bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/tsa-2014-0058 2.pdf ·...

29
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 E-learning 2.1.1.1 Sejarah Perkembangan E-learning Perkembangan dan kemajuan internet, memberikan sebuah cara dalam hal mengatasi keterbatasan (ruang, tempat, waktu) dalam proses belajar mengajar yang menuntut mahasiswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang semakin berkembang dan tak terbatas ini. E-learning adalah sebuah cara yang memungkinkan proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan fleksibel, dengan menggunakan media elektronik, seperti komputer dan internet, agar bisa memperoleh materi dan pengetahuan secara aktif dan mandiri oleh mahasiswa itu sendiri (Journal ComTech, 2010). Asal-usul istilah e-learning tidak pasti, ada yang mengatakan istilah ini berkembang mulai dari tahun 1980-an, dan dalam jangka waktu yang sama e-learning dikatakan sebagai belajar online. Definisi e- learning sudah banyak dikembangkan oleh beberapa penulis, baik secara eksplisit maupun secara spesifik dalam artikel mereka. Semua definisi yang tertulis tentang e-learning memiliki pertentangan satu sama lain yang dilihat dari perbandingan karakteristiknya (Moore Deane Galyen, International Journal 2010).

Upload: lyngoc

Post on 09-Sep-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

12  

BAB II

LANDASAN TEORI  

 

2.1 Landasan Teori 2.1.1 E-learning

2.1.1.1 Sejarah Perkembangan E-learning

Perkembangan dan kemajuan internet, memberikan sebuah cara

dalam hal mengatasi keterbatasan (ruang, tempat, waktu) dalam proses

belajar mengajar yang menuntut mahasiswa untuk memperoleh ilmu

pengetahuan yang semakin berkembang dan tak terbatas ini. E-learning

adalah sebuah cara yang memungkinkan proses belajar mengajar menjadi

lebih mudah dan fleksibel, dengan menggunakan media elektronik, seperti

komputer dan internet, agar bisa memperoleh materi dan pengetahuan

secara aktif dan mandiri oleh mahasiswa itu sendiri (Journal ComTech,

2010).

Asal-usul istilah e-learning tidak pasti, ada yang mengatakan

istilah ini berkembang mulai dari tahun 1980-an, dan dalam jangka waktu

yang sama e-learning dikatakan sebagai belajar online. Definisi e-

learning sudah banyak dikembangkan oleh beberapa penulis, baik secara

eksplisit maupun secara spesifik dalam artikel mereka. Semua definisi

yang tertulis tentang e-learning memiliki pertentangan satu sama lain yang

dilihat dari perbandingan karakteristiknya (Moore Deane Galyen,

International Journal 2010).

13

Secara garis besar sistem e-learning dibangun oleh tiga komponen,

yaitu konten e-learning, content management systems, dan learning

management systems. Content management systems (CMS) merupakan

sistem aplikasi yang berguna untuk memfasilitasi dan mengelola proses-

proses pengunggahan, pengarsipan, pencarian, dan penghapusan konten

atau informasi secara lebih mudah dan sistematis (Gartika dan Rita, 2013).

Learning Management Systems (LMS) merupakan sebuah

tool/software untuk membuat dan mengatur suatu pembelajaran yang

berkesinambungan secara online, misalnya perkuliahan online.

Perkuliahan online dapat dibayangkan dengan banyaknya halaman-

halaman web, gambar-gambar, animasi ataupun quiz yang dilakukan

secara online. Hal itu membutuhkan adanya forum diskusi antara dosen

dan mahasiswa (Gartika dan Rita, 2013).

E-learning berkembang dengan dukungan penuh teknologi

informasi. e-learning berkembang tidak sebatas karena munculnya

teknologi-teknologi software baru melainkan lebih luas mencakup pula

perkembangan teknologi perangkat komputer dan networking. e-learning

dikembangkan dari aspek pembelajaran dan aspek teknologi, dan

keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi software

dan hardware and networking/communication (Gartika dan Rita, 2013).

Learning Management System (LMS) berfungsi menyimpan,

mengelola, dan mendistribusikan berbagai material pelatihan atau ujian

yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan catalog online sehingga

14

pembelajar dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai materi

pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas

setiap pembelajar yang memeanfaatkan e-learning (Gartika dan Rita,

2013).

2.1.1.2 Pengertian E-learning

Istilah e-learning mengandung arti yang sangat luas, sehingga

banyak pakar yang menguraikan pengertian e-learning dari berbagai sudut

pandang yang berbeda satu sama lain. Menurut Bell (2007) e-learning

merupakan suatu penawaran yang unik dari segi fleksibilitas dan kontrol,

yang artinya seorang pelajar dapat memilih tempat dan waktu belajar

mereka serta dapat mengatur kegiatan pembelajaran yang ada. Sedangkan

menurut Clark dan Meyer (2008) e-learning sebagai instruksi yang

disampaikan melalui komputer yang dirancang untuk mendukung

pembelajaran seseorang. Secara garis besar, dapat disimpulkan e-learning

merupakan metode pembelajaran secara elektronik yang menggunakan

media internet dengan tersampaikannya bahan ajar kepada pengguna.

Berikut ini merupakan beberapa penggunaan terminologi yang

sering digunakan dalam menggantikan e-learning, yaitu (Romi, 2008):

1. Online learning

2. Software Learning

3. Multimedia Learning

4. Computer based learning

15

Menurut Romi (2008), secara garis besar terminologi diatas dapat

diwakili oleh e-learning, baik dalam perspektif umum (online learning,

computer based learning) maupun dalam perspektif komponen e-learning

(multimedia learning sebagai komponen e-learning content dan software

learning sebagai komponen e-learning system).

Matthew Comerchero dalam Bloomsburg (2006) mendefinisikan e-

learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri,

komunikasi, efisiensi, dan teknologi, karena ada keterbatasan dalam

interaksi sosial, mahasiswa harus menjaga diri mereka tetap termotivasi.

E-learning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang-pergi.

Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang

dapat diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai

dan sarana teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet.

Rosenberg (2001) mendefinisikan e-learning sebagai fenomena

jaringan memungkinkan untuk revisi instan dan distribusi. E-learning

melampaui pelatihan dan instruksi kepada penyampaian informasi dan alat

untuk meningkatkan kinerja. Manfaat e-learning banyak termasuk

efektivitas biaya, meningkatkan responsif terhadap perubahan, konsistensi,

konten tepat waktu, aksesibilitas yang fleksibel, dan menyediakan nilai

pelanggan.

16

2.1.1.3 Tipe E-learning

Dengan adanya bermacam-macam penggunaan e-learning

sekarang ini, tipe dari e-learning dibedakan menjadi dua model

pembelajaran. Menurut Rosen (2009) ada dua tipe penyampaian dalam e-

learning itu sendiri, yaitu synchronous dan asynchronous.

1. Penyampaian secara synchronous

Pertemuan antara mahasiswa dan dosen yang ditentukan

oleh waktu untuk melakukan proses pembelajaran.

2. Penyampaian secara asynchronous

Mahasiswa menggunakan materi yang disediakan melalui

website untuk digunakan setiap waktu, sehingga mahasiswa

dapat mengakses bahan ajar sesuai kebutuhan.

Menurut Effendy dan Zhuang (2005) synchronous adalah

mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang sama dalam melakukan

proses pembelajaran sehingga interaksi langsung antar mahasiswa dan

dosen dapat terlaksana dengan baik. Pelatihan ini mirip dengan kelas

seperti biasanya, hanya saja ini bersifat online. Sedangkan, asynchronous

adalah mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang berbeda dalam

proses pembelajaran sehingga mahasiswa dapat melakukan kegiatan

pembelajaran setiap saat. Pembelajaran ini memang tidak memungkinkan

mahasiswa dan dosen berada dalam waktu yang sama, namun interaksi

tersebut dapat dilakukan secara tidak langsung melalui email maupun

forum diskusi di website.

17

2.1.1.4 Karakteristik E-learning

E-learning tidak hanya mencakup metode dan konten pembelajaran

yang disampaikan melalui CD-ROM, Internet atau Intranet (Benson et al,

2004; Clark, 2002) tetapi juga termasuk audio dan video. Berikut ini

merupakan karakateristik dari e-learning menurut para ahli :

Tabel 2.1 Karakteristik E-learning

NO Author Year of Publication

Book Title Characteristics of E-learning

1. Clark, Ruth Colvin, Mayer, Richard E.

2003 E-learning and the science of instruction : proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning 

- Mencakup isi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

- Menggunakan metode-metode pengajaran seperti contoh-contoh dan latihan untuk mendukung pembelajaran.

- Menggunakan elemen media, seperti kata-kata dan gambar untuk mengantarkan isi dan metode.

- Pembelajaran dapat langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun secara individu (asynchronous).

- Membangun ilmu dan keahlian baru yang terkait dengan tujuan pembelajaran secara individu atau untuk meningkatkan kinerja organisasi.

18

2. Gartika Rahmasari dan Rita Rismiati

2013 e-learning : Pembelajaran Jarak

Jauh

- Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa, dapat berkomunikasi dengan relative mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

- Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja, dimana saja, ketika yang bersangkutan memerlukannya.

- Jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat dikomputer.

- Menggunakan jasa internet sebagai media utama. Internet memberikan sumber aja yang sangat lengkap sehingga peran pengajar dalam proses pendidikan tidak terlalu vital.

