bab ii tinjauan pustaka tanaman andong merah cordyline...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Tanaman Andong merah (Cordyline fruticosa [L.]
A. Cheval)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Andong Merah (Cordyline fruticosa [L.]
A. Cheval)
Menurut Juhriah (2014) sistematika andong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline fruticosa [L.] A. Cheval
2.1.2 Morfologi Tanaman Daun Andong merah (Cordyline fruticosa
[L.] A. Cheval).
Tanaman andong termasuk suku bawang-bawangan biasa ditanam
sebagai tanaman hias di pekarangan, taman, atau kuburan. Andong merah
biasa dipakai untuk tanaman pagar atau pembatas di perkebunan teh.
Andong di temukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.900 mdpl
(Gunawan et al., 2013). Andong merah bercirikan perdu tegak dengan
tinggi 2-4 m, jarang bercabang, batangnya bulat, keras, bekas daun rontok
12
berbentuk cincin. Daunn tunggal berwarna hijau, ada pula yang berwarna
merah kecoklatan.
Letak daunnya tersebar pada batang, daun berbentuk lanset dengan
panjang 20-60 cm dan lebar 5-13 cm. Ujung dan pangkal daunnya runcing,
tepinya rata, pertulangannya menyirip dan tangkai daunnya berbentuk
talang (Dalimartha, 2009). Bunga bermalai besar, muncul dari tengah-
tengah kluster daun. Panjang bunga antara 30-38 cm, melengkung dan
bercabang. Bunga andong merah biasanya berwarna keunguan yang terdiri
dari kelopak bunga yang sempit dengan 6 lobus runcing, 6 benang sari dan
putik putih dengan 3 ovarium (Dalimartha, 2009).
(1) (2)
Gambar 2.1 Foto Tanaman Andong Merah:
(1) Dokumentasi Penelitian, (2017) ; (2) Literatur :Dalimartha, (2006)
2.1.3 Kandungan Senyawa pada Daun Andong merah (Cordyline fruticosa
[L.] A. Cheval).
Menurut Dalinartha (2009) menjelaskan bahwa Tanaman andong
mengandung beberapa senyawa kimia diantaranya yaitu saponin, tanin,
flavonoid, polifenol dan Steroida.
13
1. Saponin
Saponin adalah deterjen atau glikosida alami yang mempunyai sifat
aktif permukaan yang bersifat amfifilik, mempunyai berat molekul besar
dan struktur molekulnya terdiri dari aglikon steroid atau triterpen yang
disebut dengan sapogenin dan glikon yang mengandung satu atau lebih
rantai gula (Sirohi et al, 2014). Saponin terjadi secara alami pada berbagai
tumbuhan beberapa spesies laut. Saponin berasal dari kata Latin yaitu ‘sapo’
yang berarti mengandung busa stabil bila dilarutkan dalam air. Kemampuan
busa dari saponin disebabkan oleh kombinasi dari sapogenin yang bersifat
hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat
hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al, 2010; Sirohi et al, 2014).
Daun andong merah ini memiliki saponin yang dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol plasma, dibuktikan dari beberapa peneliti melaporkan
bahwa saponin dengan kolesterol di dalam usus tidak terabsorpsi karena
membentuk senyawa kompleks yang besar dan tidak larut. Saponin bisa
menurunkan tingkat absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi tinja
atau feses, sehingga secara langsung dapat mengurangi kolesterol yang
masuk ke dalam tubuh. Saponin secara langsung dapat menghambat
kolesterol dari usus atau tidak langsung menghambat penyerapan kembali
asam empedu. Hambatan secara langsung dari penyerapan kolesterol
menyebabkan saponin dapat mencegah absorpsi tidak hanya dari proporsi
tinggi kolesterol makanan tetapi juga proporsi tinggi kolesterol yang dibawa
dari empedu dan desquamation sel mukosa (Sirohi et al, 2014).
14
Saponin memiliki sifat khas seperti berasa pahit, berbusa dalam air
dan beracun bagi binatang berdarah dingin (Latifah, 2015). Penentuan nilai
positif pada uji saponin terbentuknya busa/buih selama 15 menit. Adanya
busa menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa
lainnya.
1-Arabinopiriosil-3β-asetil olenolat Aglikon Glukosa
Gambar 2.2 Reaksi dugaan uji saponin
(Sumber: Sirohi et al, 2014)
2. Tanin
Tanin tergolong dalam senyawa polifenol (Desmiaty, 2008). Tanin
merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai
beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan
antioksidan. Berasal dari senyawa fenolik yang sukar mengkristal dan
dipisahkan serta dapat mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008). Kemampuan
tanin mengendapkan protein karena tanin mengandung sejumlah kelompok
ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya akan
menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tannin
15
(Desmiaty, 2008). Tanin dan protein memiliki ikatan yang kuat sehingga
protein tidak mampu tercerna oleh saluran pencernaan. Pembentukan
komplek terjadi karena adanya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan
ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut (Desmiaty, 2008).
Uji pada tanin ketika dicampur dengan FeCl3 akan membentuk warna
hijau, warna tersebut muncul akibat terbentuknya senyawa kompleks antara
logam Fe dan tanin. Adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau
logam dengan atom non logam sehingga terbentuknya senyawa kompleks
(Effendy, 2007).
Gambar 2.3 Reaksi antara Tanin dengan FeCl3
(Sumber: Sirohi et al, 2014)
3. Flavonoid
Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa
bahan alam yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang
dihubungkan oleh 3 atom karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6).
Bergantung pada posisi ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai
penghubung tersebut, kelompok flavonoid dibagi menjadi 3 kelas utama,
flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid. Flavonoid merupakan senyawa
16
metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam. Quersetin senyawa
yang hampir mirip dengan flavonoid yang masih dalam satu kelompok
dengan flavonoid, quersetin memiliki lima gugus hidroksil yang mampu
meredam radikal bebas DPPH (Latifah, 2015). Struktur Quersetin dapat
diliat pada gambar 4.
Gambar 2.4 Kerangka Golongan Flavonoid (Quersetin)
(Sumber: Sirohi et al, 2014)
Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada
pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik
perhatian hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih, stimulan
fiksasi nitrogen pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung
serbuk sari, serta resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.
Senyawa flavonoid juga dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan
tanaman dari herbivora dan penyebab penyakit, serta senyawa ini
membentuk dasar untuk melakukan interaksi alelopati antar tanaman
senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra,
et al., 2008)
17
Flavonoid ini dapat beraksi sebagai antioksidan yang mampu
mentransfer sebuah elektron atau sebuah atom hidrogen ke senyawa radikal
bebas dengan menghentikan taham awal reaksi. Flavonoid dapat
menghambat peroksida lipid, menekan kerusakan jaringan oleh radikal
bebas serta dapat menghambat beberapa enzim (Latifah, 2015). Flavonoid
berperan dalam biokimia dan fisiologi tanaman, diantaranya berfungsi
sebagai antioksidan, penghambat enzim, dan prekursor bagi komponen
toksik. Mengatur pertumbuhan, mengatur fotosintesis, mengatur kerja
antimikrobia, antivirus, dan antiserangga sebagian dari fungsi flavonoid
pada tumbuhan. Flavonoid sendiri dapat berdampak terhadap berbagai
organisme dan dampak ini dapat menjelaskan alasan tumbuhan yang
mengandung flavonoid dapat digunakan dalam pengobatan (Zuhra, et al.,
2008).
4. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan.
Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan
mudah larut dalam pelarut polar. Beberapa golongan bahan polimer penting
dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol
dan kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan
terpenoid (Suprastiwi, 2010). Polifenol berperan dalam memberi warna pada
suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak
ditemukan dalam buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia
18
mengkonsumsi polifenol dalam sehari sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol
adalah menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi terhadap berbagai
penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal
bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini (Suprastiwi,
2010).
5. Steroid
Suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren, dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah
cincin siklopentana.Tidak hanya ditemukan pada hewan sekarang steroid
banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Kelompok senyawa steroid
yang biasa ditemukan pada tumbuhan tinggi diantaranya sitosterol,
stigmasterol, dan kampesterol yang tergolong dalam kelompok fitosterol
(Bogoriani, 2008). Banyak yang mengira sterol hanya ada pada hewan,
tetapi sekarang telah diketahui bahwa sterol juga terdapat dalam tumbuhan
(fitosterol) (Latifah, 2015)
Gambar 2.5 Struktur Dasar Golongan Senyawa Steroid
(Sumber: Sirohi et al, 2014)
19
2.1.4 Khasiat dan Kegunaan Daun Andong merah (Cordyline fruticosa
[L.] A. Cheval) sebagai Obat.
