bab iv hasil penelitian dan pembahasan · kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat...

26
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini, akan dipaparkan hasil dan pembahasan mengenai analisis Ekspresi Penderitaan dalam Surat-Surat R.A Kartini Sebuah Tinjauan Deskriptif. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan pada bab I, persoalan pada rumusan masalah akan dijawab dengan melakukan sistematis analisis. Selain itu, pada bab IV ini terdiri atas dua subbab, yaitu (a) bentuk ekspresi penderitaan, dan (b) makna ekspresi penderitaan. 4.1 Bentuk Diksi yang Diungkapkan dalam Kumpulan Surat R.A Kartini Pada kumpulan surat R.A Kartini yang diterjemahkan oleh Sulastrin Sutrisno pada tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh sembilan dan dalam surat R.A Kartini yang ditulis pada tahun seribu sembilan ratus satu dengan jumlah dua puluh tiga pucuk surat, berhasil ditemukan bentuk ekspresi penderitaan sebanyak seratus sembilan ekspresi penderitaan. Bentuk ekspresi penderitaan yang diungkapan tersebut meliputi, (a) bentuk ekspresi bersifat denotasi sebanyak delapan, (b) bentuk ekspresi bersifat konotasi sebanyak tiga puluh lima, (c) bentuk ungkapan personifikasi sebanyak sembilan, (d) bentuk bentuk ekspresi bersifat simile sebanyak sepuluh, (e) bentuk bentuk ekspresi bersifat metafora sebanyak enam, (f) bentuk bentuk ekspresi bersifat metomini sebanyak dua, (g) bentuk bentuk ekspresi bersifat litotes sebanyak stujuh, dan (h) bentuk bentuk ekspresi bersifat hiperbola sebanyak tiga puluh dua. Untuk mempermudah penyajian data, maka kalimat-kalimat yang ambil sebagai bahan analisis diambil dari potongan kumpulan surat R.A Kartini dan kalimat tersebut dideskripsikan secara berurutan,

Upload: truongdan

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, akan dipaparkan hasil dan pembahasan mengenai analisis

Ekspresi Penderitaan dalam Surat-Surat R.A Kartini Sebuah Tinjauan Deskriptif.

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan pada bab I, persoalan pada

rumusan masalah akan dijawab dengan melakukan sistematis analisis. Selain itu,

pada bab IV ini terdiri atas dua subbab, yaitu (a) bentuk ekspresi penderitaan, dan

(b) makna ekspresi penderitaan.

4.1 Bentuk Diksi yang Diungkapkan dalam Kumpulan Surat R.A Kartini

Pada kumpulan surat R.A Kartini yang diterjemahkan oleh Sulastrin Sutrisno

pada tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh sembilan dan dalam surat R.A

Kartini yang ditulis pada tahun seribu sembilan ratus satu dengan jumlah dua

puluh tiga pucuk surat, berhasil ditemukan bentuk ekspresi penderitaan sebanyak

seratus sembilan ekspresi penderitaan. Bentuk ekspresi penderitaan yang

diungkapan tersebut meliputi, (a) bentuk ekspresi bersifat denotasi sebanyak

delapan, (b) bentuk ekspresi bersifat konotasi sebanyak tiga puluh lima, (c) bentuk

ungkapan personifikasi sebanyak sembilan, (d) bentuk bentuk ekspresi bersifat

simile sebanyak sepuluh, (e) bentuk bentuk ekspresi bersifat metafora sebanyak

enam, (f) bentuk bentuk ekspresi bersifat metomini sebanyak dua, (g) bentuk

bentuk ekspresi bersifat litotes sebanyak stujuh, dan (h) bentuk bentuk ekspresi

bersifat hiperbola sebanyak tiga puluh dua. Untuk mempermudah penyajian data,

maka kalimat-kalimat yang ambil sebagai bahan analisis diambil dari potongan

kumpulan surat R.A Kartini dan kalimat tersebut dideskripsikan secara berurutan,

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

38

apabila ditemukan data yang sama maka akan dibahas sekali, namun peneliti

hanya menyajikan satu atau dua sebagai data analisis, selebihnya dapat dilihat

pada lampiran analisis data untuk mempermudah penyajian data.

1) Bentuk Diksi Penderitaan yang Diungkapkan dalam Surat R.A Kartini

Permasalahan pertama dalam penelitian ini, ditemukan bentuk diksi ungkapan

penderitaan sebanyak seratus tigah belas diksi penderitaan. Bentuk bentuk

ekspresi penderitaan tersebut meliputi, (a) ekspresi bersifat denotasi sebanyak

delapan, (b) ekspresi bersifat konotasi sebanyak tiga puluh delapan, (c) ekspresi

bersifat personifikasi sebanyak sembilan, (d) ekspresi bersifat simile sebanyak

sepuluh, (e) ekspresi bersifat metafora sebanyak tujuh, (f) ekspresi bersifat

metomini sebanyak dua, (g) ekspresi bersifat litotes sebanyak sepuluh, dan (h)

ekspresi bersifat hiperbola sebanyak dua puluh sembilan. Untuk mempermudah

penyajian data, maka kalimat-kalimat yang ambil sebagai bahan analisis diambil

dari potongan kumpulan surat R.A Kartini dan kalimat tersebut dideskripsikan

secara berurutan, apabila ditemukan data yang sama maka akan dibahas sekali,

namun peneliti hanya menyajikan satu atau dua sebagai data analisis, selebihnya

dapat dilihat pada lampiran analisis data untuk mempermudah penyajian data.

(1) Ekspresi Penderitaan Bersifat Hiperbola

Ungkapan yang dinyatakan R.A Kartini dalam tulisannya terlalu berlebihan

dan termasuk ke dalam bentuk diksi hiperbola untuk mengungkapkan isi hatinya.

Kutipan ungkapan-ungkapan yang digunakan secara berlebihan dalam menulis

surat dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

39

Nyonya berdua membawa bintang yang paling bahagia

dari semua bintang yang teramat bahagian kepada

kami. (S15/H71/P3/K4/MDp/Hip)

Perhatian suami-istri Abendanon kepada R.A Kartini beserta saudara-saudara

kandungnya dirasakan oleh mereka betigu besar dan selalu membawa berita

gembrira. Ketika R.A Kartini mendengar berita bahagia tentang mereka, ekspresi

R.A Kartini terlalu berlebihan dengan menyebut mereka berdua sudah membawa

pulang bintang yang paling bersinar di angkasa. Bintang yang paling terang dari

semua bintang yang teramat bahagia kepada R.A Kartini dan saudara

perempuannya adalah ungkapan atau pilihan kata yang dinyatakan oleh R.A

Kartini kepada kekasihnya untuk mengucapkan rasa terima kasih, namun ucapan

dengan membawa bintang yang paling bersimar kepada kami, terlalu berlebihan,

karena kebaikan seseorang dengan bintang yang paling bersinar sangatlah jauh

indahnya. Oleh karena itu, dengan menggunakan kalimat tersebut ia menyamakan

Kekasihnya dengan bintang di langit.

