bab iii pembiakan tanamansertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul 2017... ·...
TRANSCRIPT
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR
JARINGAN TANAMAN
BAB III PEMBIAKAN TANAMAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN 2017
1
BAB III. PEMBIAKAN TANAMAN
Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) : Membiakkan Tanaman
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) :
1. Menganalisis kriteria pohon induk
2. Membiakkan tanaman secara mencangkok
3. Membiakkan tanaman secara okulasi
4. Membiakkan menggunakan bagian generatif tanaman
5. Mematahkan dormansi benih karena faktor inhibitor
6. Mematahkan dormansi karena faktor kulit biji keras
7. Mematahkan dormansi benih secara kimia
Uraian Materi
Pohon Induk (Mather Plant)
Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber bahan setek,
cangkok, atau batang atas (entres/budwood) pada sistem penempelan (budding) atau
penyambungan (grafting). Pohon induk dapat berupa tanaman kecil ataupun tanaman
besar yang sudah berbuah (produktif) yang berasal dari pembiakan vegetatif (asexual)
atau tanaman dewasa yang telah berbuah yang dibiakkan dari biji setelah dilakukan
evaluasi terhadap keunggulannya.
Persyaratan pohon induk
Tanaman induk harus memiliki sifat unggul dalam hal produksi dan kualitas buah serta
memiliki ketahanan terhadap cekaman lingkungan (lahan kering, tergenang, atau tanah
masam) dan serangan organisme penggangu tanaman (OPT). Nama kultivar pohon
induk dan asal-usulnya (nama pemilik, tempat asal) harus jelas, sehingga memudahkan
2
pelacakannya. Tanaman induk yang berasal dari biji harus sudah berproduksi minimal
lima musim untuk mengetahui kemantapan sifat unggul yang dibawanya secara alami
(genetik).
Pohon induk ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain, baik tanaman
sejenis ataupun tidak sejenis tetapi dalam satu keluarga yang dapat menjadi sumber
penularan serangan hama dan kejadian penyakit, atau terjadinya penyerbukan silang,
terutama untuk pohon induk yang akan diperbanyak melalui biji (generatif).
Kebun tanaman induk adalah kebun yang ditanami dengan beberapa jenis dan kultivar
unggul sebagai sumber penghasil bahan setek, cangkok, atau batang atas (mata tempel
atau cabang entres) untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah besar.
Pohon induk yang ditanam umumnya berasal dari perbanyakan vegetatif (tempel,
sambung, susuan, cangkok, dan setek) dan memenuhi persyaratan sebagai pohon induk.
Lokasi pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan lokasi pembibitan untuk memudahkan
dalam pelaksanaan perbanyakan bibit.
Kebun tanaman induk sekaligus sebagai kebun produksi.
Ada dua sistem penanaman pohon induk pada suatu kebun induk, yaitu; Kebun induk
yang ditanam dengan jarak tanam lebih rapat atau lebih luas (sesuai rekomendasi),
misalnya untuk tanaman rambutan atau mangga, dimana untuk kebun produksi
biasanya berjarak tanam 10x10 m dan untuk jeruk 6x6m atau 6x8m, sedangkan pada
kebun sebagai pohon induk berjarak tanam rapat cukup 3x3 m atau 3x5 m.
Dengan jarak tanam yang rapat dapat diperoleh lebih banyak pohon induk dalam suatu
areal yang luasnya sama, sehingga produksi bahan setek, cangkok, dan mata tempel
(budwood) atau pucuk (entres) sebagai bahan sambungan yang dihasilkan akan lebih
banyak, akan tetapi pohon induk tersebut harus selalu dipangkas dan tidak untuk
dibuahkan, sebaliknya untuk pohon induk yang ditanam lebih jarang dapat dibuahkan.
Pencarian kultivar tanaman sebagai pohon induk untuk mendapatkan jenis tanaman
unggul dapat dilakukan dengan cara:
3
(1). Eksplorasi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara melacak suatu
tanaman ke daerah sentra budidayanya sampai yang tumbuh liar di hutan.
(2). Promosi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mengadakan
kejuaraan buah unggul kemudian ditetapkan pemerintah sebagai kultivar unggul
nasional.
(3). Introduksi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mendatangkan
atau mengenalkan jenis buah yang terbukti unggul dari daerah atau negara lain.
Cara ini merupakan jalan pintas untuk mempercepat perolehan bahan tanaman yang
telah diketahui sifat keunggulannya. Hal yang harus diperhatikan adalah kesesuaian
keadaan iklim, tanah, dan cara budidaya pada tempat tumbuh asalnya dengan keadaan
tempat tanam yang baru, agar kualitasnya tetap baik.
