bilazim contoh kes
TRANSCRIPT
CONTOH KES
MUHDALENA HIDAP KEMURUNGAN PSIKOTIK – PAKAR
http://utusan.com.my/utusan/Mahkamah/20121106/ma_05/Muhdalena-hidap-
kemurungan-psikotik---Pakar
Oleh NORLIZAH ABAS
PUTRAJAYA 6 Nov. - Mahkamah Sesyen di sini diberitahu, Muhdalena Ahmad yang
didakwa melakukan ugutan jenayah dalam kejadian amuk di Jabatan Perdana
Menteri (JPM), menghidap gejala penyakit mental iaitu kemurungan psikotik.
Penyakit tersebut menjadikan wanita berusia 28 tahun itu tidak waras dan tidak
sedar terhadap kesan perbuatannya pada masa kejadian yang didakwa berlaku
pada Julai lalu.
Bagaimanapun, Muhdalena didapati kini stabil untuk dibicarakan di mahkamah dan
membela diri terhadap semua tuduhan yang dihadapinya.
Demikian status laporan yang dikeluarkan oleh Dr. Rabaiah Mohd. Salleh yang
merupakan Pengarah dan Pakar Perunding Forensik, Hospital Bahagia Tanjung
Rambutan, Ulu Kinta, Perak.
Hakim Mohd. Kamil Nizam yang berpuas hati dengan kandungan laporan tersebut
serta tahap kewarasan mental Muhdalena menetapkan perbicaraan didengar
selama tiga hari bermula 7 Januari tahun depan.
Timbalan Pendakwa Raya, Kalmizah Salleh hadir bagi pihak pendakwaan manakala
peguam M. Visvanathan mewakili tertuduh. - UTUSAN.
Artikel Penuh:
http://utusan.com.my/utusan/Mahkamah/20121106/ma_05/Muhdalena-hidap-
kemurungan-psikotik---Pakar#ixzz2Huviu6n8
© Utusan Melayu (M) Bhd
GANGGUAN PSIKOTIK DAN SKIZOFRENIA
Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami
perasaan takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi,
gangguan atau penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam
psikopatologi yakni neurosis dan psikosis. Sementara dr. H. Tarmidzi membagi
psikopatologi menjadi enam macam, selain dua yang telah tersebut, ia
mengemukakan yang lainnya yaitu psikosomatik, kelainan kepribadian, deviasi
seksual, dan retardasi mental.
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri
sebagai berikut:
• Mengalami disorganisasi proses pikiran
• Gangguan emosional
• Disorientasi waktu, ruang, dan person
• Terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian
b) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa
berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang berasa bahwa
dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali
diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada
rangsang pancaindra).
Kalau pada remaja, perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan
berlebihan dan biasanya menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan
kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah
pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki
perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran
magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa,
pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci
dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan
inkoheren.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu
menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu
memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia.
Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh.
Simptom-simptom skizofrenia, antara lain:
1. Gangguan isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya:
• Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu
atau kejadian tertentu diacukan kepada dirinya.
• Delusi persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan
mencelakan dirinya, keluarganya atau kelompoknya.
• Delusi grandeur : merasa dirinya penting.
• Delusi kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga.
• Delusi menyalahkan diri.
• Delusi control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain.
• Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.
• Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak
setia.
• Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh
orang atau kekuatan luar.
• Delusi somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya
dimakan semut.
2. Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi :
• Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan
tidak logis.
• Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat
dimengerti.
• Gangguan kognitif :
Inkoherensi : bicara ngawur
Tidak ada asosiasi
Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada.
Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik – beberapa menit)
Isi pembicaran yang sangat kurang.
Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti.
Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari.
3. Gangguan persepsi : halusinasi.
• Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera.
• Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan.
4. Gangguan afek. (afek : keadaan emosi)
• Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya.
5. Gangguan psikomotor
• Tingkah laku aneh
• Menunjukkan gangguan katatonik berupa :
Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar.
Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk
dipindahkan.
Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan diulang-
ulang.
6. Gangguan hubungan Interpersonal
• Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi denagn penderita – ia tidak
mampu berinteraksi dengan cara yang umum – hidup dalam dunia fantasi dan
delusi.
7. Gangguan perasaan diri:
• Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau
kekuatan luar.
