bab ii tinjauan pustaka senam zumba adalah program...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senam Zumba
2.1.1 Definisi
Senam zumba adalah program kebugaran tari yang diciptakan oleh penari
Kolombia dan koreografer Alberto "Beto" Perez pada tahun 1990-an. Ini adalah
sebuah program latihan tari latin yang terinspirasi sangat luas dan tersebar yang
dimulai pada tahun 2001 dan popularitasnya telah berkembang pesat (Jitesh &
Devi, 2016). Menurut Priya dan Annadurai (2015) pada awalnya, Beto yang hendak
mengajar senam aerobik yang ternyata tidak membawa CD (compact disc) irama
dari senam aerobik tersebut, sehingga Beto berinisiatif untuk mengambil semua CD
yang ada di mobilnya yang bergenre music beragam, kemudian Beto mencoba
untuk membuat gerakan-gerakan senam yang akan dipraktekkannya di kelas
senamnya, setelah kelas senam tersebut berakhir, respon positif didapatkan Beto
dari murid-muridnya.
Dasar gerakan zumba adalah tarian dan senam aerobik sehingga masuk dalam
kategori dance fitness. Senam zumba bagi peserta dapat meningkatkan kekuatan,
keseimbangan, koordinasi, dan kualitas hidup (Sanders & Prouty, 2012). Menurut
Trieha (2014) menjelaskan bahwa, tarian zumba memberikan kemampuan
membakar kalori jauh lebih banyak secara cepat, sekaligus membentuk otot tubuh.
Menurut Perez (2009) zumba berasal dari bahasa Columbia, zum-zum, yang artinya
gerak cepat. Rangkaian gerak tarian zumba sangat menyenangkan sehingga tanpa
disadari dapat menurunkan berat badan yang melakukannya. Menurut Jitesh dan
Devi (2016) senam zumba melibatkan tarian dan gerakan aerobik dilakukan untuk
musik energik. Koreografi menggabungkan hip-hop, soca, samba, salsa, merengue
13
dan mambo. Jongkok dan menekuk lutut juga disertakan. Sekitar 15 juta orang
mengambil kelas zumba mingguan lebih dari 200.000 lokasi di 180 negara kelas
zumba biasanya berdurasi sekitar satu jam dan diajarkan oleh instruktur berlisensi
oleh zumba fitness, LLC.
Latihan termasuk musik dengan irama cepat dan lambat, serta pelatihan
perlawanan. Musik berasal dari gaya tarian berikut: cumbia, salsa, merengue,
mambo, flamenco, chachacha, reggaeton, Soca, samba, hip-hop musik, musik AXE
dan tango. Senam zumba memiliki gerakan tenaga sehingga menimbulkan
kontraksi pada otot, seperti tarian lainnya yang merupakan latian kardio. Gerakan
yang cepat juga menghasilkan tidak hanya pembakaran kalori dan lemak namun
sekaligus menyehatkan jantung (Ljubojevic, et.al, 2014).
Target latihan senam zumba adalah all core, dengan sasaran fat and calorie
burning, seperti dansa umumnya zumba bisa membakar 400-800 kalori, namun
pada tingkat mahir, tarian ini bisa membakar lebih dari 1000 kalori per satu jam
latihan. Zumba melatih seluruh tubuh dari kepala hingga kaki. Gerakan tarian
meliputi gerakan pundak, tangan, perut, pinggul, dan kaki yang mampu
meningkatkan fleksibilitas tubuh menjadi lebih baik. Gerakan zumba dalam model
interval dengan irama gerakan lambat dan cepat yang di kombinasikan dalam
latihan dapat membantu meningkatkan proses metabolisme tubuh untuk
menghasilkan energi selama latihan. Berbeda dengan senam aerobik, senam zumba
lebih santai, namun tetap tidak dilakukan secara bebas sehingga dapat menimbulkan
terjadinya cedera. Pada dasarnya gerakan zumba adalah 70% dansa dan 30%
fitness. Hal ini menjadikan gerakan zumba tidak diajarkan terlebih dahulu
melainkan secara langsung mengikuti gerakan instruktur (Schiff, 2014).