Masalah yang mungkin muncul adalah adanya hama dan penyakit yang sebelumnya
tidak diketahui di daerah asalnya, tetapi muncul setelah tanaman tersebut ditanam di
tempat yang baru. Sebagai contoh adalah durian bangkok dari Thailand yang di-
introduksi ke Indonesia seperti Chanee dan Monthong. Jenis ini rata-rata tidak tahan
terhadap penyakit busuk akar dan busuk leher batang atau kanker batang.
Membiakkan tanaman secara mencangkok (air layering/Layerage)
Mencangkok adalah membiakkan tanaman dengan cara mengupas kulit cabang dan
membuang jaringan kambium serta membungkus bagian yang sudah dibuang
kambiumnya dengan media tanam. Tujuan pelukaan dan pembuangan jaringan
kambium adalah memutus aliran zat makanan dari daun menuju bagian bawah keratan
sehingga terkumpul di bagian atas keratan yang berakibat terbentuknya akar.
Keuntungan teknik pembiakan cara mencangcangkok ini diantaranya;
Tidak memerlukan batang bawah dan batang atas,
Relatif mudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi karena
pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Lebih cepat berbuah karena cabang/ranting sudah relatif dewasa.
4
Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.
Di samping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/kerugian pembibitan
dengan sistem cangkok.
Pada musim kemarau panjang, tanaman tidak tahan kekeringan.
Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
Pertumbuhan selanjutnya sistem percabangan tanaman kurang simetris
Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
Dalam satu pohon induk jumlah cangkokan yang dihasilkan relatif terbatas,
sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak dapat dilakukan
dengan cara ini.
Media untuk mencangkok dapat menggunakan cocopeat (serbuk sabut kelapa) ataupun
cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan
tanah(1:1). Kalau di sekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah pohon
bambu yang telah bercampur serasah daun bambu yang sudah membusuk dapat juga
digunakan untuk media cangkok.
Waktu pelaksanaan mencangkok sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga
cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan
akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga.
1. Teknik mencangkok secara konvensional
Pertama-tama harus dipilih cabang/ranting yang sehat dan kuat atau sudah berkayu
yang tumbuh menghadap ke atas. Ukuran diameter cabang/ranting sekitar 0,5―2 cm,
tidak lebih kecil dari ukuran pensil dan panjang cabang/ranting yang dicangkok 30-50
cm. Cabang/ranting yang terlalu besar dan panjang akan merusak tajuk tanaman induk.
Warna kulit cabang sebaiknya dipilih berwarna coklat muda, hijau kecoklatan, atau
kelabu kecoklatan tergantung jenis tanaman. Cabang kemudian disayat dengan pisau
secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3―5 cm atau dua kali
diameter cabang. Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang seperti
5
lendir tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau
sehingga bersih atau kering.
Pada tanaman yang bergetah, cabang yang sudah dikerik dibiarkan dahulu hingga
getah mengering. Setelah getah mengering, pada keratan bagian atas dapat diolesi
dengan zat perangsang akar seperti rooton F atau growton (banyak dijual di toko
pertanian).
Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau
sabut kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian bawah keratan (1-2 cm). Posisi
lembaran plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau
rafia. Balik posisi kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh
ikatan tali plastik di dalam lembaran plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari
luar/lebih rapi). Selanjutnya bekas sayatan ditutup dengan media cangkok yang
lembap, media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratan sampai
melewati luka keratan bagian atas (1-2 cm). Lakukan pengikatan bagian atas dan bagian
tengah plastik (kalau dibutuhkan).
Cangkokan harus dirawat dengan cara disiram dengan air secara rutin agar tidak kering
atau di bagian atas cangkokan diberi kantong plastik berisi air dengan memberi lubang
pada bagian bawah kantong. Biasanya setelah 2―3 bulan, pada cangkokan yang
berhasil akan tumbuh akar.
Mekanisme munculnya akar pada cangkokan karena aliran zat makanan (karbohidrat)
dan auksin (hormon yang mendorong keluarnya akar) dari daun ke bagian bawah
tanaman tertahan di bagian atas keratan sehingga terjadi penimbunan zat makanan
(karbohidrat) dan hormon yang mengakibatkan terbentuk kalus yang nantinya
berkembang menjadi akar tanaman.
6
Gambar . Proses pencangkokan secara konvensional, A. Pengupasan kulit batang, B. Pengikatan lembaran plastik di bawah kulit batang yang dikupas, C. Pengisian media ke dalam plastik, D. Bagian yang dicangkok sudah terbungkus media tanam.
