tulisan 4 badan eksekutif di indonesia

Upload: cecilia-pingkan

Post on 31-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 1

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 2

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi 2

    Kata Pengantar 4

    Tulisan 4

    Badan Eksekutif di Indonesia 5

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1. Latar belakang Badan Eksekutif di Indonesia 6

    2. Rumusan masalah 7

    3. Tujuan 7

    BAB 2 PEMBAHASAN

    A. Teori Sistem 7

    1. Analisis sistem politik menurut David Easton 8

    2. Pendekatan struktural fungsional Gabriel Almond 12

    3. Analisis structural fungsional dalam sistem politik 13

    B. Badan Eksekutif 16

    Wewenang badan eksekutif 17

    Beberapa macam badan eksekutif 18

    Badan eksekutif di Negara Komunis 21

    Badan eksekutif di Indonesia 24

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 3

    C. Badan Legislatif 28

    D. Masalah Perwakilan 29

    BAB 3 PENUTUP

    Kesimpulan 31

    Referensi 31

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 4

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Saya panjtakan kepata Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

    limpahan Rahmat-Nya Saya bisa menyelesaikan sebuah karya tulis dengan waktu

    yang tepat.

    Berikut ini Saya mempersembahkan sebuah makalah dengan Judul Badan

    eksekutif Indonesia yang menurut saya dapat memberikan manfaat bagi para

    pembaca.

    Saya sebagai penulis mohon maaf bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan

    ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau terdapat kesalahan pada penulisan.

    Dengan ini saya mempersembahkan makalah dengan penuh rasa terimakasih dan

    semoga makalah ini memberikan manfaat yang besar untuk para pembaca.

    Bekasi, April 2013

    Penulis

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 5

    TULISAN 4

    BADAN EKSEKUTIF INDONESIA

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 6

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1. Latar belakang Badan Eksekutif Indonesia

    Dalam Trias Politica menyatakan adanya pembagian kekuasaan menjadi 3 bagian,

    yakni lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga ini bekerja secara

    sinergis untuk menjalankan roda pemerintahan suatu negara, sehingga ketiga

    lembaga ini terlibat dalam suatu sistem politik yang terdapat di negara tersebut.

    Pada garis besarnya, lembaga eksekutif bergerak dalam menjalankan

    pemerintahan, lembaga legislatif bergerak dalam bidang pembuatan undang-

    undang, melakukan fungsi pengawasan, dan juga melakukan fungsi pembuatan

    anggaran (RAPBN), sedangkan lembaga yudikatif bergerak dalam bidang

    peradilan.

    Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan kekuasaan dimana

    dijalankannya segala kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif

    dan menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan oleh badan

    legislatif. Akan tetapi, dalam perkembangannya pada masa negara modern seperti

    saat ini kekuasaan badan eksekutif jauh lebih luas karena kekuasaannya dapat pula

    mengajukan rancangan undang-undang pada lembaga legislatif. Ini menunjukkan

    bahwa peran lembaga eksekutif pada masa negara modern sudah mengalami

    peningkatan didalam menjalankan kekuasaan.

    Dalam sejarahnya, Indonesia telah mengalami rotasi pergantian kekuasaan. Ini

    ditandai dengan adanya masa kekuasaan yang dikenal dengan 3 masa, yaitu masa

    Orde Lama, masa Orde Baru, dan masa Orde Reformasi. Disetiap masa memiliki

    ciri khas kekuasaan yang berbeda-beda. Dari perbedaan setiap masa, dapat dilihat

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 7

    cara dalam menerapkan kekuasaannya terhadap lembaga-lembaga yang terdapat

    pada masa itu.

    Apabila kita membahas tentang eksekutif, kita dapat juga melihat bagaimana

    pemimpin tersebut dalam memimpin lembaga eksekutifnya. Disetiap masa yang

    berbeda, Indonesia mengalami beberapa kali pergantian pemimpin. Dimulai dari

    Orde Lama yaitu pada saat di bawah pimpinan Presiden Soekarno, di mana masa

    Orde Lama itu sendiri terbagi atas 2 masa, yaitu masa Demokrasi Parlementer dan

    masa Demokrasi Terpimpin, yang dilanjutkan dengan masa Orde Baru di bawah

    pemerintahan Presiden Soeharto selama 32 tahun, dan masa Reformasi yang telah

    mengalami beberapa kali pergantian Presiden hingga sekarang ini.

    Oleh karena itu, penulis mencoba menyajikan suatu makalah yang memiliki

    konten seperti yang telah disebutkan di atas, dengan judul makalah Fungsi

    Lembaga Eksekutif dalam Sistem Politik Indonesia dari Masa Orde Baru hingga

    Masa Reformasi.

    2. Rumusan Masalah

    A. Teori Sistem Politik

    B. Pendekatan Struktural Fungsional Gabriel Almond

    C. Analisis Struktural Fungsional Dalam Sistem Politik

    D. Badan Eksekutif

    E. Badan Legislatif

    F. Masalah Perwakilan (Representasi)

    3. Tujuan

    Tujuan dari makalah ini untuk melengkapi tugas softkill saya, selain itu member

    pengetahuan kepada pembaca tentang Badan Eksekutif di Indnesia.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 8

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    A. TEORI SISTEM POLITIK

    1. Analisis Sistem Politik Menurut David Easton

    Pendekatan sistem politik pada mulanya terbentuk dengan mengacu pada

    pendekatan yang terdapat dalam ilmu eksakta. Adapun untuk membedakan sistem

    politik dengan sistem yang lain maka dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri.

    Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:

    a. Ciri-ciri identifikasi, yaitu dengan menggambarkan unit-unit dasar dan

    membuat garis batas yang memisahkan unit-unit tersebut dengan

    lingkungan luarnya.

    1. Unit-unit sistem politik, yaitu unsur-unsur yang mmbentuk sistem

    2. Perbatasan (garis batas).

    Yang termasuk sistem politik kurang lebih yang berkaitan dengan

    pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat masyarakat.

    b. Input dan Output

    Agar supaya sistem bekerja dengan baik, dibutuhkan input-input yang

    mengalir secara konstan. Input akan membuat suatu sistem itu dapat

    berfungsi; dan dengan output kita dapat mengidentifikasi pekerjaan yang

    dikerjakan oleh sistem itu.

    Apa yang terjadi di dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya

    angggota-anggota sistem yang menanggapi lingkungan yang selalu berubah-

    ubah.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 9

    c. Diferensiasi dalam suatu sistem.

