goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 daftar isi 1. kabut...

387
3 ;lasdflka

Upload: others

Post on 16-Jul-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

3

;lasdflka

Page 2: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

FAUZI ATMA

KRISTAL ARACRUZ

Page 3: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

3

Kristal Aracruz

Oleh: Fauzi Atma

fauziatma.multiply.com

@fauziatma

Copyright © 2010 by Fauzi Atma

Penerbit

Imajinusa

[email protected]

Desain Sampul:

@JackyStarly

Diterbitkan melalui:

www.nulisbuku.com

Page 4: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

4

Daftar Isi

1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa ............................................................ 19 3. Hadiah Tak Terduga .............................................. 57 4. Hutan Soulom yang Misterius........................... 86 5. Danau Nyos ............................................................. 122 6. Mimpi yang Membekas ...................................... 145 7. Bulan Berkabut ....................................................... 167 8. Di Sebuah Gubuk dalam Mimpi Buruk ..... 209 9. Kebenaran Gila....................................................... 221 10. Istana Ablahar yang Mengagumkan ............. 235 11. Raungan ...................................................................... 253 12. Perintah Ihtizar ....................................................... 276 13. Sang Penjaga Kristal ............................................. 306 14. Pemakaman Kasih Sayang ................................ 331 15. Bangkitnya yang Tertidur Lama ..................... 343 16. Rahasia dan Harapan Baru ............................... 373

Page 5: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

5

1

Kabut Pemakan

Serigala Mimpi buruk adalah satu-satunya hal yang takkan pernah Deimos pahami. Sederhananya, mimpi buruk menjadi hal yang tak diinginkan jika kenyataan selalu jauh lebih menyenangkan. Semua telah terbalik sejak Deimos masih kecil. Ketika terbangun, ia justru mengalaminya. Hidupnya adalah mimpi buruk. Ia begitu cemas seakan waktu kematiannya

bukan rahasia lagi. Lebih dari sepuluh tahun ia menunggu jawaban atas tujuan ia dipercayai dan tuannya baru saja menyampaikan perintah pertama. Ia merasa istimewa menjadi orang pertama, tetapi juga merasa terhina karena menganggap dirinya sebagai prajurit depan yang tak berharga. Satu hal yang membuatnya berusaha tak peduli akan hal itu adalah keinginan membalas bangsa yang memperbudak dan menyiksanya belasan tahun lalu. Kini yang ia pikirkan hanya rencana

mewujudkannya. Tanpa berhenti berpikir, ia

Page 6: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

6

melompat ke punggung kuda. Setelah ia mengentakkan tali kekang, kuda hitam bermata merah itu meringkik berdiri seolah memberi tahu bahwa ia bersedia mengantar ke segala tempat. Entakan kedua memaksa kudanya berderap dan memacu, melewati sebuah ger-bang raksasa yang langsung menutup saat me-reka berjarak dua kaki di luar. Lambang berbentuk gerhana matahari yang terbelah di pintu gerbang itu bersatu kembali dan berputar mengunci. Mereka pun menerobos kegelapan dan melin-

tasi jembatan yang melintang di atas lembah. Serpihan perlahan runtuh seiring dengan lang-kah keempat kaki kekar kuda. Runtuhan batu itu jatuh ke dalam lembah. Tak terdengar suara benturannya. Tak ada yang tahu kedalamannya. Deimos terus mempercepat kelajuan, tak gentar dengan lembah yang seperti tak berdasar di sampingnya. Istana Orion sudah jauh di belakang. Bila dili-

hat dari kejauhan, istana yang terbuat dari kristal hitam itu mengilap, diterangi cahaya hijau za-mrud dari dalam dan kilat putih, dari awan spiral yang berputar tepat di atas, yang sering menyambar menara tertingginya.

Page 7: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

7

Istana itu di puncak gunung terbesar dari pe-gunungan batu yang semua puncaknya runcing seperti kumpulan stalagmit raksasa. Teksturnya sama dengan dinding istana. Seakan-akan pun-cak itu dipahat jadi sebuah istana. Mereka sampai di hutan lebat dengan pohon-

pohon berbatang sekeras besi, berdaun seseram tangan kurus berkuku panjang. Sebenarnya Tanah Orion adalah tempat terburuk untuk ditinggali. Semua makhluk yang tinggal di sana, bahkan jamur yang suka di tempat busuk sekalipun, merasa lebih baik mati daripada hidup di sana. Tanahnya sedikit berlumpur, tak ada air, yang ada hanya lendir. Cahaya matahari yang hangat tak pernah menyorot. Kegelapan meraja sepanjang masa. Kawanan Lyre saling menyahut. Suara mereka

mendominasi hutan. Dengan kemampuan meniru seperti pembual, kicauan mereka berubah-ubah, terkadang seperti erangan binatang lain. Bahkan mereka bisa meniru derik ular beracun untuk menakut-nakuti ular kecil yang hendak memangsa. Mereka berterbangan dengan ributnya ketika kilat besar menyambar sebuah pohon. Dengan cahaya kilat itu, wajah Deimos terlihat jelas. Ada bekas luka panjang dan dalam di pipi kanannya yang tirus. Lekukan

Page 8: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

8

matanya menjorok ke dalam sehingga tatapannya terlihat tajam. Pohon itu tumbang di depan mereka. Mereka

tetap melaju cepat seolah tak dapat dihadang segala sesuatu. Sesaat setelah pohon itu men-gempas tanah, Deimos mengentak. Kuda itu melompat tinggi seperti terbang, melintas den-gan mudahnya. Ada yang bergerak di balik semak-semak.

Mereka melambat lalu berputar, mencari sumb-er suara tersebut. Deimos mempertajam pen-dengaran, tetapi terganggu kicauan Lyre. Keke-salannya memuncak hingga ia mengarahkan tangan ke mereka. Ia menumbuhkan ketakutan mereka akan

pemangsa dan menyiksa mereka. Mereka men-gepak-ngepakkan sayap seperti dikejar pemangsa lalu berterbangan menjauh. Sebagian terbang sesaat lalu mata mereka menghitam dan sayap mereka diam. Satu per satu terjatuh kaku. Mereka mati karena ketakutan yang membuat gila. Setelah semuanya tenang, Deimos mempertajam pendengaran lagi. Kini ada suara lain. Ketika melirik, ia seperti melihat sosok setinggi empat kaki di balik batang pohon yang tumbang. Namun ketika ia menegaskan penglihatannya, tak ada sesuatu di sana.

Page 9: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

9

Suara dari semak-semak terdengar lagi. Dei-mos memicing, penuh waspada. Ia membawa kudanya berbalik menuju sumber suara terse-but. Pedangnya tak pernah lepas dari genggamannya. Ia bersiap menariknya dan akan langsung menebas bila sesuatu menyerang. Ada suara lain selain suara semak itu: erangan

kawanan serigala hitam dan desisan yang ia kenal juga. Ia sudah tahu yang terjadi di balik sana tanpa melihatnya. Mereka menerobos semak-semak dan ia melihat kumpulan serigala hitam yang meregang setengah kaku dikelilingi kabut putih tebal yang bergerak cepat. Itu kebetulan yang menguntungkannya. Keti-

ka ia melihat makhluk kabut itu, sebuah rencana hebat memenuhi pikirannya dan ia yakin tujuannya tercapai dengan bantuan mereka. “Aorn.” Ia mendesis, menyebutkan nama makhluk itu. Ia melompat turun dari pelana dan mendekat.

Sebelumnya ia tak pernah bertemu dengan satu Aorn pun. Aorn adalah makhluk yang hampir punah karena tak berkembang biak. Mereka muncul dari bayangan purnama dari setiap makhluk yang melewati Tanah Orion dengan ketakutan, sedangkan kali terakhir purnama muncul adalah empat belas tahun lalu. Ia ingin

Page 10: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

10

tahu wujud mereka yang sebenarnya sehingga merendah dan menyentuh bagian terluar dari mereka. Sang kuda berdiri mengerang, mengayun-

ayunkan kaki depannya di udara. Deimos mun-dur satu langkah. Kabut tebal itu membentuk kepala berleher, berurat besar, panjang, dagunya seperti tertarik urat leher. Kepalanya seperti tengkorak Mulutnya dan hidungnya hanya lu-bang. Aorn juga membentuk sebuah kapak pan-jang dan runcing. Kapak itu berjarak hanya be-berapa milimeter dari leher Deimos. Aorn mendekati wajahnya hingga hampir ber-

sentuhan. Kulitnya terasa sangat dingin dan mati rasa. Mulut Aorn itu terbuka, menebarkan aroma darah serigala dan teror yang pekat. Kau memiliki sesuatu yang kami miliki. Siapa kau, Makhluk Asing? Aorn itu mendesis. Ia bertubuh paling besar

di kawanannya. Mulutnya tak terbuka sedikit pun saat bicara. Tak ada suara terdengar. Uca-pannya langsung memantul-mantul di pikiran Deimos karena memang seperti itulah cara Aorn berbicara, yakni melalui pikiran. “Deimos, tangan kanan Asroil,” kata Deimos,

tanpa rasa takut seperti saat ia menghadapi tuannya tadi. Bahkan ada nada meremehkan

Page 11: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

11

karena ia menganggap bentuk Aorn menjijik-kan. Apa yang memberanikanmu kemari? Suara Aorn

‘terdengar’ serak. Mereka pun tak mendengar ucapan Deimos, tetapi membaca pikirannya. Ketika seseorang berbicara, setiap kata terlintas di pikiran. Deimos tak dapat menyembunyikan satu huruf pun. “Kau tak perlu mengancamku.” Deimos me-

nyeringai, tak bergerak sedikit pun. Ia merasa mampu mengendalikan Aorn tersebut untuk memenuhi keinginannya. “Aku punya penawa-ran menarik untuk kalian.” Kapak Aorn mulai turun dan membaur men-

jadi kepulan tak berbentuk. Deimos mengen-durkan otot lehernya dan tersenyum menang. Aku mendengarkanmu. Deimos berjalan menuju tengah kawanan

yang langsung membentuk sebuah celah untuknya. Saat berada di tengah, ia terlihat se-perti sedang berdiri di tengah kumpulan orang yang badannya dijahit satu. “Pertama, kuberi tahu kalian,” kata Deimos.

“Gerbang Nedmor sudah terbuka. Mungkin ini tak berguna bagi kalian karena kalian bukan Overor.” Deimos melecehkan mereka jelas-

Page 12: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

12

jelas. “Kalian takkan pernah bisa melintasi ger-bang.” Kami menunggu. Aorn mengabaikan penghinaan

itu meskipun sebenarnya Deimos bisa saja tiba-tiba menjadi mangsa. “Aku tahu kalian belum pernah memangsa

higer,” kata Deimos. “Maaf, aku baru ingat ka-wanan kalian pernah mencobanya, tetapi gagal dan aku sangat mengerti penyebab kalian tak berhasil.” Ia memotong ucapannya, menunggu reaksi Aorn, tanpa niat menarik ucapannya. Aorn tersebut merayap mendekati wajah

Deimos dan memicing. Bagian hidung menekuk. Alisnya, meskipun sebenarnya tak ada, terangkat. Kau seorang higer. Kau mengorban-kan diri? Aorn tersebut menyeru penuh ketamakan. Aorn lain bereaksi seperti siap memangsa. Deimos menyeringai, tak peduli ucapan Aorn

tersebut. Kau hanya ingin memanfaatkan kami. Aorn itu

mendesis. Ia merayap, mengitari tubuh Deimos seperti ular. Kepalanya berada di atas kepala Deimos, seperti ingin melahap. Deimos merasakan sedikit perih saat Aorn melewati tu-buhnya. Darah di dalam tubuhnya seperti diisap

Page 13: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

13

benda tak terlihat secara paksa. Apa tujuan pena-waranmu. Apa yang tuanmu perintahkan padamu? “Aku membutuhkan kalian semua,” kata

Deimos seraya menahan perih. “Kalian tak perlu tahu tugasku.” Deimos tak bisa melangkah. Kabut di sekeli-

lingnya seperti memadat atau membeku dan mengurungnya di dalam lingkaran. “Sebenarnya itu adalah pembukaan semata.”

Deimos menjurus ke pembicaraan yang ia maksud. “Tujuanku sebenarnya ke sini adalah untuk menanyakan sesuatu. Kudengar, Aracruz menyekap kawanan kalian di suatu tempat?” Sama sekali bukan urusanmu. Suara itu

menggema di pikiran Deimos. “Aku bisa membantu kalian membebaskan

mereka,” kata Deimos. “Asal kalian memberi-tahuku tempatnya dan beri tahu bahwa mereka harus membantuku. Aku yakin kalian tahu tempat mereka dipenjara, mengingat cara kalian berbicara. Dan melihat kesetiakawanan kalian, aku yakin kalian akan setuju.” Aorn itu mendelik berpikir lalu mengangguk

pelan. Persetujuannya terbentuk dalam liukan wajah. Kapan kami harus melakukannya? “Saat kalian berada dalam keadaan terkuat,

mereka justru terus terjaga dalam keadaan le-

Page 14: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

14

mah—” Ia harus meyakinkan diri bahwa Aorn benar-benar tertarik dengan rencananya. Ketika melihat semua pandangan Aorn tersebut mengarah dirinya, ia lanjut berbicara. “—saat gerhana bulan.” Semua Aorn mendesis seperti ular yang siap

menerkam tikus. Kepulan mereka melebar, menunjukkan mereka siap memangsa raksasa sekalipun. Aorn yang memimpin angkat bicara lagi. Sebelum kami memberi tahu, ada satu syarat un-tukmu. “Aku takkan keberatan,” kata Deimos. Aorn tersebut merayap lagi dan memandang

dekat wajah Deimos. Kami ikut denganmu. Aorn mundur teratur, melepasnya. Deimos

mengepal karena dingin. “Kalau begitu, kuseberangkan kalian. Masuklah ke ragaku.” Bagaimana kami tahu kau takkan memusnahkan kami? “Sederhana,” kata Deimos. Ia bersedekap.

“Kalian bisa memangsaku, seperti yang kalian kira tadi.” Perlahan kabut tersebut mulai bergerak acak

dan meninggi. Deimos tetap berada di dalam lubang dan menanti hal yang akan dilakukan Aorn, seraya menyeringai menang.

Page 15: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

15

Para Aorn membentuk delapan buah tentakel dan berputar mengelilingnya, membentuk spir-al. Perlahan mereka melilit di kaki Deimos seperti ular dan merayapi badannya, menjalar di lengannya. Mereka mencari-cari rasa takut dalam diri Deimos dan menemukan satu, yakni ketakutan akan kegagalan dalam membalas bangsa lain. Rasa takut itu diserap sehingga para Aorn dapat bersatu dengannya. Dengan cepat, Aorn menembus kulit, mengalir bersama darah, berpacu dengan napas dan detakan jantung, mengendap dalam otot, serta bergerak bersama rangkanya. Deimos mengejang. Ia bahkan tak mampu

berteriak. Rasanya seperti batang berduri pan-jang, besar, dan tajam, masuk ke dalam tenggo-rokannya dan darahnya meletup-letup. Kakinya tak sanggup menopang sehingga ia

jatuh berlutut. Ia tak dapat melihat lalu terbar-ing lemah. Tangan dan lututnya pun sudah tak sanggup menyangganya. Rasanya seperti tulang-tulangnya melunak bahkan meleleh. Telinganya hanya mendengar suara teriakan makhluk yang sedang meregang nyawa dan makhluk itu adalah dirinya. Setelah itu keadaan mendadak sunyi, bahkan jeritannya sendiri tak terdengar, sampai terdengar suara berdenging yang menyakitkan

Page 16: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

16

kepala. Ia berusaha sekuat tenaga menggerak-kan tangannya untuk menyentuh kaki kudanya. Tiba-tiba suasana berubah. Alam di sekitarnya

seperti berterbangan acak, seperti terempas an-gin topan yang sangat dahsyat. Rasa perih di tu-buhnya terasa semakin parah. Pohon-pohon seperti pecah berkeping-keping. Daun busuk menjadi serpihan. Ia seperti sedang dibakar dan tertusuk pecahan beling berterbangan lalu menjadi bagian-bagian kecil yang terbawa angin dalam bentuk abu. Sesaat kemudian semuanya berakhir. Aorn

telah menghinggapi raganya. Tak ada lagi kesakitan. Awalnya ia mati rasa, begitu dingin sampai jantungnya perlahan berdetak lagi dan darahnya berdesir. Sesaat kemudian beringsut hangat seluruh pembuluh darahnya. Ia berusaha menggerakkan jemari dan

membuka mata. Seketika cahaya menyeruak, tak tertampung. Matanya seperti dimasuki bara api. Lalu, pupilnya menciut. Pandangannya bering-sut menjelas. Yang dilihatnya saat itu sangat berbeda dengan yang beberapa saat lalu. Rasanya seperti baru saja mengalami mimpi yang sangat aneh, tetapi terkesan sangat nyata lalu bangun di dunia yang sebenarnya. Setelah penglihatannya menormal, ia menyadari sedang

Page 17: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

17

berada di mulut gua karang raksasa jutaan ta-hun. Tak ada seseorang pun di sana selain dirinya.

Langit biru cerah tanpa awan memayungi Hel-don. Burung-burung camar laut berterbangan dengan kicauan mereka yang menenangkan. Ombak berdebur terburu-buru ke pantai. Angin mengembusnya seolah memberi ia napas. Bau garam menghinggapi penciumannya. Hangatnya matahari menghidupkannya. Butiran pasir perak yang terhampar luas seperti tak berujung men-cerahkan pandangannya dari kegelapan. Setelah belasan tahun, ia merasakan semua itu lagi. Sang kuda bergerak-gerak. Ia menoleh dan

tersadar bahwa tangannya masih menggenggam kaki kuda. Ia tertatih-tatih bangkit. Tulang-tulangnya yang terasa meleleh bisa ia gerakkan lagi. Setelah membersihkan jubahnya dari pasir yang menempel, ia beranjak keluar dan sesaat memandangi pantai sebatas cakrawala. Birunya laut dan langit seakan menyatu, tetapi ia tak peduli akan keindahan alam itu. Ia semakin dekat dengan tujuannya. Setiap

detik kini sangat berharga sehingga ia langsung melompat naik ke punggung sang kuda. “Jalan, Morv!” serunya seraya mengentakkan

tali kekang. Mereka berpacu menyusuri ombak

Page 18: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

18

yang terus menghempas, menuju tempat yang para Aorn beri tahukan, sekaligus juga tempat ia akan memulai semua rencananya yang sudah tersusun rapi.

Page 19: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

19

2

Hari Istimewa Sarungnya hitam dengan barisan batu merah yang dikelilingi ukiran api yang menggulung-gulung, sangat detail sehingga terlihat seperti menggambarkan kebakaran besar. Di tengahnya, terlihat ukiran sebuah lambang kerajaan Ablahar, yakni seekor Wulvix, sejenis serigala, yang punggungnya terbakar dan sedang berdiri dengan kaki belakangnya di depan sebuah perisai, lengkap dengan slogan kerajaan Ablahar di bawah kakinya. Agak janggal sebuah pedang berada di sebuah

kedai. Ditambah lagi, benda semencolok itu diletakkan dalam tempat kaca yang bisa dilihat semua orang. Benda itu terbukti dapat menarik perhatian yang datang ke situ. Alnord lama sekali memerhatikan setiap ukiran di pedang tersebut. Walaupun tahu ini sangat berlebihan, ia merasa pedang itu seperti dibuat untuknya. “Pedang yang hebat, Paman,” kata Alnord lalu

menoleh ke Charlom. Ucapan yang tiba-tiba itu membuat Charlom terantuk saat membersihkan

Page 20: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

20

bagian bawah meja. Alnord mengernyit dan mengaduh seolah ikut merasakan rasa sakitnya. “Ah—em—itu, ya. Pedang yang bagus,” kata

Charlom. Ia menelan ludah lalu menghampiri. “Ini enggak untuk dijual. Aku cuma kehabisan tempat jadi kutaruh di sini.” Ia membuka pintu kaca etalase dan mengambil pedang tersebut dengan sangat hati-hati saat menariknya seakan-akan pedang itu akan hancur bila terbentur kaca sedikit pun. “Dapat dari mana?” Alnord bertanya tentang

hal yang bukan urusannya. “Ya… sebenarnya seseorang… jual pedang

itu ke paman beberapa hari lalu. Dia, yang aku dengar dari omongannya sama temannya, kayaknya seorang pengembara atau penjual ba-rang antik, mungkin.” Charlom menerawang, berusaha mengingat kembali, tetapi mengerucutkan bibirnya karena ragu-ragu. Ia memutari meja besar dan menaruh pedang ter-sebut di lemari bawahnya. Seakan untuk me-nyembunyikannya, tidak untuk menyimpannya. “Kenapa harus dia jual?” “Mungkin dia butuh koin, mungkin—buat

ngobatin t-tangannya yang ada luka bakarnya.” Charlom sebenarnya terganggu dengan pertanyaan Alnord yang terus menerus, tetapi

Page 21: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

21

paham itulah keponakannya. Seraya menepuk-nepuk pelan tangannya untuk menyingkirkan debu, ia mengangkat bahu dan mencibir. Ia beranjak ke meja kecil lalu balik lagi ke meja besar mengambil kain lap, tetapi menyenggol gelas sehingga meja besar tergenang. “Kenapa Paman kelihatan gugup?” Alnord

mengernyit. “Ada yang Paman sembunyiin?” “Enggak, enggak, cuma kaget.” Charlom

membela diri. “Tadi kau nyeritain mimpimu, tapi sekarang kau ngomongin pedang.” “Mimpi yang aneh banget itu memang gang-

gu dari dua hari lalu, tapi aku enggak terlalu mi-kirin,” kata Alnord. “Paman tahu nama pen-gembara itu?”

“Pesuruhnya manggil diaaku lu-

paRottenbald, atau—em—coba aku ingat la-gi, Roddenvald, ya namanya Roddenvald kalau enggak salah.” Charlom mengangguk-angguk dengan mata yang menerawang, meyakinkan di-rinya, tetapi masih ragu-ragu. “Roddenvald.” Alnord mendesah, berusaha

menelusuri ingatannya bahwa ia mengenal nama itu atau tidak, atau setidaknya pernah mendengar. “Kayaknya dia dari kerajaan lain, nama itu enggak biasa di kerajaan Ablahar.”

Page 22: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

22

“Mmungkin,” tukas Charlom seraya beranjak ke pintu depan dan memandang langit. “Kayaknya langit mendung.” Alnord merasa Charlom sedang mengalihkan

pembicaraan dan ini justru membuatnya semakin penasaran. Ia memerhatikan gerak-gerik pamannya dan menaksir hal yang disembunyikan. Pandangannya membuat Charlom berputar dan membereskan isi lema-rinya tanpa menoleh ke arahnya. Bukannya rapi, kotak-kotak kosong itu menimpanya. Ia membantu mengangkat kotak-kotak itu.

“Kalau ada penghargaan dari raja untuk orang yang sering luka, Paman pasti menang.” Charlom berdiri dan menepuk-nepuk debu di

bajunya. Rambut keriting berubannya semakin terlihat putih tertutup debu. Ia menggeleng, lalu tersadar dan mengangguk, dan lanjut merapikan kotak-kotak itu di lantai. Bahkan ia sendiri tak yakin baik-baik saja. Alnord tersentak karena baru tersadar

tujuannya datang ke kedai itu. “Paman ada acara enggak besok malam?” Charlom menerawang lalu menggeleng. Alnord berseru senang. “Nenek ngundang

makan malam di rumah. Enggak tahu, nenek

Page 23: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

23

merasa besok istimewa banget. Bahkan aku aja enggak nganggap hari ulang tahunku istimewa.” “Liur naga!” umpat Charlom. “Aku hampir

aja lupa kalau besok hari ulang tahunmu (ia me-nepuk keningnya). Kau mau apa?” Ia mencengkeram pundak Alnord. “Sebelas topi rabbipof kayak umurmu?” Ia mengacak-acak rambut Alnord. “Dua belas.” Charlom mengernyit dan mengelak.

“Bukannya tadi kubilang dua belas?” katanya. “Waktu memang kayak angin, bergerak cepat.” Alnord tak mengacuhkannya dan menggeleng.

“Enggak perlu. Aku udah biasa enggak dapat kejutan. Ayah yang ngajarin.” Dalam nada bicaranya, tersembunyi sebuah kekesalan. Charlom menghela napas. “Aku tahu dalam

hatimu kau mau dia dekat denganmu terus,” katanya, “Tapi sayang Antonum memang sibuk kerja di kedutaan.” Charlom menatap bayangan naga yang mengelilingi pupil mata kanan Alnord. Tinggi Alnord yang sekitar empat kaki empat inci atau seratus tiga puluh sentimeter tak menuntut Charlom terlalu menunduk. Alnord mendesah tak setuju. “Apa susahnya

minta izin satu bulan dalam setahun?”

Page 24: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

24

Charlom terdiam sejenak untuk berpikir, tetapi tak menemukan jawabannya dan malah mengambil kain lap untuk membersihkan meja. “Dia pasti punya alasan yang bagus.” Sering sekali terdengar suara benturan kaki

atau tangannya dengan meja atau kursi. Terka-dang Charlom menjatuhkan gelas. Alnord hanya terpejam erat-erat bila gagal mencegahnya. Mungkin itu salah satu alasan kedai itu tak selalu ramai. Sebelum pesanan pelanggannya sampai di meja, Charlom sudah menjatuhkannya duluan, bahkan membasahi pakaian tamu lain. “Paman bisa datang?” Alnord meyakinkan

sekali lagi. “Ya,” kata Charlom. “Udah lama juga aku

enggak nengok.” Alnord memerhatikan suasana kedai. Seper-

tinya cahaya dari luar kurang sehingga kedai ini terlihat gelap di dalam. Banyak sekali jaring la-ba-laba di pojok langit-langit. Mejanya sedikit berdebu, dindingnya pun kumal. Ia berpikir sepertinya butuh seluruh Ablan, rakyat kerajaan Ablahar, untuk membuatnya jadi tempat yang nyaman. Pandangannya beralih ke langit tanpa debu

dan sarang laba-laba menempel di sana, hanya

Page 25: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

25

awan mendung yang bergelantungan. “Kayaknya Paman benar, mending aku cepat pulang.” Ia menepuk-nepuk lengan bajunya yang terkena debu lalu beranjak ke pintu. “Bilang sama nenekmu,” kata Charlom. “Aku

jadi kurus di sini. Kuharap dia mau masak makanan kesukaanku.” “Ya, aku nanti bilang Paman terlalu banyak

makan debu.” Pintu berderit ketika Alnord buka, tetapi ditahan ketika ia sadar ada yang belum ditanyakan. Ia berbalik. “Kalau besok hujan, Paman tetap datang enggak?” “Tentu, tentu,” kata Charlom. “Ada badai pun

aku tetap datang.” “Bagus,” seru Alnord. “Sampai nanti, Pa-

man.” Ketika lanjut membersihkan meja, ia

menemukan gelas Alnord yang masih penuh, mungkin tak disentuh sama sekali. “Kenapa kau enggak minum?” teriak Charlom. Tak ada jawaban. Plang bergambar cangkir dan uap di atasnya

dengan tulisan Domz Poul di bawahnya ber-goyang-goyang ketika Alnord melewati pintu. Angin yang menggerakkannya juga membuat hari semakin dingin sehingga ia merapatkan jubahnya. Sesaat ia menatap langit. Enggak

Page 26: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

26

mungkin juga dalam musim semi turun hujan lebat, pikirnya, pasti cuma karena peralihan mu-sim. Ia terus mendongak menanti-nanti kejutan yang akan langit pertunjukkan. Tak lama terlihat kawanan burung sedang ter-

bang membentuk huruf V. Sampai sekarang ia belum paham dan masih mencari tahu alasan bentuk itu yang dibuat, bukan bentuk lain. Bentuk bunga misalnya. Dardyl, temannya, bilang bentuk bunga akan merepotkan. Desa tempat Alnord berada sekarang adalah

Barlot. Desa itu dianggap setengah kota dan se-tengah desa karena penampilannya yang lebih maju daripada sebuah desa, tetapi tak seramai kota. Jalanannya dialasi dengan batu sungai dan tanah liat, tak seperti di desa yang masih tanah. Lentera penerang jalan berisi kunang-kunang menghiasi sisi sungai. Kadang kencana melintas di depannya. Kencana-kencana itu terbuat dari kayu jati dan termasuk yang termewah bagi penduduk kerajaan Ablahar. Kebanyakan tertu-tup rapat sehingga ia tak dapat melihat wajah orang di dalamnya, Orang-orang tampak santai menikmati sore di

bantaran sungai, sementara banyak anak-anak bermain dengan melompati kotak-kotak penampang jalanan. Lalu, kecemburuannya

Page 27: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

27

muncul ketika seorang pria menghampiri seorang anak dan mengajaknya pulang bergandeng tangan. Alnord memalingkan pandangan ke depan

dan terus menyeberangi sungai melalui jemba-tan batu. Ia sampai di pertigaan antara desa El-berg, Barlot, dan Selbai. Tanpa berpikir lagi, ia berbelok ke kanan, ke arah desa Elberg. “Hari yang indah, kan?” Alnord tersentak dan menoleh ke belakang

untuk tahu orang yang menyapa. Orang itu du-duk di kusir pedati yang ditarik seekor unggas besar atau yang biasa disebut camelion. Bulunya hijau gelap yang terlihat berminyak, ekor seperti kuda, paruh sekuat dan sekelam baja hitam, ma-ta kuning-kehijauan, kaki bersisik keras. Senyum ramah terukir di wajah orang yang

mengendalikan camelion itu, tetapi begitu lebar sehingga bisa dibilang seringaian. Ia adalah sa-lah satu tetangga terdekatnya. Alnord membalas senyumannya. “Aku juga

lagi nikmatin, Paman Galungum.” “Panggil aku Egon aja,” kata Egon. “Kau mau

dengar isu paling baru?” Ia mengucapkan kalimat itu dengan agak berbisik sehingga terdengar misterius dan membuat semua orang

Page 28: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

28

yang mendengarnya penasaran dan terpaksa menyimak lanjutannya. Alnord terjebak dengan intonasi suara Egon.

Ia menghentikan langkahnya untuk tahu lebih jelas. Egon tersenyum seperti bunglon yang

tampilannya berhasil menipu mangsanya. “Ke-marin aku ngantar bahan makanan pesanan ke-rajaan. Waktu nunggu di depan teras, aku den-

gar sebuah suara“ Ia menggantungkan kali-matnya lalu menoleh ke kanan kiri seakan takut ada orang yang mendengar pembicaraan mereka. “Suara apa?” Alnord semakin terjerumus. “Kau janji enggak akan bilang siapa-siapa?”

kata Egon. Suaranya memelan. “Aku berbalik dan cari-cari asal suara itu.” “Paman dengar suara apa?” Alnord bahkan

ikut berbisik. Seakan tak mendengar pertanyaan Alnord,

Egon meneruskan kata-katanya. “Aku dengar suara itu asalnya dari hutan Soulom!” Alnord selalu tertarik dengan segala hal yang

berhubungan dengan hutan Soulom. Baginya hutan Soulom seperti makanan enak menggiurkan yang tak boleh dicicipi. Neneknya melarang masuk ke hutan itu. Semua orang

Page 29: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

29

dilarang. Berita ini benar-benar mengejutkan-nya. “Terus, suara apa itu?” Egon menegakkan punggung dan memicing.

“Kan udah kukasih tahu?” Suaranya melengking. Baginya disela saat berbicara sama seperti didorong jatuh saat berjalan. “Belum,” kata Alnord. “Atau mungkin aku

terlalu serius dengerin cerita Paman.” Ia hanya bisa membela diri dengan menyalahkan diri. “Kau harus nyimak baik-baik,” kata Egon, tak

sadar akan kesalahan sendiri. Ia menaruh tangan di depan dada, menggerak-gerakkan jari seperti mencakar. “Suara itu kayak raungan, bukan sin-ga, lebih menggema, lebih menyeramkan, dan kayaknya raungan itu raungan hewan legen-

da“ Egon memotong lagi kisahnya. Ia me-nyorongkan tubuh sehingga jarak wajahnya dengan wajah Alnord begitu dekat. Ia melotot dengan alis yang naik turun. Alnord mengernyit, terikat suasana cerita

Egon. “Hewan apa itu?” katanya dengan nada meliuk tak teratur karena ia berbicara saat lu-dahnya belum sepenuhnya tertelan. “—naga!” entak Egon lalu terbahak-bahak

melihat Alnord terkejut.

Page 30: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

30

“Paman cuma bercanda, kan?” Wajah Alnord berkerut, terjerembap dalam narasi menyebal-kan. “Percaya deh aku enggak bohong,” kata

Egon. “Ternyata legenda itu nyata. Mungkin itu alasan hutan itu dibilang terlarang. Akhirnya aku punya isu yang harus disebarin secepatnya!” Egon bersorak dan tertawa menggelegar tak penting lalu mengentakkan tali kekang dan me-ninggalkan Alnord yang terpasung bingung. Alnord berjalan agak jauh di belakang tanpa

berhenti memerhatikan pedati Egon. Sampai agak jauh pun, gelak Egon masih terdengar, masih sama menyebalkannya dengan yang tadi. Ia berusaha melupakan cerita aneh itu dengan membanting pandangannya ke ladang gandum yang luas terbentang di kedua sisinya. Udara segar saat sore hari tak dapat melarangnya menghirup napas panjang. Ia sekaligus melun-turkan kekecewaan lalu tersenyum lepas saat melihat burung-burung kecil yang berkicau dan terbang menyerang orang-orangan ladang yang bergerak-gerak.

oOo

Page 31: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

31

Desa Elberg terletak di bagian barat kerajaan Ablahar, terbentang di perbukitan Elberg—perbukitan kecil luas nan hijau. Di kaki perbuki-tan itu ada sebuah danau buatan sebagai pe-nampungan air bersih dari sungai yang mengalir melalui kaki perbukitan menuju pantai barat. Sungai itu dimanfaatkan sebagai irigasi perta-nian, kebutuhan sehari-hari penduduk desa, dan pemutar kincir untuk menumbuk gandum. Sun-gai itu lebar, dalam, dan panjang. Mata air ter-pancar di lereng pegunungan Salka yang melin-tang di sepanjang kerajaan selain pegunungan Merope. Airnya jernih, tak berasa, tak beraroma selain aroma batu sungai. Karena kejernihannya, dasar sungai yang berbatu-batu dan ikan-ikan kecil yang berenang lincah di dalamnya masih dapat terlihat. Para penduduk Elberg hampir semuanya ada-

lah peternak, penghasil susu, petani, atau pengantar barang. Mereka membuat rumah di sekeliling danau agar mereka mudah mengambil air bersih. Tiga kalangan pertama memiliki tanah yang cukup luas untuk pekerjaan mereka. Waktu itu sudah mendekati waktu matahari

terbit sehingga angin malam masih berembus, memaksa rumput menari-nari. Burung berkicau, menghapus suasana sunyi, dan melayang tinggi

Page 32: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

32

di langit untuk menyambut hari pertama musim semi. Dari ufuk timur terlihat awan jingga ber-gumul di balik gunung, memantulkan sinar matahari yang perlahan memunculkan wujud. Suasana dingin berganti dengan rasa hangat yang menebarkan semangat. Walaupun suasana hari masih terasa nyaman

untuk terlelap, para penduduk mulai beraktivi-tas. Di jalan utama, penghubung antara desa Elberg dan kota dagang Selbai, berderet para camelion beserta pedati dan penunggang di be-lakangnya. Pedati-pedati itu berisi hasil perta-nian utama di desa Elberg: jumpea (sejenis ka-cang-kacangan yang dapat melompat), gorgan (sejenis tumbuhan berumbi yang selalu berusa-ha kabur setelah dipanen), gandum dan jerami gandum; daging-daging segar dari para peternak camelion, dan wol dari peternak rabbipof, serta susu dari peternak sapi perah. Di sisi lain, petani sibuk menyemai bibit tanaman mereka. Beberapa penggembala membebaskan semua

ternaknya sehingga para ternak dapat menikma-ti rumput hijau segar dengan embun pagi yang tersisa. Rumput hijau yang menyelimuti perbu-kitan Elberg terlihat seperti hamparan perma-dani hijau raksasa bila dilihat dari angkasa. Penggembala memelihara anjing gembala untuk

Page 33: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

33

mengatur ternak. Biasanya mereka mengguna-kan siulan sebagai isyarat untuk mengatur anjing mereka. Tiap-tiap penggembala memiliki isyarat berbeda dengan yang lainnya. Namun, ada yang tak lazim di sana. Seseorang

menggembalakan camelion bersama wulfix. Wulfix berukuran seperti anjing penggembala biasa. Yang satu ini masih muda, tubuhnya le-bih kecil dibanding anjing penggembala yang terlihat. Rambutnya merah tua dengan loreng-loreng coklat, tetapi putih di sekitar mata dan pipi, perut serta kaki bagian dalam. Bila ia bersemangat, rambut bagian atas dari

jambul, pungung hingga ekor berubah menjadi api merah. Sebuah legenda Ablan menceritakan asal-usul muncul api di tubuh wulfix. Hewan kecil itu adalah penyelamat seorang pendiri kerajaan, Ruiz Ablahar, yang diculik seekor naga. Saat menyelamatkannya, wulfix tersebut jatuh bersama naga tersebut ke liang lahar. Tubuhnya terbakar, tetapi ia selamat dan tinggal bersama Ruiz. Kobaran apinya kini meletup-letup setelah ia mendengar siulan majikannya untuk mengatur camelion. Para camelion itu patuh pada perintah berupa

salakan wulfix. Mereka harus berlari-lari agar sehat dan daging mereka kenyal. Wulfix kecil itu

Page 34: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

34

terkadang berlari menghindari injakan camelion yang kesal disalaki terus-menerus. Satu came-lion sengaja mengentak kakinya ke dekat wulfix, mengejutkannya. Alnordlah pemilik camelion dan wulfix terse-

but. Ia bersama teman yang juga seorang peng-gembala. Namanya Dardyl. Mereka berdua ber-tetangga. Rumah mereka tak terpisah jauh, seki-tar dua puluh yard saja. Umur Dardyl hanya terpaut satu tahun lebih muda daripada umur Alnord. Kulitnya putih berbintik. Rambutnya hitam, tetapi lebih teratur karena tipis sekali. Matanya coklat, tanpa bentuk seekor naga di da-lamnya. Tubuhnya gemuk. Pipinya gembil. Dardyl adalah penggembala rabbipof, hewan

pengerat bertelinga panjang dan berbulu lebat dan keriting. Ia tak perlu memelihara seekor anjing penggembala. Lagi pula, sang wulfix sering membantunya menggiring semua ternak-nya. Matahari tampaknya sangat bersemangat hari

ini sehingga waktu terasa lebih cepat berputar dan tanpa mereka sadari saat itu sudah siang. Waktunya mereka memasukkan hewan ternak ke kandang dan beristirahat. Alnord bersiul panjang, mengharuskan wulfix menggiring para camelion turun ke danau. Dardyl hanya me-

Page 35: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

35

mancing mereka dengan tepukan tangan dan dengan cepat rabbipofnya bergerumul mengiku-ti. Mereka berdua dengan para ternak dan wul-fix beriringan menuju kubangan besar air ben-ing itu. Saat semua ternak sedang minum bersama

ternak milik orang lain, mereka berdua berteduh di bawah pohon rindang besar di tepi danau. Danau tampak kian menakjubkan dengan ca-haya mentari yang terpantul di riak air. Pemandangan itu menyejukkan meskipun sua-sana panas kian terasa dan Alnord harus mema-kai topinya untuk mengipasi diri. “Kau masih mimpiin itu?” tanya Dardyl. Alnord berdeham dan mencabut rumput di

sampingnya tanpa sadar lalu menaburkannya begitu saja. “Lupain aja,” saran Dardyl. “Laki-laki

berkuda, hutan, malam-malam, awan, petir. Penafsir mimpi paling hebat juga pasti bingung.” “Ya,” kata Alnord. “Tapi terlalu aneh buat

gampang dilupain.” Dardyl mendelik ke atas. Berpendapat untuk

Alnord adalah perbuatan sia-sia. “Ngomong-ngomong, aku belum ngucapin selamat ulang tahun.” Dardyl menyodorkan tangannya dan

Page 36: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

36

Alnord menyambutnya dengan malas. “Dapat kado apa kau tahun ini?” Ia tertawa mengejek. “Aku tahu biasanya kau dapat kado unik.” “Cocok banget buat musim semi.” Alnord

menghela napas seperti enggan melanjutkan. “Baju hangat.” Dardyl tertawa geli mendengarnya dan

menanyakan hadiah tahun lalu. Alnord mendelik tajam ke arah sahabatnya.

“Aku tahu kau tahu. Sampai sekarang aku be-lum bisa mainin suling itu.” Dardyl larut dalam tawa. Ia menjumput rum-

put lalu memasukkannya ke baju Alnord dan mengatakan itu kado darinya. Alnord berdiri dan menggeliat untuk menge-

luarkan rumput itu. Ia mengusap punggung, tetapi belum juga menemukan yang membuatnya gatal sehingga Dardyl terbahak-bahak melihatnya. Setelah lama bergerak ko-nyol, ia berhasil mengeluarkannya tanpa harus membuka pakaian. Saat Dardyl tertawa lebar, ia menjumput segenggam rumput lalu memasuk-kannya ke mulut Dardyl. “Karena kau udah ngasih aku kado, aku harus

ngasih kau makanan pembuka!” kata Alnord. Dardyl terbelalak dan langsung memuntahkan

rumput yang memenuhi mulutnya. Ia meludah

Page 37: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

37

berkali-kali, tetapi rasa pahit getahnya tak kunjung hilang. “Kenapa dimuntahin?” Alnord

mengucapkannya dengan mimik datar, tak seperti sedang bergurau. “Kau nolak makanan dariku?” Lalu, tawanya melesat keluar. Dardyl terus meludah sebanyak mungkin,

terdiam sesaat, lalu tiba-tiba menertawakan di-rinya sendiri hingga wajahnya memerah. Seseorang pasti tak ikut tertawa meskipun berada di dekat mereka, tetapi mereka menganggap hal itu sangat lucu sampai bisa ditertawakan berhari-hari. Butuh waktu lama hingga mereka terdiam, tetapi setelah itu tertawa lagi. Selepas mereka benar-benar berhenti, Dardyl bertanya. “Apa yang kauharap di ulang tahun sekarang?” Alnord terdiam. Keinginan tertawanya benar-

benar menguap. Matanya menerawang ke dalam air danau seakan ia dapat mengukur kedala-mannya. “Aku mau nenek enggak terlalu ngekang dan

aku jadi dekat sama ayah,” kata Alnord. “Aku mau keliling Heldon bareng ayah, seperti kau. Aku mau datang ke tempat-tempat yang punya pemandangan menakjubkan atau tempat berse-jarah, punya banyak teman, melihat lukisan Ve-

Page 38: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

38

lucas. Aku mau tahu banyak hal dan masih ba-nyak lagi.” “Tempat kayak apa?” tanya Dardyl. “Hutan Soulom salah satunya,” kata Alnord.

Dardyl bergidik mendengarnya. “Semua istana kerajaan di seluruh Heldon, air terjun mung-kin.” “Kau nyebut hutan Soulom?” sahut Dardyl.

“Banyak banget tempat keren yang bisa dikun-jungin, kenapa kau milih hutan Soulom? Aku pernah ke air terjun Moanerd, air terjun terbesar di Heldon, masih di Ablahar, cuma aku lupa le-taknya.” “Yah, kau udah sering cerita soal itu. Aku

sampai bosan.” Alnord menguap lebar dan me-rebah di kelembutan rumput. “Lupain aja im-pianku itu. Hari ini kita mau ngapain?” Ia men-gelap keringat di dahi. “Enggak tahu,” kata Dardyl. “Mungkin kayak

biasanya. Bantu ibu ngabisin makanan.” Rasa haus membuat suaranya serak dan rasa hausnya cepat muncul karena tubuh gemuk membuat-nya lebih cepat merasa lelah dan panas daripada Alnord. Alnord tertawa mendengarnya. Dardyl selalu

membicarakan makanan. Bila Alnord diam saja, mungkin sepanjang obrolan mereka hanya

Page 39: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

39

dipenuhi dengan nama-nama makanan yang Dardyl sukai. Alnord bangun tiba-tiba dan langsung

memandang tajam Dardyl dengan senyuman yang jahil, mengejutkan. “Gimana kalau kita ke hutan Soulom?” Ia berbicara dengan mata penuh semangat. “Ide yang bagus kita nanti pergi ke APA?”

tanya Dardyl dengan kesadaran amat telat sea-kan baru saja melihat makan malamnya tiba-tiba hilang. “Kau makan apa sih semalam sampai kau mikir mau ke hutan Soulom?” “Kayak biasa, sup hangat,” kata Alnord santai,

tak menghiraukan bahwa ajakannya sangat me-nyeramkan bagi Dardyl. “Gimana?” Dardyl menolak dengan sangat tegas. Ia

melambaikan tangan dan menggeleng. Sepertinya seluruh anggota badannya tak setuju akan ajakan itu. “Enggak akan. Aku enggak akan bawa bokongku ke hutan menyeramkan itu. Aku enggak akan ngebiarin hewan buas di sana ngendus-ngendus di badanku apalagi sam-pai nyium. Aku enggak bisa ngebayangin kalau aku mati. Aku nanti enggak bisa makan masa-kan ibuku lagi atau masakan nenekmu. Kau se-baiknya ke Rumah Kesembuhan Jiwa. Kau sakit jiwa.”

Page 40: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

40

Alnord tertawa puas melihat Dardyl berbicara dengan panik. Pipi gembil Dardyl bergoyang-goyang seperti jeli. Kebanyakan anak seumuran mereka mencemooh kegemukan Dardyl, mengejeknya mirip sapi betina. Alnord tak pernah menganggapnya lelucon sehingga mereka bisa akrab sampai saat ini. Terdengar suara perut lapar. Dardyl meremas

perutnya yang sudah mulai keroncongan. Wa-jahnya menekuk. “Aku rasa udah waktunya ma-kan siang.” Alnord mengangguk setuju. Mereka bangkit dan membersihkan pakaian

mereka dari rumput yang menempel. Ibu Dardyl dan nenek Alnord tentu akan marah bila mereka membiarkan baju kotor sepagi ini. Ke-mudian Alnord bersiul, memerintah wulfix menggiring para camelion, sedangkan Dardyl hanya menepuk tangannya dan semua rabbi-pofnya berlarian menuju kandang. Wulfix suka mengusili para rabbipof. Mung-

kin karena ukuran mereka lebih kecil, ia lebih berani menggoda mereka daripada mengganggu camelion yang jauh lebih besar. Dardyl tak menghiraukannya karena merasa cukup dibantu. “Tapi aku benar-benar mau ke sana.” Alnord

melanjutkan omongannya dengan mimik serius.

Page 41: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

41

“Seperti ada yang manggil buat masuk ke sana. Aku merasa hutan yang ada di mimpiku itu ya hutan Soulom. Aku cuma mau ngecek.” Dardyl menghela napas panjang mendengar-

nya. “Kalau begitu jangan ajak aku deh.” Ia menolak tegas. “Hei, lihat!” Dardyl menunjuk seekor camelion milik Alnord yang tertinggal. Mereka mendekat. Camelion itu terlihat malas

berjalan dan hanya memakani rumput lalu mengunyah dengan sangat pelan. Baru kali ini Alnord menjumpai seekor camelion tak menu-ruti perintah wulfix sehingga benar-benar tak tahu yang harus dilakukan. “Dia kenapa?” tanya Dardyl. Alnord mengangkat bahu lalu menepuk-

nepuk punggung camelion. Unggas itu hanya mengerang lemah dan tetap melanjutkan makannya tak peduli. Ia mendorong camelion tersebut, memaksanya bergerak. “Kau pernah bayangin camelion terbang?” Ia

terengah-engah, camelion itu tetap bergeming. “Kau benar-benar udah enggak waras.”

Dardyl berdecak. “Aku yakin banget bahkan nenekmu dari kecil enggak pernah lihat came-lion terbang. Aku enggak percaya temanku ini udah gila. Jangan sampai ibuku tahu. Dia pasti

Page 42: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

42

akan ngelarangku main sama orang yang udah enggak waras.” Alnord merengut tak setuju. “Coba pikir. Buat

apa dia punya sayap?” katanya. “Hei bisa kan kau bantu aku?” Dardyl mengambil tempat di sampingnya,

mendorong camelion sekuat mungkin. Camelion itu malah berjalan mundur dan mengerang marah bila mereka dorong lebih kuat. “Mungkin dia cuma merasa jelek kalau enggak

punya sayap,” kata Dardyl asal. Ia mengangkat bahu. “Enggak masuk akal, Dyl,” kata Alnord, tetapi

setelah seperti sadar akan sesuati. “Hei, aku ta-hu.” Ia berhenti mendorong camelion dan mundur selangkah. “Tahu apa?” “Mungkin dia harus dipancing.” Begitulah

analisis Alnord. “Pancing gimana?” tanya Dardyl,

mengernyitkan alisnya. “Mungkin dia terbang cuma waktu ada bahaya

atau kepepet,” kata Alnord. Ia mundur lagi be-berapa langkah. “Kayak gini.” Ia setengah berlari lalu menendang bokong

sang camelion. Tendangan itu cukup kuat

Page 43: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

43

sepertinya sehingga camelion itu mengerang ke-sakitan dan berputar mencari yang menendang-nya. Sayapnya mengepak-ngepak cepat terus mencepat seakan ia ingin terbang jauh. Dardyl melangkah mundur beberapa kaki, takut tertepak. “Lihat!” teriak Alnord antusias. “Dia mau ter-

bang!” Camelion itu bersuara seakan sedang meminta

kawanan burung yang tengah terbang untuk menunggunya. Namun tiba-tiba, camelion itu menebaskan sayapnya tepat ke perut Alnord, mendepaknya. Alnord terjungkal ke belakang tak jauh dari sana. Rasanya sangat ngilu dan membuat pita suaranya lumpuh seketika sehingga mengerang pun ia tak bisa. Dardyl menghampirinya, sedangkan camelion tersebut berlari menuju kawanannya seraya terus berkokok dan mengepak-ngepakkan sayap. “Kau cuma nemu cara kau bisa terbang,” kata

Dardyl dengan tawa seraya mengulurkan tangan untuk membantu Alnord berdiri. “Enggak lucu.” Suaranya terdengar seperti

erangan. Ia meraih tangan Dardyl dan berusaha bangkit. “Aku bilang juga apa,” kata Dardyl. Tawanya

masih bersisa. “Kau enggak apa-apa?”

Page 44: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

44

Alnord tak menjawab, malah membersihkan pakaian sambil menahan rasa sakit memar di perut. Lalu, mereka menyusul ternak-ternak yang ternyata sudah masuk ke kandang lebih dulu. Ia mengunci pintu kandang camelion dan beranjak pulang, tak jauh dari sana. Mereka saling mengucapkan salam sampai

jumpa nanti lalu Dardyl berlari menuju rumah-nya. “Makan siang, Doodee Doovey-ku,” kata seo-

rang wanita seraya mencubiti pipi Dardyl saat dilewati. Ia sedang mengumpulkan dedaunan kering yang berjatuhan dari pohon di pekaran-gannya. Wanita itu setengah baya, kurus, berhi-dung panjang dan bengkok. Rambutnya yang hanya sebahu tertutup slayer. Seperti Dardyl, kulitnya putih kemerahan. Ia berjalan menghampiri pagar rumah keluar-

ga Duvius. “Selamat siang, Bibi Maureen.” Maureen menyambutnya dengan senyuman yang sangat menyenangkan. “Taman bibi kelihatan tambah bagus. Bibi benar-benar pen-cinta-tanaman sejati.” “Siang, Alnord,” kata Maureen lalu menoleh

ke pekarangannya. “Terima kasih. Yah, karena aku pikir tanaman hidup untuk berkorban demi

Page 45: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

45

kita dan aku yakin suatu saat semua akan me-nyadarinya.” Alnord tersenyum lagi dan mengutarakan

maksudnya menyapa. “Kemarin Dardyl udah ngasih tahu belum, undangan makan malam ulang tahunku?” “Oh, tentu,” kata Maureen. “Tunggu saja

sampai Ogwald datang. Dia pasti sangat senang. Kami merasa tersanjung. Kami pasti akan da-tang. Sampaikan salam dan terima kasih untuk nenek.” “Pasti, Bi. Oh ya, saladnya enak banget.”

Pujiannya memerahkan pipi Maureen. “Kau boleh mencicipi sesering mungkin,” ka-

ta Maureen. “Aku mau banget ngomong banyak sama bibi,

tapi aku harus bantuin nenek. Enggak sabar nunggu malam ini.” “Oh ya, Sampai nanti malam.” Setelah itu

Maureen meneruskan kegiatannya, sedangkan Alnord berjalan pulang. Alnord membuka pagar rumah. Rumahnya

sederhana, sama seperti rumah lain. Dindingnya batu kapur putih. Daun pintu dan atapnya kayu jati. Pintunya berbentuk seperti huruf U terba-lik, sedangkan jendelanya bulat seperti huruf O dengan terali besi tanpa kaca. Pekarangan ru-

Page 46: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

46

mah ditumbuhi rumput halus seperti permada-ni, dihiasi dengan warna-warni kebun bunga. Walaupun berbeda warna, semua bunga itu ma-sih satu jenis, bunga Etna, bunga khas kerajaan Ablahar. Nama julukannya adalah mahkota ke-tenangan atau kedamaian. Mahkotanya lebat dengan corak-corak putih tersebar. Bunga Etna banyak tumbuh di pinggiran danau dan sering dikerumuni kupu-kupu dengan warna beragam dan lebah. Alnord memandang rumahnya tak sabar

karena rasa lapar sudah menuntun kakinya melangkah lebih cepat. Setelah menutup pintu pagar kayu yang tingginya setengah dari tubuh-nya, ia melangkahi batu bulat jalan setapak me-nuju pintu. Rasa sakitnya tak terasa lagi. Ia memanggil neneknya seraya mengetuk pin-

tu tiga kali. Tak lama pintu terbuka. Emberine Bordom, seorang wanita lanjut usia, berdiri di sisi dalam pintu. Ember terlihat segar, sehat, tak bongkok walaupun umurnya sudah berkepala enam. Tampak banyak kerutan di ujung ma-tanya. Saat ia tersenyum, terlihat semakin jelas kerutan di dahi dan pipi. Wulfix menyambut Alnord dengan salakan

dan lompatan. Alnord merendah agar bisa

Page 47: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

47

mengelusnya. Rambutnya tentu saja tak beru-bah jadi api agar dapat dielus. “Hai, Wolly. Harimu asyik?” tanya Alnord.

Wolly menjawabnya dengan gonggongan. “Ayo cepat masuk. Jangan sampai makanan-

nya dingin,” kata Ember lalu berjalan menuju ruang makan. Alnord mengusap perutnya. Terdengar bunyi

keroncongan cukup keras dari sana. Ia mengun-ci pintu dan menghampiri Ember di ruang ma-kan, sedangkan Wolly berlari ke dapur untuk menikmati makan siangnya. Ia mengambil pir-ing kaleng dan mengulur tangan untuk men-gambil sebonggol jagung, tetapi terhenti. Di mulutnya sudah terasa manisnya jagung itu lalu seketika rasa itu hilang ketika Ember memukul tangannya. “Lihat, betapa kotornya tangan ini,” katanya

dengan memelototi Alnord. Alnord tak peduli, menggosok-gosok tangan

di celananya dan mengatakan tangannya bersih. Ember menggeleng dan tegas membantah lalu

melenting-lentingkan tangannya mengusir. Ia menyuruh Alnord membersihkan tangan. Alnord bangkit dari kursi dan beranjak malas

ke tempat cuci tangan. Ember menggeleng-geleng dan berdecak gemas melihat kelakuannya

Page 48: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

48

yang selalu terulang sebelum makan. Ternyata pelototan Ember tak mampu menghilangkan rasa malasnya sehingga ia mencuci tangan seka-darnya. “Di bawah kuku dan di sela-sela jarimu,” te-

riak Ember dari dapur meskipun tak melihatnya mencuci tangan, menandakan setiap harinya memang seperti itu. Ia mengeluh, tetapi tetap melakukan perintah

itu. “Jangan keringkan tanganmu di celana.”

Ucapan Ember mengena lagi, tepat sebelum ia berniat menggosok tangan di celana. “Kering-kan dengan kain yang digantung di sana.” Ia hanya menghela napas dan setelah selesai

kembali ke meja makan. Ember kembali ke ruang makan sembari membawa piring-piring keramik padahal jumlah peralatan di meja ma-kan sudah cukup untuk mereka berdua. Lagi pula, mereka biasa menggunakan piring kaleng, bukan keramik. “Ada apa, Nek?” tanya Alnord, heran, seraya

mengambil sebonggol jagung, selembar daging asap, dan beberapa buah jamur. “Tentu persiapan makan malam nanti. Hari

ini adalah hari yang sangat istimewa,” tuturnya dengan senyum. Alnord berpikir sepertinya

Page 49: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

49

Ember menyembunyikan sesuatu. “Selain hari ini adalah hari ulang tahunmu.” Alnord masih merasa heran. Memang hari ini

adalah hari ulang tahunnya, tetapi ia tak begitu peduli, menganggapnya sama dengan hari-hari lainnya. “Kau suka baju hangatmu?” Ember bertanya

seraya membereskan piring keramik di sisi meja lalu duduk di kursi, menemani Alnord yang la-hap menyantap. Alnord tersedak dan menatap Ember. Ia ber-

pikir keras tentang yang akan dijawabnya. Ia sangat menghargai pemberian Ember, tetapi ha-ri ulang tahunnya berada di musim semi. Ia tak terlalu butuh atau tepatnya sangat tak membu-tuhkan sebuah baju hangat walaupun mungkin bisa ia gunakan di musim dingin nanti. Lebih parah lagi, modelnya tertinggal zaman. Tahun lalu Ember memberinya sebuah suling. Selain tak bisa bermain suling, ia tak butuh. Alnord mengira-ngira kejutan yang akan Ember berikan tahun depan. Entah selera nenek yang aneh atau karena nenek sudah manula, pikirnya. “Em—bagus, makasih, Nek—aku suka warna

hijaunya.” Tentu saja ia membual. Ember memandangnya heran. Tatapan itu

membuat degupan jantungnya berdetak cepat

Page 50: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

50

seperti memberi tahunya bahwa Ember mengetahui kebohongannya. Ember memang tahu ia berbohong. Ia panik, takut neneknya merasa kecewa. “Sepertinya nenek membuatkanmu baju han-

gat abu-abu.” Alnord tersentak. Ia memang belum

melihatnya. “Aku bilang hijau ya?” Ia mengelak. “Maksudku abu-abu—warna kelabu yang ba-gus.” Ia berkata dengan sedikit terbata-bata ka-rena detakan jantung secepat itu ternyata bisa sedikit melumpuhkan pita suara. “Bagus kalau kau suka,” kata Ember senang

lalu melanjutkan makannya. “Kenapa nenek bilang hari ini istimewa?” “Karena hari ini hari ulang tahunmu.” Alnord tak lagi nafsu makan dan hanya

memutar-mutar garpu dan memainkan maka-nan di piringnya. “Tetapi ulang tahunku enggak pernah istimewa.” “Kenapa kau berpikir seperti itu?” Alnord menaruh garpunya. Piring kalengnya

langsung berkelontang. “Karena ayah enggak pernah hadir di ulang tahunku.” Suaranya me-ninggi. “Bahkan hanya mengunjungi kita dua kali sejak tahun lalu.”

Page 51: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

51

Ember menaruh pelan garpunya. “Alnord Mendelev, jangan sekali-kali bicara seperti itu.” “Aku pikir ayah mau bikin aku kayak katak

dalam tempurung.” “Tak mungkin,” sanggah Ember. “Dia me-

nyayangimu. Sangat.” “Kalau begitu, kenapa dia minta nenek

ngelarang aku pergi ke semua tempat yang aku mau?” “Karena kami takut terjadi sesuatu padamu.”

