berhias.ppt
TRANSCRIPT
Ayat yang terkait dengan berhias
Dalam hal ini, cincin emas dan pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a pernah berkata:
ع�ن� و� �ق�س�ى ال �اس� �ب ل ع�ن� و� �الذ!ه�ب� ب � %م ت !خ� الت ع�ن� م ص الله� و�ل% س% ر� �ى �ه�ات ن) الطبرانى ) رواه �م%ع�ص�ف�ر� ال �اس� �ب ل
Artinya: “ Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta pakaian yang dicelup dengan
ashfar.” (HR Thabrani)Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:
�اب� : �ي ث م�ن� ه�ذ�ه� �ن! ا ف�ق�ال� �ن� ي م%ع�ص�ف�ر� �ن� �ي �و�ب ث ع�ل�ي! م ص الله� و�ل% س% ر� �ى أ ر�ه�ا �س� �ب �ل ت � ف�ال %ف!ار� �ك ال
Artinya: “Rasulullah SAW pernah melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengn ashfar maka sabda beliau: Ini adalah
pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu janganlah engkau pakai.”
و� ة� ر� �لو�اش� ا و� م�ة� �و�ش� ت �م%ش� ال و� م�ة� �و�اش� �ل ا م ص الله� و�ل% س% ر� ع�ن�) الطبرانى ) رواه ة� ر� �و�ش� ت �لم%ش� ا
Artinya: “Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya.” (HR At Thabrani)
�ت�ي �ن اب �ن! ا الله� و�ل% س% ر� �ا ي ف�ق�ال�ت� م ص �ي! !ب الن �ة� ا �م�ر� ا �ل�ت� ا س��ه�؟ ف�ي �ص�ل% �ف�أ ا %ه�ا ت و!ج� ز� �ي �ن و�ا ه�ا ع�ر% ش� ق� �م�ر� ف�ا �ة% �ح�ص�ي ال �ه�ا �ت �ص�اب ا) البجارى : ) زواه �ة� �و�ص�ل ت �م%س� ال و� �ة� �و�اص�ل ال الله� �ع�ن� ل ف�ق�ال�
Artinya: “Seorang perempuan bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak saya tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan yang melaknat perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR Bukhari)
و� � أ ن� ء�اب�ائ�ه� و�
أ� ن� ل�ب�ع�ول�ت�ه� إ�ال� ن� ز�ين�ت�ه� ي�ب�د�ين� و�ال�ن� ب�ع�ول�ت�ه� ب�ن�اء�
� أ و�� أ ن� ب�ن�ائ�ه�
� أ و�� أ ن� ب�ع�ول�ت�ه� ء�اب�اء�
ب�ن�ي و�� أ ن� ان�ه� و� إ�خ� ب�ن�ي و�
� أ ن� ان�ه� و� إ�خ� و�� أ
ن� ائ�ه� ن�س� و�أ� ن� ات�ه� و� خ�
أ�“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
mereka kecuali kepada suami-suami mereka atau bapak-bapak mereka atau bapak-bapak mertua mereka (ayah suami) atau anak-anak laki-laki mereka atau anak-anak laki-laki dari suami-suami mereka atau saudara-saudara laki-laki mereka atau anak-anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka (keponakan laki-laki dari saudara lelaki) atau keponakan laki-laki dari saudara perempuan mereka atau di hadapan wanita-wanita mereka.” (An-Nur: 31)
�اه%ه%م� ب ج� �ه�ا ب �و�ى %ك ف�ت !م� ه�ن ج� �ار� ن ف�ي �ه�ا �ي ع�ل %ح�م�ى ي �و�م� ي%م� ك �ف%س� ألن %م� ت �ز� �ن ك م�ا ه�ذ�ا ه%م� و�ظ%ه%ور% %ه%م� %وب ن و�ج%
ون� ) �ز% �ن �ك ت %م� �ت %ن ك م�ا ٣٥ف�ذ%وق%وا(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak
dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu dengan itu diseterika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu(Q.S At-taubah : 35)
• Bertawakal (at-tawakkul), yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan.
• Ikhlas (al-ikhlash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya' (pamer kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik.
• Mengharap (ar-raja'), yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu atau mengharapkan sesuatu yang disenangi dari Allah, setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkan.
• Bersikap takut (al-khauf), yaitu suatu sikap yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah.
B. Akhlak Berpakaian1. Pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian
Pakaian ialah barang yang dipakai atau dikenakan tubuh, seprti baju dan celana, untuk menutupi aurat dan atau anggota tubuh lainnya dari berbagai macam perubahan cuaca. Akhlak berpakaian adalah sikap berpakaian yang pantas dan sopan dalam setiap situasi dan keadaan. Fungsi pakaian adalah pelengkap kebutuhan fisik, rohani dan status sosial atau harga diri.
