bab ii tinjauan pustaka - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/793/4/bab...

33
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laparatomi 2.1.1 Definisi Laparatomi Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010). 2.1.2 Klasifikasi cara Pembedahan Laparatomi Menurut Jitowiyono (2010), ada 4 cara pembedahan Laparatomi yaitu: 1. Midline incision 2. Paramedian yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm) 3. Transverse upper abdomen incision yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy 4. Transverse lower abdomen incision yaitu insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi apendiktomy 2.1.3 Indikasi Menurut Jitowiyono (2010), ada 5 indikasi Pada pembedahan Laparatomy yaitu: 1. Trauma Abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Abdomen 2. Peritonitis 3. Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding) 4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar 5. Masa pada abdomen 2.1.4 Komplikasi Menurut Jitowiyono (2010), Pasca operasi dapat terjadi komplikasi yaitu: 1. Ventilasi paru tidak adekuat 2. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Laparatomi

    2.1.1 Definisi Laparatomi

    Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut

    (Jitowiyono, 2010).

    2.1.2 Klasifikasi cara Pembedahan Laparatomi

    Menurut Jitowiyono (2010), ada 4 cara pembedahan Laparatomi yaitu:

    1. Midline incision

    2. Paramedian yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang

    (12,5 cm)

    3. Transverse upper abdomen incision yaitu insisi di bagian atas, misalnya

    pembedahan colesistotomy dan splenektomy

    4. Transverse lower abdomen incision yaitu insisi melintang di bagian bawah

    ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi apendiktomy

    2.1.3 Indikasi

    Menurut Jitowiyono (2010), ada 5 indikasi Pada pembedahan

    Laparatomy yaitu:

    1. Trauma Abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Abdomen

    2. Peritonitis

    3. Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding)

    4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar 5. Masa pada abdomen

    2.1.4 Komplikasi

    Menurut Jitowiyono (2010), Pasca operasi dapat terjadi komplikasi

    yaitu:

    1. Ventilasi paru tidak adekuat

    2. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung

  • 10

    3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

    4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

    5.

    2.1.5 Perawatan Post Laparatomi

    Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang

    diberikan kepada pasien – pasien yang telah menjalani operasi pembedahan

    perut. Tujuan perawatan post laparatomi:

    1. Mengurangi Komplikasi akibat pembedahan

    2. Mempercepat penyembuhan

    3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

    operasi

    4. Mempertahankan konsep diri pasien

    5. Mempersiapkan pasien pulang

    (Jitowiyono 2010)

    2.1.6 Pengkajian Pasien Post Laparatomy

    Pengkajian yang dilakukan pada pasien post Lapatomy yaitu:

    1. Respiratory : bagaimana pernapasan, jenis pernapasan, bunyi napas

    2. Sirkulasi : tensi, nadi, respirasi, suhu, warna kulit, dan refil kapiler

    3. Persyarafan : tingkat kesadaran

    4. Balutan : tube, drainage, tanda infeksi

    5. Perawatan : monitor, cairan infus

    6. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan ventilasi

    7. Psikologis : kecemasan suasana hati setelah operasi (Jitowiyono 2010)

    2.2 Anestesi

    2.2.1 Definisi Anestesi

    Menurut Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846 Anestesi berasal

    dari Bahasa Yunani An : “tidak, tanpa” dan aesthetcs “persepsi,kemampuan

    untuk merasa”. Menurut Scott C. Littin pada tahun 2003 anestesi adalah

    hilangnya kepekaan terhadap nyeri melalui pemberian berbagai jenis obat /

  • 11

    abestetik (Maryunani, 2015). Anestesia adalah keadaan narkosis,

    analgesia,relaksasi dan hilangnya refleks. (Bruner & Sudarth, 2002).

    2.2.2 Petugas yang Memberikan Anestesi

    Teknik dan obat anestesi dipilih dan diberikan oleh orang yang

    berpengalaman dan terlatih, ahli anestesi (dokter dan perawat anestesi),

    berkolaborasi dengan ahli bedah dan pasien. Meskipun perawat bedah tidak

    memberikan obat anestesi perawat harus memiliki pengetahuan tentang

    interaksi obat-obatan, persiapan pasien sebelum anesthesia dan efek obat-

    obatan anestesi yang diberikan selama fase operasi untuk memberikan asuhan

    keperawatan yang efektif pada masa pasca pemulihan (Maryunani, 2015).

    2.2.3 Klasifikasi

    Anestesi dibagi menjadi dua kelas : anestetik yang menghambat

    sensasi di seluruh tubuh (anestesia umum) atau menghambat sensasi di

    sebagian tubuh (regional,epidural atau anestesia spinal) (Bruner & Sudarth,

    2002).

    Anestesi digolongkan menjadi anestesi umum dan regional (Kozier,

    2011). Anestesi di klasifikasikan berdasarkan efek yang ditimbulkan pada

    sensorium pasien (sistem saraf pusat) dan persepsi nyeri yaitu anestesi umum,

    lokal dan regional (Maryunani, 2015).

    2.2.4 Anestesi Umum

    Anestesi umum adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible

    karena inhibisi impulse saraf otak misalnya untuk bedah kepala, leher, klien

    yang tidak kooperatif. Menurut Lewis et al, anestesi umum adalah hilangnya

    sensasi disertai hilangnya kesadaran, relaksasi otot rangka, analgesia dan

    eliminasi respon somatik, otonom dan ekdokrin yang meliputi respon batuk,

    sendawa, muntah dan simpatis (Maryunani, 2015).

    Anestesi umum adalah anestetik yang menghambat sensasi di seluruh

    tubuh. Anestesi umum diberikan melalui 2 cara, bisa dilakukan secara

    inhalasi atau pun secara intravena (Bruner & Sudarth, 2002). Anestesi umum

  • 12

    adalah menghilangkan semua sensasi rasa dan kesadaran. Anesetesi umum

    bekerja dengan cara memblok pusat kesadaran di otak sehingga terjadi

    amnesia (kehilangan memori), analgesia (insesibilatas terhadap nyeri),

    hipnosis (tidur palsu), relaksasi (mengurangi ketegangan pada beberapa

    bagian tubuh) (Kozier, 2011)

    Menurut Bruner & Suddart, (2002) Anestesi umum diberikan secara

    inhalasi atau pun secara intravena. Anestesi inhalasi akan menghasilkan

    anestesia jika uapnya dihisap, anestesi intravena akan menghasilkan anestesi

    jika dilakukan tindakan intravena dengan cara menyuntikkan substansi ked

    alam vena.

    1. Anestesi Inhalasi

    Anestesi inhalasi merupakan metode anestesi yang paling dapat di

    kontrol karena intake dan eliminasi secara primer oleh paru. Obat yang biasa

    digunakan cairan volatile atau gas (Maryunani, 2015). Anestesi cair volatile

    diberikan melalui oksigen dan biasanya dengan oksida nitrat. Yang termasuk

    kelompok ini adalah seperti halotan, enfluran dan isoflura. Anestesia gas

    diberikan melalui inhalasi dan selalu dikombinasi dengan oksigen. Yang

    termasuk dalam kelompok ini adalah oksida nitrat dan siklopropane.

    2. Anestesi Intravena

    Anestesi umum juga dapat dilakukan dengan tindakan intravena

    dengan cara menyuntikkan substansi kedalam vena. Anestesi intravena sangat

    bermanfaat untuk prosedur operasi singkat dan kejadian mual dan muntah

    pasca operasi rendah.

    Menurut Maryunani, 2015 dalam pemberian Anestesi ada tahapan

    yang dilalui oleh pasien dari keadaan sadar hingga tertidur dan tidak

    merasakan lingkungan, Tahapan anestesi umum itu adalah

    1. Stadium 1 (stadium relaksasi / analgesia)

    Pada saat stadium ini pasien merasa pusing dan seakan-akan

    melayang, telinga merasa berdenging dan bising, kesadaran pasien masih ada

  • 13

    dan tidak bisa berbuat apa – apa, merasa seluruh badan lumpuh namun masih

    bisa menjawab pertanyaan. Tanda – tanda stadium ini adalah ukuran pupil

    normal, refleks pupil kuat, pernapasan tidak teratur tetapi masih normal, nadi

    tidak teratur sedangkan tekanan darah tidak berubah.