Ember menatap matanya dalam-dalam. “Kalau kau mau pergi ke hutan Soulom, nenek in-gatkan Egon pernah mendengar raungan besar dari sana.” “Naga? cerita Paman Galungum? Dia me-

mang suka ngarang cerita.” “Egon tak pernah mengarang cerita. Semua

orang saja yang menganggapnya seperti itu.” “Dan Nenek nganggap ada naga di hutan

Soulom? Itu enggak masuk akal. Naga kan cuma legenda.” Ember tak dapat menjawabnya. “Tapi yang je-

las di sana ada hewan buas, entah benar-benar naga atau hanya seekor singa,” alihnya. “Dan, nyatanya, banyak keluarga mengaku salah satu anggotanya menghilang setelah masuk ke sana.”

Page 52: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

52

Alnord mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. “Terus, kalau ngelarangku pergi ke tempat yang aku suka di desaku sendiri, kenapa ayah ngelarangku ikut dia? Seharusnya aku bisa keliling Heldon sama dia. Ayah enggak mau ngelihatku setiap saat ya?” Ember sontak berdiri. “Cukup, Alnord

Mendelev.” Ia memandang Alnord tajam den-gan menahan amarah. Alnord terdiam lalu membuang muka, tak

enak menatap mata Ember yang sedang menjurus langsung ke arahnya. “Cukup.” Ember memekik pelan. Tatapannya

terlepas, suaranya mereda. Ia kembali duduk, te-tapi tak acuh dengan piringnya yang masih se-tengah berisi. “Masuk ke kamar dan pikirkan yang baru saja kau ucapkan.” Alnord bangkit dengan kesal dan memasuki

kamarnya. Ia tak jadi membantu Ember me-nyiapkan makan malam. Ia butuh pelampiasan. Untung saja Wolly langsung menyambutnya dan melompat ke tempat tidur. Ia berbaring di tempat tidur bulu-camelionnya dan mengelus rambut Wolly. Matanya menjelajahi isi kamar-nya yang dipenuhi dengan lukisan karbon. Ke-banyakan dari lukisan itu menggambarkan sua-sana desa Elberg. Ia yang membuat semua luki-

Page 53: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

53

san itu. Ia suka melukis. Ia cinta lukisan meski tak begitu mengerti teknik melukis yang benar. Di tempat tidurnya, Ia tak lagi memikirkan ha-

ri itu. Pikirannya kini penuh dengan bayangan hutan Soulom dan ia tak mengerti alasan orang takut sekali masuk ke dalam hutan indah itu. Hutan Soulom adalah sarang naga adalah hal yang aneh juga. Ia pun berpikir, banyak orang yang cuma mau cari kayu, tapi kenapa enggak pernah kembali sampai hari ini? Aku enggak percaya hal itu. Naga cuma legenda yang diceri-takan orang tua ke anaknya sebelum tidur. Ke-napa nenek percaya? Ia langsung membuang muka ketika terlirik

olehnya lukisan yang menggambarkan ia dan Antonum memancing bersama. Lebih baik memandangi salah satu lukisan hutan Soulom yang dilihat dari jauh. Pikirannya kembali ke hutan. Menurutku, batinnya, orang-orang yang enggak pernah kembali itu mungkin cuma eng-gak tahu jalan pulang dan bisa aja orang itu tinggal di sana. Ia memutar badan menghadap jendela bulatnya dan memandangi pegunungan Merope yang sebagian dikelilingi hutan Soulom. Terlihat juga istana Ablahar di sisi gunung, den-gan megah dan kokohnya berdiri di tengah hu-tan. Terlihat menara yang menyerupai obor—

Page 54: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

54

hanya saja tanpa api—yang sangat besar di ba-gian luar. Bila ada api di obor itu, sebutannya adalah Lidah Api Vion, itu tandanya Raja Heldon berada di kerajaan Ablahar. Kemudian, ia mengambil peralatan melukis-

nya: sebuah kulit kayu yang lebar dan batang berkarbon. Ia ingin melukis kegiatan yang per-nah dilakukan bersama ayahnya, tetapi itu tak pernah terjadi. Begitu irinya ia ketika Dardyl menceritakan perjalanan mereka ke berbagai tempat di Heldon. Ia ingin Antonum dan di-rinya melakukan sesuatu bersama dalam waktu lama, tak harus keliling Heldon, keliling desa Elberg juga tak masalah baginya. Ia terus mem-bayangkannya dan baru tersadar ketika lukisan-nya dipenuhi dengan coretan saja dan ia merasa begitu lelah. Angin yang berembus masuk menidurkannya

perlahan. Ketika ia bangun, matahari sudah ter-gelincir menjingga. Sebenarnya ia masih merasa enggan keluar kamar, tetapi akhirnya bangkit dan beranjak dari tempat tidur. Saat keluar, ia melihat Ember mulai memasak, padahal biasanya Ember menyiapkan makan malam setelah matahari terbenam. Semua itu karena hari itu adalah hari istimewa. Dilihatnya perala-tan yang dipakai lebih besar agar semua masa-

Page 55: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

55

kan dapat tertampung. Sebagian besar piring di meja pun sudah terisi. Alnord memandangi Ember dari belakang. Ia

merasa bersalah dengan ucapan tadi dan terme-nung sesaat mencari-cari kata yang tepat untuk meminta maaf, tetapi baginya meminta maaf ternyata sangat sulit. Sebelum mendekati dan memaksa diri mengucapkan maaf, ia mengem-buskan napas untuk menenangkan diri. “Kau sudah bangun rupanya.” Ember terse-

nyum seakan tak terjadi satu hal menyebalkan pun sebelumnya atau tak ingin mengungkit ma-salah itu lagi. Ia memegang mangkuk sup jum-pea yang mengepul. “Bisakah kau membawa ini ke meja?” Alnord tersentak dengan perubahan sikap

Ember yang terlalu cepat, tetapi tak menolak. Ember menaruhnya di meja dapur dan membe-rinya kain untuk memegang mangkuk panas. Ketika mangkuk itu sudah berpindah ke meja makan, seseorang mengetuk pintu depan. Al-nord menoleh, Ember langsung muncul dari pintu dapur. Alnord menawarkan diri untuk membuka

pintu dan berjalan cepat menuju pintu depan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang

Page 56: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

56

berdiri di depannya. Wolly mengikutinya dan menggonggong senang melihat yang datang. “Alnord,” sapa orang itu.

Page 57: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

57

3

Hadiah Tak Ter-

duga Alnord memandang kosong orang tersebut seakan tak mengenal. “Ayah?” tanyanya tanpa ekspresi gembira, tanpa mimik yang biasanya terlihat dari seorang anak yang bertemu ayahnya setelah lama ditinggal. Baginya, melihat ayahnya datang seperti melihat hujan di gurun pasir. “Sudah kubilang hari ini istimewa, kan?”

Ember datang dari arah dapur dan terheran membaca raut wajah Alnord yang terlihat datar. “Kenapa kau tak memeluk ayahmu? Apa kau tak merindukannya?” “Iya, aku kangen kok sama ayah,” Alnord

memaksa dirinya tersenyum dan berjalan cepat menuju Antonum. Tak ada yang tahu, kecuali dirinya sendiri, yang dipikirkan hingga mem-buatnya tak begitu senang melihat Antonum padahal di bagian yang tersembunyi dalam ha-tinya, ia sangat rindu. Namun, perasaan takut kehilangan menguasai dan membuatnya tak in-gin larut dalam kesenangan yang menurutnya singkat.

Page 58: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

58

“Apa kabar Tuan Antonum Mendelev?” Ada nada sindiran terselip di sana. “Apa Anda se-dang lengang?” Antonum hanya tersenyum geli. “Lengang un-

tuk Anda, Tuan Alnord Mendelev,” katanya antara tak menyadari dan pura-pura tak tahu. Antonum setinggi enam kaki. Umurnya seki-

tar empat puluhan, tetapi terlihat sangat muda, tampan, dan ramah karena lesung pipinya yang membuat bibirnya selalu terlihat tersenyum bila berbicara. Rambutnya hitam kemerah-merahan, dengan uban menyebar di beberapa bagian. Warna matanya sama dengan milik Alnord, bi-ru, tetapi tanpa bentuk naga di dalamnya Alnord melepas pelukannya dan tersenyum

lebar. Antonum menggenggam bahunya dan menatap mata Alnord yang berisi naga yang mengelilingi pupil mata kanannya, dalam-dalam. Tatapan itu mengurangi kerinduannya, sedikit melunturkan rasa takut akan ditinggalkan lagi. Ember berkaca-kaca melihat kejadian itu dan

permisi ke dapur untuk melanjutkan masaknya. “Orang istimewa harus dijamu dengan makanan istimewa,” katanya. Antonum melepas genggamannya dan me-

rangkul bahu Alnord lalu mengajaknya ke kamar untuk memberikan sebuah hadiah. Al-

Page 59: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

59

nord menenteng koper, sementara Antonum menyeret bungkusan panjang. Alnord tetap bungkam. Sesampainya mereka di kamar, Antonum

membuka koper dan memberikan bungkusan itu kepada Alnord yang wajahnya langsung tak lagi tertekuk. “Boleh kubuka sekarang?” kata Alnord. An-

tonum mengangguk. Alnord menyobek bungkusan kado itu perla-

han. Betapa girangnya ia saat melihat isinya. Antonum tersenyum melihatnya tak lagi mempermasalahkan dirinya yang jarang hadir. “Peralatan melukis! Makasih, Yah,” kata Al-

nord lalu duduk di sisi Antonum sambil terus memandang hadiah itu. Palet, kuas, cat minyak banyak warna kini ia miliki. “Bukan hanya itu,” kata Antonum, membuat

Alnord kian tertarik. Ia membungkuk dan me-nyerahkan bungkusan panjang itu kepada Al-nord yang langsung membukanya. Bungkusan itu berisi sesuatu yang panjang dan terbuat dari kayu, sesuatu yang melengkapi kesenangan Alnord, sebuah papan lukis. Alnord berdecak senang lalu menaruh perala-

tan melukis dan meraih papan lukis tersebut. “Aku nanti pasti jadi pelukis terhebat.”

Page 60: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

60

“Kau harus,” kata Antonum, sambil menga-cak-acak rambutnya. “Ayah tak sabar menung-gu hari itu.” Dari arah pintu depan, terdengar ketukan

beberapa kali sehingga mereka berhenti dan menoleh. Lalu terdengar suara sahutan Ember dan langkahnya ke sana. Alnord melongok ke arah pintu dan berusaha melihat orang yang datang tanpa harus menghampiri. Terdengar ucapan salam dan tawa penuh ba-

sa-basi. Sebelum melihat mereka, dari suara mereka Alnord tahu yang datang adalah keluar-ga Duvius. “Sebaiknya kita menyambut mereka.” Anto-

num mengajaknya beranjak ke ruang depan. Ia menaruh perlengkapan melukisnya di tempat ti-dur dan mengikuti dari belakang. Alnord jarang melihat Ogwald, ayah Dardyl,

karena ia adalah penghasil wol rabbipof yang cukup sukses sehingga sering pergi ke luar kera-jaan. Peternakannya cukup banyak, bahkan yang Dardyl gembala adalah milik sendiri. Penampi-lannya rapi, tanpa kumis tebal sehingga ia terli-hat sepuluh tahun lebih muda dari umurnya yang hampir setengah abad. Tubuhnya sedikit gemuk. Raut wajah Dardyl mirip sekali dengannya, tetapi kulitnya kecoklatan dan ram-

Page 61: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

61

butnya hitam tipis. Ia menyapa seraya menjabat tangan Antonum. Antonum menyahut tangan Ogwald. “Terima

kasih sudah datang.” “Kami yang berterima kasih atas undangan-

nya,” kata Ogwald. “Bagaimana kabarmu?” Antonum kini

berbicara kepada anak laki-laki gendut di antara kedua orang tersebut, Dardyl. “Lapar.” Antonum tertawa kecil. “Alnord tolong taruh jubah mereka,” kata

Ember. Alnord menawarkan bantuannya dengan ra-

mah. Ogwald dan Maureen melepas jubah dan menyerahkannya kepada Alnord tanpa lupa berterima kasih. Itu bukan hal yang dapat membuatnya enggan

bagi Alnord. Ia beranjak ke tempat menggan-tung jubah. Daripada terjebak dalam basa-basi orang tua, Dardyl menyusulnya dan mengobrol di kamar saja. Ia langsung setuju karena ingin menceritakan pedang di kedai Charlom. Ember menunjuk ruang makan kepada

mereka dan mempersilakan mereka masuk. “Kami hanya tinggal menunggu Charlom.” Ia

Page 62: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

62

beralih ke Alnord. “Kau yakin sudah memberi-tahunya?” “Yakin,” kata Alnord. “Mungkin cuma ada

gangguan di jalan.” Alnord mengajak Dardyl ke kamarnya lalu melanjutkan ceritanya dan me-mamerkan hadiah peralatan melukisnya. Sebe-narnya Dardyl tak mendengarkan Alnord. Ia menaruh penuh perhatiannya pada meja makan, tetapi orang tua mereka masih saja basa-basi. Santapan yang mengepulkan asap dan aroma sedap mengharuskannya menelan air liur bebe-rapa kali. Terdengar bunyi kelontangan keramik dan lo-

gam di ruang makan, menandakan makan ma-lam baru saja akan dimulai. Dardyl terlihat se-makin gelisah dan tak peduli dengan semua ce-rita yang terlontar dari bibir Alnord. Wolly bahkan sedang menyantap makanannya. Tiba-tiba pintu depan terbuka tanpa diketuk

terlebih dahulu. Semua yang ada di rumah me-noleh. Charlom datang dengan jubah kotor pe-nuh tanah sambil membawa sebuah bungkusan panjang. Ia langsung beranjak ke tempat meng-gantung jubah dan menyusul yang lain di meja makan.

Page 63: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

63

“Oh, maaf. Aku lupa ngetuk pintu.” Charlom memberikan salam dengan cengirannya yang khas. “Kau terlihat—em—tak seperti biasanya,”

kata Ember. Charlom menyenderkan bungkusan panjang

yang dibawanya di dinding dan menepuk-nepuk baju seadanya. Lagi pula yang terkena tanah memang hanya jubah. “Oh, ya. Aku ketiduran waktu ngendarain pe-

dati dan jatuh.” Charlom menjawabnya seperti ucapan sehari-hari. “Kau tak apa-apa, Charlom?” tanya Ember. “Oh, tentu. Untung camelion itu tahu tujuan-

nya. Ya walaupun aku harus jalan kaki karena itu,” tutur Charlom. “Baiklah, kayaknya cacing-cacing di perutku udah mulai berontak.” Ia me-nepuk pelan perutnya lalu mencuci tangan di wastafel. “Ya, kita sudah menunggumu sejak tadi,” kata

Antonum. “Kayaknya Paman Charlom udah datang. Da-

ripada di sini, mending kita ke ruang makan aja.” Dardyl bangkit seperti takut kehabisan makanan, tetapi masih menahan langkah seakan harus menunggu izin Alnord terlebih dahulu.

Page 64: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

64

“Dardyl, Alnord, tunda dulu obrolan kalian.” Ember memanggil. “Sekarang waktunya makan malam.” Alnord mengiyakan walaupun masih ingin

bercerita. Dardyl langsung melesat ke wastafel. Dengan

cermat ia mencuci tangan lalu duduk di samp-ing Maureen. Alnord menaruh peralatan melu-kisnya dan beranjak ke ruang makan. Sebelum duduk, Alnord mencuci asal tangannya, hanya agar nenek tak membanding-bandingkannya dengan Dardyl. Sesaat yang terdengar adalah bunyi lontangan

piring, garpu, dan pisau, serta kunyahan Dardyl dari mulut penuhnya. “Dardyl, bagaimana dengan rabbipof peliha-

raanmu?” Ember berusaha memecahkan kesu-nyian. Dardyl menjawab dengan mulut penuh daging

sehingga suaranya terdengar seperti kunyahan saja. Maureen berbisik, menyuruhnya menelan semua makanan sebelum berbicara. Ketika menelan, Dardyl terpejam merasakan enaknya makanan itu lalu mengulang ucapannya. “Baik. Mereka udah siap dibotakin.”

Page 65: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

65

“Sepertinya kau akan seperti ayahmu nanti.” Ember memuji lalu melirik Ogwald. “Penghasil wol rabbipof yang terkenal.” “Aku juga sudah merasakan hal yang sama.”

Ogwald tertawa lalu menepuk pelan punggung Dardyl membuat Dardyl tersedak karena tepu-kan itu. Maureen mengambilkannya minum lalu memelototi Ogwald. “Ogwald,” bisiknya tegas melarangnya melakukan itu lagi. “Bagaimana usaha Anda?” Antonum berusaha

tahu mereka lebih jauh. “Oh, berkembang pesat.” Ogwald

menegakkan badannya karena baginya ini pembicaraan serius. “Walau agak berkurang ka-rena kerajaan Colomos sudah memasuki musim semi. Kebanyakan orang menyukai topi. Bagai-mana dengan Anda. Masih bekerja di kerajaan Morgana?” “Ah, ya, masih.” Antonum menaruh

sendoknya yang sudah terisi penuh dengan bubur kentang. “Aku datang ke sini untuk uru-san kerajaan. Ada baiknya karena aku bisa menghadiri acara makan malam ini.” “Ada urusan apa, kalau boleh tahu?” tanya

Maureen. “Morgana ingin mempererat hubungan per-

saudaraan dengan Ablahar dalam segala hal. Se-

Page 66: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

66

lain itu ada peringatan. Saat dilakukan pemerik-saan di seluruh Heldon, mereka menemukan ada yang berbeda dengan daratan kerajaan Ab-lahar.” Ia menerangkan hal itu dengan santai, tak sadar itu mencengangkan semua yang men-dengarnya. Bahkan Dardyl menghentikan ku-nyahannya sesaat. “Berbeda?” tanya Ogwald meyakinkan dirinya

bahwa ia tak salah dengar. Antonum menangkap akibat dari ucapannya.

“Oh, maaf,” katanya. “Ya, tapi tak ada yang ha-rus dikhawatirkan. Saat perwakilan dari De-partemen Keseimbangan Lingkungan dan Pe-nanggulangan Bencana Alam menjelaskan dan meminta kerajaan Ablahar untuk memeriksa keadaan pegunungan Merope, mereka memban-tah. Mereka yakin semua baik-baik saja.” Anto-num berusaha menenangkan. “Untunglah,” dengus Ember, mengelus da-

danya yang ia rasa hampir saja meledak. “Bukankah pegunungan Merope sudah lama

mati?” tanya Ogwald. “Tapi, apa tak sebaiknya benar-benar diselidi-

ki? Aku kurang suka dengan setiap kebijakan

raja“ kata Maureen. “Ihtizar,” sahut Antonum.

Page 67: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

67

“Aku bahkan lupa namanya saking tak cakap-nya dia memimpin kerajaan,” keluh Maureen. “Ya, dia meninggikan Upeti Pengiriman Ba-

rang Dagang Lintas Kerajaan, mengganggu se-kali,” sahut Ogwald. “Aku benar-benar tak bisa mengerti alasan Lidah Api Vion memilihnya ja-di pemimpin.” “Kapan Ayah pulang?” tanya Alnord, mengu-

bah arah topik pembicaraan, sayangnya ke ba-gian masalah yang peka. Antonum menghela napas. “Maaf, Alnord,

ayah harus pulang besok pagi,” katanya. “Oh, ayolah, Yah,” keluh Alnord. “Kita bah-

kan belum pernah mancing sama-sama.” Al-nord mengetuk piringnya dengan garpu. “Alnord,” Ember menyorotkan pandangan ke

mata Alnord, memerintahnya lebih tenang ka-rena merasa tak enak dengan keluarga Duvius. Alnord terdiam. “Kenapa harus besok, Antonum?” Ember

menimpali. “Ya karena semua keadaan baik-baik saja,

rencana penguatan hubungan persaudaraan pun langsung diterima. Kami sudah merencanakan yang menjadi tujuan bersama. Dampaknya aku harus kembali.”

Page 68: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

68

“Ogwald. Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Charlom. “Ya?” kata Ogwald setelah menelan satu gigi-

tan besar potongan daging sapi lada hitam. “Kau tahu, aku punya kedai. Kau tahu juga

kedai milikku berada di antara belasan kedai yang lain. Apa kau menyadari ada kedaiku di sana? Bagaimana caranya agar kedaiku dapat menarik perhatian?” Setelah itu, Charlom menyeruput sup. “Kalau ingin menjadi seorang pengusaha, kau

harus memiliki sudut pandang lain,” kata Ogwald. “Sudut pandang yang sangat berten-tangan dengan sudut pandang sebagai pengusa-ha, yaitu sebagai pelanggan. Kau harus tahu, apa yang pelanggan inginkan bila datang ke kedaimu.” Ogwald berusaha menjelaskannya dengan nada yang tak menggurui. “Akan kucoba nanti,” kata Charlom. Ia men-

gambil sesendok bubur kentang. “Jadi, bagai-mana caranya menjadi pelanggan sekaligus menjadi pengusaha, kau harus membeli barang jualanmu sendiri?” “Kau harus penuh ide.” Ogwald

mengacungkan dan menggoyang-goyangkan garpunya. “Ah, ya. Kudengar Alnord suka me-

Page 69: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

69

lukis?” Ia menoleh ke Alnord lalu terdiam menunggu pengakuannya. “Ya, enggak terlalu bagus,” sahut Alnord.

“Tapi aku memang suka melukis.” “Kenapa tak menggunakan lukisan Alnord

sebagai hiasan di kedaimu?” Pertanyaan Ogwald itu mengenyakkan Charlom dan Ember. Mereka mengangguk setuju. “Oh, hebat. Usul yang bagus,” kata Charlom

lalu berpaling menatap Alnord. “Alnord, kau bersedia kan?” “Lukisanku kan enggak bagus, Paman.” Al-

nord mengelak meskipun dalam hati ia sangat senang. “Jangan bilang begitu.” Ember

menambahkan. “Nenek suka memandang luki-sanmu.” Lalu, Antonum mendekat dan berbisik. “Gu-

nakan yang sudah ayah berikan.” Alnord tersenyum lalu mengangguk ke arah

Charlom. Charlom memukul-mukul meja seperti anak

kecil yang sedang senang. Di pikirannya sudah terbayang rencana itu akan membuat kedainya ramai pengunjung. “Boleh aku tambah, Bu?” Charlom mengatakan itu dengan nada manja,

Page 70: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

70

memberikan mangkuk supnya pada Ember. Hanya sebagai candaan. “Oh tentu, Anakku.” kata Ember, juga den-

gan nada berkelakar, seraya meraih mangkuk sup yang disodorkan Charlom. Semua tertawa mendengarnya. Kini mereka tenggelam dalam kehangatan su-

asana malam itu. Semuanya tersaji lengkap da-lam ruang makan. Kenikmatan makanan terse-dia, walau kini tak ada yang tersisa. Tawa me-nyelingi. Keakraban semakin lekat di antara me-reka. Semua itu membuat mereka tak sadar akan malam yang semakin larut. Cahaya temaram putih kekuningan terpancar

dari lentera kunang-kunang di atas mereka dan perlahan berubah menjadi merah muda lalu kian redup, menyadarkan mereka akan waktu. Suara Wolly pun sudah tak terdengar lagi karena tertidur di ruangannya. “Oh, lihat,” kata Dardyl, seraya mendongak

ke arah lentera. “Ya, lewat dari jam malammu,” bisik Ogwald,

menggeser kursinya ke belakang lalu bangkit. “Ayolah, Yah.” Dardyl mengeluh meskipun

matanya sudah kemerahan dan sayu. “Kita ber-senang-senang di sini.”

Page 71: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

71

“Ogwald, kau tak lupa kan?” tanya Maureen setengah berbisik, sedikit mengherankan yang lain. “Lupa apa?” bisik Ogwald, balas bertanya lalu

matanya terbelalak dengan mulut membulat, langsung teringat akan sesuatu. Ia membungkuk dan mengambil sebuah bungkusan dari bawah meja. “Kami punya sesuatu untukmu,” kata Ogwald

lalu menyerahkan bingkisan itu kepada Alnord. Alnord bangkit dan menerima bingkisan ko-

tak tersebut. “Makasih, Paman Og, Bibi Mau-reen.” Alnord memutar-mutar kotak itu, memerhatikan setiap sudutnya dan menebak-nebak isinya. “Mana buatku?” Dardyl menuntut. “Makasih, Dardyl,” kata Alnord cepat. “Kau boleh buka sekarang kalau mau,” kata

Maureen. Alnord menyobek bungkusannya dan terlihat

lebih semringah lagi setelah mengetahui isinya. “Baret. Bagus sekali. Bulu rabbipof memang lembut.” Alnord langsung mengenakannya. Baret itu abu-abu dan jauh lebih halus daripada rambut Alnord. “Kau tampak seperti pelukis hebat,” kata

Maureen. Ia mengarahkan tangannya ke depan

Page 72: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

72

seperti membuat bingkai “Bahkan lebih hebat daripada Velucas, bahkan kau terlihat bagus kalau dilukis.” “Em—sepertinya sudah semakin larut,” kata

Ogwald. “Kami sebaiknya pulang.” Ember menyuruh Alnord mengambil jubah

keluarga Duvius. Alnord pun langsung melesat menuju tempat menggantung jubah dan mem-berikannya kepada mereka. Keluarga Duvius beranjak dari ruang makan sambil memakai ju-bah dan diantar sampai pintu depan. “Makan malam yang menyenangkan,” kata

Maureen sambil mengancingkan jubahnya. “Berkat kedatangan kalian pastinya.” Ember

membalasnya dengan senyum. “Semoga sukses,” kata Ogwald kepada Anto-

num dan Charlom. “Senang bertemu kalian.” Mereka berdua membalas. Keluarga Duvius beranjak menuju rumah me-

reka. Ember melambaikan tangan kepada Dar-dyl yang masih menoleh ke belakang. Sesaat kemudian mereka sudah tak terlihat, menghi-lang dalam kegelapan di antara rumah mereka. Ember beranjak ke dapur untuk bersih-bersih

semua peralatan. Alnord ingin membantunya, tetapi dilarang karena sudah lewat jam tidur. Antonum menghampiri mereka dan

Page 73: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

73

menawarkan bantuan. Hal itu membuat Alnord merengut karena melihat mereka berdua tertawa bersama, sedangkan ia tak bisa ikut. Ketika in-gin masuk ke kamarnya, ia terkejut melihat Charlom di depan pintu. “Kebetulan tinggal kita berdua.” Charlom

berbisik. Alnord mengangkat alisnya. “Aku punya kejutan untukmu.” Charlom

mengambil bungkusan panjang, merangkul pundak Alnord, dan mengajaknya masuk ke kamar. Alnord tidak tahu harus bersikap senang atau heran. Ia akan mendapatkan hadiah lagi, tetapi cara memberikannya mencurigakan seperti itu. Charlom memeriksa keadaan di luar kamar

dan meyakinkan diri bahwa pembicaraan mere-ka takkan terdengar. Setelah yakin aman, ia me-nutup pintu dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara berdecit. “Semua itu lukisanmu?” Charlom bertanya

dengan nada penuh basa-basi. Matanya mena-tap seluruh penjuru kamar seakan tak ingin ada kontak mata dengan Alnord. Alnord mengiyakan tanpa ekspresi. “Indah dan unik,” katanya. “Ah, sebenarnya

ada yang harus kubilang—lebih tepatnya—

Page 74: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

74

kukasih.” Ia mengubah topik seraya mengusap-usap hidungnya tanpa maksud, seperti gugup. Alnord mengangkat alisnya. “Kayaknya pent-

ing banget.” “Ini buatmu.” Charlom memberikan bungku-

san panjang itu kepada Alnord. Alnord melepas topi dan menaruhnya di tem-

pat tidur lalu menerima bungkusan itu. Ia me-natapnya, berharap pandangannya bisa menembus bungkusan. Pikirannya penuh re-kaan akan isi bungkusan itu. Alnord menanyakan isinya, sedangkan

maksud sesungguhnya adalah izin membukanya saat itu juga. Charlom mengayun-ayunkan tangan, menyuruh Alnord membukanya. Tak membutuhkan waktu lama sampai Alnord menyobek bungkus dan melihat isinya. Betapa terkejutnya ia. Hadiah itu merupakan sesuatu yang sangat disukai, sesuatu yang sangat diha-rapkan, tetapi sekaligus juga yang sangat dila-rang untuk ia milikinya. Ia terkesiap, takjub, an-tara percaya dan tidak, memandangi pedang itu. Keindahan terpatri di setiap bagiannya. Per-

paduan antara merah dan hitam membuatnya terlihat mewah. Ia memutar pelan pedang itu agar semua titik terlihat dengan jelas. Tampak sebuah ukiran di bagian bawah pegangan pe-

Page 75: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

75

dang yang mengilap itu. Ukiran itu terdiri atas dua bentuk yang menyerupai inisial dengan tuli-san bangsa lain. Ia menanyakan maksud inisial itu, tetapi

Charlom menggeleng. “Dia enggak ngasih ta-hu,” kata Charlom. Alnord tersentak diam karena memikirkan

satu hal. Luapan kesenangannya di matanya sir-na dalam sekejap. “Aku enggak boleh punya pedang ini.” Al-

nord menyerahkan pedang, tetapi Charlom tak menjulurkan tangannya. Ia menoleh ke pintu, memastikan sekali lagi tak ada yang mendengar mereka. “Gimana kalau nenek tahu?” Charlom tetap tak menerimanya kembali. Ia

menggeleng. “Aku tahu kau suka pedang itu,” katanya. “Memang seharusnya kau belum boleh punya pedang sebelum dewasa, tapi enggak sa-lah juga kalau buat jaga-jaga. Nenek udah tua, Alnord. Udah jadi kewajibanmu buat jagain dia. Asal kau taruh dengan benar, nenekmu enggak akan tahu.” Charlom menekan beberapa kata. Ia berhati-hati memilih kata-kata yang akan di-ungkapkannya agar Alnord tak ragu. “Jaga pedang ini baik-baik,” lanjutnya. Suatu

saat pasti berguna.”

Page 76: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

76

Alnord duduk di sisi tempat tidur sambil me-mangku pedang tersebut dan menatap Charlom yang saat itu tak biasa, terlihat serius dan bijak-sana, tak tampak seperti orang yang sangat ce-roboh. “Ya, siapa tahu,” kata Alnord lalu menaruh

pedang di tempat tidur. “Bagus kalau begitu,” kata Charlom. “Aku ha-

rus pulang. Masih banyak urusan yang belum selesai.” Ia menepuk pelan pundak Alnord beberapa kali. “Jangan lupa kesepakatan kita berdua.” Ia mengerling dan menutup pintu setelah Alnord mengangguk lemah dan masih tak memahami maksud Charlom. Dari luar terdengar pembicaraan antara Char-

lom, Ember, dan Antonum. Charlom berpami-tan. Ember menyayangkan hal tersebut, tetapi sesaat kemudian suara Charlom sudah tak ter-dengar lagi. Lalu dari luar rumah terdengar sua-ra roda pedati dan derap camelion. Alnord menatap pedang tersebut baik-baik.

Ada alasan ia merasa sejiwa dengan pedang ter-sebut. Ia merasa seperti ada ikatan batin antara dirinya dan pedang itu, tetapi tak bisa menemukan jawabannya. Ia merendah dan masuk ke kolong tempat tidur untuk menyelipkan pedang itu. Setelah menatapnya

Page 77: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

77

sesaat, meyakinkan diri bahwa nenek takkan tahu, ia keluar dan merebah di tempat tidur lalu berusaha terpejam. Lentera yang menerangi kamarnya meredup

seiring rasa kantuknya, tetapi tak kunjung gelap karena ia belum tidur. Tidur menjadi satu hal yang sulit baginya kali ini karena pikirannya penuh dengan berbagai hal. Berulang kali ia be-rusaha melelahkan diri, bahkan dengan menghi-tung camelion yang melompati pagar atau telur camelion yang menggelinding. Itu adalah cara yang selalu dipakainya saat ia masih kecil, tetapi ternyata tak berlaku sekarang. Ia tetap saja ter-jaga sehingga berbalik dan menatap ke luar jendela, ke pegunungan Merope yang terlihat hanya siluet di bawah sinar bulan. Tiba-tiba pintu berderit, Antonum mengintip

dari celahnya. “Kau belum tidur rupanya. Apa ayah boleh masuk?” Alnord menoleh. “Aku enggak pernah

ngelarang.” Saat pintunya terbuka sepenuhnya, terlihat

cahaya dari lentera di luar lebih remang karena tak ada lagi kegiatan di sana, sedangkan lentera di kamarnya menjadi lebih terang.

Page 78: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

78

“Kenapa kau belum tidur?” Antonum menu-tup pintu dan menghampirinya lalu duduk di pinggir tempat tidur, tepat di samping Alnord. “Enggak tahu.” Alnord bangkit lalu menyend-

er di dinding. Antonum melirik sebuah kotak penyimpanan

di meja Alnord karena ingat akan isinya. Ketika membukanya, ia tampak lega. “Baguslah kau tetap menjaganya,” kata Anto-

num tanpa mengambil isinya. “Kayak yang Ayah bilang.” “Nenekmu menceritakan obrolan kalian tadi

siang.” Antonum menaruh kotak itu, benturannya dengan meja menimbulkan suara gemeletuk. Ia bergeser agar lebih dekat dengan Alnord. “Sebenarnya Ayah ke sini untuk minta maaf karena selama ini jarang sekali menemui-mu. Setelah ayah pikir, kau benar, bahkan kita tak punya waktu memancing bersama.” “Ya, mungkin lain kali,” kata Alnord. “Entah

kapan, kita bisa mancing sama-sama.” “Pasti. Pasti akan ada waktu itu,” kata Anto-

num, tak menghiraukan sindiran yang Alnord ucapkan terang-terangan. Ada yang ingin Alnord katakan, tetapi

tertahan karena tak terbiasa mengungkapkan langsung kepada orang yang dimaksud. “Kena-

Page 79: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

79

pa ayah ngelarang aku ikut?” Kata-kata itu meluncur begitu saja. Jantungnya mencelos setelahnya, berdebar cepat, tetapi ada rasa lega saat ia mengucapkannya tanpa amarah. Antonum mendekati Alnord. “Karena ayah

selalu sibuk ke sana kemari. Kau mungkin tak memiliki teman nantinya jadi lebih baik kau di sini.” Mereka terdiam sesaat. Ada rasa canggung di

sana. Alnord memelintiri selimutnya, menunggu kalimat yang meluncur selanjutnya, dan menanti jawaban yang bisa memuaskan hatinya. Bukan jawaban sebenarnya, melainkan pernyataan yang menuruti permintaannya. “Kau tahu? Aku sangat bangga padamu,” kata

Antonum. “Kau bisa menjaga nenekmu dengan baik, bahkan sering membantu. Asal kau tahu, dia menolak setiap koin yang kuberikan pa-danya.” Ia berpaling dari wajah Alnord, menunduk sesaat, lalu menarik napas dalam dan mengembusnya cepat. “Sejak kematian Minerda dan karena Charlom memiliki usaha sendiri, hanya kau yang bisa menemaninya.” Alnord tersenyum kecil mendengarnya. Lente-

ra semakin terang karena rasa lelah di ruangan itu berkurang.

Page 80: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

80

“Ayah harap kita bisa lebih sering bersama nanti,” kata Antonum seraya menepuk pelan punggung tangan Alnord dan menggenggamnya sebentar. “Aku cuma enggak suka nunggu lama, Yah,”

kata Alnord. “Oh ya, boleh kan aku tanya sesu-atu?” “Soal apa?” “Ayah pernah masuk hutan Soulom?” Perlin-

dungan yang berlebihan dari Ember membuat Alnord seakan tak tahu segalanya. Antonum mengernyit. “Kenapa kau tiba-tiba

bertanya tentang hutan itu?” “Enggak apa,” kata Alnord. “Banyak isu jelek

tentang hutan Soulom.” “Ayah rasa hutan Soulom adalah hutan yang

indah.” Antonum menerawang. Alnord mendengarnya secara saksama. Antonum menoleh ke Alnord sebelum meneruskan ucapannya. “—pernahkah ayah bercerita tentang pekerjaan ayah sebelum menjadi duta besar?” Alnord menggeleng. “Itu artinya waktu bersama kita memang san-

gat sedikit.” Ada sesal tersembunyi di sana. “Saat kau berumur empat bulan, ayah mulai

dipekerjakan untuk kerajaan Morgana. Sebe-

Page 81: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

81

lumnya, ayah bekerja di kerajaan Ablahar seba-gai pegawai Departemen Luar Kerajaan, ayah tahu sesuatu yang menarik di dalam hutan ter-sebut.” Kata-kata yang bagus untuk hutan Soulom pasti membuat Alnord merasa tertarik dan semakin terjaga. “Sebuah danau yang sangat indah,” kata An-

tonum. “Airnya tenang dan biru-kehijauan. An-gin sejuk sepoi-sepoi berembus. Pemandangan yang takkan pernah ayah lupakan.” “Lalu, kenapa banyak yang bilang hutan Sou-

lom berbahaya?” Alnord membantah. “Bahkan banyak cerita, yang masuk ke hutan enggak pulang-pulang.” Hal itulah yang sebenarnya in-gin ia ketahui. “Benar enggak sih ada naga di dalamnya?” “Itu tergantung pada tujuanmu masuk ke hu-

tan,” kata Antonum. “Kalau kau memiliki tu-juan baik, tanpa ada keinginan merampas ke-kayaan hutan, kau akan baik-baik saja. Ayah ju-ga kurang begitu tahu. Memang sepertinya ba-nyak rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Tapi ayah tak pernah tahu soal naga itu.” “Udah kukira naga itu cuma bualan Paman

Galungum.” Alnord kesal merasa tertipu dan memukul-mukul pahanya pelan. “Ada lagi sesu-atu yang lebih menarik lagi enggak, di hutan?”

Page 82: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

82

“Ada,” kata Antonum. “Dulu ayah pernah mengunjungi sebuah taman batu. Taman itu sangat indah. Taman itu adalah taman peristira-hatan permaisuri dari dulu. Tapi sekarang tak digunakan lagi, mungkin alasan keamanan, en-tahlah, ayah juga kurang tahu. Taman itu terle-tak di sisi danau indah itu.” Alnord benar-benar telah lupa akan dugaan Egon. “Kenapa danau itu dirahasiain?” Alnord

takkan bisa tidur sebelum rasa ingin tahunya dipenuhi. “Ada yang percaya ada yang tidak bahwa air

danau itu beracun,” kata Antonum. “Departe-men Keseimbangan Lingkungan dan Penanggu-langan Bencana Alam kerajaan Vanderdam mengatakan tak ada kandungan racun di danau itu, bahkan ada zat yang menyembuhkan luka, tapi untuk mencegah bahaya, taman tersebut tak dipergunakan lagi.” Ia melirik kunang-kunang yang terbang lebih lincah dan terang. “Sepertinya malam sudah semakin larut. Kau sebaiknya tidur.” Alnord mendengus kecewa, tetapi menurut. Ia

merebah. Antonum bantu menyelimutinya lalu beranjak,

tetapi terhenti sebelum menutup pintu karena Alnord memanggilnya.

Page 83: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

83

Alnord menyibak selimutnya kembali. “Ehm, Yah, besok kita masih bisa bercerita kayak tadi enggak, lebih lama?” tanya Alnord, dengan nada yang semakin memelan, ragu-ragu menantikan reaksi Antonum. “Benar-benar enggak bisa, sama sekali?” Antonum melepaskan tangan dari pegangan

pintu dan berdiri tanpa suara. Ia menarik napas dalam-dalam. Jauh sebelum masuk untuk berbicara, ia sudah mengira Alnord akan melon-tarkan pertanyaan ini. “Maafkan ayah, sepertinya tak bisa. Ayah ha-

rus kembali besok pagi, tapi kita masih bisa berbincang-bincang saat sarapan.” Ia merasa harus, tetapi juga menyesal telah mengucapkannya. “Lalu kapan kita bisa jalan-jalan sama-sama ke

banyak tempat?” Alnord mulai menuntut. “Ayah janji suatu hari kita akan bersama-

sama, seharian, tanpa ada yang mengganggu ke-senangan kita.” ”Ya, ayah benar, semoga tentunya,” kata

Alnord. “Selamat tidur, Yah. Barusan aku senang, sayang cuma sebentar. Aku juga enggak begitu berharap yang aku mau kejadian. Aku tetap di sini, enggak pergi ke mana-mana, enggak tahu apa-apa.” Ia menyibak selimutnya,

Page 84: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

84

menutupi seluruh tubuhnya sebelum terpejam dengan penuh paksa. “Ayah pikir hari ini adalah hari yang sangat is-

timewa buatmu,” kata Antonum, tak tahu lagi yang harus diucapkan. “Aku udah senang Ayah datang hari ini,” kata

Alnord. “Hari ini istimewa menurutku.” Tentu saja ia berbohong. Kata-kata itu sangat berten-tangan dengan isi hatinya. “Aku hanya kesal yang istimewa itu selalu sebentar. Tolong tutup pintunya, Yah. Aku harus tidur.” “Ayah tahu kau kecewa ayah tak mengajakmu

pergi ke banyak tempat bersama ayah. Hanya saja ayah ingin, kau tak berhenti berharap. Kau bisa berkelana sendiri nanti, tetapi tunggu waktu yang tepat. Ayah tahu menunggu itu melelahkan, terutama kalau kita berharap banyak, tetapi harapan membuat hidup hidup. Saat harapan itu terwujud, kita membuat hara-pan baru setelahnya, mewujudkannya. Sampai kita tak bisa berharap lagi saat waktu kita sudah habis.” Ia tahu Alnord masih terjaga dan men-dengarkannya. Memang benar, Alnord masih terjaga. Ma-

tanya terpejam, tetapi pikirannya masih terbuka. Ia mendengarkan itu, tetapi mendengarkan

Page 85: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

85

nasihat sama menyebalkannya dengan menunggu lama. “Selamat tidur,” kata Antonum setengah

berbisik. Ia menghela napas perasaan bersalah sebelum menutup pintu perlahan dari luar. Alnord lelah berharap dan tak peduli lagi hal

itu dapat terjadi lagi atau tidak. Ia terlalu lelah memikirkannya. Rasa lelah itu membuatnya ter-pejam seiring dengan meredupnya lentera di kamar. Ia pun terlelap dalam tidur yang membuatnya lupa akan kekesalan.

Page 86: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

86

4

Hutan Soulom

yang Misterius

Besok harinya, matahari bersinar lebih cepat da-ri biasa. Sinarnya yang menghangatkan menye-ruak masuk ke kamar Alnord, memaksanya bangun. Sorotan cahaya yang berupa lingkaran sebesar koin di matanya membuatnya bergerak tak nyaman sehingga ia terbangun. Ia mengge-liat sesaat dan kemudian beranjak dari kamar dengan langkah yang masih sempoyongan. Kesibukan sudah terdengar dari dapur dan

ruang makan: suara kucuran air, kelontangan peralatan makan, serta gonggongan Wolly yang meminta makan dan menyambutnya. Ia lewat begitu saja seakan tak melihat atau pun mendengar Wolly menyapanya karena sedang malas menyahut. Tak berhenti berusaha, Wolly berlari ke arahnya sembari mengibaskan ekor, memintanya mengelus. Ia terpaksa merendah dan mengacak-acak rambut Wolly, membuat wulfix itu bersemangat berlari ke luar rumah.

Page 87: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

87

Antonum menyapa seraya menata peralatan makan di meja, bertanya ia tidur nyenyak atau tidak semalam. “Biasa aja.” Alnord menarik satu kursi dan

duduk meskipun belum mencuci muka. “Bersihkan dirimu dulu,” teriak Ember dari

dapur. Alnord mengeluh pelan dan memaksa diri be-

ranjak ke tempat cuci tangan untuk membasuh wajah dan berkumur. Seraya mengelap peralatan makan yang masih basah, Antonum tersenyum melihat tingkahnya yang malas bersih-bersih. “Makanan sudah siap semua,” kata Ember

sembari membawa semangkuk bubur umbi Gorgan. Antonum menarik kursi untuknya. Ia berterima kasih dan menaruh mangkuk bubur umbi Gorgan dan duduk di kursinya. “Maaf aku hanya bisa menyajikan makanan

biasa seperti ini,” katanya. Antonum tertawa. “Aku rindu masakan ini.” Kini mereka menikmati sarapan pagi itu, bu-

bur umbi Gorgan, Jumpea, dan telur camelion. Ember terlihat sangat bahagia melihat Antonum dan Alnord menjadi lebih dekat meskipun hanya sekali setahun. Ia tak tahu yang sebenarnya terjadi semalam.

Page 88: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

88

“Apa saja yang kalian bicarakan tadi malam?” Ember membuka pembicaraan. “Banyak,” kata Alnord tak bersemangat lalu

memasukkan sesendok bubur ke mulutnya se-raya memandang Antonum yang tersenyum ke arahnya. Ia hanya membalas dengan senyum simpul yang, terlihat sekali, sangat dipaksakan, bahkan menunduk, bukan menatap Antonum. “Menyenangkan sekali. Apa nenek boleh ta-

hu?” “Em—sebenarnya. Itu rahasia,” kata Alnord

asal. “Antara seorang ayah dan anak lelakinya.” Ia hanya ingin jujur, tetapi tak terlihat sinis karena memang sama sekali tak ingin menceri-takannya. Ember menyayangkan hal tersebut dengan

nada bercanda. “Dan itu pembicaraan antarpria,” kata Alnord

hanya untuk membuat nenek lebih mengira itu hanya candaan walau sebenarnya itu serius. Yang lain tertawa. Ia hanya tersenyum terpaksa sekali lagi karena masih kecewa Antonum sibuk bekerja sehingga tak bisa berbincang banyak lagi. Ia pun hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa selera. “Yah, aku punya sesuatu buat Ayah.” Ia lang-

sung melompat dan berjalan menuju kamarnya.

Page 89: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

89

Sesaat kemudian ia membawa sebuah gulungan yang langsung diberikannya kepada Antonum. Antonum melepaskan garpu dan

menerimanya. “Ini lukisanmu?” Ia membuka gulungan tersebut dan sangat gembira saat me-lihat isinya. “Bagus sekali, Alnord. Terima ka-sih,” Ia memperlihatkannya pada Ember yang kemudian mengangguk setuju. Lukisan itu menggambarkan suasana pegu-

nungan dan pohon-pohon yang mengelilingi sungai jernih, lebar, dan dalam. Terlihat anak kecil dengan seorang laki-laki sedang tertawa senang. Mereka menarik pancingan yang men-gait ikan besar. “Ayah pasti selalu ingat janji ayah memancing

bersama,” kata Antonum. Alnord tak terlalu senang mendengarnya

karena sudah mengecap harapan sebagai pem-bawa kekecewaan. Ia bisa menciptakannya, tetapi tak mampu mewujudkannya. “Kau baru membuatnya?” Antonum

menatapnya yang terus menunduk. “Udah lama, waktu Ayah pertama kali janji.” Yang lain tercekat. Mereka saling menatap.

Antonum semakin merasa bersalah karena belum bisa mengubah lukisan itu menjadi sebuah kenyataan. Ember berusaha

Page 90: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

90

mengalihkan topik dengan menawari Alnord menambah makanan, tetapi Alnord menolak. Setelah selesai sarapan, Antonum mengambil

jam dari saku. Ia menekan tombol di atasnya dan jam itu terbuka. Jarum jam saku kuningan berbentuk bulat tersebut mengarah ke angka yang menunjukkan bahwa matahari saja baru terlihat. “Aku harus berangkat.” Antonum

menggulung lukisan itu dan mengikatnya. “Biar aku yang ambil jubah ayah.” Alnord

langsung melompat dan berjalan lambat menuju tempat menggantung jubah. Kesal tak berarti harus menyebalkan. Ia melakukan itu hanya ingin menahan kekesalannya. “Terima kasih,” kata Antonum setelah Alnord

memberikan jubahnya. Ia memasukkan lukisan ke dalam kantung lalu berjalan menuju pintu se-raya menautkan kancing. Yang lain membuntuti untuk mengantar sampai pintu pagar. Antonum memanggil Wolly saat di ambang

pintu. Wolly yang sedang mengejar kupu-kupu menoleh dan berlari mendekat. Ia mendengus manja, meminta Antonum yang langsung me-rendah dan mengelus-elus dagunya. Ia berdecak senang, melompat-lompat, dan berdiri dengan kaki belakang saja.

Page 91: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

91

“Jaga majikanmu dengan baik, Wolly,” kata Antonum. Ia menjawabnya dengan meloncat-loncat dan menggonggong lagi lalu menjulurkan lidahnya. “Terima kasih sudah datang, Antonum,” kata

Ember seraya memeluk Antonum dan menepuk pelan punggungnya. “Kenapa ayah enggak diantar sama pengaw-

al?” celetuk Alnord. Ember melepas dekapannya dan menoleh lalu

tersenyum. “Ayahmu ini petinggi yang baik. Dia takkan menggunakan fasilitas kerajaan untuk

urusan pribadi,” Ember beralih ke Antonum, “kau menyewanya dari Bessel bersaudara?” “Ya, aku bisa menawar dengan harga murah,”

kata Antonum. “Baik.” Ember menghentikan obrolan.

“Mungkin kita jangan terlalu menahan ayahmu berlama-lama, Alnord.” “Tapi aku benar-benar enggak mau Ayah per-

gi. Enggak bisa nginap sehari lagi?” Antonum mendesah lalu menatap Alnord

tanpa menjawab pertanyaannya. Keterdiaman itu belum membuat Alnord mengerti bahwa ia pun sebenarnya ingin seperti itu. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Ember, ia berpaling ke Alnord. Ia merunduk dan

Page 92: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

92

memintanya menjaga Ember baik-baik. Ia memeluknya erat, mengusap-usap halus pung-gungnya, dan membisikinya. “Ayah ingatkan, jangan berhenti berharap. Tunggu sampai waktu yang tepat.” Alnord melepas pelukannya tanpa

mengiyakan atau menolak. Lalu Antonum beranjak menuju pedati. Camelion penarik pe-dati mengerang dan mengangkat kakinya bergantian seperti sudah pegal hanya berdiri dan tak sabar berangkat. Antonum melepas ikatan di pagar lalu me-

lompat naik ke tempat kusir. Ia mengentakkan tali kekang dan beranjak menuju jalan utama desa Elberg. Sebelum terlalu jauh, ia melambai-kan tangannya kepada yang lain. Wolly memba-las lambaian tangan itu dengan gonggongan se-raya berlari di belakang pedati dan berhenti tak jauh dari pagar. Tak lama kemudian ia tak terli-hat lagi. Alnord berusaha lupa akan kekecewaannya

dengan mengingat pesan tadi, tetapi masih menoleh ke jalan ketika Ember merangkul dan mengajaknya masuk. Setelah membantu Ember membereskan meja sebentar, ia keluar meng-gembala camelion. Selain karena tak ingin berlama-lama di rumah, ia juga tak sabar berce-

Page 93: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

93

rita tentang yang ia terima semalam kepada Dardyl. Dardy berteriak memanggil dari jauh saat

Alnord membuka pintu. Ternyata ia sudah bermain dengan kawanan rabbipof dan Wolly yang berlarian. Alnord menyahutnya dan setengah berlari

menuju kandang camelion untuk melepas me-reka. Siulannya mengharuskan Wolly berlari ke arahnya dan menggiring semua camelion. Ka-wanan unggas besar itu berlari ke puncak bukit Elberg, tak sabar ingin memakan rumput segar. Alnord mendatangi kaki bukit dan

menghampiri Dardyl yang kini sedang duduk di tempat biasa, di bawah pohon di tepi danau. Ia bercerita tentang hutan Soulom seperti yang diberitahukan. Ia berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan khayalannya tentang hutan Soulom. Ada beberapa hal yang ditambahkannya dan dikurangkan agar Dardyl tertarik masuk ke sana. Namun, Dardyl seper-tinya berusaha menutup telinganya agar tak mendengar kata ‘hutan Soulom’. “Dan kau enggak akan nyangka yang terjadi

semalam,” kata Alnord seraya merebah dan memandangi awan-awan yang berubah bentuk di langit.

Page 94: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

94

Dardyl mulai tertarik dengan cerita itu, sekaligus lega karena cerita hutan Soulom sudah selesai. Ia mengira ada pesta setelah pesta, sayangnya salah. “Kau ingat pedang yang kuceritain?” kata Al-

nord lalu bangkit dan bersiul lantang mengo-mandokan Wolly dan camelionnya. Dardyl bergumam. “Meskipun enggak terlalu

tertarik.” Ia tak sadar telah berbicara seperti itu sehingga langsung menutup mulut, berharap Alnord tak mendengar yang baru saja ia ucapkan. Alnord tak mendengar jelas dan menanyakan

balik, tetapi Dardyl langsung menggeleng dan meyakinkan bahwa itu hanya racauan. “Nanti kau kukasih lihat.” Alnord juga tak

terlalu ingin tahu. Ia melirik sebuah tanaman rendah dengan daun yang bergerigi. Setelah menyadari yang baru saja dilihatnya, ia bangkit dan menghampiri. Ia tahu tanaman itu. Karena bukan petani dan dilarang bermain di ladang mereka, ia tak pernah melihatnya sedekat ini. Ia memanggil Dardyl yang langsung menyambut dan menghampirinya lalu ikut memerhatikan. “Gorgan?” kata Dardyl. “Punya siapa?” “Bukan punya siapa-siapa.” Alnord merendah

dan mengusap-usap daun gorgan itu.

Page 95: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

95

“Kayaknya dia gorgan bandel yang kabur dari yang punya.” Dardyl mengernyit. “Kau pernah lihat dia lari enggak?” Alnord

bertanya dengan mimik penuh ide jahil. Dardyl langsung menangkap maksudnya.

“Enggak. Yang kutahu rasanya enak.” Ketika sadar arah ucapan Alnord, ia menolak tegas. “Aku enggak mau bajuku kotor.” Ia melangkah mundur bebeberapa kaki, takut Alnord menarik dan memaksanya mencabut tanaman itu. Alnord tak peduli. Ia pun menarik pangkal ba-

tang gorgan dan mencabutnya keras. Gorgan tersebut terlihat seperti wortel, den-

gan umbi akar seperti ubi yang bulat. Kalau diumpamakan, daunnya adalah rambut, batang-nya berbentuk bonggol adalah kepala dan umbi akarnya terlihat seperti tubuh, tangan, dan kaki. Tiba-tiba sesuatu menciprati baju Alnord,

membuatnya sontak melempar gorgan tersebut, tetapi terlambat. Gorgan tersebut sudah me-muntahinya. Muntahan itu ungu dengan bintik-bintik kuning, berlendir dan sangat menyengat. Alnord meludah-ludah karena muntahan itu

tercicipinya sedikit. “Kacau! Kayak muntah asli dicampur bau kaki Paman Charlom!” umpatnya ingin muntah.

Page 96: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

96

Setelah itu, si gorgan mengeluarkan sesuatu berbentuk seperti lidah. Tumbuhan yang tak normal tersebut seperti meledek Alnord. Ia menggali tanah sebentar dan menancapkan diri ke tanah lalu diam seperti sedia kala. Alnord bingung melihat tingkah laku gorgan

tersebut, sedangkan Dardyl hanya menertawa-kannya yang selalu ingin tahu segala sesuatu. “Aku kan udah bilang.” Ia tertawa sampai ter-

bungkuk-bungkuk. “Bahkan dia ngeledek.” “Aku harus pulang dan kau harus ikut.”

Alnord mengalihkan perhatian, berusaha menghentikan tawa Dardyl. “Aku mau kasih lihat yang kumaksud tadi.” Ia meraih tangan Dardyl dan menariknya. Dardyl tercekat, tawanya terhenti seketika. Ia

terlihat berjalan dengan susah payah, sering se-kali kakinya terantuk karena memang tak biasa berjalan dengan cepat. Ia mencemasi ternaknya, tetapi Alnord bilang Wolly bisa mengurus mereka. Dardyl mengeluh sepanjang jalan dan terus

mengaduh. Ia meminta Alnord lebih pelan, tetapi diabaikan. Alnord langsung membuka pintu tanpa mengetuk. Setelah melepas sepatu mereka yang kotor dengan tanah, mereka masuk ke kamar. Ember sepertinya sedang si-

Page 97: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

97

buk sampai tak memerhatikan mereka datang. Saat di kamar, Alnord baru melepas tangan Dardyl yang langsung menggoyang-goyangkan pergelangan tangannya agar rasa sakitnya berku-rang. Alnord menyuruh Dardyl menunggu sebentar

untuk mengambil satu setel pakaian lalu keluar dari kamar. Sesaat kemudian Alnord tak terlihat kotor dengan muntahan Gorgan, ia sudah menggantinya dengan pakaian bersih. “Kaukasih lihat apa?” Dardyl sudah tak sabar

lagi. Alnord membuka pintu sedikit untuk

mengintip posisi Ember. Setelah yakin Ember cukup jauh sehingga sulit mendengarkan pembicaraan mereka dari sana, ia menutup pintu lalu merendah dan masuk ke kolong tempat tidur. Dardyl sesaat terhenyak dan dibuat kagum

keindahan ukiran pedang tersebut. Ia memandangi setiap detailnya. Alnord tersenyum puas melihatnya. “Aku yakin semua orang pasti terkagum-

kagum sama pedang ini,” kata Alnord. “Hebat! Dari mana kau dapat pedang ini?”

Suara Dardyl melengking karena terlalu

Page 98: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

98

bersemangat. “Ini pasti bisa motong sayur dengan cepat.” “Sudah kubilang, kau pasti akan tertarik.” Al-

nord duduk di pinggir tempat tidur. “Aku enggak pernah bilang aku enggak terta-

rik, hanya kurang tertarik.” Dardyl mengelak dengan mimik penuh tanya dan rasa ingin tahu yang meledak-ledak. Alnord memberi tahu bahwa Charlom yang memberinya, tetapi Dardyl setengah percaya. “Buat apa dia ngasih ini?” Dardyl heran. Alnord mengangkat kedua bahunya. “Enggak

tahu,” katanya. “Yang dia bilang cuma karena aku suka ukirannya dan buat jagain nenek. Aku juga ngerasa aneh, kayak ada yang disembu-nyiin.” Dardyl bersumpah bahwa tak peduli

alasannya, itu adalah benda terbaik yang pernah ia lihat. Ia berdecak-decak. Ditambah lagi setelah sinar matahari yang masuk ke kamar Al-nord terpantul karena batu merah di pedang itu ke dinding kamar Alnord. Bayangannya terlihat seperti aurora merah. Dardyl menanyakan nenek tahu atau tidak

setelah agak lama terkesima. Alnord menjawab bahwa nenek tak tahu dan tentu saja mengancam Dardyl agar tak memberi tahu.

Page 99: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

99

“Pedang ini mau kauapain?” tanya Dardyl. “Mungkin cuma kusimpan,” kata Alnord.

“Aku bahkan enggak berani buka sarungnya.” Tiba-tiba Ember memanggilnya dari luar dan

mengetuk-ngetuk pintu. Dardyl buru-buru me-nyerahkan pedang itu kepada Alnord, jelas karena tak mau ditanyai atas barang yang bukan miliknya. Alnord kikuk dan langsung menaruh-nya kembali di kolong tempat tidurnya. Alnord mempersilakan Ember membuka

pintu. Ia berbalik, berusaha bertingkah normal, dan

membisiki Dardyl untuk bersikap biasa. Pintu terbuka. Ember ingin menanyakan sesuatu, te-tapi terhenti karena Dardyl tersenyum aneh dan menanyakan keadaannya. Dardyl mengelak ketika Ember mengatakan

ada sesuatu yang salah di dirinya. “Mentari pagi bersinar indah, burung-burung berkicau riang dan kami sedang menikmatinya.” Ia meracau. Ember mengernyit. Alnord menyikut tangan

Dardyl, menyuruhnya diam. “—em, kami lagi ngomongin rencana nge-

rombak kedai Paman.” Alnord berusaha meng-hilangkan keheranan Ember. Ia menoleh ke arah Dardyl. Dardyl mengiyakan dan mengangguk mantap.

Page 100: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

100

“Oh, bagus kalau begitu,” kata Ember. “Sebe-narnya itu yang ingin nenek tanyakan.” Alnord mengatakan bahwa mereka akan

berangkat setelah memasukkan ternak ke kandang. Ember mengangguk lalu melirik sebelum menutup pintu, memastikan Dardyl tak bertingkah aneh lagi. Mereka langsung menghela napas panjang setelah daun pintu me-rapat dengan kusennya. Alnord mendesah lega lalu bangkit dan men-

copot semua lukisan yang tergantung di dinding kamar Alnord. Dardyl menggulung semua luki-san yang sudah diturunkan. Setelah itu, Alnord mengambil tali dari dalam laci meja dan mengi-kat semua lukisan. Tak butuh waktu lama sampai semua lukisan

tergulung rapi, Alnord mengajak Dardyl keluar dari kamar. Mereka menghampiri Ember sebentar untuk memberi tahu mereka akan berangkat ke kedai Charlom. Ember mengizinkan dan meminta mereka hati-hati. Mereka tak peduli sinar matahari yang terasa membakar mereka perlahan-lahan. Wolly menyambut mereka di depan pintu.

Sudah waktunya para camelion masuk ke kan-dang. Lalu, Wolly berlari cepat ke kandang ca-melion. Api di punggungnya menyala-nyala.

Page 101: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

101

Mereka menyusulnya dan mengernyit melihat para camelion dan rabbipof sudah masuk ke kandang. Sebenarnya mereka lebih baik dibebaskan sampai sore, tetapi Wolly akan kewalahan bila mengatur mereka sendiri tanpa pengawasan Alnord dan Dardyl. “Kau yang giring mereka, Wolly?” tanya Al-

nord begitu herannya sampai bertanya kepada makhluk yang tak bisa bahasa Heldon. “Kau ju-ga yang mengunci pintu kandang?” Wolly menjulurkan lidah dan kemudian me-

lompat-lompat seraya menyalak keras seakan mengerti maksud Alnord. Dardyl memuji dan merendahkan badan. Api

di punggung wulfix kembali menjadi rambut. Selalu seperti itu bila ia tahu akan dielus. Setelah itu Wolly berlari menuju rumah, menyalak-nyalak senang. Alnord menyerahkan semua gulungan kepada

Dardyl, memintanya memegang semuanya sementara ia membuka pintu kandang. Semua camelion mengatupkan sayap dan melipat kaki, bermalas-malasan seraya terus mengerang karena panas. Ia mencari camelion yang biasa ditunggangi.

Ia begitu kenal sehingga cepat menemukannya, camelion jantan paling besar. Namanya

Page 102: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

102

camcam. Ia mengambil pelana dan tali kekang yang digantung di pilar kandang lalu mema-sangnya pada punggung camelion tunggangan. Alnord selesai melakukannya sekejap, tanpa

kesulitan karena sudah terbiasa, lalu menggi-ringnya keluar kandang. Setelah mengunci pintu kandang kembali, ia melompat naik ke pung-gung camelion itu dan mengambil kembali se-mua gulungan agar Dardyl dapat mudah naik. Setelah Dardyl naik dan menyerahkan kembali

semua gulungannya, Alnord menanyakan sudah siap atau belum. Dardyl menjawab siap dengan ragu-ragu dan setelah itu meminta Alnord pelan-pelan. Alnord tak mengangguk dan langsung mengentakkan tali kekang. Mereka melesat menuju jalan utama desa Elberg, menuju desa Barlot. Alnord dan Dardyl menyapa Egon saat men-

dahului pedati jeraminya. Egon telat menyadari, tetapi tetap menjawab sapaan mereka, sayangnya mereka sudah jauh di depan. “Buru-buru amat,” katanya sambil berdecak kesal karena ada cerita yang belum ia beri tahukan. Mereka terus melintasi jalan yang diapit la-

dang gandum seluas mata memandang, berbe-lok ke kiri saat di pertigaan, menyeberangi jem-batan, dan sampai di kedai Charlom. Mereka

Page 103: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

103

melompat turun dan Alnord mengikat tali ke-kang camelion di palang tempat khusus mengi-kat tunggangan. Alnord menyapa Charlom seraya membuka

pintu kedai. Terdengar suara benturan cukup keras. Dardyl mengaduh sambil mengusap ke-palanya seolah-olah ia yang terantuk meja. Charlom muncul dari bawah meja utama, sam-bil mengusap kepalanya yang sakit. “Itu kesembilan kalinya dalam hari ini,” kata

Charlom lalu menghampiri Alnord dan Dardyl dan menanyakan tujuan datang. Alnord memerhatikan suasana baru kedai mi-

lik Charlom: lebih bersih, lebih terang, tak ada lagi sarang laba-laba di pojok langit-langit, se-dangkan Dardyl mengendus sesuatu yang enak dari balik pintu dapur lalu mendatangi arah sumber aroma tersebut. Alnord menaruh semua gulungan di meja.

“Ini semua lukisanku.” Charlom baru teringat akan rencananya dan

mengutuk betapa pelupanya ia. Setelah mengucapkan terima kasih, ia beranjak kembali ke meja utama, melanjutkan pekerjaannya. Na-mun, sesaat kemudian ia terhenti, teringat akan sesuatu lalu menghampiri Alnord lagi. Ia memberi tahu Alnord bahwa ada sesuatu yang

Page 104: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

104

ingin ia tunjukkan lalu menarik Alnord ke depan meja utama. Itu adalah hasil karya terbaiknya, katanya. Charlom menyuruhnya mendengarkan dengan

saksama. Ia menekan-nekan kakinya lalu ter-dengar suara decitan dari gesekan kayu. Alnord belum sadar bahwa suara tersebut dibuat Charlom dan malah menduga itu suara tikus. Ketika sadar kaki Charlom ia lihat bergerak-gerak, ia menunduk. Charlom menekan-nekan lebih keras dan

menanyakan pendapat Alnord. Ia menyingkir dan meminta Alnord berlutut untuk memerhatikannya lebih dekat. Kaki Charlom ternyata menekan kayu yang tak terpasang den-gan baik. Saat bergesekan, kayu tersebut berde-cit. Alnord menyepelekannya dan bangkit.

Seharusnya ia tak menggubris dari awal. Char-lom merendah dan menekan-nekan potongan kayu tersebut dengan tangannya. Ia mengaku butuh waktu dari pagi untuk membuatnya. Alnord belum juga menjawab sehingga sekali lagi Charlom menanyakan pendapat. “Em—bagus.” Alnord berbohong. “Idenya

unik, lain daripada yang lain.”

Page 105: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

105

“Aku juga nganggapnya kayak itu.” Charlom tertawa senang. “Aku suka sekali saat menden-garnya dan aku yakin para pelangganku juga su-ka.” Ia membuat kayu itu berdecit berkali-kali. Alnord tak dapat membendung rasa herannya

sehingga menanyakan fungsi decitan itu. “Oh ayolah.” Charlom mengeluh,

mengangkat kedua tangan dan berdecak. “Kau enggak bisa ngerasainnya? Suara ini bikin suasa-na Domz Poul terasa kuno dan antik.” Tiba-tiba pintu dapur terbuka, Dardyl keluar

dengan wajah dan tangan dilumuri krim. Ia bertanya kepada Charlom kue yang baru saja dimakan masih ada atau tidak dan terus berdecak-decak mengatakan kue itu enak sekali. Bahkan ia terus mengulum jari-jari tangan sam-pai bersih. Lalu ia berhenti menjilati jari-jari tangan ketika sadar harus membayar semua kue yang ia makan. Charlom terlihat cemas. “Enggak se-Coppen

pun, sebenarnya, Dardyl. Itu kue percobaan, li-ma hari yang lalu dan belum sempat kubuang.” Alnord menjulurkan lidah, memasang mimik

jijik dan seperti ingin muntah, tetapi juga ingin tertawa.

Page 106: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

106

“Benar tuh?” Dardyl tak peduli dan mengusap mulutnya. “Tapi kue ini enak banget. Maaf, Al-nord, kuenya enggak kusisain buatmu.” Alnord, dengan mimik ingin-muntahnya,

berkata bahwa ia tak keberatan, sedangkan Charlom heran dan cemas sehingga menanyakan jumlah kue yang Dardyl habiskan. Mungkin karena merasa telah berbuat salah, Dardyl meminta maaf tak sengaja memakan sepuluh buah. “Kau seharusnya bekerja di sini,” kata

Charlom berkelakar. “Bagian pembuangan.” Alnord tertawa geli, sedangkan Dardyl

sepertinya tak mengerti sehingga diam saja. Alnord teringat akan tujuan kemari dan meminta Charlom memasang lukisannya. Mereka butuh bingkai dan saat Alnord menanyakannya, Charlom ingat bahwa ia membeli cukup banyak tadi pagi dan masuk ke gudang mengambilnya. Dardyl permisi sebentar untuk cuci tangan

lalu masuk ke dapur dan kembali dengan tangan bersih. Charlom berteriak meminta bantuan da-ri arah gudang. Terdengar suara benturan cukup keras berulang kali sehingga mereka menyusulnya sebelum terjadi sesuatu yang buruk. Sesampainya mereka di sana, Charlom

Page 107: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

107

membagikan sebagian bingkai dan menyuruh mereka bawa ke depan. Ketika mereka sibuk memasang bingkai, ada

yang masuk ke kedai sehingga mereka berhenti sejenak. Ternyata yang berkunjung adalah mak-hluk kecil tua dan keriput, bertelinga panjang, dan memakai jubah berlambang kerajaan Abla-har di dadanya. Kacamata yang menegaskan ketidakacuhan mereka membuat semua orang yang melihat mereka di jalan akan langsung mengenali. Mereka adalah pemungut upeti atau yang biasa disebut Tollar. Charlom menyuruh Alnord dan Dardyl diam

di tempat lalu menghampiri para Tollar. “Charlom Coalin Bordom?” Salah satu me-

mastikan mereka tak salah orang. Suaranya ter-dengar sengau berserak. Benar-benar tak nyaman didengar. Charlom mengiyakan, tetapi dengan kesal

menanyakan tujuan mereka datang. Ia yakin telah membayar upeti bulan ini. “Setiap orang dianggap telah mengetahui se-

tiap putusan yang dibuat,” kata salah satu Tollar. “Menurut Putusan Raja Ihtizar nomor 53 tahun 579, upeti dinaikkan dua kali lipat se-hingga toko dan Anda sendiri berutang seba-

Page 108: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

108

nyak“ Tollar itu mengulur perkamennya dan mengecek data “—dua Goldon tiga Argum.” Charlom tersentak dan menyerukan

ketidaksetujuan. “Itu sekitar seperempat harga pedati kayu jati!” “Putusan Raja Ihtizar tak dapat diganggu gu-

gat,” kata Tollar itu, singkat seakan-akan tak in-gin membuang waktu. Waktu adalah emas bagi mereka dan syarat pemungutan upeti melarang emas yang dipakai lebih besar daripada emas yang didapat. Charlom berbalik, mengambil kunci di laci

meja utama, membuka lemari, menarik laci di dalam lemari itu, mengorek bagian terdalam da-ri laci, dan mengambil dua koin emas dalam kantung terikat kuat yang ada di dalamnya. Sete-lah mengembalikannya, ia mengambil tiga koin perak itu dalam kotak dalam laci meja paling bawah. Repot dan berisik sekali. “Ini benar-benar kelewatan.” Charlom

mengeluh dan mengumpat. “Upeti cuma dita-gih, tapi kurang kelihatan perbaikan yang nyata, bikin kecewa, bukan tipe pe—.” Charlom menghentikan kalimatnya. Ia bisa dikenai tuntu-tan bila tertangkap menghina raja. Setelah itu dengan wajah cemberut, ia mem-

berikan koin-koinnya. Tollar tersebut berbalik

Page 109: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

109

tanpa mengucapkan terima kasih, bahkan senyum pun tidak, lalu keluar dengan mening-galkan kesan mengesalkan semata. Alnord bertanya ada masalah atau tidak

karena wajah Charlom semakin keriput seperti baju yang baru saja diperas. “Asal kau tahu ya, enggak seorang pun rela

bayar upeti,” kata Charlom, tetapi sebelum omongannya memburuk, ia berhenti dan mengajak mereka lanjut. Kini mereka sibuk memasang lukisan pada

bingkai dan menggantungnya di dinding. Selalu ada tawa yang menyertai. Tentu saja tawa terse-but berasal dari Dardyl yang selalu bertingkah aneh dan Charlom yang ceroboh, tetapi lucu. Mereka tak sadar waktu berputar cepat sehingga terkejut ketika selesai, ternyata hari sudah men-jelang sore. Mereka harus pulang. “Makasih, Alnord. Dua makasih untukmu,

Dardyl,” kata Charlom. Alnord tertawa men-dengarnya. Dardyl hanya celingukan. Seraya membuka pintu, Dardyl mengatakan

ingin sering datang, sedangkan Alnord mengucapkan harapan agar usaha mereka membuat kedai itu ramai. Charlom mengiyakan. Alnord melepas ikatan camelionnya dan me-

lompat naik ke punggung unggas besar itu lalu

Page 110: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

110

menyodorkan tangannya untuk membantu Dardyl naik. Setelah Dardyl berkata siap dengan posisinya, Alnord mengentakkan tali kekang dan mereka melesat pulang. Charlom masuk kembali setelah bayangan mereka menghilang. Ketika berada di ladang gandum yang sudah

dipanen, mereka berhenti. Hutan Soulom terlihat tak jauh dari sana. Menurutnya, hutan dalam mimpinya adalah hutan Soulom sehingga ia ingin mengecek pendapatnya benar atau tidak. Dardyl heran dan menanyakan alasan mereka berhenti, tetapi Alnord diam dan terus memandangi hutan Soulom, membayangkan isi hutan luas tersebut. Lalu tiba-tiba mereka berbelok dan melesat menuju hutan itu. Dardyl tersentak dan terkejut. “Jangan bilang

kita ke hutan Soulom, ALNORD!” Dardyl mengguncang kuat tubuh Alnord. “Ya, aku enggak akan bilang!” Alnord

menjawabnya sambil tertawa. “Seharusnya aku enggak tanya itu.” Dardyl

mengeluh sambil terpejam erat-erat. Mereka terus menanjaki kaki gunung yang

landai dan berhenti tak lama kemudian ketika berada di depan pohon terluar dari hutan. “Kita udah mati ya?” Dardyl membuka mata

pelan-pelan.

Page 111: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

111

“Selamat datang di hutan.” Alnord membiarkan tali kekangnya agar camelion berja-lan pelan. Alnord cermat memerhatikan pemandangan

di dalam hutan dengan ketertarikan tinggi, se-dangkan Dardyl enggan memandanginya den-gan ketakutan yang melebihi rata-rata anak seusianya. Dardyl meyakinkan Alnord berkali-kali bahwa

hari sudah sore sehingga mereka harus pulang cepat kalau tak mau dimarahi. Namun, Alnord tak menghiraukannya dan mereka terus mema-suki hutan lebih dalam. Hutan Soulom sangat menakjubkan. Pohon-

pohon tinggi dan lebar, dengan dedauan lebat. Akar-akar tanaman merambat, ada yang meng-gantung di udara. Suara-suara kumbang dan ki-cauan burung di sore hari terdengar sangat merdu. Angin pun berembus, menggesek de-daunan. Paduan itu seperti musik alam. Sinar matahari kemerahan yang menerobos lebatnya dedaunan dan berpadu dengan bayangan terli-hat sangat indah. Bau lembap dari dedaunan yang berjatuhan dan lumut serta jamur yang tumbuh di batang mati tercium kuat. Terkadang terlihat beberapa hewan melompati pohon dan bersembunyi karena melihat mereka berdua.

Page 112: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

112

Ada juga yang mendekati mereka, tetapi urung karena mendengar suara tapak kaki camelion yang menginjak daun-daun lapuk di tanah. Al-nord tak henti-hentinya mengucap kekaguman-nya, sedangkan Dardyl tak putus asa mengajak pulang. Alnord berusaha meyakinkan Dardyl bahwa

pemandangan indah itu tak boleh dilewatkan. Namun, Dardyl juga meyakinkan Alnord bahwa pemandangan kamarnya jauh lebih indah dan nyaman. Kaki besar camelion terus membawa mereka

memasuki hutan lebih dalam. Sang camelion sama sekali tak terusik seolah-olah menganggap hutan Soulom adalah rumah sendiri. Alnord te-rus memandangi semua pohon, hewan, serang-ga, burung, dan segala yang ada di sana seakan tak pernah melihat semua itu. Dari matanya terpancar keingintahuan yang lebih kuat daripa-da rasa takutnya. Ia sama sekali tak peduli den-gan omongan orang tentang bahaya hutan Sou-lom. Ia tak percaya akan hal itu. Mungkin saja, pikirnya, orang-orang yang hilang tersebut tak ingin meninggalkan keindahan hutan ini dan menjalankan sisa hidupnya bersama alam. Dardyl terlihat selalu bergemetar dan berteriak

saat semak-semak bergerak karena terembus

Page 113: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

113

angin atau bahkan suara daun yang bergesekan karena lompatan monyet. Semakin mereka ma-suk ke dalam, semakin erat cengkeraman tangannya pada bahu Alnord. Ia mengeluh seo-lah tak bisa memakan setumpuk besar kue lagi. Mereka terus melewati batang-batang yang

melintang di tanah dan menerobos akar-akar yang menggantung. Sampai akhirnya cahaya yang masuk ke dalam hutan mulai meredup. Dardyl memperingatkan bahwa malam akan datang dan terus menarik baju Alnord. Ia bersyukur ketika Alnord setuju mereka harus pulang dan menarik satu sisi dari tali kekang agar camelion berputar. Namun, sang camelion seperti enggan menu-

rut. Ia mengerang. Kepakan sayapnya hampir menjatuhkan Dardyl. Tentu saja itu membuat Alnord bingung dan berusaha menenangkannya. Dardyl panik dan mulai mengesalkan dengan

tanpa henti menanyakan yang terjadi pada camelion itu dan menyuruh Alnord bertindak cepat karena perutnya sudah keroncongan. Yang membuatnya panik jadi tak jelas, erangan camelion atau rasa laparnya. Alnord tak menjawab, tetapi saat merasa

Dardyl berisik, ia menggertak, menaruh jari te-

Page 114: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

114

lunjuk di depan bibirnya, dan berdesis. Bukan hanya karena itu, ia juga sedang terpusat pada sesuatu. Ia merasa suasana di sekeliling beru-bah, seperti ada yang memerhatikan dan ingin mencelakai mereka. Ia berusaha mendengarkan setiap suara dan terus mewaspadai arah sumbernya. Seperti ada suara selain derikan se-rangga ataupun suara hewan lainnya, yaitu suara gemerisik semak karena ada yang melintasinya. Detakan jantung Dardyl bahkan bisa Alnord

rasakan. Dardyl menanyakan hal yang Alnord curigai, tetapi tak digubris. Alnord mengentak-kan tali kekang dan Camcam melangkah ke arah mereka masuk tadi, tetapi sesuatu bergerak ke arah mereka. Alnord menarik Dardyl secara ti-ba-tiba dan menjatuhkan diri ke tanah. Dardyl mengerang kesakitan sambil meme-

gangi lengan atasnya yang memar dan mengutuk Alnord. Ia tercekat ketika sebuah ranting melesat ke arah mereka, tetapi meleset dan menancap di tanah. Camcam merasa teran-cam, mengerang, mengepakkan sayapnya, dan berlari masuk ke tengah hutan. Alnord meneriaki Camcam untuk kembali, sayang sekali ia tak mengajak Wolly, satu-satunya makhluk yang dituruti. Camelion itu tetap pergi.

Page 115: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

115

Dardyl tiba-tiba berteriak, memperingatkan Alnord untuk menghindar. Alnord melompat, melengos dari sepuluh ranting yang melesat ke arahnya. Kini tak ada lagi suara hewan-hewan yang terdengar, semuanya mendadak sunyi. Hanya terdengar suara gesekan cabang pohon dan daun, bukan karena angin atau hewan yang melompati pohon-pohon. Semua pohon itu menggerakkan cabang mereka sendiri. Setiap batangnya ditujukan ke mereka, seperti kumpu-lan prajurit yang mengarahkan senapan pada musuhnya. Setelah menyadari akan diserang, mata mereka terbelalak dan berteriak, pupil me-reka menyempit. Alnord berteriak, menyuruh Dardyl lari

meskipun tidak perlu. Suara desingan kini me-menuhi hutan ditambah dengan suara daun yang sobek. Ratusan ranting runcing melesat cepat ke arah mereka setiap saat. Ranting-ranting tersebut menancap tanah, hanya meleset tiga inci di belakang mereka setiap kali mereka melangkah seakan-akan mengejar mereka. Alnord terus berlari dan melompati batang

yang menghalangi jalan mereka, tak peduli akan katak pohon yang meloncat ke kepalanya dan mengeluarkan suara seperti dengkuran Char-

Page 116: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

116

lom. Yang mengherankannya adalah Dardyl da-pat berlari lebih kencang. Alnord berteriak meminta Dardyl

menunggunya, seraya melompati batang yang cukup besar. Ranting-ranting terus melesat di belakang mereka, tetapi tak ada satu pun yang mengenai mereka. Serbuan kini dari depan sehingga mereka me-

nukik ke kiri. Seekor monyet terlihat sedang bergelantungan terbalik di hadapan mereka. Mereka berteriak, menyuruh monyet itu menyingkir, begitu juga monyet tersebut. Akhirnya, hewan itu memilih naik ke dahan se-belum mereka tabrak. Dardyl berbelok ke kanan lalu melompat ma-

suk ke sebuah lubang di tanah, di bawah pohon paling besar. Tinggi pohon tersebut mencapai sekitar empat puluh meter dengan diameter yang memeluknya butuh dua puluh orang. Daunnya kecil-kecil, tetapi lebat. Di dahan be-sarnya tergantung ratusan akar besar. Alnord ingin menyusul Dardyl, tetapi tertahan

sebuah ranting yang melesat dari kanan dan de-pannya sehingga harus berbelok ke kiri. Sesaat setelah ia berbelok, sebuah cabang besar men-gayun dari depan ke arahnya. Sang kodok me-lompat dari kepala Alnord, menghindari han-

Page 117: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

117

taman cabang tersebut. Alnord tak sempat menghindar, bahkan untuk terkejut dan berte-riak sekalipun. Ia terhempas keras di bagian pe-rutnya. Ini jauh lebih buruk daripada hantaman camelion. Ia terguling, untung saja tak ada ranting yang melesat ke arahnya, lalu terjerem-bap ke lubang yang sama dengan yang dimasuki Dardyl. Alnord mengaduh saat terperosok lebih da-

lam. Suaranya bergetar karena permukaan tanah lubang tersebut tak rata. Ia terentak, tersan-dung-sandung, badannya terjungkal ke belakang dan berputar. Kini ia menghadap ke mulut lu-bang dan terus menggelusur. Lubang tersebut sangat gelap hingga terpejam atau tidak pun sama gelapnya. Bau lembap dari tanah yang ba-sah, jamur, dan kotoran hewan tanah tercium kuat di dalam sana. Lorong tersebut berbelok seperti lubang ke

pusat tanah. Alnord berpikir akan masuk ke dan terjebak di dalam sana, tetapi ternyata bagian itu dangkal. Ia terhenti akibat menghantam sesuatu yang empuk. Terdengar suara jeritan yang terta-han saat Alnord menghantam benda tersebut. Dardyl memanggilnya dengan suara

melengking, seperti dicekik saat sedang berbica-ra. Alnord tersadar dan meminta maaf lalu me-

Page 118: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

118

nyingkir dari sana agar Dardyl bisa bergerak. Dardyl mengaku baik-baik saja, tetapi suaranya masih menandakan sebaliknya. “Kayaknya kita udah ada di alam lain,” kata

Dardyl putus asa. Cahaya mulai tak terlihat dari mulut lubang

tersebut, menandakan hari sudah malam. Suara-suara hewan malam pun mulai terdengar dari arah luar. Dardyl menanyakan mereka bisa pulang atau tidak. Giginya bergemeletuk karena suasana mendingin. Alnord hanya bisa menjawab tak tahu, setengah mendesah karena rasa sesal, tetapi langsung menarik ucapannya dan mengatakan mereka pasti pulang besok harinya karena memang merasa seperti itu. Setelah itu, tak terdengar suara. Alnord tak bisa melihat mimik Dardyl sehingga berpikir Dardyl sangat marah padanya, tetapi ia tak merasa bersalah. “Aku kedinginan,” kata Alnord seraya

memeluk diri sendiri. Diperburuk lagi dengan perutnya yang masih ngilu. “Kau gimana?” Dardyl tak menjawab lagi. Alnord tahu Dardyl

tak tidur karena tak mendengar suara dengku-rannya. Ini semakin meyakinkan Alnord bahwa Dardyl memang marah kepadanya, tetapi ia tetap tak mengacuhkannya dan merasa itu

Page 119: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

119

hanya dugaan asal. Bukan suara Dardyl maupun dengkurannya, melainkan suara perut laparnya yang menjawab pertanyaan Alnord. Suaranya panjang dan meliuk-liuk. Sekarang Alnord mengerti penyebab Dardyl diam. Terdengar lagi suara kriuk yang lebih panjang

dan nadanya lebih berkelok-kelok. Bukan dari perut Dardyl, melainkan dari perut Alnord. Se-saat kemudian tawa mereka meledak. “Kita enggak mungkin bisa makan kumbang

tanah mentah-mentah,” kata Dardyl. “Kita kan enggak bawa bubuk lada.” Alnord tak menjawabnya karena masih

merasa geli dengan suara perut mereka. Dardyl kembali menanyakan mereka bisa pulang atau tidak malam ini, setidaknya besok. Alnord berdiri dan berusaha mencapai mulut lubang, tetapi tak sampai. Suasana begitu gelap sehingga ia tak bisa melihat seberapa tinggi lubang itu. Alnord menyerah dan mengakui ia tak yakin mereka bisa pulang hari ini. “Mungkin kita harus jadi orang gua buat se-

lamanya kalau enggak ada yang nolong,” kata Dardyl. “Bodoh, enggak mungkin ada orang yang masuk ke hutan ini.” Ia meracau dan baru berhenti ketika suara gemeletuk giginya semakin lantang. Alnord menyuruhnya merapat untuk

Page 120: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

120

berbagi panas dan meyakinkannya bahwa mereka pasti pulang hari berikutnya. Sesuatu merayapi mereka. Dardyl bergidik dan

memekik. Tak hanya satu, tetapi banyak. Mereka menduga itu ular, tetapi permukaannya terlalu kasar untuk seekor ular dan terlalu keras. Mereka menendang-nendang benda itu, tetapi benda itu tetap saja bergerak, bahkan kini meliliti tubuh mereka. Mereka berusaha melepas jeratan itu, tetapi benda itu terlalu kuat. Benda-benda itu berhenti bergerak ketika mereka berdua terikat tanpa kehilangan ruang bernapas. Alnord menduka itu adalah akar pohon dan memang benar. Dardyl terengah-engah ketakutan, tetapi Alnord mengatakan mereka akan baik-baik saja dan menyuruhnya tidur. Alnord teringat akan ucapan Antonum ten-

tang hutan Soulom. Mereka tak berniat meram-pas kekayaan hutan, tetapi sepertinya mereka tak diterima. Ia belum paham alasan mereka diserang atau memang ada yang disembunyikan dari hutan ini dan dilindungi para pohon agar tak seorang pun mengetahuinya. Ia berusaha mencari tahu, tetapi terlalu lelah untuk berpikir lebih lama. Sesaat kemudian, tak ada lagi suara

Page 121: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

121

mereka. Mereka terlalu lelah untuk terjaga. Mata mereka perlahan terpejam dan mereka tertidur.

Page 122: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

122

5

Danau Nyos

Sinar matahari mulai menyusup, melewati rin-dangnya pohon, dan perlahan menerangi lubang tempat mereka terperosok. Alnord memicing dan menghalangi sinar dengan tangan agar tak terlalu silau. Kini ia bisa melihat Dardyl yang masih tertidur pulas. Dardyl terlentang nyaman seakan tak

memedulikan tempat mereka berada sekarang. Terkadang ia mengeluarkan suara dengkuran yang aneh, seperti suara ternak, disusul dengan suara perut-laparnya, membuat Alnord ingin tertawa. Alnord ingin bergerak, tetapi posisi Dardyl

yang membuat lubang itu terasa sangat sempit mematikan gerakannya. Mereka dalam posisi terjepit seperti dijejalkan ke dalam koper. Sebenarnya lubang itu cukup bila saja Dardyl tidur dalam posisi duduk. Ia tak merasa memili-ki tangan kanan lagi, mati rasa. Tangannya ter-tindih badan Dardyl sepanjang malam. Ia menyuruh Dardyl menyingkir sedikit seraya be-rusaha mendorong dengan sikut kiri, bagian da-

Page 123: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

123

ri tangan kirinya yang masih bisa digerakannya. Dardyl menggeliat dan itu semakin memperburuk keadaannya, bahkan sampai menendang perutnya dengan lutut. Ia merasa lebih baik tidur di kandang camelion. Karena Dardyl tak bangun juga, ia menepuk perutnya. Dardyl terbangun, merasa tidurnya terganggu, lalu tersontak kaget saat sadar sedang menindihnya. Ia memberitahunya bahwa mereka harus pulang sekarang dan Dardyl langsung tersadar sepenuhnya. Dardyl berdiri, tetapi sebelumnya Alnord menanyainya sudah tak sempoyongan atau masih. Alnord merasa lebih baik menunggunya benar-benar sadar daripada dipaksakan, tetapi jatuh menimpa. Ia meyakinkan takkan sampai seperti itu lalu bangkit perlahan-lahan sambil terus mengubah posisinya agar kakinya dapat menapak. Sayangnya, cahaya matahari sudah bergeser sehingga ia sulit melihat posisi kakinya. Ia meminta maaf setiap kali menginjak tangan Alnord. Alnord mengorbankan tubuhnya untuk ia

injak, ini tentu sangat menyiksa. Ia berhasil menggapai akar-akar pohon yang mencuat dan kini berpegangan. Memanjat baginya ternyata sulit, super sulit. Setiap kali kakinya terangkat,

Page 124: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

124

akar tempatnya bergantung tak kuat menahan tubuhnya. Ia terjatuh menimpa Alnord, semakin menyiksa. Ia meraba-raba tangannya, mencoba mencari

akar untuk berpegangan sekali lagi. Setelah mendapatkan dan menariknya untuk menguji kekuatan akar itu, ia berusaha mengangkat tu-buhnya sekali lagi. Kali ini keadaan ini takkan disia-siakan Al-

nord. Ia berusaha terlentang dan mendorong Dardyl. Ia mendengus lega. Dardyl berhasil naik. Setelah itu ylgiliran Alnord memanjat. Tubuh-

sedangnya, dengan kedalaman lubang yang tak begitu dalam, tak membuatnya kesulitan. Dardyl merangkak maju, memberi ruang untuknya. Mereka terus merangkak menuju mulut lu-

bang. Suara napas mereka menggema seakan seseorang mengembuskan napas di telinga me-reka. Dardyl mengaduh setiap kali tangannya tersandung kerikil yang melecetkan kulitnya. Ia merasa mereka sudah lama merangkak, tetapi kenyataannya perjalanan mereka baru mencapai sekitar sepersepuluhnya. Ia terus mengeluh sehingga beberapa kali berhenti untuk sekadar bernapas.

Page 125: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

125

Alnord mendengus kesal, menyuruhnya diam. Ia mengingatkan Dardyl semakin cepat bergerak, semakin mereka sampai di luar. Ia juga tak sabar sampai di luar saat lubang menggelap karena cahaya matahari sudah bergeser. Udara yang semakin pengap juga membuatnya ingin menghirup udara segar di luar. Dardyl merasa tak senang diomeli seperti itu

dan membela diri karena ia hanya merasa lelah. Ia terus berusaha merangkak seperti orang yang menginginkan air di padang pasir. Ketika ia mulai mengeluh lagi, Alnord mendorongnya seperti saat mereka mendorong camelion yang sedang mogok jalan. Sepuluh menit kemudian berlalu. Mereka se-

perti tak pindah dari posisi sebelumnya. Tubuh mereka sudah lelah. Gerakan mereka semakin lambat, bahkan lebih lambat daripada kura-kura. mereka memutuskan berhenti sejenak. Tangan mereka terasa panas dan perih karena tergesek akar, tanah, dan batu. Dengan suara yang serak Alnord mengajak

bergerak lagi meskipun keringat bercucuran di seluruh wajahnya. Rasa haus, lapar, dan lelah yang bercampur kesal membuatnya merasa le-bih baik tinggal di dalam lubang saja.

Page 126: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

126

Dardy berhenti tiba-tiba sehingga Alnord me-nabrak bokongnya dan mengaduh lalu menge-lus kepalanya yang sakit terjentur tulang ekornya. Ia berbisik memberi tahu ada sesuatu yang bergerak menuju mereka. Alnord memintanya bergeser sedikit agar bisa melihat ke arah mulut lubang. Benar saja, seperti ada sesuatu yang merayap.

Suara gesekan daun di tanah terdengar meng-gema di dalam lubang. Sesaat kemudian sesuatu yang panjang merayap masuk ke lubang menuju arah mereka berdua dan jumlahnya tak sedikit. “Ular!” Dardyl berteriak panik lalu berusaha

mundur, tetapi Alnord kesulitan sehingga me-reka berhimpit. Alnord menyuruhnya tenang. Ia kesakitan, be-

rulang kali tangannya terinjak lutut Dardyl. Se-suatu yang merayap tersebut bergerak cepat menuju mereka. Mereka tergesa-gesa mundur. Dardyl berseru memanggil ayah dan ibunya. Yang mendekat itu kini berhasil mencapai me-

reka. Dardyl memkik takut, membayangkan tu-buh mereka masuk ke dalam mulut ular. Na-mun, ada yang aneh dari kulit ular tersebut. Ular tersebut tak lunak, tetapi kasar dan keras. Alnord menyuruhnya tenang karena itu bukanlah ular.

Page 127: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

127

“Apa pun namanya, aku harus teriak!” kata Dardyl, mengerang takut. Benda tersebut melilit tangan mereka dan

dengan cepat menyeret mereka keluar dari lu-bang. Mereka menjerit, antara takut dan rasa sa-kit di punggung mereka yang terantuk-antuk se-tiap saat. Kini mereka bisa menghirup udara bebas di

luar. Dardyl menganggap seseorang telah menolong mereka, sedangkan Alnord tak merasa begitu. Benda tersebut kini melilit kaki mereka dan melepas lilitannya di tangan sehing-ga mereka tergantung terbalik seperti kelelawar. Ternyata ular itu adalah akar gantung dari po-

hon yang sangat besar di atas lubang tempat mereka terperosok. Akar bergerak tersebut mengangkat mereka sampai membuat mereka ingin muntah bila melihat ke bawah. Rasa haus, lapar, dan lelah kini ditambah dengan rasa pus-ing karena darah mereka mengalir dan berkum-pul di kepala mereka yang jadi terasa panas. Dardyl menggeliat, berusaha melepaskan diri.

Sayangnya, itu percuma ia lakukan karena posi-sinya tak leluasa dan lilitan akar sangat kuat. Ia berteriak memohon untuk dilepaskan seraya terus menggeliat.

Page 128: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

128

Alnord menyuruhnya diam. “Emangnya kau mau dilepas setinggi ini?” katanya. Dardyl melihat ke bawah dan mengurungkan

keinginannya. Sekarang ia malah memohon untuk tetap digantung. Mukanya berlipat seperti bayi yang hendak menangis. Akar bergerak berhenti. Mereka menghadap

batang pohon yang sangat besar, tetapi tak ter-lihat tua. Ada ruas-ruas di batang pohon terse-but yang berbentuk seperti muka orang yang sedang tidur. Dardyl bertanya mereka selamanya seperti itu

atau tidak. Alnord tak menjawab dan hanya pasrah. Ia berusaha menghibur diri dengan mengatakan setidaknya di sana mereka bisa bebas bernapas. Pohon tersebut bukan yang paling tinggi,

tetapi sangat rindang dan lebar. Ketinggiannya cukup membuat mereka bisa melihat puncak paling tinggi dari pegunungan Merope di sana. Terlihat juga istana Ablahar yang sangat besar dan megah. Pantulan cahaya matahari membuat istana itu terlihat bercahaya seperti bulan purnama. Mereka tergantung cukup lama. Dardyl mele-

dek rambut Alnord yang tebal menjuntai turun. Ia mengatakan rambut Alnord seperti sapu lalu

Page 129: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

129

tergelak. Alnord membalas, mengatakan wajah Dardyl terlihat sangat merah seperti bokong Wolly. “Ini enggak buruk-buruk amat,” kata Dardyl

ketika angin mengayun-ayunkan mereka. Ia mulai tertawa lalu berhenti saat terdengar suara retakan yang cukup keras. “Apa itu?” Dardyl berbisik. Suara itu berasal dari pohon di depan mereka.

Ruas batang yang menyerupai mata terpejam terbuka, memperlihatkan bola mata. Mata itu kuning bening seperti getah yang dikumpulkan dan dibentuk bulat lalu dikeringkan. Mereka berteriak, tentu saja Dardyl lebih

lantang, tanpa berhenti menggeliat, berusaha le-pas dari jeratan akar gantung tersebut. Pohon tersebut berteriak menyuruh mereka diam. Suaranya berasal dari ruas yang terbuka lebar di bawah matanya. Teriakan pohon tersebut membuat burung-burung berterbangan dan embusan anginnya menghempas mereka seperti angin topan yang sangat singkat dan seketika berhenti. Dardyl mengangguk dan menurut, dengan mimik datar, tercekat. Pohon itu menanyakan nama mereka dengan

suara yang berat dan memekakkan telinga. Alnord memperkenalkan diri seramah mungkin,

Page 130: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

130

tetapi sepertinya pohon tersebut tak peduli dengan jawabannya. Sang pohon juga menanyakan yang sedang mereka lakukan di hutan itu. Alnord meyakinkan bahwa mereka tak melakukan satu hal buruk pun di sana, tetapi hanya melihat keindahan hutan, tetapi pohon itu menegaskan bahwa mereka tak percaya higer yang, menurutnya, selalu berbohong. “Oh, ayolah, enggak mungkin kami bohong.”

Dardyl menyahut dengan muka yang sok manis, tetapi sang pohon tak mengindahkan perka-taannya. Alnord bertanya kepada sang pohon

alasannya tak memercayai higer lalu diberi tahu bahwa higer selalu ingin merebut kehidupan di hutan untuk kepentingan sendiri. Ia membantah bahwa mereka tak seperti itu. Sang pohon balas membentak tak peduli karena mereka berdua tetaplah higer. Ia menyangkutpautkan kebencian sang pohon dengan orang-orang yang hilang setelah masuk hutan ini. Ia menuduh sang pohon telah melenyapkan mereka. Begitu marahnya ia sampai mengguncangkan tubuhnya. “Apa maksudmu orang-orang seperti ini?”

kata sang pohon.

Page 131: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

131

Tiba-tiba, terdengar suara akar terulur dan be-lasan sulur teranyam seperti telur yang berlu-bang-lubang tergantung di depan mereka. Ada orang di dalamnya. Seseorang menyapa mereka, orang yang berada di dalam kerangkeng sulur paling dekat dengan mereka. Orang tersebut tua dan kurus, tetapi rapi, bersih, dan sehat, tak ter-lihat seperti orang yang hidup di dalam hutan. Umurnya sekitar enam puluhan dengan uban menyebar di kepalanya. Alnord menanyakan lama waktu ia di sana dan

orang itu menjawab dua tahun, waktu yang lama untuk tinggal di tempat setidaknyaman itu. Orang itu memperkenalkan diri. Namanya Delacock. Alnord dan Dardyl membalas. Sang pohon membiarkan mereka berbincang

dan kini mereka tahu alasan Delacock ditangkap adalah karena ia berniat menebang kayu untuk dijual. Delacock balik menanyakan penyebab mereka berdua diikat seperti itu. Setelah diberi tahu, Delacock berjengit dan berbisik, takut terdengar sang pohon, memberi tahu bahwa terkadang para pohon memang terlalu senewen kepada higer. Dardyl menanyakan bagian yang menurutnya

sangat penting, yaitu cara tawanan mendapatkan

Page 132: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

132

makanan. Alnord menangguk setuju dengan pertanyaannya. Delacock mengaku sebenarnya para pohon

sangat baik merawat mereka dan memberikan makanan. Bahkan ia merasa lebih bugar selama tinggal di sana. Ia mengeluarkan tiga apel dari tumpukan di bawah tubuhnya dan menawari mereka. Alnord mengangguk, Dardyl mengangguk le-

bih keras. Delacock melempar satu kepada Dardyl, satu untuk Alnord. Untung mereka bisa menangkapnya meski dalam posisi terbalik seperti itu. Satu lagi untuk ia sendiri. Mereka langsung melahapnya. Dalam sekejap, hanya tertinggal bagian tengahnya. Sang pohon berdeham, menyuruh mereka

berhenti berbincang. Ia mengangkat sulurnya kembali. “Sampai jumpa, Nalor, Aryl!” Delacock seraya

melambaikan tangan. Dardyl membalasnya dengan lemah dan menyerukan masih ada apel atau tidak. Terlambat, Delacock sudah masuk ke puncak pohon rimbun. Setelah melihat Delacock, Alnord mengakui

dan mengatakan bahwa para pohon sangat baik. Maksud tak langsungnya adalah merayu sang pohon untuk melepaskan mereka. Sang pohon

Page 133: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

133

menuduh higer memang suka sembarangan menilai tanpa mengetahui yang sebenarnya. “Bahkan kami tak pernah menyiksa higer,”

kata sang pohon. Dardyl tentu saja tak setuju dan mengungkit

panah ranting yang menyerang mereka hari sebelumnya. Sang pohon menyeringai seperti mengetahui pertanyaan itu akan diutarakan. “Apa ada satu pun yang mengenai kalian?”

kata sang pohon. Dardyl menggeleng dan bersyukur tak ada. Sang pohon merasa menang. Ia menjelaskan

itu bukanlah sebuah keberuntungan, melainkan kesengajaan. Katanya, para Archerry selalu me-nuntun higer masuk ke lubang di bawah akarnya. Bila malam, mereka diikat dulu dengan akarnya. Bila siang atau setelah malam berlalu, tawanan akan langsung digantung selamanya di puncaknya. Mereka berdua menahan napas, terkejut den-

gan kata selamanya. Diperburuk lagi dengan darah mereka yang sudah mengumpul di kepala, membuat kepala mereka berdenyut-denyut tak keruan, terasa seperti balon yang terus menerus diisi air, sebentar lagi meletus.

Page 134: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

134

Alnord memohon. “Keluarga kami pasti lagi cemas cari-cari kami. Bisa kan kau lepasin kami sekarang?” Sulur yang mengikatnya bergerak sehingga ki-

ni ia lebih dekat dengan mata pohon tersebut. Ia meminta maaf. Sang pohon memintanya mengulang. Ia menatap mata yang sebesar kepa-lanya. Mata besar tersebut menatap matanya da-lam-dalam dan terlihat terkejut saat melihat bentuk naga di dalam matanya. “Kau?” gumam sang pohon dengan mata

terbelalak. Ia menanyakan jati dirinya yang sebenarnya. Ia

tak mengerti maksudnya dan hanya menyebutkan nama panjangnya. Sang pohon menggumamkan bahwa ia merasa

mengenali Alnord melalui matanya. Ia menanyakan tujuan Alnord masuk hutan. Alnord meyakinkan sekali lagi bahwa mereka

hanya ingin menikmati keindahan hutan Soulom, tak lebih. Sang pohon tampak sedang mencerna perka-

taaan dalam otaknya yang sulit Alnord bayang-kan bentuknya. Ia berdeham lalu menurunkan mereka. Dardyl mengira mereka diturunkan karena

Alnord menawar-nawar. Ia begitu kagum

Page 135: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

135

sampai mengatakan Alnord bisa saja menghentikan perang saudara. Alnord mengangkat bahunya. “Dia cuma na-

tap mataku.” “Aku Bagnan,” kata sang pohon seraya sedikit

menunduk. Suaranya terdengar lebih ramah se-perti seorang tuan rumah yang menyambut tamu yang lama ditunggu. Ia memerintahkan para archerry, pohon yang menyerang mereka, memberikan jalan. Ia juga mengizinkan mereka berdua datang sesering yang mereka mau. Alnord dan Dardyl saling bertatapan, tak

mengerti perubahan sikap yang cepat dari Bag-nan dan alasan mereka dianggap terhormat. Bagnan menyuruh mereka berjalan ke belakangnya. Mereka memanjat akar-akar besar Bagnan dan terbelalak ketika melihat keadaan di belakangnya. Burung-burung berterbangan dari puncak po-

hon seperti ada yang ingin memburu mereka. Tak hanya kepakan burung yang mereka dengar, tetapi juga retakan dari seluruh pohon yang bergerak membentuk sebuah jalan setapak yang lurus. Kupu-kupu berwarna-warni berbaris menyelusuri jalan setapak tersebut seakan me-nuntun mereka sampai ke ujung. Mereka terus

Page 136: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

136

memanjat sampai ke bagian belakang dan turun menuju kawanan kupu-kupu itu. Alnord berterima kasih seraya menyentuh

akar Bagnan yang besar. Ia harus mendongak ketika ingin menatap sang pohon. Bagnan bergumam, dengan puncak pohon

yang sedikit merendah. Ia mengangguk, mem-buat semua hewan-hewan di dalam puncaknya berloncatan seperti kutu kepala. Dardyl menyuruh Alnord cepat-cepat. Ia ber-

lari mengikuti ke tempat kawanan kupu-kupu yang sedang terbang tersebut. Tak lama kemu-dian Alnord menyusulnya. Saat mereka berdua menelusuri jalan setapak

tersebut, puncak pohon-pohon yang memben-tuk jalan menunduk seakan mereka berdua ada-lah seorang pemimpin kerajaan yang melewati rakyatnya. “Perkenalkan bagian paling indah di hutan

Soulom,” kata salah satu pohon Archerry di dekat mereka. “Danau Nyos.” Mereka melihatnya ketika sudah di ujung

jalan. Danau Nyos biru-kehijauan berkilauan, memantulkan cahaya matahari yang bersinar ce-rah di langit. Kijang dan kancil berbaris di ping-gir danau meneguk airnya. Kelinci berlarian di tepinya.

Page 137: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

137

Danau Nyos dikelilingi rumput hijau dan bunga Etna beragam warna. Mereka semua ter-lihat seperti menari-nari saat tertiup angin. Pun-cak pegunungan Merope dan istana Ablahar ter-lihat semakin indah bila dilihat dari sana. Pun-cak pegunungan semakin menakjubkan dengan langit biru nan cerah. Alnord berseru memuji betapa indah

pemandangan itu. Ia berlari menuju danau Nyos sambil membuka baju lalu memasuki alam para ikan. Begitu juga dengan Dardyl. Pe-mandangan yang indah tersebut membuat me-reka lupa segalanya. Bahkan Dardyl sudah tak kesal lagi padanya. “Aku tahu ayahku benar soal hutan ini!” kata

Alnord seraya menghindari cipratan air yang di-buat Dardyl. “Apa pun yang ayahmu bilang, ini hebat!”

Dardyl menyahut. Alnord menanyakan perkiraan Dardyl

seberapa dalam danau ini. Dardyl malas berpikir dan menyuruhnya mengecek sendiri. Ia pun langsung menenggelamkan kepala dan melihat ke dalam air. Ia masih dapat melihat dasar tempat mereka berpijak, tetapi di sisi mereka sangat gelap. Mereka seperti berada di pinggir jurang yang sangat dalam satu kaki di samping

Page 138: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

138

mereka. Ia langsung mengajak menepi. Mengingat tadi ia ingin berenang ke tengah membuatnya lega belum melakukannya. Pohon-pohon di sekeliling mereka bergoyang,

menjatuhkan bermacam-macam buah. Para kera dan tupai mengambil buah-buahan tersebut lalu membawanya untuk mereka. Dardyl berseru senang saat mendapatkan semua buah itu dan bersumpah akan setiap hari ke sana selamanya. Satu jam kemudian mereka terlelap dalam ko-

lam kulit buah. Para kelinci dan tupai ikut me-nyantap bersama mereka. Bahkan Dardyl me-nyuapi kelinci dan tupai buah anggur. Ia memperkenalkannya kepada Alnord, bahkan sudah menamainya, Mimbledum Mumble, dan nama panggilannya Mumbley. Kenalan barunya adalah seekor tupai lucu, coklat muda, dan me-miliki jambul. Tupai itu berdecit, menyapa Al-nord. Alnord balas menyapa dan mulai

membiasakan diri menyebut nama panggilan tupai itu. Ia memberinya sebuah anggur dan mereka melahap anggur sampai tangkainya saja yang tertinggal. Mumbley mendekati kancing baju Alnord yang berkilauan diterpa sinar mata-hari.

Page 139: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

139

Dari perilaku itu, Dardyl menyimpulkan Mumbley menyukai benda-benda yang berkilauan. Alnord setuju, tetapi tak terlalu peduli. Ia malah bertanya kepada Dardyl berniat pulang atau tidak. Dardyl langsung menolak tegas dan ia merasa berjasa telah membawa mereka ke sana. Mereka mengobrol sambil memakan buah-

buahan itu sampai hanya tersisa batangnya. Dardyl mengomentari semua hewan dan membuat Alnord tertawa karena terkadang hewan-hewan itu bertingkah konyol. Sampai kesadaran mereka tersisa setengah karena kekenyangan, mereka mulai mengantuk. Akhirnya mereka tertidur. Tak lama Alnord tidur. Setetes air

membangunkannya. Ia langsung terjaga, mengi-ra hari akan hujan. Namun, yang menetes ke matanya bukan hujan, melainkan liur seekor camcam. Ia mengerjap dan memanggil Camcam hanya memastikan camelion itu memang camcam. Ia bangun sambil menggosok matanya. Pan-

dangannya buram karena masih mengantuk. Kulit dan sisa buah sudah tak terlihat lagi. Se-pertinya para kelinci dan tupai sudah membe-

Page 140: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

140

reskannya atau mereka simpan untuk perse-diaan mereka. Alnord berseru membangunkan Dardyl, juga

mengguncang-guncangkan tubuhnya. Ia mengingatkannya bahwa mereka harus pulang karena keluarga mereka pasti khawatir. Dardyl menggeliat. Ia mengerjap dan meng-

gosok matanya. Ia malah mengatakan mereka harus pulang hanya karena sebentar lagi waktu makan malam. Ia bangkit dan terkejut melihat Camcam. Betapa girangnya ia karena tak harus berjalan kaki ke rumah. Alnord menarik tali kekang Camcam dan

menggiringnya. Namun, seperti yang sudah, Camcam tak mau menuruti perintahnya. Alnord mendengus, berusaha menarik Camcam yang bergeming. Unggas besar itu malah menariknya ke arah danau Nyos. “Lepasin aja sih,” kata Dardyl. “Kayaknya dia

lebih suka di sini.” Alnord menyuruhnya diam dan bantu

mendorong Camcam kalau memang tak mau jalan kaki. Dardyl mengeluh dan mengejek Camcam sebagai unggas manja. Ia berdiri di be-lakang Alnord dan menarik sisa tali. Alnord membentak Camcam harus

menurutinya dengan menarik tali kekangnya

Page 141: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

141

kuat-kuat. Bila tali itu terlepas, mereka akan ter-pental. Namun, entah karena Camcam iba pada mereka atau tidak, unggas itu berderap, meng-hampiri mereka dan menunduk seakan minta maaf. Alnord melompat naik dan menyorongkan

tangannya kepada Dardyl. Setelah Dardyl berkata siap, ia mengentakkan tali kekangnya dan Camcam mulai berjalan pelan. Ia mengucapkan permisi kepada para Archerry dan meminta mereka menunjukkan jalan menuju Bagnan. Mereka ingin berpamitan. Salah satu Archerry menjawab tak keberatan

dan berseru kepada yang lain untuk membentuk jalan setapak. Ketika Alnord mengucapkan terima kasih, para Archerry merendah seperti memberikan rasa hormat dan salah satu mengatakan bahwa itu sudah menjadi tugas mereka. Dardyl lupa akan sesuatu dan menoleh ke

belakang. Ia melambaikan tangan kepada Mumbley dan mengatakan akan sering menjenguknya. Mumbley melompati pohon ke pohon yang bergerak ke posisi awal dan berhenti ketika mereka sudah jauh. Ketika Camcam berhenti di depan Bagnan,

Alnord melompat turun lalu mengelus akar

Page 142: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

142

Bagnan. Bagnan pun bergerak, merasakan sen-tuhan Alnord. “Ada apa?” Bagnan sedikit membungkukkan

batangnya—para burung berterbangan dan para monyet berloncatan. Sulit sekali bagi Alnord untuk menatap mata Bagnan karena batang Bagnan yang tinggi. “Kami hanya mau pamit,” katanya. Bagnan

hanya menjawab dengan gumaman yang meng-gema. Ia bertanya boleh meminta sesuatu atau tidak

dan Bagnan langsung bergumam mengiyakan. Ia memohon Bagnan membebaskan orang-orang yang ditawan. Bagnan tentu saja heran dan menanyakan alasannya. “Mereka masih punya keluarga dan keluarga

mereka pasti cemas,” kata Alnord. “Kayak ka-mi, keluarga kami pasti lagi mikirin kami yang enggak pulang semalaman.” Dardyl menambahkan. “Dan aku yakin mere-

ka lagi bersiap ngomelin kami.” Bagnan berpikir sesaat dan mengatakan akan

mengabulkan semua kemauan Alnord. Lalu be-lasan sangkar dari sulur turun dari puncak Bag-nan. Saat menyentuh tanah, sangkar tersebut terbuka. Orang-orang yang berada di dalamnya

Page 143: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

143

langsung berlari keluar hutan, takut ditangkap lagi. “Hei, Alon, Dadil.” Delacock memanggil.

“Makasih udah bebasin kami. Ya, walaupun aku enggak terlalu suka kebebasan. Itu berarti, aku harus cari kerja buat hidup.” Delacock mengucapkan terima kasih kepada

Bagnan telah merawatnya selama dua tahun dan berharap mereka bisa bertemu kembali. Ia ber-loncatan seperti anak kecil. Saat sudah agak jauh, ia terlihat ingin mematahkan pohon yang masih kecil, tetapi tak jadi karena para Archerry menodongkan cabang ke arahnya. Ia langsung terbirit-birit. Alnord mendengus geli, Dardyl terbahak-bahak, sedangkan Bagnan hanya berdecak, tetapi decakannya berat dan terkekeh-kekeh seperti orang tua yang sedang tertawa. Dardyl menanyakan mereka bisa datang lagi

lain kali atau tidak dan Bagnan mengangguk kecil. Setelah mengucapkan sampai berjumpa, Alnord mengentakkan tali kekang. Mereka menyusuri jalan yang dibentuk para

Archerry, tetapi kali ini tak disertai dengan lesa-tan ranting tajam. Alnord memandangi peman-dangan di sepanjang perjalanan mereka, se-dangkan Dardyl tertidur di punggungnya.

Page 144: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

144

“Oh, aku lupa nanya alasan dia bebasin kita,” katanya pada dirinya sendiri karena tahu Dardyl sedang tidur. Dardyl ternyata masih terjaga dan

menganjurkan lebih baik lain kali saja daripada mereka harus berbalik. Ia bersender lagi pada Alnord. Itu sedikit menyulitkan Alnord men-gendalikan Camcam. Alnord mengiyakan. Kini mereka sudah sampai di ujung hutan. Alnord mengentakkan tali kekangnya lebih keras se-hingga Camcam berlari lebih kencang menuju desa Elberg. Mereka tak sadar sedang diperhatikan seseo-

rang dari balik kumpulan batu besar di dekat ja-lan mereka keluar. Sesaat setelah mereka tak ter-lihat, ia memasuki hutan Soulom.

Page 145: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

145

6

Mimpi yang

Membekas

Para camelion bangkit dan mengangkat-angkat kaki saat Alnord membuka pintu kandang merasa sudah waktunya diberi makan sore. Sayangnya tidak karena Ember yang biasa melakukannya. Setelah Camcam masuk ke kan-dang dan Alnord menguncinya, mereka berjalan ke rumah. Dardyl masih ragu-ragu akan pulang atau

tidak. Ia takut membayangkan wajah ibunya seolah yang akan memarahinya adalah seorang nenek sihir. Pikiran itu membuatnya berjalan lambat menuju rumah. Alnord mengomel agar Dardyl berjalan lebih

cepat. Ia sudah siap menceritakan semuanya. Bahkan ia merasa itulah saatnya Ember tahu hutan Soulom tak seseram yang dibayangkan. Ketika Dardyl berpendapat sebaiknya mengatakan mereka dicuci otak sehingga lupa jalan pulang, Alnord mempercepat jalannya. “Iya deh yang tadi emang enggak masuk akal.”

Dardyl setengah berlari menyusul Alnord. “Ka-

Page 146: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

146

lau sekali bohong, kita harus terus bohong—,” Ia menghela napas panjang. “—aku siap dihu-kum enggak dapat makan malam.” Mereka sampai di rumah Dardyl terlebih

dahulu. Alnord menyuruhnya masuk, tetapi Dardyl memintanya menunggu di depan sebentar. Dardyl mendesah ketika membuka pintu pa-

gar. Ia mengendap-endap seperti pencuri dan sesekali menoleh ke Alnord dengan muka meminta tolong. Alnord mengayunkan tangan, menyuruhnya terus berjalan. Kini ia berada di depan pintu. Masalah ini harus ia hadapi sendiri. Ketika menggenggam kenop pintu, tangannya bergemetar. Pintu tak tertutup rapat. Ia membukanya pe-

lan-pelan dan hati-hati agar tak menimbulkan suara derak. Tak lama kemudian ia keluar kem-bali. Bahunya terangkat. Orang tuanya tak ada di rumah. Alnord merasa mereka sedang di rumahnya

dan Dardyl mengeluh bahwa itu jauh lebih buruk. Mereka akan diomeli tiga orang dalam satu waktu. Semakin dekat mereka dengan pa-gar rumah Alnord, semakin menggelegar deta-kan jantung mereka.

Page 147: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

147

“Kita akan diusir dari rumah dan tinggal di hutan Soulom selamanya!” kata Dardyl. “Aku janji enggak akan ngomong sembarangan lagi deh.” Alnord mengabaikannya. Sebuah pedati teronggok di depan pagar ru-

mah Alnord. Charlom ada di sana juga. Ia merasa lega, menganggap Charlom pasti menjadi penengah semuanya dan mampu meredakan kemarahan neneknya. Saat itu Dardyl langsung berharap Charlom adalah paman kandungnya. “Kau sudah siap?” kata Alnord saat mereka

tepat berada di depan pintu pagar. Dardyl men-gangguk meskipun masih ragu. Alnord membu-ka pagar dan berjalan menuju pintu, sementara Dardyl mengikuti dari belakang dan berpegan-gan pada bajunya dengan mata terpejam seolah orang tuanya akan berubah jadi monster. Mereka menepuk-nepuk bajunya yang saat itu

kotor dan lembap, penuh dengan kerak lumpur. Sangat sia-sia karena pakaian mereka tak kunjung bersih juga. Setelah merasa lebih bersih, meskipun tak begitu jauh beda, Alnord membuka pintu seraya berbisik memanggil neneknya.

