bab i pendahuluan bab i pendahuluan 1.1. gambaran … · starbucks sebagai salah satu fenomena di...

20
1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Kedai Kopi (Coffee Shop) Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475. Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Kopi di Turki ini disajikan kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi mereka dengan memasaknya dengan ibrik (pot ala Turki). Budaya minum kopi seperti ini masih diterapkan di Turki hingga sekarang. Ide minum kopi pertama dengan krim dan gula awalnya ada di Eropa pada 1529 dan ini adalah waktu sama saat kedai kopi pertama di Eropa didirikan. Di kedai kopi Kolschitzky memperkenalkan gagasan minum kopi dengan menggunakan penyaring dan juga menikmati kopi dengan susu dengan gula. Minuman yang digagas Kolschitzky ini mendapat sambutan baik dan sejak itu mulailah bermunculan kedai-kedai kopi yang tak hanya menjual kopi tetapi juga makanan manis sebagai teman minum kopi. Pada masa itu popularitas kopi merebak dan berkembang hingga ke Inggris. Penyebaran kedai kopi semakin luas hingga sampai ke Inggris. Kedai kopi pertama di Inggris dibuka pada 1652. Meskipun kedai kopi telah popular di Eropa, inspirasi dibukanya kedai kopi di Inggris tetap berkiblat dari Turki. dari sana, ide kedai kopi menyebar lebih jauh di dataran Eropa. Masuk ke Italia pada 1654 lalu menyebar ke Paris pada 1672. Sedangkan di Jerman kedai kopi pertama dibuka pada 1673. Saat Amerika dijajah oleh Inggris, saat itu jugalah budaya kedai kopi masuk ke sana. Pada saat itu kedai kopi masih menyajikan kopi biasa sampai

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

    1.1.1. Kedai Kopi (Coffee Shop)

    Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475.

    Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel (sekarang

    Istanbul) Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka

    dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Kopi di Turki ini disajikan

    kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi mereka

    dengan memasaknya dengan ibrik (pot ala Turki). Budaya minum kopi seperti ini

    masih diterapkan di Turki hingga sekarang.

    Ide minum kopi pertama dengan krim dan gula awalnya ada di Eropa pada

    1529 dan ini adalah waktu sama saat kedai kopi pertama di Eropa didirikan. Di

    kedai kopi Kolschitzky memperkenalkan gagasan minum kopi dengan

    menggunakan penyaring dan juga menikmati kopi dengan susu dengan gula.

    Minuman yang digagas Kolschitzky ini mendapat sambutan baik dan sejak itu

    mulailah bermunculan kedai-kedai kopi yang tak hanya menjual kopi tetapi juga

    makanan manis sebagai teman minum kopi. Pada masa itu popularitas kopi

    merebak dan berkembang hingga ke Inggris.

    Penyebaran kedai kopi semakin luas hingga sampai ke Inggris. Kedai kopi

    pertama di Inggris dibuka pada 1652. Meskipun kedai kopi telah popular di Eropa,

    inspirasi dibukanya kedai kopi di Inggris tetap berkiblat dari Turki. dari sana, ide

    kedai kopi menyebar lebih jauh di dataran Eropa. Masuk ke Italia pada 1654 lalu

    menyebar ke Paris pada 1672. Sedangkan di Jerman kedai kopi pertama dibuka

    pada 1673.

    Saat Amerika dijajah oleh Inggris, saat itu jugalah budaya kedai kopi

    masuk ke sana. Pada saat itu kedai kopi masih menyajikan kopi biasa sampai

  • 2

    datanglah sebuah jenis kopi baru bernama espresso. Pada 1946, Gaggia

    menemukan mesin piston espresso komersial yang jauh lebih mudah digunakan

    dari model sebelumnya. The Gaggia Coffee Bar di Italia adalah lokasi pertama

    yang menggunakan mesin ini dan melayani penjualan kopi biasa dan juga

    espresso. Di titik inilah kedai kopi modern akhirnya lahir.

    Tentu saja kedai kopi masa lalu berbeda dengan kedai kopi sekarang yang

    tak hanya menyediakan menu minuman kopi tetapi juga makanan sebagai menu

    utamanya. Lahirnya kedai kopi modern di pelopori oleh adanya kedai kopi

    Starbucks sebagai salah satu fenomena di industri kopi. Starbucks membuka gerai

    pertamanya di Seattle Amerika Serikat pada 1971. Dan sejak itu mereka terus

    berkembang dan melebarkan diri hingga ke 8.000 gerai di seluruh dunia. Hingga

    saat ini perkembangan kedai kopi terus terjadi di seluruh belahan dunia. Di

    Indonesia sendiri banyak bertumbuh kedai-kedai kopi independen yang

    menyajikan kopi dan membangun kedainya dengan konsep yang berbeda-beda.

