badan eksekutif eventorganizer mahasiswa

3
Badan Eksekutif Eventorganizer Mahasiswa Oleh : Luthfi Maulana Perkumpulan mahasiswa berdasarkan sejarah yang popular di Indonesia dimulai sejak tahun 1908 saat Boedi Utomo pertama kali didirikan yang dicirikan dengan Hari Kebangkitan Nasional, walau sebenarnya pergerakan yang dimulai oelh Boedi Utomo pada saat itu bias dibilang tergolong parsial hanya oleh mereka yang tergolong priyayi dari kalangan etnis jawa. Semenjak saat itu organisasi kepemudaan tumbuh dan berkembang cukup pesat dengan membawa ideology dan cirri khas mereka masing-masing. Pada era setelah kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya pada tahun 1960-an, mahasiswa sebagai siswa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi memulai pergerakan kemahassiswaan sampai sekarang masih menjadi acuan gerakan ideal dan nilai-nilai historis pergerakan kemahasiswaan. Senat mahaswiswa merupakan kristalisasi pergerakan mahasiswa saat itu, pada saat itu Senat Mahasiswa beranggotakan mahasiswa yang dipilih oleh mahasiswa lainnya untuk mewakili aspirasinya dalam melakukan sebuah pergerakan, program kerja-program kerja bukan semata namun dalam bentuk meningkatkan bargaining position, reproduksi ilmu pengetahuan, dan aksi-aksi menurut hak dan menyuarakan aspirasi dalam bentuk demonstrasi. Singkat cerita perjalanan alur mahasiswa yang bermulai dari menyerap aspirasi dan mengejawantahkanya dalam bentuk kegiatan merupakan esensi perkumpulan mahasiswa hingga saat ini. Pada tahun 1978 diberlakukanlah NKK/BKK yang merubah sistem senat sehingga senat banyak berganti sistem dan yang popular adalah sistem Badan Eksekutif Mahasiswa yang dipopulerkan pertama kali oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Hingga sekarang BEM menjadi wadah pergerakan formal di institusi pendidikan tinggi yang ada di tingkat fakultas maupun universitas. Bem yang seharusnya menjadi pusat pergerakan, kajian, dan penyampaian aspirasi mahasiswa justru sekarang menjadi sebuah organiasi berisikan mahasiswa yang ingin eksis dan hanya menjalankan kegiatan-kegiatan yang bersifat populis seperti pentas seni, bakti

Upload: panggih-saputro

Post on 26-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Badan Eksekutif Eventorganizer Mahasiswa

Oleh : Luthfi Maulana

Perkumpulan mahasiswa berdasarkan sejarah yang popular di Indonesia dimulai sejak tahun 1908 saat Boedi Utomo pertama kali didirikan yang dicirikan dengan Hari Kebangkitan Nasional, walau sebenarnya pergerakan yang dimulai oelh Boedi Utomo pada saat itu bias dibilang tergolong parsial hanya oleh mereka yang tergolong priyayi dari kalangan etnis jawa. Semenjak saat itu organisasi kepemudaan tumbuh dan berkembang cukup pesat dengan membawa ideology dan cirri khas mereka masing-masing.

Pada era setelah kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya pada tahun 1960-an, mahasiswa sebagai siswa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi memulai pergerakan kemahassiswaan sampai sekarang masih menjadi acuan gerakan ideal dan nilai-nilai historis pergerakan kemahasiswaan. Senat mahaswiswa merupakan kristalisasi pergerakan mahasiswa saat itu, pada saat itu Senat Mahasiswa beranggotakan mahasiswa yang dipilih oleh mahasiswa lainnya untuk mewakili aspirasinya dalam melakukan sebuah pergerakan, program kerja-program kerja bukan semata namun dalam bentuk meningkatkan bargaining position, reproduksi ilmu pengetahuan, dan aksi-aksi menurut hak dan menyuarakan aspirasi dalam bentuk demonstrasi. Singkat cerita perjalanan alur mahasiswa yang bermulai dari menyerap aspirasi dan mengejawantahkanya dalam bentuk kegiatan merupakan esensi perkumpulan mahasiswa hingga saat ini.

Pada tahun 1978 diberlakukanlah NKK/BKK yang merubah sistem senat sehingga senat banyak berganti sistem dan yang popular adalah sistem Badan Eksekutif Mahasiswa yang dipopulerkan pertama kali oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Hingga sekarang BEM menjadi wadah pergerakan formal di institusi pendidikan tinggi yang ada di tingkat fakultas maupun universitas.