    Anggota-anggota dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian kerja

    minimal yang memberikan suatu struktur tempat berlangusungnya

    kegiatan-kegiatan itu.

    d. Integrasi dalam suatu sistem sosial.

    Suatu sistem harus memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasi atau

    memaksa anggota-anggotanya untuk bekerjasama walaupun dalam

    keadaan minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan-keputusan

    yang otoritatif.

    Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus menentukan batas antara sistem

    politik dengan sistem lain yang terdapat dalam lingkungan sistem politik. Namun

    demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita dapat memahami tindakan politik

    sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan dengan pembuatan keputusan yang

    menyangkut publik.

    Pada awal abad 1950-an David Easton mengembangkan kerangka kerja untuk

    menjelaskan kehidupan politik dan bagaimana penerapan secara universal.

    Kerangka kerja ini disebut sebagai pendekatan sistem politik. Menurut David

    Easton, kehidupan politik dilihat sebagai sebuah sistem. Kita harus memahami

    fungsi secara keseluruhan tidak hanya satu bagian fungsi saja. Ini merupakan

    jantung dari analisis kehidupan politik dari David Easton. Pendekatan sistem

    politik ini tidak hanya untuk telaah perbandingan politik tapi juga dapat

    menjelaskan kehidupan politik suatu Negara.

    Perbedaan sistem politik dengan sistem yang lain, tidak menjadikan jurang

    pemisah antara sistem politik dengan sistem yang lain. Telah kita ketahui bahwa

    sistem politik merupakan suatu sistem yang terpenting dalam sebuah Negara dan

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 10

    merupakan pengatur input dan output sebuah sistem dalam sebuah tata Negara.

    Sebuah sistem politik dapat menjadi input bagi sistem yang lainnya.

    Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antar anggotanya. Pembagian kerja

    yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi integratif

    dalam sistem politik.

    Input

    Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan dan

    dukungan. Input yang berupa kebutuhan muncul sebagai konsekuensi dari

    kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka dalam masyarakat. Input

    tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam sistem politik jika tidak

    terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian

    penting dalam hal ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara

    yang demokratis dengan negara yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik

    ini pula yang nantinya akan membedakan besarnya peranan dari organisasi

    politik.

    Ada dua jenis pokok input, yang memberikan enerji dan bahan informasi yang

    akan diproses oleh sistem tersebut dalam suatu sistem politik, yaitu:

    1. Tuntutan. Tuntutan-tuntutan (bersal dari orang-orang atau kelompok-

    kelompok dalam masyarakat) disalurkan dengan suatu usaha yang

    diorganisasikan secara khusus dalam masyarakat yang kemudian menjadi

    input dalam sistem politik. Tuntutan ini terbagi dua, yaitu tuntutan

    eksternal (luar sistem) dan tuntutan internal (dalam sistem)

    2. Dukungan. Input dukungan (support) menjadi enerji untuk menjaga

    keberlangusungan fungsi sistem politik itu sendiri, yaitu berupa bentuk

    tindakan atau pandangan yang memajukan dan merintangi suatu sistem

    politik, tuntutan-tuntutan di dalamnya, dan keputusan-keputusan yang

    dihasilkannya.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 11

    Output

    Output merupakan keputusan otoritatif (yang mengikat) dalam menjawab dan

    memenuhi input yang masuk. Output sering dimanfaatkan sebagai mekanisme

    dukungan dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul.

    Output (keputusan) dari suatu sistem politik merupakan pendorong khas bagi

    anggota-anggota dari suatu sistem untuk mendukung sistem itu. Dorongan

    dapat bersifat positif maupun negatif. Dalam hal ini, pemerintah memiliki

    tanggung jawab tertinggi untuk menyesuaikan atau menyeimbangkan output

    berupa keputusan dengan input berupa tuntutan.

    Politisiasi sebagai Mekanisme Dukungan

    Cadangan-cadangan yang telah diakumulasikan sebagai akibat dari keputusan-

    keputusan yang lalu bisa ditingkatkan dengan suatu metode rumit untuk

    menghasilkan dukungan secara tetap melalui proses yang disebut politisiasi.

    Politisiasi sendiri memiliki pengertian sebagai cara-cara yang ditempuh anggota

    masyarakat dalam mempelajari pola-pola politik.

    Lingkungan

    Lingkungan mempunyai peranan penting berupa input, baik kebutuhan

    ataupun dukungan. Kemampuan anggota sistem politik dalam mengelola dan

    menanggapi desakan ataupun pengaruh lingkungan bergantung pada

    pengenalannya pada lingkungan itu sendiri. Lingkungan merupakan semua

    sistem lain yang tidak termasuk dalam sistem politik. Secara garis besar,

    lingkungan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan dalam (intra societal) dan

    lingkungan luar (extra societal).

    Setidaknya ada dua kritik yang dilontarkan atas gagasan Easton, yaitu adanya

    anggapan bahwa pemikiran Easton terlalu teoretis sehingga sulit untuk

    diaplikasikan secara nyata. Selain terlalu teoretis, pemikiran Easton dianggap

    tidak netral karena hanya mengedepankan nilai-nilai liberal Barat dengan

    tanpa memperhatikan kondisi pada masyarakat yang sedang berkembang.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 12

    2. Pendekatan Struktural Fungsional Gabriel Almond

    Pendekatan struktural fungsional merupakan alat analisis dalam mempelajari

    sistem politik, pada awalnya adalah pengembangan dari teori struktural fungsional

    dalam sosiologi. Dalam pendekatan ini, sistem politik merupakan kumpulan dari

    peranan-peranan yang saling berinteraksi. Menurut Almond, sistem politik adalah

    sistem interaksi yang terdapat dalam semua masyarakat yang bebas dan merdeka

    yang melaksanakan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik dalam masyarakat

    ataupun berhadap-hadapan dengan masyarakat lainnya). Semua sistem politik

    memiliki persamaan karena sifat universalitas dari struktur dan fungsi politik.

    Mengenai fungsi politik ini, Almond membaginya dalam dua jenis, fungsi input

    dan output.

    Almond menggunakan pendekatan perbandingan dalam menganalisa jenis sistem

    politik, yang mana harus melalui tiga tahap, yaitu:

    Tahap mencari informasi tentang sobjek. Ahli ilmu politik memiliki perhatian

    yang fokus kepada sistem politik secara keseluruhan, termasuk bagian-bagian

    (unit-unit), seperti badan legislatif, birokrasi, partai, dan lembaga-lembaga

    politik lain.

