bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar
wilayah itu berkembang menuju tingkat perkembangan yang
diinginkan. Menurut Ernan Rustiadi et.al (2009) wilayah
didefenisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas tertentu
dimana komponen-komponen didalamnya memiliki keterkaitan
dan hubungan fungsional satu dengan lainnya. Konsep
pengembangan wilayah dirumuskan sebagai rangkaian upaya
untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai
sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan
Nasional dan Kesatuan Wilayah Nasional, meningkatkan
keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan
melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan.
Instrument yang digunakan untuk mewadahi pengembangan
tersebut adalah melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang telah ditetapkan lewat PP No. 26/2008 dengan
pertimbangan bahwa pelaksanaan PP No. 26/2008 tersebut telah
lebih implementatif. Ditingkat yang lebih operasional disiapkan
RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota yang ditetapkan
dengan PERDA. Tujuan penataan ruang antara lain adalah
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 2
mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas berbudi luhur dan
sejahtera, mewujudkan keterpaduan pemanfaatan sumberdaya,
meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam secara efisien dan
efektif bagi manusia, dan menwujudkan perlindungan fungsi
ruang dan mencegah kerusakan lingkungan.
Dalam pengembangan wilayah, perlu dilakukan perencanaan
pengunaan lahan yang strategis yang dapat memberikan
keuntungan ekonomi wilayah (strategic landuse development
planning). Perencanaan pengunaan lahan yang strategis bagi
pembangunan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan (Sitorus, 2004).
Ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan serta kegiatan
pengolahan hasil ekstraksi sumberdaya alam tersebut juga akan
berinteraksi dengan penduduk setempat, permukiman, atau dengan
lokasi-lokasi pasar (outlet-kota/pelabuhan). Interaksi yang baik,
lancar, aman, murah, dan tidak` mengganggu lingkungan alam
yang serasi merupakan kebutuhan untuk dapat memperlancar
pemasaran hasil produksi pemanfaatan sumberdaya alam, dan
sekaligus akan memberikan dampak timbulnya berbagai kegiatan
pemanfaatan ruang lainnya yang berpotensi bagi pengembangan
wilayah di masa yang akan datang. Dalam konteks inilah kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam yang serasi juga memerlukan
sarana dan prasarana transportasi wilayah untuk memasarkannya.
Pengembangan wilayah pada Daerah Kepulauan atau Gugus Pulau
pada dasarnya bertujuan untuk :
1. Pemerataan tingkat pertumbuhan antar wilayah
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 3
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada wilayah-wilayah
yang tersebar
3. Mengurangi tingkat kesenjangan (ekonomi dan sosial) antar
wilayah
4. Memperoleh struktur perekonomian nasional dan regional.
Daerah Kepulauan atau Gugus Pulau dapat dikembangkan dengan
model-model pengembangan wilayah pada daerah yang belum
atau sedang berkembang. Menurut Koespramoedyo, et al (2003)
beberapa model pengembangan wilayah Kepulauan antara lain
sebagai berikut:
a. Model Pusat Pertumbuhan
Pengembangan Pusat Pertumbuhan pada daerah Kepulauan
atau Gugus Pulau dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari
usaha perdagangan dan Jasa, pergudangan, industri sampai
kegiatan prosesing pusat-pusat pertumbuhan baru diharapkan
menjadi kota-kota yang maju dengan tingkat kemakmuran
yang lebih baik dibandingkan wilayah-wilayah sekitarnya.
b. Model Transito: Model transito adalah mengembangkan
wilayah agar berfungsi tempat transit para pelintas batas. Pada
daerah Kepulauan dapat mengembangkan beberapa gugus
pulau sebagai tempat transit pergerakan barang dan orang,
baik pergerakan domestik, regional maupun kegiatan eksport
dan import. Kawasan transito dapat berkembang karena
adanya interakasi pusat pertumbuhan nasional yang dapat
menciptakan berbagai kegiatan perjalanan antar pulau.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 4
Kawasan khusus yang dibutuhkan untuk pengembangan modal
transito adalah Well Come Plaza dan kawasan permukinan.
c. Model Kawasan Perbatasan Laut: Kawasan perbatasan laut
dapat terbentuk dari cluster aktivitas ekonomi yang berbasis
sumber daya laut dan pesisir. Kawasan perbatasan laut ini di
huni masyarakat pesisir yang hidupnya bergantung pada
budidaya laut untuk dipasarkan atau diproses tempat lain.
Dalam kawasan ini, desa-desa pantai perlu dilengkapi dengan
fasilitas untuk pengawetan dan penyimpanan hasil dari usaha
budidaya kelautan.
Pengembangan wilayah atau daerah sangat erat kaitannya
dengan sistem transportasi. Terdapat 3 (tiga) unsur utama
pengembangan wilayah yaitu:
1. Pusat Nodal
2. Wilayah Pengaruh atau wilayah Pelayanan
3. Jaringan Transportasi.
Dengan adanya unsur-unsur pusat nodal adalah sama dengan
terdapatnya simpul-simpul transportasi, wilayah pengaruh atau
wilayah pelayanannya berkaitan dengan pengerakan arus
manusia dan barang dari simpul asal menuju simpul-simpul
tujuan transportasi atau jaringan transportasi. Dengan
demikian bahwa kegiatan pengembangan wilayah adalah
sejalan dengan kegiatan transportasi sehingga dapat dikatakan
bahwa transportasi merupakan kekuatan pembentuk
pertumbuhan ekonomi wilayah.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 5
B. Sistem Transportasi
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran
transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan-keamanan. Pembangunan sektor
transportasi diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi
nasional yang handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan
secara efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas
manusia, barang serta jasa, mendukung pola distribusi nasional
serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan
hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan
wawasan nusantara.
Perwujudan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien,
menghadapi berbagai tantangan, peluang dan kendala sehubungan
dengan adanya perubahan lingkungan yang dinamis seperti
otonomi daerah, globalisasi ekonomi, perubahan prilaku
permintaan jasa transportasi, kondisi politik, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kepedulian pada kelestarian
lingkungan hidup serta adanya keterbatasan sumber daya. Untuk
mengantisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi nasional perlu
terus ditata dan disempurnakan dengan dukungan sumber daya
manusia yang berkualitas, sehingga terwujud keandalan pelayanan
dan keterpaduan antar dan intra moda transportasi, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntutan masyarakat serta
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 6
perdagangan nasional dan internasional dengan memperhatikan
kehandalan serta kelaikan sarana dan prasarana transportasi.
Sesuai dengan peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2005
bahwa Sistranas adalah Tatanan Transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, tansportasi kereta
api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan,
transportasi laut, transportasi udara, serta transportasi pipa, yang
masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa,
yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan
perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara
dinamis.
Maksud Sistranas adalah sebagai pedoman pengaturan dan
pembangunan transportasi, dengan tujuan agar dicapai
penyelenggaraan Transportasi Nasional yang efektif dan efisien.
Sedangkan sasaran Sistranas adalah wujudnya penyelenggaraan
transportasi yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti selamat,
aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar
dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau,
tertib, aman, serta polusi rendah. Efisien dalam arti beban publik
rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi
nasional.
Sistranas mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unsur penunjang
dan pendorong. Sebagai unsur penunjang, Sistranas berfungsi
menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 7
memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berfungsi ikut
menggerakkan dinamika pembangunan nasional serta sebagai
industri jasa yang dapat memberikan nilai tambah.
Sebagai unsur pendorong, Sistranas berfungsi menyediakan jasa
transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah terisolasi
dengan daerah berkembang yang berada di luar wilayahnya,
sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yang sinergis.
C. Sistem Transportasi Darat
1. Sistem Transportasi Jalan
Perencanaan jaringan jalan ditetapkan berdasarkan peranan,
fungsi dan kelas dari tiap-tiap jaringan jalan. Hirarki fungsi
dan kelas jalan merupakan bagian terpenting dalam
menetapkan rencana jaringan jalan, dimana keselarasan hirarki
jalan akan menjadi penentu efektifitas dan efisiensi operasi
jaringan dalam melayani pergerakan. Pada Gambar 2.1
disampaikan konsep penetapan hirarki jaringan jalan.
Gambar 2.1. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 8
Penetapan peranan diklasifikasikan berdasarkan tingkat
hubungan antar simpul dan ruang kegiatan menurut ruang
kegiatannya dan fungsinya, dikelompokkan dalam jaringan
antar kota, kota dan pedesaan menurut hirarkinya. Klasifikasi
peranan jalan adalah arteri primer, kolektor primer, lokal
primer, arteri sekunder, kolektor sekuder dan lokal sekunder.
Penetapan fungsi jalan berdasarkan kepentingannya, meliputi
kepentingan lalu lintas, berupa besar beban lalu lintas yang
melewati jaringan jalan dan kepentingan angkutan umum yang
didasarkan pada jaringan jalan yang menghubungkan antar
Provinsi atau yang menghubungkan antar kota dalam satu
Provinsi.
Penetapan kelas jalan adalah klasifikasi jalan berdasarkan
Muatan Sumbu Terberat (MST) dan karakteristik lalu lintas.
Muatan sumbu terberat adalah besarnya beban maksimum
sumbu kendaraan bermotor yang diijinkan dan harus didukung
oleh jalan. Karakteristik lalu lintas adalah kondisi tingkat
kepadatan arus lalu lintas pada waktu-waktu tertentu menurut
jenis, ukuran dan daya angkut kendaraan.
Jaringan Jalan Primer dan Sekunder: Sesuai UU RI No.
38/2004 tentang Jalan bahwa Jaringan jalan merupakan suatu
sistem yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Menurut peranan
pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari :
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 9
a. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
b. Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan diatur oleh
Undang-undang LLAJ No. 22/2009 yaitu sebagai berikut :
a. Jalan Kelas I yaitu Jalan arteri dan kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter,
dan muatan sumbu terberat 10 ton;
b. Jalan Kelas II yaitu Jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
c. Jalan Kelas III yaitu Jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 3.500 milimeter dan muatan sumbu terberat 8 ton.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 10
d. Jalan kelas Khusus yaitu Jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu
terberat lebih dari 10 ton.
a) Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan
Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi
masyarakat, maka dalam PP No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3)
disebutkan bahwa “Daerah wajib melaksanakan
pelayanan minimal”. Dalam hal ini standar pelayanan
minimal merupakan kewenangan dari pemerintah pusat
(pasal 2 ayat 4 butir b.). Untuk bidang jalan, Dep.
Pekerjaan Umum telah mengeluarkan Standar
Pelayanan Minimum bidang Jalan seperti yang
disampaikan pada tabel berikut ini.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 11
Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Sumber : PP Menteri PU No. 14 /PRT/M/2010 tanggal 25 Oktober 2010
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 12
SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut
pandang publik sebagai pengguna jalan, dimana
ukurannya merupakan common indicator yang
diinginkan oleh pengguna. Basis SPM dikembangkan
dari 3 keinginan dasar para pengguna jalan, yakni:
1. Kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang);
2. Tidak macet (lancar sepanjang waktu), dan;
3. Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir
waktu musim hujan).
Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus
mengakomodir tuntutan publik terhadap SPM dengan
mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi
jalan, yang meliputi aspek: efisiensi, efektifitas,
ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan.
Pada dasarnya item dalam SPM jalan hampir sama
dengan kriteria kemantapan jalan di mana tujuannya
adalah memelihara jalan minimal dalam kondisi fisik
yang sedang (indikator IRI), tidak macet (VCR < 0,8),
lebar cukup, dan jumlah panjang jaringan jalan yang
mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas).
2. Sistem Transportasi Penyeberangan
a. Peran dan Fungsi Transportasi Penyeberangan
Transportasi Angkutan penyeberangan adalah merupakan
bagian dari sistem transportasi darat yang mempunyai misi
untuk mewujudkan transportasi yang handal, unggul dan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 13
berdaya saing serta mampu menjangkau pelosok wilayah
daratan, menghubungkan antar pulau dalam rangka
memantapkan perwujudan wawasan nusantara yang efektif
dan efisiensi sehingga transportasi tersebut mampu
berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial
budaya, politik dan pertahanan keamanan guna
memperkokoh Ketahanan Nasional.
Sesuai dengan pasal 22, UU No. 17/2008 bahwa angkutan
penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan
atau jaringan kereta api yang dipisahkan oleh perairan
untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta
muatannya. Angkutan diperairan untuk daerah masih
tertinggal dan/atau wilayah terpencil wajib dilaksanakan
oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah dan
dilaksanakan dengan pelayaran perintis dan penugasan
serta biaya disediakan oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah (pasal 24, UU No. 17/2008).
Kriteria angkutan penyeberangan perintis sesuai
Kepmenhub No. KM 32 Tahun 2011 yaitu sebagai berikut:
1) Melayani angkutan pada lintas penyeberangan yang
ditunjuk untuk pelayanan daerah terpencil dan/atau
daerah belum berkembang dengan daerah/terpencil
dan/atau berkembang atau yang menghubungkan
daerah terpencil/belum berkembang dengan daerah
yang telah berkembang.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 14
2) Pendapatan yang diperoleh belum dapat menutupi
biaya sehingga akan berakibat pelayanan angkutan
tidak dapat terselenggara secara berkelanjutan apabila
tidak ada kompensasi/subsidi.
3) Dilayani oleh perusahaan angkutan yang memiliki ijin
usaha dan surat persetujuan pengoperasian kapal dan
4) Faktor muatan rata-rata kurang dari 50% per tahun.
Untuk penetapan lintas angkutan penyeberangan (pasal 22,
UU No. 17/2008) dilakukan dengan mempertimbangkan
aspek yaitu :
a. Pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur
kereta api yang dipisahkan oleh perairan.
b. Fungsi sebagai jembatan
c. Hubungan antar dua pelabuhan, antara pelabuhan dan
terminal, dan antara dua terminal penyeberangan
dengan jarak tertentu.
d. Tidak mengangkut barang yang diturunkan dari
kendaraan pengangkutannya.
e. Rencana Tata Ruang Wilayah dan
f. Jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai
optimalisasi keterpaduaan angkutan antar dan intra
moda.
b. Jaringan Transportasi Penyeberangan
Jaringan tansportasi Penyeberangan sesuai Sistranas terdiri
dari:
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 15
1) Jaringan Pelayanan: Jaringan Pelayanan Transportasi
adalah susunan rute-rute pelayanan transportasi
membentuk satu kesatuan hubungan. Jaringan
pelayanan penyeberangan yang disebut lintas
penyeberangan, menurut fungsinya terdiri dari: lintas
penyeberangan antar Negara, yaitu yang
menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan/atau
jaringan jalur kereta api antar Negara; lintas
penyeberangan antar Provinsi yaitu yang
menghubungkan simpul pada jaringan jalan atau
jaringan jalur kereta api antar provinsi; lintas
penyeberangan antar Kabupaten/Kota dalam provinsi
yaitu yang menghubungkan simpul pada jaringan jalan
dan/atau jaringan jalur kereta api antar Kabupaten/Kota
dalam Provinsi; lintas penyeberangan dalam
Kabupaten/Kota, yaitu yang menghubungkan simpul
pada jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api
dalam Kabupaten/Kota.
2) Jaringan Prasarana: Jaringan Prasarana transportasi
adalah serangkaian simpul yang dihubungkan oleh
ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan.
Jaringan Prasarana transportasi penyeberangan terdiri
dari simpul yang berwujud pelabuhan penyeberangan
dan ruang lalu lintas yang berwujud alur
penyeberangan.
Hirarki pelabuhan penyeberangan berdasarkan peran
dan fungsinya dikelompokan menjadi :
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 16
a. Pelabuhan penyeberangan lintas provinsi dan antar
Negara yaitu pelabuhan penyeberangan yang
melayani lintas Provinsi dan antar Negara.
b. Pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota
yaitu pelabuhan penyeberangan yang melayani
lintas Kabupaten/Kota
c. Pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten,
yaitu pelabuhan penyeberangan yang melayani
lintas dalam Kabupaten/Kota.
D. Model Perencanaan Transportasi
Jinca.M.Y. mengemukakan bahwa Perencanaan dan
Pengembangan sarana dan prasarana Transportasi dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek berikut:
1. Aspek Pengembangan Jaringan: Dalam menyusun arah
pengembangan jaringan transportasi, perlu memperhatikan
tatanan struktur tata ruang, dimana di dalamnya terdapat antara
lain sistem kota/pemukiman dan pola jaringan transportasi.
Pada suatu kota melekat dua pengertian, yaitu:
a. Kota sebagai administratif yaitu suatu kawasan ditetapkan
berstatus kota dengan suatu keputusan pemerintah.
b. Kota sebagai fungsional yaitu kawasan yang telah
mengkota atau kawasan yang dominan dengan ciri urban
yang mempunyai jumlah penduduk tertentu, adanya
fasilitas pelayanan jasa, adanya kegiatan ekonomi dan
sosial serta terdapatnya jasa adanya kegiatan ekonomi dan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 17
sosial serta terdapatnya kepadatan penduduk yang relatif
tinggi.
Peran transportasi dalam Propenas (2000) yaitu sebagai
pendukung kegiatan ekonomi dan berfungsi untuk
menyediakan jasa pelayanan bagi arus pergerakan orang
dan barang khususnya dalam distribusi barang dan jasa dari
sumber bahan baku ke tempat produksi serta lokasi
pemasarannya baik ditingkat lokal, regional, nasional
maupun internasional. Sementara peran transportasi
menurut RPJMN (2004) adalah sebagai katalisator dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan
wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Menurut Jinca et al (2003) bahwa transportasi memiliki
peran sebagai pendorong/perangsang pembangunan bagi
daerah-daerah terpencil, tertinggal. Transportasi seperti ini
dikenal sebagai angkutan perintis. Tujuan
penyelenggaraan angkutan laut perintis yaitu :
membuka-daerah-daerah yang terisolasi atau terpencil
meningkatkan perdagangan antar daerah/pulau
meningkatkan mobilitas penduduk
mengurangi kesenjangan antar daerah
meningkatkan kelancaran administrasi pemerintahan;
dan
mewujudkan stabilitas regional.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 18
Wilayah pengaruh atau wilayah pelayanan merupakan luas
jangkauan pelayanan masing-masing pusat atau simpul
yang bersangkutan, yang pada hakekatnya merupakan
fungsi dari tingkat kegiatan di pusat atau simpul tersebut
dan respons penduduk di daerah-daerah belakangnya.
Jaringan transportasi meliputi trayek (rute) perjalanan yang
menghubungkan antar simpul dan antara simpul dengan
tempat-tempat di sekitarnya. Peranan transportasi di sini
adalah mendukung secara langsung hubungan fungsional
dan orientasi jasa distribusi antar simpul. Dalam
menunjang simpul jasa distribusi dengan pendekataan arus
barang adalah menggunakan konsep:
Multi-unit produksi dan unit pemasaran;
Wilayah pengembangan tidak identik dengan wilayah
adminsitrasi pemerintahan;
Lokasi ujung orientasi berada disamping lokasi sentral
(tengah);
Tingkat kemudahan sebagai daya tarik
berkelompoknya berbagai kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan usaha;
Arah orientasi pelayanan jasa distribusi atau
pemasaran geografis dari suatu wilayah.
2. Hirarki Jaringan: Jaringan pelayanan transportasi adalah
susunan rute-rute pelayanan transportasi yang membentuk satu
kesatuan hubungan, sedang jaringan prasarana adalah
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 19
serangkaian simpul yang dihubungkan oleh ruang lalulintas,
sehingga membentuk kesatuan.
Gambar 2.2. Ilustrasi Tataran Transportasi
Hirarki Jaringan transportasi terdiri dari jaringan pelayanan
dan jaringan prasarana, meliputi :
a. Jaringan Prasarana
1. Terminal; Terminal Penumpang (Tipe A, B, C) dan
Terminal Barang
2. Jalan; Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal
b. Jaringan Pelayanan
1. Pelayanan angkutan umum dalam trayek tetap dan
teratur, meliputi; Antar Kota Antar Provinsi (AKAP)
dan Lintas Batas Negara, Antar Kota dalam Provinsi
(AKDP), dan Perkotaan dan Perdesaan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 20
2. Pelayanan angkutan umum tidak dalam trayek
Berdasarkan hal tersebut, hirarki transportasi jalan dapat
diilustrasikan pada Gambar berikut,
Gambar 2.3. Hirarki Jaringan Transportasi Jalan (RTRWK)
Pengembangan suatu model transportasi pada dasarnya
digunakan untuk mengevaluasi suatu kondisi transportasi
kemudian digunakan untuk mencari solusi yang tepat. Selain
itu, model transportasi juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi skenario pengembangan jaringan transportasi
baik di simpul maupun di lintas.
Pengembangan skenario jaringan transportasi didasarkan pada
pemikiran-pemikiran perbaikan sistem transportasi. Sistem
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 21
transportasi berkembang untuk memberikan keseimbangan
antara demand dan supply. Dalam perencanaan, jaringan
transportasi dapat digunakan untuk menumbuhkan demand
(creating demand) dan/atau melayani demand (servicing
demand). Pelaku pengembangan jaringan/prasarana
transportasi ini juga bervariasi bergantung dari aspek-aspek
yang mempengaruhi. Aspek-aspek yang mempengaruhi skema
atau skenario pembangunan prasarana transportasi antara lain
adalah pertumbuhan wilayah dan pertumbuhan penduduk.
Perencanaan transportasi adalah suatu kegiatan perencanaan
sistem transportasi yang sistematik yang bertujuan
menyediakan layanan transportasi baik sarana maupun
prasarananya dimasa mendatang di suatu wilayah. Konsep
dasar pemodelan transportasi Model Perencanaan Transportasi
Empat Tahap yaitu :
1. Bangkitan Pergerakan, memperkirakan jumlah pergerakan
berasal dari suatu zona dan jumlah pergerakan yang
tertarik kesuatu zona
2. Distribusi Pergerakan, memperkirakan asal tujuan
perjalanan perjalanan total zona-zona menurut setiap
pasang zona asal tujuan.
3. Pemilihan Jenis Kendaraan, memperkirakan distribusi
perjalanan setiap jenis moda pada setiap pasang zona asal
tujuan.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 22
4. Pemilihan Rute Pergerakan (Traffic Assignment) yaitu
memperkirakan jumlah perjalan yang melalui rute-rute
yang ada dalam jaringan transportasi.
Gambar 2.4. Model Perencanaan Transportasi
3. Sistem Konektivitas: KONEKTIVITAS berasal dari kata
"connectivity" yang artinya menghubungkan, mempersatukan.
Pada daerah kepulauan penguatan sistem konektivitas sangat
diperlukan dalam pembangunan agar hubungan dalam pulau
dan antar pulau dapat berjalan dengan lancar untuk menunjang
perkembangan perkenomomian suatu wilayah. C.J. Khisty
(2005) menjelaskan bahwa sistem adalah suatu perangkat yang
terdiri dari bagian – bagian yang saling berhubungan disebut
elemen atau komponen yang menjalankan sejumlah fungsi
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sistem konektivitas
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 23
adalah terhubungnya satu komponen atau kegiatan dengan
komponen atau kegiatan lainnya yang ditunjang dengan sarana
dan prasarana transportasi yang baik.
Pembangunan konektivitas dalam dokumen sislognas (Jinca, h.
50) mempunyai visi yaitu Integrasi Secara Lokal dan
Terhubung Secara Internasional atau Local Integrated,
Globally Connected serta mempunyai 3 (tiga) tingkat
konektivitas yang terintegrasi yaitu : Konektivitas Local (Intra
Island), Konektivitas Nasional (Inter Island) dan Konektivitas
Global (International) seperti ditunjukkan pada gambar 2.5
berikut ini:
Gambar 2.5. Tingkat Konektivitas
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 24
Masing-masing konektivitas mempunyai fokus pengembangan
sebagai berikut :
a. Konektivitas lokal atau inter pulau yaitu menghubungkan
daerah
b. pedesaan dengan pasar lokal, menghubungkan pedalaman
dengan pusat pertumbuhan dan menghubungkan pusat–
pusat pertumbuhan antar satu dengan yang lain
c. Konektivitas Nasional atau antar pulau yaitu
mendistribusikan komoditas dasar dan produk lain keluar
pulau maupun membawa komoditas dari luar pulau
d. Konektivitas Global atau internasional yaitu kemampuan
untuk mengangkat barang dan jasa antar negara secara
cepat, murah dan dengan tingkat prediktibilitas yang tinggi
sangat menentukan daya saing ekspor
Pada daerah kepulauan, Skenario Konektivitas Wilayah sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan pembangunan wilayah.
Mengacu pada salah satu faktor kerangka kerja Konektivitas
Nasional yaitu Sistim Transportasi Nasional (Sistranas) yang
menunjukan bahwa sarana dan prasarana transportasi
mempunyai peran yang penting dalam melayani kebutuhan
masyarakat dan mempunyai fungsi multiplier sebagai unsur
penunjang dan unsur pendorong dalam pembangunan.
Kebutuhan akan konektivitas sewajarnya menjadi prioritas
dengan penataan atau perbaikan jaringan transprortasi dalam
dan antar pulau sejalan dengan masih tingginya biaya
transportasi wilayah yang mengakibatkan ekonomi biaya
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 25
tinggi, daya saing yang lemah serta penanggulangan
kemiskinan yang relatif lambat. Sistem konektivitas tersebut
diharapkan dapat membuka daerah-daerah yang terisolasi
sehingga dapat terhubung dengan pusat – pusat perekonomian.
Tujuan utama dari penguatan konektivitas adalah untuk
menurunkan disparitas harga dan pelayanan, peningkatan daya
saing serta akselerasi penanggulangan kemiskinan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan aksessibilitas sosial dan ekonomi
masyarakat.
E. Transportasi Multi dan Intermoda
Keterpaduan jaringan prasarana moda-moda transportasi
mendukung penyelengaraan transportasi antarmoda/multimoda
dalam penyediaan pelayanan angkutan yang berkesinambungan.
Simpul transportasi merupakan media alih muat sebagai
konektivitas yang mempunyai peran sangat penting dalam
mewujudkan keterpaduan dan kesinambungan pelayanan
angkutan.
Jaringan prasarana transportasi jalan terdiri dari simpul, yang
berwujud terminal penumpang dan terminal barang, dan ruang lalu
lintas yang berupa ruas jalan yang ditentukan hirarkinya menurut
peranannya. Jaringan prasarana transportasi penyeberangan terdiri
dari simpul yang berwujud pelabuhan penyeberangan, dan ruang
lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan. Jaringan pelayanan
transportasi penyeberangan disebut lintas penyeberangan.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 26
Gambar 2.6. Hirarki Pergerakan dalam Sistem Transportasi Multi
Moda
(Sumber: Rodrigue and Comtois1 , diolah/modifikasi)
Meriam-Webster Dictionary1 mendefinisikan transportasi
antarmoda sebagai “Dengan atau melibatkan transportasi dengan
menggunakan lebih dari satu alat angkut dalam satu perjalanan”.
1 Merriam-Webster Dictionary, http://www.m-w.com/cgi-bin/dictionary
Area Studi TATRANAS & TATRALOK WIL. KTI Lokasi Studi; Kalabahi, Labuan Bajo, Tual, Jayapura dan
Sorong, untuk Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 27
Definisi ini mengandung karakteristik dasar dari intermodalisme
yakni: banyak alat angkut dalam satu kali perjalanan.
Meskipun isu mengenai jaringan transportasi antarmoda
belakangan sudah menjadi perhatian utama para penentu kebijakan
di Pemerintahan dan Industri, namun pada dasarnya konsensus
mengenai definisi transportasi intermoda belumlah ada (Jones et
all, 20032 dan Jenings and Holcomb (1996)3.
Lebih lanjut, McKenzie, North and Smith pengarang buku
Intermodal Transportation – The Whole Story4 mendeskripsikan
“pengiriman suatu barang dalam kontainer menggunakan lebih
dari satu moda” sebagai definisi yang paling populer dan paling
diterima dalam transportasi intermoda modern.
United States Department of Transportation (US-DOT)5
memberikan 3 konteks intemodalisme sebagai berikut:
Konteks 1: “ ...kontainerisasi, pengangkutan/piggyback, atau
teknologi lainnya yang dapat menyediakan pergerakan yang
menerus/seamless untuk barang dan orang dengan menggunakan
lebih dari satu moda transportasi”
2 Jones W. B., Cassady C. R., Bowden R. O. (2003) Developing a Standard Definition of Intermodal
Transportation, Department of Transportation, University Transportation Centers Program, Mississippi
State University, http://www.ie.msstate.edu/ncit/ 3 Jennings B., and Holcomb M. C. (1996) Beyond Containerization: The Broader Concept of
Intermodalism, Transportation Journal, pp. 5-13. 4 McKenzie D., North M., Smith D, Intermodal Transportation – The Whole Story 5 CNC Transports, http://www.cnc-transports.com/uk/intermodal/intermodal.html
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 28
Konteks 2: “...penyediaan koneksi diantara moda yang berbeda,
misalnya antara jalan dengan pelabuhan atau antara layanan bus
pengumpan dengan transit rel”
Konteks 3: “...cara pandang yang holistik terhadap transportasi
dimana semua moda saling bekerjasama sesuai perannya masing-
masing untuk menyediakan pilihan layanan terbaik bagi pengguna,
dan sebagai konsekuensinya kebijakan di setiap moda harus
disesuaikan. Cara pandang ini dulunya dikenal sebagai transportasi
yang berimbang/balanced, terintegrasi/integrated, atau
komprehensif”.
Dari sejumlah definisi di atas dapat disimpulkan secara umum
bahwa pengertian transportasi intermoda adalah pengiriman
barang atau pergerakan penumpang yang melibatkan lebih dari
satu moda transportasi ketika melakukan satu perjalanan yang
menerus.
Terdapat 4 definisi fungsi utama dalam transportasi intermoda
(Rodrigue and Comtois1), yakni:
- Komposisi. Pengumpulan dan konsolidasi barang/penumpang
di suatu terminal/simpul yang memungkinkan terjadinya
interface intermoda antara sistem distribusi lokal/regional dan
sistem distribusi nasional/internasional.
- Koneksi. Pengaliran barang/penumpang diantara minimal dua
terminal/simpul. Efisiensi koneksi ini umumnya diperoleh dari
economies of scale.
- Perpindahaan/Interchange. Proses perpindahan moda di
suatu terminal. Fungsi utama dari intermoda dilakukan di
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 29
terminal/simpul yang berperan menyediakan kontinuitas
pergerakan dalam rantai transportasi.
- Dekomposisi. Proses pemisahan/fragmentasi
barang/penumpang di terminal terdekat dari tujuan dan
ditransfer ke dalam jaringan distribusi lokal/regional.
Untuk lebih jelasnya tentang keempat definisi tersebut yang juga
disebut rantai Transportasi antarmoda diperlihatkan pada gambar
2.7 berikut ini :
Gambar 2.7. Rantai Transportasi Intermoda (Rodrigue and
Comtois1)
Efisiensi pengangkutan barang bila diukur dengan rasio antara
biaya transport persatuan unit barang dengan jarak tempuh
ternyata sangat bervariasi sesuai dengan pemilihan moda.
Pemilihan moda transportasi dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek - aspek ekonomis, keamanan,
kenyamanan dan ketepatan waktu. Karakteristik masing-
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 30
masing angkutan barang dipaparkan pada Tabel 2.2. berikut
ini :
Tabel 2.2. Karakteristik Angkutan Barang Multimoda
Karak-
teristik Jalan Raya Laut
Kele-
bihan
Waktu pengangkutan di
lakukan kapan saja (tidak
terjadwal), Pengiriman
barang diatur sehingga
lebih cepat dan aman
Tidak mengganggu lalu
lintas jalan, Biaya murah
untuk jarak jauh, dapat
mengangkut barang dalam
jumlah besar
Keku-
rangan
Mengganggu kelancaran
lalulintas, Mempercepat
kerusakan jalan, Perlu
pengurusan dokumen
hingga ke outlet
Waktu pengangkutan lebih
lama, Proses bongkar muat
barang lebih lama, Perlu
sistem pergudangan di
pelabuhan
Kapa-sitas
Barang yang diangkut
lebih sedikit dari kereta api
Kapasitas angkut barang
lebih besar dibanding
moda lain
Pra-
sarana
Topografi jalan lebih
kompleks (naik, turun,
bergelombang) sehingga
prasarana lebih fleksibel
untuk digunakan
Perairan (laut) bebas dapat
dilalui berbagai kapal
angkutan barang
Jenis
Sarana
Truk 2 as, truk 3 as, Pick-
up dan dan hantaran, Truk
kontainer,Truk gandengan
Semi-trailer
Konvensional: general
cargo, bag cargo, unitized,
curah kering, curah cair.
Petikemas: semi container,
full container, kapal/
perahu motor, tongkang
Sumber : Balitbang Dephub (1998)
F. Peran Sosial dan Ekonomi Transportasi
Dalam proses pengembangan wilayah, transportasi merupakan
salah satu unsur pembentuk struktur ruang wilayah yang
mendukung secara langsung hubungan fungsional dan orientasi
jasa distribusi antar simpul, baik dalam wilayah manapun keluar
wilayah serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 31
secara langsung sebagaimana dalam gambar 2.8 Sebagai
pembentuk struktur ruang, sistem transportasi seperti jaringan
jalan Arteri Primer dan koridor jaringan akan membentuk jaringan
utama (path) yang menghubungkan simpul-simpul kota.
Gambar 2.8. Pengembangan Transportasi dan Pertumbuhan
Ekonomi Sumber : http://www.irishspatialstrategy.ie/docs/pdf
Investasi Prasarana Transportasi juga meningkatan pertumbuhan
perekonomian wilayah karena akan memperbaiki mutu pelayanan
transportasi. Pasar komoditas menjadi lebih luas dan saling
ketergantungan antar wilayah makin berkembang cepat
ditujukkan pada Gambar 2.9 yaitu :
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 32
Gambar 2.9. Investasi Prasarana dan Pertumbuhan Ekonomi
Lebih jauh dari itu, sesuai dengan perannya sebagai urat nadi
kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahan
keamanan, moda transportasi mempunyai fungsi multiplier
sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan sebagai unsur
pendorong (promoting sector).
Sebagai unsur penunjang, moda transportasi berfungsi
menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan sektor lain serta mengantisipasinya, juga
berfungsi dalam ikut menggerakkan dinamika pembangunan.
Sebagai unsur pendorong, moda transportasi berfungsi
menyediakan jasa transportasi yang effektif untuk membuka
daerah terisolasi, melayani daerah atau pulau terpencil,
merangsang pertumbuhan daerah belakang, desa tertinggal dan
mampu menekan angka kemiskinan diwilayah-wilayah
terpencil.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 33
1. Manfaat Sosial Masyarakat
Balitbang Kimpraswil (2003), dijelaskan bahwa terdapat 4
(empat) manfaat utama adanya infrastruktur jalan bagi
masyarakat, yaitu:
a. Membuka keterisolasian wilayah dan daerah:
Adanya jalan membuka wilayah-wilayah yang
terisolasi. Semakin terbukanya suatu wilayah akan
mempercepat perubahan-perubahan sosial yang
merupakan persyaratan bagi proses pembangunan.
b. Meningkatkan aktivitas dan mendukung
kelancaran roda ekonomi wilayah. Adanya jalan
akan mempermudah distribusi dan pemasaran suatu
komoditi sehingga merangsang aktivitas dan
tumbuhnya kegiatan perekonomian didaerah tersebut.
Dengan tumbuhnya perekonomian, maka kesempatan
masyarakat untuk meningkatkan penghasilan mereka
akan lebih besar.
c. Mempermudah akses teknologi dan pemanfaatan
fasilitas sosial, kesehatan, pemerintahan, dan lain-lain.
Dengan adanya jalan, fasilitas-fasilitas sosial akan
dapat dicapai secara lebih mudah dan cepat oleh
masyarakat. Peningkatan mobilitas dan kontak sosial
antar penduduk, mempermudah hubungan antar daerah.
d. Peningkatan mobilitas dan kontak sosial antar
penduduk. Adanya jalan mempermudah hubungan
antar satu daerah dengan daerah lain, dapat
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 34
mengunjungi masyarakat daerah lain secara lebih
mudah dan cepat yang berada jauh diluar daerah.
Keluar masuknya masyarakat dengan latar belakang
berbeda meningkatkan komunikasi.
2. Manfaat Ekonomi
Pengembangan jaringan jalan bertujuan mengembangkan
ekonomi suatu wilayah. Manfaat yang dihasilkan bisa
terjadi dalam beberapa bentuk (Suprayitno, 2003):
a. Pengurangan biaya angkutan
b. Perbaikan aksessibilitas, berupa perbaikan ukuran
kenclaraan yang bisa masuk, penambahan kapasitas
jalan, penambahan daya dukung jalan, yang akan
menunjang pertumbuhan aktivitas ekonomi
c. Penurunan harga-harga komoditas
d. Dan manfaat-manfaat lain, misalnya kenaikan harga
tanah disekitar jalan baru, adanya investor swasta yang
tertarik mengembangkan daerah baru tersebut dengan
membangun jalan-jalan baru sendiri, dan lain-lain.
Rudiansyah (1995 : 12) dalam Mansjur B. (2002 : 12),
sektor transportasi merupakan salah satu sektor ekonomi
yang sangat panting dalam menunjang roda perekonomian
suatu daerah atau negara. Salah satu fungsi utama sektor
ini adalah mendistribusikan produksi sektor-sektor
penghasil barang, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, dan sektor industri, kepada konsumen akhir
yang menggunakan. Fungsi lainnya adalah melaksanakan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 35
mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.
Peranan ekonomi dari transportasi menurut Morlok
(1995;46) adalah sebagai berikut:
a. Transportasi memperbesar jangkauan terhadap sumber
yang dibutuhkan suatu daerah, dan memungkinkan
digunakannya sumber yang lebih murah ataupun lebih
tinggi mutunya. Sebagai tambahan, barang yang tidak
bisa didapat di daerah setempat dapat menjadi tersedia.
b. Pemakaian sumber yang lebih efisien mengakibatkan
timbuinya kekhususan setiap daerah ataupun
pembagian tenaga keda yang sesuai, yang
mengakibatkan penambahan jumlah barang yang harus
dikonsumsi. Kemungkinan untuk konsentrasi produksi
pada satu atau beberapa lokasi saja tetapi
memungkinkan untuk melayani daerah pemasaran yang
luas, sehingga keuntungan ekonomis dalam skala
produksi dapat dimanfaatkan.
Masih menurut Morlok (1995;35-36) bahwa dengan
adanya pengurangan biaya transportasi yaitu perpindahan
barang hasil produksi dari suatu wilayah akan memberikan
kegunaan tempat (place utility) dan Wegunaan waktu (time
utility) sehingga nilai barang tersebut menjadi besar
dengan biaya transportasi yang lebih rendah.
Abbas Salim (1993;1-2) menjelaskan bahwa transportasi
memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan-
tujuan dari pengembangann ekonomi adalah meningkatkan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 36
pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang
merata antara penduduk, bidang-bidang usaha dan daerah-
daerah.
Adler (1983;28-51) Manfaat-manfaat ekonomi terpenting
daripada proyek-proyek pengangkutan meliputi:
a. Berkurangnya biaya eksploitasi, manfaat paling
langsung daripada suatu fasilitas angkutan yang baru
atau yang telah diperbaiki, dan seringkali juga yang
paling penting dan mudah diukur dengan uang, adalah
manfaat berupa berkurangnya biaya eksploitasi.
b. Mendorong pembangunan ekonomi, seringkali
diasumsikan bahwa semua perbaikan pengangkutan
mendorong pembangunan ekonomi.
G. Model Peramalan
Untuk menemukenali interaksi antar wilayah (bangkitan-tarikan),
baik berupa barang maupun penumpang, berikut ini akan
dilakukan analisis sebagai berikut : Prediksi (proyeksi) volume
lalulintas menurut trayek dan rute (Jalan dan ASDP) secara umum
digunakan rumus regresi, dimana volume lalulintas (barang dan
penumpang) sebagai variabel terikat dan jumlah penduduk dan
PDRB perkapita merupakan variabel bebas. Proyeksi dilakukan
menggunakan persamaan:
Y = b0 + b1X1 (regresi sederhana)
Keterangan :
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 37
Y = Volume Pergerakan
bo – b2 = Parameter (konstanta)
X1 – X5 = Variabel bebas
Selain model regresi, proyeksi volume pergerakan dalam
penelitian ini menggunakan metode pertumbuhan. Warpani (1993)
memberikan rumusan metode pertumbuhan yaitu :
Pt + x = Pt ( 1 + r )x
Pt + x = Prediksi tahun ke x dari tahun awal
Pt = Tahun awal
r = Tingkat Pertumbuhan
x = Rentang tahun yang di prediksi
H. Model Analisis Kinerja Transportasi
Tujuan pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi (minimize the cost) dan efektivitas
(maximize the benefit). Identifikasi mengenai kondisi/kinerja
jaringan transportasi eksisting (benchmarking of performance)
dan menetapkan kinerja jaringan transportasi yang akan dituju
dimasa datang (desired performance), diperlukan sejumlah
indikator yang dapat menggambarkan kinerja elemen transportasi
secara komprehensif. Untuk menilai kinerja sistem transportasi,
diperlukan sebagai langkah awal dalam merumuskan strategi dan
kebijakan sistem di suatu wilayah. Kinerja pelayanan transportasi
dibutuhkan untuk mengetahui besaran nilai yang dihasilkan oleh
ketersediaan prasarana maupun sarana transportasi yang tersedia.
Kinerja pelayanan transportasi tidak hanya dipengaruhi oleh
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 38
ketersediaan prasarana dan sarana transportasi tetapi peran
Pemerintah dalam menetapkan legalitas, operator dan para pelaku
cukup berperan.
Tingkat pelayanan transportasi yang efisien dan efektif dapat
dinikmati bilamana kinerja pelayanan seluruh moda transportasi
dapat diketahui. Untuk mengetahui kinerja pelayanan transportasi
membutuhkan beberapa pendekatan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Sistranas (2005) menetapkan bahwa terdapat 14
indikator yang memberikan ukuran tentang kinerja sistem
transportasi yang efektif dan efisien, seperti ditunjukkan pada
Tabel 2.3. Indikator Penilaian Sistem Transportasi.
Salah satu indikator kinerja transportasi sesuai dengan konsepsi
sistem transportasi nasional (Sistranas) seperti dalam tabel berikut
ini:
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 39
Tabel 2.3. Indikator Penilaian Sistem Transportasi yang Efektif
dan Efisien
Sumber : Sistranas (2005) dan JINCA (2004), Materi Kuliah Teknik dan
Manajemen Lalu Lintas
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 40
Ockwell (2001) mengemukakan faktor-faktor indikator kinerja
transportasi yang diuraikan dalam bentuk matriks seperti pada
tabel berikut :
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 41
Tabel 2.4. Kerangka Analisis Kinerja Transportasi Intermoda
Biaya Finansial Waktu L & D Control Kemudahan
penggunaan Teknis
Manajemen
Aset
Door to door
(distance
based)
Tingkat
pengembalian
aset (return on
assets)
Total cycle
time (distance
based)
Rasio klaim
L&D terhadap
total lalu lintas
(berbasis jarak/
value/ waktu per
cycle)
Akurasi invoice,
Pemprosesan
klaim
(Insurance/
damage)
Keluwesan
penjadwalan/
peralatan/ link
komputer/slotting
In-transit
privileges
Door to door
(value based)
Tingkat
pengembalian
sosial (return
on equity)
Waktu transit
Variansi
(distance
based)
Notification,
Prosedur L&D
bagi shippers
Shipment
tracing/ Asset
visibility
Kemudahan
slotting
Keluwesan
dalam perutean
Door to door
(time based)
Trading
margin
On-time
performance
(sustaibability
faktor)
Kemungkinan
tracing L&D
sepanjang
perjalanan
Feedback
sepanjang
bagian
perjalanan
Ketersediaan
peralatan
Superioritas
teknologi dalam
total layanan/
chains
Willingness
to negotiate
Total biaya
pengguna
Timelines
reliability (%
tingkat
reliabilitas)
Nilai klaim L&D
terhadap total
lalu lintas
(berbasis jarak/
value/ waktu per
cycle)
EDI/common
documentation,
Pengetahuan thd
kebutuhan
shipper
Mobilitas
peralatan,
kondisi fisik
peralatan,
Peralatan khusus
Kemampuan
negosiasi untuk
perubahan
moda,
Kompatibilitas
prasarana
Sumber : Ock Well, 2001
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 42
I. Analisis Hirarki Proses
Untuk menjawab tujuan penelitan dalam menentukan prioritas
pengembangan sarana dan prasarana darat di KTI dilakukan
melalui Analisis Hirarki Proses. Hirarki pertama proritas
pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat, hirarki
kedua adalah skenario pengembangan sarana dan prasarana
transportasi darat yaitu kebijakan nasional dan wilayah,potensi
wilayah, supply and demand, kondisi sarana dan prasarana,
selanjutnya hirarki ketiga adalah macam transportasi darat yaitu
transportasi jalan, sungai, danau dan penyeberangan. Hirarki
keempat adalah provinsi dalam KTI yaitu, NTB, NTT, Maluku,
Maluku Utara, Papua, Papua Barat.
Langkah yang ditempuh untuk mendapatkan nilai eigen vektor
pada setiap tingkatan hirarki adalah :
1. Tetapkan Jumlah Hirarki yang termasuk memberikan
kontribusi pada Sistem Transportasi darat yang mampu
mendorong perkembangan wilayah KTI.
2. Buat Matriks pada setiap tingkatan hirarki.
3. Lakukan penilaian perbandingan pasangan yang informasinya
bersumber dari data primer yang telah diolah.
4. Jumlahkan masing-masing nilai pada matriks baris , sehingga
terbentuk nilai matriks kolom.
5. Hitung Nilai Matriks baris yang baru dengan membandingkan
antara jumlah matrik baris dengan jumlah matriks kolom.
6. Buat matriks baru berdasarkan matriks pada butir (2) dengan
membandingakan nilai sel dengan matriks pada butir (5).
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 43
7. Jumlahkan matriks baris pada butir (6) kemudian dibagi
jumlah matriks ( n x n), hasil ini merupakan eigenvektor atau
nilai prioritas pada setiap tingkatan hirarki.
8. Kalikan matrik pada butir (2) dengan Nilai Eigenvektor
sehingga didapat matriks baris baru dan hasilnya dibagi
dengan Nilai Eigenvektor.
9. Jumlahkan nilai butir (8) kemudian bagi dengan jumlah
matriks n atau (n x n) dan hasilnya adalah eigen value atau λ
maks.
10. Hitung konsistensi indeks ( CI) dengan formula CI = (λ maks
– n)/(n – 1), dalam hal ini n adalah jumlah matriks (n x n ).
11. Hitung Konsistensi Ratio (CR) dengan formula :CR = CI / RI,
dalam hal ini RI adalah Random Indeks dapat dilihat dari tabel
berdasarkan matriks (n x n).
Jika nilai CR ≤ 0,1, maka nilai tersebut merupakan nilai yang
memiliki tingkat konsistensi yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk menghasilkan nilai eigen vektor
setiap matriks pengolahan data dilakukan dengan program
komputer.
Untuk mengetahui hirarki prioritas pengembangan sarana dan
prasarana transportasi darat di Kawasan Timur Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 2.10.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 44
Gambar 2.10. Hirarki Prioritas Pengembangan Sarana dan
Prasarana Transportasi Darat di Kawasan Timur
Indonesia
J. Penelitian Terdahulu
a. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemen-Hub., (2006),
Studi keterpaduan sistem jaringan antarmoda transportasi di
Pulau Sulawesi, menggunakan pendekatan diskripsi indikator
yang terkait dengan kinerja pelayanan transportasi, lebih
banyak menggunakan analisis kualitatif dalam menyimpulkan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 45
hasil penelitian. Secara umum mengemukakan bahwa kinerja
jaringan prasarana transportasi di Pulau Sulawesi cukup baik,
meskipun belum optimal, kecuali unsur kinerja aksesibilitas,
ketepatan waktu dan kenyamanan masih kurang baik.
Kebutuhan transportasi di berbagai daerah perlu ditingkatkan,
demikian pula dengan penyediaan prasarana dan sarana
transportasi. Keterpaduan inter dan antar moda transportasi
umumnya masih kurang/rendah, disebabkan kurang
tersedianya fasilitas transportasi untuk peralihan moda, jadwal
pelayanan pengangkutan yang kurang baik, terbatasnya jumlah
armada pada simpul-simpul pelayanan antar/intra moda, dan
masih terbatas jaringan prasarana dan pelayanan
menghubungkan antar wilayah.
b. LAPI-ITB, Pemerintah Provinsi Maluku., (2006), Studi
Kelayakan Sistem Transportasi Wilayah Provinsi Maluku,
metode yang menggunakan kajian potensi wilayah prediksi
dan analisis kelayakan ekonomi dan finansial. Kondisi
geografis Provinsi Maluku wilayah lautan serta minimnya
prasarana-sarana transportasi menyebabkan berkaitan dengan
biaya transportasi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di
wilayah Provinsi Maluku.
c. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub., (2009),
Studi Prioritas Pengembangan Jaringan Pelayanan dan
Prasarana Transportasi di Pulau Papua, mengunakan
observasi lapangan dan identifikasi data sekunder dan primer
Pendekatan Tata Ruang dan Analisis SWOT dan kombinasi
dengan Analisis Hirarchy Process.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 46
Moda unggulan transportasi Pulau Papua berbeda antara
wilayah kabupaten dan kota, dipengaruhi oleh kondisi geografi
dan demografi, letak dan ketersediaan jaringan prasarana
transportasi. Moda unggulan untuk aksesibilitas antar
kabupaten dan kota adalah transportasi udara dan transportasi
laut. Pembangunan infrastruktur pelabuhan dan bandar udara,
dalam mengantisipasi pertumbuhan transportasi yang
meningkat adalah terkendala pembiayaan dan penguasaan
lahan, (terkait dengan aturan adat). Jaringan jalan lintas
provinsi masih sangat terbatas menghubungkan antara ibukota
provinsi dengan kabupaten, terkendala kondisi geografi dan
pembiayaan.
d. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemenhub., (2008),
Studi Pengembangan Transportasi Laut Perintis di KTI,
pendekatan diskriptif disimpulkan bahwa Wilayah Gugus
pulau dan pesisir yang dilayani transportasi laut perintis di
Kawasan Timur Indonesia (KTI), tergolong tertinggal.
Karakteristik permintaan dan potensi komoditi perdagangan
masih bersifat komoditas primer. Aktivitas perekonomian
wilayah masih bertumpu pada pertanian, perikanan dan usaha-
usaha primer lainnya yang bersifat subsistem, dalam arti
produksinya belum memadai untuk kebutuhan wilayahnya
sendiri. Masyarakat di wilayah layanan transportasi laut
perintis, mengharapkan kontinutas dan frekwensi layanan
kapal perintis yang tinggi dan bertarif murah. Koneksitas moda
dan hirarki jaringan pelayanan belum berkembang secara
terpadu. Jaringan infrastruktur dan pelayanan, belum tertata
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 47
baik dan terhubung dengan jaringan pelayaran kapal dari rute
lainnya, misalnya; armada pelayaran Pelni, penyeberangan
dan kapal perintis.
e. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub., 2011,
Studi Pengembangan Angkutan Petikemas Domestik untuk
Logistik KTI, menggunakan pendekatan Model Transhipment,
Kualitatif dan SWOT plus AHP. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa perkembangan teknologi petikemas
merupakan rasionalisasi dan bagian dari teknologi sistem
transportasi. Keterpaduan transportasi secara horizontal
adalah terpadunya antara moda transportasi laut dengan darat
(jalan raya dan kereta api, atau transportasi penyebrangan), dan
udara, dan secara vertikal antara hirarki jaringan prasarana dan
pelayanan. Keterpaduan horizontal dan veretikal pada sistem
transportasi multi moda adalah proses dalam meningkatkan
kualitas layanan transportasi, dicapai dengan mengoptimalkan
biaya transportasi dan mempercepat waktu alih muat di
pelabuhan.
f. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemenhub., (2011),
Studi Strategi Pembangunan Transportasi di 7 wilayah
Provinsi Kepulauan Indonesia. Metode yang digunakan adalah
Identifikasi problem di masing-masing Provinsi Kepulauan
dan FGD Sistem dan Analisis SWOT untuk Strategi,
menyimpulkan bahwa kurang keterpaduannya moda
transportasi baik intra maupun antar moda pada wilayah
provinsi kepulauan yang mengoperasikan moda transportasi
darat, penyeberangan dan laut serta udara sebagai moda
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 48
unggulan menjangkau daerah perbatasan, terpencil dan
pedesaan. Kondisi moda transportasi laut memprihatinkan dari
aspek keselamatan dan kenyamanan. Jarak pulau-pulau kecil
dalam propinsi wilayah kepulauan bervariasi mulai yang dekat
sampai jauh atau terluar, sehingga aksesibilitas transportasi
laut dan udara sangat diperlukan meskipun frekuensi
pelayanan ke pulau-peulau kecil sangat terbatas. Kondisi
tersebut, memerlukan waktu tempuh yang relatif lama dan
biaya relatif besar. Peranan pemerintah daerah dalam upaya
memfasilitasi transportasi antar kabupaten pulau-pulau kecil
belum maksimal.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub., (2010),
Studi Lokasi Pelabuhan Utama dan pengumpul di KTI dalam
Perspektif Logistik. Metode yang digunakan adalah Model
input-Output dikombinasikan dengan Model SOM (Subjek-
Objek-Metode). Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis
Hirarchy Process (AHP) disimpulkan bahwa, potensi sumber
daya ekonomi di KTI sangat besar (Pertambangan dan
Pertanian), tergolong wilayah mulai berkembang dan proses
berkembang. Bentuk kemasan barang mengarah ke kemasan
peti kemas. Ketergantung pengembangan dan pembangunan di
Kawasan Timur Indonesia sangat ditentukan oleh tatanan dan
kinerja fasilitas transportasi laut. Pola pergerakan barang di
KTI masih tertuju pada Pelabuhan Tanjung Perak surabaya
dan Tanjung Priok Jakarta, peran Pelabuhan Makassar dan
Pelabuhan Bitung belum mampu menjadi pusat ditribusi dan
koleksi barang di KTI. Dibutuhkan suatu penetapan pelabuhan
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 49
utama yang dapat berfungsi sebagai pusat distribusi dan
koleksi barang bagi wilayah KTI. Konsolidasi pelabuhan
berdampak efektif dan efisien terhadap pelayanan angkutan
barang peti kemas.
h. Jinca, M.Y., (2006), Rural Infrastructure Development, Sea
and Air Transportation Sector, (Menko Prekonomian,
University Network for Rural Infrastructure Development
Australia Government AUSAID, Jakarta. Menggunakan
pendekatan impiris dengan fakta data sekunder dari
pengumpulan laporan Riset University dan Lembaga Riset
Kementerian maupun Lembaga Riset Non Kementerian.
Ditemukan bahwa ketersediaan kapasitas Infrastruktur
pelabuhan laut dan udara masih belum sebanding dengan
ketersediaan sarana transportasi. Demand transportasi cukup
tinggi tidak diimbangi dengan persediaan layanan
Transportasi. Peningkatan dan pembangunan pelabuhan
hendaknya diikuti dengan penyediaan sarana (kapal dan
pesawat) untuk perdesaan, perencanaan pengembangan moda
Transportasi (pelabuhan laut Bandara dan Terminal)
hendaknya terintegrasi dalam suatu kawasan pengembangan.
K. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian diawali dari tata ruang provinsi di
kawasan timur Indonesia, selanjutnya memotret kondisi
transportasi saat ini terhadap jaringan prasarana dan pelayanan
serta produksi angkutan penumpang dan barang yang terjadi.
Studi Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Darat di KTI
Final Report II - 50
Untuk melihat kondisi yang akan datang dibutuhkan perkiraan
bangkitan transportasi masa depan berdasarkan potensi wilayah
yang tersedia, sehingga dapat diukur kinerja jaringan prasarana
dan pelayanan yang mampu melayani pada tahun rencana.
Analisis berikutnya adalah jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi darat yang membutuhkan pengembangan. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11. Proses Pengembangan Jaringan Sarana dan
Prasarana Transportasi di KTI
R EN C AN A P EN G EM B AN G A N 1 . P e laya nan Tra n sporta si
2 . Ja rin gan P e la yana n Tran sporta si
3 . Ja rin gan Pra sarana (Ruan g la lu -lin ta s dan S im pu l
Ko
nd
isi
Tra
ns
po
rta
si
sa
at
ini
K
on
disi
Tra
ns
po
rta
si
ya
ng
ak
an
da
tan
g
P e laya nan Tra n sporta si
K on dis i P ra sara na dan S ara na
Ja rin gan Pra sarana dan
P e laya nan
?
R e n cana Ta ta Ru ang W ilayah Pro p in si/
K a bu pa ten /K ota
A ng ku tan
P en um pang dan
B arang
P e rk ira an Ba ng k itan
A sa l dan Tu ju an
P e m ilihan M oda
Tran sporta si
P e re nca naan Traye k/ R u te O pe ra si Sa ran a
P e rk ira an La lu -lin ta s P ra sa ran a dan Sarana
OK
Pe
rtah
an
ka
n
Kin
erja
Pe
lay
an
an
Y A
P e riode W a ktu Te rten tu
TID
AK