babak baru ekonomi indonesia edisi 2 - gmkifebusu.org filehineka tunggal ika adalah salah satu pilar...
TRANSCRIPT
KEBHINEKAAN
BERDASARKAN KASIH
KEBHINEKAAN :
ALE RASA BETA RASA BABAK BARU EKONOMI
INDONESIA
EDISI 2
PENGURUS KOMISARIAT GMKI KOMISARIAT FEB USU M.B. 2018-2019
Ketua : Wandry Sitanggang
Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Komunikasi : Esrandi Panjaitan
Wakil Ketua Bidang Pendidikan Kader : Dean Karosekali
Wakil Ketua Bidang Kerohanian : Fernando Sibagariang
Wakil Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan : Jeremia Girsang
Sekretaris : Yoel Pakpahan
Wakil Sekretaris Bidang Organisasi dan Komunikasi : Dwidya Pasaribu
Wakil Sekretaris Bidang Pendidikan Kader : Johari Purba
Wakil Sekretaris Bidang Kerohanian : Miranda Ginting
Wakil Sekretaris Bidang Aksi dan Pelayanan : Garda Gultom
Bendahara : Lamtiur Situmeang
Biro Organisasi : Hotdina Sitanggang
Biro Komunikasi : Welton Hasibuan
Biro Pendidikan Kader : Andy Marbun
Biro Kerohanian : Tesalonika Manurung
Biro Aksi dan Pelayanan : Jonary Manurung
Deddy Tambunan
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\
/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
i Buletin Shalom Edisi 1
2 Buletin Shalom Edisi 1
2 Buletin Shalom Edisi 1
2 Buletin Shalom Edisi 1
--------------- DARI REDAKSI --------------
Shalom GMKI,
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Yesus Kristus sang kepala gerakan atas kasih-Nya yang selalu senantiasa Ia berikan kepada kita semua. Bersyukur juga atas penyertaan-Nya bagi Tim Pers GMKI Komisariat FEB USU sampai terselesaikannya Buletin Shalom edisi kedua di kepengurusan kami ini.
Pada edisi kedua ini, Tim Pers mengangkat tema yang berjudul
“KEBHINEKAAN BERDASARKAN KASIH”. Dimana kami menyajikan tema
ini karena melihat bagaimana mirisnya perkembangan zaman sekarang
yang mulai merosotnya rasa saling menghargai, tolerasi antar
perbedaan yang ada disaat ini, bahkan banyak oknum-oknum
mayoritas yang menindas ataupun merebut hak kaum minoritas.
Harapannya melalui buletin ini kita dapat meyadari pentingnya rasa
tolelir dan menghargai perbedaan yang ada di lingkungan kita demi
menjadikan indonesia yang kuat melalui persatuan keberagaman latar
belakang kita.
Tim Pers mengucapkan terimakasih atas partisipasi teman-teman yang
mau membantu kami dalam proses penerbitan Buletin Shalom ini.
Harapannya buletin ini tetap menjadi wadah bagi kita semua untuk
tetap berkarya dan berkreasi dan juga sebagai sumber informasi dan
komunikasi. Tidak lupa kami tetap menerima kritik dan saran kita
semua sebagai masukan dan perbaikan pada edisi-edisi berikutnya.
~ SELAMAT MEMBACA ~
Tinggi Iman
Tinggi Ilmu
Tinggi Pengabdian
UT OMNES UNUM SINT
Medan, Mei 2019
TIM PERS
TIM PERS
GMKI KOMISARIAT FEB USU
M.B. 2018-2019
SK : 001/PK-GMKI/FEB
USU/MDN/X/2018
STERRING COMITE :
Pengurus Komisariat GMKI FEB
USU M.B. 2018-2019
PEMIMPIN REDAKSI :
Ermy Pitri Rina Simamora
SEKRETARIS :
Welton Lonwet Hasibuan
(EX-OFFICIO)
ANGGOTA :
Dwi Milita Tarigan
Martua Rio Sipahutar
Remijus Sitepu
Romauli Sinabutar
ALAMAT REDAKSI :
Jln. Berdikari No. 105 C, Medan
Baru, Padang Bulan, Medan,
Sumatera Utara.
KRITIK DAN SARAN :
Email :
Alamat website :
https://www.gmkifebusu.org/
Contact Person :
081396033327 (Ermy Simamora)
082274303858 (Welton Hasibuan)
Buletin Shalom Edisi 2 ii
------- DAFTAR ISI -------
STRUKTUR PENGURUS KOMISARIAT i
DARI REDAKSI ii
SAJIAN UTAMA 1
OPINI 2
RENUNGAN 6
PROFIL 8
ISU EKONOMI 14
TAJUK RENCANA 16
INTERMEZZO 20
DAFTAR ISI iii
HINEKA TUNGGAL IKA adalah salah satu pilar dasar negara kita untuk mempersatukan keberagaman
perbedaan latar belakang yang ada di negara kita indonesia. Masih menjadi ungkapan ciri khas indonesia yang hanya sebatas kata yang tidak ada rasa toleransi dan menjadi kecuekan masyarakat di indonesia, kebhinekaan tersebut hanyalah sebatas kata dan tidak ada realisasi yang tercipta dalam kehidupan sekarang ini, sehingga perlakuan diskriminan semakin marak terjadi di indonesia.
Seperti halnya yang terjadi di Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Methodist Indonesia (GMI), Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) yang terdapat di Jambi disegel dengan alasan pembangunan gereja dilakuan tanpa mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Ironisnya, penyegelan terjadi pada saat jemaat dari gereja tersebut sedang melaksanakan ibadah dan penyegelan tersebut dilakukan atas kesepakatan pemerintah Kota Jambi (01/10/2018). Kasus ini kian memperpanjang daftar kekerasan berbasis toleransi antar-agama. Potensi kekerasan yang dilatarbelakangi variabel kultural sering kali disokong oleh kebijakan pemerintah yang mengakbatkan tertindasnya hak dan kebebasan kaum minoritas yang ada di negara ini.
Hal serupa tampak dalam aturan
terkait dengan pendirian tempat ibadah.
Selama ini, dasar hukum pendirian rumah
ibadah merujuk pada Peraturan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan
Forum Kerukunan Umat Beragama dan
Pendirian Rumah Ibadah. Dalam hal tersebut,
pendirian tempat ibadah juga harus memeuhi
persyaratan administratif dan teknis seperti
IMB dan sejenisnya. Selain itu, pendirian
tempat ibadah juga harus memenuhi
persyaraatan khusus. Antara lain, daftar nama
dan KTP pengguna rumah ibadah sedikitnyya
90 oraang dan disahkan oleh pejabat wilayah
setempat. Dukungan masyarakat setempat
paling tidak 60 orang yang disahkan oleh
kepala desa. Rekomendasi tertulis oleh
Kementrian Agama kabupaten atau kota. Juga
rekomendasi tertulis dari Forum Kerukunan
Umat Beragama kabupaten atau kota.
Komposisi tidak berimbang antara
penduduk muslim dan non-muslim di siatu
daerah, memperkecil kemungkinan kelompok
non-muslim membangun tempat ibadahnya
tanpa menemukan hambatan. Munculnya
orms islam berkarakter intoleran belakangan
ini kian menambah runyam situasi. Kondisi
yang demikian tentu bertolak belakang
dengan makna kebhinekaan kita.
Penyegelan gereja seperti terjadi di
kota Jambi dan terjadi pula di banyak wilayah
Indonesa menandakan masih ada persoalan
struktural dan kultural terkait kebebasan
beragama. Dalam kasus tersebut tentunya
akan tidak relavan terhadap UUD 1945 Pasal 2
yang menyebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercataan
itu”. Kebebasan tersebut sudah terkekang
oleh kepentingan kaum mayoritas yang tidak
mementingkan hak dan kewajiban kaum
minoritas yang ada di indonesia ini.
Indonesia yang bersemboyankan
BHINEKA TUNGGAL IKA hanyalah semboyan
hiasan yang tidak pernah lagi kita perhatikan
dalam bertindak di negara kita indonesia dan
menjadi misi kita sebagai generasi millenial
untuk mengubahnya dan menetapkan seperti
semula untuk kepentingan kita bersama,
bukan untuk kepentingan kaum belaka.
