bab ii kajian kepustakaan 2.1 ayam...

14
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ciri-ciri ayam ras petelur produktif adalah jengger dan pial besar, lembut, mengkilat seperti berminyak, muka berwarna merah, mata bercahaya tidak cekung, bentuk kaki agak kecil, kulit lunak dan longgar, rongga perut lunak dan elastis, jarak antar ujung tulang dada dan tulang pinggul empat jari atau lebih, tulang pubis runcing, lebar dan lunak, jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih, anus berbentuk lonjong, basah, besar dan warnanya putih agak kebiruan (Rasyaf, 2008). Taksonomi ayam petelur : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Gallus Spesies : Galus galus Upaspesies : Galus galus domesticus Siklus hidup ayam petelur dibedakan dalam tiga fase yaitu fase starter (0-8 minggu), fase grower (8-20 minggu), dan fase layer (20 minggu-

Upload: phungthuy

Post on 08-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara

khusus untuk diambil telurnya. Ciri-ciri ayam ras petelur produktif adalah

jengger dan pial besar, lembut, mengkilat seperti berminyak, muka

berwarna merah, mata bercahaya tidak cekung, bentuk kaki agak kecil, kulit

lunak dan longgar, rongga perut lunak dan elastis, jarak antar ujung tulang

dada dan tulang pinggul empat jari atau lebih, tulang pubis runcing, lebar

dan lunak, jarak kedua ujungnya tiga jari atau lebih, anus berbentuk lonjong,

basah, besar dan warnanya putih agak kebiruan (Rasyaf, 2008).

Taksonomi ayam petelur :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Galus galus

Upaspesies : Galus galus domesticus

Siklus hidup ayam petelur dibedakan dalam tiga fase yaitu fase

starter (0-8 minggu), fase grower (8-20 minggu), dan fase layer (20 minggu-

Page 2: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

9

afkir) (Susilorini dkk., 2008). Untuk fase layer ini dibagi lagi menjadi dua

fase yakni fase I dan fase II. Dimana fase I adalah fase saat ayam mulai

bertelur selama 20 minggu pertama (20-42 minggu) dengan bobot badan

rata-rata 1.350 gram dan konsumsi pakan sebanyak 75 gram/ekor/hari, dan

fase II adalah fase dimana ayam telah mencapai bobot badan yang tetap

hingga afkir (42-72 minggu).

2.2. Pengaruh THI terhadap Produksi Telur

Nutrisi yang digunakan untuk produksi telur hanya merupakan

kelebihan dari nutrisi yang digunakan untuk proses homeostasis dan hidup

pokok. Artinya sebelum hewan menggunakan nutrisi untuk produksi, maka

nutrisi digunakan terlebih dahulu untuk menyuplai energi bagi kerja

jantung, paru-paru, proses pencernaan sampai mengangkut produknya ke

seluruh tubuh oleh darah dan proses mengembalikan kondisi tubuh ke arah

normal bila terjadi perubahan, untuk pembentukan sel-sel darah,

penggantian sel organ yang rusak, proses pembuangan produk yang tidak

digunakan oleh ginjal, kontraksi otot rangka, dan proses homeostasis. Ini

berarti, semakin tinggi energi yang digunakan untuk proses homeostasis,

maka semakin rendah energi yang tersedia untuk produksi telur (Andi

Mushawwir dan D. Latipuddin, 2013).

Seperti dikemukakan terdahulu, produksi merupakan manifestasi

dari interaksi antara faktor dalam (genetik) dengan faktor luar (lingkungan).

Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan dapat bersifat nutrisional,

klimatologis dan managerial. Faktor dalam yakni genetis di negara maju

Page 3: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

10

sudah mendapat perhatian utama untuk memperbaiki kualitas ternak, yakni

seleksi menuju satu tujuan antara lain seleksi kearah produksi daging dan

telur.