Page 148: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

148

Terdengar langkah kaki berlari ke mereka. Maureen memanggil, memastikan mereka yang datang. Lalu pintu terbanting lebar penuh pak-saan, membuat mereka tercekat. Ia mendekap Dardyl, air mata lega menetes di pipinya. Og-wald menghampiri dengan wajah yang seperti-ga-marah, sepertiga-khawatir, dan sisanya gem-bira. Charlom hanya bergumam senang melihat sudah tak ada lagi yang perlu dikhawatiri. Ember terlihat tenang, tetapi raut wajahnya

begitu tegas. Ia mengatakan mereka sudah mencari ke banyak tempat bahkan berniat me-minta kerajaan bantu mencari bila mereka tak kembali hari itu juga. “Masalahmu belum selesai, Alnord,” katanya. Ogwald mengajak keluarganya berpamitan

dan pulang, tanpa lupa mengucapkan terima kasih. Setelah keluarga Duvius pergi, Ember mengajak Alnord ke ruang makan. Ia menunjuk satu kursi dan menyuruh Alnord duduk. Keri-put di wajahnya terlihat makin banyak. Charlom diam saja, tak seperti harapan Alnord. Alnord merasa seperti seorang penjahat yang

akan diselidiki. Empat mata menatap tajam ke arahnya. Rentetan pertanyaan dimulai dengan tempat ia berada semalaman. Ia agak enggan menjawab.

Page 149: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

149

Charlom mengambil bagian dengan suara yang lebih bersahabat. Menurutnya, setidaknya Alnord harus memberitahukan tempat yang mereka datangi setelah pulang dari kedainya, tetapi ia tetap bergeming. “Mungkin dia enggak jawab karena haus,”

kata Charlom “Akan kubuatin minum.” Ia beranjak ke dapur dan setelah itu terdengar suara kelontangan dan kucuran air. Ember sekali lagi minta dijelaskan. Alnord

mengatakan hanya jalan-jalan tanpa menyebut tempatnya. Ia kira dirinya sudah siap, ternyata tatapan Ember membuatnya gugup. Ember bertanya lagi dengan nada setenang

mungkin. Ia meminta Alnord menjelaskan dengan detail. Alnord menolak karena merasa yang penting adalah mereka pulang dengan selamat tanpa ada luka yang serius. Jawaban itu membuat Ember mengangkat alisnya, mengi-syaratkan penolakan tegas. Alnord mengalah. Sebelumnya ia mendesah

lalu menjawab dengan sangat panjang lebar dan cepat. Seperti seorang pendongeng yang terburu-buru mau ke kamar mandi. Ketika ia menanyakan sudah cukup jelas atau belum, Ember dan Charlom—yang kini membawa nampan berisi tiga jus labu—terhenti sejenak.

Page 150: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

150

“Kau haus?” Charlom memberikan segelas jus labu kepada Alnord, “Ngomong sepanjang dan secepat itu pasti bikin haus.” Sisanya untuk Ember dan dirinya sendiri. Alnord berterima kasih lalu menghabiskan jus labu secepat ia menjawab pertanyaan tadi. “Kau masuk hutan?” Ember meyakinkan diri

sekali lagi. Alnord mengangguk lemah dan tanpa ragu mengiyakan. Kini ia benar-benar siap menceritakan semua. “Kau tahu bahayanya?” Charlom

mengingatkan. “Tetanggaku, Delacock, dia hi-lang selama dua tahun. Cucunya bilang dia mau masuk ke hutan saat itu. Malang benar dia, umurnya udah enam puluh tahun dan enggak ada yang tahu keadaannya sekarang.” Alnord mengelak dan ingin menjelaskan ma-

salah Delacock. Sayangnya Ember mencegah dan mengatakan tak ada pengecualian. Rentetan berlanjut. Pertanyaan kedua adalah alasan mereka masuk ke sana. Inilah kesempatan Alnord. Ia menjelaskan

yang Antonum beri tahukan kepadanya bahwa hutan Soulom tak berbahaya dan ada danau in-dah di sana. Melihat kini Alnord penuh lecet dan kotor, Ember tentu saja menyangkal.

Page 151: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

151

Alnord berusaha meyakinkan sekali lagi, tetapi Ember tetap tak setuju dan menggeser kursinya, mendekati Alnord. Kedua tangannya direbah-kan di meja dan tatapannya seperti mencolok mata Alnord. Ia mengulangi cerita Alnord diserang pohon Archerry dan mempertanyakan logika pendapat Alnord bahwa itu tak berbahaya. Alnord sulit menjawab bagian itu dan

menjelaskan maksud para Archerry sebenarnya. Ketika ia menyebut ditawan dalam lubang, Ember semakin tak mengerti bagian yang menurut Alnord indah dan aman. Di raut mu-kanya tersirat pertidaksetujuan seakan cerita Alnord hanyalah kebohongan. Sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja,

Alnord mencari tahu cara menjelaskan agar Ember tak salah paham. Ia menyerah dan memohon agar masalah ini dianggap selesai karena mereka baik-baik saja meskipun kotor. “Aku mau istirahat,” katanya. Ember melarang sebelum masalah ini selesai,

membuat Alnord mendesah panjang. Sambil menyerok serat labu di gelas dengan

telunjuknya, Charlom menanyakan Bagnan karena nama itu aneh menurutnya. Ember mengangguk.

Page 152: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

152

“Dia ketua pohon di hutan Soulom,” kata Alnord. Charlom berjengit, tak menyangka pohon

memiliki ketua. Ia bahkan hampir menjatuhkan gelas dari tangannya bila saja terlambat menaruhnya di meja. Alnord menjelaskan semuanya pelan-pelan. Ia juga bercerita telah bertemu dengan Delacock. Charlom terkejut senang mengetahui

Delacock masih hidup. “Aku bisa menagih utangnya,” katanya. “Sepertinya hutan itu tak berbahaya.” Alnord mengangguk, menyetujui tanggapan

Charlom. Ember memelototi Charlom yang su-dah mengkhianatinya. Kerutan di wajahnya bertambah ketika ia menegur, membuat Charlom tercekat. Ember dengan tegas mengakhiri perbincangan

dan tak peduli semua alasan. “Walaupun danaunya indah, Alnord, Dardyl, tak seorang pun boleh masuk ke hutan lagi,” katanya. “Bersihkan dirimu dan istirahat.” Sebenarnya Alnord masih ingin membela diri,

tetapi terpaksa menyetujuinya karena ingin tidur. Ia melompat dari kursi dan menyeret ka-kinya menuju kamar mandi. Setelah itu, ia ma-suk ke kamarnya, langsung melompat naik ke

Page 153: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

153

tempat tidur dan terpejam, berharap akan me-mimpikan danau Nyos. Besoknya, semua sudah kembali seperti semu-

la. Seperti tak pernah ada kejadian di hutan Sou-lom. Alnord beranjak dari tempat tidurnya dan menyapa Ember yang tampak reda. Suara Char-lom yang selalu ceria tak terdengar lagi. Ia su-dah kembali ke Domz Poul rupanya. Setelah membasuh muka, Alnord duduk di

ruang makan. Beberapa makanan mengepul di depannya, siap disantap. Ia mengambil piring lalu memasukkan beberapa sendok bubur ken-tang dan satu telur goreng. Ember menyusul-nya. Sesaat muncul suasana canggung di antara mereka. Alnord berbasa-basi dengan menanyakan

waktu kepergian Charlom dan Ember langsung menjawab sesaat setelah ia tidur. Hanya itu pembicaraan mereka saat sarapan. Tak ada topik yang bisa membuat mereka berdua bersama agak lama. Setelah selesai makan, Al-nord pamit dan berangkat menggembala came-lion. Dalam hati, Alnord mengeluhkan bahwa

hidupnya setelah ini akan jadi sangat membosankan. Ia menendang kerikil untuk menghilangkan rasa kesalnya saat berjalan me-

Page 154: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

154

nuju kandang camelion. Kerikil itu tertanam kuat di tanah. Ia mengaduh. Setelah kakinya tak berdenyat-denyut lagi, ia

beranjak ke kandang camelion. Setelah membuka pintunya, ia menoleh ke pelana yang digantung di palang lalu mengabaikannya. Ia mengeluh karena dilarang menggunakannya lagi. Ia bergeser dari arah pintu agar tak tertabrak

para camelion yang langsung berlarian sesaat se-telah pintu kandang terbelalak. Mereka bergerumbul tak sabar sampai langkah kaki mereka berderu dan mengepulkan debu seakan takut tak mendapat rumput segar. Wolly lang-sung mengejar para camelion dan menggiring-nya. Semakin besar, Wolly semakin tak memer-lukan lagi isyarat dari Alnord. Ia mengalihkan pandangannya ke pohon rin-

dang. Dardyl sedang berada di sana, melempar batu pipih ke danau. Batu tersebut melompat di permukaan danau beberapa kali sebelum teng-gelam, menimbulkan riak-riak. Alnord menyusul. Ia ingin mendengar yang Ogwald dan Maureen katakan. Alnord menyapa. Dardyl membalas tanpa

menoleh. Seraya mengambil batu pipih dan ikut

Page 155: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

155

melemparkannya ke danau, Alnord mengaku ia belum puas menjelajahi danau Nyos. Dardyl diam, tak seperti biasa. Alnord tak

menganggapnya terlalu serius. Ia berseru karena batunya melompat lebih jauh daripada batu Dardyl dan memberi tahu ia benar-benar ingin mencari tahu alasan mereka diperlakukan istimewa sehingga bebas dengan mudah. Dardyl tetap bergeming. Sekarang ia berhenti

melempar batu dan berjalan menuju bukit, menghampiri semua ternaknya. Alnord menjatuhkan semua batu dari tangan

dan menyusul Dardyl yang melangkah cepat seolah tak peduli ada ia di belakang. Ketika tetap tak diacuhkan, ia menyambar tangan Dardyl. “Kau kenapa sih?” katanya. “Berhenti ngomongin hutan Soulom!” kata

Dardyl. Dardyl tak pernah marah kepadanya sehingga

ini sangat mengejutkannya. Ia mengungkit perkataan Dardyl yang mengaku suka hutan Soulom, semua buah-buahan, dan sumpah bersedia tinggal di sana selamanya. Ia juga menyebutkan Mumbley. Wajah Dardyl memerah seperti buah tomat

besar karena ia menahan amarah. Ia memekik dan mengungkit pertanyaan Alnord tentang

Page 156: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

156

yang diucapkan ibunya hari sebelumnya. “Aku bilang aku senang-senang aja masuk ke sana, tapi dia tahu kau yang maksa aku masuk!” Alnord mengernyit dan menanyakan

penyebab Dardyl marah. “Memang kenapa ka-lau ibumu tahu?” Suaranya meninggi. “Nenekku tahu dan dia udah nganggap masalah ini sele-sai.” Dardyl menghela napas dan mengaku dilarang

berteman lagi dengannya. Alnord mengernyit, menganggap itu suatu hal yang aneh. “Kita enggak akan saling nyapa lagi?” kata

Alnord. Dardyl mendesah. “Mungkin cuma di depan

rumahku.” “Kau enggak akan pernah main ke rumahku

lagi?” “Susah kayaknya, nenekmu pintar memasak,”

kata Dardyl. “Tapi ibu pasti ngelarangku dan aku malas bohong.” “Jadi waktu aku manggil, kau pura-pura

enggak dengar dan langsung melengos?” “Enggak seburuk itu,” kata Dardyl. “Ibu

cuma ngelarangku pergi sama kau lagi jadi batas mainku ya cuma sekitar rumah.” Alnord mencibir. “Kau cuma takut enggak

bisa bermanja-manja lagi di pangkuan ibumu

Page 157: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

157

dan ibumu takut enggak bisa lagi nyuapin sup tomat ke anaknya yang lucu dan menggemaskan.” Kening Dardyl berkerut. “Ini kan salahmu

juga.” Alnord tak terima disalahkan. “Nenek emang

ngelarang masuk hutan Soulom lagi, tapi enggak ngurung aku kayak camelion. Jangan-jangan nanti kau punya sayap dan paruh!” Telinga Dardyl memerah. “Kau enggak pernah mikirin selain yang mau

kau tahu ya?” Dardyl terdiam sebentar, tetapi amarahnya terlalu besar untuk dipendam. “Kau selalu nganggap pikiranmu selalu benar. Aku bi-lang kita harus pulang, tapi kau pura-pura eng-gak dengar. Kau terlalu mentingin diri sendiri. Tadinya kupikir ibuku kelewatan dan ayah sepi-kiran denganku, tapi sekarang aku pikir ibuku benar.” Dardyl membentak seraya menunjuk-nunjuk

wajah Alnord lalu berpaling dan memanggil se-luruh rabbipofnya. Mereka beranjak menuju kandang. Alnord bangkit dan berteriak, “Aku enggak

butuh teman kayak kau kok!” Kata-kata selantang itu pun tidak membuat Dardyl meno-leh, balas menghina pun tidak.

Page 158: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

158

Setelah makan malam, Alnord langsung me-rebah di tempat tidur. Ia berusaha melupakan semuanya dan terpejam. Pikirannya memudar. Ia tak lagi berpikir. Semuanya hitam di matanya yang tertutup. Tak lama setelah terpejam, ia bangun. Perlahan penglihatannya menguat dan siluet-siluet menjadi nyata. Ia tersentak saat me-nyadari dirinya tak berada di kamarnya, tetapi di dalam sebuah hutan yang gelap dan mengeri-kan. Ini hanya mimpi, benaknya seraya mencubit

pipi sendiri. Ia mengaduh. Ini semakin mena-kutkannya. Aku enggak punya penyakit tidur jalan, pikir-

nya, saat melewati pohon-pohon dan ia ber-sembunyi ketika semak-semak terlihat bergerak, waspada bila sesuatu muncul. Suara teriakan seperti suara seseorang yang

sedang disiksa mengejutkannya. Ia mencari sumber suara tersebut dan merasa lega saat tahu suara tersebut berasal dari seekor burung. Kini ia bersender di batang pohon. Saat melihat daunnya, ia mendesah seraya melempar jauh-jauh daun itu. Daun itu lebih mirip tangan berkeropeng daripada daun layu. Ia melirik ke dahan pohon itu dan tersadar daun itu berasal

Page 159: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

159

dari sana. Pohon aneh. Daun aneh. Semuanya aneh, gerutunya dalam hati. Ketika memandang langit, ia baru sadar bah-

wa ini adalah mimpi yang mengganggunya be-berapa minggu lalu. Ia berpikir ia bermimpi buruk itu karena tak menuruti Ember. Lalu, ia membatin lagi, bagaimana ia bisa berpikir dalam sebuah mimpi? Rambut kuduknya berdiri. Suasana dingin me-

rasuk ke dalam sumsum tulangnya. Ditambah lagi ia merasa seperti sedang diawasi. Terdengar suara geraman dan perlahan terlihat cahaya ber-kilat seperti mata kucing dari balik semak-semak. Jumlahnya sangat banyak. Ia kewalahan saat menghitungnya. Ia berlari. Makhluk-makhluk yang mengawa-

sinya tersebut melompati semak-semak dan mengejarnya. Mereka adalah segerombolan serigala yang kini menyalak karena senang men-dapatkan calon makanan. Hampir semua dari mereka menyeringai, menunjukkan gigi-gigi mereka yang menyerupai pecahan keramik dan air liur mereka menetes-netes lengket serta rahang mereka yang sekuat jebakan beruang. Mereka menggeram dan mengitari Alnord dengan kaki mereka yang kekar sehingga bila mereka mencakar pipi seseorang, orang tersebut

Page 160: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

160

akan merasakan dua akibat, tersayat dan tertinju, bahkan lehernya bisa terpelintir. Mereka semua setengah botak dengan kulit plontos yang penuh kurap. Alnord terdiam seakan kakinya terjepit akar

pohon. Bila serigala itu suka menyerang karena detakan jantung, ia pasti sudah mati sekarang. Mereka mengikuti gerak-geriknya seraya terus berputar mendekat. Ketika ada jarak lengang di antara mereka, ia menyusup dan tunggang langgang. Suara kerosakan daun di tanah terdengar setiap kali ia menapak. Beberapa kali ia terantuk akar-akar yang muncul di permu-kaan tanah atau kakinya terseok lumpur. Ia berbelok tak tentu arah bahkan tak sanggup

menoleh ke belakang. Akan tetapi, setelah itu ternyata kawanan serigala itu menghilang. Ia berhenti, membanting penglihatannya ke segala arah, dan memperuncing pendengarannya untuk menangkap gerakan sekecil mungkin. Matanya tak berguna di alam segelap ini. Ia tak bisa mengelak lagi. Napasnya mulai

sesak seakan paru-parunya adalah balon yang terus dipompa hingga hampir meledak. Kawa-nan serigala itu mengelilinginya. Ia berputar memandang semua serigala hitam tersebut den-gan perasaan antara waspada dan takut. Semua

Page 161: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

161

serigala hitam tersebut menggeram ke arahnya dengan tatapan tajam seakan Alnord adalah ayam hutan. “Anjing baik.” Alnord berusaha merayu, se-

raya membungkuk dan mengambil cabang yang tergeletak. Lalu, ia menggoyang-goyangkannya seolah sedang bermain dengan Wolly. Tiba-tiba seseekor dari mereka melompat ke

arah Alnord dengan rahang terbuka, menampilkan pecahan keramik yang siap mengoyak daging mangsanya. Liurnya menetes. Alnord refleks menebas cabang tersebut ke arah serigala hitam tersebut. Serigala itu terlempar dan meringkih kesakitan. Alnord mendesah, merasa sakit di tangannya.

Serigala hitam tersebut sempat mencakarnya. Ada goresan di tangannya yang mengeluarkan darah. Semuanya menyeringai dan menggeram ke arahnya. Kaki belakang mereka menekuk. Mereka siap melompat dan mencicipi Alnord. Ia terpejam, tak sanggup melihat kematiannya

berada di tangan hewan buas. Semuanya me-lompat dengan kelima cakarnya yang berkilau dan dengan rahang yang bisa mematahkan tangan dan kakinya dengan cepat. Ia sontak memanggil Ember seperti anak kecil

yang butuh usapan tangan orang tua setelah

Page 162: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

162

bermimpi buruk. Mimpi buruknya selesai. Tu-buhnya basah penuh keringat, napasnya teren-gah-engah, dan wajahnya pucat. Ia melihat seke-lilingnya, suasananya berubah menjadi kamar-nya kembali. Kunang-kunang dalam lentera menyala kembali. Tak lama kemudian Ember datang tergopoh-

gopoh. Ia memastikan dan menawarkan diri mengambil minum, tetapi Alnord menolak dan mengatakan ia baik-baik saja. “Aku cuma perlu istirahat,” katanya. Ember bantu menyelimuti dan menunggunya

terpejam. Setelah yakin Alnord tertidur, ia keluar. Alnord mengeluhkan malam itu yang terasa

panas sehingga mengubah posisi dan menyibakkan selimut. Ia mendesah saat seli-mutnya menyentuh tangan kanannya. “Oh, enggak mungkin.” Ia mendesis, merasa aneh, takut, saat melihat di tangannya, ada sebuah lu-ka. Setelah bangun, Alnord melihat tangannya se-

kali lagi, memastikan mimpi itu hanyalah se-buah mimpi. Ternyata tidak. Ada goresan dan darah mengering di tangannya. Ia juga ingat membersihkan luka itu sebelum kembali tidur.

Page 163: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

163

Matahari sudah menyorot terang, menandakan ia terlambat bangun. Ia melompat dari tempat tidur dan beranjak menuju kamar mandi. Ia berusaha menganggap mimpinya ha-nyalah mimpi, tetapi pikirannya menolak. Alnord mendesah ketika keluar dari kamar

mandi. Tangannya terasa perih terbasuh air, ia berusaha menyembunyikannya dari Ember yang menanyakan keadaannya. Ia merasa neneknya akan berpikir ia terluka karena masuk hutan Soulom. Ia menggeleng, menyatakan baik-baik saja lalu

menggeser kursi makan dan duduk memandang makanan di meja. Perutnya berkecamuk karena kemarin ia hanya makan sekali. “Cepat makan, atau kau akan dimakan Wolly

karena terlalu kurus,” kata Ember menyusulnya di meja makan. Saat mereka sarapan, Alnord masih berpikir

tentang mimpinya semalam. Matanya kosong setiap kali ia memasukkan sesuap demi sesuap makanan ke mulut. Ember mulai merasa janggal dengan keterdiaman itu. “Kau punya masalah?” Ember membuka per-

cakapan, seraya mengaduk bubur jagung. Alnord tersentak dan menoleh.

Page 164: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

164

“Apa yang sedang kau pikirkan?” Ember menatapnya. “Kau bisa bercerita pada nenek kalau mau.” Sebenarnya Alnord ingin bercerita, tetapi

urung karena takut akan secara tak sengaja memberi tahu Ember bahwa ia datang lagi ke hutan Soulom kemarin. Ia ternganga sejenak, seraya berpikir kata-kata yang tepat untuk men-ceritakannya. “Pernah enggak nenek mimpi, tapi terasa nya-

ta banget?” kata Alnord. Ember termenung sesaat. Ia tampak sedang

menelaah ingatannya seperti mencari jarum yang ia simpan dalam tumpukan jerami. Hanya saja jarum tersebut berada di puncak tumpukan jerami tersebut. Ia cepat menemukannya karena kenangan itu sangat berkesan baginya. Matanya mendelik dan bibirnya tersenyum. Ia tertawa kecil, tersipu-sipu. “Nenek pernah mengala-minya dan takkan dapat lupa akan mimpi itu,” katanya. Alnord menaruh sendoknya dan mengalihkan

perhatian ke cerita Ember, menanyakan lanjutannya. “Saat masih seusiamu, nenek pernah

memimpikan seorang pria,” kata Ember. “Seseorang yang tampan, baik, cerdas, penuh

Page 165: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

165

wibawa, layaknya seorang pangeran.” Ia tertawa malu. “Belasan tahun kemudian, dia adalah orang yang menjadi kakekmu, Toba Bordom.” Alnord menggeleng. “Bukan itu yang kumak-

sud, bukan mimpi yang jadi nyata, tapi mimpi yang benar-benar nyata. Mimpi yang bikin nenek merasa benar-benar lagi ada di mimpi itu.” Ember mengernyit, keningnya berkerut.

“Nenek tak mengerti maksudmu. Apa ini ber-hubungan dengan mimpimu semalam?” tanya Ember seraya memasukkan satu sendok lagi. Alnord menceritakan semua kejadian dalam

mimpinya. “Ingat aja udah bikin takut,” katanya. “Tapi itu hanya mimpi biasa,” kata Ember.

“Itu hanya karena kau pernah bermain di hutan Soulom lalu terbawa mimpi.” “Itu bukan cuma mimpi. Tadinya aku juga

mikir kayak gitu. Tapi aku bisa rasain kenge-riannya, aku merasa sakit waktu cubit tanganku, aku bahkan kedinginan.” Alnord mengelak dengan suara melengking. “Dan aku dapat be-kas luka cakaran waktu bangun.” Ember sempat terkejut saat Alnord menun-

jukkan bekas luka kepadanya. Namun, ia berpi-kir logis.

Page 166: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

166

“Mungkin saat tidur, kau tak sadar bergerak dan tanganmu tergores,” katanya. “Bisa saja itu terkena pinggiran tempat tidur? Kau ingat? Saat kau kecil, kau sering bermimpi sedang ke kamar mandi atau sedang bermain air di sungai dan saat bangun tempat tidurmu basah karena om-polan atau saat tidur kau tersentak karena ber-mimpi jatuh ke jurang. Itu semua hanya kebetu-lan. Mimpi burukmu hanya mimpi. Tak ada arti apa-apa. Lupakan semua dan habiskan maka-nanmu.”

Page 167: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

167

7

Bulan Berkabut

Alnord merasa ucapan neneknya benar juga. Sa-tu masalah sudah selesai, tetapi belum untuk masalahnya dengan Dardyl. Ini membuatnya bingung akan bercerita atau tidak. “Apa kalian berdua ada masalah?” Ember ti-

ba-tiba bertanya. Alnord mengernyit. “Kau dan Dardyl,” kata Ember seakan dapat

membaca pikiran Alnord. “Kalian terlihat tak bermain bersama lagi akhir-akhir ini,” “Sebenarnya itu juga yang mau aku omongin,”

kata Alnord terbata-bata. Ember memastikan sekali lagi. Alnord men-

gangguk. “Apa masalahnya?” Alnord menjelaskan masalahnya meskipun

awalnya takut Ember mengungkit kesalahannya. Ember hanya berdeham. Ia menarik napas

panjang lalu menaruh sendok di bibir mangkuk lalu memegang tangan Alnord dan melirik naga yang ada di dalam mata Alnord dalam-dalam. “Menurutmu siapa yang salah?” tanya Ember.

Page 168: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

168

“Tentu saja dia,” kata Alnord, kesal dan menarik tangannya. “Dia bikin aku kesal lebih dulu.” “Lalu, menurutmu, menurut Dardyl siapa

yang salah?” Alnord tersentak. “Aku,” katanya lemah. “Jarang orang menyadari kesalahan mereka

sendiri,” kata Ember. “Kalian berdua menya-lahkan satu sama lain. Ini takkan berakhir kalau salah satu dari kalian tak ada yang mengalah.” Alnord menangkap kebenaran dari yang dika-

takannya. “Terus, aku harus ngapain?” “Apa yang harus dilakukan bila seseorang te-

lah menyakiti perasaan orang lain?” tanya Emb-er. “Minta maaf?” kata Alnord lemah. “Tapi,

Nek. Aku kan enggak salah.” “Baiklah kalau kau tak menganggap dirimu sa-

lah. Tapi apa salahnya mengalah dan meminta maaf untuk memperbaiki persahabatan bahkan walaupun kau tak salah?” kata Ember. Ia men-geratkan genggamannya. “Kau akan menyadari betapa sulitnya meminta maaf sehingga kau be-rusaha tak melakukan kesalahan lain. Dan sete-lah tahu sulitnya meminta maaf, kau menyadari betapa mulianya memaafkan.”

Page 169: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

169

Alnord mengangguk dan sedikit tersenyum. Ember membalasnya dengan senyuman yang menyenangkan dan menenangkannya. “Ya, dia satu-satunya yang menganggapku sa-

habat di desa ini,” kata Alnord. Setelah itu, mereka membahas camelion yang

siap potong, kecuali Camcam tentunya. Alnord diizinkan untuk memeliharanya. Ember menanyakan alasan Alnord tak pernah memain-kan suling pemberiannya dan memakai baju hangatnya. Alnord hanya menjawab dengan ter-sedak. Sehabis sarapan dan membantu Ember membereskan meja makan, ia pamit untuk menggembala camelion. Wolly menyalak bersemangat ketika ia mem-

buka pintu. Wulfix kecil itu berlarian dan men-dahuluinya berlari menuju kandang. Ia berusaha menyusul, melewati kediaman keluarga Duvius. Ia melirik rumah Dardyl saat lewat dan berha-rap bisa berbaikan. Ketika sampai di bukit tempat ia biasanya

menggembalakan camelion, ia memandang hu-tan Soulom. Dengan kejadian kemarin, ia mungkin takkan kembali ke hutan itu walaupun sebenarnya ingin sekali. Ia menggembala came-lion sendiri. Dardyl yang biasa menggembalakan rabbipof di dekatnya kini di bukit kecil sebelah.

Page 170: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

170

Tanah keluarga Duvius memang luas. Mereka adalah keluarga terkaya di desa Elberg. Dardyl bermain bersama rabbipof. Alnord mengabaikan Wolly yang terus menga-

jaknya berlarian bersama camelion untuk memandangi Dardyl. Saat Dardyl meliriknya, ia membuang muka. Begitu juga dengan Dardyl. Untuk melupakan kekesalannya, ia terpaksa bergabung dengan Wolly, berlarian bersama camelion. Setelah agak siang, mereka turun ke danau un-

tuk minum. Alnord duduk di bawah pohon rin-dang dan menunggu Dardyl untuk meminta maaf. Ia yakin Dardyl tak mungkin membiarkan ternaknya kehausan hanya demi menghinda-rinya. Benar saja, tak lama kemudian terdengar suara decakan rabbipof. Alnord bangkit meng-hampiri Dardyl. Alnord menyapanya, tetapi Dardyl tak men-

jawab. “Rabbipofmu terlihat lebih gendut-em-

maksudku sehat,” kata Alnord hati-hati, takut menyinggung perasaan Dardyl. “Ya, kayak aku, gendut,” kata Dardyl ketus,

seraya membersihkan kakinya dengan air danau. “Em—sebenarnya, aku—,” kata Alnord. Cu-

kup sulit baginya untuk meminta maaf. “Mung-

Page 171: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

171

kin karena mereka terlalu dimanja.” Ia malah meracau. Dardyl terdiam dan menoleh ke arah Alnord.

“Ya, aku gendut karena terlalu dimanja, dipang-ku ibuku dan disuapi.” Alnord tersentak sampai lupa yang harus ia

katakan karena terlebih dahulu kesal dengan komentar Dardyl. Ia mengelak. “Sebelum kau bilang begitu atau lainnya,

mending aku pulang,” jelas Dardyl lalu bersiul kencang—bercampur dengan usaha untuk menghilangkan rasa kesalnya. Semua rabbipof-nya dengan patuh mengikuti. Alnord kesal karena tak diberi kesempatan. Ia

menendang batu di dekatnya dan batu itu me-lambung jauh ke tengah danau, menimbulkan cipratan dan gelombang. “Sampai nanti!” teriak Alnord kesal dan me-

neruskan langkahnya menuju rumah, sedangkan Wolly mengejarnya. Wolly adalah wulfix yang sangat pintar. Ia bisa

membuka pintu kandang bahkan menguncinya kembali. Alnord lupa sehingga ia yang melakukannya. Dalam perjalanan Alnord tahu penyebab ia

tak diberi kesempatan berbicara. Ia terlebih da-hulu melakukannya di hutan. Ia memukul kepa-

Page 172: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

172

lanya sendiri berulang-ulang menyesal dan ber-harap ia tak pernah mengajak Dardyl masuk ke hutan. Makan siang sudah siap saat ia masuk ke ru-

mah. Wolly dengan semangat berlari menuju dapur untuk menghabiskan makan siang sece-patnya. Alnord langsung duduk di ruang makan tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. “Sepertinya kau sudah tak apa-apa.” Ember

menyindir. Alnord mengernyit seraya menjulurkan tan-

gannya untuk mengambil paha ayam. Ember memukul tangannya dan Alnord mengerti mak-sud Ember tadi. Ia menyeret kakinya ke tempat wastafel dan mencuci tangan, lebih tepatnya hanya membasuh. Saat ia melakukannya, Ember tetap menceramahinya tentang bagian-bagian tangan yang harus dicuci. Setelah yakin semua bagian dari tangannya

bersih, setidaknya menurutnya, Alnord kembali ke meja makan dan mengambil jagung rebus se-cukupnya dan satu paha ayam. Ember membuka pembicaraan dengan

menanyakan penyelesaian masalahnya dengan Dardyl. “Dia bahkan enggak mau dengar aku ngo-

mong,” kata Alnord menekan-nekan garpunya

Page 173: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

173

sehingga menimbulkan suara berdenting dari pi-ringnya beberapa kali. Ia mencabik-cabik daging karena daging itu mengingatkannya pada rabbi-pof milik Dardyl lalu memasukkannya ke dalam mulut. “Mungkin lain kali, tunggu amarahnya reda

dan kau bisa bicara baik-baik dengannya,” kata Ember. “Aku enggak mau ngomong sebelum dia min-

ta maaf duluan,” kata Alnord. “Sampai kapan kalian terus begitu?” kata

Ember. “Lebih dari tiga hari? Itu tak baik.” “Enggak tahu,” kata Alnord dengan mulut

seperempat penuh. “Nanti aku mau ke kedai paman, aku udah punya beberapa lukisan baru.” Ia berusaha mengalihkan pembicaraan. “Habiskan dulu makananmu, baru bicara,”

kata Ember. “Lukisan apa yang kau buat?” Alnord menelan makanannya lalu menjawab.

“Hutan Soulom.” Ember tersentak. “Itu kan cuma lukisan.” “Tapi kau takkan pergi ke hutan Soulom lagi

kan?” tanya Ember. “Emangnya apa bahayanya sih hutan Soulom

itu? Aku sendiri yang udah masuk ke sana tetap baik-baik aja,” kata Alnord menutupi bagian

Page 174: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

174

pertemuannya dengan Deimos. “Aku udah sele-sai.” Ia pamit dan melompat menuju kamar. Di kamar, Alnord masih memikirkan mim-

pinya. Ia menelaah tepian tempat tidur, mencari bagian yang tajam, tetapi setelah lama mencari tetap tak menemukan satu inci pun yang dapat melukainya. Alnord menyerah karena tak me-nemukan jawabannya lalu kembali ke niat awal, menurunkan semua lukisan. Tepat setelah Al-nord selesai, Ember mengetuk pintu kamar. Alnord mempersilakannya membuka pintu.

Pintu berayun terbuka. Ember melirik lukisan hutan yang gelap dan menyeramkan. Melirik lukisannya saja sudah membuatnya bergidik. “Katamu hutan Soulom itu indah, kenapa se-

perti ini?” kata Ember. Alnord yang sedang membingkai lukisan hu-

tannya menoleh ke arah lukisan yang dimaksud. “Itu bukan hutan Soulom. Itu hutan di mimpi-ku,” katanya. “Kau tak perlu mengabadikan sesuatu yang

menyeramkan, kan?” kata Ember seraya berusaha tak melihat lukisan itu pun meski tak sengaja. “Yang mana lukisan hutan Soulom?” Alnord memperlihatkannya pada Ember. “Ini

lukisan cat minyak pertamaku. Repot enggak boleh digulung.”

Page 175: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

175

Ember begitu terkejut saat melihat lukisan hu-tan Soulom. “Bagus sekali. Aku yakin lukisan-mu lebih indah daripada aslinya,” kata Ember. “Yang asli jauh lebih bagus. Percaya deh,

Nek,” kata Alnord. “Mungkin sekali-sekali, Ne-nek perlu masuk ke sana.” Ember terbelalak dan menggeleng kuat.

“Tidak, tidak. Nenek takkan membiarkan seri-gala mengejar nenek. Kau teruskan saja luki-sanmu dan jangan pernah mengajak nenek ma-suk ke hutan.” Alnord hanya tertawa geli melihat Ember

bergidik dan lanjut membingkai lukisan. Setelah semua selesai dan rampung merapikan serpihan kertas pembungkus lukisan, ia beranjak ke luar rumah menuju kandang Camcam. Lukisannya terlebih dahulu disenderkan di dinding luar ru-mah yang tak terkena cahaya matahari. Wolly mendekati lukisan dengan rambut yang

berapi-api, tetapi tersentak dan kabur saat Al-nord menghalangi dan memelotot ke arahnya. “Hati-hati,” kata Ember. “Nek, tolong jaga. Jangan sampai Wolly

membakarnya,” kata Alnord. “Aku ambil Cam-cam dulu.” “Nenek pasti akan memelotot lebih lebar da-

ripada kau.” Ember terkekeh-kekeh.

Page 176: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

176

Alnord tertawa seraya berjalan ke luar pagar dan kembali bersama Camcam tak lama kemu-dian. Setelah yakin lukisannya terikat kuat di be-lakangnya, Alnord mengentakkan tali kekang-nya menuju desa Barlot. Selama perjalanan, Alnord sangat menikmati

angin yang mengembus rambutnya. Musik ge-sekan gandum dan kicauan burung yang berter-bangan di kala orang-orangan sawah menakuti mereka mengiringi. Terlebih lagi, ia tak lagi memiliki masalah. Masalah di hutan sudah ia se-rahkan pada para pohon Archerry yang lebih mengerti yang harus mereka lakukan. Masalah-nya tentang mimpi pun sudah tak menggang-gunya karena dua orang, Ember dan dirinya, te-lah berpendapat hal yang sama. Walaupun ma-salahnya dengan Dardyl belum selesai, tetapi benar kata Ember. Ia hanya tinggal menunggu waktu yang tepat. Karena rasa tenangnya itu, ia tanpa sadar telah

sampai di ujung jembatan menuju desa Barlot yang kini terlihat ramai, penuh dengan pedati yang terparkir pada satu titik: Domz Poul. Alnord melompat turun kemudian mengikat

Camcam di palang di depan kedai Charlom. Cukup lama saat ia membuka ikatan lukisannya karena ikatannya kuat. Saat masuk, ia sulit men-

Page 177: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

177

cari Charlom. Kedainya ramai sehingga suasa-nanya menjadi lebih gelap dan padat. Ia sulit berjalan ketika menghampiri meja utama den-gan lukisan di tangannya karena harus menja-ganya agar tak terbentur. Orang-orang berbisi-kan, berbicara, dan tertawa, menyulitkannya da-lam mencari Charlom melalui suara khasnya. Semua omongan serentak terdengar sehingga telinganya seketika lelah. Suara benturan keras terdengar dari arah gu-

dang. Cukup keras sampai menggetarkan dind-ing dan menebarkan debu dari langit-langit (bahkan semua orang melihat ke atas sesaat, menyangka suara tersebut berasal dari loteng). Itulah suara yang khas dari Charlom, suara

benturan. Alnord yakin arah sumber suara ter-sebut dan menujunya. “Paman enggak apa-apa?” tanyanya saat mendapati Charlom sedang mengusap-usap kakinya yang tertindih peti. Tangan yang lain menutup mulutnya agar tak berteriak dan menganggu pengunjung. Alnord menyenderkan lukisannya dan meno-

long Charlom menggeser peti tersebut. Charlom berterima kasih sambil mendesah le-

ga, melompat-lompat dengan kaki satu terang-kat. Ia menanyakan alasan Alnord ke situ.

Page 178: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

178

“Aku punya lukisan, enggak cuma goresan hi-tam putih, tapi cat minyak baru dari ayah,” kata Alnord seraya menunjuk bingkisan yang ia ba-wa. Charlom memekik, tetapi menutup mulut

sebelum teriakannya mengganggu tamu. “Maka-sih banyak, Alnord. Kau udah lihat toko baru-ku?” “Aku enggak bisa lewat,” Alnord mengeluh

seraya mengusap dahinya yang penuh keringat. “Semua berkat kau,” kata Charlom, merang-

kul Alnord dan mengajaknya melayani pengun-jung. “Bukan,” kata Alnord. “Mereka bahkan eng-

gak memandang lukisanku. Mereka cuma suka suasananya yang sekarang bersih dan kering, enggak lembap kayak dulu.” “Ditambah lukisanmu dan lengkaplah suasa-

nanya,” kata Charlom. “Kau ingat kue yang di-makan Dardyl? Orang-orang juga suka.” Alnord mengangkat satu alis. “Aku juga enggak nyangka sebelumnya. Aku

bertanya-tanya kok Dardyl suka. Lantas, aku buat dan kudiamkan lagi selama lima hari. Sete-lah itu kucicipi dan rasanya memang enak,” kata Charlom seraya merangkul Alnord lagi dan mengajaknya ke dapur. “Kau mau coba?”

Page 179: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

179

Alnord mengangguk. “Hati-hati,” Alnord memperingatkan sebelum

Charlom membenturkan keningnya ke pintu. Charlom tertawa mendesah. “Nyaris.” Seseorang keluar dari dapur dengan membawa

sapu, lap pel, dan ember. Orang itu sudah tua dan Alnord mengenalinya: Delacock. Alnord menyapanya dan dibalas. Delacock masih salah menyebutkan namanya. Charlom mengernyit. “Kalian udah saling

kenal?” Alnord mengingatkan bahwa ia sudah

menceritakannya kepada Charlom yang langsung membulatkan bibirnya dengan mata terbelalak dan alis terangkat Delacock bertanya Alnord sudah bertemu

lagi dengan Bagnan atau belum. “Udah, kabar buruk,” kata Alnord lemah. “Oh, mau gimana lagi? Emang dia udah tua,

enggak kuat lagi jaga hutan.” Delacock mendesah. “Permisi, aku harus terus kerja. Kau terus-

terusan nagih utangku,” dengusnya dan pergi mengepel lantai kedai, walau kotor lagi karena diinjak pengunjung. Charlom merangkulnya kembali dan menga-

jaknya ke meja utama. Ia mengaduh beberapa

Page 180: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

180

kali karena kakinya tersandung. Sesampainya di meja utama, ia mengambil toples, memiringkannya, dan menumpahkan kue itu di piring. Alnord mencicipi satu. “Mungkin aku nanti jadi pelanggan tetap,” ka-

ta Alnord. Charlom tertawa senang. “Hm, sepertinya kau benar, hutan Soulom jadi

terasa aman buatku,” kata Charlom. “Tapi aku tetap enggak mau ke sana,” katanya sebelum Alnord mengatakan ingin mengajaknya. “Tung-gu sebentar.” Lalu, ia melengos menanyakan

pada pelanggannyaseorang wanita yang terli-

hat genit, tetapi malu-malupendapatnya ten-tang Domz Poul. Alnord memanggilnya, membuat Charlom

mengakhiri pembicaraannya pada wanita terse-but (wanita tersebut terlihat kesal pada Alnord) dan berpaling kepadanya. “Pernah enggak Paman mimpi tergores sesua-

tu dan waktu bangun tangan Paman luka?” tanya Alnord. Charlom mengernyit. “Jadi mim-pi yang kayak bukan mimpi.” “Kayak jika kita jatuh dari tempat tidur karena

mimpi jatuh ke jurang?” tanya Charlom. Alnord yang tak punya penjelasan lain men-

gangguk.

Page 181: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

181

“Baru ngalamin?” Ia mendengus. “Aku sering banget, bikin kesal.” Alnord menyanggah lalu menceritakan mim-

pinya. Seperti Ember, Charlom tak setuju. “Kau udah ngasih tahu nenek?” tanyanya. “Nenek bilang itu kebetulan,” kata Alnord. “Atau mungkin, kau jalan sambil tidur?” “Enggak mungkin,” kata Alnord yakin. “Wak-

tu bangun, aku tetap di tempat tidur, bukan di hutan.” “Mungkin waktu itu kau sedang gila atau apa,

jadi kau mimpi yang aneh-aneh,” kata Charlom. “Karena—kayak kata nenek—kebetulan tan-ganmu tergores, kau nganggap mimpi itu jadi nyata.” Alnord menghela napas panjang dan berusaha

mengingat kejadian sebelum bermimpi hal itu. Ia sangat marah pada Dardyl yang mengatainya menang sendiri, Ia berpikir Charlom berkata benar meskipun dengan nada asal. “Mungkin aku nganggapnya terlalu serius.

Aku pulang dulu.” “Ah, kau enggak mau coba minuman terbaru

Domz Poul? Gorganbeer?” Ia menghampiri meja utama, mengambil cangkir yang mengepul. “Bukan minuman yang bikin mabuk kok, cuma bikin hangat.”

Page 182: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

182

“Kayaknya bukan waktu yang tepat deh, Pa-man. Ingat enggak? Musim semi?” Alnord mengangkat bahunya. “Oh, pantas enggak begitu laku. Mereka lebih

suka kebalikannya, Reebnagrog,” kata Charlom. “Salam untuk nenek.” Alnord mengiyakan lalu tak lama, dengan

payah juga, berhasil keluar dan menuju tempat ia mengikat Camcam. Ia melompat naik dan mengentakkan tali kekang. Mereka melaju ce-pat, Alnord sedang tak ingin menikmati pe-mandangan yang selalu ia lihat sehingga terus mengentakkan tali agar cepat sampai rumah. Sesampainya di rumah, ia langsung masuk ke

kamar dan membuat goresan-goresan dari pen-sil karbon, menggambar semua yang terlihat ha-ri itu. Kehidupannya menjadi normal kembali: pagi hari menggembala camelion, siang hari bermain ke Domz Poul, dan sore hari menggo-reskan pensil di kertas menggambar segala sesu-atu yang disukainya. Setiap hari seperti itu. San-gat membosankan menurutnya, ia tak pernah lagi menemukan sesuatu yang baru seperti yang ditemukannya di hutan. Ia juga tak pernah bermimpi tentang hutan itu

lagi dan sudah tak memikirkan lagi mimpi itu. Ia hanya menganggap mimpi itu adalah mimpi

Page 183: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

183

yang secara kebetulan terasa nyata, tepat seperti kata Ember. Bahkan lukanya sudah tak berbekas lagi. Namun, ia masih merasa bersalah. Dardyl selalu membuang muka saat bertemu. Bahkan ketika ia menggiring ternak-nya untuk minum, Dardyl membawa mereka ke tepi sungai, bukannya danau. Perasaan bersalah itu masih menganggunya, tetapi tertutup dengan rasa kesalnya pada Dardyl. Percekcokan mereka masih berlangsung sampai pertengahan di bulan akhir musim panas. Saat itu mereka sedang makan malam. Makan

malam yang biasa, tak ada yang istimewa. Tak ada sesuatu yang baru yang bisa dibicarakan. Tak ada hal baru yang bisa Ember omeli. Yang membuat Ember mengomel hanya hal-hal yang sudah kerap terjadi. Mungkin karena itu, suasa-na makan malam yang biasanya hangat menjadi sangat sepi dan dingin. Sepanjang makan ma-lam, hanya ada suara dentingan peralatan ma-kan. Bahkan kepakan sayap kunang-kunang da-lam lentera di atas mereka sampai terdengar. “Bagaimana keadaan Domz Poul?” Ember

membuka pembicaraan dan pertanyaan ini ada-lah pembuka pembicaraan di setiap malam. “Makin ramai,” kata Alnord datar, seraya

memasukkan kacang polong ke mulutnya.

Page 184: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

184

Hanya itu pembicaraan mereka sepanjang makan malam setiap hari. Topik pembicaraan habis sama sekali saat ingin menegur Alnord mencuci tangan dulu sebelum makan, Ember melihat Alnord melakukannya sebelum diingatkan. Ia menghela napas dan berpikir ter-lalu mengekangnya sehingga Alnord tak memi-liki hal untuk diceritakan. Hutan Soulom sudah menarik perhatian

Alnord sejak ia masih kecil. Ia membayangkan banyak hal menyenangkan dalam sana dan penuh kejutan. Semakin besar, ia semakin ingin menjelajahinya. Baginya kemarin belum cukup dan ia lebih dulu dilarang. Hutan Soulom benar-benar menguasai pikirannya sekarang. Saat mencari tahu penyebab ingin sekali masuk ke hutan, Alnord menyadari jawabannya adalah seperti ada sesuatu yang memanggilnya, tetapi ia tak bisa menjelaskan bahkan kepada dirinya sendiri cara hal tersebut dapat terjadi. Setiap menggembala camelion, ia melirik

hutan. Selama berjalan menuju kedai Charlom, ia menoleh ke hutan itu. Pandangannya tak lepas dari hutan hingga setiap sore, sembari melukis, ia sesekali memandangi hutan yang menurutnya menyimpan banyak rahasia tersebut. Ditambah lagi ia beberapa kali

Page 185: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

185

bermimpi tentang hutan sehingga merasa bahwa ia masuk ke hutan itu. Ia ingin sekali bertanya kepada Bagnan ada kawanan serigala berkurap atau tidak. Akhirnya ia tak dapat menahan diri ketika pergi menuju kedai Charlom untuk menyetor lukisan dengan upah dua Argum. Ia menepuk leher Camcam, menyuruhnya

berlari menuju hutan. Ia berpikir dengan mendatangi mereka langsung dan bertanya, rasa penasarannya akan menghilang. Camcam mulai berlari sembari mengerang seakan memperin-gatkan Alnord agar tak pergi ke hutan. Ia tak peduli, sepertinya sudah lupa akan janjinya un-tuk tak masuk ke sana. Tak lama kemudian, ia sampai di bagian pal-

ing luar dari hutan. Alnord terus masuk ke hu-tan tanpa menunggu para pohon membuatkannya jalan terlebih dahulu. Tiba-tiba puluhan ranting tajam melesat dan menancap di tanah di sekeliling mereka. Mereka berhenti. Alnord berseru, memberi tahu bahwa itu

dirinya. Ia heran karena seharusnya diperboleh-kan masuk ke hutan setiap waktu. Ia memandangi pohon di sekelilingnya, semua ca-bang dan ranting ke arahnya dan siap mele-

Page 186: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

186

satkan ranting tajam. Seraya menghindar, sekali lagi Alnord mengingatkan mereka. Salah satu Archerry tersadar dan menyuruh

yang lain menurunkan cabang. Ia meminta maaf dan menjelaskan bahwa mereka sedang memperketat penjagaan sehingga tak sadar yang datang adalah Alnord. Dengan napas terengah, ia menanyakan tujuan

mereka memperketat penjagaan. Ia menangkap sesuatu telah terjadi dan itu buruk. Benar saja dugaannya. Archerry memberitahukan seseorang menerobos masuk ke hutan dan ia sangat berbahaya bahkan mampu menangkis semua lesatan ranting mereka dengan pedangnya. Alnord bergidik ketika diberi tahu banyak pohon yang mati terkena tebasannya. Bagnan pun terluka parah. Alnord berjengit dan meminta mereka

memberikan jalan menuju Bagnan. Archerry mengingatkannya berhati-hati karena orang tersebut masih berkeliaran di hutan. Ia juga meminta Alnord memberi tahu pohon Mobilus terdekatnya bila melihat orang itu. “Penglihatan kami tak terlalu bagus,” kata

Archerry itu. “Tetapi para hewan mengatakan ia memiliki bekas luka di pipi kanannya.” Alnord mengangguk.

Page 187: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

187

Setelah para pohon Archerry bergeser mem-bentuk jalan, Alnord menepuk pelan leher Camcam agar berlari menuju Bagnan. Ada rasa takut di dirinya, tetapi ada rasa khawatir yang jauh lebih besar yang menutupi rasa takutnya. Bahkan ia tak ingat lagi masalahnya dengan Dardyl. Jantung Alnord mencelos ketika melihat Bagnan terlihat layu, batangnya lebih pias. Banyak daun berjatuhan di sekeliling dan menguning di puncaknya. Alnord melompat turun dan memanjat akar.

Ia menanyakan keadaan Bagnan seraya mengelus batangnya. Bagnan tersadar dari ti-durnya. Ia menunduk sedikit untuk menatap Alnord. Lalu, ia menurunkan sulurnya untuk mengangkat Alnord ke salah satu cabangnya. “Kau seharusnya tak di sini.” Suara Bagnan

serak. “Seseorang yang berbahaya sedang me-rencanakan sesuatu di dalam hutan ini.” Ia me-natap Alnord dari matanya yang bulat besar dan kuning. “Bahkan ia tak terkena satu pun ranting para Archerry. Aku menyerangnya dengan su-lurku, tetapi ia menebasku dengan pedangnya terus menerus. Aku memang sedang layu saat itu, tubuhku begitu lemah. Butuh waktu lama untuk pulih atau memang ini saatnya bagiku be-ristirahat.”

Page 188: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

188

Alnord melarangnya berbicara seperti itu lagi. Bagnan terbatuk-batuk seperti seorang kakek

tua dan menyuruh Alnord pulang sehingga ia bisa beristirahat. Ia mengulurkan sulur dan menurunkan Alnord. “Aku harap kau cepat sembuh,” kata Alnord

seraya mengelus batang Bagnan. Saat melihat tangannya yang kini sedang me-

nempel di batang Bagnan, ia ingat lukanya dan tersadar akan sesuatu. Lukanya sembuh karena air danau Nyos. Ia menduga para pohon juga minum air danau Nyos lalu menawarkan diri membawakan Bagnan air dalam jumlah besar untuk diminum. “Kami meminum air jauh lebih banyak

daripada yang bisa kau bawakan,” kata Bagnan. “Kau takkan sanggup. Aku hanya butuh istira-hat. Istirahat yang lama.” Alnord tak peduli dengan ucapan itu. Ia me-

mutari pohon di sana, mencari sesuatu yang bi-sa dibuat menjadi wadah dan menemukan sebuah daun lebar dan menekuknya sehingga bentuknya menyerupai mangkuk. Ia melompat ke punggung Camcam yang berlari menuju da-nau Nyos. Seraya mereka melaju, para Archerry bergeser membentuk jalan dan mereka sampai di danau Nyos.

Page 189: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

189

Tak ada kelinci yang berlarian atau kijang yang berbaris minum. Airnya terlihat sangat tenang, tak ada gelombang. Bahkan angin pun tidak berkesiur sama sekali. Alnord turun dari pung-gung Camcam dan berlari menuju pinggir da-nau. Ia merendahkan tubuhnya dan mencelupkan daun mangkuk. Namun, ia ter-henti karena mendengar rintihan di bagian da-nau yang lain. Rintihan itu terdengar seperti berasal orang yang sedang tersiksa. Alnord berpikir mungkin saja yang menjerit

tersebut diserang orang yang diceritakan. Jeritan tersebut terdengar beberapa kali. Ia bangkit dan berusaha mencari arah sumber rintihan terse-but. Tak lama kemudian ia melihat seorang dengan jubah. Orang itu tergeletak seraya terus menggeliat dan menjerit kesakitan, tak sadarkan diri. Alnord menghampiri dan memeriksanya. Wa-

jah orang tersebut tertutup kudung. Ia membu-kanya dan menggerakkan kepala pria itu agar bi-sa melihat wajahnya. Pria itu sangat pucat seper-ti tak memiliki darah sama sekali. Kakinya tiba-tiba terasa sangat kaku. Ia lang-

sung sedikit menjauhinya. Dalam mimpinya, dari balik pohon tumbang, ia melihat pria itu sebelum mimpinya berubah. Di samping itu,

Page 190: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

190

pria itu memiliki bekas luka yang di pipi kanan. Deimos tiba-tiba membuka mata dan menceng-keram tangan Alnord. Ia meringkih, matanya terbelalak. Ini membuat Alnord bingung harus menolong atau membiarkannya. Alnord meron-ta-ronta berusaha melepaskan tangannya, tetapi cengkeraman Deimos sangat kuat. Deimos merintih dan melepaskan Alnord. Ia

terguling dan jatuh ke danau. Alnord melangkah mundur, tetapi ingin tahu yang terjadi dengan Deimos. Deimos meronta-ronta dalam air. Ia berteriak,

tetapi hanya ada gelembung yang keluar dari mulutnya. Ia tak kuasa berenang. Rasa sakit di tubuhnya sangat menyiksanya. Dari seluruh po-ri-porinya, Aorn keluar dari tubuhnya. Ini se-makin membuatnya menderita. Rasanya sangat menyakitkan seakan semua pori-pori yang ada di tubuhnya ditusuk jarum. Aorn melayang be-bas dalam air. Mereka bergerak seperti angin tanpa arah. Deimos tak sadarkan diri. Perlahan lukanya sembuh.. Deimos membuka mata. Ia kembali sadar dari

masa lalu. Matanya sangat merah. Satu Aorn menatapnya sangat dekat dan menyeringai lalu kembali melayang-layang menikmati air danau.

Page 191: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

191

Deimos meronta. Ia tercekik, napasnya habis. Tenaganya memudar setelah melepaskan para Aorn dari dalam tubuhnya. Kini ia tenggelam. Ia semakin dekat dengan dasar danau. Semakin dalam, semakin gelap dan dingin. Ia tak dapat menggerakkan setiap bagian dari tubuhnya lagi. Ini membuatnya merasa gagal dalam menja-

lankan tugasnya. Darah perlahan mengalir dari telinga dan hidungnya akibat tekanan air di ke-dalaman. Badannya mulai terasa remuk. Ia hampir mati saat berusaha keras berbalik menghadap dasar. Dengan kekuatan yang tersisa, ia mencabut pedang dan menyobek lapi-san yang ada di dasar. Lapisan itu seperti penja-ra bagi Aorn yang terperangkap di dalamnya. Takkan ada yang tahu mereka ada di dasar danau sehingga mereka tak bisa dibebaskan sembarangan. Hanya batu sebesar tempat tidur yang dapat menyobek selubung itu, tetapi yang terdekat pun ada di lereng gunung sejauh empat ratus meter. Mereka menyeruak keluar, seperti burung yang selama bertahun-tahun di dalam sangkar. Sekarang mereka menyerang para ikan dan

seketika semua ikan di sana mengambang. Me-reka melintasi Deimos melayang-layang di da-lam danau gelap, tak memedulikan Deimos

Page 192: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

192

yang terlentang sekarat. Deimos terpejam le-mah. Di pikirannya hanya ada kenangan buruk, yakni kenangan ketika menyaksikan yang memperbudak menyiksa mati saudara kandungnya. Tiba-tiba di sekelilingnya bukan air yang gelap

dan dingin lagi. Sekelilingnya berubah menjadi pemandangan langit gelap. Ia terbaring di samp-ing jurang dengan tebing berduri. Satu meter meleset, mungkin ia akan terjatuh. Deimos te-rengah-engah. Ia menyeka darah yang mengalir dari hidung dengan punggung tangannya dan berusaha bangkit. Ketika menatap pemandangan di sekitar, ia

menakar bahwa istana Ablahar berada dalam lembah yang luas dan dalam tersebut, meyakin-kan dirinya ia tak bisa menyelinap masuk ke is-tana. Ia beringsut pergi tempat itu menuju tem-pat tinggalnya. Jika dilihat dari langit, ia hanya setitik hitam yang bergerak dibandingkan den-gan Tanah Orion. Alnord masih menatap permukaan danau. Ia

bertanya-tanya Deimos akan keluar atau tidak. Air danau lebih keruh. Seperti ratusan karung tepung gandum dimasukkan ke danau. Ia tersentak saat sebuah sosok menatapnya dan membelalakkan mulut seperti mengaum. Ia

Page 193: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

193

beranjak dari sana dan melupakan tujuan awalnya pergi ke danau. Ia berlari—tak sadar melepaskan daun mang-

kuk—menuju Camcam dan langsung melompat ke punggung camelion tersebut. “Ia tenggelam!!” Alnord berteriak, sementara

para pohon bergeser membentuk jalan menuju Bagnan. Sesampainya di dekat Bagnan, ia me-lompat dari punggung Camcam dan memanjat akar Bagnan. Alnord memberi tahu sekali lagi dan

menanyakan sebaiknya menolong atau tidak. Namun, Bagnan diam saja. Alnord menggun-cang-guncang batang Bagnan, tetapi tak ada gu-nanya. Bagnan sama sekali tak bergerak. Semakin banyak pula daunnya yang meranggas. Alnord memekik memanggil. Ia mengguncang-guncang batang Bagnan, tak ada dampaknya. Salah satu Archerry menyarani Alnord lebih

baik pulang dan menyuruhnya membiarkan Bagnan beristirahat entah untuk sementara atau selamanya. “Dia sudah sangat tua,” kata sang Archerry. “Bahkan sebelum hutan ini ada.” Me-reka bergeser membentuk jalan pulang untuk Alnord. Alnord memberi tahu sekali lagi yang

tenggelam di danau adalah orang yang melukai

Page 194: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

194

Bagnan, tetapi Archerry tersebut mengatakan bahwa mereka yang akan mengatasi semuanya. Ia tak perlu khawatir. Akhirnya ia paham juga dan dengan lemas melompat ke punggung Camcam. Dengan banyak perasaan yang ter-tinggal, ia menepuk leher hewan tunggangannya tersebut, menyuruhnya berjalan. Matanya mene-rawang dan tak peduli yang dilewatinya. Ia bahkan tak menyadari ada kuda hitam milik Deimos teronggok kaku di lantai hutan. Alnord tak begitu memerhatikan jalan

sehingga tak sadar sudah sampai di depan kandang Camcam. Ia melompat turun dan mengunci pintu kandang setelah Camcam ma-suk. Ia berjalan menunduk ke rumahnya. Di ja-lan, ia bertemu dengan Dardyl di pekarangan rumah keluarga Duvius. Seperti katanya tadi, seperti enggan melihatnya, Dardyl langsung ma-suk ke rumah. Alnord diam, masih kesal karena Dardyl men-

jauh dan sedih karena keadaan Bagnan. Ia bahkan merasa lemas ketika membuka pintu rumahnya. Ember langsung mengomel dan menanyakan

yang Alnord lakukan sampai sesore itu. Alnord tak menjawab, mengeluarkan suara pun tidak. Ia langsung masuk ke kamar dan mengunci diri.

Page 195: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

195

Ember mengetuk keras pintunya tiga kali dan memanggilnya. Alnord menoleh ke pintu, tetapi malas

meladeni omelan sehingga tak mengacuhkan Ember. Ia menunggu sampai ketukan tak terdengar lagi lalu mengambil peralatan melu-kisnya dan mulai menggoreskan pensil sampai membentuk gambar saat sedang bersama Dar-dyl. Lalu, ia terhenti, meremuk-remukkan luki-sannya menjadi bongkahan kertas tak berguna. Ia mengeluh seraya melempar bola kertas itu ke pojok kamarnya. Kekacauan pikiran menambah buruk kesan Dardyl di pikiran. Maka, ia beralih ke lukisan danau Nyos yang

ada di sebelahnya. Saat menatap lukisan terse-but, ia kembali teringat akan kejadian tadi. Ia bertanya-tanya kepada benak sendiri hubungan antara mimpi dan pria tersebut dan sebutan makhluk di danau Nyos. Ia menggeleng-geleng, berusaha melupakan

semua yang terjadi hari ini dan merasa hari itu adalah hari terburuk yang pernah ia alami. Un-tuk melupakan kejadian yang telah menim-panya, ia mengambil peralatan dan meneruskan lukisan danau Nyosnya sampai tak sadar hari sudah mulai malam.

Page 196: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

196

Ember memanggilnya tepat saat lukisan Al-nord telah selesai. Ia mengingatkan bahwa Alnord belum makan siang, sedangkan saat itu sudah waktu makan malam. Sebenarnya Alnord tak merasa lapar. Daripa-

da memperburuk suasana, ia menaruh semua-nya lalu beranjak menuju meja makan. Setelah mencuci tangan (Ember terkejut Alnord mela-kukannya tanpa disuruh), ia mengisi piringnya dengan makanan yang tersedia secukupnya, bahkan kurang dari biasanya. Saat makan malam pun, Alnord terus diam.

Bukannya memasukkan makanan ke mulut, ia memainkannya. Pandangannya kosong, membuat Ember khawatir akan keadaan Alnord sekarang. Ember menanyakan yang membuat Alnord

diam seperti itu, sekadar untuk mencairkan kesunyian. Alnord berkilah. “Enggak ada apa-apa,”

katanya. “Aku udah kenyang, aku duluan.” Ia meninggalkan ruang makan tanpa menelan sesuap pun. Ia permisi dan sesampainya di kamar langsung

membanting tubuhnya di tempat tidur. Ia me-mandang langit bersih tanpa awan. Bintang ber-

Page 197: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

197

kelap-kelip. Ketika memandangi bulan sabit, ia mengernyit karena seharusnya purnama. Bulan itu memang bulan purnama. Hanya saja

cahayanya tertutup sesuatu yang hitam. Dan itu bukan awan. Ia melompat keluar dari kamarnya dan memberi tahu Ember. Alnord beranjak menuju kamar Ember dan memanggilnya. Dengan cepat Ember keluar kamar sebelum

Alnord mengetuk pintu kamarnya dan menanyakan yang membuatnya berteriak seperti itu. Bahkan Wolly sampai ikut menggonggong. Alnord meraih tangan Ember dan mengajak-

nya ke luar rumah untuk memandang bulan. Ia begitu ingin mengetahui yang terjadi dengan bu-lan tersebut karena baru kali ini melihat keane-han itu. “Itu hal biasa,” kata Ember ketika mereka be-

rada di luar rumah. Alnord membantah. “Baru kali ini aku lihat

bulan kayak begini.” “Mungkin bagimu,” kata Ember. “Tapi nenek

pernah melihatnya beberapa kali. Begitu juga dengan orang lain, mungkin.” “Benda hitam yang makan bulan itu apa?” Al-

nord tanpa mengedip terus mendongak me-merhatikan benda hitam yang menelan bulan.

Page 198: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

198

Wolly mendongak dan menggonggong ke arah bulan, seperti wulfix dewasa. “Naga?” “Itu namanya gerhana bulan,” kata Ember.

“Dan ada mitos tentangnya.” Alnord meminta Ember menceritakannya

sejelas mungkin. “Kau tak perlu tahu, tapi kau harus tahu sikap

atas kejadian ini,” kata Ember lalu mendesah ketika melihat Alnord mengangkat dan menyatukan alis di tengah. “Baiklah, Ablan memercayai gerhana adalah tanda kegelapan menguasai Heldon. karena itu, mereka mengun-ci diri di rumah dan terus terjaga agar dapat waspada kalau kegelapan itu menyerang.” Alnord memandang mereka. Benar saja, bi-

asanya pada waktu ini, banyak orang yang sudah terlelap dan keadaan rumahnya gelap. Sekarang tak, masih banyak lentera yang menyala. Seolah ingin menggantikan cahaya bulan yang hilang untuk sementara. Sampai akhirnya, kegelapan menelan bulan seutuhnya dan bulan memerah. “Bulannya terbakar api naga ya?” Alnord

memandangnya penuh. “Tidak, nenek tak tahu pastinya,” kata Ember.

“Singkatnya cahaya bulan hanya terhalang. Ayo kita masuk. Angin malam tak baik untuk kese-hatan.”

Page 199: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

199

Alnord membantah. “Aku enggak mau ke-tinggalan peristiwa ini.” “Kau tetap bisa melihat gerhana bulan dari

kamarmu.” Alnord mengangguk lalu berlari masuk ke

kamarnya. Wolly mengikutinya dari belakang. Setelah Ember menutup pintu depan, ia me-nyusul. Alnord seraya terus memandangnya dari jen-

dela bahkan sampai menanyakan pendapat Wolly peristiwa itu keren atau tidak. Wolly hanya menjawabnya dengan salakan dan lompa-tan. “Nek, ini berlangsung lama atau enggak?” Ia

bertanya tanpa menoleh ke Ember. “Sampai sebulan atau setahun?” “Oh, tak selama itu.” Ember berjalan dari

pintu lalu duduk di ujung tempat tidur, ikut memerhatikan. “Hanya sehari, malah beberapa jam saja.” “Mitosnya juga mengatakan bahwa gerhana

bulan atau matahari adalah pertanda datangnya bahaya, musibah, atau sejenisnya.” Alnord menoleh dan duduk, tertarik dengan

yang baru saja Ember katakan. Alisnya mengernyit.

Page 200: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

200

“Biasanya orang selalu mengait-ngaitkan sega-la sesuatu yang terjadi dengan sekelilingnya,” kata Ember. “Gerhana adalah sesuatu yang bi-asa terjadi. Kalaupun ada bahaya yang terjadi, nenek rasa itu karena kebetulan. Tak ada yang bisa menyangka kalau ternyata bahaya itu ber-langsung di saat atau setelah gerhana.” “Jadi, nanti ada bahaya ya?” Suara Alnord

tertelan. “Tak ada yang tahu,” kata Ember. “Tapi yang

jelas, dari semua gerhana yang pernah terjadi se-lama hidup Nenek, tak ada sesuatu yang menge-rikan terjadi.” Alnord sedikit lega mendengarnya dan

kembali memandang bulan yang terlihat seperti terbakar tersebut. Ember menyuruhnya tidur, tetapi ia membantah karena ingin melihat bulan kembali normal. “Bulan akan selalu normal,” kata Ember. Alnord menurut dan merebah. Ember mem-

bantunya merapatkan selimut. Ia menolak saat Ember hendak menutup gorden jendela karena ingin menatap gerhana bulan sampai tertidur, sedangkan Wolly, sudah meringkuk dari tadi, capai karena terus melompat dan menggong-gong.

Page 201: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

201

Ember menutup pintu kamar pelan-pelan. Perlahan cahaya dari kunang-kunang mulai re-dup karena Alnord juga semakin mengantuk. Di saat yang bersamaan, di hutan Soulom, te-

patnya di danau Nyos, Aorn merasa cukup kuat untuk keluar dari tempat mereka tinggal di Hel-don. Mereka melayang-layang di dalam air dan keluar dari permukaan seperti kabut tebal. Jum-lah mereka tak terhitung. Mereka melewati hu-tan menyentak para Archerry yang sedang terti-dur. Ketika Aorn melintas, mereka merasa din-gin seperti terembus angin es, seperti es kering yang dicelupkan dalam air dan mengeluarkan asap ke luar permukaan air. Para Aorn hanya mengancam untuk diam, menunjukkan wajah dan kapak-kabut mereka yang mengilap karena mereka tak menyukai tumbuhan sebagai maka-nan mereka. Sebagian Aorn melingkari mereka dan menatap wajah pohon Archerry dengan ru-pa yang menyeramkan, hanya menyesakkan na-pas para tumbuhan. Namun, ada juga yang membuat para pohon sesak dan layu, sedangkan para kelinci, kijang, dan hewan yang menginjak tanah lainnya, telah dimangsa terlebih dahulu sebelum mereka menyadarinya. Para burung berterbangan panik dan tupai melompat puncak pohon ke puncak pohon, sebagian selamat, se-

Page 202: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

202

bagian lagi tidak, sedangkan hewan-hewan yang selamat berlarian ke puncak gunung. Arah yang berlawanan dengan arah laju Aorn. Aorn terus menuruni lembah, menyusuri selu-

ruh pelosok desa, memasuki rumah. Mereka memangsa penduduk di saat mereka terlalu le-mah karena menjaga mata tetap terbuka. Bah-kan banyak penduduk yang telah pingsan sebe-lum sadar sesuatu telah menyerang mereka. Ada juga yang melawan dengan berbagai cara, tetapi akhirnya pertahanan mereka sia-sia. Alnord merapatkan selimutnya. Suasana men-

jadi lebih dingin. Badannya menggigil. Wolly tersentak bangun, merasakan sesuatu masuk ke rumah mereka. Ia berlari ke pintu dan melom-pat ke gagang pintu dan pintu terbuka. Ia menggonggong keras saat Aorn menyusup

dari celah pintu, dari samping, atas, bawah pintu. Cahaya redup keunguan dari kunang-kunang di dalam lentera membuat kabut itu se-perti menyala dengan penuh teror. Setelah melewati celah, kabut itu menggulung-gulung di udara dan bergerak ke segala arah. Wolly berja-lan mundur seiring kabut itu mulai memenuhi ruang depan dan menampilkan sosok mengeri-kan. Aorn itu mengeluarkan kapaknya dan me-motong lentera sehingga kunang-kunang di da-

Page 203: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

203

lamnya berterbangan bebas ke luar rumah mela-lui jendela. Alnord bangun karena gonggongan Wolly. Ia

menggerutu karena tidurnya terganggu. Ia menabrak meja sehingga menjatuhkan kotak di sana. Sebuah kalung menggelinding keluar. Ka-lung itu berliontin bulat hitam dengan ukiran naga yang bertengger di belakang sebuah bola mata. Ia menyambar kalung tersebut dan hendak memasukkannya kembali, tetapi Wolly terdengar sangat aneh sehingga ia memakainya dan menghampiri Wolly. Ia menahan napas saat melihat sosok yang se-

belumnya ia lihat di danau Nyos itu. Wolly mengaing, berlari ketakutan ke arahnya. Ia ber-lari ke kamar dan membanting pintu, saking ta-kutnya, ia bahkan tak sempat mengunci pintu. Aorn itu mengejar Alnord masuk ke kamarnya. Merayap bagaikan asap melewati setiap celah pintu kamarnya. Dengan napas terengah-engah, Alnord me-

rayap ke kolong tempat tidurnya. Ia mengambil pedang pemberian Charlom yang ia selipkan di bagian bawah tempat tidur. Aorn itu kembali menebas lentera, membebaskan kawanan he-wan bersayap yang menyala itu. Namun, karena jendela tak terbuka, kini mereka melayang-

Page 204: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

204

layang tak keruan, sepanik seekor kucing yang tercebur. Wolly melompat ke jendela dan meringkuk

menutupi mata dengan kedua cakarnya. Aorn tersebut membentuk tubuhnya menjadi rupa as-li. Karena mendengar gonggongan Wolly tadi, Ember bangun dan beranjak ke ruang depan. Ia kaget karena begitu tebal kabut yang memenuhi ruang depan dan ruang makan dan mengarah ke kamar Alnord. Ember melintasi kabut, saat me-lewatinya ia merasa menggigil seperti berjalan di antara balok es tanpa memakai baju hangat. Saat membuka pintu kamar Alnord, ia memekik melihat satu Aorn menghadap Alnord dengan kapak diarahkan ke tubuhnya. Pekikan Ember membuat Aorn tersebut menoleh, tetapi seper-tinya tak peduli dengannya. Satu Aorn masuk ke kamar Alnord. Ia melirik

Ember yang berusaha menghampirinya. Ember berhenti, bahkan menghentikan napasnya saat Aorn tersebut mendekatinya dan merayap di tubuhnya, menciptakan rasa dingin yang menu-suk tulang. Rasanya seperti seseorang mengeluskan batu es ke tubuhnya. Jantung Ember berdegup kencang. Ia megap-megap saat ujung kapak yang dingin disentuhkan ke leher-nya.

Page 205: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

205

Kapak Aorn yang berhadapan dengan Alnord mengayun ke arahnya. Alnord menahannya dengan pedang. Ia mengerang, kekuatan Aorn begitu besar sehingga pedangnya terpelanting ke pojok ruangan. Alnord melompat ke pedangnya sebelum Aorn tersebut mengayunkan kapaknya lagi. Alnord memekik memanggil Ember dan

memandangnya cemas. Ia meraih kotak tempat kalungnya dan melemparnya ke arah Aorn yang menyerang Ember. Kotak tersebut mengenai Aorn itu, menandakan tubuh mereka padat wa-laupun berbentuk seperti kabut. Aorn itu meno-leh dan merayap mendekati Alnord. Aorn yang menyerang sebelumnya menunjukkan gigi taring berliur kabut. Ia kembali mengayunkan kapak-nya yang besar dan panjang. Dengan tak sadar karena terdesak, Alnord menarik pedang dari sarungnya dan menebas tubuh Aorn tersebut. Aorn itu terbuyar menjadi cipratan dan me-

ninggalkan lumpur hitam di pedang Alnord lalu perlahan tenggelam dalam kabut di bawahnya. Alnord gemetar menyadari yang baru saja ia la-kukan. Perutnya merasa mual melihat kematian di depan mata. Napasnya terengah-engah antara rasa takut dan lega. Ia sama sekali belum pernah

Page 206: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

206

menggunakan pedang apalagi membunuh satu makhluk pun. Ember ingin menolong, tetapi rasanya sulit

sekali. Jantungnya hanya berdegup kencang tanpa memompa darah ke seluruh tubuh, ia me-rasa kakinya tak bisa digerakkan. Wolly melom-pat dari jendela, menghampiri Ember dan men-jauhi Aorn yang tersisa. Ia hanya bisa meng-gonggong mengancam. Aorn menahan gerakan Alnord di dinding

dengan menekan lehernya. Alnord megap-megap, berusaha menghirup udara sedikit demi sedikit meskipun itu tak cukup. Tekanan kapak Aorn itu membekas biru di lehernya. Aorn tersebut merayapi tubuhnya dan mem-

bungkusnya dengan kabut. Rasanya seperti ditenggelamkan di danau es. Perlahan Alnord merasakan darahnya seperti diserap Aorn. Al-nord mulai tak sadarkan diri. Deru napasnya mulai memelan. Matanya mendelik lemah dan penglihatannya mengabur. Ia menoleh ke Ember yang tampak ada tiga. Sayup-sayup ia mendengar Ember memanggilnya cemas. Dengan sisa tenaganya, ia berusaha mengge-

rakkan tangannya dan menebas pedangnya ke tubuh Aorn. Aorn tersebut menangkisnya sehingga Alnord terlepas.

Page 207: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

207

Alnord terbatuk-batuk ketika mengambil napas. Setelah merasa pulih, ia merangkak di tempat tidur dan melompat mendekati Ember. Ember menarik lengannya. Deru napas mereka bersatu dan degup jantung mereka bersahutan. Suasana dingin mengembunkan napas mereka. Mereka berlari ke pintu. Aorn merayap di udara, hampir tak terlihat

ketika bergerak, dan mengayunkan kapak pan-jangnya ke arah mereka. Mereka melompat ber-lawanan arah, tetapi lengan Alnord sedikit ter-kena dan berdarah. Bahkan Alnord tak sempat mendesah, darahnya sudah membiru dan mem-beku. Aorn itu mendekati Ember dan Wolly dan

merayap di tubuhnya, menikmati rasa takut yang mereka rasakan. Alnord melihat Ember sudah mulai kehilangan kesadaran, begitu juga dengan Wolly. Ia mengendap-endap di belakang Aorn dan mengayunkan pedangnya. Kepala Aorn tersebut tertebas. Tubuhnya membuyar dan lenyap ditelan kabut. Rasa mual di perutnya semakin menjadi-jadi. Alnord melepas pedangnya, merasa ngeri

dengan yang baru saja ia lakukan. Pedangnya terlontang-lanting di lantai. Dari pedangnya

Page 208: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

208

mengalir lumpur hitam. Ia menghampiri Ember. “Kau tak apa?” Ember memeluknya. “Nanti semua baik-baik aja kan?” kata Alnord,

mulai tak sadarkan diri. “Tentu saja. Ya, semua pasti akan baik-baik

saja.” Ember mendesah. Perlahan, kabut tersebut menghilang seperti

tersedot pembersih debu. Bersamaan dengan menghilangnya Aorn, gerhana bulan selesai dan bulan kembali cerah. Alnord dan Ember me-mandang kabut tersebut menghilang dan berusaha terpejam melupakan hal mengerikan yang baru saja terjadi. Rasa lelah membuat Alnord terlelap di pelukan Ember.

Page 209: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

209

8

Di Sebuah Gubuk

dalam Mimpi

Buruk

Ketika membuka kelopak matanya lebar-lebar, Alnord merasa jauh lebih buruk daripada mengalami kejadian tadi. Ia bermimpi buruk tentang hutan itu lagi. Napasnya terengah-engah seperti dicelupkan selama semenit dalam air. Jantungnya berdegup kencang sampai suaranya terasa berdenyut di telinga. Kakinya melemas dan tak ada hal lain yang ingin ia hindari selain mimpi itu. Ia melihat suasana di sekelilingnya. Gelap dan

mengerikan dengan perasaan selalu diperhatikan sesuatu yang tak terlihat. Jeritan seperti suara orang yang disiksa terdengar dari segala arah. Dari daun yang berjatuhan dari pohon, ia baru sadar kalau ia masuk kembali ke dalam hutan di mimpinya. Ia berputar, waspada kawanan serigala hitam

menyerangnya lagi. Ia selalu berjengit dan ber-paling saat terdengar sesuatu bergerak di balik

Page 210: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

210

semak-semak. Namun, terkadang itu hanya see-kor kadal berkerah. Ia memberanikan diri me-nyusuri hutan seraya terus memandang ke sega-la arah mewanti-wanti bahaya yang akan menye-rangnya. Gemuruh memenuhi langit. Ia men-dongak. Awan gelap bergemelut di langit, terli-hat dari cahaya kilat. Kini ia memulai mencubiti dan menampari di-

ri sendiri agar sadar dari mimpinya. Kecuali pipi dan tangannya yang memar kemerahan, tak ada yang terjadi. Ia terus berjalan masuk ke hutan lebih dalam seraya terus berusaha bangun dari bunga tidur aneh ini. Saat berhenti memukuli dirinya, ia tersesat.

Lebih gawat lagi, ia tak tahu cara kembali ke rumah. Ia mendesah panik. Ia mulai berbalik, mencari

jalan, melompati akar-akar pohon yang muncul ke permukaan tanah. Namun, ia hanya berpu-tar-putar di daerah itu. Posisi pohon-pohon yang tak teratur dan pemandangan yang sama di setiap sudut membingungkannya menentukan arah kembali. Ia teringat akan para pohon yang dapat

berbicara di hutan Soulom. Mungkin saja mereka juga seperti itu dan dapat memberinya

Page 211: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

211

jalan. Ia berdeham untuk membersihkan teng-gorokannya dan perlahan membuka mulut. “Em—permisi Tuan Pohon, bisakah Anda

memberiku jalan keluar dari hutan ini?” tanya Alnord lalu mendongak, berusaha mencari wa-jah pohon tersebut. Kicauan (atau lebih tepat-nya jeritan) burung Lyre menyahuti pertanyaannya. Suara burung Lyre benar-benar mengganggunya sampai ia ingin menyumpal paruh mereka dengan kaus kaki Charlom. “Bisakah Anda memberiku jalan keluar dari

hutan ini?” Hanya jeritan burung Lyre yang menjawabnya meskipun ia terus mengulang-ulang bertanya. Ia terdiam dan menunggu. Se-puluh menit kemudian, tetap tak ada jawaban dari pohon. Ia mengguncang-guncang batang pohon. “Bangun pohon! Aku butuh bantuanmu!” Ia

mengira pohon itu sedang tidur sehingga tak memedulikannya. Ia bahkan memukul-mukul batangnya. Sia-sia, ia hanya ditemani jeritan burung Lyre

yang menyebalkan. Ia pun mencari jalan pulang sendiri dengan menyusuri hutan, melirik setiap kali terdengar ada yang bergerak di semak-semak dan berharap ada penebang kayu atau seseorang yang sedang berteduh.

Page 212: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

212

“..kau tahu hal itu!..” Alnord menoleh, suara tersebut tak jauh da-

rinya. Ia menyusuri sumber suara tersebut, ber-jalan melewati dedaunan busuk dan akar yang melintang. Terkadang bajunya tersangkut rant-ing yang patah, menghambatnya beberapa saat dan menyobek bajunya sedikit. “..kau harus membantuku! Aku dipercaya un-

tuk permintaan pertamanya!..” kata orang yang sama dengan sebelumnya. Tiba-tiba air menetes di tangannya. Ia me-

nyentuh air itu dengan telunjuk. Air hujannya tak terasa seperti air biasa, tetapi terasa seperti air liur hewan, berlendir dan lengket. Ia me-mandang ke langit. Hujan mulai turun. Ia harus menemukan tempat berteduh. “...tak ada hubungannya denganku...”

Suaranya berbeda dengan yang tadi. Tak ada lagi selain dua suara itu. Ia berbelok, yakin suaranya berasal dari balik

semak-semak, dan menyisir semak-semak tersebut agar dapat mencari tahu orang yang sedang berbicara. Ternyata suara tersebut be-rasal dari gubuk yang terbuat dari ranting den-gan atap cabang-cabang berdaun lebat dan busuk.

Page 213: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

213

Ia tersenyum karena telah menemukan gubuk di tempat itu. Selain ada tempat berteduh, ia bersyukur karena bukan ia saja yang berada di hutan ini selain serigala hitam dan burung me-nyeramkan itu. Ia melewati semak-semak den-gan usaha yang cukup melelahkan karena bebe-rapa kali bajunya tersangkut dan melukainya. Setelah itu, ia berlari ke arah gubuk dan mencari bagian depan. Ia mengangkat tangannya yang sudah terkepal, bersiap mengetuk pintu. “..makhluk kabut itu sudah melakukan tugas-

nya..” Alnord mematung. Ia mengernyit dan mengu-

rungkan niat berteduh. Ia menunduk dan men-gendap-endap mencari jendela untuk mencari tahu yang sedang berada di dalam. Mereka berbicara dalam bahasa Higer, tetapi dengan di-alek yang berbeda. Keduanya pasti berasal dari kerajaan yang berbeda pula dan kerajaan itu bu-kan Ablahar. “Kau sudah mendapatkan liontin Aracruz?”

tanya suara kedua. “Aku sudah mencarinya di reruntuhan Istana

Etna,” kata suara pertama. “Pertarunganku dengan makhluk-makhluk di sana sia-sia. Aku tak menemukannya.”

Page 214: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

214

“Kemungkinan besar ada yang mengambilnya terlebih dahulu,” kata suara kedua. “Siapa menurutmu?” tanya suara pertama. “Pengawalnya,” kata suara kedua. Suara kedua

terdengar lebih tenang, berat, dan bijaksana di-bandingkan suara pertama yang selalu dipenuhi ketakutan. “Mereka sudah mati! Saat Asroil menyerang

mereka, semua yang ada di sana mati!” Suara pertama mendengus. “Kau harus membantuku, aku akan mati kalau tak dapat memenuhi per-mintaannya.” “Aku tak bisa membantu,” kata suara kedua.

“Betapa lancangnya aku bila membantumu tan-pa permintaan Asroil.” “Aku bisa membunuhmu di sini kalau kau tak

membantuku.” Orang pertama mengancam. Terdengar suara berdesing ketika ia menarik pedangnya. “Kalau Asroil tahu kau tak memenuhi perin-

tahnya dan justru membunuhku.” Suara kedua terdengar sangat tenang seperti menghadapi ancaman anak kecil. “Aku tak dapat membayangkan tindakan yang akan dilakukan-nya kepadamu.” Suara pertama menarik pedangnya. “Rasa sa-

kitku akan percuma! Kau tak tahu rasanya me-

Page 215: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

215

mindahkan para Aorn melintas ke Heldon. Lihat ini. Luka ini muncul saat Asroil memberikan sedikit kekuatannya padaku. Aku tak mau luka ini percuma.” Alnord menajamkan pendengaran dan beru-

saha mendengar setiap kata yang mereka ucapkan. Suara hujan yang menyerbu dan menderu seperti jutaan peluru, daun-daun yang bergesekan, dan suara hewan di hutan menghambatnya. “Apa maksudmu bekerja sama dengan Aorn?”

kata suara kedua. Alnord belum tahu identitasnya sehingga bertahan mendengarkan mereka. “Mereka makhluk yang sangat licik, padahal hanya berbentuk asap tak berguna.” Setiap kata makhluk kabut atau asap yang ter-

dengar meyakinkan Alnord bahwa yang sedang mereka bicarakan adalah makhluk yang menye-rangnya. Ia tahu nama makhluk itu adalah Aorn, tetapi itu tak berguna untuknya. Ia lebih ingin tahu identitas Aracruz sebenarnya. “Sebelumnya aku begitu yakin aku bisa me-

nemukan liontin Aracruz di reruntuhan ista-nanya,” kata Suara pertama, “Aku tak menemu-kannya. Aku menggunakan Aorn hanya sebagai pengalih perhatian agar para Algorn dan perda-na menteri bodoh mereka keluar dari istana. Se-

Page 216: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

216

telah itu, aku bisa leluasa mencari kristal Ara-cruz di istana Ablahar dan melenyapkan Ihtizar, pemimpin Ablan busuk itu dengan tanganku sendiri. Alnord terbelalak mengetahui rencana jahat

yang akan mereka lakukan. “Kau bisa melenyapkan Ihtizar bila kau bisa

melenyapkan para Algorn yang melindunginya terlebih dahulu,” kata suara kedua, “Tapi kau takkan dapat apa-apa sebelum kau menda-patkan liontin Aracruz.” “Aku tahu aku butuh liontin karena itu kau

harus membantuku!” jerit suara pertama, takut akan kegagalan dan kematian yang akan meng-hampirinya. “Aku hanya bisa memberitahumu satu petun-

juk, bukan untuk liontin, tapi untuk kristal Ara-cruz,” kata suara kedua. “Mungkin bisa mem-percepat pencarianmu.” “Jangan bermain-main denganku.” Suara

pertama berharap banyak. “Aracruz memiliki istana rahasia,” kata suara

kedua. “Kalau kau tak menemukan kristal Ara-cruz di istana Ablahar, mungkin kau akan me-nemukan apa yang kau cari di istana rahasianya.”

Page 217: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

217

“Di mana letak istana rahasianya?” Suara pertama memohon seperti budak kepada tuan-nya. Alnord berusaha mengintip untuk mencari

tahu sosok suara kedua sebenarnya. Ia meng-gantungkan tangannya di bingkai jendela dan perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Suasana di dalam gubuk sangat gelap sehingga tak terli-hat wujud mereka berdua. Pandangan Alnord semakin kabur karena hujan semakin deras dan cahaya kilat menyilaukan matanya. “Pintunya adalah Taman Batu di tepi danau

Nyos di tengah hutan Soulom,” kata suara ke-dua. Suara pertama mendesah. “Itu tempat aku

melepaskan para Aorn.” “Aku yakin Aracruz menggunakan liontinnya

sebagai kunci. Kau lebih baik dapat liontin se-cepatnya.” Saat sebuah kilat menyala, ia hanya bisa meli-

hat satu sosok. Orang yang bersuara penuh dengan kecemasan dan ketakutan. Alnord dapat melihat jelas orang itu. Ia mengenali orang itu. Ia pernah bertemu dengan orang itu. Ia begitu terkejut ketika melihat luka di pipi Deimos. Alnord merasa tak dapat bernapas. Ia berpikir

keras tentang yang dilakukan Deimos di danau

Page 218: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

218

Nyos dan saat Aorn menyerang. Ia mengendap-endap dan bersiap lari, tetapi membuatnya ceroboh. Ia menginjak ranting sehingga mem-beritahukan kehadirannya kepada mereka. “Siapa itu?” Deimos mendengus. Pintu gubuk

terbuka dan terdengar suara orang berlari. Alnord berusaha menjauh, tetapi terjatuh-

jatuh karena terlalu panik. Tak jauh dari gubuk itu, ia tak bisa melangkah. Sebuah pedang me-nancap ke celananya, membuatnya jatuh berlutut, dan menahannya di tanah. Alnord ber-getar, terengah-engah penuh ketakutan. Ia beru-saha menarik pedang tersebut, tetapi pedang tersebut tertancap kuat di tanah. Ia menarik ce-lananya sampai robek agar ia bisa lepas. Sayangnya, itu terlambat. Deimos menarik pedang dengan mudahnya

dan menempelkannya ke lehernya. “Siapa kau?” tanya Deimos tajam. Ia berdiri di depan Alnord yang terlentang dengan tumpuan sikutnya. “A-aku tak s-sengaja mendengar pembicaraan

k-kalian,” kata Alnord seraya terpejam. Ia mele-pas tumpuannya karena Deimos mendorong pedangnya lebih dekat. Untuk mengurangi rasa takutnya ia mengepal daun dan tanah yang be-rada di sekitarnya. “A-aku ha-hanya i-ingin ber-berteduh d-dan ta-ta-nya j-jalan pu-pulang.”

Page 219: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

219

Derasnya hujan membasahi tubuh Alnord dan Deimos, menggantikan semua keringat mereka dengan lendir. Lalu, petir menggelegar. Ca-hayanya memperlihatkan wajah Alnord yang ke-takutan dan wajah Deimos yang penuh amarah. Rantai kalung Alnord memantulkan cahaya. Deimos merendahkan badannya dan mencengkeram baju Alnord lalu mengambil ka-lung yang melingkari leher Alnord. Setelah itu ia mengempaskan Alnord ke tanah. Betapa terke-jutnya Deimos saat melihat liontin itulah yang ia cari selama ini. “Kau!” derak Deimos disambut ledakan petir. Alnord terengah-engah. Di ingatannya terus

berkelebat kenangan bersama semua orang yang pernah ia kenal dan semua kenangan indah yang orang-orang sekelilingnya berikan kepadanya. Ia tak sanggup bila harus meninggalkan semua itu, tetapi merasa inilah waktu terakhirnya. Ia terus mencengkeram daun dan tanah yang ada di tan-gannya. Deimos mengangkat dan menegakkan pe-

dangnya. Bersamaan dengan petir yang berkilat di atas kepala mereka, Deimos menghunuskan pedangnya tepat ke arah jantung Alnord. Al-nord mendesah dan menutup matanya dengan tangan.

Page 220: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

220

“Beri tahu mereka rasanya tersiksa!” Petir pun menggelegar.

Page 221: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

221

9

Kebenaran Gila

Deimos mengikuti Alnord, tetapi yang ia dapati hanya ladang gandum yang merebah pucat. Ia berputar-putar mencari arah tempat yang Al-nord tuju. Di tengah ladang luas dengan gan-dum yang tertunduk dan cahaya matahari yang mulai memancar, seharusnya Alnord terlihat, tetapi ia tetap tak menemukannya. Ia terdiam dan beringsut memudar dan menghilang dari sana. Alnord tersentak lagi, seperti ada yang

mendorongnya dari belakang. Ia bernapas se-perti ikan yang terlempar ke darat dan meman-dangi sekeliling. Suasana sudah kembali menjadi kamarnya kembali. Tubuhnya basah. Tak seper-ti terkena hujan, tetapi seperti habis dijilati Wol-ly, penuh lendir. Langit tak lagi kelam. Hari su-dah beranjak pagi. Dari luar jendela terlihat ke-merah-merahan di timur langit. Ember memeluk Alnord erat dan

menanyakan keadaannya dengan suara isakan sisa tangisan. “Kau begitu dingin dan pucat.

Aku kira kau Kenapa tubuhmu basah sekali?”

Page 222: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

222

“A-aku m-mimpi b-buruk lagi.” Alnord men-gusap mukanya. Ember meyakinkan bahwa itu hanya mimpi

dan menyuruhnya menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam hingga benar-benar tenang. Ia memeluk Alnord lagi seraya mengusap-usap punggungnya. Setelah merasa jantung Alnord berdegup normal, ia membantu Alnord bangkit dan menyuruhnya berganti pakaian. Alnord menurut dan ketika ia bangkit, Ember

mengernyit melihat tangan Alnord terkepal, menggenggam sesuatu. “Apa itu di tangan kananmu?” Ember meraih

tangannya. Alnord membuka kepalan tangannya.

Jantungnya mencelos ketika ia melihat isi genggamannya. Matanya mengosong. Tangannya terkulai lemas. Remahan daun-daun dan tanah perlahan jatuh ke lantai. Ember menepis semua yang mengotori tan-

gan Alnord. “Dari mana kau dapat semua ini?” Alnord menelan ludahnya. “D-dari m-

mimpiku.” Ember membantah dan mengatakan itu tak

mungkin meskipun merasa aneh karena Alnord tak beranjak sedikit pun darinya sejak semalam.

Page 223: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

223

Ia bangkit dengan kening mengerut dan menyuruh Alnord menunggu di situ. Sekeras mungkin ia berusaha, tetap saja tak menemukan jawaban logis. “Nenek yakin semua nanti baik-baik aja?”

Suara Alnord terdengar serak. Ember meyakinkan sekali lagi dengan

mengelus rambut Alnord. Ia menyingkirkan lendir yang menempel. Ketika melirik pedang yang terjatuh, ia terlihat tak peduli dan malah menaruhnya di tempat tidur lalu beranjak keluar. Tak lama kemudian ia kembali dengan handuk di tangannya dan segelas air hangat. Ia membantu Alnord mengeringkan diri. Tubuh Alnord bergemetar dan ototnya menegang, menggigil. Alnord meneguk cepat dan mendesah.

Napasnya kini lebih teratur. Ember mengambil-kannya baju kering dan membantunya melepas baju. Alnord mendesah perih ketika ujung baju mengenai leher. “Lehermu berdarah,” kata Ember. “Mereka

datang lagi,” gumamnya tanpa sadar. Alnord tak jelas mendengar dan menanyakan

lagi yang baru saja Ember katakan. “Tak ada. Lehermu berdarah,” tukas Ember,

menyembunyi-kan kalimat kedua.

Page 224: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

224

Alnord ternyata tak memerhatikannya. Ia te-ringat akan yang menyebabkan lehernya berda-rah dan meraba lehernya. Kalungnya hilang. Ia juga memeriksa celana, ada sobekan besar di sana. “Mimpiku benar-benar nyata.” Ia mendesis. Ember membantah dan meyakinkan bahwa

itu hanya karena Alnord takut sehingga membayangkan yang tak mungkin. “Mereka Aorn,” kata Alnord datar dengan

pandangan mata kosong. Ember mengernyit dan menanyakan

mimpinya. “Itu hanya mimpi, Alnord. Hanya mimpi buruk,” kata Ember setelah mendengarkan cerita Alnord. Alnord bangkit, bergetar antara takut dan ma-

rah. “Kalau aku mimpi ada orang yang akan mencelakai nenek dan paman, aku bisa saja lebih konyol daripada ini!” Baru kali ini Alnord membentak Ember. “Jangan ikuti mimpi itu.” Ember mulai

menangis. “Kau membahayakan dirimu sendiri.” Alnord melemaskan badannya, merasa

bersalah telah membuat Ember menangis. “Maafkan aku. Aku enggak bermaksud mem-bentak.” Ia memeluk Ember.

Page 225: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

225

Terdengar suara ketukan keras dari pintu de-pan. Ember mengusap air mata dan beranjak me-

nuju pintu depan. Alnord bergegas mengelap semua lendir yang ada di tubuhnya dan meng-ganti pakaian seluruhnya untuk mengetahui yang datang.

“Maaf, selamat pagi, Nyonya?” “Emberine Bordom.” “Ya, ada yang terluka?” tanya orang berjubah

rapi, terlihat sangat bijaksana dengan kacama-tanya dan senyumnya penuh perhatian. Ia ada-lah perdana menteri sehingga dikawal dengan makhluk setinggi tujuh kaki, selalu menunduk tertutup jubah hitam dan pedang di pinggang mereka. “Tidak, semuanya baik-baik saja,” kata Emb-

er. “Sebenarnya ada apa semalam?” “Kami belum tahu dan masih mencari tahu

penyebabnya,” kata Savenor. “Mereka seperti sebuah makhluk atau kabut

yang hidup,” kata Ember. “Bukankah ini per-nah terjadi dulu? Bahkan di seluruh Heldon? tapi,—” Ember terbatuk “—Aracruz berhasil mengatasinya.” kalimat terakhir terdengar se-perti bisikan, terutama saat mengucapkan nama itu.

Page 226: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

226

“Menurut perkiraan kami, itu hanyalah halusi-nasi,” kata Savenor. “Kami tak pernah mene-mukan makhluk seperti itu di semua kerajaan di Heldon. Hanya sejenis kabut tebal yang sangat dingin, mengakibatkan suhu tubuh turun dras-tis, berhalusinasi, dan histeria akut masal. Halu-sinasi yang menyebabkan kita melukai diri sen-diri. Dan tentang ini pernah terjadi atau tidak, sepertinya Anda mengarang.” Ia melepas kacamatanya dan menggamit pangkal mata lalu memasang kacamatanya kembali. “Kalian be-runtung sudah selamat.” Alnord berteriak tiba-tiba dari dalam

menyerukan isi mimpinya dan menerobos Ember yang berusaha menahan Alnord. Savenor mengernyit dan meminta Ember melepaskan tangannya. “Ini jebakan,” kata Alnord. “Seseorang meng-

gunakan kesempatan saat kerajaan sibuk men-gurusi penduduknya. Dia mencari kristal Ara-cruz di dalam istana. Mereka merencanakan se-suatu yang jahat. Mereka—mereka mengu-capkan sebuah nama—Asroil sebagai orang yang kasih mereka perintah. Seseorang bernama Deimos akan mengacaukan istana. Dan—dan dia, a-akan mem-membunuh R-raja Ihtizar!”

Page 227: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

227

“Kita sudah membicarakannya tadi, Alnord,” kata Ember. “Kau sudah setuju itu hanya mimpi buruk.” Savenor mengernyit, keningnya berkerut. Ia

menanyakan cara Alnord mengetahuinya dan tersenyum simpul saat tahu. Ia menanggapi ucapan Alnord seperti mendengarkan anak kecil yang minta diperhatikan. “Kau bermimpi karena kejadian mengerikan

semalam. Kau berhalusinasi.” Rasa marah Alnord bangkit. “Mimpi itu nyata!

Aku bisa merasakannya! Bahkan membawa daun dan tanah dari mimpiku!” kata Alnord lalu mendekati Savenor dan menarik-narik jubah-nya. “Aku enggak bohong!” Para Algorn penjaga Savenor bersiap menarik

pedangnya, tetapi Savenor menahannya karena menurutnya tindakan itu terlalu berlebihan untuk sebuah rengekan anak kecil. Ember menarik Alnord dan berusaha

menenangkannya, seraya membantu Savenor melepaskan Alnord dari jubahnya. Ia meminta maaf. “Bukan masalah. Mungkin kejiwaannya agak

terganggu,” kata Savenor, “Sebaiknya dia diba-wa ke Rumah Kesembuhan Jiwa sebelum se-

Page 228: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

228

muanya terlambat.” Ia menepuk-nepuk jubah-nya untuk merapikan penampilannya. “Aku enggak gila!” teriak Alnord menggeliat

di pelukan Ember.

“Aku akan!” kata Alnord. “Raja Ihtizar akan baik-baik saja,” kata

Savenor. “Ia sedang mengunjungi bagian timur dan utara, dan pengamanannya pun begitu ketat.” “Deimos tetap akan mengacak istana!” jerit

Alnord marah. “Tolong hentikan omong kosong ini. Kami

permisi,” pamit Savenor dengan suara yang te-gas. “Kami harus mengunjungi seluruh wi-layah.” Lalu, mereka beranjak pergi mengguna-kan barisan pedati mewah. “Aku enggak bohong!” jerit Alnord. Alnord berhasil melepaskan diri dan berlari

mengejar pedati keluar pagar, tetapi hasilnya sia-sia. Mereka sudah pergi jauh. Terdengar suara pedati beranjak dari rumah keluarga Duvius. Ia berbalik. Maureen histeris memanggil Ogwald, begitu

juga dengan Dardyl. Alnord dan Ember meng-hampiri mereka. Pedati yang mereka teriaki per-gi.

Page 229: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

229

“Ogwald,” kata Maureen setelah Ember menanyakan yang terjadi. Ia tersengguk-sengguk. “I-ia m-melindungi k-kami dari mak-hluk seperti k-kabut s-semalam. Kami tak s-sadarkan d-diri, dan s-saat pagi, kami m-menemukanya t-terbaring lemah. D-dan k-kami t-tak d-dibolehkan m-mengantarnya.” “Apakah ayah akan baik-baik saja?” tanya

Dardyl lemah. Maureen mengusap air matanya. “T-tentu,

ayahmu akan baik-baik saja,” kata Maureen, dengan isakan sisa tangisan. “D-dia a-akan pulang c-cepat.” Ember mengajaknya ke dalam rumah Duvius.

Setelah membantu Maureen duduk dengan tenang, ia beranjak ke dapur untuk membua-tkan mereka teh hangat. Satu tegukan teh membuat Maureen lebih tenang. “Apa yang mencelakai kita sebenarnya?” kata

Maureen. Ember menyampaikan yang Savenor katakan. “Tapi kami melihatnya, benar-benar nyata!”

Maureen jelas tak setuju. “Mereka menyerang kami dengan kapaknya dan seolah-olah seperti mengisap kami, menyesakkan napas kami. Lalu, Ogwald menggunakan pisau dapur untuk menghalau mereka, dan kami tak sadarkan diri,

Page 230: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

230

dan d-dan, Savenor hanya bilang Ogwald berha-lusinasi dan melukai dirinya sendiri. Itu tak ma-suk akal!” Maureen menangis di pelukan Emb-er, sedangkan Dardyl hanya menatap langit-langit dengan pandangan kosong. “Mereka Aorn,” celetuk Alnord. “Hentikan, Alnord.” Ember menoleh tajam

ke arahnya, berusaha membungkam Alnord dengan tatapannya. “Ini bukan saatnya kau membicarakan mimpimu!” Alnord jelas menolak dianggap hanya

bermimpi. Ia berjalan cepat, menyambar tangan Dardyl dan menariknya ke luar rumah. “Mau ke mana kalian?” Ember berteriak

memanggil, tetapi Alnord tetap tak acuh. Mau-reen melepaskan pelukannya dan Ember men-gejar mereka. Saat Alnord membuka pintu, di depan sudah

berdiri Charlom dengan wajah yang sangat mengerut. Ia menanyakan keadaan seraya menggenggam bahu mereka. “Di mana nenekmu?” “Nenek di dalam,” kata Alnord singkat. “Kau selamat!” sahut Ember. Charlom meng-

hampiri dan memeluknya erat. “Aku sedang tidur di lantai atas dan ketika pa-

gi aku ke luar kedaiku, camelionku mati dan

Page 231: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

231

orang-orang di sekitar berteriak histeris. Aku langsung menghampiri kalian, syukurlah kalian baik-baik saja.” Ia mendengus. “Padahal, kedaiku sedang mendulang sukses.” “Aku senang Paman selamat, tapi kami ada

urusan,” kata Alnord lalu menarik Dardyl keluar rumah dan menutup pintu. Dardyl berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Alnord benar-benar kuat. “Kita mau ke mana?” Dardyl bertanya seraya

terus mengaduh karena mereka berjalan terlalu cepat menuju kandang camelion. “Nanti aku cerita. Ini amat penting.” kata Al-

nord sesampainya mereka di kandang camelion. Alnord mendesis tak percaya saat membuka

pintu kandang. Belasan camelionnya terbaring kaku dengan rupa yang mengerikan. Mata me-reka terbuka lebar, menghitam, seperti mati da-lam ketakutan. Tubuh mereka menyusut dan membiru, seakan darah mereka membusuk dalam semalam. Lalat-lalat sudah mengerubungi. Mereka bertumpuk di dekat pintu seperti mati saat berusaha meloloskan diri. Bau mereka menusuk. Mereka memasuki kandang dan melewati be-

lasan camelion yang terbaring kaku. Alnord

Page 232: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

232

membuka sayap salah satu dari mereka, tak bisa digerakkan, benar-benar kaku. “Ini makin nakutin.” Dardyl mendesis. Semua dipandangnya dengan saksama. “Kita

harus berlari menuju istana Ablahar secepat-nya!” kata Alnord seraya berbalik menuju pintu kandang. Dardyl merengut tak setuju. Ia bahkan tak tahu tujuan mereka ke sana.

“Kenapa kita enggak,” saran Dardyl, terpo-tong. Alnord terhenti saat memegang dahan pintu.

Ia berbalik dan menghitung jumlah mereka dan tersadar camcam tak ada. Dari bukit tempat mereka setiap hari meng-

gembalakan terdengar suara erangan seekor camelion. Mereka berlari ke sisi kandang, ber-jinjit melihat camelion itu. Camcam mengepak-ngepak sayapnya dan bersikap tenang seperti tak ada yang terjadi semalam. Alnord berseru senang lalu berlari ke luar

kandang ke arahnya. Dardyl tertinggal di bela-kang. “Kok kau bisa selamat, Camcam? Senang bisa

lihat kau lagi.” kata Alnord sesampainya mere-ka. Alnord mengelus dan memeluk leher unggas itu. Camcam menggeliat manja dan mengepak sayap, mengerang bersemangat.

Page 233: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

233

Alnord melompat naik dan mengulurkan tan-gan untuk membantu Dardyl naik. “Aku enggak akan pergi denganmu!” bentak

Dardyl. Ia berputar dan berjalan cepat ke arah rumahnya dan merasa seharusnya mengatakan itu sejak tadi. “Kau harus!” Alnord menarik bulu leher

Camcam untuk menyusul Dardyl. Dardyl membalikkan tubuhnya cepat. “Aku

enggak ngerti ke mana kita pergi dan apa tujuanmu.” Ia mengernyit. “Dan kau memaksa-ku ikut denganmu?” “Kita harus cepat Dardyl, kita enggak punya

banyak waktu buat cerita dulu!” kata Alnord. “Ayo naik!” Dardyl menolak keras. Ia berbalik menuju

rumahnya, mengabaikan Alnord yang terus memanggilnya. “Aku tahu siapa yang merintah makhluk ka-

but itu!” Alnord berusaha menjelaskan. “Aku tahu tujuan mereka! Kita harus cegah hal yang lebih buruk agar enggak terjadi, Dardyl! Ini ten-tang seseorang yang nyuruh makhluk kabut mengerikan itu!” Dardyl tetap tak peduli. Ia terus berjalan

pulang tanpa niat mendengarkan lanjutan penjelasan Dardyl.

Page 234: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

234

“Ini tentang siapa yang bikin ayahmu celaka!” teriak Alnord, menepuk pelan Camcam dan menyusul Dardyl yang sudah semakin dekat dengan rumahnya. “Kau enggak mau kejadian lebih buruk nimpa keluargamu lagi, kan?” Dardyl berhenti, bergetar, dan memutar tu-

buhnya. Ia terdiam sesaat, menatap mata Al-nord. “Mana tanganmu?”

Page 235: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

235

10

Istana Ablahar

yang

Mengagumkan

Alnord menyambut cepat uluran tangan Dardyl sembari tersenyum. Setelah mereka siap, Alnord menarik bulu leher Camcam. Mereka melaju cepat, tetapi terhenti di depan rumah Dardyl. Charlom, Ember, dan Maureen menghadang mereka. Ember dan Maureen berusaha menghentikan mereka, sedangkan Charlom bingung akan yang harus ia perbuat. “Mau ke mana kalian?” kata Ember. Maureen mendekati Dardyl dan mengulurkan

tangannya. “Apa pun alasanmu,” katanya lemah. “Jangan pergi.” Dardyl menatap wajah Maureen dan melirik

Alnord. Di satu sisi ia tak ingin meninggalkan-nya, tetapi di sisi yang lain ia harus. “Aku mau ke istana Ablahar,” kata Alnord.

“Maaf, Nek. Enggak ada yang percaya sama aku, tapi aku harus buktiin. Cuma aku yang tahu

Page 236: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

236

dan percaya rencana mereka. Aku bermaksud mencegah mereka.” “Baru kali ini kau menentang nenek.” “Ini mendesak,” kata Alnord. Lalu suaranya

memelan. Ia membuang muka. “Nenek bahkan enggak percaya padaku.” “Maaf, Bu,” kata Dardyl menyedihkan. “Ini

tentang ayah.” Mereka bergerak lagi dan berhenti di depan

rumah Alnord. Alnord turun dan masuk ke ru-mah. Saat ia di dalam rumah, Charlom, Mau-reen, dan Ember mendekat, berusaha mencegah Dardyl lagi. Dardyl tetap menolak, bahkan saat Charlom menariknya turun. Alnord kembali dengan pedangnya di ping-

gang. Wolly mengejar-ngejarnya di belakang, mencegahnya pergi. Dardyl berbisik ngeri, menanyakan tujuannya membawa pedang itu. Ketika melompat ke punggung camcam, ia menjelaskan hanya akan memakainya sebagai pemukul. Maureen merayu Dardyl turun. Dardyl meno-

leh, tak pernah menyangka ini akan menghan-curkan hati. Ia berada di pilihan yang sangat su-lit. Ia seperti di antara ruang hampa dan penuh air, keduanya menyesakkan napasnya.

Page 237: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

237

“Untuk apa membawa pedangmu, Alnord?” pekik Ember. “Turun sekarang juga, tetap di si-ni, dan jelaskan dari mana kau dapatkan pedang itu! Charlom tercekat dan canggung karena perka-

taan Ember, tetapi memilih diam. Alnord pun memandang wajah Charlom sesaat dan menda-patkan jawaban ia harus memberi tahu atau ti-dak. Charlom menggeleng, tetapi sesaat kemudian

menghampiri-nya. “Kalau kau benar-benar yakin dengan mimpimu,” kata Charlom. “Aku percaya padamu.” Perkataannya membuat Ember membentaknya, tetapi ia tak peduli. “Sebenarnya ada alasan aku ngasih kau pedang, tapi kita enggak mungkin ngomongin ini sekarang, kan? Kau punya urusan. Janji nanti kau pulang cepat dan aku bisa bercerita banyak.” Alnord terdiam lalu mengangguk dan

berterima kasih. Charlomlah satu-satunya yang percaya padanya dan itu cukup untuk memberanikannya. Alnord merasa bersalah ketika melirik Dardyl yang wajahnya mengerut bingung. Ia mengajaknya hanya karena tak berani melakukannya sendiri. Ia berseru seraya menarik bulu leher Camcam.

Page 238: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

238

Perlahan Camcam mengayunkan kakinya dan tak lama kemudian ia berlari. Dardyl masih me-noleh ke belakang, memandang Maureen yang kembali menangis dan memeluk Ember. Char-lom terpaku kosong. Wolly menyalak-nyalak, mengejar mereka sesaat. Alnord terus menarik bulu leher Camcam

yang langsung mengerang dan berlari dua kali lebih cepat. Mereka melintasi jalan di antara la-dang gandum yang memucat, menyeberangi jembatan, melewati desa Barlot (Desa Barlot terlihat ramai dengan banyak sekali pedati Ru-mah Kesembuhan yang mendatangi rumah-rumah korban), melintasi batas desa Barlot, dan menanjaki lereng Merope. Dardyl terpejam. Je-marinya berpegangan erat pada baju Alnord. Dengan suara yang bergetar karena terlonjak-

lonjak, Dardyl meminta Alnord berjalan lebih pelan. “Dan, kita terlambat? Enggak,” kata Alnord

lalu memperce-pat lagi kelajuan mereka. Mereka sampai di sisi lainnya dari hutan. Saat itu hutan tak terlihat hijau lagi. Sebagian besar pohon su-dah layu. Batang-batangnya lebih pucat dan cenderung putih. Dedaunannya meranggas. Ba-nyak sekali pohon yang akarnya lapuk. Tak se-

Page 239: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

239

dikit pula yang tumbang sampai akarnya terang-kat. “Apa mereka yang buat semua ini?” kata Al-

nord, menatap istana Ablahar yang dapat terli-hat karena hutan tak serimbun dulu. Mereka menyusuri sisi hutan mencari jalan masuk ke is-tana Ablahar. Tak lama kemudian mereka sampai di jalan

lebar berbatu dengan pepohonan yang mati di kedua sisi jalannya. Mereka menghentikan laju mereka. Alnord menghela napas dalam-dalam dan

mengepalkan tangan, sedangkan Dardyl mene-lan ludah. Suaranya sampai terdengar Alnord. Alnord menarik kembali bulu leher Camcam.

Camelion besar itu mengerang, mengepak sayapnya, hampir menjatuhkan mereka. Alnord meminta maaf pada Camcam seraya mengelus bagian yang sering ditariknya. “Mungkin dia juga mau ke pelukan ibunya,”

kata Dardyl. Ia mendesah. “Aku yakin kau tahu ini bahaya. Gimana kalau ternyata dia masih ada di dalam?” “Aku tahu, aku juga takut,” kata Alnord. “Ta-

pi cuma kita yang bisa!” “Kenapa kita enggak meminta tolong orang

dewasa?” Suara Dardyl bergemetar.

Page 240: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

240

“Orang dewasa enggak percaya sama ucapan dua remaja tanggung!” kata Alnord. “Tapi Raja Ihtizar pasti enggak sedang di ista-

na!” Alnord menghadap istana. “Kita akan nunggu

dia datang.” Dardyl terdiam. Camcam pun terlihat sudah

tenang kembali. Alnord menoleh, melihat Dar-dyl melalui bahunya. “Begini rencanaku,” kata Alnord dengan suara

lebih tenang. “Kita masuk ke istana, ngasih ta-hu. Dia percaya dan nyari tahu semuanya lalu kita diantar pulang dengan selamat, jelas?” Dardyl mengangguk pelan. Mereka melaju menuju gerbang istana Abla-

har. Camcam menapaki jalan batu dengan man-tap dan cepat, tak lama kemudian mereka sam-pai di depan gerbang mewah yang tinggi menju-lang. Mereka berhenti, memandang gerbang yang terbuka. Tak ada yang menjaga gerbang. Seharusnya keamanan istana sangat ketat. Hanya ada dua buah jubah hitam yang terampar dengan debu-debu arang yang masih membara di sekitarnya. “Ini mulai benar-benar nakutin,” kata Dardyl.

“Aku rasa,” kata Dardyl terpotong karena

Page 241: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

241

mereka sudah bergerak cepat dan sampai di de-pan tangga istana. Alnord melompat turun dan mendarat dengan

kokoh, sedangkan Dardyl sedikit terjungkal lalu mereka menanjaki tangga. Alnord berteriak menyuruh Dardyl lebih cepat. Dardyl menoleh ke belakang. “Ke mana kau?”

Ia meneriaki Camcam. Alnord menoleh dan menyuruhnya

membiarkan, tanpa memandang sedikit pun Camcam yang kini melarikan diri ke arah danau Nyos. Mereka berlari meniti anak tangga. Alnord

melewati tiga anak tangga sekali melompat, se-dangkan Dardyl hanya satu per satu, itu pun sangat lambat. Terkadang kaki Dardyl terantuk ujung anak tangga sehingga tertinggal agak jauh di belakang. “Bisa enggak kita istirahat dulu?” engah Dar-

dyl. Ia mem-bungkuk, mengambil napas seba-nyak-banyaknya. Alnord tak menjawab. Dardyl berusaha keras menyusul Alnord.

Meskipun agak lama dan tersendat-sendat, ia berhasil. Sebelum ia hampir pingsan, Alnord menarik tangannya, bahkan ia tak sempat mena-rik napas lega.

Page 242: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

242

Tak ada yang menjaga pintu istana, terbuka lebar. Bertebaran debu bara yang sudah menjadi arang. Alnord memegang pedangnya untuk ber-jaga-jaga. Ia menghela napas, menguatkan pe-gangan, mengawaskan penglihatan, dan mem-persiapkan dirinya sekuat mungkin. Lalu, mere-ka melangkah masuk. Mereka terbelalak ketika melihat pemandangan di dalam istana. Pilar-pilar tinggi dan besar berbaris di sepan-

jang koridor. Lantai terbuat dari batu marmer dengan atap yang terlihat sama seperti langit ce-rah berawan. Di sepanjang koridor, pintu-pintu megah terpampang sebagai jalan masuk untuk setiap departemen. Di ujung koridor, di depan mereka, terlihat hanya satu pintu, ruangan sing-gasana. Di atas pintu itu terpampang lambang kera-

jaan Ablahar: wulfix dewasa yang sedang berdiri dengan kaki belakangnya di dalam kobaran api, terukir di sebuah perisai; di bawah lambang ter-sebut terdapat ukiran berbentuk pita yang tertu-liskan slogan kerajaan Geahm Vledox Veavow Ma Dlooz Mean yang berarti ‘Raja Melindungi Rakyat yang Memercayainya’. Yang menyentak mereka adalah puluhan

orang tergeletak di seluruh lantai. Mereka tak

Page 243: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

243

bergerak, tetapi tak ada darah yang berceceran. “Kita terlambat.” Alnord mendesis. Dahi Dardyl berkeringat, ia mendekati Al-

nord. “K-kita m-mending p-pulang, A-alnord.” Alnord bergeming. Ia berlari menghampiri sa-

lah satu pelayan yang tergeletak paling dekat dengan mereka. Ada tanda-tanda kehidupan pada orang itu. Ia mendekatkan telinganya ke dada pelayan tersebut, mendengarkan detakan jantungnya. Degup-annya terdengar lemah, bahkan hampir tak terdengar. “Dia masih hidup!” teriak Alnord lalu mende-

katkan telun-juknya ke lubang hidung pelayan tersebut. “Tapi napasnya pelan banget.” Rasa takut Dardyl menutupi semua rasa kei-

baannya. “K-kita h-harus c-cari b-bantuan,” ka-ta Dardyl. Lututnya gemetar. “Mereka enggak berdarah.” Alnord mendesis

sambil terus memeriksa bagian tubuh pelayan tersebut. “Gimana caranya Deimos melakukan-nya.” “K-kita h-harus c-cari b-bantuan, Alnord!” te-

riak Dardyl, kesal. “Penghuni istana lain lagi datang ke rumah

orang-orang yang diserang,” kata Alnord. “Orang-orang lagi ngurusin keluarga mereka sendiri. Cuma kita yang tahu rencana ini!” Al-

Page 244: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

244

nord menekan-nekan bagian dada pelayan agar jantungnya kembali berdegup. “Enggak. Cuma kau yang tahu!” kata Dardyl.

“Kau harus beri tahu aku.” “Baik. Aku lihat mereka ngomongin rencana

mereka.” “Mereka, mereka siapa?” Alnord menjelaskannya kepada Dardyl, ra-

hangnya ditahan agar tak membentak. Lalu, ia berusaha mengangkat penjaga itu keluar istana. “Gimana bisa kau pulang dari hutan secepat

itu?” tanya Dardyl setelah Alnord menjelaskan kembali ke kamarnya setelah datang ke hutan aneh itu. “Aku enggak pergi ke mana-mana, aku tetap

di tempat. Aku bermimpi tentang mereka!” kata Alnord. “Kalau itu bikin kau puas!” Dardyl melepas tangan pelayan itu. “Kau

bermimpi tentang mereka? Dan kau nganggap mimpimu serius?” Dardyl menatapnya tajam, suaranya bergetar. “Kau udah gila!” “Mimpi itu nyata,” kata Alnord tanpa mele-

paskan tangan pelayan tersebut. “Aku bisa rasain napasku. Hutan itu nyata banget. Aku rasain sakit di hutan itu!”

Page 245: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

245

“Tapi itu tetap mimpi!” Telinga Dardyl memerah. “Dan aku bikin ibuku nangis cuma buat ngikutin mimpimu?” “Tapi itu terjadi!” kata Alnord. “Kenyataan-

nya istana diserang!” Alnord berusaha men-gangkat pelayan tersebut lagi. “Ini gila!” Dardyl mendengus. “Kita enggak

bisa ngangkat mereka semua. Kita harus cari bantuan dulu! Bagnan mungkin bisa bantu, bisa enggak sih kau sekali aja dengerin aku?” “Kau benar.” Alnord menghela napas,

melepas tangan pelayan tersebut, dan bangkit. Mereka berlari menuju pintu istana, tetapi ter-

jatuh, tak bisa mengangkat badan mereka. Pa-nah-panah menusuk celana mereka dan menan-cap ke lantai. Ada banyak sosok di pintu. Ca-haya silau dari belakang membuat yang datang hanya siluet. Keringat mengucur dari kening mereka. Me-

reka merendah, berusaha melepaskan panah-panah yang menahan mereka, tetapi sebelum mereka melakukan itu, panah-panah melesat kembali dan menahan baju lengan panjang me-reka dan menancap ke lantai, membekukan ge-rakan mereka. “Siapa kalian?” teriak suara yang berat dan

terdengar berkuasa.

Page 246: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

246

Mereka berjengit mendengar suara seseorang. Mereka terpejam. Pikiran Alnord dipenuhi bayangan Deimos yang kembali datang dan menangkap mereka. “Remaja tanggung?” kata orang tersebut. “K-kami h-hanya menolongnya!” teriak Dar-

dyl dengan mata yang terpejam kuat. “J-jangan s-sakiti k-kami.” Alnord tak mengenal suara tersebut. Itu bu-

kan suara Deimos. Ia mendongak, melihat wa-jah orang di depannya. Orang tersebut berjubah mewah, wajahnya gempal dan terlihat seperti anak-anak, berambut hitam yang tertata rapi dengan mahkota merah di kepalanya. Ia mema-kai cincin merah di jari tengahnya. Ia adalah pemimpin kerajaan Ablahar, Ihtizar. Ia dikeli-lingi semua penjaga yang mengarahkan pedang-nya ke arah mereka, penjaga yang sama dengan yang menemani Savenor. “Kalian yang melakukan semua ini? Dua

orang remaja tanggung?” Ihtizar mendengus. “Apa lagi ini! Setelah laporan bualan dari kera-jaan Morgana, kabut yang dianggap penyeran-gan besar di seluruh kerajaan, ditambah keka-cauan di istanaku!” “Bukan kami yang membuat mereka seperti

ini!” kata Alnord. “Seseorang bernama Deimos

Page 247: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

247

yang melakukannya! Dia mau melenyapkan Anda!” “Jangan. Sekali-kali. Meneriakiku, Anak

Muda,” kata Ihtizar. “Tunjukkan rasa hormat-mu padaku.” “Dia juga mau mengacak-acak istana, mencari

sesuatu yang disebut kristal Aracruz,” engah Alnord, berusaha menahan amarahnya. “Siapa nama kalian?” Ihtizar mengernyit.

“Deimos?” “Dar—.” “Aku Gusta—Gusta Lacour dan dia—dia

Rube Erasmus, yang Mulia.” Alnord berdusta cepat sebelum Dardyl menjawab. “Anda harus percaya pada kami!” Dardyl menoleh kaget ke arah Alnord. “Haruskah?” kata Ihtizar. “Setelah membawa

senjata dan dengan mataku sendiri aku melihat kalian sedang menyiksa satu di antara mereka, kalian menyuruhku untuk percaya pada kalian? Di mana kalian tinggal? Siapa orang tua kalian?” “Kami pengembara dari kerajaan Colomos,

tak punya orang tua dan keluarga dekat,” sela Alnord. Dardyl berjengit mendengarnya. “Kalau memang Deimos yang melakukannya,

dari mana kau tahu?” tanya Ihtizar.

Page 248: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

248

Alnord tahu Ihtizar pasti akan menanyakan hal ini. Mudah menjawabnya, tetapi sulit baginya untuk meyakinkan. “Aku mendengar-nya langsung,” kata Alnord seraya berpikir ia harus jujur atau berbohong lagi. “Karena kau yang berbicara dengannya. Aku

tak peduli,” kata Ihtizar lalu melengos. “Bawa mereka ke penjara bawah tanah, sel istimewa. Atas tuduhan menyerang istana dan kepemili-kan pedang di bawah umur.” Mereka terbelalak. “Kami tak bersalah!” kata

Alnord. “Dan tak mengakui perbuatannya,” sahut Ih-

tizar. Alnord terdiam. “Ambil pedangnya seba-gai barang bukti.” Dua dari penjaga mengarahkan tangannya ke

panah tersebut dan panahnya langsung pecah menjadi kepingan. Lalu Alnord dan Dardyl me-rasakan sesuatu yang aneh, tangannya serasa mati, tak bisa mereka kendalikan. Begitu pula dengan seluruh bagian tubuh seakan bergerak sendiri tanpa diperintah. Lalu tangan mereka terangkat sendiri dan mereka sontak berdiri seperti dipaksa bangun. Algorn itu menguasai tubuh mereka. “Anda harus percaya padaku!” kata Alnord.

“Ia merencanakan sesuatu! Ia mencari kristal

Page 249: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

249

Aracruz dan mau melenyapkan Anda!” Ia menggeliat, berusaha melepaskan diri, sedang-kan Dardyl hanya menunduk terdiam. Mereka berjalan seperti boneka tali, kaku dan terseret. “Tak ada kristal Aracruz, Anak muda!” caci

Ihtizar. “Bawa yang terluka ke Rumah Kesem-buhan dan periksa semua ruangan dan temukan yang diambil kedua bocah pembual berbahaya itu. Juga bungkam mulut mereka!” Alnord berteriak, tetapi terpotong. Seperti ada

yang menjahit bibirnya. Mereka memasuki pintu yang menurut Alnord adalah pintu menuju De-partemen Pertahanan dan Keamanan. Banyak sekali para pegawai kerajaan yang tergeletak di lantai. Ada juga yang terkulai di meja kerjanya. Dardyl terpejam sampai mereka memasuki se-buah pintu lagi. Dua penjaga tergeletak di ujung ruangan yang

sangat luas itu. Seakan tak memiliki perasaan, mereka tak memedulikannya. Satu di antara me-reka menekan sebuah batu berbentuk wulfix. Patung tersebut membuka mulut dan batu-batu di sekelilingnya bergeser. Ada yang ke atas, bawah, kanan dan kiri, serta berputar sembilan puluh atau seratus delapan puluh derajat ke depan. Terbentuklah sebuah jalan. Di balik pin-tu itu hanya ada kegelapan, kelembapan, dan

Page 250: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

250

bau lumut dan pesing yang langsung menyergap dari tempat persembunyian mereka. Baunya seperti gudang bawah tanah yang tergenang banjir lalu tak dibersihkan selama bertahun-tahun sampai banyak jamur dan lumut. Saat pintu itu seluruhnya terbuka, terlihat

tangga berputar menuju bawah tanah. Dardyl tercekat mengetahui mereka akan hidup di tem-pat gelap di bawah sana dan tak tahu saat mereka dibebaskan, sedangkan Alnord terus memberontak. Ia melakukan hal yang sia-sia. Ia bahkan tak bisa mengendurkan cengkeraman penjaga. Mereka menuruni tangga, suasana di bawah

sana gelap. Hanya ada satu lubang tempat ma-suknya cahaya di setiap sel. Air menetes dari langit-langit. Udaranya basah dan aromanya seamis ikan busuk. Orang-orang yang ada di se-tiap sel terlihat lemas dan diam. Ada juga yang tertawa gila dan yang menangis ketakutan. “..dia mengerikan, dia datang kemari dengan

kebencian..” desis tahanan yang berada di sel paling dekat dengan mereka. Dardyl melirik mereka semua dengan pera-

saan yang hancur dan penuh dengan pertanyaan ia akan seperti itu sebentar lagi atau tidak, se-dangkan Alnord menatap lurus ke depan, tertu-

Page 251: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

251

tup amarah. Entah Alnord harus bersyukur me-reka telah selamat atau mengumpat mereka. Ki-ni yang ia pikirkan hanya kelangsungan hidup mereka berdua. “Kita punya teman baru! Ia masih muda!” te-

riak salah satu dari mereka dengan suara sengau dan tertawa seperti orang gila, disusul yang lain. Lalu, mereka dibawa ke sebuah pintu besi

yang dijaga ketat. Satu di antara mereka mem-buka sel dengan jari telunjuk sarung tangan besi mereka sebagai kunci. Orang-orang dalam sel di sepanjang koridor itu memerhatikan mereka. ”Mengerikan! Kalian mengerikan!” teriak seo-

rang tahanan dalam sel di ujung koridor. Suaranya bergetar seakan baru saja disiksa. “Ia melenyapkan semua orang dengan mudahnya!” Satu Algorn mengangkat tangannya sebagai

ancaman. Itu berhasil mendiamkan tahanan yang menyebabkan keributan tersebut. Orang itu langsung meringkuk ketakutan, bergetar. Dampaknya menyebar ke seluruh penghuni sel. Semua diam. Di dalam ruangan tersebut ada sel seperti

yang lainnya. Mereka berdua didorong paksa memasuki sel. Sel istimewa itu memiliki dua la-pis penghalang, menandakan mereka sangat berbahaya. Setelah pintu sel ditutup, Alnord

Page 252: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

252

melompat melihat mereka pergi dari sela-sela je-ruji. Hanya kegelapan yang dapat ia lihat. Alnord berteriak minta dibebaskan seraya

mengguncang-guncang jeruji, sedangkan Dardyl meringkuk di pojok belakang sel. Lututnya dite-kuk. Kepalanya dimasukkan ke lipatan tangan. Kami tahu kalian tak bersalah. Sebuah suara berbicara padanya. Alnord me-

noleh-noleh, mencari tahu yang berkata itu pa-danya. Namun, tak ada orang yang di dekatnya yang bersuara, bahkan sekadar membuka mulut. Suara itu hanya ada di pikirannya. Mungkin ia sudah gila, pikirnya. Hanya saja, putusan Raja Ihtizar adalah kekuasaan tertinggi. Alnord menggenggamkan tangan dan

menempelkan wajahnya di jeruji, memandangi kedua Algorn tersebut. Mereka berjalan menjauh, tetapi menatapnya lalu berbalik mengabaikan mereka.

Page 253: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

253

11

Raungan

Alnord melepas genggaman dan berbalik menghadap Dardyl. Ia menanyakan Dardyl mendengar suara tadi atau tidak. Dardyl men-gangkat kepalanya lalu menggeleng lemas dan mengatakan itu tak mungkin. “Lupain,” kata Alnord, “Mungkin aku udah

benar-benar gila.” Ia meninju-ninju udara dan menendang kerikil

di depannya. Krikil itu melambung ke jeruji dan berdenting. Dentingannya menggema, bersatu dengan suara lantang dari tetesan air. Ia menjatuhkan diri, duduk memandangi sinar

matahari yang masuk melalui lubang udara. Ta-tapannya kosong. Dari kerutan di wajah, tampaknya pikirannya penuh dengan kejadian-kejadian yang baru saja ia alami. Ia hanya ingin mencegah sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi. Ia yakin akan hal itu, tetapi tak ada yang percaya padanya. Semua hanya menganggapnya gila atau membual. Meskipun Charlom percaya padanya, yang sangat menyedihkannya adalah kenyataan bahwa neneknya juga tak memercayainya.

Page 254: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

254

“Aku kangen sama ibu,” kata Dardyl, dengan kepala masih terpendam dalam lipatan tangan-nya. Alnord tak mengacuhkannya. Yang ia pikirkan

sepenuhnya hanya cara agar mereka bisa keluar dari penjara itu dan bisa meyakinkan Ihtizar bahwa yang telah dikatakannya bukan bualan. “Aku kangen sama ayah,” kata Dardyl lagi.

Alnord tetap bergeming. “Aku bahkan kangen sama rabbipofku.” Alnord masih diam, bahkan menganggapnya

seperti salah satu kerikil yang bertebaran di sel mereka. Dardyl mengangkat kepala, menatap Alnord tajam. “Kau enggak kangen sama nenek, pamanmu, ayahmu?” Alnord tetap diam. “Oh, aku tahu. Kau bahkan sudah enggak pe-

duli sama mereka, Gusta,” kata Dardyl. Bibirnya mencibir. “Kau nganggap mereka enggak ada dan kau adalah pengembara dari kerajaan Co-lomos?” Alnord terpancing. “Kau enggak ngerti tujua-

nku mengatakan itu!” “Merasa kau adalah keturunan dari Raja Louis

dan merasa enggak pantas jadi anak dari duta besar?”

Page 255: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

255

“Kau enggak pernah mikir ya? Kalau kita ju-jur—” Alnord merendahkan suaranya dan me-noleh ke belakang, mencari tahu ada yang men-dengar mereka atau tidak. “—kalau tahu kita yang sebenarnya, mereka akan datang ke ke-luarga kita.” Suara Alnord meninggi. “Kalau ibumu tahu

kau dalam penjara, dia akan mati kehabisan air mata.” Alnord tak sanggup menahan amarah-nya. Pintu terbuka. Mereka tersentak dan menoleh

untuk mengetahui yang datang. Seseorang den-gan nampan di tangannya masuk membawakan mereka makanan. Gelas dan mangkuk bergeme-letuk di nampan. Ia menjaga jarak saat mema-sukkannya ke dalam sel mereka. Pelayan tersebut mempersilakan dengan suara

bergemetar. Alnord termangu melihat pelayan tersebut.

Ada sesuatu yang aneh di pikirannya dan ia tahu itu. “Kau—kau selamat?” tanya Alnord kepada

pelayan tersebut. “Kau ta—tahu siapa pela-kunya? Kau bisa membuktikan kalau bukan kami pelakunya?” Pelayan tersebut tersentak dan menyeret tu-

buhnya tertatih-tatih mundur, menuju pintu.

Page 256: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

256

“Ja—jangan dekati aku! Ja—jangan bunuh aku! A—aku mohon!” Alnord menjulurkan tangannya. “Aku enggak

akan bikin kau luka karena bukan aku yang berbuat itu.” Sepertinya pelayan itu beranggapan lain. Ia

bangkit. Napasnya tersentak-sentak keluar. Ia membuka pintu dan menghilang di balik kege-lapan. Lalu, terdengar suara mekanik dari lu-bang kunci. Pintu sel mereka terkunci. Alnord terduduk lemah. “Lihat, bahkan dia takut sama kau,” kata

Dardyl ketus. “Dia enggak takut!” kata Alnord. “Dia cuma

ngira kita pelakunya. Aku yakin dia kabur dan enggak sempat lihat wajah Deimos!” Dardyl tertawa mengejek. “Itu dalam

mimpimu, Bocah!” “Kau enggak dengar ya, Algorn tadi ngasih

tahu kita kalau kita emang enggak bersalah?” “Mereka enggak pernah ngomong apa-apa.

Kau benar-benar udah gila.” Alnord menoleh tajam. “Bisa enggak kau di-

am dan percaya padaku?” “Kau selalu nyuruh aku diam!” jerit Dardyl.

“Kau enggak pernah dengerin semua yang aku katakan tentang bahayanya yang kau lakukan se-

Page 257: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

257

lama ini!” Muka dan telinganya memerah dan memanas. Ia bangkit dan menatap tajam Alnord yang mendongak ke arahnya. “Dan, aku seka-rang tahu seharusnya aku enggak pernah percaya omonganmu!” “Ini soal siapa yang menyuruh makhluk kabut

itu menyerang kerajaan kita, desa kita!” kata Alnord. “Ayahmu khususnya!” “Kau selalu sok tahu! Mana orang yang me-

nyuruh makhluk kabut itu?” bentak Dardyl “Kau pembual. Kalau kau cuma mau dapat perhatian. Kau berhasil. Sepenuhnya.” “Aku yakin kalau jadi aku, kau akan melaku-

kan hal yang sama,” kata Alnord. Nada sua-ranya memelan, tetapi ditekan. “Aku. Akan. Memilih. Untuk. Tidak. Jadi.

Konyol,” kata Dardyl menekan setiap kata. Alnord bangkit dan menatap balik Dardyl

yang lebih pendek daripadanya. “Seenggaknya kau ngasih saran daripada terus komentar.” Dardyl mendorong Alnord. “Berkelahi bukan jawabannya!” Alnord

berteriak. “Kita harus cari cara keluar dari pen-jara ini!” Alnord menahan dirinya agar tak terja-tuh. “Para Algorn tahu kita enggak bersalah! Ki-ta cuma harus bikin yakin Raja Ihtizar! Dia kun-ci dari kebebasan kita!”

Page 258: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

258

“Kau teman terburuk yang pernah kupunya,” kata Dardyl “Dan kau teman terbodoh yang pernah ada,”

balas Alnord, Mereka terengah-engah, berusaha meredakan amarahnya. Dardyl terdiam. Ia tampak seperti ingin me-

nangis, tetapi air matanya sebatas membasahi mata. Alnord tak peduli. Ia berjalan menuju nampan

yang hanya berisi bubur kentang dan air mi-num. Ia mengambil keduanya dan memberikan satu kepada Dardyl. Ia menawarkan dengan su-ara yang terdengar lebih tenang. Dardyl tak me-nyahut, malah membuang muka. Ia terhenti menyorongkan mangkuk bubur ke

mulutnya dan memandangnya. “Sebenarnya aku enggak lapar juga,” keluhnya. Yang memenuhi pikirannya sekarang menga-

lihkan rasa laparnya. Ia menaruhnya kembali dan duduk tenang bersender di jeruji lalu me-nenggelamkan kepalanya ke lipatan tangan, te-pat seperti yang dilakukan Dardyl sekarang. Ia mengangkat kepala, merasa sebaiknya tak

tidur, dan berusaha menahan rasa kantuk dan rasa berat di matanya. Ia kerap kali seperti men-gangguk-angguk, agar tetap terjaga. Ia tak ingin masuk lagi ke mimpi buruknya.

Page 259: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

259

Perlahan-lahan cahaya dari lubang udara mulai menjingga dan menghilang sama sekali. Hari sudah mulai malam. Di luar sana, hutan Sou-lom, terdengar suara beberapa jangkrik yang se-lamat dari penyerangan Aorn dan suara hewan malam lain. Dardyl sepertinya jauh lebih tenang. Mungkin

ia sudah tertidur, pikir Alnord. Rasa takut, ama-rah, dan sedih pasti sangat melelahkan. Tubuh-nya terasa mengigil sehingga ia merapatkan tu-buhnya pada Dardyl. Ia terus menahan dirinya agar tak tertidur. Ia berjengit ketika sesuatu menyentuh tubuh-

nya. Di sampingnya berbaris semut-semut, laba-laba, dan hewan-hewan tanah lainnya keluar da-ri sarang mereka dan berjalan menuju jendela berjeruji di atas kepalanya. Ia hanya memerhati-kan, tanpa mengira tujuan mereka pergi kemudian mendongak lagi ke langit-langit dan terdiam hingga bulan mencapai setengah perja-lanannya. Pada tengah malam, hewan-hewan malam

semakin ribut. Tiba-tiba ia merasa tubuh Dardyl dingin. Ia tersentak panik dan mengangkat ke-pala Dardyl dan sangat terkejut ketika melihat wajah Dardyl.

Page 260: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

260

Dardyl sangat pucat dengan bibir membiru. Ia memeriksa denyut di tangannya, tak bergerak. Jantungnya mencelos seakan darahnya berhenti mengalir dan tak lagi berdetak. Ia tak tahu yang harus diperbuat. Ia mengguncang-guncang tu-buh Dardyl, tetap tak ada jawaban lalu memba-ringkan dan membuka kancing lehernya agar pernapasannya lancar lalu menekan-nekan jan-tungnya beberapa kali. Tetap tak ada hasil. Alnord menghadap pintu meneriaki semua

orang meminta bantua, memanggil pelayan, dengan gerakan kikuk antara ingin bangkit dan tetap diam menunggui Dardyl. Tak ada jawaban dari seseorang atau sesuatu

dari balik jeruji yang hanya bisa ia tatap. Ia bangkit, merapatkan tubuhnya dan meng-

genggam erat jeruji besi di hadapannya, seraya terus berteriak meminta bantuan. Suasana hening bergeming. Tetap tak ada ja-

waban. Ia mengguncang-guncang kesal jeruji yang mengurung mereka dalam keputusasaan. Tiba-tiba Dardyl mengerang. Alnord menoleh tajam lalu menghampiri

Dardyl. “A-alnord.” Dardyl mengerang lemas, dengan napas yang masih tak teratur. Alnord menanyakan keadaannya dan yang

telah terjadi.

Page 261: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

261

“A-aku enggak tahu. T-tiba-tiba a-aku b-berdiri d-di t-tengah hutan g-gelap. H-hutan y-yang mengerikan.” Dardyl menarik napas pan-jang dan terbatuk-batuk. “D-daunnya seperti tangan orang mati.” Napasnya terputus-putus. Alnord mengernyit. “Hutan yang sama den-

gan yang aku masuki.” Alnord menghela napas yang sedikit bergetar seperti isakan. “Di mimpi-ku.” Ucapan mereka terhenti sesaat, Alnord mera-

sa ada yang lain. Atap gua di atas kepala mereka menjatuhkan serpihan-serpihan kerikil dan buti-ran debu, mengotori rambut dan baju kusam mereka. Tak hanya itu, tanah yang mereka pijak mulai bergetar. Getarannya meningkat sampai mereka harus berusaha menghindari kerikil-kerikil yang berjatuhan. “Kau enggak guncang-guncangin tubuhku,

kan?” Dardyl gemetar dan pijakan kakinya tak kokoh. “Gempa,” kata Alnord seraya menarik tubuh

Dardyl agar mereka terhindar dari batu yang meluncur ke kepalanya. Getarannya berhenti, tetapi sesaat kemudian

terdengar suara raungan, seperti berasal dari bi-natang raksasa nan buas.

Page 262: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

262

“Aku harap itu dari perutku.” Dardyl memekik. “Mendingan itu deh,” kata Alnord seraya te-

rus memandang ke atap gua, berusaha meng-hindar dan mencegah kerikil menghantam Dar-dyl yang masih lemah. “Kau tahu cerita naga dari Paman Galungum

enggak?” tanya Dardyl. “Benar enggak sih kalau ada naga di dekat sini?” “Enggak ada. Naga itu cuma bualannya.” Dari luar sel mereka, dari sel-sel yang lain,

terdengar suara teriakan orang meminta tolong dengan merintih penuh ketakutan. Alnord me-noleh, wajahnya terlipat. Ia ikut terhanyut dalam suasana kalut. Raungan itu terdengar lagi, kali ini lebih kuat.

Getaran juga menghebat. Seakan mereka berada di atas pohon yang diguncang-guncang bintang buas yang meraung-raung di bawah. Untungnya tak lama kemudian, segalanya berhenti dan me-reka bisa berdiri tegak kembali. Alnord tetap awas memandang atap gua. “Aku mau semuanya cepat berakhir,” kata

Dardyl. “Aku yang bawa kau sampai kayak begini,”

kata Alnord berusaha tenang walau sebenarnya

Page 263: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

263

jantungnya berdegup kencang. Ia menatap Dardyl. “Aku juga yang akan bawa kau pulang.” Setelah itu Alnord membantu Dardyl me-

nyandarkan tubuhnya ke dinding. “Aku bisa sendiri.” Dardyl menepis tangan

Alnord. Alnord terpejam sesaat. Agar tak tertidur, ia

terus memikirkan semua yang sudah terjadi. Ia mengusap wajahnya, berusaha menenangkan di-ri lalu bersandar di samping Dardyl yang sudah terpejam dengan ketenangan, sedangkan dirinya masih dipenuhi pertanyaan besar. Ia berupaya mencari jawaban. Tak terasa hari sudah pagi. Celah-celah kecil

di dinding dan jendela menyampaikan kehangatan cahaya matahari yang menyelimuti mereka. Alnord memutar-mutar pergelangan tangannya di bawah sorotan sinar matahari yang tergaris di depannya. Sinar yang jatuh di tan-gannya membentuk bulatan sebesar koin emas. Kantung matanya menghitam dan bola matanya memerah karena ia tak tidur semalaman. Alnord merasa dinding gua bergetar pelan la-

gi. Serpihan-serpihan debu jatuh. Tangannya reflek melindungi mata. Ia membangunkan Dardyl, tetapi Dardyl tetap terkulai. Ia cepat menyadari bahwa itu bukan getaran yang sama

Page 264: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

264

seperti sebelumnya. Ia memanjat celah-celah dinding untuk melihat yang sedang terjadi di luar melalui jendela. Ia menggenggam erat jeruji jendela, menahan tubuhnya agar tak jatuh. Ge-taran itu berasal dari pijakan ratusan kaki para binatang. Mereka berlarian, kabur dari sesuatu yang tak Alnord ketahui. Alnord bertanya kepada dirinya sendiri

tentang yang hewan-hewan takutkan seraya te-rus memerhatikan. Agak melelahkan karena ia harus memaksa kepalanya mendongak setinggi mungkin. Ia hanya melihat burung-burung ber-terbangan karena terhalang pagar tembok. Ratusan jenis hewan sepert serigala, kijang,

tupai dan kera, serta burung berlari, memanjat pohon dan melompat dari pohon ke pohon, serta berterbangan menyebar ke segala arah, menjauhi satu titik: puncak gunung. Mereka berlari bersama seakan tak ada status mangsa dan pemangsa. Ia memicing. Selintas ia melihat seekor hewan

kecil yang ia kenali, dengan gigi khas jenisnya, berdiri di pagar. Bahkan ia tahu namanya karena mereka berdua yang menamainya. Mumbley berdecit panik. Alnord membuka lebar mulut-nya.

Page 265: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

265

Alnord berteriak memanggilnya dengan ban-tuan satu tangan yang dikatupkan agar suaranya lebih kencang, berusaha melebihi suara raungan kepanikan para hewan. Tak berhasil, Mumbley tak menoleh sedikit pun. Ia memanggil sekali lagi, tetapi tetap tak berhasil. Ia mengorek-ngorek batu dan menggenggam-

nya kuat—meremasnya sebentar lalu memutar perutnya ke belakang dan memelantingkan batu itu. Batu itu menabrak dinding pagar. Pengerat kecil tersebut tersentak mendengar dentuman kecil itu, melihat ke bawah, dan mencari tahu asal benda itu. Ia menoleh ke arah Alnord. Alnord memanggil sekali lagi seraya melam-

bai-lambaikan tangannya agar memperjelas jalan bagi Mumbley. Alnord bersorai karena Mumb-ley melihatnya. Mumbley ragu-ragu melompat. Alnord mem-

beri isyarat dengan bibir dan tangannya untuk menyemangatinya. Mumbley berdecit. Walau-pun decitannya sama sekali tak terdengar, Al-nord terus mendukungnya. Seekor elang menghampiri. Alnord

memperingatkan. Elang itu melesat cepat ke arah Mumbley, menukik tajam. Kejadian terse-but terjadi dengan sangat cepat sehingga Alnord tak cermat memerhatikannya dan baru sadar

Page 266: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

266

saat Mumbley melompat masuk dan mendekam di pelukan Alnord. Naluri bertahan seekor tupai memaksa Mumbley melompat rupanya. “Kau selamat!” kata Alnord riang. Mumbley melompat ke tubuh Dardyl dan

menjilati wajahnya. Tupai kecil itu bergetar dan matanya sayup cemas. Alnord menyuruhnya berhenti dan membiarkan Dardyl istirahat. Mata Dardyl terbuka perlahan. Ia sadar. Mumbley berdecit di hadapannya. Dardyl memanggil Mumbley dengan suara

serak. “Kau udah enggak apa-apa?” tanya Alnord se-

raya merendah. Mumbley melompat ke tanah. Pipinya

bergetar-getar seperti Dardyl ketika panik. Deci-tannya cepat. “Kayaknya dia mau kasih tahu kita yang lagi kejadian di luar,” kata Dardyl he-ran sambil merendah duduk. Alnord memucat. “Apa pun itu, pasti berba-

haya.” Dardyl hanya bisa memandang Alnord. Ia tak

tahu yang harus dilakukan. Mumbley melompat melewati celah jeruji dan memanjat ke pegangan pintu. “Kita harus keluar,” kata Alnord, “Kita harus

nyelamatin diri sebelum semuanya benar-benar

Page 267: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

267

terlambat buat dihindarin.” Ia melompat kem-bali ke arah jeruji dan mengguncang-guncang palang besi yang terpancang kokoh. Ia mere-gang kesal sampai memukul salah satu jeruji berdenting. Tubuhnya merosot turun dan ba-dannya berputar menghadap Dardyl. Mumbley yang sudah menunggu melompat setengah ter-bang. Ia bertengger di pundak Alnord. Alnord memandang luar melalui jendela. Tak ada keri-butan lagi di sana. Semua hewan sudah pergi menyelamatkan diri dari sesuatu yang tak mereka ketahui. Suara gemuruh lagi terdengar. Kali ini bukan

dari pijakan kaki-kaki hewan yang berlari, me-lainkan berasal dari dalam tanah. Suara gemu-ruh itu berlanjut dengan getaran pelan, semakin kuat, terus menguat hingga menggetarkan dind-ing di sekeliling mereka. Guncangan itu cukup kuat untuk menggoyahkan pijakan kaki mereka, memaksa mereka berpegangan di dinding gua. Alnord dan Dardyl mengambil posisi siap-

menghindar agar tak terkena jatuhan batu-batu dan kerikil. Begitu juga dengan Mumbley yang memutari tubuh Alnord baik agar tak terjepit tubuh mereka, maupun agar tak tertimpa batu sangat besar menurut ukurannya. Ia berdecit-decit panik.

Page 268: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

268

Dardyl mendesah panik. Mereka berusaha menggapai dinding gua untuk menjaga keseim-bangan. “Ini tuh gempa terparah yang pernah aku

alami,” jerit Dardyl. “Kita belum pernah ngerasain gempa,” kata

Alnord seraya menatap langit-langit. Dardyl membalas. “Karena itu aku bilang ter-

parah!” Bahkan sebagian dinding gua longsor, menge-

jutkan dan mengguncang mereka. Mereka menghindar ke sisi sebelahnya. Guncangan itu semakin kuat, membuat Dardyl berteriak tidak beberapa kali. Langit-langit gua turut runtuh menghujani mereka dengan batu-batu yang be-rukuran bola sepak dengan bentuk yang tak te-ratur. Dardyl berteriak memperingatkan seraya me-

narik kuat tangan Alnord agar mereka tak ter-kena reruntuhan langit-langit gua. Mereka terja-tuh ke pojok gua. Sebuah batu menggelusur dan menjepit kaki Dardyl. Untung sesaat setelahnya, guncangan itu ber-

henti. Alnord berterima kasih dan menanyakan keadaan Dardyl. seraya membantu menggeser batu yang menjepit temannya.

Page 269: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

269

“Ada untungnya juga punya badan tebal,” kata Dardyl dengan napas yang terengah-engah. Alnord menarik tangan Dardyl, membantunya

bangkit. Kaki Dardyl sedikit memar sehingga ia agak pincang. Mereka berdua menepuk-nepuk baju mereka, tetapi itu tak berguna. Baju mere-ka sudah terlalu kotor untuk dibersihkan den-gan cara seperti itu.

“Kita harus keluar sebelum guncangan” perkataan Alnord terpotong karena ingat sesua-

tu. “ini yang dimaksud ayahku. Keadaan ta-nah kerajaan Ablahar enggak kayak biasanya. Akan, akan terjadi bencana besar!” lanjut Al-nord. “Bukannya ayahmu bilang enggak apa-apa?”

tanya Dardyl, panik. “Aku enggak tahu, mungkin aja dia salah ki-

ra.” Alnord mengecilkan suara dan mimiknya mendatar. “Atau mungkin raja yang salah kira,” kata Alnord, dengan raut cemas dan panik teru-kir jelas di kerutan wajahnya. “Aku enggak mau mati di sini!” pekik Dardyl,

jatuh terduduk lemas. Alnord merendah dan memegang pundak

Dardyl. “Tapi aku yakin,” kata Alnord, “Kita bisa keluar dan berkumpul lagi bersama keluar-ga kita.” Ia berusaha menenangkan Dardyl.

Page 270: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

270

Alnord merasa semakin bersalah. Ia menga-lihkan pandangannya menjelajahi pemandangan di dalam gua. Satu malam ia habiskan di dalam sini. Entah untuk malam-malam selanjutnya atau ia akan mati terpendam hari ini. Ia me-mandangi dinding gua yang longsor, langit-langit yang runtuh dan satu yang menyentakkan. Sebuah jeruji goyah. Alnord langsung bangkit dan mendekat. Ia

berusaha memperjelas penglihatannya. Mata Dardyl mengikuti gerakannya. Alnord meng-genggam jeruji itu dan menggoyangkannya. Be-nar saja jeruji itu tak lagi kuat terpancang. “Kita bisa keluar dari penjara ini!” teriak Al-

nord senang. Ia mengangkat kakinya, mengam-bil ancang-ancang dan menendang dengan se-kuat tenaga jeruji yang goyah tersebut. Batang jeruji itu terpelanting sampai pojok

gua hanya dengan satu tendangan, berdentang-denting tak keruan. Batu tempat terpancangnya jeruji tersebut luruh menjadi serpihan-serpihan debu. Alnord menahan napasnya lalu tertawa kecil dan beringsut menjadi sorakan. Ia menyampingkan posisi tubuhnya dan sesaat

kemudian berada di sisi luar jeruji.

Page 271: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

271

Dardyl tercengang dan bangkit menghampiri jeruji, berusaha mengikuti langkah Alnord. Ia memandang lebar jeruji tersebut. “Aku enggak yakin aku bisa, perutku besar

banget sih.” Baru kali ini Dardyl mengeluhkan badannya. “Ternyata punya badan gemuk eng-gak ada untungnya.” Ia menyampingkan tubuh dan membandingkan lebar celah dengan lebar perut. Alnord meyakinkan sekali lagi. Mumbley

berdecit setuju. Dardyl mengangguk, menghela napas dan mulai bergerak lagi. Alnord menarik tangan kanan Dardyl, bagian

tubuh pertama yang berhasil melewati celah ter-sebut dan kaki kanannya adalah yang kedua. Masih ada jarak antara hidung Dardyl dengan jeruji di depan matanya. Dardyl terpejam erat, menahan sakit di perutnya yang tertekan. “Enggak muat,” desah Dardyl dengan buti-

ran-butiran keringat menetes dari pelipisnya. “Dorong aja!” sahut Alnord, dengan pelipis

yang sama basahnya karena ia harus menarik tangan Dardyl. “Udah deh, sakit, perutku terlalu besar!” ben-

tak Dardyl. Alnord terdiam seraya terus memegang tan-

gan Dardyl, tetapi sesaat kemudian mele-

Page 272: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

272

paskannya. Dardyl melangkah masuk kembali ke dalam sel. “Ini enggak akan berhasil,” kata Dardyl. “Aku

enggak akan selamat.” Alnord hanya bisa terdiam. Gempa lagi. Dinding gua bergetar dan menja-

tuhkan serpihan dan kerikil. Orang-orang di luar berteriakan. Mumbley melompat dan ma-suk ke baju Alnord, melindungi diri. “Aku harus keluar!” seru Dardyl. Ia melompat

masuk ke dalam celah jeruji dan berusaha keras mendorong tubuhnya. Alnord tersentak. Tak lama kemudian ia sadar

akan yang harus dilakukan. Ia mengenggam pergelangan Dardyl seraya terus melindungi ke-pala dari kerikil yang meluncur di atasnya. Begi-tu pula dengan Dardyl. Tak lama kemudian se-luruh tubuhnya berada di sisi lain jeruji. Di wak-tu itu juga getarannya berhenti seakan-akan ge-taran tersebut ada untuk menyemangati Dardyl. Mereka terdiam sejenak, saling bertatapan,

cukup lama. Alnord tersenyum. Dardyl juga. Lalu, Dardyl bersorak heboh dan melompat-lompat kecil. Mumbley keluar dari persembu-nyiannya dan berdiri di atas batu sedang di anta-ra mereka dengan decitannya yang khas.

Page 273: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

273

“Udah lama kupikir aku enggak segemuk itu!” kata Dardyl. Sesaat kemudian Alnord berhenti tersenyum

ia memandang pintu yang terkunci kokoh di depannya. “Setidaknya untuk tahap pertama.” “Yakin bisa nendang itu sampai copot?” tanya

Dardyl. Alnord menggeleng kemudian menunduk dan

mencari-cari yang dapat dibuat menjadi kunci paksa pintu tersebut. Ia tak menemukan lem-pengan besi seperti kunci. Yang ia temukan hanya batu yang sedang Mumbley pijak. “Kadang kekerasan itu perlu,” kata Alnord

kepada Dardyl. Ia membungkuk dan mengambil batu terse-

but. Mumbley melompat ke pundaknya. Ia meminta Dardyl mundur lalu menghantam ke-ras-keras pegangan pintu dengan batu. Suara dentangan logam menggema sangat hebat ke se-luruh penjuru gua. “Yakin mereka enggak dengar ini?” tanya

Dardyl di sela-sela suara bantingan yang meme-kakkan telinga. “Kita cuma punya dua pilihan,” kata Alnord,

“Berusaha keluar sendiri atau nunggu dikeluarin. Lebih tepatnya bebas atau terkubur.”

Page 274: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

274

Setelah sepuluh kali memukul, Alnord ter-henti karena lelah. Ia membungkuk terengah-engah, keringatnya bercucuran dari pelipis, dahi, dan leher. Tangannya terberit dan mengelua-rkan sedikit darah segar. Dardyl meminta batu tersebut dengan mantap. Alnord menatapnya, sedikit menolak. “Siniin batu itu,” ulangnya. Alnord menyerahkannya. Dardyl langsung mengambil ancang-ancang.

“Sekarang kau yang mundur,” tuturnya. “Ini waktunya aku pakai kegemukanku ini.” “AKU!—” kata Dardyl. Ayunan tangannya

menyahut, menghantam pegangan pintu. Berdenting jauh lebih lantang daripada tadi. Pe-gangan pintu itu sedikit terguncang. “—KANGEN!—” lanjutnya dengan bantin-

gan yang kedua. Dentingannya lebih kuat lagi. “—SAMA KELUARGAKU!” teriaknya den-

gan suara yang lebih lantang dari sebelumnya dan serangan yang jauh lebih dahsyat sebagai akhirnya. Tangan Dardyl terlihat lecet dan le-bam. Suara dentingan menggema lalu suara patahan menyahut. Pegangan pintu tersebut patah dan terpelant-

ing jatuh ke tanah. Sekitar lubang kunci penyok akibat hantaman seperti diseruduk banteng lalu

Page 275: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

275

suara mekanik pengait patah di lubang kunci tersebut menyambut. Dengan napas yang te-rengah-engah, Dardyl tersenyum. “Sekali lagi kau berhasil!” kata Alnord girang.

Mumbley berdecit heboh. Pintu berderak berat ketika Alnord

membukanya. Tanpa ragu, mereka melang-kah—setengah berlari.

Page 276: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

276

12

Perintah

Ihtizar

Mereka terjerembap. Seluruh tubuh mereka tiba-tiba tak dapat digerakkan, kecuali kepala. Alnord mendongak. Karena melihat Alnord yang menatap tajam ke depan mereka, Dardyl ikut menoleh dan terperanjat. Dua Algorn me-lesat bagai asap dan berdiri di depan mereka tanpa terjatuhkan. Sepertinya mereka tak peduli pada goncangan

yang terjadi, entah mereka merasakannya atau tidak. Ketangguhan istana ini mungkin mem-buat getaran sekencang tadi tak berpengaruh. Dengan keberanian yang dipaksakan, Alnord

meminta dilepaskan. “Kau tahu kami enggak bersalah!” Dua Algorn itu terdiam seakan mulutnya yang

terlihat seperti jahitan hanya sebuah hiasan. Al-nord tak dapat menggertak dengan menatap mata mereka. Mata mereka tertutup kudung ju-bah. Entah mereka memiliki mata atau tidak. Walaupun mata mereka terlihat, tak ada efeknya sama sekali bila ia melakukannya.

Page 277: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

277

Tiba-tiba Dardyl mengerang sakit. Wajahnya memerah akibat meredam rasa perih. Tangan Dardyl terbanting sendiri ke belakang, terikat dengan borgol tak terlihat. Mereka kembali jadi boneka tali. Tak lama kemudian, Alnord merasakan hal

juga. Darahnya meletup-letup tak terkendali, seperti mengalir tak beraturan. Alnord menggi-git bibir, menahan perih. Dengan gerak seperti Dardyl, ia bangkit. Sekejap kemudian, mereka tak bisa berteriak seakan mulut mereka juga di-bekap dengan kain gaib. Rahang mereka terta-han seperti hewan buas yang dipaksa jinak karena moncongnya dikerangkeng. Mereka berjalan tertunduk lemas. Kaki mereka

melangkah sendiri. Dua Algorn itu menyusul di belakang. Orang-orang yang berada di dalam penjara sepanjang koridor yang mereka lalui menempelkan tubuh mereka di jeruji untuk menyaksikan. Mereka berharap jangan sampai itu terjadi pada mereka. Di sel dekat tangga, seorang narapidana berte-

riak dengan wajah takut, marah, cemas, ber-campur gelisah. Ia meminta dilepaskan dan memperingatkan bahwa tempat itu akan hancur. Ia mengguncang-guncang jeruji untuk mengalihkan perhatian Algorn. Itu membuat

Page 278: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

278

yang lain menoleh, mencari tahu orang bodoh yang berbuat itu. Alnord melirik dengan me-maksa tubuhnya sendiri. Orang itu mengumpat, tetapi sebelum menye-

lesaikan kalimatnya, ia sudah tergantung di dinding. Anak panah menusuk kerahnya, mem-buatnya tak bisa bergerak. Wajahnya memerah. Bibir rapat dengan paksa. Urat-uratnya lebih menonjol, terutama di leher. Persis dengan yang mereka rasakan saat ini. Hal ini membuat yang lain mundur tak bernyali. Algorn menurunkan tangan dan berjalan kembali seakan tak ada satu pun hal terjadi. Orang itu terjatuh, tampak mati. Dari ujung batas penglihatan Alnord, perutnya masih bergerak. Ia masih bernapas. Alnord beralih dan kemudian memandangi

cahaya di puncak anak tangga, sedangkan Al-gorn hanya terdiam di belakang mereka seakan gerakan mereka sudah diatur. Ada sebuah uki-ran wulfix di dinding dekat anak tangga paling bawah. Salah satu dari mereka mengarahkan tangan ke sana dan tiba-tiba ukiran tersebut berderak masuk ke dinding. Anak-anak tangga dan batu-batu dinding bergeser satu per satu, mengubah posisi jalan keluar mereka. Alnord tak peduli, yang ia inginkan hanyalah rumah dan keluarga. Saat melangkah dari anak tangga te-

Page 279: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

279

rakhir, mereka sadar tak berada di dalam istana. Pemandangan di depan menyentak mereka. Jauh lebih buruk daripada penjara. Mereka merasakan kembali nikmatnya udara

bebas. Bukannya menikmati udara bebas itu, Alnord mengerang panik, sedangkan Dardyl se-lalu terdiam seakan sudah tak peduli lagi cara mereka diperlakukan. Alnord menatap tajam Terlihat singgasana megah berukiran patung

wulfix yang indah. Di depannya terdapat empat buah tiang penopang papan yang menjorok ke atas sebuah lubang. Dari bibir lubang itu, sedikit asap bergemelut ke luar, membumbung tinggi ke angkasa dan menambah gelapnya langit yang tertutup awan mendung. Itu adalah sebuah ka-wah. Di dasar lubang tersebut adalah lahar mengalir. Itu adalah tempat eksekusi. Alnord berontak, tetapi sama sekali tak ber-

daya, sepenuhnya terkendalikan. Ia menyesal te-lah membantah Ember untuk tak memercayai mimpinya, untuk tak datang ke istana Ablahar, dan untuk tak menjadi penolong konyol yang akhirnya terbakar lahar. Ia rindu keluarga, rindu pelukan mereka, rindu rasa aman. Kekuatan yang menjerat mereka terlepas. Se-

bagai gantinya, mereka berdua dipasung di dua dari empat tiang. Mereka tetap tak bisa terlepas

Page 280: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

280

meskipun dapat berpindah ke hutan dalam mimpi buruknya karena Algorn dapat mematikan kemampuan tersebut. Mereka tak dapat menyelamatkan diri sama sekali. Mereka mulai berkeringat karena kepanikan

dan hawa panas dari lava yang mengalir pelan berkelok-kelok di bawah mereka. Mumbley ke-luar dari lubang leher pakaian dan menatap Alnord dengan mata bulat kecilnya yang berka-ca-kaca. Alnord membisiki Mumbley untuk pergi,

tetapi Mumbley bergeming. Alnord membentaknya pelan agar tak

terdengar Algorn. Wajah Mumbley mengerut kemudian ia turun memutari tubuh dan kaki Alnord dan berlari melewati para Algorn. Ia berlompatan menjauh. Para Algorn tak memer-hatikan, lebih tepatnya, tak memedulikannya. Tak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk

kabur. Alnord sudah menganggap saat-saat itu adalah detik terakhirnya. Ia tak melawan sama sekali. Begitu pula dengan Dardyl. Tak lama kemudian, Ihtizar datang dengan pa-

ra Algorn pengawalnya dan beberapa pelayan is-tana yang selamat. Dengan angkuhnya ia duduk di singgasana di depan mereka. Ia memandang sinis mereka, sedangkan semua Algorn berbaris

Page 281: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

281

rapi di samping singgasana, menunggu eksekusi dimulai. Ada seorang jaksa yang membawa gu-lungan di tangannya, berhenti di kanan depan singgasana. Kemudian ia membuka gulungan itu dan membaca dakwaan mereka. “Jatuhkan mereka saat matahari tepat di atas

kepala,” kata Ihtizar setelah jaksa tersebut menggulung kembali perkamen dan mundur. Sebentar lagi waktu terakhir mereka tiba. Al-

gorn pengeksekusi melihat bayangannya yang beringsut mengecil. Ia mengangkat tangannya dan bersiap menarik tuas. Alnord dan Dardyl mengernyit takut. Jantung

berdegup kencang. Napas tertahan. Mereka memandang gerakan tangan Algorn yang ingin menjebloskan mereka ke dalam aliran lahar yang meletup-letup. Mumbley yang memerhati-kan mereka dari kejauhan berdecit panik seakan dapat merasakan ketakutan dan keputusasaan mereka. Savenor dan para Algorn penjaganya datang.

Ia memasang kacamata dan terkejut saat melihat terdakwa yang mereka maksud. Ia meminta maaf sebelum menyela. Ihtizar menyuruh Algorn menunda. Algorn

yang siap menarik tuas, berhenti bergerak. Ke-sempatan mereka hidup menjadi lebih lama.

Page 282: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

282

Mereka mengembuskan sisa napas mereka yang tadi tertahan. Ihtizar menanyakan maksud Savenor yang

bertanya balik. Jaksa yang kurus tersebut mem-buka kembali gulungan perkamennya dan memberitahukan nama mereka. “Gusta? Rube?” Savenor mengernyit. Ihtizar menanyakan alasannya terlihat heran. “Maaf, yang Mulia,” kata Savenor, “karena

saya mengenal mereka.” Ia menjelaskan saat pertemuannya dengan Alnord. “Apa mereka di sini dengan alasan ada orang yang ingin mele-nyapkan Anda, yang Mulia? Ia memberitahuku tadi pagi. Ia begitu yakin.” Sangat jelas tergurat keterkejutan Ihtizar sete-

lah mendengar penjelasan Savenor. Ia menoleh tajam, memandang Alnord seakan ingin mem-bakar bola mata mereka. “Kalian membohongi-ku!” bentaknya sambil berdiri “Cepat jebloskan mereka!” Savenor menyela lagi. “Mereka melenyapkan

banyak Algorn dan pegawai istana, dua orang remaja tanggung? Sepertinya tak masuk akal, yang Mulia. Lebih baik kita mendengar ceri-tanya terlebih dahulu karena saya rasa kini cerita mereka sudah terjadi dan ini menjadi lebih ma-

Page 283: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

283

suk akal walaupun saya belum sepenuhnya me-mercayainya.” “Aku sudah cukup mendengar cerita tentang

orang khayalan bernama Deimos yang mereka ceritakan,” kata Ihtizar. “Ini saatnya mereka menerima akibatnya.” “Maaf, yang Mulia, bukan cerita tentang orang

tersebut yang saya maksud, melainkan penjela-san tentang tujuan lelaki yang ia beri tahukan, tujuan Deimos.” “Dan aku harus memercayai mimpinya?. “Sayangnya,” kata Savenor tenang. “Yang ia

beri tahukan, pemorakporandaan istana, benar, yang Mulia. Tak ada salahnya bila kita menden-garkannya. Anggap saja itu adalah kata-kata te-rakhirnya.” Ihtizar terdiam, memikirkan saran itu dan tak

lama kemudian kembali duduk di singgasana megahnya. Ia setuju. Jantung Alnord serasa kembali berdetak sete-

lah berhenti sekian lama. Ia menarik napasnya agar tenang dalam penjelasannya nanti lalu mengembuskannya kuat. Alnord berterima kasih sebelumnya lalu

menjelaskan dengan hati-hati. “Deimos adalah orang yang nyata. Aku pernah melihatnya bera-da di hutan Soulom. Para pohon bisa menjadi

Page 284: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

284

saksi. Dialah orang yang menyuruh makhluk berbentuk kabut untuk mengalihkan perhatian istana sehingga dia bisa mencari kristal Aracruz. Dia berpikir Anda tetap berada dalam istana sementara yang lain menyebar ke seluruh kera-jaan sehingga dia bisa leluasa memusnahkan Anda, yang Mulia.” Ihtizar mengernyit tak setuju. “Itu tak masuk

akal,” katanya. “Makhluk berkabut? Kau pasti bercanda. Itu hanya halusinasi dan tak ada kris-tal apa-pun-yang-kau-sebutkan-tadi di dalam is-tana. Kalian tetap dalam tuntutan sebelumnya, dengan tambahan pembohongan terhadapku.” Perkataan itu seperti panah yang menancap ke

lehernya sehingga ia sulit lanjut menjelaskan. Ia berusaha menelaah ke dalam pikirannya tentang yang akan dikatakannya setelah ini, sedangkan Savenor membetulkan kacamata dengan tenang mendengarkan penjelasannya. Alnord terpejam, berusaha menerawang ke se-

luruh memori otaknya. Ia berusaha mengingat semua yang telah ia lalui. “Kau membuatku menunggu.” Ihtizar

menggerutu dan menghadap Savenor. “Ini se-perti omongkosong tentang Taman Batu!” Alnord ingat ketika ia berada di gubuk. Dei-

mos dan seseorang yang tak dapat dilihatnya.

Page 285: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

285

“Taman Batu. Ia mencari kristal Aracruz di Taman Batu! Aku mendengar pembicaraan me-reka.” “Kau bilang mereka?” Ihtizar memastikan.

“Sekelompok orang?” Alnord menjelaskan, tetapi Ihtizar tak tertarik.

Ia terus bercerita hingga Ihtizar tak memicing lagi. Kecurigaan Ihtizar berkurang. Itu membuat Alnord lebih tenang dalam menjelaskan. “Aku bisa buktikan,” kata Alnord. Dardyl menoleh tajam ke arah Alnord, merasa

sangat tak yakin akan hal ini. Alnord sendiri pun memasang wajah penuh sesal mengatakan hal itu, tetapi tak dapat menarik ucapannya. “Penawaran menarik,” kata Ihtizar. “Lepaskan

dan biarkan mereka membuktikan khayalan me-reka atau aku yang akan memenggal kepala me-reka dengan pedang yang mereka bawa ini bila khayalan mereka ternyata isapan jempol remaja tanggung semata.” Algorn melepas pasungan. Mereka langsung

menarik tangan yang sudah mati rasa dan memijitnya. “Kita berangkat sekarang juga, siapkan kuda

untukku,” kata Ihtizar. “Kau Savenor, perhati-kan kerajaan selama aku pergi. Algorn! jagalah

Page 286: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

286

Savenor dan seluruh pegawai kerajaan. Patuhi perintah mereka” “Apa tak sebaiknya menyuruh pelayan saja?”

kata Savenor. Ihtizar membantah dan menoleh ke mereka.

“Aku ingin memberi mereka pelajaran atas ke-bohongan mereka.” Savenor merunduk hormat dan berbalik me-

nuju istana dengan para Algorn penjaganya. Tak lama kemudian, kuda untuk Ihtizar telah siap. Kuda itu gagah besar, coklat kemerahan, dan setinggi sepuluh kaki bila berdiri dengan kaki belakang. Surainya berkibar diterpa angin, me-nambah daya tarik dan kegagahannya. Dua belas Algorn berjalan menggelilingi dan

empat dari mereka memasuk Alnord dan Dardyl. Mumbley mengikuti arah mereka berja-lan dari kejauhan, sesekali memungut biji Arc-herry yang dijatuhkan burung di jalannya. Alnord tak sadar meminta pedangnya dengan

alasan untuk perlindungan. Jantungnya berde-gup kencang menanti jawaban Ihtizar. Ia ingin menarik ucapannya bila mungkin. “Aku tak bodoh, memberikan pedang pada

penjahat kerajaan,” kata Ihtizar. “Aku menyu-kainya dan mengakui pedang ini milikku.” Ia

Page 287: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

287

berpaling ke salah satu Algorn “Bungkam mereka.” Mulut mereka seakan terikat dengan kain tem-

bus cahaya. Semua terus menyusuri jalan menu-ju Taman Batu dan kini memasuki hutan. Ba-nyak sekali jejak-jejak beragam jenis hewan ber-tebaran, bulu burung, dan banyak pohon-pohon bergelimpangan sampai akarnya terlepas dari tanah. Dan juga, terlihat garis-garis retakan di tanah yang tak terhitung jumlahnya. Mereka terus melewati batang kayu yang ber-

gelimpangan, semak-semak biasa dan berduri. Tak terasa mereka hampir sampai di depan Ta-man Batu. Sudah terlihat air danau biru berki-lauan dengan indahnya karena pantulan sinar matahari dan warna langit, dengan riak karena embusan angin. Tiba-tiba dari arah semak-semak yang lebat

muncul Deimos. Ia bergerak ke arah yang sama. Ada sesuatu yang berkilau, memantulkan cahaya matahari dari benda di dadanya. Benda itu tak asing bagi Alnord. Deimos memakai kalung pemberian Antonum. Mereka tersentak. Meskipun belum pernah

bertemu dengan Deimos, Dardyl merasa ngeri dengannya. Algorn mengambil posisi siap me-nyerang dan melindungi Ihtizar. Mata Deimos

Page 288: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

288

dan Ihtizar bertemu, seperti seekor pemangsa menemukan makanan. “Kebetulan sekali kita bertemu,” kata Deimos,

menyeringai. “Pemimpin kerajaan Ablahar, Raja Ihtizar yang Mulia. “Aku tak peduli kau,” kata Ihtizar. “Minggir

dari jalanku.” Deimos maju selangkah, membuat para Al-

gorn kini dalam posisi akan menyerang bila Deimos maju selangkah lagi. “Maafkan hamba belum memperkenalkan di-

ri, aku Deimos,” katanya. “Sebelumnya kupikir aku akan melenyapkanmu setelah mendapatkan Kristal Aracruz di Taman Batu. Kenapa Anda ikut pergi saat seluruh penghuni istana disibuk-kan semua korban para Aorn? Kukira Anda hanya bisa bermalas-malasan di singgasana in-dah dan aku akan menikmati penderitaan di tempat keangkuhanmu. Ternyata keberuntun-gan sedang berada di pihakku. Aku memang ha-rus melenyapkanmu terlebih dahulu.” Ihtizar menoleh ke arah Alnord dengan perta-

nyaan inikah-orang-yang-kau-maksud tersirat di wajahnya. Alnord mengangguk kecil dengan usaha keras, menyakitkan lehernya. Kini Ihtizar, yang sebelumnya menganggap ini kebohongan, sangat percaya dan menyesal karena telah men-

Page 289: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

289

ganggapnya main-main. Begitu pula Dardyl yang semakin percaya mimpi yang ia alami sama dengan yang Alnord beri tahukan. “Sudah tugasku melenyapkan Anda, yang Mu-

lia,” kata Deimos, tenang, tanpa gerakan yang menandakan ia akan memakai pedangnya. Ia hanya berdiri diam dan menatap Ihtizar dengan seringaiannya yang menyeramkan. Ihtizar memerintah semua pengawal

melindunginya lebih ketat. Kudanya menden-gus, menandakan posisi siaga. Deimos merentangkan tangan. Dari

belakangnya, sekumpulan asap putih sangat pa-dat tebal bergumul dan merayap di tanah lalu menyebar luas. Aorn siap menyerang mereka kembali. “Aku dengar kau menyebutnya halusinasi,” kata

Deimos. Algorn mencabut pedangnya. Mereka berpen-

car mengelilingi Ihtizar yang kini terlihat sangat lemah dan tak lebih dari seorang penakut. Bah-kan kudanya terlihat lebih berani. Aorn menunjukkan wujud asli dan mengelua-

rkan kapak tajam. Tiga Algorn melesat ke arah Deimos dan mengarahkan tangan mereka. Deimos menarik pedang dan menangkis semua panah kecil yang menerjang tubuhnya. Namun,

Page 290: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

290

ada satu yang meleset dan menancap ke lengan-nya. Deimos mengerang marah. Kesempatan itu

dimanfaatkan ketiga Algorn tersebut sebagai se-rangan. Darah Deimos seakan mendidih, men-galir deras, dan mengejangkan otot-otot tubuh-nya. Ia tak bisa bergerak. Ia terjatuh, bersimpuh, dan mengerang menghadap langit. Dua Algorn melindungi Alnord dan Dardyl.

Tiga Aorn yang menyerang mereka seperti ular berbisa yang dapat terbang, berbahaya berlipat ganda. Algorn tak dapat menggunakan kekuatan mereka untuk melawan Aorn karena Aorn tak memiliki amarah, hanya insting. Mereka berta-rung dengan pedang mereka. Dardyl dan Al-nord tak bisa berbuat satu hal pun. Mereka ma-sih terikat kekuatan Algorn. Salah satu Aorn membalikkan posisi kapaknya.

