bab ii tinjauan pustaka ii.pdfpbi no. 5 tahun 2003 pasal 3 angka 1 menyatakan bahwa bank menerbitkan...

25
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang berkaitan dengan usaha untuk menjawab rumusan masalah Penelitian Hukum ini. Uraian akan menyangkut hakikat L/C sebagai alat bayar dalam perdagangan internasional, pengaturan atau dasar hukum dari L/C, serta pihak-pihak dalam L/C. Selanjutnya akan dikemukakan pula mengenai mekanisme penerbitan L/C, hubungan hukum diantara para pihak, kewajiban dan tanggung jawab bank sebagai penerbit L/C. Adapun tujuan dari kajian pustaka ini adalah menjawab rumusan permasalahan skripsi ini, sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab I tentang rumusan permasalahan. Tinjauan kepustakaan ini juga akan dipergunakan untuk melakukan analisa terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan nanti di Bab III. Sama halnya dengan maksud kedua di atas, analisa yang didasarkan kepada pustaka dalam bab ini, tujuannya adalah untuk menjawab rumusan masalah skripsi ini. 2.1 Hakikat L/C sebagai alat bayar dalam pedagangan internasional L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir untuk exportir di luar negeri yang menjadi relasi importir, surat ini yang memberi hak kepada exportir untuk menarik wesel-wesel atas nama importir yang bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu 1 . Yang 1 Amir M.S, Letter of Credit dalam Bisnis Export Import, Jakarta: PPM, 2005, hal. 1

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

    berkaitan dengan usaha untuk menjawab rumusan masalah Penelitian Hukum ini.

    Uraian akan menyangkut hakikat L/C sebagai alat bayar dalam perdagangan

    internasional, pengaturan atau dasar hukum dari L/C, serta pihak-pihak dalam L/C.

    Selanjutnya akan dikemukakan pula mengenai mekanisme penerbitan L/C,

    hubungan hukum diantara para pihak, kewajiban dan tanggung jawab bank sebagai

    penerbit L/C. Adapun tujuan dari kajian pustaka ini adalah menjawab rumusan

    permasalahan skripsi ini, sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab I tentang

    rumusan permasalahan. Tinjauan kepustakaan ini juga akan dipergunakan untuk

    melakukan analisa terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan nanti di Bab III.

    Sama halnya dengan maksud kedua di atas, analisa yang didasarkan kepada

    pustaka dalam bab ini, tujuannya adalah untuk menjawab rumusan masalah skripsi

    ini.

    2.1 Hakikat L/C sebagai alat bayar dalam pedagangan internasional

    L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan

    importir untuk exportir di luar negeri yang menjadi relasi importir, surat ini yang

    memberi hak kepada exportir untuk menarik wesel-wesel atas nama importir yang

    bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu1. Yang

    1 Amir M.S, Letter of Credit dalam Bisnis Export Import, Jakarta: PPM, 2005, hal. 1

  • 17

    kemudian, bank yang bersangkutan menjamin untuk mengexport atau membayar

    wesel selama syarat-syaratnya terpenuhi2. Definisi lain mengenai L/C dapat kita

    lihat dalam UCP (Pasal 2 UCP 500), yang memberi definisi L/C sebagai berikut:

    "L/C adalah janji membayar dari bank penerbit kepada penerima yang

    pembayarannya hanya dapat dilakukan oleh bank penerbit, jika penerima telah

    menyerahkan kepada bank penerbit dokumen-dokumen yang sesuai dengan

    persyaratan L/C”. Beberapa hal penting dari definisi di atas yaitu:

    (a) Bank yang memberikan jaminan pembayaran adalah bank yang menerbitkan

    kredit dokumenter L/C tersebut (bank penerbit atau Issuing Bank).

    (b) Dokumen-dokumen yang disyaratkan dapat berupa dokumen perdagangan

    ataupun dokumen yang diterbitkan oleh instansi-instansi pemerintah, asuransi

    maupun pengangkutan.

    (c) Karena Kredit Dokumenter (L/C) merupakan Jaminan bersyarat, maka

    pembayaran sudah tentu dilakukan atas nama pembeli (importir), dan pembayaran

    itu dilaksanakan bila dokumen-dokumen yang disyaratkan telah diserahkan.

    (d) Karena dokumen-dokumen tersebut mewakili barang, maka penyerahan

    dokumen itu berarti memberikan hak kepada pembeli (importir) atas pemilikan

    barang-barang yang dikapalkan tersebut.

    (e) Karena Kredit Dokumenter (L/C) merupakan jaminan bank, maka segera

    setelah pengapalan barang, penjual (exportir) akan meminta pembayaran dari

    Bank, bukan mengandalkan kemampuan dan kesediaan pembeli (importir) untuk

    membayar. Namun sekalipun demikian, berhubung jaminan tersebut adalah

    2 Sembiring,Sentosa ( 2001), Hukum Dagang. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

  • 18

    jaminan bersyarat, maka penjual (exportir) hanya berhak meminta pembayaran

    apabila dia sudah memenuhi semua syarat yang telah ditetapkan dalam Kredit

    Dokumenter tersebut, guna kelancaran pembayaran atas letter of credit (kredit

    berdokumen).

    Dengan demikian inti dari pengertian L/C menurut UCP adalah L/C

    merupakan “janji pembayaran”. Dimana Bank Penerbit melakukan pembayaran

    kepada penerima, baik langsung ataupun melalui bank lain atas instruksi pemohon

    yang berjanji membayar kembali kepada Bank Penerbit.