Fenomena fisiologis yang berlangsung di dalam tubuh hewan

khususnya ternak unggas sangat bergantung kepada empat faktor pembatas

produksi yang sangat penting yakni genotip, nutrisi, iklim dan penyakit. Di

Indonesia, fokus perhatian perlu ditujukan pada iklim dan nutrisi yang

dikaitkan produksi telur, pemanfaatan energi, interrelasi hormon dan aspek

fisiologis, proses biokimiawi pembentukan telur. Semua aspek di atas

masih luas untuk diteliti dalam rangka menghasilkan “breed” Indonesia.

Untuk Indonesia, faktor-faktor lain yang mempengaruh produksi seperti

kepadatan dalam kandang, adanya mikroorganisme, serangga, sinar

matahari, kelembaban, suhu udara dan curah hujan, cukup menarik sebagai

objek penelitian, karena faktor-faktor di atas umumnya merupakan faktor

pembatas produksi ternak yang efeknya dapat tinggi atau rendah.

Penelitian terdahulu yang dilaporkan oleh Anderson (1983)

menunjukkan bahwa produksi telur dapat dicapai dengan optimal apabila

diketahui berbagai fenomena yang berlangsung dalam tubuh ternak.

Terutama terhadap faktor-faktor yang merupakan respon ternak atas

perubahan kondisi lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang paling

menunjukkan dampak negative adalah kenaikan temperature di atas atau

melebihi, bahkan jauh dibawah temperature zona nyaman ternak tersebut.

Page 4: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

11

Proses yang terjadi di atas tidak selamanya berjalan lancar, sebab

reaksi fisiologik hanya berjalan lancar pada keadaan lingkungan internal yang

tetap, atau “millieu interieur” yang konstan. Kenyataannya ialah bahwa setiap

mahluk hidup berada pada kondisi lingkungan luar yang berubah-ubah.

Komponen iklim yang berubah siang dengan malam, antara dataran tinggi

dengan dataran rendah, antara di dalam kandang dan di luar kandang, dan

persediaan dan penyediaan pakan berubah dari waktu ke waktu baik kuantitatif

maupun kualitatif.

Setiap perubahan lingkungan luar tubuh ternak unggas akan

merubah lingkungan di dalam tubuh akibat adanya reaksi organ tubuh

terhadap perubahan lingkungan di atas. Manifestasi reaksi organ-organ dan

kaitannya dengan produksi ternak, karena sejumlah energi digunakan untuk

mempertahankan diri terlebih dahulu, baru untuk produksi. Dengan

demikian kebutuhan energi yang pada keadaan normal hanya dibutuhkan

dalam jumlah tertentu, karena adanya gangguan luar, menjadi lebih besar.

Semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh, semakin

banyak energi digunakan untuk mempertahankan kondisi di dalam tubuh

(millieu interieur) dalam keadaan tetap (Aengwanich, 2007).

Kolesterol merupakan precursor utama bagi pembentukan hormon-

hormon steroid (Progesteron, testosterone dan esterogen). Diantara hormon-

hormon tersebut, hormon esterogen memiliki peranan yang sangat penting

bagi sintesis telur, karena esterogen berperan sebagai sinyal kimiawi dalam

pembentukan protein-protein yang terdapat dalam albumen (putih telur).

Page 5: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

12

Terkait dengan peningkatan THI maka gangguan metabolisme dapat

menurunkan kadar kolesterol darah. Fenomena ini distimulan oleh

peningkatan hormon Cortikotropic Releasing Factor (CRF). Peningkatan

CRF ini menstimulan peningkatan sekresi adrenokortikotrofik hormon

(ACTH) oleh pituitary anterior, ACTH melalui pembuluh vena dibawa ke

adrenal medulla dan adrenal korteks. Adrenal korteks kemudian

mensekresikan hormon-hormon glukokortikoid antara lain kortisol.

Kortisol dari korteks medulla disebarkan ke seluruh jaringan tubuh

oleh system vaskuler. Di dalam hati dan otot, kortisol ini mampu

meningkatkan gluconeogensis. Diketahui bahwa gluconeogenesis

merupakan lintasan anabolisme untuk membentuk glukosa dari precursor

non karbohidrat (asam-asam amino, asam-asam lemak, dan kolesterol),

dalam rangka pemenuhan energi bagi ayam petelur yang sedang mengalami

stres temperatur tinggi dan atau peningkatan THI (Franco, 2004).

Peningkatan laju gluconeogenesis menjadi pemicu penggunaan

kolesterol lebih banyak diperuntukkan untuk pembentukan glukosa

sehingga secara kuantitatif mengurangi prekusor pembentukan hormon-

hormon steroid pada gilirannya akan menurunkan laju sintesis protein-

protein albumen (putih telur). Sebagai kompensasi kejadian ini maka terjadi

penurunan laju produksi telur.

2.3. Pengaturan Panas Tubuh (Thermoregulasi) pada Ayam Petelur

Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga

Page 6: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

13

mengatur dan mengontrol reaksi yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879,

seorang ahli fisiologi asal Perancis bernama Claude Bernard mengusulkan

suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup di

lingkungannya, yakni bahwa hewan harus mempertahankan stabilitas pada

lingkungan internal atau cairan tubuhnya. Ada beberapa hewan yang suhu

tubuhnya mengikuti suhu lingkungan, ada pula yang stabil dan faktor yang

mempengaruhi suhu tubuh hewan dapat dari dalam (metabolisme) maupun

dari luar. Pada tahun 1855, Bernard mengemukakan bahwa penyebab

terjadinya berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah

adanya senyawa khusus, yang dihasilkan oleh semua organ dan dikeluarkan

ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan

mengenai hormone dan regulasi/pengaturan kimia (Isnaeni, 2006).

Pengaturan lain yang merupakan bentuk dari homeostasis, yaitu pengaturan

suhu tubuh yang melibatkan suatu mekanisme yang mempunyai dampak

pada laju metabolisme, tekanan darah, oksigenasi jaringan, dan bobot tubuh.

(Campbell, 2004).

Homeostasis ialah keadaan lingkungan internal yang konstan dan

mekanisme yang bertanggung jawab atas keadaan konstan tersebut.

Lingkungan internal ialah cairan dalam tubuh hewan yang merupakan

tempat hidup bagi sel penyusun tubuh. Cairan tubuh hewan meliputi darah,

cairan interstisial, cairan selomik, dan cairan lain yang terdapat dalam tubuh.

Untuk dapat bertahan hidup, hewan harus menjaga stabilitas lingkungan

internalnya, antara lain keasaman atau pH, suhu tubuh, kadar garam,

Page 7: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

14

kandungan air, dan kandungan nutrien atau zat gizi. Mamalia (golongan

hewan yang memiliki kelenjar susu) dan aves (golongan burung) memiliki

kemampuan mengatur berbagai faktor tersebut dengan sangat tepat. Oleh

karena itu, aves dan mamalia disebut regulator (Isnaeni, 2006).

Sistem thermoregulatori ayam disebut juga sistem pengaturan

suhu tubuh, ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil

pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, ayam

masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa

mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu (Okarini,

2009).

Hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan

adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan

homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda

akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm

mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,

faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam,

faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan

homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-

suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan

sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang

menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar

tetap konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan

mamalia (Jamaria, 2012).

Page 8: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

15

Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas

yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang

hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.

Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan

medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan

transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan

lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya

tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah

suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi

tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan

konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan

panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap

perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan

burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-

hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas.

Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin

dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara

kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya (Jamaria, 2012).

Berbagai bentuk energi yang ada di dalam tubuh hewan adalah

hasil dari reaksi-reaksi biokimia. Seluruh reaksi biokimia termasuk dalam

cakupan metabolisme yang terdiri atas proses degradasi (katabolisme) dan

penyusunan atau sintesis (anabolisme). Reaksi sintesis membutuhkan energi

yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi. Seluruh energi yang

Page 9: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

16

dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapi sebagian

energi tersebut akan dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh

sebab itu, metabolisme dan panas tubuh sangat berhubungan erat satu sama

lain. Kebanyakan reaksi biokimia secara ekstrim sangat sensitif terhadap

temperatur. Peningkatan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi

dua kali lipat, sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan.

