skripsi hubungan antara host dan environment …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan...

165
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN NGAWI Oleh : DIAH FAJARWATI NIM : 201403057 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

90 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH

KERJA UPT PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN NGAWI

Oleh :

DIAH FAJARWATI

NIM : 201403057

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

i

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH

KERJA UPT PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN NGAWI

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

DIAH FAJARWATI

NIM : 201403057

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

ii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

iii

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

iv

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Diah Fajarwati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Manado, 5 April 1996

Agama : Islam

Alamat : Perum. Griya Pilar Indah Permai MD.03,

Ds.Tambakromo RT.004 RW.001, Kec.

Geneng, Kab. Ngawi

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Tambakromo 01 2002 - 2008

2. SMP Negeri 1 Geneng 2008 – 2011

3. SMK Negeri 1 Ngawi 2011 – 2014

4. S1 Kesehatan Masyarakat 2014 - 2018

Foto 3x4

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Host dan Environment dengan

Kejadian Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan Masyarakat

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada :

1. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun dan juga selaku Dewan Penguji Skripsi.

2. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

3. Hanifah Ardiani, S.KM.,MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Suhadi Prayitno, S.KM.,MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Katon Prasetyo S.Kep., Ners selaku Kepala UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Atas

semua perhatian dari segala pihak penulis ucapkan terimakasih.

Madiun, Mei 2018

Penulis

Diah Fajarwati

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

vii

ABSTRAK

Diah Fajarwati

HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT DENGAN KEJADIAN

PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BRINGIN

KABUPATEN NGAWI

106 halaman + 32 tabel + 6 gambar + lampiran

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh

bakteri kusta Mycobacterium leprae. Kejadian kusta di wilayah kerja UPT

Puskesmas Bringin pada tahun 2017 yaitu sebesar 25 kasus. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan antara host dan environment dengan

kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan kasus

kontrol. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita kusta yang berada di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi sebanyak 25 orang.

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis data dilakukan

secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji

Chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara

pengetahuan (p= 0,020; aOR= 5,091), pendapatan (p= 0,043; aOR= 4,030),

pekerjaan (p= 0,034; aOR= 4,846), jenis lantai (p= 0,022; aOR= 4,750) dengan

kejadian penyakit kusta dan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

(p= 0,115; aOR= 3,500), peran tenaga kesehatan (p= 0,462; aOR= 2,316),

kepadatan hunian (p= 0,377; aOR= 2,020), luas ventilasi (p= 0,663; aOR= 2,190)

dengan kejadian penyakit kusta. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel yang paling berperan terhadap kejadian penyakit kusta adalah

pengetahuan (aOR=3,78 ; 95% CI = 1,00-14,17).

Saran untuk Puskesmas Bringin sebaiknya lebih mengaktifkan kembali

paguyuban dan diberikan edukasi serta penyuluhan yang lebih berkelanjutan

kepada masyarakat dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai

penyakit kusta.

Kata kunci : penyakit kusta, faktor risiko, Puskesmas Bringin

Kepustakaan : 36 (2008 – 2018)

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

viii

Department of Public Health

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRACT

Diah Fajarwati

THE ASSOCIATED HOST AND ENVIRONMENT WITH THE INCIDENCE

OF LEPROSY DISEASE AT BRINGIN MEDICAL CENTER OF NGAWI

COMMUNITY AREA

106 pages, 32 tables, 6 pictures and attachments

Leprosy is an infectious disease caused by the bacterium leprae

mycrobacterium. The incidence of leprosy at Bringin medical center in 2017 that

was 25 cases. The purpose of this research of this study was to determine the

associated host and environment the incidence of leprosy disease at bringin

medical center of Ngawi community area.

The kind of this research was observational analytic used of case control

study. The population of this study were all leprosy patients that was around of

Bringin medical centre of Ngawi community area were 25 people and used of

total sampling. The data analysis of this study was used univariate, bivariate

analysis used chi square test, and multivariate analysis used logistic regression

test.

Variables were associated and significant with the incidence of leprosy

disease were knowledge (p = 0.020, aOR = 5.091), income (p = 0.043, aOR =

4,030), work (p = 0.034, aOR = 4,846), floor type (p = 0.022; aOR = 4,750).

Variables were not associated and significant with the incidence of leprosy

disease were education (p = 0,115; aOR = 3,500), health work role (p = 0,462;

aOR = 2,316), occupancy density (p = 0,377; aOR = 2,020), ventilation area (p =

0,663; aOR = 2,190) with incidence of leprosy. Based on multivariate used

logistic regression test showed that the variables was a very influential with the

incidence of leprosy disease were knowledge (aOR = 3,78; 95% CI = 1,00-14,17).

Bringin medical center should be to re-activate for around of community

and improved education information on prevention for community to increase the

knowledge about leprosy.

Key word : disease leprosy, risk factors, Bringin medical center

Literature : 36 (2008-2018)

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................................vii

ABSTRACT ............................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................ 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kusta

2.1.1 Definisi Kusta ............................................................................... 15

2.1.2 Epidemiologi Kusta ....................................................................... 15

2.1.3 Penyebab Kusta ............................................................................. 16

2.1.4 Sumber Penularan ......................................................................... 16

2.1.5 Cara Penularan ............................................................................. 17

2.1.6 Tanda - Tanda Kusta ...................................................................... 17

2.1.7 Klasifikasi Kusta ........................................................................... 19

2.1.8 Dampak Kusta ............................................................................... 22

2.1.9 Upaya Pencegahan Kusta .............................................................. 25

2.1.10 Pengobatan Kusta ......................................................................... 25

2.1.11 Reaksi Kusta ................................................................................. 28

2.2 Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Kusta

2.2.1 Faktor Host ................................................................................... 32

2.2.2 Faktor Agent .................................................................................. 38

2.2.3 Faktor Lingkungan Fisik ............................................................... 38

2.2.4 Faktor Lingkungan Sosial ............................................................. 40

2.3 Kerangka Teori .............................................................................. 42

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 43

3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 44

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

x

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 46

4.2 Populasi dan Sampel ...................................................................... 46

4.3 Teknik Sampling ............................................................................. 52

4.4 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................. 53

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel................... 54

4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 58

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 58

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 59

4.9 Teknik Pengolahan Analisis Data ................................................... 61

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum ............................................................................ 67

5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 68

5.3 Hasil Penelitian ................................................................................ 70

5.4 Pembahasan .................................................................................... 81

5.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 102

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 103

6.2 Saran .............................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 107

LAMPIRAN

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................... 10

Tabel 2.1 Klasifikasi Kusta Menurut WHO ............................................... 20

Tabel 2.2 Klasifikasi Kusta Menurut WHO ............................................... 21

Tabel 2.3 Pengobatan Kusta Tipe PB ......................................................... 27

Tabel 2.4 Pengobatan Kusta Tipe MB ........................................................ 28

Tabel 2.5 Perbedaan Reaksi Tipe 1 dan Tipe 2 .......................................... 30

Tabel 2.6 Skema Pemberian Prednison ...................................................... 31

Tabel 2.7 Skema Pemberian Lampren ........................................................ 32

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel .................................................... 55

Tabel 4.2 Coding Data ................................................................................ 62

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .................. 68

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 68

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ......... 69

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ........... 69

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kejadian Kusta ... 70

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Kejadian Kusta ..... 70

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Pendapatan Berdasarkan Kejadian Kusta ..... 71

Tabel 5.8 Distribusi Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kejadian Kusta ............ 71

Tabel 5.9 Distribusi Peran Nakes Berdasarkan Kejadian Kusta ................. 71

Tabel 5.10 Distribusi Kepadatan Hunian Berdasarkan Kejadian Kusta ....... 72

Tabel 5.11 Distribusi Jenis Lantai Berdasarkan Kejadian Kusta .................. 72

Tabel 5.12 Distribusi Luas Ventilasi Berdasarkan Kejadian Kusta .............. 72

Tabel 5.13 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Kusta ........... 73

Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Kusta ............. 74

Tabel 5.15 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Kusta ............. 74

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

xii

Tabel 5.16 Hubungan Tingkat Pekerjaan dengan Kejadian Kusta ............... 75

Tabel 5.17 Hubungan Peran Nakes dengan Kejadian Kusta ........................ 76

Tabel 5.18 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Kusta ............... 77

Tabel 5.19 Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Kusta ......................... 77

Tabel 5.20 Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian Kusta ..................... 78

Tabel 5.21 Tabel Rangkuman Analisis Bivariat ........................................... 79

Tabel 5.22 Tabel Hasil Uji Regresi Logistik ................................................ 80

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 44

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................. 53

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Calon Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Awal STIKES

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal KESBANGPOL

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian STIKES

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian KESBANGPOL

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Bimbingan

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

xv

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DEPKES : Departemen Kesehatan

DINKES : Dinas Kesehatan

ENL : Erythema Nodosum Leprosum

PB : Pauci Baciler

PR : Prevalensi Rate

MB : Multi Baciler

RI : Republik Indonesia

WHO : World Health Organization

UPT : Unit Pelaksana Teknis

BTA : Basil Tahan Asam

MDT : Multidrug Therapy

RFT : Release From Treatment

KEMKES : Kementrian Kesehatan

KTP : Kartu Tanda Penduduk

P2M : Pemberantasan Penyakit Menular

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

UMR : Upah Minimum Regional

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang menimbulkan

masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya

masalah dari segi medis tetapi meluas sampai masalah ekonomi, sosial,

budaya dan keamanan. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti

masyarakat termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih

kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap

penyakit kusta dan cacat yang ditimbulkannya (Depkes RI, 2012).

Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh bakteri

kusta Mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan

tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Dikenal ada dua macam tipe

kusta yaitu tipe MB (Multi Basiler atau kusta basah) dan tipe PB (Pauci

Basiler atau kusta kering). Kusta tipe MB merupakan sumber utama

penularan penyakit kusta, namun cara penularan yang pasti belum diketahui.

Penularan kusta secara jelas masih belum diketahui tetapi sebagian besar

dari peneliti menyimpulkan bahwa penularan utama kusta yaitu melewati

saluran pernafasan dan kulit, namun perlu kontak yang akrab dan lama

dengan penderita kusta hingga dapat terinfeksi penyakit kusta. Hanya

sebagian orang yang dapat terinfeksi oleh bakteri kusta setelah kontak

dengan penderita lain karena adanya imunitas dari tubuh masing-masing

orang. Banyaknya kasus kusta di daerah endemik yang terjadi tanpa adanya

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

2

kontak langsung dengan penderita kusta memungkinkan adanya sumber

penularan di luar manusia seperti lingkungan dan hewan yang dapat

menyebabkan kejadian kusta (Depkes RI, 2012).

Menurut WHO tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di

dunia dengan jumlah kasus baru sebanyak 16.856 kasus dengan jumlah

kecacatan tingkat 2 sebanyak 9,86% (Kebijakan Kesehatan Indonesia,

2015). Sementara urutan pertama diduduki oleh India dengan jumlah

134.752 kasus. Di urutan kedua, ada Brasil dengan angka 33.303 kasus. Di

bawah Indonesia, ada Bangladesh dengan 3.688 kasus dan Kongo dengan

3.607 kasus (Linggasari, 2015).

Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian

Kesehatan RI, Angka prevalensi penderita kusta di Indonesia pada tahun

2015 sebanyak 0,78 per 10.000 penduduk, sehingga jumlah penderita yang

terdaftar sekitar 20.160 kasus. Ada 14 provinsi di Indonesia yang masih

tinggi untuk prevalensi kasus penyakit kusta diatas 1 per 10.000 diantaranya

Banten, Sulawesi Tengah, Aceh, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara,

Papua, Papua Barat dan Kalimantan Utara. Dari 14 provinsi di Indonesia

penderita penyakit kusta didominasi oleh penduduk yang tinggal di Pulau

Jawa seperti Jawa Timur. (Kemkes, 2015).

Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, 30% penderita kusta di

Indonesia diantaranya 4.183 orang berada diwilayah Jatim. Sebanyak 8%

atau 332 orang diantaranya adalah penderita usia anak-anak. Dari hasil

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

3

pendataan Kementrian Kesehatan (Kemkes) pada tahun 2012, jumlah

penderita kusta di Jawa Timur ada 4.807 orang penderita sedangkan pada

tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 4.119 orang penderita kusta baru

dengan Prevalensi Rate (PR) 1,07 per 10.000 penduduk. Jumlah penderita

terbesar berada di Pulau Madura. Pulau ini menyumbang 35% penderita

kusta di Jawa Timur (Sudiono, 2016).

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur

dengan jumlah penderita kusta terbanyak ke-16 dari 38 kabupaten/kota di

Jawa Timur (Kemkes, 2015). Jumlah penderita kusta di Ngawi cepat

meningkat karena penyakit kusta di Ngawi sebagian besar adalah tipe Multi

Basiller (MB) yang bisa menular. Berdasarkan Data Pokok Program Kusta

Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi tahun 2014 jumlah penderita kusta

sebanyak 57 kasus dengan Prevalensi Rate (PR) 1,01 per 10.000 penduduk.

Kecamatan Bringin Khususnya wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

merupakan daerah dengan prevalensi kusta tertinggi kedua pada tahun 2014

yaitu sebesar 18 kasus dengan Prevalensi Rate (PR) 5,97 per 10.000

penduduk. Kejadian kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin pada

tahun 2017 yaitu sebesar 25 kasus.

Permasalahan kusta di Indonesia masih sarat dengan stigma, sehingga

menyebabkan penderita kusta dijauhi dan dikucilkan dan menyebabkan

penderita kusta merasa malu, takut, kecewa, tidak percaya diri, merasa tidak

berharga dan berguna lagi (Kebijakan Kesehatan Indonesia, 2015). Dampak

penyakit kusta ini tidak hanya berdampak kepada penderita tetapi juga

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

4

berdampak pada keluarga, masyarakat dan negara. Penyakit kusta masih

dianggap sebagai penyakit keturunan, kutukan Tuhan dan najis. Sehingga

anggapan yang salah ini menyebabkan penderita kusta merasa putus asa

dengan penyakitnya (Wiyarni, 2013). Sehingga menyulitkan dalam

pencarian kasus kusta dan tatalaksana yang tepat. Padahal penyakit kusta

dapat disembuhkan tuntas tanpa penampilan yang menakutkan dan

kecacatan. Penyakit kusta yang ditemukan sedini mungkin dengan

pengobatan yang cepat dan tepat dapat disembuhkan dengan

meminimalisasi kecacatan. Namun penyakit kusta yang terlambat

ditemukan dan diobati dapat menimbulkan kecacatan permanen (Kebijakan

Kesehatan Indonesia, 2015).

Dari segi distribusi manusia penyakit kusta disebabkan oleh beberapa

faktor seperti etnik atau suku, faktor sosial ekonomi, jenis kelamin dan

faktor menurut umur. Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan.

Menurut catatan sebagian besar negara di dunia kecuali negara di Afrika

menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terserang dari pada wanita.

Sedangkan segi umur kusta dapat terjadi pada semua umur berkisar umur

antara bayi sampai umur tua. Namun yang terbanyak adalah pada umur

muda dan produktif (Depkes RI, 2012). Berdasarkan hasil penelitian

Muhammad et al. (2009), dari 500 penderita kusta diperoleh hasil tingkat

kecacatan paling tinggi terjadi pada usia > 60 tahun (50%), kemudian umur

46 – 60 tahun (43,6%), dan terendah pada umur 0 – 15 tahun (8,3%)

(Anggarini, 2012).

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

5

Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit

kusta pada penelitian ini adalah faktor lingkungan fisik meliputi kepadatan

hunian karena jumlah anggota dalam hunian tidak sesuai dengan standart,

luas ventilasi karena tidak memenuhi syarat dan jenis lantai karena lantai

tidak memenuhi standart, selain faktor lingkungan sosial meliputi

pengetahuan karena pengetahuan kurang, pekerjaan karena kebanyakan

petani/buruh, pendapatan karena menengah kebawah, pendidikan karena

pendidikan rendah, dan peran tenaga kesehatan karena kurangnya peran

tenaga kesehatan pada penderita. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Andy Muharry mengenai faktor risiko kejadian kusta tahun 2014, faktor

yang berhubungan secara bermakna yaitu kondisi ekonomi keluarga rendah,

kebersihan perorangan kurang, pengetahuan rendah, kontak serumah,

kontak tetangga, dan lingkungan fisik rumah dengan kejadian kusta.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yessita Yuniarasari mengenai

faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kusta tahun 2011, faktor

yang berhubungan secara bermakna yaitu tingkat pengetahuan rendah,

personal hygiene kurang dan jenis pekerjaan petani/buruh.

Penelitian mengenai kejadian penyakit kusta di Kecamatan Bringin,

Kabupaten Ngawi sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Setyawan

(2015). Tetapi penelitian tentang kejadian kusta dengan menganalisis

variabel mengenai sosial ekonomi di Kecamatan Bringin belum pernah

dilakukan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Host dan

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

6

Environment dengan Kejadian Penyakit Kusta di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Apakah ada hubungan antara host dan environment dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

4. Apakah ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi?

5. Apakah ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan

kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi?

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

7

6. Apakah ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

7. Apakah ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi?

8. Apakah ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara host dan environment dengan

kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

2. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

8

3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

4. Mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

5. Mengetahui hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan

kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi.

6. Mengetahui hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

7. Mengetahui hubungan antara jenis lantai dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

8. Mengetahui hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian

penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai bahan informasi untuk pertimbangan dalam mengambil sebuah

kebijakan dan tindakan dalam upaya pemberantasan penyakit kusta di

UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

9

1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Menambah referensi tentang faktor risiko yang berhubungan dengan

penularan penyakit kusta yang termasuk dalam studi epidemiologi

penyakit menular, dan dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian

selanjutnya.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan pada

masyarakat serta keluarga penderita dan diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini

gejala kusta serta menjaga kebersihan diri maupun kebersihan

lingkungan.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman, pengetahuan, wawasan dalam

menganalisis faktor risiko terhadap penyakit kusta dan untuk

menerapkan ilmu yang selama ini sudah didapat oleh peneliti.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

10

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terdahulu tentang faktor risiko kejadian kusta

antara lain:

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian

No Jurnal

Penelitian

Nama

Peneliti

Tempat

dan

Tahun

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Faktor Risiko

Yang

Berhubungan

Dengan

Kejadian Kusta

Yessita

Yuniarasari

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Gunem

dan

Puskesmas

Sarang

Kabupaten

Rembang

tahun

2011.

Case

control

Variabel Bebas:

tingkat

pendidikan,

tingkat

pengetahuan,

personal

hygiene, lama

kontak, suhu

kamar tidur,

umur, jenis

pekerjaan, jarak

rumah dan jenis

kelamin.

Variabel terikat:

Kejadian Kusta

Hasil penelitian

didapatkan ada

hubungan antara

tingkat pengetahuan

(p=0,026, OR=4,343);

personal hygiene

(p=0,012, OR=5,333);

jenis pekerjaan

(p=0,001,

OR=11,400); dan

tidak ada hubungan

antara tingkat

pendidikan (p=0,160);

lama kontak

(p=0,703); suhu

kamar tidur

(p=1,000); umur

(p=0,522); jarak

rumah (p=0,577);

jenis kelamin

(p=0,779) dengan

kejadian kusta.

2. Hubungan

Antara

Pengetahuan,

Jenis Kelamin,

Kepadatan

Hunian,

Riwayat

Keluarga dan

Higiene

Perorangan

Dengan

Kejadian

Malik

Yunus

Di wilayah

kerja

Puskesmas

Kalumata

Kota

Ternate

Selatan

tahun

2015

Metode

kuantitatif

observasion

al analitik

dengan

rancangan

case control

study

Variabel bebas:

jenis kelamin,

riwayat

keluarga,

higiene

perorangan,

kepadatan

hunian, dan

pengetahuan.

