bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/619/2/ika fajriyati bab i.pdf · 1 bab i...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi, telah membawa manusia pada suatu tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern juga menjadikan kesehatan sebagai hal yang sangat penting serta mahal nilainya. Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri mengakibatkan perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, seperti perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya perilaku merokok. Perubahan tersebut telah memberi kontribusi terhadap semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya (Aditama, 2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian penyakit kanker, kecelakaan lalu-lintas, hipertensi, kencing manis, penyakit paru obstruktif menahun, HIV/AIDS, bunuh diri akibat depresi, merupakan bentuk penyakit modern akibat perubahan gaya hidup. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia (Arif, dkk, 2000). Yayasan Stroke Indonesia (2011) menyatakan bahwa berdasarkan data lapangan, angka kejadian stroke meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35 Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Upload: duongtuong

Post on 11-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi, telah membawa

manusia pada suatu tatanan hidup yang serba cepat dan praktis. Perkembangan

zaman yang semakin maju dan modern juga menjadikan kesehatan sebagai hal

yang sangat penting serta mahal nilainya.

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri

mengakibatkan perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi

lingkungannya, seperti perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktifitas

fisik dan meningkatnya perilaku merokok. Perubahan tersebut telah memberi

kontribusi terhadap semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular

seperti jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya (Aditama,

2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian

penyakit kanker, kecelakaan lalu-lintas, hipertensi, kencing manis, penyakit paru

obstruktif menahun, HIV/AIDS, bunuh diri akibat depresi, merupakan bentuk

penyakit modern akibat perubahan gaya hidup.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis

yang utama di Indonesia (Arif, dkk, 2000). Yayasan Stroke Indonesia (2011)

menyatakan bahwa berdasarkan data lapangan, angka kejadian stroke meningkat

secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak usia 35

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

2

tahun, resiko stroke meningkat dua kali lipat. Sekitar lima persen individu berusia

di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali stroke. Pada tahun 2020

diperkirakan 7,6 juta individu akan meninggal karena stroke. Peningkatan

tertinggi akan terjadi di negara berkembang, terutama di wilayah Asia Pasifik. Di

Indonesia sendiri diperkirakan terjadi sekitar 800-1.000 kasus stroke setiap

tahunnya (Junaidi, 2011).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar RI (2013) pada tahun 2007 jumlah

penderita stroke 8,3 per 1000 penduduk. Kemudian di tahun 2013 melonjak

menjadi 12,1 per 1000 penduduk. Sedangkan di Kabupaten Banyumas,

berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten

Banyumas yang diambil dari setiap puskesmas di masing-masing kecamatan pada

tahun 2013 jumlah penderita stroke mencapai 486 individu. Kecamatan Wangon

merupakan kecamatan yang terdapat jumlah penderita stroke terbanyak di

Kabupaten Banyumas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas di

Kecamatan Wangon tahun 2013 sampai 2014 terdapat penderita stroke sejumlah

98 penderita.

Pada penderita stroke terjadi penurunan fungsi dan aktifitas salah satu atau

sekelompok otot yang diurus oleh satu saraf otak tertentu. Kejadian stroke sangat

tiba-tiba dan sangat dramatis. Pada kondisi yang berat bisa terjadi kelumpuhan

sebelah badan, kesadaran menurun sampai koma dan fatal. Tetapi pada kondisi

yang lain, gangguan otot hanya untuk gerakan yang sederhana tergantung pada sel

atau kelompok sel saraf otak yang terganggu, atau luasnya daerah jaringan saraf

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

3

yang terganggu (Yatim, 2005). Nabyl (2012) menambahkan stroke ditandai

dengan koma jangka pendek (kehilangan kesadaran), kelumpuhan pada tangan

atau kaki, kehilangan kemampuan berbicara, perubahan daya pikir, gangguan

perilaku dan emosional dan kehilangan indera rasa. Stroke tidak hanya

menyebabkan gangguan fisik saja namun hal ini juga menyebabkan gangguan

psikologis seperti contohnya mudah marah, berperilaku seperti anak kecil, emosi

mudah berubah.

