prosidingrepository.poltekkes-tjk.ac.id/1482/1/prosidingharitempe.pdf · 2020. 12. 4. · prosiding...
TRANSCRIPT
-
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
HARI TEMPE NASIONAL 2016
"OPTIMALILASI FUNGSI PANGAN FUNGSIONAL
DAN TRADISIONAL DALAM MENINGKATKAN STATUS
GIZI DAN MENURUNKAN RESIKO PENYAKIT"
Bandar Lampung, 28 Mei 2016
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. ii ****************************ses*osoocoesee*or**eeee***eeeese**e*eseseeeneses*eeee
PENDAHULUAN °***e°°°*°°°*°°*e°°°°°°**e°°*°*°°° *eo******e************e***********e***
Makalah Bidang Pangan Fungsional 1. Pengaruh Perkecambahan Kedelai Hitam (Glycine soja) dan Penambahan
Filrat Cincau Hitam (Mesonapalustris BL) terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan Organoleptik Minuman Fungsional Sari Kedelai am....
2. Pengaruh Penambahan Tepung Tempe (Glycine max) terhadap Cookies
Pisang Raja (Musa paradisiaca, L) 17 **********************°****************************** 3. Characterization And Development Of Edible Film/Coating Prepared From
Mixture of Jackfruit-Seed Starchand Plasticizer For Preservation of, And Its Effect On Properties of, Strawberry Fruits 31
4 Analisis Komponen Bioaktif Kulit Buah Kolang Kaling (Arengapinnata Merr) sebagai Bahan Anti Mikroba 51
5. Beras Siger (Tiwul/Oyek Yang Telah Dimodernisasi) Sebagai Pangan
Fungsional Dengan Kandungan.. 57 6. Karakterisasi Minuman Probiotik dari Susu Jagung Manis-Turi
Difermentasi oleh Lactobacillus casei FNCC 0900... yang
67 ******
7. Pengaruh Konsentrasi CMC Dan Lama Penyimpanan Pada Suhu Dingin
Terhadap Stabilitas Dan Sifat Kimia Minuman Probiotik Sari Buah Nanas.. 75
8. Efektivitas Kayu Secang (Caesalpiniasappan. L) sebagai Pewarma Alami
Makanan (Efiectivity of Sappan Wood (Caesalpiniasappan. L) as Natural Colorant for Food ).. 90
9. Pengaruh Pemberian Beras Siger dari Ubikayu (Manihot esculenta) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit yang Diinduksi Aloksan. 98 ********************
Makalah Bidang Inovasi Produk Pangan
1. Pengaruh Penambahan Tepung Kedelai Dan Tepung Ayam Terhadap Kadar Gizi Makanan Bayi Tepung Beras Hitam (Oryza Sativa). ..
2. The Potential Application of Using Information from Absorbance Spectra in
UV-Vis Region for Prediction of Shelf Life in Local Orange Fruits During
Storage.. I19 3. Aplikasi Pektin Kulit Kakao (Theobroma cacaoL. )Dalam Pembuatan Permen
Jelly (Application Of Pectin From Cocoa (Theobroma cacao L.) Pod Husk In
Making Jelly Candy). 124 4. Karakteristik Fisikokimia dan Daya Cerna Makaroni Berbasistepung Ubi
Jalar Oranye Termodifikasi Annealing. 138
5. Karakteristik Tepung Pisang Batu (Musa balbisiana
Pemanfaatannya pada Produk Kue .. Colla) dan
157 ******"*********** *
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016 vii
-
6. Penambahan Asam Cuka
dalam Pengolahan Rusip
Comercial Acetic Acid in Processing of Rusip)
(The Addition off 173
Komposit Ubi Cilembu Dengan Tepung Jagung 7. Penerapan Tepung Terfermentasi Pada
Pembuatan Flakes... ****** 184
8. The Use of UV-Vis-NIR SpectroscoPy
and Chemometrics for Identification
of Adulteration in Ground Roasted
Arabica Coffees -Investigation on the
Influence of Particle Size on Spectral Analysis 198 *****************
205 9. Pengaruh Suhu Dan
Lama Blansir Tehadap Rehidrasi Wortel Kering....
Makalah Bidang Keamanan Pangan, Gizi dan Kesehatan Masyarakat
1. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar (Brucea javanica) terhadap
Kualitas Spermatozoa Tikus Jantan....
