

lapisan, yakni :

1) lapisan kulit luar  (testa) merupakan lapisan yang tipis, kaku dan

merupakan pelindung utama bagian dalam biji. Bagian luar ini juga

dapat memperlihatkan warna dan gambaran yang berbeda-beda :

merah, biru, perang, kehijau-hijauan ada yang licin rata ada pula yang

memiliki permukaan yang keriput.

2) Lapisan kulit dalam  (tegmen) biasanya tipis seperti selaput dan

seringkali  disebut sebagai kulit ari.

Pada Gymnospermae, kulit biji terdiri atas tiga lapisan, yakni:

1) Kulit luar (sarcotesta), biasanya tebal berdaging, pada waktu masih

muda berwarna hijau kemudian berwarna kuning dan akhirnya

merah.

2) Kulit tengah (sclerotesta) merupakan lapisan yang kuat dan keras dan

berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah

batu.contohnya kelapa (cocos nucifera)

3) Kulit dalam (endotesta) biasanya tipis seperti selaput dan melekat

pada inti biji.

b. Tali Pusar (Funiculus)

Tali pusar merupakan bagian yang menhubungkan biji dengan tembuni.

Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari tali pusarnya.

c. Inti Biji (Nucleus seminis)

Inti biji adalah semua bagian biji yang terletak di dalam kulitnya. Inti biji

terdiri atas :

1) Lembaga (embryo)  yang merupakan calon individu baru yang

nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan baru, setelah biji

memperoleh syarat-syarat yang diperlukan.

2) Akar lembaga atau calon akar (radicula), yang biasanya akan tumbuh

terus merupakan akar tunggang (untuk tumbuhan yang tergolong

dalam Dicotyledoneae. Akar lembaga ini ujungnya menghadap kearah

liang biji, dan pada perkecam,bahan biji, akar itu akan tumbuh

menembus kulit biji dan keluar melalui liang tadi.

3) Daun lembaga (cotyledo), yang merupakan daun pertama suatu

tumbuhan. Daun lembaga mempunyai fungsi :

a) Sebagai tempat penimbunan makanan

b) Sebagai alat untuk melakukan asimilasi (pengolahan zat organik )

c) Sebagai alat penghisap makanan (skutelum)

4) Batang lembaga (cauliculus), yang dibedakan menjadi dua bagian

yaitu:

a) Ruas batang diatas daun lembaga (internodium epicotylum)

b) Ruas batang dibawah daun lembaga (internodium hypocotylum)

5) Putih lembaga (albumen)

Adalah jaringan yang berisi cadangan makanan untuk masa permulaan

kehidupan tumbuhan. Namun cadangan makanan tidak tersimpan

dalam putih lembaga melainkan dalam daun lembaga, maka dari itu

daun lembaga menjadi tebal.

Menurut asalnya jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat

makanan cadangan tadi, putih lembaga dapat dibedakan menjadi dua

bagian yaitu :

a) Putih lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbunan

makanan itu terdiri atas sel-sel yang berasal dari inti kandung

lembaga skunder yang kemudian setelah dibuahi oleh salah satu

inti sprma lalu membelah-belah menjadi jaringan penimbunan

makanan ini. Melihat asalnya putih lembaga dalam ini, maka biji

dengan bagian ini hanya dalam ditemukan pada tumbuhan biji

tertutup (angiospermae).

b) Putih lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal dari

bagian biji diluar kandung lembaga, entas dari nuselus entah dari

selaput bakal biji.

3. Bagian-bagian tambahan pada kulit luar biji meliputi :

a. Sayap (ala), yakni alat tambahan pada biji yang digunakan dalam

pemencaran oleh angin. Contoh biji Moringa oleifera

b. Bulu (coma), yakni penonjolan sel-sel kulit biji yang berupa rambut-

rambut. Bulu-bulu ini memiliki fungsi seperti sayap yaitu memudahkan

beterbangannya biji oleh tiupan angin. Contoh Gossypium sp.

c. Salut biji (arillus). Contoh pada Durio zibethinus

d. Salut biji semu (arillodium),

e. Pusar biji (hilus), ykni bagian kulit luar biji yang merupakan berkas

pelekatan dengan tali pusar. Contoh pada Vigna sinensis

f. Liang biji (micropyle), yakni liang kecil bekas masuknya serbuk sari. 