Sehubungan dengan karakteristik di atas, berbagai elemen yang terdapat

dalam sistem e-learning yaitu sebagai berikut (Gartika dan Rita, 2013) :

1. Soal-soal

Materi yang disediakan dalam bentuk modul, adanya soal-soal yang

disediakan dan hasil pengerjaannya dapat ditampilkan. Hasil tersebut dapat

dijadikan sebagai tolok ukur dan mahasiswa mendapatkan apa yang dibutuhkan.

2. Komunitas

Mahasiswa dapat mengembangkan komunitas online untuk memperoleh

dukungan dan berbagi informasi yang saling menguntungkan.

3. Pengajar Online

Dosen selalu online untuk memberikan arahan kepada para pelajar,

menjawab pertanyaan, dan membantu dalam diskusi.

4. Kesempatan Bekerja Sama

19

Dalam sistem e-learning terdapat perangkat lunak yang dapat mengatur

pertemuan online sehingga belajar dapat dilakukan secara bersamaan atau

realtime tanpa kendala jarak.

5. Multimedia

Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan teknologi audio dan

video sehingga menarik minat dalam belajar.

2.1.1.5 Fungsi E-learning

Menurut Siahaan (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga fungsi

pembelajaran elektronik (e-learning) terhadap kegiatan pembelajaran antara

pengajar dan peserta didik, yaitu :

1. Suplemen (tambahan)

e-learning dikatakan berfungsi sebagai suplemen jika peserta didik

memiliki kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran

elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada kewajiban atau keharusan bagi

peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya

opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan

pengetahuan atau wawasan.

2. Komplemen (pelengkap)

e-learning dikatakan berfungsi sebagai komplemen jika materi

pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran

yang diterima peserta didik.

3. Subtitusi (pengganti)

20

e-learning dapat dikatakan sebagai subtitusi jika e-learning dilakukan

sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model

kegiatan pembelajaran. Terdapat tiga model pembelajaran yang dapat dipilih,

yaitu :

- Sepenuhnya secara tatap muka

- Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, dan

- Sepenuhnya melalui internet.

2.1.1.6 Kelebihan dan Kekurangan E-learning

1. Kelebihan e-learning (Gartika dan Rita, 2013)

- Proses pemebelajaran menjadi fleksibel karena mahasiswa dapat belajar

dimana saja dan kapan saja.

- Akses pendidikan menjadi lebih mudah

- Materi pembelajaran menjadi lebih lengkap

- Proses belajar menjadi lebih hidup dan terbuka

- Efektivitas pembelajaran meningkat

- Waktu pembelajaran menjadi lebih hemat

- Biaya perjalanan mahasiswa berkurang karena tidak harus datang ke

kampus

- Wilayah geografis jangkauan pembelajaran lebih luas

- Mahasiswa terlatih untuk lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu

pengetahuan

2. Kekurangan e-learning (Effendi dan Heritl, 2008)

- Kurangnya penguasaan komputer

21

- Mahasiswa merasa terisolasi

- Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi

cenderung gagal

- Tidak disemua tempat tersedia fasilitas internet

- Proses pembelajaran cenderung kea rah pelatihan daripada pendidikan

- Berubahnya peran pengajar yang semula menguasai teknik secara

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknkik pembelajaran yang

menggunakan ICT.

- Kurangnya interaksi antara mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan

mahasiswa lainya yang dapat memperlambat terbentuknya nilai dalam

proses pembelajaran.

2.1.2 Online Learning

2.1.2.1 Sejarah Perkembangan Online Learning

Online learning merupakan bagian dari e-learning dimana terminologi

yang digunakan oleh e-learning merujuk pada online learning itu sendiri.

Online learning merupakan versi pembelajaran yang baru dari tahap

konvensional ke tahap online, dimana awalnya para peserta didik belajar

secara tatap muka kemudian dikembangkan menjadi belajar melalui media

internet atau dapat dikatakan sebagai belajar online.

Menurut King, Young, Drivere-Richmond, dan Schrader (2001)

tidak mendukung adanya pembelajaran jarak jauh ataupun pendidikan

jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh diartikan sebagai kemampuan

seseorang menerima pengetahuan, sedangkan pendidikan jarak jauh adalah

22

kegiatan yang dilakukan dalam belajar dan keduanya masih dibatasi oleh

perbedaan waktu dan tempat (Volery & Lord, 2000). Pembelajaran

seharusnya tidak boleh dibatasi oleh waktu dan tempat, tetapi

pembelajaran harus didapatkan secara langusng oleh setiap orang agar

dapat dipahami dan dimengerti setiap subjek pengetahuan yang didapat.

Pembelajaran menjadi salah satu faktor yang penting dalam dunia

pendidikan, jika didasarkan pada perkembangan teknologi sekarang ini

pembelajaran dibatasi oleh jarak, yaitu waktu dan tempat (Loring, 2008).

Istilah jarak kemudian berkembang untuk menggambarkan bentuk-bentuk

pembelajaran, misalnya secara online learning, e-learning, pembelajaran

kolaboratif secara online, belajar virtual, pembelajaran berbasis web, dan

lain-lain (Conrad, 2006).

