bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teoritis 1. imunisasi...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Imunisasi Dasar
Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus,
Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada padanya.
Sistim kekebalan tersebut sudah dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menahan masuknya zat asing secara berlapis-lapis. Kulit adalah benteng pertahanan
tubuh yang paling luar sehingga meskipun setiap hari manusia hidup bermilyar-
milyar bekteri di atas kulit, namun manusia tetap dapat hidup sehat. Selain kulit ada
lapisan lender dan bulu-buiu halus di saluran pernafasan yang dapat menangkap
kuman atau zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Di dalam darah juga terdapat sel-
set darah putih dan sel-sel pertahanan lainnya yang mampu membunuh kuman yang
masuk ke dalam tubuh. Jadi, sebenarnya tubuh manusia memiliki pertahanan sistem
pertahanan atau kekebalan yang sangat baik dan teratur.2)
Imunisasi yaitu suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh. Untuk melindungi diri terhadap
mikroorganisme, di dalam tubuh manusia itu sendiri sudah ada system pertahanan
yaitu imunisasi yang terdiri dari imunisasi bawaan dan imunisasi didapat. Imunisasi
bawaan dimiliki manusia sejak lahir namun bersifat Spesifik artinya mekanisme
pertahanan tubuh tergantung dari berbagai keadaan struktur jaringan dan carier tubuh
tergantung pada kontak dengan antigen. Sedangkan imunisasi didapat bersifat
spesifik yang mekanisme pertahanannya tergantung pada kontak dengan antigen.
Antigen yaitu suatu zat yang jika masuk ke dalam tubuh akan merangsang
pembentukan anti bodi dan zat antibody ini bereaksi secara ckas.
Imunisasi juga berarti membawa obat yang disebut "Vaksin" disuntikkan ke
dalam tubuh atau di telan (Vaksin Polio) untuk melindungi terhadap kemungkinan
serangan dari kuman-kuman. Penyakit yang dicegah dengan imunisasi adalah : TBC,
Dipteri, Pertusis (Batuk rejan), Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis.2)
Adapun jenis jenis imunisasi adalah :
a. Imunisasi BCG
Untuk mencegah timbulnya Tuberculosis (TBC) dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCG adalah singkatan dari (Bacillus Calmette Guerin). Nama ini
diambil dari nama penemu kuman, yaitu Calmette dan Guerin yang digunakan
dalam pembuatan Vaksin BCG. Imunisasi ini digunakan dengan cara
menyuntikkan Vaksin BCG ke dalam tubuh anak melalui lengan kanan bagian
atas (Regio deltoid) segera setelah bayi lahir sampai usia kurang lebih dua bulan,
Vaksin ini diberikan satu kali untuk mencegah penyakit TBC
b. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah penyakit Dipteri, Pertusis,
Tetanus. Imunisasi ini diberikan tiga kali, pertama kali diberikan bersama BCG
dan Polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masingrnasing 4
minggu (1 bulan). Imunisasi ulangan dapat dilakukan satu tahun setelah
imunisasi ketiga dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Imunisasi
ini diberikan dengan cara disuntikkan di lengan atas atau paha.
c. Imunisasi Polio
Imunsasi Polio di Indonesia dilakukan dengan cara meneteskan Vaksin kemulut
anak. Vaksin ini pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada
usia dua bulan. Kemudian diulang dengan jarak kurang lebih 4 minggu sebanyak
4 kali. Imunisasi ulangan dilakukan satu tahun setelah imunisasi Dasar ke 4 dan
saat masuk SD (6-7tahun). Vaksin ini dapat mencegah penyakit Poliomielitis
(Penyakit kelumpuhan pada anak).
d. Imunisasi Campak
Imunisasi Campak berguna untuk mencegah penyakit Campak yang disebabkan
oleh virus morbili yang menular lewat air liur sewaktu penderita batuk atau
kontak secara aktif. Vaksin Campak mengandung Virus Campak yang sudah
dilemahkan. Imunisasi ini di berikan melalui suntikan sebanyak 1 kali ketika
anak umur 9 bulan.
e. Imunisasi Hepatitis
Saat ini dikenal 5 jenis virus penyebab Penyakit Hepatitis yaitu : Virus hepatitis
A(VHA), Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis D, Virus Hepatitis Non A dan Non
B (VHNANB) yang terdiri dari virus Hepatitis C (VHC) dan Virus Hepatiti E
(VHE) terdapat perbedaan antara kelima jenis virus tersebut. Imunisaasi aktif
maupun pasif ini diberikan dimulai sedini mungkin sejak bayi lahir. Imunisasi
ini diberikan sebanyak 3 kali yang bertujuan untuk mencegah dan menurunkan
angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oteh virus Hepatitis. Penyakit
hepatitis yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah Hepatitis A dan B.6)
f. Imunisasi lengkap adalah
BCG 1x, DPT 3 x, Polio 4 x, Campak 1x, Hepatitis B 3x
2. Karakteristik Ibu
a. Umur
Hubungan antara umur ibu dengan cakupan imunisasi Dasar pada anak sangat
berpengaruh besar. Dan studi Literatur diketahui Umur ideal untuk mendapatkan
anak (usia reproduksi sehat ) adalah 20 - 30 tahun.
