bab ii kajian teoritis a. kosep dasar...

24
10 Elis Eni Martini, 2012 Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “ rungu”. Tuna artinya kuran g dan rungu artinya pendengaran. orang atau anak tunarungu dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya. Andreas Dwidjosumarto ( 1990 ) dalam Somantri. S ( 2006: 93 ) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua katagori yaitu tuli ( deaf ) dan kurang dengar ( low of hearing ). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan/ maupun tampak menggunakan alat bantu dengar ( hearing aids ). Selain itu Mufti Salim ( 1984 ) Dalam Somantri. S ( 2006 : 93 ) menyimpulkan bahwa: Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruhnya alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya

Upload: trantu

Post on 09-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

10

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kosep Dasar Tunarungu

1. Pengertian Anak Tunarungu

Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “ rungu”. Tuna artinya kurang

dan rungu artinya pendengaran. orang atau anak tunarungu dikatakan tunarungu

apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran

yang mengakibatkan sesorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,

terutama melalui indra pendengarannya. Andreas Dwidjosumarto ( 1990 ) dalam

Somantri. S ( 2006: 93 ) mengemukakan bahwa:

seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.

Ketunarunguan dibedakan menjadi dua katagori yaitu tuli ( deaf ) dan kurang

dengar ( low of hearing ). Tuli adalah mereka yang indra pendengarannya

mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi

lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indra pendengarannya

mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik

dengan/ maupun tampak menggunakan alat bantu dengar ( hearing aids ).

Selain itu Mufti Salim ( 1984 ) Dalam Somantri. S ( 2006 : 93 )

menyimpulkan bahwa:

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan

kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya

sebagian atau seluruhnya alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasanya ia memerlukan bimbingan dan pendidikan

khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

11

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

baik sebagian atau seluruhnya yang berdampak pada kemampuan berkomunikasi,

dan gangguan tersebut berada pada tingkatan-tingkatan tertentu sesuai tingkat

kerusakan yang dialami oleh organ pendengaran tersebut.

2. Dampak Ketunarunguan

Ketunarunguan dapat memberikan dampak yang sangat berpengaruh pada

perkembangan anak tunarungu, tetapi sebagian dampak dari ketunarunguannya,

anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini diuraikan

karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi bahasa dan bicara, akademis, emosi

dan social.

a. Karakteristik dalam aspek bahasa dan bicara

Sebagai akibat dari gangguan atau ketidak mampuan pendengarannya anak

tunarungu ( terutama yang mengalami ketulian sejak lahir ) mengalami hambatan

dalam perkembangan bicara dan bahasanya. Hal tersebut terjadi karena ada kaitan

yang erat antara pendengaran dengan kemampuan berbicara dan berbahasa.

Kemampuan berbicara diperoleh melalui proses meniru bunyi-bunyi bahasa yang

didengar. Sedangkan anak tunarungu tidak memperoleh bunyi-bunyi yang dapat

ditirunya sehingga tidak mengikuti tahapan perkembangan bicara secara normal

atau kemampuan bicaranya tidak terbentuk. Akibatnya mengalami hambatan

didalam berbicara untuk berkomunikasi.

Bicara merupakan luncuran bahasa nyaitu kata-kata secara lisan yang

dimengerti oleh kelompoknya (komunikan) tertentu, artinya kata-kata Indonesia

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

12

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang diucapkan dapat dimengerti oleh kelompoknya yang mengerti bahasa

Indonesia dan atas persetujuan bersama, begitu pula bahasa daerah lainnya

didunia ini.

Bicara menekankan kepada kemampuan yang dimiliki manusia dalam

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam mengekpresikan pikiran, perasaan, ide-

ide dengan memanfaatkan nafas melalui alat bicara, otot-otot serta syaraf-syaraf

yang terkait secara teratur maka jadilah luncuran kata-kata atau bicara.

Bicara adalah tingkahlaku individual manusia dalam melakukan komunikasi

dengan pikiran dan perasaan yang mengekperesikan melalui alat ucap dengan

membentuk kata-kata sesuai dengan aturan sistem bunyi bahasa.Secara lebih luas

bicara adalah perbuatan manusia dalam kehidupannya sehari-hari yang bukan saja

hanya sekedar mengucapkan kata-kata belaka akan tetapi mengkomunikasikannya

cara yang lebih luas.