Daun dari tanaman andong merah ini sering digunakan sebagai
obat diare atau disentri. Cara pengolahan daun andong sebagai obat diare
yakni secara empiris, daun andong merah segar (60–100g) atau bunga
andong kering (10-15g) digunakan dengan cara direbus dengan tiga gelas air
sampai air rebusan tersisa satu gelas. Setelah dingin, disaring dan dibagi tiga
sama banyak, digunakan sebagai obat diare dan disentri, diminum pada
pagi, siang dan malam hari (Dalimarta, 2006). Adanya bukti empiris
tersebut kemudian beberapa peneliti menguji kebenaran serta pembuktian
ilmiah untuk menentukan aktivitas antibakteri pada daun andong tersebut.
Aktivitas antibakteri oleh ekstrak etanol pada daun andong merah
(Cordyline fruticosa L. A. Cheval) terhadap bakteri penyebab diare,
diketahui bahwa ekstrak etanol daun andong merah memiliki aktivitas
sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Salmonella typhimurium, dan
Shigella dysentriaen dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
sebesar 2,5 % terhadap bakteri Escherichia coli dan Shigella dysentriae,
sedangkan terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan nilai KHM
sebesar 5 % (Annisa, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa daun
andong merah dapat digunakan sebagai obat diare karena adanya aktivitas
antibakteri terhadap bakteri yang menyebabkan diare atau disentri. Daun
andong ini bisa digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati
penyakit diare, disentri dan systemic shigellosis, karena ekstrak dari daun
20
andong ini memiliki aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri yang
menyebabkan penyakit tersebut seperti Escheria coli, Shigella boydii,
Staphylococcus epidermis dan Streptococcus pyogenes (Ahmed, 2003).
Sebagian masyarakat mengkonsumsi simplisia daun andong untuk
obat sakit kepala, diare, disentri, TBC paru, asma, sakit kulit, inflamasi
mata, sakit punggung, rematik, dan encok (Wijayakusuma , 2008). Andong
bermanfaat untuk meghancurkan darah beku serta menghentikan
pendarahan (hemostatis) pada luka memar (Gunawan et al., 2013). Obat
luka dan wasir biasanya juga memanfaatkan daun andong merah ini.
Tanaman Andong di Indonesia digunakan sebagai obat untuk
menghilangkan bengkak karena memar (anti swelling), menghentikan
pendarahan (hemostatik), menstruasi yang banyak, air kemih berdarah,
wasir berdarah, disentri, nyeri pada lambung dan ulu hati, diare, luka
berdarah, dan batuk darah atau TBC paru (Gunawan et al., 2013).
2.2 Ekstraksi
Ekstrak adalah sedian (farmasi) yang diperoleh melalui pelarutan
komponen dari obat dengan pelarut yang sesuai, lalu pelarutnya diuapkan
sampai pada kepekatan baku (biasanya menjadi 1 bagian ekstrak dari 4 atau
6 bagian obat). Ekstrak diartikan juga sebagai suatu hasil
pemisahan(misalnya logam) dari bijihnya,atau suatu hasil dalam bentuk
pekat suatu komponen jaringan dengan cara menyampurkan suatu jaringan
tumbuhan/hewan dengan suatu pelarut yang berfungsi untuk mengeluarkan
21
komponen yang diinginkan dari jaringan tersebut (Mulyono, 2008).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda untuk
mengambil zat terlarut dari satu pelarut ke pelarut lain (Ari, 2011).
Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Maserasi
Maserasi merupakan metode seder-hana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industry (Agoes,
2007). Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan
pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu
kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan
ban-yak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa sen-yawa
mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya sen-yawa-senyawa yang
bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
2. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan
bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang
22
berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultra-sonic dan
ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada
sel hingga menghasilkan rongga pada sam-pel. Kerusakan sel dapat
menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi (Mukhriani, 2014).
3. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sam-pel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada
bagian bawahnya). Pela-rut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel
dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari
metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan
kerugiannya ada-lah jika sampel dalam perkolator tidak ho-mogen maka
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga
membutuhkan banyak pelarut dan me-makan banyak waktu (Mukhriani,
2014).