Permasalahan yang besar dan penderitaan yang rumit, dirasakan R.A Kartini

dalam hidupnya tanpa henti-hentinya, sehingga ungkapan untuk menyatakan isi

hatinya juga tidak biasa, melainkan dinyatakan dengan bahasa yang melebih-

lebihkan. Kutipan di bawah ini akan menjelaskan ungkapan yang melebih-

lebihkan dalam tulisan R.A Kartini.

Tanpa saya sadari pandangan saya menurunkan awan

meluncur di angkasa, menghilang ke belakang …. (S15/H71/P2/K7/MDp/Hip)

R.A Kartini ketika menulis surat pilihan katanya terlalu berlebihan, hingga ia

menurunkan awan yang meluncur di angkasa. Hal seperti itu, tidak mungkin

dilakukan oleh manusia dan dapat dikatakan tidak dapat dilakukan, oleh semua

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

40

mahkluk. Saya menurunkan awan meluncur di angkasa, yang dimaksud dengan

pilihan kata tersebut ialah R.A Kartini sedang melamun akan semua masalah yang

dihadapinya sambil menghadap ke angkasa atau langit seakan-akan dengan

pandangannya yang kosong ia mampu menurunkan awan di angkasa. Sikap R.A

Kartini dianggap terlalu berlebihan atas apa yang sedang dirasakannya. Dapat

dikatakan bahwa dalam menulis surat untuk menyatakan penderitannya, R.A

Kartini menggunakan bahasa atau pilihan kata yang melebih-lebihkan keadaan

atau suasanan. Keadaan seperti itu, memaksa R.A Kartini untuk memilih kata

yang tepat agar ia dapat meluapkan isi hatinya kepada Kekasihnya dengan jelas

dan dapat dipahami oleh Kekasihnya.

(2) Ekspresi Penderitaan Bersifat Litotes

R.A Kartini tidak suka berbuat sombong atau berkata sombong pada orang

lain. Setiap menjalani kehidupan R.A Kartini selalu merendahkan diri, agar orang

lain tidak membenci dirinya atas kesombongannya. Hal tersebut akan di bahas

pada potongan kutipan berikut ini.

Si Kecil lebih suka mati daripada menjalani perkawinan

itu. (S18/H81/P1/K13/MDp/Lit)

R.A Kartini menyatakan sesuatu yang positif dengan cara yang negatif

dengan ungkapan lebih suka mati. Lebih suka mati menginshankan kepada lebih

baik tidak hidup daripada menerima atau menjalai perkawinan yang tidak

diinginkan dan akan membunuh cita-cita yang anak muda damba-dambakan.

Selain tidak suka berbuat atau berkata sombong, jiwa kekeluargaanya sangat

besar. Hal tersebut dapat dibuktikan pada potongan kutipan berikut ini.

Bersama-sama tegak dan bersama-sama jatuh, kakak

beradik yang setia! (S23/H88/P9/K4/MDp/Lit)

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

41

Rasa persaudaraan R.A Kartini begitu kental jika dilihat dari ungkapannya

yang menunjukkan bahwa bersama-sama tegak dan bersama-sama jatuh. Artinya,

dua hal positif yang dinyatakan dengan cara negatif dan memiliki arti bersama-

sama meraih cita-cita dan ketika gagal juga sama-sama gagal atas apa yang sudah

diperjuangkan secara bersama-sama.

(3) Ekspresi Penderitaan Bersifat Personifikasi

Isi hati yang tersiksa dalam menjalani hidup diungkapkan dan menginshankan

pada alam. Diksi ungkapan penderitaan yang dinyatakan oleh R.A Kartini dalam

menulis surat kepada Kekasihnya berbentuk personifikasi. Berikut data yang

menunjukkan ungkapan penderitaan yang berbentuk personifikasi.

Telinganya sekarang pasti masih mendesing dari badai

pertanyaan yang tadi sore mengamuk di atasnya. (S14/H68/P1/K6/MDp/Per)

Badai merupakan angin kencang yang menandakan cuaca buruk datang

secara tiba-tiba, namun R.A Kartini menggunakan kata badai dengan pertanyaan

mengartikan bahwa ia sedang menerima pertanyaan yang membuatnya merasa

sangat jengkel dan masih terdengar di telinganya. Kata badai pertanyaan dalam

ungkapan R.A Kartini menandakan bahwa ia sedang mengalami pertanyaan yang

tidak ia sukai dan membuat dirinya merasa jengkel, hingga masih terdengar di

telinganya. Alam yang semestinya tidak bisa membisiki telinga manusia, oleh

R.A Kartini digunakan untuk mengungkapkan isi hatinya yang sedang dirundung

pilu atas pertanyaan-pertanyaan yang sedang di alami olehnya, karena pertanyaan-

pertanyaan tersebut datang mengancam dirinya dan membuat hatinya teruka.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

42

Selain itu, R.A Kartini juga meluapkan isi hatinya dengan menggunakan

objek yang sangat ditakuti oleh semua orang dalam hidupnya ketika ia ada hujan

datang. Berikut penjelasannya.

Taufan itu akan mengenai kami bertiga. (S18/H81/P1/K9/MDp/Per)

Badai penderitaan yang sangat jahat dan ditakuti banyak orang kini sedang

dirasakan oleh R.A Kartini dan Adik-adiknya. Pilihan kata yang digunakan R.A

Kartini untuk mengungkapkan penderitaan yang sangat jahat dan sering ditakuti

oleh banyak orang sedang menimpa dirinya dan Adik-adiknya. Kata taufan disini

berarti angin ribut yang sangat membahayan dengan tekanan tinggi.

(4) Ekspresi Penderitaan Bersifat Metomini

R.A Kartini juga berorientasi pada suatu benda ketika menulis surat untuk

Kekasihnya. Penggunaan kata tersebut dapat menggambarkan atau menjelaskan

keadaan yang sedang dialami dengan jelas dan dapat mempemudah pembaca agar

lebih mengerti sesuatu yang sedang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dapat dilihat

pada kutipan berikut ini.

Tetapi lama-kelamaan kabut di muka pikiran saya yang

kacau naik ke atas dan menghilang …. (S15/H71/P2/K3/MDp/Mtm)

Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah

atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran saya,

menjadi pikiran R.A Kartini sedang suram dan tidak dapat berpikir sesuatu untuk

mendapatkan ide memecahkan permasalahannya. Pilihan kata yang digunakan

R.A Kartini untuk mengemukakan isi pikirannya yang suram dan tidak bisa

memecahkan masalahnya ia menggunakan kata Kabut di muka pikiran saya. Hal

tersebut merupakan diksi atau pilihan kata metomini, karena metomini

menyangkut tentang menginshankan manusia pada alam.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

43

Selain menggunakan pilihan kata yang menggambarkan dengan jelas sesuatu

yang dirasakan R.A Kartini, ia juga menggunakan nama lain sebagai pengganti

agar isi hatinya dapat dirasakan oleh Kekasihnya juga. Berikut kutipan yang

menjelaskan hal tersebut.

… sehingga saya pandang lebih baik lebih baik diam dan

menunggu dengan menulis sampai taufan dalam batin

reda. (S15/H70/P1/K3/MDp/Mtm)

Taufan merupanan nama lain dari berbagai bentuk angin yang sangat besar

dan sangat menakutkan, namun R.A Kartini menggunakannya untuk menyatakan

batinnya yang sedang mengalami banyak permasalahan dan membuat dirinya

tidak bisa tenang. Taufan dalam batin reda, ungkapan yang dinyatakan R.A

Kartini ketika menungggu amarah yang sangat dahsyat sedikit berkurang,

ungkapan tersebut merupakan ungkapan yang menggunakan nama angin yang

negatif untuk menyatakan hal yang positif. Artinya, R.A Kartini memilih kata

yang memiliki arti menakutkan untuk menyatakan perasaannya kepada

Kekasihnya.

(5) Ekspresi Penderitaan Bersifat Metafora

Melihat orang lain merasa bahagia dalam kehangatan rumah tangga antara

anak dengan orang tua, namun R.A Kartini bersama saudaranya hanya mampu

melihat seperti lukisan yang indah dan penuh makna. Kebahagiaan kecil yang

dirindukan sejak lama adalah orang tua meneghargai usaha buah hatinya ketika

mendapat hal positif tidak pernah dirasakan oleh R.A Kartini. Argumen tersebut

dapat dibuktikan dengan ungkapan R.A Kartini berikut ini.

… patut kami iri kepada kalian, dan kami ingin melihat

dalam kenyataan lukisan yang kerap kali kami bayangkan.

(S10/H92/P3/K2/MDp/Mtf)

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

44

Memimpikan kebahagiaan dan kehangatan dalam keluarga, membuat R.A

Kartini selalu berkhayal agar semua bisa dilakukan secara nyata. Kenyataan

lukisan ungkapan yang sering di nyatakan oleh R.A Kartini kepada Kekasihnya

karena ia merasa iri ketika melihat Keluarga Kekasihnya bisa bercanda dan

berkumpul dengan hangat, namun dengan kehidupan orang Jawa yang keras dan

orang tuanya selalu sibuk akan pekerjaannya membuatnya tidak bisa merasakan

kebahagiaan dengan nyata, sehingga membuatnya selalu melukiskan kebahagiian

tersebut menjadi kenyataan dalam mimpi-mimpinya setiap kali melihat

kebahagiaan yang dirasakan oleh Kekasihnya dengan keluarganya. Oleh sebab itu,

di dalam lukisan yang indah tidak selalu terdapat kebahagiaan yang nyata dalam

kehidupan masyarakat. Contohnya kehidupan R.A Kartini, yang selalu menderita

akan pertentangan cita-citanya.

Keinginannya untuk dapat merasakan kebahagiaan, terlalu besar untuk dapat

diwujudkan. Persoalan dalam keluarga membuat ia sadar akan keinginannya untu

dapat merasakan kebahagiaan, namun untuk mewujudkannya ia hanya mampu

bermimpi secara terus-menerus. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan

kutipan di bawah ini.

… saya berlayar ke negeri impian dalam keadaan nikmat

bahagia dengan nama orang-orang yang mulia, ….

(S12/H110/P48/K1/MDp/Mtf)

R.A Kartini mengungkapkan bahwa dirinya berlayar ke negeri impian dalam

keadaan nikmat dengan nama orang-orang yang mulia, membuktikan bahwa ia

selalu mengkhayal akan kebahagiaan dengan orang-orang yang disayanginga.

Berlayar ke negeri impian dengan orang-orang yang mulia adalah kebahagiaan

dan kehangatan yang ia mimpikan dalam keluarganya, namu semua keinginan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

45

tersebut hanya dapat ia bayangkan dengan berlayar di negeri impian dan tidak

dapat terlaksanakan dalam kehidupannya untuk menikmati kebahagiaan dan

kehangatan dalam keluarganya.

(6) Ekspresi Penderitaan Bersifat Konotasi

Untuk menyatakan kebahagiaannya R.A Kartini terkadang diungkapan

dengan kata-kata atau kalimat lain, agar tidak ada orang yang mengetahui bahwa

ia pernah merasa bahagia. Kutipan berikut ini adalah bukti R.A Kartini merasa

malu bahwa ia mengakui kebahagiaanya kepada orang-orang terdekatnya.

Malaekat-malaekat sekarang telah berterbangan di

kamar kami, …. (S16/H78/P2/K2/MDp/Kon)

Bersama saudaranya saat itu sedang merasakan kebimbangan, karena

malaekat-malaekat yang sedang terbang di sekeliling mereka. Malaekat yang

terbang dapat berupa malaekat baik, namun bisa juga malaekat yang jahat

pencabut nyawanya. R.A Kartini menyatakan hal tersebut setelah bertemu dan

setelah mengenal teman Ayahya dari Belanda, orang tersebut dirasa sangat baik

dan sejalan dengan pikiran R.A Kartini serta mendukung keinginannya untuk

melanjutkan sekolah bagi kaum perempuan.

Ikut merasakan adalah kelebihan yang dimiliki oleh R.A Kartini ketika

melihat orang lain sedang menderita. Ungkapan yang dinyatakan R.A Kartini

untuk merasakan keadaan tersebut dapat dilihat pada kutipan atau data berikut

ini.

Dia jatuh sakit dan hari ketiga dia melayang-layang di

antara langit dan bumi. (S18/H81/P1/K6/MDp/Kon)

Melihat saudaranya sakit R.A Kartini dapat merasakan keadaan tersebut dan

mengungkapkan keadaan yang sedang dialami oleh orang sakit membuat dirinya

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

46

melayang di antara langit dan bumi. Melayang-layang diantara lagit memiliki arti

berjuang untuk tetap sehat atau berjuang untuk melawan sakit yang sedang

diderita oleh pasien yang tidak bisa berbuat sesuatu dan tidak bisa berpikir jernih.

Ungkapan tersebut dinyatakan R.A Kartini kala melihat dan merasakan keadaan

saudaranya yang sedang sakit sudah berhari-hari dan tidak kunjung sembuh,

sehingga ia menyatakan melang-layang dilangit di antara langit dan bumi.