Hasil penelitian

didapatkan ada

hubungan antara

riwayat keluarga

p=0,000 (p < 0,05);

kepadatan hunian

p=0,002 (p <0,05);

pengetahuan p=0,000

(p < 0,05) dengan

kejadian penyakit

kusta dan tidak ada

hubungan antara jenis

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

11

No Jurnal

Penelitian

Nama

Peneliti

Tempat

dan

Tahun

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Penyakit Kusta

Di Puskesmas

Kalumata Kota

Ternate Selatan

Variabel terikat :

kejadian

penyakit kusta.

kelamin p=0,206 (p >

0,05) dan higiene

perorangan p=0,802

(p >0,05) dengan

kejadian penyakit

kusta.

3. Faktor Risiko

Kejadian Kusta

Andy

Muharry

Kecamata

n Tirto

Kabupaten

Pekalonga

n tahun

2014

Desain studi

kasus

kontrol

bersifat

retrospektif

Variabel bebas:

kondisi ekonomi

keluarga,

kebersihan

perorangan,

umur, jenis

kelamin,

pendidikan,

pengetahuan,

kontak serumah,

kontak tetangga,

lingkungan fisik

rumah dan

kepadatan

penghuni.

Variabel terikat:

kejadian kusta

Hasil penelitian

didapatkan ada

hubungan antara

kondisi ekonomi

keluarga rendah

(p=0,001 OR=6,356;

95%ci=2,212-18,267)

dan kebersihan

perorangan buruk

(p=0,000 OR=15,746;

95%CI=4,159-

59,612); Pengetahuan

(p=0,035 OR=2,464;

95%CI=1,136-5,344);

Kontak serumah

(p=0,000 OR=2,333;

95%CI=1,856-2,93);

kontak tetangga

(p=0,001 OR=8,368;

95%CI=2,301-

30,440); lingkungan

fisik rumah (p=0,020

OR=10,532;

95%CI=1,287-

86,208). Dan tidak ada

hubungan antara umur

(p=0,679); jenis

kelamin (p=0,705

OR=0,806;

95%CI=0,384-1,695);

pendidikan (p=1,000

OR=1,000;

95%CI=0,347-2,882).

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

12

No Jurnal

Penelitian

Nama

Peneliti

Tempat

dan

Tahun

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

4. Faktor Risiko

Kondisi

Hunian

Terhadap

Kejadian

Penyakit Kusta

di Kota

Makassar.

Lisdawanti

Adwan

26 wilayah

kerja

Puskesmas

di Kota

Makassar

tahun

2013

Observasion

al analitik

dengan

pendekatan

studi kasus

kontrol

(case

control

study).

Variabel bebas:

luas ventilasi

rumah, jenis

dinding, jenis

lantai dan

kepadatan

hunian.

Variabel terikat:

kejadian

penyakit kusta.

Hasil penelitian

didapatkan ventilasi

(OR=2,19;

95%CI=1,06-4,54);

dinding (OR=4,68;

95%CI=2,45-8,91);

dan kepadatan hunian

(OR=4,20;

95%CI=2,22-7,95)

merupakan faktor

risiko sedangkan

variabel lantai dengan

(OR=2,07;

95%CI=0,50-8,53)

merupakan faktor

risiko namun tidak

bermakna secara

statistik.

5. Faktor Risiko

Kejadian

Penyakit Kusta

di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Saumlaki

Kabupaten

Maluku

Tenggara Barat

Tahun 2010-

2011.

Benjamin

Kora

Di

Wilayah

Kerja

Puskesmas

Saumlaki

Kabupaten

Maluku

Tenggara

Barat

tahun

2012.

Case

control

study

Variabel bebas:

jenis kelamin,

pendidikan,

pekerjaan,

kontak serumah,

dan hunian yang

padat.

Variabel terikat:

kejadian

penyakit kusta.

Hasil penelitian

didapatkan jenis

kelamin (laki-laki

OR=2,316;

95%CI=0,993-5,402);

pendidikan (rendah

OR=2,768;95%CI=1,3

23-5,791); pekerjaan

(petani dan buruh

OR=3,532;95%CI=

1,656-7,53); kontak

serumah

(OR=2,023;95%CI=0,

124-33,105); hunian

yang padat

(OR=7,429;95%CI=2,

996-18,422).

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

13

No Jurnal

Penelitian

Nama

Peneliti

Tempat

dan

Tahun

Penelitian

Rancangan

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

6. Faktor Risiko

Kejadian Kusta

Di Kota

Manado.

Natalina

Silaban

Di

Puskesmas

Tuminting

tahun

2017.

Case

control

study

Variabel bebas:

pendidikan,

pendapatan,

pengetahuan,

kepadatan

hunian dan

personal

hygiene.

Variabel terikat:

kejadian kusta.

Hasil penelitian

didapatkan ada

hubungan antara

pendidikan

(OR=0,412;95%CI=0,

297-0,572);

pengetahuan

(OR=0,490), dan

kepadatan hunian

(OR=1,902;95%CI=0,

617-5,863). Dan tidak

ada hubungan antara

pendapatan

(OR=1,000); dan

personal hygiene.

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah :

1. Variabel dependen : variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kejadian penyakit kusta yang didiagnosis berdasarkan klasifikasi menurut

Depkes RI tahun 2012. Klasifikasi kelompok kasus kusta meliputi PB

(Pauci Basiler) atau yang dikenal dengan kusta kering dan MB (Multi

Basiler) atau sering dikatakan dengan kusta basah. Kelompok kontrol

ditegakkan dengan hasil lama kontak dengan penderita dan lingkungan

serta tanpa keluhan klasik.

2. Variabel independen : variabel independen dalam penelitian ini adalah

tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis

pekerjaan, peran tenaga kesehatan, kepadatan hunian, jenis lantai dan

ventilasi rumah.

Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

14

3. Subyek penelitian : subyek penelitian ini adalah seorang penderita yang

sudah mengalami penyakit kusta meliputi kusta tipe PB maupun tipe MB

di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

4. Desain penelitian : desain penelitian ini menggunakan metode case control

study yang dengan analisis kuantitatif dengan interview dan analisis

datanya menggunakan uji chi square dan regresi logistik.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kusta

2.1.1 Definisi

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang

menimbulkan masalah sangat kompleks. Masalah yang dimaksud

bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,

ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional (Depkes RI,

2012). Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun dan

disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang

menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan

saraf pusat (Depkes RI, 2012). Penyakit kusta adalah penyakit yang

disebabkan oleh bakteri (M.leprae), infeksi hanya terjadi dengan

kontak erat yang berlangsung lama, khususnya pada penderita kusta

dengan cara bakteri masuk kedalam tubuh melalui kulit dan hidung

(Koes Irianto, 2014).

2.1.2 Epidemiologi Penyakit Kusta

WHO (2009), menyatakan bahwa pada akhir tahun 2008

penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan

Regional Asia Tenggara menempati urutan pertama (167.505 kasus).

Negara di Regional Asia Tenggara yang menyumbang angka kejadian

kusta mayoritas di India (134.184 kasus) dan Indonesia (17.441

kasus).

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

16

Sepanjang tahun 2013, Kementrian Kesehatan RI mencatat

16.825 kasus kusta baru, dengan angka kecacatan 6,82 per 10.000

penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga

dunia dengan kasus baru kusta terbanyak setelah India (134.752 kasus)

dan Brasil (33.303 kasus). Tahun 2014 propinsi Jawa Timur memiliki

jumlah penderita baru sebesar 4.119 kasus dengan Prevalensi Rate

(PR) 1,07 per 10.000 penduduk. Kabupaten Ngawi merupakan salah

satu kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah penderita kusta

terbanyak ke-16 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur (Depkes RI,

2012).

2.1.3 Penyebab

Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium leprae dimana

untuk pertama kali ditemukan oleh G.H. Armauer Hansen pada tahun

1873. M. leprae hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar

pada sel saraf (Schwan Cell) dan sel dari sistem retikulo endotelil.

Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2 – 3 minggu. Di luar tubuh

manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal dapat

bertahan sampai dari 9 hari (Depkes RI, 2012).

2.1.4 Sumber Penularan

Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap

sebagai sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada

armadillo, simpanse dan pada telapak kaki tikus yang mempunyai

kelenjar thymus (Athymic nude mouse) (Depkes RI, 2012).

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

17

2.1.5 Cara Penularan

Kuman kusta mempunyai masa inkubasi selama 2 – 5 tahun,

akan tetapi dapat juga bertahun – tahun. Penularan terjadi apabila M.

leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk

kedalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti bagaimana

cara penularan penyakit kusta, tetapi penyakit kusta hanya bisa

menular melalui saluran pernafasan, kulit dan saat terjadi kontak

langsung dengan penderita sehingga yang beresiko tinggi tertular

penyakit kusta adalah orang yang tinggal satu rumah dengan penderita

penyakit kusta. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara

kontak yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat

sesuai regimen WHO tidak menjadi sumber penularan kepada orang

lain (Depkes RI, 2012).

2.1.6 Tanda – Tanda Kusta

Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda – tanda

utama atau Cardinal sign, yaitu :

1. Lesi (Kelainan) kulit yang mati rasa.

Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan

(hypopigmeniasi) atau kemerah – merahan (erithematous) yang

mati rasa (anaesthesi).

2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.

Gangguan fungsi saraf unu merupakan akibat dari peradangan kronis

saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

18

a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa

b. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau

kelumpuhan (Paralise).

c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-retak.

3. Adanya bakteri tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit

(BTA positif) (Depkes RI, 2012).

A. Tanda – Tanda Tersangka Kusta (Suspek)

1. Tanda - tanda pada kulit

a. Bercak/ kelainan kulit yang merah atau putih di bagian

tubuh.

b. Kulit mengkilap.

c. Bercak yang tidak gatal.

d. Adanya bagian – bagian tubuh yang tidak berkeringat atau

tidak berambut.

e. Lepuh tidak nyeri.

2. Tanda – tanda pada syaraf

a. Rasa kesemutan, tertusuk – tusuk dan nyeri pada anggota

badan atau muka.

b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka.

c. Adanya cacat (deformitas).

d. Luka (ulkus) yang tidak sembuh.

Tanda – tanda tersebut merupakan tanda – tanda

tersangka kusta (sebagai kasus yang dicurigai) jangan digunakan

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

19

sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Jika diagnosis kusta

masih belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan

adalah :

1. Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lain (seperti panu,

kurap, kudis, frambusia).

2. Jika tidak ditemukan adanya mati rasa yang jelas maupun

penebalan saraf namun ada tanda – tanda mencurigakan

seperti nodul, pembengkakan pada wajah atau cuping telinga,

atau infiltrasi pada kulit, perlu dilakukan pemeriksaan asupan

kulit (skin smear).

3. Tunggu 3 – 6 bulan dan periksa kembali adanya mati rasa

jika lesi kulit tersebut benar kusta maka dalam periode

tersebut mati rasa harusnya menjadi jelas dan kita dapat

memenuhi MDT. Jika masih meragukan suspek perlu di

rujuk (Depkes RI, 2012).

2.1.7 Klasifikasi

Setelah seseorang di diagnosis menderita kusta, maka tahap

selanjutnya harus ditetapkan tipe atau klasifikasinya.

1. Dasar Klasifikasi

Penyakit kusta dapat di klasifikasikan berdasarkan beberapa hal

yaitu :

a. Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang

terganggu.

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

20

b. Hasil pemeriksaan bakteriologis, yaitu skin smear basil tahan

asam (BTA) positif atau negatif. Pemeriksaan laboratorium

hanya dilakukan bila diagnosis meragukan.

2. Tujuan

Klasifikasi/ tipe penyakit kusta penting untuk menentukan :

a. Jenis dan lamanya pengobatan penyakit.

b. Waktu penderita dinyatakan RFT.

c. Perencanaan logistik.

3. Jenis Klasifikasi

Jenis klasifikasi penyakit kusta sesuai dengan klasifikasi WHO.

Sebagian besar penentuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat

kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah kuman. Dalam

klasifikasi ini seluruh pasien kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu

tipe Pausi Basilar (PB) dan tipe Multi Basilar (MB) (Depkes RI,

2012).

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit kusta

menurut WHO adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Kusta Menurut WHO

Tanda Utama PB MB

Bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah >5

Penebalan saraf tepi yang

disertai dengan gangguan fungsi

(gangguan fungsi bisa berupa

kurang/mati rasa atau kelemahan

otot yang dipersarafi oleh saraf

yang bersangkutan)

Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf

Sediaan apusan BTA negatif BTA positif

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2012

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

21

Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi

penyakit kusta adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Kusta Menurut WHO

Kelainan kulit dan hasil

pemeriksaan

PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

a. Ukuran Kecil dan besar Kecil – kecil

b. Distribusi Unilateral atau

bilateral asimestris

Bilateral simetris

c. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

d. Batas Tegas Kurang Tegas

e. Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak

jelas, jika ada,

terjadi pada yang

sudah lanjut.

f. Kehilangan kemampuan

berkeringat, rambut rontok

pada bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak

jelas, jika ada,

terjadi pada yang

sudah lanjut

2. Infiltrat

a. Kulit Tidak ada Ada, kadang –

kadang tidak ada

b. Membran mukosa (hidung

tersumbat, pendarahan di

hidung)

Tidak pernah ada Ada, kadang –

kadang tidak ada

3. Ciri – ciri Central healing

(penyembuhan di

tengah)

a. Punched out

lesion (lesi

bentuk seperti

donat)

b. Madarosis

c. Ginekomasti

d. Hidung pelana

e. Suara sengau

4. Nodulus Tidak ada Kadang - kadang

5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris,

terjadi lambat

Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2012

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

22

2.1.8 Dampak Kusta

1. Bagi Penderita Kusta

Penyakit kusta akan berdampak kepada penderita kusta dari

berbagai aspek dan juga berakibat pada kualitas hidup yang

semakin menurun (Rao dan Joseph, 2001 dalam Fadilah 2013).

a. Fisik

Aspek fisik penyakit kusta akan berdampak pada lesi

dikulit dan kecacatan tubuh penderita (Suryanda, 2007 dalam

Fadilah, 2013). Mycobacterium leprae sebagai bakteri

penyebab penyakit kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf

sensori, otonom, dan motoric. Karena terjadi kecacatan pada

saraf sensori maka akan terjadi anestesi sehingga terjadi luka

tusuk, luka sayat, dan luka bakar akibatnya akan menjadi luka

dan luka tersebut tidak terasa. Pada saraf otonom akan terjadi

kekeringan kulit yang dapat mengakibatkan kulit mudah

retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder. Pada saraf

motoric akan terjadi paralisis sehingga terjadi deformitas

sendi pada penderita kusta (Wisnu dan Hadilukito, 2003

dalam Fadilah 2013).

b. Psikologi

Paradigma masyarakat beranggapan bahwa penyakit kusta

adalah penyakit keturunan, penyakit yang bisa menular lewat

apapun, dan tidak bisa disembuhkan. Stigma masyarakat yang

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

23

seperti itu akan membuat penderita kusta mengalami depresi

dan bahkan ada keinginan untuk bunuh diri (Bakrie, 2010

dalam Fadilah, 2013).

c. Ekonomi

Kemiskinan adalah salah satu dampak dari penyakit kusta

yang begitu besar. Perilaku penderita kusta cenderung

negative, diantaranya penderita kusta banyak yang menjadi

pengemis dan pengangguran. Pengemis adalah pekerjaan

utama mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Penelitian juga menunjukan bahwa penderita kusta yang

menjadi pengemis akan berpotensi sebagai reservoir

penularan infeksi penyakit kusta (Kaur dan Van Brakel, 2002

dalam Fadilah, 2013). Penderita kusta yang berusia produktif

yang mengalami kecacatan akan memberikan dampak

negative seperti pengangguran (Djaiman, 2003 dalam Fadilah,

2013).

d. Sosial

Masalah sosial muncul akibat ketakutan yang dialami

penderita kusta dimasyarakat (leprophobia), rendahnya

pengetahuan, kurang bersosialisasi di masyarakat, dan stigma

buruk di masyarakat, sehingga berakibat pada kurangnya

peran masyarakat dalam pemberantasan penyakit kusta

(Suryanda, 2007 dalam Fadilah, 2013).

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

24

2. Bagi Keluarga

Depkes RI (2006) (dalam Fadilah, 2013) menyatakan bahwa

penyakit kusta akan berdampak pada kelangsungan hidup

keluarga. Dampak yang muncul dalam keluarga diantaranya

keluarga panik saat salah satu anggota keluarga mendapat

diagnosa kusta, berusaha untuk mencari pertolongan ke dukun,

keluarga takut akan tertular penyakit kusta sehingga jarang

penderita kusta diusir dari rumah, keluarga takut diasingkan oleh

masyarakat dan jika anggota keluarga yang menderita kusta adalah

kepala keluarga, akan berdampak pada sosial ekonomi keluarga

tersebut. Dampak yang dirasakan oleh keluarga akan

mempengaruhi keluarga dalam memberikan perawatan kepada

penderita kusta.

3. Bagi Masyarakat

Depkes RI (2006) (dalam Fadilah, 2013) menyatakan bahwa

selain berdampak pada keluarga, kusta juga akan berdampak pada

lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal penderita kusta.

Dampak yang muncul yaitu masyarakat merasa jijik dan takut

terhadap penderita kusta, masyarakat menjauhi penderita kusta dan

keluarganya, dan masyarakat merasa terganggu dengan adanya

penderita kusta sehingga berusaha untuk menyingkirkan dan

mengisolasi penderita kusta.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

25

2.1.9 Upaya Pencegahan Kusta

Komponen pencegahan cacat :

a. Penemuan dini penderita sebelum cacat.

b. Pengobatan penderita dengan MDT sampai RFT.

c. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi

saraf secara rutin.

d. Penanganan reaksi (Depkes RI, 2012).

2.1.10 Pengobatan

Melalui pengobatan, penderita diberikan obat-obat yang dapat

membunuh kuman kusta, dengan demikian pengobatan akan :

1. Memutuskan mata rantai penularan.

2. Menyembuhkan penyakit penderita.

3. Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat

yang sudah ada sebelum pengobatan.

Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman

kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda-tanda

penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan hancurnya

kuman sumber penularan dari penderita terutama tipe MB ke orang

lain terputus. Penderita yang sudah dalam keadaaan cacat permanen,

pengobatan hanya dapat mencegah cacat lebih lanjut.

Bila penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka

kuman kusta dapat menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-

gejala baru pada kulit dan saraf yang dapat memperburuk keadaan.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

26

Pengobatan MDT atau Multidrug Therapy adalah kombinasi dua

atau lebih obat anti kusta, yang salah satunya harus terdiri atas

Rifampisian sebagai anti kusta yang sifatnya bakterisid kuat dengan

obat anti kusta lain yang bersifat bakteriostatik.

Pengobatan MDT yang direkomendasikan oleh WHO Regimen adalah

sebagai berikut :

1. Penderita Pauci Baciler (PB)

Untuk dewasa pengobatan bulanan hari pertama (dosis yang

diminum didepan petugas) 2 (dua) kapsul Rifampisin @ 300 mg

(600 mg), 1 (satu) tablet Dapsone/DDS 100 mg. Pengobatan

harian, hari 2 – 28 1 (satu) tablet Dapsone/DDS 100 mg. 1 (satu)

blister untuk 1 (satu) bulan. Lama pengobatan 6 blister diminum

selama 6 – 9 bulan.

