bab i pendahuluan latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/9227/2/siti maryatun_bab i.pdfal-quran,...

20
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual (Lerner, 1985:413). Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisannya untuk keperluan komunikasi atau mencatat (Hargrove dan Potter dalam Abdurrahman, 1998:239). Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Produktif berarti menghasilkan suatu produk tulisan. Ekspresif berarti mengungkapkan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan(Tarigan, 2008:3). Dapat disimpulkan menulis adalah keterampilan berbahasa produktif untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bentuk tulisan. Dari bentuk sifatnya tulisan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu tulisan fiksi dan tulisan non-fiksi. Menulis cerita fiksi merupakan kegiatan menciptakan tulisan yang dibentuk, dibuat dan diimajinasikan(Tarigan dalam Sayuti, 2007:13). Menulis cerita fiksi merupakan salah satu kompetensi dasar dari keterampilan menulis yang terdapat dalam kurikulum 2013 untuk siswa sekolah dasar. Kompetensi dasar menulis cerita fiksi ini adalah (1) menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra (cerita, dongeng, dan sebagainya); (2) mengomunikasikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra yang dipilih dan dibaca sendiri secara lisan dan tulis yang didukung oleh alasan; (3) menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh berdasarkan peran, sifat tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara tertulis; (4) Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    “Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual”

    (Lerner, 1985:413). “Menulis merupakan penggambaran visual tentang

    pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa

    penulisannya untuk keperluan komunikasi atau mencatat” (Hargrove dan

    Potter dalam Abdurrahman, 1998:239).

    “Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif

    dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung

    dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Produktif berarti

    menghasilkan suatu produk tulisan. Ekspresif berarti mengungkapkan secara

    tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan” (Tarigan,

    2008:3).

    Dapat disimpulkan menulis adalah keterampilan berbahasa produktif

    untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bentuk tulisan.

    Dari bentuk sifatnya tulisan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu

    tulisan fiksi dan tulisan non-fiksi. “Menulis cerita fiksi merupakan kegiatan

    menciptakan tulisan yang dibentuk, dibuat dan diimajinasikan” (Tarigan

    dalam Sayuti, 2007:13).

    Menulis cerita fiksi merupakan salah satu kompetensi dasar dari

    keterampilan menulis yang terdapat dalam kurikulum 2013 untuk siswa

    sekolah dasar. Kompetensi dasar menulis cerita fiksi ini adalah (1)

    menguraikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra (cerita, dongeng, dan

    sebagainya); (2) mengomunikasikan pendapat pribadi tentang isi buku sastra

    yang dipilih dan dibaca sendiri secara lisan dan tulis yang didukung oleh

    alasan; (3) menyampaikan hasil identifikasi tokoh-tokoh berdasarkan peran,

    sifat tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara tertulis; (4)

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 2

    mengomunikasikan pengalaman pribadi yang mengesankan. Pemilihan

    kompetensi dasar tersebut didasarkan pada perlunya penguasaan keterampilan

    menulis cerita fiksi bagi siswa sekolah dasar.

    Pembelajaran menulis cerita fiksi harus mempunyai tujuan yang

    jelas. Bahan ajarnya pun harus sesuai dengan karakteristik siswa, berkaitan

    dengan perkembangan jiwa serta sesuai dengan lingkungan. Materi cerita

    fiksi terutama cerita rakyat selama ini hanya berpedoman pada buku

    pegangan guru Kurikulum 2013 yang dicetak oleh kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan. Materi ini bersifat nasional, dan kurang memperhatikan

    kearifan budaya lokal.

    Menurut Huck Etal (dalam Supriadi, 2006;4) manfaat cerita fiksi

    dapat dikelompokkan dalam dua ketegori yaitu : (1) dilihat dari segi

    kepribadian anak (personal value) dan (2) dilihat dari segi nilai pendidikan

    (educational value). Cerita fiksi bermanfaat membentuk kepribadian dan

    menuntut kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan dibentuk

    melalui karya sastra dalam hal ini cerita fiksi yang dibacanya. Anak-anak

    secara alamiah akan membentuk kepribadiannya dan menjadi penyeimbang

    emosi secara wajar, menanamkan konsep dari harga diri, menanamkan

    kemampuan yang realistis. Cerita fiksi juga akan membekali anak untuk

    memahami kelebihan dan kekurangan diri, serta membentuk sifat-sifat

    kemanusiaan pada diri anak, seperti menghargai, kasih sayang, toleransi yang

    pada akhirnya akan membentuk karakter anak.