211 ************* *******
228
2. Survey Mutu Dan Keamanan Gula Merah Di Pasar Kota Bandar Lampung...
3. Hubungan asupan energi sarapan dan kadar hemoglobin dengan prestasi
belajar siswa SMANI Pringsewu.... *********** ****
*********
242
4. Konsumsi Tempe Penderita Tuberkulosis Paru
Sebagai Makanan Tambahan pada Penatalaksanaan 257
**** *** *
*****'
5. Prevalensi Serta Determinan Gemuk dan Kegemukan (Obesitas) pada
Anak
Sekolah Dasar Di Bandar Lampung 270
* ******* ***°**
6. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dalam Memilih Makanan
Jajanan
dengan Status Gizi Remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung
Tahun 2015...
284 ***
**.
1. Perbedaan Kombinasi Pelarut dan Tingkat Kesegaran Daundalam Penentuan
Aktivitas Hipokolesterolemia Daun Semanggi Air (Marsileacrenata) 295
-
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DENGAN STATUS GIZI
REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDARLAMPUNG
Usdeka Muliani dan Bertalina
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. Jalan Sockarno Hatta No. 7 Haji Mena
Bandar Lampung. Email: [email protected]
ABSTRAK
Remaja berada pada masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Perubahan ini membuat remaja mengalami banyak ragam gaya hidup dan perilaku, tidak terkecuali pengalaman menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal ini yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja. menentukan perilaku individu dalam mengkonsumsi makanan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, presentase status gizi remaja di atas 15 tahun berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh) di Provinsi Lampung yang berkategori kurus sebanyak 14,7%. jika dibandingkandengan angka nasional sebesar 14,8%, prevalensi tersebut hampir mendekati angka
nasional dan merupakan masalah gizi yang cukup penting untuk diperhatikan dan ditanggulangi. Tujuan penclitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap. perilaku remaja dalam memilih makanan jajanan dengan status gizinya pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross
sectional yang mengukur variabel independen dan dependen dalam waktu yang sama. Variabel independen penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja
mengenai makanan jajanan, sedangkan variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah status gizi remaja. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober dan November 2015. Hasil penelitian didapat sebagian besar remaja berstatus gizi normal (67,9%), berpengetahuan sedang (51,3%), bersikap baik (65,4%), dan berperilaku kurang baik (52,6%). Dan dari hasil analisis bivariat diketahui tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan status gizi remaja
Pengetahuan tentang gizi dapat
Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku, status gizi
I. PENDAHULUAN
Remaja merupakan calon pemimpin bangsa yang berada pada masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami
banyak ragam gaya hidup dan perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan
makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal ini yang akan berpengaruh pada keadaan gizi
seorang remaja (Khomsan, 2010).
Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Salah satu
faktor langsung yaitu asupan makanan dan faktor tidak langsung yaitu pengetahuan (SupariasJa, 2012). Status gizi seseorang sering kali dihubungkan dengan asupan makan
284| PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016
-
sehari-hari. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi hanya sekedar bersosialisasi, kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Kehadiran
macam-macam makanan jajanan dalam industri makanan di Indonesia bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Salah satu jenis makanan jajanan seperti fast food pada umumnya mengandung lemak. kolesterol. garam dan energi yang sangat tinggi (Khomsan.
2010)
Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan perilaku individu dalam mengkonsumsi makanan. Selain itu remaja dalam memilih makanan juga dipengaruhi oleh selera dan keinginan. Makanan yang sesuai dengan selera dan keinginan remaja cenderung tinggi kalori dan lemak. Remaja yang sering memakan makanan ini dapat memicu kelebihan berat badan (Afdal. 2011).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. presentase status gizi remaja di atas 15
tahun berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh) di Provinsi Lampung yang berkategori kurus sebanyak 14.7%. untuk kategori normal sebanyak 70.3% dan untuk berkategori gemuk 15% ( BB lebih 7,7% dan obese 7.3%). Prevalensi remaja yang memiliki status gizi kurus sebanyak 14,7% jika dibandingkan dengan angka nasional sebesar 14.8%. prevalensi tersebut hampir mendekati angka nasional dan merupakan masalah gizi yang cukup penting untuk diperhatikan dan ditanggulangi.
Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik
sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Kurang cukupnya pengetahuan tentang
gizi dan kesalahan dalam memilih makanan akan berpengaruh terhadap status gizi (Sediaoetama, 2010).
Makanan jajanan perlu lebih diperhatikan keamanannya karena berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja. Makanan yang sering menjadi sumber
keracunan adalah makanan ringan dan jajanan. karena biasanya makanan ini merupakan hasil produksi industri makanan rumahan yang kurang dapat menjamin kualitas produk olahannya (Adriani dan Wirjatmadi, 2013). Faktor-faktor yang mempenganuhi pemilihan
makanan jajanan meliputi faktor intemal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi. dan motivasi dari Juar. Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan gizi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016 285
-
anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan (Notoatmodjo, 2010).Sikap
seorang remaja adalah komponen penting yang berpengaruh dalam memilih makanan
jajanan. Sikap positif remaja terhadap kesehatan kemungkinan tidak berdampak langsung
pada perilaku remaja menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir
pasti berdampak pada perilakunya. (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan Penelitian Muniroh (2008), menunjukkan tingkat pengetahuan gizi
remaja di Jombang adalah baik sebesar 81,5% tetapi masih terdapat remaja yang berstatus
gizi kurang sebesar 20% walaupun pengetahuan gizinya baik.Menurut Pertiwi dalam
penelitiannya, di MAN 1 MODEL Bandar Lampung tahun 2013 menunjukkan bahwa
32,9% remaja memiliki perilaku kurang baik dalam memilih makanan jajanan (Pertiwi,
2013).
Berkaitan dengan perilaku jajan siswa-siswi di sekolah, peneliti ingin mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam memilih makanan jajanan dengan status
gizi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun 2015. Dipilihnya sekolah
ini karena di dibandingkan SMA lain di Bandar Lampung sekolah ini sangat banyak akses
dalam mendapatkan jajanan seperti bakso tusuk, bakso bakar, sosis goreng, somay, nugget
goreng, cireng, dan lain-lain. Secara fisik makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat
contohnya seperti warna pada nugget dan sosis goreng yang mencolok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
perilaku remaja dalam memilih makanan jajanan dengan status gizi remaja di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross
sectional yang mengukur variabel independen dan dependen dalam waktu yang sama.
Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan peneliti yaitu ingin mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam memilih makanan jajanan dengan status
gizi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMA
Muhammadiyah 2 Bandarlampung tahun 2015/2016 yang berjumlah 308 orang. Dari hasil
perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 1S6 siswa-siswi. Pengambilan data
dilakukan selama 2 bulan yaitu pada oktober dan november 2015. Pada pengumpulan data
dilakukan oleh penulis sendiri dengan dibantu oleh 2 orang tenaga ahli gizi.Untuk
286 PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016
-
mengumpulkan data tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku digunakan kuesioner dan
untuk data status gizi sampel digunakan rumus IMT dengan mengukur berat badan dan
tinggi badan.Kemudian Analisa data selanjutnya adalah analisa bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku sampel dengan status gizinya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Status Gizi responden Status gizi responden diukur berdasarkan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dari hasil
perhitungan berat badan (kg) dibagi tinggi badan kuadrat (ms) kemudian dibandingkan dengan umur responden. Berdasarkan hasil penelitian, pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung sebagian besar berstatus gizi normal yaitu 67,9%, selanjutnya sisanya responden dengan status gizi salah 32,1,9%. Status gizi salah terdiri dari status gizi kurang sebanyak 22 orang atau 14,1%, dan status gizi lebih sebanyak 28 orang atau 17,95%. Hal hampir sama diperoleh dari penelitian Fajar (2011) di SMAN 9 Bandar Lampung bahwa siswa yang memiliki status gizi normal sebesar 70,7%, status gizi kurang 20,7%, dan status gizi lebih 8,6%. Hal ini menunjukkan adanya masalah gizi ganda pada remaja, dimana pada masa tersebut remaja rentan dalam artian fisik, psikis, sosial dan gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak. kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi juga berkaitan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi seseorang berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktifitas kerja.
Pada umumnya remaja lebih suka mengonsumsi makanan jajanan yang kurang bergizi seperti goreng-gorengan, coklat, permen, dan es sehingga remaja tidak mengonsumsi makanan yang beraneka ragam. Remaja sangat terpengaruh pada lingkungan dalam mengonsumsi makanan. Remaja lebih memilih makan diluar rumah bersama teman- teman, sehingga waktu makan tidak teratur dan mengganggu sistem pencermaan. Selain itu, remaja sering tidak melakukan sarapan karena tergesa-gesa beraktifitas sehingga mengalami lapar dan lemas, kemampuan menangkap belajar menjadi menurun, keluar keringat dingin, kesadaran menurun hingga pingsan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016 287
-
Banyak remaja putri menganggap dirinya mengalami berat badan lebih atau mudah
menjadi gemuk sehingga sering diet dengan cara yang kurang benar seperti membatasi atau
mengurangi frekuensi makanan dan jumlah makanan, bahkan memuntahkan makanan yang
sering dimakan, sehingga remaja lama-lama mengalami tidak nafsu makan (Proverawati
dkk, 2010).