B
LETAK BHINEKA TUNGGAL IKA?
Buletin Shalom Edisi 2 1
SAJIAN UTAMA
KEBHINEKAAN : ALE RASA BETA RASA
Oleh: Olipia Margaretha (Akuntansi 2014/Maper 2014)
Pernahkah kalian mendengar
kalimat Ale Rasa Beta Rasa? Pernyataan ini
merupakan kalimat yang dijadikan sebagai
kearifan lokal oleh masyarakat Maluku
(Indonesia Timur). Tentu kita tahu tentang
historis konflik yang terjadi di Wilayah
Bagian Timur Indonesia (WIT) belasan
tahun yang lalu yang bermotif agama.
Makna Ale Rasa Beta Rasa (Saya Rasa
Kamu Juga Rasa) memiliki kandungan
filosofis yang kaya makna yang
mengungkapkan penyatuan empati orang-
orang Maluku meskipun berbeda kampung,
agama, status sosial dan sebagainya.
Semangat Ale Rasa Beta Rasa
bukan hanya milik orang Maluku melainkan
mengambarkan keberagaman rupa, suku
ras dan agama dinusantara. Namun fakta
yang ditemui dewasa ini justru
memperlihatkan semangat Ale Rasa Beta
Rasa ini kian memudar dan tergerus oleh
sifat memaksa kehendak sendiri (egoisme),
mencari kepentingan sendiri
(indivisualisme), memperjuangkan
kepentingan kelompok (parokhialisme)
bahkan menebalkan eksklusivitas agama
(fanatisme).
Akan Sejarah Bangsa Sendiri
Sepertinya kita sudah lupa akan
perjuangan kemerdekaan Indonesia,
bahwa kemerdekaan yang kita miliki
bukanlah hanya perjuangan satu suku, satu
ras, satu agama, atau satu wilayah
melainkan karena perjuangan bersama.
Sejarah telah berbicara dan
membuktikan bahwa Indonesia merdeka
bukan karena kita sama melainkan karena
kita bekerjasama. Hal itu tercermin dari
dasar negara kita yaitu Pancasila. Memang
harus diakui bahwa pemahaman generasi
milenial mengenai Pancasila semakin
minim, bisa jadi karena generasi ini
(umumnya kelahiran tahun1990-an) tidak
mengalami masa-masa perjuangan atau
era kolonial, masa dimana Pancasila
dilahirkan karena tafsir mengenai pancasila
makin tak terlihat gaungnya di kalangan
generasi milenial.
Pancasila sudah berumur hampir
74 tahun sebagai ideologi bangsa yang
telah melewati berbagai zaman orde lama,
orde baru, era reformasi hinga era
internet/digital yang melahirkan generasi
baru dengan pengetahuan digital. Hingga
detik ini Pancasila masih kokoh sebagai
ideologi dan dasar negara, namun bukan
berarti tidak ada ancaman yang ditemui
ditiap zamannya yang mengusik
kebhinekaan yang ada di Indonesia dengan
gerakan saparatis. Masih ada ancaman dari
orang-orang yang mengingkari bahkan
berusaha menggantikannya.
Yang paling sadis dalam
menjatuhkan Pancasila sebagai dasar
negara adalah paham radikal. Sebuah
paham baru dari luar -bukan lahir dari
kearifan bumi pertiwi- yang sedang
berusaha diterapkan di Indonesia serta
gerakannya kerap menimbulkan teror di
masyarakat.
OPINI
Buletin Shalom Edisi 2 2
Paham ini gencar tersebar melalui
internet dimana sasaran mereka adalah
generasi milenial, si generasi melek
teknologi. Inilah persoalan kita semua,
tentang anak bangsa mengalami pencucian
otak akibat kegagalan memilah informasi
atau menelannya mentah mentah. hal yang
mereka peroleh secara bebas di internet.
Kekhawatiran lainya adalah justru karena
mereka yang ‘dicuci otak’nya menjadi
agen-agen penyebar paham radikal
selanjutnya.
Oleh sebab itu, tafsiran terhadap
Pancasila pun harus lebih massif tersebar
luas di ruang-ruang publik untuk dapat
menangkal paham radikal tersebut.
Tentunya dengan cara yang lebih menarik
sehingga mudah diterima dan dipahami.
Pancasila harus bertransformasi sesuai
dengan eranya, demikian juga semangat
gotong royong harus bertranformasi
menjadi semangat gotong royong kekinian.
Bagaimana caranya? Tentu saja dengan
mengadopsi cara-cara digital dalam
mengimplementasikan nilai Pancasila.
Misalnya melakukan pengalangan dana
secara digital melalui website:
Kitabisa.com, diskusi maya, atau cara
kreatif lainya yang bisa melahirkan
kecintaan akan Pancasila..
Apalagi menjelang bonus
demografi yang diprediksi pada tahun
2020-2045, Indonesia akan di dominasi
70% usia produktif (15-65 tahun) dan
sisanya 30% berumur dibawah 14 tahun
dan diatas umur 65 tahun. Pendidikan
pancasila ini akan membuat bonus
demografi ini positif secara sosial ekomomi
apabila dapat memitigasi risiko buruknya.
Sebab generasi milenial saat ini tengah
mengalami kondisi yang tidak mudah
secara global yakni tantangan persaingan
dan ditambah lagi kondisi sosial politik
yang sedang tidak stabil yang dapat
menimbulkan konflik vertikal dan
horizontal. Apabila kondisi ini tidak diiringi
dengan revolusi mental yang baik
dikhawatirkan akan menggerus nilai dan
menjadi bom waktu dalam menghantam
kerukunan masyarakat Indonesia.
Masyarakat akan saling menghancurkan
karena persaingan, intoleran demi
eksistensi, dan merampas hak orang lain
demi ambisi.
Pola pikir generasi mendatang jauh
berbeda dari pendahulunya akan membuat
hal ini menjadi tantangan kedepannya.
Para pendahulu di masa perjuangan
kemerdekaan memiliki kesadaran bawa
mereka memiliki persamaan nasib dan
harapan untuk lepas dari penindasan dan
menyatukan kekuatan bersama untuk
membangun negeri. Namun generasi
penikmat kemerdekaan ini seakan akan
lupa bahwa ‘tongkat estafet’ perjuangan
para pahlawan untuk melanjutkan
pembangunan. Pembangunan yang bukan
hanya persoalan secara materil tetapi juga
pembangunan moral (akhlak) sehingga
tumpuan bangsa ini tidak bersifat kuantitas
fisik namun juga kualitas generasinya.
Singsingkan Politik Identitas
Ditengah hiruk pikuknya
kegelisahaan bangsa saat ini, seharusnya
semangat toleransi yang terbingkai dalam
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
kembali digaungkan, Jangan sampai kita
rusak semangat toleransi kebangsaan
dengan politik Identitas. Apalagi Indonesia
kini tengah dibayangi kampanye politik
Identitas yang muncul ketika Pilkada DKI
dan kian meluas menjelang Pemilu
serentak di tanggal 17 April 2019.
Buletin Shalom Edisi 2 3
Tujuan politik identitas tentu saja
untuk mendapat dukungan orang-orang
yang merasa memiliki kesamaan, baik dari
suku, ras, agama, kelompok, ataupun
elemen perekat lainnya (pilihan politik atau
tim sukses calon pemimpin tertentu). Hal
itu secara nyata membuat dikotomi/
pengkotak – kotakan di masyarakat yang
menjalar ke lingkungan sosial, misalnya
tempat pekerjaan, rumah ibadah,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan
tempat tinggal.
Pancasila harus menjadi ideologi
hidup dalam sehari-hari (living ideology)
melalui kerja keras, inovasi, kreativitas agar
menjadi negara produsen bukan
konsumen.Jangan hanya sebatas hapalan
yang dikumandangkan diseriap upacara
nasional, tetapi harus sampai pada tingkat
pola hidup. Membangun kembali ruang-
ruang interaksi untuk merubuhkan sekat-
sekat pemisah yang membatasi rasa peduli
dan menimbulan rasa kecurigaan kepada
sesama.
