bacaan hari ini

22
Bacaan Hari Ini Bacaanku hari ini ... Diambil dari berbagai sumber sebagai inspirasi dan santapan mata serta bahan pengisi kepala. FRIDAY, APRIL 21, 2006 Selamat Hari Kartini .... GeoWoman Selamat Hari Kartini .... Women Making Their Mark Robbie Gries president and owner, Priority Oil & Gas, Denver Marjorie Chan professor and department chair, University of Utah, Salt Lake City. Evelyn Medvin vice president, Core Laboratories, Houston. Brenda Beitler Bowen post doctorate research assistant, Central Michigan University, Mount Pleasant, Mich.; visiting professional Purdue University (assistant professor, fall 2007). Deborah Sacrey president, Auburn Energy, Houston. Jessica Moore Ali-Abeeb geologist, Petroleum Systems International, Salt Lake City. Susan Cunningham senior vice president, exploration and corporate reserves, Noble Energy, Houston Sherilyn Williams Stroud Geo Team leader, Midland Valley Exploration

Upload: ayu-rizki-ananda

Post on 20-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bacaan Hari Ini

Bacaan Hari IniBacaanku hari ini ... Diambil dari berbagai sumber sebagai inspirasi dan

santapan mata serta bahan pengisi kepala.

F R I D A Y , A P R I L 2 1 , 2 0 0 6

Selamat Hari Kartini .... GeoWomanSelamat Hari Kartini ....

Women Making Their Mark

Robbie Gries

president and owner, Priority Oil & Gas, Denver

Marjorie Chan

professor and department chair, University of Utah, Salt Lake City.

Evelyn Medvin

vice president, Core Laboratories, Houston.

Brenda Beitler Bowen

post doctorate research assistant, Central Michigan University, Mount Pleasant,

Mich.; visiting professional Purdue University (assistant professor, fall 2007).

Deborah Sacrey

president, Auburn Energy, Houston.

Jessica Moore Ali-Abeeb

geologist, Petroleum Systems International, Salt Lake City.

Susan Cunningham

senior vice president, exploration and corporate reserves, Noble Energy, Houston

Sherilyn Williams Stroud

Geo Team leader, Midland Valley Exploration

Siapa ya Indonesian GeoScientist ...

ah aku kenapa malah ngga tahu .... tapi bukan berarti ngga ada, hanya

Page 2: Bacaan Hari Ini

saja aku ngga tahu ...

Btw ... selamat hari Kartini untuk IndoGeoWoman ...

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 8:54 AM  0 comments links to this post

T H U R S D A Y , A P R I L 1 3 , 2 0 0 6

Harrison Schmitt 04:2006 EXPLORERHarrison Schmitt 04:2006 EXPLORER

Helium-3 could be an abundant source of fuel for future, fusion-power

electrical power plants, and Schmitt estimated the cost of a privately

funded lunar mining program at $15 billion.

Sumber energi di bulan. Helium-3 yg merupakan bahan bakar utk reaksi

fusi.

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 7:08 PM  0 comments links to this post

Panas Bumi Hu'u Nusa Tenggara BaratPusat Sumber Daya Geologi (PSDG)

Panas Bumi Hu'u

SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA)DAERAH HU’U, KABUPATEN DOMPU, PROVINSI NUSATENGGARA BARAT

Oleh:

Herry Sundhoro, Bakrun, Bangbang Sulaeman, TimorSitumorang,

Eddy Sumardi , Imanuel. MF, Dikdik Risdianto, Liliek. R. R.

SUBDIT PANAS BUMI

ABSTRACTThe Hu’u geothermal area is located in the southeastern part of the middle Sumbawa island. Most thermal features occur in an area souronding the NW-SE trending fault. The surface features presumably indicate the potency of geothermal resources beneath the area. These features include hot springs, fumarole and also altered rocks. The Distribution of the surface features occurs at elevations between 90 to 500 m above sea level, and the temperatures are between 37 and 80 C.

Geological, geochemical and geophysical surveys recognized a geothermal prospect area located in the up-flow system of the Hu’u geothermal area. The prospects covers an area of about 10 km2 recognized by mercury and CO2 high distribution. Possible reserve of the geothermal energy of Hu’u area is about 69 MWe.

SARIDaerah panas bumi Hu’u terletak di sebelah tenggara bagian tengah P. Sumbawa. Manifestasi panas umumnya berada disekitar daerah patahan yang berarah baratlaut-tenggara. Manifestasi permukaan yang mengidentifikasikan akan adanya potensi panas bumi di kedalaman berupa kelompok pemunculan mata air panas, fumarola dan juga daerah alterasi. Mata air panas tersebut berada pada ketinggian diantara 99-500 m dpl

Page 3: Bacaan Hari Ini

dan bersuhu antara 37 hingga 80 C.

Hasil survei geologi, geokimia dan geofisika telah bisa membatasi daerah up-flow dan daerah prospek panas bumi seluas ± 10 km2. Perkiraan daerah prospek ini didasarkan pada hasil anomali mercuri/Hg and CO2 dengan besarnya estimasi cadangan terduga sekitar 69 MWe.

PENDAHULUANP. Sumbawa terletak di jalur gunungapi (volcanic belt) orogenSunda. Sepanjang jalur ini banyak terdapat pemunculan manifestasi panas bumi, yang mengidentifikasikan adanya potensi energi panas bumi di kedalaman. Potensi ini apabila di kelola secara baik dan terencana akan bisa menghasilkan energi listrik berasal dari energi panas bumi.Beberapa penyelidik terdahulu menyebutkan bahwa di Hu’u-Daha, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan batuan alterasi.Selain itu wilayah Kabupaten Dompu ini tidak memiliki potensi sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas maupun batubara sehingga konsumsi energi untuk penduduk dan daerah harus dipasok dari wilayah lain yang mengakibatkan nilai subsidi menjadi lebih besar. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang dari waktu ke waktu semakin meningkat perlu diupayakan untuk mencari sumber energi alternatif yang berasal dari bumi Kabupaten Dompu sendiri. Salah satunya adalah energi panas bumi.Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan penyelidikan panas bumi terpadu berupa survei geologi, geokimia dan geofisika dengan maksud untuk mengidentifikasi karasteristik geologi berupa urutan dan sebaran batuan, struktur geologi, alterasi dan perangkap panas yang ada di daerah Hu’u serta untuk mengetahui tipe, sistim, parameter, konfigutasi dan struktur bawah permukaan, sehingga akan diketahui luas daerah prospek, daerah dis-charge dan re-charge, model panas bumi, potensi cadangan panas bumi “terduga” dan temperatur fluida bawah permukaan di daerah Hu’u.

LOKASI PENYELIDIKANDaerah selidikan berada di wilayah Kecamatan Hu’u-Rasabau, Kabupaten Dompu, Provinsi NTB. Luasnya ± 32 X 27 km2 yang berada pada posisi geografis 124o50’03”-125o08’02” BT dan 08o08’35” -08o23’43” LS (Gambar 1).

METODA PENYELIDIKANPenyelidikan panas bumi terpadu di Hu’u, NTB memakai 3 metoda, yaitu: geologi, geokimia dan geofisika. Penyelidikan difokuskan pada tubuh vulkanik Puma dan Wawosigi yang berumur Miosen dan mempunyai manifestasi panas di Desa Hu’u dan Daha. Sebelum pelaksanaan survei dilakukan persiapan yang meliputi telaahan Citra (image) Landsat yang datanya diadobsi dari (www.landsat.org, 2001).

Penyelidikan geologi lapangan menggunakan lintasan peta secara random. Pengamatan data memakai alat GPS/Global Positioning System. Data dan sampel batuan yang selektif diolah dan dianalisis untuk mendapat hasil simpulan, sedangkan umur batuan diambil dari referensi.Pengamatan geokimia dan geofisika difokuskan di daerah menifestasi dengan grid lintasan berjarak 1000 X 250 m. Panjang lintasan A, B, C, D dan E 7000 m, E, F-6500 m dan G-5500 m yang memotong struktur geologi dan disesuaikan kondisi topografi.

Dalam penyelidikan geokimia diambil sampel air panas, Hg tanah dan CO2 udara tanah untuk analisis laboratorium.Analisis air panas menghasilkan konsentrasi kation dan anion unsur major, isotop 18O dan deuterium. Selanjutnya ditetapkan tipe dan berpengaruh lingkungan dengan cara pengeplotan kedalam diagram segitiga Cl-SO4-HCO2, Cl/100-Li-B/4 dan Na/1000-K/100-Mg, sedangkan penghitungan Geotermometer air panas menggunakan unsur SiO2, Na/K, Na-K-Ca atau K-Mg.Sampel tanah dan udara tanah pada kedalaman 1 m di 102 titik lintasan dianalisis kandungan Hg dan CO2. dan dibuat sebaran kontur anomali untuk indikasi daerah up-flow.

Dalam penyelidikan geofisika dipakai 4 cara, yaitu geo-magnet, gaya berat, geo-listrik dan Head-On. Pengukuran geo-magnit dilakukan di 224 titik amat dari 188 titik ukur di

Page 4: Bacaan Hari Ini

lintasan dan 36 titik amat regional dengan jarak 500 m. Pendataan intensitas magnit dilakukan dengan memakai 4 set alat magnetometer tipe G-856, G-836 dan G-826 dengan ketelitian dari 0.1, 1.0 dan 10 gamma dan harga IGRF 45.210 gammaserta variasi harian dengan harga fluktuasi antara 45.125 - 45.212 gamma.Penyelidikan gaya berat dilakukan untuk identifikasi struktur bawah permukaan. Penentuan densitas batuan dilakukan langsung di laboratorium dari sampel yang diambil, sehingga sesuai fakta sebenarnya di lapangan. Harga rata-rata menunjukkan 2.42 gr/cm3.Pada penyelidikan geo-listrik dipakai metoda Schlumbergerbentangan simetris 2 arah. Pengukuran tahanan jenis semu dilakukan memakai bentangan AB/2=250, 500, 750 dan 1000 m dan dibuat peta anomalinya. Namun bentangan yang representatif untuk kedalaman diambil AB/2= 1000 m. Sedangkan penampang tahanan jenis semu dibuat di setiap lintasan dan pengukuran penampang tahanan jenis sebenarnya dilakukan di 5 titik sounding: C-3000, D-3000 dan 4000, E-4000 serta F-4000.Pengukuran Head-On dilakukan di 2 lintasan X dan Y dengan interval titik ukur 100 m. Keduanya dibuat tegak lurus struktur dengan jarak elektroda C= 4000 m. Interpretasi struktur head-on dibuat berdasarkan ploting perpotongan kurva tahanan jenis semu dengan sumbu kedalaman sama dengan AB/4 di penampang lintasan X dan Y untuk mendapat arah dan kemiringan sesar.

GEOLOGIGeologi regional, P. Sumbawa merupakan bagian busur gunungapi Banda. Akibat gejala tektonik banyak terbentuk struktur-struktur lipatan, sesar dan kelurusan vulkanik yang mempunyai arah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara (Bemmelen, 1949). Di utara pulau ini ada G. Tambora yang meletus tahun 1815 (Herdervani 1963).

Perusahaan Listrik Negara/PLN yang pernah melakukan pemetaan geologi di Hu’u dan sekitarnya dalam rangka survei panas bumi pada tahun 1984 menguraikan bahwa: batuan gunungapi yang ada di sini berumur Miosen Bawah dan pada bagian atasnya diendapkan aluvium dan endapan pantai yang berumur Resen.

Geologi daerah penyelidikanGeomorfologi, berdasarkan kepada bentuk bentang alam, pola aliran sungai, tingkat erosi dan jenis batuannya di daerah Hu’u dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran pantai (SDP), satuan morfologi dataran rendah (SDR), satuan morfologi vulkanik Puma (SVP) dan satuan morfologi vulkanik Wawosigi (SVW) .

Stratigrafi, hasil pemetaan yang didukung interpretasi Citra Landsat dan analisis petrografi contoh batuan yang representatif menunjukkan bahwa di daerah Hu’u dapat dipisahkan menjadi 12 satuan. Urutan dari tua ke muda adalah: satuan lava G. Wawosigi 1/Tmlw 1, Satuan lava G. Wawosigi 2/Tmlw 2, Satuan breksi G. Wawosigi/Tmbw, Satuan aliran piroklastik G. Wawosigi/Tmaw, Satuan lava G. Puma 1/Tmlp 1, Satuan jatuhan piroklastik G. Puma/Tmjp, Satuan lava G. Puma 2 /Tmlp 2, Satuan aliran piroklastik G. Puma/Tmap, Satuan lava G. Puma 3/Tmlp 3, Satuan gamping terumbu/ koral (Qgt), satuan sedimen pantai (Qsp) dan Aluvium (Qa) (Gambar. 2). Hasil pentarikhan jejak belah (fision track dating) dari sampel lava G. Puma menunjukkan batuan itu berumur Miosen Atas (5.8 ± 0.2 Ma).

Struktur geologi, di Hu’u dicerminkan oleh bentuk-bentuk:depresi, kelurusan, paset segi tiga, dinding patahan (gawir sesar), kekar, offset batuan, kelurusan sungai, bukit dan tofografi, zona hancuran batuan/ breksiasi (fracture), manifestasi panas bumi berupa batuan alterasi argilik dan kelompok-kelompok mata air panas. Berdasarkan data itu maka ada 3 perioda pembentukan sesar, yaitu:- Periode I, sesar-sesar berarah barat-timur, barat baratlaut-timur tenggara dan

timurlaut-baratdaya yang merupakan sesar normal tertua. Sesar berarah barat-timur dinamakan sesar Lakei, yang berarah barat baratlaut-timur tenggara dinamakan sesar Hu’u lama dan yang berarah timurlaut-baratdaya dinamakan sesar Daha.

- Periode II, sesar-sesar berarah baratlaut-tenggara, yaitu sesar Madawa serta pasangan sesar Hu’u di utara dan sesar Ncangga di selatan.

- Periode III, sesar-sesar yang berarah utara-selatan (Lamea dan Tolokuta). Kedua sesar ini merupakan sesar normal paling muda. Sesar Lamea ada di teluk Lamea, sedangkan di teluk Tolokuta terdapat sesar Tolokuta dengan blok timur relatifturun

Page 5: Bacaan Hari Ini

(Gambar 2).

Geohidrologi, Daerah re-charge di Hu’u berada pada Satuan Morfologi Vulkanik Wawosigi/SVW dan Satuan Morfologi Vulkanik Puma/SVP yang mencakup ± 65 % seluruh luas daerah. Satuan ini mempunyai puncak-puncak kerucut dengan ketinggian antara 1300-1700 m dpl. Air hujan yang turun sebagian akan meresap ke daerah berelevasi rendah untuk selanjutnya muncul di lembah-lembah berupa mata air. Sedangkan air hujan yang teralirkan di permukaan bumi, akan mengalir sebagai aliran sungai dan menuju laut sebagai run off water.Daerah dis-charge ada pada satuan Morfologi Dataran Pantai/SDP dan satuan Morfologi Dataran Rendah/SDR yang mencakup ± 35 % dari seluruh daerah penyelidikan. Air hujan/meteoric water sebagian akan meresap kebawah melalui rekahan (fracture), porositas batuan dan gaya gravitasi untuk menjadi air tanah yang terperangkap jauh di bawah permukaan. Daerah ini menjadi kantong air (catchment area) dan tempat berakumulasinya air tanah, sedangkan sebagian air hujan yang mengalir di permukaan selanjutnya mengalir sebagai aliran sungai menuju ke arah laut.

GEOKIMIAMata airpanas dan batuan alterasi, mata air panas di Hu’u ada 9 lokasi, yaitu di Lacoha/APTC, Sori Rewa/APAER atau Ama Eno Rewa, Lapui/APLP (Desa Daha) dan Huu-1/APSH-1atau S. Huu, Huu-2/APSH-2 atau Sori Owa, Lekai/APLK,Limea/APTL, Ncangga-1/APSC-1 dan Ncangga-2/APSC-2 (Desa Daha). Selain mata air panas di atas di Limea, cangga dan Pure juga ada batuan alterasi hydrothermal bertipe argilik sebagai gejala manifestasi panas bumi permukaan.

Karakteristik, tipe dan lingkungan airpanas, Dari contoh air panas hasil analisis laboratorium dapat ditentukan klasifikasi air berdasarkan kandungan konsentrasi unsur. Klasifikasi ini sangat tergantung pada kondisi air panas itu, pemunculannya, kontaminasi dan pengenceran oleh air di sekitarnya /air permukaan. Hasilnya dalam gambar 3 dan 4.Kandungan unsur kimia air panas yang di plotkan pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 menunjukkan bahwa sebagian besar air panas berada dalam tipe bikarbonat (Lacoha, Sori Rewa, Lapui, Lakai, Huu-1, 2 dan Cangga 1), sedangkan air panas Cangga 2 masuk kedalam tipe sulfat dan mata air panas Limea ada dalam tipe klorida (Gambar 3 A). Hasil ploting diagram segitiga Na/1000-K/100-Mg menunjukkan bahwa semua mata air panas di atas masuk di daerahimmature water (Gambar 3 B). Sedangkan diagram segitiga Cl-Li-B menunjukkan bahwa semua mata air panas berada di lingkungan yang terpengaruh unsur sedimen khususnya air panas Cangga 2 dan juga telah ter pengaruh air laut untuk mata air panas Limea. (Gambar 4).Klas tipe air panas bikarbonat menunjukkan bahwa konsentrasi HCO3 jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi klorida dan sulfat. Ini akibat dari terlarutnya gas CO2 dari fluida bertemperatur relatif tinggi dari bawah yang terencerkan oleh air permukaan atau kemungkinan juga dari contoh air panas ini yang memang telah terkontaminasi dan didominasi oleh air meteorik/air permukaan. Sedangkan tipe air panas sulfat menunjukkan bahwa air panas ini dominan mengandung konsentrasi SO2 artinya berkemungkinan besar berasal langsung dari bawah pemukaan atau dari suatu reservoar air panas yang banyak mengandung gas-gas vulkanik (up-flow system). Namun mata air panas Limea yang termasuk tipe air panas klorida dengan jelas menunjukkan bahwa secara fisik di lapangan memang berada di pinggir teluk Limea dan telah terkontaminasi air laut. Sehingga tingginya Cl disini bukan dari suatu reservoar panas bumi melainkan dari pengaruh air laut. Daerah immature watermenggambarkan adanya pengaruh air permukaan/ airmeteorik yang dominan. Walaupun awalnya air panas itu berasal dari wadah fluida panas di kedalaman. Hal tersebut di dukung juga oleh grafik isotop δD (Deuterium) terhadap δ 18O yang menunjukkan bahwa mata air panas Huu, Daha danLimea cenderung mendekati garis MWL/meteoric water line(Gambar 5). Grafik tadi menjelaskan bahwa mata air panas diatas sudah terkontaminasi oleh air permukaan.

Pendugaan temperatur bawah permukaan, Estimasi pendugaan suhu bawah permukaan/ Geothermometer air panas dihitung dari kandungan unsur kimia contoh air panas Lacoha, Sori Rewa, Lapui, Lakai, Huu-1, 2, Cangga 1, 2 dan Limea. Untuk air panas di diatas yang dominan bertipe bikarbonat juga ada yang bertipe sulfat dan klorida, maka penentukan pendugaan temperatur bawah permukaan yang memenuhi

Page 6: Bacaan Hari Ini

persyaratan dipakai rumus SiO2 conductive coolingdari sampel airpanas Cangga 2. Dari perhitungan geotermometer tersebut diperolah besaran temperatur empiris 180° C. Suhu reservoar sebesar 180° C itu merupakan suhu reservoar berentalpi menengah (medium enthalphy).

Sebaran konsentrasi Hg tanah dan CO2 udara tanah, Hasil analisis contoh tanah dan udara tanah diperoleh kandungan konsentrasi Hg tanah yang bervariasi antara 20-1425 pp dan CO2 udara tanah antara 0.03-1.95 %. Keduanya memiliki nilai ambang batas/ background value sebesar 720 ppb dan 0.60 % (v/v). Data itu selanjutnya di plotkan kedalam peta untuk mendapatkan kontur sebaran Hg tanah dan CO2 udara tanah di kedalaman 1 m (Gambar 6). Hasilnya menunjukkan bahwa anomali Hg dan C02 terfokus di Doro Nangasia, Ncangga dan Doro Wowosigi-Nangadoro dengan arah utara-selatan. Daerah ini merupakan zona-zona lemah tempat munculnya mata air panas Huu 1, 2 dan Cangga 1, 2 akibat sesar Huu, Cangga dan Nangadoro.

