bab ii tinjauan pustaka a. ilmu gigi tiruan lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. bab...

30
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasan Ilmu gigi tiruan lepasan (removable denture) adalah ilmu gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi dan mukosa yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien. Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan adalah untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, estetis, bicara, membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal, memperbaiki oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak yang masih ada agar tetap sehat (Wahjuni, 2017:2). Menurut Gunadi (1991), gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan lengkap lepasan. B. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan 1. Definisi Gigi Tiruan Lengkap Lepasan Menurut Haryanto A. Gunadi (1991), gigi tiruan lengkap lepasan (Full Denture Prosthodontics) adalah suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah tak bergigi. Menurut Kenneth J. Anusavice (2004), gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur- struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah yang terdiri dari gigi-gigi tiruan yang diletakkan pada

Upload: others

Post on 25-Mar-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasan

Ilmu gigi tiruan lepasan (removable denture) adalah ilmu gigi tiruan

yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli

yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau

kombinasi gigi dan mukosa yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien.

Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan adalah untuk mengembalikan

fungsi pengunyahan, estetis, bicara, membantu mempertahankan gigi yang

masih tertinggal, memperbaiki oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak

yang masih ada agar tetap sehat (Wahjuni, 2017:2). Menurut Gunadi (1991),

gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: gigi tiruan sebagian

lepasan dan gigi tiruan lengkap lepasan.

B. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

1. Definisi Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Menurut Haryanto A. Gunadi (1991), gigi tiruan lengkap lepasan

(Full Denture Prosthodontics) adalah suatu restorasi bila satu atau kedua

lengkung rahang sudah tak bergigi. Menurut Kenneth J. Anusavice

(2004), gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang

dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-

struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan

rahang bawah yang terdiri dari gigi-gigi tiruan yang diletakkan pada

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

7

basis protesa, yang mendapat dukungan melalui kontak erat dengan

jaringan mulut dibawahnya. Menurut Narlan Sumawinata (2004), gigi

tiruan penuh merupakan gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi asli

yang sudah hilang dan biasanya tanpa menyertakan molar ketiga.

2. Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Menurut David M. Watt (1992), tujuan pembuatan gigi tiruan lengkap

lepasan adalah:

a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki

atau mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetik.

b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh

keadaan edentuluos.

3. Prinsip Dasar Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan terdapat prinsip dasarnya,

yaitu:

a. Pemeliharaan tulang alveolar

Daerah pendukung diusahakan seluas mungkin sehingga beban

yang diterima kecil. Hal ini dapat menjamin pemeliharaan sisa

alveolar ridge. Daerah pendukung gigi tiruan dibagi menjadi 3

bagian, dukungan primer, yaitu: daerah yang menerima beban

oklusal secara tegak lurus. Biasanya daerah ini tidak mudah

mengalami resorbsi. Dirahang atas terdapat di ridge posterior dan

palatum yang datar, sedangkan dirahang bawah pada shelf bukal,

ridge posterior dan retromolar pad. Daerah ridge anterior atas dan

bawah, serta seluruh lereng ridge disebut dukungan sekunder mudah

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

8

mengalami resorbsi. Dukungan lainnya disebut dukungan tambahan,

yaitu seluruh vestibulum yang jaringannya mudah bergerak. Ini

sangat diperlukan untuk peripheral seal.

1) Pentingnya menutupi shelf bukal

Shelf bukal merupakan derah dukungan primer yang tidak

mudah mengalami resorbsi. Bila linggirnya datar, otot

buksinator sering melekat dekat dengan puncak linggir. Otot

ini dapat ditutupi oleh gigi tiruan karena otot ini relatif lemah

dan tidak aktif. Fungsi otot ini dalam arah horizontal. Daerah

shelf bukal ini merupakan satu-satunya dukungan linggir yang

datar (Soebekti, 1995:2). Pentingnya menutupi tepi-tepi gigi

tiruan disesuaikan dengan bentuk fungsional sulkus, sehingga

dapat dihasilkan suatu penutupan fasial yang baik serta dicapai

retensi fisik maksimal (RM Basker, 1994:127).