Sehingga memberi pendidikan
politik yang berlandaskan nilai toleransi
kebangsaan merupakan hal penting untuk
menyadarkan masyarakat agar menjaga
keutuhan bangsa daripada harus terkotak-
kotak karena politik identitas. Elemen
fundamental yang mendasari toleransi
kebangsaan ialah ‘satu rasa’ sebagai
bangsa yang satu nasib, satu perjuangan,
satu tujuan dan satu cita-cita menuju
Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.
Ruang Untuk Tumbuh Bersama
Mengetahui kilas balik sejarah
bangsa, sudah seharusnya perbedaan
bukanlah sesuatu yang patut
dipermasalahkan. Sejak awal tahun 2019
hingga saat ini komunitas homogenitas
marak dan di blow up ke publik, misalnya
kos kosan dengan syarat agama, sekolah
atau lokasi tempat tinggal berdasarkan
agama tertentu. Hidup di lingkungan yang
sama cenderung tidak membuat kita lebih
pintar disbanding mereka yang hidup
dilokasi yang beragam.
Berdasaran hasil riset yang
dikumpulkan oleh Katherine W Phillips
(dipaparkan dalam website: Scientific
American) keberagaman melahirkan
kreativitas dan inovasi, menstimulus
lahirnya gagasan-gagasan baru, hingga
membekali seseorang untuk bersikap lebih
bijak saat tumbuh dewasa. Ia juga
menambahi, jika orang-orang yang berasal
dari ras, gender, maupun dimensi
kehidupan yang berbeda berkumpul dalam
satu ruang masing-masing akan membawa
informasi dan pengalaman yang berbeda.
Ini menjadi keuntungan sendiri saat
kelompok tersebut dihadapkan pada satu
tugas bersama yang rumit.
Sudah saatnya kita berkolaborasi,
sebab kita masing-masing memiliki
kekurangan dan kehebatan masing.masing.
we don’t have to be a super-man, but we
have to be a super-team.
Buletin Shalom Edisi 2 4
Kita tidak mungkin mampu
mendirikan sebuah rumah tanpa seorang
insinyur arsitektur, designer, ahli
keuangan, ahli penguji kualitas, dan lain
sebagainya. Dengan demikian kita
membutuhkan keberagaman –dalam tim,
organisasi dan masyarakat secara
keseluruhan- jika kita ingin berkembang
dan berinovasi sebagai sebuah bangsa.
Memberi ruang tumbuh bersama
juga dapat membantu melestarikan ragam
di Indonesia yang begitu banyak. Ruang
tumbuh bersama ini akan menjadi wadah
berjumpanya para pemuda pemudi untuk
sama-sama merasakan betapa indahnya
ragam suku,agama,ras dan budaya yang
kita miliki, misalnya kita bisa dengan
bangga karena mampu menyebutkan ‘Rasa
Cinta Indonesia’ dengan berbagai bahasa
lokal namun tetap satu makna. Kesadaran
akan ruang tumbuh tentunya perlu
dibarengi dengan komunikasiyang baik.
Menyadari bahwa keberbedaan kita
masing-masing dapat melengkapi yang lain
dan menjadi satu warna dalam bangsa.
Kebhinekaan Indonesia adalah
anugerah Tuhan yang patut disyukuri dan
harusnya menjadi kekayaan bangsa yang
harus dijaga, dipelihara, dan dikelola
dengan sebaik-baiknya untuk
kesejahteraan dan masa depan Indonesia.
Sesungguhnya kita telah memiliki
kebhinekaan yang merupakan kekuatan
yang sangat besar untuk mengingkatkan
kualitas politik dan demokrasi yang
dewasa.
Jangan sampai kebhinekaan justru
kita jadikan sebagai kelemahan yang dapat
memecah belah bangsa. Tumbuh sebagai
munusia yang paham bahwa keberagaman
selain tidak bisa ditolak keberadaannya,
juga memiliki manfaat salah satunya
membuat kita lebih pintar karena
berpeluang untuk menambah wawasan.
Sudah terlalu banyak
permasalahan yang ditimbulkan akibat
mempersoalkan perbedaan. Teror atau
penyebaran ancaman/ kertakutan adalah
salah satu bentuknya. Jika kita takut maka
tujuan dari teror tersebut telah berhasil.
Saya tidak berbicara rasa takut secara
pribadi, namun yang saya maksud adalah
kita tidak boleh takut sebagai sebuah
bangsa. Seperti yang telah dilakukan oleh
para pendahulu untuk bersatu demi
menghadirkan kemerdekaan. Sudah
saatnya kita membuka wadah kolaborasi.
Agar saling mengenal sehingga tidak ada
kecurigaan satu sama lain. Hal itu akan
memberikan kekuatan dalam diri kita
sebagai sebuah bangsa, hingga mampu
melawan ancaman yang mengecam
saudara-saudari kita. Bahwa Ale Rasa Beta
Rasa menunjukkan bahwa keberagaman
itu kekuatan bangsa yang tak boleh punah.
Keberagaman itu fitra bangsa Indonesia.
Sumber:www.informasiahli.com
Buletin Shalom Edisi 2 5
KASIH DALAM KEBHINEKAAN
Oleh : SUSTER VALENTINE CLAUDIA SILITONGA
Apa itu perbedaan? Tentunya kita
semua tahu apa itu perbedaan. Perbedaan
adalah sesuatu yang menjadikan
ketidaksamaan. Sebagian besar orang-orang
tidak menyukai adanya perbedaan. Hal ini
disebabkan karna masih banyak diantara kita
yang mempunyai sifat egois dan individualis
yang tinggi dan menganggap perbedaan itu
dari sudut negative nya saja. Perlu kita
ketahui bahwasanya perbedaan itu sangat
indah jika kita menghadirkan kasih di
dalamnya.
Sama halnya dengan negara kita
Republik Indonesia yang memiliki perbedaan
keberagaman yang sangat banyak, tapi kita
satu di dalam Bhinneka Tunggal Ika. Kasih
didalam Kebhinnekaan yang menyatukan
perbedaan diantara kita. Dinegara kita ini,
sering sekali terjadi konflik karna adanya
perbedaan-perbedaan yang tidak dapat
diterima oleh satu sama lain dikehidupan
bermasyarakat. Contoh perbedaan yang
terjadi didalam masyarakat seperti konflik
tahun 1998 yaitu krisis ekonomi berujung
menjadi konflik social penghujung Orde Baru.
Jatuhnya Soeharto ditandai dengan
merebaknya kerusuhan diberbagai wilayah di
Indonesia.
Pada kerusuhan tersebut, banyak
tokoh dan perusahaan dihancurkan massa
yang mengamuk. Sasaran utama adalah
property milik warga etnis Tionghoa.
Perempuan keturunan tionghoa bahkan
menjadi korban pelecehan dan pemerkosaan
dalam kerusuhan itu. Banyak yang di perkosa
beramai-ramai, dianiaya, lalu dibunuh.
Diantara etnis Thionghoa, banyak yang
meniggalkan Indonesia untuk mencari
keselamatan. Konflik perbedaan yang terjadi
sekarang ini berakar pada dimensi cultural.
Jadi, bagaimana cara kita
menyatukan perbedaan yang ada supaya
menjadi sebuah keindahan? yang pertama
dan yang terutama hendaklah kita setiap
warga negara Indonesia saling bersatu tanpa
melihat perbedaan latar belakang kita
dengan menghadirka kasih dalam perbedaan
itu. Nilai kasih yang di tanamkan dalam
kebudayaan masyarakat selama ini yang
menjadi perekat yang menyatukan semua
perbedaan yang menyatukan semua
perbedaan yang tejadi didalam masyarakat.
RENUNGAN
Buletin Shalom Edisi 2 ............................................
