bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/efie sunarya bab i.pdf · waduk...

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pengairan merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan di Indonesia. Peningkatan produksi pertanian menghendaki terjaminnya pengairan yang cukup sepanjang tahun. Irigasi di Indonesia telah ada sejak zaman kerajaan Hindu, bahkan sebelum Hindu telah dilakukan pendayagunaan air sungai. Para petani membangun jaringan irigasi dan salurannya untuk mengairi sawah mereka. Bangunan irigasi masih sangat sederhana, dengan membuat sekat- sekat bambu yang diisi batu sebagai bahan bendungan. Seluruh bendungan irigasi itu dibuat asal air dapat mengalir dan dapat masuk ke sawah. Seiring dengan berjalannya waktu, pada paruh abad ke-19, Pemerintah Belanda mulai membangun jaringan irigasi besar dan modern. Pembangunan pengairan tersebut dilatarbelakangi oleh perluasaan tanaman tebu dalam rangka program culturstelsel atau tanaman wajib dan usaha penyediaan pangan berupa tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, ubi jalar dan ketela pohon untuk menghilangkan bencana kelaparan. Pada tahun 1849, secara bertahap pemerintah Belanda membina pembangunan irigasi di Pulau Jawa, Madura, Bali, Sumatera, dan Sulawesi Selatan (Sintia Dewi, 2009: 2). Pada tahun 1852, Pemerintah Belanda melakukan pembangunan bendungan Glapen di Kali Tuntang di Jawa Tengah untuk mengairi lahan lahan pertanaman 1 Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Upload: vophuc

Post on 03-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pengairan merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka

pembangunan di Indonesia. Peningkatan produksi pertanian menghendaki

terjaminnya pengairan yang cukup sepanjang tahun. Irigasi di Indonesia telah ada

sejak zaman kerajaan Hindu, bahkan sebelum Hindu telah dilakukan pendayagunaan

air sungai. Para petani membangun jaringan irigasi dan salurannya untuk mengairi

sawah mereka. Bangunan irigasi masih sangat sederhana, dengan membuat sekat-

sekat bambu yang diisi batu sebagai bahan bendungan. Seluruh bendungan irigasi itu

dibuat asal air dapat mengalir dan dapat masuk ke sawah.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada paruh abad ke-19, Pemerintah

Belanda mulai membangun jaringan irigasi besar dan modern. Pembangunan

pengairan tersebut dilatarbelakangi oleh perluasaan tanaman tebu dalam rangka

program culturstelsel atau tanaman wajib dan usaha penyediaan pangan berupa

tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, ubi jalar dan ketela pohon untuk

menghilangkan bencana kelaparan. Pada tahun 1849, secara bertahap pemerintah

Belanda membina pembangunan irigasi di Pulau Jawa, Madura, Bali, Sumatera, dan

Sulawesi Selatan (Sintia Dewi, 2009: 2).

Pada tahun 1852, Pemerintah Belanda melakukan pembangunan bendungan

Glapen di Kali Tuntang di Jawa Tengah untuk mengairi lahan lahan pertanaman

1 Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

2

kapas yang direncanakannya seluas Usaha Belanda untuk

meluaskan areal pertanaman tebu telah mendorong pembangunan bendungan dan

irigasi, seperti pembangunan bendungan Lengkong di Mojokerto (pada Sungai

Brantas) yang dapat mengairi lahan pertanaman seluas 40.000 hektar, pembangunan

irigasi Banjar Cahyana di Banyumas, Irigasi Pemali-Comal di Pekalongan, Waduk

Penjalin dan Malahayu di Brebes. Pada tahun 1930-an luas lahan pertanaman tebu

telah mencapai sekitar 198.000 hektar dengan 179 pabrik gula (Kartasapoetra,

Sutedjo dan Pollein, 1991: 3).

Selama pendudukan Jepang sampai dengan periode 1968 pengairan di

Indonesia kurang mendapat perhatian. Akibatnya bangunan-bangunanpengairan

mulai rusak dan saluran-saluran mengalami pendangkalan. Hal ini disebabkan oleh

tidak cukupnya dana pemerintah untuk membiayai pemeliharaan rutin maupun untuk

merehabilitasi jaringan-jaringan yang rusak. Selama tahun 60-an keadaan keuangan

pemerintah semakin memburuk sehingga kerusakan-kerusakan jaringan irigasi

menjadi semakin parah. Adanya kerusakan jaringan irigasi ini berpengaruh pada

sektor pertanian terutama produksi beras yang merosot dari tahun ke tahun.

Akibatnya Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor beras yang terbesar di

dunia (Sintia Dewi, 2009: 2).

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki lahan luas yang

sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Pada permulaan tahun

1969-an, pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

3

yang dikenal secara luas dengan program revolusi hijau (Soetrisno, 1999: 9). Dalam

pelaksanaannya revolusi hijau dilakukan dalam bentuk bermacam cara. Di Indonesia

misalnya revolusi hijau dilakukan melalui komando dan subsidi. Bentuk subsidi

tersebut adalah: (1) Bantuan dan subsidi besar-besaran terhadap harga pupuk kimia;

(2) Subsidi terhadap kredit pertanian; (3) Pembayaran padi oleh negara melalui

operasi pembelian harga dasar dan pembangunan stok persediaan; (4) Meningkatkan

kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui hutang luar negeri (Mansour Fakih,

2000: 8).

Sejak tahun 1969 pemerintah aktif melakukan rehabilitasi jaringan-jaringan

irigasi yang keadaannya telah kurang berfungsi, yang disebabkan kurangnya

pemeliharaan. Pengadaan dan rehabilitasi saluran-saluran irigasi saja dirasa tidak

cukup, oleh karena itu dibutuhkan waduk untuk menyimpan kelebihan air di musim

hujan agar bisa digunakan pada musim kemarau. Arti waduk bagi pembangunan akan

lebih penting bila dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain atau multi-guna,

misalnya pembangkit tenaga listrik, perikanan, pariwisata, dan untuk mencegah

bahaya banjir dan erosi. Pembangunan waduk multi-guna di Indonesia mulai

dibangun dan mengalami renovasi pada kurun waktu 1969-an (Kartasapoetra, Sutedjo

dan Pollein, 1991: 3).

Waduk Penjalin terletak di tengah-tengah Desa Winduaji, Kecamatan

Paguyangan, Kabupaten Brebes. Waduk ini dibangun oleh pemerintah Kolonial

Belanda. Air Waduk Penjalin dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali

hilir dan areal persawahan di Kabupaten Brebes bagian selatan.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

4

Penelitian mengenai Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian Masyarakat

Paguyangan Tahun 2004-2010 menarik untuk diteliti karena selama ini perubahan-

perubahan sosial banyak terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Dari sekian banyak

perubahan tersebut kemungkinan ada yang mendapat tanggapan dari berbagai peneliti

di Indonesia dan ada yang tidak. Seperti halnya dengan masyarakat disekitar Waduk

Penjalin selama ini belum mendapatkan sorotan masalah sejarah waduk serta

kehidupan pertanian masyarakat Paguyangan dan sejauh ini pula belum ada buku-

buku yang menyebutkan tentang kehidupan masyarakat disekitar Waduk Penjalin.

Pemilihan angka tahun 2004-2010 adalah dengan pertimbangan kebijakan pemerintah

terhadap pembangunan pertanian serta kondisi pertanian di Kecamatan Paguyangan

pada saat itu.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas muncul permasalahan sebagai

berikut:

1. Pembangunan Waduk Penjalin.

2. Petanian di Sekitar Waduk Penjalin Tahun 2004-2010.

3. Pengaruh Pembangunan Waduk Penjalin.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

1. Pembangunan Waduk Penjalin.

2. Pertanian di sekitar Waduk Penjalin Tahun 2004-2010.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

5

3. Pengaruh Pembangunan Waduk Penjalin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menambah, memperkaya perbendaharaan dan

pengembangan ilmu pengetahuan terutama nilai kesejarahan dan ilmu-ilmu studi

masyarakat. Sumbangan lainnya dari penelitian ini adalah bagi penulisan sejarah atau

historiografi lokal, khususnya sejarah Waduk Penjalin dan perkembangan pertanian

di Kecamatan Paguyangan.

E. Tinjauan Pustaka

Selama ini perubahan-perubahan sosial banyak terjadi dibeberapa tempat di

Indonesia. Untuk itulah penelitian ini mencoba untuk mengungkap masalah tentang

Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian Masyarakat Paguyangan Kabupaten

Brebes Tahun 2004-2010. Sebagai acuan untuk menganalisa permasalahan dalam

penulisan ini penulis menggunakan beberapa buku dan penelitian sejenis.

Andri Suprianto (2008), dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Obyek

Wisata Waduk Mrica terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Desa Bawang

Kabupaten Banjarnegara tahun 1990-2007, menyatakan bahwa kehadiran obyek

wisata di tengah-tengah masyarakat akan membawa dampak yang bisa dirasakan,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adanya obyek wisata

Waduk Mrica pada masyarakat adalah pemanfaatan lahan-lahan kosong disekitar

waduk guna ditanami tanaman komersial. Selain itu, masyarakat juga dapat

memanfaatkan perairan yang ada sebagai sarana budidaya ikan. Dampak positif dari

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

6

obyek wisata Waduk Mrica antara lain perluasan lapangan pekerjaan dan menambah

penghasilan masyarakat sekitar. Dengan adanya obyek wisata Waduk Mrica

masyarakat Desa Bawang mulai terjadi perbaikan dalam bidang ekonomi dan sosial.

Dalam bidang ekonomi masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dengan

mendapatan penghasilan tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan primer, juga

kebutuhan sekunder mereka. Dalam bidang sosial masyarakat mulai sadar akan

pentingnya sekolah untuk anak-anak. Hal itu dibuktikan dengan di sekolahkannya

anak mereka hingga jenjang yang lebih tinggi.

Royadi (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Perubahan Sosial-Ekonomi

Masyarakat di Sekitar Waduk Darma Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan tahun

1945-2010, menyatakan bahwa pembangunan Waduk Darma yang berada di Desa

Jagara, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, membawa dampak sosial-ekonomi,

kepada masyarakat disekitar Waduk Darma yang ditandai oleh beberapa perubahan

yang salah satunya adalah terjadinya perubahan mata pencaharian masyarakat di

sekitar Waduk Darma. Sebelum dibangunnya Waduk Darma mata pencaharian

masyarakat sekitar Waduk Darma bermata pencaharian sebagai petani (bersawah).

Setelah dibangunnya Waduk Darma, maka mata pencaharian masyarakat mengalami

perubahan. Adapun jenis mata pencaharian baru masyarakat yaitu nelayan, pedagang,

buruh tani, pegawai pariwisata, dan lain-lain. Dengan melihat adanya perubahan mata

pencaharian masyarakat di sekitar Waduk Darma, dapat disimpulkan bahwa

perubahan sosial-ekonomi masyarakat yang terjadi pada tahun 1945-1980 mengalami

kemunduran, dan perubahan sosial-ekonomi 1981-2010 mengalami kemajuan.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

7

Eka Apridayanti, (2008) dalam penelitiannya tentang Evaluasi Pengelolaan

Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang, Jawa Timur, keberadaan

Waduk Lahor tentu memberi manfaat tersendiri bagi masyarakat, terutama

masyarakat yang daerahnya terendam karena pembangunan waduk. Berbagai

aktivitas yang dilakukan masyarakat di sekitar waduk dalam pemanfaatan waduk

antara lain kegiatan pertanian, pariwisata, dan perikanan (diambil dari

eprint.undip.ac.id/17305, 5/3/2012. 00.15wib).

Sinta Dewi, (2009) dalam penelitiannya tentang Pembangunan Waduk

Kedung Ombo dan Pengaruhnya terhadap Produksi Padi serta Aspek Sosial

Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Grobogan Tahun 1981-2003, menyatakan bahwa

sistem pengairan merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan

di Indonesia. Peningkatan produksi pertanian menghendaki terjaminnya pengairan

yang cukup sepanjang tahun. Pengadaan saluran-saluran irigasi saja dirasa tidak

cukup, oleh karena itu dibutuhkan waduk untuk menyimpan kelebihan air di musim

hujan agar bisa digunakan pada musim kemarau. Arti waduk bagi pembangunan akan

lebih penting bila dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain atau multi-guna,

misalnya, pembangkit tenaga listrik, perikanan, pariwisata, dan untuk mencegah

bahaya banjir dan erosi. Pembangunan Waduk Kedung Ombo dilatar belakangi

karena tidak berfungsinya pintu air Wilalung yang dibangun oleh Belanda pada tahun

1918 sebagai penangkal bahaya banjir di Sungai Serang. Pembangunannya mulai

dilaksanakan dengan adanya survei, investasi, studi kelayakan oleh Proyek

Perancangan Pengembangan Sumber-Sumber Air (P3SA) bersama dengan Nedeco,

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

8

konsultan dari Belanda pada tahun 1969-1976. Pembangunan fisik Waduk Kedung

Ombo mulai dilakukan pada tahun 1985 dan selesai pada tahun 1989. Dengan

kemampuan mengairi sawah seluas 59.400 ha yang disalurkan oleh jaringan irigasi,

Waduk Kedung Ombo juga dibangun untuk tujuan pemenuhan irigasi sawah,

pengendalian banjir, sarana pembangkit tenaga listrik, sarana penyedia air minum,

sarana pariwisata, dan perikanan darat. Adanya pengairan yang cukup menyebabkan

terjadinya perubahan pola tanam padi, yaitu 2-3 kali tanam. Hal ini berpengaruh pada

peningkatan produksi padi dan tingkat pendapatan petani di Kabupaten Grobogan

(diambil dari http://eprints.undip.ac.id/3423/, 5/3/2012. 01.12wib).

Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena penelitian yang

berjudul Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian Mayarakat Paguyangan

Kabupaten Brebes Tahun 2004-2010 merupakan penelitian sejarah yang tidak sebatas

menggali nilai-nilai kesejarahan dari Waduk Penjalin, namun menyentuh aspek

kehidupan masyarakat di Kecamatan Paguyangan yang merupakan ranah sosiologis,

dan pertanian di Kecamatan Paguyangan.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

Manusia dalam hidupnya mempunyai kebutuhan-kebutuhan demi

kelangsungan hidupnya, diantara kebutuhan tersebut yang paling utama disebut

kebutahan pokok yang terdiri dari pangan, sandang, dan papan. Dalam hal ini, pangan

menjadi yang paling utama karena terkait dengan kelangsungan hidup terkait

kesehatan individu manusia. Pangan berfungsi sebagai asupan energi manusia untuk

beraktivitas. Sumber dari pangan tidak akan lepas dari pertanian, karena pangan

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

9

bersumber dari hasil pertanian, sedangkan pertanian selain dipengaruhi oleh

kesuburan tanah, yang tidak kalah penting juga ketersediaan air dalam hal ini air

irigasi yang salah satunya dari waduk. Karena fungsi waduk pun dipersiapkan untuk

menampung air untuk selanjutnya sebagai penyuplai air kelahan-lahan pertanian atau

dengan kata lain sebagai irigasi pertanian.

Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang

termasuk di dalamnya, yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan juga

kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di negeri Indonesia adalah

sebagai petani sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di

negara Indonesia. Adapun bentuk-bentuk pertanian di Indonesia, antara lain.

1. Sawah

Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan

memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan

maupun sawah pasang surut.

2. Tegalan

Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada

pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari

lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat

pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau

lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

10

3. Pekarangan

Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah

(biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan atau

digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.

4. Ladang Berpindah

Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak

lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen

atau ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain

yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap (diambil dari

http://organisasi.org/definisi-pengertian-pertanian-bentuk-hasil-pertanian-

petani-ilmugeografi, 3/3/2012).

Pertanian di Kabupaten Brebes berbentuk sawah, tegalan dan pekarangan

yang berarti sudah tidak ada bentuk pertanian yang berupa ladang berpindah. Hal ini

juga terjadi di Kecamatan Paguyangan dengan bentuk pertanian yang merata seperti

diseluruh Kabupaten Brebes yang sudah menetap dalam bertani.

Beberapa hasil-hasil Pertanian di Indonesia, terbagi menjadi pertanian

tanaman pangan dengan pertanian tanaman perdagangan. Petanian tanaman pangan

antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, ketela pohon, sedangkan

untuk jenis pertanian tanaman perdagangan antara lain kopi, teh, kelapa, karet, kina,

cengkeh, kapas, tembakau, kelapa sawit, tebu.

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar daerahnya

berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa yang

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

11

memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping pengaruh khatulistiwa, ada

dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia, yaitu bentuknya

sebagai kepulauan dan topografinya bergunung-gunung (Abd.Rahim dan Diah Retno,

2007: 7).

Dengan semakin pentingnya pertanian dalam pembangunan Indonesia,

terutama dalam rangka tujuan swasembada beberapa komoditas pertanian. Menurut

Mardikanto (2009: 45) secara sederhana, revolusi hijau merupakan usaha

pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan, dari

pertanian tradisional menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih maju.

Dewi Irma menyatakan (Mardikanto, 2009: 46), revolusi hijau dikenalkan dengan

tujuan pengembangan teknologi pertanian dalam pembudidayaan tanaman melalui

penggunaan varietas unggul untuk melipat gandakan hasil pertanian, baik untuk

kepentingan bisnis maupun memerangi kelaparan. Di Indonesia, gerakan ini

diterapkan sejak tahun 1969 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan,

khususnya swasembada beras, melalui penerapan pancausaha, saptausaha, yang

didukung dengan pembangunan infrastruktur pedesaan, seperti pembangunan atau

perbaikan irigasi, dan lain-lain.

Menurut Fakih (2000: 6) revolusi hijau adalah merupakan salah satu bentuk

program industrialisasi dan modernisasi pertanian yang sepenuhnya menganut logika

pertumbuhan. Dalam pelaksanaannya revolusi hijau dilakukan dam bentuk bermacam

cara. Di Indonesia misalnya revolusi hijau dilakukan melalui komando dan subsidi.

Bentuk subsidi tersebut adalah: (1) Bantuan dan subsidi besar-besaran terhadap harga

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

12

pupuk kimia; (2) Subsidi terhadap kredit pertanian; (3) Pembayaran padi oleh negara

melalui operasi pembelian harga dasar dan pembangunan stok persediaan; (4)

Meningkatkan kuantitas irigasi serta pinjaman modal melalui hutang luar negeri.

Hasil kuantitatif revolusi hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak

pertanian di Jawa mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian Jawa

tahun 1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata-rata kontibusi dalam arti hasil

dibanding daerah lain di Indonesia, dan oleh karena itu memainkan peran utama

dalam perubahan status Indonesia dari pengimpor terbesar beras dan tahun 1985

menjadi mandiri (Fakih, 2000: 8).

Menurut Indranada (Mardikanto, 2009: 13) pertanian, sejak dulu merupakan

sektor ekonomi yang utama dinegara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi

sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki posisi vital

sekali. Adapun hal tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain.

1. Sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan

mentah yang dibutuhkan oleh suatu negara.

2. Tekanan-tekanan demografis yang besar dinegara-negara berkembang yang sering

disertai dengan meningkatnya pendapatan dari sebagian penduduk menyebabkan

kebutuhan tersebut terus meningkat. Jika kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi,

maka kekurangannya harus diimpor.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

13

3. Sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk

ekspansi sektor-sektor lain, terutama sekali sektor industri. Faktor-faktor ini

berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan mentah.

4. Sektor pertanian merupakan basis dari hubungan-hubungan pasar yang penting

dalam proses pembangunan.

5. Sektor ini merupakan sumber foreign-exchange yang diperlukan untuk input

pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar

penduduk negara-negara berkembang yang hidup di pedesaan.

Bagi usaha di bidang pertanian, terutama usaha-usaha pertanam tanaman yang

sangat berguna bagi kehidupan manusia, tersedianya tanah-tanah yang subur dengan

pengairannya yang mencukupi kebutuhan tanaman merupakan syarat pokok

pertanian. Air pengairan dan tanah pertanian kedua-duanya merupakan faktor dasar

bagi berlangsungnya usaha penanaman yang sesuai didaerah setempat. Tidak sedikit

areal tanah yang tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian dikarenakan tidak

tersedianya air pengairan. Karena itu didalam usaha pembukaan hutan bagi reklamasi

tanah pertanian, perencanaan atau perancangannya selalu dititikberatkan pada

tersedianya tanah yang dapat ditanami dan tersedianya air pengairan bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dapat dibudidayakan.

Air demikian penting bagi kehidupan manusia, pertanian, perikanan,

peternakan, transportasi, industri, dan bagi kepentingan lainnya. Pengairan mulai

diperhatikan kembali di Indonesia setelah Indonesia merdeka, terutama setelah

Indonesia bertekad dalam program swasembada pangan (beras). Berbagai sarana

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

14

pengairan dibangun dan diperbaiki. Usaha pemerintah sejak tahun 1969 dalam

pembangunan dibidang pertanian, aktif melakukan rehabilitasi jaringan-jaringan

irigasi yang keadaannya telah kurang berfungsi disebabkan kurangnya pemeliharaan.