Perubahan fisik yang begitu tiba-tiba seringkali menimbulkan masalah baru

bagi penderita stroke. Salah satunya seperti sulitnya untuk beradaptasi dengan

kondisi baru dan kurangnya dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan

sekitarnya. Tidak hanya perubahan secara fisik saja, penderita pasca stroke juga

akan mengalami perubahan secara psikologis. Hal ini dijelaskan oleh Lingga

(2013) kondisi tidak berdaya akibat stroke yang dialami penderita pasca stroke

membuat penderita mengalami perubahan mental yang sulit ditutupi. Perubahan-

perubahan fisik yang telah dijelaskan sebelumnya menyebabkan penderita

akhirnya mengalami stres, depresi, mudah tersinggung, mudah marah, dan sedih.

Ada pula yang putus asa dan kehilangan semangat hidup.

Van Den Port (dalam Okthavia, 2014) menyatakan bahwa terjadinya keadaan

psikologis yang negatif pada panderita stroke tersebut disebabkan karena adanya

perubahan pada Activities of Daily Living (ADL), misalnya dalam urusan rumah

tangga, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan mobilisasi, dan juga

kelelahan. Dalam kehidupan sehari-hari, penderita stroke sudah tidak seperti sedia

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

4

kala. Penderita stroke akan mengalami perubahan dalam berbagai aktifitas

sehingga kondisi psikologisnya pun menjadi berubah.

Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh penderita pasca stroke baik

secara fisik maupun psikologis tersebut membuat penderita menjadi tidak dapat

menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya. Padahal, menurut Myers (2015)

keadaan jasmani individu yang bahagia lebih sehat, cepat sembuh dari penyakit

dan lebih tahan menghadapi penyakit dibandingkan individu yang tidak bahagia.

Kebahagiaan dapat ditemukan ketika seseorang individu memiliki subjective well-

being. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Wyller, dkk (1998) ditemukan

hasil yang menunjukkan bahwa kondisi subjective well-being pada penderita

stroke lebih rendah dibandingkan penderita non-stroke.

Stock menjelaskan subjective well-being didefinisikan sebagai suatu evaluasi

positif mengenai kehidupan individu yang diasosiasikan dengan diperolehnya

perasaan menyenangkan (dalam Pinquart & Sorenson, 2000). Biswas-Diener &

Dean (2007) menambahkan, individu yang merasakan subjective well-being yang

melimpah dan hanya sedikit perasaan tidak nyaman, ketika terlibat dalam kegiatan

yang menarik dan ketika individu merasakan banyak kesenangan dan sedikit rasa

sakit, serta ketika individu puas dengan hidup. Individu yang memiliki subjective

well-being akan merasakan emosi yang positif dan hanya merasakan sedikit emosi

negatif, sehingga individu tersebut dapat menjalani hari-harinya dengan baik dan

penuh kebahagiaan.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

5

Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan

yang terjadi di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap 6 penderita pasca stroke,

4 diantaranya yakni subjek S yang diwawancarai pada tanggal 29 Oktober 2014,

subjek R pada tanggal 1 November 2014, subjek M pada tanggal 10 Februari

2015 dan subjek D pada tanggal 10 Februari 2015. Keempat subjek tersebut

diwawancarai di rumah masing-masing yaitu di Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas. Berdasarkan hasil wawancara, keempat subjek mengalami kondisi

yang hampir sama yaitu merasakan keterpukulan saat mengetahui bahwa subjek

mengalami stroke. Subjek mengalami berbagai perubahan setelah terserang

stroke. Perubahan tersebut diantaranya adalah subjek sudah tidak mampu

melakukan berbagai kegiatan sendiri tanpa bantuan orang lain, hal ini membuat

subjek menilai dirinya telah menjadi beban bagi keluarganya. Kesedihan juga

dirasakan oleh subjek, karena subjek berpikir bahwa orang lain tidak mengerti

keadaan subjek, seperti anak-anaknya yang menjadi beban pikiran bagi subjek

disaat subjek mengalami penderitaan akibat stroke.

Subjek juga menilai kondisi ekonominya sudah tidak memuaskan lagi.

karena stroke membuat pekerjaan subjek terganggu sehingga subjek tidak dapat

mencari nafkah secara maksimal. Hal ini sangat dirasakan bagi subjek yang

berjenis kelamin laki-laki sangat merasakan dampak tersebut karena mencari

nafkah merupakan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Perubahan dalam aspek

ekonomi tersebut membuat subjek merasa tidak berarti lagi, dan merasa bahwa

subjek telah megecewakan keluarganya. Keadaan tersebut juga sangat dirasakan

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

6

bagi subjek yang memiliki taraf ekonomi menengah ke bawah, dimana subjek

tidak memiliki banyak biaya untuk sekedar periksa ke dokter. Kondisi tersebut

menggambarkan masalah kepuasan dalam hidup setelah mengalami stroke pada

subjek.

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh subjek juga membuat subjek menjadi

mudah marah, terkadang melamun dan meyayangkan kenapa hal tersebut bisa

terjadi pada dirinya. Kebanyakan subjek juga sudah jarang melakukan interaksi

dengan orang lain, karena waktunya hanya dihabiskan di rumah sehingga subjek

merasakan kesepian. Ada pula subjek yang mengatakan bahwa stroke

membuatnya tidak lagi merasakan kesenangan seperti pergi ke rumah saudara,

bersolek, berbelanja dan kegiatan lainnya yang membuatnya terhibur. Meskipun

begitu, subjek tetap berusaha untuk menghibur diri dengan menonton televisi atau

sekedar melihat anak-anak serta cucu-cucunya sedang bermain.

Subjek mengatakan sangat ingin sembuh seperti sediakala, karena keadaan

yang dirasakannya membuat subjek menjadi merasa tersiksa, terutama kondisi

tubuh subjek yang sangat sensitif membuat subjek menjadi tidak nyaman. Subjek

takut jika sewaktu-waktu subjek terserang stroke kembali dan mengalami

kematian. Perubahan-perubahan tersebut tidak hanya diakui oleh subjek saja, akan

tetapi juga dirasakan oleh orang-orang terdekatnya seperti istrinya dan anak-

anaknya. Orang-orang terdekat subjek mengatakan setelah mengalami stroke

subjek menjadi jarang bercanda dengan keluarga, lebih banyak diam, melamun,

menangis tanpa sebab yang jelas bahkan menjadi mudah marah. Kondisi tersebut

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

7

menggambarkan kondisi emosi subjek setelah mengalami stroke. Walaupun

subjek tetap dapat merasakan emosi positif, akan tetapi subjek lebih sering

merasakan emosi negatif dan sulit untuk mengendalikannya.

Wawancara yang dilakukan kepada 2 subjek lainnya yaitu subjek T yang

diwawancarai pada tanggal 12 November 2014 dan subjek B pada tanggal 15

Februari 2015 di rumah masing-masing subjek di Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas. Hasil wawancara pada kedua subjek tersebut terdapat beberapa hal

yang sama dengan 4 subjek lainnya dimana subjek merasa terpukul, sedih, banyak

melamun dan merasa menjadi beban bagi keluarganya. Terlepas dari hal itu,

kedua subjek tersebut merasakan kondisi yang hampir sama yaitu setelah subjek

mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan barunya, subjek berpikir bahwa

kejadian tersebut merupakan suatu ujian dari Tuhan sehingga tetap harus

dijalaninya.

Subjek juga mencoba untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang

bermanfaat seperti menjaga warung yang dimilikinya dan melakukan hal-hal

kecil, seperti menyapu halaman, dan mencabuti rumput. Hal ini dilakukan subjek

meskipun subjek mengalami kelumpuhan dibeberapa bagian tubuhnya. Subjek

berusaha untuk menjalani aktifitas seperti biasanya. Subjek juga merasakan

kekecewaan terhadap kondisi yang dialaminya setelah mengalami stroke. Subjek

berpikir bahwa jika subjek terlalu banyak mengeluh maka subjek akan sulit

mendapatkan kesembuhan. Oleh karena itu, subjek berusaha untuk tidak

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

8

mengeluh. Bagi subjek dengan menjalani segala permasalahan yang terjadi di

dalam hidupnya akan membuatnya menjadi bahagia.