    (Yuliandri, 2015)

    Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Mamang

    Dondagego sebagai konsultan coffee shop sekaligus barista di kopi rumah kayu,

    menurut narasumber pada industri coffee shop sekarang ini, produk yang

    ditawarkan oleh coffee shop biasanya menggunakan produk biji kopi dari bahan

    kelas terbaik, yaitu menggunakan jenis biji kopi arabika atau robusta terpilih.

    Arabika adalah jenis biji kopi yang lebih banyak memiliki variasi rasa, seperti

    rasa lembut, manis, dan asam, sebelum di sangrai biji kopi arabika memiliki

    aroma seperti buah blueberry, akan tetapi setelah di sangrai biji kopi tersebut

    memiliki aroma buah-buahan yang manis, berbeda dengan biji kopi robusta,

    kebanyakan orang cenderung lebih menyukai kopi arabika di bandingkan kopi

    robusta, dikarenakan kopi robusta cenderung lebih memiliki variasi rasa yang

    netral dan aroma seperti gandum, jika dilihat dari segi rasa biji kopi robusta

    cenderung memiliki rasa yang pahit.

  • 3

    Coffee shop biasanya menawarkan produk kopi yang beraneka ragam

    seperti: Espresso, Cafe Latte, Cappuccino, Americano, dll. Selain menawarkan

    produk minuman kopi, Coffee shop juga biasanya menawarkan produk minuman

    non coffee seperti : Chocolate, Taro latte, Greentea, lemon tea, lychee tea, thai

    tea mojito, milkshake, dll. dan juga menawarkan menu makanan ringan atau

    makanan berat. Selain itu coffee shop juga memberikan fasilitas kepada

    pelanggan, fasilitas yg diberikan kepada pelanggan setiap coffee shop berbeda-

    beda sesuai dengan konsep yang dimiliki coffee shop itu sendiri. Jika dilihat dari

    klasifikasinya coffee shop terbagi menjadi 3 klasifikasi yang diklasifikasikan

    berdasarkan modal.

    1. Coffee shop pemodal besar, dapat dikatakan sebagai coffee shop

    pemodal besar karena sudah memiliki tempat sendiri, dan sudah

    memiliki franchise dimana-mana. Memiliki jumlah aset yang lebih

    banyak. Contohnya seperti: Starbucks Coffee, Yellow Truck, dan Ngopi

    Doeloe.

    Gambar 1.1 Logo Starbucks

    (Sumber : wikipedia.org)

  • 4

    Gambar 1.2 Logo Yellow Truck

    (Sumber : yellowtruck.id)

    Gambar 1.3 Logo Ngopi Doloe

    (Sumber : twitter.com/ngopidoeloecafe)

    2. Coffee shop pemodal menengah, dapat dikatakan sebagai coffee shop

    pemodal menengah karena memiliki aset yang lebih banyak dari coffee

    shop pemodal kecil namun tidak sebanyak coffee shop pemodal besar,

    dan secara teknis sudah menggunakan mesin. Contohnya seperti:

    Kedai Kopi Bara dan Kopi Rumah Kayu.

  • 5

    Gambar 1.4 Logo Kedai Kopi Bara

    (Sumber : Twitter Kedai Kopi Bara)

    Gambar 1.5 Kopi Rumah Kayu

    (Sumber : tripadvisor.com)

    3. Coffee shop pemodal kecil, dapat dikatakan sebagai coffee shop

    pemodal kecil karena biasanya coffee shop tersebut secara teknis masih

    menggunakan alat manual. Contohnya seperti: Gerobak Kopi Jenggo

    dan Karavan Koffie.

  • 6

    Gambar 1.6 Gerobak Kopi Jenggo

    (Sumber : bandung.panduanwisata.id)

    Gambar 1.7 Karavan Koffie

    (Sumber : meganovetrishka.com/karavankoffie/)

    Objek studi penelitian yang akan diambil adalah Kedai Kopi Bara yang

    termasuk ke dalam klasifikasi coffee shop pemodal menengah.

