bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/108/2/bab i - asri winarni.pdf · 1 1 bab i...

17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang diminati oleh masyarakat luas. Bahkan banyak orang yang tidak mengetahui nama dari kesenian yang ada di sekitar. Di zaman modern sekarang ini sangat rawan sekali dengan efek globalisasi yang mengakibatkan masyarakat meninggalkan kesenian daerahnya beralih terhadap kesenian luar negeri yang lebih modern. Permasalahan ini membuktikan pentingnya pengkajian karya kesenian agar tidak hanya sebagai peninggalan yang sia-sia. Dilihat dari kenyataan yang ada penulis akan mengadakan penelitian terhadap kesenian daerah yaitu kesenian Angguk. Kesenian Angguk adalah salah satu kesenian tradisional yang merakyat yang sudah dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di desa Klapagading, Kecamatan Wangon. Mayoritas masyarakatnya adalah di pedesaan, dan pada kesenian Angguk ini tidak menetapkan tarif untuk menontonnya hanya saja pada waktu tole-tole (peserta angguk meminta uang sukarela terhadap penonton) serta ada kesepakatan antara yang punya hajat dengan tim kesenian tersebut. Kesenian Angguk ini masih jarang diketahui oleh banyak kalangan, padahal kesenian ini merupakan kesenian yang sangat merakyat. Di dalam satu kecamatan hanya ada dua kelompok kesenian Angguk yaitu, di desa Karangwangkal dan di Klapagading sehingga penulis memutuskan untuk meneliti salah satu dari desa tersebut, yaitu desa Klapagading dengan alasan penulis berasal dari desa tersebut, untuk dimudahkan dalam memperoleh sumber yang akurat. Sebagai orang daerah kita wajib berbangga hati karena banyak sekali kesenian 1 Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Upload: phamkiet

Post on 14-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang diminati oleh masyarakat

luas. Bahkan banyak orang yang tidak mengetahui nama dari kesenian yang ada di

sekitar. Di zaman modern sekarang ini sangat rawan sekali dengan efek globalisasi

yang mengakibatkan masyarakat meninggalkan kesenian daerahnya beralih terhadap

kesenian luar negeri yang lebih modern. Permasalahan ini membuktikan pentingnya

pengkajian karya kesenian agar tidak hanya sebagai peninggalan yang sia-sia. Dilihat

dari kenyataan yang ada penulis akan mengadakan penelitian terhadap kesenian

daerah yaitu kesenian Angguk. Kesenian Angguk adalah salah satu kesenian

tradisional yang merakyat yang sudah dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di

desa Klapagading, Kecamatan Wangon. Mayoritas masyarakatnya adalah di

pedesaan, dan pada kesenian Angguk ini tidak menetapkan tarif untuk menontonnya

hanya saja pada waktu tole-tole (peserta angguk meminta uang sukarela terhadap

penonton) serta ada kesepakatan antara yang punya hajat dengan tim kesenian

tersebut. Kesenian Angguk ini masih jarang diketahui oleh banyak kalangan, padahal

kesenian ini merupakan kesenian yang sangat merakyat.

Di dalam satu kecamatan hanya ada dua kelompok kesenian Angguk yaitu, di

desa Karangwangkal dan di Klapagading sehingga penulis memutuskan untuk

meneliti salah satu dari desa tersebut, yaitu desa Klapagading dengan alasan penulis

berasal dari desa tersebut, untuk dimudahkan dalam memperoleh sumber yang akurat.

Sebagai orang daerah kita wajib berbangga hati karena banyak sekali kesenian

1

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

2

2

tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dalam ruang lingkup yang

kecil, yaitu di desa-desa.

Kesenian Angguk ini masih banyak orang yang tidak mengetahui tentang

kesenian ini sehingga peneliti mempunyai rasa ingin untuk mengembangkan lagi

kesenian tradisional. Kesenian Angguk sebenarnya wajib untuk didukung oleh

masyarakat lokal karena kesenian Angguk merupakan warisan budaya yang harus

dilestarikan.

