bab ii tinjauan pustaka 2.1 mengkudu 2.1.1 klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/bab ii.pdfyang...

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi Mengkudu Menurut Cronquist (1981), mengkudu mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Divisio : Magnoliopyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Rubiales Famili : Rubiceae Genus : Morinda Species : Morinda citrifolia, L. 2.1.2 Morfologi Umum Tanaman Mengkudu Tanaman mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai dengan ketinggian 1500 dpl baik di tanah yang subur atau marginal. Mengkudu mempunyai penyebaran yang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan Vietnam. Pohon mengkudu memiliki tinggi antara 4 6 m, batang pohon mengkudu bercabang - cabang, berdahan kaku, dan kasar. Ukuran daunnya 15 50 x 5 -17 cm yang merupakan daun tunggal berbentuk jorong langset, tepi daunnya rata, ujung lancip pendek. Pangkal daunnya berbentuk pasak, tulang daunnya menyirip. Warna daunnya hijau mengkilap tidak berbulu (Tjitrosoepomo, 2002). 6 Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Upload: vomien

Post on 07-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengkudu

2.1.1 Klasifikasi Mengkudu

Menurut Cronquist (1981), mengkudu mempunyai klasifikasi sebagai

berikut :

Divisio : Magnoliopyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiceae

Genus : Morinda

Species : Morinda citrifolia, L.

2.1.2 Morfologi Umum Tanaman Mengkudu

Tanaman mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai dengan ketinggian 1500

dpl baik di tanah yang subur atau marginal. Mengkudu mempunyai penyebaran

yang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand

dan Vietnam. Pohon mengkudu memiliki tinggi antara 4 – 6 m, batang pohon

mengkudu bercabang - cabang, berdahan kaku, dan kasar. Ukuran daunnya 15 –

50 x 5 -17 cm yang merupakan daun tunggal berbentuk jorong – langset, tepi

daunnya rata, ujung lancip pendek. Pangkal daunnya berbentuk pasak, tulang

daunnya menyirip. Warna daunnya hijau mengkilap tidak berbulu (Tjitrosoepomo,

2002).

6

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

7

Mengkudu mempunyai tipe perbungaan bonggol bulat, bergangang 1 – 4

cm. Bunganya tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun

yang tumbuh normal, berkelamin dua, dan mahkota bunganya berwarna putih,

berbentuk jorong panjangnya dapat mencapai 1,5 cm. Buah mengkudu termasuk

ke dalam buah batu. Kelopak bunga akan tumbuh menjadi buah yang lonjong

sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5 – 10 cm. Bentuk buah

mengkudu bulat dan permukaan buahnya terbagi dalam sel-sel polygonal (segi

banyak) berbintik – bintik dan berkutil. Daging buah tersusun dari buah – buah

batu berbentuk piramid, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah

mengkudu banyak mengandung air dan aromanya seperti keju busuk. Bau seperti

keju busuk muncul karena adanya pencampuran antara asam kaprik dengan asam

kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap

menjadi seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kapirat yang rasanya

tidak enak, diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik (Tajoedin

dan Ismanto, 2009).

2.1.3 Kandungan zat kimia(Metabolit sekunder)

Buah mengkudu (M. citrifolia) banyak mengandung zat kimia di antaranya

scopoletin glikosida, flavonoid sebagai analgesic, antiradang, antikanker, dan

imunosti, Alizarin, Acubin, L.Asperuloside, dan antrakuinon sebagai antibakteri

memiliki kekuatan dalam melawan bakteri infeksi seperti Esccherchia coli,

Pseudomonas aeruginosa, dan Stapylococcus aereus, serta dapat mengontrol

perkembangan pertumbuhan bakteri yang mematikan seperti Salmonella dan

Shigella. Dalam sari buah mengkudu juga terdapat senyawa saponin. Senyawa

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

8

saponin merupakan suatu molekul yang dapat menarik air (hidrofilik)

menyebabkan hancurnya bakteri sehingga dapat bersifat sebagai zat antibakteri

serta vitamin C sebagai antioksidan (Waha, 2000; Winarti, 2005).

2.2 Ikan Nila

2.2.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Menurut Saanin Jilid 1 & 2 (1984 & 1995), klasifikasi ikan nila

(Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Percomorphii

Sub Ordo : Percoidae

Familia : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species :Oreochromis niloticus

2.2.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila pada umumnya mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping,

perbandingan antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1. Sisik ikan nila

berukuran besar dan kasar. Ikan nila berjari sirip keras, sirip perut torasik, letak

mulut subterminal dan berbentuk meruncing, warna tubuhnya hitam agak

keputihan. Bagian bawah petutup insang ikan nila berwarna putih, sedangkan

pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan ada yang kuning. Sisik ikan nila

besar, kasar, dan tersusun rapi. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis terputus

antara bagian atas dan bawah. Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

9

tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran

kepalanya relatif kecil dengan mulut berada di ujung kepala serta mempunyai

mata yang besar (Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010).

2.2.3 Sifat Biologis Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar

yang termasuk ke dalam famili Cichlidae. Ikan nila memiliki kekerabatan yang

dekat dengan ikan mujair (Tilapia mossambica) yang sangat mudah berkembang

biak di segala jenis perairan. Ikan nila berasal dari benua Afrika tepatnya Afrika

bagian timur di Sungai Nil, Danau Tangayika, Chad, Nigeria dan Kenya lalu

dibawa ke Eropa, Amerika, Negara-negara Timur Tengah dan Asia. Jenis ini

merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah ikan mas

(Cyprinus carpio) yang telah dibudidayakan lebih dari 85 negara. Menurut

Rukmana (2003), komposisi kimia daging ikan nila sebagai berikut; air 65%,

protein 17,5%, lemak 3,3% dan abu 0,9%, ditambahkan Awang et al., (2002),

ikan nila mengandung sumber asam amino yang berguna seperti treonin (175,2

mg/g), leusin (62 mg/g), lisin (20,5 mg/g), metionin (11 mg/g), fenilalanin (30

mg/g) dan tryptophan (15 mg/g).

Ikan nila merupakan spesies ikan yang memiliki ukuran yang cukup besar

yaitu antara 200 - 400 gram, bersifat omnivora yaitu dapat mengkonsumsi

makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri & Khairuman, 2003). Nila dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar

Dissolved Oxygen (DO) antara 4 - 7 mg/L. Secara umum nilai pH air pada

budidaya ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi pH optimum adalah berkisar 6 - 9.

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

10

Pada umumnya ikan nila hidup diperairan yang dalam dan luas ataupun di kolam

yang dangkal dan sempit. Nila juga dapat hidup di perairan tawar, seperti danau,

waduk, sungai, rawa, sawah, dan saluran irigasi. Ikan nila cocok hidup di dataran

rendah sampai agak tinggi, yaitu 500 m dpl. Selain itu, nila juga memiliki

toleransi yang baik terhadap salinitas sehingga ikan ini dapat hidup dan

berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas antara 0 - 30 permil. Suhu

optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah antara 22 – 300C (Dinas Kelautan &

Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010).

2.2.4 Hama dan Penyakit Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2.2.4.1 Hama Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila dapat terserang hama baik ketika dalam pembibitan dan

pemeliharaan ikan nila. Hama yang menyerang ikan nila sama seperti hama yang

menyerang ikan air tawar pada umumnya, di antaranya bebeasan (notonecta),

ucrit (larva cybister), kodok, ular, linsang, dan burung. Pengedaliannya dapat

dilakukan secara fisik di antaranya membuat penghalang bambu sehingga burung

sulit untuk menerkamnya (Suyanto, 2010).