6
Sumber: Suster Silitonga
Dalam kasih, kita harus
mengesampingkan pengelompokan kaum
mayoritas dan minoritas, tidak saling
menjelekkan tetapi menjadi jambatan untuk
menyatukan yang benar adalah benar , yang
indah adalah indah, dan yang suci adalah
suci. Itu semua adalah cerminan hidup yang
kita syukuri.
Tidak ada lagi perbedaan suku
bangsa karna semua sudah dipersatukan di
dalam Yesus Kristus dan kasih akan menjadi
berkat untuk semua umat yang menciptakan
kebahagiaan. Tidak adalagi terjadi
diskriminasi dan intoleransi yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat.
Seperti tertulis di dalam yohannes
13: 34-35 yang menjadi landasan
Theologisnya yang mengatakan:
” aku memberikan perintah baru kepada
kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi ;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu
demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu,
bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi “
Dalam ayat itu menjelaskan bahwa
orang-orang Kristen diperintahkan untuk
saling mengasihi, dengan cara yang lebih
mulia dan khusus. Semua orang Kristen
terlepas dari kelompok, keanggotaan gereja
ataupun pandangan dari teologis. Kita
sebagai orang Kristen harus menjalin relasi
yang baik kepada saudara kita seiman
maupun orang orang yang berbeda
kepercayaan dengan kita agar terciptanya
perbedaan yang menyatukan di dalam
kebinnekaan dengan berdasarkan kasih.
Demikianlah firman Tuhan yang
memerintahkan kita sebagai orang-orang
yang mempunyai perbedaan agar saling
mengasihi dalam kebhinnekan itu sama
seperti Tuhan adalah kasih.
Jadi, sudahkah saudara mau menerima
perbedaan didalam hidup?
Buletin Shalom Edisi 2 ............................................
7
Sumber: gkkmabes.blogspot.com
Nama Lengkap : Desy Melati Lubis
Tempat, Tanggal Lahir : Plasma Tiga,
03 Desember 1996
Alamat : Jln. Bunga Suplir,
Pasar IV, Padang Bulan
Jurusan/Fakultas : S1 Akuntansi/
Fakultas Ekonomi
Maper : 2014
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
2002-2008 : SD Negeri 13 Luhak Nan Duo
2008-2011 : SMP Negeri 1 Pasaman
2011-2014 : SMA Negeri 1 Pasaman
2015- Sekarang : S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT ORGANISASI
1. Masa Perkenalan GMKI Cabang Medan 2014 Dibawah Koordinasi Komisariat
FEB-USU
2. Bendahara Masa Perkenlaan Gelombang I GMKI Medan Tahun 2015
3. Wakil Sekretaris Bidang Organisasi dan Komunikasi GMKI FEB-USU masa bakti
2015-2016
4. Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Komunikasi GMKI FEB-USU masa bakti
2016-2017
5. Koordinator Acara Panitia Konpercab GMKI Medan Tahun 2017
6. Ketua Masa Perkenalan Gelombang II GMKI Medan Tahun 2018
7. Wakil Sekretaris Bidang Organisasi dan Komunikasi BPC GMKI Medan masa
bakti 2017-2019
RIWAYAT PELATIHAN
1. Pelatihan Jurnalistik Tahun 2014
2. Latihan Dasar Kepemimpinan GMKI FEB-USU 2015
3. Kursus Lanjutan Kepemimpinan GMKI Medan Tahun 2017
4. Coaching Clinic Social Entrepreneur Muda Indonesia di FISIPOL UGM Tahun
2018
PROFIL
Buletin Shalom Edisi 2 8
Sumber: Instagram
Organisasi; Yah, benar. Hal tersebut adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang
berlatar belakang sama dan memiliki misi yang sama untuk pencapaian sebuah visi atau tujuan
mereka. Sejak lama, saya sudah mengikuti banyak organisasi. Mulai ketika saya masih Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama maupun Lanjutan. Sehingga, ketika menginjakkan
kaki di dunia Perguruan Tinggi, saya juga terdorong untuk mengikuti organisasi. Namun pada
saat itu banyak sekali pilihan yang harus saya filter. Mulai dari organisasi kekristenan,
organisasi kedaerahan, hingga organisasi bercita rasa nasionalisme ataupun gabungan dari
ketiganya.
Motivasi awal saya untuk masuk tidak terlepas dari pencarian pengalaman dan
pengisian diri. Tidak pernah terpikirkan oleh saya akan sangat loyal terhadap satu organisasi.
Dari dahulu saya sering aktif dibanyak organisasi. Namun, tidak sampai secinta itu hingga
menjunjung tinggi seluruh nilai-nilai organisasi yang saya ikuti. Ketika masuk kedalam satu
organisasi yang mengkedepankan Nasionalisme dan Oikumenisme, saya tersadar bahwa saya
sudah memberikan banyak dari rasa cinta dan rasa setia yang saya miliki. Namanya GMKI.
Ketika dieja akan berbunyi seperti ini, ‘Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia’. Ketika sekilas
dibaca mungkin akan terkesan biasa saja, Tidak ada yang istimewa. Hanya sebuah nama, Tidak
kurang dan tidak lebih. Namun, ketika saya memutuskan bergabung dan memberi hati untuk
belajar, saya tahu bahwa sebuah nama pun memiliki arti dan perspektif yang luas. saya mulai
sadar hal ini, ketika mengikuti Masa Perkenalan di salah satu cabang GMKI yaitu di Medan.
Sebenarnya Masa Perkenalan (Maper) ini tidak sebagus dan semenarik yang dibayangkan.
Intinya, hanya kuliah umum dan sedikit sosialisasi bersama anggota lama ataupun pengurus
menjabat saat itu. Saya angkatan 2014, bersama dengan beberapa nama yang berasal dari
komisariat yang sama, kami mengikuti Maper hingga selesai dan dikukuhkan. Suatu momen
yang tidak akan saya lupakan, ketika nama saya diperdengarkan dan saya maju untuk suatu
prosesi mencium bendera yang begitu asing bagi saya, namun menggetarkan suatu titik dalam
hati saya.
Perjalanan saya di rumah biru, salah satu nama untuk organisasi GMKI, yang saya ikuti
terkesan cukup dramatis. Yah, lagi-lagi nama. Mungkin terkesan berbelit karena memiliki
banyak istilah atau julukan. Namun percayalah, organisasi ini memiliki banyak makna, sehingga
banyak penghargaan dalam bentuk nama yang menjadi harapan-harapan masa depan yang
ingin diwujudkan.
Buletin Shalom Edisi 2 9
Terminal kader, sekolah pelatihan (Leerschool), pelopor kebaktian, sebuah
Gemeinschaft yang berlandaskan nilai keluhuran seperti bermasohi/bermapalus, hingga nama-
nama lainnya yang membangun GMKI menjadi besar dan diingat banyak orang kala dahulu.
Namun tidak tahu jika sekarang.
Sejak awal mula, saya tidak terlalu terlihat dan tidak seaktif teman-teman yang
lainnya. Saya datang ketika teman karib saya juga datang. Ketika ada program ataupun
kegiatan organisasi, saya akan pilih-pilih untuk menghadiri. Jika saya suka maka saya datang.
Namun jika saya sedang dalam suasana hati yang tidak baik, saya tidak datang. Dahulunya saya
menganggap organisasi ini hanya sebagai pengisi waktu ketika saya bosan dan pelabuhan
ketika saya butuh teman. Hampir tidak pernah saya pikirkan untuk terlibat lebih dalam dan
repot-repot untuk turut serta. Hal itu terus berulang, hingga saya mengikuti sebuah program
yang mengubah saya hampir sepenuhnya, dari kebiasaan ‘suka-suka’ yang saya lakukan.
Namanya adalah Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK). Seperti namanya, kami yang menjadi
peserta dilatih dan dididik dengan disiplin. Keterampilan ataupun skill diperkenalkan da
diajarkan kepada kami. Mulai dari menulis, berbicara (public speaking), kerja sama tim (Team
Work), serta materi-materi mendasar tentang berorganisasi. Keseluruhan kegiatan LDK ini
menggugah saya untuk lebih serius. Malam penentuan yang membuat pikiran saya berubah
sepenuhnya adalah ketika Penampilan Kreativitas. Ketika disana saya diperkenalkan dengan
kakak dan abang yang peduli dan baik hati. Saya bisa merasakan kekeluargaan yang kuat serta
nilai-nilai dasar yang begitu terpelihara di organisasi ini.
