bab i pendahuluan bab i pendahuluan 1.1. gambaran … · starbucks sebagai salah satu fenomena di...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1. Kedai Kopi (Coffee Shop)
Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475.
Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel (sekarang
Istanbul) Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka
dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Kopi di Turki ini disajikan
kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi mereka
dengan memasaknya dengan ibrik (pot ala Turki). Budaya minum kopi seperti ini
masih diterapkan di Turki hingga sekarang.
Ide minum kopi pertama dengan krim dan gula awalnya ada di Eropa pada
1529 dan ini adalah waktu sama saat kedai kopi pertama di Eropa didirikan. Di
kedai kopi Kolschitzky memperkenalkan gagasan minum kopi dengan
menggunakan penyaring dan juga menikmati kopi dengan susu dengan gula.
Minuman yang digagas Kolschitzky ini mendapat sambutan baik dan sejak itu
mulailah bermunculan kedai-kedai kopi yang tak hanya menjual kopi tetapi juga
makanan manis sebagai teman minum kopi. Pada masa itu popularitas kopi
merebak dan berkembang hingga ke Inggris.
Penyebaran kedai kopi semakin luas hingga sampai ke Inggris. Kedai kopi
pertama di Inggris dibuka pada 1652. Meskipun kedai kopi telah popular di Eropa,
inspirasi dibukanya kedai kopi di Inggris tetap berkiblat dari Turki. dari sana, ide
kedai kopi menyebar lebih jauh di dataran Eropa. Masuk ke Italia pada 1654 lalu
menyebar ke Paris pada 1672. Sedangkan di Jerman kedai kopi pertama dibuka
pada 1673.
Saat Amerika dijajah oleh Inggris, saat itu jugalah budaya kedai kopi
masuk ke sana. Pada saat itu kedai kopi masih menyajikan kopi biasa sampai
-
2
datanglah sebuah jenis kopi baru bernama espresso. Pada 1946, Gaggia
menemukan mesin piston espresso komersial yang jauh lebih mudah digunakan
dari model sebelumnya. The Gaggia Coffee Bar di Italia adalah lokasi pertama
yang menggunakan mesin ini dan melayani penjualan kopi biasa dan juga
espresso. Di titik inilah kedai kopi modern akhirnya lahir.
Tentu saja kedai kopi masa lalu berbeda dengan kedai kopi sekarang yang
tak hanya menyediakan menu minuman kopi tetapi juga makanan sebagai menu
utamanya. Lahirnya kedai kopi modern di pelopori oleh adanya kedai kopi
Starbucks sebagai salah satu fenomena di industri kopi. Starbucks membuka gerai
pertamanya di Seattle Amerika Serikat pada 1971. Dan sejak itu mereka terus
berkembang dan melebarkan diri hingga ke 8.000 gerai di seluruh dunia. Hingga
saat ini perkembangan kedai kopi terus terjadi di seluruh belahan dunia. Di
Indonesia sendiri banyak bertumbuh kedai-kedai kopi independen yang
menyajikan kopi dan membangun kedainya dengan konsep yang berbeda-beda.
(Yuliandri, 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Mamang
Dondagego sebagai konsultan coffee shop sekaligus barista di kopi rumah kayu,
menurut narasumber pada industri coffee shop sekarang ini, produk yang
ditawarkan oleh coffee shop biasanya menggunakan produk biji kopi dari bahan
kelas terbaik, yaitu menggunakan jenis biji kopi arabika atau robusta terpilih.
Arabika adalah jenis biji kopi yang lebih banyak memiliki variasi rasa, seperti
rasa lembut, manis, dan asam, sebelum di sangrai biji kopi arabika memiliki
aroma seperti buah blueberry, akan tetapi setelah di sangrai biji kopi tersebut
memiliki aroma buah-buahan yang manis, berbeda dengan biji kopi robusta,
kebanyakan orang cenderung lebih menyukai kopi arabika di bandingkan kopi
robusta, dikarenakan kopi robusta cenderung lebih memiliki variasi rasa yang
netral dan aroma seperti gandum, jika dilihat dari segi rasa biji kopi robusta
cenderung memiliki rasa yang pahit.