    PBI No. 5 Tahun 2003 Pasal 3 angka 1 menyatakan bahwa bank

    menerbitkan L/C dalam rangka pembayaran transaksi import atas dasar permintaan

    importir yang diajukan kepada bank3 dengan mengisi formulir permohonan

    penerbitan L/C. Dari dua peryataan ini dapat dikatakan bahwa, L/C merupakan

    janji membayar dari bank penerbit (issuing bank) kepada eksportir (beneficiary)

    senilai L/C (sepanjang exportir memenuhi persyaratan L/C). Persyaratan yang

    dimaksud adalah persyaratan berupa pemenuhan dokumen-dokumen yang

    diyatakan dalam L/C, baik secara fisik maupun isi dokumen4.

    L/C ini diterbitkan untuk beberapa alasan, pertama memudahkan pelunasan

    pembayaran transaksi export, kedua untuk mengamankan dana yang disediakan

    importir untuk membayar barang import, ketiga menjamin kelengkapan dokumen

    3 Bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

    Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang

    telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan

    dalam valuta asing dan atau melakukan transaksi perbankan dengan pihak-pihak di luar negeri.

    4 Ginting,Ramlan (2007) Transaksi Bisnis dan Perbankan Internasional. Jakarta : Salemba

    Empat, hal. 12

  • 19

    pengapalan. L/C disini berguna sebagai alat untuk membiayai transaksi

    perdagangan internasional, dan bukan sebagai garansi (guarantee) atau surat

    berharga yang dapat dipindahtangankan (negotiable instrument). L/C berfungsi

    untuk melindungi kedua belah pihak dalam transaksi perdagangan, dimana L/C

    meletakkan bank sebagai penjamin atas pembayaran yang akan dilakukan oleh

    importir.

    Seperti apa yang telah diutarakan diatas, bahwa L/C lebih sering digunakan

    untuk membiayai kontrak perdagangan secara internasional. Mengapa demikian,

    karena perdagangan ekspor impor mengandung resiko yang tinggi, maksudnya

    adalah pertama eksportir dan importir berjauhan secara geografis, berbeda bahasa,

    kebiasaan dan hukum yang mengatur tentang transaksi ekspor impor, dan

    seringkali para pihak berada pada keadaan yang belum saling mengenal dengan

    baik, sehingga exportir berpendapat L/C adalah alat bayar yang paling aman dalam

    perdagangan export-import. Hal ini disebabkan, karena di dalam L/C terdapat janji

    membayar dari Issuing Bank, sehingga akan memberikan rasa aman ke pada

    exportir ketika exportir mengirimkan barang kepada importir, dan begitu pula

    sebaliknya pembeli akan merasa aman dalam melaksanakan pembayaran(sekalipun

    barang belum diterima), karena pembayaran hanya akan dilakukan oleh Issuing

    Bank apabila dokumen yang mewakili barang yang dibeli sesuai dengan

    persyaratan L/C.

    Bank yang ditentukan untuk membuka L/C itu dapat ditunjuk dalam

    perjanjian jual beli, atau dapat juga ditentukan penjual yang berhak menunjuknya,

  • 20

    tetapi dapat juga pembeli yang diberi kewajiban untuk menentukan bank mana

    yang akan membuka L/C tersebut.

    L/C sendiri merupakan dokumen kontrak. Namun, kedudukan L/C5 sebagai

    suatu kontrak dan kontrak jual beli sifatnya adalah terpisah atau independen. Sifat

    independen L/C tampak pada peryataan yang menyatakan bahwa, bank penerbit

    (issuing bank) tidak meminta atau mensyaratkan diperlihatkannya kontrak

    penjualan dari pemohon (buyer atau pembeli). Dan bank hanya memeriksa apakah

    dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C telah terpenuhi. Pasal 3 UCP 500

    menegaskan sifat independen ini: Bahwa hanya redaksi kalimat-kalimat dalam L/C

    yang mengikat bank. L/C merupakan transaksi yang terpisah dari kontrak-kontrak

    penjualan atau kontrak-kontrak lain atas mana L/C tersebut didasarkan. Sepanjang

    hubungan dengan ekportir importir maka tanggung jawab dan tugas bank hanya

    terikat pada bunyi kalimat L/C itu sendiri dan karena itu bank tidak dapat

    mempertimbangkan ketetapan-ketetapan yang berlawanan dan berbeda dengan

    kalimat-kalimat L/C tersebut. Hal yang sama juga berlaku dalam hal adanya

    perubahan dalam L/C. Bank akan bertindak semata-mata berdasarkan dan sesuai

    dengan kalimat-kalimat L/C yang berlaku baik dalam saat penerimaan atau

    pemeriksaaan dokumen-dokumen.

    CFG Sunaryati Hartono juga mangatakan bahwa “secara harafiah L/C dapat

    diterjemahkan sebagai surat hutang atau surat piutang atau surat tagihan, tetapi

    sebenarnya L/C lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran,

    apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat tertentu”.

    5 Uniform Customs and Practice For Dokumentary Credit 500 pasal 3.

  • 21

    2.2 Pengaturan atau dasar hukum dari L/C

    Dalam pelaksanaannya L/C pada umumnya dibuat tunduk pada UCP, yang

    merupakan ketentuan L/C yang bersifat universal6, namun ketentuan dalam UCP

    bersifat tidak mengikat. Oleh karenanya diperlukan ketentuan nasional yang

    mengatur mengenai hal tersebut. L/C dalam hukum nasional dapat melihat pada :

    a. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1982 tanggal 16 Januari 1982 tentang

    Pelaksanaan Ekspor, Impor, dan Lalu Lintas Devisa yang mengatur

    bahwa L/C sebagai salah satu cara pembayaran dengan kredit dapat

    digunakan untuk melakukan transaksi ekspor impor tetapi sampai

    saat ini belum ada ketentuan lebih lanjut yang mengatur L/C sehingga

    masih menggunakan ketentuan UCP. PP ini mengamanatkan agar Mentri

    Perdagangan dan Gubernur BI bersama-sama atau masing-masing dalam

    bidangnya mengeluarkan peraturan pelaksanaan atas metode pembayaran

    perdagangan internasional namun hingga saat ini tindak lanjut amanat ini belum

    terjadi sebagaimana seharusnya.

    b. Peraturan BI No.5/11/PBI/2003 tanggal 23 Juni tentang pembayaran

    Transaksi Impor yang mengatur bahwa pembayaran transaksi eksport

    import dilakukan menggunakan L/C atau tidak. Dalam Pasal 4 ayat 2

    mengatakan format dan jumlah lembar permohonan penerbitan atau

    perubahan L/C sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diserahkan

    kepada masing-masing bank.