Setelah itulah saya terlibat dalam banyak kesibukan yang membuat hati saya
menggebu-gebu dan senang. Saya memutuskan untuk meninggalkan ketidakpeduliaan dan
rasa bergantung kepada teman. Jauh dibelakang, agar saya tidak terlena untuk kembali pasif
dan semau sendiri. Tim Rencana Tindak Lanjut LDK, Tim Kerja persiapan Rapat Anggota
Komisariat, hingga mendapat kesempatan menjadi pengisi acara-acara baik itu di ibadah
ataupun diskusi. Disinilah saya menyadari bahwa saya sudah berubah. Dari orang yang malu
menjadi berani, dari orang yang cuek menjadi peduli, dari orang yang gugup ketika tampil
didepan orang banyak menjadi percaya diri dan berteguh hati. GMKI benar-benar mengubah
saya yang dahulu hanya seorang mahasiswa yang terjebak dalam pemikiran siswa, menjadi
manusia yang berpikiran matang dan dewasa.
Buletin Shalom Edisi 2 10
Banyak yang saya dapatkan dari organisasi ini. Terkadang malah seperti sangat curang
dan hanya mendapatkan keuntungan sendiri. Saya tidak memberikan apa-apa. Yah, benar.
Tidak ada apapun yang saya berikan kepada GMKI. Tidak uang, tidak barang, tidak juga
pemikiran. Hal ini cukup mengganggu saya beberapa waktu lamanya. Hingga seseorang dari
teman saya, satu angkatan Maper dengan saya yang tidak ingin saya sebutkan namanya,
menyadarkan saya dan membuat saya tertegun. Hanya sebaris kalimat, “Jika bukan kita, maka
siapa lagi?” begitu tuturnya. Saya terdiam, merasa malu sendiri. Saya sudah tahu apa yang
terjadi namun menolak untuk mengerti dan pura-pura tidak peduli. Dengan hati yang siap dan
bermodalkan kenekatan pribadi, saya mendaftar jadi pengurus organisasi yang berikutnya.
Tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin saja keputusan yang diambil adalah tergesa-gesa.
Saya diterima sebagai Wakil Sekretaris dalam bidang Organisasi dan Komunikasi. Bidang pilihan
saya. Suatu bidang yang unik dan menarik. Namun rumit dan buat sakit kepala. Awalnya saya
pikir bidang ini memiliki banyak keseruan dan tidak sesulit serta sekaku bidang lainnya. Namun
semuanya buyar ketika saya masuk kedalamnya. Gila; Hanya satu kata menggambarkannya.
Kami dituntut untuk selalu ada dan siap sedia. Paham akan banyak aturan dasar dan
nilai-nilai etika. Tidak manja dan mandiri dan harus siap untuk mengurusi banyak
permasalahan pribadi hingga organisasi. Lelah, pasti. Tetapi, saya menikmatinya. Dapat satu
tim dengan orang-orang hebat dan berbakat, sehingga saya banyak belajar dan berkembang.
Hal-hal inilah yang membantu saya benar-benar menjadi seorang akademisi sekaligus
menjalankan misi sebagai seorang Pengikut Kristus sejati.
Ketika periode yang kedua pun saya masih setia di bidang yang sama. Tidak ingin
berpindah, tidak mau bergeser, dan menolak berkhianat. Sebagai seorang Wakil Ketua dalam
bidang yang sama, yaitu Organsiasi dan Komunikasi. Saya dipercayakan untuk menemani
teman-teman saya satu kepengurusan yang lalu dan teman-teman satu kepengurusan yang
baru. Hingga mengantarkan kami kembali pada Rapat Anggota Komisariat yang sama dan
menyelesaikan pelayanan selama dua tahun penuh dalam sukacita yang berlimpah.
Menikmati masa-masa kosong setelah menyelesaikan pertanggungjawaban adalah hal
yang sangat berat bagi kami pengurus-pengurus demisioner pada kala itu. Disinilah penentuan
sebenarnya dari loyalitas dalam berorganisasi. Ingin tinggal dan bertahan, atau pergi dan
merasa cukup dengan banyak alasan. Banyak dari kami yang gugur dalam seleksi alam ini dan
ada juga yang bertahan.
Buletin Shalom Edisi 2 11
Tetapi, semuanya tidak sampai disitu saja. Setelah masa vakum of power , yaitu
peralihan dari demisioner ke purnabakti, kami kembali diuji. Dan kali ini ujian nya lebih berat.
Ujian ini bernama Pendampingan. Yah, jika sekilas kita membahas akan terkesan remeh temeh
dan tidak berguna. Namun, percayalah ini lebih berat dari sekedar menjadi pengurus belaka
ataupun ikut panitia serta tim kerja. Ibaratnya, pendampingan ini seperti sebuah dedikasi yang
timbul karena rasa kecintaan yang berlimpah akan organisasi GMKI.
Tidak semua orang bersedia memberi dedikasi dan rasa militansi yang tinggi. Ketika
masa pendampingan inilah, kami diuji lagi dan lagi hingga jenuh dan bosan sendiri. Entah itu
karena ulah pengurus pada kala itu, ataupun Maper baru yang sangat sedikit berpartisipasi.
Namun semuanya bisa berjalan dengan baik hingga sekarang.
Memang benar, banyak yang pergi dan tidak banyak yang tinggal. Namun, bukankah
memang sudah dasarnya manusia akan berpindah dan berubah-ubah. Sudah hakekatnya sejak
lama bahkan dari awal manusia dicipta dan kemudian jatuh kedalam dosa. Tidak ada yang akan
tinggal untuk begitu lama. Semuanya pasti memiliki waktu dan kalanya sendiri, sesuai dengan
kemampuan dan dedikasi masing-masing. Sehingga dalam perjalanannya banyak diantara
teman-teman, adik, bahkan kakak dan abang yang menghilang atau memilih untuk
bersembunyi didalam bayang-bayang. Hal ini bisa disebabkan karena sakit hati, salah paham,
rasa tidak puas dalam diri, hingga tidak tahan dengan dinamika organisasi. GMKI tidak akan
menuntut mereka-mereka yang pergi untuk kembali. Mereka berhak mendapatkan pembelaan
diri sendiri mengapa memilih untuk tidak bertahan. Namun, tidak semua mendapatkan
kesempatan untuk kembali dan tinggal. Apalagi jika motivasinya adalah untuk memporak-
porandakan. GMKI tidak kejam, hanya saja semua sudah memiliki rules nya masing-masing.
Seperti kata pepatah lama, ‘Apa lagi yang diharapkan dari orang-orang yang bahkan tidak lagi
memberi hati?’. Yah, sudah cukup. Bukankah Alkitab berkata bahwa Yesus saja bisa memberi
makan 5000 orang dengan lima roti dan dua ikan. Sama halnya dengan kita, walaupun hanya
sedikit yang tinggal, bukan berarti tidak bisa menjadi garam dan terang.
Di tengah-tengah kesibukan pendampingan, saya juga kembali melabuhkan hati
kepada suatu kewajiban yang lainnya. Di tingkatan selanjutnya yaitu pengurus di cabang. Saya
juga kembali menekuni bidang yang sama, sebagai Wakil Sekretaris bidang Organisasi dan
Komunikasi. Kembali kepada tempat saya berada. Untuk mengurus beberapa hal dan menebus
kesalahan-kesalahan yang ada. Saya berpikir untuk kembali belajar dan menimba ilmu sebagai
Badan Pengurus Cabang GMKI Medan.