(Santoso, 2009).

Menurut Rastogi (2007), kisaran suhu dari berbagai hewan adalah

sebagai berikut :

Ilustrasi kisaran temperatur dari berbagai hewan

Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu

tubuhya dengan mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi,

yaitu:

1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan

sekelilingnya.Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak

Page 10: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

17

persis di bawah kulit untuk mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian

ini terdiri dari beberapa mekanisme, diantaranya: Hewan

endotermik mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya

berdasarkan suhu di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan

endotermik akan mengecilkan diameterpembuluh darahnya

(vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan pada

musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter pembuluh

darahnya (vasodilatasi) sehingga terjadi peningkatan aliran darah.

Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan

arus(countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini

memudahkan pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang

pembuluh darah tersebut.

2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif. Hewan endotermik

dan ektotermik terestial kehilangan air melalui

pernapasan dan melaluikulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air

akan menguap dan hewan tersebut akan kehilangan panas dengan cara

pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasidapat

ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar).

Pendinginan melaluievaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara

berendam atau berkeringat.

3. Respons perilaku. Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan

hilangnya panas tubuh dengan caraberpindah tempat. Mereka akan

berjemur dibawah terik matahari atau pada batu panas selama musim

Page 11: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

18

dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang

di dalam tanah pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan

yang lebih sesuai.4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.Kategori

penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik, khususnya

unggas danmamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi

panas metaboliknya sebanyak duatau tiga kali lipat ketika terpapar ke

keadaan dingin (Campbell, 2004).

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas,

misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan

modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di

bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk

mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting

dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi

ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu

tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara

mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan

pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi (Jamaria,

2012).

Ayam petelur termasuk hewan homoioterm dengan tingkat

metabolisme yang tinggi, termasuk hewan yang dapat menjaga dan

mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut

homeostasis, temperatur tubuh akan konstan meskipun hidup pada

temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari pada temperatur tubuhnya, hal

Page 12: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

19

ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya, yaitu hipotalamus untuk

mengatur suhu tubuh. Ayam petelur dapat melakukan aktifitas pada suhu

lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuhnya.

Ayam petelur mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh

faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang

dan malam dan faktor makanan yang dikonsumsi (Andi Mushawwir dan

D. Latipuddin, 2011).

Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang

normal merupakan kegiatan yang sangat mempengaruhi reaksi biokimiawi

dan proses fisiologis dalam kaitannya dengan metabolisme tubuh ayam,

kegiatan ini akan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada temperatur

tubuh ayam petelur. Masing-masing periode pertumbuhan, temperatur

tubuh ayam berbeda-beda, karena temperatur tubuh tidak mungkin

menunjukkan suatu derajat panas yang tetap, Tetapi kisaran di atas batas

tertentu, karena proses metabolisme di dalam tubuh tidak selalu tetap dan

faktor di sekitar tubuh (yang diterima tubuh secara radiasi, konveksi, dan

konduksi) (Sahara, 2011).

Umumnya unggas, khususnya ayam petelur tidak memiliki

kelenjar keringat, sehingga jalur utama untuk menjaga keseimbangan suhu

adalah pelepasan panas melalui penguapan air (evaporasi) pada kulit dan

saluran pernafasan dengan cara panting. Indikator yang sangat sederhana

untuk mengetahui fenomena ini adalah dengan mengukur permukaan

bagian-bagian tubuh ayam dan beberapa parameter fisiologik. Perbedaan

Page 13: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

20

aktivitas metabolisme akan menunjukkan respon yang berbeda dalam

mempertahankan suhu tubuhnya (Andi Mushawwir dan D. Latipuddin,

2011).

Page 14: BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelurmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110090224_2_1560.pdfBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina

21