    Cerita fiksi mempunyai nilai pendidikan yang sangat penting

    khususnya dalam peningkatan minat membaca bagi anak. Sastra memberi

    banyak informasi tentang suatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi

    kreatifitas atau keterampilan bagi anak serta memberi pendidikan moral pada

    anak. Sebagai hiburan, sastra memberikan kesenangan, kepuasan bagi

    pembaca dalam hal ini anak.

    Cerita fiksi dapat digali dari unsur kearifan lokal suatu daerah yang

    biasanya dikenal dengan cerita rakyat, merupakan gambaran otensitas

    masyarakat yang mencerminkan perilaku dan budaya masyarakat setempat,

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 3

    namun bukan berarti mengedepankan primodialisme, tetapi justru menjadikan

    masyarakat menghargai kebhinekaan bangsa dengan berbagai karakter

    budaya masyarakatnya. “Cerita fiksi berbasis kearifan lokal bermanfaat bagi

    pembentukan karakter bangsa, berkontribusi menciptakan identitas bangsa,

    serta melestarikan budaya bangsa” (Sibarani,2012:34).

    Akan tetapi, jika kita menelisik literatur di Indonesia, sebagian besar

    cerita rakyat di Indonesia tidak lepas dari unsur yang tidak manusiawi, seperti

    unsur kekerasan dan unsur percintaan. Sebagai contoh, cerita rakyat Indonesia

    sebagian besar berisi aneka kisah yang justru menanamkan sifat kebencian,

    kesombongan, ketidakadilan yang berakibat pada pembentukan karakter atau

    perilaku negatif pada anak. Fenomena literatur anak di Indonesia kerapkali

    sarat dengan pesan moral. Pesan tersebut cenderung disampaikan secara

    konservatif, bahkan melalui alur cerita dan penokohan yang justru bertolak

    belakang dengan tujuan pengembangan kepribadian pembaca/anak. Pesan

    moral dalam cerita terkadang membuat anak tidak percaya diri dan kurang

    berani mengungkapkan keberadaan dirinya, kurang kreatif dan mandiri, tidak

    peka terhadap lingkungan, serta kurang bertanggung jawab dan berintegritas.

    Berdasarkan temuan awal di lapangan, beberapa buku teks yang

    digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) khususnya di

    Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, masih mengacu pada bahan

    pengayaan pada buku pedoman guru Kurikulum 2013 dengan jumlah

    terbatas. Di dalam buku tersebut materi cerita fiksi yang berupa cerita rakyat

    Nusantara. Untuk itulah perlu adanya pengenalan cerita fiksi berorientasi

    pada pembentukan karakter yang berbasis kearifan lokal, khususnya cerita

    rakyat Kabupaten Banjarnegara.

    Pada kenyataanya buku teks menulis cerita fiksi yang terigintegrasi

    dengan cerita rakyat Banjarnegara masih sangat minim dijumpai. Buku cerita

    rakyat Banjarnegara yang berjudul “ Babad Banjarnegara” terbitan Perpusda

    Banjarnegara, tingkat keterbacaan untuk siswa sekolah dasar masih rendah.

    Aspek grafika pada buku ini kurang menarik dari komposisi warna.

    Gambar ilustrasi sangat minim membuat siswa kurang termotivasi untuk

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 4

    membaca. Aspek ketebalan buku mencapai 478 halaman membuat siswa

    cenderung malas untuk membaca buku tersebut karena terlalu tebal.

    Saat ini, bahan pengayaan yang beredar sebagian besar bersifat

    integratif. Artinya, buku tersebut memuat semua aspek keterampilan

    berbahasa, yaitu mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Hal ini

    menyulitkan siswa untuk mempelajari salah satu aspek keterampilan

    berbahasa, karena materi yang disajikan tidak fokus ke satu

    keterampilan saja.

    Berdasarkan permasalahan di atas, pengembangan bahan pengayaan

    yang inovatif merupakan solusi untuk melengkapi kekurangan yang ada

    pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Pengembangan bahan pengayaan

    dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan iptek dan keterampilan;

    membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan, dan

    masyarakat pembaca lainnya. “Penyajian buku pengayaan dapat divariasikan

    dengan menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana”

    (Pusat Perbukuan, 2008:7).

    Bahan pengayaan yang dikembangkan pada penelitian ini, fokus

    pada keterampilan menulis cerita fiksi. Bahan pengayaan yang fokus pada

    satu keterampilan berbahasa akan lebih mudah dipelajari oleh siswa. Bahan

    pengayaan yang dikembangkan juga diintegrasikan dengan nilai-nilai positif

    dalam rangka membangun karakter siswa yang baik.