Karena pentingnya pengairan itu, pemerintah telah menetapkan ketentuan-

ketentuan dan pendayagunaannya oleh setiap orang dibagian bumi ini dalam Undang-

undang nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan (Kartasapoetra, Sutedjo dan Pollein,

1991: 5). Menurut Undang-undang tersebut Pengairan adalah suatu bidang

pembinaan terhadap air, sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang

terkandung didalamnya, baik yang alami maupun yang telah diusahakan oleh

manusia. Irigasi, yang pada pokoknya merupakan kegiatan penyediaan dan

pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air

yang berasal dari permukaan dan air tanah (Kartasapoetra, Sutedjo dan Pollein,

1991:5).

Menurut Hansen E.Vaughn, dkk (1992: 4), irigasi secara umum didefinisikan

sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Dengan demikian, pengaturan irigasi

(pengairan pertanian) akan menjangkau beberapa tahapan pekerjaan atau bidang

sesuai berikut :

a. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.

b. Penyaluran air irigasi dari sumbernya ke daerah atau lahan-lahan usaha tani.

c. Pembagian dan pemberian air di daerah atau lahan-lahan usaha tani.

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

15

d. Pengairan dan pembuangan air yang melimpah atau kelebihan dari daerah

pertanian.

Kodoatie (Munawaroh, 2011: 1), berdasarkan Undang-undang Sumber Daya

Air No.7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa air adalah semua air yang terdapat pada,

diatas maupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini adalah air

permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada didarat. Air permukaan

adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.Salah satu contoh air

permukaan adalah air waduk.

Menurut Kartosapoetra dan Mul Mulyani Sutedjo (1991: 17), di dalam teknik

pengambilan dan ataupun penyaluran air memungkinkan dengan teknik pembuatan

dam (bendungan). Dam atau bendungan dibuat dengan maksud agar air sungai yang

terbendung itu dapat menaikkan air kepermukaannya dan dengan demikian

pengambilan atau penyaluran ke areal pertanian akan lebih mudah, biasanya untuk

kepentingan ini air permukaan yang terbendung dihubungkan dengan parit-parit atau

saluran yang dirancang dan dibuat menyebar ke lahan-lahan pertanian.

Waduk merupakan tempat pada muka lahan untuk menampung dan

menabung air yang berlebihan pada musim basah (hujan), sehingga air tersebut dapat

dimanfaatkan pada musim kemarau atau musim kering (Munawaroh, 2011:1).

Menurut Hansen E.Vaughn, dkk (1992:17) waduk dibangun untuk menampung air

irigasi untuk digunakan apabila aliran alami suatu sungai tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan irigasi. Waduk atau bendungan ini dibangun dengan tujuan

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

16

antara lain untuk penyediaan air irigasi; pengembangan areal irigasi dan

meningkatkan intensitas tanam dari area irigasi yang ada; sebagai pengendali banjir.

Menurut Scafer (Munawaroh, 2011: 15), masyarakat adalah unit politik atau

kesatuan dari organisasi sosial yang menumbuhkan rasa memiliki bagi rakyatnya.

Bentuk masyarakat sudah sangat jauh berubah sepanjang sejarah, yaitu dari

masyarakat berburu dan meramu hingga menjadi kota post industri modern,

sedangkan menurut Philips (Munawaroh, 2011: 15), masyarakat merupakan

sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah, kebanyakan masyarakat tinggal

menetap dan diturunkan dari kondisi sebuah ikatan solidaritas yang kuat di antara

mereka.

Menurut Koentjaraningrat (Munawaroh, 2011: 15), masyarakat adalah

sekelompok manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu

yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama, sedangkan Syani

(Munawaroh, 2011: 15) menyatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok mahluk

hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya

sendiri dan menurut pola perkembangan tersendiri.

Menurut Ilham (Munawaroh, 2011: 16), perilaku masyarakat pertanian

merupakan sebuah kesatuan tingkah laku dan pemikiran suatu komunitas masyarakat

terhadap pola pertanian yang dilakukan guna mengoptimalkan hasil pertanian serta

potensi yang ada dalam kegiatan pertanian. Beberapa perilaku kegiatan pertanian

yang meliputi pola tanam, pemanfaatan lahan yang tersedia, mekanisme penggarapan

lahan, dan perlakuan terhadap lahan. Perilaku masyarakat pertanian juga dapat

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

17

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kesuburan tanah, ketersediaan air,

kemampuan pemilik tanah, budaya masyarakat setempat, kebijakan pemimpin, lokasi

lahan pertanian, serta kecenderungan pasar.