2.2.4.2 Penyakit Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Penyakit pada ikan nila dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, dan parasit,

sehingga penyakit pada ikan nila dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit non

parasiter dan penyakit parasiter.

a. Penyakit Non Parasiter

Penyakit non parasiter pada ikan nila adalah penyakit yang disebabkan

bukan oleh hama ataupun organisme parasit, melainkan penyakit ini dapat

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

11

disebabkan oleh faktor lingkungan dalam hal ini air sebagai media hidup dan

pakan. Menurut Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (2010),

suhu dan pH yang baik untuk ikan nila berkisar pada 22 – 300C dan pH nya 7 – 8

dan salinitas 0 – 35 ppt.

b. Penyakit Parasiter

Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, protozoa, dan cacing. Penyakit parasiter yang disebakan oleh virus

misalnya virus penyebab penyakit seperti Ephitelioma papulasum mengakibatkan

penyakit cacar pada ikan. Hal ini ditandai dengan munculnya bercak – bercak

putih yang perlahan akan membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan

ketebalan antara 1 – 2 mm pada tubuh ikan (Afrianto & Liviawaty, 2005).

Penyakit parasiter pada ikan nila juga disebabkan oleh bakteri yang bersifat

patogen misalnya bakteri A. hydropyla, Pseudomonas sp, Flexiber sp, dan Vibrio

sp. Bakteri tersebut banyak terdapat di kolam air tempat pemeliharaan ikan nila.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah Motil Aeromonas

Septicemia (MAS) atau yang sering disebut Hemorrage Septicema.

MAS disebabkan oleh bakteri A. hydropila dan cara penularan penyakit ini

melalui air, dan kontak badan. Tanda - tanda yang timbul jika ikan mengalami

penyakit MAS di antaranya inflamasi dan lesi pada mulut dan insang, hemorganik

pada sirip tubuh, mata menonjol (exophtalmia atau popeye), perut kembung, ginjal

membengkak, usus berisi mukus yang berwarna kekuningan (Kamiso, 2004;

Harikshin & Balasundarman, 2005).

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

12

Penyakit ikan nila terkadang ada juga yang disebabkan oleh jamur. Jamur

adalah suatu mikroorganisme sering terlihat seperti benang tumbuh di dalam atau

di luar tubuh ikan. Jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan nila

misalnya Saprolegnia sp (mengakibatkan penyakit Saprolegniasis), Achlya sp,

Branchiomyces sp, di antara ketiga jamur tersebut Saprolegnia dan

Branchiomyces sangat menimbulkan dampak paling fatal karena kedua jamur ini

tidak hanya menyerang ikan dewasa saja melainkan menyerang telur – telur ikan

serta mengakibatkan kematian masal pada ikan. Kedua jamur ini dapat

menyerang ikan karena adanya infeksi oleh organisme lain misalnya copepoda

dan adanya luka yang disebabkan karena suhu air turun sehingga ikan akan

mengalami stress (Afrianto & Liviawaty, 2005).

Protozoa juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan nila, yaitu

Icthyopthirius multifiis, Myxobulus sp, Tricodinella sp, dan Epistlyis sp. Gejala

yang ditimbulkan yaitu muncul bintik – bintik putih pada tubuh ikan sehingga

terkadang disebut penyakit white spot. Ternyata selain protozoa, penyakit pada

ikan juga dapat disebabkan oleh cacing. Cacing yang bisa menimbulkan penyakit

pada ikan adalah kelas Trematoda yaitu Gyrodactylus sp dan Dactylogyris sp.

Cacing ini menyerang kulit dan sirip ikan serta insang pada saat tingkat

pemeliharaan yang padat (Afrianto & Liviawaty, 2005).

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

13

2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila

2.3.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila

Menurut Holt et. al, (1998) klasifikasi A. hydrophila sebagai berikut :

Phylum : Protopyhta

Classis : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonadales

Familia : Vibrionaceae

Genus : Aeromonas

Species : Aeromonas hydrophila

2.3.2 Karakteristik Aeromonas hydrophila

A. hydrophila adalah salah satu bakteri heterotropik uniseluler yang

termasuk dalam protista prokariot. Bakteri tersebut memiliki ciri khas yaitu

adanya membran dalam yang memisahkan inti dengan sitoplasma dan memiliki

ukuran sekitar 0,7 – 1,8 x 1,0 – 1,5 mikron serta bergerak dengan menggunakan

polar atau flagel (Baehaki et al., 2004). A. hydrophila bersifat Gram negatif.