(7) Ekspresi Penderitaan Bersifat Denotasi

Diksi atau pilihan kata ungkapan penderitaan dalam pembahasan ini, akan

dibahas tentang ungkapan penderitaan berbentuk denotasi. Berikut data yang akan

dibahas.

Sepanjang hari tetap mabuk laut. (S1/H69/P1/K27/BDup/Den)

Hidup yang dijalani R.A Kartini tidaklah mudah dan terus-menerus

dirundung kemalangan, namun R.A Kartini menyatakannya dengan menggunakan

pilihan kata mabuk laut. Mabuk laut menandakan bahwa ia berada di kapal dan

sedang dalam perjalanan yang disebabkan oleh keadaan tubuh yang kurang sehat.

R.A Kartini merasa hilang kesadarannya ketika naik kapal dengan goncangan air

laut yang ada. seperti Mabuk laut ugkapan tersebut dapat juga diartikan bahwa ia

sudah dipermainkan dengan kehidupan yang hanya selalu membuatnya menderita,

hingga banyak membuat R.A Kartini seakan mabuk lauk atau terlalu banyak

mengalami penderitaan.

Data kedua dalam ungkapan diksi berbentuk denotasi, Ungkapan R.A Kartini

mengungkapkan bahwa saudaranya lebih baik mati daripada harus menika.Berikut

penjelasa data kedua dalam diksi atau pilihan kata penderitaan berbentuk denotasi.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

47

Si Kecil lebih suka mati daripada menjalani perkawinan itu.

(S5/H81/P1/K13/BDup/Den)

R.A Kartini menyatakan ungkapan bentuk denotasi dengan lebih suka mati.

Lebih suka mati merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh Adiknya agar

Adiknya tidak menderita ketika cita-cita serta perjuangan yang suci dirampas oleh

kaum laki-laki yang sudah beranak dan beristri. Perkawinan akan membunuh cita-

cita yang anak muda damba-dambakan.

(8) Ekspresi Penderitaan Bersifat Simile

Diksi atau pilihan kata ungkapan penderitaan dalam pembahasan ini, akan

dibahas tentang ungkapan penderitaan berbentuk simile. Berikut kutipan atau data

yang akan dibahas.

dua orang adik yang lain bergulung-gulung di tempat tidur,

bergulung-gulung seperti anjing-anjing kecil yang suka

bermain-main …. (S12/H104/P23/K7/BDup/Sim)

Pada kutipan di atas merupakan bentuk simile, karena ungkapan R.A Kartini

menyatakan dua hal yang di sela oleh kata seperti. Anjing kecil berguling-guling

menandaka sedang menikmati kebahagiaan dalam bermain. Kebahagiaan dalam

bermain juga dirasakan oleh mereka (R.A Kartini bersama Adik-adiknya) ketika

mendapat nafas segar, yakni dapat bertemu dengan seseorang yang baik hati dan

sejalan dengan keinginannya.

Data kedua ungkapan diksi penderitaan berbentuk simile juga diibaratkan

R.A Kartini dengan menyebutkan bagian-bagian rubuh mahkluk yang ada. Berikut

penjelasannya.

Ringan sekali rasanya diri saya bagaikan bulu kecil yang

hanya terhempas angin sedikit saja melayang ….

(S12/H112/P57/K1/BDup/Sim)

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

48

Pada di atas, termasuk dalam bentuk simile. Ungkapan tersebut diungkapkan

R.A Kartini dengan persamaan dua hal antara perasaannya dengan burung kecil

dan diselipkan kata seperti. Ungkapan tersebut menandakan bahwa ia tidak

sanggup menahan beban penderitaan yang sangat berat membuat R.A Kartini

tidak bisa berpikir dan mengendalikan hatinya, hingga ia merasa ringan layaknya

bulu-kecil yang terhempas angin lalu melayang terbang. Penderitaan yang di

tanggung R.A Kartini dirasakan begitu berat, hati dan pikiran tidak sanggup

menampung masalah yang kian banyak kemudian ia mengatakan tubuhnya

layaknya bulu kecil yang sudah tidak mempunyai kekuatan untuk melawan dan

memikirkan semua penderitaan yang tengah hinggap dalam hidupnya selama

bertahun-tahun.

Pada data ketiga juga ditemuakan bahwa ungkapan yang berbentuk simile

dalam ungkapan yang dinyatakan oleh R.A Kartini kepada Kekasihnya juga

diibaratkan dengan nama-nama hewan yang kotor.

saya akhir-akhir ini melihat dan menghayati banyak

kesengsaraan. Aduhai! Bagai cacing kecil yang hina papa

saja saya ini.

(S19/H150/P5/K2-3/BDup/Sim)

Melihat dan menghayati banyak kesengsaraan. Aduhai! Bagai cacing kecil

yang hina ungkapan tersebut termasuk dalam bentuk diksi Simile. Ketika R.A

Kartini tidak dapat berpikir atas semua hal yang dapat membuatnya bahagia atau

untuk mewujudkan cita-cita dan keinginannya selalu diibaratkan dengan

mengikutsertakan kata bagai yang menandakan pilihan kata dengan memiliki

persamaan dua hal dan termasuk salah satu dari ciri-ciri bentuk simile. Oleh

karena itu, ketiga data tersebut dalam ungkapan R.A Kartini kepada Kekasihnya

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

49

menceritakan tentang penderitaan yang tidak dapat di ungkapkan dengan

menggunakan kata yang sederhana, namun R.A Kartini menggunakan atau

memilih kata dengan persamaan antara perasaan yang sedang dialami dengan kata

seperti atau ibarat yang diibaratkan dengan binatang-binatang yang malang.

4.2 Makna Diksi yang Diungkapkan dalam Kumpulan Surat R.A Kartini

Pada permasalahan kedua dalam penelitian ini, ditemukan makna ekspresi

penderitaan ditemukan sebanyak tujuh puluh lima makna diksi yang diungkapkan

dalam kumpulam surat R.A Kartini, yakni (a) ekspresi rasa takut dengan tujuh

belas ungkapan, (b) ekspresi rasa sakit dengan lima ungkapan, (c) ekspresi

kegagalan dengan lima belas ungkapan, (d) ekspresi siksaan dengan delapan belas

ungkapan, dan (e) ekspresi penderitaan dengan delapan belas ungkapan. Untuk

mempermudah penyajian data, maka kalimat-kalimat yang ambil sebagai bahan

analisis diambil dari potongan kumpulan surat R.A Kartini dan kalimat tersebut

dideskripsikan secara berurutan, apabila ditemukan data yang sama maka akan

dibahas sekali, namun peneliti hanya menyajikan satu atau dua sebagai data

analisis, selebihnya dapat dilihat pada lampiran analisis data untuk mempermudah

penyajian data.