    1.1.2. Profil Kedai Kopi Bara

    Kedai Kopi Bara berdiri sejak tahun 2013 yang pertama kali terletak di

    jalan Aceh dekat perempatan jalan Merdeka Bandung. Dinamai Kedai Kopi Bara,

  • 7

    karena bagaikan bara api, semangat mereka tak boleh padam. Kedai Kopi Bara

    merupakan salah satu dari coffee shop yang pertama hadir mengenalkan sajian

    manual brewing, yaitu cara penyajian kopi seduh tanpa mesin espresso.

    Sekarang ini lokasi Kedai Kopi Bara terletak di rumah tua jalan Cibadak

    237 Bandung. Saat ini Kedai Kopi Bara menempati sebuah bangunan Belanda

    yang didirikan sekitar tahun 1890. Untuk mempertahankan nilai historis bangunan

    tersebut, Kedai Kopi Bara sengaja tak banyak melakukan perubahan ekstrim, dan

    masih tetap mempertahankan ornamen bawaan. Bagian ruang dalam Kedai Kopi

    Bara dimana bar kopi di desain agar pengunjung bisa bertatap muka dengan

    barista. Sedangkan di bagian teras, di desain agar pengunjung bisa menikmati

    udara ―sejuk‖ kota Bandung. (Wahid, 2015)

    Gambar 1.8 Kedai Kopi Bara

    (Sumber : Data yang Telah Diolah)

    Barista di Kedai Kopi Bara menakar, menentukan suhu air yang pas,

    hingga membasahi kopi dalam ritme tertentu. Semua dilakukan agar kopi yang

    disajikan sesuai dengan pesanan pengunjung. Kedai Kopi Bara mengajak siapa

    saja untuk berbagi narasi kopi tanpa harus mengklaim kebenaran sepihak, hal

    tersebut menjadi kekuatan Kedai Kopi Bara sehingga Kedai Kopi Bara menjadi

  • 8

    salah satu pusaran atau tempat komunitas kopi berkumpul di Kota Bandung.

    (Wahid, 2015)

    Alamat : Jl. Cibadak No. 237 Bandung 40241

    Buka : 07.30 s/d 22.00

    Instagram : @kedaikopibara

    1.1.2.1. Visi dan Misi

    A. Visi

    Mengkopikan Bandung dengan berbagi cerita mengenai kopi kepada

    customer.

    B. Misi

    Memberikan layanan kepada customer berupa open bar, dimana

    customer dapat membuat kopi nya sendiri sesuai keinginan mereka.

    Memberikan edukasi seputar kopi kepada customer, tanpa

    mengklaim kebenaran sepihak.

    1.1.2.2. Struktur Organisasi

    Gambar 1.9 Struktur Organisasi Kedai Kopi Bara

    (Sumber : Narasumber Internal Kedai Kopi Bara)

    Owner

    Akuntan Manajer

    Operasional

    Head Bar

    Barista

  • 9

    1.2. Latar Belakang Penelitian

    Kopi adalah jenis minuman yang sedang digemari oleh masyarakat hampir

    di seluruh belahan dunia. Bukan hanya kenikmatan konsumen dalam meminum

    kopi, namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi

    dan mengekspor kopi. Terdapat dua jenis kopi yang di jual di dunia dari dua

    varietas pohon kopi yang berbeda, yaitu arabika dan robusta. Perbedaan di antara

    kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika,

    lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki

    kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta.

    Berdasarkan sumber dari Internasional Coffee Organization terdapat 5 top negara

    produsen kopi di dunia dan 5 top negara eksportir kopi di dunia hingga tahun

    2014 (Schaar , 2015) di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima

    negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama dunia.

    Tabel 1.1 Lima Top Negara Produsen Kopi

    No Negara Jumlah Produsen Kopi

    1 Brasil 45,342,000

    2 Vietnam 27,500,000

    3 Kolombia 12,500,000

    4 Indonesia 9,350,000

    5 Etiopia 6,625,000

    (Sumber : Internasional Coffee Organization)

    Tabel 1.2 Lima Top Negara Eksportir Kopi (dalam bungkus 60 kilogram)

    No Negara Jumlah Produsen Kopi

    1 Brasil 36,420,000

    2 Vietnam 25,298,000

    3 Kolombia 10,954,000

    4 Indonesia 5,977,000

    5 India 5,131,000

    (Sumber : Internasional Coffee Organization)