Buletin Shalom Edisi 2 12
Banyak hal dan banyak cerita yang saya dan teman-teman saya hasilkan dalam ber-
GMKI. Baik itu cerita duka maupun suka. Banyak juga kebaikan yang kami dapatkan secara
cuma-cuma dan tanpa harus mengeluarkan materi ataupun harta . Seperti perbaikan karakter
diri, personality yang matang dan dewasa, integritas dan rasa solidaritas, hingga banyak
keahlian dalam mendukung pengembangan diri. Melalui GMKI, saya dan teman-teman saya
juga dapat berkeliling Nusantara dan melihat betapa indahnya keberagaman dalam bungkus
kemerdekaan. GMKI juga turut andil dalam membantu banyak kadernya dalam meraih
prestasi, entah itu dengan ilmu yang selama ini diberikan GMKI ataupun dengan banyak
jejaring yang dimiliki GMKI. Namun, yang menjadi pergumulan saya dan rekan lainnya yang
bertahan adalah, apa yang sudah GMKI dapatkan? Pertanyaan ini menjadi awal untuk
kesadaran bahwa GMKI tidak butuh apa-apa. Karena sesungguhnya, organisasi ini berdiri
sebagai wadah Sang Kepala Gerakan untuk menyatakan Amanat Agung yang begitu mulia.
Kehadiran Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Sehingga GMKI hanya butuh kepercayaan
dan kesetiaan. Baik itu dari saya, dari teman-teman saya, dan dari anda yang membaca kisah
saya, yang saya tahu pasti memiliki sedikit benih peduli untuk dikembangkan menjadi militansi.
Namun ingat, semua hal yang saya dapat ataupun yang teman-teman saya dapat tidak
semerta-merta turun dari langit atau terjadi begitu saya. Diperlukan faktor-faktor pendukung
diluar dari pada niat, yaitu dengan belajar, membaca, berdiskusi, dan berdoa. Hal inilah yang
disebut sebagai sebuah ‘Usaha’. Era Et Labora.
Dari seorang kader yang senang dapat menulis dan berbagi rasa.
Terimakasih.
Ut Omnes Unum Sint!
Bhineka Tunggal Ika!
Buletin Shalom Edisi 2 13
PERANG DAGANG AMERIKA SERIKAT – CHINA :
BABAK BARU EKONOMI INDONESIA Oleh: Fernando Sibagariang (Ekonomi Pembangunan 2016/Maper 2016)
Atmosfer panas perdagangan
antara Amerika Serikat dan China
memasuki babak baru. Pemerintahan
Donald Trump mulai memberlakukan tarif
impor produk dari China hingga senilai US$
34 milliar. Trump mengancam akan
mengenakan tarif impor lebih besar lagi
hingga US$ 200 milliar jika China
melakukan langkah balasan. Donald Trump
mengatakan bahwa pengenaan tarif baru
kepada China untuk menghentikan praktik
perdagangan yang tidak adil, termasuk
pencurian kekayaan intelektual AS yang
lebih luas.
Komisi Properti Intelektual
Amerika memperkirakan bahwa pencurian
kekayaan intelektual yang diakui oleh
China, telah merugikan AS antara US$ 225
milliar hingga US$ 600 milliar setiap tahun.
Ada empat tuduhan terhadap tiongkok
yang dilaporkan oleh perusahaan-
perusahaan AS, yaitu :
1. Perusahaan-perusahaan Tiongkok
memaksa mereka menjalin kemitraan,
kemudian mencuri teknologi dan pada
akhirnya memutus kongsi.
2. Perusahaan-perusahaan Tiongkok
menggunakan dana pemerintah untuk
mencuri inovasi dan rahasia teknologi AS.
3. Tiongkok menggunakan “cyber
intrusions” ke dalam jaringan perdagangan
AS untuk melakukan spionase dagang.
4. Perusahaan-perusahaan AS yang
beroperasi di Tiongkok tidak memiliki hak
cipta yang sama seperti perusahaan-
perusahaan lokal.
Perang dagang antara Amerika
Serikat dengan China sangat berpengaruh
terhadap perekonomian negara-negara
diseluruh dunia termasuk perekonomian
Indonesia sendiri. Dimana, kondisi neraca
perdagangan yang kian mengalami defisit
ditambah lagi dengan perang dagang yang
mempengaruhi perekonomian Indonesia,
memaksa pemerintah untuk mengambil
jalan keluar.
Menurut BPS, neraca perdagangan
Indonesia pada Januari 2019 defisit
USD1,16 miliar, lebih tinggi dari bulan
sebelumnya, sebesar 1,03 milliar dollar AS,
disebabkan oleh jumlah Impor USD15,03
miliar, lebih besar dari total ekspor yang
sebesar USD13,87 miliar. Namun pada
Februari 2019, BPS merilis bahwa Neraca
Perdagangan kita kembali surplus, setelah
pada Januari mengalami defisit sebesar
USD 1,16 miliar.
Mendag menjelaskan bahwa surplus
perdagangan Februari 2019 disumbang
surplus perdagangan nonmigas sebesar
USD 793,6 miliar dan defisit perdagangan
migas sebesar USD 464,1 miliar.
Sumber: wap.mi.baca.co.id
ISU EKONOMI Sumber: Whatsapp Image
Buletin Shalom Edisi 2 ...............................................
14
Ekspor-Impor Indonesia
Secara kumulatif, neraca perdagangan
Januari-Februari 2019 masih mengalami
defisit USD 734,0 juta. Hal ini karena
besarnya defisit perdagangan migas
mencapai USD 886,0 juta belum dapat
diatasi dengan surplus perdagangan
nonmigas yang hanya sebesar USD 152,0
juta. Kinerja ekspor Februari 2019
mencapai USD 12,5 miliar atau turun 11,3
% dibandingkan ekspor bulan yang sama
pada 2018. Penurunan ekspor ini
disebabkan penurunan ekspor migas
sebesar 21,8 % dan penurunan ekspor
nonmigas sebesar 10,2 %.
Posisi cadangan devisa Indonesia
tercatat USD123,3 miliar pada akhir
Februari 2019, meningkat dibandingkan
dengan USD120,1 miliar pada akhir Januari
2019. Posisi cadangan devisa tersebut
setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor
atau 6,7 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri pemerintah, serta berada
di atas standar kecukupan internasional
sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia
menilai cadangan devisa tersebut mampu
mendukung ketahanan sektor eksternal
serta menjaga stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan.
Hal ini juga menyebabkan fluktuasi
nilai rupiah dimana perbaikan ekonomi
yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang
memicu penguatan dollar AS juga
berdampak pada pelemahan nilai mata
uang Negara lain termasuk rupiah saat ini.
Dimana menurut Kurs BI pada saat ini (21
Maret 2019) nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS menembus angka Rp 14.098,-
dimana salah satu hal yang menyebabkan
adalah tarif bea masuk yang diterapkan
oleh AS meningkat.
Pada Januari-Februari 2019, ekspor
seluruh sektor mengalami pelemahan
kecuali sektor pertanian. Ekspor sektor
pertanian pada 2018 turun 12,1 %, tahun
ini naik 4,6 %. Sedangkan, ekspor sektor
industri tahun lalu naik 6,1 %, tahun ini
turun 6,0 %; ekspor sektor pertambangan
yang tahun lalu naik 39,5 %, tahun ini turun
13,3 %. Adapun ekspor sektor migas tahun
lalu naik 9,1%, tahun ini turun 14,4%.
Pelemahan kinerja ekspor Januari-Februari
2019 disebabkan faktor tekanan harga
beberapa komoditas utama Indonesia di
pasar internasional, seperti batu bara dan
minyak sawit (CPO), meskipun volume
ekspornya mengalami peningkatan.
Oleh karena itu, strategi peningkatan
ekspor fokus pada ekspor produk bernilai
tambah tinggi dan berdaya saing. Untuk
mencapai target 2019, Mendag
menegaskan kinerja ekspor nonmigas
periode Januari-Februari 2019 memerlukan
dorongan optimal kinerja ekspor pada
Maret hingga Desember. Mendag berharap
kinerja ekspor tumbuh minimal 10,3 %
dalam sisa tahun 2019.