    Pembentukan karakter siswa mutlak diperlukan dalam pembelajaran

    guna menghadapi perubahan berbagai aspek kehidupan. Perubahan pada

    aspek kehidupan seperti sosial, ekonomi, politik, hankam, dan iptek kian

    terasa. Dengan perubahan-perubahan ini menuntut manusia untuk selalu

    melakukan penyesuaian dan antisipasi. Dari kondisi faktual tersebut, perlu

    disadari bahwa aspek afeksi pendidikan sudah bergeser dari landasan dan

    tujuan pendidikan. Dunia pendidikan lebih mengedepankan aspek kognisi,

    sehingga disadari atau tidak, arah kebijakan pendidikan kita telah membawa

    tingkat degradasi moral bangsa semakin terpuruk, karena salah satunya

    kurang memperhatikan pembentukan karakter siswa.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 5

    Muatan pembentukan karakter siswa diharapkan dapat

    mengembalikan filosofi pendidikan Indonesia sebenarnya yaitu membangun

    manusia Indonesia seutuhnya. Muatan pendidikan karakter yang ditanamkan

    dalam Kurikulum 2013 edisi revisi terdiri dari nilai religius, mandiri,

    nasionalis, integritas, dan gotong royong. Nilai-nilai sosial yang juga perlu

    ditanamkan kepada anak sejak dini yaitu nilai kejujuran, kedisiplinan,

    tanggung jawab, peduli, toleransi, santun, dan percaya diri.

    Relevan dengan pentingnya pendidikan karakter pada siswa serta

    kebutuhan buku pengayaan menulis cerita fiksi, maka perlu dilakukan

    pengembangan bahan pengayaan menulis cerita fiksi berorientasi pada

    pendidikan karakter berbasis kearifan lokal yang mengacu pada kurikulum

    2013. Bahan pengayaan menulis cerita fiksi diintegrasikan dengan muatan

    pendidikan karakter religius, mandiri, nasionalis, integritas, gotong royong,

    peduli, toleransi, santun, dan percaya diri. Bahan pengayaan menulis cerita

    fiksi yang dikembangkan dapat digunakan sebagai pendamping buku teks

    bahasa Indonesia, mengembangkan kemampuan menulis cerita fiksi, dan

    menanamkan pendidikan karakter serta nilai-nilai sosial pada siswa.

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut,

    peneliti akan mengembangkan bahan pengayaan yang berjudul

    “Pengembangan Bahan Pengayaan Cerita Fiksi Berorientasi Pendidikan

    Karakter Berbasis Kearifan Lokal Banjarnegara untuk Siswa Kelas IV

    Sekolah Dasar”.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah kebutuhan pengembangan bahan pengayaan cerita

    fiksi berorientasn pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    menurut persepsi siswa dan guru?

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 6

    2. Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan bahan pengayaan cerita

    fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    untuk siswa kelas IV SD?

    3. Bagaimanakah pengembangan bahan pengayaan cerita fiksi berorientasi

    pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara untuk siswa

    kelas IV SD?

    4. Bagaimanakah hasil uji validasi dan perbaikan prototype bahan

    pengayaan cerita fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan

    lokal Banjarnegara untuk siswa kelas IV SD?

    5. Bagaimanakah respon siswa dan guru terhadap bahan pengayaan cerita

    fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    untuk siswa kelas IV SD?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai

    berikut :

    1. Mendeskripsikan kebutuhan pengembangan bahan pengayaan cerita fiksi

    berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    menurut persepsi siswa dan guru.

    2. Mendeskripsikan prinsip-prinsip pengembangan bahan pengayaan cerita

    fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    untuk siswa kelas IV SD.

    3. Mengembangkan prototype bahan pengayaan cerita fiksi berorientasi

    pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara untuk siswa

    kelas IV SD.

    4. Menjelaskan hasil uji validasi dan perbaikan prototype bahan

    pengayaan cerita fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan

    lokal Banjarnegara untuk siswa kelas IV SD.

    5. Menjelaskan respon siswa dan guru terhadap bahan pengayaan cerita fiksi

    berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara

    untuk siswa kelas IV SD.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 7

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

    baik secara teoritis maupun secara praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    Bahan pengayaan ini dapat memberikan sumbangsih untuk

    mendukung teori-teori yang sudah ada terutama teori menulis cerita fiksi

    berbasis pendidikan karakter dan kearifan lokal. Serta diharapkan dapat

    memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya pelajaran bahasa

    Indonesia di Sekolah Dasar.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Siswa

    1) Memberikan motivasi bagi siswa lebih aktif dan kreatif dalam

    pembelajaran menulis cerita fiksi.

    2) Meningkatkan minat baca siswa.