-
3
Coffee shop biasanya menawarkan produk kopi yang beraneka ragam
seperti: Espresso, Cafe Latte, Cappuccino, Americano, dll. Selain menawarkan
produk minuman kopi, Coffee shop juga biasanya menawarkan produk minuman
non coffee seperti : Chocolate, Taro latte, Greentea, lemon tea, lychee tea, thai
tea mojito, milkshake, dll. dan juga menawarkan menu makanan ringan atau
makanan berat. Selain itu coffee shop juga memberikan fasilitas kepada
pelanggan, fasilitas yg diberikan kepada pelanggan setiap coffee shop berbeda-
beda sesuai dengan konsep yang dimiliki coffee shop itu sendiri. Jika dilihat dari
klasifikasinya coffee shop terbagi menjadi 3 klasifikasi yang diklasifikasikan
berdasarkan modal.
1. Coffee shop pemodal besar, dapat dikatakan sebagai coffee shop
pemodal besar karena sudah memiliki tempat sendiri, dan sudah
memiliki franchise dimana-mana. Memiliki jumlah aset yang lebih
banyak. Contohnya seperti: Starbucks Coffee, Yellow Truck, dan Ngopi
Doeloe.
Gambar 1.1 Logo Starbucks
(Sumber : wikipedia.org)
-
4
Gambar 1.2 Logo Yellow Truck
(Sumber : yellowtruck.id)
Gambar 1.3 Logo Ngopi Doloe
(Sumber : twitter.com/ngopidoeloecafe)
2. Coffee shop pemodal menengah, dapat dikatakan sebagai coffee shop
pemodal menengah karena memiliki aset yang lebih banyak dari coffee
shop pemodal kecil namun tidak sebanyak coffee shop pemodal besar,
dan secara teknis sudah menggunakan mesin. Contohnya seperti:
Kedai Kopi Bara dan Kopi Rumah Kayu.
-
5
Gambar 1.4 Logo Kedai Kopi Bara
(Sumber : Twitter Kedai Kopi Bara)
Gambar 1.5 Kopi Rumah Kayu
(Sumber : tripadvisor.com)
3. Coffee shop pemodal kecil, dapat dikatakan sebagai coffee shop
pemodal kecil karena biasanya coffee shop tersebut secara teknis masih
menggunakan alat manual. Contohnya seperti: Gerobak Kopi Jenggo
dan Karavan Koffie.
-
6
Gambar 1.6 Gerobak Kopi Jenggo
(Sumber : bandung.panduanwisata.id)
Gambar 1.7 Karavan Koffie
(Sumber : meganovetrishka.com/karavankoffie/)
Objek studi penelitian yang akan diambil adalah Kedai Kopi Bara yang
termasuk ke dalam klasifikasi coffee shop pemodal menengah.
1.1.2. Profil Kedai Kopi Bara
Kedai Kopi Bara berdiri sejak tahun 2013 yang pertama kali terletak di
jalan Aceh dekat perempatan jalan Merdeka Bandung. Dinamai Kedai Kopi Bara,
-
7
karena bagaikan bara api, semangat mereka tak boleh padam. Kedai Kopi Bara
merupakan salah satu dari coffee shop yang pertama hadir mengenalkan sajian
manual brewing, yaitu cara penyajian kopi seduh tanpa mesin espresso.