Selain itu, bakteri ini juga mampu memfermentasikan beberapa gula seperti

glukosa, fruktosa, maltosa, dan trehalosa. Hasil fermentasi dapat berupa senyawa

asam atau senyawa asam dengan gas. Pada nutrient agar, setelah 24 jam dapat

diamati koloni bakteri dengan diameter 1 - 3 mm yang berbentuk cembung, halus

dan terang (Kabata, 1985).

A. hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin. Bakteri ini

dapat bertahan dalam temperatur rendah ± 4 ºC, bakteri A. hydrophila mampu

tumbuh pada kisaran pH 4,7 – 11 (Cipriano et al., 1984 dalam Fauci 2001). A.

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

14

hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau

penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis ikan air tawar seperti

lele dumbo (Clarius glariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio), gurami

(Osphronemus gouramy), dan ikan nila (Oreochormis niloticus) menimbulkan

wabah penyakit dengan tingkat kematian tinggi (80 - 100%) dalam waktu 1 - 2

minggu.

2.4 Cara Pengobatan Penyakit Ikan

Cara pengobatan penyakit ikan dapat melalui beberapa cara yaitu : metode

perendaman (Dip Method), metode pembilasan (Rapis Flush), metode pemandian

(Bath Method), penyemprotan, penyuntikan, pengobatan melalui makanan atau

pakan, dan pengaliran air.

2.4.1 Metode Perendaman (Dip Method)

Metode perendaman merupakan salah satu cara mengobati ikan yang

terserang penyakit dibagian luar tubuhnya (ekto patogen). Perendaman merupakan

metode pengobatan jangka pendek (short duration). Bila ikan yang terkena

penyakit hanya beberapa ekor maka perendaman dapat dilakukan di dalam bak

atau wadah yang kecil, tetapi jika jumlah ikan yang terkena penyakit banyak

sebaiknya perendaman dilakukan di dalam kolam atau tambak (Kordi, 2004).

Metode perendaman dilakukan dengan memakai dosis kosentrasi yang tinggi

untuk waktu yang pendek. Ikan yang diobati dengan cara ini dimasukkan ke

dalam jaring dan dicelupkan atau bisa langsung direndam di bak atau ember. Cara

ini biasanya diterapkan pada pengobatan ikan dan telur ikan (Kordi, 2004).

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

15

2.4.2 Metode Pembilasan (Rapis Flush)

Cara ini biasanya diterapkan untuk telur ikan yang telah terserang penyakit

jamur. Jamur yang dikenal menyerang telur ikan adalah Saprolegnia sp. dan

Achlya sp. Metode pembilasan dilakukan dengan memakai konsentrasi yang

relatif tinggi. Obat dibilaskan sekaligus dilakukan pengantian air (Kordi, 2004).

2.4.3 Metode Pemandian (Bath Method)

Metode pengobatan dengan cara pemandian biasanya dilakukan selama 1

jam. Selama proses pengobatan mengunakan metode pemandian maka aerasi

harus terus menerus diberikan (Kordi, 2004).

2.4.4 Penyemprotan

Penyemprotan dapat diberikan untuk ikan yang dipelihara di kolam atau

tambak. Dalam penyemprotan ini biasanya menggunakan bahan kimia seperti

pestisida. Cara ini biasanya dilakukan setelah panen. Cara ini dilakukan jika cara

yang lain tidak efektif dalam pengobatan ikan (Kordi, 2004).

2.4.5 Penyuntikan

Pengobatan melalui penyuntikan biasanya dilakukan untuk mengobati

ikan yang terserang penyakit karena infeksi dan hanya untuk ikan – ikan yang

memiliki ukuran besar atau induk – induk ikan. Cara ini efektif jika digunakan

untuk pengobatan ikan dalam jumlah yang relatif sedikit. Penyuntikan dapat

dilakukan melalui dua cara yaitu : secara intra peritoneal (IP), secara intra

muskular (IM).