    Memilah-milah informasi yang didapat pada tahap satu berdasarkan

    klasifikasi tertentu. Dengan begitu dapat diketahui perbedaan suatu sistem

    politik yang satu dengan sistem politik yang lain.

    Dengan menganalisa hasil pengklasifikasian itu dapat dilihat keteraturan

    (regularities) dan ubungan-hubungan di antara berbagai variabel dalam

    masing-masing sistem politik.

    Terkait dengan hubungannya dengan lingkungan, perspektif yang digunakan

    adalah ekologis. Keuntungan dari perspektif ekologis ini adalah dapat

    mengarahkan perhatian kita pada isu politik yang lebih luas. Agar dapat membuat

    penilaian yang objektif maka kita harus menempatkan sistem politik dalam

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 13

    lingkungannya. Hal ini dilakukan guna mengetahui bagaimana lingkungan-

    lingkungan membatasi atau membantu dilakukannya sebuah pilihan politik. Sifat

    saling bergantung bukan hanya dalam hubungan antara kebijaksanaan dengan

    sarana-sarana institusional saja, namun lembaga-lembaga atau bagian dari sistem

    politik tersebut juga saling bergantung. Untuk dapat mengatasi pengaruh

    lingkungan, Almond menyebutkan enam kategori kapabilitas sistem politik, yaitu

    kapabilitas ekstraktif, kapabilitas regulatif, kapabilitas distributif, kapabilitas

    simbolik, kapabilitas responsif, kapabilitas domestik dan internasional.

    Ciri sistem politik menurut Gabriel A. Almond:

    Semua sistem politik mempunyai sturukut politik

    Semua sistem politik, baik yang modern maupun primitif, menjalankan fungsi

    yang sama walaupun frekuensinya berbeda yang disebabkan oleh perbedaan

    struktur. Kemudian sistem politik ini strukturnya dapat diperbandingkan,

    bagaimana fungsi-fungsi dari sistem-sistem politik itu dijalankan dan

    bagaimana pula cara/gaya melaksanakannya.

    Semua struktur politik mempunyai sifat multi-fungsional, betapapun

    terspesialisasinya sistem itu.

    Semua sistem politik adalah merupakan sistem campuran apabila dipandang

    dari pengertian kebudayaan.

    3. Analisis Struktural Fungsional dalam Sistem Politik

    Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau

    lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif,

    badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan. Dengan melihat keenam struktur

    dalam setiap sistem politik, kita dapat membandingkan suatu sistem politik dengan

    sistem politik yang lain. Hanya saja, perbandingan keenam struktur tersebut tidak

    terlalu membantu kita apabila tidak disertai dengan penelusuran dan pemahaman

    yang lebih jauh dari bekerjanya sistem politik tersebut.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 14

    Suatu analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan yang terdapat

    dalam parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal, bagaimana eksekutif,

    legislatif, dan yudikatif diorganisir dan secara formal dihubungkan satu dengan

    yang lain. Adapun analisis fungsional menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga

    dan organisasi-organisasi tersebut berinteraksi untuk menghasilkan dan

    melaksanakan suatu kebijakan.

    Input yang masuk dalam sistem politik disalurkan oleh lembaga politik, kemudian

    akan menghasilkan output, berupa keputusan yang sah dan mengikat yang

    sebelumnya melalui proses konversi. Dalam konversi terjadi interaksi antara

    faktor-faktor politik, baik yang bersifat individu, kelompok ataupun organisasi.

    Fungsi input, meliputi sosialisasi politik dan rekruitmen politik, artikulasi

    kepentingan, agregasi kepentingan, dan komunikasi politik. Sedangkan fungsi

    output, antara lain pembuatan kebijakan, penerapan kebijakan, dan penghakiman

    kebijakan.

    Keunggulan dari kedua ragam pendekatan yang dikembangkan oleh Easton dan

    Almond antara lain adalah:

    Dalam membuat analisis politik, Easton dan Almond selalu peka akan

    kompleksitas antara sistem politik dengan sistem sosial yang lebih besar, yang

    mana sistem politik adalah sub-sistemnya.

    Kesederhanaan pendekatan. Konsep ini dapat dipakai untuk menganalisis

    berbagai macam sistem politik, demokratis atau otoriter, tradisional atau

    modern, dan sebagainya. Konsep Easton dan Almon berasumsi bahwa semua

    sitem memproses komponen-komponen yang sama sehingga kedua

    pendekatan itu bermanfaat dalam upaya mencari metode analisis dan

    pembandingan sistem politik yang seragam.

    Konsep yang diajukan oleh Almond memberi arahan untuk mencari data

    baru yang dapat meluaskan cakrawala perhatian ke masyarakat non-Barat

    dan non-modern.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 15

    Kelemahan dari konsep atau pendekatan yang dikembangkan oleh Easton dan

    Almond:

    Analisis yang dikemukakan (baik sistem maupun struktural-fungsional) tidak

    memberikan rumusan yang terbukti secara empirik (tidak menghasilkan

    teori).

    Tidak menjelaskan hubungan sebab-akibat. Kedua pendekatan itu lebih

    mentitikberatkan pada penjelasan analisis.

    Analisis struktural-fungsional Almond memiliki masalah ketidakjelasan konsep

    tentang fungsi. Almond tidak menjelaskan garis-garis yang membatasi fungsi-

    fungsi dalam masyarakat politik.

    Kedua pendekatan itu dikritik karena sangat dipengaruhi oleh ideologi

    demokrasi-liberal Barat. Terlihat jelas pada asumsi Almond yang mengatakan

    bahwa fungsi-fungsi yang ada di sistem politik di Barat pasti juga ada di

    sistem non-Barat.

    Kedua pendekatan itu juga dikritik kecenderungan ideologisnya karena cara

    memandang masyarakat yang terlalu organismik. Easton dan Almond

    menyamakan masyarakat dengan organisme, yang selalu terlibat dalam

    proses diferensiasi dan koordinasi. Selain itu mereka juga memandang

    masyarakat sebagai makhluk biologis yang selalu mencari keseimbangan dan

    keselarasan.

    Obsesi Almond tentang ekuilibrum dan kestabilan telah membuatnya keliru

    tentang manfaat yang mungkin terdapat dalam dis-ekuilibrum, seperti revolusi

    atau perang kemerdekaan. Dis-ekuilibrum bisa dipakai untuk mencniptakan

    keadilan sosial, ketika cara-cara konvensional tidak mungkin dilakukan.