(1) Makna Ekspresi yang Diungkapkan dengan Rasa Takut

Rasa takut yang dialami oleh R.A Kartini dapat disebabkan oleh berbagai

macam bentuknya, seperti; Phobia. Artinya, ia pernah mengalami kejadian buruk

dan dianggap menyeramkan, daya khayal yang datang dari diri sendiri, dan

kesepian atau merasa sendiri. Ungkapan-ungkapan berikut ini, akan menyajikan

hasil analisis yang sudah dilakukan.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

50

Tahun sudah berganti. Semua penderitaan untuk umat manusia akankah akan

berganti juga seiring berjalannya waktu. Berikut ungkapan R.A Kartini akan

mimpi-mimpinya yang membuat dirinya takut.

Abad baru! Apakah yang akan dibawa untuk umat manusia?

Tetapi tidak, baiklah saya sekarang tidak bermimpi, saya

sekarang mau ngobrol bersuka ria dengan Kekasih tersayang.

(S14/H68/P1/K2/Bp/Rt)

Ungkapan yang menunjukkan ia pernah mengalami kejadian yang buruk dan

dianggap menyeramkan bagi R.A Kartini, yaitu “baiklah saya sekarang tidak

bermimpi”. Ketidak inginan R.A Kartini untuk bermimpi disebabkan oleh

dirinya takut akan mimpi-mimpi yang tidak pernah diperbolehkan oleh orang

tuanya khususnya Ayah R.A Kartini. Ketakutan yang dialami oleh R.A Kartini

membuatnya khawatir akan suatu keadaan yang tidak dapat ia atasi sendiri, karena

ia merasa kecewa bahwa keinginannya tidak selalu dapat terwujud dan banyak

rintangan yang menghalanginya, sehingga ia berkata kepada Kekasihnya bahwa ia

tidak akan bermimpi lagi. Dapat disimpulkan bahwa R.A Kartini takut untuk

mengulangi kejadian yang sama. Kejadian yang membuatnya merasa takut dan

menderitan akan mimpi-mimpinya yang menjadikannya tidak menderita.

R.A Kartini tidak dapat melupakan kejadian-kejadian yang menyiksa dirinya.

Ketika berusaha untuk melupakan kejadian buruk, pikiran yang menghantuinya

selalu mengikuti kemanapun ia akan berjalan. Berikut cuplikan ungkapan yang

menyatakan bahwa ia tidak bisa untuk melupakan kejadian buruk yang telah

menimpa dirinya.

Aduhai! Dunia pikiran dan perasaan apa yang tidak

dibangkitkan oleh bau bunga dan dupa itu pada diri saya, setiap kali saya menghirupnya. Masa yang sudah lampau

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

51

dihidupkannya kembali dalam kenangan-kenangan saya. …

(S27/H96/P9/K1/Bp/Rs)

“Aduhai! Dunia pikiran dan perasaan apa yang tidak dibangkitkan oleh

bau bunga dan dupa itu pada diri saya”, Bau bunga dan dupa yang melekat

dalam diri R.A Kartini menjelaskan bahwa ketika R.A Kartini merasakan secuil

kebahagiaan, ia diselimuti bayang-bayang kebiasaan Masyarakat Jawa yang

diibaratkan dalam bau dupa, sehingga membuatnya merasa takut akan penderitaan

yang selalu terbayang dalam hidupnya dan akan dibawa selalu dalam hidupnya.

Mengeluh akibat rasa takut yang selalu menyelimuti hidupnya membuatnya resah

akan keadaan. Ketika ia mulai bangkit dengan kebahagiaan, disaat itu pula angan-

angan yang membuat dirinya menderita dibangkaitkan lagi. Hal semacam ini,

tidak dapat dihilangkan oleh R.A Kartini, karena dihantui oleh bau kebiasaan

masyarakat Jawa, sehingga ia harus berusaha lebih keras untuk dapat lepas dari

kebiasaan masyarakat Jawa untuk dapat mewujudkan semua keinginan dan cita-

citanya. Dengan demikian, perasaan yang ditimbulkan oleh R.A Kartini

merupakan perasaan yang wajar, apabila keinginan yang akan diraih tidak dapat ia

wujudkan, karena dihantui dengan pikiran-pikiran atau kebiasaan yang dilakukan

dalam keluarganya.

R.A Kartini tidak mau percaya begitu saja akan nasib yang akan menimpa

hidupnya. Keluhannya menjadikan perasaanya takut bahwa hidupnya tidak akan

mempunyai warna. Potongan surat dibawah ini, akan dijelaskan bahwa ia merasa

takut hidupnya tidak mempunyai warna.

Aduhai! Kami tidak dapat, tidak mau percaya bahwa

hidup kami akan berakhir biasa sekali, sama seperti

harian-harian ribuan orang lain sebelum dan sesudah kami.

(S33/H129/P19/K7/Bp/Rt)

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

52

“Aduhai! Kami tidak dapat, tidak mau percaya bahwa hidup kami akan

berakhir biasa sekali”. R.A Kartini tidak ingin hidupnya sama seperti orang-

orang yang hidupnya sudah di perkosa oleh kaum laki-laki, seperti yang telah

dilakukan masyarakat sebelumnya pada kaum perempuan. Cita-cita yang indah

telah di hapus oleh kaum laki-laki, kejadian tersebut tidak diinginkan oleh R.A

Kartini dan dia takut nasibnya akan berakhir sama.

Ketakutan yang dihadapi R.A Kartini saat ini adalah menerima nasib buruk

yang dilakukan oleh masyarakat Jawa terhadap perempua Bumiputra dipaksa

untuk menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki anak-istri. Kehidupan sudah

bejalan cukup lama dan kaum perempuan tidak ada yang berani untuk melawan

untuk mempertahankan hak-hak kaum perempuan, karena kaum perempuan harus

tunduk dan berbakti kepada kaum laki-laki sebagi kepala rumah tangga, nasib

yang sama akan merebut kebahagiaan saudara R.A Kartini dengan di jodohkan

oleh orang tuanya. Rasa takut yang amat dalam menyelimuti hidup R.A Kartini

dan kejadian seperti itu tidak diinginkan terjadi dalam hidupnya lagi. R.A Kartini

tidak dapat percaya begitu saja dan tidak mau menerima nasib buruk hinggap di

kehidupanny, oleh karena itu, ia harus berusaha dan menolak atas hak-hak sebagai

seorang perempuan seperti di negeri Belanda.