    3) Lebih mencintai karya sastra khususnya cerita fiksi berbasis

    karakter dan kearifan lokal.

    b. Bagi Guru

    1) Memberikan informasi dan referensi bagi guru, sehingga lebih

    kreatif dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia.

    2) Memeberikan motivasi bagi guru untuk menulis, dan berperan aktif

    dalam gerakan literasi.

    c. Bagi Sekolah

    1) Memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan hasil

    belajar dengan mencoba menggunakan bahan pengayaan cerita

    fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

    2) Memberikan gambaran penerapan Kurikulum 2013 revisi dalam

    proses pembelajaran cerita fiksi menggunakan bahan pengayaan

    cerita fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 8

    E. SPESIFIKASI PRODUK

    Spesifikasi produk dalam penelitian pengembangan ini adalah

    buku pengayaan cerita fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis

    kearifan lokal Banjarnegara untuk siswa kelas IV SD. Spesifikasi produk

    yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

    1. Buku bahan pengayaan yang dikembangkan adalah buku cerita fiksi

    berorientasi pada pembentukan karakter siswa dengan berbasis

    kearifan lokal Banjarnegara untuk siswa sekolah dasar. Penguatan

    pendidikan karakter dasar yang sejalan dengan kurikulum 2013 antara

    lain :

    a. Religius,

    Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan

    yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan

    ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan

    agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan

    ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan

    pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini

    ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai

    perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,

    kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti

    perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak

    memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang

    kecil dan tersisih.

    Sikap yang religius menjadi pondasi dasar bagi sikap-sikap

    lainnya. Penguatan pendidikan karakter religius di tingkat sekolah

    dasar diimplementasikan dalam muatan pelajaran Pendidikan

    Agama dan Budi Pekerti dengan alokasi waktu untuk kelas awal,

    kelas satu sampai kelas tiga yaitu 2 x 2 jam pelajaran perminggu.

    Kelas atas, kelas empat sampai dengan kelas enam 2 x 3 jam

    pelajaran perminggu.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 9

    Selain pada kegiatan belajar mengajar, implementasi pendidikan

    religius ditanamkan pada siswa melalui pembiasaan sebelum

    kegiatan belajar mengajar seperti melaksanakan salat duha, berdoa

    sebelum dan sesudah pembelajaran, hafalan Asmaul Husna, tadarus

    Al-Quran, hafalan surah pendek dan doa harian, serta salat duhur

    berjamaah, serta adanya kegiatan peringatan hari besar keagamaan

    di sekolah.

    b. Mandiri,

    Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak

    bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,

    pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

    Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh,

    berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi

    pembelajar sepanjang hayat.

    Implementasi penguatan pendidikan karakter mandiri di tingkat

    sekolah dasar melalui kegiatan ekstrakurikuler wajib pramuka.

    Ekstrakurikuler wajib ini menanamkan dan mengajarkan siswa

    untuk dapat menjadi pribadi yang tangguh tanpa bergantung pada

    orang lain tetapi bagaimana siswa memberikan manfaat bagi orang

    lain. Berdasarkan usia, kepramukaan di tingkat Sekolah Dasar

    terdiri dari dua golongan, yakni golongan siaga bagi siswa kelas

    awal, kelas satu sampai dengan kelas tiga, golongan penggalang

    bagi siswa kelas empat sampai kelas enam. Serta kemandirian

    siswa dapat diukur dari kemampuan, ketepatan, tanggungjawab

    siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

    c. Nasionalis,

    Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan

    berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

    yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

    ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa

    dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 10

    nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa

    sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul,

    dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum,

    disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

    Pentingnya penguatan pendidikan karakter nasionalis kepada siswa

    sekolah dasar adalah untuk menanakan rasa cinta dan bangga

    menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan

    memiliki rasa cinta dan bangga, maka akan tertanam keinginan

    untuk memberikan sumbangsih terbaik kepada negara, serta

    menjaga dan melindungi bangsa dan negara. Implementasi

    pendidikan karakter nasionalis di tingkat sekolah dasar melalui

    pelaksanaan upacara bendera setiap hari Senin, upacara peringatan

    hari nasional, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap

    pagi hari, memberikan kesempatan terbuka bagi siswa untuk

    mengikuti berbagai perlombaan dan kompetisi, serta

    memperdengarkan dan menyanyikan lagu-lagu nasional.

    d. Integritas,

    Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku

    yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

    yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

    pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai

    kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap

    tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam

    kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang

    berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga

    menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas),

    serta mampu menunjukkan keteladanan.

    Sikap integritas dikaitkan dengan kejujuran dan tanggung jawab.