Apabila akar sudah memenuhi media, daun pada cabang/ranting yang dicangkok
terlihat segar cangkokan dianggap berhasil. Cangkokan sudah dapat dipotong atau
disapih dari induknya. Pemotongan cangkokan dilakukan dengan menggunakan gunting
stek atau gergaji di bawah ikatan cangkok. Setelah dipotong dari induknya sebagian
daun dikurangi untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Potong 1/2―1/3 helai
daun dari seluruh daun yang ada dengan gunting stek. Plastik pembungkus media
dilepaskan.
Hasil cangkokan disemaikan lebih dahulu selama 3―4 minggu dalam bak-bak berisi
pasir halus yang diatasnya diberi mulsa atau cangkokan dapat langsung ditanam dalam
polybag dan ditempatkan pada tempat teduh yang tidak terkena matahari dan hujan
secara langsung. Setiap cangkokkan sebaiknya diberi ajir penegak agar tidak rebah
akibat angin.
Media pesemaian cangkok di polybag dapat digunakan campuran pupuk kandang dan
tanah dengan perbandingan 1: 2. Selanjutnya polybag ini ditempatkan di tempat yang
7
terlindung sampai cangkokan menjadi segar kembali, setelah berumur 3―4 bulan
cangkokan dapat ditanam di Lahan terbuka (kebun) atau dipasarkan.
2. Teknik mencangkok dengan media dalam kantong plastik
Teknik mencangkok dengan media dalam kantong plastik hampir sama dengan cara
mencangkok yang konvensional, perbedaannya adalah media cangkok yang digunakan
adalah cocopeat (serbuk sabut kelapa) yang tersedia di toko pertanian atau sabut
kelapa yang sudah diberi perlakukan sendiri, sudah lebih duhulu dimasukkan ke dalam
kantong plastik.
Perlakuan sabut kelapa meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
Sabut kelapa dikupas atau dipisahkan dengan bagian kulit luarnya yang keras, yang
digunakan hanya sabut kelapa tanpa kulitnya. Sabut kelapa direndam dalam air, paling
lama 1 minggu agar melunak sehingga mudah dipisah-pisahkan dan hilang kandungan
zat yang ada di sabut kelapa tersebut, karena zat tersebut dapat menghambat
pembentukan akar tanaman. Untuk pemakaian cocopeat tanpa melalui perendaman
dalam air (dapat langsung digunakan).
Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan serat-seratnya, maka sabut kelapa tersebut sudah
siap digunakan, atau sabut kelapa dapat dipotong-potong lebih kecil,. tambahkan zat
perangsang pertumbuhan, atau pupuk, atau vitamin. Zat perangsang tumbuh (ZPT) yang
dapat digunakan contohnya Atonik, vitamin contohnya Liquinox Start (Vitamin B-1),
diberikan dengan konsentrasi 2 ml untuk 1 liter air.
Contoh penggunaan media: 2 kg serbuk sabut kelapa kering dicampur dengan 1 liter air
yang sudah dicampur dengan 1―3 ml ZPT, kemudian diratakan hingga diperoleh
campuran yang basah. Media cangkok dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼
kg untuk diameter batang yang kecil (1-3 cm) dan ½ kg untuk diameter batang yang
lebih besar (ukuran kantong plastik disesuaikan dengan diameter batang yang akan
dicangkok). Isikan media dan padatkan sampai ¾ volume plastik, kemudian tarik ujung
kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan 15―20 media dalam
kantong plastik.
8
Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan. Cara penggunaan
media tersebut tinggal menyobek/ mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan
sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang atau
datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian di-selubungkan secara
merata ke keratan batang tanaman. Pada batang tanaman dilakukan pengikatan, agar
media berada pada posisi yang benar, letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi
batang mendatar) dan media rata menyelubungi/ menutup keratan/ luka di batang
tanaman).
Gambar . Proses pencangkokan konvensional yang dimodifikasi, A. Pengupasan kulit
batang, B. Pembukaan kantong plastik berisi media, C. Cabang yang sudah dikupas kulitnya dibungkus media.
Dengan teknik ini diperoleh keuntungan antara lain:
(1). Pencangkokan lebih cepat dan ringkas,
(2). Jumlah tanaman yang dicangkok dapat lebih banyak per satuan waktu.
(3). Persediaan media dalam kantong plastik mudah dibawa kemana-mana dan
mudah dipakai sewaktu-waktu.