8. Gangguan motivasi
• Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena
kebingungan adanya pilihan-pilihan yang mungkin.
• Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak
akan dapat digerakkan.
Fase-fase schizophrenia, adalah:
1. Fase prodromal : periode sebelum periode aktif :
• Individu menunjukkan gangguan- gangguan berfungsi social dan interpersonal
yang progresif.
• Perubahan yang terjadi dapat berisi : penarikan sosial, ketidak mampuan bekerja
secara produktif, eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi myang tidak sesuai,
perkembangan pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa,
pengalaman persepsi yang aneh, hilangnya inisiatif dan energi.
2. Fase aktif : paling sedikit satu bulan.
• Individu mengalami simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara yang tidak
teratur, demikian pula tingkah lakunya, tanda-tanda penarikan diri.
3. Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah dan
tidak mengganggu.
Sakit jiwa berat (psikologis atau gila) adalah suatu gangguan jiwa. Pasien
kehilangan daya nilai realistik atau reality test terganggu. Bukti nyata reality test
terganggu adalah adanya waham, halusinasi dan pola perilaku yang kacau, tidak
masuk akal dan tak bermanfaat disertai tilikan yang buruk.
1. Gangguan Psikotik
Mungkin terdapat beda penafsiran tentang psikotik dengan apa yang dihayati
masyarakat. Gila dalam masyarakat adalah mereka yang mengamuk, merusak atau
tak bisa merawat diri sehingga compang-camping, dan akhirnya menggelandang.
Apa yang dihayati oleh masyarakat itu sebenarnya adalah daya nilai reality test
terganggu sudah dalam tahap akhir. Karena pada dasarnya pasien psikotik
(khususnya kelompok skizofrenia) bila tidak tepat dalam penanganannya akan
berlanjut dan dapat terjadi hal-hal tidak diinginkan. Seseorang yang mengidap
gangguan psikotik, khususnya skizofrenia bisa melakukan tindakan yang tak
terduga, walaupun sebelumnya tak menunjukkan perilaku yang agresif.
Ganggguan psikotik lain :
1. Gangguan psikotik singkat :
Simtom psikotik singkat : 1 hari – 1 bulan.
Kemudian dapat berfungsi secara normal (waktu terbatas)
Ada stressor yang diketahui ada yang tidak.
Di DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah
melahirkan.
Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.
2. Gangguan schizofreniform
Ada simtom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada
psikosis reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis
schizophrenia)
Simtom psiko – afektif :
• Apabila ada simtom-simtom yang sifatnya schizofrenik dan afektif.
• DSM IV: ada simtom depresi mayor atau periode manik dan simtom delusi dan
halusinasi.
3. Gangguan delusional
Penderita dapat berfungsi sesuai, hanya ada satu gejala yaitu delusi. Delusi
sistematik dan menonjol, tettapi tidak aneh seperti pada schizophrenia.
Ada 5 subtipe :
1) Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat mencintai
dirinya. Disamping itu biasanya ada simtom depresi atau mania.
2) Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat penting
(merasa dirinya ratu adil).
3) Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
4) Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya, merasa
dirinya akan dibunuh.
5) Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit yang
membahayakan atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan tidak dapat
diubah.
4. Gangguan psikotik bersama.
Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan system delusional sebagai
akibat hubungan yang dekat dengan orang yang delusional. Kalau dua orang
disebut folie a deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau seluruk keluarga . jadi
seakan-akan orang terjangkit karena dekat, kalau pisah yang terjangkit dapat
kembali normal.
2. Perilaku Kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan serta
rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai
fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam
rumah tangga, kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan
penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan
seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga,
atau tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau,
tak mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau
penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik
diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran
kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan
anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat
menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut
dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri
sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.
3. Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang.
Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi
pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku
individu. Seorang pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan
menunjukkan kecurigaan terhadap perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum
dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau
membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat
emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh,
ia akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang
dibunuhnya.
4. Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada
sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien
psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real
dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah
untuk membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak
terjadi pada pasien psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya
halusinasi yang memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
5. Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa
ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan
disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga
sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan
keadaan-keadaan kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia
membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena
menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang
ibu yang menyiram anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu
yang lalu, dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram
hewan.