    Contohnya perang kemerdekaan melawan penjajah atau pemberontakan

    melawan kediktatoran.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 16

    B. BADAN EKSEKUTIF

    Badan eksekutif dalam arti yang luas juga mencakup para pegawai negeri sipil dan

    militer. Dalam sistem presidensial menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan

    langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam sistem parlementer para menteri

    dipimpin oleh seorang perdana menteri. Jumlah anggota badan eksekutif jauh lebih

    kecil daripada jumlah anggota badan legislatif, biasanya berjumlah 20 atau 30 orang

    lebih. Sedangkan badan legislatif yang angggota sampai 1000 orang lebih. Badan

    eksekutif yang kecil dapat bertindak cepat dan memberi pimpinan yang tepat serta

    efektif; dalam hal ini ia berbeda dengan badan legislatif yang biasanya terlalu besar

    untuk mengambil keputusan dengan cepat.

    Tugas badan eksekutif, menurut tafsiran trias politika, hanya melaksanakan

    kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oelh badan legislative serta

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 17

    menyelenggarakan undang-undang yang dibuat oleh badan legislative. Akan tetapi

    dalam pelaksanaannya badan eksekutif leluasa sekali ruang geraknya. Disamping itu

    jelas dalam perkembangan Negara modern bahwa wewenang badan eksekutif

    dewasa ini jauh lebih luas daripada hanya melaksanakan undang-undang dasar saja.

    Perkembangan ini terdorong oleh banyak faktor, seperti perkembangan teknologi,

    modernisasi yang sudah berjalan jauh, semakin terjalinnya hubungan poltik dan

    ekonomi antarnegara, krisis ekonomi dan revolusi sosial.

    Dalam menjalankan tugasnya, badan eksekutif ditunjang oleh orang kerja yang

    terampil dan ahli serta tersedianya bermacam-macam fasilitas serta alat-alat di masing

    kementrian. Sebaliknya keahlian serta fasilitas yang tersedia bagi badan legislatif jauh

    lebih terbatas. Oleh karena itu, badan legislatif berada dalam kedudukan yang kurang

    menguntungkan dibandingkan badan eksekutif.

    Hal ini tidak berarti bahwa peranan badan legislatif tidak ada artinya didalam Negara

    demokratis, badan legislatif tetap penting untuk menjaga jangan sampai badan

    eksekutif keluar dari garis-garis yang telah ditentukan oelh badan legislative, dan tetap

    merupakan penghalang atas kecenderungan yang terdapat pada hamper setiap badan

    eksekutif untuk memperluas ruang lingkup wewenangnya.

    Wewenang Badan Eksekutif

    Kekuasaan Badan Eksekutif mencakup beberapa bidang.

    1. Administratif, yakni kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan

    peraturan-peraturan perundangan lainnya dan menyelenggarakan administrasi

    Negara.

    2. Legislatif, yaitu membuat rancangan undang-undang dan membimbingnya

    dalam perwakilan rakyat sampai undang-undang keamanan.

    3. Yudikatif, member garis amnesty, dan sebagainya.

    4. Diplomatik, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan diplomatic

    dengan Negara-negara lain.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 18

    Beberapa Macam Badan Eksekutif

    - Sistem parlementer dengan parliamentary Executive

    Dalam sistem ini badan eksekutif dan badan legislatif bergantung satu sama

    lain. Kabinet, sebagai bagian dari eksekutif yang bertanggung jawab, harap

    mencerminkan kekuatan-kekuatan politik dalam legislative yang

    mendukungnya, dan mati hidupnya kabinet bergantung pada dukungan dalam

    badan legislative (atas tanggung jawab menteri). Kabinet semacam ini

    dinamakan Kabinet parlementer. Sifat serta bobot ketergantungan ini

    berbeda dari satu Negara dengan Negara lain, akan tetapi umumnya dicoba

    untuk mencapai semacam keseimbangan antara badan eksekutif dan badan

    legislatif.

    Keseimbangan ini lebih mudah tercapai jika terdapat satu partai yang cukup

    besar mayoritasnya untuk membentuk kabinet atas kekuatannya sendiri. Kalau

    tidak ada, maka diusahakan terbentuknya suatu kabinet koalisi berdasarkan

    kerja sama antara beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas

    dalam badan legislatif.

    Dibawah ini beberapa contoh Negara yang menerapkan sistem parlementer :

    a) Republik Prancis IV (1946-1958)

    Oleh karena di Prancis tidak terdapat suatu partai yang cukup besar

    untuk membentuk kabinet atas kekuasaan sendiri, maka kabinet di

    Prancis hampir semuanya berdasarkan koalisi. Badan eksekutif terdiri

    dari seorang presiden yang sedikit sekali kekuasaannya serta para

    menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri. Kedudukan

    menteri tidak boleh dirangkap dengan kedudukan sebagai seorang

    parlemen.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 19

    b) Republik Prancis V

    Terdorong oleh kegagalan sistem parlementer Republik Prancis IV

    karena badan eksekutifnya terlalu banyak didominasikan oleh badan

    legislative, de Gaulle pada tahun 1958 memprkarsai suatu undang-

    undang dasar baru yang memperkuat kedudukan badan eksekutif.

    Dengan demikian sistem ini menjurus kepada sistem presidensial.

    Kedudukan presideng diperkuat karena ia tidak lagi dipilih oleh anggota

    legislatif, seperti Republik Prancis IV, tetapi dipilih oleh majelis

    pemilihan yang terdiri atas 80.000 orang.

    Sampai sekarang sistem ini menunjukkan cukup keseimbangan antara

    badan eksekutif dan badan legislatif, dan malahan dianggap lebih

    menjurus ke sistem presidensial.

    c) Inggris

    Badan eksekutif terdiri atas raja sebagian bagian dari badan eksekutif

    yang tidak dapat diganggu gugat, serta kurang lebih 20 menteri yang

    bekerja atas tanggung jawab menteri (ministerial responsibility).

    Kekuasaan raja bersifat simbolis, sedangkan kekuasaan sesungguhnya

    adalah di tangan perdana menteri yang memimpin para menteri.

    Inggris terkenal sebagai tempat asal asas tanggung jawab menteri, akan

    tetapi di Inggris sendiri masih berbentuk konvensi. Prinsipnya ialah

    bahwa menteri ataupun seluruh kabinet yang tidak lagi memperoleh

    kepercayaan dari badan legislatif harus meletakkan jabatan.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 20

    a. India

    Sistem ketatanegaraan India agak mirip dengan inggris, dan sistem

    pemerintahannya pun adalah cabinet government. Badan eksekutif

    terdiri atas seorang presiden sebagai kepala Negara dan menteri-menteri

    yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.