Perang Dagang mungkin bisa menjadi
peluang, namun dapat pula menjadi
ancaman. Fluktuasi atmosfer perdagangan
secara internasional harus mampu
dikendalikan Pemerintah Indonesia dengan
regulasi dan strategi yang terstruktur dan
massif, tidak hanya bagaimana
meningkatkan kuantitas dan persentase
perdagangan internasional kita agar
menjaga konsistensi surplus neraca
perdagangan, tetapi juga bagaimana
memastikan efektifitas dan efesiensi
Sumber Daya Domestik. Bagimana potensi
dan proyeksinya sehingga keputusan untuk
mengimpor, dan mengekspor suatu jenis
komoditas dengan pertimbangan yang baik
dan maksimal.
Buletin Shalom Edisi 2 ...............................................
15
TAJUK RENCANA
Perang dagang merupakan konflik
ekonomi dapat terjadi ketika suatu negara memberlakukan atau meningkatkan tarif atau hambatan perdagangan lainnya sebagai balasan terhadap hambatan perdagangan yang ditetapkan oleh pihak yang lain. Perang dagang diakibatkan oleh kebijakan proteksionisme, yang biasanya diberlakukan oleh suatu negara untuk melindungi produsen lokal, untuk mengembalikan lapangan pekerjaan dari luar negeri, atau akibat persepsi bahwa praktik dagang negara lain itu tidak adil dan perlu diseimbangi dengan tarif.
Perang dagang antara China dan Amerika Serikat diawali pada saat saat terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) periode 2017-2021. Dalam kampanyenya dengan slogan “Make America Great Again”, Trump berjanji akan membuat AS berjaya kembali melalui kebijakan proteksi industri dalam negeri, yang tentu saja akan berdampak pada terkontraksinya perdagangan internasional (dengan AS). Yang akan terkena dampak langsung atas kebijakan ini tentu saja China yang mempunyai surplus perdagangan terbesar dengan AS, yaitu senilai 366 miliar dolar AS, atau setara Rp 4.900 triliun, pada tahun 2015. Untuk mengurangi defisit ini, AS akan mengenakan tarif tambahan bagi produk-produk China. Kalau kebijakan proteksi ini benar terjadi, maka pertumbuhan ekonomi China akan turun drastis yang dapat memicu resesi global.
Namun demikian, tidak mudah bagi Trump untuk merealisasikan janjinya. Ekonomi AS saat ini sebenarnya dalam kondisi sangat baik, terutama kalau ditinjau dari sudut tenaga kerja. Tingkat pengangguran di AS per November 2016 hanya 4,6 persen, yang artinya mendekati full employment.
Oleh karena itu, peningkatan ekonomi dan perluasan tenaga kerja secara tergesa-gesa berpotensi memicu inflasi dan suku bunga akan naik. Sejalan dengan itu, ekonomi AS pada kuartal III 2016 secara mengejutkan juga menunjukkan peningkatan yang spektakuler dengan tingkat pertumbuhan 3,5 persen (secara tahunan). Tingkat inflasi tahunan sampai akhir November 2016 juga cukup tinggi, yaitu mencapai 1,7 persen, dan mendekati target inflasi the Fed (Federal Reserve, Bank Sentral AS) sebesar 2 persen. Oleh karena itu, secara perlahan-lahan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan (Federal Funds Rate, Fed Rate) untuk menjaga agar ekonomi AS tidak terperangkap ke dalam gelembung ekonomi lagi. Seiring dengan itu, pada 14 Desember 2016 the FED menaikkan batas atas suku bunga acuan dari 0,5 persen menjadi 0,75 persen, di mana suku bunga acuan ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara maju. Kenaikan suku bunga the Fed pada gilirannya akan membuat nilai tukar dolar AS terapresiasi terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.
PERANG DAGANG AMERIKA VS CHINA
Oleh: Johari Purba (Manajemen 2017/Maper 2017)
Buletin Shalom Edisi 2 16
Implikasi Bagi Perekonomian Dunia
Dampak yang diakibatkan dari perang dagang antara china dan amerika serikat bagi Perekonomian Dunia Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo, menyatakan WTO tengah mengalami salah satu periode terberatnya karena ada risiko bahwa perang dagang akan sebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi global. Komentar Azevedo tersebut sejalan dengan meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dengan China, ditandai penerapan tarif impor antara kedua negara tersebut.
Kebijakan Presiden Donald Trump menerapkan tarif impor bisa menjadi bumerang bagi AS. China bukan satu-satunya negara yang mendapat ancaman penangguhan tarif impor baja dan aluminium. Meskipun akhirnya dibatalkan, Presiden Trump juga mengarahkan kebijakannya tersebut kepada mitra dagang utamanya di Uni Eropa, Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan hingga 1 Mei 2018. Alih-alih mendapat keuntungan, AS akan mendapat tentangan dari Negara-negara lain yang membalas juga dengan kebijakan tarif impor baru.
Para pakar ekonomi internasional memproyeksikan terdapat empat tingkatan konflik yang mungkin terjadi dalam proses menuju perang dagang. Pertama, AS melakukan kebijakan tarif impor baru yang cukup tinggi. Kedua, negara-negara di luar AS bereaksi dengan melakukan kebijakan yang sama terhadap impor produk AS ke negaranya.
Ketiga, ekonomi global menuju kondisi perang dagang pada tahap-tahap selanjutnya. Keempat, terjadi perang dagang yang sesungguhnya yang melibatkan banyak negara dan mempengaruhi perekonomian global. Volume perdagangan dunia akan melambat dan itu sangat tidak diharapkan terjadi karena akan berpengaruh kepada semua negara.
Perang dagang akan mempengaruhi rantai pasokan global sehingga banyak perusahaan harus menghitung lagi jalur produksi, distribusi, dan biayanya. Dalam kondisi tersebut setiap negara, perusahaan, hingga konsumen harus siap dengan kondisi perekonomian baru. Dalam upaya meredakan ketegangan ekonomi AS–China, Presiden China Xi Jinping menyatakan negaranya akan menerapkan sistem ekonomi terbuka. Termasuk menurunkan tarif impor mobil dan melindungi kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan asing yang berada di China. Kebijakan tersebut ditempuh karena reformasi ekonomi China terjadi secara perlahan. China memilih untuk mengendurkan perang dagang agar mengurangi eskalasi dan sesuai yang diinginkan pasar. China menyadari jika perang dagang antar kedua negara terjadi, perekonomiannya akan mengalami 9 kemunduran yang besar, akan berdampak sangat serius terhadap proses ekonomi yang digagaskan oleh Xi Jinping. Oleh sebab itu, China melakukan segala upaya untuk berkompromi. Skema Perang Dagang
Idealnya perdagangan internasional didasari atas adanya perbedaan permintaan dan penawaran antar Negara. Perbedaan ini terjadi karena tidak semua Negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditas yang di perdagangkan, karena factor-faktor alam Negara tersebut tidak mendukung. Seperti letak geografis dan kandungan buminya dan perbedaan pada kemampuan suatu Negara dalam menyerap komoditas tertentu pada tingkat yang lebih efisien. Mengacu kepada setiawan dan lestari, perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Buletin Shalom Edisi 2 17
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perseorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu Negara dengan pemerintah Negara lain. Perdagangan internasional hanya akan terjadi jika tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional tersebut disebut manfaat perdagangann atau gains from trade.
Fakta Dan Strategi Indonesia Menghadapi Perang Dagang
Kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump memicu kewaspadaan Indonesia karena dampaknya pada perekonomian dunia. Indonesia menyatakan siap membalas apabila Presiden AS Donald Trump menerapkan kebijakan proteksionis terhadap produk Indonesia. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, bila minyak sawit Indonesia dihalangi masuk ke Amerika, Indonesia akan mengurangi impor hasil pertanian kedelai, jagung dan gandum dari AS. Selain itu Indonesia juga akan mengurangi pembelian pesawat buatan AS.
Selama ini neraca perdagangan Indonesia selalu mencatat defisit dengan China. Indonesia menjadi negara satu-satunya di ASEAN yang neraca perdagangannya mengalami defisit dengan China. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap China tercatat US$13,89 miliar sepanjang tahun 2017, karena ekspor Indonesia ke China senilai US$21,32 miliar lebih kecil dibanding impornya, yakni US$35,51 miliar.