14
Trieha (2014) menyatakan manfaat senam zumba yaitu:
1. Mengencangkan tubuh
2. Membuat lebih rajin senam
3. Mengurangi berat badan
4. Menghilangkan stress
5. Memperbesar interaksi sosial
Gerakan senam zumba akan mengeluarkan keringat lebih banyak, ini menandakan
pembakaran kalori terjadi lebih banyak. Dalam satu jam gerakan zumba, sekitar 1.000
kalori akan terbakar. Latihan ini tentu lebih baik ketimbang olahraga lain seperti
jogging yang hanya membakar 650 kalori. Senam zumba dapat dijadikan alternatif
pembakaran lemak. Bahkan jika digunakan sebagai terapi penurunan berat badan,
berlatih zumba tiga kali seminggu, dalam satu bulan bisa turun tiga kilogram. Atau
juga bisa terjadi, berat badan seseorang yang melakukan tidak akan turun secara
drastis, tapi lingkar tubuh akan berkurang. Menurut Ljubojevic, et.al, (2014) prinsip-
prinsip dasar zumba seperti halnya dengan senam aerobik yaitu dimulai dengan
pemanasan, bagian utama dari latihan dan pendinginan.
Menurut Sari (2012) pengaruh senam zumba terhadap tubuh dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tulang
Seseorang yang tidak melakukan berolahraga akan mengalami gangguan
pada tulang sehingga tulang menjadi lembek dan mudah rapuh. Olahraga
berguna untuk mempertahankan kekuatan tulang dan meningkatkan fungsi
tulang.
15
2. Jaringan
Olahraga mempengaruhi kartilagi, tendon dan jaringan lain di sekitar
tulang. Jaringan akan menjadi tebal dan dapat menjadi peredam dan
melindungi tulang atau persendian cedera.
3. Otot
Jaringan otot yang kuat memegang peranan penting dalam melindungi
seseorang dari cedera. Otot yang kuat akan meningkatkan stabilitas persendian
dan dapat bergerak lebih cepat menghindari kecelakaan.
4. Kardiovaskular
Efek olahraga menurunkan frekuensi denyut jantung. Seseorang yang
semula denyut jantungnya pada keadaan istirahat 80x/menit, setelah suatu
program latihan olahraga dapat menjadi 70 atau 60 x/menit.
5. Darah
Volume darah meningkat, demikian kadar hemoglobin dan sel darah
merah sehingga transport oksigen lebih baik.
6. Pernafasan
Ventilasi dan perfusi paru meningkatkat akibat berolahrag sehingga lebih
banyak pertukaran gas yang terjadi.
2.1.2 Latihan Zumba
Senam zumba adalah suatu latihan fisik yang menggunakan otot-otot besar yang
memiliki ciri dan kaidah khusus, yakni gerakannya dibuat secara sengaja, dibuat untuk
mencapai tujuan tertentu dan selalu tersusun sistematis. Senam zumba adalah
serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik
yang dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu.
Pada umumnya senam zumba dilaksanakan 20-60 menit dengan diiringi musik. Senam
16
zumba dimulai dengan pemanasan 10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti 20-40
menit dan kemudian di akhiri dengan pendingina selama 10 menit (Micallef, 2014).
Menurut Sari (2012) latihan senam zumba tidak lepas dari sistematika umum
berolahraga yang terdiri dari tiga fase, yaitu:
1. Pemanasan (Warming Up)
Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up yang didahului oleh
kegiatan stretching (penguluran) otot-otot tubuh dan dilanjutkan dengan gerakan
dinamis pemanasan. Pola yang kedua yaitu kebalikan dari pola pertama dimana
seseorang melakukan pemanasan dinamis dulu kemudian dilanjutkan dengan
melakukan kegiatan penguluran otot-otot tubuh. Kegiatan pemanasan ini memiliki
tujuan yaitu: meningkatkan elastisitas otot dan ligamen di sekitar persendian untuk
mengurangi resiko cedera. Meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga
mempersiapkan diri agar siap menuju aktivitas utama, yaitu aktivitas latihan. Dalam
fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut
dan konsisten.
2. Kegiatan Inti
Fase latihan ini adalah fase utama dari sistematika latihan senam zumba. Dalam
fase ini target latihan harus tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target
adalah dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone.
Training zone adalah daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training
zone adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal (DNM). Denyut nadi yang dimiliki
setiap orang berbeda, tergantung dari tingkat usia seseorang.
