atlas benih jilid vi - badan litbang dan inovasi ... · yang sudah dikembangkan secara luas antara...

62
f I i ATLAS BENIH JILID VI VEG8ATIF BEBERAPAJENIS TMWMN HUTAN PENYUNTING DANU AGUS ASTHO PRAMONO NURMAWATI SIREGAR

Upload: hoangtu

Post on 22-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

f

I i

ATLAS BENIH JILID VI PERBNN~ VEG8ATIF BEBERAPAJENIS

TMWMN HUTAN

PENYUNTING

DANU AGUS ASTHO PRAMONO

NURMAWATI SIREGAR

KATA PENGANTAR

Infonnasi teknologi perbanyakan vegetatif tanaman hutan dalam betuk praktis, lengkap, bersifat infonnatif dan mudah diaplikasikan di lapangan sangat diperlukan terutama dalam mendukung pengadaan bibit untuk rehabilitasi hutan dan lahan yang cukup besar.

Dalam rangka sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan yang lebih efisien, praktis dan efektif, Balai Penelitian dan Pengernbangan Teknologi Perbenihan telah menyusun Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid VI yang memuat mformasi tentang teknologi perbanyakan vegetatif tanaman hutan. Teknologi perbanyakan vegetatif meliputi metoda stek, cangkok, okulasi, penyambungan dan kultur jaringan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid VI: Teknologi Perbanyakan Vegetatif tanaman Rutan. Secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada para Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor dan Tim Penyunting. Berkat kontribusi saudara Buku ini dapat tersusun.

Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Bogor, Desember 2006

KEPALA BALAJ,

Ir. Dede Robadl, MSc NIP. 710.008.769

KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA

Dalam rangka penyebarluasan basil penelitian dalam bentuk yang lebih praktis, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tana man Hutan (BPTPTH) tel ah menerbitkan buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid VI yang memuat informasi tentang 15 jenis benih tanaman hutan berisi tentang teknologi perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Teknologi perbanyakan secara vegetatif meliputi : metoda stek; cangkok; okulasi; penyambungan; dan kultur jaringan. Informasi teknologi perbanyakan secara vegetatif tersebut dikemas dalam bentuk praktis, lengkap, informatif dan mudah diaplikasikan di lapangan.

Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid VI memperoleh respon yang positif dari: instansi pemerintah; swasta; maupun masyarakat umum. Berkaitan dengan hal tersebut mengakibatkan banyalmya permintaan terhadap buku Atlas Benih ini. BPTPTH secara bertahap melakukan pencetakan ulang buku Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid VI, yang didalam buku cetakan ke dua tersebut telah dilakukan penyempurnaan antara lain nama Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor diubah menjadi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan; perbaikan redaksional sebagaimana tercantum pada ralat cetakan sebelumnya; serta penyempumaan lainnya.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid VI cetakan ke dua. Secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepada para Peneliti BPTPTH dan Tim Penyunting, berkat kontribusinya Buku Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid VI cetakan ke dua ini dapat disusun dan dicetak ulang kembali.

Semoga buku ini bermanfaat.

Bogor, November 2014 .

KEPALA BALA!,

iii

-..

DAFfARISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... .

KATAPENGANTAR CETAKAN KEDUA ..................................................... 111

DAFTAR ISi ... ... ... ............... ...... ....... .... ... ... ... ...... ... ....... ............... ...... ......... .... v I. PENDAlillLUAN ...... ............. ....... ............ ....... ......................... ... ...... ... 1

II. PENJELASAN ISTILAH .............. .'..... ..... ....... ....... .................. .... ..... ... 3

ill. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PER-

BANYAKAN VEGETATIF ... ................ ...... ...... ........... .... ..... .... . ... ... ... .. 5

IV TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF BEBERAPA JENIS

TANAMAN HUTAN .................................. .... ...................................... 15

1. Benuang bini ( Octomeles sumatrana Miq) . . .. .. . . .. .. . .. . . .. . .. . . . .. .. .. . . . .. 16

2. Eukaliptus (Eucalyptus pellita) . .. .. .. .. . . . ... . . . . ... .. . . . .. . .. . . . ... . . .. .. .. . . . . . . . 19

3. Damarmatakucing(Shoreajavanica K&V) ......... ............. ............. 22

4. Gmelina (Gmelina arborea L). ..... ..... .. ......................................... 24

5. Jati (Tectona grandis L.f) ............................................................. 27

6. Jelutung (Dyera costulata (Miq) Hk. f) ... .... ... ..... ... .... .......... ..... ... . 31

7. Leda (Eucalyptus deglupta Blume) ............................................... 34

8. Pulai gading (Alstonia scholaris (L) R. Br) ..................................... 36

9. Ramin (Gonystylus bancanus Kurz) ............................................. 39

10. Meranti (Shorea leprosula Miq) ................................. _. ............... .

11. Meranti (Slzorea polyandra Ashton) ........................................... ..

12. Meranti (Slzorea selanica (Lamk.) Bl.) ..................................... ..

41

44

46

13. Sukun (Artocarpus altilis Fosberg.) ............................................. 48

14. Sungkai (Peronema canescens Jack.) ........................................... 51

15. Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et. B.) ............................................ 53

V. GLOSSARY ...... ..................................................................................... 56

v

I. PENDABULUAN

Benih merupakan unsur strategis untuk pemanfaatan hutan yang bersifat multi arah, karena benih mengawali upaya pengembangan segenap fungsi hutan, dari hutan industri sampai hutan untuk perlindungan tata air, keseimbangan alam, flora, fauna dan sumber plasma nutfah serta kesejahteraan masyarakat luas.

Benih tanaman hutan sebagai sarana produksi utama dalam kegiatan rehabilitasi hutan, pembangunan hutan dan konservasi perlu dijaga mutu dan keragaman genetiknya sehingga mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan berkelanjutan. Benih bermutu dapat diperoleh melalui proses perbanyakan generatif berupa biji maupun dari hasil perbanyakan vegetatif (kloning). Kloning tanaman untuk beberapa jenis tanaman sangat diperlukan, karena adanya ketidakmampuan tanaman menghasilkan biji untuk jenis-jenis tanaman tertentu, musim berbuah yang tidak menentu atau interval masa berbuah yang sangatpanjang.

Kelebihan dari benih hasil biakan vegetatif secara garis besar adalah benih yang dihasilkan bersifat homogen, benih dapat diproduksi setiap saat tanpa dipengaruhi musim, dan dapat digunakan untuk memperbanyak genotipa-genotipa yang unggul dari satu pohon tertentu (Kartiko, 1998; Yasman dan Smits, 1988 ). Sampai saat ini, metode perbanyakan tanaman secara vegetatifuntuk tanaman hutan yang sudah dikembangkan secara luas antara lain adalah sambungan (Jati), stek (Meranti, Ampupu, Pulai), cangkok (kesambi), tempelan (Gmelina) dan kultur jaringan Gati).

Disadari bahwa telah banyak publikasi yang diterbitkan oleh Lembaga­lembaga Penelitian maupun Perguruan Tinggi mengenai teknologi pembibitan secara vegetatif tanaman hutan, namun paket informasi teknisnya masih terbatas. Oleh karena itu, penyusunan Atlas Benih Seri Perbenyakan Vegetatif diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi perbenihan tanaman hutan. Penyusunan buku ini berdasarkan hasil penelitian dan informasi dari berbagai Instansi dan Perguruan Tinggi. Informasi yang disajikan adalah teknologi perbanyakan secara vegetatif secara stek, cangkok dan kultur jaringan dari 15 jenis tanaman, yaitu : Pulai (Alstonia scholaris (L) R. Br.), Sukun (Artocarpus altilis Fosberg), Jelutung (Dyera costulata (Miq) Hk. f), Leda (Eucalyptus deglupta Blume), Eukaliptus (E. Pellita F.Muel ), Ulin (Eusideroxyolon zwageri T. et. B.), Gmelina (Gmelina arborea L.), Ramin (Gonystylus bancanus Kurz), Damar Mata Kucing( Shoreajavanica K&V), Meranti Merah (S. leprosula Miq), Meranti (S. polyandra Ashton), Meranti Merah (S. se/anica (Lamk.) Bl.), benuang (Octomeles sumatrana Miq), Sungkai (Peronema canescen Jack.) dan Jati (Tectona grandis L.f).

Buku ini memuat petunjuk teknis mengenai teknik pembiakan vegetatif dari ke-15 jenis pohon hutan tersebut, yang meliputi telmik stek, cangkok, okulasi dan kultur jaringan yang telah diteliti atau dipraktekkan di lapang. Buku ini terdiri dari empat bah yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Penjelasan Istilah, Bab ill Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Perbanyakan Vegetatif, Bab IV Teknik Perbanyak Vegetatif Beberapa Jenis Tanamam Hutan, BAB V Glosary. Istilah-istilah yang dipakai dalam buku ini mungkin memiliki makna yang luas. Untuk menghindari kerancuan, maka dalam buku ini istilah-istilah yang dipakai dalam Bab IV kami beri penjelasan dan

1

batasan yang terdapat pada Bab I, sedangkan pada bab terakhir (Bab V) tentang Glosary dijelaskan tentang arti kata-kata ilmiah atau teknis yang dipakai di keseluruhan buku ini, dan maknanya lebih bersifat umum.

Dalam Bab III yang berjudul Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Perbanyakan Vegetatif diuraikan secara umum hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan vegetatif, yang mungkin tidak diterangkan secara rinci pada Bab rv. Bab ini merupakan petunjuk pembiakan vegetatif secara umum untukjanis-jenis tanaman hutan yang selama ini dikembangkan dan hasil dari penelitian. Dalam bab ini juga dijelaskan beberapa sarana yang dibutuhkan serta metode-metode yang umumnya dipakai dalam perbanyakan vegetatif. Bab IV yang berjudul Teknik Perbanyak Vegetatif beberapa jenis tanamam hutan, menguraikan secara rinci metode perbanyakan vegetatif, yang lebih difokuskan pada aspek teknisnya. Bab ini menjelaskan teknik pembiakan vegetatif 15 jenis pohon hutan seperti tersebut di atas. Beberapa jenis telah mencakup pembiakan melalui stek, cangkok, okulasi dan kultur jaringan. Namun beberapa jenis lainnya penjelasan hanya terbatas pada beberapa metode pembiakan vegetatif, karena memang metode lain kurang populer, belum diperlukan atau belum ada hasil penelitan yang bisa diacu.

2

1.

II. PENJELASAN ISTILAB

NamaDaerab Nama daerah adalah nama jenis kayu yang dikenal oleh masyarakat lokal di daerah sebaran alaminya. Karena di Indonesia terdapat banyak bahasa derah dengan berbagai dialek maka suatu jenis kayu seringkali mempunyai barbagai nama daerah, yang kadang-kadang mencapai ratusan nama. Nama daerah dalam buku ini terutama mengacu pada Atlas Kayu Indonesia dan Tanaman Serbaguna Indonesia (Martawijaya, et al., 1995; Heyne, 1987).

2. Namallmiah Narna ilmiah/botanis adalah nama yang diberikan pada satu jenis tanaman yang dilihat dari ciri-ciri yang dimiliki dan disesuaikan dengan nomenklaturnya yang terdiri dari genus dan penunjuk spesies (yang menjadi ciri dari suatu spesies) dan diikuti oleh nama penemunya, sebagai contoh Tectona grand is L.f.

3. Penyebaran Daerah penyebaran tanaman dalam buku ini disusun menurut pulau atau propinsi. Jika daerah penyebarannya hanya terbatas pada suatu daerah tertentu yang lebih kecil dari daerah propinsi, maka nama tempat penyebaran itu ditulis di antara tanda kurung di belakang nama daerah propinsi yang bersangkutan, misalnya Sumatera Selatan (Palembang).

4. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif untuk ditumbuhkan sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stekberdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek batang, dan stek akar.

5. Dahan stek Bahan stek merupakan bagian dari tanaman donor yang akan ditanam melalui perbanyakan stekyang dapat berupa tunas, batang, akar atau bagian lainnya.

6. Media Merupakan tempat menumbuhkan bahan stek sehingga berakar dan dapat tumbuh menjadi bibit. Dalam buku ini media didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan Badan Litbang Kehutanan.

7. Penanaman dan pemeliharaan Bagian dari proses perbanyakan vegetatif yang dimulai dari proses menanamkan bahan vegetatif ke dalam ,media sampai pemeliharaaan untuk bib it siap tanam.

3

..

8. Okulasi dan penyambungan (grafting) Sistim okulasi dikenal dengan sebutan menempel atau budding dimana memadukan dua sumber tanaman yang berbeda dan akan membentuk tanaman baru. Dalam teknik ini diperlukan sumber tanaman bawah (root stocks) dan · sumber tanaman bagian atas (scions). Root stock merupakan bibit yang mempunyai sistem perakaran yang kuat dan tahan terhadap hama atau penyakit, sedangkan scions berasal dari mata tunas yang akan ditempelkan ( okulasi) a tau ranting yang akan disambungkan (penyambungan) yang berasal dari tanaman yang memiliki sifat unggul yang diinginkan, ke bagian root stocks.

9. Cangkok Mencangkok atau dikenal dengan istilah air layerage dilakukan terhadap batang tanaman dewasa yang sudah diketahui sifat unggulnya. Adapun beberapa macam cara mencangkok yaitu cangkok sayat dan cangkok belah. Prinsip utama pembuatan cangkok adalah merangsang bagian batang tanaman untuk berakar dengan cara memutus sistem kambiumnya.

10. Kultur jaringan

4

Kultur jaringan dikenal dengan sebutan Tissue culture dimana relatif merupakan metode baru dan belum umum digunakan dalam perbanyakan tanaman terutama untuk jenis tanaman hutan. Sistem perbanyakan dengan metoda kultur jaringan ini menggunakan bagian jaringan a tau organ dari suatu tanaman yang ditanam secara suci hama ( steril ) di dalam ruangan maupun media khusus (in vitro) dan akan menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak sampai ribuan dengan sifat yang sama dengan induknya.

A. Stek

ill. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUB DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF

Oleh:

Danu dan Agus Astho Pramono

Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya. Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek batang, dan stek akar. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan stek diantaranya: (a) bahan tanaman: asal bahan tanaman, umur tanaman, (b) komposisi media perakaran, ( c) kondisi lingkungan pertumbuhan, dan ( d) zat pengatur tumbuh dan ( e) teknik pelaksanaannya.

1. Sumber bahan stek

Asal bahan stek berpengaruh terhadap kemampuan berakar stek dan pertumbuhan biakannya. Bahan stek yang masih juvenil (muda secara fisiologis) memiliki kemampuan berakar yang lebih baik dari pada biakan stek yang telah tua ). Hartman et al (1990) menyatakan bahwa bahan tanaman yang berasal dari bagian tanaman dekat dengan akar lebihjuvenil dari pada bahan tanaman yang berada pada tajuk yang lebih tinggi.

Tipe tunas dari bahan stek juga berpengaruh terhadap pertwnbuhan biakan stek. Beberapa jenis tanaman menunjukkan bahwa biakan stek yang berasal dari tunas plagiothrop (tumbuh menyamping) ketika ditumbuhkan di lapang tumbuhnya juga menyamping. Agar bibit stek dapat tumbuh tegak dan cepat di lapang, maka bahan stek berasal dari batang atau tunas orthotrop dikumpulkan dari pohon donor yang berkualitas baik. Untuk menghasilkan bahan stek yangjuvenil denganjumlah banyak dan berkesinambungan diperlukan adanya kebun pangkas yang dikelola dengan teknik tertentu (Irsyal&Smits, 1988).

Foto doc. Danu Gambar /. Poto11ga11 baha11 stek

pucuk rasamala (Altingia e.xcelsa)

Lokasi kebun pangkas sebaiknya dekat atau dalam areal persemaian. Untuk jenis Dipterocarpaceae diusahakan dipilih lahan yang kondisi tanahnya mengandung mikoriza atau dibawah tegakan yang tajuknya terbuka

5

.. 2.

6

(intensitas cahaya 50%) (Tolkamp & Leppe, 2002). Untuk jenis-jenis pioner seperti Benuang (Octomeles sumatrana) kebun pangkas memerlukan lahan yang terbuka. Bahan tanaman untuk kebun pangkas dapat berupa biji/buah atau cabutan dari alam yang induknya teridentifikasi atau okulasi dimana entrisnya berasal dari pohon plus (Pramono, 2003) .

Media

Media padat. Syarat utama media pengakaran harus porus, drainase dan aerasi baik, serta steril. Media pengakaran stek dapat menggunakan pasir, cocopeat, vermikulit (Hartmann at al. 1990)

Media cair. Pembiakan stekjuga dapat dilakukan dengan menggunakan media air, yang dikenal dcngan sistem water rooting. Sistem ini dikcmbangkan oleh Wanariset I Samboja (Balai Penelitian Kehutanan Samarinda), Kalimantan Timur untuk jenis-jenis Dipterocarpaceae. Untuk memberikan oksigen yang diperlukan dalam proses pembentukan akar ke dalam air digunakan komprcsor sebagai sistem aerasinya. Sedangkan bak airnya dapat digunakan bak yang terbuat dari semen. Tempat untuk menyimpan stek (standar) digunakan ijuk yang disusun sedemikian rupa (susunan ijuk dapat dibuka dan tutup) schingga stek dapat dengan mudah dikeluarkan tanpa menggangu sistem pcrakarannya. Suhu air selama pengakaran berkisar 27 - 30 C. Untuk sistem ini diperlukan air yang semi steril agar stek tidak terganggu oleh serangan jamur atau bakteri. Untuk itu air perlu diganti setiap 2 minggu sekali. Selang-selang yang digunakan perlu disterilkan dengan cara membuka selang tersebut dan kemudiandijemurdibawahsinarmatahari.

Foto doc. Dharmawati

Gambar 2. Pengakaran stek dengan sistem ·water rooting

3. Kondisi lingkungan

Keberhasilan pembibitan secara vegetatif salah satunya ditentukan oleh kondisi lingkungan I iklim mikro tempat pengakaran stek. Untuk itu pengakaran stek dilakukan pada ruangan ( rumah tumbuh a tau ruang pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap optimal. Ruang pengakaran stek yang secara operasional sudah digunakan oleh beberapa perusahaan dan lembaga penelitian antara lain adalah Rumah TumbuhADH-1, SistemKOFFCO, MS (Model Sungkup ).

a. Rumah TumbuhADH-1

Rumah turnbuh ini dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan ( BP2TP) di Kebun Percobaan Nagrak. Model ini merupakan ruang pengakaran stek sistem penyinaran matahari. Model ini dibagun menggunakan atap permanen dari genteng tanah merah

• yang dikombinasi dengan genteng kaca. Genteng kaca ini dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya yaitu mengatur pencahayaan sinar matahari pagi maupun sore yang masuk sesuai dengan kebutuhan. Di bawah atap ini terdapat bak-bak tumbuh

.. yang dibuat dari batako dan dilapisi semen Gambar3. Foodoc.A.Pnrnono berukuran(l,5mx 1 mx60cm)denganalas Rzmzah pengakuran stek ADH -I lantai semen.

Di dalam bak-bak tersebut dapat terdapat pengakaran yang dapat dimodifikasi kondisinya, seperti dapat diberi kerikil atau air ( sesuai dengan sifat dari bahan stek) di dasar bak-bak tersebut kemudian ditutup dengan fiberglass transparan. Rumah Tumbuh ADH-1 memiliki kondisi pada siang hari Garn 08.00 - 16.00) suhu 25 °C - 30 °C, kelembaban nisbi udara 85% - 90% dan intensitas cahaya 300- 10.000 lux (Pramono et.al., 1999).

b. Sistem KOFFCO

Sistem ini dikembangkan oleh Pusat Litbang Rutan dan Konservasi, terutama digunakan untuk pembibitan jenis-jenis Dipterocarpaceae. Sistem ini memanfaatkan rumah kaca yang dilengkapi dengan sensor pengatur suhu. Pada saat suhu tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan maka akan terjadi pengkabutan secara otomatis. Pengkabutan ini terjadi dengan cara penyemprotan air melalui nozel-nozel yang mempunyai lubang-lubang yang sangat halus. Sistem KOFFCO memiliki suhu < 30 "C, kelembaban > 95% dan intensitas cahaya 5.000 - 20.000 lux (Shakai et al., 1995). Dalam sistem ini bahan stek ditanam di polypot kemudian dimasukkan ke dalam sungkup plastik transparan dan dibawahnya diberi batu-batu kerikil. Hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan kelembaban maupun suhu di dalam sungkup.

7

c. Model Sungkup

Model Sungkup (MS) ini dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hutan Palembang. Unruk pembuatan MS ini diperlukan plastik transparan sebagai sungkup, yang dapat dibuka dan ditutup. Bak tempat media atau polibag ditempatkan dalam wadah terbuat dari papan dan diberi batu kerikil yang diberi air. Unruk rnenopang sungkup digunakan rangka kayu atau besi berbentuk persegi setinggi I 00 cm (Longman, 1993), atau berbentuk setengah lingkaran setinggi 60 cm (Djam'an et al., 2003).

Gambar 4. Ruang penga!«Jran stek model sungkup (Longman, 1993)

4. Zatpengaturtumbuh

8

Unruk menstimulir perturnbuhan akar dan tunas, bagian pangkasl stek diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auxin (IBA, IAA, NAA) dan yang banyak digunakan untuk pembuatan stek atau cangkok yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun Atonik, sedang dari kelompok sitokinin terutama Kinetin, Adenin, zeatin. Cara pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dapat mengunakan cara oles, celup, dan perendaman.

a. CaraOles ZPT berbentuk tepung atau pasta, dioleskan pada pangkal atau bagian bawah dari stek.

b. Cara eel up ZPT berbentuk cair a tau ZPT berbentuk tepung dan pasta kemudian dicairkan. Cara celup dipakai apabila dosis/konsentrasi yang digunakan tinggi. Stek diikat, kemudian bagian pangkal atau bawah stek dicelupkan selama beberapa detik atau menit.

c. Cara perendaman ZPT berbentuk cair atau ZPT berbentuk tepung dan pasta kemudian dicairkan. Cara celup dipakai apabila dosislkonsentrasi yang digunakan lebih rendah. Stek diikat, kemudian bagian pangkal atau bawah stek direndam selama beberapa menitataujam.

B. Okulasi

1. Bahan tanaman

Pada metode ini dilakukan beberapa tahapan okulasi yaitu mulai dari penyediaan root stocks di dalam polybag kemudian pengirisan batang pokok untuk menyisipkan mata tunas. Di lain sisi, disiapkan pula bahan mata tunas yang berasal dari tanaman lain yang sudah diketahui keunggulannya seperti produksi bij i yang ban yak atau bentuk batang yang baik.

2. Teknis pelaksanaan

Setelah itu dilakukan penyisipan atau penempelan mata tunas pada root stocks yang dilanjutkan dengan pengikatan tempelan, bagian atas (pucuk) dari root stock dibiarkan tumbuh.

Ada beberapa jenis yang membutuhkan sungkup untuk menjaga kelembaban biasanya diberi sungkup untuk setiap tanaman, bisa menggunakan kantong plastik putih transparan agar dapat dikontrol tanpa harus membuka sungkupnya. Setelah beberapa minggu, apabila mata tunas sudah terlihat menempel dengan ditandai pecahnya mata tunas atau paling tidak masih berwama hijau dan segar maka batang bagian atas dari root stocks dipotong guna memberi kesempatan kepada tunas baru untuk tumbuh sempuma. Apabila mata tunas sudah terlihat tumbuh sempuma sungkup dapat dibuka untuk memberi kesempatan beradaptasi dengan lingkungan.

