bab ii tinjauan teori - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · terminasi merupakan fase yang sangat sulit...

22
8 BAB II TINJAUAN TEORI Dalam tinjauan teoritis ini akan dibahas tentang konsep dasar hubungan terapeutik, komunikasi interpersonal, persiapan tindakan operasi dan kecemasan. 2.1. Konsep Hubungan terapeutik 2.1.1 Pengertian Hubungan terapeutik adalah kemampuan seseorang melakukan suatu interaksi atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan (Stuart dan Sundeen,1995). Hubungan terapeutik perawat- pasien adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman untuk memperbaiki emosi pasien. Pengertian lain menurut Liliweri (2008 ) komunikasi dalam hubungan terapeutik berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan, meningkatkan konsesus, mengidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan kesehatan yang mungkin dapat dilakukan secara efektif. Dalam hubungan ini perawat memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang khusus dalam bekerja dengan pasien untuk memberikan pengertian dan merubah prilaku pasien (Machfoedz, 2009). 2.1.2 Tujuan Hubungan Terapeutik Hubungan terapeutik perawat pasien bertujuan untuk perkembangan pasien (Nurjanah, 2005) yaitu : a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan penghargaan diri yang meningkat. b. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan integritas diri .

Upload: dangkhanh

Post on 08-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

8

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

Dalam tinjauan teoritis ini akan dibahas tentang konsep dasar hubungan

terapeutik, komunikasi interpersonal, persiapan tindakan operasi dan kecemasan.

2.1. Konsep Hubungan terapeutik

2.1.1 Pengertian

Hubungan terapeutik adalah kemampuan seseorang melakukan suatu interaksi

atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi

proses penyembuhan (Stuart dan Sundeen,1995). Hubungan terapeutik perawat-

pasien adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman untuk memperbaiki

emosi pasien. Pengertian lain menurut Liliweri (2008 ) komunikasi dalam

hubungan terapeutik berkaitan dengan proses pertukaran pengetahuan,

meningkatkan konsesus, mengidentifikasi aksi-aksi yang berkaitan dengan

kesehatan yang mungkin dapat dilakukan secara efektif. Dalam hubungan ini

perawat memakai diri sendiri dan teknik pendekatan yang khusus dalam bekerja

dengan pasien untuk memberikan pengertian dan merubah prilaku pasien

(Machfoedz, 2009).

2.1.2 Tujuan Hubungan Terapeutik

Hubungan terapeutik perawat – pasien bertujuan untuk perkembangan pasien

(Nurjanah, 2005) yaitu :

a. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan penghargaan diri yang meningkat.

b. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan integritas diri .

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

9

c. Kemampuan untuk membina hubungan erat, interdependen, pribadi dengan

kecakapan menerima dan memberi kasih sayang.

d. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman dan saling ketergantungan.

e. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang

memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik.

2.1.3 Tahapan Hubungan Terapeutik

Dalam proses, perawat membina hubungan sesuai tingkat perkembangan pasien

dalam menyadari dan mengidentifikasi masalah dan membantu memecahkan

masalah. Tahapan hubungan terapeutik ini dibagi dalam empat tahapan atau fase

yaitu pra interaksi, orientasi atau perkenalan, kerja, dan terminasi.

a. Pra interaksi

Prainteraksi mulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat

mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan

kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan pasien dapat dipertanggung

jawabkan. Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri

serta nilai tambah pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan

asuhan keperawatan. Perawat harus mempunyai konsep diri yang stabil dan harga

diri yang adekuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain dan

berpegang pada kenyataan dalam menolong pasien (Stuart dan Sundeen, 1987).

Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang pasien dan

menentukan kontak pertama.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

10

b. Perkenalan atau orientasi

Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan pasien. Hal utama yang perlu dikaji

adalah alasan pasien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya

hubungan perawat-pasien. Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah

membina rasa percaya, penerimaan, dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan

perumusan kontrak dengan pasien. Stuart dan Sundeen (1987) mengatakan

elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada pasien sehingga kerja

sama perawat-pasien dapat optimal. Diharapkan pasien berperan serta secara

penuh dalam kontrak. Perawat dan pasien mungkin mengalami perasaan tidak

nyaman, bimbang karena memulai hubungan yang baru. Pasien yang mempunyai

pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan akan sukar menerima dan

terbuka pada perawat. Dimana pada tahap ini tugas perawat adalah

mengeksplorasikan pikiran, perasaan, perbuatan pasien, dan mengidentifikasi

masalah,serta merumuskan tujuan bersama pasien.

c. Kerja

Pada fase ini, perawat dan pasien mengungkapkan stressor yang tepat dan

mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,

pikiran, perasaan dan perbuatan pasien. Perawat membantu pasien mengatasi

kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri, dan

mengembangkan mekanisme coping yang konstruktif. Perubahan perilaku

maladaptif menjadi adaptif merupakan fokus fase ini.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

11

d. Terminasi

Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik.

Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik sudah terjalin dan berada pada

tingkat yang optimal. Perawat dan pasien, akan merasakan kehilangan. Terminasi

dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau pasien

akan pulang. Dimana perawat dan pasien bersama-sama meninjau kembali proses

perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Proses terminasi yang sehat

akan memberi pengalaman positif dalam membantu pasien mengembangkan

koping untuk perpisahan. Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan

mungkin dipersepsikan pasien sebagai penolakan, atau dengan harapan perawat

tidak akan mengakhiri hubungan karena pasien masih memerlukan bantuan

perawat (Keliat,1992).

2.1.4 Komponen Hubungan Terapeutik

Komponen-komponen hubungan terapeutik perawat dengan pasien terdiri dari

enam komponen :

a. Kualitas personal/pribadi perawat

Fokus analisa diri perawat adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, pengungkapan

perasaan, dan rasa tanggung jawab.

1. Kesadaran diri perawat, merupakan kemampuan seseorang untuk memahami

diri sendiri baik perilaku, perasaan maupun pikirannya sendiri. Pemahaman

dan penerimaan diri akan membuat perawat menghargai perbedaan dan

keunikan yang dimiliki pasien. Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip

Keliat (1992), kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara : a)

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

12

Mempelajari diri sendiri meliputi proses pengungkapan diri, pikiran,

perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan

interpersonal dan kebutuhan pribadi, b) Belajar dari orang lain, merupakan

suatu kesedian dan keterbukaan menerima umpan balik dari orang lain c)

Membuka diri merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat.

Kesadaran diri dapat ditingkatkan agar penguasaan diri secara terapeutik

dapat lebih efektif.

2. Klarifikasi nilai, Covey (1997) mengatakan bahwa metode dimana seseorang

menemukan nilai-nilainya sendiri dengan mengkaji, mengungkapkan dan

menentukan nilai-nilai pribadi serta bagaimana nilai-nilai tersebut digunakan

sebagai acuan dalam mengambil keputusan. Hal ini perlu dilakukan karena

nilai itu bermacam-macam, dari sinilah seorang yang proaktif mendasarkan

pemilihan responnya, pilihan tersebut merupakan hasil dari pertimbangan

yang matang berdasarakan nilai bukan emosi sesaat. Perawat sebaiknya

mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak

menggunakan pasien untuk kepuasan dan keamanannya.

3. Pengungkapan perasaan, disini dilakukan terhadap hubungan seseorang

dengan lingkungan luar atau interaksinya dengan orang lain. Perawat perlu

terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrol agar dapat

menggunakan diri secara terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaannya

akan mendapatkan bagimana informasi tentang respon dan penampilan pada

pasien.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

13

4. Etik dan tanggung jawab, perawat mempunyai kode etik dan tanggung jawab

tertentu yang mengambarkan nilai-nilai yang terdapat dalam hubungan

perawat dengan pasien. Dengan demikian perawat perlu memahami kode etik

keperawatan dan menggunakan kode etik dalam melaksanakan tugas.

b. Fasilitasi Komunikasi

Komunikasi pada dasarnya dapat menjadi suatu alat untuk memfasilitasi dan tanpa

komunikasi tidak mungkin terjadi hubungan terapeutik antara perawat–pasien.

