bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak...

107
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan ketika pembuluh koroner mengalami penyempitan atau sumbatan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jantung secara mendadak, sehingga jantung akan melemah bahkan mati (Yahya, 2010). Penyakit ini merupakan penyebab utama morbiditas dan kematian di negara industri yang mengakibatkan lebih-kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Robbins, 2009), tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar didapatkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7% kemudian diikuti sumatra barat, bangka belitung, DIY, sulawesi selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes, 2013). Pada study pendahuluan penulis mendapatkan data dari dinkes kabupaten ponorogo pada tahun 2015 terdapat 3220 pasien yang menderita

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan ketika pembuluh

koroner mengalami penyempitan atau sumbatan yang menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke jantung secara mendadak, sehingga jantung

akan melemah bahkan mati (Yahya, 2010). Penyakit ini merupakan

penyebab utama morbiditas dan kematian di negara industri yang

mengakibatkan lebih-kurang 30% kematian di Amerika Serikat (Robbins,

2009), tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit

kardiovaskular, mewakili 30% dari semua kematian, dan dari kematian ini

7,3 juta karena penyakit jantung koroner (WHO, 2013). Hasil Riset

Kesehatan Dasar didapatkan prevalensi jantung koroner berdasarkan

wawancara yang terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan

berdasarkan terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung

koroner berdasarkan diagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%)

diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7% kemudian

diikuti sumatra barat, bangka belitung, DIY, sulawesi selatan sebanyak

0,6%. Sedangkan untuk wilayah jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes,

2013).

Pada study pendahuluan penulis mendapatkan data dari dinkes

kabupaten ponorogo pada tahun 2015 terdapat 3220 pasien yang menderita

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

2

penyakit jantung koroner dan di tahun 2016 menjadi 3165. Dan dari hasil

study pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Harjono terjadi

peningkatan jumlah pasien rawat inap yang terdiagnosa penyakit jantung

koroner dari yang sebelumnya ditahun 2015 sebanyak 629 pasien

meningkat menjadi 870 pasien di tahun 2016 dan ditahun 2017 meningkat

lagi menjadi 971 pasien. Ada banyak faktor resiko yang bisa menyebabkan

penyakit jantung koroner, resiko yang sangat berpengaruh adalah resiko

akibat dari perilaku gaya hidup, khususnya pola makan yang tidak sehat.

Belakangan ini banyak orang yang mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi lemak dan malas untuk berolahraga, akibatnya kadar

lemak dalam darah meningkat atau sering disebut hiperkolesterolemia

(Febry, 2010). Pevalensi angka kejadian hiperkolestrolemia di tahun 2003-

2004 adalah 15,5% dan tahun 2008 - 2009 adalah 19,4% (Roth dalam

Firdiansyah, 2014). Suatu survei kesehatan dan kesejahteraan Indonesia

menyatakan bahwa masyarakat Indonesia ternyata paling takut bila kadar

kolestrolnya tinggi. Sebanyak 23% masyarakat menyatakan bahwa

kolestrol tinggi menjadi tantangan kesehatan terbesar yang akan dihadapi

dalam lima tahun yang akan datang. Lemak yang ada dalam tubuh terdiri

dari empat fraksi (unsur) yaitu; koleterol total, trigliserida, LDL dan HDL.

Dari empat fraksi lemak tersebut kadar LDL dan HDL yang lebih berperan

menjadi faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (Kurniadi, 2015). Dalam

sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa LDL dan kolesterol tinggi

adalah dua komponen lemak dengan proporsi tinggi pada perempuan,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

3

masing-masing 41,1% dan 35,7%, sedangkan pada laki-laki kolesterol

tinggi dan HDL rendah merupakan resiko utama pada komponen lemak

darah masing-masing 61,4% dan 56,8%. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa, kedua kelompok sama-sama beresiko tinggi (Rosjidi,

2014).

LDL atau yang sering disebut sebagai lemak jahat mengangkut

lemak paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan

pengendapan lemak dalam arteri. Sementara HDL mengangkut lemak

lebih sedikit dari LDL dan sering disebut lemak baik karena dapat

membuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati,

untuk diproses dan dibuang (Kurniadi, 2015). Rasio lemak LDL terhadap

HDL yang menjadi faktor resiko jantung koroner apabila rasionya > 3

(Ramayulis, 2016). Rasio lemak ini sangatlah penting untuk menganalisis

kemungkinan terjadinya penyakit jantung. Semakin tinggi rasionya maka

akan beresiko mengalami penyakit jantung (Larry, 2012). Ketika kadar

LDL dalam aliran darah meningkat, beberapa diantaranya akan menuju ke

arteri koroner dan akan menyebabkan dinding arteri koroner melemah.

Setelah itu akan terjadi peradangan pada dinding arteri koroner. Dalam

upaya menghambat peradangan ini, tubuh memberi sinyal kepada sel-sel

otot polos untuk memperbanyak diri dan membuat lebih banyak materi

berserat untuk menahan prosesnya. Pada akhirnya suatu tutup terbentuk

diatas peradangan tadi yang sering disebut dengan plak. Plak tersebut akan

mempersempit arteri dan akan mengurangi aliran darah, hal ini dapat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

4

membebani jantung. Walaupun demikian, hal tersebut tidak selalu

menyebakan serangan jantung. Serangan jantung (penyakit jantung

koroner) baru akan terjadi ketika plak itu pecah dan terjadi sumbatan pada

arteri koroner (Kurniadi, 2015).

Apabila seseorang menderita penyakit jantung koroner pasti akan

merasakan gejala dari penyakitnya. Gejala yang dirasakan bisa

memberikan efek atau dampak bagi pasien. Dampak psikologis yang

dialami pada pasien dengan jantung koroner kemungkinan akan

mengakibatkan suatu kecemasan yang mendalam sampai terjadi depresi.

Sedangakan dampak sosial yang dialami yaitu pasien penyakit jantung

koroner sering dianggap lemah oleh orang sekitarnya. Hal ini terjadi

karena pasien tidak diperbolehkan untuk beraktifitas yang berat. Selain

dampak dari penyakit jantung koroner tersebut apabila penyakit jantung

koroner tidak segera ditangani atau penanganannya yang tidak tepat, maka

akan terjadi beberapa komplikasi diantaranya yaitu; disfungsi ventricular,

aritmia pasca stemi, gangguan hemodinamik, ekstrasistol ventrikel

sindroma koroner akut elevasi st tanpa elevasi st infark miokard angina tak

stabil takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel, syok kardiogenik, gagal

jantung kongestif, perikarditis, dan yang terkahir kematian mendadak

(Karikaturijo, 2010).

Sebaiknya sebelum terjadi penyakit jantung koroner perlu

dilakukan pencegahan yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, berhenti

merokok, membatasi konsumsi alkohol, kurangi berat badan apabila berat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

5

badan berlebih (obesitas), menjaga pola makan yang benar, kontrol atau

kendalikan tekanan darah tinggi, mengendalikan kadar lemak yang tinggi

dengan menjaga pola makan (mengurangi makanan yang mengandung

lemak) dan rajin berolah raga (Utaminingsih, 2015). Agar kadar koleterol

kembali dalam batas yang normal, volume total aktivitas fisik dan olahraga

terencana yang diperlukan setiap minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal

energi atau 250 kkal per hari kira-kira 30-45 menit aktivitas fisik dan

olahraga terencana (Larry, 2012). Apabila penyakit Jantung Koroner sudah

terjadi maka bisa dilakukan penatalaksanaan dengan medikamentosa dan

revaskularisasi seperti pemakaian trombolitik, prosedur invasive, operasi

(Wijaya, 2013).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, penulis tertarik

untuk meneliti pengaruh nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit

jantung koroner di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Harjono

Ponorogo. Peneliti memilih lokasi penelitian di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo karena rumah sakit tersebut merupakan salah satu rumah sakit

rujukan dan terdapat banyak pasien yang terdiagnosa penyakit jantung

koroner.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini ialah “Apakah ada pengaruh

nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo?”.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh nilai fraksi lemak terhadap resiko penyakit

jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,

trigliserida dan rasio kolesterol LDL:HDL) pada pasien dengan

penyakit jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner di RSUD

Dr. Harjono Ponorogo.

2. Menganalisa pengaruh nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,

trigliserida dan rasio kolestrol LDL:HDL) terhadap resiko penyakit

jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Rumah Sakit

Menjadi bahan dasar dalam membuat terapi dan manajemen pasien

dengan penyakit jantung koroner dan dapat dijadikan prediktor bagi rumah

sakit dalam menentukan outcome pasien.

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi bahan kajian pada penelitian selanjutnya untuk menggali

lebih jauh bagaimana mengelola pasien dengan penyakit jantung koroner

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

7

agar dapat meminimalkan komplikasi dan tercapainya angka survival yang

tinggi.

1.4.2 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan khususnya dalam memandang sebuah

fenomena yang ada pada tatanan pelayanan rumah sakit untuk ditelaah

secara ilmiah, khususnya pada pasien dengan penyakit jantung koroner

yang membutuhkan penanganan serius dengan memperhatikan dan

mengendalikan aspek faktor risikonya. Selain itu untuk menambah

kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah pasien melalui

pendekatan ilmiah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jantung Koroner

2.1.1 Definisi

Serangan jantung adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba

terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang

menybabkan otot jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.

Serangan jantung biasanya terjadi jika suatu sumbatan pada arteri koroner

menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian

dari jantung (Utaminingsih, 2015).

Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel intima arteri

yang merupakan pokok lemak (lipid), pokok komplek karbohidrat darah

dan hasil produk darah, jaringan fibrus dan defosit kalsium yang kemudian

diikuti dengan perubahan lapisan media (Wijaya, 2013).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana pembuluh darah

yang menyuplai makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami

sumbatan. Sumbatan paling sering terjadi diakibatkan karena adanya

penumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah koroner (Kurniadi,

2015).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

9

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan

kematian di negara industri dan mengakibatkan lebih-kurang 30%

kematian di Amerika Serikat (Robbins, 2009). Diperkirakan 20.000-

40.000 orang dari 1 juta penduduk Eropa menderita penyakit jantung

koroner (Wahyuni, 2017). Tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta orang

meninggal akibat penyakit kardiovaskular, mewakili 30% dari semua

kematian, dan dari kematian ini 7,3 juta karena penyakit jantung koroner

(WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar didapatkan prevalensi jantung

koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar

0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5

persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter

tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta,

Aceh masing-masing 0,7% kemudian diikuti sumatra barat, bangka

belitung, DIY, sulawesi selatan sebanyak 0,6%. Sedangkan untuk wilayah

jawa timur sebanyak 0,5% (Kemenkes, 2013). Dari data yang diperoleh

dari dinkes kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 terdapat 3220 pasien

yang menderita penyakit jantung koroner dan di tahun 2016 menjadi 3165.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

10

2.1.3 Klasifikasi

Penyakit jantung koroner diklasifikasikan menjadi 2 (Kurniadi,

2015), yaitu:

1. Chronic stable angina (angina pektoris stabil)

Chronic stable angina terjadi ketika cadangan aliran dari arteri

koroner dibatasi oleh stenosis struktural yang signifikan akibat

terjadianya aterosklerosis. Stenosis biasanya terbentuk pada regio

epikardial arteri dan akan menyebabkan obstruksi menetap dan tidak

dapat berdilatasi. Pada keadaan ini biasanya akan mereda dalam 5-10

menit setelah istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin, yang

berfungsi menurunkan kebutuhan oksigen jantung (Aaronson, 2010).

Stable angina ditandai dengan nyeri dada rasa tidak enak pada

rahang, bahu, punggung, lengan saat beraktivitas fisik atau stress

emosi akibat kurangnya aliran darah ke jantung. Pada kasus ini tidak

disertai dengan krusakan sel-sel jantung. Gambaran EKG chronic

stable angina tidak khas, tetapi ada kelainan (Kurniadi, 2015).