9
Faktor penentu keberhasilan mencangkok adalah kebersihan kambium pada bidang
keratan (kulit yang dikelupas). Apabila pada saat pengerikan kambium kurang bersih,
maka fotosintat dari daun akan tetap mengalir ke bagian bawah keratan, sehingga akar
yang diharapkan tidak akan tumbuh. Faktor penentu keberhasilan lainnya adalah
kelembapan media harus tetap terjaga, aerasi baik, suhu lingkungan hangat. Hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman meliputi: (1) waktu
mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman
berulang-ulang, (2) Memilih pohon induk, umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda,
sudah berproduksi, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3)
Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan
cukup lembap sepanjang waktu.
Pembiakan tanaman secara okulasi
Okulasi adalah salah satu cara pembiakan tanaman dengan teknik menempelkan mata
tunas (budding). Prinsip okulasi adalah menggabungkan dua bagian tanaman yang
berlainan sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan tumbuh
sebagai satu tanaman baru setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau bidang tautan. Tanaman yang berfungsi sebagai batang bagian bawah
(yang mempunyai perakaran) yang menerima mata tunas disebut batang bawah
(rootstock atau understock). Bagian batang atau cabang tanaman yang akan diambil
mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah disebut batang atas (scion) atau
entres.
Berdasarkan bentuk sayatan pada batang bawahnya dikenal beberapa cara
penempelan, yaitu forkert, T, inverted T, I, dan chip budding. Okulasi (Forkert Budding)
adalah cara penempelan dimana mata tunas disisipkan pada batang bawah dengan
sayatan berbentuk jendela. Sayatan untuk mata tunas secara umum bentuknya sama
yaitu persegiempat atau meruncing (bentuk baji) dengan kayu yang melekat ditiadakan,
kecuali untuk cara chip budding, kayu sayatan mata tunas tidak dihilangkan.
Syarat batang bawah untuk okulasi
10
Kriteria tanaman yang baik untuk dijadikan batang bawah pada perbanyakan dengan
sistem penyambungan adalah (1) perakarannya kuat dan dalam serta tahan terhadap
keadaan tanah yang kurang menguntungkan seperti cekaman air dan hama dan
penyakit yang ada dalam tanah, (2) mampu beradaptasi dan tumbuh kompak dengan
batang atasnya, (3) tanaman dalam kondisi sehat, (4) tidak mengurangi atau
memengaruhi kualitas dan kuantitas batang atas (tanaman yang disambungkan).
Batang bawah umumnya dibiakkan menggunakan biji. Kriteria biji yang baik untuk
disemai dan dijadikan batang bawah adalah berukuran besar, berat, bernas (warna kulit
cerah), dan cukup tua (tidak keriput), serta baru dikeluarkan dari dalam buah. Kultivar
liar yang tahan terhadap cekaman lingkungan dengan kualitas buah yang kurang baik
tetapi berbiji besar dapat digunakan sebagai batang bawah. Varietas durian yang baik
khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan siriwig, karena biji besar sehingga
mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap busuk akar.
Kultivar tanaman buah yang direkomendasikan sebagai batang bawah dapat dilihat
pada Tabel 1.
Ukuran batang bawah diupayakan berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 6―9 bulan.
Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), sel-sel
kambiumnya aktif membelah sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses
merekatnya mata tempel ke batang bawah. Batang bawah dipupuk dengan Urea 1―2
minggu sebelum penempelan dan dilakukan penyiraman apabila hari tidak hujan
sehingga media tanam selalu lembap. Komposisi media tanam adalah tanah, pupuk
kandang, sekam padi (1:1:1). Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang mempunyai
kekuatan selama periode sejak biji disemai sampai bibit hasil okulasi berumur 3 bulan
(1-2 tahun).
Tabel 1. Jenis, Kultivar Tanaman buah, Cara ekstraksi, dan perlakuan biji sebelum disemai
11
Jenis/Kultivar Cara ekstraksi Perlakuan Keterangan
Rambutan Kultivar Si Nyonya Kultivar lain berbiji besar
Kulit buah dikerat membujur dibagian tengah buah memutar agar buah mudah dikeluarkan
1. Biji beserta daging buah di masukan dalam ember platik ditutup rapat 1-2 hari
2. Biji dicuci bersih untuk menghilangkan daging buah
3. Biji direndam dalam larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai
Untuk menghilangkan daging buah dapat dibantu dengan menambahkan abu gosok
Mangga Kultivar Mangga Keong Kultivar Madu Kultivar Golek
Mangga dikupas, daging buah disayat, tinggalkan bijinya
1. Biji dimasukkan dalam kaurng goni basah dan diperam 2-3 hari
2. Kulit keras dari biji dibuka dengan gunting pangkas
3. Biji direndam dalam larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai
Kulit ari biji juga sebaiknya dihilangkan
Jeruk Kultivar Rough Lemon Kultivar Japanis Citrus Kultivar Ponsirus trifoliata
Buah dkerat dibagian tengah, biji dikeluarkan
1. Biji langsung dicuci dengan air bersih dan dikering anginkan
2. Kulit biji dilepaskan 3. Biji direndam dalam
larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai
Biji jeruk mudah sekali rusak sehingga harus segera disemai
Setelah periode tersebut polybag harus diganti dengan ukuran yang lebih besar (20x30
cm), atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung permintaan pasar. Ukuran polybag
harus proposional dengan ukuran tanaman, kecuali untuk alasan pengangkutan jarak
jauh diperlukan efisiensi tempat sehingga digunakan polybag yang lebih kecil dari
biasanya.