    2. Stadium 2 (stadium excitementn stadium delirium)

    Pada stadium ini pasien berontak, berusaha melepaskan kap bius,

    teriak berbicara, menyanyi, ketawa ataupun menangis.

    3. Stadium 3 (stadium anestesi pembedahan / stadium operasi)

    Pada stadium ini pasien tidak sadar, otot - otot rileks, ukuran pupil

    mengecil, relaksasi rahang, respirasi teratur penurunan pendengaran dan

    sensasi nyeri, denyut nadi dan tekanan darah normal

    4. Stadium 4 (stadium keracunan / bahaya)

    Pada stadium ini batang otak (medulla oblongata) menjadi lumpuh

    sehingga pernapasan berhenti.

    2.2.5 Anestesi Lokal

    Anestesi lokal adalah pembiusan lokal dengan disertai adanya

    hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil

    daerah tubuh) tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Anestesi

    lokal dilakukan untuk prosedur perawatan tertentu seperti operasi kecil oleh

    dokter gigi, biopsi kulit atau menjahit luka (Maryunani, 2015).

    Anestesi lokal (infiltrasi) adalah diinjeksikan ke area tertentu dan

    digunakan untuk prosedur pembedahan minor seperrti penjahitan luka kecil

    atau prosedur biopsi. Yang sering digunakan lidokain atau tetrakain 0,1 %

    (Kozier, 2011). Anestesia infiltrasi lokal adalah penyuntikan larutan yang

    mengandung anestetik lokal ke dalam jaringan pada bidang yang direncakan

    sebagai tempat inisisi (Bruner & Suddart, 2002).

  • 14

    2.2.6 Anestesi Regional

    Anestesi regional adalah pemutusan sementara transmisi impuls saraf

    ke dan dari area atau bagian tubuh tertentu, sehingga masih tetap sadar

    (Kozier, 2011). Anestesi regional adalah anestesia lokal dengan

    menyuntikkan agens anestetik di sekitar saraf sehingga area yang dipersarafi

    oleh saraf ini (Bruner & Suddart, 2002).

    Anestesi regional adalah obat yang menghilangkan sensasi pada area

    tubuh pada saat saraf / kelompok tertentu dihambat dengan pemberian

    anestesi lokal tanpa kehilangan kesadaran. Anestesi ini menghilangkan rasa

    pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan

    spinal atau saraf yang berhubungan dengannya (Maryunani, 2015)

    2.2.7 Obat dan Cara Pemberiannya

    Anestesi berdasarkan Obat dan Cara Pemberiannya dibedakan atas

    Anestesi umum, Anestesi regional, Anestesi spinal, Blok konduksi dan

    Anestesi infiltrasi lokal (Bruner & Suddart, 2002).

    1. Anestesi umum yang diberikan secara inhalasi yaitu kelompok Anestesi

    cair volatil : halotan, enfluran, isoflura di berikan melalui oksigen dan

    oksida nitrat dan kelompok Anestesia gas : oksida nitrat dan

    siklopropane. Anestesi umum yang diberikan secara intravena dengan

    cara menyuntikkan substansi kedalam vena (Anestesi Intravena).

    2. Anestesi regional adalah anestesia lokal dengan menyuntikkan agens

    anestetik di sekitar saraf sehingga area yang dipersarafi oleh saraf ini

    teranestesi.

    3. Anestesi lokal memblok saraf motorik paling lambat dan saraf simpatis

    palong cepat. Pasien dengan anestetik lokal masih bangun dan sadar

    tentang sekelilingnya.

    4. Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan

    memasukkan anestesia lokal ke dalam ruang subarakhnoid di tingkat

  • 15

    lumbal (L4 dan L5). Anestesi ini menghasilkan anestesia pada ekstremitas

    bawah, perineum dan abdomen bawah. Secara umum agen yang

    digunakan adalah prokain, tetrakain (pontocaine) dan lidokain

    (xylocaine) Pengkajian untuk anestesi spinal yaitu memantau tanda vital,

    sensasi kaki dan jari.

    5. Blok konduksi terdiri dari Blok epidural yang dicapai dengan

    menyuntikkan anestetik lokal ke dalam kanalis spinalis dalam spasium

    sekeliling dura mater. Blok pleksus brakialis yaitu anestesia pada lengan.

    Anestesia paravertebral yaitu anestesi pada saraf yang mempersarafi

    dada, dinding abdomen dan ektremitas. Blok transakral (kaudal) yaitu

    anestesi pada perineum dan abdomen bawah.

    6. Anestesia infiltrasi lokal adalah penyuntikan larutan yang mengandung

    anestetik lokal ke dalam jaringan pada bidang yang direncakan sebagai

    tempat inisisi.

    Obat anestesi berdasarkan Obat dan Cara Pemberiannya dibedakan

    atas Obat Premedikasi dan Obat Anestesi. Obat Premedikasi adalah obat yang

    diberikan selama periode sebelum dilakukannya induksi anestesia (Gwinnut,

    2011).

    1. Obat Premedikasi : Ansiolisis (untuk meredakan cemas) : benzodiazepin,

    Antasida (untuk meningkatkan pH serta mengurangi volume isi lambung)

    Ranitidine, omeprazole. metoelopramide, natrium sitrat oral, Analgesia

    (untuk pasien yang kesakitan sebelum operasi): morfin, fentanyl dan opiad.

    2. Obat anestesi : Anestesi intravena diberikan dengan cara menyuntikan

    obat anestesi kedalam intravena, obat dibawa oleh aliran darah ke

    sirkulasi serebral karena bersifat larut dalam lemak, cepat menembus

    sawar darah otak dan menyebabkan penurunan kesadaran. Obat anestesi

    inhalasi merupakan uap anestetik yang berdifusi ke dalam darah di

    kapiler-kapiler paru dan kemudian didistribusikan melalui sirkulasi

  • 16

    sistemik ke otak dan jaringan lain. Semua obat yang digunakan pada

    anestesi inhalasi menyebakan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi.

    Anestesi digolongkan menjadi anestesi umum dan regional. Anestesi

    umum adalah menghilangkan semua sensasi rasa dan kesadaran. Anestesi

    regional adalah pemutusan sementara transmisi impuls saraf ke dan dari area

    atau bagian tubuh tertentu, sehingga masih tetap sadar (Kozier, 2011).

    1. Anestesi umum diberikan melalui infusi intravena dan inhalasi gas melalui masker atau melalui endotrakea yang di masukan ke dalam trakea.

    2. anestesi regional diberikan melalui Anestesi permukaan (topikal) :

    lidokain (xylocaine) dan benzokain. Anestesi lokal (infiltrasi): lidokain

    atau tetrakain 0,1 %, Anestesi blok saraf: blok pleksus brakialis

    menimbulkan anestesia lengan, blok minor melibatkan saraf tunggal

    misalnya saraf fasial, Blok intravena (blok bier) digunakan untuk

    prosedur-prosedur yang melibatkan lengan pergelangan tangan dan tangan,

    Anestesi spinal (blok subaraknoid) : untuk area perineum atau rektum,

    hernia atau apendiktomi, seksio sesaria.

    Anestesi di klasifikasikan berdasarkan efek yang ditimbulkan pada

    sensorium pasien (sistem saraf pusat) dan persepsi nyeri yaitu anestesi umum,

    lokal dan regional (Maryunani, 2015).

    1. Anestesi umum dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui isapan gas bius

    (inhalasi), menyuntikkan cairan obat bius (intravena), dan memasukkan

    obat bius ke dalam rectum.

    a. Anestesi inhalasi (isapan gas bius)

    contoh obat anestesi inhalasi : Gas nitrous oxida, Haloten (flutane),

    Eter (etil eter), Klor etil, Trilene (triklor etilena), Ethrane, Penthrane

    b. Anestesi vena (suntikan vena)

    contoh obat anestesi intravena : Barbiturat, Narkotik (morphin sulfat,

    meperidine dan fentanil sitrate), Inovar, dan Ketamin

  • 17

    c. Anestesi rektum

    contoh obat anestesi rektum : Tribumetanol

    2. Anestesi Lokal diberikan dengan cara topikal dan infiltrasi lokal

    a. Anestesi topikal

    Contoh obat anestesi topikal EMLA cream (eutentic mixture of local

    anesthenthics) : lidocaine dan prilocaine.

    b. Infiltrasi lokal

    Contoh obat anestesi lokal : Prokain (novokain), Lidokain (xylokain).