Contoh pada biji Ricinus communis

g. Berkas-berkas pembuluh angkut (chalaza), yakni tempat pertemuan

integument dengan nuselus. Contoh Vitis vinifera

h. Tulang-tulang biji (raphe), yakni terusan tali pusar pada biji. Contoh pada

biji  Ricinus communis

Batang lembaga beserta calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang

dinamakan pucuk lembaga (plumula). Calon-calon daun itu ada yang sudah

jelas, ada pula yang belum , sehingga yang dinamakan plumula sering kali

hanya berupa titik tumbuh batang lembaga saja.Jika akar lembaga pada

rumput mempunyai suatu selubung, maka pada biji tumbuhan tersebut pucuk

lembaganya pun mempunyai suatu selubung yang disebut sarung pucuk

lembaga (coleoptilum).Jumlah daun lembaga pada biji merupakan salah satu

ciri yang penting dalam mengadakan penggolongan tumbuhan biji :

a. Tumbuhan yang bijinya mempunyai lembaga dengan satu daun lembaga.

Lembaga yang hanya memiliki satu daun lembaga disebut tumbuhan biji

tunggal (monocotyledoneae), karena biji tampak utuh/tunggal

b. Tumbuhan yang bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga. Biji

ini jelas terlihat terdiri atas dua belahan daun atau dua keping, tumbuhan ini

dinamakan tumbuhan biji belah (dicotyledoneae).

c. Tumbuhan yang bijinya mempunyai lembaga dengan lebih dari dua daun

lembaga dapat sampai15.tumbuhan ini termasuk dalam golongan tumbuhan

biji telanjang (Gymnospermae).

B. Perkecambahan Benih/Biji

Tumbuhan yang masih kecil, belum lama muncul dari biji, dan masih hidup

dari persediaan makanan yang terdapat didalam biji, dinamakan kecambah

(plantula). Kecambah memperlihatkan bagian-bagian seperti telah diuraikan

mengenai lembaga, karena memang kecambah itu berasal daril lembaga. Hanya

pada kecambah bagian-bagian tadi sudah lebih jelas mempunyai ukuran yang

lebih besar.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan

a. Faktor dalam Antara lain :

1) Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai

tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki

cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum

sempurna (Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji

menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga

telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat

itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum

(vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata

lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).

2) Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan

yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang

sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan

digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat

perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap

kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan

besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat

dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

3) Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup

tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang

secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu

perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih

menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun

gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal

baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).

4) Penghambat perkecambahan

Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat

berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan

benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan

yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

b. Faktor Luar

1) Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri

terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di

sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung

kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi

oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila

air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen

(Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30

sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai kemampuan

kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu

basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya

penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo,

2002).

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat

disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan

CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai

akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002).

Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju Menurut Kamil (1979), kira-

kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air

antara lain:

a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek

agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.

b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.

c) Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan

berbagai fungsinya.

d) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau

kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

2) Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya

perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat

dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002).

Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan

dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih,

cahaya dan zat tumbuh gibberallin.

3) Oksigen

Respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat

dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih

akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen

dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman,

perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam

benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang

masuk ke embrio kurang dari 3 persen.

4) Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi

tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh

cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,

kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance

and Brison dalam Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap

perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan

yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya

untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat

menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat

berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.

5) Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik

yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas

dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).

Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat

kertas, pasir dan tanah.

2. Proses Perkecambahan Benih

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari

perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.  Tahap-tahap yang

terjadi pada proses perkecambahan benih adalah:

a) penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari

protoplasma

b) terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat

respirasi benih

c) terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein

menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk

tumbuh

d) asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk

menghasilkanenergi bagi pertumbuhan sel-sel baru

e) pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan

pembagian sel-sel pada titik tumbuh.

Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka

pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada

dalam biji.

3. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal

Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan

kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar

dalam lingkungan yang optimum.  Berikut ini adalah uraian kriteria kecambah

normal dan abnormal.

a. Kecambah normal

1) Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik,

terutama akar primer danakar seminal paling sedikitdua.

2) Perkembangan hipokotil baik dan sempurnatan pada kerusakan pada

jaringan.

3) Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. 

Epikotil tumbuhsempurnadengankuncup normal.

4) Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi

dikotil.

b. Kecambah abnormal

1) Kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer

pendek.

2) Bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah

dan kurang seimbang.  Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon

membengkok, akar pendek, kecambah kerdil.

3) Kecambah tidak membentuk klorofil.

4) Kecambah lunak.

4. Macam – macam perkecambahan

a. Perkecambahan diatas tanah (epigaeis)

Jika perkecambahan,karena pembentangan luas batang dibawah daun

lembaga, daun lembaganya lalu terangkat keatas,muncul diatas tanah.

Misalnya pada kacang hijau (phaseolus aureus), daun lembaganya lalu

berubah warnanya menjadi hijau,dapat digunakan sebagai asimilasi,tetapi

umurnya tidak panjang. Daun lembaga kemudian gugur,dan sementara itu

pada kecambah sudah terbentuk daun-daun normal.

b. Perkecambahan dibawah tanah (hypogaeis)

Daun lembaga tetap tinggal didalam kulit biji , dan tetap didalam tanah,

seperti terdapat misalnya pada biji kacang kapri ( pisum sativum)