Gambar 5. F<Xo doc. Danu Contoh pelaksa11aa11 okulasi pada ta11ama11 (Gmeli11a arborea)

9

Setelah tunas-tunas baru tumbuh dengan baik dan berkayu, maka tanaman ini sudah siap untuk di tanam di lapangan.

C. Penyambungan

Pengertian menyambung atau lebih dikenal dengan istilah grafting adalah menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sehingga tercapai persenyawaan sehingga terbentuk tanaman baru (Widarto, 1996). Batang bawah disebut root stock dimana berfungsi sebagai poho, pangkal yang sebaiknya memiliki perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama/penyakit akar dan batang atas disebut dengan scion. Menurut Hartman et al. ( 1990), ada beberapa tahap proses pertumbuhan pada sambungan, yaitu pada kambium batang atas dan batang bawah pada sambungan akan terbentuk kalus (sel parenchyma ).

Foto doc. A.A.Pramono Gambar 6. Hasil penyambungan pada tanaman

sentang (Azadiraclua excelsa)

Kalus tersebut bersatu membentuk kesatuan yang saling mengikat (Compatibility). Kemudian kalus mengalami differensiasi sel menjadi sel kambium baru, yang menggabungkan kambium batang bawah dan batang atas. Terbentuk jaringan vaskuler baru, dimana jaringan xylem berada di dalam dan jaringan jloem berada di bagian luar. Teknik penyambungan yang umum digunakan adalah sambung pucuk dimana dapat dilakukan dengan cara (a) sambung baji dan (b) sambung pelana

D. Cangkok

1. Bahan dan media

10

Bahan cangkok sebaiknya dari pohon induk yang terpilih: unggul yang nampak kuat, subur, merniliki penampilan fenotipa bagus, tidak terserang hama penyakit, dan cukup umur. Pohon induk sebaiknya tidak terlau muda dan juga tidak terlalu tua. Pada pohon yang terlalu tua, relatif sulit untuk didapatkan lbahan cangkok yang memenuhi syarat, sedangkan pohon yang terlalu muda belum diketahui kualitas pohonnya denganjelas (Wudianto,1999). Berbuah Uika menginginkan buah yang cepat).

Cabang yang ortotrop yang berukuran diameter 2-5 cm, sehat, segar dan telah berkayu merupakan cabang yang cukup ideal untuk dicangkok (Kartiko dan Danu, 2000). Cabang yang terlalu muda, hanya mempunyai sedikit persediaan makanan, sehingga pertumbuhan akar cangkok kurang optimal.

Media cangkok digunakan media porns, cuk:up air dan hara, sperti mos, serbuk sabut kelapa, pupuk kandang, kompos. Hindari penggunaan tanah, terutama tanah mentah karena jika kering tanah akan mengeras dan berat sehingga dapat mematahkan cabang cangkokan (Wudianto, 1999).

2. Teknik pencangkokan

Teknik mencangkok dapat menggunakan cara cangkok sayat atau cangkok belah. Prinsip utama pembuatan cangkok adalah merangsang bagian batang tanaman untuk berakar dengan cara memutus sistem kambiumnya. Pencangkokan sebaiknya dilaksanakan pada musim penghujan agar medianya tidak mengalami kekeringan. Apabila dilakukan pada musim panas atau di daerah yang curah hujannya rendah perlu penyiraman langsung atau sistem infus. Bahan pembungkus cangkok dapat menggunakan plastik transparan yang tidak dilobangi agar tidak terjadi penguapan, sehingga media tetap memiliki cadangan air sampai cangkok berakar.

3. Hormon dan pupuk

Foto doc. Oanu

Gambar 7. Cangkok je~utun.g (Dyera sp.)

Untuk mempercepat terbentuknya akar, biasanya pada Iuka yang akan tumbuh akar diolesi dengan zat pengatur tumbuh dari kelompok auxin. Pupukjuga perlu diberikan pada media cangkok agar dapat mempercepat pembentukan akar. Jenis pupuk dapat menggukanan NPK dengan perbandingan 15:15:15 atau 13:13:21 sebanyak 5 gram pupuk dalam satu kilogram media (Wudianto, 1999).

4. Penyapihan dan penanaman

Apabila perakarannya telah sempurna, batang cangkok dapat disapih dari pohon induknya dengan cara memotong batang pada arah batang induknya. Setelah itu ditanam pada polybag dengan ukuran yang sudah disesuaikan dengan ukuran cangoknya, biasanya polybag berukuran diameter lebih dari 30 cm dan disimpan dibawah naungan untuk mencegah respirasi berlebihan. Cangkok dapat ditanam di lapangan apabila tunas-tunas barn sudah tumbuh dengan baik dan penampakan tanaman sudah sehat (vigor).

E. Kultur Jaringan Kultur jaringan dikenal dengan sebutan Tissue Culture. Sistem perbanyakan dengan metoda kultur jaringan ini menggunakan bagian jaringan atau organ dari suatu

11

tanaman yang ditanam secara suci hama ( steril ) di dalam ruangan maupun media khusus (in vitro) dan akan menghasilkan tanaman dalamjumlah banyak sampai ribuan dengan sifat yang sama dengan induknya. Prinsip kerja kultur jaringan ini adalah prisip totipotensi yaitu sebuah sel atau jaringan dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempuma apabila ditanam pada media yang tepat.

Dalam kegiatan kultur jaringan ada beberpa hal yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan bahan tanaman yang juvenil (muda), pH media, konsentrasi dan jenis zat pengatur tumbuh yang akan digunakan, dan yang utama adalah sterilisasi dari keseluruhan tahapan kerja.

1. Dahan tanaman (expla11t)

Pengaruh dari bahan tanaman terhadap keberhasilan perbanyakan kultur jaringan antara lain adalah (Pierik, 1987):

a. Genotif

Ada perbedaan yang sangat luas dalam hal kapasitas regenerasi dari jenis-jenis tanaman. Tanaman dikotil secara umum lebih mudah beregenerasi dari pada tanaman monokotil, sedangkan tanaman gymnospermae mempunyai kapasitas regenerasi yang sangat terbatas.

b. Umurtanaman Jaringan embrionik mempunyai kapasitas regerasi yang tingggi. Misalnya pada jenis-jenis sereal, embrio dan benih seringkali dipakai sebagai materi kultur jaringan. Untuk itu bahan kultur jaringan yang digunakan adalah bahan yang juvenil.

c. Umur jaringan atau organ Jaringan yang masih muda dan lunak (tidak berkayu) biasanya lebih baik untuk dikulturkan dari padajaringan berkayu yang lebih tua.

d. Status fisiologis Secara umum organ vegetatif tanaman lebih mudah beregenerasi secara in vitro daripada bagian generatif tanaman. Bagian tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah beregerasi dari pada tanaman yang sudah tua.

e. Kondisi kesehatanjaringan Jika tanaman dalam kondisi sehat ketika proses isolasi, maka cenderung akan lebih berhasil ketikajaringannya dikulturkan.

f. Posisi explantpada tanaman induk Pucuk yang berasal dari bagian atas tajuk tanaman memiliki kemungkinan lebib kecil dalam pembentukan akamya daripada potongan yang berasal dari bagian bawah tanaman.

Selain itu Pierik (1987) juga menyebutkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan,antara Jain: ukuran dari eksplan, pengaruh perbedaan tahun, kondisi pertumbuhan, dan luas pelukaan.

12

2. Media

Media yang digunakan mengandung garam mineral, asam amino, gula, vitamin dan hormon tumbuh dan biasanya ditambahkan agar-agar supaya bahan tanaman ( eksplan ) dapat berdiri. Ada pula media cair tanpa penambahan agar-agar, hal ini dibedakan sesuai dengan tujuan produkyang akan dicapai.

3. Zat pengatur tumbuh (Hormon Tumbuh)

Hormon tumbuh (fitohonnon) bermanfaat untuk memacu terbentuknya jaringan tertentu dari sel-sel kalus yang belum terdifferensiasi. Dewasa ini dikenal beberapa golongan zat yang temasuk honnon tumbuh, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, dan inhibitor serta etilin. Efektifitas hormon tumbuh tergantung jenis dan konsentrasi yang digunakan. Untuk pembentukan akar dan perpanjangan tunas dapat digunakan hormon tumbuh golongan auksin diantaranyan: Indole acetic acid (!AA), Jndole butryric acid (IBA) , dan Naphthalena acetic acid (NAA), 2,4-Dichorophenoxyacetic acid (2,4-D). Sitokinin termasuk hormon yang dapat menyebabkan pembelahan sel dan pertumbuhan tunas. Beberapa senyawa yang tennasuk golongan sitokinin diantaranya adalah: purine, adenine, kinetin, 6-Benzylamino purine (BA), Zeatin.

4. Sarana dan Kondisi lingkungan

Faktor-faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan adalah:

a. Cahaya (komposisi dan lama pencahayaan).

Setelah proses penanaman di dalam laminar air flow selesai, seluruh botol kultur ditutup dengan rapat dengan menggunakan alumunium foil dan dipindahkan ke ruang kultur dimana suhu dan pencahayaan harus diatur sedernikian rupa agar prosesnya pertumbuhan berlangsung dengan optimum.

b. Temperatur biasanya pada jenis-jenis tropis suhu dijaga pada 28-29 oc,

c. Kelembaban udara harus dijaga pada ruang pertumbuhan in vitro.

d. Ketersediaan air, oksigen, carbon dioksida,

e. Semua al at dan bahan yang digunakan harus steril

Sarana harus disterilisasi untuk rnernatikan mikroorganisma yang rnenggangu, media disterilkan dengan rnenggunakan autoclaf pada suhu 100 °C dan tekanan 1 atmosfir selama 1 jam. Sterilisasi eksplan dilakukan dengan cara merendarn dengan alkohol, natrium hypoclorit. Tempat penanaman (laminar air flow) dilakukan dengan cara menyemprotkan alkohol 70% dan penyinaran dengan lampu uv selama 1 jam.

13

..

Daftar Pustaka

Djam'an, F.D.; Danu, A.A. Pramono. 2003. Kajian Kriteria Perbanyakan Tanaman Hu tan secara Vegetatif. Balai Lit bang Teknologi Perbenihan. Bogor.

Hartmann, H.T., Kester, D.E. and Davies, Jr.F.T. 1990. Plant Propagation, Principles and Practices. Fifth edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.

Longman, K. A. 1993. Rooting Cuttings of Tropical Trees. Tropical Trees: Propagation and Planting Manuals. Vol I. Commonwealth Science Council. London.

Nugroho A. dan H. Sugito. 2002. Pedoman Pelaksanan Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Cetakan IV. Jakarta.

Pierik. R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publisher. Dordrecht. Netherlands.

Pramono, A. A. 2003. Produksi Bibit Benuang (Octomeles Sumatrana) dari Stek. Leaflet. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

Pramono, A.A., Danu, H.D.P. Kartiko. 2002. Rumah Perakaran StekADH-1: Teknik Pembuatan, Kondisi Lingkungan dan Perakaran Stek Yang Dihasilkan. Tekno Benih Vol 7 (1): 46-52. balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbemihan. Bogor.

Rahardja, P.C. 1988. Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Moderen. Penebar Swadaya. Cetakan II. Jakarta.

Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin Dengan Pengkabutan Pada Pembiakan Vegetatif Dipterocarpaceae. BuletinPenelitianHutan No. 588. Bogor.

Tolkamp dan Leppe. 2002. Pembangunan Kebun Pangkas. Manual Persemaian Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan - Tropenbos International SFMF (GTZ) APHI - IFSP (Danida). Jakarta.

Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Cetakan XIII. Jakarta.

Yasman, I. dan W.T.M. Smits. 1988. Metoda Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Edisi Khusus (03). Balai Penelitian Kehutanan. Samarinda.