    3. Anestesi Regional diberikan dengan cara Anestesi Lumbal, Anestesi epidrual, Anestesi blio, Anestesi infiltrasi, Anestesi topikal

    4. Obat pelemas otot rangka (relaksan otot) / nuromusculer brochler obat

    pelemas otot dibagi menjadi obat jenis depolarizing dan non depolarizing.

    a. Obat depolarizing

    Contoh obat succinylcholine dan decamethonium.

    b. Obat non depolarizing

    Contoh obat metocurine, pancuronium bromide, gallamine,

    tubocuranine, dan dexacurium.

    2.2.8 Efek Anestesi

    Obat anestesi intravena yang diberikan dengan cara menyuntikan obat

    anestesi kedalam intravena, obat dibawa oleh aliran darah ke sirkulasi

    serebral karena bersifat larut dalam lemak, cepat menembus sawar darah otak

    dan menyebabkan penurunan kesadaran. Sejumlah obat di eliminasi sempurna

    melalui metabolisme hepatik, memerlukan waktu lebih lama dan dosis

    berulang dapat menyebkan akumulasi dan keterlambatan pulih sadar.

    Obat Anestesi inhalasi biasa disebut dengan uap anestetik. Uap

    berdifusi ke dalam darah di kapiler-kapiler paru dan kemudian didistribusikan

    melalui sirkulasi sistemik ke otak dan jaringan lain. Tekanan parsial di otak

    ini sangat erat hubungannya dengan tekanan parsial di alveolus. Semua obat

    yang digunakan pada anestesi inhalasi dan intravena menyebakan depresi

  • 18

    sistem kardiovaskular dan respirasi yang bersifat dependent. Obat anestesi

    menyebabkan denyut jantung, penekanan ventilasi dan peningkatan tekanan

    intrakranial. (Gwinnut, 2011).

    Menurut Maryunani, 2015 Anestesi berdasarkan efek yang di

    timbulkan terbagi 2 yaitu efek Anestesi dan Efek samping Anestesi. efek

    anestesi meliputi hilang memori/ingatan (amnesia), tidak sensitif terhadap

    nyeri (analgesia), membuat tertidur (hypnosis), melemaskan/kaku bagian

    tubuh tertentu (relaksasi). Efek samping dari anestesi umum pasca operasi

    meliputi mual, muntah dan otot pegal, berlangsung singkat dan bisa di obati

    namun dapat juga terjadi komplikasi yang lebih serius seperti serangan

    jantung, kerusakan ginjal dan stroke.

    Anestesi umum memiliki keunggulan yaitu klien tidak sadar fungsi

    pernapasan dan jantung terjaga, anastesi dapat disesuaikan dengan lamanya

    operasi serta usia dan status fisik. Kerugian anestesi umum yaitu mendepresi

    sistem pernapasan dan sirkulasi. (Kozier, 2011).

    2.3 Pulih Sadar

    2.3.1 Definisi Pulih Sadar

    Pulih sadar merupakan pulih sepenuhnya dari pengaruh anestesia

    yaitu pasien telah mempunyai tekanan darah yang stabil, fungsi pernapasan

    adekuat saturasi O2 minimum 95% dan tingkat kesadaran yaitu baik (Bruner

    & Suddart, 2002). Anestesi menghambat kemampuan klien untu berespons

    terhadap stimulus lingkungan. Masa pemulihan dari anestesi beragam

    tergantung jenis agens anestesia yang digunakan, dosis dan respons inidividu

    terhadap agens (Kozier, 2011).

    Pulih sadar adalah kondisi kembali pasien seperti sebelum operasi

    dengan kriteria sadar, respirasi normal, tonus otot normal, suhu normal.

    Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di ruang pemulihan tergantung pada

    berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan, teknik anestesi dan

    timbulnya komplikasi (Gwinnut,2011). Pulih sadar adalah masa pulih yang

  • 19

    dimulai sejak pasien selesai ditangani secara bedah, dibawa dalam keadaan

    tidak sadar atau setengah sadar ke Ruang Pemulihan, sampai ketika

    kesadarannya pulih sempurna dan dapat dipindahkan ke Ruang Rawat. Pulih

    sadar adalah kondisi ketika pasien dibawa sejak selesai ditangani secara

    bedah, dibawa dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar ke ruang

    pemulihan, sampai ketika kesadarannya pulih sempurna dan pasien dapat

    dipindahkan ke ruang rawat (Syansuhidajat, 2005).

    2.3.2 Penilaian Waktu Pulih Sadar

    Ruang pemulihan (Recovery Room) adalah ruangan yang digunakan

    setelah pasien selesai dilakukan tindakan pembedahan dan dilakukan

    observasi keadaan pasien, hingga memungkin dipindahkan ke ruangan karena

    keadaan pasien dianggap stabil (Maryunani, 2015). Penilaian yang dilakukan

    adalah memberikan perawatan sampai pasien pulih dari efek anestesia

    (kembali fungsi motorik dan sensorik), teriorientasi, mempunyai tanda vital

    yang stabil dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda hemoragi (Bruner

    & Suddart, 2002).

    Ketentuan pengeluaran pasien dari Ruang Pemulihan tergantung

    kebijakan setiap unit ruang unit pemulihan (biasanya sekitar 30 menit),

    memenuhi kriteria pengeluaran, >30 menit pasien sangat rentan berespons

    terhadap stimulus (Gwinnut, 2011). Tingkat Pulih Sadar sesorang Pasca

    Anestesi dilakukan dengan perhitungan Alderete Skore. Nilai pasien diukur

    pada interval yang ditentukan, setiap 5 menit, 15 menit, atau 30 menit dan

    ditotal pada catatan pengkajian. Pasien dengan nilai total kurang dari 8 harus

    tetap dalam Ruang Pemulihan sampai kondisi mereka membaik atau mereka

    dipindahkan ke Area Perawatan Intensif (Bruner & Suddart, 2002).

  • 20

    Tabel 2.1 Alderete Scoring system

    KRITERIA RECOVERY SCORE

    in 15 30 45 60 Out

    Aktifitas dapat

    bergeak

    volunter atau

    atas perintah

    4 angota gerak 2 2 2 2 2 2

    2 anggota

    gerak

    1 1 1 1 1 1

    0 anggota

    gerak

    0 0 0 0 0 0

    Respirasi Mampu bernapas dan batuk

    secara bebas

    2 2 2 2 2 2

    Dyspnea, napas dangkal 1 1 1 1 1 1

    Apnea 0 0 0 0 0 0

    Sirkulasi Tensi

    Pre- op

    ...

    mmHg

    Tensi 20 mmHg

    preop

    2 2 2 2 2 2

    Tensi 20-50 mmHg

    preop

    1 1 1 1 1 1

    Tensi 50 mmHg

    preop

    0 0 0 0 0 0

    Kesadaran Sadar penuh 2 2 2 2 2 2

    Bangun dengan di panggil 1 1 1 1 1 1

    Tidak berespon 0 0 0 0 0 0

    Warna

    Kulit

    Normal 2 2 2 2 2 2

    Pucat Kelabu 1 1 1 1 1 1

    Sianotik 0 0 0 0 0 0

    Sumber: KEPMENKES RI NOMOR: 779/Menkes/SK/VIII/2008

    Catatan :

    1. Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi pembedaan /

    tindakan memungkinkan

    2. Nilai 8 ke ruang perawatan jika pernafasan 2

    3. Nilai 5 ke ICU

  • 21

    2.3.3 Pengkajian Sebelum dilakukan Pemindahan Pasien

    Menurut Bruner & Suddart, 2002 Sebelum dilakukan pemindahan

    pasien ke Ruang Rawat harus dilakukan pengkajian. Pengkajian segera pasien

    bedah :

    1. Respirasi: kepatenan jalan napas, kedalaman, frekuensi dan karakter

    pernapasan, sifat dan bunyi napas

    2. Sirkulasi: tanda-tanda vital termasuk tekanan darah, kondisi kulit,

    pernapasan, suhu tubuh. Pemantauan pasca operatif dicatat setiap 15 menit

    selama 2 jam pertama dan setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Suhu

    tubuh diatas 37,7oC atau dibawah 36,1oC, pernapasan lebih dari 30 kali

    atau kurang dari 16 kali per menit, tekanan darah sistolik turun di bawah

    90 mmHg harus dilakukan penanganan dan dilaporkan

    3. Neurologi: tingkat respons

    4. Drainase: keharusan untuk menghubungkan selang ke sistem drainase

    yang spesifik adanya dan kondisi balutan.