Subjek T memiliki kondisi ekonomi yang kurang, namun subjek tidak

menilai dirinya masih kekurangan, karena bagi subjek semua yang terjadi harus

disyukuri. Hal ini menunjukkan dengan kondisi subjek setelah mengalami stroke

subjek tetap mampu merasakan kepuasan di dalam hidupnya meskipun kondisi

ekonomi subjek kurang. Menurut subjek tidak dapat dipungkiri, ketika ada hal

yang membuatnya marah atau sedih, subjek akan merasakan hal tersebut, akan

tetapi subjek berusaha untuk mengontrol dirinya agar perasaan marah dan sedih

tidak begitu dirasakan oleh subjek. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghibur

diri seperti melakukan aktifitas yang dapat membantunya melupakan perasaan

negatif tersebut. Subjek berharap dapat tetap berpikir positif dan merasakan

perasaan yang positif, meskipun subjek mengalami kondisi sulit akibat terserang

stroke.

Pada kedua subjek tersebut terlihat lebih bisa merasakan kepuasan dalam

hidup dan subjek berusaha untuk mengontrol emosi negatifnya serta tetap

merasakan emosi positif. Hal tersebut dilakukan dengan cara berpikir bahwa

apapun yang terjadi di dalam kehidupannya merupakan suatu ujian dari Tuhan

yang harus diterima dan dijalaninya. Meskipun subjek mengalami kelumpuhan

akan tetapi bagi subjek dengan cara menerima keadaan tersebut subjek akan bisa

menjalani kehidupan seperti orang lain yang normal.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

9

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, peneliti menduga ada

permasalahan subjective well-being pada penderita pasca stroke. Perbedaan

kondisi subjective well-being antara 4 dan 2 subjek yang telah dijelaskan di atas,

membuat peneliti menduga apakah dengan cara subjek menerima kondisi setelah

mengalami stroke akan berpengaruh terhadap subjective well-being subjek.

Dugaan peneliti tersebut diperkuat dengan teori yang menjelaskan bahwa

penerimaan diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi subjective

well-being. Di dalam studi yang dilakukan yang dimulai di akhir tahun 1940-an,

sebagian besar di bawah pengaruh perspektif humanistik pada penerimaan diri,

telah menegaskan bahwa tingkat penerimaan diri yang tinggi terkait dengan emosi

positif, memuaskan hubungan sosial, prestasi, dan penyesuaian terhadap peristiwa

kehidupan negatif (Szentagotai dan David dalam Bernard, 2013).

Berbagai penelitian tentang subjective well-being dan penerimaan diri telah

dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Nayana (2013) yang menjelaskan

bahwa walaupun individu memiliki kondisi diri yang tidak stabil namun bila

individu tersebut memiliki penerimaan diri, penyesuaian diri atau adaptasi yang

baik dengan lingkungannya juga akan membuatnya menjadi nyaman dengan

kondisi dirinya. Selain itu, Noviyanti (2014) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa ketika individu mampu berpikir positif dengan melihat kelebihan dibalik

kekurangannya, maka pada saat itu pula muncul usaha untuk menyesuaikan diri.

Pada penyesuaian diri tersebut secara tidak langsung, individu akan mampu

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

10

mengendalikan diri secara emosional. Jika individu mampu mengendalikan

emosinya maka individu tersebut akan mampu merasakan emosi yang positif.

Selain itu, banyak pula penelitian yang telah membuktikan bahwa

penerimaan diri memiliki hubungan yang positif dengan subjective well-being.

Makino dan Tagami (1998) menemukan bahwa penerimaan diri berhubungan

positif dengan subjective well-being. Temuan ini juga didukung oleh beberapa

peneliti lain seperti (Hoffman, 2006; Kasser dan Ryan, 1993, 1996; Ryff,

1989; Sanjuan, 2011) yang juga menemukan hubungan positif antara penerimaan

diri dan subjective well-being. Dengan demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa

ada korelasi positif antara penerimaan diri dan subjective well-being (dalam Xu,,

dkk, 2014). Penelitian yang lebih mendalam pada pengaruh antara penerimaan

diri terhadap subjective well-being juga telah ditemukan oleh Wibisono (2010)

yakni diperoleh hasil yang menunjukkan adanya pengaruh penerimaan diri

terhadap subjective well-being.

Pannes (dalam Sari & Nuryoto, 2002) menyatakan bahwa penerimaan diri

adalah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik

dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Hal tersebut

didukung oleh pendapat dari Hjelle dan Ziegler (dalam Sari & Nuryoto, 2002)

yang menyatakan bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi

terhadap frustasi atau kejadian-kejadian yang menjengkelkan, dan toleransi

terhadap kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah.