3. Pendinginan (Cooling Down)
Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih gerakan-gerakan yang mampu
menurunkan frekuensi denyut nadi untuk mendekati denyut nadi normal, setidaknya
17
mendekati awal latihan. Pemilihan gerakan pendinginan ini harus merupakan gerakan
penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah. Ditinjauh dari segi faal,
perubahan dan penurunan intensitas secara bertahap tersebut berguna untuk
menghindari penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan rasa
pegal pada bagian tubuh atau otot tertentu.
2.1.3 Prinsip Latihan
Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan
guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Menurut Suharjana (2013)
prinsip-prinsip dasar latihan yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Prinsip adaptasi khusus (spesific adaptation demand)
Latihan secara normal, maka perhitungan jumlah tenaga yang dipergunakan untuk
melawan beban akan berkurang, hal ini disebabkan oleh adaptasi latihan.
2. Prinsip beban berlebih (overload)
Prinsip beban berlebih dapat dilakukan dengan pembebanan dalam latihan harus
lebih berat dibanding dengan kemampuan yang bisa diatasi.
3. Prinsip beban bertambah (progressive resistance)
Prinsip beban bertambah dapat dilakukan dengan meningkatkan beban secara
bertahap dalam suatu program latihan. Kemajuan/peningkatan (progressive) adalah
kenaikan beban latihan berupa beban itu sendiri, set, repetisi, frekuensi, dan intensitas
yang dibandingkan dengan latihan yang dijalankan pada latihan sebelumnya.
4. Prinsip kekhususan (spesificity)\
Latihan yang dilakukan harus mengarah pada perubahan fungsional atau kekhususan
latihan terhadap otot atau sistem energi yang akan dikembangkan sehingga memiliki
tujuan.
18
5. Prinsip individu (individuality)
Program latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan kekhususan
individu, sesuai kemampuan masing-masing, karena setiap individu mempunyai ciri
yang berbeda baik secara mental maupun fisik.
6. Prinsip kembali asal (reversibility)
Hasil latihan yang telah dicapai akan berangsur-angsur menurunbahkan bisa hilang
sama sekali apabila meninggalkan latihan yang pernah dijalani. Oleh karena rutinitas
latihan mempunyai peranan penting dalam menjaga kebugaran yang telah dicapai. Dari
berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan sebuah aktivitas
fisik yang dilakukan secara sistematis, dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan
berulang-ulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda tertentu sesuai tujuan yang
diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana, berulang-ulang dan
semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang
komplek.
Pada Latihan Zumba menggunakan konsep frekuensi, intensitas, waktu dan tipe
latihan atau biasa disingkat FITT (Frekuecy, Intensity, Time, Tipe). Menurut Suharjana
(2013) menjelaskan bahwa takaran latihan dijabarkan dalam konsep FITT (Frekuency,
Intensity, Time, Tipe).
1) Frekuensi latihan
Frekuensi menunjukkan pada jumlah latihan per minggu. Secara umum, frekuensi
latihan lebih banyak, dengan program latihan lebih lama akan mempunyai pengaruh
lebih baik terhadap kebugaran jasmani. Frekuensi latihan yang baik untuk endurance
training adalah 2-5 kali perminggu, dan untuk anaerobic training 3 kali perminggu.
Frekuensi dalam melakukan latihan zumba sama halnya dengan frekuensi latihan
aerobik lainnya yaitu 2-5 kali per minggu atau dapat juga dilakukan 3-5 kali
19
perminggu. Latihan dapat dilakukan 3-5 kali per minggu. Sebaiknya dilakukan
berselang, misalnya: Senin-Rabu-Jumat-Minggu sedangkan hari yang lain digunakan
untuk istirahat agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan)
tenaga.
Tabel 2.1.1 Penjabaran Frekuensi Latihan 4 kali/minggu
Latihan(1)
Istirahat Latihan(2)
Istirahat Latihan(3)
Istirahat Latihan(4)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Sumber: Irianto (2004) dalam Sukma (2014)
Latihan dengan frekuensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk
pemulihan. Kegagalan menyediakan pemulihan yang memadai akan dapat
menimbulkan cedera. Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap rangsangan
latihan pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakin bertambah
usia semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan.
2) Intensitas latihan (intensity)
Intensitas latihan merupakan kualitas yang menunjukan berat ringannya suatu
latihan. Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan tujuan latihan. Besarnya
intensitas tergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik menggunakan
patokan kenaikan detak jantung (Training Heart Rate = THR).