12
Selain ditanam dalam polybag, biji juga dapat dikecambahkan lebih dahulu, kemudian
langsung ditanam pada bedengan dengan jarak antarbaris semai 30―50 cm dan dalam
barisan semai 10―20 cm. Jarak tanaman semai ini dipengaruhi oleh jenis tanam, umur
okulasi, dan kemudahan dalam perawatan dan pelaksanaan okulasi.
Syarat batang atas untuk okulasi
Entres yang baik adalah yang cabang/rantingnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan
juga tidak terlalu muda (setengah berkayu). Warna kulitnya coklat muda kehijauan,
hijau tua, atau abu-abu muda, tergantung jenis tanaman. Entres yang diambil dari
cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan persentase keberhasilannya
rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus sebanding dengan besarnya
batang bawahnya.
Cabang entres (budwood) untuk okulasi sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah
rontok atau dirontokkan). Pada tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang
masih ada daun melekat pada tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus
dilakukan dua minggu sebelum pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu
ini, tangkai daun akan luruh dan pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan
terbentuk kalus penutup luka yang dapat mencegah masuknya mikro-organisme
penyebab penyakit (patogen). Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu
pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk.
13
Gambar 2. Ukuran cabang/ranting tanaman jeruk sebagai entres (budwood) sepanjang 20-30 cm
Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum
pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon
induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali
ditularkan pada bibit. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat
dipisahkan dari kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak
berair, ini menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera
diokulasikan akan mempercepat pertautan dengan batang bawah.
Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi
Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara pukul 07.00―11.00
pagi, terutama bila batang bawah yang digunakan ditanam langsung dalam bedengan di
lapangan. Sedangkan batang bawah yang ditanam dalam polybag, okulasi dapat
dilakukan sepanjang hari pada tempat yang teduh. Pada pagi hari, tanaman dalam
kondisi paling vigor dan sedang aktif berfotosintesis sehingga metabolisme tanaman
dalam keadaan optimal dan aktifitas kambium juga dalam kondisi aktif. Di atas pukul
12.00 siang daun sedikit mulai layu karena turgor tanaman menurun.
14
Alat yang dapat digunakan dalam okulasi dapat berupa pisau okulasi, cutter kecil, atau
silet, gunting okulasi, serta tali plastik/rafia. Kebersihan dan ketajaman alat okulasi yang
akan digunakan penting dijaga. Sterilisasi alat okulasi dapat menggunakan alkohol 65%
atau spiritus.
Cara okulasi
a) Perlakuan pendahuluan
Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit ke atas lalu ditekan
miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar,
agar memudahkan mencari posisi batang yang akan ditempel dan pengerjaan
penempelan, gerakan ini juga mampu menjatuhkan embun/ air yang melekat di daun,
agar lebih banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah sekali lagi dengan
tangan. Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat sobekan untuk okulasi.
b) Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres
Bagian batang bawah yang akan dijadikan tempat okulasi harus diperhatikan dengan
seksama. Ketinggian tempat okulasi atau tempat sayatan/ kupasan/ sobekan 5―15 cm
dari pangkal batang. Apabila okulasi terlalu rendah sulit dilakukan secara teknis, tetapi
sebaliknya jika terlalu tinggi, tunas-tunas yang muncul pada batang bawah akan lebih
cepat pertumbuhannya sehingga mengalahkan pertumbuhan mata tempel yang
diokulasikan.
Penyayatan kulit batang bawah pada okulasi berupa jendela (segi empat) dengan cara
mengerat kulit secara horisontal dan vertikal kemudian kulit dibuka kekanan atau kekiri,
dapat juga dibuka ke atas atau dari atas ke bawah. Kemudian kulit yang telah terbuka
dipotong setengahnya. Ukuran jendela disesuaikan dengan ukuran mata tempel yang
diambil dan tergantung pada besar kecilnya diameter batang bawah dan diseimbangkan
dengan besar kecilnya entres. Selanjutnya mata tempel diselipkan pada sayatan batang
bawah.