2. Penderita Multi Baciler (MB)

Untuk dewasa pengobatan bulanan hari pertama (dosis yang

diminum didepan petugas) 2 (dua) kapsul Rifampisin @ 300 mg

(600 mg), 3 (tiga) tablet Lampren @ 100 mg (300 mg), 1 (satu)

tablet Dapsone/DDS 100 mg. Pengobatan harian, hari 2 – 28 1

(satu) tablet Lamprene 500 mg, 1 (satu) tablet dapsone/DDS 100

mg. 1 blister untuk 1 bulan, lama pengobatan 12 blister diminum

selama 12 – 18 bulan.

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

27

3. Dosis MDT Menurut Umur

Bagi dewasa dan anak usia 10 – 14 tahun tersedia paket dalam

bentuk blister. Dosis anak disesuaikan dengan berat badan.

a. Rifampisin : 10 mg/kg BB

b. DDS : 2 mg/kg BB

c. Clofazimin : 1 mg/kg BB

A. Tipe PB

Tabel 2.3 Pengobatan Kusta Tipe PB

Jenis Obat < 5 tahun 5 – 9

tahun

10 – 14

tahun > 15

tahun

Keterangan

Ritampisin

Berdasarkan

berat badan

300

mg/bln

450

mg/hari

600

mg/hari

Minum

didepan

petugas

DDS 25

mg/hari

50

mg/hari

100

mg/hari

Minum

didepan

petugas

25

mg/hari

50

mg/hari

100

mg/hari

Minum

dirumah

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

28

B. Tipe MB

Tabel 2.4 Pengobatan Kusta Tipe MB

Jenis Obat < 5 tahun 5 – 9

tahun

10 – 14

tahun >15

tahun

Keterangan

Ritampisin

Berdasarkan

berat badan

300

mg/bln

450

mg/hari

600

mg/hari

Minum

didepan

petugas

DDS 25 mg/hari 50

mg/hari

100

mg/hari

Minum

didepan

petugas

25 mg/hari 50

mg/hari

100

mg/hari

Minum

dirumah

Clofazimin 100

mg/hari

150

mg/hari

300

mg/bln

Minum

didepan

petugas

50 mg 2

kali

seminggu

50 mg

setiap 2

hari

50

mg/hari

Minum di

rumah

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012

2.1.11 Reaksi Kusta

Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacat

yang ditimbulkannya. Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi

saraf pada mata, tangan atau kaki. Salah satu penyebab terjadinya

kerusakan akut fungsi saraf adalah reaksi kusta. Penanganan reaksi

kusta dini dan tepat merupakan salah satu upaya pencegahan cacat

primer. Untuk mendeteksi dini adanya reaksi kusta, setiap

memeriksa pasien, lakukan dengan teliti. Diperlukan pengetahuan

dan keterampilan yang baik pada tatalaksana reaksi kusta.

Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada

perjalanan yang sangat kronis. Bila reaksi tidak didiagnosis dan

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

29

diobati secara cepat dan tepat maka dapat berakibat merugikan

pasien. Jika reaksi mengenai saraf tepi akan menyebabkan gangguan

fungsi saraf yang akhirnya dapat menyebabkan cacat. Reaksi kusta

dapat terjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau

setelah pengobatan. Reaksi kusta di bagi menjadi 2 tipe, yaitu reaksi

tipe 1 dan reaksi tipe 2.

a. Reaksi tipe 1 ini lebih banyak terjadi pada pasien yang berada di

spektrum borderline, karena tipe borderline ini merupakan tipe

tidak stabil. Reaksi tipe ini terutama terjadi selama pengobatan

karena adanya peningkatan hebat respons imun selular secara

tiba-tiba, mengakibatkan terjadinya respons inflamasi pada daerah

kulit dan saraf yang terkena. Inflamasi pada jaringan saraf dapat

mengakibatkan kerusakan dan kecacatan.

b. Reaksi tipe 2 ini terjadi pada pasien tipe MB (lepromatous

leprosy dan borderline lepromatous). Merupakan reaksi humoral

berupa reaksi antigen (M.leprae) dan antibodi pasien yang akan

mengaktifkan sistem komplemen sehingga terbentuk kompleks

imun. Karena beredar dalam sirkulasi darah kompleks imun

tersebut dapat mengendap konsentrasi tinggi, seperti : pada kulit,

saraf, limfonodus, tulang, ginjal, dan testis.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

30

Tabel 2.5 Perbedaan Reaksi Tipe 1 dan Tipe 2

No Gejala Tanda Reaksi Tipe 2 Reaksi Tipe 2

1 Tipe kusta Dapat terjadi pada kusta

tipe PB maupun MB.

Hanya pada kusta

tipe MB.

2 Waktu timbulnya Biasanya segera setelah

pengobatan.

Biasanya setelah

mendapatkan

pengobatan yang

lama, umumnya

lebih dari 6 bulan.

3 Keadaan umum Umumnya baik, demam

ringan atau tanpa

demam.

Ringan sampai berat

disertai kelemahan

umum dan demam

tinggi.

4 Peradangan di kulit Bercak kulit lama

menjadi meradang

(merah), bengkak,

berkilat, hangat.

Kadang-kadang hanya

pada sebagian lesi.

Dapat timbul bercak

baru.

Timbul nodus

kemerahan, lunak

dan nyeri tekan.

Biasanya pada

lengan dan tungkai.

Nodus dapat pecah.

5 Saraf Sering terjadi,

umumnya berupa nyeri

saraf dan gangguan

fungsi saraf.

Dapat terjadi, nyeri

saraf dan gangguan

fungsi saraf.

6 Peradangan pada mata Anestesi kornea dan

lagoftalmos karena

keterlibatan N, V dan

N, VII.

Iritis, iridosikilitis,

glaucoma, katarak,

dll.

7 Peradangan pada organ

lain

Hampir tidak ada Terjadi pada testis,

sendi, ginjal,

kelenjar getah

bening, dll.

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

31

Pengobatan anti reaksi kusta terdiri atas :

1. Prednison (untuk reaksi kusta tipe 1 dan 2)

Obat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi. Pemberian

prednison harus dibawah pengawasan dokter puskesmas/petugas

kabupaten dan harus dicatat pada formulir evaluasi pengobatan

reaksi berat. Untuk reaksi, prednison diberikan dalam dosis tunggal

pagi hari sesudah makan, kecuali jika keadaan terpaksa dapat

diberikan secara dosis bagi, misalnya 2 x 4 tablet/hari.

Tabel 2.6 Skema Pemberian Prednison

No Waktu Dosis Waktu Minum

1 2 Minggu pertama 40 mg/hari (1x8

tab)

Pagi hari sesudah

makan

2 2 Minggu kedua 30 mg/hari (1x6

tab)

Pagi hari sesudah

makan

3 2 Minggu ketiga 20 mg/hari (1x4

tab)

Pagi hari sesudah

makan

4 2 Minggu keempat 15 mg/hari (1x3

tab)

Pagi hari sesudah

makan

5 2 Minggu kelima 10 mg/hari (1x2

tab)

Pagi hari sesudah

makan

6 2 Minggu keenam 5 mg/hari (1x1

tab)

Pagi hari sesudah

makan

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012

2. Lampren (untuk reaksi tipe 2)

Obat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi ENL yang

berulang (steroid dependent). Lampren lepas diberikan pada

penderita ENL berat, berulang (setelah terjadi ≥ 2 episode), sehingga

terdapat ketergantungan terhadap steroid (steroid dependent).

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

32

Lampren diberikan dalam dosis tunggal, pagi hari sesudah makan,

kecuali jika keadaan terpaksa dapat diberikan secara dosis terbagi,

misalnya 3 x 1 tablet/hari atau 2 x 1 tablet/hari.

Tabel 2.7 Skema Pemberian Lampren

No Dosis Waktu Minum

1 300 mg/hari atau 3x100 mg Selama 2 bulan

2 200 mg/hari atau 2x100 mg Selama 2 bulan

3 100 mg/hari Selama 2 bulan

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012

3. Thalidomid (untuk reaksi tipe 2)

Obat ini tidak dipergunakan dalam program.

2.2 Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Kusta

Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan seorang

rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat. Faktor risiko yang

meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kecacatan akibat kusta.

Menurut Kemenkes RI 2010 (Buletin Jendela Epidemiologi), yaitu :

2.2.1 Faktor Host

a. Jenis Kelamin

Meskipun secara fisik pria cenderung lebih kuat

dibandingkan wanita, wanita sejak bayi hingga dewasa memiliki

daya tahn lebih kuat dibandingkan laki-laki, baik itu daya tahan

akan rasa sakit dan daya tahan terhadap penyakit. Anak laki-laki

lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat

dibandingkan wanita. Selain itu, secara neurologis anak

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

33

perempuan lebih matang dibandingkan anak laki-laki sejak lahir

hingga masa remaja, dan pertumbuhan fisiknya pun lebih cepat.

Wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria. Beberapa

penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penderita

kusta yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan (Manyullei, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Naibaho di Rumah

Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatra Utara

ditemukan 108 penderita kusta, dengan proporsi penderita laki-laki

61,10% dan penderita perempuan 38,90%. Jenis kelamin belum

diketahui sebagai pencetus langsung terjadinya penyakit kusta,

tetapi berdasarkan penelitian Scollard menyatakan bahwa kejadian

penyakit kusta lebih dominan pada pria yaitu sebesar 47% dan

wanita sebesar 26% karena pria lebih banyak melakukan aktivitas

fisik yang bisa mengakibatkan terjadinya penurunan daya tahan

tubuh yang bisa memungkinkan kuman kusta masuk sendiri dalam

tubuh (Benjamin Kora, 2012).

b. Umur

Dalam epidemiologi kusta, umur saat penularan kusta adalah

aspek yang sangat penting. Umur saat permulaan terkena kusta

diketahui bervariasi di berbagai negara, di berbagai daerah pada

suatu negara, dan juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu

(Depkes RI, 2012).

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

34

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yessita Yuniarasari

(2011), variabel umur bukan merupakan variabel yang

berpengaruh terhadap kejadian kusta. Hal ini sesuai dengan

penelitian Noviana Ariyani (2012) yang menyatakan bahwa umur

tidak berhubungan dengan kejadian kusta, dikarenakan distribusi

responden yang berumur produktif pada saat didiagnosis

menderita penyakit kusta maupun yang tidak produktif pada

kelompok kasus dan kontrol tidak merata (Yessita Yuniarasari,

2011).

c. Status Gizi

Menurut Supariasa bahwa status gizi adalah ekspresi dari

keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel tertentu. Status gizi

juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau

keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh

tubuh. Status gizi (gizi kurang dan gizi buruk dapat meningkatkan

risiko) (Suharsono, 2010).

d. Status Imunisasi

Imunisasi sesungguhnya adalah pemindahan atau transfer

antibodi (imunoglobulin) secara pasif. Sementara vaksinisasi

adalah pemberian vaksin atau antigen (kuman/bagian kuman yang

dilemahkan) yang dapat merangsang pembentukan imunitas

(antibodi) dalam tubuh. Vaksinisasi disebut juga imunisasi aktif.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

35

Pemberian imunisasi dapat menurunkan risiko untuk terkena

kusta. Imunisasi untuk mencegah penyakit kusta sendiri belum ada

imunisasi, hanya saja pemberian imunisasi BCG untuk

meningkatkan pembentukan kekebalan tubuh/ imunitas dalam

tubuh seseorang saja. Karena 95% manusia memiliki kekebalan

tubuh alamiah terhadap penyakit kusta dan 5% manusia yang tidak

memiliki sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri kusta (Sudarti,

2010).

e. Kontak dengan penderita kusta

Kontak serumah dengan penderita kusta mempunyai risiko

yang lebih tinggi untuk terkena penyakit kusta dan apalagi kontak

serumah dengan lebih dari satu penderita mempunyai risiko yang

lebih tinggi dibandingkan dengan jika hanya satu penderita

(Awaludin, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Benjamin Kora

(2012) kontak dengan penderita yang lama berisiko 2 kali terhadap

kejadian penyakit kusta dibanding dengan orang yang kontak

dengan penderita hanya singkat, namun kontak serumah tidak

bermakna secara statistik terhadap kejadian penyakit kusta.

f. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tabu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

36

Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah

menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Natalina Silaban

(2017) banyak responden yang memiliki pengetahuan rendah.

Pengetahuan berhubungan secara signifikan terhadap kejadian

kusta, dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap

penyakit kusta, maka semakin tinggi juga pengetahuan seseorang

terhadap cara pencegahan maupun penanggulangan penyakit

kusta.

g. Pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi

sebagai pengalaman belajar yang baik secara langsung maupun

tidak langsung menjadi dasar dalam perubahan tingkah laku

menuju kedewasaan. Seseorang yang telah mendapatkan

pendidikan diharapkan dapat lebih baik dalam kepribadian,

kemampuan dan keterampilannya agar bisa lebih baik dalam

bergaul dan beradaptasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat,

sehingga mempermudah seseorang dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya (Soekanto, 2009).

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

37

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Kora

(2012) responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah

berisiko 2,7 kali terhadap kejadian penyakit kusta dibanding

dengan orang berpendidikan tinggi. Tingkat pendidikan seseorang

sangat berpengaruh terhadap pengetahuan sehingga sangat

berdampak pada cara berperilaku masyarakat khususnya perilaku

hidup bersih dan sehat.

h. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna

mempertahankan hidup dan juga untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Pekerjaan akan menentukan status sosial

ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat

terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun

usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan

imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi

kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi

kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu

keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung

dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup

(Soekanto, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Benjamin Kora

(2012) responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani dan

buruh berisiko 3,5 kali terhadap kejadian penyakit kusta dibanding

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

38

dengan orang yang pekerjaannya bukan petani atau buruh dan

pekerjaan bermakna secara statistik terhadap kejadian penyakit

kusta.

2.2.2 Faktor Agent (Mycobacterium leprae)

Dari hasil studi mikrobiologik ditemukan penyebab utama

bakteriologik kusta pada anak dan dewasa adalah Mycobacterium

leprae. Mycobacterium leprae sebagai bakteri penyebab penyakit

kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf sensori, otonom, dan

motoric. Mycobacterium leprae biasa hidup di dalam sel ( Obligat

Intraseluler ) terutama pada jaringan yang bersuhu dingin.

Mempunyai sifat tahan asam, belum dapat ditumbuhkan pada media

buatan (Arthur, 2011).

2.2.3 Faktor Lingkungan Fisik

a. Luas Ventilasi

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan

udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun mekanis.

Luas ventilasi penting karena berfungsi untuk menjamin kualitas

dan kecukupan sirkulasi udara yang keluar dan masuk ruangan.

Luas ventilasi yang kurang dapat menyebabkan suplai udara segar

yang masuk ke dalam rumah tidak tercukupi dan pengeluaran

udara kotor ke luar rumah juga tidak maksimal. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999

tentang peraturan rumah sehat bahwa luas ventilasi alamiah yang

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

39

permanen yaitu lebih dari atau sama dengan 10% dari luas lantai

rumah, sedangkan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat

kesehatan adalah kurang dari 10% dari luas lantai rumah

(Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisdawanti Adwan

(2013), responden yang memiliki luas ventilasi <10% dari luas

lantai berisiko 2,43 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit

kusta dibandingkan responden yang memiliki luas ventilasi ≥ 10%

dari luas lantai.

b. Jenis Lantai

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering

dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah

dibersihkan, jadi paling tidak lantai perlu diplester dan akan lebih

baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan

(Ditjen P2PL, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisdawanti

Adwan (2013), responden yang memiliki jenis lantai yang terbuat

dari tanah atau kayu/papan berisiko 2,07 kali lebih besar untuk

terjadinya penyakit kusta dibandingkan responden yang memiliki

jenis lantai yang disemen/ditegel/diubin.

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

40

c. Kepadatan Hunian

Luas lantai ruang tidur minimal ≥ 8 m2

dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur. Luas

rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi

terhadap penularan penyakit dan infeksi (Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisdawanti

Adwan (2013), responden yang memiliki rasio kepadatan hunian ≤

10 m2

per orang beresiko 4,10 kali lebih besar untuk terjadinya

penyakit kusta dibandingkan responden yang memiliki rasio

kepadatan hunian ≥ 10 m2

per orang.

2.2.4 Faktor Lingkungan Sosial

a. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang

diperoleh baik dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan

yang dapat dilihat dan diukur dengan rupiah dalam waktu tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Natalina Silaban

(2017) responden yang mempunyai pendapatan atau dengan status

sosial ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kejadian kusta,

maka akan mengalami kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas

kesehatan sehingga pelayanan kesehatan oleh masyarakat akan

menjadi berkurang.

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

41

b. Peran Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan memiliki peranan yang tinggi dalam upaya

pemberantasan penyakit kusta, menekan angka kejadian kusta dan

keberhasilan pengobatan penderita kusta. Dengan adanya peran

tenaga kesehatan dapat memberika motivasi pada penderita untuk

melakukan pemeriksaan lanjut ke pelayanan kesehatan.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

42

2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan berikut beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian

kusta. Kerangka teori kejadian kusta dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Faktor Host Jenis Kelamin

Umur

Status Gizi

Status Imunisasi

Kontak serumah

Faktor Agent

Mycobacterium leprae

Fisik

Luas Ventilasi

Jenis Lantai

Sosial

Pengetahuan

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Peran Tenaga Kesehatan

Status Imun

KEJADIAN PENYAKIT KUSTA

Faktor Lingkungan

Kepadatan

Hunian

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Kemenkes RI, 2010 Buletin Jendela Epidemiologi

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

43

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan tinjauan

pustaka yang telah diuraikan, untuk penelitian ini dibuat kerangka

konseptual penelitian yaitu :

1. Variabel bebas (independent) : tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, peran tenaga kesehatan, kepadatan

hunian, jenis lantai dan ventilasi rumah.

2. Variabel terikat (dependent) : kejadian penyakit kusta.

Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti

di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi sehingga

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

44

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Diteliti

: Berhubungan

2.5 Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan dalam perencanaan penelitian, untuk mengarahkan kepada hasil

penelitian maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban

sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2012). Adapun hipotesis alternatif

dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit kusta

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Faktor Host

Pengetahuan

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Peran Tenaga Kesehatan

Faktor

Lingkungan Fisik

Luas Ventilasi

Jenis Lantai

Kejadian

Penyakit Kusta

Kepadatan Hunian

Faktor

Lingkungan Sosial

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

45

3. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian penyakit kusta

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

4. Ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian penyakit kusta di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

5. Ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

6. Ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit kusta

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

7. Ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian penyakit kusta di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

8. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian penyakit kusta di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

46

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan

case control study yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut

bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau kasus kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau

terjadi pada waktu yang lalu (Sopiyudin, 2008). Penelitian ini menggunakan

desain case control karena lebih efektif, efisien, relatif murah, hasilnya

cepat dan mudah dilakukan jika dibandingkan penelitian desain kohort atau

eksperimen, serta dapat digunakan untuk meneliti berbagai paparan faktor

risiko terhadap kejadian penyakit kusta.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sopiyudin, 2008). Populasi dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua yaitu :

a. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir

penerapan hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi target

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

47

pada penelitian ini adalah seluruh warga yang berada di wilayah

kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

b. Populasi Studi

Populasi studi atau populasi terjangkau adalah bagian dari

populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti (Notoatmodjo,

2010). Populasi studi dalam penelitian ini yaitu semua penderita

kusta yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Kasus

Baru didiagnosis penyakit kusta berdasarkan pemeriksaan

klinis (kriteria diagnosis menurut Depkes RI tahun 2012) di

bagian pemeriksaan laboratorium UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi dan semua penderita yang terdaftar dalam

anggota Paguyuban Budi Utomo di wilayah kerja UPT

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

2) Kontrol

Tidak didiagnosis penyakit kusta berdasarkan pemeriksaan

klinis (kriteria diagnosis menurut Depkes RI tahun 2012) di

bagian pemeriksaan laboratorium UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi dan semua orang yang tidak terdaftar

dalam anggota Paguyuban Budi Utomo di wilayah kerja UPT

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

48

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sopiyudin, 2008). Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu : sampel kelompok

kasus dan sampel kelompok kontrol.

a. Sampel Kasus dan Sampel Kontrol

1) Sampel Kasus

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah semua

penderita kusta yang tercatat pada rekam medik Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi dan terdaftar dalam anggota

Paguyuban Budi Utomo Puskesmas Bringin.