Dalam perjalanan waktu kesenian Angguk di desa Klapagading mengalami

pasang surut, apalagi pada tahun 1992-2012 kesenian Angguk hampir tidak terdengar

nasibnya, karena tidak ada penerus pada tahun tersebut, tetapi pada awal tahun 2012

pada pemerintahan kepala desa baru membuat kebijakan untuk menghidupkan

kembali kesenian tersebut yang diibaratkan sudah mati suri selama dua puluh tahun.

Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ada di atas, penulis ingin

mengadakan penelitian dengan judul Kesenian Angguk di Desa Klapagading

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas Tahun 1976-2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis

membatasi pada pokok masalah sebagai berikut.

1. Kondisi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas.

2. Petunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon,

Kabupaten Banyumas.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

3

3

3. Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas 1976-2014.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap rumusan masalah di atas.

1. Kondisi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas.

2. Pertunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon,

Kabupaten Banyumas.

3. Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas 1976-2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut, dapat juga dijadikan referensi bagi penelitian-

penelitian lanjutan yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai Sejarah Lokal.

Penelitian ini dapat dijadikan arsip atau data penelitian di daerah setempat sebagai

masukan bagi pembaca untuk lebih jauh mengenal kesenian Angguk , dan menambah

pengetahuan lebih tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan

Wangon Kabupaten Banyumas.

2. Manfaat Praktis

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

4

4

Penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah desa dan bagi

peneliti yaitu : digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan upaya membangun

seni tradisional, khususnya kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan

Wangon, Kabupaten Banyumas. Memberikan wawasan tentang kesenian tradisional

Angguk. Mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa terdapat kesenian tradisional

yang perlu dilestarikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan infornasi

dan masukan kepada pemerintah desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas, dan sebagai bahan untuk lebih mempelajari tentang kesenian tradisional

Angguk.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan

Wangon, Kabupaten Banyumas, pada saat ini belum pernah dilakukan penelitian oleh

karena itu referensi atau kepustakaan yang berkaitan secara khsus sulit didapatkan.

Namun, terdapat penelitian yang hampir sejenis sudah pernah dilakukan.

Penelitian Aprilia Pangestuti (2001), yang berjudul Kesenian Janeng dan

Fungsi di Desa Kambangsari Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen adalah

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kesenian Janeng. kesenian Janeng ini,

dipentaskan pada waktu upacara tertentu. Namun, pada zaman sekarang pertunjukan

atau kesenian Janeng berfungsi untuk kesenian hiburan untuk rakyat. Kesenian

Janeng memiliki keunikan dalam baitnya, karena menggunakan lengkingan pada

nyanyiannya.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

5

5

Penelitian Suranto (2002), yang berjudul Kesenian Tradisional Dames di

Desa Karang Jambe, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga Tahun 1960-

2000. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesenian ini merupakan kesenian

tradisional yang bernuansa Islami (religius), baik dalam syair maupun bentuk gaya

yang mencerminkan pribadi seseorang wanita Jawa yang dilatarbelakangi agama.

Dalam kesenian ini terdapat pesan moral yang juga memiliki kehalusan gerak yang

pelan sebagai lambang wanita Jawa.

Penelitian Retno Prastiyawati (2004), yang berjudul Kesenian Tradisional

Emblek di Dusun Janti Desa Kadipeten kabupaten Wonosobo. Penelitian ini berisi

tentang peranan dari lurah atau kepala desa Emblek dan tentang solidaritas antara

anggota kesenian terhadap kelangsungan hidup kesenian Emblek. Peneliti meneliti

dari dalam grup kesenian tersebut ternyata di dalam kesenian Emblek ini anggotanya

bertugas mengkoordinasi serta memanejemen bertujuan untuk tetap membuat eksis

kesenian Emblek ini di mata masyarakat.

Penelitian Nur Abidah Listiani (2013) yang berjudul Kesenian Tari Buncis di

Desa Tanggeran Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Tahun 1970-2013.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan suatu kondisi yang sosial ekonomi seniman

tari Buncis itu, tetapi dengan adanya globalisasi pada saat ini kesenian tradisional

makin menurun eksistensinya di dunia kesenian sehingga kesenian tari Buncis itu

hanya dapat tampil apabila ada yang menyewa dalam hajatan orang nikah ataupun

orang khitan saja. Tari Buncis ini mirip dengan kuda kepang karena sama-sama

pemainnya dapat mengalami kesurupan.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

6

6

Pertunjukan kesenian Angguk pada hakikatnya merupakan tradisi yang sudah

dimiliki oleh masyarakat sejak dahulu, fungsinya pada zaman dahulu adalah untuk

menyebarkan agama islam tetapi sekarang kesenian Angguk bertujuan untuk

menghibur masyarakat dengan biaya yang terjangkau. Penelitian ini memusatkan

kepada kesenian Angguk dalam konteks kehidupan sosial budaya diperlukan

penjelasan ilmu lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Landasan Teori

a. Kebudayaan

Antropologi mengambil budaya manusia di segala waktu dan tempat

sebagai bidangnya yang sah. Bukan hanya itu antropologi juga menjelajah masalah-

masalah yang meliputi kekerabatan dan organisasi sosial, politik, teknologi, ekonomi,

agama, bahasa, kesenian, dan mitologi (Kaplan, 2012: 1).

Budaya atau culture adalah sesuatu yang manusianya tidak melakukan

perubahan besar-besaran, melainkan memberikan tanggapan dengan memainkan

suatu peran yang aktif serta bentuk kehidupan beradaptasi dengan lingkungannya

sebagaimana wujud adanya, manusia semakin memodifikasi dan mengadaptasi

lingkungannya terhadap diri manusia itu sendiri (Kaplan, 2012: 104).

Bagi Bangsa Indonesia, kebudayaan tercantum dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pada 32 Bab XII yang berbunyi “Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan

yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.” Kebudayaan

di Indonesia sangat banyak jenis dan macamnya karena semua itu bermodalkan

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

7

7

berbagai kebudayaan lingkungan wilayah di seluruh Indonesia yang berkembang

sesuai sejarahnya masing-masing.

Menurut Ruth Benedict, kebudayaan merupakan pola-pola pemikiran serta

tindakan tertentu yang terungkap dalam aktivitas sehingga pada hakikatnya

kebudayaan itu sesuai dengan yang dikatakan Ashley Montagu, yaitu, a way of life

(cara hidup tertentu) yang memancarkan identitas tertentu pula pada suatu bangsa

(Daeng, 2012 : 45).

Menurut Koentjaraningrat (2001: 18-19), kebudayaan adalah seluruh

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka hidup bermasyarakat

dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat merinci

kebudayaan sebagai berikut : (1) Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan

dan dihasilkan manusia, ada dua hasil yaitu: (a) Kebudayaan material (bersifat

jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya, alat-alat untuk

keperluan kehidupan manusia, (b) Kebudayaan non-material (bersifat rohaniah), yaitu

semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya, religi, bahasa, dan ilmu

pengetahuan, (2) Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis),

melainkan hanya mungkin memperoleh dengan cara belajar, (3) Kebudayaan itu

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sukarlah bagi

manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin

manusia baik secara individual maupun masyarakat, dapat mempertahankan

kehidupannya, (4) Jadi kebudayaan itu, adalah kebudayaan manusia dan hampir

semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu dibiasakan

dengan cara belajar misalnya, tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

8

8

Setiap kebudayaan pada umumnya mempunyai paling sedikit tiga wujud,

yaitu : (1) wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan gagasan, (2) wujud

kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang berpola, (3) wujud kebudayaan sebagai

sekumpulan benda dan artifact. Wujud (1) adalah wujud yang paling abstrak. Sebagai

suatu himpunan gagasan, suatu kebudayaan tak dapat dilihat atau diamati, karena

tersimpan dalam kepala orang yang dibawa kemanapun ia pergi. Kebudayaan dalam

wujud himpunan gagasan ini disebut cultural system atau sistem budaya, juga disebut

covert culture. Dalam wujudnya yang ke (2) kebudayaan disebut social system atau

sistem sosial, sedang dalam wujud yang ke (3) adalah kebudayaan fisik, phisical

culture. Wujud kedua dan wujud ketiga disebut over culture. (Daeng, 2012: 46).

Sebagian kalangan mengenai berbagai unsur dan nilai budaya bangsa kita

yang terancam oleh pengembangan turisme dan berbagai pengaruh luar (terutama

sikap-sikap ekonomi) dalam kebudayaan banyak bangsa di dunia di masa lampau,

terdapat kearifan dan hubungan yang erat dengan sekelilingnya (Lubis, 1992: 181).

Budaya dalam keseluruhan warisan sosial yang dapat dipandang sebagai

hasil kerja yang tersusun menurut tata tertib teratur, biasanya terdiri dari kebendaan,

kemahiran, teknik, pikiran, gagasan, kebiasaan, nilai-nilai tertentu dan organisasi

sosial tertentu. Adakalanya pembeda budaya materi, termasuk di dalamnya nilai-nilai,

kebiasaan-kebiasaan, organisasi sosial dan lembaga-lembaga adat (Daeng, 2012: 81).

Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya, yaitu aspek dari

sistem gagasan. Dalam kaitan itu sistem nilai budaya adalah sejumlah pandangan

mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup. Karena itu disebut

sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan, sistem nilai budaya menjiwai

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

9

9

semua pedoman yang mengatur tingkah laku warga pendukung kebudayaan yang

bersangkutan. Pedoman tingkah laku itu adalah adat-istiadat, sistem normanya, aturan

etikanya, aturan moralnya, aturan sopan-santunnya, pandangan hidup dan ideologi

pribadi (Daeng, 2012: 46).

Orientasi nilai budaya manakah yang diperlukan manusia Indonesia dalam

menghadapi tekanan-tekanan zaman baru yang dilandasi peradaban industri atau

peradaban komunikasi informasi? Para pakar ilmu sosial mengemukakan bahwa

orientasi nilai budaya yang diperoleh adalah Masyarakat yang menghadapi lepas

landas sebaiknya berorientasi terhadap pandangan hidup yang positif dan aktif, serta

wajib menentukan nasibnya sendiri, berbeda dari manusia berbudaya agraris yang

secara pasif menggantungkan hidupnya pada nasib atau kekuatan-kekuatan alam

sekitarnya.

Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya mementingkan

kepuasan atas hasil pekerjaan yang dilakukannya dan atas mutu dari hasil

pekerjaannya, berbeda dari masyarakat agraris tradisional yang bekerja hanya untuk

mendapatkan makan, ganjaran, dan gengsi.

Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya berorientasi ke masa

depan dan belajar merencanakan hidupnya secermat mungkin, sambil

memperhitungkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang kurang menguntungkan di

masa depan, sehingga ia terdorong untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya

untuk hal itu. Orientasi ke masa depan mendorongnya untuk hidup hemat, berbeda

dengan masyarakat agraris tradisional yang berorientasi ke masa kini, kurang

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

10

10

mengindahkan masa depan, sementara kaum elit dalam masyarakat tradisional

seringkali terlampau berorientasi ke masa jaya zaman lampau.

Masyarakat yang menghadapi lepas landas sebaiknya sejak kecil diajarkan

dan dilatih untuk menjaga keselarasan dengan alam sekitarnya, tidak merusaknya

habis-habisan walaupun ia terus berupaya memahami rahasia kekuatan-kekuatan

yang ada di alam. Orientasi nilai budaya terhadap alam semacam ini merupakan dasar

dari kemajuan ilmu pengetahuan sains, dan teknologi.

Masyarakat yang menghadapi lepas landas seyogyanya berpegang teguh pada

aspek-aspek positif dari adat-istiadat, misalnya gotong-royong, dengan cara

menghindari aspek-aspek negatifnya. Manusia dengan mentalitas peradaban industri

dan peradaban komunikasi informasi sebaiknya lebih mandiri, lebih berani

bertanggung jawab sendiri, menghindari sikap lebih mementingkan ketaatan kepada

atasan daripada menghargai orang yang menghasilkan karya bermutu, berdisiplin

murni (tidak hanya bila ada pengawasan dari atas), lebih terbuka untuk kritik yang

positif dan bertanggung jawab (Daeng, 2012: 49-51).

Kebudayaan sebagai hasil usaha manusia sesuai dengan perkembangan

cara berpikir manusia dalam situasi dan lingkungan yang berkembang dan berbeda-

beda, kebudayaan itupun ikut pula berkembang dalam aneka ragam. Dengan

mempelajari kebudayaan kehidupan dan perkembangan bangsa atau suku bangsa itu,

dan bagaimana proses pewarisan kebudayaan itu dari satu generasi ke generasi lain.

Oleh karena kebudayaan merupakan salah satu kekayaan dan ciri suatu bangsa atau

suku bangsa yang pada saat-saat tertentu merupakan suatu kebanggaan sendiri, maka

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

11

11

pada hakikatnya semua bangsa di dunia ini berusaha menghidari musnahnya

kebudayaan yang mereka miliki dari nenek moyang mereka, bahkan di lain pihak

masyarakat dan pemerintah berusaha memajukan kebudayaan dengan tidak

mengurangi nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Khususnya Indonesia,

batasan kebudayaan haruslah berdasarkan pada pandangan menyeluruh mengenai

jiwa, mental, budi, psikis, dan manusia. Ini berarti manusia mampu mencerminkan

kebudayaan (Susantiana, 2001: 18).

b. Seni dan kesenian

Seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah

manusiawi, unsur-unsur keindahan, kelarasan, keseimbangan, perspektif, irama,

harmoni, proporsi, dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan dan tanpa

nilai-nilai itu maka manusia akan jatuh ke kekuasaan saja (Lubis, 1992: 83).

Kesenian adalah konsep gaya seni atau style of art. Bagaimanapun yang

akan dilihat perkembangannya adalah pada pertamanya gaya seni itu. Sesudah itu

dalam rangka mencari penjelasan atau memilih aspek untuk menjelaskan mengenai

gaya seni (Sedyawati, 2006 :124).

Suatu masalah tersendiri yang dapat diperdalam mengenai kesenian dalam

suatu kebudayaan adalah mengenai ada atau tidaknya pemisahan antara apa yang

digolongkan sebagai seni dan apa yang menjadi hiburan. Ada perbedaan antara seni

dan hiburan, seni yang sering disebut sebagai seni adiluhung adalah jenis ungkapan

seni yang mempunyai implikasi kepada perenungan didukung oleh teknik yang cukup

rumit dan pengingat konsep yang mendasarinya. Hiburan sifatnya langsung

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

12

12

merangsang panca indera atau juga tubuh untuk mengikuti dengan gerak

mementingkan sifat glamour dan sensasional (Sedyawati, 2006 :124).

Pada masyarakat tradisional ada juga seniman yang berhasil menciptakan

seni yang baru tanpa meninggalkan kerangka seni yang lama atau yang tradisional.

Seni masa depan merupakan sumber dari seni yang asli di masa tradisional, yaitu

terdapat pada manusianya itu sendiri, kembali pada nilai-nilainya yang membuat

manusia memerlukan seni, dan seni bermakna bagi kehidupan manusia (Lubis, 1992:

52-53).

Kesenian juga dapat diartikan menjadi kreativitas yang dapat diekspresikan

di muka umum atau di area publik terutama di dalam lingkungannya sendiri, sebagian

dari seni merupakan kreativitas bagi yang membentuknya pada zaman dahulu atau

masa lampau (Lubis, 1992: 126-127).

Perkembangan merupakan akar dari kebudayaan yang akan memberikan

ciri khas serta identitas kepribadian suatu masyarakat dan bangsa. Untuk

mengembangkan seni tradisional di Indonesia, keberadaannya sangat terkait dengan

perubahan struktur masyarakatnya.

2. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Antropologi serta

Sosiologi. Pendekatan Antropologi, yaitu pendekatan yang akan mengungkap nilai-

nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status, dan gaya hidup, sistem

kepercayaan yang mendasari pola hidup, dan lain sebagainya (Kartodirdjo, 2014 :5).

Para tokoh Kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten

Banyumas percaya bahwa mereka masih memerlukan hiburan yang memberi

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

13

13

motivasi terhadap kesenian tradisional itu sendiri. Peneliti mencoba mengungkapkan

nilai-nilai yang mendasari perilaku masyarakat tertentu. Gejala historis yang serba

kompleks setiap penggambaran atau deskripsi menurut adanya pendekatan yang

memungkinkan penunjangan terhadap data yang diperlukan. Pendekatan Sosiologi

yaitu suatu barang tentu akan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji,

umpamanya golongan sosial mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungan

dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi, dan lain sebagainya

(Kartodirdjo, 2014 :4-5). Penulis mengkaji dalam segi sosial yang terjadi pada

masyarakat desa Klapagading, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Penulis

mengharapkan dengan pendekatan ini mendapatkan data sebanyak-banyaknya

sehingga penulisannya sempurna.

G. Metode Penelitian

Penelitian tentang kesenian Angguk di desa Klapagading, Kecamatan

Wangon, Kabupaten Banyumas termasuk dalam kategori penelitian sejarah, di

dalamnya meneliti jejak masa lampau dari aktivitas tersebut, oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan metode historis yaitu:

1. Heuristik, yaitu penelitian yang menggunakan jejak sejarah, sumber sejarah, atau

data sejarah dengan melakukan observasi serta wawancara langsung kepada

tokoh dan pelaku kesenian Angguk desa Klapagading Kecamatan Wangon

Kabupaten Banyumas.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

14

14

Wawancara atau interview adalah sebuah dialog tentang tanya jawab yang

dilakukan oleh pewawancara terhadap informan kunci yang dianggap mengetahui

semua kejadian yang telah terjadi (Priyadi, 2011: 68). Wawancara digunakan untuk

mencari informasi dan data sebanyak-banyaknya kesenian Angguk. Teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara suatu bentuk wawancara yang

terdiri atas daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti ditujukan kepada

semua informan, sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah suatu bentuk

wawancara yang terdiri atas daftar pertanyaan yang tidak disiapkan sebelumnya.

Wawancara yang dilakukan penliti juga dibagi menjadi dua yaitu, wawancara

individual dan wawancara simultan. Wawancara individual merupakan wawancara

yang dilakukan oleh perorangan dan mengdandalkan pada ingatan individu itu

sendiri, sedangkan wawancara simultan merupakan wawancara yang dilakukan untuk

mengetahui keautentikan pelaku sejarah dengan melihat umur dari yang mengaku

sebagai pelaku sejarah (Priyadi, 2014: 92-97). Peneliti yang melakukan wawancara

diharapkan mampu untuk mencairkan suasana, karena suasana yang diharapkan oleh

keduanya adalah serius, tetapi menyenangkan. Suasana yang menyenangkan di sini

diharapkan mampu membuat responden atau informan mau menjawab apa saja yang

dikehendaki oleh pewawancara secara jujur. Dengan teknik wawancara yang

diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap dan rinci dari hal-hal yang

diperlukan sesuai dengan topik masalah penelitian, untuk memperoleh data yang jelas

tentang usaha pelestarian dan pengembangan kesenian Angguk di desa Klapagading,

Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, maka peneliti memilih informan yang

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

15

15

dipandang mampu memberikan data yang akurat. Adapun informan yang

diwawancarai adalah Pimpinan dan pelatih paguyuban Kesenian Angguk Muji

Rahayu, dimana materi adalah asal usul kesenian Angguk di desa Klapagading

Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas dan bentuk penyajian yang meliputi

Kesenian Angguk, pemain (penari), materi wawancara dengan pemain atau penari

meliputi gerakan tari, penabuh atau pemusik, materi wawancara meliputi musik

iringan dan syair lagunya, kepala desa Klapagading, materi wawancara kondisi sosial

budya Desa Klapagading, dan tokoh masyarakat dan seniman, materi wawancara

adalah sejarah kesenian Angguk.

