bab ii kajian pustaka dan rumusan hipotesis 2.1....

19
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Teori Agensi Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi adalah sebuah kontrak kerja sama antara manajemen sebagai pihak agen dan stakeholders serta shareholders sebagai prinsipal. Dalam hubungan keagenan dimungkinkan terjadinya konflik antara prinsipal dan agen. Konflik dapat disebabkan karena agen tidak bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal sehingga memicu timbulnya biaya keagenan. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana masing-masing pihak berusaha mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Nahda dan Harjito, 2011). Prinsipal memiliki kepentingan untuk mendapatkan laba yang maksimal sedangkan agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kebutuhan ekonomi.

Upload: vuonganh

Post on 11-May-2018

230 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori dan Konsep

2.1.1. Teori Agensi

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi

muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)

untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan

keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan agensi

adalah sebuah kontrak kerja sama antara manajemen sebagai pihak agen dan

stakeholders serta shareholders sebagai prinsipal. Dalam hubungan keagenan

dimungkinkan terjadinya konflik antara prinsipal dan agen. Konflik dapat

disebabkan karena agen tidak bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal

sehingga memicu timbulnya biaya keagenan.

Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk

mengoptimalkan keuntungan para pemilik dan sebagai imbalannya akan

memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua

kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana masing-masing pihak

berusaha mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Nahda dan Harjito,

2011). Prinsipal memiliki kepentingan untuk mendapatkan laba yang maksimal

sedangkan agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kebutuhan

ekonomi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

13

Penyebab timbulnya konflik antara prinsipal dan agen selain adanya

perbedaan kepentingan, juga dikarenakan perbedaan informasi yang dimiliki oleh

kedua pihak tersebut. Agen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi yang

lebih banyak mengenai kinerja dan keadaan perusahaan secara keseluruhan bila

dibandingkan dengan prinsipal. Manajer akan berusaha melakukan hal tersebut

untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan pemilik atau

pemegang saham (Aini, 2011). Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan,

manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor

guna memaksimisasi nilai saham perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat

dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi (Megawati,

2009).

Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan

nilai perusahaan akan mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga

pemegang saham akan melakukan tindak pengawasan terhadap perilaku

manajemen (Megawati, 2009). Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen

akan menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Corporate governance

merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah biaya keagenan. Menurut

Hadi (2007), konflik kepentingan antara agen dan pemilik dapat dikurangi dengan

mekanisme pengawasan yang dapat menyelaraskan berbagai kepentingan yang

ada di dalam perusahaan dengan menerapkan Good Corporate Governance

(GCG). Corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori keagenan

di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

14

berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. GCG dianggap mampu

mengurangi masalah keagenan karena dengan adanya pengawasan maka perilaku

oportunis manajer dan kecenderungan untuk menyembunyikan informasi demi

keuntungan pribadi dapat dikurangi dan dapat mengarah pada peningkatan

pengungkapan perusahaan (Aini, 2011).

2.1.2.Corporate Social Responsibility atau Pertanggungjawaban Sosial

Perusahaan

Pada umumnya, Corporate Social Responsibility atau dikenal dengan

tanggung jawab sosial perusahaan memiliki definisi yang beragam. The World

Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Nahda dan

Harjito (2011) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai suatu

komitmen perusahaan secara penuh dan berkesinambungan untuk menjalankan

bisnisnya sesuai dengan etika dan tanggung jawab sosial yang ada, serta ikut

berperan dalam pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kesejahteraan para

karyawan, komunitas setempat, ataupun masyarakat umum.

Johnson and Johnson (dalam Hadi, 2011) mendefinisikan Corporate Social

Responsibility sebagai berikut: “Corporate Social Responsibility (CSR) is about

how companies manage the business prosesses to produce on averal positive

impact on society”. Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi

bagaimana cara mengelola perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan

sehingga dapat memberikan dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Dengan

demikian, suatu perusahaan harus mampu mengelola perusahaannya dengan baik

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

15

sehingga mampu menghasilkan produk yang berorientasi positif bagi masyarakat

dan lingkungan sekitar.

Menurut Boone dan Kurtz (dalam Harmoni dan Ade, 2008), pengertian

tanggung jawab sosial (social responsibility) secara umum adalah dukungan

manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan

pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi

kinerja perusahaan. Dari beragam pendapat yang ada mengenai definisi CSR,

dapat dijelaskan secara garis besar bahwa CSR merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat yang beriringan dengan peningkatan kualitas hidup

bagi masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas. Selain itu, secara

esensial CSR menekankan pada bagaimana wujud kegiatan perekonomian yang

berkelanjutan, di mana selain berorientasi pada kegiatan ekonomi, perusahaan

juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan demi keberlangsungan

hidup perusahaan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia merupakan

bagian dari pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Pentingnya perusahaan

untuk menyelenggarakan CSR diatur dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, yang tertuang dalam Pasal 74. Pertanggungjawaban

sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability

Reporting. Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,

lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam

Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

16

berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability

Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor

industrinya (Permanasari, 2010).

Untuk mengukur pengungkapan CSR digunakan indeks pengungkapan

tanggung jawab sosial menurut GRI (Global Reporting Initiatives) karena GRI

telah diterima secara global sebagai suatu standar untuk mengungkapkan

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. GRI adalah sebuah jaringan

berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak

menggunakan kerangka laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus-

menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (Purnasiwi, 2011).

GRI membantu perusahaan untuk memutuskan apa yang akan diungkapkan dan

bagaimana mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial perusahaan.

2.1.3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik dan buruknya kemampuan

manajemen perusahaan dalam mengelola kekayaannya. Nurlela dan Islahuddin

(2008) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar, karena nilai pasar

perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum

apabila harga saham perusahaan meningkat. Dalam menjalankan usahanya, tujuan

utama yang ingin dicapai perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai

perusahaan. Tujuan tersebut dipergunakan karena dengan memaksimumkan nilai

perusahaan maka pemilik perusahaan akan menjadi lebih makmur atau menjadi

semakin kaya (Husnan, 2000:7). Semakin tinggi harga saham, maka semakin

tinggi kemakmuran pemegang saham.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

17

Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa

Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan)

merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar

menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam

Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.

Menurut Herawati (2008:7), salah satu alternatif dalam menilai nilai

perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Menurut Gordon and Sharpe

dalam Sriwardany (2006:26), Tobin’s Q mencerminkan harga atau nilai suatu

perusahaan di pasar. Harga saham ditunjukan dengan nilai kapitalisasi pasar yang

merupakan nilai pasar agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar

saham hari ini dikalikan jumlah saham yang beredar hari ini. Untuk perusahaan

yang go public, perusahaan dapat dilihat dari nilai pasar saham di pasar modal

ditambah dengan nilai pasar utangnya. Harga saham semakin tinggi pada saat

perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi, mengingat hal

tersebut berarti dapat meningkatkan pendapatan pemegang saham.

Tobin’s Q memberikan informasi paling baik karena Tobin’s Q

memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham

biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan, namun seluruh

aset perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya terfokus

pada satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, namun juga untuk

kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari

ekuitas saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur. Brealey dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

18

Myers (2000) dalam Sukamulja (2004) menyebutkan bahwa perusahaan dengan

Tobin’s Q yang tinggi biasanya memiliki brand image yang sangat kuat.

Perusahaan sebagai entitas ekonomi tidak hanya menggunakan ekuitas dalam

mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti utang,

baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, penilaian yang

dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor saja, namun juga dari kreditur.

Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, menunjukkan bahwa

semakin tinggi kepercayaan yang diberikan. Hal ini menunjukkan perusahaan

memiliki nilai perusahaan yang lebih besar. Nilai Tobin’s Q di atas satu

menunjukkan bahwa investasi dalam aset menghasilkan laba yang memberikan

nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Hal ini akan merangsang

investasi baru. Jika Tobin’s Q di bawah satu, investasi dalam aset tidak menarik.

Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen

memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya.