2) Sampel Kontrol

Sampel kontol dalam penelitian ini adalah yang tidak

mengalami gejala penyakit kusta dan bukan penderita kusta

yang tinggal menetap di wilayah kerja UPT Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi dan tidak terdaftar dalam

Paguyuban Budi Utomo.

b. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi Kasus dalam penelitian ini adalah :

a) Bersedia menjadi responden.

b) Umur responden ≥ 35 tahun.

c) Responden dapat berkomunikasi dengan baik.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

49

Kriteria Inklusi Kontrol dalam penelitian ini adalah :

a) Bersedia menjadi responden.

b) Umur responden ≥ 35 tahun.

c) Responden Kontrol bertempat tinggal tidak jauh dari

kelompok kasus.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi Kasus dan Kontrol dalam penelitian ini

dengan ketentuan:

a) Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung (2x

kunjungan).

c. Besar Sampel

Besar sampel untuk penelitian kasus kontrol dalam

penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2014). Jumlah sampel kasus dalam penelitian ini

sebesar 25 penderita dan jumlah sampel kontrol dalam penelitian

ini sama besar jumlahnya dengan kasus dengan perbandingan 1:1,

jadi total sampel sebesar 50. Alasan mengambil total sampling

karena menurut Sugiyono (2014) jumlah populasi yang kurang dari

100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Besar sampel yang diperlukan untuk pengujian dua sisi

diperoleh dengan rumus (Lemeshow, 1997) sebagai berikut:

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

50

n =

Keterangan:

n = besar sampel minimum

= deviat baku alfa, nilai 1,96 (nilai pada CI 95%, = 0,05)

= deviat baku , nilai 0,842 (nilai pada power 80%)

= proporsi paparan kelompok kasus

= proporsi paparan kelompok kontrol

= Odds Ratio berdasarkan faktor resiko penelitian sebelumnya

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan tingkat

kepercayaan 95% ( = 0,05) sehingga sebesar 1,96 dengan power

sebesar 80% untuk sebesar 0,842. Nilai OR dan diperoleh dari

beberapa penelitian sebelumnya. Perhitungan sampelnya sebagai berikut:

=

Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor Kejadian Kusta

No. Variabel Odd Ratio (OR) N

1. Pengetahuan 2,46 14

2. Pendidikan 2,77 13

3. Pekerjaan 3,54 13

4. Pendapatan 3,82 13

5. Peran Tenaga Kesehatan 2,13 14

6. Kepadatan Hunian 1,90 15

7. Jenis Lantai 2,07 13

8. Luas Ventilasi 2,43 14

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

51

Perhitungan sampel dilakukan pada jumlah OR yang paling rendah

yaitu variabel kepadatan hunian dengan nilai OR = 1,90 (berdasarkan

penelitian Natalina Silaban (2017) sehingga diperoleh perhitungan

sebagai berikut.

=

=

=

Sehingga diketahui: = 38,3 = 2,05

n =

=

= 14,2 = 15

Dari perhitungan diatas didapatkan besar sampel minimum yang

harus diambil sebanyak 15 sampel, yaitu 15 sampel kasus dan 30 sampel

kontrol dengan perbandingan 1 : 2. Sehingga jumlah sampel yang

memungkinkan pada penelitian ini adalah 45 sampel. Dan berdasarkan

jumlah kasus yang ada pada penelitian ini sebesar 25 kasus, sehingga

semua kasus yang ada pada penelitian ini dijadikan sampel penelitian

semuanya.

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

52

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Probability

sampling adalah adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Jenis probability sampling yang

digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple

random sampling. Simple random sampling adalah pengambilan sampel

dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota

populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen,

sebagai contoh bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara

acak, maka akan didapatkan sampel yang representatif.

Menurut Sugiyono (2014) bahwa dikatakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pada penelitian ini

dilakukan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random

sampling. Langkah-langkah simple random sampling yang dilakukan

dengan cara undian, adalah sebagai berikut :

1. Mendaftar semua anggota populasi.

2. Kemudian masing-masing anggota populasi diberi nomor, masing-

masing dalam satu kertas kecil-kecil.

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

53

3. Kertas-kertas kecil yang masing-masing telah diberi nomor tersebut

kemudian digulung atau dilinting.

4. Kemudian lintingan kertas tersebut dimasukkan ke dalam suatu tempat

(kotak atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga

tersusun secara acak.

5. Kemudian peneliti mengambil lintingan kertas satu per satu sampai

diperoleh sejumlah sampel yang diperlukan.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian adalah suatu yang abstrak, logikal secara

arti harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan body of knowledge (Sopiyudin, 2008). Kerangka kerja

penelitian ini sebagai berikut :

Sampel

Berdasarkan perhitungan dengan rumus Lemeshow didapat besar sampel

berjumlah 15 orang, sehingga 15 sebagai kasus dan 30 orang sebagai kontrol

dengan perbandingan 1:2

Populasi

Semua penderita kusta yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi dan yang tergabung dalam Paguyuban Budi Utomo.

Variabel Independen

Pengetahuan, Pendidikan, Pendapatan,

Pekerjaan, Peran Tenaga Kesehatan, Luas

Ventilasi, Jenis Lantai dan Kepadatan Hunian.

Variabel Dependen

Kejadian Penyakit Kusta

Teknik Sampling

Probability Sampling menggunakan simple random sampling

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

54

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu :

a. Variabel independen (bebas) yaitu faktor resiko terhadap

kejadian penyakit kusta yang meliputi faktor lingkungan sosial

(pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, peran tenaga

kesehatan) dan faktor lingkungan fisik (luas ventilasi, jenis

lantai, kepadatan hunian).

b. Variabel dependen (terikat) yaitu kejadian penyakit kusta.

Pengumpulan Data

Kuesioner, observasi jenis lantai dan pengukuran luas ventilasi.

Pengolahan Data

Editing, Coding, Entry, Tabulating, dan analisis data (analisis bivariat dan

univariat) dengan menggunakan uji chi-square dan analisis data multivariat

menggunakan uji regresi logistik.

Hasil Penelitian

Diuji untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sosial ekonomi dengan kejadian penyakit kusta dengan uji

chi-square dan uji regresi logistik.

Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan case control.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

55

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Pengamatan terhadap riwayat

karekteristik paparan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan batasan waktu dua tahun terakhir sebelum responden

didiagnosis menderita kusta. Berdasarkan definisi tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa definisi operasional variabel penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

Data

Variabel Bebas

1 Tingkat

Pengetahuan

Kemampuan responden

mengetahui gejala

tentang kusta, cara

penularan, dan

pencegahan kusta

sebelum didiagnosis

kusta.

1 = Kurang, jika niai

skor < 76%

2 = Baik, jika nilai skor

≥ 76%

dengan skala Guttman.

(Nursalam, 2008)

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner.

Ordinal

2 Tingkat

Pendidikan

Lama waktu pendidikan

yang ditempuh

penderita hingga akhir

masa pendidikan formal

penderita berdasarkan

ijazah terakhir yang

dimiliki.

1. Rendah (tidak tamat

SD, SMP)

2. Tinggi (tamat SMA,

PT)

(UU RI No.20 th

2003 dalam Yessita

Yuniarasari, 2011)

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner.

Ordinal

3 Pendapatan Keadaan sosial

ekonomi penderita

diukur dengan melihat

pendapatan rata-rata

perbulan sekitar 2 tahun

yang lalu sebelum

didiagnosis kusta.

1. Pendapatan Rendah :

≤ UMR Ngawi

2. Pendapatan Tinggi : >

UMR Ngawi

(Pergub No 75 Tahun

2017 Tentang UMK

Jawa Timur)

Data diperoleh

dengan

kuesioner dan

wawancara.

Ordinal

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

56

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

Data

4

Pekerjaan Jenis kegiatan sehari-

hari yang dilakukan

responden untuk

memperoleh

penghasilan baik dari

segi pekerjaan maupun

lingkungan kerjanya

saat didiagnosis

menderita kusta sekitar

2 tahun yang lalu

sebelum didiagnosis

kusta.

1. Berisiko (jika salah

satu ada diantaranya

pekerja bangunan,

buruh, petani,

nelayan, buruh

angkut)

2. Tidak berisiko (jika

responden bekerja

dikantor, pns)

(Azwar, 2012)

Data diperoleh

dengan

wawancara

menggunakan

kuesioner.

Nominal

5 Peran Tenaga

Kesehatan

Keterlibatan tenaga

kesehatan (dokter,

perawat, apoteker)

memotivasi penderita

kusta sekitar 2 tahun

yang lalu sebelum

didiagnosis kusta.

1. Kurang : < 1 kali

kunjungan dalam

sebulan, (jika

responden menjawab

petugas kesehatan

tidak pernah memberi

informasi tentang

kusta dan motivasi

pada penderita.

2. Baik ≥ 1 kali

kunjungan dalam

sebulan, (jika

responden menjawab

petugas kesehatan

memberi informasi

tentang kusta dan

motivasi pada

penderita.

(Azwar, 2012)

Data diperoleh

dengan

wawancara

menggunakan

kuesioner.

Ordinal

6 Kepadatan

Hunian

Jumlah anggota

keluarga yang tinggal

dalam satu rumah

dibandingkan dengan

luas lantai rumah 10 m2

sekitar 2 tahun yang

lalu sebelum

didiagnosis kusta .

1. Tidak memenuhi

syarat, jika luas lantai

ruang ≤ 10 m2

dan

dihuni > 4 orang

anggota keluarga.

2. Memenuhi syarat, jika

luas lantai ruang ≥ 10

m2

per orang dan

dihuni tidak ≤ 4 orang

anggota keluarga.

(Permenkes, 2011)

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner dan

pengukuran .

Nominal

Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

57

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

Data

7 Jenis Lantai Kondisi keadaan lantai

rumah penderita sekitar

2 tahun yang lalu

sebelum didiagnosis

kusta.

1. Tidak memenuhi

syarat, jika

sebagian/seluruh

lantai rumah adalah

tanah baik itu kedap

air dan tidak lembab.

2. Memenuhi syarat, jika

sebagian/seluruh

lantai rumah

diplester/ubin atau

keramik.

(Permenkes, 2011)

Data diperoleh

dengan

observasi

terhadap

keadaan lantai

rumah

penderita.

Nominal

8 Luas

Ventilasi

Kondisi fisik rumah

penderita diukur

berdasarkan syarat

rumah sehat sekitar 2

tahun yang lalu

sebelum didiagnosis

kusta.

1. Tidak memenuhi

syarat (< 10% dari

luas lantai).

2. Memenuhi syarat (≥

10% dari luas lantai)

(Permenkes, 2011)

Data diperoleh

dengan cara

observasi dan

pengukuran.

Ordinal

Variabel Terikat

1 Kejadian

Kusta

Semua penderita yang

diagnosis kusta

berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan secara

klinis, serta tercatat

dalam kartu penderita.

1. Penderita Kusta

(kasus)

2. Bukan Penderita

Kusta (kontrol)

Wawancara

dengan

menggunakan

kuesioner dan

melihat kartu

penderita

kusta.

Nominal

Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

58

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk

memperoleh data yang kemudian diolah dan dianalisis. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan alat ukur.

1. Kuesioner

Kuesioner disusun berkaitan dengan berbagai variabel penelitian

dengan mempertimbangkan informasi yang di butuhkan dari responden

terkait dengan penelitian ini. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan

yang berhubungan dengan faktor-faktor kejadian penyakit kusta.

2. Alat Pengukur Luas Ventilasi

Kriteria luas ventilasi yang memenuhi syarat apabila luas ventilasi lebih

dari atau sama dengan 10% luas lantai dan tidak memenuhi syarat apabila

luas ventilasi kurang dari 10% luas lantai. Alat yang digunakan untuk

pengukuran luas lantai adalah rollmeter. Cara pengukurannya yaitu: luas

ventilasi dibandingkan dengan luas lantai rumah.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi.

4.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juni 2018

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

59

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

berkaitan dengan sampel penelitian dengan menggunakan

kuesioner dan observasi kartu penderita. Data primer dalam

penelitian ini meliputi : tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan,

pendapatan, pekerjaan, peran tenaga kesehatan, luas ventilasi,

jenis lantai dan kepadatan hunian.

b. Data Sekunder

Data ini merupakan data penunjang kelengkapan data primer.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi,

Puskesmas Bringin, kartu penderita, KTP dan berbagai sumber

lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi : identitas

penderita, umur, jenis kelamin dan diagnosis.

4.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara

secara langsung kepada responden menggunakan kuesioner,

pengukuran dan juga dilakukan dengan observasi yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari

laporan rekapitulasi puskesmas bagian Pemberantasan Penyakit

Menular (P2M) dan observasi kartu penderita yang dimiliki oleh tiap

responden.

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

60

4.8.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4.8.3.1 Uji Validitas

Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus

diperhatikan beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji

validitas, reabilitas dan ketepatan fakta atau kenyataan hidup (data)

yang dikumpulkan dari alat dan cara pengumpulan data maupun

kesalahan – kesalahan yang sering terjadi pada pengamatan atau

pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data,

instrument dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam,

2013).

Untuk mengukur validitas soal menggunakan rumus korelasi

product moment pearson. Hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana

df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid (Sujarweni,

2015).

Hasil uji validitas pernyataan kuesioner yang dilakukan pada

30 responden terdapat 20 item pertanyaan dimana diperoleh hasil r

tabel = 0,312 dalam setiap pertanyaan tingkat pengetahuan dan peran

nakes. Hasil r hitung dalam setiap item pertanyaan diperoleh nilai r

hitung r tabel, maka nilai r hitung r tabel 0,312 dinyatakan valid.

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

61

4.8.3.2 Uji Reabilitas

Reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati

berkali – kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2013).

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis α-Cronbach yang dapat digunakan dengan baik

untuk instrument yang jawabannya berskala maupun bersifat

dikotomis (hanya mengenal dua jawaban benar dan salah). Uji

reabilitas dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha >

0,60 maka kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi variabel

adalah reliabel.

Hasil uji reliabilitas pernyataan kuesioner tingkat

pengetahuan didapatkan nilai α-Cronbach sebesar 0,763 yang artinya

reliabel, sedangkan pada pernyataan kuesioner peran nakes didapatkan

nilai nilai α-Cronbach sebesar 0,652 yang artinya reliabel. Sehingga

kuesioner penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pengumpulan

data pada sampel penelitian.

4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), kegiatan dalam proses

pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan

tabulating data.

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

62

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data. Pengkodean dalam penelitian ini sesuai dengan

definisi operasional. Coding dalam penelitian ini adalah :

Tabel 4.2 Coding Data

No. Variabel Coding Data

1. Tingkat Pengetahuan 1 = Pengetahuan Kurang

2 = Pengetahuan Baik

2. Tingkat Pendidikan 1 = Pendidikan rendah

2 = Pendidikan tinggi

3. Pendapatan 1 = Pendapatan rendah

2 = Pendapatan tinggi

4. Pekerjaan 1 = Pekerjaan berisiko

2 = Pekerjaan tidak beresiko

5. Peran Tenaga Kesehatan 1 = Peran Nakes kurang

2 = Peran Nakes baik

6. Kepadatan Hunian

1 = Tidak memenuhi syarat

2 = Memenuhi syarat

7. Jenis Lantai 1 = Tidak memenuhi syarat

2 = Memenuhi syarat

8. Luas Ventilasi 1 = Tidak memenuhi syarat

2 = Memenuhi syarat

9. Kejadian Kusta 1 = Kasus

2 = Kontrol

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan

komputer.

4. Cleaning, yaitu mengecek kembali data yang sudah dimasukkan

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan

kesalahan kode, kelengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

63

5. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan

diteliti guna memudahkan analisis data.

4.9.2 Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan

program SPSS 16. Analisis data ini meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat (analisis persentase) dilakukan untuk

menggambarkan distribusi frekuensi subyek penelitian dan

distribusi proporsi, baik variabel bebas (independen), variabel

terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik responden. Jika

data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan

sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai

ukuran penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka

menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-

maksimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2013).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan uji

untuk mengetahui hubungan yang signifikan antar masing-masing

variabel bebas dengan variabel terikat baik berupa komparatif,

asosiatif maupun korelatif dengan mempertimbangkan nilai

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

64

signifikansi (p-value), Odds Ratio (OR) dan nilai Confidence

Interval (CI) sebesar 95% (α=0,05).

Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisis bivariat

(Saryono, 2013). Syarat uji chi square adalah :

a) Sampel dipilih secara acak

b) Semua pengamatan dilakukan dengan independen

c) Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel-

sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20%

dari total sel.

d) Besar sampel sebaiknya > 40.

Penentuan pemeriksaan hipotesis penelitian berdasarkan

tingkat signifikansi (p-value) yang diperoleh dari uji chi-square,

yaitu :

a) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho) diterima

dan (Ha) ditolak berarti tidak ada hubungan.

b) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima

dan (Ho) ditolak berarti ada hubungan.

Penentuan faktor risiko dari variabel independen terhadap

kejadian penyakit kusta (variabel dependen) berdasarkan

interpretasi nilai Odds Ratio dan Confidence Interval yang

diperoleh, yaitu :

a) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor risiko jika

nilai OR > 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

65

b) Variabel independen yang diteliti bukan merupakan faktor

risiko jika nilai CI mencakup nilai 1.

c) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor protektif

risiko jika nilai OR < 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan

beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen

secara bersamaan. Analisis multivariat dilakukan untuk melihat

variabel independen yang paling berpengaruh dalam variabel

dependen. Karena variabel independen bersifat dikotom (kategori),

maka uji statistik yang digunakan yaitu regresi logistik.

Persyaratan yang dilakukan terhadap uji regresi logistik yaitu

variabel bebas berskala interval/rasio, sedangkan variabel terikat

berskala nominal dengan nilai 1 dan 0. Berbasis distribusi chi

square sehingga tidak memerlukan persyaratan normalitas data.

Prosedur yang dilakukan terhadap uji ini yaitu dimulai dari

pemilihan variabel kandidat berdasarkan analisis bivariat pada

masing-masing variabel independen. Hasil analisis bivariat yang

menunjukkan nilai p <0,25 maka variabel tersebut dapat

dilanjutkan dengan model analisis multivariat.

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

66

Hasil analisis variabel yang signifikan dengan nilai p <0,05

merupakan model terpilih. Variabel yang tidak signifikan dengan

nilai p>0,05 dikeluarkan dari model secara berurutan dari nilai p

tertinggi sampai memperoleh model yang terbaik pada semua

variabel yang signifikan dengan nilai p <0,05.

Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang

menunjukan bahwa semakin besar nilai exp(B)/OR maka makin

besar pengaruh variabel tersebut tehadap variabel dependen

(Dahlan, 2014).

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

67

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum

Puskesmas Bringin merupakan Puskesmas yang ada di wilayah

Kecamatan Bringin, terletak di sebelah selatan Kecamatan Bringin tepatnya

di Desa Krompol Jalan Raya Bringin–Sidokerto No.02 KM 2, pada

ketinggian 45-65 m di atas permukaan air laut dengan luas wilayah 62,62

km2

dan jumlah penduduk 32.666 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar

518 jiwa/km2. (Profil UPT Puskesmas Bringin 2017)

Wilayah kerjanya meliputi 10 desa, namun hanya 6 desa yang

strategis mengakses ke UPT Puskesmas Bringin yaitu Desa Krompol,

Bringin, Sumberbening, Dero, Legowetan, Mojo. Sedangkan ada 4 wilayah

desa lainnya yang kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Bringin yaitu Kenongrejo, Dampit, Suruh dan Gandong, tetapi

secara geografis lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan di Pustu.

Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi karena

pemukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga

menyebabkan transmisi bakteri pencetus penyakit kusta mudah menyebar,

banyak penduduk memiliki ternak hewan sapi yang jarak antar rumah

dengan kandang hewan sangat dekat sehingga menyebabkan bakteri mudah

berkembang biak dan ditambah kebanyakan rumah penduduk masih

berlantai tanah.

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

68

5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden penelitian di UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi yang tercakup dalam lembar pertanyaan penelitian

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

a. Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di UPT

Puskesmas Bringin Tahun 2017

Umur Responden Jumlah Persentase (%)

≥ 35 tahun 42 84,0

< 35 tahun 8 16,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 42 orang (84,0%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di

UPT Puskesmas Bringin Tahun 2017

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 38 76,0

Perempuan 12 24,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 38 orang (76,0%).

Responden laki-laki jumlah lebih banyak, baik pada responden kusta (kasus)

maupun yang bukan kusta (kontrol).

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

69

c. Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di

UPT Puskesmas Bringin Tahun 2017

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 11 22,0

SMP 25 50,0

SMA/SMK 10 20,0

Perguruan Tinggi 4 8,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden SMP sebanyak 25 orang (50,0%), sedangkan sebagian kecil

responden berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang (8,0%).

d. Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di UPT

Puskesmas Bringin Tahun 2017

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Tidak Bekerja 10 20,0

Petani/Buruh Tani 20 40,0

Swasta 7 14,0

PNS 4 8,0

Ibu Rumah Tangga 9 18,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden bermata pencaharian sebagai petani/buruh tani yaitu sebanyak 20

orang (40,0%), sedangkan sebagian kecil responden bermata pencaharian

PNS sebanyak 4 orang (8,0%).

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

70

5.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari penderita kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

5.3.1 Analisis Univariat

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan

Kejadian Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 31 62,0

Baik 19 38,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 31 orang

(62,0%).

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan

Kejadian Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Rendah 36 72,0

Tinggi 14 28,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 36 orang (72,0%).

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

71

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Pendapatan Responden Berdasarkan

Kejadian Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase (%)

< UMR 30 60,0

> UMR 20 40,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pendapatan < UMR sebanyak 30 orang (60,0%).

Tabel 5.8 Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Berdasarkan Kejadian

Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Berisiko 34 68,0

Tidak Berisiko 16 32,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki jenis pekerjaan berisiko (petani/buruh tani) sebanyak 34

orang (68,0%).

Tabel 5.9 Distribusi Peran Nakes Berdasarkan Kejadian Kusta di UPT

Puskesmas Bringin

Peran Nakes Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 41 82,0

Baik 9 18,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki peran nakes kurang baik sebanyak 41 orang (82,0%).

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

72

Tabel 5.10 Distribusi Kepadatan Hunian Responden Berdasarkan

Kejadian Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Kepadatan Hunian Jumlah Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 18 36,0

Memenuhi Syarat 32 64,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat sebanyak 32 orang

(64,0%).

Tabel 5.11 Distribusi Jenis Lantai Responden Berdasarkan Kejadian

Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Jenis Lantai Jumlah Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 29 58,0

Memenuhi Syarat 21 42,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki jenis lantai tidak memenuhi syarat sebanyak 29 orang

(58,0%).

Tabel 5.10 Distribusi Luas Ventilasi Responden Berdasarkan Kejadian

Kusta di UPT Puskesmas Bringin

Luas Ventilasi Jumlah Persentase (%)

Tidak Memenuhi Syarat 44 88,0

Memenuhi Syarat 6 12,0

Total 50 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.12 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 44 orang

(88,0%).

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

73

5.3.2 Analisis Bivariat

Hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui hubungan dan

besarnya nilai odd ratio faktor risiko, dan digunakan untuk mencari

hubungan antara variabel bebas dan variabel teikat dengan uji satatistik

yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan

Chi-Square dan penentuan Odds Ratio (OR) dengan taraf kepercayaan (CI)

95 % dan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji Chi-Square dapat dilihat pada

tabel dibawah sebagai berikut :

Tabel 5.13 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Kusta di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin

Tingkat

Pengetahuan

Penyakit Kusta OR

95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Kurang Baik 20 80,0 11 44,0 5,09 1,446-17,922 0,020

Baik 5 20,0 14 56,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.13 diperoleh prosentase responden yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang baik pada kelompok kasus sebanyak 20 orang

(80,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 11 orang (44,0%). Jadi

proporsi pengetahuan kurang baik lebih banyak pada kasus dibanding pada

kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,020) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa tingkat pengetahuan memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai

resiko dapat dilihat dari nilai OR yaitu 5,09 yang berarti seseorang yang

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

74

berpengetahuan kurang memiliki risiko 5,09 kali lebih besar menderita

kusta dibandingkan dengan seseorang yang berpengetahuan baik.

Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Kusta di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pendidikan Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Rendah 21 84,0 15 60,0 3,50 0,921-13,307 0,115

Tinggi 4 16,0 10 40,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.14 diperoleh prosentase responden yang memiliki

tingkat pendidikan rendah pada kelompok kasus sebanyak 21 orang

(84,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 15 orang (60,0%). Jadi

proporsi pendidikan rendah lebih banyak pada kasus dibanding pada

kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,115) > α (0,05)

maka H1 ditolak, yang berarti tingkat pendidikan tidak ada hubungan yang

bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai risiko dapat dilihat

dari nilai OR yaitu 3,50 yang berarti tingkat pendidikan bukan merupakan

faktor risiko kejadian kusta.

Tabel 5.15 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Kusta di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin

Tingkat

Pendapatan

Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

< UMR 19 76,0 11 44,0 4,03 1,201-13,526 0,043

> UMR 6 24,0 14 56,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

75

Berdasarkan tabel 5.15 diperoleh prosentase responden yang memiliki

tingkat pendapatan < UMR pada kelompok kasus sebanyak 19 orang

(76,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 11 orang (44,0%). Jadi

proporsi pendapatan < UMR lebih banyak pada kasus dibanding pada

kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,043) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa tingkat pendapatan memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai

resiko dapat dilihat dari nilai OR yaitu 4,03 yang berarti seseorang yang

berpendapatan < UMR memiliki risiko 4,03 kali lebih besar menderita kusta

dibandingkan dengan seseorang yang berpendapatan > UMR.

Tabel 5.16 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kejadian Kusta di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Bringin

Tingkat Pekerjaan Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Berisiko 21 84,0 13 52,0 4,84 1,287-18,255 0,034

Tidak Berisiko 4 16,0 12 48,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.16 diperoleh prosentase responden yang memiliki

tingkat pekerjaan berisiko (petani/buruh tani) pada kelompok kasus

sebanyak 21 orang (84,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 13

orang (52,0%). Jadi proporsi pekerjaan berisiko (petani/buruh tani) lebih

banyak pada kasus dibanding pada kontrol.

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

76

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,034) < α (0,05)

maka H1 ditolak, yang menunjukan bahwa tingkat pekerjaan memiliki

hubungan yang bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai

resiko dapat dilihat dari nilai OR yaitu 4,84 yang berarti seseorang yang

pekerjaan berisiko (petani/buruh tani) memiliki risiko 4,84 kali lebih besar

menderita kusta dibandingkan dengan seseorang yang pekerjaan tidak

berisiko (karyawan swasta/PNS).

Tabel 5.17 Hubungan Peran Nakes dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Bringin

Peran Nakes Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Kurang Baik 22 88,0 19 76,0 2,31 0,509-10,543 0,462

Baik 3 12,0 6 24,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.17 diperoleh prosentase responden yang memiliki

peran nakes pada kelompok kasus sebanyak 22 orang (88,0%), lebih besar

dari kelompok kontrol hanya 19 orang (76,0%). Jadi proporsi peran nakes

kurang baik lebih banyak pada kasus dibanding pada kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,462) > α (0,05)

maka H1 ditolak, yang berarti peran nakes tidak ada hubungan yang

bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai risiko dapat dilihat

dari nilai OR yaitu 2,31 yang berarti peran nakes bukan merupakan faktor

risiko kejadian kusta.

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

77

Tabel 5.18 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Kusta di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Bringin

Kepadatan Hunian Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Tidak memenuhi syarat 11 44,0 7 28,0 2,02 0,623-6,557 0,377

Memenuhi syarat 14 56,0 18 72,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.18 diperoleh prosentase responden yang memiliki

kepadatan hunian pada kelompok kasus sebanyak 11 orang (44,0%), lebih

besar dari kelompok kontrol hanya 7 orang (28,0%). Jadi proporsi

kepadatan hunian tidak memenuhi syarat lebih banyak pada kasus dibanding

pada kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,377) > α (0,05)

maka H1 ditolak, yang berarti kepadatan hunian tidak ada hubungan yang

bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai risiko dapat dilihat

dari nilai OR yaitu 2,02 yang berarti kepadatan hunian bukan merupakan

faktor risiko kejadian kusta.

Tabel 5.19 Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Kusta di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Bringin

Jenis Lantai Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Tidak memenuhi syarat 19 76,0 10 40,0 4,75 1,406-16,051 0,022

Memenuhi syarat 6 24,0 15 60,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

78

Berdasarkan tabel 5.19 diperoleh prosentase responden yang memiliki

jenis lantai tidak memenuhi syarat (tanah) pada kelompok kasus sebanyak

19 orang (76,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 10 orang

(40,0%). Jadi proporsi jenis lantai tidak memenuhi syarat (tanah) lebih

banyak pada kasus dibanding pada kontrol.

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,022) < α (0,05)

maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa jenis lantai memiliki hubungan

yang bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai resiko dapat

dilihat dari nilai OR yaitu 4,75 yang berarti seseorang yang memiliki jenis

lantai tidak memenuhi syarat (tanah) memiliki risiko 4,75 kali lebih besar

menderita kusta dibandingkan dengan seseorang yang memiliki jenis lantai

memenuhi syarat (keramik/ubin/semen).

Tabel 5.20 Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian Kusta di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Bringin

Luas Ventilasi Penyakit Kusta OR 95% CI p-

value Kasus Kontrol

N % N %

Tidak memenuhi syarat 23 92,0 21 84,0 2,19 0,363-13,219 0,663

Memenuhi syarat 2 8,0 4 16,0

Total 25 100,0 25 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2018

Berdasarkan tabel 5.20 diperoleh prosentase responden yang memiliki

luas ventilasi tidak memenuhi syarat pada kelompok kasus sebanyak 23

orang (92,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 21 orang (84,0%).

Jadi proporsi luas ventilasi tidak memenuhi syarat lebih banyak pada kasus

dibanding pada kontrol.

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

79

Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,663) > α (0,05)

maka H1 ditolak, yang berarti luas ventilasi tidak ada hubungan yang

bermakna dengan kejadian kusta. Sedangkan untuk nilai risiko dapat dilihat

dari nilai OR yaitu 2,19 yang berarti luas ventilasi bukan merupakan faktor

risiko kejadian kusta.

Syarat variabel independen yang menjadi kandidat dalam uji bivariat

adalah p- value < 0,05 dan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu

variabel independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan

dengan melakukan analisis multivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk

mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Tabel 5.21 Tabel Rangkuman Analisis Bivariat

No Variabel OR 95% CI P value

1 Tingkat Pengetahuan 5,09 1,446 - 17,922 0,020**

2 Tingkat Pendidikan 3,50 0,921 - 13,307 0,115*

3 Tingkat Pendapatan 4,03 1,201 - 13,526 0,043**

4 Tingkat Pekerjaan 4,84 1,287 - 18,255 0,034**

5 Peran Nakes 2,31 0,509 - 10,543 0,462

6 Kepadatan Hunian 2,02 0,623 - 6,557 0,377

7 Jenis Lantai 4,75 1,406 - 16,051 0,022**

8 Luas Ventilasi 2,19 0,363 -13,219 0,663

Keterangan: * = Variabel yang menjadi kandidat dalam uji regresi logistik (p<0,25)

** = Variabel yang berhubungan dengan variabel dependen (p <0,05) sekaligus

menjadi kandidat dalam uji regresi logistik

Dari tabel 5.21 dapat diketahui bahwa variabel yang menjadi kandidat

untuk dianalisis menggunakan uji regresi logistik yaitu yang memenuhi

syarat p < 0,25. Selanjutnya data dianalisis dan ditampilkan pada tabel.

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

80

5.3.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa

variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-sama.

Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk

melihat variabel independen yang paling berpengaruh dalam variabel

dependen. Dilakukan menggunakan analisis regresi logistik ganda dengan

metode Backward LR (Likehood Ratio) yaitu memasukkan semua variabel

independen yang menjadi kandidat ke dalam model regresi logistik

kemudian satu per satu variabel independen dikeluarkan dari model

berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Dari hasil tabel analisis

bivariat maka variabel dengan nilai p <0,25 yang masuk ke dalam kandidat

multivariat yaitu tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, tingkat pekerjaan dan jenis lantai. Variabel yang dapat masuk

dalam model regresi logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p <0,05.

Hasil analisis regresi logistik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.22 Tabel Hasil Uji Regresi Logistik

No Variabel Β aOR 95% CI P value

1 Tingkat Pengetahuan 1,330 3,78 1,009 – 14,173 0,049

Konstanta -1,699

Sumber: Data Primer 2018

Dari tabel 5.22 diperoleh bahwa dari variabel independen yang

berhubungan dengan variabel dependen hanya variabel pengetahuan yang

paling berpengaruh terhadap kejadian kusta di wilayah kerja UPT

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

81

Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel tingkat pengetahuan

dengan p-value (0,049) < (0,25) merupakan variabel yang berpengaruh

terhadap kejadian kusta. Dengan nilai risiko dapat dilihat dari nilai OR yaitu

3,78 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan memiliki risiko 3,78 kali lebih

besar untuk mengalami kejadian penyakit kusta. Pengetahuan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kejadian kusta.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Kusta di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi

Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang terbukti

merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit kusta di wilayah

kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi adalah tingkat

pengetahuan dan tingkat pekerjaan.

a. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik

sebanyak 31 orang (62,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih

banyak responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,020) < α (0,05) berarti ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

82

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 5,09, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki pengetahuan kurang baik mempunyai risiko 5,09

kali lebih besar terkena penyakit kusta daripada responden yang

memiliki pengetahuan baik. Hal ini selaras dengan hasil penelitian

Yuniarasari (2011), yang menjelaskan bahwa ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dengan kejadian penyakit kusta

dengan nilai p (0,026) < α (0,05). Silaban (2017) juga menyatakan

adanya hubungan pengetahuan terhadap kejadian kusta dengan

nilai OR (0,490). Yunus (2015) juga menunjukkan terhadap

hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kejadian penyakit

kusta dengan nilai p (0,000) < α (0,05) dan nilai OR (8,826).

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel

tingkat pengetahuan memperoleh nilai p-value (0,049) < α (0,25)

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan nilai aOR= 3,78 (95% CI= 1,00

– 14,17) sehingga dapat diartikan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik mempunyai risiko 3,78 kali lebih besar

terkena penyakit kusta daripada responden yang memiliki

pengetahuan baik. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Yunus

(2015), yang menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan kejadian penyakit kusta dengan nilai p

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

83

sebesar (0,001) < α (0,25) dan nilai OR= 8,278 (95% CI= 2.482-

27.605). Dan berdasarkan instrumen, responden yang menyatakan

pengetahuan kurang baik terdapat pada instrumen tentang cara

penularan kusta dan tempat penularan penyakit kusta. Sehingga

memberikan pengaruh terhadap pengetahuan responden yang masih

kurang baik mengenai penyakit kusta.

Berdasarkan teori pengetahuan berpengaruh secara signifikan

terhadap kejadian kusta, dimana semakin tinggi pengetahuan

seseorang terhadap penyakit kusta, maka semakin tinggi juga

pengetahuan seseorang terhadap cara pencegahan maupun

penanggulangan penyakit kusta dan dapat memberikan kontribusi

terhadap terbentuknya sikap yang baik. Pengetahuan seseorang

biasa muncul jika menggunakan akal budi, sikap seseorang

biasanya mengarah kepada apa yang seseorang sukai maupun tidak

sukai sehingga dapat menunjukkan perasaan, maupun kepercayaan.

Pengetahuan dapat diartikan sebagai pembentuk sikap maupun

tindakan seseorang.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

melihat gejala-gejala dari penyakit kusta namun menganggap

gejala yang muncul merupakan penyakit kulit lain seperti panu.

Sehingga kurang adanya tindakan untuk memeriksakan diri ke

pelayanan kesehatan secara dini dan tidak sedikit diantaranya

mengalami keterlambatan pengobatan, karena akses jalan ke

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

84

pelayanan kesehatan yang membutuhkan jarak tempuh lumayan

jauh jadi membuat responden kurang mau memeriksakan ke

pelayanan kesehatan (Puskesmas). Menurut peneliti, alasan lain

mengapa kurangnya pengetahuan responden karena kurangnya

keikutsertaan responden mengikuti kumpulan paguyuban dengan

alasan jarak akses menuju ke Puskesmas Bringin serta karena

rendahnya tingkat pendidikan responden yaitu kebanyakan SMP

maka pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki

responden. Sehingga pengetahuan yang kurang baik lebih berisiko

mengalami kejadian penyakit kusta. Sebaiknya, dari pihak

puskesmas memberikan penyuluhan mengenai penyakit kusta yang

lebih berkelanjutan kepada masyarakat dengan mendatanggi

rumah-rumah maupun ke desa-desa yang terdapat penderita

kustanya dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat

mengenai penyakit kusta dan memberikan edukasi rutin kepada

masyarakat maupun penderita kusta khususnya mengenai

berperilaku hidup bersih dan sehat serta pencegahan/penangganan

penyakit kusta.