Teori tersecbut mendukung hasil penelitian yaitu sebagian besar siswi mengurangi
makan atau sengaja tidak makan karena takut gemuk walaupun status gizinya normal atau
bahkan kurang. Pada keadaan ini, diperlukan peran serta orang tua dalam memantau
pertumbuhan remaja, petugas kesehatan khususnya gizi dalam memberikan informasi
tentang masalah gizi serta perlu ditingkatkannnya kesadaran remaja untuk mengetahui
keadaan gizinya dan cara menindaklanjutinya. Karena status gizi dan kesehatan pada masa
remaja akan menentukan kesehatan remaja di masa depan.
3.2. Distribusi frekuensi pengetahuan responden
Distribusi frekuensi pengetahuan responden dalam memilih makanan jajanan dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pengetahuan responden terbanyak berpengetahuan baik yaitu
139 orang dengan persentase 89,1 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Sari (2014) pada SMA Negeri 5 Metro Lampung bahwa persentasi terbanyak dengan
tingkat pengetahuan gizi baik 88,4% dan masih dijumpai tingkat pengetahuan kurang
sebesar 11,6%. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperoleh untuk dikonsumsi
(Sediaoetama, 2012). Karena masih dijumpainya remaja dengan tingkat pengetahuan
dalam memilih makanan jajanan yang kurang, maka perlu dilakukan kegiatan penambahan
pengetahuan kepada remaja khususnya di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung
melalui kegiatan penyuluhan tentang gizi dan makanan jajanan yang sehat oleh tenaga
kesehatan Puskesmas.
3.3. Distribusi frekuensi sikap responden
Hasil analisis sikap terhadap 156 orang remaja dalam memilih makanan jajanan di
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diperoleh terbesar dengan sikap baik yaitu 65.4% dan sisanya sebesar 34,6%% memiliki sikap dalam kategori kurang baik. Hal ini lebih
baik dibandingkan dengan hasil penelitian pertiwi (2013) di MAN 1 MODEL Bandar
Lampung remaja yang memilki sikap kurang baik dalam memilih makanan jajanan yaitu
sebesar 45,8%.
288 | PROsIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016
-
Masih relatif cukup tingginya remaja yang memiliki sikap kurang baik dalam
memilih makanan jajanan, hal ini dapat discbabkan karena siswa-siswi yang mempunyai
sikap baik mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama pada teman-temannya serta factor
keuangan yang dimiliki oleh siswa-siswi mengingat lokasi sekolah yang strategi dalam
memperoleh makanan jajanan yang beraneka ragam. Sehingga perlu diberikan
pengetahuan tentang cara memilih makanan jajanan yang baik yang diharapkan dapat
mempengaruhi sikap yang lebih baik remaja dalam memilih makanan jajanan.
3.4. Distribusi frekwensi perilaku responden
Hasil wawancara dengan kuesioner yang telah dilakukan terhadap 156 responden
diketahui bahwa perilaku siswa-siswi dalam memilih makanan jajanan dengan kategori
kurang baik sebanyak 82 responden (52,6%). Keadaan ini cukup jauh berbeda dengan
hasil penelitian Pertiwi (2013) di MANI MODEL Bandar Lampung remaja yang memilki
perilaku kurang baik dalam memilih makanan jajanan yaitu sebesar 32,9%. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan perilaku yang salah pada saat siswa-
siswi memilih makanan jajanan seperti kantin yang kurang bersih, peralatan yang
digunakan oleh penjual kurang bersih, memilih makanan jajanan yang wananya
mencolok, dan memilih minuman yang mengandung sakarin atau pemanis buatan. Oleh
sebab itu peneliti menyarankan tidak hanya diberikan pengetahuan kepada siswa-siswi di
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tentang makanan jajanan yang sehat tetapi pada
penjualnya juga perlu dilakukan penyuluhan tentang menyelenggarakan makanan jajanan
yang memenuhi syarat kesehatan.