Ekspor terbesar Indonesia ke AS dan China kemungkinan akan terpengaruh. Sedangkan impor dari kedua negara tersebut, terutama China, dikhawatirkan akan semakin membanjir ke Indonesia dengan harga murah yang akan memukul barang-barang produksi dalam negeri. Akan tetapi kedua negara merupakan mitra dagang utama Indonesia. Oleh karena itu Pemerintah harus siap menghadapi dampak perang dagang AS-China dengan mencari pasar baru bagi produk ekspor Indonesia. Ancaman perang dagang ini menjadi peringatan bagi Indonesia agar tidak menggantungkan pasar ekspor ke pasar tradisional.
Di sisi lain perang dagang dua raksasa ekonomi dunia tersebut dapat menguntungkan Indonesia. Ekonom Faisal Basri menyebut perang dagang antara AS dengan China bisa menjadi peluang baru bagi Indonesia. Menurut dia, perang dagang antara AS dan China bisa meningkatkan penetrasi pasar bagi produk-produk dari Indonesia. Hal ini yang belum dimanfaatkan secara optimal. Indonesia harus bisa melihat komoditas yang bisa diekspor ke China untuk menggantikan barang-barang dari AS yang terkena bea impor. Indonesia perlu terus berupaya mencari alternatif pasar baru dilakukan dengan memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia. Kebijakan diplomasi ekonomi diarahkan untuk diversifikasi pasar dan negara tujuan komoditas ekspor. Untuk strategi jangka menengah, pemerintah tentu harus mulai memetakan pasar-pasar ekspor baru (nontradisional) sebagai alternatif kerja sama perdagangan.
Buletin Shalom Edisi 2 18
Pemerintah Indonesia harus
mempercepat perundingan perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai pihak, terutama dengan negara pasar 10 potensial nontradisional seperti Asia selatan, Eropa Timur, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan yang belum digarap secara maksimal.
Penguatan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) juga perlu dilakukan sebagai penangkal dampak buruk dari adanya perang dagang. Termasuk di sektor pariwisata, pelaku usaha perlu mengantisipasi mengingat wisatawan asal China di Bali tahun lalu menduduki peringkat teratas, disusul Australia, India, Jepang, Inggris, dan AS. Dengan kondisi tersebut pelaku usaha wisata perlu membidik pasar wisatawan di luar China dan AS, terutama pasar potensial India dan Timur Tengah.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump Amerika Serikat cenderung melaksanakan kebijakan proteksionisme dan memberikan kelonggaran kebijakan tarif hanya kepada negara-negara yang beraliansi dengan AS. Indonesia dengan posisi politik bebas aktif perlu bersikap waspada karena seperti yang ketahui AS dan China merupakan partner perdagangan Indonesia.
Indonesia tentunya punya peluang/potensi untuk mengekspor barang ke kedua Negara itu, tidak hanya sampai disitu Indonesia juga bisa menjadi Negara ketiga yang mengambil jatah ekspor china dan amerika.
Adapun beberapa komoditas yang
bisa di ekspor Indonesia adalah baja, aluminium, buah, dan besi. Dampak yang kedua adalah menurunnya ekspor bahan baku atau bahan penolong Indonesia ke china dan amerika, ini terjadi jika cakupan perang dagang meluas ke produk lain.
Diplomasi ekonomi Indonesia harus diperkuat dengan memiliki roadmap yang jelas. Negara pasar yang mulai mencatatkan kinerja ekonomi bagus harus digarap secara serius. Tidak hanya dalam kegiatan ekspor-impor yang sudah berjalan, tetapi juga melalui kegiatan diplomasi ekonomi lainnya, yaitu dengan mengajak untuk meningkatkan investasi di berbagai sektor. Dibutuhkan kinerja diplomat ekonomi yang dapat memberikan informasi ekonomi akurat dan menguntungkan perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilakukan, antara lain dengan menyelenggarakan temu bisnis oleh kedutaan besar Indonesia di luar negeri sebagai upaya diplomasi ekonomi untuk meningkatkan perdagangan bilateral maupun investasi. Indonesia membutuhkan diplomasi ekonomi yang komprehensif dan penuh perhitungan agar bisa bertahan dalam situasi global yang serba kompleks.
Buletin Shalom Edisi 2 19
Jatuhkan Egomu
Oleh: Vanessa Nydia (Ekonomi Pembangunan 2018/Maper2018)
Kita sama – sama tahu
Untuk sesuatu yang tidak pernah kita tahu
Tanah ini datar berkrikil
Pohon itu panjang menjuntai
Angin ini tertiup kencang
Air itu bergelombang cepat
Kita, yaitu Kau dan Aku
Garis tubuh kita tidak serupa
Bayangan diri kita tidak sama
Musik favorit kita juga tidak saling mendukung
Apakah ada kesamaan kita?
Ada.
Kita berbeda, namun kita dapat meleburkan isi fikiran dengan halus.
Menyatukannya tanpa selisih paham.
Memandang satu dengan yang lain,
dengan kacamata yang positif pula.
Hatimu tidak serupa dengan hatiku
Apakah kau tahu?
Hati sudah pasti berisikan kasih.
INTERMEZZO
Buletin Shalom Edisi 2 20
Sumber: Vanessa
Berpijak pada titik yang sama, itulah kita.
Waktu yang kita habiskan, juga serupa.
Tidak ada yang berbeda.
Mengapa kita enggan membentuk lukisan yang indah?
Kau, Aku, Dia, dan Mereka, mudah membuatnya.
Keindahan itu, akan kita nikmati secara bersamaan.
Kita tidak akan bersatu, jika kita tidak memiliki kasih
Tulus, tidak tulus, kasih tetaplah kasih
Putih, tidak hitam, warna tetaplah warna
Sudah pantaskah kita disebut dunia? Atau, negara?
Kota? Atau, desa?
Tidak ada kebhinekaan yang tidak berdasarkan kasih.
Buletin Shalom Edisi 2 21
Oleh: Desy Melati Lubis (Akuntansi 2015/Maper 2014)
Bait yang di ukir si atas selembar harapan
Melantunkan dongeng dikala bumi basah oleh hujan
Rintihan keputusasaan terdengar dari kejauhan
Menambah kesan pilu di remangnya sinar rembulan
Deretan kata yang dimateraikan menjadi sebuah janji
Komitmen yang terucap bak ikrar sumpah sejati
Namun Keraguan telah dinista oleh kepercayaan diri
Menodai kemurnian dari ketulusan hati
Janji tinggal harapan yang menjadi semu
Semangat diawal yang sungguh menggebu
Hanya tersisa bongkahan kecil yang penuh dengan debu
Nyanyian kekecewaan dilantunkan dari utara ke selatan
Matahari yang membawa impian terbit sangat lamban
Pesonanya tak lagi seindah bulan kedelapan
Semua hanya tinggal seoongok kenangan
Untuk di ingat sejenak kemudian dilupakan
INTERMEZZO
Buletin Shalom Edisi 2 22
Kemanakan kau pergi ?
Sanggupkah kau melihat bibit – bibit kecil ini tumbuh?
Tanpa air kehidupan dan perawatan ?
Kau ikuti kupu – kupu indah yang terbang ke barat
Menelikung jalan yang telah ditelesuri dahulu
Dimanakah kau berada?
Ketika sajak ini tercipta akibat kecewa
Sampai kapan kau akan terbang dan perlahan menghilang ?
Kegelisahan yang menyusup hati sunguh bukan kepalang
Ketika kau membaca barisan kalimat replika hati
Yang di selesaikan pada purnama ketiga
Ingatlah bahwa kau pernah berjanji
Untuk tinggal dan berkarya
Tertuntuk mu yang berkoar untuk setia
Namun, meleburkan harapan menjadi puing – puing luka
Teruntukmu yang telah berani mengambil bagian
Namun, tak sampai ujung mata, telah kau tinggalkan.
Teruntukmu, penampung iba , pencipta sajak nelangsa
Buletin Shalom Edisi 2 23