    Kejujuran dan tanggung jawab dalam integritas biasanya

    terekspresi melalui sikap, perilaku, kebiasaan, etos, karakter, gaya

    hidup, etika, etiket, dan moral. Penguatan pendidikan karakter

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 11

    integritas tidak lepas dari tiga pendidikan karakter lainnya yakni

    religius, mandiri, dan nasionalis. Intergritas dapat diukur dari

    bagaimana siswa mampu membiasakan diri bersikap religius,

    mandiri, dan nasionalis tanpa ada komando ataupun perintah dan

    paksaan dari pihak lain, dalam hal ini guru.

    e. Gotong royong,

    Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai

    semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan

    bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi

    bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

    Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama,

    dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan

    bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati

    dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap

    kerelawanan.

    Kearifan lokal yang menjadi basis pengembangan bahan

    pengayaan cerita fiksi ini adalah cerita asal mula, adat istiadat, dan

    kebiasan yang berkembang di masyarakat Kabupaten Banjarnegara.

    Tentunya disesuaikan dengan perkembangan usia anak sekolah dasar.

    Kearifan yang digunakan dalam penelitian ini berupa tradisi dan

    cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Kabupaten Banjarnegara.

    Terdiri dari 14 cerita rakyat yang terbagi dalam tiga jenis cerita rakyat,

    yakni legenda, sage, dan dongeng.

    A. Legenda

    Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang

    berhubungan dengan sejarah. Ada pula yang mengartikan “legenda

    sebagai cerita terjadinya suatu tempat” (Sukirno, 2013:133). Bahkan ada

    sebagian masyarakat yang meyakini bahwa legenda benar-benar ada,

    meskipun disampaikan secara lisan, cerita itu tidak mudah dilupakan.

    Legenda Banjarnegara dalam bahan pengayaan ini terdiri dari

    lima legenda, yakni :

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 12

    a. Desa Banjar

    Legenda ini berkisah tentang perjuangan seorang tokoh

    karismatik pendiri desa Banjar bernama Kyai Ageng Maliu. Desa

    Banjar merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Banjarnegara.

    b. Legenda Kawah Sikidang

    Legenda berkaitan dengan cerita yang berkembang pada

    masyarakat di kawasan wisata Dieng. Menceritakan tentang awal

    mula terjadinya kawah Sikidang yang bermula dari kisah romansa

    Pangeran Kidang Garungan dari Kerajaan Garung dengan Putri Shinta

    Dewi yang tinggal di Dieng.

    c. Legenda Sungai Serayu

    Sungai Serayu merupakan sungai besar kedua setelah sungai

    bengawan Solo. Mengalir melewati empat kabupaten, yakni hulu di

    Kabupaten Wonosobo, bagian tengah melalui Kabupaten

    Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan

    bermuara di Kabupaten Cilacap.

    Cerita yang berkembang, bahwa sungai serayu tercipta pada

    masa tokoh pewayangan Mahabarata. Berkisah tentang perjuangan

    Pandawa membuat batas kerajaan dengan Hastinapura, kerajaan

    Kurawa.

    d. Asal Usul Desa Kandangwangi

    Jika menilik nama desa-desa di Banjarnegara, hampir semuanya

    memiliki nama yang unik. Salah satunya adalah desa di Kecamatan

    Wanadadi, bernama desa Kandangwangi. Kandang berarti sebagai

    tempat untuk hewan peliharaan, sedangkan wangi diartikan sebagai

    aroma atau bau harum.

    Legenda ini menceritakan tentang Putri Mayangsari, anak dari

    seorang adipati yang menyelamatkan diri dari musuh adipati,

    kemudian bersembunyi di sebuah kandang kerbau. Tunangannya

    Pangeran Kumitir berhasil menemukan putri karena mencium bau

    harum dari kandang tersebut.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 13

    1. Asal Usul Kalibening

    Serupa dengan desa Kandangwangi, nama Kalibening pun

    memiliki kisah tersendiri di masyarakat. Kalibening adalah sebuah

    kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan.

    Legenda asal usul Kalibening berkisah tentang kehidupan suami

    istri bernama Argo Wilis dan Aning Welas. Demi membuktikan

    kejujurannya, Aning Welas menceburkan diri ke sungai.

    B. Sage

    Sage atau cerita panji adalah sebuah cerita rakyat yang

    menggambarkan kepahlawanan atau petualangan yang mengagumkan,

    biasanya berhubungan dengan sejarah.

    Sage pada bahan pengayaan terdiri dari empat judul cerita,

    yakni:

    a. Kisah Tiga Bersaudara

    Kisah dalam cerita rakyat ini tentang tiga putra Sunan Giri yaitu

    Pangeran Giri Wasiat, Panembahan Giri Pit, dan Nyai Sekati.