GEOFISIKAGeo-magnet, peta anomali magnit total memperlihatkan beberapa kelurusan baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut yang ditafsirkan sebagai struktur.Anomali magnit tinggi antara 0-670 gamma menunjukkan kutub-kutub magnit yang melingkar di utara, tengah, timurlaut, baratdaya dan selatan dan ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik sedang-tinggi, batuannya adalah andesit dan lava yang muncul kepermukaan .Anomali magnit rendah antara 0-886 gamma menyebar di utara, selatan, timurlaut, tengah dan baratdaya, ditafsirkan sebagai batuan bersifat non magnetik berupa batuan ubahan akibat fluida panas bumi.Anomali magnit sedang antara 0-100 dan 0 sampai -100 gamma tersebar di seluruh daerah ditafsirkan merupakan batuan non magnetik yaitu breksi, tufa (batuan piroklastik).

Anomali Gaya Berat, hasil yang representatif yang ditampilkan disini adalah peta anomali sisa/residual. Peta tersebut merupakan ekstraksi anomali bouguer dengan anomali regional dan merupakan anomali gaya berat lokal. Peta anomali sisa merupakan respon dari batuan bawah permukaan yang relatif dangkal. Berdasarkan kontrasnya dapat ditarik kelurusan kontur yang secara kualitatif diinterpretasikan sebagai patahan di kedalaman. Terdapatlima patahan berarah tenggara-baratlaut dan 2 berarah baratdaya-timurlaut. Peta anomali sisa menunjukkan pola lineasi kontur cenderung berarah tenggara-baratlaut. Dengan harga anomali dikelompokkan menjadi 4, yaitu anomali rendah <-5 mgal yang menyebar ke timurlaut dan tenggara, anomali sedang dengan harga -5 s/d 0 mgal dan 0 s/d 5 mgal berada di timur dan anomali tinggi >5 mgal menempati bagian tengah dan utara (Gambar 7).

Geolistrik dan Head-OnHasil penyelidikan geolistrik tahanan jenis, Hasil anomali tahanan jenis semu bentangan AB/2= 1000 m mempunyai pola hampir sama dengan pola tahanan jenis semu bentangan lebih pendek. Anomali sedang sedikit berada di lintasan B dan D, selanjutnya diikuti oleh anomali sedang-rendah cukup luas di bagian tengah dan timur dengan luas ± 10 Km2 pada setiap lintasan dengan arah penyebaran utara selatan. Anomali sedang-rendah seluas ± 10 Km2 ini diperkirakan sebagai daerah prospek panas bumi. Di bagian barat terdapat anomalirendah yang kemungkinannya merupakan repleksi dari air laut (Gambar 8).

Penampang tegak tahanan jenis sebenarnya, Dari data per titik sounding dibuat model penampang tahanan jenis 2-D. Penampang AB dibuat memotong setiap lintasan dengan arah baratdaya-timurlaut sehingga diperoleh penampang yang melalui 4 titik sounding di titik amat C3000, D4000, E4000, F4000. Hasil penampang AB menunjukkan terdapat 4 grup lapisan,yaitu: Lapisan I/lapisan permukaan, dengan nilai tahanan jenis antara 22-120 m, berketebalan 36-45 m dan terdapat di kedalaman 52-60 m, batuannya adalah lava dan breksi.Lapisan II, dengan tahanan jenis 8-17 m, ber ketebalan 42-170 m dan berada pada kedalaman 160-250 m, batuannya diduga breksi/lava yang sudah lapuk.Lapisan III, dengan nilai tahanan jenis 2-3 m, berketebalan 220-553 m, ada di kedalaman 425-715 m, diduga batuannya adalah batuan alterasi.Lapisan paling bawah mempunyai nilai tahanan jenis 11-15 m dan berada di kedalaman

Page 7: Bacaan Hari Ini

lebih dari 715 m, batuannya adalah lava/breksi lapuk (Gambar 9).

Kurva dan interpretasi struktur head-on Lintasan-X, kurva tahanan jenis semu dibuat berdasarkan ploting perpotongan antara kurva hasil pengukuran dengan sumbu di kedalaman sama dengan AB/4. Pada penampang lintasan X, tampak 3buah sesar. Sesar I terdapat pada titik amat X-600 di kedalaman yang berhubungan dengan bentangan AB/2= 200m hingga AB/2= 400 m, dengan kemiringan hampir tegak. Sesar II ada pada titik amat X-1000, muncul pada semua bentangan mulai permukaan pada bentangan AB/2=200 m sampai bentangan yang paling besar/AB/2= 800 m, kemiringan struktur ke arah timur dan makin kedalam kemiringan makin tegak. Struktur III berada pada titik amat X-1850 dengan ke miringan hampir tegak ke arah barat sampai bentangan AB/2=400 m, kemudian menerus miring ke arah barat dengan sudut kemiringan lebih besar sampai pada titik amat X-1500.Dari struktur II dan III yang menerus sampai kedalaman, maka diperkirakan zona itu adalah zona depresi di sepanjang S. Hu’u dan merupakan akses manifestasi panas bumi kepermukaan.

DISKUSIDi daerah Hu’u, NTB akumulasi panas di bawah permukaan terindikasikan oleh adanya batuan ubahan argilit dan pemunculan beberapa mata air panas. Indikasi tadimenunjukkan bahwa fluida di bawah permukaan bersifat normal-asam, sehingga sistim lempung penudung/ clay caphadir di sini. Lempung penudung letaknya berada di atas daerah reservoar, khususnya di sekitar manifestasi Pure, Limea dan Ncangga. Sedangkan Fluida panas di zona reservoar Hu’u diduga bersistim 2 (dua) fase, yaitu fase uap dan fase air panas dengan pH netral-asam.

Peta mapping geolistrik menunjukkan adanya anomali sedang-rendah di daerah tengah dan timur seluas ± 10 Km2. Sedangkan hasil sounding menunjukkan adanya daerah bernilai tahanan jenis 11-15 m pada kedalaman lebih dari 715 m, sehingga diduga terdapat reservoar pada kedalaman > 900 m (?).

Dari analisis geomagnet dan gaya berat terindikasi adanya struktur berupa sisa tubuh panas/pocket magma (?) di bawah permukaan dan diprediksikan sebagai sumber panas yang memanasi air tanah dalam di reservoar dan mendorong fluida panas keatas melalui zona sesar/rekahan yang menyebabkan terbentuknya batuan ubahan.

