bab ii kajian pustaka 2.1 blended learningrepository.upi.edu/23938/5/s_te_1002413_chapter2.pdf ·...

28
Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan dikemukakan berbagai teori serta konsep yang berhubungan dengan penelitian ini berdasarkan hasil studi pustaka. 2.1 BLENDED LEARNING Dalam kenyataannya, setiap metode pembelajaran tidak bisa mencakup semua peserta didik, ini karena setiap peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, salah satu yang dapat dipertimbangkan adalah menggabungkan beberapa metode pembelajaran. Blended learning dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran untuk mendapatkan konten yang tepat dalam format yang tepat untuk orang yang tepat pada waktu yang tepat, syarat blended learning dirancang untuk saling melengkapi proses pembelajaran dengan menyertakan penerapan perilaku belajar (Harvey singh, 2003). 2.1.1 Pengertian Blended Learning Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blend berarti campuran dan learning berarti belajar. Sehingga dapat diartikan sebagai penggabungan atau pencampuran aspek- aspek metode dalam pembelajaran yang digabungkan untuk mencapai tujuan proses pembelajaran, bisa terdiri dari dua atau lebih strategi atau media yang digunakan. Blended learning adalah pembelajaran yang memadukan pembelajaran berbasis teknologi dan informsi dengan pembelajaran berbasis kelas/tatap muka. Aspek yang digabungkan dapat berbentuk apa saja, misalkan metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran dan tidak hanya mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja. Blended learning merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode e Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e- learning dengan metode konvensional atau tata muka (face-to-face). Beberapa ahli mendefinisikan blended learning sebagai berikut: a. Blended learning digunakan sebagai solusi menggabungkan beberapa metode pembelajaran yang berbeda, seperti kolaborasi perangkat lunak, program

Upload: others

Post on 25-Jun-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan berbagai teori serta konsep yang

berhubungan dengan penelitian ini berdasarkan hasil studi pustaka.

2.1 BLENDED LEARNING

Dalam kenyataannya, setiap metode pembelajaran tidak bisa mencakup

semua peserta didik, ini karena setiap peserta didik mempunyai kelebihan dan

kekurangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan pendekatan

pembelajaran yang tepat, salah satu yang dapat dipertimbangkan adalah

menggabungkan beberapa metode pembelajaran. Blended learning dapat

digunakan sebagai strategi pembelajaran untuk mendapatkan konten yang tepat

dalam format yang tepat untuk orang yang tepat pada waktu yang tepat, syarat

blended learning dirancang untuk saling melengkapi proses pembelajaran dengan

menyertakan penerapan perilaku belajar (Harvey singh, 2003).

2.1.1 Pengertian Blended Learning

Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari

dua suku kata, blended dan learning. Blend berarti campuran dan learning berarti

belajar. Sehingga dapat diartikan sebagai penggabungan atau pencampuran aspek-

aspek metode dalam pembelajaran yang digabungkan untuk mencapai tujuan

proses pembelajaran, bisa terdiri dari dua atau lebih strategi atau media yang

digunakan. Blended learning adalah pembelajaran yang memadukan pembelajaran

berbasis teknologi dan informsi dengan pembelajaran berbasis kelas/tatap muka.

Aspek yang digabungkan dapat berbentuk apa saja, misalkan metode, media,

sumber, lingkungan ataupun strategi pembelajaran dan tidak hanya

mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja.

Blended learning merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode e

Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-

learning dengan metode konvensional atau tata muka (face-to-face). Beberapa

ahli mendefinisikan blended learning sebagai berikut:

a. Blended learning digunakan sebagai solusi menggabungkan beberapa metode

pembelajaran yang berbeda, seperti kolaborasi perangkat lunak, program

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

9

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbasis Web, EPSS (electronic performance support systems) (Valiathan,

Purnima, 2002).

b. Blended learning adalah sebuah konsep pembelajaran hybrid yang

mengintegrasikan antara pembelajaran tradisional dikelas dan elemen e-

learning (Rooney, 2003).

Ahli lainnya memberikan definisi lebih luas lagi yang memberikan tiga pengertian

untuk blended learning, yaitu (Whitelock & Jelfs, 2003):

a. Kombinasi pembelajaran tradisional dengan pendekatan berbasis web secara

online.

b. Kombinasi media dan alat – alat yang digunakan dalam lingkungan e-learning.

c. Kombinasi dari sejumlah pendekatan pedagogis, terlepas dari penggunaan

teknologi pembelajaran.

Martin Oliver dan Keith Trigwell dalam jurnal e-learning, Volume 2,

Number 1 tahun 2005, mendefinisikan blended learning:

a. Penggabungan atau pencampuran teknologi berbasis web untuk mencapai

tujuan pendidikan.

b. Menggabungkan pendekatan pedagogis (konstruktivisme, behaviorisme,

kognitivisme) untuk menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal dengan

atau tanpa teknologi instruksional.

c. Menggabungkan segala bentuk teknologi instruksional dengan tatap muka

pelatihan yang dipimpin instruktur.

d. Menggabungkan teknologi instruksional dengan tugas pekerjaan yang

sebenarnya.

Blended learning merupakan campuran metode pengajaran menggunakan

conventional learning dengan virtual learning (Menurut Benthall, 2008).

Conventional learning merupakan pembelajaran tatap muka yang lazim dilakukan

di kelas. Sedangkan virtual learning merupakan pembelajaran dengan

memanfaatkan jaringan internet, dimana dosen tidak bertemu langsung dengan

mahasiswa di kelas akan tetapi berinteraksi melalui jaringan maya. Blended

learning bisa dikatakan sebagai metode yang mengkombinasikan beberapa

metode pembelajaran dan disebut juga sebagai hybrid learning.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

10

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari berbagai definisi diatas, para ahli secara umum setuju bahwa blended

learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode

pembelajaran secara konvensional (face-to-face) dengan metode e-learning yang

didukung dengan kemajuan teknologi. Seperti terlihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Gambaran blended learning

2.1.2 Konsep Model Blended Learning

Model pembelajaran bisa diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja

yang teratur atau sistematis, yang mengandung pemikiran bersifat uraian atau

penjelasan berikut saran, untuk menciptakan suasana yang dapat memfasilitasi

belajar siswa secara optimal, dengan tujuan membantu siswa belajar sesuai

dengan perkembangan dan kemampuan (psikomotor) yang dimilikinya serta

mengubah perilaku siswa (afektif) berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya

(Munawar, 2011).