Al-Qur’an menyebutkan tiga ungkapan yang menunjuk arti pakaian, yaitu : libas, tsiyab dan sarabil. Kata libas ditemukan sebanyak sepuluh kali, tsiyab ditemukan sebanyak delapan kali, sedangkan sarabil ditemukan sebanyak tiga kalidalam dua ayat. Libas pada mulanya berarti penutup apa saja yang harus ditutup. Tetapi maknanya tidak terbatas pada “penutup aurat”. sebab cincin yang menutup sebagian jari juga disebut libas.
Ketika berada di Surga, Adam dan Hawa telah menganakan pakaian, tetapi karena godaan setan, mereka melepaskannya. Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 20 menjelaskan peristiwa pelepasan pakaian Adam dan Hawa tersebut :
“Setelah itu maka Syaitan membisikkan (hasutan) kepada mereka berdua supaya (dapatlah) ia menampakkan kepada mereka akan aurat mereka yang (sekian lama) tertutup dari (pandangan) mereka, sambil ia berkata: "Tidaklah Tuhan kamu melarang kamu daripada (menghampiri) pokok ini, melainkan (kerana Ia tidak suka) kamu berdua menjadi malaikat atau menjadi dari orang-orang yang kekal (selama-lamanya di dalam Syurga)". (QS. Al-A’raf 7:20).
Adapun pentingnya akhlak berpakaian dan bewrhias telah disinggung dalam Al-Qur’an dalam beberapa ayat dan tema berikut :
“Wahai anak-anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu (bahan-bahan untuk) pakaian menutup aurat kamu, dan pakaian perhiasan; dan pakaian yang berupa taqwa itulah yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah dari tanda-tanda (limpah kurnia) Allah (dan rahmatNya kepada hamba-hambaNya) supaya mereka mengenangnya (dan bersyukur)”. (QS. Al-A’raf 7:26).
2. Bentuk-bentuk akhlak berpakaian
Emha Ainun Nadjib pernah mengilustrasikan pentingnya akhlak berpakaian dengan kata-kata sarat makna : “jika kamu ingin mengetahui hakikat pakaian bagi manusia dan hakikat rasa malu, pergilah kamu kepasar dan lepaslah pakaianmu! Niscaya kamu akan tahu betapa pentingnyaia bagimu. Niscaya kamu akan tahu bahwa hanya orang gila yang telanjang di pasar!”.
Bentuk-bentuk pakaian yang memiliki nilai-nilai akhlak, antara lain :• Kemeja gamis• Baju koko atau baju takwa• Sarung, sorban dan peci• Setelan kemeja, celana da dasi.
Adapun bentuk-bentuk akhlak berpakaian, antara lain :• Mengenakan pakaian yang bagus, bersih dan indah.• Mengenakan pakaian yang menutupi aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk
tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada dibaliknya.• Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya.• Berpakaian tidak boleh dengan tujuan untuk meraih ketenaran.• Mengenakan pakaian yang tidak ada gambar salibnya atau pencitraan negatif.• Laki-laki tidak boleh memakai emas dan kain sutera kecuali dalam keadaan
terpaksa.• Pakaian laki-laki tidak boleh panjang melebihi kedua mata kaki.• Pakaian perempuan harus menutup seluruh badannya, termasuk kedua kakinya.• Haram bagi perempuan memasang tato, emnipiskan bulu alis, memotong gigi
supaya cantik dan menyambung rambut (bersanggul).
3. Nilai-nilai positif akhlak berpakaian
Pakaian adalah lambang keperibadian orang yang memakainya. Warna pakaian, longgar dan ketatnya pakaian, serta corak-corak yang menghiasai pakaian dapat menjadi simbol yang menerjemahkan keinginan dan pilihan pemakainya. Disinilah terdapat niali-nilai dalam pakaian dan akhlak dalam berpakaian.
Nilai-nilai positif dalam pakaian, antara lain :• Pakaian dapat melindungi manusia dari sinar matahari yang terik dan dari cuaca
yang amat dingin.• Pakaian dapt menutupi aurat.• Pakaian yang rapi, sopan, dan pantas mencitrakan kepribadian yang positif dari
pemakainya.• Nilai-nilai positif dalam akhlak berpakaian atau penampilan, antara lain :• Penampilan yang menarik.• Penampilan bernuansa agamis ala ustad atau santri.• Penampilan bernuansa resmi ala pegawai kantor.• Penampilan diluar rumah dengan menutup aurat.• Penampilan sopan dirumah dengan tetap menutup aurat.
4. Membiasakan akhlak berpakaian
Untuk membiasakan sikap berpakaian agar menjadi karakter atau akhlak berpakaian yang islami, seseorang perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
• Memahami bahwa akhlak berpakaian adalah citra kesucian diri yang akan menempatkan manusia pada kedudukan dan martabat yang tinggi.