Penerimaan diri yang dimiliki individu akan membuat individu mampu menjalani

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

11

hidupnya dengan berbagai keadaan yang dialaminya. Individu yang memiliki

penerimaan diri memiliki toleransi akan frustasi dan kelemahan dirinya sehingga

tidak merasakan kesedihan ataupun marah.

Di dalam penelitiannya, Masyithah (2012) menjelaskan penderita pasca stroke

yang mempunyai penerimaan diri tinggi, akan dapat memiliki kesehatan mental yang

baik dan dapat memacu semangat untuk mencapai kesembuhan. Sedangkan Pieper

dan Uden (2006) mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan

dimana seseorang individu tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya

sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat

menerima kekurangan atau kelemahannya. Individu juga memiliki kemampuan

menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam

kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.

Kesehatan psikologis individu berkaitan erat dengan kualitas perasaan

individu terhadap diri individu sendiri. Individu yang sehat secara psikologis

memandang dirinya disenangi, mampu, berharga, dan diterima oleh individu lain.

Individu yang menolak dirinya biasanya tidak bahagia dan tidak mampu

membangun serta melestarikan hubungan baik dengan individu lain (Supratiknya,

1995).

Akan tetapi penderita pasca stroke seringkali belum bisa menerima kondisi

dirinya yang telah mengalami berbagai macam perubahan. Kondisi tersebut dapat

dilihat dari kesedihan yang dialami penderita pasca stroke akibat perubahan yang

dialami dalam hidupnya. Mukti (2012) dalam penelitiannya juga menemukan

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

12

bahwa individu yang terkena stroke akan menjadi kurang percaya diri untuk

bersosialisasi yang mengakibatkan penerimaan diri penderita pasca stroke

menjadi rendah. Penerimaan diri juga dikatakan sangat penting bagi penderita

pacsa stroke, hal ini dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Murray

& Harisson (2004) yang menemukan hasil bahwa penerimaan diri terhadap cacat

fisik yang dialami stelah terserang stroke akan mampu mendorong diri penderita

menjadi lebih psoitif.

Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas, penelitian mengenai subjective

well-being pada penderita pasca stroke menjadi penting untuk diteliti, dimana

peneliti menduga apakah penerimaan diri merupakan faktor yang mempengaruhi

subjective well-being itu sendiri. Pentingnya penelitian ini karena berdasarkan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan menemukan hasil yang menunjukkan

bahwa penerimaan diri sangat penting untuk membantu penderita pasca stroke

untuk dapat tetap merasakan kepuasan dalam hidup, emosi yang lebih positif dan

mampu mengontrol emosi negatif sehingga penderita pasca stroke akan

senantiasa merasakan subjective well-being.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai

penerimaan diri dan subjective well-being dengan mengadakan penelitian dalam

bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerimaan Diri terhadap Subjective well-

being pada Penderita Pasca stroke di Puskesmas wilayah Kecamatan Wangon

Kabupaten Banyumas”.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

13

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, rumusan

masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah ada pengaruh penerimaan diri terhadap subjective well-being pada

penderita pasca stroke di Puskesmas wilayah Kecamatan Wangon Kabupaten

Banyumas?”

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris

pengaruh penerimaan diri terhadap subjective well-being pada penderita pasca

stroke di Puskesmas wilayah Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

dalam bidang psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai pengaruh

penerimaan diri terhadap subjective well-being pada penderita pasca stroke.

Hasil penelitian ini juga dapat dikembangkan lagi dengan variabel-variabel

lain maupun subjek lainnya.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/619/2/Ika Fajriyati BAB I.pdf · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi,

14

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penderita pasca stroke, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan informasi sehingga penderita pasca stroke senantiasa

meningkatkan penerimaan diri maupun subjective well-being.

b. Akademisi, penelitian ini dijadikan sebagai referensi untuk melakukan

penelitian yang terkait dengan penerimaan diri maupun subjective well-

being.

c. Peneliti, melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah

didapat selama pendidikan serta dapat meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ika Fajriyati, Fakultas Psikologi UMP, 2015