(2) Makna Ekspresi yang Diungkapkan dengan Rasa Sakit

Rasa sakit dalam diri seseorang dapat dibagi menjadi tiga. (1) sakit hati,

karena menerima gossip atau kabar yang tidak menyenankan, (2) sakit fisik,

karena keadaan tubuh yang tidak sehat, dan (3) sakit jiwa, karena ketidak

mampuan seseorang untuk mengatasi atau menghadapi persoalan dalam dirinya.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

53

Sakit fisik yang diderita R.A Kartini akibat perbuatannya sendiri. Perbuatan

yang dilakukan itu, menutupi dirinya agar ia tidak mengeluarkan air matanya.

Berikut ungkapan yang menunjukkan rasa sakit fisik pada diri R.A Kartini.

… Dengan keras saya menekan gelembung yang

menyumbat kerongkongan dan menahan air mata

memanas yang saya khawatirkan akan meleleh. Saya

mengigit bibir untuk mencegahnya bergetar.

(S28/H118/P95/K1/Bp/Rs)

Perbuatan yang disebabkan oleh kekhawatiran membuat R.A Kartini

menyakiti dirinya untuk menutupi kesedihannya. Sikap dan tingkah laku yang

ditunjukkan R.A Kartini dengan menekan gelembung yang menyumbat

kerongkongan untuk menahan air matanya agar tidak turun menyebabkan dirinya

merasa sakit, karena keadaan yang dihadapi dan tidak mampu untuk di atasi

sendiri. Ketidak mampuan menghadapi persoalan yang sedang dihadapi membuat

sikap dan perilaku R.A Kartini menjadi tidak wajar, yakni ia menyakiti dirinya

sendiri dengan tingkah laku yang tidak jelas untuk menutupi kesedihannya.

Dengan demkian, sakit yang disebabkan oleh rasa khawatir akan suatu keadaan

membuat R.A Kartini menyakiti dirinya sendiri.

Sakit hati yang diderita R.A Kartini adalah ketika mereka dihina oleh kaum

laki-laki. Hinaan terus berungkali dirasakannya, hingga membuat hatinya terasa

sakit. Berikut ungkapan yang membuat hati R.A Kartini merasa sakit.

Sebagai perempuan, demikian keterlaluan kami dihina,

berulang kali dan terus-menerus! (S48/H206/P51/K4/Bp/Rs)

Hinaan yang diterima R.A Kartini terus menerus membuat hatinya sakit,

ketika mereka dihin tentang usaha yang akan sia-sia untuk mendapat pendidikan

dan kaum perempuan Jawa tidak ditindas terus oleh kaum laki-laki. Masyarakat

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

54

Jawa tidak mengetahui bahwa kaum perempuan selama ini tersiksa oleh adanya

perjodohan dengan kaum laki-laki yang sudah beranak dan beristri. Selain itu,

kaum perempuan tidak diijinkan untuk dapat melanjutkan sekolah seperti bangsa

Belanda dan kaum laki-kali. Pandangan orang Jawa tentang perempuan hanya

pada “tiga M”, yaitu masak (memasak). Macak (berhias diri), dan manak

(beranak). Usaha untuk menghapus pandangan tersebut selalu mendapat hinaan,

karena usaha tersebut meupakan usaha yang sia-sia.

Pendapat yang diinginkan oleh R.A Kartini adalah pendapat yang lahir dari

hati Ayahnya. Namun, Ayahnya memilih untuk bertanya terlebih dahulu dengan

keluarganya. Berikut ungkapan yang dinyatakan R.A Kartini kepada Kekasihnya

yang membuat dirinya terasa sakit.

Akan tetapi tidaklah demikian, semuanya berkisar pada

poros: pendapat umum! Semuanya rusak oleh hal tersebut!

Semuanya dikurbankan kepada pikiran orang banyak. (S41/H172/P53/K2/Bp/Rs)

Saat ini R.A Kartini hanya menginginkan jawaban dari mulut orang tuanya

saja bukan dengan bantuan orang lain, karena ia mengetahui orang tuanya

berpikiran sejalan dengan R.A Kartini, namun dengan pikiran orang banyak maka

dapat merubah jawaban yang tadinya diyakini merupakan jawaban yang paling

baik. Keinginan dan cita-cita R.A Kartini dan saudara perempuannya muncul

sejak kecil ketika Ayahnya mendidik dengan baik dan diberikannya buku-

bukubacaan untuk dibaca oleh anaknya, dengan hal tersebut R.A Kartini tahu

bahwa Ayahnya menginginkan anaknya menjadi sosok yang berpendidikan dan

bisa di andalkan, namun mengapa didikan yang layaknya member mereka harapan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

55

harus di gagalkan dengan pendapat orang banyak untuk mendapat persetujuan

kepada saudara-saudaranya tentang perkawinan Si Kecil.

Ketiga potongan kumpulan surat R.A Kartini di atas, dapat disimpulkan,

bahwa rasa sakit yang diamali R.A Kartini dan saudara perempuannya adalah

melihat kaum perempuan yang dijodohkan dengan kaum laki-laki yang sudah

beranak dan beristri. Hal tersebut membuat mereka mengalami sakit hati, sakit

jiwa, dan sakit fisik, karena terlalu memikirkan jalan keluar untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

(3) Makna Ekspresi yang Diungkapkan dengan Siksaan

Siksaan batin yang diterima R.A Kartini memnuat dirinya merasa bimbang

dan menjadikan perasaanya tidak menentu. Seperti ungkapan yang di nyatakan

oleh R.A Kartini kepada Kekasihnya, berikut ini.

... saya duduk diam untuk waktu yang agak lama, tak

bergerak menatap kedepan. Taufan perasaan yang

memasuki batin saya, aliran pikiran deras yang

menggelombang dalam diri saya, terlalu berat bagi saya,

mendesing dan berdesir dalam benak saya. (S15/H70-

71/P2/K2/Bp/Ss)

Angin ribut yang memasuki perasaan dalam batinnya dan pikiran yang tidak

karuan dalam diri R.A Kartin dirasakan begitu berat dan selalu mengusik

kehidupannya. Siksaan batin bergantian merasuki batin R.A Kartini, pikiran tidak

karuan yang melompat kesana-kemari membuat dirinya tidak bisa tenang, karena

mimikirkan banyak hal yang tidak bisa ia wujudkan. Ungkapan tersebut

merupakan ungkapan yang ditulis R.A kepada Kekasihnya, hanya kepadanya ia

mencurahkan semua perasaan yang dialami dan hanya kepadanya ia berani untuk

mengungkapkan semua permasalahan karena, ia adalah orang yang sangat

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

56

dicintainya dan selalu mendukung rencana-rencana yang akan dilaksanakan oleh

R.A Kartini.

Siksaan yang nenimpa hidup R.A Kartini adalah melihat Ayahnya jatuh sakit.

Sakit yang diderita oleh orang tuanya membuatnya merasa putus asa. Berikut

ungkapan R.A Kartini yang merasa dirinya tersiksa ketika melihat Ayahya sakit.