    6 Ginting Ramlan, Ibid, hal. 13

  • 22

    c. Surat Edaran BI No.26/34.ULN tanggal 17 Desember 1993 tentang Unifrom

    Customs and Practis for Documentary Credit (UCP) 1993 Revision Internasional

    Chamber of Commerce (ICC) Publication No.500 yang mengatur bahwa L/C yang

    diterbitkan bank devisa dapat tunduk atau tidak pada UCP.

    d. Surat Keputusan Direksi BI No.23/88/KEP/DIR tanggal 28 Februari

    1992 dan Surat Edaran BI No.23/7/UKU tanggal 18 Maret 1991 masing-masing

    tentang pemberian Garansi oleh Bank yang mengatur mengenai pemberian garansi

    bank khususnya mengenai standby L/C.

    e. Keputusan Presiden No.24 Tahun 1998 tentang Penerbitan Jaminan bank

    Indonesia, serta penerbitan jaminan bank untuk penerbitan pinjaman luar negeri

    oleh Bank Persero dan Bank pembangunan Daerah yang telah diizinkan

    melakukan kegiatan dalam valuta asing

    f. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.29/33/KEP/DIR/1996

    tentang Pelaksanaan Pembayaran Transaksi Impor.

    Sama halnya dengan ketentuan nasional yang belum bisa menjelaskan

    pengertian L/C (yang digunakan sebagai alat pembayaran utama dalam

    perdagangan) secara jelas, pada ketentuan internasional pun juga mengalami hal

    yang sama oleh karenanya diharapkan International Chamber of Commerce (ICC)

    dapat meluruskan masalah mengenai L/C.

    Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember

    1993 tentang Uniform Customs And Practice For Documentary Credits 1993

    Revision-International Chamber of Commerce Publication No. 500 (“UCP”)

    mengatur bahwa jika dalam penerbitan L/C disepakati untuk menerapkan UCP,

  • 23

    maka dalam L/C – nya harus secara tegas mencantumkan penundukan pada UCP.

    Walaupun UCP sendiri tidak mewajibkan suatu L/C harus tunduk pada UCP,

    namun Bank Indonesia mendukung agar UCP dipergunakan dalam praktek

    penerbitan L/C oleh bank-bank umum.

    UCP sendiri bukan merupakan suatu produk hukum dari legislatif ataupun

    yudikatif, UCP ini ada didasarkan pada adanya kebiasaan dan praktek

    perdagangan internasional dengan menggunakan L/C. UCP bertujuan menciptakan

    keseragaman praktek L/C secara internasional. UCP merupakan pedoman dalam

    pelaksanaan L/C sehingga sejauh mungkin dapat dihindari perbedaan atau

    kesalahan penafsiran diantara para pihak yang bertransaksi.

    UCP pertama kali diterbitkan oleh International Chamber of Commerce

    (“ICC”) pada tahun 1933 dan telah beberapa kali mengalami perubahan, Uniform

    Customs and Practice for Documentary Credits 1993 Revision – International

    Chamber of Commerce atau yang lebih dikenal dengan “UCP 500”, kemudian

    UCP 600 (“Uniform Customs & Practice for Documentary Credits”) adalah versi

    terakhir untuk pedoman umum internasional (best practice) transaksi LC yang

    diterbitkan oleh ICC (International Chamber of Commerce). UCP 600 berlaku

    efektif sejak 1 Juli 2007 menggantikan pedoman sebelumnya (UCP 500). Sejak

    tanggal tersebut diharapkan semua bank yang menerbitkan LC baru mengacu pada

    UCP 600. Pemberlakuan ketentuan UCP atas suatu transaksi L/C harus secara

    tegas dinyatakan dalam L/C itu sendiri.

    2.3 Jenis-jenis L/C

    Dalam perdagangan internasional terdapat berbagai macam jenis L/C yaitu

    http://id.wikipedia.org/wiki/ICC

  • 24

    1. Revocable dan Irevocable L/C

    Revocable L/C adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah

    secara sepihak oleh pembeli/importir atau issung bank tanpa persetujuan atau

    pemberitahuan kepada penjual/exportir atas permintaan applicant. L/C ini banyak

    digunakan anak/cabang perusahannya atau antara perusahaan yang sudah saling

    mempercayai7. Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat diubah tanpa

    persetujuan kedua belah pihak dan issuing bank menjamin akan membayarkannya

    asal saja si exportir menyerahkan dokumen yang cocok dengan L/C dan disertai

    tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam L/C8.

    2. Banker’s L/C

    Banker’s L/C adalah L/C yang dibuka oleh suatu bank atas permintaan importir

    dan bank tesebut bertanggung jawab atas pembayaran L/C apabila semua syarat-

    syarat dalam L/C dipenuhi. Dengan kata lain bank mengambil alih seluruh

    kewajiban membayar sehingga terjadi substitusi dari kemampuan melunasi oleh

    issuing bank9.

    3. Confirmed L/C10

    7 Amir M.S, Letter Of Credit dalam BisniExport Import, PPM, Jakarta Pusat, 2005, hal. 9

    8 Amir M.S, Ibid, hal. 10

    9 Investor mediator, http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/jenis-jenis-lc/, diakses

    tanggal 15 Mei 2013.