Belajar secara online dijelaskan oleh sebagian penulis sebagai

akses ke pengalaman belajar melalui penggunaan beberapa teknologi

(Benson, 2004; Carliner, 2004; Conrad, 2002). Pembelajaran online adalah

versi yang lebih terbaru dari pembelajaran jauh atau versi perbaikan dari

pembelajaran jarak jauh, yang meningkatkan akses kesempatan

pendidikan bagi peserta didik (Benson, 2004). Tidak hanya aksesibilitas

pembelajaran online, tetapi juga konektivitas, fleksibilitas dan kemampuan

untuk mempromosikan interaksi yang bervariasi dalam kecanggihan

teknologi tersebut (Ally, 2004; Hiltz & Turoff, 2005; Oblinger &

Oblinger, 2005).

23

Pembelajaran online adalah versi terbaru dari Online learning yang

telah mencapai titik dimana metode pembelajaran tersebut telah diterima

sebagai sebuah alternatif ataupun pengembangan dari pendidikan tatap

muka yang tradisional (Akyol, 2011). Robey (2009) melakukan penelitian

dengan menggunakan studi delphi untuk mengetahui isu-isu terkait dengan

online learning. Dimana semua educator counselor tidak menyetujui

apabila course yang mengasah kemampuan dibawakan secara online.

Memang dalam hal pemahaman materi, mahasiswa akan lebih jelas

apabila pembelajaran dilakukan secara tatap muka karena akan

memudahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan secara langsung

kepada dosen yang bersangkutan. Lain halnya dengan sebagian

mahasiswa, pembelajaran secara online  memudahkan mereka untuk dapat

belajar secara mandiri dan dapat melakukan pekerjaan lainnya disamping harus

datang ke kampus dan menghadiri perkuliahan secara langsung. E-learning

memberikan kemudahan kepada mahasiswa untuk memperoleh bahan materi

ataupun tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. E-learning memudahkan

pembelajaran menjadi semakin efisien dan efektif yaitu mahasiswa dengan

mudah mendapatkan bahan ajar dari dosen dan melakukan sharing

opinion  antar mahasiswa. Dengan begitu, secara langsung mahasiswa

dapat bertukar pikiran satu sama lain dengan media pembelajaran yang

lebih efektif.

Tavangarian, Leypold, Nölting, Roser, dan Voigt (2004) serta Triacca,

Bolchini, Botturi, dan Inversini (2004) merasa bahwa teknologi yang

digunakan tidak cukup sebagai deskriptor. Tavangarian et al. (2004)

24

menyatakan bahwa e-Belajar tidak hanya prosedural, tetapi juga

menunjukkan beberapa transformasi pengalaman individu dalam

pengetahuan melalui proses konstruksi pengetahuan. Triacca et al. (2004)

percaya bahwa e-Belajar adalah jenis pembelajaran online.

Learning Environment online (OLE) adalah pembelajaran yang

disampaikan melalui sistem pada lingkungan sekitar (Asunka, 2008;

Barnard-Brak, Lan, & Paton, 2010; Khan, 2001; Rhode, 2009; Zhang &

Kenny, 2010). Objek belajar adalah istilah yang merupakan pengelolaan

lingkungan. Ada beberapa kesepakatan bahwa obyek pembelajaran adalah

sumber daya digital yang dapat digunakan kembali untuk membantu

dalam belajar (Nichols, 2003; Spector, 2007). Pada tipe course design

lingkungan belajar, instruktur mengontrol instruksional sequencing dan

semua peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan belajar pada waktu yang

ditentukan (Rhode, 2009). Pembelajaran ini terjadi pada lingkungan

belajar yang berbeda dalam self-paced. Self-paced adalah keterangan yang

digunakan untuk lingkungan belajar yang memungkinkan individu untuk

belajar secara online dalam waktu mereka sendiri dan pada kecepatan

mereka sendiri, dari lokasi mereka sendiri (Rhode, 2009; Spector dkk,

2008). Ketika istilah self-directed digunakan, itu adalah sering mengacu

pada semua jenis pembelajaran jarak jauh. Hal ini didefinisikan oleh

Garrison (2003) sebagai cara belajar yang terkendali, dimana pelajar lebih

bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan mereka

memantau dan mengelola aspek kognitif dan kontekstual dari yang mereka

25

belajar. Self-directed juga dapat dianggap sebagai belajar mandiri, yang

tidak memiliki interaksi untuk pelajar.

2.1.2.2 Blended Learning

Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel dalam

menggabungkan pembelajaran secara online maupun reguler. Menurut

Rovai and Jordan (2004: 3) model blended learning pada dasarnya

merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara

tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (e-learning).