    Menurut Kozier, 2011 Pengkajian klinis pasca anestesi segera yaitu:

    1. kepatenan jalan napas

    2. saturasi oksigen

    3. kepatenan ventilasi: frekuensi, irama dan kedalaman nafas, penggunaan

    otot aksesoris, suara napas

    4. status kardiovaskular: frekuensi, irama nadi, amplitudo dan

    keseimbangan nadi perifer, tekanan darah, pengisian ulang kapiler

    5. tingkat kesadaran: tidak berespons, bangun dengan stimulus, benar-benar

    terjaga, orientasi terhadap waktu, orang dan tempat

    6. adanya fungsi refleks protektif misalnya refleks gangguan batuk

    7. aktivitas kemampuan untuk menggerakan ekstremits

    8. warna kulit: merah muda, pucat, abu-abu, bercak-bercak, sianosis, ikterus

    9. status cairan: asupan dan haluaran, stats infusi IV (jenis cairan, frekuensi,

    jumlah dalam wadah, kepatenan selang IV), tanda-tanda dehidrasi atau

    kelebihan cairan

  • 22

    10. kondisi area operatif: keadaaan balutan, drainase (jumlah, tipe, warna)

    setelah pengkajian dilakukan harus dilakukan evaluasi kembali

    meliputi saturasi oksigen dengan oksimetri, memantau volume, keteraturan

    nadi, kedalaman dan sifat pernapasan, warna kulit, tingkat kesadaran dan

    kemampuan pasien untuk berespon terhadap perintah (Bruner & Suddart,

    2002).

    2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pulih Sadar

    Proses pulih sadar yang tertunda merupakan salah satu kejadian yang

    tidak diharapkan dalam anestesi. Penyebab proses pulih sadar yang tertunda

    bisa disebabkan oleh faktor pasien, faktor obat, faktor pembedahan, faktor

    metabolik dan kelainan neurologis. Penyebab utama pulih sadar yang tertunda

    adalah sisa-sisa efek obat anestesi yang masih ada (efek residu). Pulih sadar

    yang terganggu dapat timbul karena potensiasi efek obat-obat anestesi dengan

    medikasi yang diberikan sebelum operasi (Permatasari, 2017).

    Masa pemulihan sangat bergantung dengan kecepatan induksi obat

    anestesi. Mempercepat kecepatan induksi anestesi akan mempercepat proses

    ambilan, penyebaran dan eliminasi anestesi, sehingga kecepatan induksi akan

    mempengaruhi kecepatan pemulihan pasien (Gwinnut, 2011). Eliminasi

    anestesi dilakukan dengan gas (rebreathing), metabolisme oleh hati,

    metabolisme oleh ginjal. Eliminasi anestetik dengan gas (rebreathing)

    dipengaruhi oleh ventilasi paru, aliran darah dan kelarutan gas (Janet, 2009).

    Mempercepat eliminasi dapat dicapai dengan cara: Inspirasi yang tinggi pada

    paru, Peningkatan ventilasi, Peningkatan curah jantung, dan aliran darah

    serebral yang tinggi.

    Faktor-faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat

    pemulihan (cepat bangun/sadar) antara lain eliminasi dari rebreathing, aliran

    udara bebas yang tinggi, volume sirkuit anestesi yang rendah, rendahnya

    absorbsi sirkuit anestesi, rendahnya kelarutan, aliran darah serebral yang

    tinggi dan peningkatan ventilasi. Penyembuhan (recovery)anestesi juga

  • 23

    tergantung pada penurunan konsentrasi anestesi pada jaringan otak, dimana

    obat-obat anestesi dapat dieliminasi dengan biotransformasi, kehilangan

    melalui transcutaneus, dan ekspirasi (Smeltzer & Bare, 2012 dalam Saputra,

    2018).

    Proses pulih yang tertunda bisa disebabkan oleh faktor obat anestesi.

    Faktor penyebab yang terkait bisa karena faktor farmakologis dan

    nonfarmakologis. faktor farmakologis misalnya penggunaan berbagai obat

    anestesi dengan obat adjuvant yang bersifat saling sinergis dan berinteraksi

    ataupun faktor nonfarmakologis seperti hipotermia, hipotensi, hipoksia dan

    hipercapnia (Permatasari, 2017).

    Efek obat anestesi akan mempengaruhi mekanisme regulasi sirukulasi

    normal sehingga mempunyai risiko terjadi penurunan kemampuan jantung

    yang berimplikasi pada punurunan curah jantung. efek anestesi pada sistem

    saraf pusat akan mempengaruhi penurunan kontrol kesadaran dan

    kemampuan dalam berorientasi pada lingkungan (Muttaqin, 2009).

    Semua obat anestesi yang digunakan pada anestesi inhalasi dan

    intravena dapat menyebakan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi yang

    bersifat dependent (Gwinnut, 2011). Pasca operasi dengan anastesi inhalasi

    dapat terjadi komplikasi pernapasan, sirkulasi, urinarius, dan infeksi luka

    sehingga berpengaruh pada waktu pemulihan (Kozier, 2011).

    Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di Ruang Pemulihan

    tergantung pada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,

    teknik anestesi dan timbulnya komplikasi (Gwinnut, 2011). Ketentuan

    pengeluaran pasien dari Ruang Pemulihan tergantung kebijakan setiap Unit

    Ruang Pemulihan (biasanya sekitar 30 menit) dan memenuhi kriteria

    pengeluaran (Gwinnut, 2011).

    Faktor pasien merupakan faktor yang mempengaruhi waktu pulih

    sadar misalnya usia. pada usia lanjut akan terjadi peningkatan sensitifitas

  • 24

    terhadap obat-obatan anestesi karena penurunan fungsi susunan saraf pusat

    sehingga metabolisme obat di usia lanjut akan menurun (permatasari, 2017).

    Lama operasi merupakan faktor yang mempengaruhi waktu pulih

    sadar. Semakin lama waktu operasi akan semakin banyak dosis obat anestesi

    di dalam tubuh sehingga akan memperpanjang waktu pemulihan pasca

    operasi.

    2.3.5 Komplikasi Pasca Pulih Sadar yang tertunda Menurut Bruner & Suddart, 2002 Komplikasi Pasca Pulih Sadar yang

    Tertunda terdiri dari Komplikasi Pasca Operatif dan Komplikasi Pernapasan

    1. Komplikasi pasca operatif

    Bahaya dalam pembedahan mencakup tidak hanya risiko prosedur

    bedah tetapi juga bahaya komplikasi pascaopratif yang dapat

    memperpanjang penyembuhan dan merugikan karena mempengaruhi hasil

    pembedahan. Komplikasi mayor pascaoperatif mencakup syok,

    Hemoragik, tombosis vena profunda, embolisme pulmonari.

    a. Syok

    Syok Merupakan komplikasi pascaoperatif yang paling serius karna

    tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan

    ketidakmampuan untuk mengeksresikan produk sampah metabolisme,

    ketidakadekuatan aliran darah ke organ-organ vital dan ketidakmampuan

    jaringan dari organ-organ ini untuk menggunakan oksigen dan nutrien lain.

    Tanda-tanda syok: pucat, kulit dingin,basah, pernapasan cepat, sianosis,

    nadi cepat, lemah dan bergetar, penurunan tekanan nadi, urin pekat. Syok

    terdiri dari syok hivolemik disebabkan oleh penurunan volume cairan

    akibat kehilangan darah atau plasma.

    Syok hipovolemik ditandai dengan turunnya tekanan vena, naiknya

    resistensi perifer dan takikardia. Syok neurogenik disebabakan penurunan

    tahanan arterial yang disebabkan oleh anestesia spinal. Syok ini ditandai

    dengan turunnya tekanan darah akibat pengumpulan darah dalam

  • 25

    pembuluh yang berdilatasi (pembuluh yang mempunyai kemampuan

    untuk mengubah kapasitas volume), aktivitas jantung meningkat dalam

    berespon sehingga mempertahankan curah normal (isi sekuncup) dan

    membantu untuk mengisi sistem vaskular yang berdilatasi sebagai upaya

    untuk memulihkan tekanan perfusi.

    Pengobatan syok terapi obat kardiotonik diberikan untuk

    memperbaiki disritmia dan meningkatkan efisensi jantung. Diuretik

    diberikan untuk mengurangi retensi cairan dan edema selama dan selama

    bedah neurologi. Vasodilator untuk mengurangi resistensi perifer,

    mengurangi kerja jantung dan meningkatkan curah jantung dan perfusi

    jaringan. Pemantauan stasus pernapasan dan kardiovaskular ditandai

    dengan frekuensi pernapasan, nadi, tekanan darah, konsentrasi O2,

    haluaran urin, tingkat kesadaran, tekanan vena sentral, tekanaan baji

    kapiler pulmonari dan curah jantung.

    b. Hemoragi

    Hemoragi di kelompokan sebagai primer, intermediari dan

    sekunder. Hemoragi primer terjadi pada waktu pembedahan. Hemoragi

    intermediari terjadi selama beberapa jam setelah pembedahan ketika

    kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang

    tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh yang terikat. Hemoragi

    sekunder dapat terjadi beberapa waktu setelah pembedahan, bila ligatur

    slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi

    terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainase.

    Manifestasi pada hemoragi: pasien gelisah gundah, terus bergerak

    dan merasa haus, kulitnya dingin, basah dan pucat, frekuensi nadi

    meningkat, suhu tubuh turun dan pernapsan cepat dan dalam, berbicara

    tersengal-sengal seperti kehabisan napas.

  • 26

    c. Trombosis vena profunda (TVP)

    Trombosis vena profunda adalah trombosisi pada vena yang

    letaknya dalam dan bukan superfisial yang berisiko terhadap TVP adalah

    pasien ortopedi (bedah panggul, rekontruksi lutut, dan bedah ekstremitas

    bawah), pasien urologi (prostatektomi transuretral dan pasien yang sudah

    tua), pasien bedah umum (pasien berusia daitas 40 tahun, obesitas

    maligna, yang telah memiliki embolisme pulmonari, atau pun yang

    mengalami pembedahan rumit), pasien ginekologi dan obsetri dengan usia

    diatas 40 tahun dengan faktor risiko tambahan (varises vena, trombosis

    vena sebelumnya, infeksi, maligna dan obesitas, pasien bedah neuron

    beresiko tinggi dengan pasien stroke.

    Manifestasi klinis nyeri atau keram pada betis, ini terjadi karna

    adanya pembengkan lunak (edema) pada vena dalam betis. Bahaya dari

    trombosis jenin ini adalah bekuan dapat terlepas yang menghasilkan suatu

    embolus.

    d. Emboli pulmonal

    Embolus adalah suatu benda asing seperti bekuan darah, udara,

    lemak yang terlepas dari tempat asalnya dan terbawa di sepanjang aliran

    darah. Ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dengan

    sempurna menyumbat arteri pulmonal maka akan nyeri pada dada, sesak

    napas, diatoretik, cemas dan sianosis, pupil dilatasi, nadi cepat tidak

    teratur dan menyebabkan kematian mendadak.

    2. Komplikasi pernapasan

    Komplikasi pernapasan merupakan masalah paling sering dan

    paling serius dihadapi oleh pasien bedah, Faktor risiko komplikasi

    pulmonari. Jenis komplikasi pernapasan yang mungkin timbul hipoksia,

    atelektasis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti

    pulmonal hipostatik, pleurisi dan superinfeksi.

  • 27

    Hipoksemia subakut adalah tingkat saturasi oksigen yang rendah

    dan konstan, meski pernapsan pasien tampak normal. Hipoksemia episodik

    terjadi mendadak dan pasien dapat berisiko terhadap disfungsi serebral,

    iskemia miokardium dan henti jantung. Hipoksemia dapat di deteksi

    dengan oksimetri nadi untuk menentukan saturasi oksigen, pemantauan

    oksigen diharuskan oleh american society of anesthesiologist (ASA) pada

    pasien yang menjalani anestesi umum dan di PACU.

    Atelektasis adalah ketika gumpalan mukus menyumbat salah satu

    bronkhi secara keseluruhan, jaringan pulmonari diluar gumpalan tersebut

    kolaps dan mengalami atelektasis masif (pengembangan paru yang

    inkomplit).

    Bronkhitis adalah keadaan dimana batuk produktif tetapi tanpa

    ditandai oleh kenaikan suhu atau nadi . bronkopneumonia adalah

    komplikasi pulmonari yang sering sejalan dengan batuk produktif dapat

    terjadi kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi nadi dan

    pernafasan. Penumonia lobaris adalah komplikasi pulmonari yang sedikit

    lebih jarang dibanding bronkhopenumonia yang ditandai dengan mengigil,

    nadi dan pernapasan yang tinggi.

    Kongesti pulmonari hipostatik adalah melemahnya sistem jantung

    dan vaskular yang memungkinkan stagnasi sekresi pada bagian basal

    kedua paru. Manisfestasi klinis yaitu kenaikan suhu, frekuensi nasi,

    pernafasan dan batuk. Pleurisi adalah nyeri dada akut yang sangat nyeri

    seperti ditusuk pisau pada sisi yang sakit menjadi lebih nyeri ketka pasien

    menarik napas dalam, bunyi napas hilang, demam, kenaikan frekuensi nadi

    dan pernapsan dalam dan lebih cepat dari normal. Superinfeksi dapat

    terjadi ketika preparat antimikrobia menggangu flora bakteri dari saluran

    pernapasan. Bakteri yang rentan terbunuh dan bakteri yang resisten

    memperbanyak diri.

  • 28

    2.4 Murotal Alqur’an

    2.4.1 Definisi Murotal Alqur’an

    Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang di wahyukan kepada

    penutup para nabi dan para rosul Muhammad saw, Dihimpun dalam bentuk

    mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke generasi. Pengobatan

    dengan al-qur’an bukan hanya semata-mata pengobatan atau penyembuhan

    penyakit akan tetapi alqur’an adalah rahmat, tarbiyah (pendidikan),

    kebahagiaan dan kedekatan diri kepada allah.

    Bacaan alqur’an adalah kumpulan frekuensi – frekuensi suara yang

    sampai ke telinga, kemudian merayap menuju sel – sel otak dan memberi

    pengaruh di dalamnya melalui celah aliran listrik yang lahir di dalam sel –

    sel. Sel – sel itu pun bereaksi seiring dengan aliran ini dan bergetar seirama

    dengannya (Al - Kahil, 2018).

    Terapi murrotal adalah terapi bacaan Al-qur’an yang merupakan

    terapi reliji dimana seseorang akan dibacakan ayat – ayat al-qur’an selama

    beberapa menit atau bahkan beberapa jam, sehingga memberikan dampak

    positif bagi tubuh seseorang (Gusmiran, 2005 dalam Billah, 2015)

    2.4.2 Dampak Murotal Al-qur’an

    Menurut Al – Kahil, 2018 Terapi pengobatan dengan al-quran

    merupakan terapi yang paling mudah dan paling efektif untuk

    mengembalikan keseimbangan sel-sel tubuh yang rusak. Allah yang

    menciptkaan sel-sel tubuh manusia beserta program-program yang ada

    didalamnya sehingga dia pula yang mengetahui apa-apa yang bermanfaat bagi

    makhluk ciptaannya. Allah berfirman, dan kami turunkan dari Al-qur’an

    sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang beriman,

    dan tidaklah menambah terhadap orang-orang yang zhalim itu kecuali

    kerugian (QS. Al-Isra’ 82).