14

IV. TEKNIK PERBANYAKAN VEGETATIF BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN

15

NamaDaerah

Namallmiah

Family

Penyebaran

a. Stek BahanStek

16

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq)

Oleh: Agus Astho Pramono dan Nunnawati Siregar

Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang

Octomeles Sumatrana Miq

Datiscaceae

Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku dan lrianJaya.

Bahan stek berasal dari kebun pangkas. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diametemya yaitu berkisar 5,6 - 8,0 mm, yang berasal dari kebun pangkas yang berketinggian maksirnal 60 cm dari tanah 3). Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak. Selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Perbedaan waktu pengambilan bahan stek memberikan pengaruh terhadap perakaran stek, waktu pengambilan bahan stek sebaiknya antara pukul 10.00-13.00.2)

Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Tunas tersebut dipotong-potong menjadi stek Bagian bawah stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mem­percepat pertumbuhan akar karena hormon pertum­buhan banyak terdapat pada Gambar 8. Kebuo pangkas Benuang bini

nodum. Untuk stek pucuk, pangkal bahan stek adalah ruas ke 6-7 dari ujung tunas. Sedangkan ruas ke 8 dan selanjutnya dapat dipakai untuk stek batang. Bahan stek batang sepanjang 3 ruas atau 3 mata tunas\ Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini

Media

Penanaman

Persen Berakar

bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dandaun.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, potongan bawah stek diberi Rootone F dengan dengan dos is ± 200 gr/stek.

Media yang dapat digunakan adalah pasir atau arang sekam2.s). Media ini dimasukkan ke dalam polibag dan disusun dalam bedengan. Wadah media dapat menggunakan polybag.

Bahan stek pada media tumbuh yang sebelumnya telah dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran sedikit lebih besar dari diameter stek, guna menghindari Iuka yang diakibatkan gesekan antar media dengan bahan stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepcrtiga atau setengah dari panjang stek. Tempat perakaran stek sebaiknya memiliki kondisi lingkungan (pada jam 08.00-16.00) sebagai berikut: suhu 25° C - 30 ° FC, kelembaban nisbi 85% - 90%, dengan intesitas cahaya cukup terang. Kondisi ini dapat diperoleh misalnya pada rumah perakaran BTP-ADH l 4

).

Dengan perlakuan di atas persen berakar bisa mencapai 80% untuk stek pucuk, dan 40% untuk stek batang 4).

Foto Doc. A.A. Pramono

Gambar 9. Bibit Benuang bini hasil stek

17

Daftar Pustaka

1) Ermayati., D. Leppe dan N. Juliaty. Pembiakan Vegetatif Melalui Stek Pucuk Pada Jenis Octomeles Sumatrana Miq. Buletin Penelitian Kehutanan Samarinda. Vol. 14(2).

2) Khotimah, K. 2004. Perakaran stek pucuk benuang (Octomeles Sumatrana Miq) pada berbagai jenis media dengan waktu pengambilan bahan stek yang berbeda. Skripsi DepartemenBiologi FMIPAIPB. Bogor.

3) Pramono, A.A., Abidin, AZ; Marom, O; Royani, H; Rahmat,A; Romulo, S. 2001. Pengembangan Ke bun Pangkas di Nagrak. Laporan Uj i Coba No 357. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Pramono, A. A. 2003. Produksi Bib it Benuang ( Octomeles Sumatrana) dari Stek. Leaflet. Balai Lit bang Teknologi Perbenihan. Bogor.

5) Pramono, A. A. 2003. Pengaruh Rootone F dan Jenis Media terhadap Perakaran Stek Benuang ( Octomeles Sumatrana ). Buletin Teknologi Perbenihan. Vol. 10( 1 ). Balitbang Teknologi Perbenihan. Bogor. 25-34.

18

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

a. Stek

BahanStek

Media

Penanaman

2. Eukaliptus (Eucaliptus pellita F.Muel)

Oleh: Nurmawati Siregar dan Sri Darmayani Toding

Eukaliptus

Eucaliptus Pellita F.Muel

Mirtaceae

Bahan stek berasal dari trubusan tanaman yang berumur sekitar 2 tahun, dipilih tunas yang relatif seragam. Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam agar tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagihari.

Akar tersebut dipotong-potong menjadi stek dengan panjang sekitar 15 cm (satu ruas) masing-masing daun dipotong dua per tiga bagian. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air). Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi Rootone F 50% dengan metode perendaman selama 5 menit dan direndam dalam larutan pupuk organik cair SNN 50% selama 10 menit.

Campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 3: 1, dimasukkan ke dalam polibag, kemudian disusun dalam bedengan yang diberi naungan dengan intensitas 65%. Wadah media dapat menggunakan polibag ukuran 12 x 10 cm.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sepertiga atau setengah dari panjang stek dan disiram dengan air. Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 69,2% 6 minngu setelah tanam'>, selanjutnya secara bertahap naungan mulai dikurangi .

19

..

b. Sambung

Rootstock

Scion

Penyambungan

Pemeliharaan

20

Foto Doc. Danu Gambar 10. Persemaian eucalyptus hasil stek PTW KSi, Jambi

Rootstock berasal dari bibit yang sudah berumur 5 - 6 bulan, diameter batang 0,8 - I cm. Batang rootstock dipangkas setinggi sekitar 25 cm dari permukaan media, kemudian dilakukan penyayatan pada salah satu sisi batang rootstock dengan panjang sayatan 1,5-2 cm.

Scion berasal dari pohon plus, tunas scion dipotong sepanjang 8-10 cm, pada salah satu dari sisi pada bagian pangkal disayat sehingga bagian cambium kelihatan. Pilih diameter scion yang sesuai dengan diameter rootstock.

Penyambungan dapat dilakukan: (1) secara rind graft dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan. Penyambungan dengan cara rind graft memberikan persen tumbuh sebesar 45 % 3> • (2) Scion ditempelkan pada satu sisi rootstock lalu diikat dengan paraffin, diikat dan ditutup dengan plastic untuk menjaga kelembaban dan mencegar air tidak masuk ke dalam sambungan. Cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 71.92% 4>.

Penyiraman media, pembuangan tunas yang tumbuh pada bagian bawah dan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh.

Daftar Pustaka

1) Prastyono, Adinugraha, H.A dan Suwandi. 2003. Keberhasilan Perturnbuhan Stek ucuk Eucalyptus pellita Pada Beberapa Media dan Hormon Perangsang Pertumbuhan. Jurnal pemuliaan Tanaman Hu tan Vol. 1 (2) Agustus 2003.

2) Adinugraha, HA dan D, Setiadi. 2003. Pengaruh pupuk Organik Cair SNN (Super Natural Nutrition) dan lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus Pellita di Persemaian . Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol. 1(2)Agustus2003,

3) Hamdan, A.A., B. Leksono dan F. Halang. 2005. Keberhasilan Tumbuh Beberapa Klon Jenis Eukaliptus Dengan Penerapan Dua Teknik Sambungan. Jurnal PenelitianHutan Tanaman. Vol: 2 (2). Yoyakarta

4) Adinugraha, AH dan· .S. Sunarti. 2004. Pengaruh Naungan dan Asal Scion Terhadap Keberhasilan Sambungan Jenis Eukaliptus. Jumal Penelitian HutanTanaman. Vol 1(1).

21

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

22

3. Damar Mata Kucing (Sltorea javanica K& V)

Oleh: Nunnawati Siregar dan Made Suartana

Damar Mata kucing

ShoreajavanicaK&V

Dipterocarpaceae

Sumatera dan Jawa Barat

Bahan stek berasal dari bi bit umur 2 tahun, dipangkas dan tunas umur 9 bulan dijadikan bahan stek 2•

3l_ Dipilih tunas ortotrop

muda yang relatif seragam diameternya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagihari.

Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 5 cm, diameter0,5-0,8 cm. Pembuatanstek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun. Jaringan dalam stek tidak dimasuki udara sehingga tidak menghambat penyerapan air.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 100 ppm dengan metode perendaman selama 1 jam, atau cukup membelah dua bagian bawah stek atau tangkai stek.

Pasir sungai disolarisasi selama 3 jam, dimasukkan dalam polibag ukuran 12 cm x 15 cm dan disusun dalam bedengan yang diberi naungan paranet intensitas 75% menghasilkan persen tumbuh 90 % 2>, bi la bagian bawah stek dibelah dua dengan naungan intensitas 65% dan 75% menghasilkan persen tumbuh93% 3l_

Penanaman Media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah panjang stek, kemudian ditutup dengan media dan disiram air.

Daftar Pustaka

1. Hendromono. 1996. Pembiakan Vegetatif S. Javanica dengan stek batang. Buletin Penelitian Hutan Bogor No: 599. Puslitbang Hu tan dan Konservasi Alam. Bogor. 33-38

2. Lukman A.H. dan A. Sofyan. 2000. Percobaan stek Damar Mata Kucing (Shorea javanica) dari beberapa tingkat umur bibit. Buletin Telmologi Reboisasi No. 10. Balai Telmologi Reboisasi. Palembang

3. Siregar, N dan A. Sofyan. 2001. Pengaruh Kerapatan Naungan Terhadap Pertumbuhan Stek Damar Mata Kucing (Shorea javanica). Buletin Penelitian Hu tan Tanaman Vol: 1 (1 ). Palembang.

4. , 2003. Pengaruh Tingkat Kerapatan Naungan dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Damar mata Kucing (Shoreajavanica K&V). Buletin Hutan Tanaman Palembang Vol: 1(1) Desember 2003.

5. , 2003. Respon pertumbuhan stek Damar Mata Kucing (S. javanica) dengan perlakuan pembelahan basal stek dan konsentrasi IBA. Buletin Penelitian Hu tan Tanaman Vol: 1 (1 ). Palembang.

23

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

24

4. Gmelina (Gmelina arborea L.)

Oleh: Rina Kurniaty dan Aam Aminah

Gmelina,jati putih

Gmelina arborea L.

Verbenaceae

Sebaran alami terdapat di B irma, Thailand dan Vietnam

Bahan stek berasal dari bibit atau pohon induk yang sudah mencapai umur 10 tahun si_ Bahan stek dari bibit menghasilkan persen hidup yang lebih tinggi 4

i . Bahan stek dapat menggunakan cabang atau batang yang memiliki diameter yang relatif seragam, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang tidak pecah atau rusak. , Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari di tempat yang teduh sehingga tidak cepat layu a tau kering.

Cabang atau batang dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 10- 20 cm (2 3 mata tunas), diameter 1,6 cm - 2,0 cm. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilak:qkan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah berisi air, untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 100 mg/liter air dengan metode perendaman selama 2 jam (2), direndam air kelapa muda selama 1 "8 jam si, dan rootone-F 3·

1>.

Media tumbuh stek dapat menggunakan tanah sub-soil, campuran tanah dan pasir (1:1atau1:3, v/v), campuran tanah dan arang sekam padi (1:1 , v/v), campuran tanah dan serbuk gergaji (1: l, v/v), campuran tanah dan arang sekam (1: 1, v/v), campuran tanah dan serbuk sabut kelapa (1:1, v/v) 3

·•Ml, yang dimasukkan dalam kantong plastik dan disusun dalam bedengan. Wadah media dapat menggunakan polybag ukuran 20x 15cmatau25x17 cm.

Penanaman

b. Okulasi

Rootstock

Scion

Penyambungan

Pemeliharaan

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman seki tar sepertiga a tau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. kemudian ditutup dengan sungkup plastik putih transparan. Pada waktu siang hari untuk mengurangi suhu yang terlalu tinggi dan menjaga kelembaban maka sungkup plastik ditutup dengan karung goni yang basah atau paranet. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari.

Root stock berasal dari bibit diameter batang 1 - 2 cm atau berumur 4-6 bulan. Penyayatan dilakukan pada ketinggian l 0-20 cm di atas permukaan tanah salah satu sisi batang root-stock dengan panjang sayatan 2 cm dan lebar 0,5 cm 1>.

Scion berasal dari ruas cabang kebun pangkas atau ranting pohon induk yang baik dan jelas asalnya. Tunas scion dipotong sepanjang 20-50 cm, kemudian sayat mata tunas yang baik sepanjang 2 cm dan lebar 0,5 cm berikut kayunya menggunakan pisau yang tajam dari arah bawah ke pucuk, selanjutnya bagian yang berkayu dilepas dan siap ditempelkan pada rootstock•>.

Foto Doc. Danu

Gambar 11. Okulasi pada gmelina

Pembuatan okulasi menggunakan model forket, dengan cara menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan, cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 83%1>. Tanaman yang tel ah diokulasi ditempatkan di ruangan yang memiliki intensitas naungan 50-70%. Penyiraman media, pembuangan tunas yang tumbuh pada bagian bawah dan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh sebesar72,3% 1>.

25

Daftar Pustaka

1) Danu, Dharmawati F.D dan A. Suprayogi. 2002. Teknik Okulasi Tanaman jati Putih (Gmelina arborea Linn). Tekno Benih Vol.VII (1). Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

2) Danu dan J.Tampubolon. 1992. Pengaruh Jumlah Ruas Stek dan Konsentrasi IBA terhadap Pertumbuhan Stek Batang Gmelina arborea Linn. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

3) Iriantono, J. 1992. Pemilihan Berbagai Media dan Bagian Stek pada Pembiakan Vegetatif Gmelina arborea Linn. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

4) Iriantono, J dan Windayani. 1992. Pembiakan Vegetatif Stek Gmelina arborea Linn. Dengan Menggunakan Rootone-F. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

5) Rostati H, 1998. Pengaruh pemberianAir kelapa Muda sebagai Hormon Tumbuh Alami dan Lama Perendaman terhadap Pertumbuhan Stek Batang .Gmelina (Gmelina arborea Linn). Skripsi Fakultas Kehutanan, UniverSitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

6) Siagian, YT. 1992. Pengaruh Hormon Indole3-Butyric Acid Terhadap Persentase Jadi Stek Batang Gmelina ( Gmelina Arborea Linn). Buletin Penelitian Hu tan No. 546. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 55-60. .

7) Sumardi. 2002. Pengaruh Konsentrasi Rootone-F dan Lama Waktu Perendaman terhadap Pertumbuhan Stek Gmelina ( Gmelina arborea ). Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Sriwigama. Palembang.

8) Waluyo, R. 2000. Studi Penggunaan Bahan Pelembab pada Penyimpanan dan Lama Penyimpanan Terhadap Persentase Tumbuh Stek Gmelina arborea Roxb. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut PertanianBogor. 1

9) Widodo L. 1990. Pengaruh Pemberian Hormon Rootone F dan Letak Stek Pada Bagian Cabang Gmelina arborea L. Terhadap Pertumbuhan Tunas dan Akar.

10) WijiyatiK. 1995. PengaruhMedia TerhadapPertumbuhan StekBatangdan Stek Pucuk Gmelina arborea Linn. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, InstitutPertanian Bogor.

26

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

Penanaman

5. Jati (Tecto11a gra11dis L.f.)

Oleh: Dharmawati F. Djam'an dan Aris Ristiana

Jati

Tectona grandis L.f.

Verbenaceae

Jawa, Sulawesi Tenggara (Muna)

Bahan stek berasal dari kebun pangkas yang berasal dari bibit hasil okulasi ,biji atau bibit hasil kultur jaringan. Dipilih tunas ortotrop muda dan dorrnan yang relatif seragam diametemya. Bahan stek dari kebun pangkas hasil okulasi biasanya berukuran relatif besar dan dipilih yang sudah berkayu (stek makro ), sedangakan yang berasal dari kebun pangkas asal benih dan kultur jaringan, bahan steknya diambil dari bibit yang masih muda dan berukuran kecil ( stek mikro ).

Tunas tersebut dipotong dengan gunting stek yang tajam supaya bahan stek tidak pecah atau rusak. Panjang potongan stek sekitar 5-7 cm dan masing-masing daun dipotong dua per tiga bagian. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat a tau sedikit dibawah nod um (ruas ), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun, stek ditempatkan dalam wadah berisi air.

Media yang digunakan campuran pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 3:3:3. Media tersebut kemudian dimasukkan dalam polibag dan disusun bak perakaran dengan sungkup plastik atau sistem KOFFCO. Wadah media dapat menggunakan polybag ukuran 10 x 15 cm a tau 15 x 25 cm, bisa juga menggunakan polytube a tau po tray.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media.

27

b. Okulasi

Rootstock

Scion

Penyambungan

Pemeliharaan

28

Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi Rootone F 100 ppm dengan metode pencelupan selama 1-2 menit. Dengan cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 79 % - 100 %1,2).

Penyiraman dilakukan 3-7 hari sekali, dan setiap 3 hari sekali sungkup dibuka selama 1-3 jam agar terjadi pergantian udara.

Rootstock berasal dari bibit diameter batang 1 - 2 cm atau berumur 4-6 bulan. Batang root-stock dipangkas setinggi sekitar 25 cm dari permukaan media, kemudian dilakukan penyayatan pada salah satu sisi batang root-stock dengan panjang sayatan 5-7 cm.

Scion berasal dari ruas cabang kebun pangkas atau ranting pohon induk pada kelas umur II dan posisi cabang pada tajuk bawah. Tunas scion dipotong sepanjang 5-10 cm, pada salah satu dari sisi pada bagian pangkal disayat sepanjang 2-3 cm sehingga bagian cambium kelihatan.

Penyambungan dilakukan: (1) secara chip budding dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegar air masuknya air ke dalam sambungan, cara rind graft memberikan persen tumbuh sebesar 90%J'; (2) secara bud grafting dengan menempelkan kedua bidang sayatan, kemudian diikat dengan parafilm, lalu sambungan ditutup dengan plastik bening transparan untuk menjaga kelembaban dan mencegah masuknya air ke dalam sambungan, selajutnya ditempatkan dalam sungkup plastik dengan ukuran 20 x 20 cm, cara bud grafting memberikan persen tumbuh sebesar 7 5% ·~

Penyiraman dilakukan setiap hari, bila musim kering dilakukan 2 kali zaheri media. Tunas yang tumbuh pada bagian batang bawah harus dibuang. Setelah scion nempel dengan baik, plastic pembungkus dibuka dan batang bawah di atas mata temple dipotong. Untuk metode penyambungan dapat dilakukan pembuatan lubang pada plastik apabila tunas sudah tumbuh.

C. Kultur Jaringan

Sumber Eksplan

Mediadasar

Inokulasi

Multiplikasi

Induksi aka'

Aktimalisasi

Pendewasaan

Diarnbil dari mata tunas pohon plus 5> atau hipokotil dari biji yang dikecambabakan secara aseptik 61

MS (Murashige & Skoog) yang dicampur dengan BAP 05-3 ppm, NAA 0,1 ppm dan GA3 0,01-0,5 ppm, sukrosa 30 g/liter dan agar 5 g/liter dengan pH 5,5-5,7 5>. MS (Murashige & Skoog) dan WM (Modifikasi White) dicampur dengan BAP Foto Doc. Yulianti B.

0, 15 mg/l, JAA, IBA dan Gambar 12. Pertanaman Jati hasil kultur

Kinetin 1,5 mg/16>. jaringan

Inisiasi tunas terjadi sekitar 21 - 8 minggu setelah inokulsi M>

Waktu yang dipergunakan untuk satu kali multiplikasi sekitar 8 minggu, disimpan pada ruangn dengan intensitas cahaya 2000 lux selama 8 jam dengan suhu 25°C 5'

6>.

Jnduksi akar dilakukan pada media pasir dengan penambahan IBA 1-10 ppm selama 4-8 minggu 51 a tau media White cair dan Sukrosa 20 g/l dan wadah tabung dan dinduksi selama 2 hari dan selanjutnya dipindah ke dalam media padat White selama 20hari 6>.

Media dapat menggunakan kompos, verkulit dalarn cup yang ditempatkan bak plastik bening dan ditutup dengan kaca. Plan let dipelihara dalam cup selama 2 minggu selanjutnya kaca dibuka secara bertahap dan sekitar 21 hari sampai dengan 8 minggu anakan sudah dapat dipindah 5'

6>.

Media yang digunakan adalah campuran tanah, pupuk kandang dan kompos dengan perbandingan l: l: l (v/v) 5> atau campuran tanah, pasir, kompos vermikulit '>.

29

Daftar Pustaka

1) Mahfudz dan M. Na'iem. 2005. Pengaruh Kedewasaan Jaringan dan Posisi cabang Pada Tajuk Pohon Induk. Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Jati. Jumal Penelitian Rutan Tanaman Vol. 2(1 ).

2) MA. Fauzi. C. Ridayat dan R. Supryanto. 2002. Pengaruh Rormon dan Media Terl:t1dap Keberhasilan Stek Pucuk Jati (Tectona grandis L.t). Prosiding Ekspose Rasil Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Rutan.

3) dan M. Na'iem. 2004. Pengaruh Kedewasaan jaringan dan Posisi Cabang Pada tajuk Pohon Induk Terhadap Keberhasilan Okulasi Jati. Jurnal Penelitian Rutan tanaman Voll (2)

4) dan M. Na'iem, R. Moko dan HA. Adinugraha. 2001. Pengaruh Klon Untuk Scion Posisi Okulasi dan Ukuran Sungkup Terhadap Keberhasilan Okulasi Jati (Tectona grandis L.t).. Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol.5 (2).

5) Bahoenta, L., L. Sutjiati dan W. Sumamburat. 1995. Perbanyakan Vegetatif Jati (Tectona Grandis) Melalui Kultur Jaringan. Du ta Rimba 181- l. 82/XX.

6) Rerawan, T dan Y. Rusnaeni. 2001. Perbanyakan Jati (Tectona grandis) menggunakan Teknik Kultur jaringan. Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon. Vol 5(2).

30

Namadaerah

Namallmiah

Fam iii

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

6. Jelutung (Dyera polyphylla Miq.)

Oleh: Oleh : Kurniawati P. Putri dan Aris Ristiana

Labuwai (Sumatera), malabuwai (Sumatera),jelutung (Kalbar, Kalsel dan Kaltim), pantung (Kalteng)

Dyera polyphylla Miq

Apocynaceae

Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Kalbar, Kalteng dan Kaltim 3>.

Foto Doc. Danu

Gambar 13. Tegakan Jelutung di PT DHL Jambi

Bahan stek berasal dari anakan atau trubusan dengan diameter berukuran 0,5 cm - 1,5 cm. Bahan stek dipilih dari tunas orthotrop dan sudah berkayu. Tunas kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar potongan bahan stek tidak pecah atau rusak, dan ditempatkan dalarn wadah/ember berisi air.

Bahan stek yang telah dipilih kemudian dipotong-potong dengan panjang 30 - 40 cm (minimal dua ruas). Pemotongan dilakukan tepat atau sedikit di bawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Kemudian untuk memperluas bidang penyerapan air, pada bagian bawah a tau pangkal stek di po tong miring 45°.

31

Media

Penanaman

b. Cangkok

Pemilihan pohon Induk dan ca bang

Media

Pencangkokan

32

Stek selanjutnya ditempatkan dalam wadah atau ember berisi air guna menghindari dari perbedaan tekanan dalam stek. Pembuatan sek dilakukan di tempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering.

Media yang digunakan adalah topsoil, atau campuran topsoil dan gambut dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 : 2 1

'. Wadah untuk media stek dapat menggunakan polybag atau polytube yang diletakkan di bawah tegakan atau persemaian yang disungkup dengan plastik transparant.

Stek ditanam pada media yang telah disiapkan dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek, kemudian ditutup dengan media dan disiram dengan air. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan pengendaliaan hama penyakit dengan cara penyemprotan fungisida Ben late a tau insektisida Thiadan 50 EC.