Pembelajaran online dalam blended learning adalah mutasi dari

pembelajaran tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to

face). Melalui pembelajaran blended learning, mahasiswa dapat terbantu

dalam proses belajar mengajar yang awalnya secara konvensional,

sekarang didukung dengan pembelajaran online sehingga pembelajaran

mahasiswa semakin efektif.

Menurut Jusoff and Khodabandelou (2009: 82), blended learning

bukan hanya mengurangi jaraka antara dosen dan mahasiswa dalam proses

pembelajaran, namun dapat meningkatkan komunikasi antara mahasiswa

dan dosen melalui media online.

2.1.3 Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

kompetensi mahasiswa, dimana kebiasaan belajar dilihat dari suatu kegiatan yang

26

dilakukan secara beulang-ulang menjadi suatu kebiasaan yang rutin dilakukan.

Menurut Eysenk (dalam Yusuf dan Legowo. 2007), kebiasaan adalah pola tingkah

laku, kondisi, atau situasi yang terbentuk melalui proses belajar. Kebiasaan

diartikan sebagai bentuk tingkah laku dari seseorang yang menyesuaikan dirinya

terhadap lingkungan sekitar yang mengandung unsure afektif perasaan (Nasution,

2005). Kebiasaan belajar adalah pola perilaku yang menyangkut aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang dalam belajar. Banyak cara dan

sarana untuk menanamkan suatu kebiasaan pada seseorang, misalkan dengan

memberikan tugas pekerjaan rumah untuk dilakukan setiap harinya (Susana,

2006).

2.1.3.1 Komponen Kebiasaan Belajar

Menurut Brown dan Holzman (dalam Yusuf dan Legowo, 2007) kebiasaan

belajar dikelompokkan ke dalam dua konsep dasar Delay Avoidance (DA) dan

Work Method (WM).

1. Delay Avoidance adalah tingkah laku akademik yang berhubungan dengan

ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas, penundaan dalam belajar,

hal-hal yang menganggu dalam belajar, membuat jadwal perencanaan

belajar, memanfaatkan waktu luang untuk belajar (Yusuf dan Legowo,

2007).

2. Work Method adalah tingkah laku akademik yang berhubungan dengan

‐ Prosedur belajar,

‐ Keterampilan belajar, dan

‐ Strategi belajar.

27

Ketiga ini merupakan unsur penting dalam work method, apabila ketiga

unsur tersebut dapat diterapkan secara tepat kepada mahasiswa, maka kompetensi

belajar mahasiswa akan berjalan dengan optimal dan dapat mengalami

peningkatan (Yusuf dan Legowo, 2007).

2.1.4 Kompetensi

Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan

dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar

yang memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang

dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau

pada situasi tertentu.

Menurut Spencer dalam (Moeheriono 2009: 4) kompetensi terletak pada

bagian dalam setiap manusia dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang

dapat memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua

situasi dan tugas pekerjaan atau jobs task.

2.1.4.1 Komponen Kompetensi

Menurut Hutapea dan Thoha (2008:28) mungungkapkan bahwa ada tiga

komponen pembentuk kompetensi, yang terdiri dari :

1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau

dikehendaki oleh seseorang, sehingga me-nyebabkan suatu kejadian.

Motif tingkah laku seperti me-ngendalikan, mengarahkan, membimbing,

memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.

28

2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap

informasi atau situasi tertentu.

3. Pengetahuan (knowledge) merupakan pengetahuan yang dimiliki

seseorang dalam bidang tertentu.

4. Keterampilan (skill) merupakan kemampuan karyawan untuk melakukan

sutau aktivitas atau pekerjaan, dan

5. Sikap (attitude) merupakan perilaku pekerja yang muncul pada orang-

orang yang bekerja dengan produktif.

 Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency

karena sulit untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi

knowledge dan skill disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah

dikembangkan dan mudah mengukurnya, sedangkan komponen kompetensi self

concept atau attitude berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut.

Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003) competency merupakan

kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku

(attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah

organisasi dan hasil kerja serta kontribusi pribadi mahasiswa terhadap

organisasinya. Dari lima komponen kompetensi di atas, dapat dilihat bahwa

Watson Wyatt menggunakan istilah knowledge, skill, dan attitude atau KSA untuk

konsep kompetensi.

Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Sebagai contoh, EC 2000 General Criterion.

29

a. Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan matematika, ilmu pengetahuan, dan

teknik (An ability to apply knowledge of math, science, and engineering).

b. Kemampuan untuk berfungsi pada tim multi disiplin (An ability to function on

multi disciplinary teams : soft skill).

c. Kemampuan untuk menggunakan teknik, keterampilan, dan alat-alat teknik modern

yang diperlukan untuk praktek (An ability to use the techniques, skills, and modern

engineering tools necessary for engineering practice).

2.1.5 Varian Satu Jalur (One Way Anova)

One way anova (analisis ragam satu arah) biasanya digunakan untuk

menguji rata-rata perlakukan dari suatu percobaan yang menggunakan 1 faktor, di

mana 1 faktor tersebut memiliki 2 atau lebih kelompok (Syofian, 2013).