  • 10

    Pada masa sekarang ini kopi telah memasuki masa gelombang ketiga atau

    bisa disebut dengan ―The Third Wave Coffee‖ adalah masa dimana ketika orang-

    orang tak lagi hanya menikmati kopi untuk pelepas dahaga atau pemompa

    semangat di saat kafein mendadak menjadi kebutuhan. Istilah Third Wave Coffee

    masih terbilang baru. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Thrish Rothgeb

    pada sebuah artikel di Wrecking Ball Coffee Roasters pada 2002. (Yuliandri ,

    2015)

    Gambar 1.10 Perkembangan Industri Kopi

    (Sumber : Data yang Telah Diolah)

    Gelombang pertama atau ―The First Wave Coffee‖ di awali pada tahun

    1800-an sampai akhir tahun 1900-an. Pada First Wave melibatkan konsumsi kopi

    secara masal diseluruh dunia. Gelombang pertama ini adalah kemunculan awal

    penikmat kopi. Di masa tersebut kopi di siapkan secara mudah dan praktis,

    dengan karakteristik sebagai berikut :

    1) Coffee Brand merajai industri kopi (Folgers dan Maxwell House)

    2) Harga yang terjangkau

    3) Kepraktisan penyajian dan pemasaran yang gila-gilaan

    4) Inovasi kemasan

    Pada gelombang ini konsumen yang mengonsumsi kopi tidak memikirkan

    secara detail mengenai kopi apa yang mereka minum. Masyarakat hanya

    menikmati kopi saja. Pada akhir tahun 1900-an sampai awal tahun 2000-an mulai

    lah muncul ―The Second Wave Coffee‖ atau kopi gelombang kedua. Lahirnya

    ―Kopi Gelombang Kedua‖ ini terdorong oleh ―kopi buruk‖ yang dihasilkan secara

  • 11

    gila-gilaan di First Wave Coffee. Peminum kopi di era Second Wave Coffee

    menginginkan kopi yang nikmat serta keinginan mereka untuk mengetahui asal-

    usul dari kopi yang mereka minum. Mereka ingin mengetahui bagaimana

    secangkir kopi nikmat bisa sampai pada mereka. Mereka ingin mengetahui proses

    roasting hingga kenapa ada sebutan untuk ―specialty coffee beans‖. Di era ini

    masyarakat ingin menambahkan bahwa kenikmatan kopi lebih dari sekedar rasa,

    tapi juga pengalaman. Bukan hanya minuman, tetapi sebuah proses. hal tersebut

    terbukti oleh meningkatnya jumlah konsumsi kopi di Indonesia. Berdasarkan

    sumber dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) berikut ini adalah tabel

    peningkatan konsumsi kopi per kapita dari tahun 2010 sampai 2014 dengan

    prediksi sampai tahun 2016.

    Gambar 1.11 Survei Konsumsi Kopi Indonesia

    (Sumber : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia)

    -

    0,20

    0,40

    0,60

    0,80

    1,00

    1,20

    1,40

    1,60

    1,80

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

    0300000006000000090000000120000000150000000180000000210000000240000000270000000300000000330000000360000000390000000420000000

    Konsumsi per-Kapita (kg) Jumlah Penduduk

    Kebutuhan Dalam Negri (kg)

  • 12

    Tabel 1.3 Survei Konsumsi Kopi Indonesia

    Keterangan :

    Angka Estimasi AEKI

    *Angka Sementara

    **Angka Estimasi

    (Sumber : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia)

    Pada awal tahun 2000-an sampai saat ini, kopi telah masuk gelombang

    ketiga atau ―The Third Wave Coffee‖ dimana proses produksi terhadap kopi terasa

    lebih transparan. Para konsumen dengan mudah mampu mengetahui dari mana

    sebuah biji kopi berasal, bagaimana biji tersebut diproses dan kelak dengan apa

    kopi tersebut disajikan. Di era ini istilah single origin mulai muncul. Asal mula

    kopi adalah salah satu faktor paling penting di era ―Gelombang Ketiga‖ sekaligus

    menandai bahwa industri kopi telah berubah. (Yuliandri, 2015).