… Saya kehilangan akal ketika Ayah sakit keras, itu

tentunya dapat Nyonya lihat dari surat yang kacau dan

putus asa, yang saya tulis kepada Nyonya pada hari-hari itu.

(S23/H87/P8/K8/Bp/Ss)

Ketika melihat Ayahnya sakit lagi, R.A Kartini tidak bisa berbuat sesuatu

yang adaia merasa putus asa karena takut kehilangan Ayah yang di cintainya,

siksaan batin seperti ini membuat pikirannya kacau dan tidak bisa menulis surat

kepada Kekasihnya (Nyonya Abendanon). Surat yang di tulis R.A Kartini kepada

Kekasihnya (Nyonya Abendanon) tidak seperti biasanya, pikiran dan batinya

sedang dibumbui rasa amara, karena putus asa melihat malaikat dalam hidupnya

sedang sakit parah dan berada di ranjang sakit, siksaan batin seperti ini

membuatnya tidak bisa berpikir dan tidak bisa menulis surat kepada Kekasihnya

dengan sepenuh hatinya.

Melihat Ayahnya jatuh sakit membuat hati seorang R.A Kartini tersiksa. Rasa

yang dimiliki antara anak dan orang tua tidak dapat dipisahkan dengan keadaan

apapun. Berikut pernyataan yang membuktikan bahwa ia tersiksa ketika melihat

Ayahnya jatuh sakit.

…– tetapi sia-sia – kami putus asal. Aduhai, padahal beliau

tidak boleh mengalami tegangan apapun.

(S22/H84/P1/K5/Bp/Ss)

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

57

Ketika melihat Ayahnya jatuh sakit dan tidak bisa melakukan sesuatu

khususnya tekanan batin, R.A Kartini dan saudaranya tersiksa, karena Ayah bagi

mereka ada orang tua yang wajib di hormati dan sudah membesarkan mereka.

Keadaan yang membuat R.A Kartini dan saudaranya tersiksa adalah ketika

mereka melihat Ayahnya berbaring sakit di ranjang sakit dan tidak bisa berbuat

sesuatu, yang bisa mereka lakukan hanyalah merawat dan berbuat baik kepada

Ayahnya dan tidak memikirkan keinginannya untuk dapat dikabulkan oleh

Ayahnya, jika Ayahnya berada di ranjang sakit atau kurang sehat ia akan

menyimpan semua keinginannya dan tidak ingin membuat Ayahnya terkejut

karena keinginannya tersebut.

Bimbang akan suatau keadaan, perlakuan sewenang-wenang, dan siksaan

badan oleh orang lain merupakan bentuk-bentuk siksaan yang dirasakan oleh R.A

Kartini. Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa ungkapan yang dinyataka oleh

R.A Kartini seperti pada potongan kumpulan surat di atas.

(4) Makna Ekspresi yang Diungkapkan dengan Kegagalan

Keinginan, cita-cita yang selalu dibayangkan R.A Kartini adalah merasakan

kasih sayang dari orang tua. Orang tua R.A Kartini tidak memberikan semua

keindahan antara anak dan orang tua. Berikut ungkapan yang menunjukkan ia

gagal menjadi seorang anak.

… Aduhai, patut kami iri kepada kalian, dan kami ingin

melihat dalam kenyataan lukisan yang kerap kali kami

bayangkan: Ibu dan anak saling memiliki dengan amat

mesra, duduk sangat berdekatan. (S26/H92/P3/K2/Bp/Kg)

Cita-cita yang tidak dapat ia rasakan sejak lahir adalah menik mati hari-hari

dengan keluarga khususnya dengan belaian seorang Ibu, namun yang dirasakan

R.A Kartini hanya kenyataan dalam lukisan indah yang dapat ia bayangkan dan

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

58

rasakan, hal ini membuat dirinya gagal untuk menjadi anak seutuhnya. Lukisan

indah tentang kasih sayang antara Ibu dan anak merupakan lukisan yang mampu

membuat hidup seseorang ingin memilikinya, hal seperti itu dirasakan oleh sosok

R.A Kartini dan saudara-saudaranya yang ingin menikmati kasih sayang mesrah

seorang Ibu dan anak, namun semua lukisan indah tersebut tidak dapat ia rasakan

sungguhan, karena ia memiliki Ibu lebih dari satu dan kegagalan lain di dapatkan

oleh R.A Kartini dan saudranya, yakni tidak bisa menikmati kehangatan menjadi

seorang anak seutuhnya antara kedekatan anak dan Ibu.

Kaum perempuan Bumiputra hanya boleh mempunyai satu cita-cita. Cita-cita

tersebut adalah hanya menjadi seorang Raden Ayu atau Istri. Ungkapan berikut ini

merupakan ungkapan yang membuat R.A Kartini gagal atas keinginannya.

“Cita-cita!” kata saya pahit, “kami anak-anak perempuan

Jawa tidak boleh mempunyai cita-cita!” – kami hanya boleh

mempunyai satu cinta-cita, …

(S28/H109-110/P57/K1/Bp/Kg)

Keinginan, harapan, dan cita-cita yang di perbolehkan oleh orang tua dan

masyarakat Jawa hanya menjadi Raden Ayu atau Istri, tidak ada dukungan dari

pihak lain untuk membantu R.A Kartini membuat apa yang diinginkan tidak dapat

terwujud dengan mudah. Menjadi Raden Ayu atau Istri adalah cita-cita yang

diperbolehkan dan mendapat dukungan oleh banyak pihak (orang tua dan

masyarakat Jawa) membuat keinginan R.A Kartini untuk menggapai cita-citanya

mengalami kesulitan, orang tua dan masyarakat Jawa tidak mengizinkan anak

perempuannya untuk melanjutkan pendidikan dan anak perempuan tidak boleh

mempunyai pendidikan lebih dari kaum laki-laki.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

59

Keadaan yang membuat R.A Kartini takut ialah keadaan atas tidak diberikan

izin oleh kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan atau sekolah. Berikut

ungkapan yang menyatakan kegagalan R.A Kartini.

Ketika saya membaca berita gembira ini di surat kabar, saya

menyesal sekali bahwa keadaan tidak mengizinkan saya

melaksanakan apa yang ada dalam angan-angan saya.

(S23/H86/P2/K2/Bp/Kg)

Angan-angan dan cita-cita R.A Kartini, digagalkan kembali oleh keadaan

yang tidak dapat menyatu dengan keinginannya, setelah Ayah dan kaum laki-

laki lainya tidak mengizinkan untuk meraih harapan dan cita-citanya, kini giliran

keadaan yangmenghalanginya untuk menggapai semua keinginannya tersebut.