Sekarang ini lokasi Kedai Kopi Bara terletak di rumah tua jalan Cibadak
237 Bandung. Saat ini Kedai Kopi Bara menempati sebuah bangunan Belanda
yang didirikan sekitar tahun 1890. Untuk mempertahankan nilai historis bangunan
tersebut, Kedai Kopi Bara sengaja tak banyak melakukan perubahan ekstrim, dan
masih tetap mempertahankan ornamen bawaan. Bagian ruang dalam Kedai Kopi
Bara dimana bar kopi di desain agar pengunjung bisa bertatap muka dengan
barista. Sedangkan di bagian teras, di desain agar pengunjung bisa menikmati
udara ―sejuk‖ kota Bandung. (Wahid, 2015)
Gambar 1.8 Kedai Kopi Bara
(Sumber : Data yang Telah Diolah)
Barista di Kedai Kopi Bara menakar, menentukan suhu air yang pas,
hingga membasahi kopi dalam ritme tertentu. Semua dilakukan agar kopi yang
disajikan sesuai dengan pesanan pengunjung. Kedai Kopi Bara mengajak siapa
saja untuk berbagi narasi kopi tanpa harus mengklaim kebenaran sepihak, hal
tersebut menjadi kekuatan Kedai Kopi Bara sehingga Kedai Kopi Bara menjadi
-
8
salah satu pusaran atau tempat komunitas kopi berkumpul di Kota Bandung.
(Wahid, 2015)
Alamat : Jl. Cibadak No. 237 Bandung 40241
Buka : 07.30 s/d 22.00
Instagram : @kedaikopibara
1.1.2.1. Visi dan Misi
A. Visi
Mengkopikan Bandung dengan berbagi cerita mengenai kopi kepada
customer.
B. Misi
Memberikan layanan kepada customer berupa open bar, dimana
customer dapat membuat kopi nya sendiri sesuai keinginan mereka.
Memberikan edukasi seputar kopi kepada customer, tanpa
mengklaim kebenaran sepihak.
1.1.2.2. Struktur Organisasi
Gambar 1.9 Struktur Organisasi Kedai Kopi Bara
(Sumber : Narasumber Internal Kedai Kopi Bara)
Owner
Akuntan Manajer
Operasional
Head Bar
Barista
-
9
1.2. Latar Belakang Penelitian
Kopi adalah jenis minuman yang sedang digemari oleh masyarakat hampir
di seluruh belahan dunia. Bukan hanya kenikmatan konsumen dalam meminum
kopi, namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi
dan mengekspor kopi. Terdapat dua jenis kopi yang di jual di dunia dari dua
varietas pohon kopi yang berbeda, yaitu arabika dan robusta. Perbedaan di antara
kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika,
lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki
kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta.
Berdasarkan sumber dari Internasional Coffee Organization terdapat 5 top negara
produsen kopi di dunia dan 5 top negara eksportir kopi di dunia hingga tahun
2014 (Schaar , 2015) di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima
negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama dunia.
Tabel 1.1 Lima Top Negara Produsen Kopi
No Negara Jumlah Produsen Kopi
1 Brasil 45,342,000
2 Vietnam 27,500,000
3 Kolombia 12,500,000
4 Indonesia 9,350,000
5 Etiopia 6,625,000
(Sumber : Internasional Coffee Organization)
Tabel 1.2 Lima Top Negara Eksportir Kopi (dalam bungkus 60 kilogram)
No Negara Jumlah Produsen Kopi
1 Brasil 36,420,000
2 Vietnam 25,298,000
3 Kolombia 10,954,000
4 Indonesia 5,977,000
5 India 5,131,000
(Sumber : Internasional Coffee Organization)
-
10
Pada masa sekarang ini kopi telah memasuki masa gelombang ketiga atau
bisa disebut dengan ―The Third Wave Coffee‖ adalah masa dimana ketika orang-
orang tak lagi hanya menikmati kopi untuk pelepas dahaga atau pemompa
semangat di saat kafein mendadak menjadi kebutuhan. Istilah Third Wave Coffee
masih terbilang baru. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Thrish Rothgeb
pada sebuah artikel di Wrecking Ball Coffee Roasters pada 2002. (Yuliandri ,
2015)
Gambar 1.10 Perkembangan Industri Kopi
(Sumber : Data yang Telah Diolah)
Gelombang pertama atau ―The First Wave Coffee‖ di awali pada tahun