    10 Investor meditor, Ibid.

    http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/jenis-jenis-lc/

  • 25

    Confirmed L/C adalah L/C yang tidak dapat dibatalkan sepihak dan dijamin

    sepenuhnya oleh confirming bank. L/C jenis ini dapat diajukan oleh exportir jika

    bank tidak pembuka tidak mempunyai reputasi Internasional dan situasi politik

    ekonomi yang mengharuskan demikian, sehingga eksportir memandang perlu

    untuk mengajukan agar dibukakan suatu L/C jenis ini.

    4. Commercial L/C

    Commercial L/C adalah L/C yang dibuka oleh bank atas permintaan

    nasabahnya, tetapi dikirimkan langsung kepada beneficiary tanpa melalui advising

    bank. Commercial L/C ini dimaksudkan agar eksportir bisa dengan cepat

    menerima L/C dan bisa menegosiasikan weselnya pada beberapa bank (tidak

    terbatas pada satu bank) dengan jalan menyerahkan dokumen dan Commercial L/C

    yang asli. Dan Bank yang membayar wesel akan mencatat pada commercial L/C

    asli jumlah pembayaran yang telah dilakukan11

    .

    5. Red Clause L/C

    Red Clause L/C adalah L/C dimana issuing bank-nya memberikan kuasa

    kepada paying bank unutuk membayar uang muka kepada Beneficiary sebagian

    dari jumlah L/C sebelum beneficiary menyerahkan dokumen. Artinya L/C ini

    memiliki klausul dengan tinta merah yang menyatakan

    bahwa advising/confirming bank dapat melakukan pembayaran di muka kepada

    eksportir/penjual/beneficiary sebelum penyerahan dokumen pengiriman barang

    dilakukan. . L/C semacam ini sering digunakan untuk menyediakan dana/kredit

    bagi eksportir sebelum barang dikapalkan. Dan beneficiary harus membuat

    11

    Investor mediator,Ibid

  • 26

    pernyataan bahwa dokumen-dokumen yang diminta dalam L/C akan diserahkan

    pada waktunya12

    .

    6. Revolving L/C

    Revolving L/C adalah kredit yang tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu

    mengadakan perubahan syarat13

    .

    7. Transferable L/C

    Transferable L/C merupakan L/C yang mana beneficiary dapat dipindah

    tangankan berdasarkan instruksi khusus dari applicant atau importir/pembeli dan

    syarat-syarat yang ditetapkan dalam L/C tersebut artinya beneficiary diberi

    wewenang untuk menyerahkan pelaksanaan ekspornya kepada pihak ketiga, baik

    sebagian maupun seluruhnya14

    .

    8. Back to back L/C

    Back to back L/C merupakan kemungkinan lain dari Transferable L/C adalah

    Back to Back L/C, jika beneficiary meminta kepada applicant agar L/C yang

    dibukanya bersifat transferable. Jadi Applicant mengetahui bahwa beneficiary itu

    bukanlah eksportir yang sebenarnya dari barang yang dipesan. Eksportir yang

    sebenarnya adalah pihak ketiga (namanya biasa dirahasiakan, bisa menjual dengan

    harga lebih murah). Setelah Beneficiary menerima L/C, Si beneficiary meminta

    kepada advising bank supaya membuka L/C baru kepada pihak ketiga yang

    12

    Amir M.S, Ibid, hal. 11

    13 Amir M.S, Ibid, hal 12

    14 Amir M.S, Ibid, hal 13

  • 27

    merupakan eksportir sebenarnya. Dan L/C kedua ini mengandung syarat-syarat

    yang sama seperti L/C yang pertama15

    .

    9. Stand by L/C

    Stand by L/c adalah merupakan L/C yang diberikan issuing bank atas

    permintaan applicant (kontraktor, debitor) sebagai jaminan khusus yang

    menyangkut fungsi financial kepada pihak beneficiary dan dipakai standby oleh

    beneficiary atau bank atas nama nasabahnya16

    . Beneficiary credit ini dapat

    bertindak apabila si applicant gagal untuk memenuhi atau melaksanakan

    kontraknya, atau membayar kewajiban hutangnya (wanprestasi/cedera janji

    terhadap beneficiary). Maka pihak bank akan membayar sejumlah uang yang telah

    ditentukan kepada beneficiary.

    10. Sight L/C

    Sight L/C adalah L/C yang pembayarannya oleh negotiating bank yang

    dilakukan pada saat wesel-wesel diunjukkan oleh eksportir, disertai dengan

    dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan syarat-syarat L/C17

    . Tentang kepada

    siapa yang harus bertanggung jawab terhadap transaksi tersebut, maka di dalam

    L/C bersangkutan dicantumkan atas nama siapa wesel bersangkutan harus

    diterbitkan. Wesel tersebut ada yang diterbitkan atas bank penerus L/C (Advising

    Bank), bank pembuka (Opening Bank), bank ketiga yaitu principal dari bank

    pembuka L/C, atau pembeli itu sendiri. Bila wesel diterbitkan atas dasar pembeli

    15

    Amir M.S, Ibid, hal 13.

    16 Amir M.S, Ibid, hal.14

    17 Investor mediator, http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/jenis-jenis-lc/, diakses

    tanggal 15 Mei 2013.

    http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/jenis-jenis-lc/

  • 28

    (bukan bank), maka dikatakan wesel diterbitkan atas pihak ketiga. Tetapi lazimnya

    sight L/C senantiasa ditujukan secara khusus kepada bank-bank koresponden di

    luar negeri, di mana bank-bank pembuka mempunyai rekening pada koresponden

    bersangkutan dan bank penerima L/C sekaligus juga merupakan/bertindak sebagai

    bank pembayar18

    .