Model tentatif panas bumi daerah Hu’u, NTB menunjukkan, bahwa (Gambar 10):Sumber panas/heat source diduga berupa bodi (tubuh) magma di bawah vulkanik Wawosigi dan Puma.Zone reservoar berada di daerah akumulasi air tanah dalam dan berbentuk sistem air panas yang terperangkap di rekahan/ retakan batuan. Zona ini diperkirakan ada di kedalaman -900 hingga -1600 m di bawah manifestasi. Air tanah yang terpanasi di kedalaman itu selanjutnya akan naik kepermukaan melalui akses dalam zona patahan atau rekahan batuan dan muncul sebagai mata air panas.Batuan penudung merupakan batuan lava hasil erupsi G. Wawosigi dan G. Puma berupa clay cap pada kontak sentuh dengan lapisan air panas di sekitar manifestasi air panas dan batuan alterasi. Di daerah manifestasi ketebalan lempung penutup ini lebih tebal bila dibandingkan dengan daerah yang semakin menjauh dari manifestasi permukaan.Batuan konduktif adalah batuan-batuan Tersier Tua/ Miosen Bawah yang mengalami silisifikasi, dimana rambatan panas terkonduksi melalui batuan ini, sedangkan konveksi panas teralirkan melalui fluida di sepanjang zona permeabilitas/fraktur dan patahan.Daerah prospek panas bumi terdapat pada zona depresi S. Hu’u yang menempati bagian tengah dan di timur. Kontur anomali nilai tahanan jenis sedang-rendah 15-5 m ini membuka ke arah timur dengan luas ± 10 Km2 dan mempunyai kedalaman > 900 m. Perkiraan/estimasi potensi cadangan terduga berdasar formula Standarisasi Potensi Panas Bumi Indonesia (DGSM, 1999), adalah:

Q = 0,11585 x A x ( TRes – T cut off) o C

di mana:Q: Potensi energi panas bumi terduga (Mwe).0,1158: nilai konstantaA: Luas daerah potensi (km2). berdasarkan peta tahanan jenis semu AB/2=1000 m.

Page 8: Bacaan Hari Ini

TRes: Suhu bawah permukaan (o C).yaitu 180o C berdasarkan perhitungan geotermometer air panas SiO2 “conductive

cooling” .Tcut off : Suhu cut off dalam oC, yaitu 120o C untuk reservoar berentalpi sedang

(intermediate entalphy).Asumsi ketebalan reservoar ± 1 Km.

Sehingga potensi cadangan terduga di daerah Hu’u adalah:Q = 0.11585 x 10 x (180-120) Mwe= 69 Mwe (60-70 Mwe).

KESIMPULANDi daerah Hu’u akumulasi fluida panas di kedalaman terindikasikan oleh adanya batuan ubahan dan mata air panas Lacoha, Sori rewa, Lapui, Hu’u, Lekai dan Ncangga yang bertemperatur antara 32.0 - 46.1C dengan pH netral (6.5-7,3) dan mata air panas Limea bertemperatur 80oC dengan pH asam (2.1- 2.7).Indikasi itu menunjukkan bahwa sifat fluida di bawah relatif netral-asam dengan entalphy sedang. Diperkirakan terdapat lempung penudung (clay cap) yang letaknya di atas reservoar di bawah manifestasi Pure, Limea dan Cangga. Sedangkan fluida panas yang terdapat dalam zona reservoar di daerah Hu’u diduga bersistim 2 fase, yaitu fase uap dan fase air pana. Namun fluida berfase air panas di sini jumlahnya relatif dominan apabila dibandingkan dengan fluida berfase uap.

REKOMENDASIAdanya potensi energi panas bumi di daerah Hu’u, Nusa Tenggara Barat dengan cadangan terduga sebesar 60-70 Mwe dan mata air panas Cangga 2 yang bertipe sulfat yang mencerminkan sistim panas bumi up - flow perlu ditindak lanjuti dengan pemboran landaian suhu sedalam 250 m atau bor eksplortasi sedalam 1000-1500 m untuk membuktikan adanya potensi uap dan panas di kedalaman tersebut.Namun disarankan potensi di zona up flow Cangga sebelum dilakukan pemboran landaian suhu atau pemboran eksplorasi perlu dilakukan survei megneto teluric (MT) untuk mengetahui daerah anomali dan patahan-patahan di penetrasi yang lebih dalam. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi pada masyarakat setempat dan perlu diinventarisasi wilayah tata guna lahan di daerah vulkanik Wawosigi dan Puma sehingga tidak terjadi hal yang beresiko di dalam pelaksanaan pemboran.

PUSTAKABemmelen, van R.W., 1949; The Geology of Indonesia. Vol. I A.732 p. Government

Printing Office. The Hague.Netherlands.Breiner.S. 1973, Application Manual for Portable Magnetometers.Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and

Reservoir Engineering,“Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York.

Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765.

Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando.

Telford and Sheriff, 1990, Applied Geophysics, CambridgeUniversity.

Gambar 1. Lokasi penyelidikan

Gambar 2. Peta geologi daerah Hu’u, Kabupaten Dompu, NTB

Gambar 3. Pengelompokan tipe air panas dan Kandungan relative Na, K dan Mg

Gambar 4. Diagram Cl, Li dan B

Page 9: Bacaan Hari Ini

Gambar 5. Grafik isotop 18O vs Deuterium

Gambar 6. Peta Kontur Sebaran Hg Tanah

Gambar 7. Peta Kontur Sebaran CO2 Udara Tanah, Peta Anomali Sisa Gaya Berat dan Struktur Patahan, Peta Anomali Tahanan Jenis Semu A/B = 1000 m, Penampang Tahanan

Jenis Sebenarnya C-3000, D-4000,E-4000 dan F-4000

Gambar 8. Model 3-D Tentatif Panas Bumi Daerah Huu, Kab. Dompu - NTB

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 6:14 AM  0 comments links to this post

W E D N E S D A Y , A P R I L 1 2 , 2 0 0 6

PENGEMBANGAN PANASBUMI INDONESIA

Jumat, 02 April 2004 - 14:11 WIBSIARAN PERS NOMOR : 07/02/04/2004PENGEMBANGAN PANASBUMI INDONESIA

Indonesia memiliki sumber daya panasbumi terbesar di dunia. Hingga saat ini telah diketahui 251 lokasi panasbumi dengan total potensi sebesar 27.000 MW. Energi panasbumi memiliki keunggulan yaitu bersih dan sustainable. Akan tetapi, tidak seperti kebanyakan sumber energi lainnya, sumber energi panasbumi tidak dapat ditransportasikan, sehingga harus dikembangkan ditempat dekat sumber panasbumi, yang pada umumnya berada di daearah perbukitan dan terpencil. Pertumbuhan pemanfaatan energi panasbumi belum menggembirakan, antara lain disebabkan kalah bersaing terutama dengan bahan bakar minyak karena adanya subsidi BBM. Disamping itu adanya risiko di sisi hulu pada saat eksplorasi yang harus dipikul pengembang.Perhatian Pemerintah untuk mengembangkan panasbumi begitu besar terutama sejak 1974 dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan. Pemerintah menugaskan Pertamina dengan memberikan kuasa pengusahaan, baik dengan dilakukan sendiri atau kerjasama dengan pihak lain melalui Kontrak Operasi Bersama untuk mengembangkan panasbumi dan menjualnya kepada PLN. Kontrak Penjualan Energi yang pernah dilakukan melalui penugasan ini berjumlah sebesar 3600 MW. Namun hingga saat ini baru 807 MW listrik yang sudah dapat dihasilkan. Sejak tahun 2000 monopoli Pertamina dalam pengembangan panasbumi dicabut.