Bem yang seharusnya menjadi pusat pergerakan, kajian, dan penyampaian aspirasi mahasiswa justru sekarang menjadi sebuah organiasi berisikan mahasiswa yang ingin eksis dan hanya menjalankan kegiatan-kegiatan yang bersifat populis seperti pentas seni, bakti sosial, dan seminar-seminar bejubel dimana-mana dan semuanya diselenggarakan oleh sebuah lembaga yang menamakan dirinya Badan Eksekuif Mahasiswa, apakah ini salah? Jelasr tidak! Namun ketikan acara-acara yang bersifat tabrak lari ini menjadi inti dari BEM maka jelas sudah terjadi disorientasi dibentuknya sebuah wadah strategis yang sebenarnya memilki fungsi yang lebih taksis dan lebih konkret. Regulasi dibentuk, peraturan disusun, program kerja demi program kerja tersusun secara rapih sehingga menjadi padat program kerja yang isinya hanya kepanitian semata. Setiap isu-isu yang bergulir yang seharusnya menjadi garapan mahasiswa hanya menjadi semilir angin di tengah-tengah mereka karena semua waktu yang ada di isi dengan program kerja, isu-isu yang strategis yang kemunculannya terkadang tidak dapat diprediksi tidak mampu masuk mengisi setiap diskusi2 di sudut2 kampus. BEM yang semula diharap manjadi ujung tombak pergerakan menjadi tumpul karena buta akan isu, tidak peka akan permasalahan dan eksklusif, oke untuk kata yang terakhir tadi akan kita bahas lanjut.

BEM sejatinya adalah sebuah wadah dimana seluruh mahasiswa dapat berpartisipasi dalam setiap gerakannya, sebagai pemersatu dan wadah konsolidasi antar mahasiswa, bukan hanya milik anggota dan ketua BEM yang memang secara de facto dan de jure dipilih oleh mayoritas mahasiswa dalam lingkup kerja BEM tersebut. Ekskulisifitas ini terjadi ketika bahasan-bahasan penting justru didimoniasi dan alur informasinya di monopoli oleh pengurus BEM tersebut dengan dalih mahasiswa sebagai penikmat hasil kerja mereka, sehingga akan menghasilkan buadata apatis oada mahasiswa. Seluruh isu, kerja dan arahan gerakan dimonopoli oleh pengurus dan pengurus ini jarang sekali berintraksi dan turun langsung ke tingkatan akar rumput untuk sekedar mendengar keluhan-keluhan sesame rekan mahasiswa lainnya di luar lingkar BEM, karena mereka yang terlalu sibuk mengurusi program ini dan itu. BEM menjadi sebuah menara gading yang menyuarakan keinginan mahasiswa tanpa sebenarnya tahu apa yang mereka inginkan, jauh dari realita dari harapan, ketidakmampuan menyerap aspirasi dan mengejawantahkan dalam bentuk yang taksis dan strategis inilah cerminan realita sistem tata pemerintahan dan politik kemahasiswaan yang ada sekarang. BEM sekarang lebih senang menjalankan program kerja tabrak lari, program kerja yang tidak politis dan strategis, salah satu fungsinya sebagai tempat mengasah daya kritis dan pikir mahasiswa sudah hilang karena tidak dibentuknya kantung-kantung reproduksi ilmu pengetahuna dalan kegiatan-kegiatannya yang seharusnya bias dijalankan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sebagai tempat kegiatan oengembangan minat dan bakat mahasiswa justru dicaplok oelh BEM. Pengurus BEM merasa lebih superior dibanding mahasiswa lainya bukan Karena mereka nerasa memiliki kekuatan eksekutif yang melegitimasi setiapkegiatan dan komando mereka, sehingga yang berkuasa dan tidak berkuasa.

BEM seharusnya tidak terlalu banyak program kerja semata, namun perlu menciptakan ruang-ruang diskusi strategis yang tidak hanya di kalangan BEM namun di kalangan mahasiswa yang lain, tidak juga melaksanakan program yang sifatnya tabrak lari namun menciptakan program kecil kuantitasnya, namun damapk atau kualitasnya besar secara jangka panjang, BEM seharusnya mampu mengorganisir dan menggerakan massa mahasiswa dalam melakukan penyampaian serta tindakan-tindakan politis strategis lainnya. Pengurus BEM bkanlah orang yang anti kritik, namun senang mendengar dan memfasilitasi serta menjunjung tinggi orang berbeda pendapat, jangan sibuk mengurusi kegiatan namun mahasiswanya tidak terurus, bukan lalu mengesampingkan mereka yang berpikiran berbeda.

Mengutip kata dari Nietzche Cara peling ampuh merusak anak mudanya adalah menyuruhnya menjunjung tinggi mereka yang berpikiran sama ketimbang mereka yang berpikiran berbeda. Maka fasilitas dan janagn berpikir bahwa BEM lah yang bertanggung jawab bagaimana institusi dan mahasiswa itu sendiri bias maju dan bergerak, tapi berpikirlah bagaimana BEM menjadi wadah agar mahasiswa bias bergerak bersama-sama, bukan BEM sebagai motor eksekutor, namun sebagai wadah dan menjadikan seluruh mahasiswa sebagai partisipan, penggerak, pemain bukan hanya penonton serta massa tanpa otak belaka. HIDUP MAHASISWA!