    Ketika ayat-ayat Al-qur.’an diperdengarkan kepada orang yang sakit,

    maka gelombang suara itu akan merasuk kedalam otak dan mempengaruhi

  • 29

    sel-sel tubuh yang rusak. Akibatnya sel-sel itu bergerak sesuai dengan fitrah

    yang telah allah tetapkan atasnya (Al-Kahil, 2018). Stimulasi datang dari

    banyak sumber di dalam dan luar tubuh, khsususnya melalui indra

    penglihatan (visual), pendengaran (auditori), perabaan (taktil), penciuman

    (olfaktori) dan rasa (gustatori). Jika seseorang sadar terhadap stimulasi dan

    menerima informasi maka akan terjadi persepsi. Tingkat kesadaran seseorang

    dapat mempengaruhi sejauh mana stimulus dipersepsikan dan

    diinterpretasikan oleh otak (Potter & Perry, 2006).

    Kedokteran Universitas Rusyister menjelaskan bahwa sel-sel yang

    aktif di dalam otak memiliki fungsi untuk mendengar jenis suara tertentu (Al-

    Kahil, 2018). Umat islam memiliki sarana pengobatan suara yang lebih suci,

    lebih jernih, dan lebih dahsyat pengaruhnya yakni ayat-ayat al-qur’an dan

    doa-doa ma’tsurat. Sebagaimana kita ketahui semuanya bahwa gelombang

    suara akan sampai ke otak melalui sel-sel telinga sedangkan suara itu sendiri

    merupakan wujud dari gerakan-gerakan udara. Bagi orang-orang yang

    ditimpa penyakit, baik fisik maupun psikis hendaknya yakin kitab suci al-

    qur’an sebagai obat dan penawar. Allah berfirman wahai orang-orang yang

    beriman! Telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian dan obat

    bagi penyakit di dalam hati dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang

    beriman (QS. Yunus 57).

    Dampak Murotal Al-Qur’an terhadap orang yang mendengarkannya

    yaitu membuat rileks, menurunkan hormon setres dan mengaktifkan hormon

    endofrin (Billah, 2015) Mendengarkan bacaan al-qur’an akan menimbulkan

    efek positif berupa aktifnya kerja hati / jantung, tidak tegang dan tidak

    goncang. Sedangkan ketenangan hati merupakan faktor penting yang akan

    merefleksikan kerja-kerja organ-organ tubuh (Al –Kahil, 2018).

    Dr. Alfred Tomatis mengatakan bahwa dirinya melakukan riset terkait

    dengan alat indera manusia selama 50 tahun. Dia menyimpulkan bahwa

    indera pendengaran (telinga) merupakan indera yang paling vital bagi

  • 30

    manusia. Telinga menguasai hampir seluruh tubuh manusia, mengendalikan

    akitivitas-aktivitas penting, mengatur dan menyusun keseimbangan geraknya

    serta mengatur sistem syaraf manusia. Sistem indera telinga bagian dalam

    terhubung dengan seluruh agian organ tubuh seperti hati, jantung, lambung

    dan usus sehingga organ tersebut dapat mempengaruhi bagian tubuh secara

    keseluruhan (Al-Kahil, 2018).

    Pada tahun 1960, Hans Jenny menemukan bahwa suara mampu

    memberi pengaruh terhadap berbagai materi dan mengembalikan

    pembentukan bagian-bagiannya. Setiap sel tubuh memiliki pola khusus yang

    sesuai dengan suara yang khusus pula dan suara-suara itu akan memberi

    pengaruh serta mengembalikan tertib susunan di dalam sel. Pada tahun 1974,

    Fabien Maman dan Joel Sternheimer melakukan riset yang menghasilkan

    kesimpulan bahwa setiap organ tubuh manusia memiliki sistem getaran

    khusus yang tunduk kepada aturan-aturan ilmu fisika. Ahli pengobatan

    menyatakan bahwa tubuh manusia akan bereaksi ketika bersentuhan dengan

    sebagain frekuensi-frekuensi suara dan mengakibatkan perubahan pada

    kecepatan getar partikel-partikel hati / jantung pada telinga yang tuli

    sekalipun (Al-kahil, 2018).

    Dampak murotal Al-qur’an salah satunya membuat rileks. Keadaan

    rileks ditandai dengan memperlambat frekuensi pernapasan, memperlambat

    frekuensi detak jantung, memperlambat frekuensi nadi dan memperlambat

    aktivitas gelombang di otak (Billah, 2015).

    2.4.3 Surat yang Memberi Ketenangan

    Dalam dunia medis ada obat generik dan ada obat khusus yang

    digunakan. Di dalam pengobatan Al-qur’an ada ayat–ayat generik dan ayat

    khusus yang digunakan. Ayat generiknya antara lain : surah Al-Fatihah, ayat

    Kursi, surah Al-Baqarah pada dua ayat terakhir, surah Al-Iklas, surah Al-

    falaq dan surah An-nas (Al – Kahil, 2018). Ayat-ayat untuk penyakit khusus

    antara lain :

  • 31

    1. Penyakit gelisah, setres dan rasa takut

    Surat Quraisy dapat memberikan ketenangan. Pada surah Al-

    Quraisy memilik makna bahwa “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

    (yaitu) kebiasaaan mereka bepergian pada musim dingin dn musim panas.

    Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik ruang ini (ka’bah).

    Yang telah memeberi makanan kepada mereka untuk mengholangkan

    lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (QS. Al-Quraisy 1-4).

    Allah berfirman (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

    menjadi tentram denga mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan

    mengingat allah hati menjadi tentram (Ar-Ra’du 28).

    Surat Ar-Rahman merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang

    terdiri atas 78 ayat. Semua ayat dalam surat Ar-Rahman merupakan surat

    yang mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini nyaman didengarkan

    dan dapat menimbulkan efek relaksasi bagi pendengar yang masih awam

    sekalipun. Secara fisiologis Murotal Al-Qur’an akan mempengaruhi sistem

    saraf parasimpatis sehingga akan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung,

    penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi nafas, penurunan ketegangan

    otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperature pada

    extermitas. (Wirakhmi, 2016)

    Bentuk gaya bahasa dalam surat Ar Rahman mempunyai ciri-ciri

    Surat Ar Rahman miliki nada 44 Hz, harmoni teratur dan konsisten, ritme

    andate (mendayu-dayu), volume 60 desibel, amplitudo medium intensitas,

    terdapat 31 ayat yang diulang-ulang. Pengulangan ayat ini untuk menekankan

    keyakinan yang sangat kuat (Sunny, 2014 dalam wirakhmi, 2016). Untuk

    mencapai efek terapeutik terapi harus dilakukan minimal 10 menit (Potter &

    perry, 2010).

    2. penyakit gagal, lemah dan putus asa

    Surat Yusuf karna surah ini turun pada saat paling susah dan berat

    yang dilalui oleh Nabi. Allah berfirman katakanlah, dengan karunia allah

  • 32

    dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan

    rahmatnya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (QS.

    Yunus 58).

    3. Berbagai jenis penyakit kanker

    Surah yang dapat mengatasi yaitu surah Yasin secara lengkap dan

    surah Al-Baqarah baik lengkap maupun sebagian. Allah berfirman

    sesungguhnya, allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya

    pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan allah akan

    mengokohkan yang benar dengan ketetpannya, walaupun orang-orang

    yang berbuat dosa tidak menyukai (QS Yunus 81-82)

    2.4.4 Lagu (Qiroati) dalam Pembacaan Al-qur’an

    2.4.4.1 Definisi Qiroati

    Qiroati adalah pembacaan Al-Qur’an dengan cara dilagukan oleh

    seseorang sehingga lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an akan memiliki tempo

    dan suara akan sangat harmonis di telinga (Siswantinah, 2011 dalam

    Risnawati, 2017)

    2.4.4.2 Jenis - Jenis Qiroati

    Menurut Guru Qurro’ ada 7 lagu yang dipakai di Indonesia, lagu/ seni

    dalam membaca Al-Qur’an antara lain :

    1. Bayati

    Bayati sebagai salah satu nama standar lagu dan sangat populer di dunia

    tilawatil Qur’an. Di Indonesia bayati selalu diberlakukan untuk kriteria

    penilaian pada MTQ, bayati memiliki 4 tingkatan tangga nada (Scale)

    yaitu: Qoror (dasar), Nawa (Menengah), jawab (Tinggi) dan jawabul

    jawab (tertinggi).