Dengan cara ini, setelah 8 minggu memberikan persen tumbuh sebesar 28.49 % dengan rata-rata panjang akar 80,54 mm 1'.

Pohon induk dipilih yang berpenampilan baik dan sudah berbunga selanjutnya dipilih cabang orthotrop (tegak lurus). Bahan cangkok yang digunakan adalah trubusan umur 8 bulan yang berukuran panjang antara 30 - 50 cm, dan diameter batang antara 5 - 10 mm. Pencangkokan dilakukan pada ruas yang letaknya paling dekat dengan pucuk dan berkayu.

Media yang digunakan adalah serbuk sabut kelapa yang telah diberi pupuk NPK, dengan perbandingan NPK : air : media sebesar 5 gr: I liter: 7 liter 2>.

Pencangkokan dimulai dengan menyayat kulit batang dan mengerik kambiumnya sepanjang 58 cm. Agar didapatkan permukaan yang kering dan tidak bergetah, maka sayatan harus dibiarkan/dikeringkan selama± 2 hari. Setelah kering, sayatan dibungkus dengan media yang telah disiapkan dan ditutup dengan plastik transparant dan diikat dengan tali plastik. Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, apabila tidak turun hujan dilakukan penyiraman.

Setelah 5 bulan dari pencangkokan, dihasilkan cangkokjelutung dengan tingkatkeberhasilanhidup mencapai 60%3

>.

Cangkok yang telah berakar selanjutnya dipotong dan ditanam pada polibag dan ditempatkan di bawah naungan dengan intensitas naungan sebesar 50%. Selama proses aklimatisasi ini dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Setelah tiga bulan dari penyapihan dihasilkan bibit jelutung dengan persen hidup sebesar 70 % 2>· Foto Doc. Oanu

Gambar 14. Pencangkokan Jelutung

Daftar Pustaka

1). Aminudjn, I. 1995. Studi Pembiakan vegetatif Stek Batang Jelutung (Dyera costulata Hook. F.) Dengan penambahan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Pada Media Kombinasi Gambut dan Top Soil di HTI-Trans PT Rimba Rokan Hulu Riau. Skripsi S-1 Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.

2). Danu, R. Hidayat dan A. Suprayogi, 2002. Teknik Pembuatan Cangkok Jelutung Rawa (Dyera polyphyl/a MIQ.) Tekno Benih Vol. VII (1): 25 29. Balai LitbangTeknologi Perbeoihan. Bogor.

3). Putri, K.P. dan Danu. 2003. Upaya Peningkatan Keberhasilan Perbanyakan Jelutung Melalui Metoda Cangkok (Dyera polyphylla MIQ.). Info Benih Vol. 8 (1): 13 16. Balai LitbangTeknologi Perbenihan. Bogor.

33

.. NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

34

7. Leda (E11calypt11s deglupta Blume.)

Oleh: Nurmawati Siregar dan Hasan Royani

Leda, alang, ledan, ongkolan, tampai, tomelo, koyo, tambulilato, tomela.

Eucalyptus deglupta

Myrtaceae

Seluruh Sulawesi kecuali Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya

Bahan stek berasal dari bibit umur 8 bulan, dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diametemya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari.

Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan diameter 0,3-08 cm, panjang 5-7 cm, mempunyai tunas paling sedikit satu tunas dan untuk mengurangi penguapan daun dipotong sebagian. Pembuatan stek dilakukan di tempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° {untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodurn {ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas IBA 200 ppm dengan rnetode pengolesan 1•2>, a tau rootone-F 500 ppm 3·>. Cara ini menghasilkan persen tumbuh sebesar 60 80 % 1.2.3>.

Campuran tanah dan pasir (1: l,v/v) dimasukkan dalam polibag dan disusun dalam rumah turnbuh yang terbuat dari tembok dengan ukuran 10 x 1 x 1 m , bagian dalam diisi dengan kerikil dan pasir setinggi 20 cm dengan cara ini dapat membantu kelembaban sekitar 90 %. Wadah media dapat menggunakan polybagukuran 12cmx20cm.

Penanaman Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. kemudian ditutup dengan sungkup plastik putih transparan.

Daftar Pustaka

1). Danu dan I Putu Gede Antar Wijaya. 1995. Pengaruh media dan zat pengatur tumbuh IBA terhadap pertumbuhan stek Eucalyptus deglupta Blume. Buletin Perbenihan Kehutanan. Vol 2 (1). Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2). Suhaendi, H. 2001. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh IBA dan Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Eucalyptus deglupta Blume. Duta Rimba Agustus 2001. Perum Perhutani. Jakarta.

3). Sutaryo. 1990. Pengaruh zat pengatur tumbuh rootone-F terhadap keberhasilan stek pucukEucalyptus deglupta Blume. Skripsi Fahutan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

35

NamaDaerah

Namailmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

36

8. Pulai Gading (Alsto11ia scholaris (L) R Br)

Oleh: Danu dan A.Z. Abidin

Pulai, goti, ampalai, pelai, pelantan, lame, kasidula, mantoti, angar, bintang, hange, lete, pela, pera,jagera dan setaka

A/stonia Scholaris (L) R Br

Apocynaceae

Hampir seluruh daerah di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jawa Timur Bali, Palembang, Jambi, Riau, Sumatera Barat, lampung, Kalimanatan Barat, Sulawesi, Maluku, Nusa Tcnggara dan Irian Jaya

Bahan stek pulai dapat -~~•--""'7: menggunakan stek pucuk maupun stek batang. Stek batang menghasilkan persen tumbuh yang lebing tinggi dibandingkan dengan stek pucuk. Bahan stek batang yang baik dapat diperoleh dari kebun pangkas berumur 2 5 tahun. Stek terse but berukuran diameter 0,5 cm - 3 cm, kulit berwarna coklat putih dan berkayu serta vigor sedang. Stek dipotong sepanjang I 0 -15 cm (minimal 2 noda).

Foto Doc. Danu

Gambar 15. Pengambilan bahan steh. pulai gading

Selain dari kebun pangkas bahan stek bisa diambil dari bibit umur 1 -1,5 tahun tinggi 75-100 cm dan diameter 0,5-1,5 cm yang dipotong menjadi 4 bagian dengan panjang sekitar 8 - 25 cm (2 ma ta tunas) bisa menghasilkan stek hidup, bertunas dan berakar 80 - 100 % 4>_

Pemotongan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering, dengan menggunakan gunting stek yang ta jam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air).

..

Media

dilakukan tepat a tau sedikit dibawah nodum (ruas) pada jarak 1,5 2,5 cm dari ruas atas dan bawah, hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan ban yak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hat ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun .

Untuk menstimulir pertumbuhan akar bagian pangkal stek diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian Rootone F 40% dengan metode perendaman selama 5 menit menghasilkan persen berakar berkisar antara 80-98% 2

•4>·. Pemberian Rootone F 100% dengan metode

perendaman selama 10 menit menghasilkan sebesar 91, 11 % dan Atonik sebesar 100 % dengan metode perendaman selama 10 menit menghasilkan 100 %, tanpa zat pengatur tumbuh sebesar 92,22% 4>_

Pemberian Rootone F dengan dosis 50 mg per stek dengan metode pengolesan mcnghasilkan 93.33% dan Rhizatun 50% dengan metode pengolesan menghasilkan 90 % si_

Foto Doc. Danu

Gambar 16. Bibit Stek Pulai Gading umur 3 bulan

Stek pulai tidak menuntut media maupun tempat pertumbuhan yang khusus untuk proses perakarannya. Stek pulai dapat tumbuh dengan baik pada tan ah top soil, campuran tanah dan pasir ( 1: 1) 4 .s>, a tau campuran tanah dan serbuk sabut kelapa ( 1: I) 1

>. Wadah media dapat menggunakan polybag, potray.

37

Penaman Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media dan disiram dengan air. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Tempat pengakaran stek dapat menggunakan prototipe rumah pengakaran stek Tipe BTP-ADH, kondisi lingkungan ini mampu menghasilkan stek tumbuh dan berakar sebanyak 95,33%'>. Sungkup plastiktransparan yang diatasnya dinaungi paranet intensitas cahaya masuk 50% mampu menghasilkan stekberakar93,33 % 4) .

Daftar Pustaka

1. Danu, dkk. 2000. Teknologi Pembiakan Vegetatif: Uji Penanaman Hasil Biakan Vegetatif Jenis Pulai (Alstonia scholaris R.Br.) Gmelina arborea Linn. dan Ampupu (Eucalyptus urophylla S.T. Blake). LUC No: 303/DR/03/2000. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2. Emayati., N Juliaty dan Giono. 2002. Pembiakan Anakan Pulai (Alstonia scholaris) Secara Vegetatif Melalui Stek Pucuk. Buletin Penelitian Kehutanan. Vo .. 15(2). 2002. BalitbangKehutanan Samarinda.

3. Mahfudz, M., MARGA. Fauzi dan HA, Adinugraha. 2003. Pengaruh Media dan Dosis Rootone F Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Pulai (Alstonia scholaris (L) R. Br). Jumal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 1(1). April 2003.

4. Mashudi., D.Setiadi., dan H.AAdinugraha. 2003. Aplikasi Teknik Stek Batang Pulai (Alstonia scholaris) Dalam Pengembangan Kebun Pangkas. Jumal Pemuliaan Tanaman Hutan. VOI l (3).

5. Prebij anti,D .E. 1999. Pengaruh Dosis Rootone-F, Jenis Media dan Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Pulai (Alstonia scholaris R.Br.) Skripsi F akultas Kehutanan. Jurusan Mana gem en Hu tan. IPB. Bogor.

38

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

Penaman

9. Ramin (Gonystylus ba11ca11us (Miq.) Kurz)

Oleh: Rina Kurniaty dan Budi Budiman

Ramin, gaharu buaya, menamang, pulai miang, gerima, medang keladi

Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz

Thymeleaceae

Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan seluruh Kalimantan

Bahan stek berasal dari anakan alam dengan tinggi antara 30-60 cm 2

> atau dari pohon yang berumur 8 tahun M>. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari.

Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 5-8 cm 2>, daunnya dikurangi tinggal 2-3 daun kemudian dipotong tinggal 1/3-1/4 dari luas asal (3). Pembuatan stek dilakukan di tempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit di bawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untukmempercepatpertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 500 ppm sampai I 000 ppm 2

•4>. Dengan cara ini memberikan persen

berakar sebesar 85% sedang tanpa perlakuan zat pengatur tumbuh sebesar 90% ?J

Campuran gambut dan sekam padi dengan perbandingan 7:3 2\

dimasukan dalam pot ray dan disusun dalam rumah kaca yang dilengkapi dengan sistem pengabutan.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media.

39

Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam, disiram dengan air.

b. Cangkok

Bahan cangkok Cabang berukuran panjang 1 m dengan diameter 2 cm, dilakukan pada pohon berumur 5 tahun, cabang autotrop dan sudah berkayu '>.

Media Gambut yang telah masak dibungkus dengan plastik wama hi tam. Diberi Rootone F 20 gr/ 20 cc air. Dengan cara ini memberikan persen hidup 90 % 1>.

Penanaman Cangkok bisa diambil setelah berusia 3 bulan •> kemudian siap untukditanam. ·

Daftar Pustaka

1. Danu dan Nurhasybi. 1998. Perbanyakan Ramin (Gonystylus bancanus Kurz) dengan metoda cangkok. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Pengembangan Teknologi Perbenihan Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2. Hendromono. 1999. Pengaruh Manipulasi Kondisi Lingkungan Terhadap Prosen Berakar Stek Ramin (Gonystylus bancanus). Buletin Penelitian Hu tan 618. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. 1-12.