    - Sistem Presidensial dengan Fixed Executive atau Non-Parliamentary Executive.

    Dalam Sistem ini kelangsungan hidup badan eksekutif tidak bergantung padan

    badan legislatif, dan badan eksekutif mempunyai masa jabatan tertentu.

    Kekuasaan badan eksekutif terhadap badan legislative mengakibatkan

    kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislative.

    Dibawah ini beberapa contoh Negara yang menerapkan sistem presidensial:

    a. Amerika Serikat

    Badan eksekutif terdiri atas presiden beserta menteri-menteri yang

    merupakan pembantunya. Presiden dinamakan Chief Executive. Secara

    formal, sesuai dengan asas trias politika klasik, presiden sama sekali

    terpisah dari badan legislatif dan tidak boleh mempengaruhi organisasi

    dan penyelenggaraan pekerjaan kongres.

    b. Pakistan (dalam masa Demokrasi Dasar)

    Seperti india, Pakistan memulai masa kemerdekaannya dengan suatu

    parlementer yang mirip dengan sistem di Inggris. Badan eksekutif terdiri

    atas presiden yang beragama islam beserta menteri-menteri. Perdana

    menteri merupakan pembantunya yang tidak boleh merangkap menjadi

    anggota badan legislative. Presiden mempunya wewenang untuk

    memveto rancangan undang-undang.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 21

    Badan Eksekutif di Negara-Negara Komunis

    Disamping badan eksekutif di Negara Negara demokratis, perlu juga kita

    bicrakan badan eksekutif di Negara Negara komunis. Beberapa perbedaan yang

    menonjol, oleh karena Dewan Perwakilan Rakyat tidak dilihat sebagai badan

    legislatif, tetapi sebagai badan dimana semua kekuasaan (eksekutif, legislatif dan

    yudikatif) dipusatkan. Sistem ini kadang di sebut dengan pemerintahan majelis

    (assembly government). Perbedaan yang terbesar adalah peranan yang dominan

    dari Partai komunis yang menyelami semua aparatur kenegaraan. Negara-negara

    komunis dalam garis besarnya mengikuti pola Uni Soviet.

    Fungsi Eksekutif di Uni Soviet dibagi antara dua badan, yaitu antara pimpinan

    Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Presidium Soviet Tertinggi dan Kabinet.

    Pembagian semacam ini menjadikan perbedaan antara badan eksekutif dan

    legislatif seperti di Negara demokratis.

    Presidium terdiri atas kira-kira 30 orang anggota Soviet Tertinggi, bertindak sebgai

    steering committee dari Soviet Tertinggi dan menyelenggarakan tugas-tugasnya

    selama badan itu tidak bersidang. Kedudukan Presidium Soviet Tertinggi dapat

    dikatakan unik, sebab selain menyelenggarakan wewenang Soviet Tertinggi

    tertentu juga merupakan kepala kolektif. Dalam menjalankan fungsinya anggota-

    anggota presidium mempunyai kedudukan yang sama, hanya dalam upacara

    formal dan protokoler ketua Presidium bertindak atas seluruh Presidium, biasa

    disebut Presiden Uni Soviet.

    Wewenang Presidium mencakup bidang eksekutif seperti mengeluarkan dekrit-

    dekrit yang dalam sidang Soviet Tertinggi berikutnya disahkan. Dalam wewenag

    yudikatif, Presidium membatalkan keputusan-keputusan dan aturan-aturan cabinet

    kalau dianggap tidak sesuai dengan undang-undang. Presidium secara formal

    bertanggung jawab kepada Soviet Tertinggi, akan tetapi dalam praktiknya

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 22

    Presidium membimbing Soviet Tertinggi. Hal ini dimungkinkan karena anggota

    Presidium merangkap menjadi pemimpin dalam Partai Komunis.

    Anggota kabinet berkisar anatara 20 dan 50 orang. Secara formal para menteri

    diangkat oleh Soviet Tertinggi dan bertanggung jawab kepadanya. Dalam

    praktiknya kabinet lebih berkuasa karena administrasi Negara mencakup dan

    menguasai hampir semua aspek kehidupan rakyat terutama di bidang ekonomi.

    Kekuasaan kabinet meliputi bidang legislatif, sebab walaupun secara formal Soviet

    Tertinggi merupakan badan legislatif yang tertinggi dan merupakan satu-satunya

    badan yang menyelenggarakan kekuasaan legislatif tetapi dalam praktiknya

    cabinet merupakan legislator paling penting. Kabinet menyusun rancangan

    Undang-Undang dan mengajukannya kepada Soviet Tertinggi. Kabinet juga

    berwenag mengeluarkan aturan-aturan dan keputusan yang bersifat mengikat di

    seluruh wilayah. Secara formal Soviet Tertinggi mempunyai wewenang untuk

    membatalkan aturan-aturan dan keputusan ini bila dianggap perlu. Pada

    hakikatnya kabinet hanya merupakan alat untuk melaksanakan keputusan-

    keputusan yang diambil dalam partai. Hal ini dimungkinkan oleh karena menteri

    merangkap jabatan anggota pimpinan Partai Komunis.

    Membahas badan eksekutif di China, situasinya hamper mirip dengan di uni

    Soviet. Kongres Partai komunis China, Komite Sentral Partai Komunis China,

    Politbiro dan Standing Committee Politrbiro adalah organ dari Partai Komunis

    China di tingkat Nasional. Chinese Party Congress dalam teorinya adalah organ

    partai tertinggi yang berfungsi untuk membuat kebijakan-kebijakan penting. Fungsi

    utamanya untuk mengumumkan dan member legitimasi dari kebijakan penting

    bukan sebagai inisiator dari pembuatan kebijakan.

    Komite Sentral Partai Komunis China (CC PKC) adalah organ yang lebih kecil

    dibandingkan dengan Chinese Party Congress tetapi jumlahnya masih terhitung

    besar untuk bias berjalan efektif. Anggota ini dipilih oleh Chinese Party Congress,

    tapi dalam kenyataannnya adalah nama-nama yang direkomendasikan oleh

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 23

    Politbiro setelah berkonsultai dengan elite tertinggi. Anggota Komite Sentral Partai

    Komunis China merangkap juga sebagai kepala partai di tingkat provinsi,

    perwakilan dari kelompok minoritas dan juga tokoh dari beragam kelompok

    seperti petani, buruh, pengusaha maupun militer. Dalam pertemuan dan

    berkongres fungsi utamanya adalah mendiskusikan serta mengumumkan beragam

    kebijakan yang akan diambil tapi bukan sebagai pemutus akhir dan penentu.