Menurut Bompa (1994) dalam Sukma (2014) intensitas latihan komponen latihan
yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitas latihan yang dilakukan
dalam kurun waktu yang diberikan. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan
syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari beban
kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan.
20
3) Durasi latihan (Time)
Time atau durasi latihan adalah waktu yang diperlukan setiap kali latihan. Untuk
meningkatkan kebugaran paru-jantung dan penurunan berat badan diperlukan waktu
berlatih 20-60 menit. Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan. Peningkatan
pada salah satunya akan menurunkan yang lain. Jika durasi latihan bertambah maka
intensitas latihan akan menurun begitupula sebaliknya. Durasi dapat berarti waktu,
jarak dan kalori. Durasi menunjukan lama waktu yang digunakan untuk latihan. Jarak
menunjukan pada panjang langkah, atau pedal, atau kayuhan yang dapat ditempuh.
Kalori menunjukan jumlah energi yang digunakan selama latihan.
4) Tipe latihan
Tipe latihan adalah bentuk atau model olahraga yang digunakan untuk latihan.
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut dipilihkan tipe tepat. Tipe latihan
akan menyangkut isi dan bentuk-bentuk latihan. Tipe latihan salah satunya adalah
latihan aerobik. Menurut Carthy yang dikutip Sukma (2014) latihan aerobik
merupakan bentuk latihan yang dilakukan berulang ulang (kontinyu) dan bersifat terus
menerus (ritmis), yang menggunakan kelompok-kelompok otot besar dalam tubuh,
dan yang dapat dipertahankan terus menerus selama 20 hingga 30 menit. Ketika beban
kerja otot meningkat, tubuh akan langsung merespon dengan mengonsumsi oksigen
sebanyak banyaknya untuk dikirim keseluruh otot dan jantung sehingga
mengakibatkan detak jantung dan frekuensi pernapasan meningkat sampai memenuhi
kebutuhan tubuh.
Metode latihan aerobik diantaranya: (1) latihan kontinyu; adalah latihan yang
dilakukan 30 menit atau lebih. Bentuk latihannya seperti: jogging, jalan kaki,
bersepeda, berenang senam aerobik, sepeda statis, step up, rope skiping, (2) latihan
Interval training; adalah latihan yang diselingi interval istirahat diantara interval kerja.
21
Interval training mengandung empat komponen, yaitu: lama latihan, intensitas latihan,
masa latihan dan repetsi, (3) circuit training; adalah bentuk latihan aerobik yang terdiri
dari pos-pos latihan, yaitu antara 6 sampai 16 pos latihan. latihan dilakukan dengan
cara berpindah-pindah dari pos satu ke pos dua dan seterusnya hingga sampai selesai
seluruh pos.
Zumba termasuk dalam latihan aerobik dengan metode interval training karena
saat melakukan latihan diselingi dengan istirahat. Menurut Gunawan, et.al (2015)
Senam zumba merupakan bentuk penerapan dari metode HIIT (High Intensity Interval
Training), yakni latihan kardio yang dilakukan dalam waktu singkat dengan intensitas
yang tinggi, sehingga sangat membantu dalam mengintegrasikan komponen dasar
kebugaran daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, dan fleksibilitas. Dengan metode
HIIT, zumba mampu membakar kalori lebih banyak. Menurut Agus (2012) metode
penerapan dalam zumba adalah HIIT (High Intensity Interval training), yaitu latihan
kardio yang dilakukan dalam waktu singkat dalam intensitas yang tinggi sehingga
sangat membantu dalam proses pembakaran lemak, pembakaran kalori, dan penurunan
berat badan. Bentuk latihan pada zumba adalah interval atau yang disebut dengan
intermittent training atau latihan terputus-putus.