Undang-undang No. 27 tahun 2004 tentang Panasbumi memberikan kepastian hukum pengembangan panasbumi di Indonesia yang lebih transparan dalam pengusahaannya. Pemerintah diberi tugas untuk menanggung risiko di sisi hulu sebelum ditawarkan kepada pengembang melalui lelang. Setidaknya upaya ini dapat memberikan kepastian cadangan uap panasbumi yang dapat dikembangkan. Tugas pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh Pemerintah, yang dahulunya dijalankan oleh Pertamina. Undang-undang ini juga memberikan penegasan bahwa kontrak-kontrak dan wilayah kerja yang pernah dikeluarkan tetap dihormati sampai habis masa berlakunya. Demikian pula bagi hasil Pusat-Daerah

Page 10: Bacaan Hari Ini

(20:80) dari hasil produksi uap panasbumi ditetapkan dalam undang-undang. Dua peraturan pemerintah tengah disusun sebagai turunan dari undang-undang ini yaitu tentang pengusahaan dan tentang pemanfaatan langsung panasbumi.

Kedepan, sesuai dengan Kebijakan Energi dan didukung oleh UU No. 20/2002 tentang Ketenagalistrikan yang memberikan prioritas pada energi terbarukan untuk pembangkitan tenaga listrik, diharapkan pada 2020 diperkirakan sebesar 6000 MW listrik dapat dihasilkan dari panasbumi. Strategi yang ditempuh untuk meraih target ini yaitu mengoptimalkan penggunaan panasbumi pada wilayah kerja panasbumi yang pernah dikeluarkan. Setidaknya terdapat potensi sebesar 5500 MW yang ada di seluruh wilayah kerja tersebut. Diantaranya sebesar 3600 MW yang telah terikat kontrak operasi bersama dan kontrak penjualan energi perlu mendapat prioritas utama untuk diselesaikan. Pengembangan panasbumi dapat juga dilakukan dari wilayah kerja baru terutama pada lokasi-lokasi yang pernah disurvai oleh Pertamina dan Pemerintah. Setidaknya ada 13 lokasi panasbumi yang pernah diselidiki dan ini berpotensi untuk dipromosikan untuk dikembangkan. Demikian pula pengembangan lapangan panasbumi untuk listrik sekala kecil/pedesaan akan terus dilakukan Pemerintah terutama untuk daerah-daerah yang tidak memiliki sumber energi selain panasbumi.

Dalam rangka optimalisasi sumber daya panasbumi, pemanfaatan panasbumi untuk penggunaan langsung dapat dikembangkan bersamaan dengan pengembangan panasbumi untuk listrik atau terpisah terutama pada lapangan-lapangan panasbumi bersuhu rendah.

Dalam jangka panjang perhatian harus dilakukan untuk memperdalam data dan informasi panasbumi dan juga mengidentifikasi lokasi-lokasi baru sumber panasbumi baik untuk kepentingan penggunaan listrik maupun manfaat langsung. Atas dasar ini akan semakin banyak daerah-daerah yang dapat dipromosikan untuk dikembangkan. Demikian pula kelembagaan panasbumi baik yang berhubungan dengan pengaturan, pengawasan, survai dan penelitian baik di Pusat maupun Daerah perlu dievaluasi mengingat target dan ruang lingkup tugas yang cukup besar dalam pengembangan panas bumi.

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 12:09 AM  0 comments links to this

post

S U N D A Y , A P R I L 0 9 , 2 0 0 6

Krisis Energi Bikin Investor Ketar-ketir - Sabtu, 25 Maret 2006Krisis Energi Bikin Investor Ketar-ketir - Sabtu, 25 Maret 2006

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 7:01 PM  0 comments links to this post

Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Energi Alternatif - Sabtu, 07 Agustus 2004

Page 11: Bacaan Hari Ini

Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Energi Alternatif - Sabtu,

07 Agustus 2004

Thermoelektrik ini tentunya bisa diapaki di panas bumi maupun energi

panas lainnya.

Great !

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 2:21 AM  0 comments links to this post

MELIRIK ENERGI PANASBUMIMELIRIK ENERGI PANASBUMI

Oleh Bosman Batubara*

Boleh dikata kebijakan diversifikasi energi di Indonesia jomplang. Dikatakan

jomplang karena pasar energi di Indonesia masih terkonsentrasi pada Bahan Bakar Minyak

(BBM). Hal ini semakin ironis mengingat pelbagai macam “bom waktu” yang tersimpan

seiring dengan pemakaian BBM. Sebut saja misalnya, beban negara yang harus terus

menyubsidi rakyat, cadangan minyak bumi yang semakin menipis ditingkahi kebutuhan

energi yang semakin tinggi, dan tabungan kerusakan ekologis berupa—salah satunya—

pemanasan global sebagai akibat terbentuknya selubung pelbagai macam gas di atmosfer

bumi kita.

Mengacu pada publikasi Departemen ESDM, Indonesia memiliki cadangan energi

fosil berupa 86,9 miliar barrel minyak yang dapat digunakan selama 18 tahun, cadangan gas

alam sebesar 384,7 triliun standar kaki kubik, untuk penggunaan selama 61 tahun, dan

cadangan batubara sebesar 57 miliar ton, untuk penggunaan selama 147 tahun. Adapun energi

non-fosil seperti air dan panasbumi, mencapai setara dengan 219 juta barrel minyak, dan

istimewanya cadangan non-fosil ini dapat diperbaharui (renewable), (Kompas, 28/5/05).

Sementara kebutuhan manusia akan energi semakin hari semakin meningkat. Ambil contoh,

kebutuhan minyak mentah dunia akan naik sebesar kurang lebih 1,7%, dari 82, 4 juta barrel

pada tahun 2004, menjadi 83,8 juta barrel pada tahun 2005 (Kompas, 9/5/05).