    Politbiro adalah kelompok yang lebih kecil jumlahnya dan lebih berkuasa

    dibandingkan dengan dua organ partai yang dijelaskan sebelumnya. Anggotanyha

    berkisar antara 25-35 orang. Fungsi utamanya adalah sebagai komando dan

    markas besar PKC. Anggota Politbiro PKC lebih dari anggota CC PKC adalah elite

    penting partai yang memiliki kekuasaan, kewenangan dan pengaruh politik yang

    besar. Kekuasaan, pengaruh dan kewenangan yang terpenting dipegang oleh

    Standing Committee of the Politbiro yang anggotanya berkisar hanya 5-9 orang.

    Secara formal, kekuasaan pemerintahan dalam konstitusi China terletak di Kongres

    Rakyat Nasional (KRN/ NPC).

    Dalam teori, NPC memilih dewan negara yang diketuai oleh perdana menteri.

    Perdana menteri sering juga disebut sebagai ketua dewan negara. Perdana menteri

    menurut konstitusi China dinominasikan oleh Presiden yang memegang jabatan

    ketua Kongres Rakyat Nasional (KRN). Namun dalam praktiknya baik presiden

    maupun perdana menteri adalah hasil seleksi dari negoisasi tingkat tinggi dalam

    jajaran elite tertinggi PKC. Perdana menteri di China adalah juga anggota Standing

    Committee of the Politbiro. Perdana menteri memegang kekuasaan eksekutif dan

    membentuk kementerian Negara. Jumlah kementeerian Negara berkisar 24-60

    kementerian.s

    Perdana menteri di China juga memiliki tugas dan bertanggung jawab untuk

    mengorganisir birokrasi dan administrasi pemerintahan di tingkat pusat yang

    kekuasaannya vertical sampai ke tingkat local. Perdana menteri bertanggung

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 24

    jawab pada rincian teknis implementasi kebijaka Negara sementara Presiden

    bertugas untuk mendapatkan dukungan politik bagi kebijakan pemerintah.

    Badan Eksekutif Di Indonesia.

    Dalam masa pra-Demokrasi Terpimpin, YAITU November 1945- Juni 1959 kita

    kenal badan eksekutif yang terdiri atas presiden serta wakil presiden sebagai

    bagian dari badan eksekutif yang tidak dapat diganggu gugat dan menteri-menteri

    yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan yang bekerja atas dasar asas

    tanggung jawab menteri. Kabinet merupakan kabinet yang dipimpin oleh Wakil

    Presiden Moh. Hatta yang karena itu dinamakan kabinet presidensial.

    Jumlah menteri dalam masa sebelum 27 Desember 1949 berkisar 16 (kabinet

    Sjahrir ke-1) dan 37 (kabinet Amir Syarifuddin ke-2) orang. Jumlah menteri dalam

    masa sesudahnya berkisar antara 18 (kabinet Wilopo) dan 25 (kabinet Ali

    Sastroamidjojo ke-2) orang. Para menteri dapat dibagi dalam beberapa golongan

    yaitu menteri inti dan menteri Negara.

    Mulai Juni 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali dan menurut

    ketentuan UUD itu badan eksekutif terdiri atas seorang presiden, wakil presiden

    beserta menteri-menteri. Menteri-menteri membantu presiden dan diangkat serta

    diberhentikan olehnya. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dan

    presiden merupakan Mandataris MPR dan bertanggung jawab kepada MPR dan

    kedudukannya untergeordnet kepada MPR.

    Presiden memegang kekuasaan pemerintahan selama lima tahun yang hanya

    dibatasi oleh peraturan-peraturan dalam UUD dimana sesuatu hal diperlukan

    adanya suatu undang-undang. Selama masa itu presiden tidak boleh dijatuhkan

    oleh DPR, sebaliknya presiden tidak mempunyai wewenang untuk membubarkan

    DPR.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 25

    Presiden memerlukan persetujuan dari DPR untuk membentuk undang-undang

    dan untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan

    Negara lain. Dalam keadaan memaksa, Presiden menetapkan Peraturan

    Pemerintah sebagai pengganti undang-undang, maka Peraturan Pemerintah itu

    kemudian harus mendapat persetujuan DPR. Selain itu presiden berwenang

    menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan undang-undang

    sebagaimana mestinya dan presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas

    angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.

    Dalam masa Demokrasi Terpimpin tidak ada wakil presiden. Sesuai dengan

    keinginannya untuk memperkuat kedudukannya, Ir. Soekarno oleh MPRS

    ditetapkan sebagai Presiden seumur hidup. Begitu pula pejabat teras dari badan

    legislatif (yaitu pimpinan MPRS dan DPR Gotong Royong) dan dari badan

    yudikatif (yaitu ketua Mahkamah Agung) diberi status menteri. Kemudian berdasar

    Penetapan Presiden No. 14 Tahun 1960, presiden diberi wewenang untuk

    mengambil keputusan dalam keadaan anggota badan legislatif tidak dapat

    mencapai mufakat mengenai suatu hal atau sesuatu rancangan undang-undang.

    Dalam masa Orde Baru Ketetapan MPRS yang member kedudukan presiden

    seumur hidup kepada Ir. Soekarno telah dibatalkan. Dengan Ketetapan MPRS No.

    XXXXIV Tahun 1968 Jenderal Soeharto dipilih oleh MPRS sebagai presiden.

    Jabatan wakil presiden untuk sementara tidak diisi. Dengan undang-undang

    ditetapkan bahwa menteri tidak boleh merangkap menjadi anggota DPR.

    Dalam sidangnya pada tahun 1973 MPR telah memilih Jenderal Soeharto sebagai

    Presiden Republik Indonesia dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Wakil

    Presiden. Sistem presidensial yang digunakan oleh UUD 1945 memberikan

    kekuasaan yang besar bagi presiden. Di samping sebagai kepala Negara dan kepala

    pemerintahan, presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang

    dengan persetujuan DPR. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 5 Ayat (1) UUD 1945

    yang asli. Ketentuan ini menunjukan bahwa UUD 1945 yang asli memberikan

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 26

    kewenangan legislatif yang besar bagi presiden. Apalagi presiden juga berhak

    mengeluarkan Peraturan Pemerintahan Pengganti UU (Perpu) sebagaimana diatur

    dalam Pasal 22 (1) UUD 1945 asli. Kewenangan legislative lainnya dari badan

    eksekutif menurut UUD 1945 yang asli adalah pengajuan RUU yang disebut

    sebagai hak inisiatif lembaga eksekutif.