3.5. Hasil Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi
Berdasarkan Tabel l dapat diketahui bahwa pada responden dengan kategori
pengetahuan kurang berjumlah 17 orang terdapat sebagian besar 76,5% responden
mempunyai status gizi normal. Responden yang berpengetahuan baik juga sebagian besar
66,9 % dengan status gizi normal.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Status Gizi Status Gizi
Total P Pengetahuan Gizi Salah Gizi Normal Value
n n
23,5 33,
Kurang 13 76,5 17 100 0,425 Baik 46 93 66,9 139 100 Jumlah 50 32,1 106 67,9 156 100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016| 289
-
Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,425 (lebih besar dari nilai alpha =
0,05) yang berarti Ho diterima schingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dalam memilih makanan jajanan dengan status gizi remaja di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun 2015. Hasil analisis di atas sama dengan hasil
penelitian yangdilakukan oleh Kristiani (2010) pada siswi SMAN 4 Surakarta yang
menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan status gizi (P
value-0.228). hasil yang sama juga didapat dari penelitian Muniroh (2008) pada remaja
puteri di Jombang dengan pengetahuan gizi baik masih dijumpai remaja dengan status gizi
kurang. Penyebab tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi adalah
karena pengetahuan memberi pengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi.Namun,
asupan gizinya yang memberi pengaruh langsung pada status gizi. Fakta pada penelitian
ini adalah status gizi responden pada umumnya baik dan pengetahuan juga
baik.Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari pilihan makanan yang bergizi, hal
ini masih dipengaruhi oleh kebiasaan dan daya beli.
Hubungan Sikap dengan Status Gizi
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada responden dengan kategori sikap dalam
memilih makanan jajanan kurang berjumlah 54 orang terdapat sebagian besar 64,8%
responden dengan status gizi normal. Demikian pula 102 orang mempunyai sikap baik
sebagian besar juga mempunyai status gizi normal yaitu 69,6%.Hasil uji statistik diperoleh
nilai p-value sebesar 0,542 (lebih besar dari nilai alpha = 0,05) yang berarti Ho diterima
sehingga disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dalam memilih
makanan jajanan dengan status gizi remaja.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap dan Status Gizi
Status Gizi Total P
Sikap Gizi Salah Gizi Normal Value
n n
Kurang 19 35,2 35 64,8 54 100 0,542 Baik 31 30,4 71 69,6 102 100
Jumlah 50 32,1 106 67,9 156 100
290 PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016
-
Sikap adalah respon atau reaksi tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
tertentu, yang melibatkan faktor pendapat serta emosi yang bersangkutan. Sikap dalam
memilih makanan jajanan merupakan hasil perubahan pada siswa-siswi dan mengalami
perubahan terus-menerus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat
budaya tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pemilihan makanan jajanan
adalah sikap dalam memilih makanan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penclitian serupa sebelumnya yaitu yang
dilakukan oleh Purtiantini (2010) di SDIT Muhammadiyah Al-kautsar Gumpang Kartasura
Surakarta mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pemilihan makanan jajanan
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
dalam memilih makanan jajanan dengan nilai p value = 0,460 p value 0,05). Hasil
penelitian menunjukkan sikap anak yang mendukung lebih banyak yang berperilaku tidak
baik. Hal ini discbabkan anak yang mempunyai sikap mendukung terpengaruh olch
lingkungan terutama teman sebayanya. Sikapnya mendukung dalam pemilihan makanan
jajanan tetapi timbul keinginan ingin mencicipi makanan yang di makan temannya. Hal ini
sesuai dengan karakteristik anak sekolah dasar yaitu suka meniru orang-orang disekitarnya
temasuk orang tua, guru dan teman sebaya (Notoatmodjo, 2003)
Hubungan Perilaku dengan Status Gizi
Dari hasil analisis bivariat hubungan perilaku responden dalam memilih makanan
jajanan dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Perilakudan Status Gizi
Status Gizi Total P- Value
Perilaku Gizi Salah Gizi Normal
n n n
Kurang 30 36,6 52 634 82 100 0.201
Baik 20 27,0 54 73,0 74 100
Jumlah 50 32,1 106 67,9 I56 100
Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa pada responden dengan kategori
perilaku kurang dalam memilih makanan jajanan berjumlah 82 orang terdapat sebagian
besar 63,4% responden dengan status gizi normal, sedangkan responden dengan perilaku
baik dalam memilih makanan jajanan berjumlah 74 orang sebagian besar mempunyai
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016 291
-
status gizi normal yaitu 73%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,201 (lebih
besar dari nilai alpha = 0.05) yang berarti Ho diterima sehingga disimpulkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara perilaku dalam memilih makanan jajanan dengan status
gizi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun 2015.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifítas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2010). Perilaku
dalam memilih makanan jajanan merupakan suatu tindakan remaja mencari dan memilih
makanan jajanan disekitar sekolah yang mana makanan jajanan yang sehat dan makanan
jajanan tidak sehat.
Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara perilaku dalam memilih makanan jajanan dengan status gizi yang ditunjukkan oleh p
value = 0,201 (p values 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian serupa
sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Suryani, Sari, dan Jafar (2010) pada mahasiswa
FKM Universitas Hasanudin bahwa tidak ada hubungan yang bermakna perilaku gizi
seimbang dengan status gizi p-value 0,170.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianti
dan Candra (2012) bahwa adanya hubungan yang bermakna antara perilaku makan dengan
status gizi remaja putri di SMA Theresia Semarang dengan p-value 0,001 hasil penelitian
ini mendukung teori Unicef 1998 status gizi dipengaruhi langsung oleh perilaku makan
seseorang
V. KESIMPULANDAN SARAN
Dari penelitian yang dilakukan kepada 156 responden (siswa siswi kelas X dan XI
SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung Tahun 2015, maka dapat disimpulkan seperti
berikut
1. Dari 156 responden sebagian besar termasuk dalam golongan status gizi normal yaitu
106 orang (67,9%)
2. Pengetahuan dalam memilih makanan jajanan terbanyak dalam kategori baik yaitu
139 orang (89,1%).
3 Sikap dalam memilih makanan jajanan terbanyak dalam kategori baik yaitu 102 orang
(65,4%). 4. Perilaku dalam memilih makanan jajanan responden terbanyak dalam kategori kurang
yaitu 82 orang (52,6%)
292 PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016
-
Tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam memilih makanan 5.
jajanan dengan status gizi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung tahun
2015.
Dari penelitian ini disarankan sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara memilih makanan jajanan yang sehat
perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kepada siswa-siswi di SMA Muhammadiyah 2
Bandarlampung secara rutin oleh tenaga puskesmas.
2. Perlu dilakukan penyuluhan oleh tenaga puskesmas secara rutin kepada pedagang
makanan jajanan disckitar SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung tentang bagaimana
makanan jajanan yang sehat.
3. Perlu dilakukan penelitian tentang pola makan dengan status gizi remaja di SMA
Muhammadiyah 2 Bandarlampung
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana, Wirjatmadi, Bambang. 2013. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
A fdal, Novy. 2011. Hubungan Pengetahuan tentang Gizi, Aktivitas Gizi, dan Durasi Tidur dengan Kelebihan Berat Badan Remaja. [Skripsi]. Universitas Andalas. Padang
Departemen Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Nasional Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Departemen Keschatan. 2011. Hati-hati Jangan Jajan Sembarangan [online]. Tersedia (http://www.gizikia.depkes.go.id/837/ [17 Januari 2015]
Fajar, Nur Annisa, 2011, Pengaruh Pengetahuan Gizi, Body Image. Asupan Energi & Protein Terhadap Status Gizi Siswa-siswi SMAN 9 Bandarlampung Tahun 2011, Karya Tulis lImiah Poltekkes Tanjungkarang
Kementrian Kesehatan RI 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Kutegori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks IMT/U. Jakarta : Kemenkes.
Khomsan, Ali. 2010. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kristiani, Nanik dkk, 2010, Hubungan Pengetahuan Gizi& Frekwensi Konsumsi Fast Food dengun Status Gizi Siswa SMAN 4 Surakarta, Fakultas llmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lameshow Stanley et'al. 1997, Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Muniroh. 2008. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perbedaan Status Gizi Remaja Putri di Daerah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Jombang. [Skripsi]. Universitas
Airlangga. Surabaya.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016 293
-
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Imu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pertiwi, Septia. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Remaja Dalam Memilih Makanan Jajanan di MAN I (Model). Karya Tulis IImiah.
Proverawati, Atikah, Kusuma Wati Erna. 2010. Imu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Ruka Medika
Sediaoctama, AD. 2012. IImu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Supariasa, Bakri, Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC.
294 PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI TEMPE NASIONAL 2016