Dalam mengucapkan pembicaraan yang dapat dimengerti terkait dengan

ucapan yang jelas, pemilihan kata yang tepat, juga lagu kalimat yang tepat sesuai

dengan dengan maksudnya. Dalam kesempatan yang dikondisikan maka bagi

anak tunarungu hal bicara merupakan suatu keharusan untuk dapat diperoleh dan

sesegera mungkin, oleh karena akan merupakan pengembangan atau peningkatan

kemampuan berbahasanya. Dalam proses pembelajaran hendaknya diupayakan

betul untuk terjadi interaksi komunikasi bahasa antara anak tunarungu sebagai

siswa belajar dan guru sebagai pengajar.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

13

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bicara bagi siapapun termasuk anak tunarungu bukan merupakan “suatu hal

yang kebetulan” atau spontanitas namun harus dipelajari atau dilatih dan

dikondisikan untuk mengarah kepada hal yang biasa harus dilakukan. Sebagai

upaya menghindari kekakuan alat bicaranya maka sejak dini anak tinarungu

dibiasakan untuk meniru bahasa secara verbal dengan tujuan agar alat bicaranya

terlati dalam mempola bunyi bahasa sesuai aturan sehingga luncuran ucapannya

benar dan dapat dimengerti oleh orang lain.

Sebagai akibat tidak atau kurang mendengar rangsang bunyi yang disebut

bunyi bahasa melalui alat pendengarannya berdampak pada perolehan bunyi

bahasa itu sendiri yang kurang jelas bisa ditangkapnya, sehingga anak tunarungu

sulit untuk dapat mengucapkan atau meniru bunyi itu.

Peniruan bunyi bahasa sangat ketergantungan dan ditopang oleh fungsi indra

visualnya. Dengan sendirinya kemungkinan basar setiap fonem atau huruf dalam

kata-kata tidak jelas dapat ditangkapnya, sehingga sering terjadi kesalahan-

kesalahan seperti :

1) Dalam membentuk huruf tidak utuh.

2) Sering tertukar huruf.

3) Sering menambah atau mengurangi huruf.

4) Sering kata-katanya terpatah-patah, dan

5) Kata-kata bicara tidak berirama ( menoton=datar)

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

14

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Van Uden (1971) dalam Sadjaah,E. (2003:14) menyatakan bahwa:

Tunarungu selain gangguan pendengarannya juga “tuna bahasa”. Selanjutnya

Greg Leigh (1994) dalam Sadjaah,E.(2003:14) menguatkan bahwa:

„ketidak mampuan anak tuli dalam berbahasa tidak saja dalam

menkomunikasikannya secara lisan (bicara) juga disertai kesulitan dalam

memahami lambang dan aturan bahasa, jadi sangat komplek sekal‟.

b. Karakteristik dalam aspek Akademis

Umumnya anak tunarungu yang tidak disertai kelainan lain, mempunyai

intelegensi yang normal, namun sering ditemui prestasi akademik mereka lebih

rendah dibandingkan dengan anak yang mendengar seusianya. Menurut Lanny

Bunawan ( 1982 ) dalam buku Wardani,I.G.A.K, Hernawati.T, Astati

( 2002 : 5.18 ) menyatakan bahwa:

‟ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam potensi kecerdasan

mereka, akan tetapi siswa tunarungu menampakkan prestasi akademik yang lebih

rendah dibandingkan dengan anak mendengar seusianya‟.

Untuk memahami hal tersebut harus memahami bahwa pengembangan

potensi kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa , sedangkan dampak

yang nyata dari tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa .

c. Karakteristik dalam aspek Sosial Emosional

Ketunarunguan dapat menyebabkan perasaan terasing dari pergaulan sehari-

hari. Pada umumnya keluarga yang mempunyai anak tunarungu mengalami

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

15

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

banyak kesulitan untuk melibatkan anak tersebut dalam keadaan dan kajadian

sehari-hari agar ia tahu dan mengerti apa yang terjadi dilingkungannya.