Untuk permasalahan ekologi, anda jangan heran apabila cuaca di kota anda semakin

lama semakin panas. Mudah dipahami. Salah satu penyebab naiknya suhu di permukaan bumi

adalah adanya fenomena “efek rumah kaca”. Efek rumah kaca diartikan sebagai kenaikan

suhu di bumi karena adanya kandungan berbagai macam gas yang membentuk selubung di

atmosfer bumi kita. Kejadiannya kira-kira sebagai berikut. Panas matahari yang sampai di

bumi kita, tidak semuanya terserap oleh bumi, tetapi ada bagian-bagian yang dipantulkan

kembali ke atmosfer. Begitu sampai di bagian gas yang membentuk selubung tadi, panas

matahari hasil pantulan ini tidak bisa menembus selubung gas, tetapi kembali terpantulkan ke

arah bumi. Akibatnya suhu di bumi naik. Banyak akibat susulan yang akan timbul

karena naiknya suhu di permukaan bumi kita, salah satunya—dan yang

Page 12: Bacaan Hari Ini

paling sering disebut-sebut orang—adalah mencairnya tubuh-tubuh es

yang ada di bumi, sehingga ada kemungkinan seluruh daratan di bumi

akan tergenang.

Salah satu jenis gas yang membentuk selubung di atmosfer tersebut adalah gas

CO2 (karbon diokasida). CO2, dalam kondisi seimbang, merupakan gas

yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses pernafasan. Akan tetapi

melihat lekasnya laju deforestasi di muka bumi dan pemakaian bahan

bakar fosil—salah satu bakal penghasil gas CO2—maka lama-kelamaan

keadaan semakin tidak setimbang. Produksi gas CO2 terlalu banyak,

sementara pengonsumsinya terus berkurang.

Salah satu penghasil gas CO2 adalah kenderaan bermotor danmesin-mesin lain

yang menggunakan bahan bakar fosil. Sewaktu keluar dari mesin sebagai

gas buangan, gas ini masih dalam bentuk CO (karbon monoksida). Karbon

monoksida sendiri sangat berbahaya. Dalam darah CO memiliki

kemampuan mengikat haemoglobin (butir-butir darah merah), sehingga

dapat menghentikan proses pernafasan. Di udara bebas, CO akan

bereaksi dengan O2 dan membentuk gas CO2yang kemudian menyumbang

terbentuknya selubung gas “rumah kaca”. Sebagai contoh, di kota

Yogyakarta kandungan gas CO yang dihasilkan dari kenderaan bermotor

roda 2 dan roda 4 pada tahun 2003 mencapai 0,19-14,95 % (KOMPAS,

30/4/05). Dan kesemuanya itu tentunya menyumbang untuk pemanasan

global (global warming) tadi.

Dengan kondisi macam begitu, tidak aneh kalau pasca Kongres Panasbumi Dunia

(World Geothermal Congress) 2005 di Antalya, Turki, maka delegasi Asosiasi Panasbumi

Indonesia (API) langsung menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan

“mengampanyekan” energi panasbumi sebagai salah satu sumber energi di luar BBM yang

“dapat diharapkan”.

Banyak faktor penyebab mengapa panasbumi yang, didefinisikan sebagai energi

panas dari dalam bumi yang dapat diambil dalam bentuk uap, air panas, atau

campuran keduanya (Pri Utami, 2003), dapat diandalkan sebagai sumber

energi yang “dapat diharapkan”, terutama untuk kasus Indonesia.

Pertama, tentunya keterdapatan energi panasbumi di Indoneisa yang

melimpah. Potensi panas bumi di Indonesia dalam pelbagai macam status

sangat melimpah,. Terdiri dari 9530 Megawatt (MW) berstatus

Sumberdaya Spekulatif, 4714 Sumberdaya Hipotesis, 9912 MW Cadangan

Terduga, 728 MW Cadangan Mungkin dan 2305 Cadangan Terbukti, total

jenderal 27.189 MW. Kesemua sumberdaya dan cadangan panasbumi

tersebut tedistribusi di 251 lokasi mulai dari provinsi paling barat, NAD,

sampai di provinsi paling timur, Papua. Dengan jumlah potensi energi

Page 13: Bacaan Hari Ini

panasbumi sebesar itu, maka Indonesia menjadi negara pemilik cadangan

energi panasbumi terbesar di dunia (kurang lebih 40% cadangan dunia).

Namun, dari sekian potensi tersebut, yang sudah dimanfaatkan

(terpasang) baru 807 MW, (Sjafra Dwipa, 2003).

Kedua, tentunya sifat energi panasbumi yang dapat diperbaharui

(renewable). Dengan teknik injeksi, maka uap air yang sudah diambil

panasnya untuk memutar turbin dapat dipompakan kembali ke dalam

volume batuan di bawah permukaan yang mampu menyimpan dan

melalukan fluida serta memiliki temperatur dan tekanan yang sesuai

untuk sistem panasbumi (reservoir). Renewabilitas panasbumi inilah yang

menjadi salah satu faktor penting yang membedakannya dengan sumber

energi lain seperti BBM dan Batubara.

Ketiga, energi panasbumi sebagai energi yang ramah lingkungan. Hal

ini ditinjau dari kandungan emisi gas buang energi panasbumi jikalau

dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan batubara. Emisi gas

CO2 panasbumi sekira 4 kali lebih kecil dari emisi gas CO2 minyak dan

batubara, (Pri Utami, 2003).

Keempat, perkembangan rekayasa pemanfaatan terpadu energi

panasbumi memperlihatkan gejala domestik. Ini berarti energi panasbumi

bukan komoditas ekspor seperti BBM. Dengan demikian energi panasbumi

akan menjadi sumber energi lokal dan diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan energi setempat, sekaligus, efek dominonya diharapkan akan

merangsang pertumbuhan daerah terkait.

Begitupun, terlepas dari segala macam keutamaan energi panasbumi seperti yang

sudah dipaparkan di atas, ternyata sumber energi ini tidak luput pula menuai kritikan. Meski

bernada sangsi, maka tulisan George Junus Aditjondro (GJA) dapat dianggap sebagai salah

satunya. GJA mengaitkan keberadaan lapangan panasbumi Lahendong yang diharapkan

berkekuatan 60 MW dengan fenomena bocornya seng atap rumah-rumah penduduk di

sekitarnya, sehingga harus diganti dengan atap rumbia (GJA, 2003). Padahal, perlu diketahui

bahwa gejala pengaratan atap berbahan seng pada daerah sekitar gunungapi yang

menghasilkan belerang—lapangan panasbumi umumnya berasosiasi dengan gunungapi—

sudah menjadi sesuatu yang lazim. Di sekitar gunung Sorik Marapi (Mandailing Natal,

Sumatera Utara) misalnya, sejak zaman dahulu masyarakat disana membangun

rumahnya dengan beratapkan ijuk, karena bila memakai seng sangat

cepat mengalami pengaratan.

Demikianlah. Sebagai penutup, tiada cara lain, kecuali mengunci tulisan ini dengan

harapan; semoga kebijakan energi pemerintah semakin terdiversifikasi. Karena kalau tidak,

boleh jadi kita sendiri: manusia, akan terjebak dalam lubang-lubang masalah yang (juga) kita

cipta sendiri, dan menyebabkan kepunahan semesta. Dan itu tragis.***

Page 14: Bacaan Hari Ini

* adalah mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT-UGM

Dari si penulis :

On 4/9/06, bosman batubara wrote:

>

> Saya sudah joint kok Pak di milis "Geologi UGM." Mungkin ada yang

> meng-invite. Terima kasih Pak.