6. Tilikan Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya
perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau
diajak berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak
sakit ini yang mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena
merasa tak sakit ia tak mau mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga
penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan
illusi, segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.
7. Psikosis di Masyarakat
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang
30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari
penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat.
Tetapi tidak semua bisa dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di
Jateng masih di bawah 1.000 tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam
masyarakat dan pasien ini seharusnya perlu pengawasan yang seksama. Pasien
psikotik yang mungkin tenang terkadang tak terduga akan menjadi agresif tanpa
stressor psikososial yang jelas.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia)
dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi
stigma masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah
berbeda, tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif
gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang tenang dipulangkan namun masih
dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien
yang menunjukkan perilaku yang membahayakan diri atau membahayakan
lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang pasien dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas.
Perjalanan psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di
Rumah Sakit Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater.
Yakni pelayanan integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah
psikiater yang ada belum memadai sesuai kebutuhan.
Ciri-ciri penderita psikotik antara lain:
1. Penarikan diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar rumah.
2. Tak mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja, atau
bekerja sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau mengerjakan tugas
yang diberikan.
3. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi keseharian,
bicara ngelantur.
4. Dalam pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.
5. Perubahan perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun,
perilaku aneh-aneh yang sebelumnya tidak pernah dijalani.
6. Kelihatan menjadi murung dan merasa tak berdaya.
7. Sulit tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya,
tetapi pasien merasa sulit atau tidak bisa tidur.
BAB II
KASUS
Epilepsi Perlu Pengobatan Intensif
Sewaktu kecil Sadid adalah seorang anak yang aktif, banyak bicara, mudah marah,
dan suka berkelahi. Demikian pula di sekolah, Sadid sering bolos dan bila marah
merusak barang-barang yang ada di dekatnya seperti membanting gelas atau piring.
Sejak usia 10 tahun Sadid sering mengalami pengalaman yang aneh, seperti
bermaksud ke rumah Hafidz, tetapi tanpa disadari ke rumah Seno. Ketika sadar di
rumah Seno, ia segera kembali ke rumah Hafidz. Ia sering merasa asing di
kamarnya sendiri dan ketika berada di rumah orang yang dikenalinya dengan baik.
Ketika bersepeda ia sering jatuh tanpa disadarinya.
Keluhan yang disampaikan Sadid adalah sakit kepala. Semasa remaja, Sadid juga
masih sering melakukan perbuatan tanpa disadarinya, misalnya naik pohon
kemudian kebingungan tidak bisa turun atau nyemplung ke dalam kolam tanpa
tujuan yang jelas. Meskipun semasa kecilnya terkenal nakal, namun untuk mengaji
dan shalat cukup rajin.
Menjelang dewasa, Sadid mulai berubah menjadi pendiam dan sulit bergaul. Sejak
dua tahun lalu, tingkah laku Sadid semakin aneh seperti mengurung diri di kamar,
bicara mulai kacau dan sulit dimengerti. Suatu hari, Sadid pernah mencoba untuk
terjun ke dalam sumur, dan ketika ditanya takut karena ada yang akan
membunuhnya. Sadid mengatakan ia sering bermimpi merasa dikepung, ada orang
yang mengejar dan akan membunuhnya. Kakek Sadid juga menderita gangguan
jiwa dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak lima kali.
BAB III
ANALISA KASUS
Psikotik adalah gangguan jiwa yang dapat diturunkan. Menurut statistik yang dibuat
oleh Kalman, jika salah seorang orang tua menderita psikotik (misal skizofrenia),
kemungkinan anak-anaknya menderita psikotik adalah sebesar 12%. Anak-anak lain
yang tidak menderita psikotik tetap mengandung bibit penyakit tersebut dan
mempunyai risiko untuk mengalami gangguan yang lebih besar. Bibit itu akan
diturunkan pada generasi berikutnya. Inilah yang dialami Sadid. Selain itu, timbulnya
penyakit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Gejala-gejala psikotik yang ditemukan pada Sadid antara lain adanya bicara kacau
yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curiga ada yang mengejar dan akan
membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri dari lingkungan sosial (social
withdrawl).