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

16

a. Secara Intra Peritoneal (IP)

Salah satu cara penyuntikan yang dilakukan pada bagian belakang dari

rongga perut, tepat di depan sirip perut, diusahakan agar tidak melukai usus ikan

(Kordi, 2004).

b. Secara Intra muskular (IM)

Salah satu cara penyuntikan yang dilakukan pada bagian tengah otot

punggung dekat sirip punggung kurang lebih 3 sisik di bawah ujung belakang

sirip punggung (Kordi, 2004). Jenis obat yang umum digunakan untuk mengobati

ikan dengan cara penyutikan, di antaranya terramysin, kemisitin atau

chloramphenicol. Dosis yang digunakan umumnya berdasarkan berat ikan yang

akan disuntik dalam satuan kilogram (Kordi, 2004).

2.4.6 Pengobatan Melalui Makanan atau Pakan

Pengobatan melalui makanan dilakukan jika ikan yang terkena penyakit

masih dapat makan atau belum kehilangan nafsu makannya. Caranya dengan

mencampurkan obat dengan makanan sesuai dosis sebelum makanan diberikan

kepada ikan. Prinsip pengobatan melalui makanan adalah meningkatkan daya

tahan tubuh melalui pemberian pakan dan membunuh organisme penyebab

penyakit dengan cara mencampurkan obat ke dalam makanan. Jenis obat yang

umum digunakan adalah sulfamerazine, sulfadiazin, trisula, dan terramisin (Kordi,

2004).

2.4.7 Pengaliran Air

Pengaliran air adalah salah satu cara untuk mengatasi serangan penyakit

ikan di kolam atau tambak yang disebabkan oleh senyawa beracun atau kualitas

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

17

air kolam atau tambak yang kurang memenuhi syarat. Pengaliran air ini bertujuan

untuk mengencerkan senyawa beracun atau menciptakan kondisi lingkungan

kolam atau tambak yang lebih baik sehingga daya tahan tubuh ikan tetap baik.

Adanya aliran air yang lancar akan menghanyutkan sisa pakan, hasil eksresi,

sehingga tidak terdapat senyawa beracun hasil dekomposisi dari bahan tersebut.

Aliran air juga dapat mempertahankan temperatur dan kelarutan oksigen di kolam

atau tambak sehingga tetap menunjang kehidupan ikan (Kordi, 2004).

2.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai ekstrak buah

mengkudu baik secara in vitro maupun in vivo. Menurut Silfana (2006),

menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan

bakteri A. hydrophila. Konsentrasi terendah ekstrak buah mengkudu yang mampu

menghambat pertumbuhan A. hydrophila adalah 16,6 mg/L dengan penghambatan

rata - rata sebesar 0, 72 mm.

Menurut Hermawan (2011), pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap

ikan patin yang terserang bakteri A. hydrophila efektif. Pada penelitian ini

menggunakan konsentrasi 90 mg/L, 95 mg/L, 100 mg/L, dan 105 mg/L. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menyembuhkan

ikan patin yang terkena A. hydrophila. Nilai sintasan ikan patin yang paling

tinggi pada konsentrasi 100 mg/L yaitu sebesar 66,7%.

Menurut Ma’ruf (2011), pemberian ekstrak buah mengkudu terhadap ikan

lele yang terserang bakteri A.hydrophila sangat efektif. Pada penelitian ini

menggunakan konsentrasi 73 mg/L, 75 mg/L, dan 77 mg/L. Hasil penelitian ini

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengkudu 2.1.1 Klasifikasi ...repository.ump.ac.id/7310/3/BAB II.pdfyang cukup luas di antaranya Pasifik Selatan, India, Afrika, Indonesia, Thailand dan

18

menunjukkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat menyembuhkan ikan lele yang

terkena A. hydrophila, nilai sintasan ikan lele yang paling tinggi pada konsentrasi

73 mg/L yaitu sebesar 97,5%.

Upaya Penyembuhan Ikan..., Siti Nur Amanah, FKIP, UMP, 2013