Bisa juga diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, film komputer, kurikulum dan lain-lain

(Trianto, 2012).

Menurut Soekamto (2000), model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivatas belajar mengajar.

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah sebah kerangka konseptual yang secara

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

11

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistematis mendeskripsikan langkah-angkah proses pembelajaran agar tercapai

tujuan pemelajaran.

Model pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Rusman, 2010):

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori dari para ahli tertentu;

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu;

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas;

d. Memiliki bagian-bagian model;

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran;

f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

pembelajaran yang dipilihnya.

Pemilihian model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi

yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

tingkat kemampuan peserta didik. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan guru

harus mengembangkan model yang sederhana, sistematik dan bermakna serta

dapat digunakan guru sebagai dasar untuk malakukan kegiatan pembelajaran

sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi dan prestasi hasil belajar.

Blended learning mengandung dua komponen yang umum, dua komponen

yang paling umum dari blended learning disebut forum asinkron dan

pembelajaran tatap muka (Macdonals, 2008)”.

Sehingga dapat disimpulkan blended learning adalah penggabungan

pembelajaran konvensional (face to face) dengan pembelajaran asinkron (e-

learning) sehingga kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dimana saja dan

kapan saja tanpa adanya batasan ruang dan waktu.

Dulu kedua pembelajaran tatap muka dan blended learning tetap

digunakan secara terpisah oleh karena menggunakan kombinasi media dan

metode yang berbeda dan digunakan pada kebutuhan audiens (peserta didik) yang

berbeda (Munawar, 2011). Misalnya tipe face to face learning terjadi dalam

teacher-directed environment dengan interaksi person to person dalam live

synchronous (pembelajaran langsung bergantung waktu) dan lingkungan yang

high-fidelity. Sedangkan sistem distance learning menekankan pada self-paced

learning dan pembelajaran dengan interaksi materi-materi yang terjadi dalam

asynchronous (tidak tergantung waktu) dan lingkungan low-fidelity (hanya teks).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

12

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbeda dengan zaman sekarang, blended learning sudah pada tahap

penggabungan kedua lingkungan diatas, artinya ada saat pembelajaran

menggunakan metode, media dan audien yang sama, yakni dengan menggunakan

pembelajaran berbasis web.

Ada tiga alasan menggunakan blended learning yakni, (1) pedagogies, (2)

technology, dan (3) theories of learning (Benthall, 2008). Selain itu alasan lain

adalah (1) improved pedagogy; (2) increase acces and fleksibility; and (3)

increased cost-effectiveness (Graham, Alled dan Ure dalam Luik, 2006).

Alasan efektifitas dalam pembelajaran berbasis webnya tergantung dari

beberapa faktor, salah satunya adalah mengintegrasikan desain user interface

dengan desain instruksional (Munawar, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, pendidik memerlukan sebuah platform (alat

pembelajaran) yang efektif untuk menampilkan materi pelajaran secara online

dalam pembelajaran berbasis web. Banyak sekali platform yang keefektifannya

sudah teruji seperti, WebCT, Blackboard dan lain sebagainya. Selain platform

yang sudah jadi ada juga platform yang open source, yaitu Moodle. Moodle

(Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) merupak Course

Management Sistem (CSM), juga dikenal sebagai Learning Management sistem

(LMS) atau Virtual Learning Environmental (VLE) (Pusdiklat, UPI, 2010). LMS

ini menggunakan teknologi internet untuk mengatur interaksi antara pengguna dan

sumber pembelajaran, yakni web.

Konsep blended learning dirumuskan dalam beberapa komponen, yaitu

(Jared M. Carman, 2005):

a. Live events, yang dimaksud adalah pendidik dan anak didik melakukan

kegiatan diwaktu yang sama, seperti kelas virtual.

b. Online content, yang dimaksud adalah pengalaman belajar anak didik secara

mandiri, misalnya pembelajaran yang berbasis internet.

c. Collaboration, yang dimaksud adalah adanya kolaborasi lingkungan

pembelajaran, dimana tidak hanya pembelajran tatap muka namun adanya

interaksi secara online, seperti e-mail, chatting dan lain-lain.

d. Assesment, penilaian pengetahuan anak didik. Dalam hal ini seharusnya

dilakukan pra penilaian sebelum pembelajaran berlangsung, ini dimaksudkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

13

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengetahui pengetahuan anak didik sebelumnya dan pasca penilaian

dilakukan untuk mengetahui perkembangan pengetahuan anak didik dan

keberhasilan pembelajaran.

e. Reference materials, yang dimaksud adalah bahan referensi yang dapat

meningkatkan belajar anak didik.

2.1.3 Pendekatan Blended Learning

Pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran blended learning,

yaitu (Allison Rosset, Felicia Douglis, and Rebecca V. Frazee, 2003)

menguraikan:

Tabel 2.1 Pendekatan blended learning

Live face to face (formal) Live face to face (informal)

Instructor ledclassroom

Workshop

Coaching / monitoring

Collegial connections

Work team

Role modeling

Virtual collaboration / synchronous Virtual collaboration / asynchronous

Live e-learning classes

E-mentoring

E-mail

Online bulletin boards

Listservs

Online communities

Self paced learning Performance support

Web learning modules

Online resource links

Simulations

Scenarios

Video and audio CD/DVD

Olnine self-assessments

workbooks

help systems

print job aids

knowledge databases

documentation

performance / decision support tools

Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan blended learning dapat memadukan beberapa metode pembelajaran

dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

14

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.4 Dimensi Blended Learning

Blended learning memiliki beberapa dimensi yang menjadikan

pembelajaran blended learning menjadi pembelajaran yang efektif, yaitu (Harvey

Singh, 2003):

a. Blending Offline and Online Learning,

Blended learning menggabungkan bentuk pembelajaran konvensional dan

pembelajaran dimana pembelajaran online biasanya berarti "melalui Internet"

dan belajar secara offline terjadi di ruang kelas yang lebih tradisional.

b. Blending self paced and live, collaborative learning,

Belajar sendiri menyiratkan kesendirian, ini berarti proses belajar dapat

dikelola oleh peserta didik. Pembelajaran kolaborasi, menyiratkan komunikasi

yang lebih dinamis antar peserta didik yang dapat berbagi pengetahuan.

Campuran pembelajaran sendiri dan kolaborasi diharapkan dapat mencakup

tinjauan literatur yang lebih luas ditambah adanya diskusi secara online yang

di fasilitasi oleh pendidik.

c. Blending structured and unstructured learning,

Tidak semua bentuk pembelajaran menyiratkan program pembelajaran yang

terencana, terstruktur, atau formal dengan konten yang terorganisir secara

berurutan seperti bab dalam buku teks. Faktanya, sebagian besar peserta didik

belajar di tempat yang tidak terstruktur seperti, pertemuan, percakapan, atau e-

mail. Sebuah rancangan program dicampur mungkin terlihat aktif menangkap

percakapan dan dokumen dari peristiwa belajar terstruktur dalam repositori

pengetahuan yang tersedia ondemand, mendukung cara pengetahuan kerja

berkolaborasi dan bekerja.

d. Blending custom content with off the shelf content,

Off-the-rak konten adalah dengan definisi generik-menyadari konteks yang

unik organisasi dan requirements.Bagaimanapun konten generik jauh lebih

murah untuk membeli dan sering memiliki nilai produksi yang lebih tinggi

daripada konten kustom. Konten sendiri mondar-mandir generik dapat

disesuaikan hari ini dengan perpaduan pengalaman hidup (kelas atau online)

atau dengan kustomisasi konten. Standar industri seperti SCORM (shareable

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

15

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Isi Object Reference Model) membuka pintu untuk pencampuran semakin

fleksibel off-the-rak dan konten kustom, meningkatkan pengalaman pengguna

dan meminimalkan biaya.

e. Blending learning, practice and performance support,

Mungkin bentuk terbaik dari blended learning adalah untuk melengkapi

pembelajaran dengan praktek (menggunakan model simulasi) dan diwaktu

yang sama didukung oleh fasilitas (komputer) untuk mengerjakan tugas.

2.1.5 Karakteristik Blended Learning

Tiga persamaan atau karakteristik dan definisi blended learning :

1. Kombinasi antara model pembelajaran.

2. Kombinasi antara metode pembelajaran

3. Kombinasi antara online learning dengan pembelajaran tatap muka

Menurut buku Blending In the Extent and Promise of Blended Education

in the United States yaitu :

“The definition of an online program or blended programs is similar to the

definition used for courses; an online program is one where at least 80 percent of

program content is delivered online and a blended program is one where between

30 an 79 percent of program content is delivered online”.

Tabel 2.2 Komposisi waktu blended learning

Proportion of

Content

Delivered

online

Type of

Course

Typical Description

0% Traditional Course with no online technologycal used

content is delivered in writing or orally.

1 to 29% Web

Facilitated

Course which uses web-based technology

to facilitate what is essentiallly a face-to-

face course. Uses a course management

system (CMS) or web pages to post the

syllabus an assignments, for example.

30 to 79% Blended/

Hybrid

Course that blends online and face-to-face

delivery. Substantial proportion of the

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

16

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

content is delivered online, typically uses

online discussions, and typically has some

face-to-face meetings.

80+% Online A course where most or all of the content

is delivered online. Typically have no face-

to-face meetings.

Adapun Karakteristik dari blended learning yaitu :

a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,

model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis

teknologi yang beragam.

b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face to face), belajar

mandiri, dan belajar mandiri via online.

c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d. Guru dan orang tua peserta didik memiliki peran yang sama

pentingnya, guru sebagai fasilitator, dan orang tua sebagai pendukung.

Dalam artikel yang berjudul “ Building Blended Learning Strategy” Prof.

McGinnis (2005) menyarankan 6 hal yang perlu diperhatikan disaat orang

menyelenggarakan Blended learning:

a. Penyampaian bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan yang lain

(seperti pengumuman) secara konsisten.

b. Penyelenggaraan pembelajaran melalui blended learning harus

diselenggarakan secara serius.

c. Bahan ajar yang diberikan harus selalu mengalami perbaikan (update)

baik itu formatnya, isinya maupun ketersediaan bahan ajar yang

memenuhi kaidah bahan ajar mandiri.

d. Alokasi waktu bisa dimulai dengan formula 75:25 dalam artian bahwa

75% untuk pembelajaran online dan 25% untuk pembelajaran secara

tatap muka (konvensional).

e. Alokasi waktu tutorial 25% khusus bagi mereka yang tertinggal,

namun bila tidak memungkinkan maka waktu tersebut dapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

17

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan untuk menyelesaikan kesulitan siswa dalam memahami

masalah belajar.

f. Dalam blended learning diperlukan kepemimpinan yang mempunyai

waktu dan perhatian untuk terus-menerus berupaya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Blended learning dibutuhkan pada saat situasi yang ada menuntut

diadakannya kombinasi atau mencapurkan berbagai metode media, dan teknik

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya ketika pembelajaran jarak jauh

tidak begitu dibutuhkan, maka dibutuhkan pembelajaran tatap muka. Proses

pembelajaran blended learning ini dibutuhkan pada peserta didik yang

membutuhkan penambahan dan pengkombinasian dalam pembelajaran. Blended

learning dibutuhkan pada saat :

a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah

waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.

b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara

pengajar dan siswa.

c. Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.

d. Membantu proses percepatan pengajaran.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini,

khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya

konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat

diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala

kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi

perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya.