Disamping itu, kekurang pahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan sering kali

menyebabkan anak tunarungu menafsirkan segala sesuatu itu negatif atau salah.

Keadaan seperti itu menyebabkan anak tunarungu memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan

dalam kemampuan berkomunikasi.

2. Sifat egosentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan

sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang

lain, sukarnya menyesuaikan diri,serta tindakannya lebih terpusat pada “

aku/ego” sehingga kalau ada keinginan, harus selalu terpenuhi.

3. Perasaan takut ( khawatir ) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia

tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.

4. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu

benda atau pekerjaan tertentu.

5. Memiliki sipat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim

tampak banyak nuansa.

6. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami

kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan /keinginannya secara

lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

16

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Klasifikasi Tunarungu

Menurut Moores ( 1981 : 6 ) dalam buku pengantar pendidikan luar biasa

menguraikan tentang klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut:

a. Tunarungu ringan ( mild hearing loss )

Siswa yang tergolong tunarungu mengalami kehilangan pendengaran antara

27-40 dB. Ia sulit mendengar suara yang jauh sehingga membutuhkan tempat

duduk yang letaknya strategis. Apabila didalam kelas ada anak yang mengalami

tunarungu ringan, hendaknya ditempatkan paling depan agar lebih mudah

menangkap suara guru. siswa yang sejak lahir mengalami ketunarunguan ringan

mengalami sedikit hambatan dalam perkembangan biacaranya sehingga ia

memerlukan terapi bicara.

b. Tunarungu sedang ( moderate hearing loss )

Siswa yang mengalami tunarungu sedang mengalami kehilangan

pendengaran antara 41-55 dB. Ia dapat mengerti percakapan dari jarak

3-5 feet secara berhadapan ( face to face ), tetapi tidak dapat mengikuti

diskusi kelas. Ia membutuhkan alat bantu serta terapi bicara.

c. Tunarungu agak berat ( moderately severe hearing loss )

Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan

pendengaran antara 56 – 70 dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat

sehingga ia perlu menggunakan hearing aid. Kepada siswa tersebut perlu

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

17

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diberikan latihan pendengaran serta latihan untuk mengembangkan kemampuan

bicara dan bahasanya.

d. Tunarungu berat ( sever hearing loss )

Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan pendengran

antara 71-90 dB sehingga ia hanya dapat mendengar suara-suara yang karas dari

jarak dekat .Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara intensif, alat

bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan kemampuan bicara dan

bahasanya.

e. Tunarungu berat sekali ( profoun hearing loss )

Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan

pendengaran lebih dari 91 dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras,

tetapi ia lebih menyadari suara melalui getarnnya ( vibration )dari pada melalui

suara. Ia juga lebih mengandalkan penglihatannya dari pada pendengarannya

dalam berkomunikasi, yaitu melalui penggunaan bahasa isyarat dan membaca

ujaran.

B. Media Kartu Gambar sebagai Proses Pembelajaran

1. Pengertian Media Kartu Gambar

Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi

antara siswa dengan guru. Interaksi dalam pembelajaran itu dapat berjalan dengan

baik , apabila dibantu dengan media ( alat bantu ). Melalui media dalam proses

pembelajaran diharapkan terjadi persepsi yang sama antara siswa dan guru .

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

18

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

medium secara harfiah perantara/pengantar. Media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Menurut Heinich dan kawan-

kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4 ) mengemukakan bahwa:

„istilah medium sebagai pelantara yang mengantar imformasi antara sumber dan

penerima .Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang

dipryeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi‟.

Media dalam pengertian yang lebi spesifik juga sering diartikan sebagai alat

bantu atau peraga. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau

wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang

dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education

Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audio-visual dan peralatannya; dengan demikian media dapat

dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Sehingga media bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan

pembelajaran disekolah pada khususnya.

2. Bentuk Media Kartu Gambar

Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan

atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, kartu

gambar berupa objek yang dilengkapi dengan kartu kata yang menerangkan

objek. Kartu gambar tersebut disimpan dalam kotak berdasarkan kelompok

gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar nama binatang, nama

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

19

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama alat-alat untuk mandi, perlengkapan

pakaian dan nama peralatan makan . Media yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kartu gambar. Media kartu gambar dapat digolongkan pada jenis media

visual, karena pada dasarnya media kartu gambar merupakan media yang biasanya

dibubuhi gambar namun dalam bentuk kecil, sehingga mudah diamati, dipegang

dan dipindahkan oleh anak.