Setelah Ayahnya tidak mengizinkan R.A Kartini untuk melanjutkan cita-cita

untuk melanjutkan sekolah, kini keadaan juga tidak mengizinkan ia untuk

melaksanakan angan-angan dan cita-citanya untuk melanjutkan sekolahnya,

kegagalan yang menimpa hidup R.A Kartini bertubi-tubi masuk dalam hidupnya.

Dengan demikian, kegagalan yang ditakuti oleh R.A Kartini adalah ketika,

keinginannya tidak terpenuhi dan ia terlalu merasa kecewa atas ketidak puasan

terhadap kemauannya. Kedua hal tersebut membuat R.A Kartini merasa takut

untuk mewujudkan semua keinginannya.

(5) Makna Ekspresi yang Diungkapkan dengan Penderitaan

Merasa kasihan melihat Adiknya sakit menambah bebab penderitaan yang

sedang dijalani oleh R,A Kartini. Ungkapan berikut ini, menunjukkan penderitaan

yang dirasakan, karena melihat Adiknya sakit.

Kasihan, kasihan Adik tercinta! Dia sama sekali tidak tahu

nama mempelai laki-laki. (S48/H195/P14/K4/Bp/Pd)

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

60

Si Kecil akan dikawinkan dengan laki-laki yang sudah berkeluarga membuat

batin R.A Kartini terketuk dan merasa ibah akan putusan yang dipilih oleh

Ayahnnya dan Ayahnya tidak mengetahui bahwa Si Kecil menjadi bijak sana dan

dewasa karena ingin membahagiakan beliau yang sudah tua dan sakit-sakitan.

Melihat Si Kecil akan dikawinkan dengan laki-laki yang sudah mempunyai anak

dan istri membuat hatinya terketuk atas kejadian itu, karena ia tidak menginginkan

perkawinan tersebut terjadi di antara mereka, dengan adanya perkawinan tersebut

R.A Kartini tahu bahwa Si Kecil juga tidak menginginkan dan memilih

kebahagiaan Ayahnya yang sudah tua dan sekarang sakit-sakitan.

Ikut merasakan beban kesedihan orang lain merupakan cirri khas yang

dimiliki R.A Kartini. Kala melihat saudara seperjuangan meninggal dunia beban

batin dirasakan lagi olehnya. Ungkapan yang meyatakan ikut merasakan beban

hidup orang lain, akan di bahas berikut ini.

Amboi, kelengahan saudara-saudara setanah air yang

tidak pantas. Lihatlah, seorang lagi menjadi kurban

kelakuan itu. Dia demam, malaria dengan murus dan dia

dibiarkan saja berbaring, … (S26/H93/P6/K4/Bp/Pd)

Kurangnya rasa kebersamaan masyarakat terhadap saudara yang sedang sakit

mengakibatkan, jatuhnya korban. Korban yang paling berat dirasakan R.A Kartini

ialah kematian atas teman seperjuangannya. Hal tersebut membuat dirinya ikut

merasakan dan menanggung beban batin yang dalam akibat perbuatan yang tidak

bisa dilakukan untuk menolong sesama manusia. Korban penderitaan tidak hanya

menimpa dan dirasakan oleh R.A Kartini dan saudara perempuannya, saudara

seperjuangn juga menjadi korban kekerasan hidup hingga ia masuk dalam dunia

yang lain, yakni kematian, tidak ada yang bisa dilakukan oleh R.A Kartini untuk

menolong orang yang sedang sakit, kerena ia tidak tahu dan tidak ada orang yang

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

61

memberi tahu bahwa ada saudara yang lain jatuh sakit dan tidak ada yang

merawat. Betapa kejam kehidupan menimpa hidup kaum perempuan Jawa.

Tuhan merupakan tempat R.A Kartini untuk menceritakan semua kejadian

yang dialami dalam hidupnya. R.A Kartini mengeluh atas semua penderitaan yang

ada dihadapannya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan ungkapan berikut ini.

Aduhai Tuhan! Apakah jadinya nanti? Tunduk, tidak

akan dia! Sedap sekali, betapa dia tinggi hati menurut dasar

dan bakat. (S18/H82/P3/K1/Bp/Pd)

Ungkapan kasihan di samaikan R.A Kartini ketika melihan keadaan Adiknya

yang menderita akan suatu keadaan dan keinginan R.A Kartini kepada Adiknya

adalah ia tidak menginginkan ia tunduk dalam suatu keadaan, namun tidak ada

yang mengetahuinya, sifat Adiknya juga sabar dan itu merupakan bakat ia sejak

lahir dalam menanggapi suatu musibah. Keluhan yang di ungkapkan R.A Kartini

sudah bukan lagi keluhan biasa hingga menyebut nama Tuhan, begitu sabar Si

Kecil R.A Kartini tidak tahu apa yang akan terjadi pada Adiknya, keinginannya

untuk Adiknya dia tidak ingin tunduk pada keadaan, namun ia juga tidak tahu apa

yang akan terjadi pada Adiknya.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, penderitaan yang menyiksa batin

R.A Kartini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi R.A

Kartini menulis surat dengan menggunakan ekspresi yang bersifat hiperbola dan

ekspresi penderitaan,yakni;

1) Jenis kelamin. Jenis kelamin dapat memperngaruhi seseorang dalam

mengekspresikan suatu keadaan dengan cara yang berbeda-beda.

2) Psikologis. Keadaan yang dialami oleh R.A Kartini saat itu sangat

menyiksa batin seorang perempuan, karena seorang perempuan waktu itu

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · Kabut merupakan awan lembab yang melayang di dekat permukaan tanah atau suram, namun pilihan kata tersebut dipadukan dengan muka pikiran

62

tidak diberikan kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya dan hanya

berpedoman pada kebudayaan masyarakat Jawa.

3) Kebudayaan. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat dan begiu kental

dalam kehidupan masyarakat sangat sulit untuk di rubah dengan gaya

pemikiran modern.

4) Keinginan yang tertunda. Keinginan yang tertunda dan sulit untuk

terwujud dapat menjadikan seseorang menjadi menderita akan suatu

keadaan dan membuat seseorang dapat mengekspresikan dengan cara yang

berlebih-lebihan.

5) Kedekata antara orang tua dan anak. Kurangnya kedekatan antara orang

tua dan anak dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan antara orang tua

dan anak.

6) Perbedaan prinsi dalam hidup. Perbedaan prinsip dalam hidup dapat

menibulkan rasa iri dalam menjalani kehidupan. Dapat dilihat dalam

surat-surat R.A Kartini perbedaan pandangan hidup antara kaum laki-laki

dan kaum perempuan dapat terlihat jelas budaya Belanda yang

membebaskan kaum perempuan untuk menempuh pendidikan, sedangkan

kaum perempuan di Jawa lebih mementingkan keturunan dengan adanya

sebuah perkawinan muda.