    11. Usance L/C19

    Usance L/C adalah L/C yang mengharuskan eksportir penerima L/C untuk

    menarik wesel berjangka dan bukan wesel unjuk sebagaimana lazimnya. Jangka

    waktu wesel tersebut bisa bervariasi antara 30 sampai dengan 180 hari. Untuk

    usance L/C ini pada saat wesel dan dokumen diserahkan negotiating bank tidak

    melakukan pembayaran, namun eksportir bisa mengajukan permintaan agar L/C

    tersebut didiscount dengan pembayaran diskonto yang berlaku. Usance L/C biasa

    diterbitkan pada waktu-waktu hubungan yang normal tidak dapat dijalankan lagi,

    dimana keinginan pembeli tidak dapat dipaksakan kepada penjual. Kemungkinan

    yang lain si penjual menerima tawaran untuk melaksanakan pembayaran dengan

    usance L/C bila pembeli itu langganan baik dan sudah dipercaya. Di dalam

    transaksi ini, bank memegang peranan sebagai tersangkut/bank pembayar.

    2.4 Pihak-pihak dalam L/C

    18

    Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 41

    19 Amir M.S, Ibid, hal. 14

  • 29

    Dalam transaksi eksport-import, pelaksanaanya lebih menekankan kepada

    dokumen-dokumen. Sehingga pembeli/importir ini tidak dapat secara langsung

    memperoleh kredit dari exportir, sehingga diperlukan pihak ketiga (bank) yang

    berperan sebagai penyedia dana untuk membiayai transaksi tersebut20

    .

    a. Pemohon (applicant) adalah pihak yang memohon untuk diterbitkan L/C yang

    dalam hal ini umumnya adalah pembeli/importir. Importir memiliki kewajiban

    untuk menyediakan dana pembayaran. Sedangkan hak dari imortir adalah

    menerima barang sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan dalam L/C.

    b. Bank Penerbit (Issuing Bank) adalah bank yang atas permintaan applicant

    menerbitkan L/C (bank pembuka). Bank penerbit berhak menerbitkan L/C

    kepada exportir. Dan kewajiban dari bank penerbit adalah membayar sejumlah

    uang (seperti yang telah diperjanjikan dalam L/C) kepada exportir sesuai

    dengan yang telah diperjanjikan dalam L/C.

    c. Penerima (beneficiary) adalah pihak kepada siapa L/C diterbitkan atau

    diperuntukkan yang dalam hal ini adalah eksportir. Penerima berhak mendapat

    keyakinan akan ketersediaan pembayaran atas barang dan atau jasa yang

    diserahkan. Hak ini diikuti dengan kewajiban dari penerima berupa pengiriman

    barang sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan dalam L/C.

    d. Bank Penerus (advising bank) adalah bank yang meneruskan L/C, yaitu bank

    koresponden (agen) yang meneruskan L/C kepada beneficiary. Bank tidak

    bertanggung jawab atas isi L/C dan hanya bertindak sebagai perantara. Bank

    penerus berhak meneruskan L/C kepada exportir atas permintaan bank

    20

    Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor-Impor & Jual Beli),

    Rajawali Pers,Jakarta, 2001 hal. 19

  • 30

    penerbit. Dan bank penerbit berkewajiban menentukan keabsahan L/C sebelum

    diteruskan kepada exporir.

    e. Bank Pengkonfirmasi (confirming bank) adalah bank yang memberikan

    konfirmasi atau jaminan kepada beneficiary apabila issuing bank tidak

    melakukan pembayaran sebagaimana yang diperjanjikan dalam L/C. Jadi hak

    dari bank pengkonfirmasi adalah mengkonfirmasi (menjamin) L/C yang

    diterbitkan oleh issuing bank kepada beneficiary.

    2.5 Mekanisme penerbitan L/C

    Mekanisme yang harus dilakukan dalam proses pembukaan L/C21

    itu ialah

    pertama pembeli harus mengisi, melengkapi, dan menandatangani suatu formulir

    yang telah disediakan oleh bank yaitu Formulir Permohonan Membuka Kredit atau

    Application Form. Di dalam formulir inilah disebutkan suatu permohonan dari

    pembeli kepada bank untuk membuka suatu L/C bagi kepentingan penjual22

    . Di

    dalam formulir itulah disebutkan semua persyaratan-persyaratan yang dikehendaki

    di dalam L/C, misalnya mengenai jumlahnya, jenisnya, dan sebagainya.

    Pertama-tama syarat yang paling penting disebut ialah, adanya janji dari

    pembeli untuk membayar kembali kepada bank, bilamana bank melakukan

    pembayaran lebih dulu atas dokumen-dokumen yang diserahkan. Kemudian

    terdapat syarat lain yang juga sangat penting yaitu: pernyataan bahwa pembeli

    21

    Wawancara dengan staff bank swasta bagian perdagangan internasional khususnya L/C.

    22 Jefferson Kameo, Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta

    Untuk Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional), universitas Kristen Salatiga, Salatiga,

    2012, hal. 33.

  • 31

    akan memberikan dokumen-dokumen atas barang-barang kepada bank sebagai

    jaminan. Pada umumnya Formulir Permohonan Membuka Kredit itu juga memuat

    Exemption Clause (klausula yang membebaskan bank dari kewajibannya dalam

    hal-hal tertentu) yang sering diuraikan secara luas. Setelah menyetujui Application

    Form, bank mengeluarkan L/C yang dilengkapi dengan semua persyaratan-

    persyaratan yang dikemukakan di dalam Application Form dan mengirimkan L/C

    itu kepada beneficiary langsung atau dapat pula melalui Bank Koresponden atau

    cabangnya. Dan ketika beneficiary telah menerima L/C itu, beneficiary ini akan

    mengirim atau mengapalkan barang-barang dan memperoleh semua dokumen-

    dokumen yang diperlukan untuk itu, terutama yang diminta di dalam L/C. Semua

    dokumen-dokumen ini adalah menjadi dasar dari adanya realisasi dari L/C, yaitu

    pembayaran dan harus dimintakan kepada bank sebelum hari gugur dari L/C.

    Sebelum bank melakukan pembayaran, bank harus meneliti terlebih

    dahulu, apakah dokumen-dokumen itu telah sesuai dengan yang ditentukan dalam

    L/C atau belum23

    . Apabila tidak sesuai, bank harus menolak dokumen-dokumen

    tersebut, tetapi apabila sesuai, ia harus membayar L/C itu. Dengan menerima

    dokumen-dokumen itu dan membayar L/C kepada beneficiary, dapat dikatakan

    bahwa kewajiban utama dari bank berdasarkan L/C sudah selesai, kecuali

    mengenai penyerahan dokumen-dokumen kepada pembeli. Kewajiban ini hanya

    mungkin dilaksanakan apabila memang pembayaran yang dilakukan oleh bank itu

    adalah dari dana yang telah disediakan oleh pembeli pada bank. Lain halnya

    apabila pembeli belum menyediakan dana, sehingga pembayaran dilakukan bank

    23

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/11/PBI/2003 tentang Pembayaran Transaksi Import Pasal

    5 huruf (a).

  • 32

    sebagai persekot. Dalam hal ini sesuai dengan persyaratan yang terdapat di dalam

    Application Form, maka bank berhak menguasai dokumen-dokumen barang

    sebagai jaminan sampai pembeli membayar kembali kepadanya.

    2.6 Hubungan hukum diantara para pihak

    Dalam transaksi L/C terdapat hubungan–hubungan hukum yang utama

    sebagai berikut:

    a. Hubungan Hukum Importir (Applicant) dan Issuing Bank24

    Dalam rangka merealisasikan cara pembayaran sebagaimana diatur dalam

    sales contract, pembeli akan mengajukan permohonan kepada issuing bank agar

    issuing bank menerbitkan L/C untuk kepentingan penjual. Dengan demikian

    hubungan hukum antara importir (applicant) dan issuing bank didasarkan pada

    kontrak yang dinamakan permintaan penerbitan L/C. Jika issuing bank setuju

    untuk melaksanakan permohonan importir, issuing bank akan menerbitkan L/C

    tersebut. Dan isi dari L/C tidak boleh menyimpang dari kondisi sebagaimana

    disyaratkan dalam permohonan penerbitan L/C.

    Permohonan penerbitan L/C ini terpisah dari sales contract barang.

    Permohonan penerbitan L/C ini hanya mengikat applicant dan issuing bank yang

    pada intinya berisi bahwa issuing bank berjanji untuk menerbitkan L/C karena

    importir berjanji akan membayar kembali sejumlah uang seperti yang tercantum

    dalam L/C kepada issuing bank.

    24

    Legal banking, http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/letter-od-credit-lc/, diakses

    pada tanggal 15 Juli 2013.

    http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/letter-od-credit-lc/

  • 33

    Permohonan penerbitan L/C diatur oleh hukum nasional masing-masing

    negara yang dalam hal tertentu dapat berbeda dari satu negara terhadap negara

    lainnya.

    b. Hubungan Hukum Issuing Bank dan Exportir25

    Hubungan hukum antara issuing bank dan exportir lahir atas dasar L/C yang

    diterbitkan oleh issuing bank yang disetujui exportir. Sebelum L/C disetujui oleh

    exportir, maka L/C merupakan kontrak sepihak dari issuing bank, dan tidak

    mengikat exportir. Persetujuan expotir terhadap L/C diwujudkan melalui

    pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C kepada issuing

    bank.

    Sepanjang tidak diatur secara khusus dalam L/C, maka hak dan kewajiban

    issuing bank dan exportir diatur dalam UCP (apabila L/C menundukkan diri pada

    UCP). Untuk hal-hal yang tidak diatur dalam L/C maupun UCP akan tunduk pada

    hukum nasional sebagaimana ditentukan dalam L/C atau apabila tidak ditentukan

    hukum nasional yang berlaku maka apabila terjadi sengketa akan tunduk pada

    hukum nasional yang ditentukan oleh hakim berdasarkan teori penentuan hukum

    yang berlaku.

    c. Hubungan Hukum Issuing Bank dan Advising Bank26

    25

    Ibid

    26 Ibid

  • 34

    Hubungan hukum antara issuing bank dan advising bank didasarkan pada

    instruksi issuing bank kepada advising bank yang disetujui advising bank.

    Hubungan hukum ini pada intinya merupakan hubungan keagenan dimana

    advising bank bertindak sebagai agen dari issuing bank untuk meneruskan L/C

    yang diterbitkan oleh issuing bank kepada eportir.

    Mengingat advising bank tidak memiliki kewajiban untuk selalu

    meneruskan L/C yang diterimanya, maka advising bank wajib segera

    memberitahukan issuing bank apabila ia tidak berkenan atau tidak setuju untuk

    meneruskan L/C kepada exportir.

    Hak dan kewajiban issuing bank dan advising bank sepanjang tidak diatur

    secara khusus dalam L/C, hak dan kewajibannya akan tunduk pada ketentuan UCP.

    Sebagai advising bank, bank tidak berkewajiban untuk melakukan pembayaran,

    negosiasi atau akseptasi terhadap wesel exportir, kecuali issuing bank secara

    khusus meminta advising bank untuk melakukan itu.