2) Pentingnya menutupi retromolar pad

Retromolar pad adalah jaringan ikat mukosa yang terdapat

di sebelah distal molar tiga. Daerah ini merupakan dukungan

primer karena jarang mengalami resorbsi. Bila linggirnya datar

dan peripheral seal sulit diperoleh, dapat dilakukan

pengerokan model sedalam 1,5 mm dan lebarnya 1,5 mm. Di

lateral dari retromolar pad adalah daerah yang dipengaruhi

oleh otot maseter. Otot ini besar dan kuat, serta aktifitasnya

mengangkat dan menutup madibula. Daerah distobukal gigi

tiruan harus betul-betul dibentuk peripheral seal. Bila otot

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

9

maseter aktif, bentuk sayap distobukalnya aktif, sedangkan bila

tidak terlalu aktif bentuk sayapnya cembung (masseter groove)

(Soebekti, 1995:2). Pengerokan model hanya dapat dilakukan

sedalam 1,5mm dan lebarnya 1,5mm, hal ini dikarenakan

retromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm.

Apabila pengerokan dilakukan lebih dalam, pasien akan

merasakan kesakitan pada saat pemakaian gigi tiruan karena

penekanan yang berlebih dan akan menyebabkan iritasi pada

daerah yang dilakukan pengerokan tersebut (Machmud, dkk,

1999:3).

b. Retensi

Retensi sangat ditentukan oleh hubungan antara basis gigi tiruan

dengan mukosa pendukung dibawahnya. Kontak yang rata dan baik

antara basis gigi tiruan dan mukosa sangat diperlukan untuk retensi

yang optimal. Adanya saliva antara mukosa dan basis gigi tiruan

menyebabkan terjadinya daya adhesi, kohesi, tegangan permukaan,

peripheral seal serta tekanan atmosfer. Peripheral seal penting

dalam memelihara udara dari gangguan pengaruh tekanan peripheral

seal. “Border Molding” merupakan satu-satunya jalan dalam

memperoleh peripheral seal. Undercut yang menguntungkan dapat

menambah retensi. Biasanya terdapat di daerah retromylohyoid

(Soebekti, 1995:2).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

10

c. Stabilisasi

Peran stabilisasi terjadi selama gigi tiruan digunakan untuk

berfungsi. Agar gigi tiruan stabil perlu adanya retensi yang baik,

posisi gigi geligi serta oklusi dan artikulasi yang seimbang, bentuk

permukaan poles yang sesuai dengan aktivitas otot-otot orofacial,

pengendalian dan koordinasi yang baik dari otot-otot, serta posisi

bidang oklusal yang benar (Soebekti, 1995:2).

d. Memberikan penampilan yang wajar (estetik baik)

Penampilan yang alami dapat diperoleh mulai dari saat

mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan yang dapat mengembalikan

dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi bervariasi, tergantung dari

hilangnya sisa alveolar. Ketebalan yang optimal dapat diperoleh

waktu melakukan border molding (Soebekti, 1995:2).

C. Retensi dan Stabilisasi

1. Retensi

Retensi merupakan suatu pertahanan terhadap gaya vertikal yang

hendak melepaskan basis gigi tiruan dari kedudukannya. Retensi

memiliki faktor-faktor, seperti: adhesi, kohesi, viskositas saliva dan

lidah. Gigi tiruan menjadi longgar karena retensinya kurang, selain itu

terjadi masalah pada jaringan pendukung sehingga gigi tiruan menjadi

longgar seperti prosesus alveolaris anterior rahang atas yang kecil

sehingga memungkinkan gigi tiruan bergerak. Retensi yang kurang baik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

11

dapat pula terjadi karena tidak adanya postdam pada gigi tiruan rahang

atas (Watt, 1992:54).

Faktor-faktor retensi yang pada gigi tiruan lengkap lepasan yaitu:

a. Adhesi

Kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul yang berbeda,

seperti saliva dan resin akrilik atau saliva dan mukosa (Basker,

1994:50).

b. Kohesi

Kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul yang sama

(Basker, 1994:50). Kekuatan kohesi mempertahankan keutuhan

lapisan tipis saliva, sehingga kekuatan antar molekul-molekul yang

membentuk rantai antara basis gigi tiruan dan mukosa yang

cenderung menahan gigi tiruan pada posisinya (Arpa, 2017:3).

c. Peripheral seal

Efektifitas peripheral seal mempengaruhi sifat retentif dari tekanan

atmosfer. Pentingnya penutupan tepi yang kedap udara di sekeliling

gigi tiruan tidak dapat diabaikan (Watt, 1992:58).

d. Perluasan basis

Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang

ditutupi oleh basis gigi tiruan. Basis dibuat seluas mungkin tetapi

tetap memperhatikan bagian mukosa bergerak dan tidak bergerak

sehingga tidak mengganggu perlekatan otot atau frenulum. Tepi

sayap membulat serta mengisi penuh vestibulum (Watt, 1992:59).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

12

e. Pembuatan postdam

Postdam diletakkan tepat di sebelah anterior garis getar dari

palatum molle dekat fovea palatine. Postdam bertindak mencegah

terlepasnya gigi tiruan bila goyang saat digunakan untuk makan.