2.1.6 Tujuan Blended Learning

Adapun tujuan diadakannya blended learning adalah sebagai berikut:

a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar,

sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta didik untuk

pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.

c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan

menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

18

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman

interaktif. Sedangkan porsi online memberikan peserta didik dengan konten

multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan dimana saja

selama peserta didik memiliki akses internet.

d. Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui

penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

2.1.7 Komponen Blended Learning

Berdasarkan kesimpulan dari para ahli mengenai blended learning, maka

belended learning mempunyai 3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi

satu bentuk pembelajaran blended learning.

a. Online Learning

Menurut Terry Anderon dan Fathi Eloumi dalam buku Practise of Online

Learning second edition (2004) :

“Online learning as educational material that is presented on a computer”.

Diartikan bahwa online learning merupakan materi pendidikan yang

ditanyangkan dengan memanfaatkan komputer.

Dalam Asynchronous Online Learning pembelajar dapat mengakses

materi pelajaran kapan saja, sedangkan Synchronous Online Learning

memungkinkan interaksi nyata (real time) antara pebelajar dengan pengajar

(Ally 2007).

Rosenberg (2001) menenkankan bahwa e-learning merujuk pada

penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

E-learning bisa mencakup secara formal maupun informal. E-learning

secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata

pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah

disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan pebelajar sendiri).

Maka dapat disimpulkan bahwa online learning adalah lingkungan

pembelajaran yang menggunakan teknologi internet, intranet, dan berbasis

web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya

interkasi pembelajaran antar sesama peserta didik atau dengan mengajar

dimana saja dan kapan saja.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

19

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pembelajaran Tatap muka

Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai

saat ini masih terus dilakukan dan sangat seringdigunakan dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk model

pembelajaran konvensional yang mempertemukan guru dengan murid dalam

satu ruangan untuk belajar.

Menurut Sudirman N dalam Tabrani Rusyan, dkk (1990) Dalam

pembelajaran tatap muka guru atau pemelajar akan menggunakan berbagai

macam metode dalam proses pembelajarannya untuk membuat proses belajar

lebih aktif dan menarik. Yang biasanya digunakan adalah :

a. Metode ceramah

Metode yang paling sederhana karena guru hanya menyampaikan materi

pembelajaran melalui kegiatn berbicara/ceramah di depan kelas dan

terkadang menggunakan media lain untuk menunjang prose pembelajaran

b. Metode penugasan

Metode pembelajaran dengan memberikan penugasan untuk dikerjakan

didalam kelas, melatih kemandirian dan tanggung jawab siswa.

c. Metode tanya jawab

Metode pembelajaran yang menimbulkan interaksi antara siswa dengan

guru, guru memberikan pertanyaan lalu siswa menjawab pertanyaan atau

sebaliknya.

d. Metode demonstrasi

Metode pembelajaran dimana guru memeragakan atau mempertunjukan

kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang

dipelajari baik yang sebenarnya maupun yang tiruan disertai dengan

penjelasan singkat.

c. Belajar mandiri

Salah satu bentuk aktivitas model pembelajaran pada blended learning adalah

individualized learning, yaitu peserta didik dapat belajar mandiri dengan cara

mengakses informasi, materi atau pelajaran secara online via internet. Bukan

berarti belajar sendiri, tetapi belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif

dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

20

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Dodds (1983), menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah sistem

yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran ataupun

bahan pra-rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan.

Dengan demikian, belajar mandiri sebagai metode dapat didefinisikan

sebagai suatu pembelajaran yang memposisikan pebelajaran sebagai penanggung

jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau pengambil inisiatif dalam

memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau tanpa

bantuan orang lain.

2.2 LEADERSHIP

2.2.1 Pengertian Leadership

Kepemimpinan adalah proses di mana oleh seorang individu

mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Untuk

mencapai tujuan seorang pemimpin haruslah menjadi orang yang paling menaruh

perhatian kepada orang – orang yang dipimpinnya. Seorang yang berjiwa

pemimpin, memiliki kebiasaan untuk mengenal karakter-karakter orang di

sekitarnya, pola pikir dan perilakunya, kemudian membantu orang-orang itu untuk

mengembangkan dirinya. Pada akhirnya, akan bisa membentuk suatu lingkungan,

yang suatu saat bisa digerakkan untuk mencapai tujuan.

Fungsi pemimpin dalam organisasi merupakan suatu fungsi yang sangat

penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada

dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki dua aspek, yaitu:

a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi

dan menyediakan fasilitasnya.

b. Fungsi sebagai Top Management, yakni mengadakan planning, organising,

staffing, directing, commanding, controling, dan sebagainya.

Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba

mendefinisikan konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas

meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki

kelompok dan budayanya, seperti yang dikemukakan oleh Robbins (1998)

kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

21

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pencapaian tujuan. Rivai dan Mulyadi (2003) mendefinisikan kepemimpinan

sebagai berikut:

a. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan

dan mempengaruhi orang. Kadang juga diartikan sebagai sebuah alat

membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita.

b. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan

mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan

para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal

ini, yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain, baik bawahan atau

pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara

pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok

bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk

kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya

melalui berbagai cara.

Oleh karena itu, kepemimpinan pada hakekatnya adalah:

a. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada

pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

b. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan,

kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat untuk mencapai

tujuan bersama.

c. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan

tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

d. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.

e. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

2.2.2 Leadership di Perguruan Tinggi

Karakteristik Perguruan Tinggi berbeda dengan entitas bisnis manufaktur,

maupun perusahaan pemberi jasa lainnya. Perbedaan utama terletak pada

penyampai produk/layanan yang berhadapan langsung dengan pelanggan.

Pemimpin Perguruan Tinggi membawahi dekan, ketua program studi dan dosen

yang kesemuanya adalah kolega dan juga peer group, karena itu gaya

kepemimpinan berorientasi power akan kurang efektif dibandingkan dengan gaya

kepemimpinan yang berorientasi kepada kepakaran ( expertise ) dan behavioral.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

22

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelompok sub-ordinat dalam Perguruan Tinggi merupakan sumber kekuatan

berpikir dan kekuatan pengimplementasian program. Gaya kepemimpinan yang

tepat akan melegitimasi kepemimpinan sehingga sub-ordinat dengan suka rela

akan mendukung program pemimpin (Kelley,2002).

Menurut Gaffar (2008), leadership perguruan tinggi memiliki tiga aspek

penting yang perlu dicermati. Pertama, kepemimpinan harus memiliki

karakteristik/ciri tertentu sebagai seorang akademisi, entrepreneur, public

relation, sales person, dan politisi. Selain karakteristik tersebut kepemimpinan

perguruan tinggi juga harus memiliki kepemimpinan individual dan isntitusional

terutama pada kepeminpinan global. Kedua, kepemimpinan harus memiliki

beberapa kemampuan seperti : managerial capacity, professionalism, managerial

performance, work values & ethics, dan rewards system. Terakhir, berkaitan

dengan kinerja kepemimpinan diantaranya pada team work, work, spirit, and

stamina, participation, empowerment, work performance, equality end equity, dan

worl accountability.

Berdasarkan pendapat Fakry Gaffar tersebut, penulis memandang bahwa

tugas pertama seorang pemimpin adalah membangun rasa percaya. Faktor yang

mempengaruhi rasa percaya orang-orang yang dipimpinnya terhadap

pemimpinnya adalah karakter, kemampuan, dan kinerja. Kepemimpinan harus

memiliki karakteristik/ciri tertentu sebagai seorang akademisi, entrepreneur,

public relation, sales person, dan politisi. Kedua, kepemimpinan harus memiliki

beberapa kemampuan seperti: managerial capacity, professionalism, managerial

performance, work values & ethics, dan rewards system. Terakhir, berkaitan

dengan kinerja kepemimpinan diantaranya pada team work, work, spirit, and

stamina, participation, empowerment, work performance, equality end equity, dan

worl accountability.

Menurut Breakwell (2010) kepemimpinan perguruan tinggi setidaknya

memiliki lima karakteristik, yaitu (a) visioner, (b) respon capacity, (c) alertness,

(d) cerdas, dan (e) leadership capacity.

a. Visioner

Kepemimpinan yang visioner merupakan kepemimpinan yang mampu

mengembangkan intuisi, imajinasi dan kreatifitasnya untuk mengembangkan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

23

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

organisasinya. Selain membangun suatu visi bagi organisasinya sorang

pemimpin juga memiliki kemampuan untuk menjabarkan visi tersebut ke

dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang merupakan upaya untuk

mencapai visi itu.

b. Respon capacity

Seorang pemimpin yang efektif haruslah seseorang yang responsif. Artinya

pemimpin selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kabutuhan, harapan, dan

impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam

mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

c. Alertness

Pemimpin juga harus waspada terhadap segala bentuk intrik dan perubahan di

lingkungan eksternal. Pemimpin harus mengidentifikasi peluang yang muncul

dan potensial, mempersiapkan serangkaian strategi dan memadukan seluruh

sumber daya yang dibutuhkan, dan melayani serta memproduksi “at

opportune times” guna memaksimalkan kesuksesan atau prestasi.

d. Cerdas

Pemimpin akan menjadi panutan dan acuan bagi anggotanya sehingga harus

memiliki pemikiran yang lebih maju dari anggotanya. Semakin tinggi

kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin

dituntut untuk berfikir dan bertindak secara generalis. Kecerdasan intelektual

harus ditunjang pula dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual

sehingga pemimpin selain akan mampu mengorganisasi, juga mampu

menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul, serta keputusan dan

kebijakan yang diambil akan sangat berkualitas.

e. Leadership capacity

Seorang pemimpin itu harus memiliki kapasitas yang lebih baik dari pada

orang-orang yang dipimpinnya. Ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang

salah satu di antaranya adalah kemampuannya dalam mengelola perubahan.

Kemampuan ini penting sebab pada masa kini pemimpin akan selalu

dihadapkan pada perubahan-perubahan, pemimpin dituntut untuk mampu

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pemimpin yang kuat bahkan

mampu mempelopori perubahan lingkungan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

24

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.3 Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi

karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Jika

seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka orang

tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah

bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan

bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang

mungkin sedang mengamati dari luar (Robert, 1992). James et. al. (1996)

mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang

disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.

Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari

falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin

ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Tampubolon, 2007).

Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mengarahkan,

mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan untuk

bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam

mencapai suatu tujuan tertentu.

Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi

menurut Siagian (2002), yaitu:

a. Tipe pemimpin yang otokratik

Seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang pemimpin yang:

Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata

Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya

Dalam tindakan penggeraknya sering mempergunakan approach yang

mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)

b. Tipe pemimpin yang militeristik

Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin

tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

25

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemimpin yang bertipe militeristik adalah seorang pemimpin yang memiliki

sifat:

Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering

dipergunakan

Dalam meggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan

jabatan

Senang kepada formalitas yang berlebih lebihan

Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya

c. Tipe pemimpin yang Paternalistik

Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa

Bersikap terlalu melindungi

Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil

keputusan

Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil

inisiatif

Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan

daya kreasi dan fantasi

Sering bersikap mau tahu

d. Tipe pemimpin yang Kharismatik

Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang dimikian

sangat diperlukan. Akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya

yang positif.

e. Tipe pemimpin yang Demokratik

Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin

yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena:

Ia senang menerima saran, pendapat bahkan kritikan dari bawahan.

Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha

mencapai tujuan.

Selalu berusaha lebih sukses

Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai

pemimpin

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

26

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepemimpinan memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan dan

kegagalan sebuah organisasi. Sedangkan Robbins (2006) mengidentifikasi empat

jenis gaya kepemimpinan antara lain:

a. Gaya kepemimpinan kharismatik

Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar

biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka.

Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik:

Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang

berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu

mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami oleh orang lain

Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh resiko

personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam

pengorbanan diri untuk meraih visi

Peka terhadap lingkungan. Mereka mammpu menilai secara realistis

kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat

perubahan

Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif

(sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif

terhadap kebutuhan dan perasaan mereka

Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku

yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma

b. Gaya kepemimpinan transaksional

Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau

memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan

memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional

lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk

menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakterisitik

pemimpin transaksional:

Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang

dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian

Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dan mencari

penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

27

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika

standar tidak dipenuhi.

Laissez Fair: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan

c. Gaya kepemimpinan transformasional

Gaya kepemimpinan transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal

dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin

transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan

dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru,

dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para

pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.

Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:

Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan,

meraih penghormatan dan kepercayaan

Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol untuk

memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara

sederhana

Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan

pemecahan masalah secara hati-hati

Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani

karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati

d. Gaya kepemimpinan visioner

Kemempuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel

dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah

tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan

diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa

mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan

membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

28

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3 IKLIM ORGANISASI

2.3.1 Pengertian Iklim Organisasi

Iklim kerja dalam organisasi merupakan suasana dalam suatu organisasi

yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (interpersonal relationship)

yang berlaku. Pola hubungan ini bersumber dari hubungan antar dosen dengan

dosen lainnya atau hubungan antar dosen dengan dekan/direktur atau sebaliknya

antara dekan/direktur dengan dosen. Pola hubungan antara dosen dengan

dekan/direktur membentuk suatu jenis kepemimpinan (leadership style) yang

diterapkan oleh dekan/direktur dalam melaksanakan fungsi – fungsi

kepemimpinannya. Subsistem yang paling penting dalam suatu organisasi adalah

subsistem insani. Hal ini disebabkan berhasil atau tidaknya organisasi itu

mencapai tujuan dan mempertahankan eksistensinya lebih banyak ditentukan oleh

faktor manusianya. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan aktivitasnya, manusia

yang bekerja pada organisasi tersebut perlu disubsitusi dengan berbagai stimulus

dan fasilitas yang dapat meningkatkan kebutuhan dan gairah kerjanya.

Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan bahwa terdapat tingkah laku di

dalam setiap organisasi mempunyai fungsi yang tidak sederhana karena

didalamnya terdapat sejumlah kebutuhan individu – individu dan tujuan – tujuan

organisasi yang ingin dicapai bersama. Hubungan – hubungan antar unsur di

dalamnya sangatlah dinamis, mereka membawa kebiasaan – kebiasaan unik dari

rumah masing – masing dengan segala simbol, nilai – nilai dan motivasi.

Indrawijaya (1999) mengatakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk

persekutuan antar dua orang atau lebih yang bekerja sama secara optimal dan

terkait dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan ikatan

sebagai atasan atau bawahan di antara sekelompok orang. Sependapat dengan

pendapat itu, Indrawijaya (1999) mendefinisikan organisasi sebagai struktur tata

pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja sama antara sekelompok orang

pemegang posisi tertentu untuk bersama – sama mencapai tujuan tertentu. Dengan

demikian organisasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses kerja sama antara

sekelompok orang yang satu sama lain saling mempengaruhi dan tersusun dalam

unit – unit tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Dengan demikian iklim organisasi adalah lingkungan manusia di

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

29

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mana para dosen organisasi melakkan pekerjaan mereka (Davis & Newstrom,

1996) atau serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung atau tidak

langsung oleh dosen yang dianggap menjadi kekuatan utama dalam

mempengaruhi perilaku dosen (Gibson, Ivancevih & Donneily, 1997). Yang

dimaksud dengan lingkungan manusia adalah kepemimpinan, motivasi,

komunikasi, interaksi pengaruh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan dan

pengendalian (Rensis Likert, dalam Davis & Newstrom, 1996). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah kualitas serangkaian sifat

lingkungan kerja, yang dinilai langsung atau tidak langsung oleh pimpinan.

Iklim organisasi yang kondusif sangat dibutuhkan bagi dosen untuk

menumbuhkan dorongan dalam diri dosen tersebut untuk bekerja lebih

bersemangat. Ini berarti bahwa iklim kerja berpengaruh terhadap tinggi rendahnya

motivasi para dosen. Hal ini sesuai dengan ungkapan Dirjen Dikti (Buku IIC;

1983), yang menyebutkan bahwa, “Iklim organisasi sangat mempengaruhi

motivasi para anggotanya. Ada iklim yang menggairahkan para anggotanya untuk

berprestasi, ada pula iklim yang justru memadamkan motivasi untuk berprestasi”.

Kutipan tersebut memberikan pengertian kepada kita terutama kepada para

pemimpin organisasi termasuk organisasi pendidikan, untuk selalu

memperhatikan iklim kerja dosen dalam organisasinya. Pemimpin harus berusaha

mengelola iklim kerja organisasinya, agar dapat menciptakan suasana yang dapat

menumbuhkan semangat dan gairah kerja para dosennya. Melalui suasana yang

demikian dosen akan merasa tenang, nyaman, tidak ada yang ditakuti dalam

bekerja. Iklim kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tingkat

keterbukaan komunikasi di antara orang – orang yang terlibat dalam pekerjaan.

Tingkat keterbukaan merupakan salah satu kategori iklim organisasi yang

dikembangkan oleh Hoy dan Miskel (2001) yang disebutnya sebagai Open

Climate.

Dimensi iklim organisasi terbuka tersebut diwujudkan dalam konteks

kumunikasi di antara orang – orang yang sedang bekerja atau melakukan kegiatan

proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Dengan

demikian pertanyaan yang perlu diajukan adalah: (1) bagaimana tingkat

supportive orang – orang yang sedang bekerja satu sama lain; (2) bagaimana

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

30

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat collegial orang – orang yang sedang bekerja; (3) bagaimana tingkat

intimate (4) directive (5) restrictive dan (6) disangaged dosen – dosen yang

sedang bekerja. Keenam dimensi tersebut merupakan indikator yang dikaji dalam

penelitian ini. Karena perilaku dapat diamati, bisa diukur, dan mempunyai nilai

keterbukaan yang tinggi (Hoy dan Miskel, 2001).