3. Kartiko, H.D ., Danu, Wasis Suwoyo dan Keri P Nugroho. 200 I. Membuat Bibit tanaman Langka : Ramin (Gonystylus bancanus) Melalui Stek. Buletin Teknologi Perbenihan Vol.8 No. I . Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

4. . 1998. Penanganan Biji dan Stek Ramin ( Gonystylus bancanus

40

Kurz). Buletin Teknologi Perbenihan Vol.5 No.2. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

NamaDaerah

Namallmiah

Penyebaran

Famili

a. Stek

BahanStek

Media

10. Meranti (Shorea leprosula Miq.) Oleh:

AamAminah dan R.U. Damayanti Sianturi

Meranti Merah

Shorea leprosula Miq.

Sumatera, Kalimantan dan Maluku

Dipterocarpaceae

Bahan stek berasal dari anakan alam dengan tinggi atau berumur 3-4 tahun. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diametemya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam ember atau kantong plastik yang berisi air (4). Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari.

Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan panjang 10 cm, pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun 1>. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas diberi IBA 7.500 ppm dengan metode perendaman selama 2 jam 5>.

Campuran gambut, perlite dan vermiculite dengan perbandingan 1 : 1: 1, dimasukkan dalam wadah pot plastik hi tam dan disusun dalam rak pertumbuhan di rumah kaca dengan sistem KOFFCO, cara ini menghasilkan persen berakar sebesar 87%1>. Stek diberi IBA 7 .500 ppm dengan metodeperendaman selama 2 jam Media air dalam water rooting menghasilkan persen berakar sebesar 66.67% 5).

41

Penanaman Penaman pada media padat dilakukan dengan cara: media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air 5>.

b. Kultur jaringan

Sumber Eksplan

Mediadasar

Inokulasi

lnduksi akar

Potongan tunas terminal atau batang satu buku dengan panjang 1-1,5 cm 7l.

MS (Murashige & Skoog) yang dicampur dengan BA 2 mg/1 1>.

Inisiasi tunas terjadi sekitar 14 hari setelah inokulsi 1>.

Induksi akar dilakukan pada media dengan penambahan L­Glutamin 250-1.000 mg/I selama 4-8 minggu 7l.

Daftar Pustaka

l. Bainovski. 2000. Pengaruh Pemberian Rootone F dan Zat Perangsang Tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan Stek Pucuk Meranti merah (Shorea leprosula Miq) di HPH PT. Fajar Kahayan Kalimantan Tengah. Skripsi Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya.

2. Ernawati, E. 1997. Studi keberhasilan Hidup Stek Pucuk Shorea leprosula dengan Perendaman air kelapa di HPH PT. Inocin Aria Bima Sari Kota waringin Barat Kalimantan Tengah. Skripsi jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya.

3. Hendromono, C.Sakai, Y Yamamoto dan D. Prameswari. 1976. Stek Batang Tiga Jenis Meranti Dari Ranting Pohon dan Anakan Alam. Buletin Penelitian Hutan No. 597. PuslitbangHutandanKonservasiAlam. Bogor. 33-38.

4. Omon Mulyana R. 1996. Pengaruh Beberapa jamur Mikoriza dan Media Terhadap Pertumbuhan stek Shorea leprosula Miq. Buletin Penelitian kehutanan No. 603. Puslitbang Hu tan dan Konservasi Alam. Bogor.

42

5. Sumedi, M. 1989. Penggunaan Hormon Rootone F Pada Pembiakan Shorea Leprosula Miq Secara Stek Batang Dengan Sistem Water Rooting. Fakultas Kehutanan Universita Gajah Mada Yogyakarta.

6. Tukimin. Pengaruh Cara Pengangkutan dan Lamanya Penundaan Penanaman Terhadap Stek Pucuk Shorea leprosula Miq. Skripsi Fakultas kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

7. Yelnititis., T. Herawan., E. Sapulete., A. Setiawan dan E. Izudin. 2005. Perbanyakan Meranti Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 2(1).

43

NamaDaerah

Namallmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

Penanaman

44

ll. Meranti (Sltorea polyandra Ashton.)

Oleh: Dharmawati F Djam'an dan Adang Muharam

Meranti

Shorea polyandra Ashton

Dipterocarpaceae

Bahan stek berasal dari kebun pangkas umur 3,5 tahun. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diametemya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari.

Tunas dipotong-potong menjadi stekdengan panjang 5 cm, 2 daun dan 4 ruas (node) atau masing-masing daun dipotong sebagian. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek tersebut ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun.

Campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1: 1, dimasukkan ke dalam polibag, disusun dalam bedengan di bawah po hon.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air, kemudian ditutup dengan sungkup plastik putih transparan, sehingga kelembaban berkisar antara 80-90% dan suhu antara 27-28°C. Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Dengan cara ini memberikan persen berakar sebesar 90 % •>.

Daftar Pustaka

l. Om on, R.M,. Mas'udsAF dan Herbagung. 1989. Pengaruh media Pad at terhadap Pertumbuhan Akar Stek Batang Shorea polyandra. Buletin Penelitian Kehutanan. Vol. 5(3). Balai Penelitian Kebutuhan Pematang Siantar.

45

NamaDaerah Namallmiah Penyebaran

Famili

a. Stek

BahanStek

Lingkungan

46

12. Meranti (Sliorea se/allica (Lamk.) Bl.)

Oleh: Kurniawati P. Putri dan Adang Muharam

Kayu bapa, biahgawa, bahu, seru Shorea selanica (Lamk.) Bl. Sumatera, Kalimantan dan Kepulauan Maluku (P. Buru, P. sanana, P Mango le dan P. Mulo) 2>. Dipterocarpaceae

Bahan stek berasal dari anakan alam umur 3 -4 tahun. Dipilih tunas ortotrop muda yang relatif seragam diametemya dan sudah agak berkayu, kemudian dipotong dengan gunting stek yang tajam agar supaya batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari.

Tunas dipotong-potong menjadi stek dengan 3 nodum, pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena honnon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Kemudian stek ditempatkan dalam wadah/ember berisi air untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun.

Media stek yang digunakan adalah campuran gambut, perlite dan vermiculite dengan perbandingan 1 : 1 : . 1. Media stek tersebut dimasukkan dalam wadah pot plastik hitam dan disusun dalam rak pertumbuhan di rumah kaca dengan sistem KOFFCO. Dengan menggunakan sistem KOFFCO tersebut persen berakar yang dihasilkan mencapai 94, 30 % 1>. Media lain yang dapat digunakan adalah campuran sabut kelapa dan sekam padi dengan perbandingan 2: 1. Kemudian media stek dimasukkan dalam kotak propagasi yang terbuat dari plastik PVC transparan dan disusun dalam rak pertumbuhan di rumah kaca dengan sistem KOFFCO. Setelah 12 minggu dari penanaman dihasilkan persen berakar sebesar 84 % 3l_

Daftar Pustaka

l. Hendromono, C.Sakai, Y. Yamamoto dan D. Prameswari. 1976. StekBatangTiga Jenis Meranti Dari Ranting Pohon dan Anakan Alam. Buletin Penelitian Hu tan No. 599. Puslitbang Hu tan dan KonservasiAlam. Bogor. 33-38.

2. LIP!. 1979. Kayuindonesia. LembagaBiologiNasional. Jakarta.

3. Subiakto, et al. 2005. Teknik Perbanyakan Stek Beberapa Spesies Dipterocarpaceae di P3HKA, PT SBK dan PT ITCIKU. Prosiding Seminar Nasional "Peran Konservasi Sumbedaya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan". Kerjasama IITO dan FakultasKehutanan UniversitasGajah Mada. Yogjakarta.

47

NamaDaerah

Nama llmiah

Famili

Penyebaran

A. Stek

Bahan Stek

48

13. Sukun (Artocarpus Altilis Fosberg).

Oleh: Danu dan A.Z. Abidin

Sukun

'ArtocmpusAltilis Fosberg

Moraeae

Kepulauan Nusantara seperti Swnatera, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Di Pulau Jawa tanaman ini sudah sejak lama menjadi tanaman budidaya, bahkan di Cilacap tanaman ini sudah dijadikan identitas kota tersebut 61.

Bahan stek tanaman sukun bisa ••"1., mengunakan dari bagian akar dan bagian pucuk. Pengambilan stek akar dapat dilakukan dengan cara menggali akar dengan menggunakan cangkul atau linggis. Pengambilan akar dilakukan pada jarak ± 5 m dari luar tajuk pohon yang berumur lebih dari 6-10 tahun dan sedang tidak berbuah. Akar yang diambil maksimal 15-20 % dari j umlaj akar keseluruhan 61

• Ukuran stek yang diarnbil berdiameter antara 0,75 3 cm dan panjang stek dipotong sekitarl 0-15 cm.

Foto Doc. Oanu

Gambar 17. Pengakaran stek akar sukun

Bahan stek yang akan diangkut ke luar daerah yang rnemerlukan waktu penyimpanan selama transfortasi, bahan stek dapat dikemas menggunakan serbuk sabut kelapa atau pelepah batang batang pisang. Kemasan ini masih mampu mempertahankan bahan stek selama 24 hari dengan persen stek tunas masih rata-rata 60% 31

Bahan untuk stek pucuk diambil dari tunas-tunas stek akar tanaman sukun yang sudah berumur 3-4 bulan di persemaian 4 >_

Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh agar stek tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air dan untuk membedakan potongan atas dan bagian bawah). Pemotongan

Media

Penanaman

bagian bawah dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena honnon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Kemudian stek tersebut ditempatkan dalam wadah/ember berisi air, hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun.

Untuk menstimulir pertumbuhan akar diberi Rootone F dalam bentuk pasta dengan metode pencelupan cepat.

Pasir sungai yang disterilkan dengan dijemur selama 1 minggu atau dengan penggorengan atau disiram dengan air yang sudah dicampur dengan fungisida, campuran pasir, tanah dan pupuk kandang (1: 1: 1,v/v). Wadah media dapat menggunakan polybag berukuran 8 x 13 cm atau bak pembibitan, kemudian disusun dalam bedengan yang diberi naungan paranet dengan kerapatan naungan 65%.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. kemudian bedengan ditutup dengan sungkup plastik putih transparan sehingga kelembaban udara di atas 80 %. Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Dengan cara ini pada urnur 3 bulan stek pucuk dapat menghasilkan persen tumbuh sebesar 65 % 1>, sedangkan stek akar dapat menghasilkan persen tumbuh sebesar 90% 2·

4>_ Stek akar pada

media campuran pasir sungai, tanah dan pupuk kandang ( 1: 1: l,v/v) dan diberi Rootone F 10 % dengan perendaman selama dengan metode pencelupan selama 1 menit dapat menghasilkan persen tumbuh sebesar93,33 % 5'.

Foto Doc. Danu Gambar 18. Bibit sukun dari stek akar, siap tanam

49

Daftar Pustaka

1. Adinugraha, AH., NK. Kartikawati dan Suwandi. 2004. Penggunaan Trubusan Stek Akar Tanaman Sukun Sebagai Bahan Stek. Jumal Penelitian Rutan Tanaman Vol 1 (1 ). Yogyakarta.

2. , N.K. Kartikawati dan B. Ismail. 2004. Pengaruh Ukuran Stek, Posisi dan kedalaman Tanaman Terhadap Pertumbuhan Stek Akar Sukun. Buletin Penelitian Rutan Tanaman Vol 1 (2). Yogyakarta.

3. Danu, A.Z. Abidin dan R. Royani. 2005. TeknikPembiakan Vegetatif Jen is Sukun (Artocarpus a/ti/is Fosberg) dan Rasamala (Altingia excelsa Norohae). Laporan Penelitian DIPA 2005. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

4. Ramdan,A.A., D.Setiadi., N.K. Kartikawati dan Suwandi. 2005. Produksi Bibit Tanaman Sukun Dengan Teknik Stek Pucuk. lnformasi Teknis Vol.3(1) 2005. Puslitbang Rutan Tanaman. Yogyakrata.

5. Mahfudz dan R. Moko. 2001. Pengaruh Rormon NAA dan Rootone F Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Pulai Gading (Antara lain;Alstonia scholaris L). Buletin PemuliaanPohon. Vol. 5(3). Yogyakarta.