2.1.4. Corporate Governance

Untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan,

perusahaan perlu melaksanakan tata kelola perusahaan atau Corporate

Governance (CG). Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)

mendefinisikan Corporate Governance sebagai serangkaian mekanisme yang

mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan

berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). FCGI

juga mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai struktur, sistem, dan

proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

19

memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka

panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,

berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Hidayah (2008) menjelaskan penerapan prinsip GCG dengan dukungan

regulasi yang memadai akan mencegah berbagai bentuk ketidakjujuran dalam

financial disclosure yang merugikan para stakeholder, seperti ekspektasi yang

jauh melampaui kinerja perusahaan yang sesungguhnya. GCG mengontrol

perusahaan untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk

pemegang saham minoritas. Penerapan GCG mendorong terciptanya pasar yang

efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Manfaat

dari penerapan corporate governance dapat diketahui dari harga saham

perusahaan yang bersedia dibayar oleh investor (Rustiarini, 2010). Hal tersebut

disebabkan perusahaan yang menerapkan GCG lebih dipercaya oleh para investor

dan kreditor sehingga lebih likuid dan harga saham pun akan semakin meningkat.

Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Silveira dan Barros (2007) yang

menunjukkan pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai

pasar perusahaan.

Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan program riset

dan pemeringkatan penerapan GCG di Indonesia. CGPI adalah salah satu inisiatif

mendorong penegakan GCG di Indonesia melalui penilaian penerapan GCG yang

menuntut perusahaan terus mengembangkan dan memperbaiki kualitas CG dari

berbagai perspektif secara berkelanjutan. Bagi perusahaan yang telah diwajibkan

menerapkan GCG maupun yang telah menjadi kebutuhan terhadap GCG,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

20

mengikuti CGPI merupakan salah satu upaya untuk melakukan evaluasi dan

mengukur kualitas penerapan GCG selain manfaat lain yang dapat diperoleh

dalam mengikuti CGPI. GCG dapat diukur dengan menggunakan skor CGPI yang

dipublikasikan oleh IICG (The Indonesian Institute of Corporate Governance).

Indeks yang digunakan untuk memberikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai

100. Jika perusahaan memiliki skor mendekati atau mencapai nilai 100, maka

perusahaan tersebut semakin baik dalam menerapkan CG.

Skor CGPI diterbitkan di majalah SWA Edisi 26/XXVI/9, 27/XXVII, dan

27/XXVIII. Adapun penilaian CGPI meliputi empat tahap, yaitu:

1) Self Assessment

Pada tahap ini perusahaan diminta mengisi kuesioner self assessment

seputar penerapan konsep CG di perusahaannya. Tahapan ini melibatkan

seluruh organ dan anggota perusahaan serta para pihak yang berkepentingan

lainnya (stakeholders) dalam memberikan tanggapan terhadap implementasi

GCG di perusahaan.

2) Kelengkapan Dokumen

Kelengkapan dokumen mempersyaratkan pemenuhan dokumen terkait

penerapan GCG dan praktik bisnis yang beretika serta kelengkapan sistem

yang berlaku di perusahaan.

3) Penyusunan Makalah dan Presentasi

Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan tentang

kebijakan dan kebijakan perusahaan terkait GCG dalam bentuk makalah

dengan memperhatikan sistematika penyusunan yang telah ditentukan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

21

4) Observasi

Tahap klarifikasi dan konfirmasi data dan informasi seputar penilaian

melalui diskusi dan kunjungan ke perusahaan. Diskusi observasi melibatkan

dewan komisaris, direksi, dan pimpinan manajerial perusahaan.