Mata kapaknya menghadap ke atas. Ia menahan pedang Algorn yang ingin menebasnya dari atas. Ia menggeser kapak, mendekati pangkal pedang Algorn yang menahannya. Ia membalikkan po-sisi kapaknya sekaligus menebas kepala Algorn. Alnord dan Dardyl terkesiap melihat peristiwa yang sangat mengerikan tersebut. Tubuh Al-gorn tersebut berubah menjadi debu bara. Ke-mudian debu itu berterbangan. Dardyl terlepas

Page 291: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

291

dari kekuatan yang menjeratnya. Ia dapat berge-rak lagi. Rasa denyut kakinya yang terkilir kini terasa kembali. Ia menggenggam baju Alnord. Ia berusaha mencari perlindungan lebih, sia-sia. Kini Aorn itu menghadap mereka dengan mata kapak yang mengilap. Dardyl terengah panik. Ia bahkan sulit

bernapas. Mereka pasrah, tak ada yang dapat mereka la-

kukan untuk melindungi diri sendiri saat Aorn tersebut mengayunkan kapaknya ke arah mere-ka. Mereka hanya dapat terpejam, tanpa berte-riak. Lumpur hitam menciprati wajah mereka. Saat

mereka membuka mata, tangan kiri Algorn yang melindungi mereka mengarah ke Aorn yang in-gin menyerang mereka. Rupanya ia melontarkan beberapa panah kecil ke Aorn tersebut, men-goyak tubuhnya dan menjadikannya lumpur. Mereka selamat, tetapi tidak bagi Algorn yang

menyelamatkan mereka. Kedua tangannya ber-gerak terpisah. Ia tak kokoh menggunakan pe-dangnya. Ia dapat dijatuhkan dengan mudah. Saat Algorn itu menusuk bagian perut Aorn, kapak Aorn tersebut juga berhasil lolos dari perlawanan Algorn. Aorn tersebut menjadi ci-pratan lumpur, memadamkan dan mengarang-

Page 292: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

292

kan debu bara sang Algorn. Dengan begitu, ke-kuatan yang menjerat Alnord pun lepas. Mereka bangkit, berlari menjauh, dan bersembunyi di balik pohon-pohon tumbang. Deimos melihat mereka. Ia tak peduli. Yang ia inginkan hanya Ihtizar. Sementara saat Alnord dan Dardyl kali perta-

ma diserang, tujuh penjaga Ihtizar berkelit. Me-reka berusaha melindungi tuan mereka. Mereka bertarung sengit. Suara pedang dan kapak yang cepat dan keras teradu berdentang-denting. Bahkan beberapa kali memercikkan bunga api. Namun, Aorn dapat memasuki celah. Salah satu dari mereka berhasil menembus lingkaran pen-jagaan. Ia menebas kaki kuda tunggangan Ihti-zar. Kuda tersebut langsung tersungkur. Ihtizar jatuh. Ia merintih. Kakinya terkilir. Ia menge-rang kesakitan, sedangkan kudanya meregang. Darahnya mengalir. Ihtizar tersambar melihat kuda kesayangannya mati di depan matanya. Ia tak punya waktu untuk memikirkannya. Ia harus menyelamatkan dirinya sendiri. Aorn itu kini sedang menghadapnya. Ihtizar gemetar. Aorn tersebut membuka mulutnya dan menampak-kan gigi-gigi taringnya yang berliur kabut. Tan-gannya tak mampu dengan cepat mencabut pe-dang Alnord. Kapak Aorn tepat lurus ingin me-

Page 293: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

293

nusuk wajahnya. Ihtizar tepat waktu. Ia mena-hannya dengan pedang saat ujung mata kapak hampir menyentuh hidungnya. Akan tetapi, tangannya yang tak terbiasa melindungi diri bergemetar. Ia tak kuat menahan lagi. Ia terpe-jam saat pertahanannya melemah. Beruntung, salah satu Algorn menusuk pe-

dangnya menembus tubuh Aorn. Ujungnya hampir menyentuh perut Ihtizar. Tanpa darah, hanya cipratan lumpur dan peluh memenuhi wajahnya. Ia menghela napas lega. Ihtizar membentak para Algorn untuk

memperketat penjagaannya dengan napas yang terengah-engah. Bukan karena lelah, melainkan takut dan sakit di kakinya. Dengan cepat satu per satu Aorn yang menye-

rang Ihtizar berubah menjadi cipratan lumpur hitam. Jumlah mereka kini habis. “Halusinasi hanya alasan seorang penakut.”

Deimos mencabut pedangnya. Ia berjalan cepat ke arah Ihtizar. “Ini kenyataan, Yang Mulia. Hadapilah.” Salah satu Algorn melempar panah-panah ke-

cilnya. Hanya dengan satu tangan Deimos me-nangkap cepat dua, seperti menangkap lalat, se-dangkan satu yang lain ia tebas hingga pecah. “Giliranku,” katanya.

Page 294: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

294

Deimos melempar panah tersebut ke dua Al-gorn. Mereka terpental. Panah itu berhasil me-nembus dan mereka, seperti terbakar cepat, menjadi debu bara. Deimos menenangkan di-rinya, menghilangkan amarah. Ia beradu pedang dengan lima Algorn sekaligus, sedangkan Ihtizar hanya dapat terseok-seok mundur, mencari per-lindungan lain. Ia berhenti di balik pohon. Se-sekali ia mengintip seperti anak kecil yang dita-kut-takuti kakak yang jail. Tiga pedang sekaligus melesat ke arahnya den-

gan tiga sasaran yang berbeda. Ia posisikan pe-dangnya secara vertikal. Dapat ditangkisnya se-mua serangan tersebut. Ia memutar pedangnya seratus delapan puluh derajat. Tiga pedang itu terpelanting. Ia membungkuk dan sangat tepat waktu. Terlihat enam buah panah, masing-masing tiga dari kanan dan kiri, melintas di atas tubuhnya. Panah kecil tersebut melesat me-nembus tubuh dua Algorn yang saling berhada-pan. Mereka terpental dan mendebu bara. Jubah mereka terbawa angin, terbakar, dan menghi-lang. Kejadian itu sangat cepat, sebenarnya sulit bagi Deimos untuk melawan mereka semua. Itu seperti keberuntungan baginya. Kini hanya tiga yang menjadi lawannya.

Page 295: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

295

Deimos menendang tubuh Algorn di bela-kangnya saat menebas tubuh dua Algorn di de-pannya. Algorn tersebut terpental. Namun, ia sempat menyayat kaki Deimos. Betis Deimos terluka. Ia merintih dan berdiri agak pincang. Ia menggeram, tetapi cepat menenangkan kembali amarahnya agar Algorn tak dapat mengendalikannya. Kini, Deimos hanya memi-liki satu penghalang. Algorn yang tersisa bangkit berlari cepat. Mereka menerjang Deimos. Deimos menang-

kis hunusan pedang Algorn tersebut, menim-bulkan suara dentingan yang mendegupkan jan-tung. Deimos terus menahan serangan, me-nunggu saat tepat untuk balik menyerang. Saat itu datang. Posisi pedang Deimos menyerong dari atas

kanan dengan ujung pedang di kiri bawah. Ia mendorong tubuhnya, mendekatkan posisinya sehingga pedang Algorn melintas sangat dekat di sisi telinga kiri Deimos. Deimos membanting pedangnya ke atas, memelantingkan pedang Al-gorn. Pedang itu langsung menancap tanah tak jauh di samping mereka. Dari atas Deimos menghunus pedangnya. Al-

gorn tak memiliki ekspresi, bahkan saat pedang Deimos menusuk kepalanya. Pedang para Al-

Page 296: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

296

gorn pun berubah menjadi debu bara yang ter-tiup angin. Dari balik batang kayu, Alnord memerhatikan

dengan saksama kejadian tersebut. Dengan ber-kedip saja, ia sudah kehilangan beberapa bagian yang kencang menggetarkan jantungnya. Ia me-nyeru senang saat Deimos kalah. Ia menutup matanya saat Deimos berhasil melenyapkan satu Algorn, sedangkan Dardyl tak sanggup melihat semuanya. Ia bersembunyi di balik tubuh Al-nord. “Kita harus cepat lari dari sini,” kata Dardyl. “Kita harus berbuat sesuatu.” Alnord

membantah tanpa mengetahui yang harus dila-kukannya. Dardyl terdiam, antara setuju dan tidak. Ia

menjadi serbasalah sehingga kembali bersem-bunyi di balik tubuh Alnord. Sesuatu menyen-tuh perutnya. Dardyl tersentak lalu berbalik. Mumbley berdiri di sebelahnya. Dardyl memanggilnya setengah tertahan dan

memeluk Mumbley. Ihtizar bersembunyi di balik pohon juga di sisi

yang lain. Ia tak bisa bergerak ke mana pun. Kakinya seakan ditindih batang kayu yang be-sar, tak dapat digerakkan. Ia mengerang sakit,

Page 297: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

297

tanpa perlindungan. Deimos mendekatinya dan memandanginya tajam. Tak ada yang menghalangi Deimos sekarang.

Ia bebas melakukan tugas. Awan mendung mu-lai terbuka, menyibakkan tirai yang menghalangi sinar matahari. Dengan sinar yang menyorot wajah Deimos, terlihat raut wajah penuh ama-rah, dendam, dan nafsu ingin melenyapkan yang meluap. Ia terhenti di depan Ihtizar, meman-dang wajah mangsanya. Terlihat jelas bahwa ia menikmati raut ketakutan dari wajah Ihtizar. “Tak sopan melenyapkan seorang raja yang

terhormat dengan pedang kotor,” kata Deimos dengan suara yang dingin seraya mengelap pe-dang dengan jubahnya hingga ia dapat bercer-min. “Ada kata terakhir, mungkin?” Ia men-gangkat pedangnya dan siap menebas tepat ke leher Ihtizar. Ihtizar hanya bisa menatap kosong. “Kau pengecut!” terdengar teriakan dari bela-

kangnya, membuatnya menghentikan gerakan-nya tiba-tiba. Ia menoleh ke arah datangnya gangguan itu. “Aku melihatmu menangisi nasib!” kata Al-

nord penuh dengan hasrat pembalasan. Ia ber-diri tegak dengan kaki bergemetar di depan ba-

Page 298: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

298

tang kayu, tempatnya bersembunyi. “Dan aku merasa iba padamu!” “Kau ngapain sih?” Dardyl berbisik panik. “Maaf, kau terlalu takut sampai suaramu

bergetar.” Deimos menyindir. “Kau bisa mengulangi ucapanmu?” Ia berbalik dan meng-hampiri Alnord seakan mendapatkan mangsa baru yang lebih segar. “Kau takut mati dan itu berarti kau seorang

pengecut!” kata Alnord.” Kau selalu takut. Itu-lah rasanya jadi orang jahat!” Mimiknya menge-jek dengan sangat berlebihan. “Kalau kau tak takut mati,” Deimos mengang-

kat tangannya. “Rasakan kematian itu.” Ia mengepal. Alnord jatuh bersimpuh. Perlahan, urat-

uratnya membirukehitaman seakan tubuhnya dialiri darah kotor. Kulit di bawah kukunya dan bagian putih di kedua bola matanya menghitam. Dampak yang sama dengan yang Aorn berikan pada setiap camelion. Deimos menikmati kesakitan Alnord. Dardyl meringkih takut, meringkukkan tubuh-

nya. Ia merasa harus melakukan sesuatu, tetapi tak punya ide. Mumbley berdecit di batu. Sesuatu menghantam pipi dan pelipis Deimos.

Darah segar mengalir dari pelipis dan mulutnya.

Page 299: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

299

Alnord terlepas dari jeratan kekuatannya. Ba-gaikan selamat dari cekikan, ia terbatuk-batuk memegangi tenggorokannya. Deimos melirik batu yang baru saja mem-

buyarkan kesenangannya. Ia menoleh ke titik datangnya batu itu. Dardyl berdiri di belakang Alnord dengan dada yang naik turun. Ia mere-mas-remas kepalannya. Deimos mengangkat tangan kembali. “Tak seorang pun dari kalian bertiga yang

akan hidup setelah ini!” Ia berteriak. Pangkal hidungnya berlipat. Sebelum ia mencengkeram genggamannya, da-

ri semak-semak di belakangnya, sulur-sulur me-nyerbunya. Deimos menoleh, tetapi terlambat. Sulur itu mencengkeramnya kuat seperti tenta-kel gurita. Deimos tertarik kuat, terseret, dan menerobos semak-semak lalu tak terlihat lagi. Kalung yang dipakainya terputus lalu liontinnya terlempar, menggelinding ke arah danau, dan memantulkan sinar matahari dengan eloknya. Baik Alnord maupun Dardyl tak menyadarinya. Dardyl hanya membantu Alnord untuk bangkit. Liontin itu terantuk batu dan melompat seper-

ti atlet loncat indah yang bersiap masuk ke ko-lam, tetapi berhenti melayang, tak tenggelam, tak basah, menyentuh air pun tidak. Tangan

Page 300: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

300

mungil berbulu lembut menggenggamnya. Mumbley memandang dan terpukau sinar yang terbias. Ia memasukkannya ke mulut lalu berlari dan melompat ke pundak Dardyl. “Kalian tak apa-apa?” tanya sebuah suara yang

sangat mereka rindukan. Sudah lama mereka tak mendengar suara itu. Bahkan mereka merasa takkan pernah lagi mendengar suara itu. Dardyl dan Alnord serempak berteriak

memanggil Bagnan. Mumbley hanya berdecit senang menemukan teman baru. “Sudah kubilang aku hanya butuh istirahat

yang lama,” kelakar Bagnan dengan suara be-ratnya. “Deimos kau apakan?” tanya Alnord. “Menurutku ia bisa diam di dalam tanah,” kata

Bagnan enteng, Alnord dan Dardyl mendesah ngeri dan merasa mual. Bahkan Mumbley ikut berdecit takut. “Apa kalian melihat saat dia—?” Alnord dan Dardyl menggeleng kaku. “Baguslah, terlalu kejam bagi kalian, maaf,”

kata Bagnan. “Apa ada yang terluka?” Alnord tersadar dari bayangan menyeramkan

tentang kematian Deimos. “Oh ya, tolong, Bagnan, Raja Ihtizar terluka,” kata Alnord. “Kami juga.”

Page 301: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

301

Bagnan memanjangkan sulur ke arah danau lalu membentuk lingkaran di ujung sehingga menyerupai mangkuk. Ia menciduknya di danau sampai penuh. Mereka mendekati Ihtizar. Terasa bergetar

berjalan di dekat Bagnan. Alnord memungut pedangnya yang tergeletak. “Aku kira kau hanya bisa diam di tempat,” ce-

letuk Dardyl, berkelakar. “Oh ayolah, jangan berpikiran kuno seperti

itu,” kata Bagnan santai. “Itu pasti sangat mem-bosankan.” Batangnya terlihat coklat pekat dan daunnya hijau gelap. “Saat itu aku sedang lemah jadi tak bisa berjalan bebas. Saat yang salah un-tuk sakit. Deimos melukai banyak pohon dan binatang.” Ihtizar berjengit melihat pohon besar berbica-

ra kepadanya. Keterkejutannya itu berkurang saat ia menyadari yang akan dilakukan pohon besar itu. Bagnan memendekkan sulur dan menggantungnya di atas kaki Ihtizar. Bagnan meminta izin, Ihtizar mempersilakan, lalu me-nuangkan air danau ke kakinya yang terkilir. Ada sensasi seperti dikerubungi semut saat air

itu mengalir di kakinya, tetapi perlahan rasa itu semakin berkurang dan biru lebamnya memu-

Page 302: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

302

dar. Kakinya dapat berfungsi dengan baik kem-bali. Dardyl menyorongkan kakinya dan meminta

Bagnan menuangkan air danau kepadanya juga. Alnord menyodorkan tangannya. Dalam waktu sekejap pun, memar dan luka mereka menghi-lang. “Apa urusan kita selesai?” tanya Ihtizar. “Belum, yang Mulia,” kata Alnord. “Anda te-

tap harus membantu kami mencegah rencana mereka karena Anda pemimpin kami.” Ihtizar merasa dilecut mendengar ucapan itu,

tetapi kelemahan sudah mengakar di tubuhnya. Ia belum bisa sepenuhnya menerima tanggung jawab seperti itu. “Bukankah pohon besar ini sudah menying-

kirkan Deimos?” Ia mengelak. “Jadi, tak ada yang perlu dirisaukan lagi, kan?” Bagnan merasa tersanjung jasanya disebutkan.

Celah di bawah mata seperti-gumpalan-getahnya seperti mulut yang tersenyum. “Deimos punya mitra,” kata Alnord. “Pasti

mitranya yang akan melanjutkan misi Deimos kalau dia gagal. Jadilah pelindung bagi kerajaan Ablahar, yang Mulia. Geahm Vledox Veavow Ma Dlooz Mean.”

Page 303: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

303

“Kata-kata itu seharusnya tak hanya menjadi slogan, Yang Mulia,” ucapan Bagnan terputus, ia memandang naga di mata Alnord dalam-dalam. “Seperti Aracruz.” Alnord terdiam memikirkan identitas Aracruz

sebenarnya. Apakah ada hubungan antara ma-tanya dengan Aracruz? Ia tak tahu dan berharap akan tahu secepatnya. Apa yang istimewa den-gan kristal Aracruz? Mengapa Deimos diperin-tahkan untuk mengambilnya? Mengapa Alnord merasa terpanggil seakan ia yang harus melaku-kan ini? Pertanyaan yang benar-benar mengganggu pikirannya adalah mengapa ia me-rasa mengenal Aracruz? Ihtizar terhenyak memikirkan harapan dari ra-

kyatnya dan dari sebuah pohon! Ia merasa harus memenuhi harapan mereka, meski harus men-gorbankan nyawanya. “Satu orang Deimos saja sudah begitu buruk,”

kata Ihtizar. “Kita lanjutkan perjalanan.” Alnord tersenyum puas, begitu pula dengan

Dardyl dan Bagnan. Ia memberi Ihtizar pedangnya. “Ini milikmu.” Ihtizar menolak. “Seharusnya

aku tak merebutnya darimu.” Sangat berbeda dengan dirinya sebelumnya.

Page 304: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

304

“Seorang pemimpin harus melindungi rakyat-nya,” kata Alnord. “Sebagai balasannya, rakyat harus percaya pada pemimpinnya. Aku sepe-nuhnya percaya pada yang Mulia.” Ihtizar terdiam sesaat lalu mengambil pedang

tersebut dan memasukkannya ke dalam sarung-nya. “Terima kasih telah memercayaiku. Maaf telah menjadi pemimpin yang buruk selama ini.” “Tak ada kata terlambat,” kata Bagnan. Alnord menoleh ke Dardyl. “Kau mau pu-

lang?” Dardyl menggeleng. “Enggak ada lagi orang

yang berbahaya kan?” katanya. “Aku penasaran sebagus apa sih kristal Aracruz itu. Kau ikut, Bagnan?” “Cukup kakiku saja yang masuk ke tanah,” ka-

ta Bagnan dengan suara yang terdengar seperti dentuman. “Aku tak mau tubuhku digerayangi cacing.” Mereka tertawa seakan lupa dengan kejadian

barusan. “Sampai ketemu lagi, Bagnan,” pamit Alnord. “Sampai ketemu lagi, Alnord, Dardyl, Yang

Mulia Ihtizar, dan tupai kecil yang lucu ini.” Mumbley berdecit senang mendengarnya.

Page 305: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

305

Mereka berempat menjauhi Bagnan. Alnord masih menoleh ke belakang dan tersenyum. Ia berharap itu bukan senyuman yang terakhir. Alnord berbalik dan terpukau menatap Taman Batu yang sangat indah terpancang kokoh di depan mereka.

Page 306: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

306

13

Sang Penjaga

Kristal

Taman Batu itu terletak persis di samping da-nau. Banyak tanaman rambat dan lumut menu-tupinya, tetapi sama sekali tak menghilangkan keindahannya. Seperti umumnya, ukiran-ukiran seperti wulfix dan naga memenuhi dindingnya yang hanya sepanjang seperempat lingkaran. Sisanya hanya pilar-pilar setinggi dinding, sekitar dua tiga. Tempat duduk menempel dengan dinding menghadap danau. Tak ada atap. Lantainya berbentuk lingkaran dan terbuat

dari batu marmer. Ada celah-celah berupa ling-karan sehingga dilihat dari atas, lantai itu seperti papan target. Garis-garis tak jelas dan tak tera-tur melintang di setiap bagiannya, sedangkan di pusat lingkarannya terdapat tiang batu dengan telur batu di atasnya. Telur batu itu berlubang-lubang termakan usia. Dardyl bertanya tentang yang harus mereka

lakukan selanjutnya.

Page 307: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

307

“Pasti ada semacam pintu dan. Aduh,—” kata Alnord. “Jangan bilang kau lupa kata sandinya?” sahut

Dardyl.

“kita butuh liontinku sebagai kuncinya, itu yang kudengar,” kata Alnord. Ia tersadar bahwa liontin yang ia miliki sejak kecil adalah liontin Aracruz. Ia pun bertanya-tanya tentang asal-usul ia bisa memilikinya. Namun, tak ada waktu untuk memikirkannya. “Deimos merebutnya.” Mumbley seakan mengerti lalu memanjat ke

pundak Dardyl dan memperlihatkan yang ia tangkap tadi. Alnord berteriak girang dan mengatakan Mumbley sudah menjadi pahlawan Ablahar. Alnord memintanya kembali. Mumbley ber-

decit lalu menjatuhkan kalung. Alnord mena-dahnya dan menatap kristal di liontinnya. “Kalau liontin ini sebagai kunci,” katanya lalu menatap yang lain. “Kita harus mencari sesuatu yang ukurannya

tepat seperti bentuk liontin ini,” sahut Ihtizar. Mereka bertiga menyusuri lantai, menyibak

sulur tanaman di dinding. Mumbley melompat dari pundak Dardyl dan memanjat tiang batu yang ada di tengah taman. Cukup lama mereka

Page 308: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

308

mencarinya hingga tak yakin akan menemukan-nya. “Kita enggak berhasil, Mumbley,” kata Dardyl

pada Mumbley yang bertengger di telur batu. Tupai kecil itu hanya dapat menggigit-gigit biji tanaman yang menempel di rambut tangannya. Dardyl terhenyak, sudut matanya menangkap

sesuatu. Lubang-lubang di telur batu itu bukan hanya menandakan bahwa telur batu sudah ra-puh, tetapi juga memberitahunya bahwa telur batu itu adalah tempat kunci taman batu ini. Dardyl berteriak girang. “Lagi-lagi Mumbley

yang menyelamatkan Heldon!” Alnord dan Ihtizar menghampiri Dardyl. Dardyl menunjuk lubang tersebut. “Kupikir

sekarang aku yang menyelamatkan Heldon,”katanya. Lubang tersebut berbentuk persis seperti kristal liontin Alnord. Alnord memasukkan liontin tersebut

perlahan. Terdengar suara dentingan logam saat liontin itu dengan tepat memenuhi lubang ter-sebut. Ia memutarnya ke kanan, menunggu dampaknya sesaat lalu mencabutnya. Tak ada yang terjadi, tak ada suara gemuruh, getaran, atau apa pun yang menandakan liontin ini be-kerja.

Page 309: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

309

“Mungkin sudah terlalu lama tak dimasuki,” kata Ihtizar. “Aku hanya enggak mau semuanya jadi sia-

sia,” kata Alnord. Ia menggenggam liontin, setengah meremas. Lantai batu itu bergetar. Mereka berusaha

menyeimbangkan badan. Ihtizar berseru beranjak dari taman itu. Cukup sulit berlari di tanah yang bergetar, tetapi mereka berhasil. “Tanahnya enggak bergetar. Cuma Taman Ba-

tu yang bergetar,” kata Alnord. Tak ada yang membantah pendapatnya. Lantai taman bergerak. Tiap-tiap lapisan ling-

karan di lantai batu berputar berlainan arah dengan lapisan-lapisan yang mengapitnya. Sua-ranya menggemuruh bagaikan tanah longsor. Tiang batu di tengah lingkaran pun ikut berpu-tar dan perlahan telur batu di atasnya berputar masuk seperti sekrup. Tak lama lantai itu berpu-tar lalu taman itu berhenti bergetar. Goresan-goresan di lantai membentuk sebuah relief hewan yang sering ia temui: naga yang kali ini teringkuk melingkar. Ada yang bertambah di lantai batu itu, sebuah lubang dengan anak tangga menuju bawah tanah. Air danau perla-han masuk karena permukaan lantai batu men-jadi lebih rendah.

Page 310: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

310

Ihtizar memimpin di depan dengan sikap sia-ga tangannya menggenggam pegangan pedang. Yang lain mengikuti dari belakang. Perlahan mereka menuruni tangga spiral. Air

danau yang masuk mengalir jatuh membentuk air terjun kecil. Tumpahannya terus mengalir ke lorong di ujung tangga spiral. Saat mereka sam-pai di anak tangga paling bawah, mereka takjub memandang lorong yang ada di depan. Air da-nau yang masuk menjadi sungai di kedua sisi lo-rong itu. Tak segelap yang mereka bayangkan sebelumnya, bahkan tak pernah tebersit di be-nak mereka rupa lorong tersebut. “Menakjubkan,” seru Ihtizar, disambut decak

kagum dari yang lain. Dinding lorong dipenuhi batu-batu rubi yang

berkilauan, seperti bintang, satu sama lain me-mantulkan cahaya dari ujung lorong. Cahayanya sangat memukau saat terpantul air sungai. Di bawah air sungai pula ada banyak batu rubi yang berkilauan, sinarnya terbias air, membuat bayangan yang memesona di dinding. Betapa senang Mumbley melihat semua benda-benda yang ia inginkan selama hidup ada di depan hi-dung kecilnya. Mereka melangkah maju, masih terkagum-

kagum keindahan alam yang mereka telusuri.

Page 311: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

311

“Ini pasti tinggalan Aracruz,” kata Alnord, se-raya meraba satu batu rubi. Dardyl mencabut satu batu rubi yang kecil di

dekatnya lalu memberikannya kepada Mumbley yang sangat riang menerimanya. Tupai kecil itu mengitari leher Dardyl dan mencium pipi ki-rinya. Dardyl menganggap itu sebagai ucapan terima kasih dan balas menciumnya. Mereka terus mengikuti liukan yang cukup

banyak dalam terowongan ini. “Apa ini yang dimaksud kristal Aracruz, yang

Mulia?” tanya Alnord, berharap Ihtizar menge-tahui sesuatu. Ihtizar tersentak dari keterkagumannya. “Ku-

rasa bukan. Ini batu rubi alam asli. Satu lagi, jangan panggil aku yang Mulia lagi. Aku merasa tak pantas, panggil aku paman saja, nama pun aku tak keberatan.” Alnord tersentak karena sikap Ihtizar benar-

benar berubah dan mendapatkan sesuatu yang baru. “Apa maksud Paman dengan kristal dari jiwa Aracruz?” Dardyl menyimak pembicaraan mereka karena

juga baru mengetahui hal ini. “Apa kau tak tahu apa-apa tentang kehidupan

di luar?” kata Ihtizar.

Page 312: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

312

Alnord menggelengkan kepalanya. “Keingintahuan yang besar dengan kekangan nenek sama sekali enggak cocok,” kata Alnord. “Kau dapat mengeluarkan segala sesuatu yang

abstrak dari dalam dirimu, emosi seperti kema-rahan, kesedihan, keputusasaan, rasa dendam, pikiran buruk, memori terindah, ilmu pengeta-huan, semuanya, dalam bentuk kristal.” Ia meraba-raba dinding gua bagai arkeolog

yang sedang menganalisis. “Terkadang penyakit mematikan juga bisa, tetapi kecil kemungkinan-nya. Perlu proses yang lama dan menyulitkan.” “Jadi, Aracruz menciptakan kristalnya sendiri

lalu menyimpannya di sini?” “Itu yang sedang kita buktikan sekarang,” kata

Ihtizar. “Dan, bila salah, aku takkan menghu-kum kalian berdua.” Dardyl berterima kasih lega. Alnord terdiam

berusaha memahami yang baru dipelajarinya, tanpa berhenti berjalan. “Paman tahu siapa Aracruz itu?” tanya Al-

nord. “Tak pernah mendengar namanya sampai kau

menyebutnya,” kata Ihtizar. Tanpa mereka sadari sudah terlihat ujung te-

rowongan itu sehingga mereka mempercepat langkah. Ternyata perjalanan mereka belum se-

Page 313: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

313

lesai. Ujung terowongan itu berada di tepi ju-rang yang sangat dalam, dengan aliran lahar kental, merah kehitaman, meletup-letup di ba-wah sana. “Aku enggak bisa melihat ujung jurang ini,”

kata Alnord seraya melirik ke kanan dan kiri, mencari-cari dindingnya. “Ini bukan kubangan, ini sungai lahar.” “Tiba-tiba aku rindu langit,” tukas Dardyl saat

melihat atap lembah yang juga berupa batu. Lembah lahar itu benar-benar tertutup. “Kupikir ini perut pegunungan Merope,” kata

Ihtizar. “Hanya Taman Batu jalan keluar satu-satunya bila gunung ini meletus.” Dardyl menelan ludah. Alnord memalingkan

pandangannya ke air danau yang jatuh di kedua sisi yang langsung menjadi uap ketika tiap bu-lirnya menyentuh lahar, sedangkan lahar yang terkena air menghitam dan mengeras. Di tengah air terjun terdapat jembatan batu

yang kokoh, dengan pilar-pilar penunjang sam-pai ke dasar lahar. Di ujung lain dari jembatan itu terpasang pintu kayu-besi yang sangat besar dan megah, dengan ukiran-ukiran yang keba-nyakan, lagi-lagi, berbentuk naga. Mereka kira perjalanan ini akan tanpa masa-

lah. Banyak Aorn yang tak memenuhi janji me-

Page 314: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

314

reka untuk membantu Deimos dan memilih tinggal di danau yang menurut mereka nyaman. Mereka tak tahu, satu Aorn yang hidup di danau Nyos terperosok masuk saat sebelum pintu Taman Batu tertutup. Seperti jembatan batu lainnya, mereka menja-

tuhkan serpihan kerikil dan pasir saat dipijak. Ihtizar menyarani sebaiknya tak melihat ke bawah saat mereka menelusuri jembatan batu menuju seberang. Dardyl berjalan kaku. Ia ingin sekali merayap karena tak ada pegangan di sisi jembatan, tetapi ia yakin itu akan lebih menyu-litkannya. Begitu pula dengan Mumbley, ia ber-putar dari pundak kanan Dardyl turun ke ping-gang kiri melalui punggung Dardyl dan masuk ke baju, bersembunyi seperti biasa untuk melin-dungi diri dan kristal kesayangannya. Kini mereka berada di pintu besar dengan pa-

tung naga di tengah celah kedua bilah pintu. Pa-tung itu menatap lurus ke depan. Sayapnya terlipat. Ada lubang di dahinya. Dardyl menyadari bentuk lubang yang sama dengan bentuk liontin Alnord lalu meminta Alnord mengeluarkannya. Alnord tersentak dari keterpukauannya akan

pintu tersebut. “Aku tahu,” katanya, “Kau eng-gak perlu mengingatkanku.” Ia mengambil lion-

Page 315: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

315

tinnya dan memasukkannya ke dalam lubang. Sangat cocok. “Enggak bisa diputar,” kata Alnord saat beru-

saha memutar liontinnya seperti yang telah ia lakukan sebelumnya. “Juga enggak bisa diam-bil,” katanya seraya dengan sekuat tenaga mencabutnya. “Jangan terlalu dipaksa,” saran Dardyl. “Aku enggak boleh kehilangan liontin ini,” ka-

ta Alnord seraya terus berusaha agar liontinnya dapat lepas dari tempatnya. Usaha Alnord terhenti, tiba-tiba dari mata pa-

tung naga tersebut keluar cahaya merah menya-la seakan-akan naga itu hidup dan ingin terbang lepas. Mereka mundur beberapa langkah, was-pada dan ingin memerhatikan yang akan terjadi selanjutnya. Sayap patung naga itu terkembang seakan in-

gin terbang dan dengan suara derakan yang ber-gema ke seluruh penjuru lembah, pintu itu per-lahan mengayun ke dalam, memperlihatkan se-suatu yang mereka jaga. Sesuatu itu sangat in-dah, jauh lebih indah daripada terowongan ber-dinding penuh batu rubi. Ada istana di dalamnya. Mereka melangkah masuk beriringan dengan

ketertakjuban. Istana itu lebih besar daripada is-

Page 316: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

316

tana Ablahar yang berdiri di atas dan sangat te-rang. Pancuran lahar dari patung-patung naga di kedua dinding yang mengapit mereka menca-hayai istana itu lalu mengalir menjadi sungai lahar sepanjang koridor. Pancuran itu sebenarnya mengeluarkan air danau, tetapi berubah menjadi lahar karena suatu hal. Alnord memandangnya seakan-akan tak per-

caya istana itu didirikan di bawah tanah. Langit-langit menjulang tinggi dan ornamen-ornamen batu berkilauan dan pilar-pilar yang megah. Lengkap dengan stalagmit dan stalaktit raksasa yang mengilap sehingga memantulkan cahaya lahar. Alnord berusaha mengambil kembali liontin-

nya dan dengan mudahnya berhasil lalu memasukkannya ke saku celana. Saat mereka mencapai pertengahan koridor istana—menurut perkiraan mereka—terlihat sesuatu yang berki-lauan berdiri di ujung koridor tersebut. Kilaua-nnya mengalahkan batu-batu rubi di terowon-gan batu tadi. “Leluhur Mumbley ya, yang bangun istana

ini?” tanya Dardyl, ia yang kali pertama meli-hatnya menunjuk ke arah benda tersebut. “Ba-nyak amat yang berkilauan di sini.”

Page 317: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

317

Yang lain menoleh ke arah yang Dardyl maksud. Tanpa pikir panjang Alnord berlari menuju benda tersebut. Yang lain menyusul di belakang. Saat benar-benar dekat, Alnord meli-hat dengan pasti benda yang memesona itu. Benda tersebut tak terlalu besar dapat dipegang dengan satu tangan saja, berukir-ukiran indah dan sangat detail. Ada lima celah yang melin-tang dari kutub selatan dan kutub utaranya den-gan penahan berbentuk bintang di kutub uta-ranya dan pijakan di kutub selatannya. Benda itu tak berbentuk aneh, lonjong, menyerupai sebuah telur. “Ini yang disebut kristal Aracruz?” tanya Al-

nord, pupil matanya mengecil, memandang te-rus menerus cahaya berkedap-kedip dari benda itu. “Benda ini terbuat dari emas,” jelas Ihtizar. Alnord tak menjawab. Ia mendekatkan tan-

gannya untuk menyentuh Telur Emas. Ihtizar menahannya. Ia menggelengkan kepalanya, memberitahunya Telur Emas itu mungkin ber-bahaya. Namun, Alnord mengangguk kecil, me-rasa yakin dan berusaha meyakinkan bahwa Te-lur Emas itu takkan melukai siapa pun. Dardyl tertegun panik, begitu pula Mumbley.

Alnord menyentuh Telur Emas itu. Ia menahan

Page 318: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

318

tangannya beberapa detik, menunggu reaksinya. Dardyl menahan napasnya. Ihtizar mengerutkan dahinya. Kecemasan menyelimuti. Tak ada yang terjadi. Raut wajah Ihtizar me-

lemas. Dardyl menghela napasnya, lega. Alnord terpejam dan mengembuskan napas. Ia berusa-ha menenangkan degup jantungnya yang begitu terasa sampai kaki. Alnord mengambil Telur Emas itu. Namun,

sekali lagi, tangannya ditepis. Kali ini bukan Ih-tizar, melainkan Dardyl. “Ngapain sih?” pekik Dardyl, tak tahan den-

gan sikap sok-tahunya. “Enggak akan terjadi apa-apa,” kata Alnord.

“Kau hanya terlalu panik.” Alnord berusaha meyakinkan yang lain dan diri sendiri. “Yakin banget?” kata Dardyl. “Mungkin aja

ini penghancur istana, begitu kau cabut, istana ini akan hancur atau apalah!” “Mungkin saja dia benar,” sahut Ihtizar, “Kita

tak boleh gegabah.” “Paman tahu di mana kristal itu?” kata Alnord

ketus. “Aku tak tahu,” kata Ihtizar terus terang.

“Kau yang lebih tahu.”

Page 319: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

319

“Kalau begitu jangan menghalangiku,” kata Alnord menyebalkan. Ia berbalik dan mencabut Telur Emas tersebut. Kecuali Ihtizar, mereka terpejam. Cukup lama

sampai Alnord membuka mata. “Lihat!” kata Alnord. “Enggak terjadi apa-apa,

ayo kita pergi dari sini.” Ia tersenyum puas pendapatnya benar. “Kau yakin ini kristal Aracruz?” tanya Dardyl. “Aku enggak yakin,” kata Alnord. “Yang jelas,

ini pasti sesuatu yang penting sampai harus dis-embunyiin di sini.” Alnord melangkah menuju pintu. “Pasti orang yang nyembunyiin nganggap ini

tempat terbaik,” kata Dardyl, tak setuju dengan perbuatan Alnord. “Kembaliin.” “Mereka tahu istana ini!” kata Alnord ketus.

“Gimana kalau mereka ngambil Telur Emas ini?” “Tapi mereka enggak punya kuncinya, kan?”

balas Dardyl, tak kalah ketusnya. “Bukan berarti mereka enggak bisa bobol pin-

tunya!” Dardyl diam karena tak tahu yang harus ia

katakan lagi. Ihtizar, tak tahu sikap yang harus ia ambil. Menurutnya Dardyl benar, tetapi ia tak menganggap Alnord salah. Mengambil putusan

Page 320: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

320

tepat adalah kelemahan terbesarnya apalagi ha-rus dalam waktu singkat. Mereka berhenti berjalan, sesuatu mengham-

bat mereka. Tanah kembali berguncang pelan. “Lagi?” kata Dardyl. “Aku sudah bosan dige-

tarkan.” Tanpa banyak omong lagi mereka memperce-

pat langkah mereka hingga taraf setengah berla-ri. Di belakang mereka, terdengar suara derakan seperti batu yang sangat besar bergeser. Na-mun, getaran itu dengan cepat berhenti lalu di-ikuti sebuah raungan yang nyaring dan hawa di dalam istana bawah itu memanas. Mereka berbalik dan terbelalak. Dardyl berbicara sendiri dengan suara datar

seraya menampar pelan pipinya. “Ini hanya mimpi, Dardyl, naga itu hanya sebuah mitos.” “Kau enggak lagi bermimpi,” sahut Alnord,

juga dengan intonasi rata. Mereka terpaku melihat naga di depan. Naga

itu meraung-raung, menyemburkan bola api raksasa dari mulut dan lubang hidungnya. Sete-lah berhenti menyulut api, ia menatap mereka bertiga, dengan pupil tipis vertikalnya yang di-kelilingi selaput pelangi kuning. Ia mengedipkan kelopak dalamnya, berupa selaput putih yang mengatup dan terbuka secara vertikal.

Page 321: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

321

Ihtizar menyuruh mereka berlari, sedangkan ia tak bergerak sedikit pun. Yang ia lakukan hanya mencabut pedang. Naga itu mengembangkan sayapnya, seperti

patung naga yang ada di depan pintu. Naga itu terbang menuju mereka. Panjangnya sekitar se-ratus kaki, sisik-sisiknya merah mengilap dan menonjol seperti batu. Cakarnya terlihat sangat tajam dan di ujung ekornya, terdapat tanduk-tanduk runcing. Ia bisa menusuk sepuluh orang dengan ekornya. Ihtizar bersiap-siap. Naga itu sebentar lagi

tepat di depannya. Ia tahu takkan bisa melawan naga itu. Namun setidaknya, ia akan mengham-bat naga itu menyerang yang lain. “Geahm Vle-dox Veavow Ma Dlooz Mean,” katanya pada diri sendiri. “Lihat yang kauperbuat!” bentak Dardyl,

sambil berlari terpontang-panting. “Bukan saatnya untuk saling menyalahkan,”

pekik Alnord, membela diri. “Lempar telur itu ke dia!” seru Dardyl den-

gan napas terengah. “Mungkin saja itu telurnya. Mungkin itu enggak terlihat seperti telur asli, tapi mungkin telur itu menyimpan banyak ke-nangan jadi sangat berarti baginya.”

Page 322: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

322

Alnord termenung, memandang Telur Emas itu seraya terus berlari lalu membantah. Jarak Ihtizar dan naga itu menyempit. Ihtizar

memperkuat kuda-kudanya. Ia bersiap meng-hunuskan pedangnya. Naga itu merendah seo-lah ingin membuktikan yang lebih kuat. Tepat setelah naga tersebut meraung ke arahnya, den-gan lidah api kecil yang mengancam dari hi-dungnya, Ihtizar menusuk dagu naga tersebut. Sayangnya, pedang itu tak menembus sedikit pun lapisan kulit sang naga. Naga itu mendarat dan menebaskan batang ekornya ke arah Ihti-zar. Ekornya bergerak sangat cepat sehingga berdesing. Ihtizar langsung terhempas dengan mudahnya. Pedang terlepas. Ia pingsan saat tu-buhnya terbanting di pilar batu solid. Naga itu meraung kesal dan mengembuskan

bola api besar ke arah yang lain. Dardyl meno-leh ke belakang. Ia merebah dan menarik kaki Alnord. Alnord langsung terjerembap. “Aduh, kau—!” ucapan Alnord terpotong ke-

tika bola api membakar udara sejengkal di atas mereka. Suhunya seketika membuat mereka berkeringat. Lalu, apinya melayang ke atas dan menghilang di langit-langit gua. Dardyl mendongak dan melihat naga itu mengepakkan sayap lagi.

Page 323: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

323

Mereka bangkit dan berlari sekencangnya. Pintu gerbang sudah dekat. Mereka memperce-pat langkah dua kali lipat. “Aku janji akan percaya setiap ucapan Paman

Galungum!” teriak Dardyl. Mumbley hanya da-pat berdecit panik di pundaknya. Mereka memang bukan saingan sang naga.

Naga itu menyusul. Saat naga itu melintas tepat di atas kepala me-

reka. Mereka mendongak, memerhatikan ruas-ruas tubuh naga itu dengan wajah pias. Ada se-buah bekas luka menganga di bagian dada. Me-reka menghentikan langkah, tak memedulikan bekas luka itu. Mereka memerhatikan gerak-gerik naga dan berusaha menduga yang akan ia lakukan. “Kita seharusnya menyingkir,” kata Dardyl.

“Mungkin dia cuma mau keluar dari sini.” Naga itu tak melintasi pintu, tetapi mendarat

di depan mereka. Dengan ekornya, ia membant-ing pintu, mengurung mereka dalam teror. Na-ga itu meraung, mendongak, memancarkan bola api besar. Intensitas cahayanya melebihi yang dipancarkan baik telur emas maupun sungai la-har di sisi koridor. Mereka berbalik dan berlari dengan sisa tena-

ga.

Page 324: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

324

“Kita membuatnya bingung,” kata Alnord. “Kita berpencar!” Ia membanting arah larinya ke sisi kanan koridor. “Itu bukan ide yang bagus,” pekik Dardyl.

Alnord sudah terlalu jauh untuk mendengarkannya sehingga ia menyerong ke ki-ri. Rencana itu gagal total. Naga itu dapat me-

nentukan mangsanya dengan cepat. Dardyl mengetahui sifat itu saat menoleh ke belakang dan menyadari bahwa ialah sasaran naga itu se-karang. Dardyl mendesah, mempertanyakan alasan ia

yang naga itu pilih. Alnord berhenti dan beru-saha menolong Dardyl. Sayangnya, ia tak tahu yang harus ia perbuat sehingga hanya menyak-sikan dengan wajah pucat dan cemas. Tulang dadanya naik turun. Napasnya terengah-engah. Wajahnya kotor dan penuh peluh. Dardyl berlari di antara pilar-pilar. Ia sangat

berhati-hati agar tak terlalu ke kiri dan tercebur ke sungai lahar. Naga itu sangat meraung-raung seraya menabrak pilar pertama sehingga pilar itu rubuh. Pilar pertama menimpa pilar kedua dan seterusnya. Itu seperti domino raksasa yang di-permainkan dengan mudahnya. Naga itu den-

Page 325: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

325

gan senangnya melintasi pilar-pilar yang berja-tuhan, bermanuver. Dardyl berteriak, sulit memutuskan antara

meninggal karena tertiban pilar yang jatuh, di-mangsa seekor naga, dan terbakar lahar dengan tujuan menghindari dua alasan sebelumnya. Saat menoleh ke belakang, ia melihat sebuah pilar yang terjatuh miring dan akan menimpanya. Dardyl memilih pilihan pertama. Ia berhenti berlari dan terpejam. Tangannya langsung terte-kuk di depan wajah seolah-olah dapat melin-dunginya. Kemudian pilar itu rubuh. Ia membuka mata dan mendengus lega ketika

tahu ia masih di tempatnya semula. Pilar itu menabrak dinding dan tertahan, tetapi hanya sebentar. Pilar itu bergeser. Dardyl berlari menghindar. Sekilas ia melihat naga itu menganga. Dari sudut mata, Dardyl melihat ada ruang di antara pilar-pilar yang bertumpukan dan itu adalah tempat sembunyi paling tepat. Pi-lar itu rubuh dan menjebol tembok pemben-dung aliran lahar, membiarkan lahar itu menga-lir pelan ke luar. Alnord melihat Ihtizar terbaring di pilar di

dekatnya. Pedangnya tergeletak tak jauh. Ia menghampiri dan mengguncang Ihtizar, beru-saha membangunkannya. Namun, Ihtizar tetap

Page 326: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

326

diam. Ia menaruh Telur Emas di samping Ihti-zar dan mengambil pedang. Naga itu mengendus-endus di lubang tempat

Dardyl bersembunyi. Dardyl merapatkan tu-buhnya lebih dalam agar naga itu tak dapat mencapainya. Ia membungkam mulut, mere-dam suara napas tanda keberadaannya. Ia tak bisa menghindar lagi apabila naga itu

menyemburkan lidah api ke arahnya. Napasnya saja sudah sangat menggerahkan Dardyl. Naga mendelik, tangannya yang menyatu dengan sayapnya mengulik celah-celah seperti seekor kucing yang menemukan daging di lubang sem-pit. Keadaan Dardyl semakin terjepit. Lahar yang meluap keluar, mengalir ke arahnya, se-dangkan ia sama sekali tak punya tempat lagi untuk menghindar. “Jangan lagi,” desis Dardyl. Ucapannya mem-

buat sang naga semakin giat mengulik dengan tangannya untuk mendapatkan daging segar Dardyl. Mumbley berdecit. “Lebih baik kau pergi. Tapi jangan terlihat,”

kata Dardyl seraya mendorong Mumbley agar mau pergi. Mumbley enggan sehingga Dardyl membentaknya. Tupai kecil itu berlari menuju Ihtizar. Naga sama sekali tak memedulikannya.

Page 327: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

327

Alnord memanjat pilar-pilar yang saling me-nindih. Permukaannya yang bulat dan terbuat dari batu yang dipoles licin cukup menyulitkan-nya menjaga keseimbangan. “Hei, Naga! Sebelah sini!” kata Alnord di ba-

gian paling tinggi. Naga itu tak menoleh. Seakan sangat mengerti

tubuh siapa yang lebih gemuk untuk dimakan. Dardyl semakin panik. Aliran lahar itu semakin dekat. Alnord menarik napas. Ia menggembungkan

dan mengeraskan perutnya lalu berteriak. “Hei, naga bau! kau enggak tahu ya kalau kulitmu itu jelek banget?” Naga itu menoleh, teralihkan. Ia meraung lalu

menyemburkan api dan mengembangkan sayap lagi. Alnord melompat dari pilar dan mengambil

ancang-ancang. Ia menggenggam kokoh pe-dangnya, mengarahkannya ke depan, sedangkan Dardyl keluar tepat setelah naga itu mengham-piri Alnord dan saat lahar itu hampir menge-nainya. Dardyl memandang Mereka. Bibirnya menekuk. Alisnya mengerut. Ia tak tahu yang harus ia perbuat dan serbasalah. Naga itu merendah. Alnord memantapkan

kuda-kudanya.

Page 328: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

328

“Ayolah cepat ke sini,” kata Alnord, menan-tang. Naga itu mendarat dan menyibakkan sayapnya

ke arah Alnord. Dardyl terpejam, tak sanggup melihat Alnord terlempar begitu kuatnya. Al-nord merasa sangat mual, perutnya dihantam. Alnord sempat membesat sayap naga sebelum

ia terlempar. Namun, sayap naga itu tak sobek. Alnord terseret kuat. Ia menoleh ke belakang. Lantai itu memiliki ujung dan sebentar lagi ia akan jatuh, entah dasarnya dalam atau tidak. Ia menancapkan pedang ke lantai sebagai rem,

menciptakan goresan selama ia terseret. Gese-kan membuat punggungnya panas. Ia terpejam. Tak lama kemudian, tangannya tak mampu lagi memegang pedangnya. Ia terguling-guling setelah melepas pedangnya.

Pedang itu tergeletak dan berdenting karena tak tertancap terlalu dalam. Alnord merentangkan tangan. Lengannya terbanting keras. Pergelan-gan tangan dan bahunya memar. Ia berhasil. Ia terhenti tepat di ujung lantai itu. Energi kinetik yang tersisa membuat kalung-

nya masih bergerak. Kalung itu terlontar dari kantung celana, melompat ke dalam jurang. Dengan memaksakan diri, Alnord menjulurkan

Page 329: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

329

tubuh lalu tangan. Ia berusaha setepat mungkin menangkapnya. Ia berhasil Ia merintih ketika menarik tubuhnya kembali.

Tangan kirinya memegangi tangan kanannya yang mengenggam kalung tersebut. Ia duduk dan memandang naga itu merayap-rayap ke arahnya. Naga itu semakin dekat. Tak seorang pun dapat mengira yang akan dilakukannya, mengunyah Alnord terlebih dahulu atau lang-sung menelannya. Kini tiba waktunya untuk mengetahui jawa-

bannya. Naga itu menahan tubuh Alnord. Tan-gannya yang keras menindih dan mencengke-ram. Kukunya sedikit menancap ke kulit Al-nord. Alnord mengerang-erang, tersiksa oleh beban

sebagian tubuh naga yang membuatnya sesak napas, ditambah dengan luka di dadanya. Naga itu mendongak dan mengembuskan api

kemenangan lalu menekuk lehernya sehingga mata Alnord bertemu dengan mata kuningnya. Naga itu memandangi, meneliti tubuh, menje-

lajahi mata Alnord, dan menemukan bayangan seperti dirinya yang melingkari pupil mata ka-nan Alnord. Naga itu mengedipkan kelopak dalamnya. Lalu, ia mendongak, melepas cengke-raman, mengembangkan sayap, dan terbang

Page 330: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

330

berbalik. Alnord duduk dan memegang dadanya yang terluka. Ia berhenti tak jauh di depan, menghadap

Alnord, dan menatapnya. Ia meraung, mendongak, dan mengembuskan bola api yang sangat besar. Seakan sebuah bom meledak di rahangnya. Sayapnya terkembang lagi. Ia ter-bang rendah, dekat sekali dengan lantai. Ia menganga, memperlihatkan taring-taringnya yang seperti parang. Dardyl menutup mulut dan memekik. Bahkan Alnord sendiri pun tak berani melihat.

Tangannya terlipat di depan mata. Naga itu mendekat dan semakin dekat, siap menelannya bulat-bulat.

Page 331: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

331

14

Pemakaman

Kasih Sayang

Embusan angin menguat saat naga itu semakin dekat. Ujung baju dan rambut Alnord melambai ke belakang. Naga itu tak menelannya, tak me-nyakitinya sama sekali, menyentuhnya pun ti-dak. Di sekelilingnya ada selubung merah berbentuk lingkaran dan cembung. Puncak cembungnya tepat di moncong naga, sedangkan ujung selubungnya berada di belakang naga tersebut. Perlahan-lahan bagian tubuh naga itu menghilang saat melewati selubung. Sekejap kemudian, naga itu benar-benar hilang dari pandangan dan kenyataan. Alnord membuka mata. Darahnya terasa ber-

desir ketika ia sadar ia selamat. Ada yang aneh di tubuhnya, ada yang berubah. Mata dari bayangan naga yang melingkari pupilnya menya-la. Seakan-akan naga itu berdekam di dalam bayangan tersebut. Dardyl membantunya berdiri. Ia bangkit

seraya menahan perih di seluruh tubuhnya lalu memasukkan kembali liontin ke kantung celana.

Page 332: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

332

“Kenapa naga itu hilang dan ada selubung yang aneh tadi?” kata Dardyl. “Aku enggak tahu, tapi aku merasa—,” Al-

nord menelan ludah, tak yakin dengan yang akan diucapkannya. “Kau merasa apa?” tanya Dardyl tak sabar.

“Aku merasa naga itu masuk ke tubuhku,” kata Alnord. Dardyl berjengit lalu tiba-tiba pandangannya

mengosong. Ia memandang datar lurus ke de-pan, ke belakang Alnord. Ia menunjuk ke arah yang ia maksud. Alnord berbalik dan terbelalak antara terkejut dan kagum. Ujung lantai yang hampir menelannya hidup-

hidup ternyata bukan sebuah jurang, melainkan sehamparan lantai. Cahaya yang meneranginya berasal dari obor-obor yang menyala dari dua patung naga besar yang bertengger di kedua sisi, menyulut api ke tengah ruangan. Tiba-tiba lantainya bergerak. Dardyl

mendesah panik. Lantainya terbelah di bagian tengah dan tiang batu tempat telur emas itu berputar mundur. Setelah lantai berhenti berge-rak muncul tangga menuju lantai bawah. Alnord menoleh ke Dardyl.

Page 333: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

333

Dardyl mengangkat bahu. “Mau gimana lagi? Kita udah terlanjur di sini,” kata Dardyl, mem-beri persetujuan. Keadaan lantai bawah tak jauh berbeda den-

gan lantai atas. Alnord tak begitu peduli karena yang menjadi pusat perhatiannya kali ini adalah dua buah makam tepat di tengah. Dua makam itu dikelilingi kolam dengan kelopak bunga Et-na mengapung dan menutupi seluruh permu-kaan kolam. “Semoga makam itu kosong.” Dardyl

bergidik. “Pertanyaannya tuh makam siapa itu?” kata

Alnord tanpa memalingkan pandangan dari makam itu. Mereka mendekat. “Aku bingung sama naga itu, dia makan apa

sih?” Dardyl meracau. “Bahkan kotorannya aja enggak ada.” Ia mendongak dan memerhatikan ornamen-ornamen gua yang berkilauan ditempa cahaya api. “Hei, tunggu!” seru Dardyl terting-gal seraya mengernyit memandang sekeliling. Alnord melewati jembatan batu yang

melintang di atas kolam dan mendekati salah sa-tu makam tersebut. Ia meraba-raba tiap ukiran-ukiran makam yang terbuat dari keramik itu. Hanya ukiran tumbuh-tumbuhan dan bunga Etna, tak ada ukiran berbentuk hewan atau yang

Page 334: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

334

lainnya. Sepertinya warna asal makam itu putih, tetapi karena umur dan keadaan sekitar, makam itu terlihat kumal dan sangat berdebu. Alnord menyeka debu yang menutupi seluruh

permukaan makam, menciptakan kepulan yang membuat Dardyl terbatuk-batuk. “Ngapain sih?” kata Dardyl. “Mending kita

bangunin raja.” “Cari tahu orang dalam makam ini,” kata Al-

nord, seraya memosisikan tubuhnya seperti in-gin mendorong sebuah pedati. Dardyl tak setuju. “Bukan ide bagus,

menurutku.” “Diam deh, mending bantu aku.” Alnord sulit

mendorong tutup makam yang ternyata jauh lebih berat didorong daripada camelion yang sedang malas. Dardyl menolak seraya menyidekapkan tan-

gannya. Alnord mengerang dan tiba-tiba berteriak his-

teris seperti kesakitan. Ia mengerang keras. Dardyl tersentak. “Kau kenapa?” tanya Dardyl meyakinkan di-

rinya Alnord hanya bercanda. Alnord menggila. Ia berteriak lantang. Seakan

teriakan itu disebabkan oleh kesakitan yang luar biasa hingga membuatnya jatuh terduduk tak

Page 335: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

335

sanggup menahan rasa sakit itu. Entah yang ter-jadi pada dirinya. Ia menoleh ke Dardyl. “Tadi kau bilang enggak apa-apa.” Dardyl

menghampiri Alnord. Mata Alnord memutih seluruhnya dan di bola

mata kanannya, bayangan berbentuk naga itu merah menyala. Alnord menjulurkan tangan, meminta perto-

longan Dardyl. Dardyl menyambutnya dan cemas menatap. Ini sama sekali tak pernah ada di pikiran Dardyl, bahkan di khayalannya. Ia sama sekali tak tahu yang harus ia lakukan. Api yang memancar dari patung naga membe-

sar lalu sekeliling mereka berpendar, berputar-putar dalam balutan warna emas dan merah api. Alis Dardyl mengernyit ke atas. Mereka seperti berada di tengah puting beliung. “Ada apa sih?” tanya Dardyl kalut menatap.

Mata Alnord belum kembali pulih juga. Sekeliling mereka mulai berputar pelan. Pen-

darannya memudar. Dardyl menyadari bahwa mereka tetap di tempat. Mereka hanya berpin-dah posisi. Mereka kini menghadap makam. “Kau yang buat barusan?” tanya Dardyl. “Emang ada apa barusan?” tanya Alnord, lin-

glung. Bayangan naga di mata Alnord meredup dan matanya menormal.

Page 336: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

336

Ia memegang pelipis dan berusaha berdiri. Dardyl membantunya. “Entahlah, matamu memutih terus—,”kata

Dardyl, tetapi terpotong sebuah suara. Sebelumnya di sana tak ada orang. Mereka me-noleh ke arah suara tersebut. Perlahan muncul, awalnya tembus pandang lalu pekat, seorang le-laki berwajah panjang, berjanggut kasar, memakai jubah, bermahkota penuh batu rubi di kepalanya. “—kenapa kau tak mau kusembuhkan,” kata

lelaki itu. “Kayaknya dia yang namanya Aracruz,” kata

Alnord. Lelaki itu berlutut menghadap makam terse-

but. Ia memegang erat tangan wanita yang ber-baring di dalamnya. Seakan tak ingin lepas se-lamanya. “Aku membutuhkanmu, Etna” kata Aracruz. Sang lelaki menjorokkan tubuhnya, mendekati

Etna. Tangannya menyala merah seakan sedang menghangatkan tubuh pucat wanita itu. Itu tak berguna. Etna telah membeku. Ia mengeluskan tangan Etna di pipinya. Hanya kebekuan yang ia rasakan. Ketika Aracruz melepas tangannya, tangan

Etna terkulai. Aracruz menyorongkan tubuh-

Page 337: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

337

nya, mendudukkan Etna dan memeluknya erat-erat. Mereka bergidik. Alnord tahu dialah orang

yang dicari-cari selama ini, tetapi masih tak tahu alasan kristal Aracruz begitu diinginkan. Ia pun tidak tahu tempat Aracruz berada sekarang dan masih hidup atau tidak. Cukup lama Aracruz memeluk Etna dalam

kedukaannya. Ia mencium kening lalu memba-ringkan tubuhnya kembali ke dalam peti. Ara-cruz menggeser penutupnya perlahan dan terkadang berhenti sejenak hanya untuk memandangi Etna. Terkadang berhenti lama seakan tak sanggup melakukannya. Mereka terpisah ketika peti benar-benar tertutup rapat. Lalu, ia berbalik menghadap tangga. Alnord menghampirinya. “Tuan Aracruz.” Alnord menyorongkan

tangan dan terkejut saat mendapati tangannya menembus Aracruz. Ia memandangi tangannya, memeriksa ada yang salah dengan dirinya atau tidak. Dardyl menghampiri. “Aku rasa mereka enggak nyata, kayak sebuah

ingatan.” Alnord memandang Dardyl yang tak menjawab satu kata pun.