Levie & Levie ( 1975 ) dalam Arsyad ( 2007:9 ) yang membaca kembali hasil

penelitian tentang belajar melalui stimulis gambar dan stimulis kata atau visual

dan verbal menyimpulkan bahwa:

„stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas

seperti mengingta, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan

fakta dan konsep‟. Kartu sebagai salah satu media gambar yang termasuk kedalam

media visual, sangat penting bagi anak tunarungu dalam proses belajar mengajar.

Media ini menjadi penting karena anak tunarungu sangat mengandalkan visualnya

ketika belajar.

Melalui potensi pengamatan visualnya, anak tunarungu belajar memahami

lingkungannya termasuk memahami berbagai hal yang bersifat abstrak. Tampilan

media kartu gambar yang merupakan media pembelajaran yang berbasis visual

dapat membantu anak tunarungu dalam memahami konsep pelajaran terutama

dalam hal kosa kata.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

20

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Manfaat media kartu gambar bagi anak tunarungu adalah:

a. Menperbesar perhatian siswa, pada saat berlangsung pembelajaran banyak hal

yang dapat mengganggu perhatian atau konsentrasi siswa, dengan melalui

kartu gambar perhatian siswa berfokus pada kartu gambar atau dengan kata

lain siswa lebih fokus perhatiannya pada materi pelajaran.

b. Memperjelas perhatian yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Gambar dapat mewakili makna tertentu, terutama makna yang bersifat abstrak.

c. Memberikan tampilan yang sifatnya kongkrit. Gambar pada kartu dapat

memberikan penjelasan kongkrit mengenai suatu pesan yang ingin

disampaikan.

d. Membangkitkan minat dan kesenangan pada anak serta memberikan variasi

dalam belajar. Anak akan lebih tertarik untuk belajar mengucapkan dengan

bahasa verbal.

e. Jalannya pelajaran tidak membosankan, tidak menoton segala indra anak dapat

diaktifkan, sehingga kelemahan dalam salah satu indra tunarungu dapat

diimbangi dengan kekuatan indra lainnya. Hamalik (1986) dalam Arsysd

(2007:15) mengemukakan bahwa:

pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa.

3. Fungsi Media Kartu Gambar

Media berfungsi untuk instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media

itu harus melibatkan siswa dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

21

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran dapat terjadi, selain fungsi umum tersebut secara khusus media

gambar berfungsi untuk menarik perhatian dapat memperjelas penyajian pesan

dan informasi sehingga dapat memperlancar, meningkatkan proses dan hasil

belajar.

Media gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadi

interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

Media yang digunakan dalam proses belajar mengajar bermanfaat untuk

meningkatkan kualiatas pembelajaran dalam fungsi-fungsi atensi, afeksi, kognitif,

dan kompensatoris ( Arsyad , 2007 : 17 ).

fungsi atensi adalah menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pembejaran yang berkaitan dengan maksud visual yang

ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran. sering kali pada awal

pembelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu

merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa sehingga siswa

tidak memperhatikan. Media gambar dapat menenangkan dan mengarahkan

perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Oleh karena itu

kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.

Fungsi efektif yaitu dapat terlihat dari tingkat kenyamanan siswa ketika

belajar( atau membaca) teks yang bergambar .Gambar atau lambang visual dapat

menggugah emosi dan sikap siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

22

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fungsi kognitif yaitu media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian

yang mengungkapkan bahwa lambang visual melancarkan untuk memahami atau

mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gamba.

Fungsi kompensatoris adalah media pelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu

siswa yang lemah dapat membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks

dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi

pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Keberhasilan

pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor daridalam dan luar diri siswa,

terutama saran dan prasarana yang dapat mendukung terjadinya proses belajar

mengajar.