Iklim organisasi merupakan sebuah konsep umum yang mencerminkan

kualitas kehidupan organisasi. Kualitas kehidupan organisasi tersebut banyak

ditinjau dari berbagai sudut pandang. Salah satu konsep dan pengukuran iklim

organisasi ditinjau dari pelaku pimpinan dan bawahan Hoy dan Miskel (2001)

telah meneliti perilaku dosen terdapat enam dimensi iklim yang dipelajarinya, tiga

dimensi merupakan perilaku pimpinan yaitu supportive, directive dan restrictive.

Tiga buah lagi merupakan perilaku dosen – dosen yaitu collegial, intimate dan

disengaged. Kombinasi dimensi tersebut menghasilkan empat iklim organisasi

yang open, engaged, disengaged dan closed.

2.3.2 Tipe – Tipe Iklim Organisasi

Pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada kombinasi dimensi

menurut Hoy dan Miskel (2001) yang menghasilkan empat iklim organisasi yaitu:

a. Iklim Terkendali (engaged climate)

Iklim terkendali ditandai dengan usaha yag tidak efektif oleh pimpinan untuk

mengontrol dan adanya kinerja profesional dari para dosen. Pimpinan keras

dan autokratik, dengan memberikan petunjuk, instruksi, perintah yang tinggi

dan tidak respek pada kemampuan profesional serta kebutuhan para dosen.

Selain itu pimpinan menghalangi para dosen dengan aktivitas yang berat. Para

dosen tidak memperdulikan perilaku pimpinan dan memperlakukan meraka

sendiri seperti para profesional. Mereka satu sama lain saling menghormati

dan saling mendukung, mereka bangga akan rekan kerja mereka dan

menikmati pekerjaan, mereka benar – benar berteman. Selain itu, dosen tidak

hanya respek atas kemampuan mereka masing – masing, tetapi mereka juga

menyukai satu sama lain (benar – benar intim). Dosen yang profesional dan

produktif walaupun memiliki pimpinan yang lemah, para dosen bersatu,

komitmen, mendukung dan terbuka.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

31

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Iklim Lepas (disengaged climate)

Iklim ini ditandai dengan adanya perilaku pimpinan bersifat terbuka, peduli

dan mendukung. Pimpinan mendengarkan dan terbuka terhadap dosen (sangat

mendukung), memberikan kebebasan terhadap dosen untuk berbuat sesuai

dengan pengetahuan profesional mereka. Namun demikian, dosen tidak mau

menerim pimpinan, dosen secara aktif bekerja untuk melakukan sabotase

terhadap pimpinan, dosen tidak memperdulikan pimpinan. Dosen tidak hanya

tidak menyukai piminan, tetapi mereka tidak respek dan tidak menyukai satu

sama lain (intimasi rendah atau hubungan kolega yang rendah). Dosen benar –

benar terlepas dari tugas – tugas.

c. Iklim Tertutup (closed cilmate)

Pada iklim tertutup, pimpinan dan bawahan benar – benar terlihat melakukan

usaha, pimpinan menekankan pekerjaan yang kurang penting dan

pekerjaannya sendiri, sedangkan dosen merespon secara minimal dan

menunjukkan komitmen yang rendah. Kepemimpinan atasan terlihat sebagai

pengawasan, kaku, tidak peduli, tidak simpatik dan memberikan dukungan

yang rendah. Bahkan pimpinan menunjukkan kecurigaan, kurangnya perhatian

terhadap dosen, tertutup, kurang fleksibel, apatis dan tidak komitmen.

d. Iklim Terbuka (open climate)

Iklim terbuka ditandai dengan adanya kerja sama dan respek di antara dosen

dan pimpinan. Kerja sama tersebut menciptakan iklim dimana pimpinan

mendengarkan dan terbuka terhadap dosen, pimpinan memberikan hadian

yang benar – benar ikhlas, terus – menerus, dan respek terhadap kemampuan

profesionalisme dari dosen (dukungan yang tinggi) serta memberikan

kebebasan kepada dosen untuk berbuat. Perilaku dosen mendukung, terbuka

dan hubungan dengan teman sejawat tinggi. Dosen menunjukkan pertemanan

yang terbuka (intimasi tinggi), dan komit terhadap pekerjaan. Singkatnya

antara pimpinan dan dosen saling terbuka.

2.3.3 Dimensi dan Indikator – Indikator Iklim Organisasi

Pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada dimensi iklim

organisasi yang mempunyai tingkat keterbukaan yang tinggi dan dianggap cukup

esensial menurut Hoy dan Miskel (2001) yaitu:

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

32

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Supportive

Iklim kerja dalam oganisasi ini menggambarkan bahwa orang – orang dalam

bekerja saling mendengarkan dan terbuka terhadap saran – saran. Penghargaan

dicerminkan dalam sikap respek dan kritik ditangani secara konstruktif. Orang

– orang saling menghargai kompetensi profesional, sedangkan perilaku dosen

tercermin sebagai berikut:

Dosen menggunakan kritik secara konstruktif

Dosen mau mendengarkan saran orang lain

Dosen luwes dalam berkomunikasi

b. Collegial

Iklim kerja dalam organisasi ini menggambarkan keakraban, pertemanan,

antusias bekerja dalam kepentingan peningkatan kompetensi profesional.