5.4.2 Faktor yang Tidak Berhubungan dengan Kejadian Penyakit

Kusta di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi

Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang terbukti tidak

berpengaruh terhadap kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

85

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi adalah tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, peran tenaga kesehatan,

kepadatan hunian, jenis lantai dan luas ventilasi.

a. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 36

orang (72,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih banyak

responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi

yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,115) > α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 3,50, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki pendidikan rendah mempunyai risiko 3,50 kali lebih

besar terkena penyakit kusta daripada responden yang memiliki

pendidikan tinggi. Hal ini tidak selaras dengan hasil penelitian

Kora (2011), yang menjelaskan bahwa pendidikan bermakna secara

statistik dengan kejadian penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR

sebesar 2,768 dan nilai (95% CI= 1,323-5,791), berarti bahwa

pendidikan rendah berisiko 2,7 kali terhadap kejadian kusta

dibanding dengan orang yang pendidikannya tinggi. Hal ini tidak

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

86

selaras dengan hasil penelitian Silaban (2017), menunjukkan

adanya hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian kusta dengan

nilai p (0,001) < α (0,05) dengan nilai OR (0,412); 95% CI= 0,297-

0,572. Sedangkan menurut analisis multivariat menggunakan uji

regresi logistik untuk mengetahui variabel manakah yang paling

berpengaruh, maka diperoleh variabel pendidikan mempunyai nilai

p=0,963 > 0,05 yang berarti variabel tingkat pendidikan tidak

berpengaruh terhadap kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan teori, tingkat pendidikan seseorang sangat

mempengaruhi pengetahuan tentang bahaya penyakit kusta dan

cara pencegahannya sehingga dengan pengetahuan yang diperoleh

melalui pendidikan, dapat menjadi salah satu faktor yang dapat

mencegah berbagai macam penyakit seperti juga penyakit kusta.

Penelitian ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang

mengatakan bahwa tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap

kejadian kusta. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin rendah faktor risiko yang didapatkan oleh

responden.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

berpendidikan rendah yaitu tamatan SD dan SMP. Karena

terkendala oleh faktor ekonomi dan faktor pekerjaan yang

kebanyakan adalah sebagai petani/buruh tani, jadi banyak

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

87

responden yang pendidikan hanya tamatan SD dan SMP. Sehingga

tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan dan sangat berdampak pada cara berperilaku

masyarakat khususnya perilaku hidup bersih dan sehat. Menurut

peneliti, alasan lain mengapa rendahnya pendidikan responden

disebabkan oleh faktor ekonomi karena mayoritas penduduk

bekerja sebagai petani maka kebanyakan responden hanya

berpendidikan dasar (SD & SMP) dan karena mayoritas responden

berpendapatan < UMR maka berpengaruh pada tingkat pendidikan

responden yang masih rendah. Sebaiknya, dari pihak pemerintah

mewajibkan penduduk berpendidikan selama 12 tahun maksimal

sampai SMA dan memberikan bantuan tunjangan pendidikan bagi

masyarakat yang tidak mampu.

b. Tingkat Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki tingkat pendapatan < UMR sebanyak 30

orang (60,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih banyak

responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi

yang memiliki tingkat pendapatan dibawah UMR (< UMR).

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,043) < α (0,05) berarti ada hubungan antara tingkat

pendapatan dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

88

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 4,03, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki pendapatan dibawah UMR (< UMR) mempunyai

risiko 4,03 kali lebih besar terkena penyakit kusta daripada

responden yang memiliki pendapatan diatas UMR (> UMR). Hal

ini selaras dengan hasil penelitian Muharry (2014), yang

menjelaskan bahwa pendapatan bermakna secara statistik dengan

kejadian penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR sebesar 3,817

dan nilai (95% CI= 1,693-8,603), berarti bahwa pendapatan

dibawah UMR (< UMR) berisiko 3,8 kali terhadap kejadian kusta

dibanding dengan orang yang pendapatannya diatas UMR (>

UMR). Sedangkan menurut analisis multivariat menggunakan uji

regresi logistik untuk mengetahui variabel manakah yang paling

berpengaruh, maka diperoleh variabel pendapatan mempunyai nilai

p=0,834 > 0,05 yang berarti variabel tingkat pendapatan tidak

berpengaruh terhadap kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan teori, pendapatan merupakan salah satu faktor

yang mempunyai peran dalam mewujudkan kondisi kesehatan

seseorang. Pendapatan yang diterima seseorang akan

mempengaruhi daya beli terhadap barang-barang kebutuhan pokok

dan barang-barang kebutuhan lainnya seperti sandang,papan dan

pelayanan kesehatan.

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

89

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

memiliki pendapatan dibawah UMR (< UMR) karena sebagian

besar responden bermata pencaharian sebagai petani/buruh tani dan

nelayan ikan di waduk. Sehingga responden yang mempunyai

pendapatan atau dengan status sosial ekonomi yang rendah akan

mengalami status gizi kurang dan kesulitan dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan. Faktor ini dikarenakan alasan biaya, baik biaya

pengobatan maupun biaya transportasi menuju tempat pelayanan

kesehatan. Menurut peneliti, alasan lain mengapa pendapatan

responden di bawah UMR ( < UMR) karena keadaan geografis di

Bringin masih banyaknya ladang/sawah maka penduduk di

Kecamatan Bringin bekerja sebagai petani sehingga kebanyakan

responden pendapatannya di bawah UMR.Sehingga pendapatan di

bawah UMR lebih berisiko mengalami kejadian kusta. Sebaiknya,

dari pihak pemerintah membantu menyediakan lapangan kerja di

sekitar daerah penduduk yang mudah dijangkau dan menyediakan

pekerjaan yang mampu menunjang perekonomian keluarga.

c. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki jenis pekerjaan berisiko (petani/buruh

tani) sebanyak 34 orang (68,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa

masih banyak responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

90

Kabupaten Ngawi yang memiliki jenis pekerjaan yang berisiko

(petani/buruh tani), karena mayoritas mata pencaharian penduduk

di wilayah kerja Puskesmas Bringin adalah petani/buruh tani dan

nelayan di waduk.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,034) < α (0,05) berarti ada hubungan antara jenis

pekerjaan dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 4,84, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki pekerjaan berisiko (petani/buruh tani) mempunyai

risiko 4,84 kali lebih besar terkena penyakit kusta daripada

responden yang memiliki pekerjaan tidak berisiko (karyawan

swasta/pns). Hal ini selaras dengan hasil penelitian Kora (2011),

yang menjelaskan bahwa pekerjaan bermakna secara statistik

dengan kejadian penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR sebesar

3,532 dan nilai (95% CI= 1,656-7,536), berarti bahwa pekerjaan

(petani dan buruh) berisiko 3,5 kali terhadap kejadian kusta

dibanding dengan orang yang pekerjaannya bukan petani dan

buruh. Yuniarasari (2011) juga menunjukkan adanya hubungan

antara jenis pekerjaan dengan kejadian penyakit kusta dengan nilai

p (0,001) < α (0,05) dan nilai OR (11,400).

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel

tingkat pekerjaan memperoleh nilai p-value (0,088) < α (0,25) yang

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

91

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pekerjaan

dengan kejadian kusta di wilayah kerja Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi. Dengan nilai aOR= 3,40 (95% CI= 0,83 –

13,87) sehingga dapat diartikan bahwa responden yang memiliki

pekerjaan berisiko (petani/buruh) mempunyai risiko 3,40 kali lebih

besar terkena penyakit kusta daripada responden yang

pekerjaannya bukan petani/buruh. Hal ini tidak selaras dengan hasil

penelitian Yuniarasari (2011), yang menjelaskan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian

penyakit kusta dengan nilai p sebesar (0,001) < α (0,25) dan nilai

OR= 11,400 (95% CI= 3,092-42,026).

Berdasarkan teori, kejadian pada penderita kusta diduga lebih

banyak terjadi pada pekerja kasar/berisiko yang banyak

mengeluarkan tenaga dan mengalami kelelahan fisik. Kelelahan

fisik dan stres akibat bekerja pada penderita kusta menyebabkan

gangguan umum yang dapat memicu meningkatnya respon imun

seluler dan dapat terjadi reaksi kusta. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Pagolori mengatakan bahwa kelelahan fisik akibat

bekerja merupakan faktor risiko penyakit kusta.

Hal ini diakibatkan karena pada wilayah kerja Puskesmas

Bringin didominasi oleh pekerja tani, buruh tani dan nelayan di

waduk yang tanpa kenal lelah bekerja mengeluarkan tenaga

berlebihan yang akan berdampak pada penurunan stamina sehingga

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

92

penderita kusta dapat mengalami stres fisik dan terjadi perubahan

respon imun yang dapat memicu terjadinya ENL (Erythema

Nodosum Leprosum).

Berdasarkan dilapangan, pekerjaan masyarakat di Kecamatan

Bringin mayoritas sebagai petani karena masih luasnya wilayah

sawah dan ladang. Sosial ekonomi yang rendah dimasyarakat

meningkatkan banyaknya orang yang putus sekolah, karena

diharuskan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rendahnya

tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat akan mengalami

kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Menurut

peneliti, alasan lain mengapa responden memiliki jenis pekerjaan

berisiko karena mayoritas geografis di Kecamatan Bringin terdapat

sawah/ladang dan waduk sehingga banyak responden yang

memiliki pekerjaan berisiko (petani/buruh tani/nelayan ikan di

waduk) dan pekerja tersebut sering berada di luar rumah. Sehingga

jenis pekerjaan lebih berisiko mengalami kejadian penyakit kusta.

Sebaiknya, dari pihak puskesmas memberikan wawasan kepada

masyarakat yang sering bekerja di luar rumah terutama yang

memiliki pekerjaan berisiko untuk memperhatikan personal

higiene.

d. Peran Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

93

responden yang memiliki peran nakes kurang baik sebanyak 41

orang (82,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih banyak

responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi

yang peran tenaga kesehatannya kurang baik.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,462) > α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara peran

nakes dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai risiko sebesar

2,31, sehingga dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

peran nakes kurang baik mempunyai risiko 2,31 kali lebih besar

terkena penyakit kusta daripada responden yang memiliki peran

nakes baik. Hal ini selaras dengan penelitian Martini (2015), yang

menjelaskan bahwa peran tenaga kesehatan tidak bermakna secara

statistik dengan kejadian penyakit kusta dengan diperoleh nilai p

(0,312) > α (0,05). Hal ini tidak selaras dengan hasil penelitian

Khotimah (2014), yang menjelaskan bahwa peran tenaga kesehatan

bermakna secara statistik dengan kejadian penyakit kusta dengan

diperoleh nilai p (0,001), nilai OR sebesar 3,143 dan nilai (95%

CI= 2,039-4,844). Sedangkan berdasarkan analisis multivariat

variabel peran nakes tidak termasuk dalam kandidat analisis

multivariat. Dan berdasarkan instrumen, responden yang

menyatakan peran nakes kurang baik terdapat pada instrumen

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

94

pertanyaan yaitu mengenai peran nakes melakukan kunjungan ke

rumah untuk pemantauan kelanjutan dari keluhan sakit penderita.

Berdasarkan teori, petugas kesehatan (perawat, bidan, tenaga

kesehatan) dalam pelayanan kesehatan dapat berfungsi sebagai

comforter atau pemberi rasa nyaman, protector dan advocate

(pelindung dan pembela), communicator, mediator, dan

rehabilitator. Peran petugas kesehatan juga dapat berfungsi sebagai

konseling kesehatan, dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk memecahkan

berbagai masalah dalam bidang kesehatan yang dihadapi oleh

masyarakat.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

memiliki peran tenaga kesehatan yang kurang baik. Karena

disebabkan kurangnya peran tenaga kesehatan yang memberikan

perhatian khusus pada penderita kusta dan kurangnya survei kontak

dengan penderita (survei rumah) yang memberikan materi

penyuluhan tentang penyakit kusta dan cara pencegahan penyakit

kusta. Menurut peneliti, alasan lain mengapa peran tenaga

kesehatan kurang baik terhadap responden karena jarak akses

menuju ke tempat lokasi responden memerlukan waktu tempuh dan

kurangnya personil tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan/

pemberian konseling kepada responden. Sebaiknya, dari pihak

tenaga kesehatan lebih aktif kembali berperan sebagai konseling

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

95

kesehatan dengan memberikan materi penyuluhan kepada

masyarakat.

e. Kepadatan Hunian

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki kepadatan hunian memenuhi syarat

sebanyak 32 orang (64,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa

responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi

kepadatan huniannya sudah sebagian memenuhi syarat.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,377) > α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara

kepadatan hunian dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 2,02, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki kepadatan hunian mempunyai risiko 2,02 kali lebih

besar terkena penyakit kusta daripada responden yang memiliki

kepadatan hunian memenuhi syarat. Hal ini tidak selaras dengan

hasil penelitian Rismawati (2012), yang menjelaskan bahwa

kepadatan hunian bermakna secara statistik dengan kejadian

penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR sebesar 3,231 dan nilai

(95% CI= 1,081-9,656), berarti bahwa kepadatan hunian tidak

memenuhi syarat berisiko 3,2 kali terhadap kejadian kusta

dibanding dengan orang yang kepadatan hunian memenuhi syarat.

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

96

Sedangkan berdasarkan analisis multivariat variabel kepadatan

hunian tidak termasuk dalam kandidat analisis multivariat.

Sehingga variabel kepadatan hunian tidak berpengaruh terhadap

kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan teori, rumah yang dihuni oleh banyak orang dan

ukuran luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka

akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi

terhadap penularan penyakit dan infeksi. Semakin bertambah

jumlah penghuni rumah, maka akan cepat udara dalam rumah

tercemar, karena jumlah penghuni semakin banyak berpengaruh

terhadap kadar O2, uap air dan suhu ruangan.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, responden di wilayah

kerja UPT Puskesmas Bringin kepadatan huniannya sudah

memenuhi syarat. Karena jumlah penghuni dalam satu tempat

tinggal sudah sebanding dengan luas lantai rumah > 10m2

per

orang. Dan karena rumah responden berada di desa, jadi

kebanyakan rumah responden sangat luas. Menurut peneliti, alasan

lain mengapa kepadatan hunian di wilayah kerja Puskesmas

Bringin memenuhi syarat karena kebanyakan jumlah anggota

dalam satu rumah tidak lebih dari 4 orang dan luas lantai rumah

sebanding dengan jumlah anggota yaitu > 10 m2

per orang .

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

97

f. Jenis Lantai

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki jenis lantai tidak memenuhi syarat

(tanah) sebanyak 29 orang (58,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa

masih banyak responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin

Kabupaten Ngawi yang memiliki jenis lantai tidak memenuhi

syarat (tanah).

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,022) < α (0,05) berarti ada hubungan antara jenis lantai

dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai risiko sebesar

4,75, sehingga dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

jenis lantai tidak memenuhi syarat (tanah) mempunyai risiko 4,75

kali lebih besar terkena penyakit kusta daripada responden yang

memiliki jenis lantai memenuhi syarat (ubin/semen/keramik). Hal

ini selaras dengan penelitian Adwan (2013), yang menjelaskan

bahwa jenis lantai bermakna secara statistik dengan kejadian

penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR sebesar 2,07, berarti

bahwa jenis lantai tidak memenuhi syarat berisiko 2,07 kali

terhadap kejadian kusta dibanding dengan responden yang

memiliki jenis lantai memenuhi syarat. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian Rismawati (2012), yang menyatakan bahwa tidak ada

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

98

hubungan antara jenis lantai dengan kejadian kusta dengan

diperoleh nilai p (0,269) > α (0,05). Sedangkan menurut analisis

multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk mengetahui

variabel manakah yang paling berpengaruh, maka diperoleh

variabel jenis lantai mempunyai nilai p=0,390 > 0,05 yang berarti

variabel jenis lantai tidak berpengaruh terhadap kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan teori, lantai rumah tanah memiliki risiko tinggi

kejadian terhadap kejadian kusta karena lantai yang tidak

memenuhi syarat atau lantai yang terbuat dari tanah merupakan

media yang baik untuk perkembangbiakan Mycobacterium leprae.

Hal ini disebabkan karena bakteri Mycobacterium leprae dapat

bertahan hidup ditanah hingga 46 hari. Mycobacterium leprae

mampu hidup di luar tubuh manusia dan dapat ditemukan pada

tanah atau debu.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin memiliki jenis lantai

yang terbuat dari tanah. Sehingga jenis lantai merupakan faktor

risiko terjadi penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas

Bringin. Karena kondisi lantai rumah yang terbuat dari tanah dan

lembab, jadi media untuk perkembangbiakan bakteri penyebab

terjadinya penyakit kusta yaitu Mycobacterium leprae. Menurut

peneliti, alasan lain mengapa jenis lantai di wilayah kerja

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

99

Puskesmas Bringin tidak memenuhi syarat karena mayoritas lantai

rumah terbuat dari tanah dan seringnya disiram menggunakan air

dengan alasan agar tidak berdebu maka membuat lantai menjadi

lembab. Sehingga jenis lantai yang tidak memenuhi syarat lebih

berisiko mengalami kejadian kusta. Sebaiknya, tenaga kesehatan/

kader kesehatan memberikan wawasan kepada masyarakat

mengenai pentingnya menjaga kebersihan rumah.

g. Luas Ventilasi

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden di wilayah

kerja Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi didapatkan bahwa

responden yang memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat

sebanyak 44 orang (88,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih

banyak responden di wilayah UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi yang memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat.

Hasil penelitian uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai p-

value (0,663) > α (0,05) berarti tidak ada hubungan antara luas

ventilasi dengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi. Dengan diperoleh nilai

risiko sebesar 2,19, sehingga dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki luas ventilasi tidak memenuhi syarat mempunyai

risiko 2,19 kali lebih besar terkena penyakit kusta daripada

responden yang memiliki luas ventilasi memenuhi syarat. Hal ini

tidak selaras dengan hasil penelitian Rismawati (2012), yang

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

100

menjelaskan bahwa luas ventilasi bermakna secara statistik dengan

kejadian penyakit kusta dengan diperoleh nilai p (0,035) dan nilai

OR sebesar 3,14, berarti bahwa luas ventilasi rumah tidak

memenuhi syarat berisiko 3,14 kali terhadap kejadian kusta

dibanding dengan responden yang memiliki luas ventilasi rumah

memenuhi syarat. Penelitian Adwan (2013), juga menyatakan

bahwa luas ventilasi bermakna secara statistik dengan kejadian

penyakit kusta dengan diperoleh nilai OR sebesar 2,34. Sedangkan

menurut analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik

variabel luas ventilasi tidak termasuk dalam kandidat analisis

multivariat, maka variabel luas ventilasi tidak berpengaruh

terhadap kejadian penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas

Bringin Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan teori, menyatakan bahwa keberadaan ventilasi

dalam keadaan terbuka pada siang hari merupakan salah satu syarat

yang menentukan kualitas udara agar tidak pengap dan lembab

yang menyebabkan berpotensi hidupnya mikoorganisme.

Mikroorganisme di udara merupakan unsur pencemaran sebagai

penyebab gejala berbagai penyakit antara lain penyakit kulit.

Mikroorganisme dapat berada di udara melalui berbagai cara

terutama dari debu yang berterbangan. Ruangan yang kotor akan

berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme. Agar

pertukaran udara dalam ruangan berjalan dengan baik, perlu dibuat

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

101

ventilasi silang. Selain fungsi ventilasi berpengaruh terhadap

kualitas udara agar tidak pengap dan lembab juga pengaturan sinar

ultraviolet yang masuk ke dalam ruangan dan membunuh kuman

termasuk M.leprae.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, kebanyakan responden

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin memiliki luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat dan ukuran ventilasi tidak memenuhi

standar. Menurut peneliti, alasan lain mengapa karena kebanyakan

rumah responden memiliki ventilasi/jendela tetapi tidak dibuka

pada saat pagi hari sampai siang hari. Dan ada juga rumah

responden yang tidak memiliki ventilasi tetapi dinding rumah

responden terbuat dari kayu yang memiliki celah-celah untuk udara

masuk dalam rumah. Sebaiknya, dari pihak pemerintah setempat

memberikan bantuan renovasi rumah bagi masyarakat yang tidak

memiliki ventilasi.

Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

102

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

teori tentang penyakit kusta, dikarenakan belum ada kuesioner yang baku.

Maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner untuk

membuktikan ketepatan dan kelayakan kuesioner untuk mengukur variabel

yang diteliti.

2. Adanya keterbatasan penelitian pada saat wawancara dengan responden

waktunya sangat terbatas karena bersamaan dengan responden akan

melakukan aktivitas bekerja dan ada yang responden sudah pergi

melakukan aktivitas bekerja, sehingga peneliti mengharuskan datang lagi

2x ke rumah responden.

Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

103

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi,

dengan prosentase tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 31 orang

dari 50 orang (62,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,020) < α (0,05),

OR= 5,09 (95% CI= 1,44 - 17,9) dan nilai p-value regresi (0,049) < α

(0,05), OR= 3,78 (95% CI= 1,00 – 14,17).

2. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi,

dengan prosentase tingkat pendidikan rendah sebanyak 36 orang dari 50

orang (72,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,115) > α (0,05), OR= 3,50

(95% CI= 0,92 – 13,3) dan nilai p-value regresi (0,963) > α (0,05), OR=

1,04 (95% CI= 0,17 – 6,20).

3. Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi,

dengan prosentase tingkat pendapatan < UMR sebanyak 30 orang dari 50

orang (60,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,043) < α (0,05), OR= 4,03

(95% CI= 1,20 - 13,5) dan nilai p-value regresi (0,834) > α (0,05), OR=

1,33 (95% CI= 0,09 – 18,8).

Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

104

4. Tidak ada hubungan antara tingkat pekerjaan dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi,

dengan prosentase tingkat pekerjaan berisiko sebanyak 34 orang dari 50

orang (68,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,034) < α (0,05), OR= 4,84

(95% CI= 1,28 – 18,2) dan nilai p-value regresi (0,088) > α (0,05), OR=

3,40 (95% CI= 0,83 – 13,8).

5. Tidak ada hubungan antara peran nakes dengan kejadian penyakit kusta

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi, dengan

prosentase peran nakes kurang baik sebanyak 41 orang dari 50 orang

(82,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,462) > α (0,05), OR= 2,31 (95%

CI= 0,50 – 10,5).

6. Tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit

kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi,

dengan prosentase kepadatan hunian tidak memenuhi syarat sebanyak 18

orang dari 50 orang (36,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,377) > α

(0,05), OR= 2,02 (95% CI= 0,62 – 6,55).

7. Tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian penyakit kusta di

wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi, dengan

prosentase jenis lantai tidak memenuhi syarat sebanyak 29 orang dari 50

orang (58,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,022) < α (0,05), OR= 4,75

(95% CI= 1,40 – 16,0) dan nilai p-value regresi (0,390) > α (0,05), OR=

1,94 (95% CI= 0,43 – 8,80).

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

105

8. Tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian penyakit kusta

di wilayah kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi, dengan

prosentase luas ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 44 orang dari

50 orang (88,0%) atau diperoleh nilai p-value (0,663) > α (0,05), OR=

2,19 (95% CI= 0,36 – 13,2).

6.2 Saran

1. Bagi Pemerintah Daerah

Mengalokasikan dana untuk program rumah sehat yaitu rehabilitasi

rumah bagi masyarakat yang kurang mampu terutama merehabilitasi

lantai rumah yang masih terbuat dari tanah dan merenovasi ventilasi bagi

rumah warga yang belum memiliki ventilasi sesuai standart.

2. Bagi Instansi Kesehatan

1) Lebih mengaktifkan kembali paguyuban dan kader kusta, sehingga

penderita kusta segera dapat didiagnosis dan diobati secara dini.

2) Diharapkan peran dari petugas kesehatan untuk memberikan edukasi

rutin mengenai berperilaku hidup bersih dan sehat, melakukan

penyuluhan mengenai penyakit kusta serta faktor-faktor risiko

penularan penyakit kusta khususnya kepada masyarakat yang

mempunyai riwayat kontak dengan penderita kusta.

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

106

3. Bagi Masyarakat

1) Lebih meningkatkan partisipasi aktif dalam kegiatan promosi dan

edukasi kesehatan sehingga dapat menurunkan angka kejadian

penderita kusta.

2) Lebih meningkatkan menjaga kebersihan rumah penderita dan

meningkatkan personal hiegiene secara benar sehingga dapat

menurunkan angka kejadian penderita kusta.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lanjut dengan metode penelitian yang

lain dengan variabel yang berbeda seperti riwayat kontak, kontak

serumah, personal higiene, kelembaban udara dalam rumah dan

pencahayaan dalam rumah menggunakan alat sehingga hasil yang

diperoleh lebih maksimal.

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

107

DAFTAR PUSTAKA

Adwan, Lisdawanti. 2013. “Faktor Risiko Kondisi Hunian Terhadap Kejadian

Penyakit Kusta Di Kota Makassar”. Jurnal Universitas Hasanuddin,

Januari 2014. Tersedia dalam http://repository.unhas.ac.id/ [Diakses pada

tanggal 20 Februari 2018 pukul 19.20 WIB]

Anggarini, Yunita Dwi. 2012. Kecacatan Pada Kusta. Tersedia dalam

http://www.academia.edu/ [Diakses pada tanggal 28 Maret 2018 pukul

16.35 WIB]

Arthur,G.,Johnson R,J,.Ziegler L,H,. 2011. Mikrobiologi dan Imunologi. Jakarta:

Bina Putra Aksara.

Awaludin. 2009. Beberapa Faktor Risiko Kontak Dengan Pasien Kusta Dan

Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kusta : Studi

Epidemiologi di Kabupaten Brebes. Tesis: Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro. Semarang.

Azrul Azwar. 2012. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Bina Putra Aksara.

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan

Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Timur Tahun 2015. Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa Timur.

Dinas Kesehatan Ngawi. 2015. Profil Penyakit Kusta 2014. Bidang

Pemberantasan Penyakit Menular. Ngawi: Dinas Kesehatan Ngawi.

Fadilah, Superzeki Zaidatul. 2013. “Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Depresi Penderita Kusta di Dua Wilayah Tertinggi Kusta di Kabupaten

Jember”. Jurnal ilmu keperawatan Universitas Jember, Agustus 2013.

Tersedia dalam http://repository.unej.ac.id/ [Diakses pada tanggal 18

Februari 2018 pukul 10.15 WIB]

Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi, Mikologi & Virologi Panduan Medis &

Klinis. Bandung: Alfabeta.

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

108

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

Panduan Klinis. Bandung: Alfabeta.

Kebijakan Kesehatan Indonesia. 2015. Penyakit Kusta: Menkes Canangkan

‘Resolusi Jakarta’. Tersedia dalam www. kebijakan kesehatan

indonesia.net/ [Diakses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 13.35 WIB]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi

Pneumonia Balita. Pusat Data & Surveilans Epidemiologi. Volume 3

September 2010 ISSN 2087-1546. Tersedia dalam

http://ppl.depkes.go.id/dwonload/buletin-pneumonia.pdf [Diakses pada

tanggal 24 Desember 2016]

Kora, Benjamin. 2012. “Faktor Risiko Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja

Puskesmas Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2010-

2011”. Jurnal Universitas Hasanuddin volume 9 nomer 4. Tersedia dalam

https://journal.unhas.ac.id// [Diakses pada tanggal 14 Februari 2018 pukul

17.00 WIB]

Linggasari, Yohannie. 2015. Kemenkes: Penyakit Kusta Masih Tinggi di 14

Provinsi. Tersedia dalam http://www.cnnindonesia.com/ [Diakses pada

tanggal 15 Februari 2018 pukul 13.30 WIB]

Muharry, Andy. 2014. “Faktor Risiko Kejadian Kusta”. Jurnal STIKES

Kuningan, Januari 2014. Tersedia dalam http://journal.unnes.ac.id/

[Diakses pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 19.10 WIB]

Notoatmodjo, S. 2010. Konsep Dasar Pengetahuan. Bogor: Grasindo.

. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Kerangka Konsep. Jakarta: Erlangga.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Permenkes RI. 2011. Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.

Jakarta. Tersedia dalam http://hukor.kemkes.go.id [Diakses pada tanggal

15 April 2018 pukul 17.15 WIB]

Saryono dan Dwi Anggraeni, Mekar. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

109

Silaban, Natalina. 2017. “Faktor Risiko Kejadian Kusta Di Kota Manado”.

Jurnal Universitas Sam Ratulangi. Tersedia dalam

https://ejournalhealth.com/ [Diakses pada tanggal 14 Februari 2018 pukul

17.15 WIB]

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Sudiono, Aries. 2016. Penderita Kusta di Provinsi Jatim Tertinggi di Indonesia.

Tersedia dalam http://www.beritasatu.com/ [Diakses pada tanggal 15

Februari 2018 pukul 13.40 WIB]

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen

Publishing.

Sujarweni, V.W. 2015.SPSS Untuk Penelitian. Yoyakarta: Pustaka Baru Press.

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Prenada

Media.

Sopiyudin. 2008. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Wiyarni. 2013. “Hubungan Kepatuhan Minum Obat Kusta dan Dukungan

Keluarga dengan Kecacatan pada Penderita Kusta di Kabupaten Kudus”.

Jurnal STIKES Muhammadiyah Kudus, volume 4, no 32-33, Januari 2013.

Tersedia dalam http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/ [Diakses pada tanggal 18

Februari 2018 pukul 10.00 WIB]

Yuniarasari, Yessita. 2011. “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kusta”. Jurnal Universitas Negeri Semarang, Maret 2014. Tersedia dalam

http://journal.unnes.ac.id/ [Diakses pada tanggal 20 Februari 2018 pukul

19.00 WIB]

Yunus, Malik. 2015. “Hubungan Antara Pengetahuan, Jenis Kelamin,

Kepadatan Hunian, Riwayat Keluarga dan Higiene Perorangan dengan

Kejadian Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumata Kota

Ternate Selatan”. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado, volume 1

nomer 3 tahun 2015. Tersedia dalam https://ejournalhealth.com/ [Diakses

pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 19.30 WIB]

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

110

LAMPIRAN

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

111

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden Penelitian

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat di STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun. Saya mengadakan penelitian ini sebagai salah satu

kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Sarjana Kesehatan

Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui “Hubungan Antara Host dan

Environment Dengan Kejadian Penyakit Kusta di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Bringin Kabupaten Ngawi”.

Saya mengharap jawaban yang saudara berikan sesuai dengan kenyataan

yang ada. Saya menjamin kerahasiaan jawaban saudara serta informasi yang

diberikan hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu kesehatan

masyarakat dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas, artinya saudara bebas

ikut atau tidak tanpa sanksi apapun. Apabila saudara setuju terlibat dalam

penelitian ini dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti

Diah Fajarwati

NIM. 201403057

Lampiran 1

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

112

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian

dengan judul “Hubungan Antara Host dan Environment Dengan Kejadian

Penyakit Kusta di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bringin Kabupaten

Ngawi”, saya menyatakan setuju diikut sertakan dalam penelitian ini dengan

catatan bila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan

persetujuan. Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiaannya.

Ngawi, Juni 2018

Responden

(...................................)

Lampiran 2

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

113

KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN NGAWI”

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban diisi oleh pewawancara dengan menanyakan langsung kepada

responden dan menjawab dengan sejujur-jujurnya.

2. Berilah tanda centang (√) pada kolom pertanyaan yang sesuai.

Tanggal Pengisian :

I. IDENTITAS RESPONDEN

Umur :

Jenis Kelamin :

II. CEKLIST PEMILIHAN RESPONDEN KONTROL

No. Aspek yang diobservasi Kemunculan

Ada Tidak

Ada

1. Kelainan kulit yang merah atau putih yang mati rasa.

2. Kulit yang kering dan retak.

3. Kulit yang melepuh dan nyeri.

4. Terjadi penebalan atau pembengkakan pada bercak.

5. Syaraf mata rusak, sehingga susah melakukan buka

tutup mata.

6. Hidung pelana.

7. Kehilangan kemampuan berkeringat, dan rambut

rontok pada bercak.

8. Madarosis (hilangnya bulu mata atau alis mata).

9. Lesi berbentuk seperti donat.

10. Kehilangan rasa pada bercak.

Lampiran 3

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

114

KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA UPT

PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN NGAWI”

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawaban diisi oleh pewawancara dengan menanyakan langsung kepada

responden.

2. Jawablah pertanyaan ini dengan benar dan sejujur-jujurnya.

3. Jawablah pertanyaan ini dengan melingkari (○) salah satu jawaban yang sesuai.

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

Status Responden : 1. Kasus

2. Kontrol

Tipe Kusta : 1. Tipe PB

2. Tipe MB

Kapan Didiagnosis Kusta :

III. IDENTITAS RESPONDEN

Umur (Saat penelitian) :

Umur (Saat didiagnosis kusta) :

Jenis Kelamin :

IV. DATA SOSIAL EKONOMI

a. PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD

2. SD

3. SMP

4. SMA/SMK

5. Perguruan Tinggi

b. PEKERJAAN

1. Tidak bekerja

2. Petani/Buruh Tani

3. Swasta

4. PNS

5. Ibu Rumah Tangga

6. Pelajar

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

115

c. PENGHASILAN

1. Berapa penghasilan perbulan yang diperoleh sekitar 2 tahun yang lalu

sampai sekarang? Rp. ...............................

UMR Kabupaten Ngawi Tahun 2017 Rp. 1.569.832

1) Di bawah UMR (≤ UMR)

2) Di atas UMR (> UMR)

V. PERNYATAAN

a. TINGKAT PENGETAHUAN

Berilah tanda centang (√) pada kolom pertanyaan yang sesuai.

No. Pernyataan Benar Salah

1. Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri yang bernama

Mycobacterium Leprae?

TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KUSTA

2. Kelainan kulit yang merah atau putih yang mati rasa

3. Kulit mengeluarkan nanah berair

4. Kulit yang kering dan retak

5. Badan demam menggigil dan kulit terasa panas

6. Kulit melepuh dan nyeri

7. Terjadi penebalan atau pembengkakan pada bercak

8. Kusta menyerang kulit, mata, otot, dan syaraf

CARA PENULARAN KUSTA

9. Saluran pernapasan bagian atas

10. Melalui keringat penderita

11. Melalui transfusi darah dengan penderita kusta

12. Melalui Kontak kulit langsung yang lama dan erat dengan penderita

kusta

PENDERITA PENYAKIT KUSTA

13.. Umumnya usia dewasa 15-64 tahun

14. Anak-anak

15 Bayi maupun balita

16. Keturunan dari anggota keluarga yang menderita kusta

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

116

PENGOBATAN PENDERITA KUSTA

17. Menjalani pengobatan

1) Jika penderita kering (PB) selama 6 bulan

2) Jika penderita basah (MB) selama 12 bulan

18. Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat

yang sudah ada sebelum pengobatan.

TEMPAT PENULARAN PENYAKIT KUSTA

19. Penyakit kusta mudah menyerang di lingkungan yang lembab

jarang terkena sinar matahari

20. Kusta dapat menular pada rumah yang dijaga kebersihannya

b. PERAN TENAGA KESEHATAN

Berilah tanda centang (√) pada kolom pertanyaan yang sesuai.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah saudara pernah mendapatkan informasi/penyuluhan

kesehatan tentang kusta dari petugas kesehatan di tempat saudara

mendapatkan pengobatan?

2. Apakah saudara mendapatkan anjuran/saran dari petugas

kesehatan ditempat saudara mendapatkkan obat mengenai aturan

minum obat?

3. Apakah dokter atau petugas kesehatan lainnya pernah melakukan

kunjungan ke rumah untuk pemantauan kelanjutan dari keluhan

sakit saudara?

4. Apakah dokter atau petugas kesehatan lainnya memberitahu

saudara untuk konsultasi tentang luka maupun keluhan yang

dirasakan sebelum terjadinya cacat?

5. Apakah saudara pernah mendapatkan informasi/penyuluhan

kesehatan tentang kusta dari petugas kesehatan?

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

117

VI. OBSERVASI

a. KEPADATAN HUNIAN DAN LUAS VENTILASI

No. Pertanyaan Jawaban

1. Jumlah penghuni dalam satu buah kamar? .............. orang

2. Luas lantai kamar tidur? .............. m2

3. Jumlah penghuni yang tinggal dalam serumah? .............. orang

4. Luas ventilasi rumah? .............. m2

5. Luas lantai ruang rumah? .............. m2

Kategori kepadatan hunian dan luas ventilasi memenuhi syarat, yaitu :

1. Kepadatan Hunian, luas lantai ruang ≥ 10 m2

per orang.

2. Luas Ventilasi, ≥ 10% dari luas lantai.

b. JENIS LANTAI

No. Variabel Hasil Pengamatan Keterangan

1. Jenis Lantai a. Ubin/Semen

b. Keramik

c. Papan/Kayu

d. Tanah

Kategori jenis lantai memenuhi syarat, yaitu :

1. Lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab, kedap air, mudah

dibersihkan, dan paling tidak lantai rumah diplester/ubin atau keramik.

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

118

Lampiran 4

Surat Izin Pengambilan Data Awal

Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

119

Lampiran 5

Surat Izin Pengambilan Data Awal

Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

120

Lampiran 6

Surat Izin Penelitian STIKES

Page 137: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

121

Lampiran 7

Surat Izin Penelitian Kesbangpol

Page 138: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

122

Lampiran 8

Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 139: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

123

Page 140: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

124

Page 141: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

125

NO

RESP NO BUTIR

TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

6 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 25

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

22 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 25

HASIL OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS

HASIL OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS

UJI VALIDITAS

1. VARIABEL PENGETAHUAN

Page 142: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

126

Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Pengetahuan dengan 20 butir tanyaan yang diberikan kepada 30 responden: Correlations

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 TOTAL

A1 Pearson Correlation 1 1.000** .288 .288 .423

* .423

* 1.000

** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* .288 .423

* .288 .288 .288 .288 .288 1.000

** .714

**

Sig. (2-tailed) .000 .122 .122 .020 .020 .000 .000 .122 .122 .020 .020 .122 .020 .122 .122 .122 .122 .122 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A2 Pearson Correlation 1.000** 1 .288 .288 .423

* .423

* 1.000

** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* .288 .423

* .288 .288 .288 .288 .288 1.000

** .714

**

Sig. (2-tailed) .000 .122 .122 .020 .020 .000 .000 .122 .122 .020 .020 .122 .020 .122 .122 .122 .122 .122 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A3 Pearson Correlation .288 .288 1 1.000** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A4 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1 .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

23 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2

1

30

24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

26 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 25

27 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 25

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20

30 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 30

Page 143: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

127

A5 Pearson Correlation .423* .423

* .288 .288 1 1.000

** .423

* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 1.000

** .288 .288 .288 .288 .288 .423

* .714

**

Sig. (2-tailed) .020 .020 .122 .122 .000 .020 .020 .122 .122 .000 .000 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .122 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A6 Pearson Correlation .423* .423

* .288 .288 1.000

** 1 .423

* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 1.000

** .288 .288 .288 .288 .288 .423

* .714

**

Sig. (2-tailed) .020 .020 .122 .122 .000 .020 .020 .122 .122 .000 .000 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .122 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A7 Pearson Correlation 1.000** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* 1 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* .288 .423

* .288 .288 .288 .288 .288 1.000

** .714

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .122 .122 .020 .020 .000 .122 .122 .020 .020 .122 .020 .122 .122 .122 .122 .122 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A8 Pearson Correlation 1.000** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* 1.000

** 1 .288 .288 .423

* .423

* .288 .423

* .288 .288 .288 .288 .288 1.000

** .714

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .122 .122 .020 .020 .000 .122 .122 .020 .020 .122 .020 .122 .122 .122 .122 .122 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A9 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A10 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1 .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A11 Pearson Correlation .423* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .423

* .423

* .288 .288 1 1.000

** .288 1.000

** .288 .288 .288 .288 .288 .423

* .714

**

Sig. (2-tailed) .020 .020 .122 .122 .000 .000 .020 .020 .122 .122 .000 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .122 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A12 Pearson Correlation .423* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .423

* .423

* .288 .288 1.000

** 1 .288 1.000

** .288 .288 .288 .288 .288 .423

* .714

**

Sig. (2-tailed) .020 .020 .122 .122 .000 .000 .020 .020 .122 .122 .000 .122 .000 .122 .122 .122 .122 .122 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A13 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1 .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .000 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Page 144: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

128

A14 Pearson Correlation .423* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .423

* .423

* .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 1 .288 .288 .288 .288 .288 .423

* .714

**

Sig. (2-tailed) .020 .020 .122 .122 .000 .000 .020 .020 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .122 .122 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A15 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A16 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1 1.000

** 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A17 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1 1.000

** 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A18 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1 1.000

** .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A19 Pearson Correlation .288 .288 1.000** 1.000

** .288 .288 .288 .288 1.000

** 1.000

** .288 .288 1.000

** .288 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1.000

** 1 .288 .790

**

Sig. (2-tailed) .122 .122 .000 .000 .122 .122 .122 .122 .000 .000 .122 .122 .000 .122 .000 .000 .000 .000 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A20 Pearson Correlation 1.000** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* 1.000

** 1.000

** .288 .288 .423

* .423

* .288 .423

* .288 .288 .288 .288 .288 1 .714

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .122 .122 .020 .020 .000 .000 .122 .122 .020 .020 .122 .020 .122 .122 .122 .122 .122 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TOTAL

Pearson Correlation .714** .714

** .790

** .790

** .714

** .714

** .714

** .714

** .790

** .790

** .714

** .714

** .790

** .714

** .790

** .790

** .790

** .790

** .790

** .714

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 145: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

129

Dari hasil analisis di dapat nilai skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian

kita bandingkan dengan nilai R tabel. R tabel dicari pada signifikan 5% dengan

n=30 (df=n-2= 28), maka di dapat R tabel sebesar 0.312. Penentuan kevalidan

suatu instrumen diukur dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Adapun

penentuan disajikan sebagai berikut:

r-hitung > r-tabel atau nilai sig r < 0,05 : Valid

r-hitung < r-tabel atau nilai sig r > 0,05 : Tidak Valid

Jika ada butir yag tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut

dikeluarkan, dan proses analisis diulang untuk butir yang valid saja.