(Watt, 1992:61).

2. Stabilisasi

Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil

pada tempatnya dan tidak berubah posisinya akibat tekanan kunyah saat

berfungsi. Ketidakstabilan pada gigi tiruan membuat pemakai gigi tiruan

merasa tidak nyaman. Stabilisasi berkaitan dengan penyusunan gigi

tiruan serta oklusi dan artikulasi (Thomson, 2007:247).

D. Resin Akrilik

1. Definisi Resin Akrilik

Resin akrilik adalah resin transparan dengan kejernihan luar biasa,

warna serta sifat optik tetap stabil dibawah kondisi mulut yang normal

dan secara klinis cukup stabil terhadap panas (Naini, 2011:1). Terdapat

beberapa macam resin akrilik yang berbeda cara polimerisasinya yaitu

pada tahap aktivasinya, sehingga dibedakan menjadi resin akrilik heat-

cured, resin akrilik self-cured, resin akrilik kuring gelombang mikro dan

resin akrilik kuring sinar tampak. Resin heat-cured adalah tipe resin yang

biasa digunakan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

13

2. Kelebihan dan kekurangan

Menurut Haryanto A. Gunadi (1991), terdapat kelebihan dan kekurangan

dari pemakaian bahan resin akrilik sebagai basis gigi tiruan, yaitu:

a. Kelebihan resin akrilik

1) Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga

memenuhi faktor estetik

2) Dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah

3) Relatif lebih ringan

4) Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah

5) Harganya murah

b. Kekurangan resin akrilik

1) Penghantar termis buruk, resin akrilik memiliki konduktivitas

termal yang rendah

2) Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan,

pemakaian maupun reparasi

3) Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian

4) Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut,

mempengaruhi stabilitas warna

5) Kulkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis

resin, karena faktor tersebut pada butir 3 dan 4

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

14

E. Tulang Alveolar

1. Definisi Tulang Alveolar

Tulang alveolar adalah bagian dari maxilla dan mandibula yang

membentuk dan mendukung soket gigi (alveoli). Tulang alveolar

terbentuk pada saat gigi erupsi untuk menyediakan perlekatan tulang pada

ligamen periodontal (Varma & Nayak, 2002).

2. Bentuk Linggir

Menurut Itjiningsih (1991), tinggi/sedang atau cukup/sedang/datar linggir

tergantung pada bentuk tulang dan ada tidaknya resorpsi. Apabila tinggi

linggir makin kokoh membuat mantap gigi tiruan yang kita buat. Namun,

ketinggian linggir akan mempengaruhi besar ruang antar rahang.

Bentuk linggir dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Bentuk “U” (Gambar 2.1)

Dimana permukaan labial atau bukal sejajar dengan

permukaan lingual atau palatal.

b. Bentuk “V” (Gambar 2.2)

Dimana ridge dengan puncak sempit, dan kadang-kadang

tajam seperti pisau.

c. Bentuk “Jamur atau Bulbous” (Gambar 2.3)

Dimana bentuknya membesar atau melebar di puncaknya.

Bentuk jamur berleher dan menimbulkan undercut.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

15

Gambar 2.1 Bentuk Tulang U (Wurangian, 2013)

Gambar 2.2 Bentuk Tulang V (Wurangian, 2013)

Gambar 2.3 Bentuk Tulang Jamur atau Bulbous (Wurangian, 2013)

3. Resorbsi Tulang Alveolar

Resorbsi tulang adalah masalah yang sering terjadi secara

fisiologik dan patologik, serta aktivitas osteoklas yang terlalu besar

daripda osteoblast (Carranza, 2002). Resorbsi tulang alveolar merupakan

masalah yang sering terjadi pada penderita edentulous, baik rahang bawah

maupun rahang atas (Nurtani, 2005:1).

4. Linggir Datar

a. Definisi linggir datar

Linggir datar merupakan resorbsi tulang alveolar (linggir) yang

berlebih pada rahang tanpa gigi dan ditemukan pada pasien yang

sudah lama kehilangan gigi (Yanda, 2016:1).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

16

b. Penyebab linggir datar

Pencabutan gigi menyebabkan hilangnya jaringan periodontal,

sehingga menyebabkan perubahan pola penerimaan beban dan tekanan

pada tulang alveolar yang menjadi lebih besar secara vertikal maupun

horizontal. Hal ini merupakan penyebab utama terjadinya proses

resorbsi yang berlebih dan menjadi datar (Pridana, 2017:1).

c. Penyusunan

Resorbsi yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan pada bentuk

dan ukuran tulang alveolar (linggir). Perubahan bentuk dan ukuran

yang terjadi pada tulang alveolar (linggir) dapat memengaruhi retensi

dan stabilitas gigi tiruan. Hal ini dapat menyebabkan fungsi gigi

tiruan lengkap kurang baik dan terjadi oklusi yang tidak seimbang,

66% usia lanjut mengeluhkan gigi tiruan lengkap yang mereka pakai

tidak nyaman dan tidak cekat (Yanda, 2016:1). Ukuran tulang

alveolar (linggir) dapat memengaruhi retensi dan stabilisasi gigi

tiruan penuh karena dapat mengalami perubahan yang disebabkan

resorbsi dan lamanya edentulous (Rizki, 2019:1).

Pembuatan gigi tiruan pada pasien dengan linggir datar

memerlukan teknik khusus dalam pencetakan sehingga bisa

didapatkan retensi dan stabilisasi yang baik dari jaringan sekitarnya.

Pembuatan beading atau pengerokan model kerja sedalam 1,5 mm

dan lebarnya 1,5 mm pada daerah ujung retromolar pad merupakan

salah teknik untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi pada

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

17

pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan akrilik pada linggir datar

(Soebekti, 1995:2).

5. Faktor Penyebab Resorbsi Tulang Alveolar

a. Faktor anatomis

Anatomi mandibula berbeda dengan maksila. Perbedaan yang

mencolok bisa dikaitkan dengan resorbsi tulang alveolar pada kedua

rahang ini adalah kondisi cancellous atau yang bisa disebut tulang

trabeculae atau spongiosa memanjang diantara cortical plates pada

kedua rahang.

b. Faktor biologis

Dalam faktor biologis meliputi:

1) Nutrisi, meliputi metabolisme kalsium, fosfor dan protein.

2) Vitamin, antara lain vitamin C membantu dalam pembentukan

matriks tulang, vitamin D berperan melalui pengaruhnya dalam

kecepatan absorbs kalsium di usus halus dan dalam asam sitrit

tulang dan vitamin B untuk metabolisme normal sel termasuk

tulang.

3) Pengaruh hormonal, seperti hormon tiroid mempengaruhi

kecepatan metabolisme sel pada umumnya.

c. Faktor mekanisme atau fungsional

Faktor fungsional meliputi frekuensi, intensitas, durasi dan arah gaya

tekan. Faktor ini bersifat fisiologis atau patologis dan diwujudkan

dalam aktifitas biologis sel sehingga memungkinkan remodeling atau

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

18

resorbsi tulang alveolar yang besarnya akan tergantung pada daya

tahan individu terhadap gaya tersebut.

d. Faktor lain

Pada maksila, besarnya resorbsi tulang alveolar dipengaruhi oleh

jumlah gigi antagonis yang tersisa. Dalam jangka waktu lima tahun,

resorbsi akan lebih berat pada pasien dengan gigi yang tersisa hanya

di anterior bawah jika dibandingkan bila lebih banyak gigi bawah

yang masih ada. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi resorbsi tulang alveolar. Perempuan akan mengalami

resorbsi tulang alveolar lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Hal

ini disebabkan perempuan cenderung (secara umum) memiliki rangka

lebih kecil dan wajah lebih pendek dibandingkan pria.

Tinggi tulang alveolar merupakan ukuran vertikal tulang alveolar

maksila maupun mandibula. Pengukuran vertikal tulang alveolar

dilakukan dengan menggunakan kaca mulut (diameter 20 mm) non

disposable berbahan stainless. Pengukuran dilakukan dengan cara

meletakkan kaca mulut di vestibulum bukan pada daerah yang telah

kehilangan gigi. Apabila kehilangan gigi lebih dari satu, maka tinggi

tulang alveolar ditentukan dari keadaan yang paling parah.

Hasil dari pengukuran tersebut kemudian dikelompokan menjadi:

a. Tinggi, dikategorikan demikian jika tulang alveolar tinggi

melebihi diameter kaca mulut.

b. Sedang, dikategorikan demikian jika tulang alveolar tingginya

antara 1 2⁄ sampai 1 diameter kaca mulut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

19

c. Rendah, dikategorikan demikian jika tulang alveolar tingginya

kurang dari 1 2⁄ diameter kaca mulut.

Gambar 2.4 Katagori Tulang Alveolar (a) Tinggi, (b) Sedang, (c) Rendah (Mentari,

2013)

6. Klasifikasi Tulang Alveolar (Linggir)

Menurut Atwood (1963), membaginya atas enam kelas, yaitu:

tulang sebelum pencabutan, tulang pasca pencabutan, high, well-rounded,

knife edge, low well-rounded, depressed. Menurut Cawood dan Howel,

melakukan penyempurnaan terhadap klasifikasi tulang menurut Atwood,

yaitu (Gambar 2.5):

a) Klas I : Bergigi

b) Klas II : Segera pasca pencabutan

c) Klas III : Bentuk tulang well rounded (membulat), adekuat tinggi

dan lebarnya

d) Klas IV : Bentuk tulang knife edge (lancip seperti ujung pisau),

adekuat tinggi tetapi tidak adekuat secara lebar nya

e) Klas V : Bentuk tulang flat (datar)

f) Klas VI : Bentuk tulang depressed (cekung), dengan kehilangan

daerah basal

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

20

Gambar 2.5 Klasifikasi Tulang Menurut Atwood (Soebekti, 1995)

F. Jaringan Pendukung Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Menurut R.M Basker (1994:125), suatu gigi tiruan dibuat pada model

jaringan pendukungnya. Sebelum model ini didapat, lebih dahulu harus

diperoleh suatu cetakan atau bentuk negative dari jaringan-jaringan ini.

Gigi tiruan atas secara normal diperluas ke posterior mencapai garis

vibrasi yang merupakan pertemuan antara jaringan palatum lunak yang

bergerak dan jaringan yang tidak bergerak di sebelah anteriornya.

Gambar 2.6 Anatomi Permukaan Daerah Jaringan Pendukung Rahang Atas. Garis Vibrasi

Menunjukkan Perluasan Normal ke Posterior bagi Gigi Tiruan Rahang Atas.

(R.M Basker, 1994)

Gambar 2.7 Anatomi Permukaan Daerah Jaringan Pendukung Rahang Bawah. Garis tebal

Putus-putus Menunjukkan Perluasan Normal ke Posterior bagi Gigi Tiruan

Rahang Bawah. (R.M Basker, 1994)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

21

Gambar 2.8 Diagram Rahang Atas yang Menunjukkan Rata-ratas Sisa Gingival Palatal ke

Batas Tepi Sayap Gigi Tiruan dalam Horizontal di Daerah Insisif (A),

kaninus (B), premolar (C) dan molar (D) (pendekatan biometric). Garis (X/X),

yang melalui tepi posterior papilla insisiva, bisa digunakan sebagai pedoman

untuk menempatkanpuncak kaninus. (R.M Basker, 1994)

G. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

Tahap-tahap pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan (Itjiningsih, 1991:31-

187) adalah:

1. Pembuatan Sendok Cetak Perseorangan

Sendok cetak perorangan (SCP) adalah sendok cetak yang dibuat untuk

mendapatkan reproduksi daerah tak bergigi dari seluruh jaringan mulut,

khusus digunakan untuk pasien dan satu kali pakai pada satu kasus

(Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Sedok Cetak Perseorangan (Itjiningsih, 1991)

2. Desain Gigi Tiruan Lengkap

Desain gigi tiruan lengkap terdiri dari:

a. Penarikan garis tengah

Untuk rahang atas ditarik garis tengah dari frenulum labial atas,

kemudian pertemuan rugae palatine kiri dan kanan, dan titik tengah

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

22

antara kedua fovea palatine. Untuk rahang bawah, ditarik garis

tengah dari frenulum labial bawah kemudian ke titik tengah-tengah

rahang bawah, diteruskan ke frenulum lingual.

b. Penarikan garis puncak linggir

Pada rahang atas, ditarik garis puncak dari titik caninus atas ke titik

notch/lekukan pterygo maxillaries, kemudian ke titik pertemuan

puncak linggir anterior dengan titik tengah. Pada rahang bawah, garis

puncak ditarik dari titik caninus bawah, ke titik retromolar pad,

kemudian ke titik pertemuan puncak linggir anterior dengan garis

tengah.

3. Pembuatan Galangan Gigit

Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan

bidang oklusal, tinggi gigitan (dimensi vertical) dan oklusi sentrik.

Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat gigi tiruan lengkap lepasan

dengan media tanggul gigitan (galangan gigit). Galangan gigit dibuat

untuk menuntukan dimensi vertikal dan mendapatkan dukungan bibir dan

pipi pasien.

Prosedur pembuatan galangan gigit:

a. Permukaan model kerja diolesi could mould seal (CMS) atau

direndam air.

b. Selembar wax dipanaskan hingga lunak.

c. Wax lunak tersebut diletakkan diatas model kerja, lalu tekan sampai

beradaptasi dan mengikuti kontur model kerja.

d. Pertahankan hingga wax mengeras.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

23

e. Potong kelebihan wax sesuai batas gigi tiruan.

f. Rapihkan dan haluskan bagian tepinya.

g. Lepaskan baseplate dari model.

h. Buat garis proyeksi puncak ridge dimodel kerja dengan pensil.

Pedoman untuk rahang atas adalah hamular notch dan puncak gigi

caninus, rahang bawah adalah puncak caninus dan pertengahan

retromolar pad.

i. Letakkan kembali baseplate kemodel kerja.

1) Buat gulungan malam, bentuk menjadi suatu balok.

2) Letakkan diatas baseplate dan letakan lalu rapihkan.

3) Proyeksikan garis puncak ridge dan digambarkan pada wax rim

rahang atas dan rahang bawah.

Setelah galangan gigitan dibuat, tentukan ukuran dengan patokan

lebar galangan gigi anterior 5 mm dan posterior 8-10 mm, tinggi rahang

atas anterior 10-12 mm dan posterior 5-7 mm, rahang bawah anterior 6-8

mm dan posterior 3-6 mm, dan rasio lebar galangan gigit rahang atas 2:1

(bukal:palatal) dan rahang bawah 1:1 (bukal:lingual).

Gambar 2.10 Galangan Gigit (Itjiningsih, 1991)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

24

4. Penanaman Artikulator

Artikulator adalah alat mekanik tempat meletakkan model rahang atas

dan rahang bawah sekaligus memproduksi relasi rahang bawah terhadap

rahang atasnya. Artikulator digunakan untuk membantu kajian mengenai

oklusi dan dalam pembuatan suatu protesa atau restorasi.

Gambar 2.11 Artikulator (Itjiningsih, 1991)

5. Penyusunan Gigi

Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi

anterior atas hingga posterior atas dan gigi anterior bawah hingga

posterior bawah adalah (Tabel 2.1).

Tabel 1 Penyusunan Gigi (Itjiningsih, 1991)

No. Gigi Penyusunan

1. I1 Atas

a. Inklinasi gigi I1 atas membuat sudut

85º

b. Tepi incisal sedikit masuk palatal

c. Tepi incisal terletak diatas linggir

rahang dari bidang oklusal

2. I2 Atas

a. Inklinasi gigi I2 atas membuat sudut

80º

b. Tepi incisalnya 2 mm diatas bidang

oklusal

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

25

c. Bagian servikal lebih condong ke

palatal

d. Tepi incisal terletak diatas linggir

rahang dari bidang oklusal

3. C Atas

a. Inklinasi gigi C atas tegak lurus

bidang oklusi

b. Bagian servikal tampak lebih

menonjol dan ujung cusp lebih ke

palatal dan menyentuh bidang

oklusi

c. Ujung cusp terletak diatas linggir

rahang dari bidang oklusal

4. P1 Atas

a. Inklinasi gigi P1 atas tegak lurus

bidang oklusal

b. Cusp bukal menyentuh bidang

oklusi

c. Cusp palatal kira-kira 1 mm diatas

bidang oklusi

d. Developmental groove sentral

terletak diatas linggir rahang

5. P2 Atas

a. Inklinasi gigi P2 atas tegak lurus

bidang oklusal

b. Cusp bukal dan cusp palatal

terletak pada bidang oklusal

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

26

c. Developmental groove sentralnya

terletak diatas linggir rahang.

6. M1 Atas

a. Inklinasi gigi M1 atas condong

kedistal

b. Cusp mesio-palatal terletak pada

bidang oklusi

c. Cusp mesio-bukal dan disto-palatal

sama tinggi (kira-kira 1 mm diatas

bidang oklusi)

d. Cusp disto-bukal kira-kira 2 mm

diatas bidang oklusal.

7. M2 Atas

a. Inklinasi gigi M2 atas condong

kedistal

b. Cusp-cuspnya terletak pada bidang

oblique dari kurva antero-posterior

c. Permukaan bukal gigi M2 atas

terletak pada kurva lateral

(developmental groove sentral gigi

M1 M2 atas sejajar garis median)

8. I1 Bawah

a. Inklinasi gigi I1 bawah mesio-distal,

long axisnya membuat sudut 85°

dengan bidang oklusi dari tepi

incisal 1-2 mm di atas bidang

oklusal

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

27

b. Inklinasi antero-posterior bagian

servikalnya lebih kearah lingal,

serta dilihat dari bidang oklusal tepi

incisal terletak diatas linggir

rahang.

9. I2 Bawah

a. Inklinasi gigi I2 bawah mesio-distal,

long axisnya membuat sudut 80°

dengan bidang oklusi

b. Inklinasi antero-posterior, long

axisnya tegak lurus bidang oklusal,

bagian tepi incisal dengna bagian

servical sama jaraknya, tepi incisal

1-2 mm di atas bidang oklusal serta

dilihat dari bidang oklusal tepi

incisal terletak diatas linggir rahang

10. C Bawah

a. Inklinasi gigi C bawah mesio-distal,

long axisnya miring/paling condong

garis luar distalnya tegak lurus

bidang oklusal

b. Inklinasi antero-posterior gigi

condong ke lingual/bagian servikal

menonjol serta dilihat dari bidang

oklusal ujung cusp terletak di atas

linggir rahang; bagian kontak distal

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

28

berhimpit dengan garis linggir

posterior.

11. P1 Bawah

a. Inklinasi gigi P1 bawah mesio-

distal, porosnya tegak lurus bidang

oklusi

b. Inklinasi antero-posterior, cups

bukalnya di fosa sentral antara P1

dan C atas, serta dilihat dari bidang

oklusal, cusp bukalnya berada di

atas linggir rahang.

12. P2 Bawah

a. Inklinasi gigi P2 bawah mesio-

distal, porosnya tegak lurus bidang

oklusi

b. Inklinasi antero-posterior, cusp

bukal berada di fosa sentral gigi P1

dan P2 atas dan terlihat adanya

overbite dan overjet serta dilihat

dari bidang oklusal, cups buklanya

beada diatas linggir rahang.

13. M1 Bawah

a. Inklinasi gigi M1 bawah mesio-

distal, cusp mesio-bukal gigi M1

atas berada di groove mesio-bukal

gigi M1 bawah

b. Inklinasi anterior-posterior, cusp

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

29

bukal gigi M1 (holdingcusp) bawah

berada di fosa sentral gigi geraham

atas dan terlihat adanya overbite

dan overjet serta dilihat dari bidang

oklusla cusp bukal gigi geraham

bawah berada diatas linggir rahang

14. M2 Bawah

a. Inklinasi gigi M2 bawah antero-

posterior, serta dilihat dari bidang

oklusal, cusp bukalnya berada

diatas linggir rahang

6. Wax Contouring

Wax contouring atau waxing dari geligi tiruan adalah membentuk dasar

dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-

otot orofasial penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan

jaringan mulut.

Ketika mengukir harus diperhatikan:

a. Tonjolan akar, dengan mengukir bentuk-bentuk huruf V

b. Daerah servikal jangan ada “step” pada kontur gusi antara gigi

kaninus dan premolar-1 atas

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

30

c. Kontur gusi gigi anterior berbeda-beda, gigi kaninus atas yang

terpanjang, gigi lateral atas yang terpendek.

Gambar 2.12 Wax Contouring (Itjiningsih, 1991)

7. Flasking

Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture”

malam dalam suatu flask atau cuvet untuk membuat sectional mold. Mold

bagian bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian atas

dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah diatas denture malam. Metode

flasking ada 2 yaitu, holding dan pulling the casting

Metode yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan lengkap

lepasan adalah metode pulling the casting. Pulling the casting merupakan

metode yang dilakukan dengan gigi tiruan malam berada pada cuvet

bawah dan seluruh elemen gigi tiruan dibiarkan terbuka (tidak tertutup

plaster), sehingga setelah boiling out elemen gigi tiruan akan ikut ke

cuvet atas. Keuntungan menggunakan cara ini yaitu dalam mengulaskan

separating medium dan packing mudah, namun ketinggian gigitan sering

tidak dapat dihindari.

8. Pembuatan Postdam dan Beading

Postdam dibuat pada rahang atas pada AH-Line dan beading dibuat pada

rahang bawah yaitu melakukan pengerokan model kerja sedalam 1-1,5

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

31

mm pada daerah muccobucalfold. Pembuatan postdam dan beading

bertujuan untuk mendapatkan peripheral seal (Soebekti, 1995:3).

9. Packing

Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin

akrilik. Ada 2 metode yaitu, dry method dan wet method. Metode

packing yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan

adalah metode wet methode. Wet methode adalah cara mencampur

monomer dan polimer diluar mold dan bila sudah mencapai tahap dough

stage baru dimasukan kedalam mold.

Proses packing dengan wet methode mengalami 6 stadium:

a. Wet sand/sandy stage (campuran polimer dan monomer masih

basah)

b. Puddle sand (campuran polimer dan monomer seperti lumpur)

c. Stringy/sticky stage (campuran polimer dan monomer lengket)

d. Dough/packing stage (adonan tidak lengket dan siap dimasukkan

ke mold.

e. Rubbery stage (adonan kenyal seperti karet)

f. Stiff stage (adonan menjadi kaku dan lengket)

10. Curing

Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan

polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

32

Gambar 2.13 Diagram Curing (Itjiningsih, 1991)

11. Deflasking

Deflasking adalah melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari cuvet dan

bahan tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya

gigi tiruan dapat di remounting di artikulator kembali.

12. Pemasangan Kembali dan Pengasahan Selektif

a. Pemasangan kembali

Pemasangan kembali gigi dalam artikulator (remounting) bertujuan

untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigi

tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak. Hubungan oklusi

yang tidak harmonis, disebabkan oleh penyusutan bahan landasan

gigi tiruan akrilik setelah diproses, kesalahan waktu prosedur

packing resin akrilik, dan prosedur curing yang terlalu cepat

temperatur pemanasan yang terlalu tinggi.

Perubahan oklusi diperbaiki dengan cara:

1) Mengembalikan tinggi vertikal sesuai dengan tinggi vertikal

sebelum gigi tiruan diproses.

2) Memperbaiki oklusi eksentrik (working and balancing

occlusion)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

33

3) Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal

guide pin berkontak dengan meja incisal dalam hubungan

sentris.

b. Pengasahan selektif

Pengasahan selektif ialah modifikasi permukaan oklusal gigi-gigi

dengan mengasahnya pada tempat selektif/terpilih sesuai dengan

peraturan yang berlaku sampai incisal guide pin berkontak dengan

meja incisal dalam hubungan sentris. Jangan melakukan pengasahan

pada bagian cusp palatal gigi-gigi atas dan cusp bukal gigi-gigi

bawah atau holding cusp yang mempertahankan dimensi vertikal.

13. Penyelesaian Gigi Tiruan

Penyelesaian gigi tiruan adalah menyempurnakan bentuk akhir gigi

tiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan,

sisa-sisa resin akrilik atau stone yang tertinggal sekitar gigi dan tonjolan-

tonjolan akrilik pada permukaan landasan gigi tiruan akibat dari

processing (Gambar 2.14).

Gambar 2.14 Penyelesaian Gigi Tiruan (Itjiningsih, 1991)

14. Pemolesan Gigi Tiruan

Pemolesan gigi tiruan adalah menghaluskan dan mengkilapkan gigi

tiruan tanpa mengubah konturnya. Gunakan brush wheel (hitam)

dengan bahan pumice basah untuk menghaluskan dan gunakan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

34

ragwheel (putih) dengan bahan CaCo3 untuk mengkilapkan (Gambar

2.15).

Gambar 2.15 Pemolesan (Itjiningsih, 1991)

Gambar 2.16 Hasil Gigi Tiruan (Prabakaran, 2017)

H. Kegagalan dalam Pembuatan Gigi Tiruan

1. Jenis Kegagalan dalam Pembuatan Gigi Tiruan

a. Crazing (retak)

Menurut Craig R.G., dkk. (2002), monomer yang berlebih

menyebabkan bertambahnya jumlah residual monomer yang akan

mempengaruhi kekuatan resin akrilik. Sewaktu polimerisasi monomer

murni terjadi pengerutan sekitar 21% satuan volume. Bila terlalu

banyak monomer, kontraksi yang terjadi akan lebih besar sehingga

menyebabkan crazing (retak).

b. Granular porosity

Menurut Craig R.G., dkk. (2002), apabila polimer yang berlebih akan

mengakibatkan campuran bersifat kering, tidak dapat diatur, serta tidak

dapat mengalir ketika dilakukan penekanan. Jumlah monomer yang

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ilmu Gigi Tiruan Lepasanrepository.poltekkes-tjk.ac.id/214/3/6. BAB II_NOVIKA.pdfretromolar pad memiliki kompresibilitas sebesar 4 mm. Apabila pengerokan

35

tidak cukup mengikat seluruh butiran polimer dalam campuran yang

kering sehingga dapat terjadi efek granular pada permukaan gigi tiruan

yang biasa disebut granular porosity.

c. Protesa yang kasar

Bila polimer terlalu banyak, tidak semua polimer akan bereaksi dengan

monomer.

d. Shrinkage

Bila polimer terlalu sedikit dan monomer terlalu banyak.

2. Cara Menanggulangi Kegagalan dalam dalam Pembuatan Gigi Tiruan

Cara mengatasi masalah atau kegagalan yang terjadi pada tahap

manipulasi resin akrilik yaitu dengan cara memperhatikan perbandingan

antara polimer dan monomer yang sudah ditentukan pabrik yang tertera

pada kemasan.