2.1.5.1 One way Anova untuk Sampel k Berkorelasi

One way anova merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk data

berjenis interval atau rasio, dengan k sampel (lebih dari dua sampel) yang

berkorelasi dengan satu faktor yang mempengaruhi (Syofian, 2013). Salah satu

pembagian dari one way anova ini adalah pengujian terhadap data sampel yang

tidak sama banyak.

Pengertian dari data sampel yang tidak sama banyak adalah data yang

diambil dari setiap sampel atau populasi, jumlah atau ukurannya tidak sama

banyak. Prosedur uji statistic untuk data sampel tidak sama jumlahnya dengan

data sampel sama banyak (Syofian, 2013).

30

2.1.6 Metode Regresi

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan

variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas, dengan tujuan untuk

mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel tak

bebas berdasarkan nilai variable bebas. Hasil analisis regresi adalah berupa

koefisien (parameter) untuk masing-masing variabel bebas (Dwi, 2007).

2.1.6.1 Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2007:210) analisis regresi ganda digunakan untuk

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependent (kriterium),

bila dua atau lebih variabel independent sebagai faktor prediktor dimanipulasi

(dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah

variabel independennya minimal dua.

Regresi berganda merupakan pengembangan dari regresi linier sederhana,

yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk melakukan presiksi

permintaan di masa yang akan datan, berdasarkan data masa lalu atau untuk

mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu

variabel tak bebas (dependent). Penerapan metode regresi berganda jumlah

variabel bebas (independent) yang digunakan lebih dari satu yang mempengaruhi

satu variabel tak bebas (dependent) (Syofian, 2013).

Rumus regresi linear berganda dengan dua variabel bebas (Syofian, 2013) :

Y = a + +

31

Y = Variabel terikat

= Variabel bebas pertama

= Variabel bebas kedua

a dan serta = Konstanta

Dalam memperoleh hasil perhitungan Regresi, dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu perhitungan manual, menggunakan fungsi pada Microsoft Excel,

atau menggunakan Software statistik atau biasa sering dikenal dengan SPSS.

Asumsi yang diperlukan untuk analisis ini adalah uji normalitas. Uji normalitas

diperlukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dari setiap variabel

dependent dan independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah yang mendekati normal (Imam

Ghozali,2009). Untuk melihat model regresi normal atau tidak, dilakukan analisis

grafik dengan melihat normal probability report plot yang membandingkan antara

distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi normal. Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang

menggantikan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Imam Ghozali,

2009)

2.1.7 Statistik

2.1.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan

bagaimana cara mendsekripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau

menguraikan data, agar mudah dipahami. Ada beberapa cara yang dapat

32

digunakan dalam mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau

menguraikan data, antara lain (Syofian, 2013) :

1. Menentukan ukuran dari data, seperti nilai modus, rata-rata, dan

nilai tengah (median)

2. Menentukan ukuran variabilitas data, seperti variasi (varian),

tingkat penyimpangan (deviasi standar), dan jarak (range).

3. Menentukan ukuran bentuk data, seperti skewness, kurtosis, dan

plot boks.

2.1.7.2 Statistik Parametrik

Statistik Parametrik adalah statistik yang mempertimbangkan

jenis sebaran/ distribusi data yang berdistribusi normal dan memiliki

varian homogen. Pada umumnya, data yang digunakan pada statistic

parametric ini bersifat interval dan rasio. Uji statistik yang dapat

digunakan pada statistik parametrik, antara lain (Syofian, 2013) :

1. Uji f (1 atau 2 sampel),

2. Uji t (1 atau 2 sampel),

3. Korelasi sederhana dan berganda,

4. One or two way anova test, dan

5. Analisis regresi sederhana dan berganda.

 Dalam menguji signifikasi suatu koefisien korelasi, maka dapat

menggunakan statistik uji t student dengan rumus :

33

Gambar 2.1 Rumus Uji Statistik (Sumber : Sugiyono, 2010)

Keterangan:

t : nilai uji t

r : koefisien korelasi

n : jumlah sampel

Dalam mengetahui ditolak atau tidaknya hipotesis, Riduwan dan Sunarto

(2007: 83) mengungkapkan kaidah yang digunakan dalam pengujian terhadap

hipotesis penelitian dalam kaidah pengujian, yaitu :

Jika t hitung ≥ t table, maka tolak H0 artinya signifikan dan

t hitung ≤ t table, maka terima H0 artinya tidak signifikan.

Nilai dapat di cari dengan menggunakan tabel distribusi t dengan

cara taraf signifikan α = 0.05 /2 = 0.025 (dua sisi). Kemudian di cari pada

tabel distribusi student t.