Pengaruh pembangunan waduk adalah perubahan yang ditimbulkan dari suatu

rangkaian usaha terencana yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang pertaanian dengan membangun

sarana dan prasarana pengairan. Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya

bertumpu pada sektor pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pengairan

berupa Waduk Penjalin, dan jaringan irigasinya menyebabkan perubahan-perubahan

dalam jumlah produksi pertanian.

Penulis menggunakan pendekatan sosiologi pertanian untuk memperjelas

analisis penelitian yang berjudul Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian

Masyarakat Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun 2004-2010. Sosiologi Pertanian

merupakan salah satu cabang dari ilmu sosiologi yang membahas fenomena sosial

dalam bidang ekonomi pertanian yang memusatkan perhatiannya pada petani dan

permasalahan hidup petani. Sosiologi pertanian akan membantu penulis dalam

menganalisis fakta-fakta sosial berkaitan dengan pertanian di daerah irigasi Waduk

Penjalin, khususnya Kecamatan Paguyangan.

Penulis juga menggunakan pendekatan sosial ekonomi karena permasalahan

yang dikaji merupakan sejarah sosial ekonomi pertanian. Pendekatan sosial ekonomi

digunakan untuk menganalisis berbagai persoalan ekonomi yang berkaitan dengan

produksi pertanian. Masalah ekonomi menjadi penting mengingat hal-hal yang

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

18

berpengaruh dari keberadaan Waduk Penjalin terhadap kesejahteraan masyarakat

sekitar. Selain itu, pendekatan sosial juga dapat digunakan untuk menganalisis

perbaikan sosial ekonomi petani di Kecamatan Paguyangan, yang meliputi

peningkatan pendapatan, sarana dan prasarana pembangunan, serta hal-hal lain

sebagai hasil nyata dari pembangunan. Adanya Pembangunan Waduk Penjalin

diharapkan petani di daerah irigasi Waduk Penjalin, khususnya Kecamatan

Paguyangan memungkinkan terjadinya perbaikan hasil pertanian.

G. Metode Penelitian

Pada bagian ini merupakan penguraian mengenai metode dan teknik

penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi

yang berjudul Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian Masyarakat Paguyangan

Kabupaten Brebes Tahun 2004-2010.

Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode sejarah yaitu menguji

dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu untuk memahami

peristiwa yang terjadi dan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau secara

imajinatif.

Adapun tahapan-tahapan metode sejarah adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau

menemukan sumber, data dan informasi mengenai masalah yang diangkat, baik

tertulis maupun tidak tertulis (dokumen dan artefak), yang disesuaikan dengan

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

19

jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijoyo, 1995:94). Secara sederhana,

heuristik merupakan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan karena setiap aktivitas

pastilah meninggalkan bukti-bukti bahwa pernah ada suatu aktivitas. Sumber-

sumber ini berupa:

a. Sumber Sejarah Lisan

Sumber sejarah lisan merupakan keterangan langsung dari para pelaku,

biasanya disebarkan dari mulut ke mulut. Sumber lisan yang penulis

kumpulkan antara lain menggunakan metode sejarah lisan kepada sejumlah

informan yang dijadikan narasumber untuk melengkapi hal-hal yang tidak

termuat dalam dokumen, adapun informan yang penulis jadikan narasumber

adalah Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) dan Penjaga Pintu Air

(PPA) Waduk Penjalin untuk mendapatkan data mengenai pendirian, fungsi,

serta pengelolaan Waduk Penjalin. Selanjutnya, melakukan wawancara

dengan BPP Pertanian Kecamatan Paguyangan dan Mantan Petugas BPP

Pertanian dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pertanian di Kecamatan

Paguyangan dari tahun ke tahun hingga sekarang. Narasumber berikutnya

adalah petani itu sendiri sebagai pelaku di lapangan, serta petugas PU

Pengairan Kecamatan Paguyangan dengan tujuan mengatahui kondisi

pengairan atau irigasi di Kecamatan Paguyangan. Narasumber lainnya adalah

Kepala Desa Winduaji dan Kasi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Paguyangan

dengan tujuan memperoleh data pengaruh Waduk Penjalin dan kondisi sosial

ekonomi di Kecamatan Paguyangan. Sementara itu, untuk melengkapi data

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

20

maka melakukan wawancara dengan petugas KUD Kecamatan Paguyangan

dan tokoh masyarakat di Kecamatan Paguyangan.

