benang biru

72
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 bab XI pasal 144 ayat 4 dan 5 tentang kesehatan jiwa “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab menciptakan kondisi kesehatan jiwa yang setinggi- tingginya dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2). “Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa. Menurut WHO (World Health Organization) bahwa sekita 35 % dari kasus penyakit-penyakit yang timbul di lingkungan profesi adalah gangguan mental seperti gangguan emotional, stress dsb. Stres itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. 1

Upload: wike-dwysre

Post on 27-Sep-2015

236 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tytytyitrtnvbnmbm

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 bab XI pasal 144 ayat 4 dan 5 tentang kesehatan jiwa Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab menciptakan kondisi kesehatan jiwa yang setinggi-tingginya dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2). Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa. Menurut WHO (World Health Organization) bahwa sekita 35 % dari kasus penyakit-penyakit yang timbul di lingkungan profesi adalah gangguan mental seperti gangguan emotional, stress dsb. Stres itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang.

Hasil Penelitian HSE(Health and Safety Executive) pada tahun 2013 di Inggris presentasi terjadinya stress di bidang kesehatan dan social sebanyak 22% dari 100.000 penduduk per tahun, di bidang administrasi dan pertahanan adalah 19 % dari 100.000 penduduk per tahun, dan dibidang pendidikan adalah 18 % dari 100.000 penduduk pertahun. dari hasil penelitian tersebut menuntukan stres dapat terjadi pada semua orang, dimanapun dan kapanpun termasuk mahasiswa. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi (Depdiknas. 2005).

Menurut hasil penelitian stephani pada tahun 2006 didapatkan prevelensi stres pada mahasiswa kedokteran Universitas California sebesar 51 % ( Nuriana, 2009 ) Tiga penelitian tentang stres pada mahasiswa dialkukan di Asia menunjukan hasil di Pakistan dengan 161 mahasiswa kedokteran 30.84 % diantaranya mengalami stres, Thailand dengan 686 partisipan dengan prevalensi stres mahasiswa kedokteran adalah 61,4 %, dan di Malaysia dengan 396 partisipan, prevelensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 41,9%. Dan secara umum tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa kedokteran berkisar 25 % -75% (Firdaus ,2010). Hal ini menunjukan mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa fakultas lain, hal ini disebabkan oleh padatnya jadwal kuliah, gugup menghadapi ujian, frekuensi ujian, beban pelajaran berlebihan, tugas-tugas yang menumpuk, tuntutan prestasi dari orang tua dan kurangnya waktu rekreasi(Carolin, 2010)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh pada mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dari 204 mahasiswa ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat stres akademik pada mahasiswa tingkat profesi tahun pertama dan mahasiswa tingkat profesi tahun kedua, tetapi ada perbedaan yang bermakna tingkat stres sosial dan stres personal (Suhoyo,dkk,2006). Sesuai dengan pendapat Towbes & Cohen (1996) menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi, hal ini karena mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru(Ross, 2009)

Berdasarkan penelitian di fakultas Kedokteran USU gambaran stres berdasarkan tempat tinggal menunjukkan tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal serumah dengan orang tua (Norvita, 2011). Hal ini mungkin karena pengaruh hubungan mahasiswa dengan orang tua dan keluarga sesuai dengan Pendapat Walker (2002) bahwa salah satu penyebab stres pada remaja berdasarkan faktor psikologis dan sosial adalah tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai sesuatu serta tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga. Untuk distribusi gambaran stres berdasarkan alasan masuk FK menunjukan tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena keinginan orang tua dibandingkan dengan alasan coba coba dan minat sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa dan Gunarsa (1995) bahwa pemilihan jurusan yang tidak berdasarkan minat akan menyebabkan kesulitan penyesuaian oleh mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa cenderung mengalami stres lebih tinggi. Jika mahasiswa mengalami stress tingkat tinggi dengan beban stres berat dapat memicu seorang remaja untuk berperilaku negative, seperti merokok, alcohol, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA, dsb (Widianti, 2007).

Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sehubungan dengan gambaran stres yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama (FK Unaya)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditimbulkan suatu pernyataan yaitu, bagaimanakah gambaran tingkat stres mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui bagaimana gambaran stres perkuliahan mahasiswa baru fakultas kedokteran Universitas Abulyatama

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tingkat stres perkuliahan yang dialami mahasiswa baru angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.

b. Untuk mengetahui gambaran hubungan jenis kelamin dengan tingkat stres perkuliahan yang dialami mahasiswa baru angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.

c. Untuk mengetahui gambaran hubungan tempat tinggal dengan tingkat stres perkuliahan yang dialami mahasiswa baru angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

d. Untuk mengetahui gambaran hubungan Alasan Mahasiswa memilih masuk Fakultas Kedokteran dengan tingkat stres perkuliahan yang dialami mahasiswa baru angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan strategi untuk mahasiswa baru dalammenghadapi stres yang berlebihan

b. Menanam sikap Positive Thinking pada mahasiswa baru dalammenghadapi segala masalah

2. Bagi instansi Pendidikan

a. Mengkaji kembali kurikulum yang diberkian agar dapat mengurangi stres

b. Memberi masukan kepada mahasiswa baru tentang stres.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pada Penelitian ini peneliti hanya membahas mengenai gambaran tingkatar stress perkuliahan mahasiswa baru FK Abulyatama

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stres

Tidak ada definisi yang pasti untuk stress karena setiap individu akan memiliki seaksi yang berbeda terhadap stress yang sama (American Institute of Stress, 2010). Stres itu sendiri adalah cara tubuh kita dalam merespon suatu tuntutan yang dibuat untuk kita oleh lingkungan, hubungan kita, persepsi dan interpretasi dari penuntut (National Association of School Psychologist, 2008). WHO (2009) menyebutkan, stress belakangan ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dan intensitas berlebihan yang tidak disukai oleh respon fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai system (Sriati, 2007)

Menurut Hans Seyle, stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban. Stresor psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga seorang tersebut harus mengadakan adaptasi untuk mengulanginya. Namun tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbulah keluhan salah satunya stres (Isnaeni, 2010).

Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkunganya, yang menimbulkan presepsi jarak antara tuntunan-tuntunan yang berasal dari situasi yang bersuber pada system biologis, psikologis dan sosial seseorang.

Stres muncul akibat dari adanya tuntutan yang melebihi dari kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan , akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam dirinya. Ketegangan dalam dirinya. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian akan berkembang menjadi stress (Gunawati, Hartati, Lisitara, 2006).

B. Etiologi Stres

Stres terjadi dalam 2 teori, yaitu teori biologis dan psikologis. Menurut teori biologis, stres terjadi akibat lemahnya organ tertentu. Teori biologis juga menjelaskan bahwa stres dapat terjadi akibat ketidak seimbangan hormon-hormon didalam tubuh. Seseorang yang menderita stres akam mengalamai peningkatan jumlah kortisol yang mengalami penurunan system imun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan menurut Teori Psikologis, ancaman fisik akan menciptakan stres. Presepsi tersebut akan merangsang aktivitas system simpatik dan sekresi hormone hormone stress (Carolin,2010)

Stres sendiri diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita. Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).

C. Sumber Stres

Menurut Tumer & Helms (1995) sumber stres adalah semua kejadian atau kondisi eksternal yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang. Ketidakseimbangan yang terjadi baik disebabkan oleh perubahan fisik, lingkungan, maupun sosial, dapat memicu terjadinya stress (Melly,2008).

Sumber stres merupakan suatu keadaan yang dianggap mengancam dan menimbulkan ketegangan, antara lain :

1. Peristiwa dalam Hidup (Life Event)

Menurut Rice (1992) kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seseorang seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/jabatan. Kejadian utama dalam hidup kita dapat menyebabkan stres, meskipun itu positif maupun negatif. Pada umumnya, penyebab dari stres dalam hidup kita adalah karena hal-hal berikut ini:

a. Kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan

b. Kehilangan anggota keluarga (loss of a family member)

c. Pisah dengan orang tua

Soewadi (1999) menyatakan bahwa stres merupakan ketimpangan dalam menyesuiakan antara tuntutan lingkungan dengan kapasitas respon individu. Sehingga anak yang secara tiba-tiba hidup terpisah dengan orang tuanya jika tidak dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru dapat mengalami stress.

Penelitian Sliegman (1994) menyatakan bahwa sebanyak 36,4% remaja mengalami gangguan psikiatri akibat pisah dengan orang tua (Nuriana ,2009).

d. Bencana alam (natural disasters

e. Terrorism

f. Daily hassles

2. Frustrasi

Frustrasi adalah situasi apa pun di mana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustrasi dapat juga diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi (Santrock, 2003).

3. Konflik

Menurut Rice (1992) , konflik merupakan munculnya dua kecenderungan yang bertentangan secara simultan. Konflik dapat muncul karena adanya kebutuhan internal atau motif yang bertentangan, karena tuntutan eksternal yang bertentangan, atau karena motif internal yang berlawanan dengan tuntutan eksternal. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain. Konflik berkaitan erat dengan konsep frustrasi. Psikologi menggunakan pendekatan dan penghindaran dalam usaha menghadapi konflik. Dalam hal ini, kita akan mendekati sesuatu yang kita harapkan dan menghindari sesuatu yang tidak kita harapkan.

Menurut Miller (1959) ada empat jenis utama dari konflik yang meliputi pendekatan dan penghindaran (Sarafino , 2006) :

a. Approach-approach conflict (konflik mendekat-mendekat)

Konflik ini terjadi pada saat seseorang diharuskan memilih dua alternatif yang sama-sama menarik tapi saling bertentangan serta ingin dipenuhi pada saat yang bersamaan.

Contoh: seseorang harus memilih diantara dua tawaran pekerjaan yang diberikan kepadanya, dimana kedua pekerjaan ini sama-sama baik, bergengsi dan dengan gaji yang cukup layak.

b. Avoidance-avoidance conflict (konflik menghindar-menghindar)

Konflik ini muncul pada saat seseorang terjebak dalam dua pilihan yang tidak diinginkan, namun pilihan harus tetap ditentukan. Misalnya, seorang remaja yang harus memilih presentasi di depan kelas atau tidak datang dan mendapat nilai nol.

c.Approach-avoidance conflict (konflik mendekat-menghindar)

Konflik ini terjadi apabila seseorang menerima suatu tujuan yang positif yang juga akan menghasilkan satu akibat yang negatif.

d.Multiple approach-avoidance conflict

Konflik yang menginginkan individu untuk memilih diantara dua pilihan, dimana masing-masing memiliki dampak yang positif dan konsekuensi-konsekuensi yang negatif.

4. Tekanan (Pressure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum, tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada tiap individu. Tekanan dalam kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive serta menimbulkan stres (Sarafino, 2006). Tekanan dapat berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Sumber internal

Sumber tekanan yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain adalah konsep diri dan komitmen personal.

b. Sumber eksternal

Sumber tekanan eksternal banyak berkaitan dengan tekanan waktu, peranyang dijalani, juga berkaitan dengan tuntutan-tuntutan orang lain, misalnya, seorang siswa yang mengejar target agar lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi favorit atau dapat berupa tuntutan orang tua.

5. Kondisi lingkungan

Faktor lingkungan tempat tinggal, misalnya temperatur, polusi udara, kebisingan, kelembaban juga bisa menjadi sumber dari stres Reaksi seseorang terhadap stres yang dihadapinya dipengaruhi beberapa faktor (Sarafino, 2006). Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Pengalaman awal dengan stres

Reaksi stres pada umumnya tidak akan terlalu kuat ketika seseorang pernah mempunyai pengalaman terhadap stres. Ada studi yang mengatakan bahwa pengalaman awal terhadap stres dapat memberikan efek ke masa yang akan datang.

2. Kehadiran stres lain

Diasumsikan bahwa kehadiran suatu sumber stres ternyata tidak hanya menimbulkan reaksi terhadap sumber stres itu sendiri tetapi juga membuat Individu menjadi lebih mudah terganggu oleh sumber stres yang lain.

3. Intensitas dan lamanya stres

Semakin kuat dan semakin lama stres itu berlangsung maka reaksi yang muncul juga akan semakin serius. Kematian atau kehilangan seseorang merupakan contoh stres yang kuat dan berlangsung lama, yang dapat memunculkan reaksi yang serius misalnya dapat mengalami depresi.

4. Faktor perkembangan

Manusia memiliki perbedaan secara psikologis pada umur dan tingkatan perkembangan yang berbeda. Sama halnya dengan dampak stres yang akan berbeda pada umur dan tingkat perkembangan yang berbeda pula.

5. Prediksi dan kontrol

Kemampuan tiap individu untuk memprediksi atau mengontrol situasi stres merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan individu dalam bereaksi terhadap stres. Kejadian yang sudah dapat diprediksi dan dapat dikontrol, biasanya memberikan dampak stres yang lebih rendah terhadap individu daripada kejadian yang tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dikontrol.

6. Dukungan sosial (social support)

Adanya dukungan sosial dan hubungan yang baik dengan teman atau keluarga merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi perbedaan reaksi individu terhadap stres. Individu yang hidup sendirian ataupun yang mempunyai masalah dengan anggota keluarganya cenderung memperlihatkan reaksi berupa tingkah laku menyimpang dibandingkan dengan individu yang hidup bersama keluarga dan mendapat dukungan sosial.

7. Person variable in reactions to stress

Semua karakteristik pribadi individu penting dalam menentukan respon seseorang terhadap stres (person variable). Karakteristik-karakteristik itu terdiri dari:

a. Faktor kognitif

Lazarus menggunakan istilah penilaian kognitif untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam, atau menantang dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif (Santrock 2003).

b. Karakteristik kepribadian

Karakteristik kepribadian yang muncul sangat berperan penting dalam mempengaruhi konsekuensi kesehatan dari stres yang disebut dengan pola tingkah laku Tipe A. Pola tingkah laku Tipe A adalah pola tingkah laku yang ditandai dengan sikap yang sangat kompetitif, mudah marah, tidak sabar, sikap bermusuhan, terlalu bekerja keras dan selalu terburu-buru seperti dikejar waktu.

c. Perbedaan gender dalam respon terhadap stres

Menurut Davis (1999), wanita umumnya memiliki stresor lebih banyak dibanding pria. Wanita lebih mudah mengalami kecemasan, depresi dan gangguan tidur, namun akan kembali membaik setelah peristiwa itu sudah berlalu. Sedangkan pria membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik meskipun peristiwa itu telah berlalu (Sarafino, 2006).

d. Perbedaan etnis

Anggota kelompok ras/suku minoritas yang berada pada suatu masyarakat akan mengalami stres lebih tinggi daripada kelompok mayoritas. Menurut Clark (1999) kelompok minoritas mempunyai banyak tekanan atau peristiwa yang menyebabkan mereka stress (Sarafino, 2006).

Ada beberapa sumber stres yang dialami remaja (Needlmen ,2004) :

1. Biological Stress

Tubuh remaja berubah secara cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur.

2. Family Stress

Salah satu sumber stres utama pada remaja adalah hubungannya dengan orang tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.

3. School Stress

Tekanan dalam masalah akademis cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau keberhasilan dalam bidang olahraga, dimana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

4. Peer Stress

Stres pada teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. Pada beberapa remaja, agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif, seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat terlarang.

5. Social Stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli alkohol secara legal.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995), mahasiswa yang berada di masa remaja lanjut menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:

1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan Perguruan Tinggi (PT)

a. Kurikulum

Isi kurikulum Perguruan Tinggi biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kepribadian.

b. Disiplin

Di Perguruan Tinggi biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri.

c. Hubungan dosen mahasiswa

Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.

2. Hubungan sosial

Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif.

3. Masalah ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas menetukan tingkah laku dan sikap.

4. Pemilihan jurusan

Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama. Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa:

1. Bersumber pada kepribadian

Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas.

2. Prestasi akademik

Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga bisa disebabkan mahasiswa yang kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas.

3. Kondisi yang kurang menunjang

Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara.

Bahkan juga lingkungan sosial dengan tuntutan yang memaksa untuk menyesuaikan diri. Kampus dengan ketersediaan fasilitas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa.

D. Reaksi Fisiologis Stres

Menurut seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal, Hans Selye, mengemukakan stress adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap suatu reaksi tuntutan, sehingga tubuh akan bereaksi secara emosi dan fisik untuk mempertahankan kondisi fisik yang optimal, reaksi ini disebut dengan General Adaptation Syndrom (GAS) untuk menjelaskan tahapan reaksi fisiologis terhadap stresor yang terdiri dari 3 fase yaitu (Santrock 2003):

1. Alarm Reaction

Pada tahap ini individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada dibawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkanya.

Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi apa yang diebut dengan countershock , dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul, korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat, tahap ini berlangsung singkat

2. Resistance

Setelah itu tahap perlawanan ( resistance). Dimana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada pertahanan tubuh, individu dipenuhi oleh hormon stres, tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan semua meningkat

3. Exhaustion

Bila upaya yang dilakuakn terhadap stres gagal dan stres tetap ada, individu akan memasuki tahap kelelahan diaman kerusakan dan kerentanan tubuh meningkat.

Setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya. Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis pada sistem lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis internal dan pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri.

E. Gejala-Gejala Stres

Menurut Everly dan Giardano, stres dapat ditandai dengan tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral (organ dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan (Munandar ,2001) :

1. Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung danlupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup.

2. Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk tenang; diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku, bicara gugup, leher menjadi kaku

3. Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu, banyak berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil, wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering.

Stres dapat menyebabkan efek yang positif maupun negatif yang terdapat dalam table dibawah ini:

Tabel 2.1 Efek Positif dari Stres

Mental

Emosional

Fisik

Kreativitas meningkat

Kemampuan berpikir meningkat

Memiliki orientai kesuksesan yang lebih tinggi

Motivasi meningkat

Kemampuan mengontrol diri meningkat

Responsive terhadap lingkungan sekitar

Relasi interpersonal meningkat

Moral meningkat

Tingkat energi meningkat

Stamina meningkat

Fleksibilitas otot dan sendi meningkat

Terbebas dari penyakit yang berhubungan dengan stress

Sumber : Carolin 2010

Tabel 2.2 Efek Negatif dari Stres

Fisik

Pikiran

Sikap

Sakit Kepala

Sakit punggung

Sakit dada

Palpitasi jantung

Tekanan darah meningkat

Imunitas menurun

Sakit abdomen

Gangguan tidur

Cemas

Iritabilitas meningkat

Tidak dapat beristirahat

Depresi

Sedih

Marah

Sulit untuk fokus

Daya ingat menurun

Makan berlebihan

Tidak mau makan

Mudah marah

Mengkonsumsi alcohol

Frekuensi merokok meningkat

Kurang bersosialisasi

Sulit melafalkan kata-kata

Masalah dengan orang-orang sekitar bertambah

Sumber : Carolin 2010

F. Klasifikasi Stres

Menurut Selye, berdasarkan presepsi individu terhadap stres yang dialaminya, stres digolongkan menjadi (Nasution , 2007):

1. Distres (stres negatif ) Yaitu suatu stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres ini dirasakan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mengalami rasa cemas, khawatir, gelisah sehingga timbul keinginan untuk menghindari nya

2. Eustres (stress positif). Selye mengemukakan bahwa eustres bersifat menyenangkan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, dan kognisi. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, contohnya ; mendapatkan nilai terbaik dalam suatu ujian

G. Unsur-Unsur Stres

Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang merupakan unsur-unsur stres yang saling berkaitan yaitu:

1. Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stresor)

2. Orang yang mengalami stres (the stresed)

3. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres (transactions)

H. Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bila tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut (Agoes 2003) :

1. Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

2. Stres tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti: merasa letih waktu bangun tidur pagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai, mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai

3. Stres tahap III

Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare, ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.

4. Stres tahap IV

Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala:

Pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres tahap V

Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres tahap VI

Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah: debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megap-megap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001).

I. Tingkat Stres

Stres dapat di golongkan menjadi 3 tingkatan yaitu (Carolin 2010):

1. Stres ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres sedang

Terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

3. Stres berat

Merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004)

J. Penatalaksanaan Stres

Penatalaksanaan stres antara lain (Santrock,2003):

1. Menghilangkan stres. Mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfocus pada masalah Richard Razalus mengemukakan bahwa stres atau coping terdiri dari dua bentuk. Coping yang berofkus pada masalah yaitu suatu strategi kognitif untuk penanganan stres yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikanya.

Coping yang berfokus pada meosi yaitu suatu energy penanganan stres dimana seseorang memeberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensive.

2. Strategi penatalaksanaan stres dengan mendekat dan menghindar

Startegi penatalaksanaan stres dapat juga digolongkan menjadi mendekat (approach) dan menghindar (avoidance). Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimblkanya secara langsung. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasi ppenyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah iaku, untuk menarik dari atau menghindar dari penyebab stres.

3. Berfikir Positif

Menurut Mc Ferin berpikir positif merupakan strategi penanganan stres yang baik bagi seseorang. Suasana hati yang positif dapat memperbaiki kemampuan seseorang untuk memeproses informasi secara lebih efesien

Pengelolaan stres dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan lain sepert (isnaeni ,2010):

1. Pendekatan Farmakologi , menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan gangguan fungsi neurotransmitter disusuna saraf pusat otak (limbic system).

Sebagaimana diketahui limbic system merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Contoh obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (Axiolytic) dan anti depresi (Depressant)

2. Pendekatan perilaku, mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi terhadap stres, menyeimbangkan antara fisik dan nutrisi. Manajemen perencanaan dan waktu

3. Pendekatan kognitif, mengubah pola pikri individu, berpikir positif dan sikap positif, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan. Serta hipnoterapi

K. Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)

Stres merupakan suatu konsep yang sulit diartikan bahkan lebih sulit untuk menilainya. Meskipun demikian, berdasarkan bukti yang ada, stres memiliki hubungan yang moderat dengan kesehatan dan merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Sarafino, 2006).

HASS/Col adalah suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para mahasiswa Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

1. Tidak pernah diberi skor 0

2. Sangat jarang diberi skor 1

3. Beberapa kali diberi skor 2

4. Sering diberi skor 3

5. Sangat sering diberi skor 4

6. Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres lebih rendah, skor 75-135 menunjukkan seseorang mengalami stres menengah, skor lebih dari 135 menunjukkan seseorang mengalamin stres lebih tinggi.

L. Kerangka Teori

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan diatas maka kerangka konspe penelitiannya adalah :

IndependentDependent

HASS/ Col

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah tingkat stress mahasiswa baru berdasarkan jenis kelamin, tempat tinggal mahasiswa dan alasan mahasiswa masuk fakultas kedeokteran Abulyatama

C. Definisi Operasional

No

Variabel

Definisi

Operasional

Indikator

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1

Stres

Suatu

keadaan yang

diakibatakan

oleh sesuatu

tuntutan yang

diiuar

kemampuan

Pendapat

responden

tentang

kejadian

ketidakseimb

angan

kemampuan

dengan

tuntutan

Wawa

ncara

Kuisioner

HASS/

col

*Tp:0

*Sj:l

*Bk:2

*S:3

*Ss:4

*Hss:5

1.Stres

rendah

2.Stres

sedang

3.Stres

berat

ordinal

2

Tempat

Tinggal

Suatu

kawasan

dimana

makhluk

bertahan

hidup

Pengaruh

tempat

tinggal

terhadapa

tingkat

stressseseo

rang

wawancara

Kuisioner

l.Bersa

ma orang

tua

2.Kos

Diskrit

3

Alasan

Ukuran

kemauan

seseorang

dalam

melakukan

sesuatu

Pengaruh

jenis

kelamin

dengan

stres

wawancara

Kuisioner

1.Kemauan

sendiri

2.Coba-coba

3.Suruhan orang

tua

Diskrit

4

Jenis

Kelamin

Ukuran

pengelompok

an suatu

makhluk

Pengaruh

jenis

kelamin

dengan

stres

wawancara

Kuisioner

l.Pria

2.Wanita

Diskrit

(sumber kuisioner:Norvita, 2011)

*Keterangan

1. Tp: Tidak Pernah

2. Sj: Sangat Jarang

3. Bk: Beberapa kali

4. S: sering

5. Ss: Sangat Sering

6. Hss: Hampir Setiap saat

D. Cara Pengukuran

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur sample dengan wawancara menggunakan kuisioner untuk menilai tingkat stress mahasiswa. Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres.

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif yang diharapkan dapat mengidentifikasi gambaran stres pada mahasiswa. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional study).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FK UNAYA dengan pertimbangan jadwal perkuliahan yang padat sejak semester pertama Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2014

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa baru pendidikan sarjana kedokteran. Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan sarjana kedokteran Universitas Abulyatama Aceh yang hadir saat kuliah pakar berlangsung . Jumlah seluruh mahasiswa baru angkatan 2013 Fakultas Kedokteran UNAYA sebesar 199 mahasiswa

2. Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sample untuk menentukan jumlah sampel minimal untuk populasi kecil atau kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus menurut Slovin (Notoadmojo, 2005)

Keterangan

N : Besar Populasi

n : Besar Sample

d : Tingkat Kepercayaan yang di inginkan ( 5 %)

3. Kriteia

a. Kriteria inklusi:

Mahasiswa FK Unaya angkatan 2013

Mahasiswa yang telah mengikuti proses perkuliahan di FK Unaya

Mahir berbahasa Indonesia

b. Kriteria ekslusi:

Mahasiswa FK Unaya angkatan 2011 ,2012 dan 2014

Mahasiswa yang menolak untuk diteliti

Sudah pernah ke ahli jiwa

Mahasiswa yang tidak hadir saat kuliah pakar berlangsung

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer telah dilakukan dengan memberikan self administered questionnaires (kuesioner) kepada responden.

Kemudian responden mengisi kuesioner ketika peneliti melakukan kunjungan tersebut sehingga didapat respons rate yang tinggi. Kuesioner telah dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden. Data sekunder diperoleh dari bagian pendidikan FK UNAYA berupa jumlah mahasiswa untuk perkiraan besar sampel.

Setiap kejadian yang terdapat dalam kuesioner diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

a) Tidak pernah diberi skor 0

b) Sangat jarang diberi skor 1

c) Beberapa kali diberi skor 2

d) Sering diberi skor 3

e) Sangat sering diberi skor 4

f) Hampir setiap saat diberi skor 5

Kemudian semua penilaian diakumulasikan dan disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut :

a) Stres ringan, jika total skor 135

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kuesioner

Alat tulis

Angket yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi secara validity of content oleh ahli yaitu dr. Elmeida Effendi, Sp.KJ yang menyatakan:

Bahwa butir-butir kuesioner Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) telah valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari responden disajikan dalam bentuk table dan grafik agar mudah di analisa. Dalam proses pengolahan data dilakukan pemeriksaan data (Editing), member kode (Coding), Mentransfer data (Transfering), dan penyusunan data (Tabulating). Pemeriksaan Data (Editing) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa kelengkapan jawaban , keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban. Pemberian kode (Coding) digunakan untuk mempermudah pengolahan data dan dapat dilakukan sebelum dan sesudah pengumpulan data. Mentransfer data (Transfering) untuk memindahkan jawaban ke media computer agar mudah untuk diolah. Penyusunan data (Tabulating) merupakan perngorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat di jumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan di analisis

2. Analisis Data

Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisa univariat yang dialkukan secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentase tiap variable

F. Penyajian Data

Setelah data di olah dan di analisa , data akan disajikan dalam bentuk table frekuensi

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama yang resmi berdiri tanggal 23 oktober 1996, berlokasi di Jl Blang Bintang Lama Km 8,5 Aceh Besar, Indonesia. FK UNAYA menyediakan lokasi free wi-fi dan fasilitas internet bagi pada mahasiswa secara gratis yang juga dilengkapi dengan perpustakaan tempat para mahasiswa menambah ilmunya. Disamping berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan perkuliahan tersebut, FK UNAYA dilengkapi juga dengan sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan seperti ruang seminar, berbagai ruang laboratorium, berbagai ruang OSCE (Objective Structure Clinical Examination), dan tentunya kelas-kelas untuk perkuliahan biasa.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin, tempat tinggal, dan alasan masuk FK. Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi jenis kelamin mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama berdasarkan

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase

Pria

64

48,1%

Wanita

69

51,9%

Total

133

100%

Sumber : Data primer (diolah) tahun 2014

Dari tabel yang disajikan diatas di atas terlihat jumlah jenis kelamin wanita lebih besar dari pada jumlah jenis kelamin pria yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Jenis kelamin wanita mencapai 69 orang (51,9%) sedangkan pria 64 orang (48,1%).

2. Tempat Tinggal Responden

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi tempat tinggal mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama berdasarkan

Tempat tinggal

Frekuensi

Persentase

Orang tua

35

26,3%

Kos

98

73,7%

Total

133

100%

Sumber : Data primer (diolah) tahun 2014

Dari tabel yang disajikan di atas terlihat jumlah mahasiswa yang KOS lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal serumah dengan orang tua yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Yang tinggal di rumah kos sebanyak 98 orang (73,7 %) sedangkan yang tinggal bersama orang tua 35 orang (26,3%).

3. Alasan Masuk Responden

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi alasan masuk Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama pada mahasiswa angkatan 2013

Alasan

Frekuensi

Persentase

Minat

100

75,2%

Coba-coba

17

17,8%

Keinginan Orang tua

16

12%

Total

133

100%

Sumber : data primer (diolah) tahun 2014

Dari tabel dan diagram yang disajikan diatas terlihat jumlah mahasiswa yang masuk ke FK abulyatama ini dengan minat nya sendiri lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang coba-coba , karena keinginan orang tua dan alasan yang tersendiri yaitu 100 orang (75,2%).Sedangkan yang coba coba 17 orang ( 17,8%) dan Keinginan orang tua 16 orang (12 %).

4. Tingkat Stres

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi tingkat stres pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Tingkat Stres

Frekuensi

Presentase

Stres Ringan

32

24,1%

Stres Sedang

79

59,4%

Stres Berat

22

16,5%

Total

133

100%

Sumber : Data primer (diolah) tahun 2014

Dari tabel di atas terlihat persentase terkecil ialah responden yang mengalami stres berat yaitu sebesar 16,5% sedangkan yang memiliki presentase yang tinggi adalah responden yang mengalami stress tingkat sedang yaitu sebanyak 59,4%.presentase untuk mahasiwa angkatan 2013 yang mengalami stress tingkat ringan sebesar 24,1%.

C. Hubungan Variabel Penlitian

1. Gambaran hubungan jenis kelamin dengan tingkat stres

Tabel 5.5

Hubungan jenis kelamin dengan tingkat stress mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Jenis

Kelamin

Stres

Total

Presentase

Ringan

Sedang

Berat

n

%

n

%

N

%

Pria

14

21,9

44

68,8

6

9,4

64

100%

Wanita

18

26,1

35

50,7

16

23,2

69

100%

total

32

79

22

133

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 76,2% responden yang berjenis kelamin pria mengalami stres sedang dan 23,8 % pria mengalami stress ringan namun tidak ada yang mengalami stres berat Pada responden berjenis kelamin wanita 28,3% mengalami stress ringan ,52,2% mengalami stres sedang dan 19,6 % dari responden mengalami stres berat .

2. Gambaran Hubungan Tempat Tinggal dengan Tingkat Stres

Tabel 5.6

Hubungan tempat tinggal dengan tingkat stres mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Tempat Tinggal

Stres

Total

Persentase

Ringan

Sedang

Berat

n

%

n

%

N

%

KOS

27

27,5

58

59,2

13

13,3

98

100%

Ortu

5

14,3

21

60

9

25,7

35

100%

total

32

79

22

133

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 25,7% responden yang tinggal dengan orang tua dan 13,3 % responden tinggal sendiri ( KOS) mengalami stres berat.

59,2 % responden yang tinggal sendiri dan 60% responden yang tinggal bersama orang tua mengalami stress sedang dan 27,5% responden yang tinggal sendiri dan 14,3% responden yang tinggal dengan orang tua mengalami stres ringan

3. Gambaran Hubungan Alasan Masuk FK dengan tingkat stres

Tabel 5.7

Hubungan alasan masuk dengan tingkat stres mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Alasan

Stres Ringan

Stres Sedang

Stres Berat

Total

Persentase

n

%

n

%

N

%

Minat

28

28

61

61

11

11

100

100%

Coba2

3

17,6

8

47,1

6

35,3

17

100%

Ortu

1

6,3

10

62,5

5

31,3

16

100%

total

32

79

22

133

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat presentase stress berat paling banyak dialami oleh mahasiwa yang alasanya karena coba coba yaitu sebanyak 35,3%. Presentase stres sedang paling banyak dialami oleh mahasiswa dengan alasan masuk karena keinginan orangtua yaitu sebanyak 62,5% dan presentase stres ringan banyak dialami oleh mahasiswa dengan alasan minat yaitu sebanyak 28% dari katergori yang ada

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambaran tingkat stres berdasarkan jenis kelamin dari tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari total 133 responden dan dari tiga kategori stres yang ada didapatkan pria sering mengalami stres tingkat sedang 68,8 % namun pada dua kategori stres tingkat ringan dan berat lebih tinggi di alami wanita yaitu 26,1% dan 23,2% . dimana hal ini sejalan dengan Davis (1999) dimana wanita memiliki lebih banyak stresor dibanding pria sehingga lebih rentan untuk mengalami stres.

Hal ini mungkin sejalan dengan pendapat Earle (1999) yang menyatakan pria membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik setelah suatu peristiwa berlalu dibanding dengan wanita sehingga tingkat stres pria menjadi lebih tinggi.

B. Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Tempat Tinggal

Gambaran tingkat stres berdasarkan tempat tinggal dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari total 133 responden dan tiga kategori stres yang ada , responden yang serumah dengan orang tua lebih banyak mengalami stres kategori tingkat sedang dan berat yaitu 60% dan 25,7 %. Dan dari total responden yang tidak serumah dengan orang tua (kos). Sementara menurut Rice (1992) perpisahan dengan orang tua dapat menyebabkan stres, yang sejalan dengan penelitian Sliegman (1994) dalam Nuriana (2009) Bahwa sebanyak 36,4% remaja mengalami gangguan psikiatri akibat pisah dengan orang tua.

Dalam penelitian ini stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal dengan orang tua. Hal ini mungkin karena pengaruh hubungan mahasiswa dengan orang tua dan keluarga sesuai dengan pendapat Needlmen (2004) yang menyatakan salah satu sumber stress yang dialami remaja adalah hubungannya dengan orang tua, karena mereka ingin mandiri dan bebas. Dan bahwa salah satu penyebab stres pada remaja berdasarkan faktor psikologis dan sosial adalah tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai sesuatu serta tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga.

C. Gambaran Tingkat Stres Berdasarkan Alasan Masuk Fakultas Kedokteran

Gambaran tingkat stres berdasarkan alasan masuk Fakultas Kedokteran dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari total 133 responden dan tiga kategori stres yang ada ,di peroleh Mahasiswa dengan alasan masuk karena keinginan orang tua mengalami stres kategori tingkat sedang lebih tinggi yaitu 62,5% dari pada stres tingkat ringan dan berat. Dan untuk kategori responden yang lebih tinggi mengalami stres tingkat berat lebih tinggi adalah mahasiswa dengan alasan coba coba yaitu 35,3% dibandingkan Mahasiswa dengan alasan masuk karena orang tua dan minat. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa dan Gunarsa (1995 ) bahwa pemilihan jurusan yang tidak berdasarkan minat akan menyebabkan kesulitan penyesuaian oleh mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa cenderung mengalami stres lebih tinggi.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 199 mahasiswa tahun pertama. Fakultas Kedokteran Abulyatama Aceh besar pada bulan September 2014, dapat disimpulkan bahwa:

1. tingkat stress ringan sebanyak 24,1 % (32 orang), tingkat stres menengah sebanyak 59,4% (79 orang) dan tingkat stres berat sebanyak 16,5% (22 orang)

2. Bila ditinjau berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang berjenis kelamin wanita

3. Bila ditinjau berdasarkan tempat tinggal, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal bersama orang tuanya.

4. Bila ditinjau berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena coba-coba bukan karena minat.

B. Saran

1. Kepada mahasiswa

a. agar selalu berpikiran positif dalam menghadapi segala masalah

b. belajarlah manajemen waktu agar segala sesuatu terselesaikan sesuai rencana.

c. Jika ada masalah yang sulit untuk di pecahkan , sebaiknya di bicarakan ke keluarga atau teman terdekat, jangan sampai menjadi stres yang berlarut larut

d. Jika mengalami stres yang berat sebaiknya di konsulkan ke dokter ahli

e. Bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan penelititian ini agar dapat mencari kolerasi antara stres dengan prestasi mahasiswa tersebut dan mengklasifikasikan stres berdasarkan gejalanya

2. Kepada Instansi Pendidikan

a. mengkaji ulang kurikulum agar tidak membebani mahasiswa dalam menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

b. Membantu mahasiswa dalam member motivasi dan mengelola masalahnya agar tidak timbulnya stres yang besar

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, dkk. 2003. Teori dan Manajemen Stres: Kontemporer dan Islam. Malang: Taroda

American Institute of Stress, 2010. Stress, Definition of Stressor, and What is Stress?. USA: American Institute of Stress. Available from: http://www.stress.org/topic-definition-stress.html. [Accessed 20 Februari 2014].

Carolin. 2010. Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan : USU; dari: http://repositorv.usu.ac.id/handle/123456789/25590 [Accesed 20 februari 2014].

Departemen Dinas Kesehatan. 2005 ,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Jakarta : Departemen Dinas Kesehatan

Firdaus .2010. Faktor-Faktor Pencetus Stres pada Masiswa Fakultas Kedokteran USU yang Sedang Menjalani Program Pendidikan Profesi Di RSUP H.Adam Malik Medan, Medan : USU; dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23290 [Accesed 20 februari 2014].

Gunawati & Hartati, 2006. Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa - Dosen Pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada mahasiswa program Studi psikologi fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2, dibuka dari situs: http://www.undip.ac.id pada 21 februari 2014

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Health Safety and Executive.2013.Healt Safety and Executive Annual Report for Great Britain. United Kingdom ; dari : http://www.hse.gov.uk/statistics/overall/hssh1314.pdf [Accesed 21 Februari 2014]

Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan Antara Stres Dengan Pola Menstruasi Pada Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. KTI. UNS: Surakarta; Available from http://core.ac.uk/download/pdf/12345251.pdf [Accessed 22 Februar 2014]

Melly. 2008 Hubungan antara Kreativitas dan Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Skripsi. Diunduh dari:

http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.isp?id=126746 [21 februari 2014].

Muhammad,Chairul dan Susi., 2013. Pedoman Umum Penulisan Skripsi Mahasiswa. FK UNAYA: Aceh Besar

Munandar (2001) .Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia

National Association of School Psychologists, 2008. Stress in Children. Bethesda: National Association of School Psychologists. Avaliable from: http://www.nasponline.org/families/stress08.pdf [Di akses 20 Februari 2014].

Nasution, I.K., 2007. Stres pada Remaja. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/132316815%281%2.pdf [Diakses pada 22 Februari 2014].

Needlman, J., 2004. Adolescent stress. Available from: http://www.drspock.com/article/0,1510,7961,00.html [Diakses pada 22 Februari 2014].

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuriana. (2009). Hubungan insidensi stres dengan prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2007 FK UNLAM, Diunduh dari:http://www.4shared.com/document/A0fGPvdw/Hubungan_stress_dan_prestasi_b.html [Diakses pada 19 Februari 2014].

Rasmun, 2004. Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Dalam: Stres, Koping, dan Adaptasi Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto, 9-26.

Ross, S.E., Niebling, B.C., Heckert, T.M., 2009. Sources of Stress among College Students. College Student Journal, 33. Available from: http://www.questia.com/googleScholar.qst;jsessionid=Lv0hTYCM5nSfs25GLY15rnJFLvWZQ2Bw6nCGv0Nsyr1fk1sSy324!-1170898303!-1287993955?docId=5001892847

Sarafino, E.P. 2006 Health Psychology. 5th ed. New York: John Wiley and Sons

Santrock, J.W., 2003. Dalam: Kristiaji, W.C. dan Saragih, S. (eds). Adolescence Perkembangan Remaja 6th ed. Jakarta: Erlangga

Silalahi, Norvita. 2011 Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan:USU; dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23268 [Accesed 20 februari 2014].

Sriati A, 2007. Tinjauan Tentang Stres. Available online at: http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf [diakses 20 Februari 2014]

Suhoyo, Y., Emilia, O., Hadianto, T. 2006 Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, 1(1);. Diunduh dari:http://www.google.co.id/search?q=stres+mahasiswa+kedokteran&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a ["Diakses pada 10 Agustus2013].

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 2009. Kementrian Kesehatan:Jakarta

Widianti, Elfri. (2007). Remaja dan Permasahalannya: Bahaya Merokok, Penyimpangan Seks pada Remaja, dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba. Di unduh dari : http://prov.bkkbn.go.id [Diakses pada 23 Februari 20014]

Davis (1999) wanita umumnya memiliki stresor lebih banyak dibanding pria.

Gunarsa (1995) Stress pada remaja dapat timbul akibat antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama.

Rice (1992) perpisahan dengan orang tua dapat menyebabkan stres

STRESS

Alasan Masuk FK

Tempat Tinggal

Jenis Kelamin

STRES

1