2.1.8 Korelasi Berganda

Korelasi Pearson Product Moment adalah untuk mencari hubungan dua

variabel bebas dan dengan variabel tak bebas (Y), dan data berbentuk

interval dan rasio (Syofian, 2013). Analisis Korelasi berganda digunakan untuk

mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara tiga variabel atau lebih, serta

untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel dan

terhadap nilai variabel Y (Syofian, 2013).

34

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No Peneliti Judul Variabel Hasil dan Pembahasan

1. Risa

Wahyuningsih

(2010)

Pengaruh Metode e-

learning dan

Kebiasaan Belajar

Terhadap Prestasi

Belajar Mata Kuliah

Dokumentasi

Kebidanan

= Metode e-learning

= Kebiasaan Belajar

Y = Prestasi Belajar

Ada pengaruh secara parsial antara

kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.

Hubungan tersebut bersifat positif artinya

semakin baik kebiasaan belajar

mahasiswa akan semakin baik nilai

prestasi belajarnya.

2. Made Ayu

(2012)

Pengaruh e-learning

dan minat belajar

terhadap kemampuan

membaca bahasa

inggris.

= e-learning

= Minat Belajar

Y = Kemampuan Membaca

e-learning dan minat belajar

berpengaruh terhadap kemampuan

membaca bahasa Inggris. Kedua variabel

tersebut mempengaruhi variabel Y secara

bersama-sama.

3. Akhmad

(2011)

Pengaruh

pengembangan model

pembelajaran e-

learning pada

X = e-learning

Y = Prestasi Belajar

Ada pengaruh yang signifikan

pembelajaran e-learning terhadap prestasi

belajar mahasiswa. Artinya dengan

adanya e-learning, presetasi belajar

35

fakultas kedokteran

UMS

mahasiswa semakin meningkat.

4. Grace

Togatorop

(2010)

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Efektivitas Kerja Pada Karyawan Carefour

= Pengetahuan (knowledge)

= Sikap (attitude)

= Keterampilan (skill)

Y = Efektivitas Kerja

Variabel Pengetahuan, Sikap, dan

Ketrampilan secara bersama-sama

mempengaruhi efektivitas kerja pada

karyawan. Jika pengetahuan, sikap, dan

keterampilan karyawan semakin baik,

maka efektivitas kerja yang di hasilkan

pula semakin baik.

5. Normi

(2012)

Analisis Pengaruh Kompetensi, dam iklim organisasi terhadap kinerja pegawai universitas Methodist Indonesia medan

= Kompetensi

= Iklim Organisasi

Y = Kinerja Pegawai

Variabel kompetensi dan iklim organisasi

secara bersama-sama mepengaruhi

peningkatan kinerja pegawai. Semakin

tinggi kompetensi dan iklim organsisasi

semakin baik maka kinerja pegawai akan

semakin meningkat.

6. Yuspa Ringga

(2012)

Meningkatkan

kebiasaan belajar

yang baik

menggunakan

layanan bimbingan

kelompok pada siswa

kelas VIII SMP

X = Kebiasaan Belajar

Y = Hasil Belajar

Ada pengaruh antara kebiasaan belajar

terhadp hasil belajar.Kebiasaan belajar

yang baik membawa hasil belajar yang

baik bagi siswa. Dengan bimbingan

belajar kelompok, hasil belajar siswa

dapat meningkat karena kebiasaan belajar

melalui kegiatan bimbingan tersebut.

36

Negeri 28 Bandar

Lampung

7. Tri Wahyu

(2007)

Studi perbandingan

antara teori

konstruktivisme dan

konsep e-learning

dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia

= Teori Konstruktivisme

= Konsep e-learning

Y = Hasil Belajar

Teori konstruktivisme berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil belajar

mahasiswa, yang artinya siswa yang

belajar dengan teori konstruktivisme

hasilnya lebih baik daripada e-learning,

sedangkan dalam penguasaan kosa kata

dan istilah hasilnya lebih baik

menggunakan e-learning. Keduanya

sama-sama berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

8. Fitria Hayu

Palupi (2010)

Hubungan konsep

diri dan kebiasaan

belajar dengan

prestasi belajar

mahasiswa akademi

kebidanan Mitra

Husada Karanganyar

pada mata kuliah

Askeb II

= Konsep diri

= Kebiasaan Belajar

Y = Prestasi Belajar

Konsep diri dan kebiasaan belajar secara

bersama-sama mempengaruhi prestasi

belajar mahasiswa. Konsep diri yang

positif melalui kebiasaan belajar yang

teratur dapat meningkatkan prestasi

belajar.