2. Kritik, yaitu sesuatu yang berupa pengkajian sumber untuk mencari suatu

kebenaran atau fakta sumber yang sesuai dengan materi penelitian. Sumber

sejarah memiliki aspek ektern dan intern, oleh karena itu, kritik yang dilakukan

pun terdiri atas dua macam, yaitu ektern dan intern.

a. Menurut Priyadi (2011: 75) Kritik ektern adalah mencari otentisitas atau

keotentikan (keaslian) sumber dalam jalannya penelitian harus benar-benar

memilih narasumber untuk kredibiltas penelitian peneliti misalnya, memilih

informan pelaku kesenian dan pelaku sejarah yang mengalami secara langsung.

b. Kritik intern dilakukan dengan memperhatikan dua hal (1) penilaian intrinsik

terhadap sumber-sumber, (2) membanding-bandingkan kesaksian dari berbagai

sumber agar sumber dapat dipercaya (diterima kredibilitasnya). Penilaian

intrinsik terhadap suatu sumber dapat dilakukan dengan dua pertanyaan (1)

adakah ia mampu untuk memberikan kesaksian? (2) adakah ia mau memberikan

kesaksian yang benar? (Notosusanto, 1978: 39-40 dalam buku Priyadi, 2011: 81).

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

16

16

3. Interpretasi adalah tahap analisis peneliti menguraikan sedetail mungkin ketiga

fakta (mentifact, socifact, dan artifact) dari berbagai sumber data sehingga unsur-

unsur terkecil dalam fakta tersebut menampakkan koherensinya. Terdapat dua

macam interpretasi, yakni analisis yang berarti menguraikan suatu kebenaran

atau fakta-fakta yang ada dari sumber subyektif dan obyektif, dan tahap sintesis

yang berarti peneliti mengaitkan dan menyatukan semua fakta yang sudah

terkumpul sehingga antar unsur membentuk makna keseluruhan yang utuh dan

bulat (Priyadi, 2011: 88). Sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi tentang

kejadian yang ada, bukan berarti berimajinasi secara bebas, melainkan

berimajinasi berdasarkan fakta yang ada.

4. Historiografi adalah tahap ketika peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari

awal hingga akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab.

Penyajian historiografi meliputi (1) pengantar, (2) hasil penelitian, (3) simpulan.

Historiografi harus memperhatikan aspek kronologis, periodisasi, serialisasi, dan

kausalitas (Priyadi, 2011: 92).

H. Sistematika Penyajian

Supaya lebih mudah dalam memahami isi skripsi ini maka penulis

menyusun sistematika sebagai berikut.

BAB I, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalahrumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan

pendekatan, metode penelitian, dan sistem penyajian.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/108/2/BAB I - Asri Winarni.pdf · 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional semakin lama semakin kurang

17

17

BAB II, berisi deskripsi sosial budaya desa Klapagading, Kecamatan

Wangon, Kabupaten Banyumas yang meliputi, kondisi umum desa Klapagading,

sejarah pemerintahan desa, susunan pemerintahan, keadaan penduduk dan

pendidikan, dan kondisi sosial budaya.

BAB III, Pertunjukan kesenian Angguk di desa Klapagading Kecamatan

Wangon Kabupaten Banyumas.

BAB IV, berisi perkembangan kesenian Angguk di desa Klapagading,

KecamatanWangon, Kabupaten Banyumas di dalamnya terdapat sejarah kesenian

Angguk di Klapagading 1976-2014.

BAB V, berisi simpulan penelitian yang sudah dilakukan atau dengan kata

lain terdapat hasil dari penelitian ini, dan saran ditunjukkan terhadap orang yang akan

meneliti kembali mengenai kesenian Angguk ini agar lebih mendetail.

Kesenian Angguk Di Desa... Asri Winarni, FKIP UMP, 2015.