    Perkembangan politik di Indonesia pada masa awal Orde Baru menunjukan

    peranan Presiden Soeharto yang semakin dominan. Di samping kewenangan yang

    diberikan oleh UUD 1945, situasi politik Indonesia memberikan kesempatan yang

    besar bagi Presiden Soeharto untuk berperan sebagai presiden yang dominan.

    Presiden Soeharto adalah tokoh utama yang tampil setelah Gerakan 30 S/PKI yang

    memimpin usaha pemberantasan komunis di Indonesia. Meskipu Jenderal

    Nasution lebih senior namun posiisnya sebagai Ketua MPRS member peluang

    kepada Soeharto untuk tampil sebagai presiden berikutnya yang menggantikan

    Presiden Soekarno. Senioritas Soeharto dalam Angkatan Darat memperkuat

    posisinya dalam dunia politik Indonesia. Peranan dominan Soeharto semakin

    menguat seiring dengan usia Orde Baru.

    Keberhasilan Orde Baru dalam membangun ekonomi, termasuk keberhasilan

    swasembada beras pada pertengahan decade 1980-an memberikan kedudukan

    dominan yang semakin kokoh bagi Presiden Soeharto. Kedudukan dominan

    tersebut menyebabkan tidak asa satu pun di antara elite politik nasional yang

    dapat dianggap sebagai calon pengganti Presiden Soeharto. Tokoh-tokoh yang

    lain dianggap sebagai pengikut dari Soeharto. Mereka bersaing antara mereka

    sendiri untuk mendapat posisi terdekat dengan Soeharto.

    Sejak awal decade 1990-an, Orde Baru dikuasi sepenuhnya oleh Presiden

    Soeharto. Dominasi mutlak dalam politik menghasilkan penyelewengan

    kekuasaan. Penyelewengan kekuasaan ini semakin hebat menjelang berakhirnya

    Orde Baru pada tahun 1998. Kebebasan berbicara tidak diperbolehkan, persaingan

    politik antara dua partai dan Golkar menghilang, peranan ABRI yang semakin

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 27

    besar seiring dengan meluasnya dwifungsi ABRI, dan munculnya anggota keluarga

    Soeharto sebagai pengusaha besar yang menggunakan kekuasaan, fasilitas dan

    keuangan Negara untuk kepentingan bisnis mereka.

    Kekuasaan yang dominan menghasilkan penyelewengan politik yang meluas yang

    berujung pada maraknya praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).

    Perkembangan politik tersebut menyulut terjadinya protes besar yang dilakukan

    oleh para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia dengan cara menduduki

    Gedung MPR/DPR di Senayan, Jakarta. Gerakan mahasiswa ini mampu memaksa

    pimpinan MPR/DPR untuk mendukung gerakan tersebut dan menuntut

    pengunduran diri Presiden Soeharto. Desakan rakyat tersebut membuat Presiden

    Soeharto mengambil keputusan untuk mengundurkan diri sebagai Presiden RI

    pada tangggal 20 Mei 1998 yang menandai berakhirnya periode Orde Baru dalam

    sejarah politik Indonesia.

    Masa sesudah Orde Baru dikenal sebagai Orde Reformasi. Yang ingin dilakukan

    setelah masa Orde Baru adalah melakukan perubahan-perubahan politik sehingga

    system politik Indonesia menjadi lebih demokratis. Praktik yang kurang atau tidak

    demokratis dihilangkan dengan melakukan perubahan terhadap peraturan

    perundangan. UU politik yang baru dan lebih demokratis dikeluarkan pada awal

    1999 dan UU tentang pemerintahan daerah yang lebih demokratis dikeluarkan

    pada pertengahan tahun yang sama. UU politik baru menghasilkan Pemilu 1999

    yang dianggap sebagai pemilu yang demokratis yang mendapat pujian dari dunia

    internasional. Pemerintahan daerah juga mengalami demokratisasi dengan

    dihilangkannya kedudukan kepala daerah sebagai penguasa tunggal dan DPRD

    menjadi lembaga legislatif daerah.

    Langkah terobosan yang dilakukan oleh Orde Reformasi adalah mandemen UUD

    1945 yang mengubah UUD 1945 secara dratis sehingga UUD 1945 yang asli

    menjadi sangat berbeda dibandingkan UUD 1945 hasil amandemen. UUD 1945

    hasil amandemen menjadi lebih demokratis dibandingkan dengan UUD 1945 yang

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 28

    asli. Amandemen yang dilakukan sebanyak empat tahap dalam empat tahun telah

    menjadi sebuah bagian terpenting dari proses demokratisasi di Indonesia.

    UUD 1945 hasil amandemen memperkuat sistem presidensial di Indonesia dengan

    mengadakan pemilihan umum untuk memilih presiden/wakil presiden secara

    langsung oleh rakyat. Pilpres memperkuat legitimasi presiden karena ia dipilih

    langung oleh rakyat seperti DPR. Di samping itu, UUD 1945 hasil amandemen

    mempersulit pemecetan presiden oleh MPR. Presiden hanya dapat dipecat bila

    dianggap telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan nterhadap

    negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela.

    Hal ini diatur dalam Pasal 7A UUD 1945 hasil amandemen. Proses pemecatan

    berlangsung panjang karena pelanggaran hukum yang dilakukan oleh presiden

    harus diverifikasi oleh Mahkamah Konstitusi.

    Amandemen UUD 1945 mengurangi peranan presiden dalam fungsi legislatif. Pasal

    20 (1) UUD 1945 hasil amandemen mengatakan bahwa kekuasaan membentuk

    UU diegang oleh DPR. Hal ini jelas berbeda dari UUD 194 asli seperti yang

    dijelaskan sebelumnya bahwa presiden memegang kekuasaan membentuk UU.

    RUU harus dibicarakan dengan DPR dan badan eksekutif lainnya. Namun apabila

    presiden tidak mengundangkan sebuah RUU yang telah diseyujui dalam waktu 30

    hari setelah RUU disetujui, RUU tersebut sah sebagai UU dan wajib diundangkan

    (Pasal 20 Ayat 5 UUD 1945 hasil amandemen). Ketentuan ini memberikan hak

    bagi DPR untuk melakukan by pass sehingga RUU sah menjadi UU tanpa

    menunggu persetujuan presiden.