    Seiring meningkatnya mobilitas dan gaya hidup modern khususnya di

    kota-kota besar di Indonesia, pertumbuhan coffee shop pun menjadi cukup pesat,

    salah satunya ialah di Kota Bandung yang termasuk sebagai salah satu kota

    pariwisata. Dipertegas dengan suksesnya penyelenggaraan ajang kompetisi

    manual yang dilaksanakan di salah satu coffee shop terkemuka di Kota Bandung,

    nampak tingginya animo masyarakat dari segala usia hadir untuk sekedar

    nongkrong sambil menyaksikan ajang tersebut atau sekalian minum kopi, hal itu

    seakan –akan menjadikan aktifitas nongkrong dan ngopi mulai ―naik pangkat‖ dan

    No Tahun Jumlah

    Penduduk

    Kebutuhan Dalam

    Negeri (Kilogram)

    Konsumsi Kopi per kapita

    (Kg/Kapita/Tahun)

    1 2010 237.000.000 190.000.000 0.80

    2 2011 241.000.000 210.000.000 0.87

    3 2012 245.000.000 230.000.000 0.94

    4 2013* 249.000.000 260.000.000 1.04

    5 2014** 253.000.000 300.000.000 1.19

    6 2015** 257.000.000 350.000.000 1.36

    7 2016** 260.000.000 400.000.000 1.54

  • 13

    muncul istilah baru untuk warung kopi yang disebut coffee shop. (Yuliandri,

    2015).

    Berdasarkan sumber Dinas Pariwisata Kota Bandung yang di dapat dari

    hasil penelitian (Tori, 2017:3) berikut adalah tabel pertumbuhan coffee shop di

    Kota Bandung.

    Tabel 1.4 Pertumbuhan Coffee Shop di Kota Bandung

    (Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung)

    Data diatas menunjukan bahwa pertumbuhan bisnis di bidang industri

    coffee shop meningkat secara fluktuatif. Fenomena meningkatnya pertumbuhan

    coffee shop di Kota Bandung mengakibat kompetisi persaingan dalam industri

    coffee shop semakin ketat.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Mamang

    Dondagego sebagai konsultan coffee shop sekaligus barista di kopi rumah kayu,

    menurut narasumber, persebaran coffee shop di Kota Bandung sudah menjamur

    sedemikian rupa dan dapat dikatakan padat, terutama pada lokasi-lokasi tertentu,

    dengan jarak yang hanya berkisar beberapa ratus meter sudah terdapat sekitar 7

    coffee shop dalam satu daerah, contohnya seperti daerah jalan Ambon, daerah

    dago, dan daerah cimahi.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    2008 2009 2010 2011 2012 2015

    0,00%

    10,00%

    20,00%

    30,00%

    40,00%

    50,00%

    60,00%

    Jumlah Coffee Shop Presentase Kenaikan

  • 14

    Gambar 1.12 Peta Coffee Shop Jalan Ambon

    (Sumber : Googlemaps.com)

    Gambar 1.13 Peta Coffee Shop Dago

    (Sumber : Googlemaps.com)

  • 15

    Gambar 1.14 Peta Coffee Shop Cimahi

    (Sumber : Googlemaps.com)

    Sedangkan di beberapa lokasi masih jarang terdapat coffee shop,

    contonhya seperti daerah gedebage, daerah buah batu, dan daerah asia afrika. Hal

    itu terjadi karena lokasi pertumbuhan coffee shop mengikuti trend setiap masing-

    masing daerah yang dianggap sebagai daerah wisata atau daerah pendidikan yang

    strategis dan mudah di jangkau.

    Dari hasil wawancara dengan Okky Tryana sebagai manajer operasional

    Kedai Kopi Bara dan beberapa narasumber, penulis menemukan masalah yang

    dihadapi oleh Kedai Kopi Bara dalam mengatasi persaingan industri coffee shop

    yang semakin ketat, Kedai Kopi Bara kurang memperhatikan lingkungan

    eksternalnya, seperti halnya kurang mengikuti trend inovasi dan teknologi baru

    yang ada pada industri coffee shop saat ini, Kedai Kopi Bara juga tidak terlalu

    memperhatikan pesaingnya. Permasalahan tersebut menandai bahwa Kedai Kopi

    Bara memiliki tantangan yang harus di hadapi dalam mengatasi persaingan di

    industri coffee shop saat ini dan mampu mempertahankan eksistensi usahanya

    dalam menghadapai pesaing lama dan pesaing barunya. Dapat dilihat dari segi

    persaingan, beberapa pesaing lama Kedai Kopi Bara seperti Noah Barn’s dan

    Yellow Truck saat ini semakin merajai industri coffee shop, sehingga terlihat

    perbandingan antara Kedai Kopi Bara dan para pesaing lama nya. Noah Barn’s

    saat ini sudah menjadi coffee roastery dimana coffee shop tersebut sudah

  • 16

    memproduksi biji kopi nya sendiri dari mulai green beans sampai ke beans yang

    sudah dapat di komersialkan kepada pelanggan dengan brand coffee shop nya,

    sementara Yellow Truck saat ini sudah memiliki cabang di beberapa lokasi seperti

    Jalan Garuda, Jalan Lingawastu, Jalan Sunda, Jalan Patuha, dan Jalan Surya

    Sumantri.