Adanya waham kejar ini memungkinkan seorang penderita dapat melakukan
tindakan membahayakan, bagi dirinya sendiri seperti terjun ke dalam sumur atau
membahayakan orang lain yaitu menyerang orang lain.
Meskipun Sadid mengalami penurunan kesadaran dan gangguan jiwa berat
(psikotik), namun masih mampu salat dan membaca Alquran. Hal ini menjadi bukti
bahwa gangguan jiwa berat atau psikotik tidak mempengaruhi kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya. Namun demikian, pasien tidak mampu menggunakan
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk sesuatu yang berguna.
Penurunan kesadaran yang dialami oleh Sadid besar kemungkinan adalah suatu
serangan yang dahulu dikenal sebagai epilepsi atau yang oleh masyarakat awam
disebut sakalor atau ayan.
Epilepsi ada yang disertai dengan gejala kejang-kejang, mula-mula berteriak lalu
pingsan seluruh badan dan keluar ludah berbusa. Kadang-kadang berdarah karena
lidah tergigit. Sesudah kira-kira satu menit penderita bernapas kembali dan sadar.
Epilepsi tipe lain gejalanya berupa serangan penurunan kesadaran dalam beberapa
detik. Kadang ia bergumam, masih mendengar apa yang dibicarakan tetapi tidak
dapat menjawab. Setelah beberapa detik, ia sadar kembali melanjutkan pekerjaan.
Epilepsi tipe psikomotor atau epilepsi lobus temporalis kadang-kadang langsung,
tidak didahului oleh serangan kejang-kejang atau penurunan kesadaran. Gejala-
gejala gangguan psikiatrik menonjol, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan
gangguan psikotik yang fungsional.
Semasa kecil Sadid adalah anak nakal. Pada epilepsi sering dijumpai apa yang
disebut psikopatisasi, terutama bila gangguan telah dijumpai dalam waktu yang lama
dan frekuensi serangan tinggi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan mungkin Sadid adalah
seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik.
Gangguan ini telah dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan
dari black out) dan sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini".
Dalam keadaan mimpi, pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-
gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia
sempurna".
Gejala-gejala yang dialami Sadid dapat dikategorikan dalam psikotik. Psikotik dapat
muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang ditandai kemunduran atau kemurungan
kepribadian. Berdasarkan fase Sadid telah berada pada fase aktif. Karena individu
mengalami simtom psikotik, halusinasi, delusi, bicara dan tingkah laku tidak teratur
serta tanda-tanda penarikan diri.
2. Paranoid adalah gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya. Individu yang
mempunyai kepribadian paranoid kemungkinan terdapat waham, namun gejala itu
hanya sekilas.
3. Maniac depressive psychosis adalah kondisi inidividu di mana perasaan gembira
yang mendadak bisa berubah sebaliknya.
Upaya yang perlu dilakukan adalah segera membawa Sadid ke fasilitas psikiatri
untuk menentukan diagnosis kemungkinan dan pengobatan yang adekuat.
Perawatan yang intensif (rawat inap), tampaknya diperlukan bagi Sadid. Berbagai
pemeriksaan akan dilakukan sesuai indikasi, misalnya pemeriksaan Electro
Enceplalografi dan CT Scan, atau bahkan bila diperlukann MRI (Magnetic
Resonance Imaging). Dokter yang memeriksa akan menentukan apakah gejala-
gejala psikotik yang ditampilkan merupakan bagian dari epilepsinya atau merupakan
gangguan yang terpisah.
BAB III
KESIMPULAN
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri
sebagai berikut:
mengalami disorganisasi proses pikiran
gangguan emosional
disorientasi waktu, ruang, dan person
terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian
b) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa
berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar
pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali
diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada
rangsang pancaindra).
Dari uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita pada
subjek antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi,
merasa curiga ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya
penarikan diri dari lingkungan sosial (social withdrawl). Sehingga dapat disimpulkan
subjek adalah seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala
psikotik. Gangguan ini telah dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out
(lebih ringan dari black out) dan sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau
"kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi, pasien dapat melakukan tindakan yang
merusak atau gejala-gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan perbuatan, pasien
mengalami "amnesia sempurna".
DAFTAR PUSTAKA
Arif Setiadi Imam. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien.
Bandung: Aditama.