Page 338: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

338

Aracruz mendekati tiang batu dengan Telur Emas di atasnya. Mereka menyusul untuk meli-hat lebih dekat. Ia menekan kutub utara Telur Emas tersebut dan memutarnya. Telur Emas itu terbelah menjadi lima dan memancarkan cahaya emas yang langsung menyebar ke seluruh pen-juru istana hanya dalam per sekian detik. Mereka melindungi mata dari kesilauan cahaya

itu. Setelah tak terlalu silau, mereka berdua ter-pukau dengan cahaya kemilaunya. Warna emasnya berpendar dengan cahaya kemerahan dari lahar. Sebagian terang, sebagian redup, bergelombang, memantul di ornamen gua yang tembus pandang dan sebagian terbias menjadi lebih banyak warna. “Indah,” kata Dardyl, terkesima. Aracruz mendekatkan tangan ke dada, hening

dan terpejam lalu menarik tangannya. Kini ada cahaya merah berkilauan yang berpendar den-gan cahaya emas, menjadi warna jingga seperti langit sore. Cahaya merah itu berasal dari kristal yang melayang-layang di telapak tangan Ara-cruz. Ada sedikit bagian yang patah dari kristal itu. Kristal itu tetap indah walau tak sempurna. Alnord menurunkan tangan. Ia berusaha

membiasakan diri dalam cahaya yang terang karena ingin melihat yang sedang Aracruz laku-

Page 339: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

339

kan. Aracruz menaruh kristal itu di atas Telur Emas. Kristal itu melayang. Lalu, seketika angin besar meniup Aracruz. Rambut dan jubahnya berkibar ke belakang. Angin itu sangat kuat hingga menggeser pijakan kakinya. Kristal Ara-cruz berputar-putar cepat dan acak. Sinarnya memancar-mancar tak menentu seperti lampu sorot yang digerakkan. Dari dalam kristal itu keluar cairan merah dan

melayang di sekelilingnya. Cairan itu menyebar dan perlahan membentuk sebuah tubuh lalu tangan, kaki, ekor, dan kepala. Alnord menya-dari saat bentuk itu hampir sempurna, saat ekornya dikelilingi tanduk tajam, dan tangannya bersayap, dan ketika mata bentuk itu kuning menyala. Kristal itu berubah bentuk menjadi seekor naga yang tadi menyerang mereka. Luka menganga di dada naga itu sudah terbentuk dari awal. Sesaat setelah naga itu dalam bentuk sem-purna, Telur Emas tersebut menutup dan men-gunci sendiri. Kemudian seketika cahaya emas itu padam. Mereka terperanjat. Mata mereka terasa sakit

ketika terang berubah menjadi gelap kembali. Tak ada kata yang keluar. “Jagalah kristalku karena itu nyawamu seka-

rang,” kata Aracruz. “Hanya aku, atau bagian

Page 340: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

340

dari diriku yang kuizinkan mengambil kristal itu kembali.” Kemudian ia berbalik dan berjalan menuju gerbang tanpa menoleh kembali. Naga itu mengembangkan sayapnya dan ber-

terbangan bebas. Alnord mengerang lagi. Ia menatap kedua te-

lapak tangan. Dardyl menoleh dan betapa terkejutnya ia saat

Alnord menatapnya dengan mata yang seluruh-nya memutih dan bentuk naga di mata kanan-nya menyala terang. Alnord jatuh terduduk, Dardyl menyentuh pundak Alnord, berusaha menenangkannya. Dardyl mual ketika melihat sekelilingnya mulai

berputar lagi dan berpendar seperti dua warna cat yang dicampur. Sekitar mereka terus berpilin sampai Alnord kembali tenang. Sampai matanya membiasa lagi. Alnord bangkit dengan napas terengah-engah.

“Aku kenapa sih?” katanya lemah. “Mungkin kau diberi tahu kejadian di sini,”

kata Dardyl. “Tentang identitas Aracruz sebenarnya dan tentang kristal Aracruz itu.” “Tujuannya ngasih tahu aku apa?” tanya Al-

nord seraya memungut pedangnya yang tergele-tak di lantai.

Page 341: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

341

Dardyl mengangkat bahunya. “Kayak yang kau bilang, jangan tanya aku, aku enggak tahu sama sekali.” Dari belakang mereka terdengar erangan. Alnord melihat dari bahu Dardyl. Dardyl

berbalik. Ihtizar berusaha bangkit dari ketidak-sadarannya. Mereka berlari ke arahnya. “Kami sudah dapat kristal Aracruz,” kata Al-

nord seraya mengangkat tangan kiri Ihtizar dan menyilangkannya di pundaknya, sedangkan Dardyl memangku tangan kanan Ihtizar. Mumbley datang dan memanjati tubuh Dardyl. “Masuk ke dalam bajuku, Mumbley, di situ

kau akan aman,” kata Dardyl. Seakan dapat mengerti bahasa Ablan, Mumbley menurut. Ihtizar merintih seraya berusaha bangkit.

Memar di perutnya membuatnya tak bisa bicara sesaat. Ia menarik napas. “Syukurlah kalian baik-baik saja. Di mana naga itu?” katanya. “Paman tak perlu tahu,” kata Alnord. “Yang

jelas kita tak sia-sia datang ke sini. Terima kasih Paman menyelamatkan kami.” Alnord tak men-ceritakan kejadian yang mereka alami. “Oh tidak, mungkin ayahku benar,” kata Al-

nord dengan suara yang sangat cemas, ia mem-percepat langkahnya. “Kita harus cepat keluar dari sini.”

Page 342: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

342

Dardyl panik dan menanyakan yang Alnord rasakan. Ia juga ikut berjalan cepat agar tetap sejajar, sedangkan Ihtizar merintih karena cu-kup kesulitan berjalan dengan perutnya yang memar. “Kita enggak boleh lambat,” kata Alnord.

“Lantainya bergetar!”

Page 343: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

343

15

Bangkitnya yang

Tertidur Lama

Lahar yang memancar dari patung-patung naga di sepanjang koridor mengalir semakin deras, bahkan sampai menghancurkan patung naga dan meretakkan dinding. “Lari secepat mungkin!” kata Ihtizar. Ia men-

dorong yang lain sambil memegangi perut. “Ka-lian tak perlu menungguiku.” “Tidak tanpa Paman.” Alnord membantah,

masih menopang Ihtizar, tetapi mempercepat langkahnya. Bunyi ledakan terdengar lagi dari belakang

mereka. Alnord menoleh. Dinding istana rubuh. Balok-balok dinding terlempar dari tempatnya semula. Reruntuhan melebar sepanjang koridor. Suara dentumannya beruntut. Langit-langit per-lahan jatuh. Mereka berlari zigzag untuk menghindari ser-

pihan-serpihan batu. Dardyl mendengus. Sangat sulit bagi dirinya untuk menopang tubuh Ihti-zar, berlari, dan menghindari reruntuhan langit-langit dalam waktu yang bersamaan.

Page 344: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

344

“Aku pikir aku menyusahkan kalian,” kata Ih-tizar. “Lebih baik lepaskan saja aku.” Alnord memelankan langkahnya. Tanpa

berhenti waspada agar tak terkena batu yang berjatuhan, ia menatap Ihtizar sedikit kesal. “Paman baru saja mengajari kami putus asa,”

kata Alnord. “Gerbang tinggal sedikit lagi. Kita hanya harus lebih cepat.” Ihtizar terdiam. Ia benar-benar merasa jadi

pemimpin paling tak berguna di seluruh Hel-don. Mereka berlari lebih cepat. Ihtizar dengan langkah yang terseok-seok berusaha menyama-kan tempo yang lain. Mereka tak sadar di sisi ki-ri sebuah pilar terlepas dari pancangnya dan ja-tuh ke arah mereka. Beruntung, Alnord melihat dari sudut ma-

tanya. Ia memperingatkan. Pilar itu rubuh di depan, menghambat. Bila meleset satu langkah saja, mereka jelas akan tertimpa. Mereka berkelok menghindari pilar dan terus

berlari hingga berhasil melewati gerbang. Sekali lagi dengan segala keberuntungan, saat mereka keluar, istana di belakang mereka runtuh total. Tak hanya meninggalkan debu yang menyebar, tetapi juga tekanan udara besar yang mendo-rong mereka. Mereka terlontar. Alnord enggan membayangkan keadaan di dalam istana.

Page 345: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

345

Goncangan semakin kuat. Rasanya seperti berjalan di atas bola licin. Tak tahu sepenuhnya waktu akan jatuh. Mereka berusaha menopang Ihtizar untuk bangkit kembali. Ini semakin sulit bagi Ihtizar. Sulit baginya untuk bernapas. Ia se-sekali terjatuh, tetapi akhirnya berhasil berdiri walaupun tidak kokoh. Alnord mengeluh ketika melihat bahaya di

depan. Goncangan tadi meruntuhkan salah satu pilar penopang jembatan, sebagian dari jemba-tan itu jatuh dan tenggelam dalam aliran lahar yang meluap marah di bawah. “Siap-siap lompat,” kata Alnord sembari me-

longok ke bawah seakan sedang mengukur ke-tinggian lalu mundur beberapa langkah. “Kau ngap—,” kata Dardyl, tetapi terlambat. Alnord berlari cepat dan melompat. Bila salah

perhitungan, ia akan jatuh. Dardyl lemas melihat Alnord melayang, tetapi nyatanya Alnord berhasil. “Tinggalkan saja aku, aku menghambat ka-

lian,” kata Ihtizar sangat pasrah, tanpa harapan tersisa di sela-sela kalimatnya. “Aku takkan bisa berlari dan melompat.” Ia mencengkeram perutnya yang semakin terasa melilit. Dardyl menoleh, sama putus asanya dengan

Ihtizar, tetapi di sisi lain, ia juga memiliki hara-

Page 346: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

346

pan sebesar milik Alnord untuk bertemu lagi dengan keluarganya. Alnord menatap Ihtizar tajam. “Paman

mengajari kami putus asauntuk kedua ka-linya.” Amarahnya meluap. “Apa Paman sa-dar?” Dardyl semakin bingung ia akan melompat

atau diam di tempat. Ihtizar menghela napas panjang. Ia mengang-

gap itulah embusan napas panjang terakhirnya. “Inilah yang kudapatkan atas semua yang sudah kulakukan pada rakyatku,” kata Ihtizar. “Keti-dakadilan, kekuasaan yang kugunakan semena-mena, hanya untuk kesenangan pribadi, me-nyimpulkan segala sesuatu dengan pikiran pen-dek dan tak berdasar. Aku tahu aku pantas mendapatkannya.” “Kita enggak punya banyak waktu,” kata Al-

nord. “Paman melompat atau kita akan tetap di sini, bertiga.” Ihtizar terperangah, merasa tertampar. “Aku tahu aku hanya seorang remaja tang-

gung yang enggak tahu apa-apa,” kata Alnord. “Hanya saja ayahku pernah bilang, harapan itu harus selalu ada. Harapan buat kita tetap berta-han hidup untuk menyusun harapan selanjut-nya. Jangan berhenti berharap kita akan selamat.

Page 347: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

347

Kalau memang ini waktu terakhir kita, seenggaknya kita dalam usaha buat mewujudkan harapan itu.” Wajahnya merengut ketika ia mengingat Antonum. Ia ragu akan bertemu lagi dengan keluarganya atau tidak, tetapi yang jelas dan pasti, ia masih berharap. “Aku ke sini berharap biar rencana mereka

enggak terwujud,” kata Alnord. “Dan aku mau pulang dengan harapan aku akan bertemu kem-bali dengan keluargaku! Dan aku berusaha keras buat harapan itu.” Patahan di jembatan semakin lebar. Mereka

mundur. “Cepat dong!” kata Alnord. Lahar mengalir deras di bawah, membanjiri

pulau kecil tempat penyangga jembatan terpan-cang, dan menabrak-nabrak penyangga dengan kepadatan dan suhu panasnya. “Kita harus hemat waktu!” kata Alnord. “Paman lebih dulu,” kata Dardyl. Ihtizar

mengambil ancang-ancang dan berlari secepat mungkin. Ketika ia melongok ke bawah, terlihat luapan lahar meletup seperti air yang dijerang. Jantungnya berhenti berdetak saat ia melayang. Wajahnya memucat.

Page 348: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

348

Alnord berseru senang saat Ihtizar berhasil berpijak di sisinya. “Sekarang giliranmu, Dyl!” teriak Alnord menyemangati. “Aku enggak yakin bisa,” kata Dardyl. Ia

menggeleng-geleng dan mundur selangkah. “Aku tahu kau bisa!” kata Alnord. “Kau bisa

berlari lebih cepat waktu kita diserang Archerry. Kau juga lebih kuat waktu kita berusaha buka pintu penjara. Aku yakin sekarang kau bisa lompat lebih jauh daripada aku!” Dardyl berlari kencang. Saat ia menolak ka-

kinya di ujung patahan, ia terpejam, berusaha tak menoleh ke bawah. Ia mengayunkan kaki dan tangannya ketika melayang di udara. Darahnya berhenti berdesir. Keringat dingin meluncur dari pelipisnya. Ia melayang, tetapi merasa jiwanya jatuh dan tenggelam dalam lahar. Saat ia membuka mata, yang lain berdiri di depannya dengan senyuman lebar. Tempat Dardyl berpijak runtuh. Napasnya

tersentak keluar. Ia sontak mengacungkan tan-gannya. Dengan cepat, Ihtizar meraih lengannya sebelum Dardyl terjerumus ke jurang lalu menariknya perlahan. Ihtizar mengembuskan napas panjang ketika

berhasil mengangkat Dardyl. Rasa sakit itu me-nyerang lagi. Ia merintih.

Page 349: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

349

“Paman masih bisa jalan, kan?” kata Alnord. Ihtizar mengangguk. Saat mereka menghadap jalan menuju pintu

keluar, sesosok kabut putih merayap menuju mereka. Sosok itu berubah bentuk jadi wujud yang sebenarnya, Aorn. Ihtizar mencabut pe-dangnya dan menantang kali ini. Aorn membentuk sebagian tubuhnya menjadi

kapak yang panjang lalu merayap maju. Ia men-gayunkan kapaknya. Ihtizar menahan serangan Aorn sambil menahan rasa sakit di perutnya. “Lari!” kata Ihtizar kepada mereka. Wajahnya

merengut ketika ia menahan serangan itu. Mereka ragu mengambil langkah. Ihtizar

memperingatkan mereka lagi. Mereka menyusu-ri celah di samping Aorn. Pandangan mereka mengabur ketika melewatinya. Mata mereka sayu seperti terbius. Ada perasaan ketakutan, kedinginan, dan kehampaan merasuki pikiran dan perasaan. Dardyl mulai melemah dan lambat berjalan. Alnord terbelalak, berusaha menyadarkan diri dan menarik Dardyl keluar. Mereka berhenti di mulut gua, memastikan Ihti-zar selamat. Ihtizar terus bergelut pedang dengan kapak

Aorn. Ia bertahan dan bergerak maju untuk memenggal kepala Aorn saat kapak makhluk

Page 350: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

350

tersebut hampir saja memotong tubuhnya. Ter-dengar puluhan dentingan dalam sesaat. “Penggal kepalanya!” seru Alnord mengin-

gatkan. Mereka menahan napas cemas. Tak ada yang

dapat mereka perbuat kecuali berharap Ihtizar selamat. Tangan Aorn berhasil terpotong tebasan pe-

dang. Ihtizar memanfaatkan kesempatan itu un-tuk menyusup ke sisi lainnya, sisi yang lebih de-kat dengan mulut gua. Seperti ekor kadal, kapak Aorn itu muncul kembali. “Di belakang Paman!” teriak Alnord. Ihtizar berbalik. Terlambat, ia belum mampu

bergerak reflek. Aorn tersebut membanting kapaknya. Pedang Ihtizar langsung terlontar. Tak ada kesempatan dan waktu untuk men-gambilnya. Seakan ingin memperburuk keadaan, gempa

semakin kuat, menjatuhkan kerikil-kerikil cukup besar dari langit-langit. Ihtizar hanya bisa berja-lan mundur perlahan ke mulut gua. Aorn mem-buka mulutnya. Taring dan liurnya terlihat jelas. Kabut di bawah menyelimuti kaki Ihtizar, me-nahannya agar tak lari. Ihtizar merasakan dingin yang hebat hingga membuat sendi-sendinya membeku dan sulit bergerak.

Page 351: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

351

Alnord mengambil batu sedang di sebelah ka-kinya dan menyesal tak melakukannya dari tadi. Ia melemparnya kuat-kuat. Batu itu tepat mengenai kepala Aorn. Perha-

tian Aorn itu teralihkan, tetapi hanya sesaat. Ia mengangkat kapaknya tinggi dan bersiap men-gayunkannya. Keadaan memburuk, gempa menguat. Langit-langit gua seperti akan runtuh. Stalaktit

yang tergantung di sana mulai berjatuhan. Aorn itu mengayunkan kapak, hampir mengenai leher Ihtizar. Tak ada lagi yang bisa mereka lakukan sebelum sebuah stalaktit jatuh membelah kepala Aorn yang langsung terburai jadi cipratan lum-pur menjijikkan. Ihtizar bernapas lega dan memungut pedang.

Yang lain menghampiri. “Aku harap enggak satu pun Aorn tersisa di

danau Nyos,” kata Alnord. Ihtizar menepuk-nepuk jubah, membuat de-

bunya berterbangan. “Ya, ki—” Ia terperosok. Alnord dan Dardyl memekik bersamaan. Jembatan itu runtuh seutuhnya, tetapi Ihtizar

masih sempat mengenggam bebatuan untuk bergantung. Pedangnya terlontar jatuh, berpu-tar-putar, dan tertancap kuat di sebuah pulau kecil di tengah-tengah sungai lahar.

Page 352: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

352

Alnord meletakkan Telur Emas lalu bersama Dardyl menjulurkan tangan. Ihtizar meraihnya dengan tangan yang bebas. Tepat saat itu, pe-gangan yang digenggam Ihtizar runtuh. Kini ia hanya bergantung kepada tangan mereka. Mereka berdua mengerang, tak kuat menahan.

Ihtizar meraih-raih batu sebagai pegangan. Na-mun setiap kali ia berhasil, batu itu luruh. Alnord terus menyuruh Dardyl menarik lebih

kuat karena tepian mulut gua mulai runtuh per-lahan. “Lepaskan tangan kalian!” kata Ihtizar. “Kami enggak mau kehilangan pemimpin!”

Alnord membantah. “Tanah ini rapuh, kalian akan ikut terjatuh!” Tanah yang mereka pijak mulai menggelusur

lagi. Ihtizar tahu mereka takkan melepas tangan mereka. Oleh karena itu, ia meluruskan telapak tangannya. Alnord memohon. Dardyl menarik Ihtizar le-

bih cepat dan lebih kuat. Hawa panas, ketaku-tan, dan kepanikan membuat tangan mereka berkeringat dan licin. Itu membuat Ihtizar harus menghitung mundur masa hidupnya. Tangan-nya mulai tergelincir. Mereka menggenggam pergelangan Ihtizar dan terus memohon. Tak berhasil, Ihtizar tetap mengorbankan dirinya.

Page 353: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

353

Tanah semakin menggelusur. Dardyl menge-rang panik. Alnord menatap Ihtizar dalam dan menggeleng pelan. Ia memohon dan terus menarik. Waktu seolah berjalan pelan saat itu. Semuanya bagaikan gerakan lambat di mata mereka. Ia tak percaya akan yang sedang terjadi. Semua terasa kosong di matanya, terasa seperti mimpi buruk, dan ia berharap akan dibangunkan. Pikiran mereka berkecamuk hebat dan menjauh. Lalu, semuanya seakan menghi-lang. Kosong. Alnord menjeritkan penolakan. Dardyl terpejam, mengguratkan ketidaksiapan. Perut mereka mual. Ihtizar jatuh. Dardyl berpaling, tak mampu melihat kema-

tian seseorang. Ia bangkit, Alnord masih mengerang. Dardyl menarik bahu Alnord untuk berdiri. Alnord membanting bahunya, menolak. “Kita harus cepat-cepat keluar dari sini!” kata

Dardyl. “Aku juga ngerasain kayak yang kau rasain. Dia berkorban biar kita selamat, kau mau pengorbanannya sia-sia ya?” Alnord berdiri, menghadap Dardyl, dan

menudingnya. “Itu salahmu! Kau enggak narik dia kuat-kuat!”

Page 354: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

354

“Dan akan jadi salahmu nanti kalau kita ber-dua mati di sini!” balas Dardyl. “Sekali ini, den-gar aku!” Guncangan menguat. Dardyl menarik tangan

Alnord dan mereka berlari menghindari setiap reruntuhan yang hampir menimpa mereka dan menghalangi jalan. Terlihat di beberapa titik, dinding gua longsor. Alnord menarik Dardyl saat runtuhan hampir menghantam mereka, tanpa berhenti berlari. Mereka terus menyusuri lorong gua yang ber-

kelok-kelok, naik turun. Sekeliling terdiam, be-nar-benar hening. Mereka berhenti untuk men-gambil napas dan meredakan detakan jantung. Keringat mereka mengucur. Pintu keluar sudah dekat. Hanya tinggal satu

kelokan dan mereka akan sampai di permukaan dengan selamat, tetapi mereka terlalu lelah untuk berlari lagi. “Gem—pa ini be—nar-benar ber—henti k-

kan ya?” kata Dardyl. Ia hampir tak kuat berdiri dan menopang tubuhnya sehingga menyentuh dinding lorong dan sesaat menarik tangannya lagi. “Panas sekali.” Ia mengibas-ngibaskan tan-gannya yang sedikit melepuh. “En—tah—lah,” engah Alnord.

Page 355: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

355

Guncangan itu berubah menjadi getaran-getaran kecil yang dengan misteriusnya mem-bingungkan, tak terlalu membahayakan, tak membuat panik, tetapi setelah itu terdengar sua-ra gemuruh yang sangat keras. Perlahan bibir Dardyl menekuk dan alisnya

mengerut. Alnord bergerak masuk satu langkah untuk

melihat yang sedang terjadi di dalam sana. Suara gemuruh itu semakin dekat. Alnord terbelalak melihat sesuatu di depannya dan berteriak menyuruh Dardyl berlari. Dardyl baru mengerti saat menoleh ke belakang. Mereka memperce-pat langkah mereka. Dardyl berteriak panik. Lahar di belakang mereka mengalir cepat,

memantul-mantul di dinding, menyembur he-bat, meletup-letup merah kehitaman, menyapu seluruh kristal yang bertebaran di dinding gua. Mereka berbelok di tikungan terakhir dan

berhasil mencapai tangga. Aliran lahar semakin dekat di belakang mereka. Saat anak tangga per-tama mereka pijak, pintu gerbang terbuka per-lahan. Mereka semakin mempercepat langkah, dua terkadang tiga anak tangga mereka lompati. Alnord melompat, menjauh dari lubang tang-

ga saat ia sampai di permukaan. Dardyl jatuh terduduk dan tepat sesaat sebelum pintu kem-

Page 356: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

356

bali tertutup, lahar itu mengalir di bawah mere-ka, sedikit lahar mencuat ke permukaan. Dardyl menjerit panik, menarik kakinya dan bergerak mundur dengan tangannya karena semburan kecil itu hampir mengenai kakinya. “N-nyaris,” engah Dardyl lega. “Cepat pergi dari situ,” kata Alnord yang kini

sudah berada di luar Taman Batu. Dardyl bangkit dan menghampiri. Mereka

terperanjat saat menatap pegunungan Merope di depan mereka. “Ini nyata ya?” kata Alnord dengan tatapan

mata kosong. Dardyl hanya terdiam. Lahar meletup-letup, menyeruak keluar dari

puncak pegunungan Merope. Asap meluap-luap, mengepul memenuhi udara. Gelap pekat. Cairan kental merah kehitaman itu memuncrat lancar lalu mengalir pelan, berkelok-kelok, me-nyusuri lekukan gunung menuju permukiman penduduk. Istana Ablahar tetap terlihat kokoh walaupun dikelilingi aliran lahar yang tak dike-tahui seberapa panasnya. Abu mulai menutupi tanah dan menghujani mereka. Suara desisan terdengar dari belakang mereka.

Dardyl menoleh. Ia merengut mendengar para Aorn meraung-raung perih. Terlihat asap mengepul dari permukaan danau Nyos. Itu bu-

Page 357: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

357

kan wujud kabut Aorn, tetapi air danau yang menguap. Aorn terperangkap di dalam dan ter-panggang. “Enggak ada jalan keluar buat kita,” kata Al-

nord. Dardyl putus asa melihat sekitarnya. Aliran lahar mengalir di sekeliling danau. Dari

puncak sampai tanah yang mereka pijak lebih tinggi daripada sisi kanan dan kiri sehingga lahar itu tak mengalir ke mereka. Lebih lagi ada batu besar yang menghalangi jalannya lahar di atas. Pohon-pohon baik yang sudah tumbang maupun masih berdiri terbakar. Cara mereka sa-tu-satunya untuk keluar adalah berenang melin-tasi danau. Namun, itu sama sekali bukan pili-han yang tepat, bahkan bukan merupakan kepu-tusan yang baik untuk diambil. Alnord terdiam tak bisa berpikir. Dardyl duduk lemas. Puncak Vius meledak. Lahar yang memancar

semakin banyak. Dengan volume seperti itu, sungai lahar meluap dan melewati batu yang se-jak tadi menghalangi jalannya. Kini lahar itu mengalir menuju mereka. Hujan abu semakin deras. “Kita enggak bisa ngapa-ngapain lagi kali ini,”

kata Dardyl. Rambutnya menjadi abu-abu. “Ini waktu terakhir kita.”

Page 358: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

358

“Aku heran,” kata Alnord, seraya menjatuh-kan tubuhnya di sisi Dardyl. Dardyl hanya ter-diam. Wajahnya tenggelam dalam sedekap tan-gannya. Alnord memandang lahar. Muncratannya sea-

kan takkan pernah berhenti. Walaupun sedikit terhalangi pohon-pohon yang masih berdiri, le-tupan lahar itu tetap terlihat mengerikan. “Aku heran yang selama ini aku pikir benar

atau salah,” kata Alnord. “Aku bingung harus menyesal atau marah. Aku cuma mau mencegah rencana mereka. Aku takut banget waktu tahu semuanya, tapi yang aku lakukan malah buat

raja” ucapannya terhenti. Tubuhnya bergetar. Alnord terdiam. Dalam hati ia masih berharap

mereka bisa selamat dan kembali ke rumah. Ke-terdiaman mereka menciptakan keheningan. Mereka seolah tak mendengar suara letupan-letupan lahar yang memancar dan mengalir dengan lancar. Yang mampu mereka dengar hanya suara hati mereka, hati yang menginginkan rumah dan keluarga. “Kita harus ngapain nih sekarang?” tanya Al-

nord. Dardyl mengangkat kepalanya. “Aku enggak

tahu. Tapi yang aku lakukan sekarang, ingat-ingat lagi semua kenangan indah sama keluarga.

Page 359: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

359

Mungkin kita bisa ingat hal lucu?” Ia berujar tanpa menoleh ke arah Alnord. “Aku juga ingat waktu kau dimuntahi gorgan, wajahmu terlihat bodoh.” Alnord tertawa pelan. “Kadang keingintahua-

nku buat aku bertindak bodoh,” kata Alnord. “Seperti yang telah terjadi ini.” Ia menunduk. Mumbley muncul dari kerah baju Dardyl.

“Hai Mumbley,” kata Dardyl. Tupai itu turun, berdecit panik, dan bersembunyi di dekapannya. “Kau enggak perlu takut. Kami ada di sini,”

kata Alnord seraya mengangkat Mumbley dan melindunginya dalam pelukan. Ia memandang mata kecil yang terlihat cemas itu. “Kau hanya perlu siap.” “Ini saatnya. Mungkin kau mau bilang kata-

kata terakhirmu?” kata Dardyl. “Tenggorokan-ku terlalu sakit untuk tertawa terakhir kalinya.” Dardyl tertawa serak, sedangkan Alnord tertawa pelan penuh keterpaksaan. Lalu, mereka tenggelam dalam keterdiaman. “Aku sebenarnya iri sama kau,” kata Alnord.

“Apalagi waktu kau sekeluarga pergi setahun buat datang ke banyak tempat, sedangkan ayahku cuma bisa berjanji.” “Aku juga iri,” kata Dardyl. “Kau bisa bebas

melukis sebanyak yang kau mau. Bahkan semua

Page 360: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

360

suka lukisanmu. Ibuku benci sekali kalau aku bantu dia memasak. Makanya aku malas dengar ceritamu tentang lukisan.” “Aku juga malas dengar perjalananmu.”

Alnord tersenyum geli. “Aku ingat waktu Madden mengejekmu terus-terusan. Kau nangis dan enggak mau keluar rumah. Itu waktu kau baru datang ke Elberg kan?” “Dan kita berteman karena diejek orang yang

sama,” kata Dardyl. “Kita udah berteman selama delapan tahun ya.” “Hampir aja pertemanan kita rusak kemarin,”

kata Alnord. “Aku tahu aku udah bersikap salah selama ini. Pasti enggak enak selalu didiamin. Aku sadar ternyata aku yang salah, buat semua ini terjadi.” Ia menoleh ke arah Dardyl dan menunggu

tanggapannya, tetapi Dardyl tetap diam dalam posisinya. Alnord menghela napas penyesalan. “Ya, aku yang masukin kau dalam situasi bahaya ini dan sebelum semuanya jauh terlambat, mungkin kata-kataku ini enggak akan cukup bayar semua yang udah aku lakukan. Enggak ada gunanya juga kalau kau nerima, semua eng-gak akan kembali ke awal. Bahkan kau belum

tentu mau nerima. Tapi, yang jelas,” Alnord

menghirup napas panjang, “aku cuma mau

Page 361: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

361

minta ma,” kata Alnord, tetapi terpotong. Terdengar suara erangan sekilas. Alnord bangkit. “Kau dengar yang aku den-

gar?” Ia menoleh tajam ke arah Dardyl. “Aku dengar yang kau dengar,” jawabnya.

Dardyl bangkit. Mereka berlari menuju suara arah tersebut. “Aku harap itu jenis hewan yang bisa kita

tunggangin,” kata Dardyl di sela-sela napasnya. “Yang bisa terbang.” “Suara itu berasal dari sini,” kata Alnord, ber-

putar-putar mengamati pohon-pohon yang mati berdiri dan yang tumbang. Alnord melihat gerakan sekilas lalu berlari ke

arahnya. Entah ia harus mengucapkan terima kasih pada alam atau harus menyesal saat ia mendapatkan wujud sebenarnya dari bayangan tersebut. “Camcam?” kata Dardyl. Puncak Vius meletus lagi, melipatgandakan

volume lahar yang tumpah. “Kita enggak akan selamat!” pekik Dardyl. Unggas besar itu mengerang. Kakinya tertim-

pa sebuah pohon. Camcam terlihat tak berdaya. Alnord menghampiri dan berusaha menggeser batang pohon itu sekuat tenaga, tetapi ia tak cu-

Page 362: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

362

kup kuat melakukannya. Alnord meminta bantuan Dardyl. “Aku ragu itu akan berguna buat kita!” kata

Dardyl. “Seenggaknya ini berguna buat dia!” Dardyl menghampiri Alnord dan membung-

kuk di sebelah Camcam. Mereka mendorong gelondong pohon tersebut, mendesah, berpe-luh, bersusah, tetapi tak ada hasilnya. Pohon itu tetap bergeming. “Enggak ada lagi harapan, Kita akan mati!”

bentak Dardyl. “Kita akan mati!” Dardyl jatuh terduduk. “Kita akan mati,” katanya pelan. Alnord tak menghiraukan ucapan itu dan te-

rus mendorong batang pohon tersebut. Ia me-ronta kepayahan, keringatnya mengucur bebas. “Selalu ada harapan,” pekiknya disela-sela erangan. “Selalu ada harapan.” “Terus Camcam bisa buat harapanmu

terwujud?” bentak Dardyl. “Aku enggak tahu,” katanya pelan. Ia

beringsut merosot lemas. Camcam mengerang lagi. Letupan lahar ter-

dengar semakin keras. Mereka terdiam. “Kalian?” Bagnan muncul. Di belakangnya

berjejer para Archerry.

Page 363: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

363

Alnord bersorai memanggilnya. “Kalian bisa kan ngeluarin kami dari sini?” Bagnan diam, “Aku takut aku tak mampu, Al-

nord.” “Jadi—.” Ia tak melanjutkan ucapannya. “Ke-

napa kalian masih di sini?” “Aku menunggu kalian keluar di taman batu,”

kata Bagnan. “Tapi, letusan itu membuatku ha-rus menyelamatkan para hewan yang tertinggal. Tanpa sadar kami sudah terkepung di sini.” “Tolong angkat pohon ini, Bagnan,” kata Al-

nord. Bagnan menjulurkan sulur dan dengan mudah

mengangkat pohon itu sejauh mungkin. Ia me-naruh batang pohon tersebut pelan-pelan, se-perti seseorang yang mengasihi jenazah saha-batnya. Camcam mengerang lemah. Letusan kembali terdengar dan lahar semakin dekat. “Maaf, aku lupa,” kata Bagnan. “Seharusnya

aku memperingatkan kalian pegunungan ini akan meletus, walaupun aku tak tahu waktunya. Para hewan sudah mengetahuinya lebih dulu dan mereka keluar hutan kemarin. Kalian pergi-lah, tunggangi camelion itu. Lahar itu akan menghancurkan kita semua kalau kalian tak ce-pat-cepat.” Alnord ragu.

Page 364: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

364

“Biar dia yang akan menjawab keraguanmu,” kata Bagnan. Ia dan para Archerry mendekati lahar dan berjejer. “Waktu kalian terus me-nyempit.” Dardyl membantu Camcam bangun. Unggas

besar itu masih lemah untuk berdiri. “Aku bah-kan enggak yakin dia bisa berlari,” kata Dardyl. “Kalian mau ngapain?” tanya Alnord kepada

para pohon. “Kami akan menahan lahar sebisa kami,” kata

Bagnan. “Sampai kami yakin kalian selamat.” “Kalian benar-benar enggak bisa pergi dari

sini?” Alnord menolak. “Tak ada jalan bagi kami,” kata Bagnan.

“Kami harus melindungimu untuk membalas jasa darah yang mengalir di tubuhmu.” Camcam kini berdiri. Lahar semakin dekat. “Ayah?” tanya Alnord. “Antonum

Mendelev?” “Jiwa seseorang yang menumbuhkan keluar-

gaku di hutan ini jadi aku tak sendiri dan kesepian,” kata Bagnan. “Ia begitu sayang kepada alam di sekitarnya, jiwa yang bijaksana, jiwa yang adil. Matamu yang mengingatkanku padanya sejak kali pertama aku memandangmu. Saat itu aku berjanji selalu melindungimu bila kau berada di dalam hutan ini. Tubuhmu berisi

Page 365: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

365

sebagian jiwa Aracruz. Itulah rahasia yang ada di dalam matamu. Aracruz adalah ayah kandungmu.” Alnord tersentak, tetapi tak punya cukup wak-

tu untuk membahasnya. Lahar sampai tepat di belakang mereka. “Oh, ini waktunya, kalian pergi!” kata Bagnan. Alnord memohon Bagnan agar tak melakukan

itu. Lahar itu mulai membakar bagian tubuh me-

reka. Bagnan mengeluh pelan, tetapi menahannya. Begitu juga dengan yang lain, tak ingin menunjukkan rasa kepedihan yang mereka rasakan. Mereka berhasil, lahar itu tertahan wa-laupun mungkin hanya sesaat. “A-aku hanya i-ingin kau menyim-p-pan i-ni,”

kata Bagnan sembari menahan rasa perih yang membakarnya. “Ta-nam sa-at kau per-lu.” Sulur Bagnan merayap mendekatinya. Ia tak

mampu mengangkatnya. Sebuah benih terikat di ujung sulur tersebut. Alnord menaruh benih itu di saku celana bersama liontin Aracruz. Terden-gar ledakan paling besar dari puncak pegunun-gan. Ledakan itu mengamblaskan sisi gunung yang menghadap mereka. Awan vulkanik raksa-sa menggulung, merayap menuju mereka. Dardyl dan Camcam mendekat.

Page 366: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

366

“Kalian harus cepat p—,” Bagnan tak bisa meneruskan kalimatnya. Jiwanya terlalu cepat pergi sebelum ia selesai berbicara. Bagnan terbakar seluruhnya. Alnord memekik. “Cepat naik!” kata Dardyl, seraya merenggut

tangan Alnord. Alnord melompat naik ke punggung Camcam

dan dengan cepat menjulurkan tangannya untuk membantu Dardyl naik. Ia melirik awan vulka-nik yang merayap seperti Aorn hitam raksasa. Alnord menyodorkan Telur Emas kepada

Dardyl yang langsung memasukkannya ke baju, membuat Mumbley berdecit protes. Ia menarik bulu leher Camcam, membuatnya mengerang dan berjalan meskipun sangat pelan. Dardyl panik ketika memandang ke belakang.

Awan vulkanik semakin cepat mengejar mereka. “Dia akan menjawabnya,” gumam Alnord. “Gimana kita bisa percaya dia?” Kepanikan

Dardyl memuncak. Camcam mulai berlari, melaju cepat, terus

berlari. Begitu pula awan vulkanik di belakang mereka yang kini hanya ratusan meter dari me-reka. Secepat itu, jarak mereka bisa ditempuh hanya dengan waktu singkat. Semakin dekat

Page 367: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

367

dengan danau, semakin cepat derap Camcam, serta semakin lantang raungannya. “Kita akan tenggelam!” kata Dardyl. Alnord terdiam, Camcam tak memberi mere-

ka jawaban. Dardyl menoleh lagi ke belakang. Awan vul-

kanik kini hanya berjarak puluhan meter. Ia mengerang dan terpejam saat mereka hampir sampai di tepi danau. Desiran angin menerpa wajah mereka. Mereka

memasuki alam hitam dinaungi asap pekat, alam yang seharusnya indah dan selalu ditiup angin. Namun, mereka masih dapat merasakan desiran darah, embusan napas, dan detakan jantung. Mereka selamat, tak terluka sedikit pun. Mereka tak tenggelam di dalam danau Nyos. Mereka ju-ga tak terpanggang awan panas yang terus men-gejar mereka tadi. “Kita selamat!” Alnord bersorak, dengan sua-

ra yang berusaha mengalahkan keributan di se-keliling mereka. “Buka matamu!” Dardyl tak percaya akan hal yang ia lihat seka-

rang. Mereka tak dekat dengan tanah, tetapi de-kat dengan langit. Mereka terbang! “Sudah kubilang camelion itu bisa terbang!”

kata Alnord. Dardyl bersorak selantang yang ia mampu.

Page 368: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

368

“Inilah jawabannya!” kata Alnord. “Dia bisa selamat dari serangan para Aorn pasti karena dia bisa terbang!” “Lalu, kenapa yang lain enggak selamat?”

tanya Dardyl. Alnord menghela napas, mencari jawaban.

“Itulah hukum rimba. Yang kuat yang me-nang.” Camcam terus mengepak-ngepakkan sayap,

menyusuri udara. Alnord menarik bulu leher di bagian kanan, membuat Camcam menukik ta-jam ke kanan. Mereka terbang menuju desa El-berg meskipun mereka tak tahu keluarga mereka selamat atau tidak. Alnord menekan kepala Camcam saat samar-

samar melihat danau Elberg di bawah. Mereka menukik, seperti elang yang sudah menentukan mangsa. Dardyl mengecap takjub. Mumbley ke-luar dari bajunya dan berdecit senang. Mereka mendarat dengan sangat mulus.

Langkah kaki Camcam begitu empuk mendarat di tanah. Alnord menarik-narik bulu leher Cam-cam, mengarahkannya ke rumah mereka yang sejak itu setengah hancur, dinding luruh, atap runtuh. Alnord melompat turun. Ia langsung berlari

masuk ke rumahnya, mencari Ember dan Char-

Page 369: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

369

lom. Dardyl berbelok ke rumahnya. Kerinduan mereka tak dapat terbendung lagi. Sayangnya, rasa rindu mereka bercampur dengan kekhawa-tiran. Alnord berteriak memanggil nenek dan

pamannya seraya berlari-lari ke setiap ruangan dengan harapan akan menemukan keduanya da-lam keadaan selamat tanpa kekurangan satu hal pun. Ia juga memanggil Wolly, tak ada salakan. Ia terus mencari, berulang-ulang, memastikan setiap sudut rumah, terkadang membongkar runtuhan. Mereka berdua tak ada. Wajah Alnord memias. Harapannya sirna. Ia

benci perasaan itu. Ia benci perasaan akibat ha-rapan yang tak terwujud. Ia masuk ke kamarnya dan mendekati lemarinya lalu membuka kotak lalu menaruh benih dari Bagnan dan liontin Aracruz di dalamnya. Ia membuka laci baju, mengaduk-aduk, dan mencari baju hangat dari Ember. Namun, yang ia temukan hanya suling hadiah tahun lalu. Ia menatap dalam-dalam benda tersebut dan memasukkannya juga ke ko-tak lalu mengaduk-ngaduk lagi isi lacinya, mem-bongkar seluruh laci di lemarinya, dan mengelu-arkan seluruh isinya. Baju hangat itu pun tidak ada.

Page 370: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

370

Seseorang berteriak memanggilnya dari luar. Ia menyambar kotak itu dan menghampiri sumber suara tersebut. “Yah!” teriak Alnord, terharu, ia berlari dan

memeluknya dengan erat. “Di mana yang lain?” “Ayah tak tahu,” kata Antonum. “Mungkin

mereka sudah menyelamatkan diri. Kita harus cepat pergi dari sini, luapan lahar semakin bu-ruk.” Alnord berdesir saat Antonum menyebutkan

kata ayah. Perasaan yang sangat tak enak.karena dulu ia pernah marah kepadanya padahal bukan anak kandungnya. Ia merasa bersalah, tetapi memendamnya untuk sementara waktu. Ia tetap tak menepis saat Antonum merangkul bahunya untuk membawanya keluar. “Ayah mendengar kabar gejala bencana ini

semakin jelas,” kata Antonum. “Tiga hari lalu mereka berangkat meyakinkan raja sekali lagi. Ayah khawatir sekali dan memutuskan ikut ke-mari, sayangnya terlambat.” Dardyl mendekat. “Mereka enggak ada di

rumah. Kau gimana?” “Sama,” kata Alnord. Sebuah salakan mengagetkan mereka. Keti-

ganya menoleh ke arah sumber suara tersebut. Wolly berlari, tanpa api di tubuhnya. Ia sendiri,

Page 371: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

371

berlari dari arah belakang rumah mereka. Al-nord berteriak memanggil lalu merendah dan menatap matanya. “Di mana mereka?” tanyanya. Wolly hanya

mengaing-ngaing sedih. Alnord memeluk leher-nya. “Paman tahu di mana orang tuaku?” tanya

Dardyl saat mereka bertemu di luar rumah. “Mereka sudah aman di kapal Bessel. “Kita

harus ke pelabuhan sebelum mereka berangkat.” Dardyl tersenyum lega mendengarnya,

sedangkan Alnord merengut. Antonum memandang pegunungan Merope,

lahar yang mengalir dari sepanjang pegunungan itu mengarah ke desa Elberg, Barlot, juga Sel-bai. “Jalan kita mungkin sudah terputus,” kata An-

tonum seraya memandang camelion penarik pedatinya. “Naik saja ke punggung camelion, Paman, dia

bisa terbang!” saran Dardyl. “Kalian menungganginya tadi?” tanya Anto-

num. “Biar dia yang jawab,” tukas Alnord, meya-

kinkan.

Page 372: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

372

Antonum mengangguk pelan, setengah tak percaya. “Baik kalau begitu, kita harus bergerak cepat.” Alnord dan Dardyl beranjak menuju Camcam,

sedangkan Antonum berlari menuju pedati pin-jamannya. Ia melepas tali pengikat camelion yang terjerat kuat di pedati. Dengan mengguna-kan batu di sekelilingnya, ia berhasil memutuskan tali itu. Wolly langsung melompat naik ke punggung Camcam dan bertengger di lehernya. Terdengar erangan Camcam sebagai tanda protes, tetapi setelah itu baik-baik saja. Alnord menarik bulu leher Camcam dan me-

mukul pelan bagian pangkal sayap. Camcam mengembangkan sayap dan mengepak-ngepakkannya sambil berlari. Ia berlari cepat sampai mereka tak sadar sudah berada di tanah. Camelion milik Antonum mengikuti dari bela-kang. Wolly menengadahkan moncong. Ia melolong

memanggil kawan, tetapi tak ada yang akan datang.

Page 373: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

373

16

Rahasia dan Ha-

rapan Baru

Mereka menatap lanskap alam di sisi kiri. Dari mata mereka terpantul bayangan Merope yang memuncratkan lahar sepanjang puncaknya. La-har mengalir dan membakar semua yang meng-halangi jalannya. Di sela benaknya, Alnord mengenang semua yang telah menyelamatkan mereka. Ia memandangi kotaknya, teringat akan benih yang Bagnan percayakan kepadanya. “Aku jadi ingat ucapan ibumu,” kata Alnord.

“Suatu waktu kita akan sadar tumbuhan hidup buat berkorban demi kita. Bagnan baru aja buktiin itu.” Dardyl termangu. Ia rindu orang tuanya. Alnord merasakan hangat di wajahnya. Di

ufuk barat, matahari mulai menghilang. Sinar jingganya menyorot dari sisi yang berlawanan dengan gerakan awan vulkanik yang membum-bung tinggi menyelubungi mereka. Kegelapan dan cahaya bertubrukan.

Page 374: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

374

Laut memantulkan sinar. Di sana terlihat tiga buah titik yang memberitahukan tempat mereka harus menukik turun. “Itu kapalnya!” Antonum di depan berkelok

menuju kapal tersebut. Alnord langsung menarik bulu leher Camcam

bagian kanan. Unggas itu berbelok ke arah ia menengok. Mereka semakin dekat hingga Cam-cam menurunkan kaki seperti pesawat terbang mengeluarkan roda saat akan mendarat. Orang-orang di kapal memerhatikan tanpa berkedip. Alnord memandang sekilas. Tak seorang pun dari mereka yang ia kenal. Kapal sebesar itu pasti memuat banyak orang, termasuk penduduk Barlot dan Selbai. Ia terus meyakinkan diri bahwa bila tak ada di kapal ini, paman dan neneknya pasti berada di kapal lain. Orang tua Dardyl menghampiri saat mereka

berhenti mendarat. Maureen memekik memanggil Dardyl, antara senang dan cemas. Dardyl melompat dan memeluk Maureen yang tak peduli seberapa kotornya Dardyl saat itu. Mumbley di dalam bajunya terjepit dan berusaha keluar. Semua terasa lengkap ketika Ogwald ikut memeluk keduanya. Semua orang yang melihatnya terharu. Tak

sedikit dari mereka yang menangis di bahu

Page 375: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

375

orang di sebelahnya, teringat akan anggota ke-luarganya yang terpisah. Alnord sekilas melihat Egon, tetapi belum berhasil menemukan orang yang sangat ingin ditemuinya saat itu. Antonum merangkul dan menggenggam erat

tangan Alnord setelah turun, berpesan agar Al-nord kuat. Alnord memandang wajahnya dan merasa canggung. Mata mereka menjelajahi segala arah.

Menemukan Ember dan Charlom di sana bagai mencari sebatang jarum di padang jerami. Seo-rang lelaki berjalan ke arah mereka. Ia berantakan. Raut wajahnya kasar dan kulitnya terbakar matahari. “Mendelev?” “Bessel,” Antonum menyahut. “Aku sedang

mencari keluargaku.” “Ciri-cirinya?” tanya Bessel dengan suara ke-

ras dan kasar khas kelasi. “Seorang wanita berumur sekitar akhir enam-

puluhan dan laki-laki sekitar awal limapuluhan.” Antonum pun meratakan telapak tangan di depan dada dan hidung, memberikan gambaran tentang tinggi badan mereka. Alnord tak memerhatikan pembicaraan itu. Ia

terpaku pada seseorang di depannya lalu berlari

Page 376: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

376

mendekat. “Delacock!” Delacock tak menden-garnya karena suara kerumunan. Ia meneriaki Delacock sekali lagi. Kali ini ia

berhasil. Delacock menghampirinya dan memanggilnya dengan nama yang salah. Alnord tak peduli. “Kau lihat Paman Charlom?” tanya Alnord

cepat. “Bukannya dia pergi ke rumahmu waktu, aku

enggak mau ngomong itu sebenarnya, kabut itu? Dia belum pulang setelah itu,” kata Dela-cock. Jantung Alnord mencelos. Ia terus

meyakinkan diri mereka ada di kapal lain, tetapi sulit. Antonum menghampirinya bersama Bessel.

“Ayah yakin kau lelah,” kata Antonum. “Ber-sihkan dirimu lalu kau bisa istirahat. Bessel den-gan berbaik hati meminjamkan kamarnya untuk kau tempati. Besok kita akan mencari mereka.” “Ya, Alnord sang penjelajah.” Bessel berusaha

mengakrabkan diri. “Pengarung alam harus te-tap istirahat!” Antonum merangkul bahu Alnord dan Bessel

memandu mereka di depan. Tak butuh banyak waktu untuk menyusuri haluan kapal. Mereka

Page 377: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

377

memasuki ruangan cukup luas, dengan kamar mandi di dalam. “Anggap saja kamar sendiri!” Bessel memper-

silakan Alnord masuk. “Di lemari ada baju-baju, pakai saja, pakailah yang paling layak di antara semuanya.” Alnord mengangguk lemah dan beranjak me-

nuju kamar mandi. Yang lain keluar kamar, membiarkan Alnord sendiri sampai ia tenang. Ia keluar dengan tampilan yang jauh lebih bersih. Terlihat memar dan lecet di banyak bagian tubuhnya. Seolah tak tahu, ia tak mengacuh-kannya meskipun rasanya berdenyut. Di luar, ia bertemu keluarga Duvius. Dardyl pun sudah terlihat bersih dengan baju

yang kebesaran. Ia meminta izin kepada orang tuanya untuk menghampiri Alnord, agak lama, lalu mendekat sambil membawa baju hangat Alnord yang menggelembung. Ia menyerahkan baju hangat itu. “Di dalamnya Telur Emas,” bi-siknya. Alnord mengambilnya dan berterima kasih.

Baju hangat itu salah satu harta yang paling berharga baginya saat ini. “Dapat dari mana?” “Nenekmu nitip itu ke ibuku,” kata Dardyl.

“Sebelum dia dan pamanmu pergi mencari kita.”

Page 378: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

378

“Gimana dan di mana mereka sekarang?” “Mereka belum kembali sampai gunung mele-

tus,” kata Dardyl, semakin meremukkan hati Alnord. “Mungkin mereka menumpang kapal lain.” “Aku harap begitu,” kata Alnord lemah. Sulit

baginya kali ini untuk berpikir baik. Ogwald menghampiri mereka, menyela pem-

bicaraan. Di tangannya terdapat segelas cangkir dengan asap hijau mengepul dari bibir gelas itu. “Sejak kecil aku yakin camelion bisa terbang.” Ia menyapa Alnord. “Kalian membuktikannya sekarang.” Ia meneguk minuman dari gelasnya, menger-

nyit dan mengeluarkan lidah. Dari baunya Alnord tahu isi gelas itu. “Baik,” kata Ogwald setelah Alnord

menanyakan kabarnya. “Walaupun aku harus minum muntah Gorgan ini sebagai penawarnya selama satu bulan. Satu bulan! Bayangkan! Mendengar kata muntah Gorgan pun rasanya aku ingin muntah.” “Aku baru tahu ada manfaat lain dari muntah

Gorgan selain bikin baju kotor,” kata Dardyl. Maureen memanggil dari jauh seolah tak ingin

kehilangan mereka untuk kali kedua.

Page 379: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

379

“Sebentar lagi, Maureen!” kata Ogwald lalu beralih lagi ke Alnord. “Aku percaya nenek dan pamanmu selamat. Kau akan bertemu dengan mereka suatu saat.” “Aku enggak bisa sabar nunggu sampai itu

terwujud,” kata Alnord lemah. “Dan ada satu lagi.” Ia menghadap Dardyl. “Maafkan aku pernah

mengataimu teman terbodoh,” katanya. “Kau teman terbaikku, enggak tergantikan.” Ia menganga sesaat, bergumam, memikirkan

kalimat yang tepat. “Seharusnya dari dulu aku minta maaf padamu. Aku enggak pernah dengerin, selalu nyuekin. Maafin aku ya.” Itu adalah ucapan maaf pertamanya dan ia merasa beban di hatinya menghilang. “Aku juga minta maaf udah mengataimu te-

man terburuk.” Dardyl membalas. “Kau juga teman terbaikku kok, enggak tergantikan.” Og-wald mengusap-usap kepalanya dan mengajaknya menghampiri Maureen. “Nanti kita bisa mengobrol lagi,” sahut Og-

wald. Alnord tersenyum. Ia berpaling Antonum.

Orang yang ia anggap ayahnya selama itu se-dang berbicara dengan Savenor. Ia mendekat.

Page 380: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

380

“Saya tak pernah mengira ini akan terjadi,” ka-ta Savenor. “Saya mewakili Raja Ihtizar memin-ta maaf.” “Anda tak harus meminta maaf,” kata

Antonum. “Tak ada yang bisa mengira ini akan terjadi.” “Sampai sekarang saya belum mendapat kabar

keberadaan beliau,” kata Savenor. “Dia jatuh ke jurang.” Alnord menyela. “Un-

tuk menyelamatkan kami.” Savenor berjengit. Banyak pertanyaan tergurat

di wajahnya. Namun, Antonum membisikkan sesuatu pada Savenor yang, Alnord kira, mem-buatnya meninggalkan mereka. “Baiklah, terima kasih atas informasinya,

Anakku,” kata Savenor sebelum mesenggang pergi. “Kau tak istirahat?” tanya Antonum. “Enggak bisa,” kata Alnord pelan, seraya

memandang ombak laut cukup besar yang bera-rak-arak. Sinar jingga yang tersisa memantul ke wajah mereka, menjelaskan raut muka Alnord yang merasa kehilangan. “Letusan gunung seperti mengaduk laut,” kata

Antonum. “Mungkin ini saatnya kita memanc-ing?”

Page 381: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

381

“Sayangnya aku lagi enggak mau.” Alnord menunduk. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Antonum, tetapi ia diam. Sulit sekali untuk mengungkapkannya. Ia menghela napas panjang beberapa kali. “A—,” gumamnya, tetapi ditariknya kembali.

“Enggak jadi.” “Mungkin kau bisa menceritakan semua yang

telah kau alami?” tanya Antonum. Alnord mengangguk, tak mungkin baginya

langsung menceritakan maksudnya mendekat. Ia pun bercerita sedetailnya, tetapi jelas tak me-nyebutkan kata Telur Emas. Ia ingin merahasia-kannya. Hingga pada bagian terbakarnya Bag-nan, ia berhenti. Ketidakpercayaannya atas yang telah terjadi pada semuanya terlihat jelas dalam setiap titik di matanya yang memandangi laut. “Ayah tahu berat bagimu untuk melihat hal

seperti itu,” kata Antonum seraya merangkulnya. “Kuatkanlah dirimu. Kau bah-kan tak takut melawan para Algorn. Mereka menguasai amarahmu, menurut ayah itu sangat buruk, tapi kau dapat melewatinya. Kau juga harus bisa menguasai perasaanmu. Tak ada orang yang lebih hebat daripada yang bisa menguasai amarahnya sendiri.”

Page 382: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

382

Antonum memerhatikan naga di dalam mata kanan Alnord yang semakin jelas, berusaha mengetahui yang ada di benaknya. “Ayah tahu kau sudah mengetahuinya,” kata

Antonum. “Mengetahui ayahmu yang sebenar-nya.” Alnord tersentak. Ia menatap Antonum yang

membuang pandangannya ke cakrawala. “Bisa ceritakan padaku?” “Ayahmu adalah Raja Tertinggi yang hebat,

Aracruz.” kata Antonum. “Ibumu bernama Et-na, seorang permaisuri yang sangat memesona, penebar kelembutan di kerajaan Ablahar. Sayang sekali dia harus meninggalkanmu saat kau masih terlalu kecil untuk mengingat kelem-butannya. Kau begitu istimewa. Itulah alasan kami selalu mengekangmu.” Ketika Alnord menanyakan tempat Aracruz

berada saat itu, Antonum terdiam sejenak. “Mereka dimakamkan di tempat yang sama,”

kata Antonum. Alnord membuang pandangannya lagi ke laut.

“Apa yang terjadi?” “Ayah tak di sana saat itu terjadi,” kata Anto-

num seraya mengusap punggung Alnord, men-cium ubun-ubunnya, berusaha menenangkan-nya. Ia terdiam.

Page 383: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

383

“Kenapa baru sekarang aku dikasih tahu?” kata Alnord. “Ayah juga tak sanggup mengenangnya untuk

bercerita padamu.” Ia mengusap-usap punggung Alnord, berusaha menenangkan. “Dia Raja yang hebat?” kata Alnord. “Sangat,” kata Antonum. “Semua yang

rakyatnya harapkan dari seorang pemimpin ada padanya.” “Sehebat apa sampai Raja Ihtizar enggak kenal

dia?” “Itu misteri bagi orang-orang yang masih

mengingatnya.” Antonum mendesah. “Semua orang tiba-tiba melupakannya. Sejak rezim Raja Louis dari Colomos, Aracruz dianggap seperti tak pernah ada. Ayah belum menemukan jawabannya sampai sekarang.” Angin laut berdesir pahit. Ombak laut mener-

jang suram. Awan mendung beriring kelam. Seakan semuanya merasakan yang Alnord rasa-kan. Ia teringat pada nenek dan pamannya. “Gimana kalau harapan kita enggak mungkin

terwujud?” tanya Alnord sambil menatap Antonum. “Aku berharap bertemu kembali dengan nenek dan paman, tapi aku pikir itu enggak mungkin kayaknya.”

Page 384: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

384

“Simpan harapan itu.” Antonum merendah hingga matanya sejajar dengan mata Alnord. “Sering kali keajaiban yang mewujudkannya bila kau sabar menunggu.” Alnord tersenyum dan mengangguk. “Aku

minta maaf karena telah berlaku tak sopan pada Anda.” “Ayah bahkan tak menganggapmu tak sopan

saat itu,” kata Antonum. “Kau sudah menjadi anak yang baik. Ayah bangga padamu.” “Aku mau istirahat,” kata Alnord lalu berbalik

dan berjalan lemas menuju pintu kamar Bessel. “Kau mau ayah menemanimu?” “Enggak perlu, Tuan Mendelev,” katanya

sembari membuka pintu. Antonum memanggilnya sekali lagi sebelum ia menutup pintu. Ia berbalik. Ada jeda cukup lama sampai Antonum mengatakannya. Alnord menunggu. “Kau masih bisa memanggilku ayah,” kata

Antonum. Alnord mengangguk dan tersenyum lemah. Ia

berlari dan memeluk Antonum. “Ya, Yah, ma-kasih banyak. Ayah.” Antonum mengelus punggung dan rambutnya lalu mengecup ubun-ubunnya. Setelah merasa tenang, ia melepas pe-lukannya dan kembali berjalan menuju ruangan.

Page 385: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

385

“Ayah ingin melihatmu tersenyum saat kau bangun nanti,” kata Antonum dengan senyu-man hangat di akhir kalimatnya. “Aku akan berusaha,” kata Alnord sebelum

menutup pintu. Ia duduk di tepian tempat tidur lalu membuka

gulungan baju hangat dan langsung mema-kainya. Ia menerawang, memunculkan bayangan Ember dan Charlom. Mereka terse-nyum dan memanggilnya. Keduanya hanya bisa menjadi kenangan sejak itu. Ia berpaling, mengambil dan membuka kotaknya. Liontin Aracruz terlihat seperti batu biasa saat

tak tertimpa cahaya. Ia mengeluarkannya, memasukkan Telur Emas, lalu mengunci kotak itu, dan menaruhnya di samping bantal. Ia me-rebah. Pandangan matanya terlempar ke luar jendela. Liontin Aracruz tergenggam erat di tangan kanannya. Rasa lelah dan perasaan kacau memberatkan matanya. Perlahan pandangannya mengabur. Semakin lama semakin gelap. Ia pun tenggelam dengan harapan dalam lelapnya.

Page 386: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

386

UCAPAN TERIMA KASIH

Allah SWT, yang telah memberiku otak kanan

untuk berimajinasi dan sepuluh jari sempurna untuk mengetik. Keluarga yang selalu mendu-kung dalam segalanya. Para guru yang sudah mengajari berbagai macam ilmu. Teman-teman yang sampai kini menemani. Mbak Niken Te-rate Sekar (klubsastra.multiply.com) atau yang lebih dikenal dengan Ken Terate, yang senantia-sa membimbingku dalam penulisan. Serta yang terakhir, tak kalah pentingnya, Gita Ramadian yang sudah menjadi orang yang kali pertama membaca dan mengomentari novel ini. Mbak Leil yang mau memeriksa naskah ini sebelum terbit. Wahyu, Helmi, Ipul, dan Anam yang mau membaca dan memberikan saran. Yang te-rakhir, tetapi perannya penting, Masayu.

Page 387: Goodreadsphoto.goodreads.com/documents/1335838339books/13629067.pdf · 4 Daftar Isi 1. Kabut Pemakan Serigala ......................................... 5 2. Hari Istimewa

387

kandklfa