    Presiden di bawah UUD 1945 hasil amandemen adalah presiden dalam sistem

    presidensial yang demokratis. Tidak dapat diberhentikan oleh DPR karena

    masalah-masalah politik, sebaliknya tidak dapat membubarkan DPR. Presiden

    membutuhkan dukungan yang cukup kuat sehingga memerlukan adanya partai

    politik atau koalisi partai politik yang kuat sehingga presiden dapat memerintah

    dengan baik. Yang diperlukan oleh Presiden RI dalam sistem presidensial yang

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 29

    berlaku sekarang ini adalah kerja sama yang baik dengan DPR sehingga terbentuk

    sinergi dalam pemerintahan dan diharapkan perbedaan yang terjadi tidak

    menghambat presiden dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala badan

    eksekutif.

    C. BADAN LEGISLATIF

    Badan Legislatif mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate atau

    membuat undang-undang. Nama lain yang sering dipakai adalah Assembly yang

    mengutamakan unsur berkumpul. Nama lainnya adalah Parliament, suatu istilah

    yang menekankan unsur bicara dan merundingkan. Sebutan lain mengutamakan

    representasi atau keterwakilan anggota-anggotanya dan dinamakan Peoples

    Representative Body atau Dewan Perwakilan Rakyat. Akan tetapi apa pun perbedaan

    dalam istilah namanya dapat dipastikan bahwa badan ini merupakan simbol dari

    rakyat yang berdaulat.

    Menurut teori yang berlaku, rakyatlah yang berdaulat. Rakyat yang berdaulat ini

    mempunyai suatu kehendak (yang oleh Rousseau disebut Volonte Generate atau

    General Will . keputusan-keputusan yang diambil oleh badan ini merupakan suara

    yang authentic dari general will. Karena itu keputusan keputusannya baik bersifat

    kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh masyarakat.

    Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan ada di tangan di rakyat, maka

    badan legislatif menjadi badan yang berhak menyelenggarakan kedaulatan itu dengan

    jalan menentukan kebijakan umum dan menuangkannya dalam Undang-Undang.

    Dalam pada itu badan eksekutif hanya merupakan penyelenggara dari kebijakan

    umum itu.

    Rousseau yang merupakan pelopor dari gagasan kedaulatan rakyat tidak menyetujui

    adanya badan perwakilan tetapi mencita-citakan suatu bentuk demokrasi langsung,

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 30

    dimana rakyat secara langsung merundingkan serta memutuskan soal-soal kenegaraan

    dan politik. Akan tetapi dewasa ini demokrasi langsung seperti yang diinginkan

    Rousseau dianggap tidak praktis. Dan hanya dipertahankan dalam bentuk khusus dan

    terbatas seperti referendum dan plebisit. Boleh dikatakan bahwa dalam negara

    modern dewasa ini rakyat menyelenggarakan kedaulatan yang dimilikinya melalui

    wakil-wakil yang dipilihnya secara berkala.

    Badan legislatif dinegara-negara demokrasi disusun sedemikian rupa sehingga ia

    mewakili mayoritas dari rakyat dan pemerintahan bertanggung jawab kepadanya.

    Untuk meminjam perumusan CF Strong yang menggabungkan tiga unsur dari suatu

    demokrasi yaitu reprensentasi, partisipasi dan tanggung jawab politik yaitu :

    Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang mayoritas anggota dewasa

    dari suatu komunitas politik berpartisipasi atas dasar sistem perwakilan yang

    menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-

    tindakannya kepada mayoritas kepada mayoritas itu.

    Atau dengan kata lain negara demokrasi di dasari oleh sistem perwakilan demokratis

    yang menjamin kedaulatan rakyat.

    D. MASALAH PERWAKILAN (REPRESENTASI)

    Biasanya ada dua kategori yang dibedakan. Kategori pertama adalah perwakilan

    politik dan perwakilan fungsional. Kategori kedua menyangkut pperan anggota

    parlemen sebagai trustee dan perannya sebagai pengemban mandat Perwakilan

    adalah konsep bahwa seorang atau suatu kelompok mempunyai kemampuan atau

    kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar.

    Dewasa ini anggota badan legislative pada umumnya mewakili rakyat melalui partai

    politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik.

    Sekalipun asas perwakilan politik telah menjadi sangat umum, tetapi ada beberapa

    kalangan yang merasa bahwa partai politik dan perwakilan yang berdasarkan

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 31

    kesatuan-kesatuan politik semata-mata mengabaikan berbagai kepentingan dan

    kekuatan lain yang ada di dalam masyarakat terutama di bidang ekonomi. Di

    samping itu ditemukan bahwa di beberapa Negara asas perwakilan politik diragukan

    kewajarannya dan perlu diganti atau sekurang-kurangnya dilengkapi dengan asas

    perwakilan fungsional. Dianggap bahwa Negara modern dikuasai oleh bermacam-

    macam kepentingan terutama di bidang ekonomi, yang dalam sistem perwakilan

    politik kurang diperhatikan dan tidak dilibatkan dalam proses politik.

    Dapat dikatakan bahwa dewasa ini perwakilan politik merupakan sIstem perwakilan

    yang dianggap paling wajar. Di samping itu beberapa Negara merasa bahwa asas

    functional or occupational representation perlu diperhatikan dan sedapat mungkin

    diakui kepentingannya di samping sIstem perwakilan politik sebagai cara untuk

    memasukkan sifat profesional ke dalam proses pengambilan keputusan yang

    menyangkut kepentingan umum.

    Di Indonesia asas perwakilan fungsional (Golongan Karya) juga telah dikenal di

    samping asas perwakilan politik. Pemilihan Umum tahun 1971 diselenggarakan

    dengan mengikutsertakan baik partai politik maupun golongan fungsional.

  • Badan Eksekutif Indonesia//Cecilia Pingkan 32

    BAB 3

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Ciri-ciri identifikasi, yaitu dengan menggambarkan unit-unit dasar dan

    membuat garis batas yang memisahkan unit-unit tersebut dengan lingkungan

    luarnya.

    Dalam sistem politik terdapat pembagian kerja antar anggotanya. Pembagian

    kerja yang ada tidak akan menghancurkan sistem politik karena ada fungsi

    integratif dalam sistem politik.

    Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan dan

    dukungan.

    Output merupakan keputusan otoritatif (yang mengikat) dalam menjawab dan

    memenuhi input yang masuk

    Menurut Gabriel Almond, dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur atau lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan

    legislatif, badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan

    Referensi

    Departemen Penerangan Republik Indonesia, Susunan Kabinet Republik Indonesia

    1945-1970 (Jakarta: Pradna Paramita, 1970)

    Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Dhiwantara, 1964