2. Acute coronary syndrome

Acute coronary syndrome merupakan kondisi yang sangat

berbahaya karena penurunan aliran darah melalui pembuluh koroner

terjadi secara mendadak (Aaronson, 2010). Kondisi ini dibagi

menjadi:

a. Unstable angina

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

11

Nyeri timbul saat beristirahat dan semakin hari nyeri lebih

sering muncul dan nyeri dirasakan lebih berat dari yang

sebelumnya (Kurniadi, 2015). Pada gambaran EKG tidak terdapat

segmen ST elevasi dan juga tidak terjadi peningkatan penanda

nekrosi miokard. Pada kasus ini obstruksi koroner luas dan

durasinya terbatas (<20 menit) dan cukup menyebabkan iskemia

namun nekrosis tidak terdeteksi (Aaronson, 2010).

b. Acute non ST elevasi myocardial infraction

Terdapat kerusakan pada sel otot jantung ditandai dengan

adanya enzim yang keluar dari sel otot jantung seperti

CK,CKMB, Trop T, dan lain-lain (Kurniadi, 2015). Pada

gambaran EKG tidak terdapat segmen ST elevasi, namun

ditemukan peningkatan kadar penanda troponin (Aaronson,

2010).

c. Acute ST elevasi myocardial infraction

Kondisi ini terjadi karena trombus menyumbat arteri

koroner secara komplet dalam waktu yang signifikan, dan

gejalanya lebih berat dari unstable angina. Acute ST elevasi

myocardial infraction ditandai dengan adanya peningkatan kadar

penanda troponin. Pada gambaran EKG terdapat segmen ST

elevasi yang menetap, hal ini menunjukkan bahwa area miokard,

dan dinding ventrikel telah mengalami nekrosis (Aarenson, 2010).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

12

2.1.4 Etiologi

Obstruksi aterosklerotik pembuluh epikardium (lapisan bagian dalam

jantung) merupakan penyebab tersering penyakit arteri koroner. Spasme

arteri coronaria akibat berbagai mediator seperti serotinin dan histamin

sering terjadi pada orang jepang. Meskipun jarang kelainan kongenital

dapat menyebabkan penyakit arteri koroner (Mcphee, 2010).

Ada beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan penyakit jantung

koroner. Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki oleh seseorang, maka

semakin besar kemungkinan berkembangnya penyakit jantung koroner

pada orang tersebut. Jika seseorang memiliki tiga faktor resiko,

kemungkinan mengalami penyakit jantung koroner enam kali lebih besar

dari mereka yang hanya memiliki satu macam faktor resiko (Pusat

Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Faktor resiko penyakit jantung

koroner terbagi dalam faktor yang dapat dicegah, faktor yang tidak dapat

dicegah dan faktor tamabahan yang mempengaruhi jantung (Kurniadi,

2015):

1. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner yang Dapat Dicegah:

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit

jantung koroner. Merokok dianggap sebagai salah satu penyebab

utama yang bisa memperbesar resiko seseorang terkena penyakit

jantung koroner karena, menyebabkan penurunan kadar HDL,

meningkatkan koagulabilitas darah, dan merusak endotel.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

13

Merokok dapat menyebabakan terjadinya stimulasi jantung akibat

induksi nikotin, serta terjadi penurunan kapasitas darah

pengangkut oksigen akibat mediasi karbon monoksida (Aaronson,

2010). Selain itu, perokok mempunyai resiko 10 tahun lebih cepat

mengalami penyakit jantung dibandingkan orang yang tidak

merokok (Kurniadi, 2015).

b. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah diatas

140/90 mmHg, dan terjadi pada lebih-kurang 25% populais dunia

(Aaronson, 2010). Orang yang mempunyai darah tinggi beresiko

mengalami penyakit jantung. Hal ini dikarenakan tekanan darah

tinggi membuat jantung bekerja dengan berat sehingga lama

kelamaan jantung akan kelelahan. Bahkan jika ada sumbatan di

pembuluh darah yang lain, tekanan darah tinggi akan berakibat

pada pecahnya pembuluh darah (Kurniadi, 2015).

c. Kolesterol

Kolesterol yang tinggi merupakan faktor resiko terjadinya

penyakit jantung koroner. Untuk itu, setiap orang harus menjaga

agar kadar kolesterolnya tetap normal sehingga resiko penyakit

jantungnya tetap rendah. Seperti halnya tekanan darah, kolesterol

sekarang sudah menjadi kewaspadaan masyarakat umum

(Kurniadi, 2015). Kadar kolesterol lebih dari 300 mg/dl

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

14

mempunyai resiko 4 kali lebih besar dari kadar kolesterol

dibawah 200 mg/dl (Baradero, 2008).

d. Kelebihan Berat Badan (obesitas)

Obesitas yang didefinisiskan dengan indeks massa tubuh

(IMT) 30 Kg (Lemone, 2016), merupakan potensi untuk

gangguan kesehatan. Berdasarkan penelitian, orang dengan

kelebihan berat badan beresiko mengalami seranga jantung

(Kurniadi, 2015), karena kelebihan berat badan cenderung

mengalami diabetes melitus, hipertensi, dan hiperkolesterol yang

bisa meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (Baradero,

2008).

e. Kurang Olahraga

Apabila tubuh kurang berolahraga kadar HDL plasma akan

menurun, tekanan darah meningkat (hipertensi) dan terjadi

resistensi insulin, hal ini bisa menjadi faktor resiko penyakit

jantung koroner. Sebuah penelitian menunjukkan tingkat

kebugaran yang sedang hingga tinggi bisa menurunkan kematian

akibat penyakit jantung koroner hingga setangah kalinya

(Aaronson, 2010), karena ketika berolahraga lemak-lemak yang

berlebihan dalam tubuh akan terbakar. Bila lemak tersebut

dibakar, maka pembuluh darah akan terbebas dari lemak jahat

sehingga keelastisannya menjadi terjaga. Pembuluh darah yang

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

15

sehat (terbebas dari lemak) akan membuat jantung menjadi sehat

(Kurniadi, 2015).

f. Diabetes

Penyakit diabetes merupakan penyakit yang berpotensi

menjadi penyakit jangka panjang yang bisa memunculkan

komplikasi. Salah satu komplikasi penyakit diabetes adalah

penyakit jantung (Kurniadi, 2015). Sekitar 75% pasien dengan

diabetes akhirnya meninggal karena penyakit jantung koroner.

Pada pasien diabetes mengalami kerusakan endotel dan

peningkatan kadar LDL teroksidasi akibat dari mekanisme

hiperglikemi pada pasien (Aaronson, 2010).

2. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner yang Tidak Dapat Dicegah

a. Penuaan

Penuaan merupakan faktor resiko yang tidak dapat

dihindari. Penuaan berkaitan dengan penambahan waktu yang

diguanakan untuk proses pengendapan lemak pada dinding

pembuluh nadi. Jadi semakin tua seseorang semakin beresiko

terkena penyakit jantung (Kurniadi, 2015).

b. Menopause

Penurunan kadar estrogen didalam darah pada wanita usia

menopause menambah resiko penyakit jantung koroner (Kurniadi,

2015). Selain itu pada wanita yang mengalami menopause terjadi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

16

peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL (Lemone,

2016).

c. Riwayat Keluarga

Jika dalam kelurga ada yang mempunyai penyakit jantung,

maka anggota keluarga lain juga mempunyai resiko untuk

mempunyai penyakit yang sama (Kurniadi, 2015). Hal ini terjadi

karena gaya hidup dan kebiasaan di dalam keluarga biasanya

memiliki kemiripan. Sehingga apabila ada anggota keluarga

memiliki gaya hidup bisa yang bisa menyebabkan beresiko

penyakit jantung koroner, maka anggota kelurga lain juga akan

memiliki gaya hidup yang sama (Pudiastuti, 2013).

3. Faktor Tambahan yang Mempengaruhi Jantung

a. Stress

Tuntutan hidup yang meningkat di era modernisasi ini

seringkali menyebabkan stress (Kurniadi, 2015). Stress dan

kecemasan bisa mengganggu fungsi biologis tubuh. Saat stress

terjadi peningkatan tekanan darah yang disertai dengan

peningkatan kadar kolesterol. Strees yang dialami bisa menjadi

salah satu faktor yang bisa menyebabkan penyakit jantung

koroner (Pudiastuti, 2013).

b. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol mempunyai efek bagi kesehatan

yang sangat berbahaya. Efek yang ditimbulakn mulai dari yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

17

ringan seperti mabuk, sakit perut, pusing hingga yang berbahaya

seperti kerusakan jantung, hati, pankreas hingga otak. Alkohol

yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat

merusak otot-otot jantung (Kurniadi, 2015).

c. KB Hormonal

Pada sebuah penelitian menunjukkan penggunaan KB

hormonal dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek

samping diantaranya yaitu meningkatkan berat badan, timbunan

kolesterol, hipertensi dan diabetes. Pada jantung dan pembuluh

darah, KB hormonal dapat meningkatkan kejadian sumbatan pada

pembuluh darah (Kurniadi, 2015).

2.1.5 Patofisiologi

Patofisologi penyakit jantung koroner meliputi berbagai kondisi

patologi yang menghambat aliran darah dalam arteri yang mensuplai

jantung. Atherosklerosis ditandai dengan akumulasi bahan lemak (lipid)

dan jaringan fibrosa pada dinding arteri, karena atherosklerosis bertambah

dan lumen dari pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah terhambat

ke daerah miokardium yang disuplai oleh arteri. Akibat atherosklerosis

bentuk dinding arteri juga kehilangan elastisitas dan menjadi kurang

respontif terhaap perubahan volume dan tekanan (Wijaya, 2013).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

18

Gejala penyakit jantung koroner terjadi sesuai dengan lokasi dan

derajat penyempitan lumen arteri, pementukan trombus dan obstruksi

aliran darah ke miokardium. Manifestasinya mencakup (Brunner, 2017):

1. Iskemik,

2. Nyeri dada: angina pektoris,

3. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan

lemah),

4. Infark miokardium,

5. Disritmia, kematian mendadak

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner pertama yang

dilakukan yaitu tanya jawab atau anamnesa untuk mengetahui keluhan dan

riwayat yang pernah diderita sebelumnya, termasuk keluhan utama,

keluhan tambahan, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu,

dan juga riwayat sosio-ekonomi. Sedangkan untuk mengetahui gambaran

umum keadaan fisik pasien dilakukan pemeriksaan fisik meliputi

pengamatan umum, palpasi (perabaan bagian atas jantung), perkusi

jantung (ketuk pada batas jantung untuk menentukan gambaran besar

jantung), dan auskultasi (mendengarkan bunyi jantung menggunakan

stetoskop). Tes tambahan juga dilakukan seperti pemeriksaan tekanan

darah dan tekanan vena. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan

lanjutan untuk medeteksi penyakit jantung koroner (Pudiastuti, 2013):

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

19

1. Ekokardiografi

Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit karena

menggunakan pemantulan gelombang suara (ultrasound) dari bagian

jantung. Dari pemeriksaan ini bisa diketahui gambaran fungsi pompa

jantung dan kontraksi yang terganggu apabila suplai darah terganggu

akibat adanya sumbatan.

2. Elektrokardiografi (EKG)

Pada pemeriksaan EKG akan diketahui gamabaran listrik yang

ditimbulkan oleh jantung saat jantung berkontraksi. Dengan

pemerikaan ini akan didapatkan gambaran seperti denyut, ritme, dan

apakah otot jantung berkontraksi dengan normal.

3. Radioaktif isotop

Dalam pemeriksaan ini menggunakan zat kimia atau isotop

yang disuntikkan pada pasien, kemudian zat tersebut akan dideteksi

menggunakan kamera khusus. Zat yang biasanya digunakan adalah

thallium dan technetium. Pada otot jantung yang mengalami infark,

zat radioaktif lebih sedikit dibandingkan pada bagian otot jantung

yang normal.

4. Angiografi

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi langsung kelainan jantung

pada pembuluh arteri jantung, seperti gambaran radiologis, yaitu

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

20

dengan menggunakan alat angiogram. Penggunaan angigram ini yaitu

dengan cara memasukkan kateter ke dalam pembuluh arteri atau vena

kemudian didorong sampai ke berabagai tempat pada jantung. Tes ini

termasuk dalam tindakan infasif (pembedahan). Hasil pemeriksaan ini

akan terlihat gambaran arteri jantung yang mengalirkan darah ke

jantung.

2.1.8 Prognosis

Perubahan gaya hidup dan medikasi secara signifikan dapat

mepengaruhi resiko individual. Perubahan diet, aktivitas dan medikasi

dapat membantu mengubah proses penyakit. Apabila tidak menghentikan

kebisaan buruk maka keparahan penyakitnya akan bertambah (Digiulio,

2014).

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penyakit jantung koroner (Wijaya, 2013):

1. Gagl jantung kongestif

2. Syok kardiogenik

3. Disfungsi otot papilaris

4. Defek septum ventrikel

5. Ruptur jantung

6. Anuerisma ventrikel

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

21

7. Tromboembolisme

8. Perikarditik

9. Sindrom dressler

10. Aritmia

2.1.10 Pencegahan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit

jantung koroner belum tentu sesuai harapan. Oleh karena itu perlu

dilakukan usaha pencegahan agar tidak terjadi penyakit jantung koroner.

Pencegahan penyakit jantung koroner bisa dilakukan dengan pencegahan

primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan pencegan primer adalah

usaha untuk menjaga agar tidak terjadi penyakit jantung koroner dan usaha

ini bisa dilakukan sejak dini (saat masih remaja). Sedangkan pencegahan

sekunder adalah upaya yang dilakukan agar tidak terjadi serangan jantung

dan komplikasi bagi pasien yang sudah terdiagnosis penyakit jantung

koroner. Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencegah faktor resiko

yang bisa menyebabkan penyakit jantung koroner seperti strees,

hiperternsi dan diabetes (Kabo, 2008).

2.2 Lemak (Kolesterol)

2.2.1 Definisi

Kolesterol merupakan substansi seperti seperti lilin berwarna putih

yang dapat ditemukan dalam makanan-makanan yang dikonsumsi dan juga

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

22

diproduksi oleh semua sel tubuh terutama pada sel hati (Sabriah, 2015).

Kolesterol merupakan zat lunak dan berminyak mengacu pada lemak atau

lipid (Larry, 2012). Sedangkan hiperlipidemia / hiperkolesterolemia adalah

kelainan kadar lipoprotein, yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung

koroner (Aaronson, 2010).

2.2.2 Fungsi

Lemak dalam tubuh digunakan untuk melindungi tubuh dari dingin

dan juga yang paling penting digunakan untuk persedian kalori. Kalori

yang dihasilkan lemak, 2 kali lebih banyak dari pada yang dihasilkan

protein atau karbohidrat. Jadi lemak yang ada didalam tubuh sangat

penting untuk kesehatan tubuh (Utaminingsih, 2015).

2.2.3 Metabolisme

Tubuh memiliki kemampuan khusus untuk menghasilkan

kolesterol yang bahan bakunya berasal dari berbagai makanan yang

dikonsumsi. Sebagian besar kolesterol yang ada didalam tubuh dipoduksi

sendiri tanpa perlu mengambil bahan baku dari makanan yang dikonsumsi.

Sekitar 75-80% kolesterol disintesis oleh tubuh dan sisanya berasal dari

luar tubuh. Rata-rata tubuh orang dewasa menghasilkan 2000-3000 mg

kolesterol per harinya (Lingga, 2012).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

23

Kolesterol di dalam tubuh diserap oleh usus dan masuk

keperedaran darah untuk memenuhi kebutuhan kolesterol tubuh. Sifat

koleterol tidak dapat larut dalam plasma darah, oleh karena itu kolesterol

perlu berikatan dengan protein ikatan ini disebut lipoprotein. Apabila

kebutuhan kolesterol sudah tercukupi, kolesterol akan disimpan di hati.

Sebagian kolesterol akan diubah menjadi asam empedu dan dibuang

melalui tinja (Suharjo, 2008).

2.2.4 Fraksi (Unsur) Lemak

Partikel lipoprotrin yang ada dalam tubuh terdiri dari kolesterol,

trigliserida, fosfolipid dan protein lainnya. Lima klasifikasi umum yang

ada pada lipoprotein (Larry, 2012), yaitu :

1. Kilomikron (Chylomicron)

Chylomicron ditemukan pada cairan limfe (getah bening) yang

dibentuk oleh sistem pembuluh limfe usus. Pembentukan kilomikron

meningkat bersamaan dengan meningkatnyatrigliserida yang diserap

oleh usus (Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI, 2010). Fungsi

utamanya yaitu untuk membawa trigliserida, dan dilepaskan ke dalam

darah setelah makan. Periode ini disebut dengan istilah periode

pascaprandial. Apabila kadar chylomicron meningkat saat puasa akan

menjadi resiko terjadinya penyakit jantung (Larry, 2012).

2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

24

Partikel ini dibentuk dalam hati dan berfungsi sebagai

transporter trigliserida setelah absorpsi ke seluruh jaringan tubuh.

Kadar LVDL meningkat saat puasa dapat meningkatkan resiko

penyakit jantung (Larry, 2012).

3. LDL (Low Density Lipoprotein)

Kolesterol LDL adalah kolesterol lipoprotein yang

berkepadatan rendah (Sabriah, 2015). LDL dibentuk oleh partikel

VLDL dengan proses yang disebut jalur reseptor LDL. Dalam

transformasi VLDL menjadi LDL trigliserida yang ada didalam tubuh

dibuang dan kolesterol ditambahkan hingga akhirnya terbentuk

partikel LDL yang lebih kecil (Larry, 2012). Kolesterol jenis ini sering

disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL paling banyak

mengangkut lemak di dalam darah dan memiliki kecenderungan

melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan

pembuluh darah. LDL dapat melekat karena mengalami oksidasi atau

dirusak oleh radikal bebas (Kurniadi, 2015).

4. HDL (High Density Lipoprotein)

Kolesterol HDL adalah kolesterol lipoprotein yang

berkepadatan tinggi (Sabriah, 2015). Kolesterol ini mengangkut lebih

sedikit kolesterol dari pada LDL dan sering disebut kolesterol baik

karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah

arteri kembali ke hati untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

25

kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari

proses aterosklerosis (Kurniadi, 2015).

5. Trigliserida

Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh

usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke

dalam plasma dalam 2 bentuk yaitu sebagai klomikron berasal dari

penyerapan usus setelah makan makanan yang mengandung lemak

(Utaminingsih, 2015). Meningkatnya trigliserida yang berhubungan

dengan kondisi seperti kegemukan, kadar HDL rendah, ketahanan

insulin, diabetes yang tidak dikendalikan dan meningkatnya kepadatan

partikel LDL dapat meningkatkan resiko penyakit jantung (Larry,

2012).

2.2.5 Kolesterol total

Kolesterol total merupakan keseluruhan kolesterol yang ada dalam

darah, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai ester kolesterol yang

terikat sebagai lipoprotein (Anwar, 2009). Kadar koleterol total tinggi

dalam darah memberikan resiko terjadinya jantung koroner, semakin

tinggi kadarnya maka semakin tinggi resiko mengalami penyakit jantung

koroner (Marewa, 2015).

2.2.6 Interpretasi Kadar Lemak dalam Darah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

26

National Cholestrol Education Program (NCEP) ATP III pada

tahun 2011 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini

masih digunakan, yaitu:

Tabel 2.1 Interpretasi kadar lipid

Kolesterol LDL

<100 mg/dL Optimal

100-129 mg/dL Mendekati optimal

130-159 mg/dL Sedikit tinggi (borderline)

160-189 mg/dL Tinggi

≥190 mg/dL Sangat tinggi

Kolesterol total

<200 mg/dL Normal

200-239 mg/dL Borderline

≥240 mg/dL Tinggi

Kolesterol HDL

<40 mg/dL Rendah

40-59 mg/dL Borderline

≥60 mg/dL Tinggi

Trigliserida

<150 mg/dL Optimal

150-199 mg/dL Sedikit tinggi (borderline)

200-499 mg/dL Tinggi

≥500 mg/dL Sangat tinggi Sumber: Kurniadi (2015)

Tabel 2.2 Nilai rekomendasi kadar lipid (Larry, 2012)

Lipid Nilai Yang

Direkomendasikan

Nilai Yang Tidak

Direkomendasikan

Kolesterol total <200 mg/dL ≥201 mg/dL

LDL <100 mg/dL ≥101 mg/dL

HDL Pria: >40 mg/dL

Wanita: >45 mg/dL

Pria: ≤39 mg/dL

Wanita: ≤44 mg/dL

Trigliserida <150 mg/dL ≥151 mg/dL Sumber: Larry (2012)

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

27

Tabel 2.3 Indikator kadar lipid menurut WHO

Indikator Normal Beresiko Tinggi

Kolesterol total < 5,0 mmol/L 5,0 – 6,1 mmol/L ≥ 6,2 mmol/L

Trigliserida < 1,7 mmol/L 1,7 – 1,9 mmol/L ≥ 2,0 mmol/L

LDL < 3 mmol/L 3 – 4,14 mmol/L ≥ 4,15 mmol/L

HDL Resiko menurun apabila:

Pria: >1.03 mmol/L; Wanita: >1.29 mmol/L Sumber: WHO (2009)

2.2.7 Rasio Kolesterol

Rasio kolesterol total terhadap HDL dan rasio LDL terhadap HDL

merupakan prediktor kuat resiko penyakit jantung (Larry, 2012). Rasio

lemak LDL terhadap HDL yang menjadi faktor resiko tinggi jantung

koroner apabila rasionya > 3 dan faktor resiko rendah apabila ≤ 3

(Ramayulis, 2016). Fernandez dalam Wahyuni (2017) mengatakan bahwa

kematian akibat penyakit jantung koroner terjadi ketika rasio LDL

terhadap HDL mencapai antara 3,7 - 4,3. Rasio kolesterol LDL terhadap

HDL merupakan prediktor yang baik untuk menentukan progresivitas

ketebalan intima media karotis dibandingkan dengan kolesterol HDL atau

LDL secara terpisah. Progresivitas ketebalan intima media karotis dapat

memberikan gambaran progresivitas aterosklerosis (Enomoto dalam

Wahyuni, 2017).

2.2.8 Pemeriksaan Kolesterol

Pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun dianjurakan

untuk melakukan pemeriksaan kolesterol puasa setiap 6 bulan sekali. Ada

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

28

dua cara yang bisa digunakan untuk mengetahui kadar kolesterol dalam

darah, yaitu dengan pemeriksaan laboratorium oleh tenaga medis dan

pemeriksaan secara mandiri mengunakan alat pemeriksaaan kolesterol.

Walaupun pemeriksaan secara mandiri lebih praktis namun dari

pemeriksaan secara mandiri hanya dapat mengetahui kadar kolesterol total

saja, padahal dalam kolesterol total terdiri dari LDL dan HDL yang

memiliki pengaruh yang berbeda untuk tubuh. Oleh karena itu lebih

disarankan untuk melakukan pemeriksaan kolesterol di laboratorium agar

bisa mengetahui kadar kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida secara

terpisah (Kurniadi, 2015).

2.3 Hubungan Penyakit Jantung Koroner dengan Lemak

Lipid dalam aliran darah memegang peranan penting sebagai

penyebab penyakit jantung. Peningkatan kadar kolesterol total darah dan

LDL sangat berhubungan dengan penyakit jantung karena keduanya

merupakan bagian dari plak atrial. LDL yang teroksidasi menyebabkan sel

otot polos meningkatkan ikatan platelet pada dinding arteri dan

mengganggu fungsi normal pembuluh arteri (Larry, 2012).

Terdapat empat langkah proses terjadinya penyakit jantung korner

yang disebabkan oleh kolesterol (Kurniadi, 2015):

1. Dinding melemah

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

29

Ketika terjadi kelebihan LDL dalam aliran darah, beberapa

LDL diantaranya akan keluar dari darah dan menuju dinding arteri.

Semakin tinggi konsentrasi LDL pada darah , maka semakin banyak

pula sel-sel endotel yang mengirimkan LDL ke dinding arteri.

Keadaan ini akan menyebabkan dinding arteri menjadi melemah.

2. Respon peradangan

Melemahnya dinding arteri menimbulkan peradangan dan

menyebabakan sel-sel endotelial di arteri melepaskan kemokin untuk

memanggil makrofaga. Makrofaga mencerna LDL dan menjadi penuh

dengan kolesterol, lalu membentuk sel busa. Meskipun makrofaga

mencoba membersihkan LDL dan membersihkan kotoran yang

tertinggal pada dinding arteri, pada akhirnya mereka akan membuat

keadaan bertambah buruk karen terus mencari dukungan untuk

melawan LDL.

3. Terbentuknya plak

Dalam upaya menghambat peradangan ini, tubuh memberi

sinyal kepada sel-sel otot polos untuk memperbanyak diri dan

membuat lebih banyak materi berserat untuk menahan prosesnya.

Pada akhirnya suatu tutup terbentuk diatas peradangan tadi yang

sering disebut dengan plak. Plak tersebut akan mempersempit arteri

dan akan mengurangi aliran darah, hal ini dapat membebani jantung.

4. Gumpalan yang menyebabkan penyakit jantung koroner

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

30

Walaupun peradangan dan plak menyebabkan aliran darah

berkurang dan dapat membebani jantung, hal tersebut tidak selalu

menyebakan serangan jantung. Serangan jantung (penyakit jantung

koroner) baru akan terjadi ketika plak itu pecah dan terjadi sumbatan

pada arteri koroner.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

31

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI (2010)

Pada gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor

resiko yang bisa menyebebkan penyakit jantung koroner diantaranya:

makan berlebih, kurang olahraga, diabetes, merokok, konsumsi alkohol,

riwayat keluarga dan asupan tinggi garam, lemak, kolesterol, lemak jenuh.

Makan berlebih

Merokok

Asupan tinggi garam

Asupan tinggi lemak

Asupan tinggi

kolesterol

Asupan tinggi lemak

jenuh

Kegemukan

Aterosklerosis

Tekanan

Darah

Tinggi

Kolesterol darah

tinggi

Penyakit jantung

koroner

Kurang olahraga

Penuaan

Menopause

Riwayat Keluarga

Stress

Alkohol

KB Hormonal

Diabetes

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

32

Apabila tubuh kurang olahraga dan makan berlebih maka akan

menyebabkan kegemukan yang kemudian terjadi aterosklerosis sehingga

beresiko terjadi penyakit jantung koroner. Ada beberapa faktor lain yang

bisa menyebabkan aterosklerosis yaitu diabetes dan merokok. Hipertensi

juga merupakan faktor resiko yang menyebabkan penyakit jantung

koroner. Yang menjadi faktor penyebab tekanan darah menjadi tinggi bisa

disebabkan karena kebiasaan merokok, asupan tinggi garam, penuaan dan

lemak. Dan yang terakhir yang bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung

koroner adalah kolesterol darah yang tinggi. Faktor-faktor yang bisa

menyebabkan tingginya kadar kolesterol darah adalah asupan tinggi

lemak, kolesterol, menaupause, stress, KB hormonal dan lemak jenuh.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

33

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa kolesterol total, LDL,

HDL, trigliserida dan rasio LDL : HDL mempunyai pengaruh terhadap

kejadian penyakit jantung koroner pada pasien.

Kolesterol

Kolesterol Total

tinggi / rendah

LDL

tinggi / rendah

HDL

tinggi / rendah

Triglisrida

tinggi / rendah

Rasio

LDL : HDL

tinggi / rendah

Penyakit Jantung

Koroner

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

34

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubangan antara variabel

bebas dan terikat (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis pada penelitan ini ialah:

H1 : Ada pengaruh nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL,

trigliserida dan rasio kolesterol LDL : HDL) terhadap resiko penyakit

jantung koroner

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

1.5 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

analitik dengan rancangan penelitian case control yang mempelajari faktor

resiko dengan menggunakan pendekatan retrospective, yaitu rancangan

penelitian analitik dengan mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah

belakang atau masa lalu untuk mengetahui hubungan sebab akibat pada

suatu penyakit. Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan intervensi,

karena intervensi dilakukan oleh alam atau orang yang bersangkutan dan

peneliti hanya melakukan pengamatan secara pasif terhadap proses

perjalanan penyakit secara ilmiah (Budiarto, 2013).

Desain case control digunakan pada penelitian untuk mengetahui

yang menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dengan melakukan

pengujian hipotesis. Peneliti mengkaji kadar kolesterol total, LDL, HDL,

trigliserida dan rasio kolesterol LDL : HDL pada pasien dengan penyakit

jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo pada saat awal masuk rumah sakit.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

36

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan

penyakit jantung koroner sebanyak 971 dan non – penyakit jantung

koroner yang memiliki data rekam medis kolesterol total, LDL, HDL dan

trigliserida di RSUD Dr. Harjono pada tahun 2017.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien rawat inap dengan penyakit

jantung koroner sebanyak 60 orang dan pasien non – penyakit jantung

koroner sebanyak 60 orang di RSUD Dr. Harjono, sehingga total

sampelnya sebanyak 120 orang. Untuk mengetahui besar sampel

menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2013):

n =

n =

n =

n =

n = 60

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

= Deviat baku alfa kuadrat (1,962)

P = Proporsi kategori variabel yang diteliti (19,4% = 0,194)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

37

(Roth dalam Firdiyansyah, 2014)

Q = 1 - P

d = limit dari error atau presisi absolut (10% = 0,1)

Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kasus Kontrol

Inklusi a. Pasien yang sudah terdiagnosis

penyakit jantung koroner yang

memiliki data rekam medis

kolesterol total, LDL, HDL dan

trigliserida

b. Semua pasien dengan penyakit

jantung koroner yang dilakukan

rawat inap di RSUD Dr.

Harjono.

a. Pasien yang sudah terdiagnosis

non - penyakit jantung koroner

yang memiliki data rekam medis

kolesterol total, LDL, HDL dan

trigliserida

b. Semua pasien dengan non –

penyakit jantung koroner yang

dilakukan rawat inap di RSUD

Dr. Harjono.

Ekslusi a. Pasien dengan penyakit jantung

koroner yang dilakukan

pemeriksaan kolesterol total,

LDL, HDL dan trigliserida lebih

dari 24 jam saat pasien masuk

rumah sakit.

b. Pasien penyakit jantung koroner

tanpa disertai dengan

a. Pasien dengan non – penyakit

jantung koroner yang dilakukan

pemeriksaan kolesterol total,

LDL, HDL dan trigliserida lebih

dari 24 jam saat pasien masuk

rumah sakit.

b. Pasien dengan diagnosa medis

penyakit Jantung, Stroke, dan

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

38

komplikasi atau penyakit

penyerta stroke

Hipertensi

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik Sampling dalam penelitain ini menggunakan purposive

sampling. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel berdaraskan

kriteria tertentu dari tujuan spesifik yang sebelumnya ditetapkan oleh

peneliti, dan subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi anggota

sampel (Nasir, 2011).

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

39

4.3 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

Sampel:

Pasien rawat inap dengan penyakit jantung koroner sebanyak 60 orang dan non

– penyakit jantung koroner sebanyak 60 orang di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Populasi:

Seluruh pasien rawat inap dengan penyakit jantung koroner sebanyak 971 pasien

dan pasien non - penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Teknik Sampling: purposive sampling

Pengumpulan Data:

Var. Independen:

Menggunakan lab klinis untuk

menilai kadar kolesterol

Var. Dependen:

Menggunakan hasil analisa

dokter untuk mendiagnosa PJK

Pengolahan dan Analisis Data:

Editing, Coding, Data Entry, dan Cleaning

Uji statistik menggunakan Chi square dengan tingkat signifikan

α = 0,05

Hasil dan Kesimpulan:

Ditampilkan dalam gambar, tabel dan narasi.

H0 ditolak jika ρ < = 0,05

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

40

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Identifikasi Variabel

1. Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini

ialah nilai fraksi lemak (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan

rasio kolesterol LDL terhadap HDL).

2. Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini ialah

resiko pasien dengan penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

40

4.4.1 Definisi Operasional

Tabel 4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat

Ukur

Skala

Data Skor

Variabel independen:

Fraksi lemak (kolesterol

total)

Nilai yang menunjukkan jumlah

kandungan kolesterol total dalam

darah yang diukur pada 24 jam

pertama masuk rumah sakit

Lab klinis:

Kolesterol

total

Lembar

isian

Nominal Nilai yang

direkomendasikan : <200

mg/dL

Nilai yang tidak

direkomendasikan : ≥201

mg/dL

Variabel independen:

Fraksi lemak (LDL)

Nilai yang menunjukkan jumlah

kandungan LDL dalam darah yang

diukur pada 24 jam pertama masuk

rumah sakit

Lab klinis:

LDL

Lembar

isian

Nominal Nilai yang

direkomendasikan : <100

mg/dL

Nilai yang tidak

direkomendasikan : ≥101

mg/dL

Variabel independen:

Fraksi lemak (HDL)

Nilai yang menunjukkan jumlah

kandungan HDL dalam darah yang

diukur pada 24 jam pertama masuk

rumah sakit

Lab klinis:

HDL

Lembar

isian

Nominal Nilai yang

direkomendasikan:

Pria : >40 mg/dL

Wanita : >45 mg/dL

Nilai yang tidak

direkomendasikan:

Pria : ≤39 mg/dL

Wanita : ≤44 mg/dL

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

41

Variabel independen:

Fraksi lemak

(trigliserida)

Nilai yang menunjukkan jumlah

kandungan Trigliserida dalam darah

yang diukur pada 24 jam pertama

masuk rumah sakit

Lab klinis:

Trigliserida

Lembar

isian

Nominal Nilai yang

direkomendasikan : <150

mg/dL

Nilai yang tidak

direkomendasikan : ≥151

mg/dL

Variabel independen:

Fraksi lemak (rasio LDL

: HDL)

Perbandingan antara kadar LDL

dengan HDL, diperoleh dengan

membagi nilai LDL dengan nilai

HDL.

Lab klinis:

LDL dan HDL

Lembar

isian

Nominal Resiko tinggi : >3

Resiko rendah : ≤ 3

Variabel dependen:

Pasien dengan penyakit

jantung coroner

Pasien yang mengalami sumbatan

pada pembuluh darah yang

menyuplai makanan dan oksigen

untuk otot jantung.

Hasil diagnosa

dokter

Lembar

isian

Nominal PJK

Non-PJK

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

42

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini menggunakan lembar

isian untuk mencatat hasil pengumpulan data dari rekam medis pasien.

1. Variabel independen (nilai fraksi lemak), Instrumen yang digunakan

mengukur kadar kolesterol yaitu dengan hasil lab klinis.

2. Variabel dependen (resiko penyakit jantung koroner), Instrumen yang

digunakan untuk menentukan diagnosa penyakit jantung koroner

menggunakan hasil diagnosa dokter.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Rekam Medis RSUD Dr.

Harjono Ponorogo pada tanggal 8 – 21 April 2018.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang didapatkan dari orang lain, tidak langsung didapatkan oleh

peneliti dari subyek penelitiannya (Saryono, 2011). Dalam penelitian ini

data sekunder berasal dari data rekam medis pasien di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini ialah:

a. Mengurus ijin penelitian dari institusi STIKes Bhakti Husada Mulia

Madiun.

b. Mengurus ijin penelitian ke Kesbangpolinmas Kabupaten Ponorogo.

c. Mengurus ijin penelitian di RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

43

4.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini menggunakan lab klinis untuk mengukur kadar

kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida dan hasil analisa dokter untuk

mendiagnosa pasien penyakit penyakit jantung koroner maupun non –

penyakit jantung koroner, sehingga alat yang digunakan sudah terjamin

valid atau benar-benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011).

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukuran bisa dipercaya dan dapat diandalkan. Suatu

alat dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran konsiten atau tetap azaz

jika dilakukan pengukuran berulang (Saryono, 2013). Alat pengukuran

dalam penelitian ini sudah terbukti valid sehingga tidak perlu dilakukan uji

reliabilitas

4.7.3 Pengolahan Data

Pada penelitian ini pengolahan data menggunakan komputer,

dengan tahap-tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012):

1. Editing

Terlebih dahulu melakukan penyuntingan (editing) hasil

pengumpulan data. Kegiatan ini bertujuan untuk pengecekan dan

perbaikan data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau

belum. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan,

kesinambungan, keserasian dan kejelasan data yang diperoleh dari

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

44

responden agar seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa

dengan baik dan mudah.

2. Coding

Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding dengan mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding pada penelitian

ini ialah sebagai berikut:

a. Diagnosis

1 = Penyakit jantung koroner

2 = Non – penyakit jantung koroner

b. Kolesterol total:

1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥201 mg/dL)

2 = Nilai yang direkomendasikan (<200 mg/dL)

c. LDL:

1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥101 mg/dL)

2 = Nilai yang direkomendasikan (<100 mg/dL)

d. HDL:

1 = Nilai yang tidak direkomendasikan:

Pria (≤39 mg/dL)

Wanita (≤44 mg/dL)

2 = Nilai yang direkomendasikan:

Pria (>40 mg/dL)

Wanita (>45 mg/dL)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

45

e. Trigliserida:

1 = Nilai yang tidak direkomendasikan (≥151 mg/dL)

2 = Nilai yang direkomendasikan (<150 mg/dL)

f. Rasio kolesterol LDL : HDL

1 = Resiko tinggi (> 3)

2 = Resiko rendah (≤ 3)

g. Jenis kelamin

1 = Laki-laki

2 = Perempuan

h. Umur

1 = ≤ 30 tahun

2 = 31-40 tahun

3 = 41-50 tahun

4 = 51-60 tahun

5 = ≥ 61 tahun

i. Pendidikan

1 = SD

2 = SMP

3 = SMA

4 = PT

j. Pekerjaan

1 = IRT

2 = Tani

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

46

3 = Swasta

4 = PNS

5 = Pensiunan / Tidak Bekerja

3. Data Entry

Semua data yang sudah diperoleh dari hasil penelitian

kemudian dimasukkan program atau software komputer. Program

yang digunakan pada penelitia ini adalah SPSS for Windows versi

16:00. Dalam proses ini peneliti dituntut untuk teliti saat

memasukkan data, jika tidak maka hasilnya akan bias.

4. Cleaning

Jika semua data sudah dimasukkan perlu dilakukan

pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembentulan atau

koreksi.

4.8 Teknik Analisa Data

4.8.1 Analisa Univarat

Analisa data univarat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik pada setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan pada macam data yang dimiliki peniliti,

dalam penelitian ini menggunakan perhitungan distribusi frekuensi.

Distribusi frekuensi pada penelitian adalah sebagai berikut: karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan), kadar

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

47

kolesterol (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) dan rasio

kolesterol LDL terhadap HDL dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Data yang akan dianalisi dengan menggunakan rumus prosentase sebagai

berikut:

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi jumlah responden

SN = Jumlah jawaban responden secara keseluruhan

4.8.2 Analisa Bivariat

Apabila sudah dilakukan analisis univariat, maka hasilnya akan

diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan selanjutnya

dilakukan analisis bivariat. Pada analisis bivariat dilakukan beberapa

tahapan (Notoatmodjo, 2012), diantaranya:

1. Analisis proposi atau persentase, dengan membandingkan distribusi

silang antara dua variabel yang bersangkutan (nilai fraksi lemak dan

penyakit jantung koroner).

2. Analisis dari hasil uji statistik, dilihat dari uji statistik ini maka bisa

disimpulkan adanya pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen (nilai fraksi lemak dan penyakit jantung koroner)

tersebut bermakna atau tidak bermakna. Uji statistik pada penelitian

ini menggunakan uji chi-squere dengan bantuan software komputer

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

48

pengolah data. Selain itu untuk melihat kemaknaan perhitungan jika

nilai ρ-value α = 0,05 berarti terdapat pengaruh yang bermakna

(signifikan) atau H1 diterima dan H0 ditolak, berarti ada pengaruh

antara nilai fraksi lemak terhadap penyakit jantung koroner. Jika nilai

ρ-value > α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada

pengaruh antara nilai fraksi lemak terhadap penyakit jantung koroner.

3. Analisis keeratan pengaruh antara dua variabel yang diteliti, dengan

melihat nilai Odd Ratio (OR). Besar dan kecilnya nilai OR

menunjukan keeratan pada hubungan antara dua variabel yang diteliti.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada Ketua Bakesbangpol Kabupaten Ponorogo, Direktur RSUD Dr.

Harjono untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah peneliti

mendapatkan ijin, barulah melakukan penelitian dengan menekankan aspek

etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informed Concent)

Lembar persetujuan pada penelitian ini memuat penjelasan-

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak. Apabila

kepala rekam medis telah mengerti dan memberikan ijin maka diminta

untuk menandatangani surat persetujuan/ perijinan untuk dilakukan

penelitian. Namun apabila kepala rekam medis menolak, maka peneliti

tidak akan memaksa.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

49

2. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama lengkap subyek pada lembar

pengumpulan data untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek. Peneliti

menulisakan menggunakan nama inisial untuk mengganti nama lengkap

subyek pada saat melakukan pengumpulan data dari data sekunder yaitu

data rekam medis.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

dalam bentuk informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasian oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

Pengumpulan data dilakukan pada 120 sampel, terdiri atas 60 pasien

dengan penyakit jantung koroner dan 60 pasien non – penyakit jantung

koroner yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan pada penelitian maka hasil penelitian ini berisi tentang

data umum dan data khusus. Data umum berisi tentang karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan,

sedangkan data khusus berisi hasil pemeriksaan laboratorium kadar

kolesterol (kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida) dan rasio kolesterol

LDL terhadap HDL. Lokasi penelitian ini di ruang rekam medis Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Harjono Jl. Ponorogo – Pacitan Ponorogo pada

tanggal 8 – 21 April 2018. Data penelitian yang diperoleh seluruhnya

merupakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis pasien.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

51

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Karakteristik Data Umum Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo

No Jenis Kelamin

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1 Laki-laki 27 45 32 53,3

2 Perempuan 33 55 28 46,7

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian

besar pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 pasien (55%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada 60 pasien

non – penyakit jantung koroner, sebagian besar pasien berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 32 pasien (53,3%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner

dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

No Umur

PJK Non –PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1. ≤ 30 tahun 0 0 10 16,7

2. 31 – 40 tahun 1 1,7 5 8,3

3. 41 – 50 tahun 5 8,3 12 20

4. 51 – 60 tahun 15 25 9 15

5. ≥ 61 tahun 39 65 24 40

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur

diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar

pasien berumur ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 39 pasien (65%). Sedangkan

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

52

karakteristik responden berdasarkan umur pada 60 pasien non - penyakit

jantung koroner, sebagian besar pasien berumur ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 24

pasien (40%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo

No Pendidikan

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1. SD 32 53,3 24 40

2. SMP 6 10 12 20

3. SMA 17 28,3 22 36,7

4. PT 5 8,3 2 3,3

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pendidikan diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian

besar pasien berpendidikan SD yaitu sebanyak 32 pasien (53,3%). Sedangkan

karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada 60 pasien non - penyakit

jantung koroner, sebagian besar pasien berpendidikan SD yaitu sebanyak 24

pasien (40%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner

dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

No Pekerjaan

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1. IRT 3 5 3 5

2. Tani 4 6,7 11 18,3

3. Swasta 39 65 35 58,3

4. PNS 4 6,7 2 3,3

5. Pensiunan & tidak bekerja 10 16,7 9 15

Jumlah 60 100 60 100

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

53

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pekerjaaan diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian

besar pasien memilki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 39 pasien (65%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan pekerjaaan pada 60 pasien non

- penyakit jantung koroner, sebagian besar pasien memilki pekerjaan swasta

yaitu sebanyak 35 pasien (58,3%).

5.2.2 Karakteristik Data Khusus Responden

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kadar LDL Pada Pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo

No Kadar LDL

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1

Nilai yang tidak

direkomendasikan (≥101

mg/dL)

45 75 12 20

2 Nilai yang direkomendasikan

(<100 mg/dL) 15 25 48 80

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar

LDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar

kadar LDL pasien ≥101 mg/dL yaitu sebanyak 45 pasien (75%). Sedangkan

kadar LDL pada 60 pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar

kadar LDL pasien <100 mg/dL yaitu sebanyak 48 pasien (80%).

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

54

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kadar HDL Pada Pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo

No Kadar HDL

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1

Nilai yang tidak

direkomendasikan:

Pria (≤39 mg/dL), Wanita

(≤44 mg/dL)

24 40 21 35

2

Nilai yang

direkomendasikan:

Pria (>40 mg/dL), Wanita

(>45 mg/dL)

36 60 39 65

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar

HDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian besar

memiliki kadar HDL yang direkomendasikan yaitu sebanyak 36 pasien (60%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar HDL pada 60 pasien non

- penyakit jantung koroner, sebagian besar memiliki kadar HDL yang

direkomndasikan yaitu sebanyak 39 pasien (65%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kadar Trigliserida Pada Pasien dengan Penyakit

Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo

No Kadar Trigliserida

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1

Nilai yang tidak

direkomendasikan (≥151

mg/dL)

32 55 19 31,6

2 Nilai yang direkomendasikan

(<150 mg/dL) 27 45 41 68,4

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar

trigliserida diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner, sebagian

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

55

besar kadar Trigliserida pasien ≥151 mg/dL yaitu sebanyak 32 pasien (55%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar trigliserida pada 60

pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar kadar Trigliserida pasien

<150 mg/dL yaitu sebanyak 41 pasien (68,4%).

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Pada Pasien dengan

Penyakit Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo

No Kadar Kolesterol Total

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1

Nilai yang tidak

direkomendasikan (≥201

mg/dL)

24 40 7 11,7

2

Nilai yang

direkomendasikan (<200

mg/dL)

36 60 53 88,3

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan kadar

kolesterol total diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner,

sebagian besar kadar kolesterol total pasien <200 mg/dL yaitu sebanyak 36

pasien (60%). Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kadar kolesterol

total pada 60 pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar kadar

kolesterol total pasien <200 mg/dL yaitu sebanyak 53 pasien (88,3%).

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

56

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Rasio LDL : HDL Pada Pasien dengan Penyakit

Jantung Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo

No Rasio LDL : HDL

PJK Non – PJK

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

Jumlah

(f)

Persentase

(%)

1 Resiko tinggi (> 3) 31 51,7 16 26,7

2 Resiko rendah (≤ 3) 29 48,3 44 73,3

Jumlah 60 100 60 100

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan rasio

LDL : HDL diketahui dari 60 pasien dengan penyakit jantung koroner,

sebagian besar rasio LDL : HDL pasien > 3 yaitu sebanyak 31 pasien (51,7%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan rasio LDL : HDL pada 60

pasien non - penyakit jantung koroner, sebagian besar rasio LDL : HDL pasien

≤ 3 yaitu sebanyak 44 pasien (73,3%).

5.3 Hasil Penelitian

Tabel 5.10 Distribusi Silang Frekuensi Kadar LDL Pada Pasien dengan Penyakit

Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo

Fraksi Lemak PJK

Non –

PJK Jumlah ρ

value

Odd

Ratio f % f % f %

LDL

Nilai yang tidak

direkomendasikan

(≥101 mg/dL)

45 75 12 20 57 47,5

0.000

12

(95 %

CI

5,072-

28,391)

Nilai yang

direkomendasikan

(<100 mg/dL)

15 25 48 80 63 52,5

Total 60 100 60 100 120 100

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar LDL pada 60

pasien dengan penyakit jantung koroner ≥101 mg/dL yaitu sebanyak 45

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

57

(75%) pasien dan pada 60 pasien non – penyakit jantung koroner sebagian

besar memiliki kadar LDL <100 mg/dL yaitu sebanyak 48 pasien (80%).

Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai

ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh kadar LDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar LDL ≥101

mg/dL 5,072 hingga 28,39112 kali atau lebih tepatnya 12 kali lebih

beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan dengan yang

memiliki kadar LDL <100 mg/dL, dengan tingkat kepercayaan (CI)

sebesar 95%.

Tabel 5.11 Distribusi Silang Frekuensi Kadar HDL Pada Pasien dengan Penyakit

Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo

Fraksi Lemak PJK

Non –

PJK Jumlah ρ

value

Odd

Ratio f % f % f %

HDL

Nilai yang tidak

direkomendasikan:

Pria (≤39 mg/dL)

Wanita (≤44 mg/dL)

24 40 21 35 45 37,5

0,572

1,238

(95%

CI

0,590-

2,596)

Nilai yang

direkomendasikan:

Pria (>40 mg/dL)

Wanita (>45 mg/dL)

36 60 39 65 75 62,5

Total 60 100 60 100 120 100

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 60 pasien dengan penyakit

jantung koroner yaitu sebanyak 36 (60%) memiliki kadar HDL yang

direkomendasikan, sedangkan pada 60 pasien non – penyakit jantung

koroner sebagian besar memiliki kadar HDL yang direkomendasikan yaitu

sebanyak 39 pasien (65%).

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

58

Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai

ρ-value = 0,572 > α = 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, sehingga

tidak ada pengaruhyang signifikan kadar HDL terhadap resiko terjadinya

penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio juga didapatkan

bahwa tidak terdapat pengaruh karena nilai odd ratio kurang dari 1 yaitu

0,590.

Tabel 5.12 Distribusi Silang Frekuensi Kadar Trigliserida Pada Pasien dengan

Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Fraksi Lemak PJK

Non –

PJK Jumlah ρ

value

Odd

Ratio f % f % f %

Trigli-

serida

Nilai yang tidak

direkomendasi-

kan (≥151mg/dL)

33 55 19 31,7 52 43,3

0,010

2,637

(95%

CI

1,252-

5,554)

Nilai yang

direkomendasi-

kan(<150mg/dL)

27 45 41 68,3 68 56,7

Total 60 100 60 100 120 100

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar trigliserida

pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner ≥ 151 mg/dL yaitu

sebanyak 33 pasien (55%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung

koroner <150 mg/dL yaitu sebanyak 41 pasien (68,3%).

Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai

ρ-value = 0,010 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh kadar rigliserida terhadap resiko terjadinya penyakit jantung

koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar

trigliserida ≥151 mg/dL 1,252 hingga 5,554 kali atau lebih tepatnya 2,637

kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingan

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

59

dengan orang yang memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL, dengan

tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95%.

Tabel 5.13 Distribusi Silang Frekuensi Kadar Kolesterol Total Pada Pasien

dengan Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung

Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Fraksi Lemak PJK

Non –

PJK Jumlah ρ

value

Odd

Ratio f % f % f %

Koles-

terol

Total

Nilai yang tidak

direkomendasi-

kan(≥201mg/dL)

24 40 7 11,7 31 25,8

0,000

5,048

(95% CI

1,967-

12,952)

Nilai yang

direkomendasi-

kan(<200mg/dL)

36 60 53 88,3 89 74,2

Total 60 100 60 100 120 100

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa sebagian besar kadar trigliserida

pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner <200 mg/dL yaitu

sebanyak 36 pasien (60%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung

koroner sebagian besar memiliki kadar trigliserida <200 mg/dL yaitu

sebanyak 53 pasien (88,3%).

Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai

ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh kadar kolesterol total terhadap resiko terjadinya penyakit jantung

koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien dengan kadar

kolesterol total ≥201 mg/dL 1,967 hingga 12,952 kali atau lebih tepatnya

5,048 kali beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan

dengan pasien yang memiliki kadar kolesterol total <200 mg/dL, dengan

tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95%.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

60

Tabel 5.14 Distribusi Silang Frekuensi Rasio LDL : HDL Pada Pasien dengan

Penyakit Jantung Koroner dan Non - Penyakit Jantung Koroner di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Fraksi Lemak PJK

Non –

PJK Jumlah ρ

velue Odd Ratio

F % f % F %

LDL:HDL

Resiko

tinggi

> 3

31 51,7 16 26,7 47 39,2

0,005

2,940 (95%

CI 1,369-

6,311) Resiko

rendah

≤ 3

29 48,3 44 73,3 73 60,8

Total 60 100 60 100 120 100

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sebagian besar rasio LDL : HDL

pada 60 pasien dengan penyakit jantung koroner > 3 yaitu sebanyak 31

pasien (51,7%) dan pada 60 pasien non – penyakit jantung koroner

sebagian besar memiliki nilai rasio≤ 3 mg/dL yaitu sebanyak 44 pasien

(73,3%).

Dari hasil uji statistik menggunakan uji chi-square di dapatkan nilai

ρ-value = 0,005 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh rasio LDL : HDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung

koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan bahwa pasien dengan

rasio LDL : HDL > 3 1,369 hingga 6,311 kali atau lebih tepatnya 2,940

kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung koroner dibandingkan

pasien dengan rasio LDL : HDL ≤ 3, dengan tingkat kepercayaan (CI)

sebesar 95%.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

61

5.4 Pembahasan

5.4.1 Nilai Fraksi Lemak (Kolesterol Total, LDL, HDL, Trigliserida dan

Rasio Kolesterol LDL:HDL) Pada Pasien Dengan Penyakit Jantung

Koroner dan Non – Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-21

April 2018 di RSUD Dr. Harjono Ponorogo didapatkan hasil bahwa dari

60 pasien dengan penyakit jantung koroner sebanyak 45 pasien (75%)

memiliki kadar LDL ≥101 mg/dL, 36 pasien (60%) memiliki kadar HDL

pria >40 mg/dL dan wanita >45 mg/dL, 32 pasien (55%) memiliki kadar

trigliserida ≥151 mg/dL, 36 pasein (60%) memiliki kadar kolesterol total

<200 mg/dL, dan 31 pasien (51,7%) memilik rasio LDL : HDL ≤ 3.

Sedangkan dari 60 pasien non penyakit jantung koroner sebanyak 48

pasien (80%) memiliki kadar LDL <100 mg/dL, 39 pasien (65%) memiliki

memiliki kadar HDL pria >40 mg/dL dan wanita >45 mg/dL, 41 pasien

(68,4%) memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL, 53 pasien (88,3%)

memiliki kadar kolestrol total <200 mg/dL, dan 44 pasien (73,3%)

memiliki rasio LDL : HDL ≤ 3.

Dari 120 pasien didapatkan sebagian besar pasien dengan penyakit

jantung koroner (75%) memiliki kadar LDL ≥101 mg/dL, sedangkan kadar

LDL pada pasien non – penyakit jantung koroner sebagian besar (80%)

memiliki kadar LDL <100 mg/dL. Angka kejadian LDL tinggi pada pasien

dengan penyakit jantung koroner pada penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wongkar (2014)

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

62

yaitu sebanyak 98,3%. Dalam penelitian tersebut kelompok kontrol

memiliki kadar LDL yang tinggi, namun angka kejadiannya lebih rendah

dibandingkan kelompok kasus yaitu sebanyak 86,7%.

Pada penelitian ini sabagian besar pasien dengan penyakit jantung

koroner memiliki kadar LDL yang tinggi, ini menjadi bukti bahwa LDL

memiliki peran penting dalam faktor resiko penyakit jantung koroner.

Semakin tinggi kadar kolesterol dalam tubuh maka semakin banyak LDL

yang melekat pada dinding arteri. Hal ini bisa menyababkan penyempitan

dan sumbatan dalam pembuluh arteri. Kurniadi (2015) dalam bukunya

mengatakan LDL merupakan target utama dalam pengobatan penyakit

jantung koroner. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk menurunkan kadar

LDL pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Walaupun peningkatan

kadar LDL identik pada pasien dengan penyakit jantung koroner, namun

ini juga merupakan salah satu gejala pada penyakit lain seperti stroke.

Gofir (2009) dalam bukunya mengatakan kadar kolesterol LDL dan

kolesterol total yang tinggi dapat meningkatkan risiko stroke sampai dua

kali lipat dibandingkan dengan orang yang kadar kolesterol LDL dan

kolesterol totalnya normal.

Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil kadar HDL antara pasien

dengan penyakit jantung koroner dan non – penyakit jantung koroner

berada pada rentang nilai yang sama yaitu pada nilai yang

direkomendasikan. Angka kejadian kadar HDL yang direkomendasikan

pada pasien dengan penyakit jantung koroner sebanyak 60%, sedangkan

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

63

pada pasien non – penyakit jantung koroner sebanyak 65%. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Firdiansyah (2014), pada pasien dengan

penyakit jantung koroner sebagian besar (75%) memiliki kadar HDL <40

mg/dL. Pada penelitian tersebut pasien non – penyakit jantung koroner

sebagian besar juga memiliki kadar HDL <40 mg/dL.

Pada orang yang normal kadar HDL berfungsi untuk mengangkut

kembali kadar LDL yang berlabih dalam tubuh. Namun dalam penelitian

ini tidak terdapat perbedaan antara pasien dengan penyakit jantung koroner

dan non – penyakit jantung koroner. Dari kelompok kasus dan kontrol

sama-sama memiliki nilai HDL yang direkomendasikan (normal).Tinggi

atau rendahnya kadar HDL tidak menjamin akan terhindar dari resiko

penyakit jantung koroner sebab Utaminingsih (2015) mengatakan

seseorang yang mimiliki kadar kolesterol HDL dalam kategori baik masih

memiliki resiko penyakit jantung koroner.

Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa kadar trigliserida

pada pasien dengan penyakit jantung koroner lebih dari setengahnya

(55%) yaitu sebanyak 32 pasien memiliki kadar trigliserida ≥151 mg/dL.

Sedangkan pada pasien non – penyakit jantung koroner sebagian besar

(68,4%) 41 pasien memiliki kadar trigliserida <150 mg/dL. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Rotty (2015) didapatkan hasil bahwa sebagian besar

pasien dengan penyakit jantung koroner (69%) memiliki kadar trigliserida

<150 mg/dL, hal ini tentu saja berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

64

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar trigliserida didalam

tubuh, pada era yang modern ini sebagian orang memiliki pola makan

yang tidak sehat separti makan-makanan yang banyak mengandung lemak,

santan, dan makanan cepat saji. Padahal pola makan yang sepeti itu bisa

meningkatakan kadar trigliserida didalam tubuh. Selain pola makan,

mengkonsumsi alkohol juga bisa meningkatkan kadar trigliserida.

Meskipun peredaran alkohol di Indonesia sudah dibatasi akan tetapi masih

banyak orang yang sering mengkonsumsi alkohol tanpa mempedulikan

kehatannya. Kurniadi (2015) dalam bukunya mengatakan alkohol yang

dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dan terus menerus dapat

merusak otot-otot jantung.

Kadar kolesterol total pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa

pasien dengan penyakit jantung koroner dan non-penyakit jantung koroner

berada pada nilai yang direkomendasikan (<200 mg/dL). Pada pasien

dengan penyakit jantung koroner sabanyak 36 pasien (60%), sedangkan

pada pasien non - penyakit jantung koroner sebanyak 53 pasien (88,3%).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahrawardani (2013)

sebagian besar pasien dengan penyakit jantung koroner (60,2%) memiliki

kadar kolesterol total <200 mg/dL dan pada pasien non – penyakit jantung

koroner sebagian besar (72%) memiliki kadar trigliserida ≥200 mg/dL.

Kadar koleterol total yang tinggi dalam darah menyebabkan resiko

terjadinya jantung koroner, semakin tinggi kadarnya maka semakin tinggi

resiko mengalami penyakit jantung koroner (Marewa, 2015). Akan tetapi

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

65

pada penelitian ini antara pasien penyakit jantung koroner maupun non

penyakit jantung koroner memiliki rentang nilai yang sama, yaitu <200

mg/dL. Hal ini bisa saja terjadi karena penyakit jantung koroner yang

dialami pasien bisa saja disebabkan oleh faktor lain selain kolesterol

seperti diabetes, proses penuan, stress dll.

Dari hasil penghitungan nilai rasio LDL : HDL yaitu sebanyak 31

pasien dengan penyakit jantung koroner (51,7%) memiliki nilai rasio > 3

dan 44 pasien (73,3%) non – penyakit jantung koroner memiliki rasio

LDL : HDL ≤ 3. Hal ini membuktikan pernyataan Larry (2012) dalam

bukunya yang mengatakan bahwa nilai rasio kolesterol total terhadap HDL

dan rasio LDL terhadap HDL merupakan prediktor kuat resiko penyakit

jantung. Dalam penelitian ini sebagian besar pasien dengan penyakit

jantung koroner memiliki rasio > 3, yang memiliki arti bahwa pasien

memiliki resiko tinggi untuk mengalami penyakit jantung koroner.

Selain nilai fraksi lemak pada penelitian ini juga mencari data

umum yang dimiliki oleh pasien, dan didapatkan hasil bahwa dari 60

pasien dengan penyakit jantung koroner yang berjenis kelamin perempuan

lebih banyak dari pada laki-laki dengan distribusi 55% untuk perempuan

dan sisanya laki-laki. Sedangkan pada pasien non – penyakit jantung

koroner sebagian besar (53,3%) yaitu sebanyak 32 pasien berjenis kelamin

laki-laki. Penelitian ini membuktikan bahwa perempuan mempunyai resiko

lebih besar menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan laki-

laki. Pasien dengan penyakit jantung koroner pada perempuan dalam

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

66

penelitian ini kemungkinan bisa disebabkan oleh penggunaan KB

hormonal. Kurniadi (2015) dalam bukunya mengatakan penggunaan KB

hormonal dalam jangka panjang dapat meningkatkan kejadian sumbatan

pada pembuluh darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rosjidi (2014) yakini penyakit jantung koroner lebih

banyak menyerang perempuan dari pada laki-laki dengan rata-rata jumlah

faktor resiko sebanyak 5,0 kali. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Firdiansyah (2014) dimana penyakit jantung

koroner lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan

dengan persetanse sebesar 53,33%.

Selain jenis kelamin, umur juga bisa menjadi faktor resiko

terjadinya penyakit jantung koroner. Pada pasien dengan penyakit jantung

koroner sebagian besar (65%) yaitu sebanyak 39 pasien berusia ≥ 61 tahun

dan sebagian besar pasien non – penyakit jantung koroner (40%) juga

berusia ≥ 61 tahun yaitu sebanyak 24 pasien. Hal ini terjadi karena

prevalensi penyakit jantung koroner terus meningkat seiring dengan

bertambahnya usia seseorang. Selain itu pada usia ≥ 61 tahun proses

metabolisme didalam tubuh juga akan menurun, sehingga organ tubuh

tidak bisa berfungsi secara optimal yang menyebabkan lansia lebih mudah

mengalami beberapa penyakit diantaranya yaitu penyakit jantung koroner.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Roth

dalam Firdiansyah (2014) yang menjelaskan bahwa angka kejadian

penyakit jantung koroner terjadi pada pasien dengan usia diatas 60 tahun.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

67

Tingkat pendidikan juga bisa mempengaruhi resiko terjadinya

penyakit jantung koroner. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan

semakin tinggi pengetahuan tentang pencegahan terhadap terjadinya

penyakit jantung koroner. Sehingga apa bila tingkat pendidikannya tinggi,

maka resiko terjadi penyakit jantung koroner akan semakin kecil dan

begitu pula dengan kebalikannya. Namun pada penelitian ini dari 120

responden sebagaian besar memiliki pendidikan akhir SD, pada pasien

dengan penyakit jantung koroner sebanyak 32 pasien (53,3%) sedangkan

pasien non – penyakit jantung koroner sebanyak 24 pasien (40%).

Meskipun demikian penelitian yang dilakukan oleh Melaeny (2017)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

jantung koroner. Hal ini disebabkan karena tidak selamanya pasien yang

berpendidikan rendah, tingkat pengetahuannya tentang penyakit jantung

koroner rendah karena informasi tetap bisa didapatkan walaupun dari luar

pendidikan formal.

Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa dari 120

responden sebagian besar bekerja sebagai swasta. Pada pasien dengan

penyakit jantung koroner sebanyak 39 pasien (65%) dan pada pasien non –

penyakit jantung koroner sebanyak 35 pasien (58,3). Pekerjaan yang

dimiliki seseorang akan mempengaruhi aktifitas gerak dalam

kesehariannya. Orang dengan pekerjaan yang memiliki banyak aktifitas

gerak seperti tani beresiko kecil mengalami penyakit jantung koroner.

Hasil penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa jenis pekerjaan

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

68

terbanyak pasien yang mengalami penyakit jantung koroner adalah

pensiunan sebanyak 32,8% (Wahyuni, 2017). Meskipun demikian hasil

penelitian Farahdika (2015) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara

jenis pekerjaan dengan terjadinya penyakit jantung koroner (ρ = 0,107).

5.4.2 Pengaruh Nilai Fraksi Lemak (Kolesterol Total, LDL, HDL,

Trigliserida dan Rasio Kolestrol LDL : HDL) Terhadap Resiko

Penyakit Jantung Koroner

Dalam penelitian ini setelah semua data diperoleh kemudian

dialakukan uji stasitistik menggunakan uji chi-square dan diperoleh hasil

bahwa kadar LDL pada 120 responden memiliki ρ-value = 0,000 α =

0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada pengaruh yang

signifikan kadar LDL terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Dari penghitungan odd ratio dapat diketahui bahwa pasien yang memiliki

kadar LDL ≥101 mg/dL beresiko terjadi penyakit jantung koroner sebesar

12 kali dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Wongkar (2014) yang mengatakan

bahwa ada hubungan antara kadar LDL dengan kejadian penyakit jantung

koroner dengan nilai odd ratio 9,077.

Kadar LDL yang tinggi akan menyebabkan terbentuknya plak pada

dinding pembuluh darah (Kurniadi, 2015) sehingga pembuluh darah akan

menyempit. Apabila flak ini pecah maka akan menyumbat di pembuluh

darah, salah satunya di arteri koroner. Hal ini yang bisa menjadi salah satu

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

69

faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar LDL

juga bisa dipengaruhi oleh menopause, Lemone (2016) dalam bukunya

mengatakan bahwa wanita yang mengalami menopause akan mengalami

peningkatan pada kadar LDL. Pada penelitian ini sebagian besar pasien

dengan penyakit jantung koroner berjenis kelamin perempuan (55%) dan

sebagian besar pasien dengan penyakit jantung koroner berusia ≥ 61 tahun

(65%). Pada usia tersebut biasanya wanita sudah mengalami menopause,

sehingga peningkatan kadar LDL sering terjadi.

Nilai ρ-value pada uji statistik untuk kadar HDL sebesar 0,572 maka

ρ-value > α sehingga Ho diterima dan H1 ditolak, dan dapat diartiakan

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan kadar HDL terhadap resiko

terjadinya penyakit jantung koroner. Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Herman (2015) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL

dengan kejadian PJK (ρ = 0,550).

HDL atau sering disebut dengan kolesterol yang baik (Kurniadi,

2015) dalam tubuh mengangkut lemak yang dibawa LDL untuk

dikembalikan lagi ke hati dan dibuang, sehingga bisa untuk mencegah

timbulnya flak pada pembuluh darah yang nanti akan menjadi awal terjadi

penyakit jantung koroner. Penurunan kadar HDL bisa disebabkan oleh

rokok (Aaronson, 2010). Dalam penelitian ini sebanyak 45% pasien

dengan penyakit jantung koroner berjenis kelamin laki-laki, hampir

seluruh laki-laki di Indonesia merupakan perokok yang aktif sehingga

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

70

banyak dari mereka yang mengalami penurunan kadar HDL. Tidak hanya

pada perokok aktif tapi pada perokok pasif juga bisa terjadi penurunan

kadar HDL. Selain dari rokok, rendahnya konsumsi ikan di Ponorogo juga

bisa menyebabkan penurunan kadar HDL. Konsumsi ikan sangatlah

bermanfaat bagi tubuh, karena dalam ikan terkandung omega yang dapat

meningkatkan kadar HDL.

Kadar trigliserida dapat mempengaruhi resiko terjadinya penyakit

jantung koroner yang dibuktikan dengan penelitian ini diperoleh hasil nilai

ρ-value = 0,010 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh yang signifikan kadar trigliserida terhadap resiko terjadinya

penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio menunjukan bahwa

pasien dengan kadar trigliserida ≥151 mg/dL 2,637 kali beresiko terjadinya

penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahrawardani (2013) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar kadar

trigliserida dengan kejadian penyakit jantung koroner (ρ = 0,019).

Trigliserida adalah lemak darah yang akan naik seiring dengan

konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet gula dan lemak, serta

gaya hidup yang tidak sehat. Peningkatan kadar trigliserida juga akan

meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Kurniadi,

2015). Gaya hidup yang kurang olahraga juga bisa menyebabkan kadar

trigliserida dalam tubuh meningkat. Oleh karena itu aktifitas fisik maupun

olahraga sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar trigliserida.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

71

Larry (2012) mengatakan bahwa volume total aktivitas fisik dan olahraga

terencana yang diperlukan setiap minggunya, yaitu 1.200-1.500 kkal

energi atau 250 kkal per hari dapat mengembalikan kadar trigliserida

dalam batas normal.

Faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit jantung

koroner salah satunya yaitu peningkatan kadar kolesterol total hal ini

dibuktikan dengan nilai ρ-value = 0,000 α = 0,05 maka H1 diterima dan

H0 ditolak, sehingga ada pengaruh yang signifikan kadar kolesterol total

terhadap resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Dari penghitungan

odd ratio menunjukan pasien dengan kadar kolesterol total ≥201 mg/dL

5,048 kali beresiko terjadinya penyakit jantung koroner dengan tingkat

kepercayaan 95%. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Zahrawardani (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kadar kolesterol total dengan kejadian penyakit jantung

koroner. Akan tetapi dalam penelitian Herman (2015) mengatakan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan

penyakit jantung koroner (ρ = 0,526).

Dalam penelitian ini kadar lemak LDL dan trigliserida mempuyai

pengaruh terhadap resiko penyakit jantung koroner, oleh karena itu

kolesterol total juga mempunyai pengaruh terhadap resiko penyakit

jantung koroner. Anwar (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa

Kolesterol total merupakan keseluruhan lemak yang ada dalam darah, baik

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

72

dalam bentuk bebas maupun sebagai ester lemak yang terikat sebagai

lipoprotein.

Dalam uji statistik pada rasio LDL : HDL di dapatkan nilai ρ-value

= 0,005 α = 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga ada

pengaruh yang signifikan rasio LDL : HDL terhadap resiko terjadinya

penyakit jantung koroner. Dari penghitungan odd ratio didapatkan pasien

dengan nilai rasio LDL : HDL > 3 maka 2,940 kali beresiko terjadinya

penyakit jantung koroner dengan tingkat kepercayaan 95%. Enomoto

dalam Wahyuni (2017) mengatakan rasio LDL:HDL merupakan prediktor

yang baik untuk penyakit jantung koroner dibandingkan dengan nilai LDL

atau HDL secara terpisah. Sehingga sangatlah penting untuk menghitung

rasio LDL:HDL agar dapat mengetahui seberapa besar resiko terjadinya

penyakit jantung koroner.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bisa dikatakan sempurna:

1. Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti menggunakan data

sekunder yaitu data yang didapatkan dari orang lain, sehingga

peneliti tidak mengetahui ada kesalahan saat pengambilan

sampel darah untuk mengetahui kadar koesterol pada pasien.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

73

2. Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan dalam waktu

sehingga tidak bisa mengambil sampel secara total sampling. Hal

ini juga bisa mempengaruhi hasil pada penelitian

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul pengaruh nilai fraksi lemak

terhadap resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono ponorogo

tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner sebagian besar

memiliki nilai LDL dan trigliserida yang tidak direkomendasikan,

nilai HDL dan kolesterola total yang direkomendasikas, dan rasio

LDL : HDL yang beresiko tinggi mengalami penyakit jantung

koroner.

2. Pada pasien non-penyakit jantung koroner sebagian besar

memiliki nilai LDL, HDL, trigliserida dan kolesterol total yang

direkomendasikan, dan rasio LDL : HDL yang beresiko rendah

mengalami penyakit jantung koroner.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

74

3. Ada pengaruh yang signifikan pada kadar LDL, trigliserida,

kolesterol total dan rasio LDL : HDL terhadap kejadian penyakit

jantung koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

4. Tidak ada pengaruh yang signifkan pada kadar HDL terhadap

kejadian penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

75

6.2 Saran

1. Bagi Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner

Diharapkan kepada pasien dengan penyakit jantung koroner dapat

mengontrol kadar lemak dalam tubuhnya dengan cara rajin berolahraga,

mengurangi makanan yang berlemak, mengkonsumsi makanan yang

mengadung banyak omega dan tidak mengkonsumsi alkohol.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakuakan penelitian dengan

jumlah sampel yang lebih besar atau bisa juga mengunankan teknik total

sampling.

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan bagi tempat penelitian bisa membantu mengontrol kadar

lemak pada pasien dengan penyakit jantung koroner maupun pada pasien

non-penyakit jantung koroner agar dapat menurunkan angka kejadian

penyakit jantung koroner.

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

76

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P. I. dan Ward, J. P. T. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler.

Jakarta: Erlangga

Anwar, F. dan Khomsan, A. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah

Baradero, M., Dayrit M. W. dan Siswadi, Y. 2008. Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC

Brunner dan Suddarth. 2017. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Budiarto, E. 2013. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta:

EGC

Dahlan, M. S. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:

Salemba Medika

Digiulio, M. dan Jakson, D. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Rapha Publishing

Farahdika. 2015. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung

Koroner Pada Usia Dewasa Madya (41-60). Unnes Journal Of Public

Health. Vol. 4, No. 2. (Diakses: 28 april 2018). Diambil dari:

https://journal.unnes.ac.id

Febry, A. B. 2010. Menu Sehat Untuk 30 Hari Untuk Hiperkolestrol, Hipertensi

dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Argo Media Pustaka

Firdiansyah, M.H. 2014. Hubungan Antara Rasio Kadar Kolesterol Total

Terhadap High-Density Lipoprotein (Hdl) Dengan Kejadian Penyakit

Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi. Naskah Publikasi. Universitas

Muhamadiyah Surakarta (Diakses: 29 desember 2017). Diambil dari:

http://eprints.ums.ac.id/

Gofir. 2009. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka. Cendeika Press

Herman, S.I dan Syukri, M. 2015. Hubugan Faktor Resiko yang Dapat

Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

77

Djamil Padang. Padang: Jurnal Kesehatan Andalas. (Diakses: 26 april

2018). Diambil dari: https://jurnal.fk.unand.ac.id/

Kabo, P. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Karikaturijo, 2010. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Universitas Pembangunan

Nasional Veteran

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. (Diakses: 15

desember 2017). Diambil dari : http://www.depkes.go.id/

Kurniadi, H. 2015. Stop Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolestrol Tinggi,

Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media

Larry, J. Durstine dan Ramonita. 2012. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi.

Yogyakarta: Citra Aji Parama

Lemone, P., Burke, K. M. dan Bauldoff, G. 2016. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Lingga, L. 2012. Sehat dan Sembuh dengan Lemak. Jakarta: Elex Media

Marewa, L. W. 2015. Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi selatan.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Mcphee, S. J. dan Ganong, W.F. 2010. Patofisiologi penyakit: pengantar menuju

kedokteran klinis. Jakarta: EGC

Melaeny, C. S. Dan Katuuk, M. 2017. Hubungan Riwayat Lama Merokok Dan

Kadar Kolesterol Total Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di

Poliklinik Jantung Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. e-Journal

Keperawatan (e-Kp). Vol. 5, No. 1, (Diakses: 27 april 2018). Diambil dari:

https://media.neliti.com

Nasir, A., Muhith, A dan Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian

Kesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

78

Pudiastuti, R. D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika

Pusat Diabetes dan Lipid RSCM/FKUI. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi

Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Ramayulis, R. 2016. Diet Untuk Peenyakit Komplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya

Grup

Robbins dan Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC

Rosjidi, C. H. dan Isroin, L. 2014. Perempuan Lebih Rentan Terserang Penyakit

Kardiovaskular. Ponorogo: Jurnal Florence. Vol. VII, No. 1. (Diakses: 5

Januari 2018). Diambil dari: http://eprints.umpo.ac.id/

Rotty, L. Dan Lee, J. A. 2015. Profil Lipid Pada Pasien dengan Penyakit Jantung

Koroner di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2012. Manado:

Jurnal e-Clinic. Vol. 3, No. 1. (Diakses: 25 April 2018). Diambil dari:

https://ejournal.unsrat.ac.id/

Sabriah, A. N. 2015. Cara Ampuh Menurunkan Kolesterol dalam Sekejab.

Jakarta: Bonjer

Saryono dan Anggraeni, M, D. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian kesehatan Penentuan Praktis Bagi Pemula.

Yogyakarta: Nuha medika

Suharjo, J. B. dan Cahyono, B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern.

Yogyakarta: Kanisius

Sujarweni, V. W. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media

Utaminingsih, W. R. 2015. Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes,

Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas. Yogyakarta:

Media Ilmu

Wahyuni, E. S. 2017. Hubungan Asupan Lemak, Vitamin A, C, dan E dengan

Rasio LDL/HDL pada Penderita Jantung Koroner di RSUD Dr. H. Abdul

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

79

Moeloek Provinsi Lampung. Lampung: Jurnal Kebidanan. Vol. 3, No. 1.

(Diakses: 25 desember 2017). Diambil dari: http://ejurnal.malahayati.ac.id/

Wongkar, A.H. 2014. Hubungan Profil Lipid Darah Low Density Lipoprotein

dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di BLU RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manano. Manado. (Diakses: 25 april 2018). Diambil dari :

https://ejournalhealth.com/

WHO. 2009. Mongolian Steps Survey On The Prevalence Of Noncommunicable

Disease And Injury Risk Factors. (Diakses: 10 Januari 2018). Diambil dari:

http://www.who.int/

WHO. 2013. The Top 10 Causes of Death. (Diakses: 15 desember 2017). Diambil

dari: http://who.int/

Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Mediakal Bedah 1. Yogyakarta:

Nuha Medika

Yahya, F. 2010. Menakhlukkan Pembunuh Nomer 1: Mencegah danMengatasi

Penyakit Jantung Koroner Secara Tetap dan Cepat. Bandung: Mizan

Pustaka

Zahrawardani, D. Dan Herlambang, K.S. 2013. Analisis Faktor Resiko Kejadian

Penyakit Jantung Koroner di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang:

Jurnal Kedokteran Muhamadiyah. Vol. 1, No. 2. (Diakses: 26 april 2018).

Diambil dari: https://jurnal.unimus.ac.id/

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

80

Lampiran 1

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

81

Lampiran 2

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

82

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

83

Lampiran 3

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

84

Lampiran 4

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

85

Lampiran 5

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

86

Lampiran 6

LEMBAR PERMOHONAN PENELITIAN

1. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Fraksi Lemak Terhadap Resiko Penyakit

Jantung Koroner di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

2. Identitas Peneliti

a. Nama : Vidya Kusumawati

b. Asal institusi : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

3. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh nilai fraksi lemak terhadap

resiko penyakit jantung koroner di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo.

Peneliti sangat mengharapkan perijinan untuk melaksanakan penelitian ini,

dan peneliti akan menjamin sepenuhnya kerahasiaan hasil penelitian. Informasi

yang diberikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan

tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Jika diijinkan untuk

melakukan penelitian ini, mohon untuk menandatangani lembar informed

concernt yang sudah peneliti siapkan.

Peneliti,

Vidya Kusumawati

NIM. 201402051

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

87

Lampiran 7

Page 89: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

88

Lampiran 8

Page 90: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

88

Lampiran 9

LEMBAR ISIAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN NON – PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO

No Nama Diagnosis Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan LDL HDL Trigliserida Kolesterol Total LDL : HDL

1 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0

2 K 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0

3 M 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

4 S 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0

5 DW 1.0 2.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

6 S 1.0 2.0 5.0 3.0 5.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

7 S 1.0 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

8 ST 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0

9 NS 1.0 2.0 4.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0

10 S 1.0 2.0 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0

11 S 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Page 91: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

89

12 HU 1.0 1.0 4.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

13 DUT 1.0 2.0 5.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

14 BS 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0

15 PR 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

16 P 1.0 1.0 5.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0

17 M 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

18 B 1.0 1.0 3.0 4.0 4.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0

19 BS 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0

20 S 1.0 2.0 4.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

21 D 1.0 1.0 5.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

22 W 1.0 1.0 5.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

23 Q 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

24 RK 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0

25 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

Page 92: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

90

26 S 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

27 B 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

28 F 1.0 1.0 3.0 4.0 4.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0

29 C 1.0 2.0 3.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0

30 A 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0

31 Z 1.0 1.0 4.0 4.0 4.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0

32 W 1.0 1.0 4.0 3.0 4.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

33 G 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0

34 G 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0

35 T 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

36 Y 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0

37 I 1.0 2.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0

38 U 1.0 2.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

39 M 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 2.0

Page 93: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

91

40 K 1.0 2.0 3.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

41 J 1.0 2.0 5.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0

42 L 1.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0

43 G 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

44 NS 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

45 M 1.0 1.0 5.0 2.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0

46 DK 1.0 2.0 5.0 4.0 5.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0

47 WS 1.0 1.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

48 P 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

49 LM 1.0 1.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0

50 LA 1.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

51 HU 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0

52 IK 1.0 2.0 5.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

53 IB 1.0 1.0 5.0 3.0 3.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

Page 94: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

92

54 JW 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

55 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

56 M 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

57 KS 1.0 1.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0

58 P 1.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0 2.0 1.0

59 S 1.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 1.0

60 W 1.0 2.0 4.0 1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0

61 NH 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

62 NS 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

63 ER 2.0 2.0 1.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

64 S 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0 1.0

65 G 2.0 1.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0

66 S 2.0 1.0 4.0 3.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

67 S 2.0 2.0 4.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Page 95: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

93

68 S 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0

69 T 2.0 1.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

70 Z 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

71 P 2.0 1.0 3.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

72 P 2.0 2.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

73 SPU 2.0 1.0 2.0 3.0 5.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

74 I 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

75 P 2.0 2.0 5.0 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

76 N 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

77 W 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 2.0

78 M 2.0 1.0 4.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

79 B 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

80 K 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0

81 A 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0

Page 96: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

94

82 C 2.0 2.0 1.0 4.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

83 D 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

84 EA 2.0 1.0 3.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

85 JI 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

86 AD 2.0 1.0 4.0 1.0 2.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

87 LE 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

88 EH 2.0 2.0 3.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

89 D 2.0 1.0 5.0 3.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

90 F 2.0 1.0 5.0 2.0 5.0 1.0 2.0 1.0 1.0 2.0

91 G 2.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

92 GJ 2.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

93 L 2.0 2.0 5.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

94 N 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

95 M 2.0 2.0 3.0 2.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Page 97: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

95

96 QA 2.0 2.0 3.0 1.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

97 R 2.0 1.0 3.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

98 E 2.0 1.0 1.0 3.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

99 W 2.0 1.0 1.0 3.0 3.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

100 R 2.0 1.0 1.0 2.0 5.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

101 T 2.0 1.0 5.0 1.0 5.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0

102 I 2.0 2.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

103 C 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0

104 A 2.0 2.0 4.0 2.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

105 F 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

106 G 2.0 2.0 5.0 1.0 3.0 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0

107 JI 2.0 2.0 5.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

108 L 2.0 2.0 1.0 4.0 4.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

109 M 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

Page 98: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

96

110 JP 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

111 Z 2.0 2.0 1.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

112 H 2.0 2.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

113 B 2.0 1.0 5.0 2.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

114 S 2.0 1.0 5.0 1.0 3.0 2.0 1.0 1.0 2.0 1.0

115 SU 2.0 1.0 4.0 1.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

116 RP 2.0 2.0 5.0 3.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

117 FS 2.0 2.0 2.0 3.0 3.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

118 S 2.0 2.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 2.0 2.0

119 M 2.0 1.0 3.0 2.0 4.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0

120 G 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0

Page 99: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

97

Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 100: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

98

Lampiran 11

Page 101: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

99

Lampiran 12

HASIL UJI STATISTIK CHI-SQUARE DENGAN SPSS

1. LDL

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 36.391a 1 .000

Continuity Correctionb 34.219 1 .000

Likelihood Ratio 38.527 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 36.088 1 .000

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

28,50.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for LDL (>=

101 / < 100) 12.000 5.072 28.391

For cohort DIAGNOSA

= PJK 3.316 2.090 5.261

For cohort DIAGNOSA

= NON PJK .276 .164 .465

N of Valid Cases 120

Page 102: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

100

2. HDL

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .320a 1 .572

Continuity

Correctionb

.142 1 .706

Likelihood Ratio .320 1 .571

Fisher's Exact Test .706 .353

Linear-by-Linear

Association .317 1 .573

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

22,50.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for HDL

(PRIA <= 39,

WANITA <= 44 /

PRIA > 40, WANITA

> 45)

1.238 .590 2.596

For cohort

DIAGNOSA = PJK 1.111 .775 1.594

For cohort

DIAGNOSA = NON

PJK

.897 .613 1.313

N of Valid Cases 120

Page 103: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

101

3. TRIGLISERIDA

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 6.652a 1 .010

Continuity

Correctionb

5.735 1 .017

Likelihood Ratio 6.719 1 .010

Fisher's Exact Test .016 .008

Linear-by-Linear

Association 6.596 1 .010

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

26,00.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

TRIGLISERIDA (>=

151 / < 151)

2.637 1.252 5.554

For cohort

DIAGNOSA = PJK 1.598 1.117 2.287

For cohort

DIAGNOSA = NON

PJK

.606 .403 .910

N of Valid Cases 120

Page 104: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

102

4. KOLESTEROL TOTAL

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 12.570a 1 .000

Continuity Correctionb 11.134 1 .001

Likelihood Ratio 13.124 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear

Association 12.465 1 .000

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

15,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

KOLESTEROL_TOTAL

(>= 201 / < 200)

5.048 1.967 12.952

For cohort DIAGNOSA

= PJK 1.914 1.396 2.625

For cohort DIAGNOSA

= NON PJK .379 .193 .744

N of Valid Cases 120

Page 105: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

103

5. RASIO LDL : HDL

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 7.869a 1 .005

Continuity Correctionb 6.855 1 .009

Likelihood Ratio 7.976 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .004

Linear-by-Linear Association 7.804 1 .005

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

23,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

RASIO_LDL_HDL (> 3 /

<= 3)

2.940 1.369 6.311

For cohort DIAGNOSA =

PJK 1.660 1.171 2.354

For cohort DIAGNOSA =

NON PJK .565 .364 .876

N of Valid Cases 120

Page 106: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

104

Lampiran 13

HASIL UJI CHI-SQUARE PADA RASIO LDL: HDL

(JIKA NILAI DITURUNKAN 1 TINGKAT)

*Resiko tinggi jika > 2

Resiko rendah jika ≤ 2

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 15.680a 1 .000

Continuity

Correctionb

14.222 1 .000

Likelihood Ratio 16.150 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 15.549 1 .000

N of Valid Casesb 120

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

22,50.

b. Computed only for a 2x2

table

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

RASIO_LDL_HDL

(> 2 / <= 2)

4.889 2.171 11.008

For cohort

DIAGNOSA = PJK 2.400 1.436 4.010

For cohort

DIAGNOSA = NON

PJK

.491 .346 .696

N of Valid Cases 120

Page 107: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangrepository.stikes-bhm.ac.id/284/1/64.pdfmembuang kelebihan lemak jahat di pembuluh darah arteri kembali kehati, untuk diproses dan dibuang (Kurniadi,

105

Lampiran 14