6. Triwiyatno EA. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Seri Panangkaran. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

50

NamaDaerah

Namailmiah

Fam iii

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

Penanaman

14. Sungkai (Pero11ema ca11esce11s Jack)

Oleh: Agus Astho Pramono dan Hasan Royani

Sungkai, sekai, sungkih, lonkai, lurus,jati sabrang dan sungke

Peronema canescens Jack

Verbenaceae

Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Balflt dan seluruh Kai imantan

Bahan stek dapat diperoleh dari cabang-cabang pohon, terubusan atau anakan 3

'. Dipilih batang yang relatif seragam diametemya antara 1,5 2 cm 2>. Bahan stek ini berasal dari tunas atau terubusan yang berumur 1-2 tahun. Batang dipotong-potong dengan panjang 10 cm setiap panjang potongan minimal mengandung 1 bakal tunas. Pengambilan stek lebih baik dilakukan pada akhir musim kemarau. Agar bahan stek tidak pecah maka sebaiknya pemotongan stek sebailmya menggunakan gun tung stek yang ta jam 1•6'.

Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bi dang penyerapan air) stek ditempatkan dalam wadah berisi air yang diberi larutan fungisida, yang bertujuan untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan mencegah pertumbuhan jamur.

Untuk menghasilkan pertumbuhan akar dan tunas yang baik pangkal batang stek dapat direndam dengan atonik 0, 15% selama 36 jam S>, atau diolesi dengan Rootone F bentuk pasta dengan konsentrasi 150ppm 1'.

Media perakaran dapat menggunakan tanah dan pasir yang disusun dalam bedengan sungkup plastik. Campuran pasir dan tanah (1:1,v/v) dengan wadah polybag ukuran 10 cm x 15 cm menghasilkan persen tumbuh sebesar 66,22 % •>, sedangkan media tanah saja dalam polybag dapat menghasilkan persen tumbuh sebesar70.78% 1•

2>.

Pada media tumbuh dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikit dari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media. Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang

51

..

stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Stek ini ditempatkan pada ruang pertumbuhan sungkup plastik yang ditutup dan dinaungi paranet intensitas cahaya 70% dengan kondisi lingkungan yang memilki berkelembaban ± 80% dan suhu ± 27°C •>

Daftar Pustaka

1. Danu. 1994. Pengaruh tempat tumbuh dan perlakuan zat pengatur tumbuh IBA terhadap pertumbuhan stek batang sungkai (Peronema canescens Jack). LUC No. 155/34.1/03/94. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

2. Masano dan YT. Siagian. 1995. Pengaruh Dosis Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Sungkai (Peronema canescens Jack). Puslitbang Hu tan dan Konservasi Alam. Bogor. 27 - 36.

3. Momose, Y. 1978. Vegetative Propagation of Malaysia Trees. The Malaysian Forest. Vol 41.

4. Siagian, YT. 2000. Pengaruh Pemberian Hormon IBAPada StekAkar Peronema canescens Jack. Buletin Penelitian Pohon Rutan. Pusliitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Rutan. Vol.4 (1). Yogyakarta.

5. Supamo, H. 1991. Pengaruh Lama Perendaman dan KepekatanAtonik terhadap Pertumbuhan Stek batang Peronema canescens Jack. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

6. Supriadi, G. Rusmana, R. Supriadi. 1989. Perbanyakan VegetatifMetode Cutting terhadap Jenis Peronema sp., Gmelina molucana, Eucalyptus urophy//a, dan Shorea /eprosu//a. No. 61143.1 /03/89 Balai Teknologi Reboisasi Banjar baru, Kalimantan Selatan, Departemen kehutanan.

52

NamaDaerah

Namailmiah

Famili

Penyebaran

a. Stek

BahanStek

Media

Penanaman

15. Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.)

OJ eh: Aam Aminah dan Budi Budiman

Ulin, bulian, onglen, belian, tabulin, telian dan tuluan

EusideroxylonzwageriT. etB.

Lauraceae

Jambi, Sumatera selatan dan seluruh Kalimantan.

Bahan stek berasal dari tunas muda permudaan alam atau tanaman '·3>

dan bisa juga tunas ortotrop muda yang relatif seragam diameternya dan sudah agak berkayu dari tanaman umur 20 tahun 2>. Bahan stek tunas dipotong dengan gunting stek yang tajam agar batang dari tunas tidak pecah atau rusak, selanjutnya potongan bahan stek ditempatkan dalam wadah berisi air. Pemotongan bahan stek dilakukan pada pagi hari 1>.

Tunas dipotong menjadi stek dengan panjang 8 cm terdiri dari 2 ruas dan 2 daun. Pembuatan stek dilakukan ditempat yang teduh sehingga tunas tidak cepat layu atau kering. Bagian bawah atau pangkal stek dipotong miring 45° (untuk memperluas bidang penyerapan air), dilakukan tepat atau sedikit dibawah nodum (ruas), hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar karena hormon pertumbuhan banyak terdapat pada nodum. Stek yang telah dipotong kemudian ditempatkan dalam wadah berisi air, untuk menghindari perbedaan tekanan dalam batang dan daun. Untuk mendorong pertumbuhan akar dan tunas diberi Rootone F 500 ppm dengan metode pencelupan1

•2>, atau IBA 10 mg/I yang

dicampurdengan vitamin C 50 mg/I 3>.

Campuran sabut kelapa dan sekam padi dengan perbandingan 2: 1, dimasuk.kan dalam pot ray dan disusun boks propagasi dan ditempatkan dalam rumah kaca dengan sistem KOFFCO, cara ini menghasilkan persen tumbuh sebesar 69%2>. Ruang pengakaran stek dapat juga menggunakan sungkup plastik yang bersuhu 26°C 31 °C dengan RH. 96%1>, cara ini menghasilkan 84,6 %, atau menggunakan media cairyang diberi IBA 1 Omg/l dan vitamin C 50 mg/13>

Penanaman stek pada media tumbuh padat dapat dilakukan dengan cara media dibuat lubang tanam dengan tongkat kecil yang berukuran lebih besar sedikitdari diameter stek. Stek ditanam pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan media.

53

b. Cangkok

Stek ditanam dengan kedalaman sekitar sepertiga atau setengah dari panjang stek. Setelah stek ditanam disiram dengan air. Penanaman stek pada media cair dapat dilakukan dengan cara media cair ditempatkan dalam wadah gelas plastik yang ditutup kertas alumunium dan ditempatkan dalam bak berisi pasir yang ditutup kaca dan paranet (50% ), kemudian dilubangi sesuai ukuran stek, selanjutnya stek ditanam 3l .

Pemilihan Pohon induk dan cabang dipilih pohon induk yang berpenampilan baik dan sudah berbunga selanjutnya dipilih cabang orthotrop (tegaklurus) dengan diametersekitar 1 -3 cm 1·•>.

Media Media yang digunakan adalah campuran pupuk kandang dan serbuk sabut kelapa dengan perbandingan 1: 1 •>.

Pencangkokan : Pada cabang yang sudah dipilih dilakukan penyayatan kulit batang sepanjang sekitar 2 -10 cm. Penyayatan dilakukan di bawah buku cabang atau kuncup daun, kambium dihilangkan dengan cara dikerok secara perlahan dengan pisau yang tajam kemudian digosok dengan kain yang bersih sampai batang menjadi kering.

Penyapihan

Untuk mendorong pertumbuhan akar dapat digunakan hormon tumbuh IBA 1 % •> atau rootone F dioleskan pada kulit bagian atas sayatan secara merata •>.

Cabang tersebut kemudian diberi media, selanjutnya dibungkus dengan plastik dan diikat dengan tali plastik. Plastik pembungkus diberi beberapa lubang. Pencangkokan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, apabila tidak turun hujan dilakukan penyiraman. Cara ini memberikan persen tumbuh sebesar 77.8 %-100% 1•4>_

Pada umur 8 bulan akar sudah mulai tumbuh, selanjutnya dilakukan pemotongan dan kemudian ditanam pada polibag dan ditempatkan di bawah naungan dan selama penyapihan dilakukan pemeliharaan (penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit •>_

Daftar Pustaka

1. Dwisutanto, Fx. Dan B.D.A.S. Simarangkir. 1999. Perlakuan benih, Pencangkokan dan stek pucuk Eusideroxylon zwageri T.et B. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur. Fakultas Kehutanan Universitas GadjahMada. Yogyakarta. 279-283.

54

2. Subiakto, A. 2000. Stek Pucuk Jenis Kayu Mewah (Eboni dan Ulin). Prosiding Diskusi Hasil-hasil Litbang:Rehablitasi dan Konservasi Sumberdaya Rutan. Bogor21 Desember2002.

3. Utami, N.W., D.S.H. Hoesen dan Danu. 2005. Perbanyakan Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B) dengan biji dan setek.Berita Biologi, Jumal Ilmiah nasional. Vol: 7 ( 4). Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. 199-206.

4. Yunita ME. 2004. Teknik Pembuatan Cangkok Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et B) Di Kebun Percobaan Nagrak Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Bogor.

55

Aklimatisasi

Batang bawah

(Root stock)

Eksplan

Inokulasi

Induksi Akar

Kebun pangkas

Kl on

Kloning

Media Dasar

Multiplikasi

Paranet

Perbariyakan Vegetatif

Polypot/potray

56

GLOSARY

Penyapihan bibit hasil kultur jaringan (plantlet) dari media agar Oaboratorium) ke persemaian

Bibit yang digunakan sebagai batang bawah tempat ditempelkannya mata tunas dalam kegiatan okulasi. Batang bawah yang dipilh biasanya merupakan bibit yang sehat dan memiliki sistem perakaran yang baik

Bagian tanaman berupa organ, ja1ingan, sel yang digunakan sebagai bahan perbanyakan dengan teknik kultur jaringan (in vitro).

Proses penanaman eksplant dalam media kultur jaringan

Mendorong pertumbuhan akar pada tunas-tunas basil multiplikasi

Kebun pangkas merupakan merupakan salah satu sumber bahan stek yang berupa kebun yang terdiri dari sekumpulan tanaman induk yang menghasilkan bahan stek yang diperoleh dengan cara memangkas tunas atau pucuk yang tumbuh.

Seluruh bagian vegetatif dari satu butir biji tanaman yangjelas pohoninduknya

Perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan melainkan dilakukan dengan cara mengambil bagian tanaman selain biji. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dari cara yang paling sederhana seperti stek, cangkok, okulasi sampai yang memerlukan teknologi tinggi seperti kultur jaringan (perbanyakan vegetatif).

Media perbanyakan dengan teknik kultur jaringan yang terdiri dari unsur makro (N,P,K), unsur mikro, sukrosa, dan vitamin

Penggandaan tunas hasil inokulasi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan

Naungan berbentuk net (jaring) yang terbuat dari plastik atau nilon dengan ukuran intensitas cahaya tertentu (50 %, 60 %, 70%, dst.)

Lihat Kloning.

Wadah media yang tersusun dari beberapa pot-pot kecil dan tersusun menyatu

Stek makro

Stek mikro

Sterilisasi

Potongan batang atau bagian tanaman lainnya yang jika telah berakar akan tumbuh menjadi tanaman utuh sempurna

Potongan tunas atau bagian tanaman lainnya yang berukuran kecil yangjika telah berakar akan menjadi tanaman utuh sempurna

Untuk mematikan mikroorganisma yang menggangu, media dipanaskan dalam autoclaf pada suhu I 00 °C dan tekanan 1 atmosfir selama 1 jam. Sterilisasi eksplan dilakukan dengan cara merendam dengan alkohol atau Natrium hypoclorit. Tempat penanaman (laminar airflow) dilakukan dengan cara

57

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan JI. Pakuan Ciheuleut PO BOX 105 Bogor 16001

Telp./Fax (0251) 327768 Email: [email protected] www.bptpbogor.litbang.dephut.go.id

Bogor, November 2014 ISBN: 979.3539-11-9