Sedangkan perilaku dosennya terlihat sebagai berikut:

Dosen berteman baik dengan yang lain

Dosen bersemangat untuk bekerja sama

Dosen akrab dalam berdiskusi

c. Intimate

Iklim kerja dalam organisasi ini menggambarkan suasana yang kuat dalam

solidaritas, saling menghargai, saling menghormati, terdapat sense of

belongingness. Sedangkan perilaku dosennya tercermin sebagai berikut:

Dosen saling mendukung satu sama lain

Dosen merasakan pekerjaan milik bersama

Dosen mempunyai kesamaan tujuan dalam bekerja

d. Directive

Iklim kerja dalam organisasi ini menggambarkan suasana yang kuat dalam

solidaritas, saling menghargai, saling menghormati, terdapat sense of

belongingness. Sedangkan perilaku dosennya tercermin sebagai berikut:

Pimpinan memonitor apapun yang dikerjakan dosen

Peraturan pimpinan sangat ketat

Pimpinan mengecek pekerjaan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

33

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Restrictive

Iklim kerja dalam organisasi ini menggambarkan bahwa pimpinan

menghalangi dan membebani pekerjaan dosen, dengan pekerjaan – pekerjaan

lain yang mengganggu tanggung jawab tergambar sebagi berikut:

Dosen disibukkan dengan pekerjaan

Kewajiban rutin dosen terganggu

Dosen memiliki banyak kepentingan komite

f. Disengaged

Iklim kerja dalam organisasi ini menggambarkan suasana bahwa dosen

ditempatkan secara sederhana dan kuran profesional, mereka tidak memiliki

orientasi tujuan umum. Perilaku mereka kadang negatif dan kritis terhadap

teman kerja dan organisasi tercermin sebagai berikut:

Temuan kelompok tidak bermanfaat

Ada kelompok minoritas, berlawanan dengan kelompok mayoritas

Dosen bertele – tele ketika berbicara dalam pertemuan

Keenam dimensi iklim organisasi terbuka tersebut akan dijadikan dimensi dan

indikator dalam variabel iklim organisasi pada penelitian ini. Karena keenamnya

merupakan dimensi esensial iklim organisasi yang sangat urgen. Selanjutnya

keenam dimensi itu akan dijadikan landasan dalam mengkontruksi intrumen

penelitian tentang variabel iklim organisasi.

2.4 HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagai

berikut :

1. Paul Ginns dan Robert Ellis, 2006. Penelitian ini mendesripsikan bahwa

hubungan persepsi mahasiswa tentang e-learning, pendekatan pembelajaran

dan nilai mahasiswa dengan menggunakan blended learning berkaitan erat

dengan kualitas pembelajaran.

2. Mehmet Akif Ocak, 2010. Penelitian ini menjelaskan hambatan yang ditemui

oleh dosen dalam persiapan pembelajaran dengan blended learning yang

diidentifikasikan menjadi tiga aspek, yaitu proses pembeajaran, komunikasi

dan teknis. Dari ketiga aspek tersebut didapat delapan hambatan, yaitu (1)

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

34

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

intruksi yang kompleks, (2) kurangnya perencanaan, (3) kurangnya

komunikasi yang eektif, (4) memelukan banyak waktu, (5) kuangnya

dukungan kelembagaan, (6) mengubah peran, (7) kesulitan dalam adaptasi

teknologi baru dan (8) kurangnya sarana elektronik. Penelitian ini

menunjukkan persiapan pembelajaran blended learning dapat kompleks dan

memiliki pola pengajaran yang berbeda, namun pada pelakasanaannya

pembelajaran blended learning mempunyai dampak keberhasilan dalam

proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

3. Mehmet Akif Ocak, 2010. Studi ini menguji persepsi dosen tentang

pembelajaan blended learning yang dikatagorikan menjadi enam, yaitu (1)

kepuasan dengan blended learning, (2) dampak yang dirasakan oleh fakultas,

(3) dampak pada siswa, (4) dampak pada motivasi siswa, (5) kelebihan

pemelajaran blended learning dan (6) kelemahan pembelajaran blended

learning. Temuan yang didapat pada studi ini adalah (1) sebagian besar dosen

setuju bahwa blended learning dapat memberikan tingkat kepuasan belajar

yang tinggi dan (2) dosen mengakui bahwa pembelajaran dengan blended

learning dapat meningkatkan pretasi dan motivasi mahasiswa.

4. Annisa Ratna Sari, 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan

adanya peningkatan belajar mahasiswa secara mandiri dengan menggunakan

pembelajaran blended learning, selain itu studi ini juga menunjukkan

peningkatam terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa seta peningkatan

prestasi mahasiswa dalam hal ini nilai UAS mahasiswa.

5. Adi Santoso (2009). Penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan

signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan media online dengan

pembelajaran yang menggunakan LKS terhadap prestasi belajar siswa,

kelompok yang menggunakan media online memiliki nilai lebih tinggi

disbanding dengan kelompok siswa yang menggunakan media LKS. Pada

penelitian ini dikemukakan pula bahwa siswa yang mempunyai nilai

kemampuan awal (pre-test) yang tinggi memiliki nilai akhir (post-test) yang

lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki hasil pre-test

yang lebih rendah, hal ini pula tidak terpengaruh oleh jenis media yang

digunakan dalam proses pembelajaran.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 BLENDED LEARNINGrepository.upi.edu/23938/5/S_TE_1002413_Chapter2.pdf · learning lebih menekankan kepada penggabungan/penyatuan metode pembelajaran secara

35

Teguh Budiarto , 2016 BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM ORGANISASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5 KERANGKA BERFIKIR

Hasil penelitian Mehmet Aktif Ocak (2010) menunjukkan bahwa 88,7%

dosen setuju dengan pembelajaran blended learning. selain itu 87% dosen

merasa puas dengan pembelajaran blended learning. Kira-kira 92,1% dari sampel

penelitian menyatakan setuju untuk melanjutkan pembelajaran dengan

menggunakan blended learning tapi 3,2% tidak setuju, yang kemudian di dukung

oleh penelitian Paul Ginns dan Robert Ellis (2006), Annisa Ratna Sari (2010) dan

Adi Santoso (2009) adalah pada dasarnya terdapat perubahan kearah positif

dengan menggunakan pembelajaran blended learning.

Berdasarkan hal itu penulis mempunyai pemikiran mengenai bagaimana

mahasiswa di Perguruan Tinggi belajar dengan menggunakan format blended

learning. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana implementasi

blended learning di STEI ITB, serta peran leadership dan iklim organisasi yang di

bangun untuk mendukung terlaksananya model pembelajaran blended learning di

STEI ITB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana

implementasi blended learning di STEI ITB, sehingga hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat mengetahui sejauh mana penggunaan blended learning di STEI

ITB jika dilihat dari sudut pandang leadership dan iklim organisasi.