2.2 Berat Badan
2.2.1 Definisi
Kelebihan berat badan masih menjadi masalah kesehatan dunia baik di negara
maju maupun berkembang. Sampai abad ke-20 kelebihan berat badan merupakan hal
yang umum dan menjadi permasalahan epidemik global (Munigar, 2013). Menurut
Irianto (2007) kegemukan (overweight) adalah suatu keadaan kelebihan berat badan
10% diatas berat badan ideal atau jumlah presentase lemak tubuh melebihi 20 % untuk
pria dan 25% untuk wanita.kelebihan berat badan diatas 25% dari berat badan ideal
22
disebut obesitas. IMT merupakan pengukuran tidak langsung dari lemak, mudah
dilakukan, dapat diandalkan, dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian
overweight dan obesitas (Baker, 2007). Centers for Disease Control (CDC) tahun 2011
IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi
kebanyakan orang dan digunakan untuk mendeteksi berat badan yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Ada berbagai macam faktor penyebab kelebihan
berat badan diantarany pengelompokan etiologi kelebihan berat badan sebagai berikut
(Affram, 2015)
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetik
Sebagai unsur genetik, kelebihan berat badan cukup berperan pada anak. Pada
orang tua kelebihan berat badan, pengaruh gen pada anak adalah 80%, bila salah satu
orang kelebihan berat badan adalah 40%, dan bila orang tua tidak kelebihan berat
badan 14%.
b. Psikologi
Pada beberapa orang tertentu dalam keadaan stress, frustasi, sedih dan kesepian
biasanya makan menjadi lebih banyak sebagai kompensasi dari kejiwaan. Untuk
mengubah perilaku makan yang dipengarahi emosional atau psikologis perlu
keterlibatan psikolog.
2. Faktor Eksternal
a. Perilaku makan (behaviour)
Kebiasaan makan dan faktor budaya dalam keluarga dan atau masyarakat
mempengaruhi perilaku seseorang, misal: banyak ngemil, suka makanan berlemak
(gorengan, manis, santan), makan-makanan cepat saji (junk foods, dan fast foods).
b. Pola aktivitas
23
Gaya hidup modern, dimana unsur kenyamanan dan kemudahan menjadi tujuan,
orang cenderung mencari cara mudah dan sedikit menggunakan tenaga. Kelebihan
berat badan banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan
kebanyakan duduk, seperti: menonton televisi yang lama dan memainkan videogame.
c. Sosial ekonomi
Kekurangan kemampuan daya beli menyebabkan keterbatasan pilihan makanan
yang sehat dan bergizi baik. kelebihan berat badan banyak dijumpai pada wanita
keluarga miskin karena sulitnya membeli makanan yang tinggi kandungan protein.
Mereka hanya mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung banyak
hidrat arang dan berlemak.
d. Faktor gaya hidup
Salah satu dampak negatiff kemajuan teknologi adalah terjadinya pergeseran gaya
hidup dari dinamis aktif menjadi malas-malasan (sedentary). Kondisi tersebut
disebabkan oleh pekerjaan manusia. Keadaan tersebut menjadikan tubuh surplus
energi artinya nilai kalori untuk aktivitas fisik, hal tersebut yang menjadikan seorang
gemuk.
Sedangkan menurut Birkevedt, et.al (2016), multifaktor kelebihan berat badan adalah:
1. Faktor Sosial, yaitu :
a. Ukuran jumlah anggota keluarga
b. Kebiasaan diet
c. Tingkat aktifitas
d. Stress emosi
e. Tingkat pendidikan.
2. Faktor Lingkungan, yaitu :
a. Fasilitas penyimpanan dan penyiapan makanan
24
b. Ketersediaan makanan lokal
c. Kondisi tempat tinggal
d. Sanitasi.
3. Faktor Diri Sendiri, yaitu :
a. Genetika
b. Umur
c. Jenis kelamin.
4. Faktor Kesehatan, yaitu:
a. Penyakit gangguan menahun
b. Pengobatan
c. Kecacatan
d. Gangguan hormonal (fisiologis atau patologis).
Menurut Supriyanto (2013) obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan
menjadi gemuk (obese) yang disebabkan (adypocytes; jaringan lemak khusus yang
disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang
memilika berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan
terjadinya penumpukan lemak ditubuhnya. Untuk menilai berat badan ideal, dapat
dilakukan dengan melakukan pengukran Indeks Massa Tubuh. Menurut Irianto (2007)
menyatakan bahwa cara untuk mengukur IMT adalah menggunakan formulasi berikut:
Tabel 2.2.1.1 Perhitungan IMT
Menurut Minasdiarly (2007) perhitungan IMT dikonsultasikan dengan tabel berikut:
BB (kg)
IMT =
TB² (m)
25
Tabel 2.2.1.2 Indeks Massa Tubuh
Sumber: Misnadiarly (2007).