1800-an sampai akhir tahun 1900-an. Pada First Wave melibatkan konsumsi kopi
secara masal diseluruh dunia. Gelombang pertama ini adalah kemunculan awal
penikmat kopi. Di masa tersebut kopi di siapkan secara mudah dan praktis,
dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Coffee Brand merajai industri kopi (Folgers dan Maxwell House)
2) Harga yang terjangkau
3) Kepraktisan penyajian dan pemasaran yang gila-gilaan
4) Inovasi kemasan
Pada gelombang ini konsumen yang mengonsumsi kopi tidak memikirkan
secara detail mengenai kopi apa yang mereka minum. Masyarakat hanya
menikmati kopi saja. Pada akhir tahun 1900-an sampai awal tahun 2000-an mulai
lah muncul ―The Second Wave Coffee‖ atau kopi gelombang kedua. Lahirnya
―Kopi Gelombang Kedua‖ ini terdorong oleh ―kopi buruk‖ yang dihasilkan secara
-
11
gila-gilaan di First Wave Coffee. Peminum kopi di era Second Wave Coffee
menginginkan kopi yang nikmat serta keinginan mereka untuk mengetahui asal-
usul dari kopi yang mereka minum. Mereka ingin mengetahui bagaimana
secangkir kopi nikmat bisa sampai pada mereka. Mereka ingin mengetahui proses
roasting hingga kenapa ada sebutan untuk ―specialty coffee beans‖. Di era ini
masyarakat ingin menambahkan bahwa kenikmatan kopi lebih dari sekedar rasa,
tapi juga pengalaman. Bukan hanya minuman, tetapi sebuah proses. hal tersebut
terbukti oleh meningkatnya jumlah konsumsi kopi di Indonesia. Berdasarkan
sumber dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) berikut ini adalah tabel
peningkatan konsumsi kopi per kapita dari tahun 2010 sampai 2014 dengan
prediksi sampai tahun 2016.
Gambar 1.11 Survei Konsumsi Kopi Indonesia
(Sumber : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia)
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
0300000006000000090000000120000000150000000180000000210000000240000000270000000300000000330000000360000000390000000420000000
Konsumsi per-Kapita (kg) Jumlah Penduduk
Kebutuhan Dalam Negri (kg)
-
12
Tabel 1.3 Survei Konsumsi Kopi Indonesia
Keterangan :
Angka Estimasi AEKI
*Angka Sementara
**Angka Estimasi
(Sumber : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia)
Pada awal tahun 2000-an sampai saat ini, kopi telah masuk gelombang
ketiga atau ―The Third Wave Coffee‖ dimana proses produksi terhadap kopi terasa
lebih transparan. Para konsumen dengan mudah mampu mengetahui dari mana
sebuah biji kopi berasal, bagaimana biji tersebut diproses dan kelak dengan apa
kopi tersebut disajikan. Di era ini istilah single origin mulai muncul. Asal mula
kopi adalah salah satu faktor paling penting di era ―Gelombang Ketiga‖ sekaligus
menandai bahwa industri kopi telah berubah. (Yuliandri, 2015).
Seiring meningkatnya mobilitas dan gaya hidup modern khususnya di
kota-kota besar di Indonesia, pertumbuhan coffee shop pun menjadi cukup pesat,
salah satunya ialah di Kota Bandung yang termasuk sebagai salah satu kota
pariwisata. Dipertegas dengan suksesnya penyelenggaraan ajang kompetisi
manual yang dilaksanakan di salah satu coffee shop terkemuka di Kota Bandung,
nampak tingginya animo masyarakat dari segala usia hadir untuk sekedar
nongkrong sambil menyaksikan ajang tersebut atau sekalian minum kopi, hal itu
seakan –akan menjadikan aktifitas nongkrong dan ngopi mulai ―naik pangkat‖ dan
No Tahun Jumlah
Penduduk
Kebutuhan Dalam
Negeri (Kilogram)
Konsumsi Kopi per kapita
(Kg/Kapita/Tahun)
1 2010 237.000.000 190.000.000 0.80
2 2011 241.000.000 210.000.000 0.87
3 2012 245.000.000 230.000.000 0.94
4 2013* 249.000.000 260.000.000 1.04
5 2014** 253.000.000 300.000.000 1.19
6 2015** 257.000.000 350.000.000 1.36
7 2016** 260.000.000 400.000.000 1.54
-
13
muncul istilah baru untuk warung kopi yang disebut coffee shop. (Yuliandri,
2015).