9. Novia Triasari Pengaruh Perhatian, = Perhatian Secara keseluruhan variabel perhatian,

37

(2008) minat, dan kebiasaan

belajar terhadap

prestasi belajar pada

siswa kelas XI MAN

Karanganyar

= Minat

= Kebiasaan Belajar

Y = Prestasi Belajar

minat, dan kebiasaan belajar memberikan

sumbangan sebesar 62,2 % terhadap

prestasi belajar siswa. Perhatian siswa

memberikan sumbangan efektif 10,2 %,

variabel minat memberikan sumbangan

efektif 22,4%, dan variabel kebiasaan

belajar memberikan sumbangan efektif

sebesar 29,8%, yang artinya kebiasaan

belajar yang tinggi dapat menghasilkan

presetasi belajar yang baik. Sedangkan

variabel minat adalah variabel kedua yang

mempengaruhi prestasi belajar dan

variabel perhatian yang paling kecil

sumbangan efektif nya dalam

mempengaruhi presetasi belajar siswa.

38

Dari tabel penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antar variabel bebas

terhadap variabel terikat yang teliti. Variabel bebas dan variabel terikat sama-sama saling

mempengaruhi sehingga menghasilkan suatu hipotesa yang akurat. Pola umum yang didapatkan

dari penelitian diatas adalah tentang pengaruh e-learning dan kebiasaan belajar terhadap

kompetensi ataupun presetasi belajar peserta didik. Pola ini didapat sebagai tolak ukur dari

penenelitian yang dilakukan dan bermanfaat untuk mendukung hasil hipotesis yang dihasilkan.

Dari hasil penelitian yang didapat, penelitian ini dikembangkan lagi dengan membandingkan

kompetensi antar mahasiswa online dan reguler jurusan MMSI dan MTI.

Penelitian lainnya tentang pembelajaran secara online dan reguler terdapat pada penelitian

yang dilakukan oleh Gürsul (2008) di sekolah Massachusetts. Penelitian ini dilakukan pada mata

pelajaran Calculus AB yang diambil oleh para siswa dengan hasil ujian yang menyatakan bahwa

siswa yang mengambil pembelajaran secara online tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang mengambil kelas reguler (face-to-face) pada hasil ujian mata pelajaran tersebut. Hal ini

berarti bahwa kurangnya sampel dari mahasiswa online yang diteliti menyebabkan hal itu terjadi,

dan ini merupakan keterbatasan dari penelitian yang juga diyakini oleh Linkenhoker (2009).

Perbedaan yang mendasar lainnya terlihat pada penelitian yang dilakukan di salah satu

universitas, yaitu pada Universitas Hacettepe di Department of Computer Education and

Instructional Technologies dari Faculty of Education (Gürsul, 2008). Pada penelitian ini

diketahui bahwa hasil ujian akhir dari mahasiswa kelas online lebih meningkat dibandingkan

dengan mahasiswa yang mengambil kelas reguler (face-to-face). Dengan adanya penelitian ini,

perlu untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mendukung pembelajaran secara online

maupun pembelajaran secara face-to-face.

39

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Titan (2013) pada mahasiswa S1 jurusan manajemen

dan sistem informasi yang mengambil kelas reguler maupun kelas online. Dari hasil penelitian

yang diperoleh didapatkan bahwa prestasi akademis mahasiswa online jurusan sistem informasi

dan manajemen lebih baik dibandingkan mahasiswa yang mengambil pembelajaran reguler. Hal

ini berarti bahwa, pembelajaran secara online lebih berpengaruh dalam meningkatkan prestasi

akademik mahasiswa daripada pembelajaran secara reguler.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Syarif (2012) dalam mengetahui hasil motivasi dan prestasi

belajar siswa SMK yang mengambil mata pelajaran KKPI menggunakan model face-to-face

learning dan siswa yang menggunakan blended learning. Dari hasil penelitian yang diperoleh

terdapat perbedaan antara prestasi belajar antara kelas yang menggunakan model face-to-face

learning dengan kelas yang menggunakan blended learning. Motivasi dan prestasi belajar siswa

meningkat dengan adanya penerapan blended learning.

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Purnomo Irvan Hadi (2013), mengetahui minat

belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajarn demonstrasi pada kompetensi sistem listrik

otomotif kelas X1 jurusan teknik kendaraan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, minat dan

prestasi belajar siswa terhadap kompetensi yang dihasikan sesudah pembelajaran demonstrasi

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan metode pembelajaran

demonstrasi. Dengan adanya penerapan metode pembelajaran demonstrasi, kompetensi siswa

menjadi meningkat dilihat dari hasil belajar siswa tersebut.

40

Berdasarkan keseluruhan penelitian yang ditemukan, berikut ini merupakan implikasi

manajerial dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu :

1. Dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui hasil pengaruh antara e-learning dan

kebiasaan belajar terhadap kompetensi mahasiswa online dan reguler jurusan MMSI

dan MTI, dan

2. Perbandingan kompetensi antara mahasiswa online maupun mahasiswa reguler yang

mengambil jurusan MMSI dan MTI.

3. Penelitian sebelumnya mendukung adanya penelitian ini dilakukan khusunya

berhubungan erat dengan hipotesis yang dihasilkan.