15
Jika terjadi kegagalan dalam okulasi, dapat dilakukan okulasi ulang pada bidang lain
pada batang bawah setelah 3 minggu. Okulasi pada batang bawah yang sama dapat
dilakukan berulang hingga 2―3 kali. Kalau itupun gagal dapat digunakan alternatif
dengan teknik sambung pucuk atau kita menunggu tanaman tumbuh lebih tinggi.
c) Pengambilan mata entres
Kriteria mata entres yang baik dari segi ukuran:
Mata entres yang sudah plast/mekar(tidak bagus).
Mata entres yang besar tapi belum plast/sedang/bentuknya sudah menonjol
(terbaik untuk ditempel).
Mata tunas kecil/dormant/ istirahat (dapat digunakan tapi agak lama melekatnya dan
pertumbuhannya juga relatif lama). Kriteria mata entres yang baik dari segi pengerjaan
dan bentuk yaitu;
Mudah dikupas kulitnya (menandakan bawah kambiumnya/ jaringannya aktif.
Kelihatan bernas/ sehat/ segar.
Diambil dari ranting yang berdiameter2-4 mm, atau diameternya sama dengan
batang bawah.
Warna kulit sama dengan warna kulit batang bawah (menunjukkan kesesuaian
secara fisiologis).
Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang
dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola entres
bagian bawah rapat dengan pola jendela di batang bawah. Atau dengan kalimat lain
bahwa yang diperlukan adalah sisi bawah yang bersih, karena syarat mutlak agar
tempelan jadi adalah pola mata entres harus melekat/menempel rapat pada sisi bawah
dan salah satu sisi samping, sedangkan sisi atas dan sisi samping lainnya tidak
melekatpun tidak apa-apa, tetapi lebih sempurna kalau semua sisi menempel rapat
(tetapi keadaan tersebut sulit dicapai). Ukuran sayatan mata tempel sedikit lebih kecil
dari ukuran sayatan batang bawah.
16
Batang disayat agak dalam sehingga menembus kayu. Tangan kiri memegang ranting
yang akan diambil mata entresnya, ibu jari tangan kiri menahan ranting dan membantu
mendorong ke arah atas saat silet ditangan kanan mulai bergerak membuat sayatan
menembus kayu, panjang sayatan sekitar 0.5-1 cm di atas mata entres dan 0.5-1 cm di
bawah mata entres (sayatan mata entes sepanjang sekitar 1-1.5 cm), sayatan untuk
pengambilan entres harus dengan satu gerakan mulus searah dan tidak boleh dengan
gerakan terputus-putus.
Setelah sayatan melewati mata entres, kemudian membuat keratan melingkar
mengarah miring ke dalam menghubungkan kedua sisi sayatan bidang pola mata entres,
untuk memisahkan mata entres dengan kayu dengan cara mengait pola dengan ujung
silet atau dengan kuku jari dengan sontekan halus sehingga terlepaslah kulit yang
membawa mata entres dengan kayu dan sayatan kayu tidak terlepas dari ranting.
Apabila ranting yang terdapat mata entres terlalu kecil, biasanya kayu terikut dengan
sayatan, kalau itu terjadi kita masih dapat memisahkan mata entres dengan kayu
tersebut dengan sontekan ujung silet dengan hati-hati. Kemudian rapihkan irisan sisi
bawah entres untuk menghindari irisan sisi bawah entres dari kotoran. Sayatan mata
entres harus bersih dari kayu dan apabila dilihat tidak meninggalkan lubang di bekas
kulit mata entres, maka sayatan mata entres tersebut siap untuk ditempelkan.
c) Menempelkan mata entres ke sayatan batang bawah
Ambil sayatan mata entres, masukkan, lekatkan, tempelkan, tancapkan dan tekan
entres pada sisa sobekan di batang bawah. Prinsipnya semakin cepat penempelan dari
pengambilan entres semakin baik, persentase keberhasilannya lebih tinggi.
d) Pengikatan
Ambil tali dan tarik tali plastik yang disiapkan untuk pengikatan, pengikatan dari bawah
tempelan melingkar menuju ke atas dimulai sekitar 0.5 cm di bawah sayatan/jendela,
tali plastik disusun saling tindih seperti menyusun genting, pengikatan dengan hati-hati
jangan terlalu kencang (mengganggu proses penyatuan batang bawah dan entres), atau
17
kurang kencang/kendur (air dapat masuk ke luka tempelan, sehingga menginfeksi
tempelan) gunakan perasaan dalam pengikatan.