2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Gunawan dan Utami (2008) melakukan penelitian untuk menganalisis

pengaruh tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan, dengan menggunakan

dua variabel moderasi, yaitu persentase pengelolaan kepemilikan dan pengelolaan

jenis industri. Penelitian ini menggunakan sampel yang terdiri dari 131

perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham Indonesia periode 2005 dan 2006

dengan menggunakan metode purposive sampling dan pengujian hipotesa dengan

menggunakan Simple Regression Analysis serta Moderated Regression Analysis

(MRA). Hasil dari penelitian ini adalah pertama CSR, presentase kepemilikan

manajemen, tipe industri, dan variabel-variabel yang berinteraksi dalam penelitian

ini memiliki implikasi pada nilai perusahaan secara simultan, kedua bahwa CSR

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, serta yang ketiga adalah

persentase kepemilikan manajemen dan jenis industri tidak berperan sebagai

variabel moderasi dalam hubungan antara CSR dan nilai perusahaan.

Rossi (2009) menganalisis dampak kebijakan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan non-keuangan yang

terdapat di Brasil tahun 2005-2007. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat meningkatkan nilai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

22

perusahaan. Perusahaan memperoleh keuntungan yang signifikan dengan

mengadopsi kebijakan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial.

Surocca et al. (2009) menyelidiki efek sumber daya tidak berwujud

perusahaan dalam memediasi hubungan antara tanggung jawab perusahaan dan

kinerja keuangan. Penelitian ini menggunakan data 599 perusahaan dari 28

negara. Hasilnya, tidak ada hubungan langsung antara tanggung jawab perusahaan

dan kinerja keuangan, serta terdapat hubungan tidak langsung yang diakibatkan

efek mediasi dari sumber daya tak berwujud perusahaan.

Rustiarini (2010) meneliti tentang pengaruh CSR dan corporate governance

terhadap nilai perusahaan, di mana variabel corporate governance diproksikan

dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris

independen, dan jumlah anggota komite audit. Selain itu, penelitian ini juga

mengungkapkan pengaruh corporate governance pada hubungan CSR dengan

nilai perusahaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2008. Berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan, diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan. Teknik analisis

data yang digunakan, yaitu analisis faktor dan analisis regresi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dan corporate governance berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, serta corporate governance merupakan variabel

pemoderasi pada hubungan pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan.

Jo dan Harjoto (2011) meneliti efek dari penerapan tata kelola perusahaan

internal dan eksternal, pemantauan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) dan nilai perusahaan. Data yang digunakan, yaitu database

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

23

statistik dari Kinder, Lydenberg, dan Domini (KLD). Dari data statistik tersebut,

terdapat 3000 perusahaan yang mengandung berbagai karakteristik CSR. KLD ini

memuat kriteria penilaian sosial yang menyeluruh dan mengandung peringkat

kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, keragaman, hubungan dengan

karyawan, lingkungan, dan produk. Hasil penelitian ini menunjukkan CSR secara

positif berpengaruh terhadap corporate governance. Keterlibatan CSR juga

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.

Namun, keberadaan corporate governance ternyata memperlemah pengaruh CSR

terhadap nilai perusahaan.

Nahda dan Harjito (2011) menguji pengaruh Corporate Social

Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan Corporate Governance sebagai

variabel moderasi. GCG sebagai variabel moderasi diukur dengan menggunakan

instrumen yang telah dikembangkan oleh IICG. Penelitian tersebut menggunakan

22 sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2005-

2009, dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil

analisis menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility secara signifikan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan Good Corporate Governance

sebagai variabel moderating secara signifikan berpengaruh terhadap hubungan

CSR dan nilai perusahaan.

Mosaid dan Boutti (2012) melakukan penelitian untuk membuktikan

hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA

dan ROE. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 8 Bank Syariah selama tahun

2009 dan 2010. Hasilnya menyatakan bahwa bank Syariah yang diteliti masih

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

24

belum memberikan informasi yang memuaskan terkait dengan CSR. Di sisi lain,

hasil model regresi membantah adanya hubungan yang signifikan secara statistik

antara CSR terhadap ROA.