    2. Shoba

    Lagu ini memiliki karakter halus dan lembut sehingga menggugah

    perasaan jiwa. Shoba memiliki 4 tingkatan nada antara lain:

  • 33

    a. Awal maqom shoba

    Nada suara dapat dimulai dari nada antara nawa dan jawab (nada 2-4

    tingkatan nada suara secara umum) kemudian gerak relatif lurus

    aksentuasi dan diakhiri dengan gerakan turun naik relatif

    b. Asyiron (nawa)

    Nada lebih tinggi dari nada akhir awal maqom sehingga nada turun

    naik tanpa dijembatani oleh gerakan - gerakan tertentu

    c. Ajami (jawab)

    Nada suara awal dimulai sama dengan nada shoba Asyiron, kemudian

    naik kepada nada jawab secara mantap dan seimbang diikuti dengan

    aksentuasi dalam jumlah empat atau lima kali

    d. Quflah bustanjar

    Nada ini dipakai pada akhir jawab dengan gerakan-gerakan tertentu

    kemudian naik dalam dua gerakan dan kembali turun dalam gerakan

    yang lurus kemudian sedikit naik dan turun secara secara bertangga

    dengan beberapa gerakan tertentu

    3. Nahawand

    Lagu nahawan memiliki karakteristik sedih sehingga sangat sesuai untuk

    melantunkan ayat al-qur’an yang bernuansa kesedihan. Tingkatan nada

    pada nahawand yaitu: nawa, jawab dan quflah mahur. Quflah mahur

    adalah nada akhir khusus yang dimiliki oleh lagu nahawand dimana

    gerakan nada memiliki elepasi menurun kemudian diikuti oleh gerakan

    lurus 2 sampai 4 kali dalam gerakan yang wajar

    4. Hijaz

    Lagu ini menggambarkan tarikan khas ketimuran, terkesan sangat indah,

    lagunya asli mendasar. Hijaz memiliki 4 tingkatn nada yaitu Awal maqom,

    Hijaz kar, Hijaz kar dan kur, alwan Hijaz.

    5. Rost

    Lagu rost merupakan jenis lagu yang paling dominan dan merupakan lagu

    dasar. Lagu ini sedikit lebih cepat daripada lagu murrotal yang lain. Rost

  • 34

    memiliki 4 tingkatan nada yaitu: awal maqom rost, kuflah zinjiron, syabir

    alarrost, alwan rost.

    6. Sika

    Lagu sika memiliki keistimewaan dan sering dipakai untuk melantunkan

    ayat suci al-qur’an. Sika memiliki 3 tingkatan nada yaitu: Iraqi (Nawa),

    Turki (Jawab), Variasi Rami

    7. Jiharkah

    Awal lagu jiharkah sama denga awal lagu sika, kemudian dilanjutkan

    dengan suara minor denga relative lurus kemudian diikuti oleh nada

    sedikit lebih tinggi dengan menjaga gerakan-gerakan yang sama

    sebelumnya kemudian diakhiri dengan nada gerakan lurus secara wajar.

    Tingkatan nada jiharkah:

    a. Nawa

    Nada ini sedikit dimulai lebih tinggi dari nada awal maqom, untuk

    gerakan selanjutnya hampir sama dengan gerakan-gerakan suara dari

    dari nada awal maqom

    b. Jawab

    Nada ini dimulai lebih tinggi dari nada nawa dengan gerakan-gerakan

    elepasi yang terkesan minor satu atau dua kali kemudian dilanjutkan

    dengan aksentuasi nada tinggi dan diakhiri dengan nada bertangga

    turun bersama elepasi, sehingga gerakan wajar, indah dan enak

    didengar.

    2.4.5 Pengaruh Murotal Alqur’an terhadap Pulih Sadar

    2.4.5.3 Fisiologis yang Berperan pada Murotal Al – Qur’an

    1. Pendengaran Pendengaran (auditori) dapat terjadi karena fungsi dari organ telinga

    bekerja dengan mengirimkan suatu pola yang akurat ke otak kemudian otak

    akan mengindentifikasi semua suara yang diterima dari lingkungan, intensitas

    relatif dari suara dan asal suara (Potter & Perry, 2006). Suara adalah wujud

    dari gelombang-gelombang atau getaran-getaran yang mengalir di udara

  • 35

    dengan kecepatan mencapai 340 meter per detik. Setiap suara memiliki

    gelombang tertentu dan menjangkau ruangan yang dapat didengar oleh

    manusia mulai dari 20 sampai 20.000 getaran per menit (Al-Kahil, 2018).

    Suara dihasilkan oleh benda yang bergetar dalam medium fisik (udara, air,

    dan benda padat) sehingga suara tidak dapat di dengar melalui hampa udara

    (syaifuddin, 2006).

    Telinga menyediakan pendengaran stereotonik untuk menilai arah

    suara. Telinga bagian luar melindungi gendang telinga dan mempertahankan

    suhu yang konstan dan kelembaban secara relatif untuk mempertahankan

    elastisitas. Telinga tengah adalah suatu ruang berisi udara diantara gendang

    telinga dan jendela oval Terdiri dari 3 tulang kecil (osikula) (Potter & Perry,

    2006).

    Menurut Al-Kahil, 2018 Mekanisme pendengaran yaitu Gelombang –

    gelombang suara bertebaran di udara dan di tangkap oleh radar telinga. Suara

    berubah menjadi sinyal – sinyal listrik dan merambat melalui saraf

    pendengaran menuju otak. Kemudian sinyal suara menyebar ke berbagai

    penjuru otak, khususnya bagian depan. Bagian otak depan secara bersambut

    menjawab sinyal – sinyal tersebut kemudian menerjemahkannya ke dalam

    bahasa yang di pahami manusia, sehingga otak memberi perintah ke berbagai

    organ tubuh untuk menanggapi sinyal tersebut

    Di dalam otak terdapat Serabut saraf yg bergerak menuju nukleus

    vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula

    oblongata terus bergerak menuju serebelum. Serabut saraf di pancarkan ke

    sebuah nukleus khusus yang berada di belakang talamus, dipancarkan menuju

    korteks otak yang terletak pada bagian temporalis (syaifuddin, 2006).

    2. Persyarafan Otak merupakan kumpulan sistem saraf kompleks dan rumit yang

    dapat mengatur seluruh organ tubuh. Otak (serebrum) terdiri dari berapa

    bagian salah satunya hipotalamus. Hipotalamus mengatur sistem saraf

  • 36

    otonom (Latief, 2002). Susunan saraf yang terdapat pada kepala yang ke luar

    dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak,

    berhubungan erat dengan panca indra mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.

    Di dalam kepala ada dua saraf kranial, serabut campuran gabungan dari saraf

    motorik dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf motorik saja atau

    hanya sensorik saja. Nervus auditorius, sifatnya sonsoris mempersarafi alat

    pendengaran, membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke

    otak (Syaifuddin, 2006). Serabut saraf ini bergerak menuju nukleus

    vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula

    oblongata terus bergeak menuju serebelum. Serabut saraf di pancarkan ke

    sebuah nukleus khusus yang berada di belakang talamus, dipancarkan menuju

    korteks otak yang terletak pada bagian temporalis (syaifuddin, 2006).