Menurut Wilson dan Kneisi (1983), fasilitasi komunikasi bertujuan untuk

memulai, membangun dan membina keterlibatan dan hubungan saling percaya,

antara perawat dan pasien. Dalam berkomunikasi faktor yang perlu diperhatikan

agar hubungan dapat berlangsung secara efektif diperlukan suatu pengenalan

kesadaran diri sendiri dan mengenal orang lain dengan demikian tujuan

komunikasi dapat tercapai. Dalam proses komunikasi ada beberapa faktor yang

yang mempengaruhi, sehingga komunikasi yang dibangun tidak dapat

berlangsung secara efektif antara lain : 1) perkembangan, 2) persepsi, 3) nilai

atau standar, 4) latar belakang sosial budaya, 5) emosi, 6) jenis kelamin, 7)

pengetahuan, 8) peran dan hubungan, 9) lingkungan, dan 10) jarak.

c. Dimensi respon

Menurut Stuart and Sundeen dikutip dari Keliat (2003), dimensi respon terdiri dari

respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan konkrit. Dimensi respon

sangat penting pada awal berhubungan dengan pasien untuk membina hubungan

saling percaya dan komunikasi yang terbuka.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

14

1. Keikhlasan, perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan,

dan berperan aktif dalam hubungannya dengan pasien. Perawat berespon

dengan tulus, tidak berpura-pura, mengungkapkan perasaan yang sebenarnya

dan spontan.

2. Menghargai, perawat menerima pasien apa adanya. Sikap perawat tidak

menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, atau tidak menghina. Rasa

menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk diam bersama pasien yang

menangis, minta maaf pada hal yang tidak disenangi pasien.

3. Empati, merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan pasien agar dapat

merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang melalui pandangan

pasien, merasakan melalui perasaan pasien dan kemudian mengidentifikasi

masalah pasien, serta membantu pasien mengatasi masalah tersebut.

4. Konkrit, Perawat harus dapat menghindari keraguan dan ketidakjelasan. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan: a) mempertahankan respon perawat

terhadap pasien, b) memberikan penjelasan yang akurat, c) mendorong

pasien memikirkan masalahnya.

d. Dimensi Tindakan

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang

dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pergertian Stuart dan Sundeen

(dikutip oleh Keliat,1992), dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan,

keterbukaan, emosional catharsis..

1. Konfrontasi, konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang

perilaku pasien yang tidak sesuai.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

15

Carkhoff (1988) yang dikutip oleh Keliat (1992), mengidentifikasi ada tiga

kategori yaitu: a) Ketidaksesuaian antara konsep tentang diri pasien dan ideal

diri pasien, b) Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku

pasien, c) Ketidaksesuaian antara pengalaman pasien dan perawat. Sebelum

melakukan konfrontasi, perawat perlu mengkaji tingkat hubungan saling

percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan pasien, dan kekuatan coping

pasien. Konfrontasi ini berguna untuk meningkatkan kesadaran pasien akan

kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku yang dilakukan secara

asertif.

2. Kesegeraan, kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-

pasien saat ini. Perawat sensitif terhadap perasaan dan berkeinginan

membantu pasien dengan segera.

3. Keterbukaan perawat, perawat memberikan informasi

tentang dirinya, idealnya, perasaanya, sikap dan nilainya. Perawat

membuka diri tentang pengalaman yang berguna. Keterbukaan antara

perawat dan pasien akan menurunkan tingkat kecemasan perawat-pasien

(Keliat,1992).

4. Emosional Catharsis, terjadi jika pasien diminta bicara tentang hal yang

sangat menganggu dirinya seperti ketakutan, perasaan, dan pengalaman. Jika

terjadi hubungan perawat – pasien dimana pasien menyadari perasannya

dalam suasana yang diterima dan aman ,maka pasien akan memperluas

kesadaran dan penerimaan pada dirinya. Menurut Goldstein (1975), yang

dikutip oleh Smet (1994), mengatakan makin baik hubungan interpersonal

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

16

perawat dengan pasien makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya

dan makin cenderung mendengarkan dengan penuh perhatian serta bertindak

atas nasehat yang diberikan oleh perawat.