    Gambar 1.15 Peta Lokasi Yellow Truck

    (Sumber : googlemaps.com)

    Didasari oleh latar belakang penelitian dan fenomena yang diambil,

    penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Kedai Kopi Bara dapat mampu

    menghadapi persaingan dan mengidentifikasi posisi pesaingnya dengan melihat

    kondisi lingkungan internal dan eksternal dari insudtri coffee shop. Berdasarkan

    uraian diatas, penulis membahas penelitian ini dengan judul “Analisis Strategi

    Bisnis Kedai Kopi Bara Bandung”

    1.3. Perumusan Masalah

    Dilihat dari persebaran Coffee shop yang berada di Kota Bandung,

    persaingan usaha pada industri Coffee shop dapat dikatakan semakin ketat, hal

    tersebut menuntut para pelaku usahanya untuk dapat mampu menghadapi

    persaingan bisnis dan mempertahankan posisinya di pasar, dimana sebuah

    perusahaan atau industri tidak dibuat hanya untuk kepentingan sesaat saja. Maka

  • 17

    dari itu Kedai Kopi Bara harus mampu menghadapi perubahan-perubahan yang

    mungkin akan datang serta melihat kondisi pasar dalam industri. Bagaimana

    perusahan dapat mampu merumuskan strategi bisnis dan melihat posisi

    perusahaan di pasar dengan mengidentifikasikan lingkungan internal dan eksternal

    perusahaan serta melihat posisi perusahaan di pasar melalui Competitive Profile

    Matrix (CPM) dan merumuskan strategi bisnis menggunakan analisis matriks

    SWOT dan matriks QSPM.

    1.4. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pertanyaan

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal pada Kedai Kopi

    Bara ?

    2. Bagaimana Competitive Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi Bara ?

    3. Bagaimanakah formulasi startegi bisnis yang dibutuhkan Kedai Kopi

    Bara jika dilihat dari lingkungan internal dan eksternal dengan

    menggunakan analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM ?

    1.5. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka

    tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk Mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal pada Kedai

    Kopi Bara.

    2. Untuk mengetahui Competitive Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi

    Bara.

    3. Untuk mengetahui formulasi startegi bisnis yang dibutuhkan Kedai Kopi

    Bara jika dilihat dari lingkungan internal dan eksternal dengan

    menggunakan analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM.

  • 18

    1.6. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

    dan dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu;

    1. Aspek Teoritis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

    penelitian-penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan

    Competitive Profile Matrix (CPM) dan analisis lingkungan internal dan

    eksternal menggunakan Matriks SWOT, Matriks QSPM.

    2. Aspek Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi

    industri Coffee shop untuk membantu dalam merencanakan strategi bisnis

    perusahaan dan dapat membantu Kedai Kopi Bara dalam merumuskan

    alternatif-alternatif strategi untuk menghadapi persaingan.

    1.7. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini berfokus pada penerapan strategi bisnis menggunakan

    analisis matriks SWOT, matriks QSPM dan melihat penerapan Competitive

    Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi Bara. Data penelitian diperoleh dari

    observasi peneliti, artikel dari website resmi serta dari hasil penelitian terdahulu.

    Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan

    September 2017.

    1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

    Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari

    beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah

    sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek

    penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi

  • 19

    isu, sehingga layak untuk diteliti, perumusan masalah yang didasarkan pada latar

    belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis

    dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang literatur yang serupa dengan topik yang dibahas,

    pengertian dan teori yang berkaitan. Bab ini juga menguraikan penelitian

    terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas

    rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis

    penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, metode penelitian, pedekatan

    penelitian dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan maupun

    menganalisis data yang dapat menjawab serta menjelaskan masalah

    penelitian.analisis data.

    BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang hasil penelitian secara sistematis kemudian dianalisis

    dengan teknis analisis yang ditetapkan dan ditinjau dari lingkungan internal dan

    eksternal industri usaha.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil

    analisi temuan penelitian dan saran secara kongkrit. Adapula saran yang

    diberikan, diharapkan mampu memberikan yang baik terhadap perusahaan dan

    peneliti selanjutnya.

  • 20

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN