bab i pendahuluan - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/20911/7/bab 1.pdf · 1 bab i...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id











1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan salah satu kewajiban bagi setiap kaum muslimin

untuk merubah sikap, perilaku dan ta‟biat manusia agar sesuai dengan

fitrahnya. Melaksanakan dakwah di tengah-tengah kehidupan masyarakat

dengan kesanggupan dan kemampuan masing-masing itu menjadi satu

kewajiban yang mutlak bagi setiap orang Islam tanpa kecuali selama

hidupnya. Dakwah dapat dilakukan dengan bebagai cara. Salah satunya

adalah dengan khithabah atau disebut juga dengan istilah ceramah. Ceramah

adalah metode dakwah yang banyak digunakan oleh para ulama dalam

menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat-Nya. Metode ini lebih

banyak digunakan karena sangat mudah dan praktis untuk dilaksanakan.

Dakwah pada dasarnya penyampaian ajaran Islam kepada manusia

baik secara lisan maupun dalam bentuk sikap dan perilaku, diarahkan supaya

timbul kesadaran dan mengamalkan setiap esensi ajaran Islam. Teknik

khithabah adalah salah satu jalan dan cara berdakwah dengan katakata.

Berdakwah menyeru keluarga dan umatnya untuk menyembah, mengesakan

serta beribadah hanya kepada Allah Swt. Pengkajian tentang teknik khithabah

merupakan sesuatu yang penting bagi da’i yang ingin mengetahui lebih

mendalam tentang mensyiarkan agama Islam melalui berdakwah dengan kiat-

kiatnya. Sedangkan dakwah adalah usaha merubah suatu keadaan tertentu












2

menjadi keadaan yang lebih baik menurut ajaran Islam. Menurut Asmuni

Syukir berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi

setiap muslim.1

Tugas dakwah pada mulanya adalah tugas yang dibebankan kepada

Rasul oleh Allah, dan da’i yang pertama adalah Rasulullah. Hal ini senada

dengan yang dikatakan oleh Dr. Abdul Karim Zaidan dalam kitabnya Usul

Ad-Dakwah, “Da’i yang pertama mengajak kepada jalan Allah sejak agama

Islam diturunkan ialah Rasulullah. Umat Islam termasuk para pemimpinnya

adalah pembantu Rasulullah dalam melaksanakan tugas dakwahnya”.2

Dengan demikian bukan tugas dakwah itu hanya dibebankan kepada

Rasulullah saja, akan tetapi umat Islamlah yang harus meneruskan dakwah

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Firman Allah dalam Al-

Qur’an yang mengandung arti bahwa beban berdakwah itu bukanlah hanya

kepada Rasulullah saja tetapi kepada umat Islam tanpa terkecuali.3

Masyarakat Madura khususnya masyarakat desa poreh yang sekaligus

jamaah pengajian tambena ate, tentu memiliki kegemaran dalam mengikuti

pengajian yang dikemas dengan ceramah agama, terbukti setiap pengajian

tambena ate jumlah jemaah yang hadir selalu stabil dalam jumlah rata-rata

tidak kurang dari lima ribu jamaah. Dibalik semangat para jamaah tambena

ate terhadap acara pengajian tersebut tetapi disatu sisi mereka juga

1 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983), 27.2 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), 52.3 Merujuk pada Q.S. Ali Imran ayat 3 yang artinya adalah sebagai berikut “kamu adalah umatyang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dariyang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baikbagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yangfasik”












3

memperhatikan siapa tokoh agama yang akan memberikan ceramah.

Ketertarikan mereka kepada penceramah biasanya atas dasar isi dari

ceramahnya yang banyak mengandung hikmah yang dapat diambil dari pesan

dakwahnya, memiliki kharismatik, banyak mengetahui ilmu keagamaan

(‘alim). Ada tipe seorang da’i yang pada saat memberikan ceramah sama

sekali tidak lucu, yang disampaikan cendrung monoton tetapi banyak

digemari khususnya oleh masyarakat Madura, yaitu penceramah yang

karismatik. Seolah masyarakat merasakan energi spiritual yang dipancarkan

oleh penceramah tersebut, sehingga tak satupun jamaah yang tidak

memperhatikan dari caramah yang disampaikan. Disinilah kita dapat

mengetahui bahwa seorang da’i harus memiliki kemampuan dalam

memberikan pengaruh terhadap mad’u agar pesan dakwah yang disampaikan

dapat diterima bahkan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sosok kiai kelahiran Desa Poreh kecamatan Lenteng kabupaten

Sumenep Madura salah satunya yang menjadi penceramah fovorit bagi

masyarakat Madura khususnya. Hal ini ditandai dengan diundangnya beliau

diberbagai macam daerah di Madura, bahkan sampai ke pulau-pulau yang ada

di Madura dan banyaknya jam’ah yang datang pada saat acara pengajian

Tambena Ate yang diselenggarakan di Desa Pore Kecamatan Lenteng

Kabupaten Sumenep Maduara.

Program pengajian Tambena Ate yang setiap malam jum’at manis

dilaksanakan di desa Poreh, dan dihadiri oleh hingga ribuan jama’ah, program

Tambena Ate ini diisi oleh Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA dimana












4

didalamnya ada beberapa rentetan acara sebelum memasuki kepada acara inti

dari pengajian tersebut. Salah satu acaranya sebelum memasuki acara inti dari

pengajian itu adalah shalawatan yang dikumandangkan oleh salah satu group

hadroh yang di undangnya, kemudian ada acara makan bersama yang disebut

dengan nasi barokah, dan ini hanya pada momen – momen tertentu, jadi

ribuan jama’ah yang hadir mengikuti acara pengajian itu semuanya bisa

merasakan nasi barokah, dan tidak ada yang tidak kebagian, mereka

berkumpul dengan membuat halaqah (bundaran) sebanyak kurang lebih tujuh

orang, mereka makan bersama, sampai betul-betul selesai dan kebagian

semua, kemudian dimulailah acara pengajian ceramah agama oleh Dr. K.H.

Ahmad Imam Mawardi, MA.4

Keyakinan para jama’ah terhadap apa yang disampaikan oleh sosok

Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA sangat diamini. Seperti misalnya apa

yang menjadi anjuran untuk dikerjakan oleh beliau, maka mereka akan

melaksanakan. Bahkan ada jama’ah yang menutup tokonya saat adzan

dikumandangkan sampai selesai solat berjama’ah di masjid baru buka

kembali, itu dilakukan oleh jama’ah karena Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi,

MA dalam acara pengajian tersebut menyampaikan tips agar rejekinya

dilancarkan oleh Allah tentu hal tersebut Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi,

MA memberikan tips juga atas dasar dalil –dali yang tepat menurut Al-Qur’an

4 Observasi Lapangan. Poreh Lenteng Sumenep 21 April 2017












5

dan Hadist. Begitu dianggap sakral oleh jama’ah perkataan yang terlontar dari

Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA.5

Fanatisme jamaah tambena ate kepada sosok Dr. K.H. Ahmad Imam

Mawardi, MA sampai dianggap sebagai sosok yang ‘alim memiliki

pengetahuan keagamaan yang sangat dalam. dan kedekatannya kepada Allah,

sehingga mereka meyakini bahwa barokah dari Allah bisa didapatkan melalui

perantara orang yang ‘alim dan dekat kepada Allah. Dan tingkat keta’dziman

mereka kepada kiai benar- benar diperhatikan khususnya orang- orang Madura

yang banyak memahami kultur dan budaya yang memang berlaku di Madura,

seperti misalnya menghormati kepada yang lebih tua, menghargai kepada

yang lebih muda, bertutur sapa ketika saling bertemu.

Sama halnya juga pemahaman mereka para jama’ah yang hadir

mengikuti acara pengajian Tambena Ate terhadap nasi barokah yang disajikan

sebelum dimulainya acara pengajian tersebut, mereka beranggapan bahwa nasi

barokah yang disajikan di acara tersebut merupakan sesuatu yang memiliki

nilai tinggi, tidak hanya dengan makan nasi berkah itu, banyak dari mereka

para jama’ah juga membawa air yang dikamas dalam botol dan di letakkan di

depan Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA dan kemudian di do’akan.

Menariknya lagi ketika di akhir acara, setelah Dr. KH. Imam Mawardi

penyampaikan ceramahnya dan diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh

beliau dengan menggunakan bahasa Madura, sebagian besar dari mereka

5 K.H. Ahmad Imam Mawardi, Wawancara, Poreh Lenteng Sumenep 21 April 2017












6

jama’ah yang hadir tersugesti dengan do’a, seolah energi spiritual dapat

dirasakan oleh jama’ah. Hingga mereka merasa tersentuh hati dan prasaannya

pada akhirnya mereka menangis dengan histeris.6

Dari latar belakang tersebut, tentu hal tersebut sangat menggugah

peneliti untuk terus menelusuri mengapa kemudia jama’ah Tambena Ate atau

masyarakat Madura begitu fanatiknya kepada Dr. K.H. Ahmad Imam

Mawardi, MA ? Bagaimana Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA dengan

mudah memerintahkan sesuatu kepada jama’ahnya? Bagaimana bentuk

dakwah Dr. KH. Imam Mawardi, MA sehingga memeliki kekuatan dalam

mempengaruhi jama’ahnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang akan

coba peneliti jawab dalam penelitian ini.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Untuk mempermudah uraian dan memperinci permasalahan, maka

dalam penelitian ini peneliti memfokuskan diri pada studi tentang dakwah Dr.

KH. Imam Mawardi, MA dalam pengajian tamben ate.

Penelitian ini akan dilaksanakan Dengan batasan waktu penelitian

yang dimulai sejak Juli 2016 hingga Juni 2017, adapun masalah lainnya dan

masalah yang muncul saat dan setelah penelitian, peneliti tidak

membahasnya dalam penelitian ini.

6 Obeservasi Lapangan, Poreh Lenteng Sumenep 21 April 2017












7

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sosok karismatik Dr. KH. Imam Mawardi, MA dalam

Pengajian Tambena Ate ?

2. Bagaimana strategi dakwah Dr. KH. Imam Mawardi, MA dalam

pengajian Tambena Ate ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan pembahasan

dan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sosok karismatik Dr. KH. Imam Mawardi, MA

dalam pengajian Tambena Ate.

2. Untuk mengetahui strategi dakwah Dr. KH. Imam Mawardi, MA

dalam pengajian Tambena Ate.

E. Signifikansi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran dan memberikan manfaat bagi para da’i agar mudah dalam

mempengaruhi audiensnya.

F. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual ini bertujuan untuk memperjelas apa yang

disebutkan dalam judul di atas, dengan harapan dapat menjadi pijakan awal

untuk memahami uraian lebih lanjut, dan juga dapat meminimalisir

kesalahpahaman dalam memberikan orientasi kajian ini. Terkait dengan hal

ini terdapat beberapa teori yang yang sekiranya peneliti anggap penting dan

perlu diambil, yaitu












8

1. Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang

dipergunakan dalam aktivitas dakwah.7 Asmuni menambahkan, strategi

dakwah yang dipergunakan dalam usaha dakwah harus memperhatikan

beberapa hal, antara lain: 1) Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan

tentang hal-hal yang erat hubungannya dengan tujuan yang hendak

dicapai dalam proses dakwah; 2) Azas psikologi, yaitu azas yang

membahas tentang masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan

manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga sasaran atau objek

dakwah yang memiliki karakter kejiwaan yang unik, sehingga ketika

terdapat hal-hal yang masih asing pada diri mad’u tidak diasumsikan

sebagai pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan; 3) Azas sosiologi,

yaitu azas yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan

situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat

setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah,

sosio-kultur dan lain sebagainya, yang sepenuhnya diarahkan pada

persaudaraan yang kokoh, sehingga tidak ada sekat diantara elemen

dakwah, baik kepada objek (mad’u) maupun kepada sesama subjek

(pelaku dakwah).

Dalam mencoba memahami keberagamaan masyarakat, antara

konsepsi psikologi, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak dipisahkan

secara ketat, sebab jika terjadi akan menghasilkan kesimpulan yang

7 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 32-33.












9

fatal.8 4) Azas kemampuan dan keahlian (achievement and profesional),

yaitu azas yang lebih menekankan pada kemampuan dan profesionalisme

subjek dakwah dalam menjalankan misinya. Latar belakang subjek

dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan mad’u; 5)

Azas efektifitas dan efisiensi, yaitu azas yang menekankan usaha

melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai

dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya.

Seluruh azas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode dakwah

yang harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode

atau methodos(Yunani) diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan

rujukan tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang matang,

pasti dan logis.9

Keberadaan strategi tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai,

artinya dalam segala hal bentuk dari perencanaan tujuan yang akan

dicapai tentu membutuhkan strategi yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan, contohnya dalam sebuah kelompok atau organisasi,

sudah barang tentu memiliki visi dan misi yang harus dicapai oleh

kelompok atau organisasi tersebut. Dan untuk mencapai visi dan misi

suatu kelompok atau organisasi tersebut dibutuhkan strategi yang

nantinya akan menunjang dan membantu tercapainya sebuah visi dan

misi. Karena adanya tujuan memberikan peluang untuk merumuskan

8 Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan Praktisi Dakwah sebagai SolusiProblematikan Kekinian (Cet. I; Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006), 184.9 Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2003), 56.












10

strategi yang dimulai dari tataran oprasional hingga pada tataran

konseptual.

2. Karisma

Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugrah”.

Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara logika disebut kekuatan

karismatik. Karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya

tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk

membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya

dengan bersemangat.10

Gambar I: Kerangka Konsep Penelitian

10 Abdullah, Syamsuddin, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama, (Jakarta: LogosWacana Ilmu), 65.

Penanamannilai-nilaikeislaman:

sabar,istiqomah,menjauhi

maksiat, dll.

1- Shalawat2- Nasi

Berkah3- Ceramah

agama4- Do’a

Objek dakwah

Isi pesan dari dakwah Dr. KH. ImamMawardi, MA

Strategi Dakwah Dr. K.H. ImamMawardi, MA

Program Tambena Ate sebagai mediadakwah

Karisma Dr. KH Imam Mawardi, MA












11

G. Kerangka Teori

Dalam aktifitas dakwah tentu seorang komunikator (da’i) harus

memiliki keterampilan terutama dalam menyampaikan isi atau pesan

dakwahnya, sehingga dalam komunikasinya memiliki daya pengaruh

terhadap komunikan, apa yang disampaikan betul-betul sampai pada

mad’unya. Karena dakwah sifatnya adalah ajakan terhadap segala hal yang

baik (makruf) tentu tidak hanya sekedar sampai, tetapi juga dapat di

praktikkan dalam bentuk nyata dalam konteks kehidupan sehari-harinya.

Dalam ilmu komunikasi, komunikasi yang efektif adalah apabila seorang

komunikator dapat menyampaikan pesannya dan komunikan dapat menerima

lalu ada feedback11 dari proses komunikasi tersebut. Tidak hanya hal tersebut

karakteristik bagi seorang da’i, tetapi kita kaji berbagaimacam karakteristik

da’i dalam konteks kharisma dan kredibelitas sehingga dapat mempengaruhi

audiensnya. Aristoteles menulis :

“persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yangketika ia menyampaikan pembicaraannya kita mengagnggapnya dapatdipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baikdari pada orang lain: ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secaramutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi.Tidak benar anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personalyang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatanpersuasinya, sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alatpersuasi yang paling efektif yang dimilikinya”.12

11 Feedback disebut juga “umpan balik” adalah respon yang diberikan oleh penerima terhadappesan yang dikirimkan oleh pengirim. Alow Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna,(Jakarta: Kencana 2011), 42.12 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 252.












12

Dalam hal ini untuk menunjang agar mempermudah peneliti dalam

mengkaji maka peneliti menggunakan teori teori yang relevan dengan fokus

penelitian ini.

1. Ethos

Karakter komunikator sebagai ethous, Ethous terdiri atas pikiran

baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sence, good moral

character, good will).13 Ethous atau factor-faktor merupakan hal yang

dapat mempengaruhi efektifitas komunikator yang terdiri atas

kredibelitas, atraksi, dan kekuasaan. Hal tersebut berhubungan dengan

jenis pengaruh sosial yang ditimbulknnya. Menurut Herbert C. Kelman

pengaruh komunikasi kita kepada orang lain berupa tiga hal: internalisasi

(internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan

(compliance).14

a. Internalisasi proses penerimaan pesan yang dari komunikator

dimana apa-apa yang manjadi anjuran sesuai dengan nilai-nilai

yang adala dalam dirinya. Menerima gagasan, pikiran, atau

anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran

tersebut berguna untuk memecahkan masalah penting dalam

menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai kita. I

nternalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain

atas dasar rasional.15 Dalam area kognisi manusi tentu bergerak

13 Ibid, 252.14 Ibid, 253.15 Ibid, 253.












13

dalam rangka membandingkan apa yang dilihat pada saat itu

dengan apa yang dimiliki yang berkenaan dengan

pengethuannya. Sehingga terjadi sebuah pembenaran yang

kemudian menginternalisasi dalam dirinya.

b. Identifikasi terjadi bila individu mengambil prilaku yang

berasal dari orang atau kelompok lain karena prilaku itu

berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara

memuaskan (satisfying self difining relationship) dengan orang

atau kelompok itu. Dalam identifikasi individu mendefinisikan

peranannya sesuai dengan peranan orang lain.16

c. Ketundukan terjadi bila individu menerima apa yang menjadi

perintah atau anjuran, karena mengharap reaksi yang

menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut. Dalam hal

ini bukan berarti penerima pesan atau penerima perintah

mempercayai, akan tetapi melakukannya karena mengharap

efek moral dari yang memerintah. Contohnya seorang atasan ke

bawahan, antara atasan dan bawahan memiliki sikap yang

berbeda, atasan bersikap layaknya orang yang memiliki

kekuasaan, sedengkan bawahan hanya bids bersikap patuh

dengan apa yang diperintahkan oleh atasan. Sedangkan macam-

macam bentuk kekuasaan ada tiga.17

16 Ibid, 254.17 Ibid, 302.












14

1. Dominasi : kekuasaan sesorang yang diakui secara formal

dan hierarki berdasarkan tradisi hukum atau tradisi sosial dan

cultural mempunyai pengaruh atau hubungan hierarkis terhadap

orang-orang lain yang berada dengan atau dibawah

kekuasaannya.

2. Pencegahan : kekuasaan seseorang berdasarkan status

posisinya dalam suatu hierarki tertentu dapat mencegah atau

menggagalkan pengaruh orang lain atau aktifitas tertentu.

3. Pemberdayaan : kekuasaan seseorang berdasarkan

wewenang yang dia miliki, legitimasi, ganjaran, jaminan,

informasi atau kepekarannya sehingga dapat mempengaruhi

atau memberdayakan individu atau kelompok tertentu.

2. Kredibelitas

Kredibelitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-

sifat komunikator. Kredibelitas itu sendiri bukanlah terletas pada diri

komunikator, akan tetapi bagaimana komunikate dalam memberikan

persepsi terhadap sifat komunikator, sehingga hal yang semacam itu

dapat dirubah hanya karena persepsi komunikate yang yang menjadikan.

Misalnya seorang professor yang tentu saja memiliki segudang ilmu

pengetahuan, kemudia kita dengan mengenakan pakaian yang compang-

camping, apa mungkin status profesornya akan tetep dianggap oleh

komunikate, tentu saja tidak. Tapi karena ada yang memberikan informasi

dan itu adalah kawan dari professor tersebut maka secara otomatis pola












15

pikir orang-orang yang menilainya akan berubah. Hal-hal yang

mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia

berlakukan komunikasinya disebut prior ethos.18 Sumber komunikasi

memperoleh prior ethos dari berbagai macam hal. Kita dapat membentuk

gambarang tentang komunikator, dari pengalaman langsung dari

komunikator atau dari pengalaman wakilan (vicarous experiences).19

3. Kekuasaan

Dalam kerangka teori kalman, kekuasaan adalah kemampuan

menimbulkan ketundukan.20 Berbagai macam atribut kekuasaan yang saat

ini marak dilakukan oleh para politisi. Stratifikasi sosial sangatlah

memiliki pengaruh terhadap suatu perintah atau kebijakan. Orang-orang

yang secara finansial mapan, maka akan mudah melakukan apapun

dengan menggunakan kekayaannya. Seperti kredibelitas dan atraksi,

ketundukan timbul dari intraksi antara komunikator dan komunikate.

Kekuasaan dapat menyebabkan seorang komunikator dapa memaksakan

kehendak-kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber

daya yang sangat penting. Frech dan Raven menyebutka jenis-jenis

kekuasaan. Klasifikasi ini kemudia dimodifikasi oleh Raven dan

menghasilak lima jenis kekuasaan: 21

18 Ibid, 254.19 Ibid, 254.20 Ibid, 261.21 Ibid, 262.












16

1. Kekuasaan koersif (coersive power). Kekuasaan koersif

menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan

ganjaran atau memberikan hukuman kepada komunikate.

2. Kekuasaan keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari

pengetahuan, pengalaman, keterampiln, atau kemampuan yang

dimiliki komunikator. Dosen memiliki kekuasaan keahlian,

sehingga ia dapat menyeruh mahasiswanya menafsirkam suatu

teori sesuai dengan pendapatnya.

3. Kekuasaan informasional (informational power). Kekuasaan ini

berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang

dimiliki oleh komunikator. Ahli Komputer memiliki kekuasaan

informasional ketika menyarankan kepada seorang pemimpin

perusahaan untuk membeli komputer jenis tertentu.

4. Kekuasaan rujukan (referent power). Disini komunikate

menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk

menilai dirinya. Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan

rujukan bila ia berasil menanamkan kekaguman pada

komunikate, sehingga seluruh prilakunya diteladani. Seorang

Nabi dengan prilakunya yang menakjubkan dapat

menyebabkan pengikut-pengikutnya meniru tingkah lakunya.

5. Kekuasaan legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari

seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan

komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.












17

Rektor di universita, kepada seksi di kantor, komandan kompi

dikalangan tentara, atau kiai di pesantren memiliki kekuasaan

legal.

H. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan

beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain.

Penelitian ini dilakukan oleh Maryatin yang penelitian ini berjudul “

Efektifitas metode ceramah Dalam penyampaian dakwah islam: Studi pada

kelompok pengajian di perumahan mojosongo permai kabupaten boyolali”.

merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan dua bentuk deskripsi yaitu

tulisan orang atau lisan dan juga perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

kualitatif yang menekankan pada penggunaan teknik pengamatan terlibat

(observasi partisipan) dan wawancara mendalam (indepth interview-) dalam

mengumpulkan data. Teknik observasi partisipan digunakan untuk

memperoleh gambaran rinci tentang kondisi masyarakat di lingkungan

pemukiman Mojosongo Permai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan penggajian di lingkungan perumahan Mojosongo Permai

terdapat dua kegiatan yaitu majlis taklim perempuan dan yasinan pria.

Yasinan Pria diadakan sekali dalam satu bulan tidak ditentukan karena

tergantung pada warga hadapi. Objek studi yaitu muslimat di daerah












18

Perumahan Mojosongo Permai yang diselenggarakan setiap sore setelah

sholat ashar.22

Penelitian lain yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Choirul Anam dengan

judul “pengaruh kesamaan komunikator dan target Dalam kualitas

persuasi”, Menggunakan eksperimen dengan melibatkan variable bebas:

kesamaan komunikator dan target, dan isi informasi. Variabel tergantung

adalah kepercayaan terhadap informasi. Kesamaan komunikator dan target

ditunjukan oleh unsur kasamaan jenis kelamin, suku dan agama yang

diindikasikan oleh nama komunikator yang diterima oleh subjek sebagai

target. dalam penelitian ini menunjukkan bahwa isi informasi memilki

pengaruh yang lebih besar. Target lebih memperhatikan isi informasi dari

pada kesamaan komunikator dengan dirinya, dalam menerima suatu

informasi.23

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmadi Awza dengan judul

“kredibilitas, daya tarik, dan kewenangan pimpinan Sebagai komunikator

terhadap Etos kerja karyawan)”. Tipe penelitian yang digunakan adalah

survei (explanatory survey), yakni penelitian yang mendasarkan pada

pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang

mungkin menjadi penyebabnya melalui data tertentu. Populasi yang dijadikan

penelitian adalah karyawan Hotel Mutiara Merdeka yang bekerja di

22 Maryatin, Efektifitas metode ceramah Dalam penyampaian dakwah islam: Studi padakelompok pengajian di perumahan mojosongo permai kabupaten boyolali”, Jurnal ilmu dakwah,vol. 34, no.1, januari – juni 201423 Choirul Aman, Pengaruh Kesamaan Komunikator dan Target dalam Kualitas Persuasi,Indonesian Psychologycal Journal Vol.1 No.1 Januari 2004:17-25












19

Departemen Marketing, Food Beverage Service, Food Beverage Production,

Minor Operation, Laundry and Dry Deaning, House Keeping, Front Office,

Accounting, Personnel, Engineering, Administration, General. Dalam

penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Secara parsial kredibilitas, daya tarik

dan kewenangan berhubungan dengan etos kerja karyawan hotel. Setelah

diuji ternyata kredibilitas sangat berhubungan dengan etos kerja daya tarik

termasuk kategori yang tidak bermakna, berarti daya tarik tidak ada

hubungannya dengan etos kerja. Sementara kewenangan pimpinan setelah

diuji ternyata yang paling berpengaruh positif terhadap etos kerja, berarti

kewenangan mempunyai hubungan yang sangat berpengaruh terhadap etos

kerja karyawan hotel. Secara simultan ternyata kredibilitas dan kewenangan

berpengaruh positif terhadap etos kerja karyawan hotel. Kedua variabel

tersebut sangat berhubungan dengan etos kerja karyawan hotel, sedangkan

daya tarik baik secara parsial maupun secara simultan tidak ada hubungannya

dengan etos kerja karyawan hotel. Melihat kewenangan pimpinan

pengaruhnya besar terhadap etos kerja karyawan, maka disarankan kepada

pimpinan untuk menggunakan kewenangan tersebut dengan sebaikbaiknya

dengan berpatokan kepada aturan yang telah baku, namun tidak bertindak

semena-mena atau bahkan otoriter. Kalau sifat otoriter terjadi dikhawatirkan

justru kewenangan ini akan menjadi counter productive bagi etos kerja

karyawan.24

24 Rusmadi Awza, “Kredibilitas, Daya Tarik, dan Kewenangan Pimpinan Sebagai KomunikatorTerhadap Etos Kerja Karyawan” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, Maret 2012, 1-55.












20

Penelitian yang dilakukan oleh F. Nurfalah, L.Maya, Widiyanti,

berjudul “Pengaruh Kredibilitas Dan Kepribadian Dosen Dalam Mengajar

Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon”

penelitian ini memiliki persamaan dengan yang dilakukan oleh Rusmadi

Awza ingin mengetahui apakah kredibelitas memiliki unsur yang menujang

sebagai komunikator terhadap etos kerja, sementara penelitian ini pada

terhadap etos belajar atau motivasi belajar. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei adalah “Penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari polpulasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar

variabel sosiologis dan psikologis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa, semakin baik kredibilitas dan kepribadian dosen dalam mengajar

maka motivasi belajar mahasiswa juga akan meningkat. Dalam hal

ini,seharusnya dosen dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk

belajar.Dosen juga harus menampilkan diri sebagai figur yang terampil dan

bisa menjadi suri tauladan mahasiswanya, sehingga mahasiswa dapat

berkembang secara optimal yang dan dimanifestasikan dengan kegiatan

belajar yang efektif.25

25 F. Nurfalah, L.Maya, Widiyanti, berjudu, “Pengaruh Kredibilitas dan Kepribadian DosenDalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran IslamFakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon” Jurnal KomunikasiPembangunan, Juni 2012, Vol.9, No.2.












21

Penelitian-penelitian diatas memiliki kesamaan topik yang akan

dibahas dalam penelitian ini, yaitu pembahasan tentang bagaimana sosok

komunikator dapat mempengaruhi audiensnya, sehingga dalam praktiknya

mudah untuk mengarahkan mau dibawa kemana audiennya tentu dalam

konteks dakwah. namun yang menjadi pembeda adalah penelitian-penelitian

diatas lebih condong pada pendekatan psikologi,. Hal pembeda pada

penelitian ini adalah bahwa penelitian ini juga akan menggunakan pendekatan

biografis dan etnografi dimana efek-efek dari yang di lancarkan oleh

komunikator dalam konteks dakwah yang dilakukan oleh Dr. K.H. Ahmad

Imam Mawardi, MA yang dirasakan oleh masayarakat juga akan dibahas

dengan jelas.

I. Metode Penelitian

1. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini ada dua, meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer terkait dengan aktifitas dakwah, superioritas

dan otoritas komunikator dalam mempengaruhi, sehingga mudah dalam

mengarahkan audiens. Dalam hal ini adalah dakwah yang dilakukan oleh

Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA yang dikemas dalam bentuk

pengajian Tambena Ate. akan bersumber langsung dari Dr. K.H. Ahmad

Imam Mawardi, MA dan beberapa kerabat beliau, Sedangkan Data

Sekunder berupa biografi beliau, akan diperoleh dari orang yang langsung

maupun tidak langsung mengamati atau orang yang terlibat langsung

maupun tidak dalam suatu kejadian. Sumber tidak langsung memberikan












22

data kepada pengumpul data.26 keadaan tertentu atau tidak langsung

mengamati obyek tersebut. Dalam hal ini peneliti akan mengambil data

dari sebagian jama’ah beliau dan orang yang dekat dengan beliau. Selain

itu data juga diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada.

Sedangkan teknik yang akan digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.27 Terdapat 3 fungsi dari interviu dalam

penelitian ini yaitu; sebagai metode primer, pelengkap dan

kriterium/pengukur28. Sedangkan teknik observasi adalah kemampuan

seseorang untuk menggunakan pengamatannaya melalui hasil kerja

pancaindra mata serta dibantu oleh pancaindra lainya.29 Sedangkan teknik

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa file

video, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan

sebagainya.

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian ini didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian ( confirmability);

26 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2014), 62.27 Ibid, 7228 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta; Andi,2000), 193.29 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu SosialLainnya, (Jakarta, Kencana, 2012), 118.












23

a. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pengecekan terhadap dilakukan dengan melalui beberapa langkah :

1) Mengecek metode yang digunakan dalam memperoleh data.

2) Mengecek kembali data yang diperoleh.

3) Triangulasi.30

b. Keteralihan (transferability)

Keteralihan (transferability) dalam sebuah penelitian dilakukan

dengan merinci laporan penelitian. Dengan uraian rinci diharapkan dapat

mengungkap secara khusus sehingga hasil penelitian dapat dipahami dengan

baik. Sebuah data yang didapatkan dari sumber data belum bisa

dikategorikan sebagai data yang rinci sebelum diberikan interpretasi yang

menggunakan teknik-teknik yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Kebergantungan (dependability)

Kebergantungan (dependability) adalah bimbingan dari para ahli

untuk mengurangi bahkan menghilangkan kekeliruan-kekeliruan dalam

rencana penelitian, pengumpulan data, penafsiran data dan laporan akhir.

30 Triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragamsumber, teknik dan waktu. Beragam sumber maksudnya digunakan lebih dari satu sumber untukmemastikan apakah datanya benar atau tidak. Beragam teknik berarti penggunaan berbagai carasecara bergantian untuk memastikan apakah datanya memang benar. Cara yang digunakan adalahwawancara, pengamatan, dan analisis dokumen. Beragam waktu berarti memeriksa keterangandari sumber yang sama pada waktu yang berbeda pagi, siang, sore, atau malam. Juga berartimembandingkan penjelasan sumber ketika ia diajak ngobrol berdua dengan peneliti dan saat iaberbicara di depan publik tentang topic yang sama. lihat Nusa Puta, Penelitian Kualitatif, prosesdan Aplikasi, 2011: 189












24

d. Kepastian (confirmability)

Persetujuan dari sumber data terhadap data penelitian yang telah

diinterpretasi oleh peneliti akan menjadi sebuah jaminan apakah data

penelitian obyektif atau tidak.

3. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Kegiatan menganalisis data adalah dengan menelaah data, mengatur,

membagi ke dalam kategori atau satuan-satuan yang dapat dikelola, mencari

pola, menemukan hal yang bermakna, kemudian dilaporkan secara sistematik.

Data tersebut terdiri dari deskripsi-deskripsi yang rinci mengenai kejadian,

keadaan, orang, dan interaksi antar orang. Untuk menerapkan hal tersebut dan

untuk mendapatkan data yang memenuhi standar keabsahan data maka ada tiga

teknik yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan pengambilan

kesimpulan.

a. Reduksi Data, adalah proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang data-data yang tidak relevan dengan fokus penelitian kemudian

menyusunnya dalam sebuah organisasi data yang dapat diambil

kesimpulan akhir. Reduksi data juga dapat diartikan sebagai proses

pemilihan data, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang

diperoleh dari data-data yang ditemukan dilapangan, baik data yang

diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Penyajian Data, Data-data yang didapatkan dalam penelitian ini sesuai

dengan sumber data yang berupa manusia dan bukan manusia berbentuk

kata-kata, kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf. Data-data tersebut












25

kemudian disajikan dalam bentuk narasi, kolom dan grafik atau bagan-

bagan dengan tujuan memudahkan pembaca untuk memahami data yang

disajikan.

c. Penarikan kesimpulan adalah teknik terakhir untuk mendapatkan data

akhir. Data yang telah disajikan kemudian akan diambil kesimpulan.

Kesimpulan-kesimpulan yang diambil data tersebut diharapkan

memperlihatkan sebuah pola yang merupakan jawaban dari rumusan

masalah penelitian ini.

J. Sistematika Pembahasan

Penulisan tesis ini diorganisasikan kedalam lima bab dengan beberapa

sub bab. Untuk gambaran per babnya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang: Latar belakang masalah, rumusan

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi tentang: Kajian Karisma dakwah

(pengertian, macam-macam dan pola), dan kajian tentang Strategi dakwah.

BAB III Sajian Data Penelitian, berisi tentang: Gambaran umum

tentang biografi Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi, MA serta kegiatan dakwah

beliau.

BAB IV dan Analisis data, berisi tentang: Analisis dan interpretasi

peneliti terhadap hasil penelitian dakwah Dr. K.H. Ahmad Imam Mawardi,

MA.












26

BAB V Penutup, berisi tentang: Kesimpulan, saran, dan kata-kata

penutup

bab i pendahuluan - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/20911/7/bab 1.pdf · 1 bab i...

Documents