    Kisahnya bercerita tentang perjuangan ketiga bersaudara ini dalam

    melaksanakan tugas dari Sunan Giri yakni menyebarkan ajaran agama

    Islam di wilayah tengah pulau Jawa, tepatnya di Desa Banjar.

    b. Ki Ageng Selamanik

    Ki Ageng Selamanik adalah tokoh yang berpengaruh di

    wilayah Banjarnegara. Beliau merupakan tokoh yang berjuang

    melawan penjajah Belanda di wilayah Banjarnegara. Kisah

    perjuangannya juga dimasukkan dalam materi pelajaran muatan lokal

    kabupaten Banjarnegara bagi sekolah dasar.

    Berkisah tentang Ki Ageng yang moksa setelah kehilangan

    keluarganya, dan meninggalkan lima buah benda sebagai petilasan.

    c. Ki Ageng Girilangan

    Ki Ageng Girilangan merupakan sosok yang disegani di daerah

    Kecamatan Susukan, tepatnya desa Gumelem. Perjuangan Ki Ageng

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 14

    Giri langan dan peninggalannya juga menjadi salah satu materi

    pelajaran muatan lokal Kabupaten Banjarnegara.

    d. Punden Adipati Wirasaba

    Cerita ini mengisahkan tentang seorang adipati wilayah

    Wirasaba yang begitu setia pada kerajaan, tetapi akhir hidupnya tragis

    hanya karena kesalahpahaman raja. Kisah akhir hidup sang adipati

    dikaitkan pula dengan nama salah satu kecamatan di Kabupaten

    Banjarnegara.

    C. Dongeng

    “Dongeng adalah cerita yang bersifat menghibur, tidak benar-

    benar terjadi, tetapi terdapat ajaran moral yang terkandung di dalam

    cerita “(Kamisa, 1997:144). Dongeng merupakan jenis cerita rakyat

    yang paling populer.

    Dongeng pada bahan pengayaan terdiri dari lima judul cerita,

    yakni:

    a. Asal Mula Dawet Ayu

    Banjarnegara merupakan kota yang terkenal dengan

    minuman khas yang telah mendunia bernama dawet ayu Banjarnegara.

    Nama Dawet ayu sendiri juga digunakan sebagai nama pelajaran pada

    kurikulum lokal Banjarnegara untuk satuan pendidikan sekolah dasar.

    Sayangnya pada buku muatan lokal Dawet Ayu tidak diceritakan

    secara pasti asal mula nama dawet ayu. Demikian juga pada buku

    babad Banjarnegara maupun buku kumpulan cerita Banjarnegara,

    tidak ditemukan asal mula nama dawet ayu. Sehingga banyak versi

    mengenai asal mula nama dawet ayu.

    Penulis menggali lebih dalam dari narasumber terkait dengan

    kisah asal mula dawet ayu, dengan memperhatikan dan

    mempertimbangkan nilai penguatan pendidikan karakter yang dapat

    diambil dari cerita asal mula nama dawet ayu.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 15

    Dalam dongeng ini dikisahkan sepasang suami istri bernama

    Munarjo yang bekerjasama dalam berjualan dawet, dengan tetap

    memperhatikan kebersihan tempat serta dawet yang dijual. Istri

    Munarjo pun terkenal selain memiliki kecantikan wajah juga memiliki

    kecantikan budi dan hati. Orang pun menyebutnya ayu, “bakule ayu”.

    b. Pentas Rampak Yakso

    Dataran tinggi Dieng terkenal sebagai destinasi wisata utama

    di propinsi Jawa Tengah. Selain banyaknya tempat bersejarah dan

    wisata alam, Dieng juga terkenal dengan adat istiadat serta budaya

    masyarakatnya. Salah satunya adalah pentas tari rampak yakso. Bagi

    masyarakat Dieng tari ini memiliki makna kebersamaan, kerjasama,

    dan kerukunan.

    Sedangkan menurut kisahnya, tari rampak yakso menceritakan

    tentang peperangan antara Gatotkaca dibantu anoman dalam

    menumpas raksasa pembuat onar di kahyangan,

    Sampai sekarang, tari rampak yakso selalu dipentaskan di

    halaman candi Arjuna pada upacara pemotongan rambut gimbal dalam

    rangkaian Dieng Culture Festival.

    c. Tari Ujungan

    Tari ujungan pada mulanya merupakan ajak adu kesaktian

    orang-orang di Kecamatan Susukan pada masa dulu. Kini kebiasaan

    tersebut dilestarikan sebagai sebuah tarian yang menjadi salah satu

    daya tarik wisata di Kecamatan Susukan.