2.1.4 Pengukuran Hubungan Terapeutik Perawat-Pasien

Menurut Stuart dan Sundeen , dalam Cristina, dkk., (2003) Hubungan terapeutik

perawat-pasien diukur dengan tahapan-tahapan hubungan terapeutik. Untuk

melihat hubungan terapeutik yang dilakukan perawat kepada pasien dinilai dari

dimensi respon dan dimensi tindakan. Alat ukur yang digunakan terdiri dari 21

pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberikan penilaian (score) 1-3 yang

artinya adalah: nilai 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3= ya. Masing-masing

score dari ke 21 pertanyaan tersebut dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan

tersebut dapat diketahui penerapan hubungan terapeutik perawat kepada pasien

yaitu: total score < 30= hubungan terapeutik kurang, 30-50= hubungan terapeutik

sedang, dan > 50= hubungan terapeutik baik (Penelitian Dewi, Suarniati, dan

Ismail, 2013)

2.2 Komunikasi Interpersonal

Menzies (1970), mengatakan ada beberapa kajian terakhir yang mengidentifikasi

masalah komunikasi sebagai penyebab yang harus selalu diperhatikan dalam

proses pemberian pelayanan kesehatan. Alasan yang paling sering disebut antara

lain: kurangnya ketrampilan dan pelatihan, kurangnya sumber daya dan waktu,

kepekaan emosional, dan letak emosional. Peplau (1988) mengatakan bahwa

keperawatan pada intinya merupakan sebuah proses interpersonal, maka perawat

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

17

yang kompeten harus menjadi komunikator yang efektif dan setiap perawat

mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan perkembangnya sendiri. Ada

empat faktor utama yang menunjang terjadinya masalah komunikasi dalam

perawatan yang nantinya akan mempengaruhi hubungan perawat dengan pasien

yaitu : kurangnya kesadaran diri perawat, kurangnya ketrampilan interpersonal

yang sistematik, kurangnya kerangka konseptual dan kurangnya kejelasan tujuan:

a. Kurangnya kesadaran diri perawat

Kesadaran diri perawat akan aspek – aspek diri sendiri sangat mempengaruhi

interaksi dengan orang lain. Faktor pribadi yang mempengaruhi seperti sikap,

nilai-nilai, kepercayaan, perasaan dan perilaku. Kesadaran diri perawat akan

menghasilkan interaksi yang lebih produktif dan penggunaan diri lebih berarti

serta akan mengubah potensi kegagalan. Purba (2008) mengatakan perawat perlu

mengembangkan kesadaran diri yang akut manakala terlibat dalam interaksi dan

hubungan dengan pasien, melalui kesadaran diri perawat akan tahu apa yang

sedang pasien lakukan dan bagaimana tindakannya mempengaruhi pasien yang

sedang dirawat. Kesadaran diri perawat perlu ditingkatkan agar penggunaan diri

secara terapeutik dapat lebih efektif. Ellis (1974 ) menyatakan bahwa unsur inti

dari hubungan pertolongan adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang

empati dan perhatian positif yang tidak bersyarat. Unsur-unsur ini sangat

diperlukan untuk mendapatkan perubahan yang konstruktif bagi pasien dalam

situasi terapeutik.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

18

b. Kurangnya pelatihan keterampilan interpersonal yang sistematik

Keterampilan yang sistematis mempunyai peranan dalam proses menjadikan

seseorang komunikator yang efektif dan kompeten, serta dapat mengintegrasikan

keterampilan yang sudah dikenalnya kedalam gaya komunikasi yang unik.

Keterampilan interpersonal meliputi keterampilan verbal dan non verbal yang

terdiri dari keterampilan mendengarkan dengan penuh perhatian, menujukkan

penerimaan, mengulangi ucapan pasien dengan menggunakan kata kata sendiri,

memfokuskan pembicaraan, menganjurkan pasien untuk menguraikan persepsinya

dan memberikan kesempatan kepada pasien memulai pembicaraan. Keterampilan

tersebut, akan dipraktekkan sampai kompetensi dicapai. Egan (1990)

memperhatikan seringkali tidak memiliki keterampilan dasar untuk menolong

(keterampilan interpersonal ).

c. Kurangnya kerangka konseptual

Dunn (1991) Perawat yang menunjukkan kompetensi dalam penerapan

keterampilan interpersonal kadang-kadang dapat menggunakan cara yang khusus

(dikutip oleh Ellis,1999). Dibutuhkan sebuah kerangka teoritis yang memberikan

informasi dan menyediakan sebuah struktur untuk analisis, refleksi dan evaluasi

interaksi. Upaya untuk memahami hubungan tanpa sebuah konsep adalah hal

yang bemasalah. Adalah penting bagi perawat untuk mengkonseptualisasikan

apa yang sedang perawat lakukan untuk memastikan bahwa keterampilan

digunakan dengan cara yang koheren dan strategis. Dan akan terungkap dalam

model kerangka konseptual yang jelas seperti model keperawatan Orem (1985),

dimana area kerja perawat adalah membina dan mempertahankan hubungan

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

19

terapeutik perawat-pasien menentukan kapan sesorang membutuhkan bantuan,

memperhatikan respon pasien (Jumadi,1999) Model Betty Neuman (1982)

meletakkan dasar bagi komunikasi terbuka antara perawat dan pasien dalam

keterlibatan perawat yang efektif. Model yang diterapkan ini, berfokus pada

individu dan respon atau reaksi individu terhadap stress termasuk faktor-faktor

yang mempengaruhi dan kemampuan adaptasi pasien (Gaffar,1999).

d. Kurangnya kejelasan tujuan

Hubungan yang efektif akan mempunyai angka keberhasilan dalam membuat

pilihan yang benar pada situasi-situasi yang dihadapi karena perawat mengetahui

dengan jelas tentang tujuan atau maksud dari setiap interaksi (Ellis,1999). Ini

memungkinkan untuk membeda-bedakan dan memilih pilihan yang cocok dengan

situasi tertentu. Biasanya bukan perawat yang menentukan tujuan interaksi tetapi

kebutuhan pasien. Proses ini, membutuhkan kepekaan dan empati agar perawat

mampu membaca situasi secara tepat dan menilai apa yang diperlukan serta

mengetahui tujuan yang jelas, dan melakukan secara strategis.

2.3 Persiapan Tindakan Operasi

Tindakan pre operasi penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena

hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan pasien

dan persiapan pre operasi (Brunner & Suddarth, 2002). Dalam persiapan

ditentukan indikasi atau kontra indikasi operasi, toleransi pasien terhadap

tindakan bedah dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan

pembedahan. Menurut Lukman dan Sorensen (1993) tindakan keperawatan pre

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

20

operasi yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan adalah untuk

mempersiapkan pasien agar penyulit paska bedah dapat dicegah sebanyak

mungkin. Tindakan bedah adalah upaya yang dapat mendatangkan stress karena

terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Perawat

berada dalam posisi untuk memberikan bantuan kepada pasien agar bisa

menyesuaikan dengan stressor (Meyer & Gray, 2001).

2.3.1 Persiapan mental

Persiapan mental pasien sebelum menjalani tindakan operasi meliputi tiga hal

penting yaitu :

a. Informasi

Menurut Long (1996), informasi merupakan fungsi untuk mengurangi rasa

cemas. Pasien yang menerima informasi yang benar sebelum menghadapi

prosedur tindakan, tujuan operasi dan efek sampingnya lebih dapat melakukan

perawatan yang mandiri (Keliat,1998). Adapun informasi yang harus diterima

pasien meliputi prosedur dan resiko yang mungkin terjadi, alternatif tindakan yang

dapat dipilih, perubahan bentuk dan penampilan, anestesi yang digunakan (

kondisi pada periode pasca operasi dan biaya operasi ).

b. Dukungan

Merupakan dukungan dari petugas kesehatan dan terutama dari keluarga. Dari

petugas kesehatan dapat berupa informasi tentang operasi serta cara kerja yang

profesional dalam mempersiapkan operasi. Sedangkan dari keluarga dapat berupa

kasih sayang, doa, kehadiran, dan keuangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

21

c. Post op Exercise

Misalnya diagfragmatic breathing, turning and leg exercise, dsb. Post op

exercise dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam menghadapi operasi.

2.3.2 Persiapan fisik

Persiapan fisik meliputi persiapan berbagai sistem tubuh dan organ, keadaan gizi

pasien, pemeriksaan laboratorium, foto dan pemasangan alat perawatan sesuai

prosedur operasi serta penyulit pasca bedah lainnya yang mungkin timbul.