4. Soxhlet
Soxhlet dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam kertas
saring yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Kemudian,
menuangkan pelarut yang sesuai ke dalam labu dan suhu penangas diatur
di bawah suhu reflux. Menggunakan metode ini dapat meminimalisir
waktu atau tidak membutuhkan waktu yang cukup banyak serta tidak
menggunakan banyak pelarut dikarenakan proses ektraksi yang kontinyu
sehingga sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi. Adapun
23
Senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang
diperoleh terus-menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
5. Reflux dan Destilasi Uap
Sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang dihubungkan
dengan kondensor, kemudian dipanaskan hingga mencapai titik didih.
Sampai akhirnya uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu
(Mukhriani, 2014). Destilasi uap memiliki proses yang sama dan
biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran
berbagai senyawa menguap). Selama proses pemanasan, uap terkondensasi
terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur kemudian
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi apabila menggunakan metode ini
(Seidel, 2006).
2.3 Uji Fitokimia
2.3.1 Uji Flavonoid
Uji flavonoid dilakukan dengan cara sampel simplisia daun andong
merah sebanyak 200 mg diekstraksi dengan mencampurkan 5 ml etanol dan
dipanaskan selama 5 menit di dalam tabung reaksi. Tambahkan beberapa
tetes HCL pekat, 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan
timbulnya warna merah tua selama 3 menit (Sangi et al., 2008).
24
2.3.2 Uji Triterpenoid dan Steroid
Sampel daun andong merah halus sebanyak 50-100 mg ditambahkan
asam asetat glasial sampai semua sampel terendam, kemudian biarkan
selama kurang lebih 15 menit kemudian 6 tetes larutan dipindahkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
Terbentuknya perunaham warma sampel menjadi warna merah, jingga atau
ungu merupakan tanda bahwa hasilnya positif mengandung triterpenoid,
sedangkan steroida dibuktikan adanya perubahan warna menjadi biru atau
hijau (Sangi et al., 2008).
2.3.3 Uji Fenol
Proses untuk menentukan uji fenol dilakukan dengan sampel daun
andong merah halus sebanyak 20 mg ditambah etanol hingga sampel
terendam semuanya. Setelah itu, ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%.
Adanya hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna sampel menjadi
warna hitam kebiruan atau hijau (Sangi et al., 2008).
2.3.4 Uji Saponin
Uji saponin dilakukan dengan cara mengambil simplisia daun andong
merah sebanyak 2 g lalu masukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan
akuades hingga seluruh sampel terendam, kemudian didihkan selama 2-3
menit lalu dinginkan, setelah dingin kocok kuat-kuat. Adanya busa
mencapai 1 cm yang stabil maka dapat dikatakan sampel tersebut
mengandung senyawa saponin (Sangi et al., 2008).
25
2.3.5 Uji Tanin
Uji Tanin dilakukan dengan cara sebanyak 1 ml ekstrak kental
tanaman dari pelarut metanol, heksan, kloroform masing-masing
dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 5 tetes NaCl 10%,
lalu dikocok sampai homogen. Setelah itu disaring, filtrate yang dihasilkan
ditambah dengan gelatin 1% dan NaCl 10%. Terbentuknya endapan
menandakan adanya tannin (Sangi et al., 2008).
2.4 Analisis kadar Senyawa Aktif
1. Metode Spektrofotometer
Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer disebut
Spektrofotometri. Alat tersebut yang terdiri dari spektro dan fotometer.
Spektofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan yang tergambar
menjadi panjang gelombang. Sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dihasilkan dari spektrofotometer, sedangkan fotometer
alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektrofotometer dirancang mengukur konsentrasi yang ada
dalam suatu sampel, molekul yang ada dalam sel sampel disinari dengan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai
sampel, sebagian akan diserap sebagian lagi akan dihamburkan dan ada pula
yang diteruskan., dengan metode ini yang dapat diukur adalah transmittansi
atau absorbansi (Neldawati, 2013).