Pengikatan di dekat mata entres harus lebih hati-hati, ikat bagian bawah mata entres
menuju bagian atas mata entres, ikat arah menyilang menuju bawah mata entres, ikat
bagian bawah mata entres, kembali menyilang ke atas mata entres usahakan sekitar
mata entres terikat sempurna sehingga air tidak masuk ke dalam tempelan. Lanjutkan
pengikatan ke arah atas sampai ikatan menutupi 0.5 cm di atas luka sayatan batang
bawah, lalu kunci ikatan dan tarik tali plastik dan potong/rapikan sisa tali plastik.
Mata entres yang besar atau menonjol, misal pada durian tidak ditutup tali plastik saat
pengikatan, tangkai daun dipotong penuh/biasanya tangkai daunnya sudah tanggal
dengan sendirinya bila mata entres sudah besar.
Mata entres yang masih kecil ditutup dengan tali plastik, tetapi disiasati dengan
menyisakan potongan tangkai daun di bawahnya agak panjang sedikit, sehingga
walaupun ditutup tapi sisa potongan tangkai daun masih mampu melindungi mata
entres dari tekanan pengikatan tali plastik sehingga cukup ruang untuk tumbuh dan
mata entres tidak patah. Jika mata tunasnya tidak menonjol seperti pada mangga dan
jeruk, mata tunas boleh ditutup rapat dengan pita plastik.
5) Kegiatan sesudah okulasi
a) Deteksi keberhasilan okulasi
Setelah pelaksanaan penempelan selesai, dilakukan pemotongan pucuk (titik tumbuh)
batang bawah untuk mendorong tumbuhnya mata tunas. Biasanya 2―3 minggu
kemudian mata okulasi mulai tumbuh dan dimulailah pembukaan entres. Buka ikatan
paling atas dengan silet dan dilanjutkan dengan memutar tali ikatan berlawanan dengan
arah pengikatan secara perlahan dan hati-hati ke arah ikatan yang lebih bawah.
Tanda dari keberhasilan okulasi adalah mata entres yang ditempelkan tetap hijau, segar,
tidak kering, atau tidak patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum kelihatan tumbuh
dapat diamati dengan menggores sedikit permukaan sayatan mata entres yang kita
18
tempel, apabila tetap segar/hijau berarti okulasi berhasil. Tempelan yang gagal, mata
tempelnya akan berwarna coklat kehitaman.
Setelah mata tunas okulasi mempunyai 2―3 helai daun yang dewasa dan siap
berfotosintesis, lakukan pemotongan batang bawah kira-kira 2―3 cm di atas mata
okulasi. Agar pertumbuhan mata tunas hasil okulasi tidak terganggu, tunas yang
tumbuh dari batang bawah harus dibuang.
b) Pemeliharaan bibit setelah okulasi
Penyiraman paling lama 2 hari sekali, dilihat ada tidaknya hujan. Perlu diingat bahwa
tanaman yang kita tempel mengalami pelukaan/stress sehingga memerlukan makanan,
air, dan perawatan yang lebih. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan
pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan kon-sentrasi 2 ml/l air atau
menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk
ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah
dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang dilakukan sebulan sekali.
Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya Insektisida yang
digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2.5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC,
Matador, Kanon dengan konsentrasi 2 ml/l air. Perlu ditambahkan perekat semisal
Suntick, apabila penyemprotan pada musim hujan. Hama yang menyerang tanaman di
pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun.
Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit lodoh/busuk daun,
gejala bercak-bercak hitam pada permukaan daun, daun melipat dan melekat satu sama
lainnya, selanjutnya daun menjadi kecoklatan, kering dan mati. Biasanya penyakit yang
menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp,
Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak
menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit
disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP, Benlate dengan konsentrasi 2
ml/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.
19
Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Penempelan Tanaman sistem Okulasi (Fokker) dan T
terbalik.
Gambar 4. Tahapan Pelaksanaan Chip budding
Membiakkan menggunakan bagian generatif tanaman
20
Membiakan tanaman melalui biji (benih) dan spora (organ generatif) lebih banyak
dilakukan pada kelompok tanaman sebagai sumber pangan dan tanaman keluarga paku-
pakuan. Organ generatif sebagai bahan pertanaman ini umumnya berukuran relatif
kecil. Oleh karena itu, membiakkan melalui biji atau spora diperlukan pemilihan benih
yang bermutu dan bersertifikasi (benih berlabel) serta dihasilkan oleh penangkar benih
yang terpercaya.
Mutu benih sebagai bahan pembiakan tanaman dapat dilihat dari label benih yang
meliputi; daya tumbuh (berkecambah), kemurnian (true to type), kebersihan, kadar air,
dan masa kedaluwarsa. Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh
dapat diperkirakan sebelumnya.