> Btw, saya juga pernah menulis tentang geothermal dulu sewaktu masih menjadi

> mahasiswa (itu dulu atas motivasi dari Pak Sukusen. Saya ga' tau apakah

> beliau masih ingat atau sudah lupa). Dulu pernah dimuat di salah satu koran

> lokal di Medan (persisinya saya sudah lupa). Tetapi sangat dangkal Pak.

> (tetapi yang ini jangan Bapak forward ke milis UGM, wah... saya malu nanti).

> sekali lagi terima kasih.

> bb 

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 2:17 AM  0 comments links to this post

T H U R S D A Y , A P R I L 0 6 , 2 0 0 6

The Bedugul Geothermal Field, Bali (Indonesia)The Bedugul Geothermal Field, Bali (Indonesia)

The Bedugul Geothermal Field, Bali (Indonesia)

M. P. Hochstein (Geology Dept., Univ. of Auckland, NZ), R. Mulyadi and E.J. Joenos

(Bali Energy, Denpasar, Indonesia)

The 2.45 km deep well, BEL-03, in the Bedugul Geothermal Field (Bali) has been

successfully discharged since May 2004. The well (9 5/8 inch diameter) discharges c.

40 t/h fluids at 14 bar separation pressure with a ‘flowing enthalpy’ of c. 2600 kJ/kg.

The fluids are produced from a 2-phase zone within a liquid-dominated reservoir

lying below 2 km depth (bottom-hole temperature is c. 300 deg C). A second well of

similar design and depth (BEL- 02) has been stimulated, also using liquid nitrogen,

and it produces fluids with variable flow and a somewhat lower enthalpy since

October 2004. Both wells have been brought to discharge more than 6 yr after their

completion in early 1998. A third, nearly 2.7 km deep well (BEL-01) was drilled near

a small volcanic cone and encountered > 310 deg C at the bottom; however, the well

is not productive.

Page 15: Bacaan Hari Ini

Fig.1. Map of Bali showing the location of the geothermal

The location of the three deep wells, with their well prospect in the Bratan Caldera

and preliminary exploration results (until 1980); inset A shows the location of slim

holes and large diameter exploration holes in the Bedugul Field drilled in 1997/98.

heads at elevations between 1470 to 1570 m, is shown in the inset on Fig.1.

The recent tests mark the end of a 30 year long period of ‘on and off ’ geothermal

exploration of the Bratan Caldera prospect, as it was called in 1974, taking its name

from a nearby quasi-ephemeral caldera lake (Danau Bratan) , when the prospect was

first investigated as part of a New Zealand bilateral aid project. Exploration was

continued after 1976 by Pertamina, the Indonesian State Oil company. Until 1981,

low resistivity rocks had been located by DC-resistivity surveys beneath the central

part of the caldera (Soetantri and Prijanto, 1982). It was inferred that the associated

thermal reservoir feeds two concealed outflows with bicarbonate waters that

discharge at elevations between 650 and 300 m from numerous thermal springs

over the southern and the western flanks (Fig.1). Temperature-gradient holes, down

to 200 m deep, were drilled inside and outside the caldera (Fig.1). Extrapolated data

Page 16: Bacaan Hari Ini

from holes B2 and B3 located inside the caldera indicated that temperatures > 100

deg C would occur at depths > 0.5 km in the central part of the caldera and that any

high temperature reservoir lies at much greater depth. This setting explains the lack

of surface manifestations except for a small patch of steaming ground (SG in Fig.1)

near an old temple (Candi Terataibang) at c. 1400 m elevation which is active only

during the dry season. The first exploration model was described by Mulyadi and

Hochstein (1981).

Further deep resistivity surveys (MT studies) were conducted in 1987; however,

exploration drilling was stalled until 1994 when the project attracted investment by a

major US developer. In November 1994, Bali Energy, a joint venture between

California Energy and a local company signed a Joint Operation Contract with

Pertamina and an Energy Sales Contract with the State Electricity Co. PLN to develop

a 4 x 55 MW electrical power plant (a contract signed in the absence of any

discovery well). The project was re-named after the Bedugul tourist resort, c. 2 km

south of Danau Bratan, and became known as the Bedugul project. The project was

re-started with additional geophysical surveys (TDEM-MT surveys) leading in 1997 to

the drilling of ‘slim holes’ (TCH-1 to TCH-6, see inset on Fig.1) to delineate the

temperature- and geological structure of the prospect. The holes had a diameter of 2

and 3/8 inch and were fully cored; they were drilled down to between 1.3 and 1.6 km

depth (except for TCH-2 which is only 0.7 km deep). The slim holes confirmed the

earlier model that high temperatures only occur at great depths inside the caldera.

Low temperatures (<>

As a result of the 1997-1998 financial crisis, the Indonesian Government suspended

seven geothermal projects with foreign investments; the list included the Bedugul

project. California Energy stopped all operations in Bali and did not test any of the

completed three deep wells (BEL-01, 02, 03) which were pressurized and sealed to

allow for later testing. The Indonesian government invited investors to continue with

the Bedugul Project whose assets were taken over in 2002 by the re-constituted ‘Bali

Energy’ company (mainly Indonesian owned). ‘Bali Energy’, as the present developer

of the field, started with testing of the deep wells in 2004. In a strict sense, well BEL-

03 is the ‘discovery well’ of the Bedugul Field. The well is also the discovery well of

one of the deepest high temperature geothermal reservoirs ever explored

successfully.

References

Mulyadi, R., and Hochstein, M.P. (1981). Exploration of the Bratan Caldera

geothermal prospect (Central Bali). Proceedings NZ Geothermal Workshop 1981,

Univ. of Auckland, pp. 189-193.

Page 17: Bacaan Hari Ini

Soetantri, B. and Prijanto (1982). Assessment of the reservoir potential of Bali

Geothermal Field, Indonesia. Transactions (3rd) Circum-Pacific Energy and Mineral

Resources Conference, pp.459-464.

(from IGA News #59, January - March 2005)

posted by Rovicky Dwi Putrohari @ 5:34 AM  0 comments links to this post

Links Google News

Edit-Me

Edit-Me

Previous Posts Diskusi : Gunung Merapi dan Gempa-gempa di Jawa Te...

Nuklir untuk Listrik Indonesia

Rumittt-nya bagi hasil Cepu

Selamat Hari Kartini .... GeoWoman

Harrison Schmitt 04:2006 EXPLORER

Panas Bumi Hu'u Nusa Tenggara Barat

PENGEMBANGAN PANASBUMI INDONESIA

Krisis Energi Bikin Investor Ketar-ketir - Sabtu, ...

Melirik Teknologi Termoelektrik sebagai Sumber Ene...

MELIRIK ENERGI PANASBUMI

Archives February 2006

March 2006

April 2006

May 2006

June 2006

Current Posts