    Jika advising bank dalam L/C dimintakan juga untuk menambahkan

    konfirmasinya, maka advising bank tersebut juga melaksanakan fungsi sebagai

    confirming bank yang mempunyai kewajiban yang sama dengan issuing bank yaitu

    melakukan pembayaran, negosiasi atau akseptasi. Konsekuensinya, confirming

    bank wajib melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang diajukan oleh

    exportir.

    d. Hubungan Hukum Advising Bank dan Exportir 27

    27

    Ibid

  • 35

    Hubungan hukum antara advising bank dan exportir tergantung pada fungsi

    yang dilakukan oleh advising bank sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam L/C.

    Advising bank dapat berfungsi sebagai advising bank semata, bank

    pengkonfirmasi, bank penegosiasi, bank pembayar atau bank pengaksep.

    Dalam hal advising bank murni menjalankan fungsinya sebagai advising bank,

    maka kewajibannya terhadap exportir hanyalah terbatas pada penerusan L/C

    termasuk perubahannya. Oleh karena itu exporir tidak dapat menuntut pembayaran

    L/C dari advising bank. Tetapi dalam hal advising bank bertindak sebagai

    confirming bank maka ia memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran atas

    L/C. Jika advising bank ditunjuk sebagai bank penegosiasi maka advising bank

    dapat melakukan pembelian terhadap dokumen yang diserahkan kepada issuing

    bank oleh exportir.

    Dari apa yang telah diutarakan diatas maka, hubungan hukum yang pertama,

    yaitu pola hubungan hukum yang terjadi antara pihak pembeli (pemohon atau

    importir) dan penjual (eksportir atau penerima), hubungan ini didasarkan pada

    kontrak penjualan yang dinamakan dengan pola perhubungan hukum yang

    bernama perjanjian jual-beli (dalam bahasa inggris hukum perikatan seperti ini

    disebut dengan the contract of sale).

    Pola hubungan hukum yang kedua adalah, suatu rangkaian yang

    memunculkan sebuah perikatan atau perhubungan hukum (the parties to contract)

    yang mendorong diterbitkannya kredit (L/C), yang tidak dapat ditarik kembali atau

    tidak dapat dicabut dan yang telah memperoleh perintah konfirmasi dari bank

    penerbit. Dan didalam L/C tersebut telah diberitahukan kepada pihak yang

  • 36

    menerima manfaat dari penerbitan L/C itu (irrevocable and confirmed letter of

    credit to the beneficiary) untuk segera dibayarkan kepadanya, hubungan antara

    pihak bank penerbit dengan si Pembeli adalah hubungan hukum antara bankir

    dengan nasabahnya.

    Ini berarti yang dilakukan oleh si bank penerbit adalah atas inisiatifnya

    sendiri, yaitu apakah bank penerbit mau menerbitkan L/C itu untuk membayar

    harga barangnya si Penjual atau justru si bank penerbit itu sama sekali tidak mau

    menerbitkan L/C itu.

    Pola hubungan hukum yang ketiga, yaitu pola hubungan hukum yang terjadi

    antara para pihak adalah hubungan murni perbankan, yaitu antara Bank Penerbit

    dan Bank Pengadvis berdasarkan kontrak keagenan yang merupakan perjanjian

    pembiayaan perdagangan internasional dalam dunia perbankan.

    Pola hubungan hukum yang keempat yaitu perikatan antara Bank Penerbit

    dan pihak Penjual, dalam hal ini adalah si Beneficiary atau orang yang akan

    menerima manfaat dari kredit yang diterbitkan oleh Bank Penerbit berdasarkan

    L/C sebagai kontrak.

    Pola hubungan hukum yang kelima yaitu perikatan antara pihak Bank

    Pengadvis dan pihak Penjual. Akibat dari si bank Pengadvis menambahkan

    komitmennya atau menambahkan konfirmasi bahwa Bank itu akan melakukan

    pembayaran kepada pihak penjual, maka Bank pengadvis seketika itu

    sesungguhnya telah memberikan janji yang dibuatnya sendiri bahwa kredit yang

    telah diterbitkan oleh si bank penerbit itu akan dibayarkan pada saat dilakukan

    pengunjukan sebagaimana mestinya.

  • 37

    2.7 Hak-Hak dan Kewajiban dalam Suatu Documentary Credit

    L/C pada hakikatnya adalah alat pembayaran dan oleh karena itu

    keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak dalam L/C harus

    dipertahankan secara adil dan terbuka. Keadilan dan keterbukaan dalam

    pelaksanaan L/C merupakan suatu keharusan karena nilai inti L/C adalah

    perwujudan pembayaran sejumlah uang senilai L/C.

    Hak dari pihak expotir adalah untuk meminta suatu L/C, dan jenis kredit

    seperti apakah yang menjadi hak si exportir tersebut sangat bergantung kepada

    syarat dan ketentuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu di dalam perjanjian

    pokok, dalam hal ini termuat dalam perjanjian jual-beli. Sedangkan bagi pihak

    importir berupa kewajiban untuk memastikan bahwa L/C yang diterbitkan oleh

    pihak bank penerbit kepada si penjual adalah jenis L/C yang memang sudah

    ditentukan terlebih dahulu oleh kedua belah pihak. Sedangkan dari pihak exportir

    harus melaksanakan kewajibannya yaitu melakukan penyerahan barang yang dijual

    kepada importir.

    Exportir berhak untuk menolak L/C yang berjenis unconfirmed atau yang

    tidak dikonfirmasi oleh si bank penerbit (issuing bank). Bila terjadi wanprestasi

    oleh importir maka akan melahirkan hak bagi exportir untuk menganggap bahwa

    perjanjian jual beli antara dia dengan importir telah dibatalkan secara sepihak dan

    exportir berhak memperoleh ganti rugi. Sedangkan apabila exportir tidak

    mempergunakan hak untuk menuntut ganti rugi dan kemudian malah menerima

    L/C yang syarat dan ketentuannya tidak sejalan dengan jual-beli, maka exportir

  • 38

    menjadi kehilangan hak untuk mengajukan gugatan wanprestasi seperti yang telah

    dikemukakan sebelumnya28

    .

    Bank penerbit (issuing bank) berhak dan sekaligus berkewajiban untuk

    mengabaikan semua instruksi yang diberikan oleh exportir sepanjang dokumen

    yang dipersyaratkan dalam L/C tersebut diunjukkan dalam jangka waktu kredit

    yang bersangkutan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang dinyatakan dalam

    kredit tersebut, misalnya perintah untuk tidak melakukan pembayaran kepada

    exportir atau untuk menyimpang dari syarat atau ketentuan yang ada. Apabila

    kredit atau L/C yang bersangkutan tak terbayarkan atau tidak mau dibayarkan oleh

    bank maka si bank penerbit berkewajiban untuk menebus kepada importir, tebusan

    itu dilakukan terhadap kewajiban-kewajiban apa saja yang telah dilakukan oleh

    importir kepada exportir. Sementara itu, di lain pihak, apabila ada pembayaran,

    akseptasi, dan juga negosiasi kredit yang dilakukan oleh bank penerbit atau bank

    pengadvis pada saat dokumen-dokumen itu diunjukkan kepadanya namun tidak

    sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam L/C (nonconforming documents29

    ),

    maka si Pembeli meskipun tidak punya hak untuk menolak barang-barang yang

    sesuai30

    dengan perjanjian jual beli terhadap Penjual, dimungkinkan untuk sama

    seperti dalam pola hubungan hukum antara dirinya dengan si bank penerbit

    menolak untuk menerima transaksi itu, dasar penolakan itu bahwa si bank penerbit

    28

    Jefferson Kameo, op cit, hal 63-65.

    29 Apabila si Pembeli bertindak cepat dalam waktu yang ditentukan dalam L/C maka si Pembeli

    dapat memperoleh hak interdict dari pihak pengadilan, supaya bank penerbit atau bank

    pengadvis tidak melakukan pembayaran tersebut.

    30 Artinya, si Pembeli dapat menolak barang-barang yang tidak sesuai dengan apa yang diatur di

    dalam perjanjian jual beli.

  • 39

    telah melakukan pelanggaran atas mandat (breach of mandate). Apabila

    pembayaran, akseptasi atau negosiasi itu dilakukan oleh bank pengadvis, maka hal

    itu berarti bahwa bank penerbit memiliki hak untuk melepas (abandonment) atau

    penelantaran barang-barang yang dibeli oleh si Pembeli dari si Penjual terhadap

    bank pengadvis. Pembeli juga dapat menuntut ganti rugi atas setiap kerugian yang

    oleh bank penerbit sebetulnya telah dapat diketahui sebelumnya akan terjadi

    sebagai akibat dari pelanggaran atas mandat yang dipegang oleh si bank penerbit

    tersebut31

    .

    Apabila bank pengadvis mematuhi apa yang sudah diterbitkan di dalam L/C

    atau kredit yang bersangkutan maka bank pengadvis itu berhak atas pembayaran

    yang harus dilakukan oleh bank penerbit, atau bank-bank lainnya yang menjadi

    tujuan dari mana tebusan atas kredit yang telah dibayarkan kepada si Penjual itu

    dapat diperoleh32

    sesuai dengan kredit atau L/C yang diterbitkan serta sudah

    barang tentu berhak atas biaya-biaya di dalam melakukan jasa pembayaran L/C

    sesuai dengan yang telah diatur di dalam UCP33

    .

    Apabila bank yang pertama-tama kali mempunyai kewajiban untuk

    membayar tidak dapat melakukan pembayaran, maka si Penjual tidak punya

    31

    Jefferson Kameo, op cit, hal 72-73

    32 Tebusan yang dilakukan dari bank yang satu kepada bank yang lain (bank to bank

    reimbursemen) diatur, dan itu berarti dikenal, oleh UCP. Apabila bank yang seharusnya

    melakukan penebusan (the reimbursing bank), yang pada umumnya adalah bank lain selain

    bank penerbit, tidak dapat memenuhi pembayaran itu, maka bank penerbit harus memenuhi

    pembeyaran penebusan tersebut kepada bank pengadvis. Menurut UCP, bank pengadvis itu

    adalah bank yang berhak untuk minta penebusan tersebut, dan dalam hal ini bank pengadvis

    yang meminta penebusan itu disebut sebagai bank yang berhak menuntut pembayaran

    penebusan (the claiming bank).

    33 Jefferson Kameo, op cit, hal 78-79.

  • 40

    kewajiban untuk menuntut pembayaran dari bank yang lain sebelum si Penjual

    menggugat si Pembeli ke pengadilan34

    .

    Bank pengadvis apabila ia juga merupakan suatu bank yang menjadi bank

    pengonfirmasi berkewajiban untuk membayar kredit yang telah diterbitkan oleh

    bank penerbit apabila dokumen-dokumen itu isinya bersesuaian dengan yang telah

    dipersyaratkan, tidak perduli apakah ada pelanggaran atau tidak ada pelanggaran

    terhadap perjanjian jual-beli. Hak-hak dan kewajiban bank pengadvis apabila bank

    itu melakukan akseptasi terhadap wesel atau drafts begitu dokumen-dokumen itu

    diunjukkan dan belakangan nanti ternyata ditemukkan tidak cocok dengan kredit

    yang telah diterbitkan adalah sama dengan ketika si bank penerbit melakukan

    akseptasi yang sama35

    .

    34

    Jefferson Kameo, Ibid, hal 80

    35 Jefferson Kameo, Ibid, hal 88