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Dalam budidaya tanaman menggunakan benih yang sangat penting diperhatikan adalah
daya tumbuh benih (vigor benih). Pertumbuhan suatu benih sangat dipengaruhi oleh
faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) dimana benih itu ditanam. Oleh
karena itu, dalam budidaya tanaman seringkali memperhitungkan keadaan musim yang
berhubungan dengan faktor luar yang diperlukan dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal (genetik).
Lingkungan tumbuh tanaman sendiri dapat dikelompokkan atas lingkungan biotik
(tumbuhan lain, hama, penyakit, dan manusia), dan abiotik (media tumbuh dan iklim).
Faktor Internal (Genetik)
21
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam makhluk hidup.
Komposisi gen (genotipe) pada setiap varietas tanaman berpengaruhi terhadap karakter
varietas tersebut. Walaupun genotipe bukan satu-satunya faktor yang
memengaruhinya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun setiap jenis
(spesies) tanaman memiliki identitas genetik yang berbeda. Sebagai contoh,
pertumbuhan embrio benih kelapa jauh lebih lambat dibandingkan dengan benih benih
jagung. Demikian juga dengan pertumbuhan kecambah manggis jauh lebih lambat
dibandingkan dengan rambutan atau mangga pada kondisi lingkungan yang sama.
Faktor Ekternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih meliputi
kelembapan media, suhu, oksigen atau udara, serta cahaya.
1. Kelembapan media
Dalam kondisi kelembapan tanah cukup benih-benih yang ditanam mulai
berkecambah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya juga sangat
dipengaruhi keadaan kelembapan tanah yang cukup dan untuk setiap jenis tanaman
akan berbeda-beda. Kebutuhan air suatu tanaman selama masa pertumbuhan dan
setiap fase pertumbuhan juga berbeda-beda. Kelembapan tanah dipengaruhi oleh
curah hujan. Curah hujan dapat dinyatakan dalam: 1) mm per tahun yang
menyatakan tingginya air hujan yang jatuh tiap tahun. 2) banyaknya hari hujan per
tahunnya yang menyatakan distribusi atau meratanya hujan dalam setahun.
2. Suhu;
Suhu udara mempengaruhi kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.
Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum. Untuk tumbuhan
daerah tropis suhu optimumnya berkisar 22-370C.
Umur tanaman dari perkecambahan sampai tanaman dipanen sangat dipengaruhi
jumlah akumulasi suhu yang diterima oleh tanaman dimana dibudidayakan. Oleh
karena itu, tanaman yang dibudidayakan pada daerah yang bersuhu tinggi akan
lebih cepat menua (panen) dibandingkan yang ditanam di daerah yang bersuhu lebih
22
rendah. Hal ini dimungkinkan proses-proses metabolisme tanaman lebih intensif
pada suhu lingkungan yang lebih tinggi.
3. Cahaya matahari;
Cahaya matahari (radiasi surya) mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga
sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya
penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat cahaya tersebut terhadap
pertumbuhan tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata,
pembentukan antocyanin (pigmen merah) perubahan suhu daun atau batang,
penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma.
Dalam budidaya tanaman, cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses
fotosintesis tanaman. Pertanaman yang dibudidayakan di tempat terbuka akan
menghasilkan fotosintat (produksi) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang
sama ditanam pada tempat yang terlindung. Namun demikian, beberapa jenis
tanaman dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhan cahaya.
Dormansi Benih
Dormansi secara umum digambarkan sebagai suatu kondisi dimana benih tidak
menunjukkan gejala tumbuh atau tidak mampu berkecambah sekalipun pada
lingkungan yang mendukung untuk perkecambahan.
Tipe Dormansi
Dormansi dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik Tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap
perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang
mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk
dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya
seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang
23
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal,
terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di
alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat
pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat
membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan
dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan
embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe
dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus,
Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit
biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh
kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan
embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat atau inhibitor
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang
mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan
dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk
menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormansi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum
matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat
berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun
waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini
biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
Cara-Cara Mematahkan Dormansi pada Kulit Benih yang Keras
1. Perlakuan Mekanis
a. Skarifikasi atau membuka kulit biji
24
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan
kertas empelas, membuka atau melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction
(gocangan) untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya
bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap
air atau gas.
b. Tekanan
Benis-benih dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa)
setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20
menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat
setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan
perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air.
2. Perlakuan Kimia
Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk
memecahkan dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan
asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga
dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan
adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea.
Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi
pada benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan auxin.
3. Perlakuan Perendaman dengan Air Panas
Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas
dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum
digunakan adalah sebagai berikut : air dipanaskan sampai 1800 – 2000F, benih
dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama
beberapa waktu.