Tabel rangkuman hasil uji validitas variabel pengetahuan

No

Butir

R hitung Keterangan Interpretasi

1 0.714 0.312 Valid

2 0.714 0.312 Valid

3 0.790 0.312 Valid

4 0.790 0.312 Valid

5 0.714 0.312 Valid

6 0.714 0.312 Valid

7 0.714 0.312 Valid

8 0.714 0.312 Valid

9 0.790 0.312 Valid

10 0.790 0.312 Valid

11 0.714 0.312 Valid

12 0.714 0.312 Valid

13 0.790 0.312 Valid

14 0.714 0.312 Valid

15 0.790 0.312 Valid

16 0.790 0.312 Valid

17 0.790 0.312 Valid

18 0.790 0.312 Valid

19 0.790 0.312 Valid

20 0.714 0.312 Valid

Page 146: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

130

NO RESP NO BUTIR

TOTAL 1 2 3 4 5

1 1 1 1 1 1 5

2 1 1 1 1 1 5

3 1 1 1 1 2 6

4 1 1 1 1 1 5

5 2 1 2 1 2 8

6 1 1 1 1 2 6

7 1 1 1 1 1 5

8 1 1 1 2 1 6

9 1 1 1 1 2 6

10 1 1 1 1 2 6

11 1 1 1 1 1 5

12 1 2 1 2 1 7

13 1 1 1 1 2 6

14 1 1 1 1 1 5

15 1 1 1 1 2 6

16 1 1 1 2 2 7

17 1 1 1 1 1 5

18 1 1 1 2 1 6

19 1 1 1 1 1 5

20 1 1 1 1 2 6

21 1 1 1 1 1 5

22 1 1 1 1 1 5

23 1 1 1 1 2 6

24 1 1 1 1 1 5

25 1 1 1 1 1 5

26 1 1 1 1 1 5

27 1 1 1 1 1 5

28 1 1 1 2 1 6

29 1 1 1 1 2 6

30 1 1 1 1 1 5

UJI VALIDITAS

2. VARIABEL PERAN NAKES

Page 147: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

131

Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Peran Nakes dengan 5 butir

pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden: Correlations

B1 B2 B3 B4 B5 TOTAL

B1 Pearson Correlation 1 -.034 1.000** -.083 .244 .581

**

Sig. (2-tailed) .856 .000 .663 .194 .001

N 30 30 30 30 30 30

B2 Pearson Correlation -.034 1 -.034 .415* -.141 .332

Sig. (2-tailed) .856 .856 .023 .456 .073

N 30 30 30 30 30 30

B3 Pearson Correlation 1.000** -.034 1 -.083 .244 .581

**

Sig. (2-tailed) .000 .856 .663 .194 .001

N 30 30 30 30 30 30

B4 Pearson Correlation -.083 .415* -.083 1 -.155 .440

*

Sig. (2-tailed) .663 .023 .663 .414 .015

N 30 30 30 30 30 30

B5 Pearson Correlation .244 -.141 .244 -.155 1 .619**

Sig. (2-tailed) .194 .456 .194 .414 .000

N 30 30 30 30 30 30

TOTAL

Pearson Correlation .581** .332 .581

** .440

* .619

** 1

Sig. (2-tailed) .001 .073 .001 .015 .000

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari hasil analisis di dapat nilai skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian

kita bandingkan dengan nilai R tabel. R tabel dicari pada signifikan 5% dengan

n=30 (df=n-2= 28), maka di dapat R tabel sebesar 0.312. Penentuan kevalidan

suatu instrumen diukur dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Adapun

penentuan disajikan sebagai berikut:

r-hitung > r-tabel atau nilai sig r < 0,05 : Valid

r-hitung < r-tabel atau nilai sig r > 0,05 : Tidak Valid

Jika ada butir yag tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan,

dan proses analisis diulang untuk butir yang valid saja.

Page 148: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

132

Tabel rangkuman hasil uji validitas variabel peran nakes

No Butir R hitung Keterangan Interpretasi

1 0.581 0.312 Valid

2 0.332 0.312 Valid

3 0.581 0.312 Valid

4 0.440 0.312 Valid

5 0.619 0.312 Valid

UJI RELIABILITAS

1. VARIABEL PENGETAHUAN Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.763 21

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

A1 42.87 75.706 .694 .751

A2 42.87 75.706 .694 .751

A3 42.93 76.478 .779 .753

A4 42.93 76.478 .779 .753

A5 42.87 75.706 .694 .751

A6 42.87 75.706 .694 .751

A7 42.87 75.706 .694 .751

A8 42.87 75.706 .694 .751

A9 42.93 76.478 .779 .753

A10 42.93 76.478 .779 .753

A11 42.87 75.706 .694 .751

A12 42.87 75.706 .694 .751

A13 42.93 76.478 .779 .753

A14 42.87 75.706 .694 .751

A15 42.93 76.478 .779 .753

A16 42.93 76.478 .779 .753

A17 42.93 76.478 .779 .753

A18 42.93 76.478 .779 .753

A19 42.93 76.478 .779 .753

A20 42.87 75.706 .694 .751

TOTAL 22.00 20.000 1.000 .956

Dari hasil analisis di dapat nilai Alpha sebesar 0.763 > 0,60 maka dapat

disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut reliable.

Page 149: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

133

2. VARIABEL PERAN NAKES Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.652 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

B1 10.23 2.047 .497 .618

B2 10.23 2.185 .226 .658

B3 10.23 2.047 .497 .618

B4 10.10 1.955 .228 .658

B5 9.90 1.610 .394 .607

TOTAL 5.63 .585 1.000 .216

Dari hasil analisis di dapat nilai Alpha sebesar 0.652 > 0,60 maka dapat

disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut reliable.

Page 150: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

134

Hasil Output SPSS

A. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 35 tahun 42 84.0 84.0 84.0

< 35 tahun 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 38 76.0 76.0 76.0

Perempuan 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 11 22.0 22.0 22.0

SMP 25 50.0 50.0 72.0

SMA/SMK 10 20.0 20.0 92.0

Perguruan Tinggi 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Bekerja 10 20.0 20.0 20.0

Petani/Buruh Tani 20 40.0 40.0 60.0

Swasta 7 14.0 14.0 74.0

PNS 4 8.0 8.0 82.0

Ibu Rumah Tangga 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 151: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

135

B. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tingkat_pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pengetahuan kurang 31 62.0 62.0 62.0

Pengetahuan baik 19 38.0 38.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Tingkat_pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pendidikan rendah 36 72.0 72.0 72.0

Penddikan tinggi 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tingkat_pendapatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pendapatan kurang 30 60.0 60.0 60.0

Pendapatan lebih 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan Tingkat_pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pekerjaan berisiko 34 68.0 68.0 68.0

Pekerjaan tidak berisiko 16 32.0 32.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

5. Distribusi Frekuensi Peran Nakes Peran_nakes

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Peran nakes kurang 41 82.0 82.0 82.0

Peran nakes baik 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 152: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

136

6. Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian Kepadatan_hunian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak memenuhi syarat 18 36.0 36.0 36.0

Memenuhi syarat 32 64.0 64.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

7. Distribusi Frekuensi Jenis Lantai Jenis_lantai

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak memenuhi syarat 29 58.0 58.0 58.0

Memenuhi syarat 21 42.0 42.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

8. Distribusi Frekuensi Luas Ventilasi Luas_ventilasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak memenuhi syarat 44 88.0 88.0 88.0

Memenuhi syarat 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Page 153: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

137

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Kusta tingkat_pengetahuan * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus Kontrol

tingkat_pengetahuan pengetahuan kurang

Count 20 11 31

Expected Count 15.5 15.5 31.0

% within kejadian_kusta 80.0% 44.0% 62.0%

pengetahuan baik Count 5 14 19

Expected Count 9.5 9.5 19.0

% within kejadian_kusta 20.0% 56.0% 38.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.876a 1 .009

Continuity Correctionb 5.433 1 .020

Likelihood Ratio 7.090 1 .008

Fisher's Exact Test .019 .009

Linear-by-Linear Association 6.739 1 .009

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tingkat_pengetahuan (pengetahuan kurang / pengetahuan baik)

5.091 1.446 17.922

For cohort kejadian_kusta = kasus

2.452 1.106 5.437

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.482 .279 .831

N of Valid Cases 50

Page 154: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

138

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Kusta tingkat_pendidikan * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

tingkat_pendidikan pendidikan rendah Count 21 15 36

Expected Count 18.0 18.0 36.0

% within kejadian_kusta 84.0% 60.0% 86.0%

pendidikan tinggi Count 4 10 14

Expected Count 7.0 7.0 14.0

% within kejadian_kusta 16.0% 40.0% 14.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.571a 1 .059

Continuity Correctionb 2.480 1 .115

Likelihood Ratio 3.661 1 .056

Fisher's Exact Test .114 .057

Linear-by-Linear Association 3.500 1 .061

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tingkat_pendidikan (pendidikan rendah / pendidikan tinggi)

3.500 .921 13.307

For cohort kejadian_kusta = kasus

2.042 .853 4.888

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.583 .351 .971

N of Valid Cases 50

Page 155: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

139

3. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian Kusta tingkat_pendapatan * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

tingkat_pendapatan pendapatan kurang Count 19 11 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within kejadian_kusta 76.0% 44.0% 60.0%

pendapatan lebih Count 6 14 20

Expected Count 10.0 10.0 20.0

% within kejadian_kusta 24.0% 56.0% 40.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.333a 1 .021

Continuity Correctionb 4.083 1 .043

Likelihood Ratio 5.451 1 .020

Fisher's Exact Test .042 .021

Linear-by-Linear Association 5.227 1 .022

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tingkat_pendapatan (pendapatan kurang / pendapatan lebih)

4.030 1.201 13.526

For cohort kejadian_kusta = kasus

2.111 1.025 4.349

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.524 .302 .909

N of Valid Cases 50

Page 156: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

140

4. Hubungan Tingkat Pekerjaan dengan Kejadian Kusta tingkat_pekerjaan * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

tingkat_pekerjaan pekerjaan berisiko Count 21 13 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within kejadian_kusta 84.0% 52.0% 68.0%

pekerjaan tidak berisiko Count 4 12 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0

% within kejadian_kusta 16.0% 48.0% 32.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.882a 1 .015

Continuity Correctionb 4.504 1 .034

Likelihood Ratio 6.086 1 .014

Fisher's Exact Test .032 .016

Linear-by-Linear Association 5.765 1 .016

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for tingkat_pekerjaan (pekerjaan berisiko / pekerjaan tidak berisiko)

4.846 1.287 18.255

For cohort kejadian_kusta = kasus

2.471 1.016 6.010

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.510 .305 .851

N of Valid Cases 50

Page 157: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

141

5. Hubungan Tingkat Peran Nakes dengan Kejadian Kusta peran_nakes * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

peran_nakes peran nakes kurang Count 22 19 41

Expected Count 20.5 20.5 41.0

% within kejadian_kusta 88.0% 76.0% 82.0%

peran nakes baik Count 3 6 9

Expected Count 4.5 4.5 9.0

% within kejadian_kusta 12.0% 24.0% 18.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.220a 1 .269

Continuity Correctionb .542 1 .462

Likelihood Ratio 1.239 1 .266

Fisher's Exact Test .463 .232

Linear-by-Linear Association 1.195 1 .274

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for peran_nakes (peran nakes kurang / peran nakes baik)

2.316 .509 10.543

For cohort kejadian_kusta = kasus

1.610 .612 4.233

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.695 .394 1.226

N of Valid Cases 50

Page 158: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

142

6. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Kusta kepadatan_hunian * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

kepadatan_hunian tidak memenuhi syarat Count 11 7 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

% within kejadian_kusta 44.0% 28.0% 36.0%

memenuhi syarat Count 14 18 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within kejadian_kusta 56.0% 72.0% 64.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.389a 1 .239

Continuity Correctionb .781 1 .377

Likelihood Ratio 1.398 1 .237

Fisher's Exact Test .377 .189

Linear-by-Linear Association 1.361 1 .243

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kepadatan_hunian (tidak memenuhi syarat / memenuhi syarat)

2.020 .623 6.557

For cohort kejadian_kusta = kasus

1.397 .815 2.394

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.691 .359 1.331

N of Valid Cases 50

Page 159: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

143

7. Hubungan Jenis Lantai dengan Kejadian Kusta jenis_lantai * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

jenis_lantai tidak memenuhi syarat Count 19 10 29

Expected Count 14.5 14.5 29.0

% within kejadian_kusta 76.0% 40.0% 58.0%

memenuhi syarat Count 6 15 21

Expected Count 10.5 10.5 21.0

% within kejadian_kusta 24.0% 60.0% 42.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.650a 1 .010

Continuity Correctionb 5.255 1 .022

Likelihood Ratio 6.825 1 .009

Fisher's Exact Test .021 .010

Linear-by-Linear Association 6.517 1 .011

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenis_lantai (tidak memenuhi syarat / memenuhi syarat)

4.750 1.406 16.051

For cohort kejadian_kusta = kasus

2.293 1.110 4.739

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.483 .273 .854

N of Valid Cases 50

Page 160: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

144

8. Hubungan Luas Ventilasi dengan Kejadian Kusta luas_ventilasi * kejadian_kusta Crosstabulation

kejadian_kusta

Total kasus kontrol

luas_ventilasi tidak memenuhi syarat Count 23 21 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within kejadian_kusta 92.0% 84.0% 88.0%

memenuhi syarat Count 2 4 6

Expected Count 3.0 3.0 6.0

% within kejadian_kusta 8.0% 16.0% 12.0%

Total Count 25 25 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within kejadian_kusta 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .758a 1 .384

Continuity Correctionb .189 1 .663

Likelihood Ratio .771 1 .380

Fisher's Exact Test .667 .334

Linear-by-Linear Association .742 1 .389

N of Valid Casesb 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for luas_ventilasi (tidak memenuhi syarat / memenuhi syarat)

2.190 .363 13.219

For cohort kejadian_kusta = kasus

1.568 .489 5.034

For cohort kejadian_kusta = kontrol

.716 .376 1.364

N of Valid Cases 50

Page 161: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

145

1. Koding Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kontrol 0

Kasus 1

2. Hasil

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1

a

tingkat_pengetahuan(1) .764 1.425 .288 1 .592 2.148 .131 35.088

tingkat_pendidikan(1) .042 .910 .002 1 .963 1.043 .175 6.205

tingkat_pendapatan(1) .294 1.371 .046 1 .830 1.342 .091 19.733

tingkat_pekerjaan(1) 1.068 .798 1.791 1 .181 2.909 .609 13.899

jenis_lantai(1) .621 .848 .536 1 .464 1.861 .353 9.805

Constant -1.813 .772 5.508 1 .019 .163

Step 2

a

tingkat_pengetahuan(1) .779 1.391 .313 1 .576 2.179 .143 33.293

tingkat_pendapatan(1) .284 1.355 .044 1 .834 1.329 .093 18.899

tingkat_pekerjaan(1) 1.077 .772 1.947 1 .163 2.937 .647 13.337

jenis_lantai(1) .636 .782 .663 1 .416 1.889 .408 8.741

Constant -1.801 .731 6.074 1 .014 .165

Step 3

a

tingkat_pengetahuan(1) 1.024 .763 1.802 1 .179 2.785 .624 12.420

tingkat_pekerjaan(1) 1.043 .753 1.917 1 .166 2.837 .648 12.411

jenis_lantai(1) .663 .771 .738 1 .390 1.940 .428 8.801

Constant -1.776 .720 6.084 1 .014 .169

Step 4

a

tingkat_pengetahuan(1) 1.330 .674 3.892 1 .049 3.781 1.009 14.173

tingkat_pekerjaan(1) 1.225 .717 2.918 1 .088 3.403 .835 13.873

Constant -1.699 .699 5.908 1 .015 .183

a. Variable(s) entered on step 1: tingkat_pengetahuan, tingkat_pendidikan, tingkat_pendapatan, tingkat_pekerjaan, jenis_lantai.

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1)

jenis_lantai tidak memenuhi syarat 29 1.000

memenuhi syarat 21 .000

tingkat_pendidikan pendidikan rendah 36 1.000

pendidikan tinggi 14 .000

tingkat_pendapatan pendapatan kurang 30 1.000

pendapatan lebih 20 .000

tingkat_pekerjaan pekerjaan berisiko 34 1.000

pekerjaan tidak berisiko 16 .000

tingkat_pengetahuan pengetahuan kurang 31 1.000

pengetahuan baik 19 .000

D. Analisis Multivariat

Page 162: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

146

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Suruh

Gambar 2. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Sumberbening

Page 163: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

147

Gambar 3. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Suruh

Gambar 4. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Suruh

Page 164: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

148

Gambar 5. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Suruh

Gambar 6. Kegiatan wawancara dengan salah satu responden penderita kusta di

Desa Suruh

Page 165: SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA HOST DAN ENVIRONMENT …repository.stikes-bhm.ac.id/57/1/8.pdfdengan kejadian penyakit kusta di wilayah kerja upt puskesmas bringin kabupaten ngawi oleh : diah

149