    Tari ujungan mengisahkan usaha rakyat Susukan di musim

    kemarau untuk mendapatkan air bersih. Sayangnya dalam usaha

    tersebut ada saja among tani yang tidak sabar dan berujung dengan adi

    fisik.

    d. Bayalangu

    Dongeng Bayalangu berasal dari kecamatan Purwonegoro.

    Dongeng ini menceritakan tentang seorang tokoh bernama Ki Baya

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 16

    yang telah dijebak oleh saingannya bernama Ki Sengkuni sehingga dia

    berubah menjadi baya yang berbau anyir/langu.

    e. Batu Bata Kenteng

    Desa Kenteng merupakan sentra kerajinan batubata merah di

    kabupaten Banjarnegara. Masyarakat di desa sebagian besar bekerja

    sebagai pembuat batu bata merah.

    Penulis menggali sisi pendidikan karakter dari proses

    pembuatan batu bata merah sehingga terciptalah dongeng Batu Bata

    Kenteng.

    2. Susunan penyajian bahan pengayaan tersebut terdiri dari komponen

    antara lain cover buku, kata pengantar, pendahuluan, peta konsep,

    daftar isi, uraian materi dan lembar aktifitasku, glosarium, daftar

    pustaka, dan profil penulis.

    3. Bahan pengayaan tersebut berbentuk media cetak dalam ukuran kertas

    A4, berukuran 20 x 25 cm dan menggunakan tipe huruf texton pro,

    ukuran 12 spasi 1,5.

    F. PENTINGNYA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu solusi

    menghadapi perkembangan pendidikan yang selalu membutuhkan

    pemutahiran teori dan praktik pembelajaran yang lebih baik. Penelitian dan

    pengembangan dianggap sebagai sebuah metode penelitian yang ampuh

    dalam memperbaiki praktik-praktik pendidikan yang sudah usang dan

    tidak relevan dengan perkembangan zaman.

    Perkembangan pendidikan yang relevan perlu adanya inovasi di

    bidang produk-produk pendidikan. Produk pendidikan tidak hanya berupa

    perangkat keras (hardware) seperti modul, bahan pengayaan, media

    pembelajaran, LKS atau alat bantu pembelajaran yang lain. Namun,

    produk pendidikan bisa juga berupa software komputer yang berupa

    aplikasi pembelajaran, aplikasi pengolahan data pendidikan, aplikasi

    evaluasi dan sebagainya. Produk pendidikan juga dapat berupa penemuan

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 17

    pengetahuan baru atau praktik pendidikan baru yang orisinal. Di dalam

    bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan ini masih sangat jarang

    dilakukan oleh para pelaku pendidikan dikarenakan butuh pendanaan besar

    dan waktu yang cukup panjang hingga menghasilkan produk yang layak

    secara nasional. Padahal penelitian dan pengembangan sangat penting di

    dalam pendidikan demi memberikan solusi dan inovasi di dalam perbaikan

    praktik-praktik pendidikan yang cenderung monoton dan kurang relevan.

    Pengembangan bahan pengayaan pada penelitian ini difokuskan

    pada pengembangan bahan pengayaan menulis cerita fiksi berorientasi

    pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Banjarnegara. Pengembangan

    tersebut bertujuan menghasilkan produk buku bahan pengayaan menulis

    cerita fiksi berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal

    Banjarnegara. setelah mengalami tahapan-tahapan prapengembangan,

    tahap pengembangan, tahap uji coba produk, dan tahap revisi produk.

    G. ASUMSI KETERBATASAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN

    1. Asumsi

    Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan bahan

    pengayaan berorientasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal

    Banjarnegara adalah:

    b. Buku pegangan guru Kurikulum 2013 yang dicetak oleh

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan materi cerita fiksi

    masih didominasi cerita rakyat Nusantara.

    c. Sebagian besar cerita rakyat di Indonesia tidak lepas dari unsur

    yang tidak manusiawi, seperti unsur kekerasan dan unsur

    percintaan. Sebagai contoh, cerita rakyat Indonesia sebagian besar

    berisi aneka kisah yang justru menanamkan sifat kebencian,

    kesombongan, ketidakadilan yang berakibat pada pembentukan

    karakter atau perilaku negatif pada anak

    d. Buku cerita rakyat Banjarnegara yang sudah ada, tingkat

    keterbacaanya untuk siswa sekolah dasar masih rendah.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 18

    e. Belum tersedianya bahan pengayaan cerita rakyat Banjarnegara

    yang dikemas sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru di

    Kabupaten Banjarnegara.

    f. Kearifan lokal Kabuputen Banjarnegara yang berupa cerita rakyat

    perlu dilestarikan melalui buku pengembangan bahan pengayaan

    di sekolah dasar.