Umur ibu sangat mempengaruhi kesehatan anak, karena ibu terlalu muda
mempunyai resiko melahirkan dan belum begitu paham untuk merawat bayi,
apabila ibu terlalu tua juga mempunyai resiko melahirkan dan biasanya bayi itu
tidak terlalu diperhatikan karena ibu harus memperhatikan anak yang agak besar
dan biasanya ibu malu membawa anaknya untuk di imunisasi.8)
b. Pendapatan
Tingkat pendapatan juga menentukan pola makan apa yang dibeli dengan uang
tersebut. Orang miskin akan membelanjakan sebagian besar uangnya atau
pendapatannya untuk membeli makanan dan sebagian lainnya untuk menjaga
kesehatannya. Pndapatan ini sangat berkaitan dengan pemberian imunisasi dasar
karena biasanya pada orang yang mampu ia akan mengimunisasikan anaknya ke
Dokter atau bidan jadi mereka perlu biaya.
c. Pendidikan
Latar belakang pendidikan orang tua baik kepala keluarga ataupun istri
merupakan salah satu unsur penting dalam mewariskan setatus kesehatan bagi
anak-anak mereka. Hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan
kesehatan anak telah banyak diungkapkan para ahli. Dalam hal ini pendidikan
ibu sangat mempengaruhi kesehatan dan kekebatan anak. Pada ibu yang
pendidikannya tinggi, maka ibu mengetahui tentang manfaat imunisasi dasar
pada anak dan ibu mau membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan
imunisasi dasar.7)
3. Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Praktik) Ibu Terhadap Imunisasi Dasar
1). Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses peningderaan
manusia terhadap suatu obyek dan pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
pengalaman yang berasal dari berbagai mcam sumber misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media postes, kerabat dekat,
dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif ini mempunyai 6 tingkat, yaitu : 8)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
cara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran Pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian tau responden.11)
2). Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup dengan kata lain sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan pre disposisi tindakan atau perilaku.4)
Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada
perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap
seseorang dapat menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil
oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang
dihadapkan kepadanya. Jadi dengan mengetahui sikap seseorang, orang akan
mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang
bersangkutan.8)
Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yang dapat dinilai, yakni :
a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, persepsi, ide dan konsep
terhadap suatu obyek.
b. Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berkaitan
dengan rasa senang dan rasa tidak senang terhadap obyek sikap.
c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component) yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap atau berperilaku
seseorang atau kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek sikap (trend to
behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh, seorang ibu telah
mendengarkan penyakit TBC, Defteri, Pertusis, Tetanus, Campak ibu takut karena
(penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan
membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena penyakit
tertentu. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga
ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya
anaknya tidak terkena penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.8)
3). Praktik (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
dan faktor dukungan dari pihak lain. Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung dengan observasi tindakan atau kegiatan responden. Praktek adalah
merupakan sikap yang diekspresikan (expressed attitdes) yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Orang tidak akan bisa mengukur sikap secara langsung,
maka yang diukur adalah sikap yang menampak, dan sikap yang menampak
adalah juga praktik. Karena itu bila orang dapat menetralisir pengaruh terhadap
praktik, maka dengan jelas bahwa sikap mempunyai kaitan dengan praktik.
Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang
lain13).
4). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
Perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-
kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan. (restrining forces)
Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut didalam diri seseorang14).
Ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang
itu yakni :
1. Kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus –stimulus
yang mendorong untuk terjadi perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini
berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan, misalnya seorang ibu mempunyai balita disuruh
mengimunisasikan anaknya. Takut karena efeknya setelah diimunisasi
reaksinya bayi panas. Dapat berubah perilakunya (ikut mengimunisasikan
anaknya) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya imunisasi diberikan
pengertian dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh
tersebut di atas dengan pemberian pengertian bahwa imunisasi itu penting
sebab imunisasi bisa memberi kekebalan terhdap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi sehingga ibu balita tersebut bisa terjadi perubahan perilaku
pada ibu balita tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat juga menurun dengan keadaan semacam ini
jelas ibu balita akan terjadi perubahan perilaku seperti pada contoh diatas.
Juga, penyuluhan tentang imunisasi antara manfaat dan reaksi tentang
imunisasi diberikan dengan jelas sehingga akan meningkatkan kekuatan
pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan terhadap ibu balita.
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka dibuat kerangka teori
sebagai berikut :
Karakteristik ibu a. Umur b. Pendapatan c. Pendidikan
Jumlah Imunisasi yang didapat oleh Bayi umur 9 – 11
bulan
Pelayanan kesehatan dan
sarana prasarana
Motivasi dan dukungan masyarakat
Perilaku a. Pengetahun b. Sikap c. Praktik Ibu
Status Imunisasi Bayi
Bagan: Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi dasar
lengkap.
Sumber: Modifikasi Skema H.L. blum & Lawrence Green, cid Soekidjo Noto
Atmodjo (1997)
C. Kerangka Konsep
Karakteristik Umur Pendapatan Pendidikan
Perilaku Imunisasi Pengetahuan Sikap Praktik
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur ibu deng
2. Ada hubungan antara pendapatan de
3. Ada hubungan antara pendidikan ib
4. Ada hubungan antara pengetahuan i
5. Ada hubungan antara sikap ibu tent
6. Ada hubungan antara praktik ibu ter
Jumlah Imunisasi yang didapatoleh bayi umur 9 – 11 bulan
an jumlah imunisasi keluarga.
ngan jumlah imunisasi.
u dengan jumlah imunisasi.
bu dengan jumlah imunisasi.
ang imunisasi dengan jumlah imunisasi.
hadap imunisasi dengan jumlah imunisasi.
7. Ada hubungan antara jumlah imunisasi yang didapat bayi umur 9-11 bulan
dengan jumlah imunisasi.