Retno dan Denies pada tahun 2012 meneliti pengaruh Good Corporate

Governance dan pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai

perusahaan. GCG dan pengungkapan CSR berperan sebagai variabel independen,

sementara nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Penelitian ini

menggunakan variabel kontrol, yaitu size, jenis industri, profitabilitas, dan

leverage untuk mencegah adanya hasil perhitungan bias. Perusahaan yang diteliti

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Sampel

dipilih melalui metode purposive sampling, dengan teknik analisis data

menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini menghasilkan beberapa

kesimpulan, yaitu GCG berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,

pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan, serta GCG dan pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Mwangi dan Oyenje pada tahun 2013 melakukan penelitian tentang

hubungan antara kinerja keuangan dan praktik CSR pada perusahaan manufaktur

dan konstruksi yang terdaftar di NSE. Kesimpulan yang diperoleh dalam

penelitian ini, yaitu praktik CSR tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

kinerja perusahaan. Perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya tinggi pada CSR

dengan harapan meningkatkan kinerja keuangan melainkan untuk beberapa alasan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

25

keberlanjutan lainnya. Perusahaan harus meningkatkan efisiensi dalam proses

manufaktur sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan.

2.3. Hipotesis Penelitian

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk kemampuan

perusahaan dalam mengelola kekayaan perusahaan. Nurmansyah (2006)

mengungkapkan meskipun tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan

sebesar-besarnya, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari masyarakat.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

merupakan suatu tindakan yang terbentuk berdasarkan pertimbangan etis

perusahaan untuk meningkatkan perekonomian, yang diikuti dengan peningkatan

kualitas hidup bagi karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar, dan

masyarakat secara lebih luas. Menurut Rachman (2012), dengan adanya

pengungkapan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility) yang

tinggi maka akan berakibat meningkatnya nilai perusahaan karena investor tertarik

untuk berinvestasi pada perusahaaan yang tingkat pengungkapan tanggung jawab

sosialnya tinggi.

Poddi dan Vergalli (2009) menyatakan tujuan utama dari perusahaan tidak

hanya untuk memenuhi keinginan shareholders tetapi juga stakeholders, baik

yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses

produksi. Perusahaan yang idealnya mampu menarik investor untuk berinvestasi

adalah perusahaan yang memiliki tanggung jawab perusahaan secara sosial, di

mana tanggung jawab sosial perusahaan merupakan cerminan bahwa perusahaan

telah menerapkan tata kelola yang baik. Corporate Governance sebagai variabel

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

26

moderasi diduga memberikan pengaruh positif, di mana semakin baik pelaksanaan

tata kelola perusahaan, maka semakin tinggi pula pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan, sehingga nilai perusahaan yang diraih akan semakin

meningkat.

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas maka berikut disajikan

kerangka pemikiran yang ditugaskan dalam model penelitian. Hubungan antar

variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan

Perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya mengutamakan

kepentingan pribadi dan mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat,

melainkan entitas yang wajib melakukan adaptasi terhadap lingkungan sosial

dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial, mematuhi aturan yang berlaku

dalam aspek sosial dan lingkungan, dan menghormati kepentingan para

stakeholders. Pleifger et al. (dalam Ramadhani dan Hadiprajitno, 2012)

mengungkapkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan

mendatangkan beberapa keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang

Corporate Social

Responsibility (X1)

Nilai Perusahaan (Y)

Corporate

Governance (X2)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

27

saham dan stakeholder terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan akibat

pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab.

Cormier et al. (2009) menyampaikan bahwa perbaikan dalam aktivitas

sosial perusahaan dapat membangun kepercayaan hubungan agen dengan

stakeholder external. Hal ini berarti bahwa pengungkapan informasi sosial dapat

digunakan sebagai alat bagi perusahaan agar operasi yang dijalankan serasi

dengan nilai-nilai sosial, sehingga perusahaan dapat menunjukkan image

tanggung jawab sosial dan meningkatkan pengakuan dari masyarakat akan

keberadaan perusahaan tersebut.

Corporate Social Responsibility berkaitan dengan citra perusahaan di mata

investor dan masyarakat. Semakin banyak pertanggungjawaban sosial yang

dilakukan oleh perusahaan, maka citra perusahaan akan semakin membaik. Di

samping berfokus pada pencapaian profit yang maksimal, perusahaan yang juga

menaruh perhatian pada lingkungan dan sosial akan menjadi pertimbangan

investor dan calon investor dalam memilih tempat investasi. Dengan adanya

perhatian perusahaan terhadap lingkungan dan sosial, masyarakat yang merupakan

konsumen akan meningkatkan loyalitasnya atas produk perusahaan, yang pada

akhirnya akan meningkatkan penjualan perusahaan. Dengan meningkatnya

penjualan, maka profitabilitas dan nilai perusahaan juga akan mengalami

peningkatan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan dan Utami (2008)

menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan. Semakin banyak item pengungkapan sosial yang diungkapkan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

28

bila diiringi dengan kualitas pengungkapan yang semakin baik, maka dapat

meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki komitmen terhadap

pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam jangka panjang akan

mengalami peningkatan harga saham yang lebih signifikan daripada perusahaan

yang tidak melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Kesimpulan yang serupa juga dihasilkan dari penelitian yang dilakukan Rossi dan

Jose (2009). Dalam penelitian yang dilakukan di Brazil ini mengungkapkan

Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan landasan teori dan dasar pemikiran di atas, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H1: Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

2.3.2.Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Hubungan

antara Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan

Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana tanggung jawab

perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama atas kegiatan

ekonomi beserta dampaknya. Sementara itu, Corporate Social Responsibility

berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan

sosial dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas operasional

perusahaan. Penerapan Corporate Governance mendorong perusahaan

melaksanakan aktivitas Corporate Social Responsibility sehingga dapat

meningkatkan reputasi perusahaan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

29

Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility merupakan

suatu bentuk kesatuan. Verma dan Kumar (2012) menyatakan, keduanya berfokus

pada praktik etika dalam berbisnis dan bentuk respons dari suatu organisasi

terhadap stakeholders dan juga lingkungan tempat organisasi itu beroperasi.

Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility mengarah pada

pencapaian image yang lebih baik dari suatu organisasi dan secara langsung

mempengaruhi kinerja dari organisasi tersebut. Corporate Governance dan

Corporate Social Responsibility memberikan manfaat bagi perusahaan dalam

membangun kepercayaan dan keyakinan publik melalui peningkatan transparansi

dalam pelaporan keuangan maupun non-keuangan sehingga dapat meningkatkan

nilai pemegang saham.

Pedoman umum Corporate Governance Indonesia mengungkapkan bahwa

perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka

panjang. Penerapan Corporate Social Responsibility menunjukkan gambaran

kinerja manajemen dalam mengatur tata kelola perusahaan. Semakin baik

manajemen mengelola perusahaannya, maka semakin tinggi pula pengungkapan

sosial yang dilakukan dan pada akhirnya nilai perusahaan yang dicapai akan

semakin tinggi. Good Corporate Governance mensyaratkan adanya tata kelola

perusahaan yang baik menggambarkan usaha manajemen dalam mengelola aset

dan modal perusahaan untuk membuat para investor tertarik melakukan investasi.

Penerapan Corporate Governance diharapkan dapat meningkatkan kinerja

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. …erepo.unud.ac.id/11160/3/d92bb289285545b8d3a5e03c… ·  · 2016-06-21BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS ... dilakukan

30

perusahaan sehingga aktivitas Corporate Social Responsibility juga mengalami

peningkatan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nahda dan Harjito (2011)

menunjukkan bahwa semakin tinggi indeks Corporate Governance suatu

perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan informasinya. Hal

ini berarti bahwa terdapat peningkatan upaya perusahaan untuk mengungkapkan

aktivitasnya dalam laporan keuangan, sehingga dalam jangka panjang perusahaan

dapat menikmati kinerja pasar yang baik. Rustiarini (2010) menyatakan

Corporate Governance dapat memoderasi hubungan pengungkapan CSR dengan

nilai perusahaan. Salah satu tujuan pelaksanaan Corporate Governance itu sendiri

adalah untuk mendorong adanya tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan

dan masyarakat, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

Berdasarkan landasan teori dan dasar pemikiran di atas, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H2: Semakin baik mekanisme Corporate Governance semakin kuat hubungan

CSR terhadap nilai perusahaan