b. Sumber Tulisan

Sumber tertulis yang penulis kumpulkan antara lain laporan data statistik yang

diperoleh dari Kecamatan Paguyangan berupa data Kecamatan Paguyangan

Dalam Angka, PPA Waduk Penjalin dan BPP Pertanian Kecamatan

Paguyangan. Data tersebut memberikan informasi mengenai lahan yang

dipanen, produksi panen, luas areal irigasi, kondisi pertanian, pembangunan

Waduk Penjalin, dan keadaan sosial ekonomi di Kecamatan Paguyangan.

c. Sumber Artifak

Artifak meliputi benda-benda peninggalan, dapat berupa patung, manik-manik

atau alat-alat prasejarah. Sumber artifak yang penulis kumpulkan antara lain

foto atau gambar pintu air yang diperoleh dari PU pengairan Kecamatan

Paguyangan, dan hasil foto oleh penulis disekitar obyek penelitian.

Sumber-sumber tersebut saling melengkapi dan membantu penulis dalam

merekonstruksi penulisan sejarah Waduk Penjalin dan Kehidupan Pertanian

Masyarakat Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun 2004-2010.

2. Kritik

Kritik sendiri terbagi menjadi dua, pertama adalah kritik ekstern, yaitu kritik yang

dilakukan dari sisi luar (outentitas dari sumber) dalam hal ini peneliti melakukan

kritik terhadap dokumen-dokumen yang diberikan oleh informan apakah

berkaitan dengan Waduk Penjalin dan kehidupan pertanian masyarakat

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

21

Paguyangan dilihat dari fisiknya (kertas, ejaan, tinta, dll) asli atau salinan. Kedua

adalah kritik intern, yaitu kritik dari dalam (mengecek kredibilitas dari sumber)

informasi yang telah diberikan oleh para informan dengan melihat dari kejiwaan,

serta kebenaran informasi itu sendiri. Sumber data statistik dalam bentuk

Kecamatan Paguyangan Dalam Angka dan dari BPP Pertanian dibandingkan

dengan data lain. Tujuan yang hendak dicapai dalam tahap ini adalah untuk

memilih sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji (Kuntowijoyo, 1995:

98).

3. Interpretasi

Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi (penafsiran) terhadap data

tersebut. Tahapan ini sering disebut sumber subyektivitas, karena menurut

Kuntowijoyo (1995:100) pendapat tersebut sebagian benar dan sebagian lagi

salah. Interpretasi sebagai sumber subyektifitas dikatakan benar karena tanpa

penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan

mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain

dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subyektivitas

penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud

sebagai penafsiran terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penyeleksian

atau pengujian sumber (kritik sumber). Dengan kata lain dalam langkah ini

peneliti menggabungkan semua fakta-fakta yang telah didapat dari para informan

menjadi satu kesatuan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penafsiran oleh

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

22

penulis dengan keberadaan Waduk Penjalin terhadap kehidupan pertanian sekitar

(Kuntowijoyo, 1995: 100).

4. Historiografi atau Penulisan Sejarah

Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber

yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk tulisan sejarah. Setelah melakukan

penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu

bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang

lain. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa

penulisannya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat

mengerti pokok-pokok pikiran yang diajukan oleh penulis. Pada tahap ini peneliti

melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai

dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini antara lain :

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Landasan Teori dan Pendekatan

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/6333/2/EFIE SUNARYA BAB I.pdf · Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012 ... Waduk Penjalin dan Malahayu di Brebes

23

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan.

BAB II : Pembangunan Waduk Penjalin.

A. Kecamatan Paguyangan ditinjau dari Letak Geografis dan Demografis.

B. Latar Belakang dibangunnya Waduk Penjalin.

1. Letak Geografis Waduk Penjalin.

2. Pelaksanaan Pembangunan Waduk Penjalin.

3. Fungsi Waduk Penjalin.

BAB III : Pertanian di Sekitar Waduk Penjalin Tahun 2004-2010

A. Pertanian Masyarakat Paguyangan Sampai tahun 2004

B. Permasalahan Pertanian Masyarakat Paguyangan Sampai tahun 2004

C. Perkembangan Pertanian Masyarakat Paguyangan dari tahun 2004-2010

BAB IV :Pengaruh Pembangunan Waduk Penjalin.

A. Pengaruh Waduk Penjalin Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat

Paguyangan.

B. Pengaruh Waduk Penjalin Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat

Paguyangan.

BAB V : Simpulan dan Saran

A. Simpulan

B. Saran

Waduk Penjalin Dan..., Efie Sunarya, FKIP UMP, 2012