Selain menggunakan IMT, untuk menilai berat badan dapat menggunakan standar
brocca atau juga standar Harvard. Untuk menghitung berat badan ideal menurut
standar Brocca dapat digunakan rumus (TB-100)-10% (TB-100). TB adalah tinggi
badan. Cara mengukur dengan metode Brocca merupakan metode yang mudah
digunakan dan dimengerti sehingga banyak kalangan awam yang menggunakannya.
Perhitungan berat badan ideal menggunakan standar Harvard dibuat berdasarkan
perhitungan yang lebih teliti, sehingga dapat diperoleh hasil angka-angka berat badan
dalam tiga kategori, yaitu kategori kurus sehat, ideal dan gemuk sehat dengan
rentangan angka tertentu.
2.3 Wanita
2.3.1 Definisi
Wanita merupakan gambaran tentang perempuan dewasa, seiring berjalannya
waktu wanita yang memiliki kekurangan fisik, seperti kelebihan berat badan akan
merasa lebih khawatir. Kelebihan berat badan sering diartikan sebagai kondisi
abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sedemikian
sehingga mengganggu kesehatan. Kelebihan berat badan adalah kelebihan berat
badan akibat dari penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh. Menurut para
Klasifikasi IMT
Kurang < 18,5
Normal 18,5-24,9
Overweight 25-29,99
Obesitas 1 30-34,99
Obesitas 2 35-39,99
26
ahli kelebihan berat badan terjadi akibat manusia makan terlalu banyak dan kegiatan
fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan asupan energi dengan pengeluaran
energi inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya kelebihan berat badan. Selain
mengganggu kesehatan kelebihan berat badan juga dapat mengurangi daya tarik
seseorang dan menjadi salah satu penyebab seseorang menjadi tidak percaya diri
(Adriani, et.al, 2012).
Obesitas adalah penyakit kronis dan tanpa ada penyembuhan yang sederhana.
Bertahun-tahun para peneliti telah merawat obesitas dengan perubahan gaya hidup
dan manipulasi diet dengan keberhasilan yang terbatas. Selain itu, perusahaan
farmasi telah menghabiskan miliaran dolar untuk mengembangkan dan memasarkan
resep obat untuk mengobati obeitas akan tetapi obat tersebut meimiliki efek samping
yang mengakibatkan rasio penjualan rendah. Saat ini individu obesitas memiliki
pilihan medis yang terbatas mencakup operasi dan perawatan yang ditawarkan oleh
dokter ahli gizi mereka (Birkevedt, et.al, 2016).
Wanita yang beresiko mengalami kelebihan berat badan adalah wanita yang
berusia di atas 20 tahun. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor seperti: pola hidup wanita
yang cenderung kurang memeperhatikan segi kesehatan, kebebasan finansial untuk
membeli setiap makanan yang diinginkan serta stress yang diakibatkan oleh beban
kerja (Nurfikiria, 2007).
2.4 Fitness Story Suhat
Fitness Story Suhat merupakan salah satu pusat kebugaran yang terdapat di
Malang. Fitness Story Suhat beralamatkan di Jalan Bunga Coklat No. 4-5, Tulusrejo,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65141. Kelebihan Fitness Story
Suhat adalah letaknya strategis di daerah perkampusan sehingga banyak dari kalangan
mahasiswa tertarik untuk menjadi member, dengan alasan kebutuhan akan kesehatan
27
dan berbagai macam program dengan tujuan kebugaran, penurunan berat badan,
penambahan berat badan dan pembentukan badan. Di samping itu, tidak hanya
menawarkan tempat gym yang strategis, Fitness Story Suhat juga menawarkan
berbagai macam kelas aerobik yang sangat bermanfaat terutama untuk member dengan
tujuan penurunan beraat badan. Kelas aerobik yang ditawarkan diantaranya kelas
Aerobic, Body Language, Trampoline, yoga, dan Zumba. Kelas zumba merupakan
salah satu kelas yang diunggulkan di Fitness Story Suhat karena:
a. Memiliki instruktur yang profesional
b. Kelas zumba yang dibuka setiap senin sampai minggu memungkinkan member
untuk dapat rutin mengikuti kelas zumba minimal tiga kali dalam seminggu untuk
memaksimalkan latihan.