    2. Keterbatasan Pengembangan

    Keterbatasan pengembangan bahan pengayaan antara lain:

    a. Bahan pengayaan ini hanya terbatas materi cerita fiksi yang

    bersumber pada kearifan lokal Banjarnegara.

    b. Objek penelitian ini terbatas pada penggunaan buku ajar di kelas

    IV (empat).

    c. Subjek penelitian adalah siswa dan guru SD di 2 sekolah dasar

    negeri besar di Kecamatan Banjarnegara.

    H. DEFINISI OPERASIONAL

    1. Bahan Pengayaan

    Bahan pengayaan adalah buku pelengkap diperpustakaan,

    biasa disebut dengan buku pengayaan. Buku pengayaan juga

    digunakan sebagai media untuk menambah wawasan peserta didik.

    Bentuk-bentuk buku pengayaan dapat berbentuk buku komik, bacaan

    umum, cerita, atau pendidikan karakter. Ciri-ciri buku pengayaan

    yang baik adalah yang dapat membantu dengan baik buku-buku teks

    yang digunakan di sekolah.

    Buku pengayaan dibagi menjadi tiga kelompok, yakni buku

    pengayaan kepribadian, buku pengayaan keterampilan, dan buku

    pengayaan pengetahuan.

    a. Buku Pengayaan Kepribadian

    Buku pengayaan kepribadian adalah buku-buku yang dapat

    membantu meningkatkan kualitas kepribadian, karakter, sikap, dan

    pengalaman batin pembaca.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 19

    b. Buku Pengayaan Keterampilan

    Buku pengayaan keterampilan adalah buku-buku yang dapat

    membantu pembacanya dalam meningkatkan kemampuan dalam

    hal aktivitas keterampilan sehari-hari baik itu secara praktis

    ataupun mandiri.

    c. Buku Pengayaan Pengetahuan

    Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang khusus

    diperuntukkan bagi pelajar dalam memperkaya pengetahuan dan

    pemahamannya, baik itu pengetahuan secara lahiriyah ataupun

    batiniyah. Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang

    menjadi sarana untuk mengembangkan pengetahuan pembaca, dan

    bukan sebagai science (untuk ilmu pengetahuan alam maupun

    sosial) yang merupakan bidang kajian.

    3. Menulis

    “Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk

    visual” (Lerner, 1985:413). “Menulis merupakan penggambaran

    visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan

    simbol-simbol sistem bahasa penulisannya untuk keperluan

    komunikasi atau mencatat” (Hargrove dan Potter dalam

    Abdurrahman, 1998:239). Menulis pada dasarnya merupakan suatu

    kegiatan yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk

    berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka

    dengan pihak lain. “Produktif berarti menghasilkan suatu produk

    tulisan. Ekspresif berarti mengungkapkan secara tertulis gagasan,

    ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan” (Tarigan, 2008:3).

    4. Cerita Fiksi

    “Cerita fiksi adalah cerita yang tidak menunjuk pada kebenaran

    faktual dan sejarah” (Nurgiyantoro, 2016:23). Sedangkan “menulis

    cerita fiksi merupakan kegiatan menciptakan tulisan yang dibentuk,

    dibuat dan diimajinasikan” (Tarigan dalam Sayuti, 2007:13). Dalam

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019

  • 20

    penelitian ini, cerita fiksi yang menjadi objek penelitian adalah cerita

    rakyat yang berasal dari daerah Kabupaten Banjarnegara.

    5. Karakter dan Pendidikan Karakter

    “Karakter adalah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun karakteristik

    yang dimiliki seseorang yang berasal dari pembentukan ataupun

    tempaan yang didapatkannya melalui lingkungan yang ada di sekitar”

    (Kusuma, 2011:6).

    “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

    didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya,

    masyarakat, bangsa dan negara” (Kemendiknas, 2003).

    Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 ditekan kan pada

    nilai religius, mandiri, nasionalis, integritas, dan gotong royong.

    6. Kearifan Lokal

    “Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah

    bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan

    mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi

    watak dan kemampuan sendiri” (Wibowo,2015:17). Identitas dan

    Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup

    masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergeseran nilai-nilai. Kearifan

    lokal merupakan salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan

    mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.

    Kearifan lokal yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kearifan lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara dan

    menjadi identitas kabupaten tersebut. Kearifan lokal tersebut dapat

    berupa cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Banjarnegara,

    adat istiadat, maupun kebiasaan dan kebudayaan masyarakat di

    kabupaten Banjarnegara.

    Pengembangan Bahan Pengayaan…, Siti Maryatun, Program Pascasarjana UMP, 2019