2.3.3 Persetujuan tindakan medik

Merupakan perjanjian legal antara dokter dan pasien yang harus ditanda tangani

oleh pasien / orang tua / wali sebelum dokter melakukan tindakan (Appelbaum,

1987).

2.4 Konsep Kecemasan

2.4.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak

jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh

seseorang (Nugroho, 2008).

Kecemasan merupakan gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik), kepribadian tetap utuh

dan prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2001).

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

22

2.4.2 Rentang Respon dan Proses Adaptasi Terhadap Cemas

Stuart dan Sundeen (2000) mengatakan rentang respon individu berfluktuasi

antara respon adaptif dan maladaptif seperti :

Adatif Maladatif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Adaptif dan Maladaptif

Roy (1992) mengatakan manusia mahluk yang unik karenanya mempunyai respon

yang berbeda-beda terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini

dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping individu. Menurut

Stuart & Sundeen (2000) koping adalah mekanisme mempertahankan

keseimbangan dalam menghadapi stress. Mekanisme koping berdasarkan

penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu :

a. Mekanisme Koping Adaptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,

belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,

memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan

aktivitas konstruktif.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

23

b. Mekanisme Koping Maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan dan

menghindar.

2.4.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart & Sundeen (2000), tingkat kecemasan dibagi menjadi empat

tingkatan yaitu :

a. Ansietas ringan

Pada fase ini pasien akan merasa :

1. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.

2. Kewaspadaan meningkat.

3. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

4. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas.

5. Respon kognitif tampak mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif dan

terangsang untuk melakukan tindakan.

6. Respon prilaku dan emosi terlihat tidak dapat duduk tenang dan kadang–

kadang suara meninggi.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

24

b. Ansietas sedang

Pada fase ini akan muncul respon sebagai berikut :

1. Respon fisiologis terlihat sering nafas pendek, tekanan darah meningkat,

mulut kering, anoreksia, sakit kepala, letih dan sering berkemih.

2. Respon kognitif tampak memusatkan perhatiannya pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

3. Respon perilaku dan emosi terlihat gerakan tersentak–sentak, terlihat lebih

tegang, bicara banyak, dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.

c. Ansietas berat

Pada fase ini individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja serta

mengabaikan hal yang lain, dan respon yang muncul antara lain :

1. Respon fisiologis tampak nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, pengelihatan kabur, serta tampak tegang.

2. Respon kognitif tampak tidak mampu berfikir berat dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.

3. Respon perilaku dan emosi tampak adanya perasaan terancam yang

meningkat dan komunikasi terganggu (verbalisasi cepat).

d. Ansietas sangat berat / panik

Pada fase ini respon yang muncul antara lain :

1. Respon fisiologis tampak nafas pendek, rasa tercekek, sakit dada, pucat,

hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

25

2. Respon kognitif terjadi gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi

terhadap lingkungan mengalami distorsi dan ketidakmampuan memahami

situasi.

3. Respon perilaku dan emosi terlihat mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak – teriak, kehilangan kendali / kontrol diri, perasaan terancam serta

dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

2.4.4 Faktor Pencetus Kecemasan

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari

diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun

demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori:

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan dalam melakukan aktivitas sehari–hari guna pemenuhan

kebutuhan dasarnya.

b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam

terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan

interpersonal.

2.4.5 Dampak Kecemasan

Dampak yang paling umum dari kecemasan adalah rasa tidak nyaman baik secara

fisik maupun secara psikologis (Hawari, 2008). Kecemasan itu adalah suatu

proses melelahkan karena memerlukan tenaga tubuh, sumber-sumber fisik dan

psikologis (Rasmun, 2004). Dampak dari kecemasan terhadap integritas dan

kesehatan seseorang adalah menurunnya daya tahan tubuh karena pada saat

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

26

mengalami kecemasan maka tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol yang

mempunyai efek menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

2.4.6 Pengukuran Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan digunakan alat ukur

kecemasan. Ada dua jenis alat ukur yang sering di gunakan untuk menilai tingkat

kecemasan, alat ukur yang sering digunakan adalah Halmiton Anxiety Rating

Scale (HARS) dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS).

a. Alat ukur HARS

Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya

symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai

dengan 4 (severe). Penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi : perasaan

cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan

depresi, gejala somatik, gejala sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala pernafasan,

gejala gastroinstensinal, gejala urogenital, gejala vegetative, dan perilaku sewaktu

wawancara. Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dan

kategori : nilai 0= tidak ada gejala sama sekali, 1= satu dari gejala yang ada, 2=

sedang atau separuh gejala yang ada, 3= berat/lebih dari setengah gejala yang ada,

4= sangat berat/semua gejala ada. Masing-masing score dari ke 14 pertanyaan

tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang yaitu: <6= tidak ada kecemasan, 7-14= kecemasan ringan,

15-27= kecemasan sedang, >27= kecemasan berat.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

27

b. Alat ukur DASS

Menurut Hardjanah 1994 (dalam Sriati 2008) DASS adalah seperangkat skala

subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi,

kecemasan dan stress. DASS 42 dibentuk tidak hanya mengukur secara

konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut

untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku dimanapun dari

status emosional secara signifikan biasanya digambarkan dengan stress. DASS

baik digunakan untuk individu maupun kelompok untuk tujuan penelitian.

Pengukuran skala kecemasan menilai gairah otonom, efek otot rangka, kecemasan

situasional, dan pengalaman subjektif yang mempengaruhi cemas. Alat ukur ini

terdiri dari 14 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diberikan penilaian (score)

antara 0-3, yang artinya adalah : nilai 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 =

lumayan sering, 3 = sering sekali. Masing-masing score dari ke 14 pertanyaan

tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang yaitu : total score 0-7 = tidak ada kecemasan, 8-9 =

kecemasan ringan, 10-14 = kecemasan sedang, 15-19 = kecemasan berat, >20 =

kecemasan sangat berat (Lovibond, 1995).

Dari 2 jenis alat ukur kecemasan diatas, alat ukur dengan menggunakan DASS

yang dipilih dan dianggap sesuai dengan penelitian ini. DASS menggunakan

klasifikasi penilaian yang lebih jelas dan lebih mudah dipahami, setiap item

pertanyaan DASS lebih menggali kondisi psikologis yang dirasakan pasien yang

mencirikan pasien yang sedang mengalami kecemasan.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

28

2.4.7 Hubungan Terapeutik Perawat-Pasien dengan Tingkat Kecemasan

Penerapan hubungan terapeutik perawat-pasien sangat berpengaruh terhadap

tingkat kecemasan pasien pre operasi. Keberhasilan hubungan tersebut sangat

dipengaruhi oleh kemampuan perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan

langsung kepada pasien. Status pasien dalam hubungan perawat-pasien

merupakan hubungan interdependent dan perawat memberikan alternatif dan

membantu pasien dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi (Cook dan

Fontaine,1987). Dalam hubungan terapeutik tersebut, perawat harus mampu

membina hubungan saling percaya serta tindakan yang dilaksanakan dalam

konteks kehangatan dan pengertian. Maka berdasarkan hal tersebut penulis ingin

membuktikan kebenaran teori dengan kenyataan dilapangan.

Berdasarkan hasil penelitian Dewi,Suarniati,Ismail (2013) di ruang perawatan

bedah RSUD kota Makasar pada bulan Januari - Februari 2013 menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat

kecemasan pasien pada pasien pre operasi di RSUD kota makasar. Dalam menilai

komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat, peneliti mengukur dari segi

dimensi respon dan dimensi tindakan. Dari dimensi respon dan dimensi tindakan

itulah peneliti dapat mengetahui kepedulian dan kepekaan perawat untuk

menempatkan diri dan memahami perilaku yang menunjukan perhatian perawat

terhadap pasien yaitu dalam tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh perawat

dalam merespon suatu rangsangan. Hasil penelitian menunjukan tingkat dimensi

respon didapat nilai (p = 0,03) dan nilai tingkat dimensi tindakan yaitu (p =

0,023), dimana hasil tersebut lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - sinta.unud.ac.id. bab 2.pdf · Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan erat yang terapeutik

29

yaitu (< α = 0,05). Hasil penelitian tersebut menunjukkan 27 orang (60,7%)

memiliki respon baik setelah diberikan intervensi komunikasi teraupetik.