Ada beberapa alasan yang berkenaan dengan memanfaatkan media kartu

gambar dalam proses belajar siswa antara lain: a) pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b) bahan

pengajaran akan lebih jelas maknanya, c) metode mengajar akan lebih bervariasi

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, d) siswa dapat aktif

belajar dikelas. Sudjana & Rivai 1992 ( Arsyad 2007 : 24 ).

Berdasarkan uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan

beberapa manfaat dari penggunaaan media pembelajaran didalam proses belajar

mengajar sebagai berikut:

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

23

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Media kartu gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media kartu gambar dapat meningkat dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

c. Media kartu gambar dapat mengatasi keterbatsan indra, ruang, dan waktu.

d. Media kartu gambar dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

dengan belajar aktif dikelas.

Kartu gambar berbentuk kartu yang berisi gambar, teks, yang mengingatkan

atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, dengan

kata lain communication picture berupa kartu gambar objek yang dilengkapi

dengan kartu kata yang menerangkan objek. Kartu gambar tersebut disimpan

dalam kotak berdasarkan kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan

tema gambar nama binatang, nama buah-buahan, nama alat-alat sekolah, nama

alat-alat untuk mandi, nama anggota tubuh, perlengkapan pakaian dan nama

peralatan makan.

C. Konsep Dasar kosa kata

1. Pengertian Kosa Kata

Kosa Kata menurut kamus bahasa Indonesia ( 2001: 597 ) sama dengan

perbendaharaan kata, dalam bahasa inggrisnya disebut Vocabulary.

Bahasa adalah alat berpikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi,

saling menyampaikan ide atau gagasan, menyampaikan konsep dan perasaan,

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

24

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

termasuk didalamnya kemampuan unuk mngetahui makna kata dan aturan atau

kaidah bahasa serta penerapannya. Kemampuan berkomunikasi seseorang

ditunjang oleh pengenalan dan penguasaan kosa kata. Kekurang pahaman

berkomunikasi pada awalnya disebabkan kurangnya perbendaharaan kosa kata

yang mengakibatkan ketidak pahaman akan sesuatu pengalaman. Dengan

demikian pengenalan kosa kata merupakan suatu keharusan yang harus dimiliki

seseorang sebagai syarat awal berkomunikasi, tidak terkecuali anak tunarungu,

hanya dalam mempelajari kosa kata mereka perlu pendekatan dan teknik yang

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak, agar kemampuan berbahasa anak

dapat optimal, yang secara tidak langsung membawa efek terhadap

pengembangan kosakata dalam kehidupan.

Kosa kata perlu diajarkan pada anak tunarungu karena kekurangan dalam

pendengarannya akan mempengaruhi kemampuan berbahasanya, sedangkan

kemampuan berbahasa tadi ditunjang oleh perbendaharaan kosakatanya. Alternatif

yang dipilih oleh peneliti untuk mengenalkan kosakata pada anak tunarungu

adalah dengan menggunakan media gambar. Dengan alternatif tersebut

diharapkan pengenalan kosakata anak tunarungu dapat berhasil.

Bila kita sadari bahwa kosakata merupakan penyalur gagasan atau ide,

perasaan, kemauan, pesan maupun sikap, maka kualitas maupun kuantitas harus

kita pertimbangkan. Kita harus harus menyadari bahwa semakin banyak kosakata

yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula ide ataupun gagasan yang

dikuasainya yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

25

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

gagasan atau mereka yang luas penguasaan kosakatanya dapat dengan mudah dan

lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pengenalan kosakata sangat diperlukan bagi

para siswa, baik anak normal maupun anak tunarungu. Hal tersebut penting untuk

menambah perbendaharaan kosakata yang nantinya untuk meningkatkan

keterampilan berbahasa dan untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan

bermakna.

Anak tunaungu mengalami hambatan dalam pendengarannya sehingga salah

satunya berakibat pada pekembangan bahasa dalam hal ini pengenalan kosakata.

Menurut Keraf ( 1985 : 6)dalam (http://repository.upi.edu/operator/upload/s

c0551 0606301 chapter2.pdf. ) perbendaharaan kata /kosa kata adalah daftar kata-

kata yang kita ketahui artinya bila mendengar kembali walupun jarang atau tidak

pernah digunakan lagi dalam percakapan atau tulisan sendiri. Kosa kata suatu

bahasa adalah suatu keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa .

Nurgiantoro ( 1995 : 211 ) dalam Djaelani ( 2009:15 ) menyatakan bahwa:

‟kosa kata atau perbendaharaan kata atau kata saja juga dileksikan adalah

kekayaan katayang dimiliki oloeh suatu bahasa‟. Selain itu, kosa kata juga dapat

diartikan sebagai semua kata yang terdapat dalam suatu kekayaan kata yang

dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas kosa kata memiliki pengertian yang

cukup luas tidak hanya terbatas pada perbendaharaan kata, tetapi meliputi kata-

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

26

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kata yang dikuasai seseorang. Kata-kata yang dimiliki oleh suatu bahasa, kata –

kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan yang disusun dalam kamus secara

alpabetes dengan disertai penjelasan secara singkat dan peraktis.

1. Jenis jenis Kosa Kata

Tarigan H.G ( 1983 : 3 ) dalam bukunya pengajaran kosakata mengemukakan

tentang jenis-jenis kosa kata dasar

a. Istilah keakraban misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek,

paman, bibi, mertua, menantu.

b. Nama-nama bagian tubuh misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung,

tangan, jari ,ada, perut, pinggang.

c. Kata ganti misalnya: ( diri dan petunjuk ) misalnya: saya, kamu, dia, kami,

kita, mereka ,ini, itu, sini, situ, sana.

d. Kata bilangan pokok misalnya : satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,

delapan, Sembilan, sepuluh, sebelas seratus, seribu, sejuta.

e. Kata kerja pokok misalnya : makan, minum, tidur, berbicara, melihat,

mengambil, berjalan, bekerja.

f. Kata keadaan pokok misalnya : suka, duka, senang, sedih, gembira, sehat,

bersih, kotor, jauh, dekat besar, kecil.

3. Tujuan Pembelajaran Kosakata

Kosa kata menurut perkembangannya selalu bertambah dari waktu kewaktu

sesuai dengan kemajuan jaman. Sudah seharusnya setiap orang mengetahui kata-

kata baru . Tujuan pembelajaran kosa kata adalah terampil berbahasa. Terampil

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

27

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disini artinya terampil berkomunikasi. Sehubungan dengan hal tersebut Keraf

( Yulianti : 2008: 12 )

( http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0551_0606301_chapter2.pdf)

Mengutarakan pendapatnya. “ untuk mudah berkomunikasi dengan anggota

masyarakat yang lain setiap orang perlu memperluas kosa katanya, perlu

mengetahui sebanyak-banyaknya, perbandaharaan kata dalam bahasa.

Komunikasi akan berjalan dengan baik kalau orang/para komunikannya

mengetahui kosa kata dengan baik pula.

4. Fungsi Kosa Kata Dalam Komunikasi

Anak tunarungu adalah individu yang mengalami kelainan dalam

pendengarannya, sehingga memiliki kemiskinan akan bahasa. Tingkat kosa kata

merupakan indek dari kemampuan intelegensi. Dengan demikian kualitas dan

kuantitas kosa kata seseorang merupakan indikator kualitas dan bobot kemampuan

intelegensi. Kosa kata yang baik mencerminkan alam pikiran yang baik dan

sebaliknya. karena itu penguasaan kosa kata yangt memadai turut menentukan

keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Setiap kata merupakan satu konsep,

maka perkembangan kosa kata adalah perkembangan konseptual atau

perkembangan pengertian. Dengan kata lain, setiap pememahaman kosa kata baru

kedalam pengalaman mempu meningkatkan tarap kehidupan, intelegensi,

perkembangan konseptual, proses berpikir kritis, dan memperluas cakrawala

pandangan hidup para siswa. Berkaitan dengan anak tunarungu, peningkatan

jumlah kosa kata berarti meningkatkan kemampuan bicara dan intelegensi.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

28

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kosa kata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan yang sangat

penting dalam kegiatan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang

akan mengalami hambatan jika tidak menguasai sejumlah kosa kata. Penguasaan

kosa kata merupakan aspek yang paling menentukan akan keterampilan berbahasa

seseorang, jika seseorang menguasai banyak kosa kata ,maka ia akan menikmati

kemudahan dalam menyampaikan pikirannya.

D. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang berjudul,” Peningkatan Pebendaharaan Kosa Kata Dasar

pada Anak Tunagrahita sedang dengan Media Kartu Gambar“. Oleh Nita Lutfiyah

( 2008 ) Dengan penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang ada

tidaknya peningkatan kemampuan anak tunagrahita sedang dalam perbendaharaan

kosa kata dasar. Dengan menggunakan media kartu gambar, kosa kata dapat

tersampaikan melalui visual dan anak dapat mengungkapkan secara verbal serta

lebih mudah dipahami. Asumsi ini didasarkan pada kekurangan mereka dalam

bahasa. Subyek anak tunagrahita sedang, berusia 10 tahun dan minimnya kosa

kata yang dimiliki anak, sehingga anak hanya berkomunikasi secara non verbal.

Dengan demikian yang menjadi target behavior adalah meningkatkan

perbendaharaan kosa kata dasar pada anak tunagrahita sedang. Target behavior

diukur secara kuantitatif. Metoda penelitian menggunakan Single Subject

Research ( SSR ) dengan prosedur desain A-B-A.

2. Penelitian yang berjudul,“ Penggunaan Media Compic Dalam

Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata pada Anak Tunarungu“. Oleh

Djaelani ( 2008) anak tunarungu pada dasarnya tidak berbeda dengan anak-anak

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

29

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada umumnya mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk

mencapai itu modal utama dibutuhkan pemahaman sejumlah kosa kata, bahkan

disetiap jenjang pendidikan dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan

pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi

pemehaman tentang kosa kata. Permasalahannya pembelajaran kosa kata di SLB

YKS I Majalaya belum ditemukan media yang sesuai dengan potensi dan

karakteristik anak. Dengan kata lain masih menggunakan media yang tidak

didasarkan hasil penelitian dengan seting keles / sekolah. Akibatnya prestasi hasil

belajar belum menunjukkan hasil yang optimal.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya menemukan

media pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang

disandang anak. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan

metode penelitian eksperimen, dengan disain Single Subject Research ( SSR )

datany berupa skor kondisi treatment yang diperoleh dengan menggunakan

instrumen penelitian. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan

presentase.

3. Penelitian yang berjudul, “ Penggunaan Media Kartu Kata Untuk

Meningkatkan Kemampuan Kosa Kata Anak Tunarungu kelas D2 di SLB-B.

Perwari Kabupaten Kuningan“. Oleh Ia Hety Rochayati ( 2009) Pengambilan

masalah ini dilatar belakangi oleh kenyataan dimana anak tunarungu sering sekali

mengalami kesulitan dalam penguasaan kosa kata terutama anak yang masih

duduk dikelas rrendah, oleh karena itu perlu alat bantu atau media secara tepat

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

30

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat memberi dampak positif terhadap peningkatan penguasaan kosa kata

melalui menyebutkan dan menuujukkan.

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data tentang kemampuan anak tunarungu dalam menyebutkan dan

menunjukkan kosa kata sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan

perlakuan dengan media kartu kata dan mengenai efektifitas penggunaan media

kartu kata pada anak tunarungu.

Penelitian ini menggunakan metode Single Subject Research. Pengukuran

peningkatan kemampuan menyebutkan dan menunjukkan kosa kata menggunakan

media kartu kata dengan menggunakan pengukuran presentase.

4. Penelitian yang berjudul,” Peranan Media Flashcards dalam

Meningkatkan Kemampuan Memahami Kosa Kata Anak Tunarungu“. Oleh

Siswanti ( 2006 ) anak tunarungu tidak berbeda dengan anak-anak pada

umumnya, mereka juga membutuhkan keterampilan berbicara. Untuk mencapai

itu modaliatas utama untuk terampil berbicara dibutuhkan pemehaman sejumlah

kosa kata. Bahkan disetiap jenjang pendidikan anak tunarungu mulai dari tingkat

pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan lanjutan terdapat pembelajaran untuk

meningkatkan kompetensi pemahaman kosa kata.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini berupaya untuk

menemukan salah satu pemecahan masalah diatas yaitu menemukan media

pembelajaran kosa kata yang sesuai dengan kondisi kelainan yang dihadapi anak.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

31

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

E. Kerangka Berpikir

Salah satu media yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu

media gambar. Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat.