26
2. Metode Densintometri
Desintometri merupakan metode optik yang dapat digunakan untuk
analisa kualitatif dan kuantitatif zat atau campuran zat setelah dipisahkan
terlebih dahulu, antara lain dengan teknik kromatografi lapisan tipis. metode
ini didasarkan pada pengukuran cahaya yang diserap atau diemisikan oleh
molekul senyawa dalam noda kromatogram. Metode Desintometri ini
berbeda dengan metode spekrofotometri, dimana medium yang dipakai pada
metode desintometri bersifat tidak homogen dimaksudkan yang selain
menyerap juga menghamburkan cahaya, sehingga hubungan antara serapan
dengan konsentrasi tidak menunjukkan hubungan linier seperti yang
ditunjukkan oleh hukum Lmabert-Beer pada metode spektrofotometri
(Hilmi et al., 2013).
2.5 Media Pembelajaran Berbasis Adobe Flash CS6
Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai perantara antara pendidik
dengan peserta didik dalam penyampaian materi pada proses pembelajaran.
Media dapat diartikan suatu cara untuk menyampaikan pesan atau informasi
dengan adanya bantuan alat atau teknologi, yang dapat mempengaruhi
penambahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap pada suatu
individu. (Firgiawan, 2014). Pembangkit (atau motivator) keinginan dalam
belajar, sebagai bahan penyaji materi yang dapat menarik minat serta
konsentrasi belajar, memudahkan peserta didik dalam memahami materi dan
mengingat isi dari materi merupakan fungsi dari media itu sendiri.
27
Media pembelajaran ini dirancang sebagai media yang berbasis
Android, dengan menggunakan softwere atau aplikasi Adobe AIR yang
dikembangkan menggunakan Adobe flash CS6. Android adalah sebuah
system operasi dengan kernel linux yang umumnya berjalan pada perangkat
dengan processor ARM dan bisaanya diimplementasikan pada perangkat
telepon selular atau tablet PC bahkan PC yang sudah ada pada masa kini
dengan storage yang relative berukuran tidak terlalu besar (Firgiawan A. H.,
2014). Aplikasi softwere adobe AIR membantu aplikasi yang nantinya
dibuat menggunakan softwere Adobe Flash Cs 6. Salah satu perangkat lunak
komputer yang merupakan produk unggulan Adobe System dapat disebut
adobe flash. Adobe flash sebelumnya bernama Macromedia Flash. Adobe
Flash CS 6 dapat menciptakan animasi dan konten multimedia yang
menyajikan secara konsisten di desktop dan beberapa perangkat lunak,
termasuk tablet, smartphone, dan televisi (Madcoms, 2011).
Memiliki kelebihan beberapa macam kontent flash berupa interface
sebuah website dalam format flash, video berformat flv, dan content lainnya
yang dibuat menggunakan Adobe Flash. Pembuatan media pembelajaran ini
dengan bantuan Adobe AIR for Android karena aplikasi tersebut dapat
menjalankan program berbasis Flash pada telepon genggam yang
menggunakan OS android (Madcoms, 2011).
28
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut hasil penelitian dari Rohyani dkk dengan judul “Kandungan
fitokimia beberapa jenis tumbuhan lokal yang sering dimanfaatkan sebagai
bahan baku obat di Pulau Lombok” didapatkan hasil yakni pengujian secara
kualitatif pada tanaman obat sangat diperlukan, uji digunakan untuk
menentukan senyawa metabolit sekunder apa saja yang ditemukan pada
tumbuhan yang tidak digunakan atau bahkan dibutuhkan pada fungsi normal
tubuh serta memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan dan
berperanan aktif bagi pencegahan penyakit. Senyawa aktif pada tumbuhan
seringkali digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan seperti suhu, iklim, maupun
gangguan hama dan penyakit tanaman (Lenny 2006; Zetra dan Prasetya 2007).
Penelitian ini juga menjelaskan bahwa senyawa metabolit sekunder
atau senyawa aktif pada tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
golongan sesuai stuktur kimianya yakni alkaloid, flavonoid, steroid, tanin,
saponin, antrakuinon dan terpenoid. Hasil terhadap lima jenis tanaman obat
lokal yang biasa digunakan serta dimanfaatkan oleh masyarakat pulau Lombok
disajikan menunjukan bahwa hampir semua tumbuah yang diuji positif
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, steroid,
triterpenoid, tannin, polifenol dan terpenoid.
29
Tabel 2.1 Hasil Analisis Penelitian Terdahulu
(Latifah, 2015)
Hasil analisis 42 sampel diperoleh 6 sampel (14,28%) yang positif
flavonoid (hasilnya dapat dilihat pada lampiran 4). Flavonoid dalam tubuh
manusia berfungsi sebagai anti oksidan sehingga baik untuk pencegahan
kanker, manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang,
dan sebagai antibiotik (Latifah, 2015). Penelitian ini tumbuhan yang positif
flavonoid adalah daun andong, akar kucing, daun ekor kucing, rumput
mutiara, buah mahkota dewa, dan daun ubi kayu. Keenam tumbuhan tersebut
memiliki khasiat sebagai obat luka (antibiotik), dan anti radang (anti
inflamasi).
Saponin dapat mengurangi resiko atherosceloris karena
kemampuannya dalam mengikat kolesterol (Suharto, 2012). Penelitian ini
tumbuhan yang mengandung saponin adalah daun tembelekan, daun bandotan,
daun andong, buah labu air, buah pinang, pucuk jarak pagar, bawang putih,
daun mayana, daun pandan, pucuk waru, buah mengkudu, daun kumis kucing,
daun pecut kuda, kulit batang suren, tunas bambu, daun belimbing wuluh dan
cakar ayam. Berdasarkan penelitian dari 17 sampel yang mengandung
saponin tersebut yang berkhasiat sebagai obat darah tinggi (hipertensi) adalah
No Tumbuhan Obat Golongan Senyawa Metabolit Sekunder Penggunaan
Obat Secara
Etnobotani Nama
Daerah
Nama
Umum
Alkaloid Flavonoid Triterpenoid Steroid Saponi
n
Tanin
1 Tabongo Andong - + + - + - Batuk darah
2 Ulu-ulu Kemangi
hutan
+ - - - - - Flu
3 Panguto
Batade
Bandotan - - + - + - Luka
30
tembelekan dan bawang putih. Cara menganalisis fitokimia secara kualitatif
senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan cara dua tahap. Tahap pertama
preparasi sampel yaitu menyiapkan bagian umbuhan yang akan dianalisis,
kemudian dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan. Tahap kedua analisis fitokimia
yaitu sampel yang telah dihaluskan ditimbang kemudian dianalisis.
Hasil analisis fitokimia terhadap 42 sampel tumbuhan obat
menunjukan bahwa 36 sampel (85,71%) positif mengandung alkaloid, 6
sampel (14,28%) mengandung flavonoid, 15 sampel (35,71%) mengandung
triterpenoid, 2 sampel (4,76%) mengandung steroid, 10 sampel (23,80%)
mengandung tannin, dan 17 sampel (40,47%) mengandung saponin (Rohyani
et al., 2015). Berdasarkan berbagai pendapat dari hasil penelitian para peneliti
yang telah dipaparkan lebih mengarah pada identifikasi adanya senyawa
metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin, tanin, steroid dan polifenol.
Hasil peneliti diatas juga memaparkan tentang kegunaan atau manfaat dari
masing-masing senyawa aktif tersebut bagi kesehatan manusia, sehingga
sebagian peneliti tidak membahas atau meneliti mengenai penentuan kadar
pada setiap senyawa metabolit sekunder yang ada pada suatu daun. Oleh
karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan kadar pada
setiap metabolit sekunder yang ada pada ekstrak daun untuk menambah
informasi dan pengetahuan yang lebih akurat, daun yang saya gunakan yaitu
daun Andong Merah.
31
2.7 Kerangka Konseptual
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian
Saponin Tanin Flavonoid Polifenol Steroid
Penentuan Kadar senyawa
metabolit sekunder dengan
metode spektrofotometri
Daun Andong
sebagai obat dapat
mengobati berbagai
penyakit seperti
luka, wasir, diare
kolestrol
Kandungan saponin
daun andong
mampu mengikat
kolestrol (85,07 %)
> gimfibrozil
(74,83 %)
Metabolit Sekunder
Persentase
penggunaan bagian
tanaman sebagai obat
yaitu Akar 2,68 %,
Batang 4,17 % dan
Daun 52,08 %
Andong Merah
Tanaman obat,
berdasarkan hasil uji
empiris dan
penelitian
Tanaman Hias yang
memiliki nilai
estetika dari warna
daunnya
Pembuatan Media Pembelajaran
(Storyboard) Berbasis Adobe
Flash CS6