• Membiasakan berpakaian sesuai dengan situasi dan kondisi.• Menghindarkan diri dari berpakaian yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan
situasi dan keadaan.• Mengenakan pakaian yang pantas dan sopan sesuai dengan ajaran agama.• Berusaha melakukan pembiasaan akhlak berpakaian dengan penuh kesadaran
sehingga tidak ada perasaan terpaksa atau bosan dalam mengenakan pakaian yang sesuai dengan ajaran agama.
• Mengindahkan ajaran Islam tentang berpakaian yang sesuai dengan jenis kelamin pemakainya.
• Mengindahkan ajaran Islam tentang larangan mengenakan pakaian yang bergambar salib dan larangan mengenakan sutera dan emas bagi laki-laki.
C. Akhlak Berhias1. Pengertian dan pentingnya akhlak berhias
Islam memandang penting akhlak berhias dalam tat pergaulan sosial dan dalam kehidupan berumah tangga. Nabi saw pernah berpesan kepada sahabatnya yang berpakaian lusuh dan kotor, “apabila Allah mengaruniakan kepadamu harta, maka tampakanlah bekas nikmat dan kemurahan-Nya itu pada dirimu (denagn pakaianmu).” (HR. Abu Dawud).
2. Bentuk-bentuk akhlak berhias
Bentuk-bentuk akhlak berhias antara lain :• Membersihakn badan atau mandi.• Membersihakn mulut dengan bersiwak dan berkumur.• Mencuci tangan dengan menyela-nyela jari jemari.• Mencukur dan merapikan rambut kepala dengan menyisirnya dan merapikannya,
mencabut bulu ketiak atau mencukurnya dan mencukur rambut kemaluan.• Merapikan kumis dengan mencukurnya.• Merawat jenggot supaya tumbuh dengan rapi, dan memotongnya bila sudah
terlalu panjang dan tidak menarik.• Membersihkan dan memotong kuku.• Membersihkan kemaluan dan jalan belakang setelah buang hajat.• Berkhitan.• Berpakaian yang bersih, rapi, indah, dan sopan, baik didalam rumah maupun
ketika diluar rumah.• Berdandan yang rapi dan menarik ketika akan menghadiri sebuah acara sosial
atau acara keluarga.
Semua bentuk akhlak berhias bertujuan untuk menampilkan keindahan, kebersihan dan kesucian diri manusia, dan Islam sangat menganjurkan akhlak-akhlak tersebut dikaitkan dengan niat beribadah kepada Allah yang Maha indah dan Mencintai keindahan.
3. Nilai-nilai positif akhlak berhias
Nilai-nilai positif yang terkandung didalam akhlak berhias ialah :• Kebersihan diri.• Keindahan.• Kesopanan.• Kebaikan diri.• Kemuliaan diri.• Kepribadian.• Penghargaan diri.
Agar akhlak berhias menjadi karakter yang positif, seseorang harus malakukan hal-hal berikut :
Membiasakan diri untuk membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari. Membiasakan diri untuk berwudhu dan bersiwak ketika akan shalat dan membaca
Al-Qur’an. Merapikan diri dalam setiap keadaan dna kondisi, seperti menyisir rambut dan
memakai minyak wangi. Berdandan yang rapi dan indah, khususnya ketika akan shalat, dan ketika akan
melakukan kegiatan-kegiatan yang positif didalam atau diluar rumah. Merapikan atau mencukur rambut kepala, kumis, jenggot dan rambut yang
tumbuh dibagian kemaluan, serta memotong kuku sebagaimana disunahkan. Membiasakan diri untuk berpakaian yang rapi dan sopan, serta berpenampilan
indah dan menarik sesuai dengan kebutuhan dan tidak boleh berlebih-lebihan. Memuliakan diri dengan penampilan rapi dan menarik sehingga mengesankan
kepribadian yang mulia dan terhormat.
“Semoga bermanfaat”
Disusun oleh :• Annisa Lestari• Annisa Siti Nurjanah• Fanny Agustin s• Yuni Purnamasari
Kelas : XI IPS 4
• Akhlak Bertamu dan menerima tamu : perilaku terpuji ketika bertamu dan menerima tamu. Akhlak ini merupakan kebutuhan sosial yang sangat baik untuk mempererat hubungan kemasyarakatan.
• Akhlak perjalanan : perilaku terpuji ketika berjalan atau melakukan perjalanan. Akhlak ini akan memberikan kesan postitif terhadap kepribadian .
• Akhlak berhias : berhias / berdandan sesuai dengan tuntutan syariat, yaitu dalam batas kewajaran, kesopanan dan tidak berlebihan.
• Akhlak berpakaian : sikap berpakaian yang pantas dan sopan sesuai dengan situasi dan kondisi. Fungsi utama pakaian adalah menutup aurat.
• Akhlak : perangai atau karakter yang menetap kuat didalam jiwa.
RANGKUMAN