Media gambar dianggap penting sebab dapat memberikan penggambaran visual

yang kongkrit tentang masalah yang digambarkan.

Media yang digunakan adalah media kartu gambar dimana penyajian materi

yang diberikan keanak tunagrahita sedang berupa gambar dari kosa kata dasar

dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan berbagai aspek diantaranya

mengembangkan daya ingat, melatih kemandirian dan meningkatkan kosa kata

tentunya. Menurut Sadiman ( 1990 : 16 ) dalam Nita Lutfiyah (2008:16 ) media

gambar juga berfungsi sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalisme

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra

3. Mengatasi sifat pasif siswa sehingga dapat berguna untuk menimbulkan

gairah belajar

4. Memberikan perangsangan serta menyamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama pada guru dan siswa.

Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan memahami kosa kata

pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan

kebutuhan kondisi anak tunarungu tersebut .Anak tunarungu sebagai insan

visual, untuk itu media pengajaran yang lebih mengutamakan fungsi indra

penglihatan. Media gambar merupakan salah satu media yang cukup

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

32

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menarik bagi anak tunarungu. Dengan penampilan obyek-obyek gambar

yang sederhana tetapi dapat memudahkan dalam meningkatkan kemampuan

memahami kosa kata. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Spedel

dan Troy ( Sutawijaya A,1998: 5 ) dalam Djaelani ( 2009:3 ) menyatakan

bahwa:

„pengajaran hendaknya dimulai dari hal yang dapat ditangkap oleh indra

penglihatan dan berpikir hendaknya tidak dipisahkan dari pengalaman

visual. Sistem visual merupakan pusat berpikir seseorang sekaligus cara

belajarnya“.

Penggunaan media pengajaran dalam meningkatkan kemampuan kosa

kata pada anak tunarungu sangat penting dan harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi anak tunarungu yang dapat lebih mengoptimalkan

organ visualnya. Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual, untuk itu

media pengajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media

pengajaran yang lebih banyak memfungsikan indra penglihatannya.

Media kartu gambar merupakan salah satu media yang cukup menarik

sehingga anak dengan mudah mengenali kata yang diberikan dan sesuai

dengan gambar yang diperlihatkan dan menempelkan kartu kata pada

gambar yang sesuai kemampuan menguasaan kosa kata anak yang diajarkan

dengan menggunakan media kartu gambar dengan menyebutkan dan

menunjukkan kosa kata dapat meningkatkan dari yang dimiliki anak

sebelumnya hal ini berarti bahwa media kartu kata berpengaruh positif

dalam mengembangkan kemampuan kosa kata.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kosep Dasar Tunarungua-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0909482_chapter2(1).pdf · Menurut Heinich dan kawan-kawan ( 1982 ) dalam (Arsyad 2007 : 4

33

Elis Eni Martini, 2012

Penggunaan Media Kartu Gambar Dalam Maningkatkan Pemahaman Kosakata Anak

Tunarungu Di SLB-G YBMU Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam kamus linguistik (Kridalaksana 1982: 98) dalam Djaelani

( 2009: 15 ) disebutkan bahwa:

„kosa kata merupakan komponen bahasa yang memuat imformasi tentang

makna pemakaian kata dalam bahasa, kekeyaan kata yang dimiliki seseorang

pembicara, penulis atau suatu bahasa dan daftar kata yang disusun seperti

kamus dengan penjelasan yang singkat dan peraktis.

Anak tunarungu memiliki tipe belajar visual untuk itu media

pemgajaran yang cocok digunakan anak tunarungu adalah media pengajaran

yang lebih memfungsikan indra penglihatan .

Flahscards merupakan salah satu media yang cukup menarik, sisi yang

satu menampilkan gambar obyek dan sisi yang lain menampilkan kata yang

menerangkan obyek sehingga memudahkan anak dalam meningkatkan

kemampuan memahami kosa kata.