Berdasarkan sumber Dinas Pariwisata Kota Bandung yang di dapat dari
hasil penelitian (Tori, 2017:3) berikut adalah tabel pertumbuhan coffee shop di
Kota Bandung.
Tabel 1.4 Pertumbuhan Coffee Shop di Kota Bandung
(Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung)
Data diatas menunjukan bahwa pertumbuhan bisnis di bidang industri
coffee shop meningkat secara fluktuatif. Fenomena meningkatnya pertumbuhan
coffee shop di Kota Bandung mengakibat kompetisi persaingan dalam industri
coffee shop semakin ketat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yaitu Mamang
Dondagego sebagai konsultan coffee shop sekaligus barista di kopi rumah kayu,
menurut narasumber, persebaran coffee shop di Kota Bandung sudah menjamur
sedemikian rupa dan dapat dikatakan padat, terutama pada lokasi-lokasi tertentu,
dengan jarak yang hanya berkisar beberapa ratus meter sudah terdapat sekitar 7
coffee shop dalam satu daerah, contohnya seperti daerah jalan Ambon, daerah
dago, dan daerah cimahi.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2008 2009 2010 2011 2012 2015
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
Jumlah Coffee Shop Presentase Kenaikan
-
14
Gambar 1.12 Peta Coffee Shop Jalan Ambon
(Sumber : Googlemaps.com)
Gambar 1.13 Peta Coffee Shop Dago
(Sumber : Googlemaps.com)
-
15
Gambar 1.14 Peta Coffee Shop Cimahi
(Sumber : Googlemaps.com)
Sedangkan di beberapa lokasi masih jarang terdapat coffee shop,
contonhya seperti daerah gedebage, daerah buah batu, dan daerah asia afrika. Hal
itu terjadi karena lokasi pertumbuhan coffee shop mengikuti trend setiap masing-
masing daerah yang dianggap sebagai daerah wisata atau daerah pendidikan yang
strategis dan mudah di jangkau.
Dari hasil wawancara dengan Okky Tryana sebagai manajer operasional
Kedai Kopi Bara dan beberapa narasumber, penulis menemukan masalah yang
dihadapi oleh Kedai Kopi Bara dalam mengatasi persaingan industri coffee shop
yang semakin ketat, Kedai Kopi Bara kurang memperhatikan lingkungan
eksternalnya, seperti halnya kurang mengikuti trend inovasi dan teknologi baru
yang ada pada industri coffee shop saat ini, Kedai Kopi Bara juga tidak terlalu
memperhatikan pesaingnya. Permasalahan tersebut menandai bahwa Kedai Kopi
Bara memiliki tantangan yang harus di hadapi dalam mengatasi persaingan di
industri coffee shop saat ini dan mampu mempertahankan eksistensi usahanya
dalam menghadapai pesaing lama dan pesaing barunya. Dapat dilihat dari segi
persaingan, beberapa pesaing lama Kedai Kopi Bara seperti Noah Barn’s dan
Yellow Truck saat ini semakin merajai industri coffee shop, sehingga terlihat
perbandingan antara Kedai Kopi Bara dan para pesaing lama nya. Noah Barn’s
saat ini sudah menjadi coffee roastery dimana coffee shop tersebut sudah
-
16
memproduksi biji kopi nya sendiri dari mulai green beans sampai ke beans yang
sudah dapat di komersialkan kepada pelanggan dengan brand coffee shop nya,
sementara Yellow Truck saat ini sudah memiliki cabang di beberapa lokasi seperti
Jalan Garuda, Jalan Lingawastu, Jalan Sunda, Jalan Patuha, dan Jalan Surya
Sumantri.