    Saraf otonom adalah saraf yang bekerja tidak disadari dan bekerja

    secara otomatis. saraf otonom juga dipengaruhi oleh sistem saraf pusat

    sehingga seseorang bisa menahan napas untuk beberapa menit. Menurut

    fungsinya saraf otonom terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis. Fungsi

    dari saraf simpatis dan parasimpatis yaitu mempersarafi sebagian besar alat

    tubuh yaitu jantung, paru-paru, gastrointestinum, ginjal, pankreas, limpa,

    hepar dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nukleus dorsalis nervus X

    (Syaifuddin, 2006).

    3. Pernapasan bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,

    teratur, berirama, dan terus menerus. Bernafas merupakan gerak refleks yang

    terjadi pada otot-otot pernafasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat

    pernapasan yang terletak di sumsum penyambung (medula oblongata). Pada

    keadaan tertentu seseorang dapat menahan, memperlambat, atau

    mempercepat napasnya, ini berarti refleks bernapas juga dibawah pengaruh

    korteks serebri (Syaifuddin, 2006). Tidak mendapatkan oksigen selam 4

    menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan

    bisa menimbulkan kematian. Jika penyediaan oksigen berkurang akan

  • 37

    menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, sehingga warna darah

    merah hilang dan berganti kebiru-biruan pada bibir, telinga, lengan dan kaki

    (sianosis) (Syaifuddin, 2006).

    Sinyal – sinyal yang berkaitan dengan tekanan darah akan

    diintegrsikan Pusat kardiovaskular tepatnya diotak. Apabila terjadi perubahan

    tekanan darah, pusat kardiovaskular mengaktifkan sistem saraf otonom,

    sehingga terjadi perubahan stimulasi simpatis dan parasimpatis ke jantung.

    Saraf simpatis merangsang kecepatan denyit dan kontraktilitas jantung

    melalui ikatan dengan reseptor B1 di jantung, sedangkan saraf parasimpatis

    menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan dengan reseptor

    kolinergik. Jika Terjadi perubahan stimulasi simpatis maka akan

    menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, aliran darah dan tekanan

    darah (Elizabeth, 2009).

    2.2.5.4 Mekanisme Murotal Al – Qur’an Mempengaruhi Pulih Sadar

    Ketika seseorang di dengarkan terapi Murotal Al-qur’an akan terjadi

    Perubahan perasaan karena Murotal Al-qur’an dapat menjangkau wilayah kiri

    korteks serebri, kemudian dilanjutkan ke hipokamus dan meneruskan sinyal

    ke amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada

    tingkat bawah sadar, kemudian sinyal diteruskan ke hipotalamus (Ganong,

    2005 dalam Nurzallah, 2015). sistem saraf yang ada di hipotalamus akan

    mengkomunikasikan untuk mensekresi atau meningkatkan hormon

    endonefrin di kelenjar piutary dan menekan hormon setres, epinefrin dan non

    epinefrin di kelenjar adrenal (Billah, 2015). Dari hipotalamus pendengaran

    di lanjutkan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju saraf

    otonom. saraf otonom terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis. Fungsi

    dari saraf simpatis dan parasimpatis yaitu mempersarafi sebagian besar alat

    tubuh yaitu jantung dan paru-paru dengan cara mempengaruhi otot polos, otot

    jantung dan kelenjar (Syaifuddin, 2006). Obat yang digunakan pada anestesi

    inhalasi dan intravena menyebakan perubahan tekanan darah, denyut jantung,

    tekanan intrakranial, aliran darah serebral dan menekan ventilasi (pernapasan)

  • 38

    sehingga anestesi menimbulkan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi

    (Gwinnut, 2011). Anestesi menyebabkan penekanan pada pernapasan (laju

    pernapasan meningkat) dan menurunkan respons terhadap CO2, menekan

    fungsi miokardium, meningkatkan aktifitas simpatis (Latief, 2002). Dengan

    adanya pengaruh anestesi ventilasi akan menjadi terganggu sehingga

    Murotal Al-qur’an melalui audio dapat membantu ventilasi dengan cara

    menjangkau wilayah kiri korteks serebri, hipotalamus, saraf simpatis dan

    parasimpatis, dimana saraf simpatis akan mengontrol kerja jantung

    (Elizabeth, 2009). Setelah Murotal Al-qur’an mampu mengontrol otot

    jantung, maka akan membuat seseorang menjadi rileks, kondisi yang rileks

    jauh dari tekanan psikologi dan setres akan membantu kinerja obat anestesi,

    obat akan bekerja dengan baik sehingga pemulihan akan memerlukan waktu

    yang lebih cepat (Supriyadi, 2011 dalam Nurzallah 2015).

    2.4.6 Hasil penelitian yang Mendukung

    Penelitian Billah (2015), Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an

    terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan General

    Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Hasil

    analisis Uji Mann Whitney menunjukkan P-value 0,001 sehingga Ada

    Pengaruh Murotal Al-Qur’an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker

    Payudara dengan General Anestesi.

    Penelitian Nurzallah (2015) Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik

    Mozart Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan

    Anesetesi General Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Hasil P-Value 0,001 <

    0,05 sehingga ada Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart

    Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anesetesi

    General

    Penelitian Nafi’ah (2015) Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an

    Terhadap Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pasca

    Operasi dengan Anestesi Umum di Rumah Sakit Umum Daerah

  • 39

    DR.Moewardi Surakarta. Hasil T-test tekanan darah sistol diperoleh p-value

    0,044, tekanan darah diastol p-value 0,049 sehingga ada Pengaruh Pemberian

    Murotal Al-qur’an Terhadap Tekanan Darah Pasien Pasca Operasi dengan

    Anestesi Umum

    Penelitiann Kardiatun (2015) Pengaruh Terapi Murotal Surah Al-

    fatihah terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD DR. Soedarso

    Pontianak Kalimantan Barat. Hasil T- test 2,586 dengan p-value 0,001 dengan

    karakteristik tekanan darah, pernapasan, nadi sehingga ada Pengaruh Terapi

    Murotal Surah Al-fatihah terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi.

    Penelitian Widaryati (2016) Pengaruh Terapi Murotal Al-qur’an

    terhadap Hemodinamik dan GCS Pasien Cidera Kepala. Hasil variabel GCS

    2,484 dengan p-value 0,04 sehingga ada Pengaruh Terapi Murotal Al-qur’an

    terhadap Hemodinamik dan GCS Pasien Cidera Kepala.

    Penelitan Safri (2013) Murotal Al-qur’an dapat Meningkatkan

    Kesadaran Pasien Stroke Hemoragik. Hasil penelitian p-value 0,046 sehingga

    Murotal Al-qur’an dapat Meningkatkan Kesadaran Pasien Stroke Hemoragik.

  • 40

    2.5 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka teori

    Sumber : Smeltzer & Bare (2012), Nurzallah (2015)

    2.6 Kerangka Konsep

    Kelompok

    Intervensi

    Kelompok

    Kontrol

    Gambar 2.2 Kerangka konsep

    Waktu Pulih Klien

    Terapi Murotal Al-qur’an

    Tanpa Terapi Murotal Al-qur’an

    Terapi Murotal Al-Qur’an

    Mempercepat Waktu

    Pemulihan

    Mempercepat Induksi Obat

    Waktu Klien diterima di Recovery Room

    Eliminasi obat ↑

    Metabolisme di ginjal

    1. Inspirasi yang tinggi 2. Peningkatan ventilasi 3. Peningkatan curah jantung 4. Penurunan TIK (aliran darah serebral

    yang tinggi).

    Gas (Rebreating) adekurat

    Metabolisme di hati

    Waktu klien diterima di Recovery Room

    Waktu Pulih Klien

    Manfaat Murotal Al-qur’an 1. Menurunkan

    frekuensi pernafasan

    2. Menurunkan frekuensi denyut jantung

    3. Aliran darah adekuat

  • 41

    2.7 Hipotesis Penelitian

    Ha : Ada Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Melalui Audio terhadap Waktu

    Pulih Sadar Pasien Postop Laparatomi dengan General Anestesi Di

    Ruang Pemulihan RSUD H. Abdul Moeloek

    Ho : Tidak Ada Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Melalui Audio Terhadap

    Waktu Pulih Sadar Pasien Postop Laparatomi Dengan General Anestesi

    Di Ruang Pemulihan RSUD H. Abdul Moeloek