Gambar 1.15 Peta Lokasi Yellow Truck
(Sumber : googlemaps.com)
Didasari oleh latar belakang penelitian dan fenomena yang diambil,
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Kedai Kopi Bara dapat mampu
menghadapi persaingan dan mengidentifikasi posisi pesaingnya dengan melihat
kondisi lingkungan internal dan eksternal dari insudtri coffee shop. Berdasarkan
uraian diatas, penulis membahas penelitian ini dengan judul “Analisis Strategi
Bisnis Kedai Kopi Bara Bandung”
1.3. Perumusan Masalah
Dilihat dari persebaran Coffee shop yang berada di Kota Bandung,
persaingan usaha pada industri Coffee shop dapat dikatakan semakin ketat, hal
tersebut menuntut para pelaku usahanya untuk dapat mampu menghadapi
persaingan bisnis dan mempertahankan posisinya di pasar, dimana sebuah
perusahaan atau industri tidak dibuat hanya untuk kepentingan sesaat saja. Maka
-
17
dari itu Kedai Kopi Bara harus mampu menghadapi perubahan-perubahan yang
mungkin akan datang serta melihat kondisi pasar dalam industri. Bagaimana
perusahan dapat mampu merumuskan strategi bisnis dan melihat posisi
perusahaan di pasar dengan mengidentifikasikan lingkungan internal dan eksternal
perusahaan serta melihat posisi perusahaan di pasar melalui Competitive Profile
Matrix (CPM) dan merumuskan strategi bisnis menggunakan analisis matriks
SWOT dan matriks QSPM.
1.4. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal pada Kedai Kopi
Bara ?
2. Bagaimana Competitive Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi Bara ?
3. Bagaimanakah formulasi startegi bisnis yang dibutuhkan Kedai Kopi
Bara jika dilihat dari lingkungan internal dan eksternal dengan
menggunakan analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal pada Kedai
Kopi Bara.
2. Untuk mengetahui Competitive Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi
Bara.
3. Untuk mengetahui formulasi startegi bisnis yang dibutuhkan Kedai Kopi
Bara jika dilihat dari lingkungan internal dan eksternal dengan
menggunakan analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM.
-
18
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
dan dikelompokkan dalam dua aspek, yaitu;
1. Aspek Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan
Competitive Profile Matrix (CPM) dan analisis lingkungan internal dan
eksternal menggunakan Matriks SWOT, Matriks QSPM.
2. Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi
industri Coffee shop untuk membantu dalam merencanakan strategi bisnis
perusahaan dan dapat membantu Kedai Kopi Bara dalam merumuskan
alternatif-alternatif strategi untuk menghadapi persaingan.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penerapan strategi bisnis menggunakan
analisis matriks SWOT, matriks QSPM dan melihat penerapan Competitive
Profile Matrix (CPM) pada Kedai Kopi Bara. Data penelitian diperoleh dari
observasi peneliti, artikel dari website resmi serta dari hasil penelitian terdahulu.
Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan
September 2017.
1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari
beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek
penelitian, latar belakang penelitian yang menyangkut fenomena yang menjadi
-
19
isu, sehingga layak untuk diteliti, perumusan masalah yang didasarkan pada latar
belakang penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis
dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi tentang literatur yang serupa dengan topik yang dibahas,
pengertian dan teori yang berkaitan. Bab ini juga menguraikan penelitian
terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas
rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis
penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, metode penelitian, pedekatan
penelitian dan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan maupun
menganalisis data yang dapat menjawab serta menjelaskan masalah
penelitian.analisis data.
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian secara sistematis kemudian dianalisis
dengan teknis analisis yang ditetapkan dan ditinjau dari lingkungan internal dan
eksternal industri usaha.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil
analisi temuan penelitian dan saran secara kongkrit. Adapula saran yang
diberikan, diharapkan mampu memberikan yang baik terhadap perusahaan dan
peneliti selanjutnya.
-
20
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN