bab 2 landasan teori 2.1 teori umum 2.1.1 pengertian...

79
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Pengertian sistem menurut O‟Brien (2003,p8) adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dengan menerima input dan memproduksi output di dalam proses transformasi yang terorganisir. Menurut Mathiassen (2000,p3), sistem adalah sekumpulan komponen yang mengimplementasikan kebutuhan akan pemodelan, fungsi dan interface. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, pada dasarnya sistem adalah kumpulan dari elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2.1.2 Pengertian Informasi Pengertian informasi menurut O‟Brien ( 2003, p13 ) adalah data yang telah diolah menjadi berarti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu. Menurut McLeod ( 2004, p10 ), informasi adalah data yang telah di proses atau data yang memiliki arti. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses dan diolah sehingga memiliki arti bagi user, yang bermanfaat dalam membantu memperoleh suatu kesimpulan dan mendukung dalam proses pengambilan keputusan. 8

Upload: phungtu

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut O‟Brien (2003,p8) adalah sekumpulan

komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

tertentu dengan menerima input dan memproduksi output di dalam proses

transformasi yang terorganisir.

Menurut Mathiassen (2000,p3), sistem adalah sekumpulan komponen

yang mengimplementasikan kebutuhan akan pemodelan, fungsi dan interface.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, pada dasarnya sistem adalah

kumpulan dari elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.2 Pengertian Informasi

Pengertian informasi menurut O‟Brien ( 2003, p13 ) adalah data yang

telah diolah menjadi berarti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu.

Menurut McLeod ( 2004, p10 ), informasi adalah data yang telah di

proses atau data yang memiliki arti.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data

yang telah diproses dan diolah sehingga memiliki arti bagi user, yang

bermanfaat dalam membantu memperoleh suatu kesimpulan dan mendukung

dalam proses pengambilan keputusan.

8

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

9

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O‟Brien (2003,p10), sistem informasi adalah gabungan yang

terorganisasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan

komunikasi dan sumber data dalam mengumpulkan, mengubah, dan

menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.

Menurut McLeod (2004, p19), sistem informasi adalah sekumpulan

komponen-komponen yang terintegrasi dengan batasan-batasan yang

teridentifikasi yang mengimplementasikan model dari requirement, function

dan interface yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan dengan menerima data

sebagai input dan memprosesnya menjadi output yang mempunyai arti bagi

penerimanya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah

kumpulan komponen-komponen yang terdiri dari : manusia, perangkat keras,

perangkat lunak, jaringan komunikasi yang saling terkait satu sama lain dalam

mengumpulkan dan mengolah sumber data sehingga menghasilkan informasi

yang bermanfaat untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi,

dan kontrol organisasi.

2.1.4 Enterprise Resource Planning (ERP)

ERP memiliki ciri-ciri terpusat (centralized) dan database yang

komprehensif mulai dari mengumpulkan, menyimpan dan menyebarkan data

ke semua fungsi bisnis dan aktifitas didalam perusahaan. Dengan

mengintegrasikan semua fungsi bisnis, akan diperoleh keuntungan secara

ekonomis, yaitu dengan berkurangnya biaya operasional, dapat meningkatkan

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

10

kemampuan dan transparansi informasi (Nah et al. 2007)

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah tulang punggung perusahaan

lintas fungsi yang mengintegrasi dan mengotomatisasi banyak proses bisnis

internal dan sistem informasi dalam fungsi penjualan dan distribusi, produksi,

logistik, akuntansi, dan sumber daya manusia sebuah perusahaan. (O‟Brien,

2004, p.194)

2.1.4.1 Evolusi ERP

Konsep Enterprise Resource Planning (ERP) dikembangkan dari

sistem Manufacturing Resorce Planning II (MRP II). Sedangkan sistem

MRP II sendiri dikembangkan dari sistem Materials Requirement

Planning (MRP). Sistem MRP dikembangkan pada tahun 1970-an

berdasarkan pada prinsip mengelola dan mengendalikan persediaan.

Sistem MRP memungkinkan manajer pabrik untuk merencanakan

produksi dan kebutuhan bahan baku dengan melihat prakiraan

permintaan dan jadwal produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi

permintaan tersebut.

MRP II yang dikenal luas pada tahun 1980-an merupakan

pengembangan dari MRP untuk mendukung kegiatan produksi di

pabrik dan juga kegiatan distribusi hasil produksi. Pada tahun 1990-an

MRP II dikembangkan untuk mendukung fungsi bisnis yang lain seperti

akuntansi, keuangan, personalia, penjualan dan pemasaran. Pada masa

itu, prinsip-prinsip Just In Time (JIT) dan Total Quality Management

(TQM) dikembangkan dengan sasaran menurunkan pemborosan dan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

11

meningkatkan kualitas, secara terus-menerus. Konsep ERP

dikembangkan dari MRP II dan dikombinasikan dengan prinsip JIT dan

TQM.

Gambar 2.1 Evolusi ERP (Rashid et al. 2002)

2.1.4.2 ERP dan Competitive Advantage

Michael Porter mengidentifikasi ada tiga tipe competitive

advantage yaitu cost leadership (low cost), differentiation dan focus

(Wad and Peppard 2006)

Sistem ERP mengintegrasikan aliran informasi dan proses bisnis

kedalam paket tunggal, yang pada akhirnya mempengaruhi proses

informasi perusahaan, aliran pekerjaan dan interaksi antar karyawan.

Sistem ERP juga memfasilitasi integrasi informasi yang

2000s Extended ERP

1990s Enterprise Resource Planning (ERP)

1980s Manufacturing Resource Planning (MRP II)

1970s Material Requirements Planning (MRP)

1960s Inventory Control Packages

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

12

menghubungkan pemasok, penyalur dan konsumen tanpa batas

wilayah.

Menurut Cooke dan Peterson sistem ERP memberi keuntungan

sebagai berikut (Mzoughi et al. 2008) : (1) normalisasi prosedur

perusahaan; (2) integrasi operasi dan data; (3) komputerisasi proses

bisnis; (4) optimalisasi persediaan; (5) meningkatkan fleksibilitas; (6)

meningkatkan produktifitas; (7) mengurangi karyawan; (8) memperkuat

strategi globalisasi; (9) memecahkan masalah.

Dan secara umum keuntungan menggunakan sistem ERP yang

dapat memberikan competitive advantage dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

1. Tangible atau kuantitatif yang dapat secara langsung

memberi profit, misalnya penurunan biaya tenaga kerja,

optimalisasi persediaan, efisiens proses, percepatan waktu

pemenuhan pesanan, dst.

2. Intangible atau kualitatif yang secara tidak langsung

memberi profit, misalnya memperbaiki kerjasama,

ketersediaan informasi, normalisasi prosedur,

meningkatkan fleksibilitas, meningkatkan produktifitas,

memperkuat strategi, dst.

2.1.4.3 ERP Vendors

Menurut Daniel E. O‟Leary, terdapat beberapa produk sistem ERP

yang utama, yaitu BOPSE (Baan, Oracle, PeopleSoft, SAP, dan J.D.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

13

Edwards). Sementara itu, vendor ERP lainnya, yaitu: Great Plains,

Lawson, Platinum, QAD, Ross & Solomon. (O‟Leary, 2000, p.28)

2.1.4.3.1 SAP (Systeme Anwendungen Produkte)

1.4.3.1.1 Sejarah SAP

Pada tahun 1972, lima mantan karyawan

IBM - Dietmar Hopp, Hans-Werner Hector, Hasso

Plattner, Klaus Tschira, dan Claus Wellenreuther –

meluncurkan sebuah perusahaan yang disebut

Systems, Applications, and Products in Data

Processing di Mannheim, Jerman. Visi mereka

adalah untuk mengembangkan standar software

aplikasi untuk pemrosesan bisnis secara real-time.

Setahun kemudian, software akuntansi keuangan

pertama selesai, menjadi dasar untuk

perkembangan selanjutnya untuk komponen

software yang akan dikenal sebagai sistem R/1.

“R” adalah untuk pemrosesan data real-time. Lima

puluh dari seratus perusahaan terbesar Jerman

sudah menjadi pelanggan SAP. Sistem SAP R/2

mencapai tingkat stabilitas yang tinggi dari

program generasi sebelumnya. Memikirkan

pelanggannya yang multinasional, SAP merancang

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

14

SAP R/2 untuk menangani bahasa dan mata uang

yang berbeda.

Pada Agustus 1988, SAP GmbH berubah

menjadi SAP AG. SAP mengembangkan cabang-

cabang di Denmark, Swedia, Itali, dan United

State. Pada tahun 1990an SAP R/3 dipasarkan.

Dengan konsep client-server, keseragaman

tampilan grafikal, penggunaan database relasional

yang konsisten, dan kemampuan untuk dijalankan

pada komputer dari vendor berbeda sangat diterima

pasar. Dengan SAP R/3, SAP masuk ke generasi

baru software perusahaan – dari mainframe sampai

arsitektur three-tier database, aplikasi, dan user

interface. Sampai hari ini, arsitektur client-sever

adalah standar dalam software bisnis.

Hasso Plattner, Co-Founder, Co-Chairman,

dan CEO mengumumkan strategi mySAP.com.

mySAP.com menghubungkan solusi e-commerce

menjadi aplikasi ERP yang nyata, menggunakan

teknologi Web state-of-the-art. Dengan internet,

pemakai menjadi fokus dari aplikasi software. SAP

mengembangkan SAP Workplace dan membuka

jalan untuk ide portal perusahaan dan akses peran

khusus ke informasi.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

15

Tahun 2000an, SAP menjadi vendor

independent software terbesar ketiga dengan

121.000 instalasi di seluruh dunia, lebih dari 1.500

rekan kerja, lebih dari 25 solusi bisnis industri

khusus, dan lebih dari 41.200 pelanggan di 120

negara. Sekarang SAP dilengkapi dengan arsitektur

berorientasikan layanan (services-oriented

architecture-SOA) dan platform integrasi dan

aplikasi, SAP NetWeaver.

1.4.3.1.2 SAP Application-Based modules

Menurut Daniel E. O‟Leary (2000,p31),

Komponen utama sistem SAP R/3 memiliki

beberapa Application-Based modules yang saling

terintegrasi satu sama lain, yaitu :

Tabel 2.1 SAP Application-Based modules

AM (Asset Management) : Modul yang mengelola informasi terkait

pembelian aset tetap yang berhubungan dengan depresiasi, asuransi, nilai

properti dan sebagainya.

CO (Controlling) : Modul yang mencakup CCA (Cost Center Accounting),

PC (Product Cost Controlling), serta ABC (Activity-Based Costing).

FI (Financial Accounting) : Modul yang mencakup GL (General Ledger),

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

16

AR (Accounts Receivable), dan LC (Legal Consolidations).

HR (Human Resource) : Modul yang mencakup PA (Personnel

Administration), dan PD (Planning and Development).

MM (Materials Management) : Modul yang memiliki cakupan IM

(Inventory Management), IV (Invoice Verivication), dan WM (Warehouse

Management).

PM (Plant Maintenance) : Modul dengan cakupan EQM (Equipment and

Technical Objects), PRM (Preventive Maintenance), SMA (Service

management), dan WOC (Maintenance Order Management).

PP (Production Planning) : Mencakup SOP (Sales Operations Planning),

MRP (Materials Requirements Planning), dan CRP (Capacity

Requirements Planning).

PS (Project Systems) : Mencakup project tracking dan budget management.

QM (Quality Management): Mencakup CA (Quality Certificates), IM

(Inspection Processing), PT (Planning Tools), dan QN (Quality

Notifications).

SD (Sales and distribution) system.

Sebagai tambahan, terdapat beberapa modul-modul Cross-Application

(CA) yang dapat digunakan secara menyeluruh pada sistem R/3; termasuk

dalam alur kerja bisnis pada SAP dan SAP office.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

17

2.1.5 Pengembangan Implementasi Proyek ERP

Dipandang sebagai sebuah proses, implementasi ERP dapat dibagi menjadi

tiga fase proses, yaitu inisiasi, pelaksanaan, dan penyelesaian proses dengan

beberapa pendekatan dalam pengembangan implementasi proyek ERP yaitu big

bang dan incremental/phased rollout (Mäkipää 2003).

Initiative Evaluation Selection

Business

Process

Reengineering

Modification Training

Conversion of

Data

Go-Live Termination

Exploitation

and

Development

Big Bang, Incremental / Phased Rollout

Gambar 2.2 Fase-fase Implementasi Sistem ERP (Mäkipää 2003)

Menurut Daniel E. O‟Leary, Big-bang dan Phased merupakan pendekatan

mendasar yang digunakan dalam pengembangan implementasi sistem ERP.

Implementasi Big-bang adalah suatu pendekatan dimana aplikasi ERP secara

keseluruhan diimplementasikan pada waktu yang sama. Dengan penggunaan

pendekatan Big-bang sistem bergerak dari test version system menjadi actual system

untuk nantinya diadopsi langsung pada transaksi operasional dalam jangka waktu

yang singkat. Pendekatan ini memerlukan sejumlah besar pengujian sebelum

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

18

dilakukannya cut over ke sistem ERP yang baru.

Implementasi Phased merupakan implementasi yang berurutan terdiri atas

perancangan, pengembangan, pengujian, dan penginstallan untuk modul-modul yang

berbeda. Berbeda dengan Big-bang, selain pendekatan ini lebih mengarah pada

“potongan-potongan” proses modul, perancangan, pengembangan, pengujian dan

implementasi yang lebih sederhana, implementasi Phased membutuhkan perhatian

yang substansial disertai pemeliharaan di tiap-tiap fase pada sistem terdahulu,

sehingga sedikit demi sedikit tujuan pengintegrasian kepada sistem ERP yang baru

dapat terjadi. (O‟Leary 2000, p151-152)

Pada pendekatan Phased/Incremental, implementasi dilakukan secara bertahap

dan dibagi menjadi beberapa sub proyek. (Mäkipää 2003)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

19

2.2 Teori Khusus

2.2.1 SAP Warehouse Management sebagai bagian dari Logistic Execution

2.2.1.1 Logistic Execution

2.2.1.1.1 Pemahaman Logistic Execution

Pada mySAP Enterprise Resource Planning

(mySAP ERP) dan mySAP Supply Chain Management

(mySAP SCM), Logistics Execution memungkinkan

berbagai macam fitur untuk semua proses logistik,

termasuk Warehouse Management, Shipping and

Transportation.

Logistics Execution adalah sekumpulan fitur yang

menjadi inti dari proses logistik, yang terhubung ke

Production Planning and Control, Material Management,

dan Sales. Pada SAP R/3 Logistics Execution sudah

terintegrasi ke dalam sistem dengan tujuan untuk

menggabungkan semua fitur logistik yang sudah ada serta

untuk mengembangkan grup fitur ini lebih jauh. (SCM630,

2006, p2)

2.2.1.1.2 Logistic Execution : Elements and sources

Warehouse Management didasarkan dari Material

Management (MM), sedang Shipping dan Transportation

merupakan penerusan dari Sales and Distribution (SD).

Customizing untuk Warehouse Management

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

20

didasarkan langsung dari customizing untuk Material

Management. Sedangkan komponen customizing untuk

Shipping and Transportation bisa ditemukan pada Sales

and Distribution dan Logistics Execution. (SCM630, 2006,

p3-4)

Gambar 2.3 Logistic Execution : Elements and sources

(SCM 630 2006, p3)

2.2.1.1.3 Fungsi Logistic Execution

Logistics Execution menghubungkan antara

Procurement dan Distribution pada SAP ECC, tanpa

melihat apakah proses yang terjadi bersifat internal atau

terkait dengan pihak ketiga (vendor, pelanggan, atau

penyedia layanan), dan apakah Material diproduksi sendiri

ataupun diadakan dari luar, keduanya ditempatkan dan

diambil dari penyimpanan menggunakan Warehouse

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

21

Management, untuk men-supply bagian produksi

perusahaan maupun untuk pengiriman ke pengecer atau

konsumen. (SCM 630 2006, p4)

Gambar 2.4 Logistic Execution: Function in SAP ECC

(SCM 630 2006, p4)

Logistics Execution menggunakan unit organisasi

dan master data tersendiri, yang terintegrasi ke struktur

organisatoris pada SAP ECC. Elemen struktural tersebut

dapat digunakan untuk memetakan situasi bisnis yang

kompleks.

2.2.1.1.4 Bentuk Dasar Proses Pemetaan (Mapping)

Terdapat dua cara untuk memetakan proses pada

penerimaan barang dan pengeluaran barang pada Logistics

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

22

Execution : Pertama membuat suatu delivery (pengiriman)

atau melakukan posting Inventory Management (biasanya

dengan reference kepada suatu document) diawal proses.

Gambar 2.5 Process Overview

(SCM 630 2006, p5)

Jika melalui proses delivery, proses pada Warehouse

Management (pembuatan dan konfirmasi transfer order)

diselesaikan sebelum melakukan posting pada Inventory

Management. Posting penerimaan barang/pengeluaran

barang selalu terkait kepada proses delivery.

Inventory Management Posting juga dapat terjadi di

awal proses. Diawali posting penerimaan

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

23

barang/pengeluaran barang lalu membuat Transfer

requirement, dan proses nantinya akan diselesaikan

dengan aktivitas putaway (penempatan barang) atau

picking (pengambilan barang) dengan suatu Transfer

order.

Umumnya, alasan penempatan atau pengambilan

barang bisa menentukan bagaimana suatu proses akan

dipetakan. Misalnya, pada proses penerimaan barang dari

bagian produksi, sistem standar hanya menawarkan

posting penerimaan barang untuk work order dengan

proses penempatan barang lanjutan. Sebaliknya, pada

Sales Order proses pengambilan barang umumnya

didasarkan pada proses pengeluaran barang. (SCM630,

2006, p5)

2.2.1.2 Hubungan Warehouse Management dengan Logistic Execution

2.2.1.2.1 Warehouse Management pada Logistic Execution

Warehouse Management merupakan bagian

dari Logistics Execution, dan mengelompokkan semua

fitur utama dari Logistics Execution pada Sales and

Distribution (SD) dan Material Management (MM).

Dengan menggunakan Warehouse Management, dapat

dipetakan seluruh proses pada Logistics Execution.

Warehouse Management akan menyediakan perangkat

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

24

yang diperlukan, apakah sales order harus dipenuhi

atau bagian produksi mendapat supply material,

apakah barang dikirim dari vendor atau barang jadi

dari bagian produksi akan ditempatkan di gudang.

2.2.1.2.2 Fungsi Dasar Warehouse Management

Warehouse Management pada SAP ECC

mempunyai lima fungsi dasar berikut:

Inventory Management sampai ke level storage bin.

Pemetaan dan pengendalian semua perpindahan

barang.

Pengawasan pengerjaan proses perpindahan barang

tersebut.

Koneksi ke perangkat entri data mobile sebagai

bagian dari solusi Radio Frequency (RF)

terintegrasi.

Koneksi ke sistem eksternal khusus menggunakan

suatu interface.

Jika Inventory Management, sebagai bagian

dari Material Management, hanya bisa memberikan

informasi mengenai kuantitas total material pada

barang, Warehouse Management dapat memberikan

informasi mengenai lokasi pasti kuantitas tertentu dari

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

25

suatu material dan menginformasikan apakah kuantitas

ini berada dalam storage bin atau sedang dipindahkan.

Proses perpindahan barang dari storage bin ini

biasanya dipicu oleh penerimaan barang dan

pengeluaran barang, atau Stock Transfer.

Sistem yang terkonfigurasi sepenuhnya, bahkan

masih dapat terjadi error, hal-hal seperti kelalaian

untuk memproses dokumen dengan status open, atau

lainnya. Karenanya, Warehouse Management

dilengkapi dengan perangkat pengawasan.

Pada SAP, memungkinkan penggunaan

perangkat entry data mobile untuk koneksi langsung

ke Warehouse Management. Perangkat ini berbasis

teknologi Radio Frequency (RF) dan secara hardware

bersifat netral. Transaksi pada SAP ECC dengan

menggunakan RF mencakup hampir semua aktivitas

didalam dan diluar fasilitas. Pengemasan dan

pemuatan barang ke transport, serta Penghitungan

inventori juga dapat dilakukan. (SCM630, 2006, p5)

2.2.1.2.3 Interface Terhadap Aplikasi SAP ECC Lainnya

Warehouse Management pada SAP ECC juga

bisa melakukan pertukaran data dengan komponen

aplikasi lainnya melalui interface. Berikut adalah

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

26

macam koneksi ke komponen aplikasi lainnya:

Inventory Management (IM-MM)

Delivery Processing (LE-SHP)

Production Planning and Control (PP, PP-PI)

Quality Management (QM)

Gambar 2.6 Interface to other application components

(SCM 630 2006, p12)

Interface ke Inventory Management adalah

alasan utama penggunaan Warehouse Management

pada SAP ECC; posting dari Inventory Management

dapat memicu aktivitas pada Warehouse Management

atau menandai penyelesaian pada proses penerimaan

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

27

barang atau pengeluaran barang. Koneksi ke Delivery

Processsing pada Logistics Execution berperan

penting pada Sales Order Processing. Umumnya,

barang diambil berdasarkan Outbound Delivery. Jika

ingin menyediakan supply material yang teratur ke

bagian produksi, bisa menggunakan interface ke

Production Control. Dan ketika penggunaan

komponen Quality Management dilakukan, hal ini

memungkinkan konfigurasi interface ke Warehouse

Management untuk mengendalikan bagaimana

perlakuan barang di gudang ketika menjalani proses

quality inspection dapat terjadi.

2.2.2 Warehouse Management

2.2.2.1 Warehouse Structure Elements

Struktur gudang pada Warehouse Management bersifat hierarki

dan terdiri dari beberapa komponen, beberapa diantaranya terkait

dengan penelitian penulis, antara lain (WM Guide 2001, p20):

1. Warehouse Number

2. Storage type

3. Storage Section

4. Storage Area

5. Picking Area

6. Storage bin

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

28

Gambar 2.7 Substructure of the warehouse

(SCM 630 2006, p22)

Gambar 2.8 Depiction of The Physical Warehouse in Warehouse Management

(WM Guide 2001, p20)

2.2.2.1.1 Warehouse Number

Warehouse number adalah unit organisatoris

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

29

dengan level tertinggi di Warehouse Management pada

SAP ECC. Warehouse number digunakan untuk

melambangkan suatu kompleksitas pergudangan. Gudang

pada umumnya merujuk ke suatu bangunan fisik atau

suatu distribution center. Tiap warehouse number

mempunyai substruktur yang memetakan hubungan

spasial pada kompleks pergudangan secara detail.

Tiap warehouse number mempunyai sejumlah

unit organisatoris bawahan (sesuai setting pada

customizing): Storage type, Storage section, dan Picking

area. (SCM 630 2006, p21)

Pada Warehouse Management (WM), fisik

suatu gudang terwakili oleh satu Warehouse Number.

Dengan menggunakan Warehouse Number, dapat

dilakukannya penanganan beberapa bangunan gudang

yang merupakan bagian dari kompleks pergudangan. (WM

Guide 2001,p22)

2.2.2.1.2 Storage type

Storage type digunakan untuk memetakan

ruang penyimpanan yang membentuk suatu unit terpisah

pada warehouse number, baik secara spasial dan/atau

organisatoris. Suatu sistem standar sudah mempunyai

beberapa storage type yang sudah terkonfigurasi,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

30

misalnya: high rack, fixed bin, dan bulk storage type.

Dapat dimodifikasikan template yang ada sesuai

kebutuhan, atau menambahkan storage type baru. (SCM

630 2005,22)

Storage type adalah area penyimpanan, fasilitas

pergudangan, atau zona pergudangan yang telah

ditentukan pada Warehouse Management (WM) untuk

suatu warehouse number. Area tersebut merupakan bagian

fisik atau logic dari suatu kompleksitas pergudangan yang

dicirikan dengan warehouse technique yang diadopsi,

ruang yang digunakan, bentuk organisasinya, atau

fungsinya. Suatu storage type terdiri dari satu atau lebih

storage bin.. Dan Beberapa storage type dapat ditentukan

untuk tiap nomor gudang. (WM Guide 2001, p23)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

31

Gambar 2.9 Illustrasi 5 Storage type Ditempatkan pada 1

Warehouse Number

(WM Guide 2001, p25)

2.2.2.1.3 Storage Section

Pada Warehouse Management (WM), Storage

section merupakan subdivisi dari Storage type, yang

mengelompokkan Storage bin dengan tampilan serupa

untuk tujuan penempatan barang. Kriteria pengelompokan

Storage bin bisa ditentukan sesuai kebutuhan, misalnya

heavy parts, bulky materials, fast moving items, atau slow

moving items.(WM Guide 2001, p26)

Untuk membagi ruang penyimpanan lebih

lanjut, sistem akan membuat storage section pada storage

type. Terdapat berbagai kriteria untuk pembuatan berbagai

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

32

storage section. Biasanya, material yang akan disimpan

pada Storage type memegang peranan penting dalam

penentuan kriteria. Seperti, barang fast moving akan

disimpan di storage section yang mudah diakses, sedang

barang yang cepat rusak akan disimpan di area yang

mempunyai pendingin. Sistem hanya mempertimbangkan

Storage section selama Putaway processing.

Walau tidak diharuskan untuk membagi

storage type menjadi dua atau lebih storage section, atau

bahkan sekalipun tidak dirasa perlu membagi ruang

penyimpanan pada Storage type namun harus dibuat

paling tidak satu storage section untuk tiap storage type.

(SCM 630 2005, p23)

Gambar 2.10 Storage Section

(WM Guide 2001, p27)

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

33

2.2.2.1.4 Picking Area

Picking area merupakan bagian dalam suatu

Storage type dimana suatu aktivitas pengambilan barang

dilakukan. Picking area mengelompokkan Storage bin

berdasarkan Picking strategies dan merupakan kebalikan

dari Storage section, yang mengelompokkan Storage bin

berdasarkan Putaway strategies. (WM Guide,28)

Picking area berada pada level hierarki yang

sama dengan Storage section dan bisa digunakan untuk

membagi area Storage type untuk mengendalikan proses

Stock removal. Tidak seperti Storage section, Picking area

bersifat optional. (SCM 630 2005, p28)

2.2.2.1.5 Storage bin

Suatu storage type pada umumnya berisi satu

atau lebih slot, yang dikenal dengan storage bin pada

Warehouse Management (WM). Storage bin adalah unit

penyimpanan terkecil di suatu gudang. Storage bin bisa

menunjukkan posisi di gudang tempat suatu barang bisa

atau akan disimpan. (WM Guide,29)

Pada Warehouse Management, Storage bin

merupakan master data yang dibuat melalui menu aplikasi

atau pada customizing di Storage section. Berdasarkan

master data tersebut, tampilan barang pada Warehouse

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

34

Management akan menampilkan status suatu kuantitas

barang/material di gudang.

Storage bin selalu dibuat pada Storage section.

Juga dapat ditempatkan didalamnya suatu Picking area dan

jika diperlukan suatu bagian fire containment

(pengendalian kebakaran) untuk pengelolaan barang

berbahaya. Tiap storage bin diidentifikasi secara unik

menggunakan coordinates pada storage type. Penggunaan

karakter alphanumeric dengan karakter lain untuk

coordinate dapat dilakukan.

Storage bin juga dapat ditempatkan ke suatu

Storage bin type. Storage bin type merupakan kategori

opsional yang bebas ditentukan pada customizing untuk

Warehouse Management, yang bertujuan menentukan

dimensi dari suatu storage bin.

Storage bin type terutama berguna jika storage

bin dari Storage type atau Storage section tertentu pada

Storage type mempunyai dimensi yang berbeda.

Pada prakteknya, kebutuhan jumlah bin yang

sangat besar berarti sangat tidak efisien untuk membuat

Storage bin secara manual. Untuk membuat Storage bin

serupa dalam jumlah besar dapat digunakan kode transaksi

pada aplikasi SAP yang memungkinkan pembuatan

Storage bin secara otomatis. (SCM 630 2005, p33)

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

35

Gambar 2.11 Storage Bin Types

(SCM 603 2005, p34)

2.2.2.1.6 Quant

Quant adalah isi dari suatu storage bin. Dengan

kata lain Quant merupakan kuantitas material pada suatu

storage bin. Pada Warehouse Management SAP ECC,

material hanya bisa diperhitungkan dan dipindahkan

dalam bentuk quant. Quant suatu material bisa terdiri dari

satu atau x pieces, kilogram, atau liter. Tetapi, kriteria

yang digunakan sistem selama proses putaway atau

picking untuk menentukan seberapa kuantitas material

untuk satu quant atau beberapa quant pada satu atau

beberapa storage bin adalah tetap. (SCM 630 2005, p56)

Kriteria untuk pembentukan/pembagian quant

adalah:

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

36

Material number

Stock type atau stock category

Special stock

Plant dan storage location

dan jika memang digunakan,

Batch number material

Gambar 2.12 The Quant (SCM 603 2005, p57)

2.2.2.2 Organizational Connection to Inventory Management

Untuk bisa menggunakan Warehouse Management pada SAP

ECC, perlu dipastikan bahwa Warehouse Management sudah

terkoneksi ke Inventory Management.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

37

2.2.2.2.1 Plant

Plant didefinisikan dalam system sebagai 4 karakter

alfanumerik yang unik didalam Client. (SAP 01

Fundamentals, p33)

Plant merupakan suatu unit organisasi dalam logistic

yang memisahkan perusahaan dari sudut pandang

produksi, procurement, dan perencanaan material. Suatu

plant dapat merepresentasikan beberapa entitas dalam

perusahaan, seperti :

Production Facility

Distribution Centre

Kantor pusat perusahaan

Maintenance Location

2.2.2.2.2 Storage Location

Storage location adalah unit organisatoris

quantity-based dari Inventory Management. (SCM 630

2005, p47)

Storage location adalah unit organisatoris yang

membedakan material dalam suatu Plant. Manajemen

Persediaan (Inventory Management) dan persediaan secara

fisik (Physical Inventory) terjadi pada tingkat Storage

Location. Storage Location didefinisikan dengan 4

karakter alfanumerik yang unik dalam Plant. (SCM

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

38

500,p46)

2.2.2.2.3 Connection of Warehouse Management to Inventory

Management

Warehouse number, dapat digunakan paling tidak

harus selalu dihubungkan ke satu kombinasi Plant dan

Storage location. Proses inilah yang nantinya akan

membentuk koneksi dengan Inventory Management yang

diperlukan untuk memetakan proses Goods receipt, Goods

issue dan Posting change.

Jika hanya diaplikasikan Inventory Management,

Storage location biasanya digunakan untuk memetakan

Storage area pada sistem. Sesuai dengan namanya,

Storage location menunjukkan dimana suatu material

disimpan pada gudang.

Storage location masih diperlukan sebagai suatu unit

organisatoris sehingga stock bisa dikelola berdasarkan

pada kuantitas, namun Storage location tidak lagi

berhubungan dengan situasi spasial. Dari sudut pandang

Warehouse Management, satu Storage location sudah

memadai. Tetapi, bisa terdapat alasan dari sudut pandang

Inventory Management untuk mempunyai beberapa

storage location. Misalnya, bila akan membagi barang

menurut batch produksi yang berbeda atau special stock.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

39

Atau mungkin ingin membagi blocked stock (barang yang

tertutup aksesnya) atau barang yang sedang menjalani

quality inspection menggunakan Storage location yang

terpisah. (SCM 630 2005, p47)

Gambar 2.13 Connection of Warehouse Management to Inventory

Management (SCM 630 2005, p47)

2.2.3 Warehouse / Good Movements

Dengan menempatkan Plant/Storage Location pada sistem Inventory

Management ke Warehouse Number di sistem Warehouse Management, barang

secara total akan tetap seimbang antara Inventory Management dan Warehouse

Management ketika proses penerimaan dan pengeluaran barang dilakukan, hal

ini sekaligus menyebabkan perubahan kuantitas pada sistem. Pada perpindahan

barang, biasanya diperlukan dua posting untuk menyempurnakan proses. Tetapi

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

40

dimungkinkan untuk mengerjakannya secara otomatisasi pada proses ini.

Selama perpindahan barang, sistem akan melibatkan beberapa aktivitas

dan dokumen kunci pada gudang. Aktivitas dan dokumen kunci terpenting

tersebut, antara lain (WM Guide, 139) :

Goods receipt (Penerimaan barang)

Goods issue (Pengeluaran barang)

Stock transfer

Posting change

Transfer requirement

Transfer order

2.2.3.1 Penerimaan Barang (Good Receipt)

Penerimaan barang (Good Receipt) adalah perpidahan barang

pada gudang, yang mana barang diterima sebagai hasil dari

permintaan pembelian, permintaan produksi, atau dengan alasan

lainnya. Semua penerimaan barang akan meningkatkan barang total

di Inventory Management dan Warehouse Management. Posting

pada Inventory Management akan meningkatkan barang total di

Inventory Management dan Warehouse Management secara

bersamaan. Dalam hal ini, Warehouse Management mempunyai

fitur “distribusi” untuk memindahkan barang yang di-posting di

Inventory Management dari area penerimaan barang ke storage bin

di gudang. Untuk melakukan proses tersebut, sistem akan membuat

transfer order untuk menentukan storage bin yang paling sesuai.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

41

Transfer order akan dikonfrimasi begitu barang sudah dipindahkan.

(WM Guide,142)

Suatu Goods receipt adalah perpindahan fisik barang atau

material ke dalam gudang. Goods receipt merupakan goods

movement yang digunakan untuk mem-posting barang yang

diterima dari vendor eksternal atau merupakan hasil produksi

sendiri. Semua goods receipt akan meningkatkan barang di gudang.

Sistem SAP mempunyai beberapa tipe goods receipt:

Goods receipt dengan reference ke suatu purchase order

Goods receipt dengan reference ke suatu production order

Goods receipt dengan reference ke suatu delivery

Goods receipt lainnya (tanpa reference)

(Murray 2007, p83)

2.2.3.1.1 Proses Penerimaan Barang (Good Receipt)

Ketika barang diterima di gudang, proses yang

terjadi di sistem Warehouse Management pada umumnya

bersifat otomatis dan transparan bagi user. Warehouse

Management menyimpan catatan semua transaksi yang

terjadi yang dihubungkan dengan tiap barang. Tiap

langkah-langkah penting dari posting penerimaan barang

di aplikasi Inventory Management sampai konfirmasi

perpindahan barang yang sudah terjadi, bisa dilakukan

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

42

secara otomatis oleh sistem. Berikut merupakan

langkah-langkah posting penerimaan Inventory

Management apabila ingin dilakukan secara manual

1. Untuk memulai proses penerimaan barang ke

Warehouse Management, dapat dilakukan posting

goods receipt di Inventory Management.

2. Setelah melakukan posting di IM, sistem akan

menempatkan sejumlah kuantitas material ke suatu

storage bin di suatu interim storage area untuk goods

receipt dan membuat transfer requirement yang

diperlukan di WM.

3. Selanjutnya, sistem akan membuat transfer order

berdasarkan informasi pada transfer requirement.

4. Sistem lalu menentukan lokasi penempatan barang

digudang menggunakan suatu metode pencarian, dan

lalu menaruh barang di suatu pallet.

5. Transfer order digunakan untuk mentransfer barang

dari interim storage bin di area penerimaan barang

ke satu atau beberapa storage bin di gudang.

6. Pekerja gudang mengkonfirmasi bahwa barang

sudah ditransfer. Konfirmasi bisa dimasukkan secara

manual ke sistem atau secara otomatis dengan

menggunakan perlengkapan RF untuk men-scan

barcode pada kontener.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

43

Selisih apa pun antara kuantitas yang diminta dan

kuantitas yang ditransfer ke gudang akan terekam di

WM. Selisih tersebut nantinya harus ditangani pada

aplikasi IM. Pada titik ini, proses goods receipt

sudah selesai. (WM Guide 2001, p193-194)

Gambar 2.13 Aktifitas pada Warehouse Management saat Good Receipt

Processing

(WM Guide 2001, p193-194)

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

44

2.2.3.2 Pengeluaran Barang (Good Issue)

Pengeluaran barang (Goods Issue) pada WM didefinisikan

sebagai perpindahan barang keluar gudang secara fisik.

Goods Issue adalah suatu goods movement yang digunakan

untuk mem-posting penggunaan internal suatu material,

pengeluaran suatu material, dan delivery suatu barang ke

pelanggan. Suatu Goods Issue menyebabkan penurunan jumlah

barang di gudang. (WM Guide 2001, p218)

Tabel 2.2 Overview of Good Issue

(WM Guide 2001, p218)

Seperti ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut, berbagai

komponen aplikasi pada sistem SAP mengawali transfer barang dari

sistem Warehouse Management dengan membuat suatu document

sebagai dasar goods movement tersebut. Sistem juga melakukan

pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan apakah material

tersebut ada di gudang.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

45

Goods issue pada WM bisa didasarkan pada:

Delivery

Dalam hal ini, barang dikeluarkan dari gudang untuk tujuan

delivery yang dibuat di komponen Shipping.

Posting pada Inventory Management

Ketika suatu goods issue di -posting pada IM, sistem akan

membuat suatu transfer requirement yang digunakan

sebagai dasar untuk membuat transfer order.

Two steps picking

Pada Two steps picking, proses pengambilan barang dibagi

menjadi dua langkah terpisah. Pada langkah pertama, semua

kuantitas material yang dibutuhkan diambil untuk

memenuhi permintaan tersebut (misalnya, beberapa delivery

atau transfer requirement). Pada langkah kedua, material

dibagi dan dialokasikan untuk memenuhi persyaratan yang

diberikan. (WM Guide 2001, p219)

2.2.3.2.1 Proses Pengeluaran Barang (Good Issue)

Berdasarkan Suatu Delivery

Komponen Sales and Distribution (SD) pada

sistem SAP dapat digunakan untuk mengerjakan semua

aktivitas sales (penjualan) dengan pelanggan dan Plant.

Pada SD Shipping suatu delivery dibuat berdasarkan

suatu sales order atau scheduling agreements. Delivery

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

46

menjadi dasar untuk shipping dan pada umumnya

digunakan untuk memulai proses pengambilan barang.

Hal – hal yang berlaku pada umumnya :

Delivery akan mengambil alih peranan dari transfer

requirement.

Sistem akan membuat satu transfer order untuk tiap

delivery. Jika fitur transfer order split diaktifkan,

sistem juga dapat membuat beberapa transfer order

untuk satu pengiriman.

Pada item level pada storage location, sistem akan

mengenali bahwa item tersebut releven terhadap

Warehouse Management. (WM Guide 2001, p220)

Gambar 2.15 Good Issue Processing Based Upon a Delivery

(WM Guide 2001, p221)

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

47

Terbergantung teknik pengambilan barang

digunakan, sistem akan mengambil material dari fixed

bin (menggunakan picking list dari SD) atau membuat

suatu transfer order untuk delivery.

Jika proses pengambilan dilakukan bersamaan

dengan suatu transfer order, status WM pada delivery

akan diset menjadi “A” (relevan untuk Warehouse

Management). Status WM akan di-updated setelah tiap

langkah selama pengerjaan transfer order.

Jika proses pengambilan tidak dilakukan bersama

dengan transfer order, status WM pada delivery akan

diset menjadi “N” (tidak relevan untuk Warehouse

Management). (WM Guide 2001, p221)

2.2.3.3 Stock Transfer

Stock Transfer pada WM adalah perpindahan fisik suatu

barang dari satu lokasi penyimpanana ke lainnya, dari satu gudang

ke lainnya atau dari satu storage bin gudang ke lainnya.

Stock Transfer pada gudang (dalam satu warehouse number)

tidak menyebabkan perubahan barang secara total dan hanya

memerlukan posting di sistem WM (misalnya, ketika memindahkan

barang dari satu storage bin ke lainnya). Proses ini tidak relevan

bagi IM karena barang secara total pada sistem tetap sama. (WM

Guide 2001, p316)

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

48

Stock transfer di sistem Material Management antara lain

termasuk perpindahan fisik material dari:

Suatu plant/storage location ke plant/storage location lain

Gudang ke gudang

Storage bin ke storage bin (internal transfer)

Gambar 2.16 Stock Transfer in Material Management

(WM Guide 2001, p316)

Untuk stock transfer yang terjadi di kompleks pergudangan

yang sama (dalam satu warehouse number), dapat dibuat, dikelola

dan ditampilkan informasi mengenai stock movement sejak barang

tersebut diterima sampai meninggalkan gudang menggunakan

sistem Warehouse Management (WM). Untuk proses stock transfer

yang terjadi dari satu storage location ke storage location lain,

proses akan dimulai di komponen Inventory Management (IM) dan

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

49

diselesaikan di Warehouse Management (WM). (WM Guide 360

2001, p316)

2.2.3.4 Posting Change

Suatu Posting change pada umumnya adalah perubahan

informasi mengenai material tertentu, misalnya ketika melepaskan

barang dari proses pengawasan. Pada umumnya, Posting changes

tidak melibatkan perpindahan barang secara fisik.

Suatu Posting change biasanya merujuk kepada suatu

perubahan informasi untuk material tertentu. Pada hampir semua

proses Posting change, seperti perubahan batch number atau

membuka akses ke barang yang tertutup, fisik barang akan berada

di lokasi barang yang sama.

Posting change dilakukan untuk beberapa alasan, seperti:

Melepaskan barang dari proses pemeriksaan sehingga

menjadi avalaible stock

Merubah status stock dari blocked stock (barang yang

tidak bisa diakses) menjadi inspection stock

Merancang suatu material sebagai inspection stock

Merubah material number

Membagi suatu avalaible material menjadi dua batch atau

lebih

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

50

Merubah special stock, seperti consignment stock atau

returned stock, menjadi barang milik perusahaan

Mengganti kepemilikan barang di gudang yang sama dari

satu plant ke plant lainnya.

Meski dapat dimulai proses perubahan status material pada

komponen Warehouse Management (WM), proses posting change

biasanya dimulai pada komponen aplikasi IM sebagai transfer

posting dan selanjutnya diproses di WM. Ketika dimulai suatu

transfer posting di IM, sistem akan membuat suatu posting change

notice pada WM. Posting change notice hanya relevan untuk

material yang dilacak pada WM yang sudah mengalami perubahan

status. Untuk mengakhiri proses, transfer order untuk proses

posting change notice pada WM harus dibuat dan dikonfirmasi.

2.2.3.4.1 Processing Posting changes Entirely Within WM

Seluruh pemrosesan beberapa posting change

untuk quant dapat dilakukan pada komponen Warehouse

Management. Sistem lalu akan menjalankan semua

proses yang diperlukan pada komponen Inventory

Management (MM-IM).

Metode pemrosesan ini bisa dilakukan untuk

perubahan status material antara lain:

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

51

Quality inspection, blocked stock dan

unrestricted-use stock (barang yang bisa

digunakan untuk tujuan apapun)

Consignment stock dan own restricted stock

(barang milik sendiri dengan penggunaan

terbatas)

Individual customer stock dan own stock

Returnable transport packing dan own stock

Project stock dan own stock

Contoh situasi yang digunakan untuk

menjalankan posting change sebagai proses satu langkah

adalah:

Mengganti status avalaible stock menjadi

blocked stock karena kerusakan karton

pengemas, atau

Merubah consignment stock menjadi own stock

untuk digunakan pada bagian produksi

(WM Guide 2001, p326)

2.2.3.5 Transfer requirement

Transfer requirement digunakan untuk merencanakan dan

memulai perpindahan barang. Transfer requirement melambangkan

persyaratan tertentu yang diperlukan untuk memindahkan barang di

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

52

gudang.

Transfer requirement adalah document yang bertujuan untuk

merencanakan perpindahan barang menggunakan sistem Warehouse

Management.

Dengan membedakan antara perencanaan dan pelaksanaan

suatu perpindahan barang, dapat diketahui apakah suatu

perpindahan barang masih akan dilaksanakan (transfer requirement

open) atau sedang dilaksanakan (transfer order dibuat), atau sudah

diselesaikan (transfer order dikonfirmasi). (WM Guide 2001, p

150)

2.2.3.5.1 Use of Transfer requirement

Transfer requirement digunakan untuk meneruskan

informasi perpindahan barang yang di-posting di

Inventory Management (IM-MM) ke sistem Warehouse

Management. Transfer requirement dapat juga

digunakan untuk tujuan berikut:

Untuk memulai perpindahan barang di WM

Untuk memulai proses pengisian ulang barang

untuk production storage bin di area supply

produksi dengan menggunakan komponen

Production Planning (PP).

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

53

Untuk memanggil laporan transfer requirement

untuk mendapatkan gambaran mengenai semua

proses perpindahan barang yang tertunda.

Untuk mengakhiri transfer requirement, sistem

Warehouse Management membuat transfer order, yang

berfungsi untuk menjalankan proses perpindahan fisik

barang di gudang.

Sistem melakukan update terhadap transfer requirement

ketika:

Transfer order dibuat, dikonfirmasi, atau

dibatalkan.

Posting penerimaan barang atau pengeluaran

barang di inventory management (IM-MM)

dibatalkan sebelum transfer order yang terkait

dibuat di sistem Warehouse Management.

Informasi-informasi dalam Transfer requirement

umumnya mencakup, hal-hal berikut :

Barang apa yang akan dipindahkan?

Berapa banyak kuantitas yang akan dipindahkan?

Kapan akan dipindahkan?

Tanggal perencanaan penting untuk fitur

pengerjaan otomatis.

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

54

Transfer type mana yang digunakan sebagai dasar

perpindahan barang?

2.2.3.6 Transfer order

Transfer order adalah dokumen yang digunakan untuk

menjalankan perpindahan barang dengan bantuan Warehouse

Management.

Transfer order berisi semua informasi yang diperlukan

untuk menjalankan transfer fisik material ke gudang, keluar

gudang, atau dari storage bin ke storage bin lainnya digudang yang

sama. Selain itu, transfer order juga digunakan untuk logical Stock

Transfer. Stock Transfer logical terjadi misalnya, ketika suatu

barang tidak lagi dalam status pemeriksaan dan bisa digunakan

untuk operasional. Transfer logical ini pada WM disebut sebagai

Posting changes. (WM Guide 2001, p 159)

Perpindahan barang secara fisik maupun logical, atau

bahkan perubahan stok, bisa menjadi dasar suatu transfer order,

seperti:

Pengambilan barang (picking)

Penempatan barang (putaway)

Posting changes

Repacking

Inventory

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

55

2.2.3.6.1 Use of Transfer order

Sebagai prinsip dasar, anda bisa membuat

transfer order menggunakan referensi suatu document

asal dari sistem WM atau komponen aplikasi SAP

lainnya, seperti:

Delivery document

Transfer requirement

Material document

Posting change notice

a. Transfer order Header

Transfer order header berisi nomor transfer

order dan tanggal pembuatan serta konfirmasi.

Didalam Header juga akan didentifikasi transfer

requirement atau delivery yang menjadi dasar

transfer order, dan juga movement type yang

digunakan.

b. Transfer order Item

Jumlah item yang terdapat pada transfer order

tergantung pada berapa banyak storage bin yang

diakses sistem untuk mencapai kuantitas total barang

yang diperlukan untuk picking requirement atau

berapa banyak bin yang diperlukan untuk

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

56

menyimpan barang (putaway).

Transfer order item mempunyai bagian yang

menjelaskan tujuan perpindahan barang untuk tiap

item.

Source Storage bin

Destination storage bin

Return storage bin

(WM Guide 2001, p 160)

2.2.4 Picking dan Putaways Strategies

2.2.4.1 Putaway Strategies

Putaway strategy yang digunakan oleh WM bertujuan untuk

mengoptimalkan penyimpanan barang di gudang. (WM Guide

2001, p355)

Sistem SAP ECC standar memiliki sejumlah Putaway

Strategy yang sudah dikonfigurasi sebelumnya. Untuk beberapa

strategi tersebut, cukup ditempatkan pada storage type yang

diinginkan/diperlukan. Untuk strategi lainnya, perlu dilakukan

beberapa setting tambahan sebelum dapat digunakan. Putaway

strategy merupakan bagian dari “fitur dasar” pada SAP ECC. (SCM

630, p135)

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

57

Tabel 2.3 Putaway Strategy in Warehouse Management

(WM Guide 2001, p355)

Strategi Pencarian Sistem

(blank) According to user entry

F Fixed Bin Storage Putaway Strategy

C Open Storage Putaway Strategy

I Addition to Existing Stock Putaway Strategy

L Next Empty Storage bin Putaway Strategy

K Putaway Near Picking Bin Putaway Strategy

P Storage Unit type Putaway Strategy

B Bulk Storage Putaway Strategy

Q Dynamic Quant Number Putaway Strategy

(user exit) Customer-defined strategy

Gambar 2.17 Source and Destination Storage (Putaway Process)

(WM Guide 2001, p316)

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

58

Ketika barang disimpan di gudang, barang tersebut

ditransfer dari interim storage area untuk Goods receipt. Informasi

mengenai sumber (interim storage type, interim storage section, dan

interim storage bin) tercatat pada transfer requirement atau akan

ditentukan oleh sistem dari WM movement type.

2.2.4.1.1 Manual Entry Putaway Strategy

Dalam Manual Entry Putaway Strategy, sistem tidak

menggunakan suatu strategi untuk mencari suatu storage

bin. User memasukkan storage bin tujuan ketika membuat

suatu transfer order. Prosedur ini digunakan jika pencarian

untuk suatu storage bin dilakukan ditempat oleh pekerja

gudang. Pekerja gudang mencari storage bin yang sesuai.

Lalu data mengenai storage bin tersebut (misalnya storage

type dan koordinat) dimasukkan ke transfer order.

Dianjurkan untuk menggunakan „manual entry‟

untuk mixed storage type dan interim storage type. (WM

Guide 2001, p359)

2.2.4.1.2 Strategy F : Fixed Bin Storage Putaway Strategy

Fixed Bin Storage Putaway Strategy, merupakan

Putaway strategy yang digunakan ketika suatu material

akan disimpan pada Fixed bin pada suatu Storage type.

Strategi ini terutama digunakan pada Storage type yang

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

59

melakukan pengambilan barang secara manual. Tentukan

fixed bin pada material master record (warehouse view).

(WM Guide 2001, p360)

Gambar 2.18 Strategy F : Fixed Bin Storage Putaway Strategy

(WM Guide 2001, p360)

2.2.4.1.3 Strategy C : Open Storage Putaway Strategy

Open Storage Putaway Strategy merupakan Putaway

strategy, dimana sistem menggunakan Open Storage

Putaway Strategy untuk mencari storage bin pada suatu

open storage section. Open storage adalah tipe

pengorganisasian gudang dimana a satu storage bin

ditentukan untuk suatu storage section. Quant pada

storage bin dalam hal ini juga dapat berupa mixed storage.

(WM Guide 2001, p362)

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

60

Gambar 2.19 Strategy C : Open Storage Putaway Strategy

(WM Guide 2001, p362)

2.2.4.1.4 Strategy I : Addition to Existing Stock Putaway Strategy

Dengan menggunakan Addition to Existing Stock,

sistem akan menempatkan barang pada storage bin yang

sudah berisi bahan yang sama. Dengan menggunakan

strategi ini, sistem akan mencari storage bin yang sudah

berisi bahan tersebut. Satu persyaratan untuk penggunaan

addition to existing stock adalah storage bin tersebut

masih mempunyai kapasitas yang memadai. Jika sistem

tidak bisa menemukan storage bin yang mempunyai bahan

yang sama atau kapasitas storage bin tidak lagi memadai

untuk menampung quant tambahan, sistem akan

menggunakan strategi „rak kosong selanjutnya‟, yaitu

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

61

mencari storage bin kosong berikutnya.

Prinsip FIFO akan dilanggar dengan penggunaan

strategi ini; oleh karena itu, penggunaan stretegi ini

dilakukan hanya jika gudang mempunyai ruang yang

terbatas. (WM Guide 2001, p363)

Gambar 2.20 Strategy I : Addition to Existing Stock Putaway

Strategy

(WM Guide 2001, p363)

2.2.4.1.5 Strategy L : Next Empty Storage bin Putaway Strategy

Next Empty Storage bin Putaway Strategy pada

penerapannya, storage bin kosong yang berikut

(setelahnya) akan diajukan oleh sistem. Gudang dengan

metode pengorganisasian secara acak didukung oleh

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

62

strategi ini, dimana bahan disimpan pada storage section

terpisah. Strategi ini terutama sesuai untuk high rack

storage dan shelf storage. (WM Guide 2001, p365)

2.2.4.1.6 Strategy K : Putaway Near Picking Bin Strategy

Putaway Near Picking Bin Strategy digunakan

ketika suatu bahan akan ditempatkan di reserve storage

area (area penyimpanan cadangan). Sistem tidak akan

mencari untuk melihat apakah suatu fixed storage bin

tersedia. Konfigurasi dapat dilakukan pada sistem

sehingga penentuan fixed bin dilakukan pada awalnya dan

jika rak kosong tidak ditemukan, sistem lalu menggunakan

strategi untuk mencari area penyimpanan cadangan

terdekat dari area fixed storage untuk bahan tersebut.

Sistem pertama kali akan mencoba mencari reserve

storage area di sekitar lokasi fixed storage bin, dimana

pencarian dimulai dari lokasi terendah dan naik ke lokasi

yang lebih tinggi. Jika storage bin kosong tidak

ditemukan, sistem akan mencari ke sisi kanan dari fixed

bin, lalu ke sisi kiri pada lorong yang sama, dan lalu pada

lorong yang berdekatan. Sistem selalu mencari dari bawah

ke atas. (WM Guide 2001, p366)

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

63

2.2.4.1.7 Strategy P : Storage Unit type Putaway Strategy

Pada Storage Unit type Putaway Strategy, sistem

akan memproses berbagai storage unit type (misalnya,

pallet) dan menempatkannya pada bagian yang sesuai.

Biasanya, satu storage bin dibagi menjadi beberapa bagian

yang lebih kecil. Biasanya, hanya storage unit type yang

sama yang bisa ditempatkan ke suatu storage bin pada satu

waktu.

High rack storage biasanya dirancang sehingga

suatu storage bin bisa menampung beberapa storage unit

type yang berbeda.

Misalnya suatu storage bin bisa menampung

sejumlah pallet tergantung pada ukuran pallet, seperti tiga

standard pallet (80 x 120) atau dua industrial pallet (100 x

120). Suatu storage bin bisa menampung satu pallet

dengan ukuran melebihi normal atau beberapa pallet yang

berukuran sempit.

Untuk strategi ini, jumlah quant maksimum perlu

ditentukan untuk tiap kombinasi storage bin type dan

storage unit type. Ketika barang pertama kali ditransfer ke

storage bin, sistem akan menentukan tipe bin sectioning

untuk storage bin tersebut. Sistem juga menentukan

bagaimana dan berapa banyak storage unit yang bisa

ditransfer ke storage bin. (WM Guide 2001, p367)

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

64

Gambar 2.21 Strategy P : Storage Unit type Putaway Strategy

(WM Guide 2001, p367)

2.2.4.1.8 Strategy B : Bulk Storage Putaway Strategy

Bulk Storage Putaway Strategy, merupakan strategi

dimana Material dalam jumlah besar memakai banyak

tempat untuk penyimpanan (misalnya ban, produk gelas

dan minuman) seringkali disimpan dalam bentuk bulk

storage. Keuntungan bulk storage antara lain:

Mengurangi kebutuhan storage bin fisik.

Mendapatkan akses yang lebih cepat ke

trading unit.

Menghasilkan pembagian gudang secara

terstruktur (menjadi blok dan baris).

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

65

Putaway strategy ini akan melakukan pencarian

storage bin pada bulk storage.

Fitur terpenting dari penggunaan bulk storage antara lain:

Bebas menentukan koordinat struktur

gudang

Satu storage bin per baris

Storage unit type yang berbeda

Mixed storage

Storage unit type yang berbeda untuk tiap

bahan

Automatic blocking per baris

Ketika storage type control untuk strategi ini

ditentukan, terdapat beberapa indikator yang harus

dipertimbangkan untuk mengendalikan pergerakan barang

ke bulk storage, yaitu:

Combined Putaway

Partial Quantities

Block Transfer into the Row

Time Limit for Blocking

Total

Round off

(WM Guide 2001, p371)

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

66

Gambar 2.22 Strategy B : Bulk Storage Putaway Putaway

Strategy

(WM Guide 2001, p371)

2.2.4.1.9 Strategy Q : Dynamic Quant Number Putaway Strategy

Dengan menggunakan Dynamic Quant Number

Putaway Strategy, kapasitas gudang dapat didayagunakan

dengan lebih baik. Dynamic storage bin coordinate dapat

digunakan untuk menyimpan bahan yang akan

ditempatkan di lokasi lain (seperti ID point) secara

sementara jika proses putaway akan berlangsung lama.

(WM Guide 2001, p371)

2.2.4.2 PickingStrategies

Sistem SAP ECC standar memiliki beberapa picking

strategy yang sudah terkonfigurasi. Dua strategi cukup ditempatkan

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

67

ke storage type yang diinginkan/dibutuhkan. Untuk lainnya, anda

harus dibuat setting tambahan sebelum dapat digunakan. Picking

strategy merupakan bagian dari “fungsi dasar” pada SAP ECC.

(SCM 630, p195)

Strategi-strategi pada WM yang digunakan untuk

mengeluarkan barang dari gudang, ditunjukkan melalui Tabel 2.2

berikut. (WM Guide 2001, p390)

Tabel 2.4 Picking Strategy in Warehouse Management

(WM Guide 2001, p390)

Informasi mengenai storage bin asal dan tujuan ketika

barang diambil dan ditransfer keluar gudang akan ditangkap oleh

sistem seperti ditunjukkan gambar dibawah ini.

Strategi Pencarian Sistem

F FIFO (First In, First Out) Picking Strategy

(blank) Using stringent FIFO for all storage types

L LIFO (Last In First Out) Picking Strategy

A Partial Quantities First Picking Strategy

M According to Quantity Picking Strategy

H Shelf Life Expiration Date Picking Strategy

P Fixed Storage bin Picking Strategy

(user exit) Customer-defined strategy

Q Dynamic Quant Number Putaway Strategy

(user exit) Customer-defined strategy

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

68

Gambar 2.23 Source and Destination Storage (Putaway

Process)

(WM Guide 2001, p390)

2.2.4.2.1 Strategy F : FIFO (First In, First Out) Picking Strategy

Pada Strategy F : FIFO (First In, First Out) Picking

Strategy, sistem akan mengajukan quant terlama pada

storage type sebagai quant yang sebaiknya ditransfer.

Pada dasarnya, sistem menghitung „usia‟ (lama

penyimpanan) dari suatu quant berdasarkan tanggal

penerimaan barang dari aplikasi Inventory Management

(IM). Tanggal penerimaan barang pada quant dan transfer

requirement diaktifkan secara otomatis untuk semua

penerimaan barang yang dimasukkan pada IM. Ketika

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

69

transfer order dibuat, tanggal ini akan di-copy ke quant

record dari storage bin tujuan.

Tanggal penerimaan barang yang diaktifkan oleh

sistem dapat digunakan atau dapat juga menggunakan

tanggal yang berbeda. Tanggal tersebut akan digunakan

untuk menghitung usia quant. Tanggal ini akan

mempengaruhi urutan sortir untuk tiap bahan. (WM Guide

2001, p392)

2.2.4.2.2 Strategy L : LIFO (Last In First Out) Picking Strategy

FIFO Picking Strategy tidak bisa digunakan untuk

beberapa sektor industri atau tipe pergudangan. Misalnya,

pada industri bahan bangunan, bahan yang disimpan

sementara (bahan yang akan segera ditransfer keluar

gudang), ditumpuk pada bahan yang sebelumnya sudah

berada di gudang. Jika strategi FIFO digunakan selama

pengambilan, bahan yang berada di tumpukan teratas

harus dipindahkan sehingga pekerja bisa mencapai bahan

dengan tanggal penerimaan terlama.

LIFO (Last In First Out) Picking Strategy dapat

digunakan ketika sistem mencari sebuah quant untuk

dikeluarkan dari penyimpanan, sistem akan selalu mencari

quant terakhir yang dimasukkan pada penyimpanan. (WM

Guide 2001, p394)

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

70

2.2.4.2.3 Strategy A : Partial Quantities First Picking Strategy

Pada penggunaan Partial Quantities First Picking

Strategy, prinsip FIFO akan ditunda untuk

mengoptimalkan penanganan barang pada gudang. Jumlah

storage unit dengan partial quantities pada storage type

akan dikurangi menjadi sesedikit mungkin. Strategi ini

sesuai untuk kondisi ketika:

Fitur Standard Storage unit type digunakan untuk

penempatan barang (terdapat bahan untuk storage unit

tertentu dalam jumlah yang sama).

Kuantitas parsial storage unit kurang dari kuantitas

standar storage unit.

Sistem akan mencari quant berdasarkan langkah berikut:

1. Jika kuantitas yang diinginkan pada transfer order

sama atau lebih besar dari kuantitas suatu standard

storage unit, sistem akan mencoba untuk

memindahkan suatu standard storage unit dari stok.

2. Jika tidak terdapat standard storage unit, sistem akan

menggunakan kuantitas parsial storage unit.

3. Jika kuantitas yang diinginkan pada transfer oder

kurang dari kuantitas standard storage unit, sistem

pertama akan mencoba memindahkan kuantitas

parsial storage unit dari stok.

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

71

4. Jika tidak terdapat kuantitas parsial storage unit, full

storage unit akan dipecah.

Pencarian full storage unit dilakukan berdasarkan prinsip

FIFO. (WM Guide 2001, p395)

2.2.4.2.4 Strategy M : According to Quantity Picking Strategy

Penggunaan According to Quantity Picking

Strategy merupakan strategi yang memiliki prinsip utama,

berdasarkan apakah kuantitas yang diperlukan pada

transfer order berjumlah besar atau kecil. Anda bisa

mempunyai storage type tempat menyimpan bahan dalam

jumlah kecil (biasanya suatu fixed storage bin). Anda juga

bisa mempunyai tempat penyimpanan cadangan untuk

menyimpan bahan dalam jumlah besar.

Sistem akan menentukan transfer yang akan

dilakukan dalam „jumlah kecil‟ atau „jumlah besar‟

berdasarkan kuantitas yang diperlukan di transfer order.

Storage bin tempat pengambilan bahan bisa berupa

storage type untuk kuantitas kecil maupun storage bin

untuk kuantitas besar. Sebagai standar untuk pemeriksaan

kuantitas ini, sistem menggunakan control quantity yang

ditentukan pada kolom Control Quantity di material

master record.

Sistem dapat menganjurkan kuantitas

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

72

pemindahan barang untuk picking strategy ‘according to

quantity’ dan juga ‘random picking’.

Penanganan Kuantitas Besar dan Kecil

Pada contoh, digunakan dua storage type yaitu

fixed bin storage dan high rack storage. Sistem memilih

quant dari storage bin di fixed bin storage jika kuantitas

yang diinginkan kurang dari atau sama dengan control

quantity yang sudah ditentukan di material master record.

Sistem akan mencari quant di high rack storage jika

kuantitas yang diinginkan lebih besar dari control quantity.

(WM Guide 2001, p396)

Gambar 2.24 Small and Large Quantites Handling

(WM Guide 2001, p396)

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

73

2.2.4.2.5 Strategy H : Shelf Life Expiration Date Picking Strategy

Pada Shelf Life Expiration Date Picking Strategy,

sistem akan memastikan bahwa bahan dengan waktu

kadaluarsa terdekat akan dikeluarkan terlebih dahulu dari

sistem. (WM Guide 2001, p399)

Tabel 2.5 Kode warna pada SLED Control List

Warna Keterangan Tanggal Kadaluarsa

Hijau Belum sampai

Kuning Hari ini

Merah Sudah terlampaui

2.2.4.2.6 Strategy P : Fixed Storage bin Picking Strategy

Pada Fixed Storage bin Picking Strategy, sistem

akan mencari barang menggunakan storage bin yang

sudah ditentukan oleh user di material master.

Dianjurkan replenishment control diaktifkan untuk

fixed storage bin ketika strategi ini digunakan. (WM

Guide 2001, p400)

2.2.5 Implementing R/3 - ASAP (Acelerated SAP)

Implementing R/3 dapat diartikan sebagai penggunaan aplikasi software

SAP R/3 untuk memenuhi kebutuhan informasi bisnis.

SAP R/3 menyediakan beberapa tools dan extensive documentation yang

berguna memfasilitasi implementasi sistem. Tools dan implementation manuals

dapat diakses melalui SAP online documentation atau secara langsung melalui

sistem R/3 dari menu Tools Business Engineering.

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

74

The Customizing Manual

The Customizing Manual merupakan kostumisasi melalui menu

Tools Business Engineering Customizing dilakukan untuk menerapkan

software SAP R/3 ke dalam bisnis. Manual tersebut menyediakan suatu

petunjuk yang komprehensif dari proses keseluruhan termasuk referensi

kepada petunjuk lainnya.

The Procedure Model and ASAP (Accelerated SAP)

The Procedure Model diperkenalkan pada tahun 1995 dan

merupakan langkah kemajuan yang besar bagi proses implementasi yang

lebih mudah serta menyediakan framework terhadapnya. ASAP

diperkenalkan tahun 1996 di USA sebagai solusi bagi implementasi yang

lebih cepat, dan telah dikembangkan pada full-featured solution.

(Hernández, 2000, p.591)

Gambar 2.25 Procedure Model vs ASAP

(Hernández, 2000, p592)

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

75

ASAP adalah metode dan tools untuk mengimplementasikan SAP R/3

yang memberikan support terbaik dengan mengambil pertimbangan

pengalaman dari banyak proyek implementasi R/3 yang telah sukses.

Pengalaman-pengalaman tersebut didokumentasikan dalam Roadmap, yang

digunakan untuk merencanakan implementasi R/3. (Brand, 1998, p.5)

Metode implementasi ASAP ini memiliki lima tahap atau fase

implementasi, yaitu Project Preparation, Business Blueprint, Realization,

Final Preparation, dan Go Live and Support.

2.2.5.1 Project Preparation

Pada tahap ini ditentukan strategi untuk implementasi, mengatur

tim proyek, menentukan system landscape, menentukan permintaan

teknikal dan memilih vendor hardware dan database. Proyek

implementasi dimulai dengan kick-off meeting. Pada pertemuan tersebut

manajer proyek akan menjelaskan tujuan dan rencana kerja. Sebelum

melanjutkan ke tahap implementasi berikutnya, manajer proyek harus

mengecek kualitas hasil dan me-release tahap Project Preparation.

(Brand, 1998, p.5)

2.2.5.1.1 Strategi Implementasi

Terdapat dua hal penting dalam menentukan strategi

implementasi, antara lain: (Brand, 1998, p.8)

Menentukan pilihan mengenai kebutuhan jumlah

sistem R/3 yang terhubung untuk struktur

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

76

organisasi perusahaan.

Bagaimana R/3 akan menggantikan sistem yang

berjalan saat ini dan melalui interface apa R/3 akan

melakukan pertukaran data dengan sistem

eksternal.

2.5.1.1.1 System Topology

Sistem SAP R/3 memiliki arsitektur three-tier

client/server. Seluruh data disimpan pada satu database dan

data diproses pada application layer pada application server.

SAPgui frontend (presentation layer) adalah interface ke user.

Ketiga layer tersebut terhubung satu sama lain melalui

jaringan. (Brand, 1998, p.8)

Gambar 2.26 R/3 Architecture

(Sumber : www.help.sap.com)

Page 70: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

77

2.5.1.1.2 Migrasi

Pada awalnya, kebanyakan perusahaan hanya

mengganti sebagian infrastruktur teknologi informasinya

dengan R/3. Dalam mengimplementasi modul R/3 yang

beragam, dapat bergantung pada ukuran perusahaan atau

batasan geografis. R/3 hampir selalu melakukan

pertukaran data dengan sistem sebelumnya. Perusahaan

yang memiliki mainframe sebagai sistem sebelumnya

memiliki beberapa pilihan, diantaranya: (Brand, 1998, p.9)

Full Migration (Big Bang)

R/3 mengganti seluruh aplikasi dari sistem

sebelumnya dalam satu waktu. Interface permanen

untuk sistem sebelumnya tidak diperlukan.

Step by step migration (cooperative operation)

R/3 hanya mengganti sebagian dari sistem

sebelumnya. Contoh: pertama, hanya

mengimplementasi Financial Accounting dan

Controlling, lalu Sales and Distribution,

Production Planning. Aplikasi-aplikasi ini

membutuhkan interface permanen unuk sistem

sebelumnya.

Page 71: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

78

2.2.5.1.2 Organisasi Proyek

Menurut Brand (1998, p.10), kesuksesan sebuah

proyek tidak hanya bergantung pada metode yang digunakan,

tetapi juga bergantung pada orang-orang yang terlibat

didalamnya. Jika para karyawan dimasukkan ke dalam tim

proyek berdasarkan perilaku dan kemampuan mereka, hal ini

bisa menghemat uang dan waktu. Untuk memastikan anggota

tim dapat bekerja sama secara efektif dan menghindari

pekerjaan yang tidak diperlukan, maka harus ada batasan

untuk setiap tugas dan pembagian tanggung jawab untuk

setiap anggota tim terhadap aspek dari implementasi.

Dalam melakukan implementasi, peran Tim

Proyek dibagi menjadi Manajemen Proyek, Proses Bisnis,

Implementasi Teknikal, Quality Assurance, Production

Support, dan Pelatihan dan Dokumentasi. Peranan dalam

sebuah Tim Proyek antara lain:

● Steering Committee

Steering Committee terdiri dari Sponsor Proyek, Manajer

Proyek, dan Manajer Konsultasi SAP. Komite ini

mengalokasikan sumber daya dan memonitor

perkembangan proyek.

● Manajemen Proyek

Manajemen Proyek menentukan strategi implementasi,

mendapatkan dan mengelola sumber daya, dan secara

Page 72: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

79

berkala menginformasikan status proyek kepada

Steering Committee dan Tim Proyek.

● Tim Proses Bisnis

Tim Proses Bisnis membuat To-Be Vision untuk proses

bisnis (Business Blueprint), melakukan setting proses

tersebut pada R/3, melakukan pengujian terhadap

setting, membuat dokumentasi untuk pelatihan user.

● Tim Teknikal

Tim Teknikal membuat To-Be Vision untuk kebutuhan

teknikal, meng-install dan mengkonfigurasi R/3 System

Landscape, melakukan pengujian terhadap setting,

mengelola sistem R/3, dan menjabarkan operasi sistem.

● Tim Pelatihan dan Dokumentasi

Tim Pelatihan dan Dokumentasi menentukan strategi

pelatihan, mengembangkan materi pelatihan, dan

melatih user.

2.2.5.1.3 System Landscape

Dalam merencanakan System Landscape, terdapat tiga

aspek penting, antara lain: (Brand, 1998, p.12)

● Menentukan banyaknya sistem R/3 yang

dibutuhkan untuk melakukan adaptasi sistem ke

proses bisnis dalam perusahaan.

● Menentukan berapa banyak dan ke dalam unit

organisasi apa sistem R/3 akan dibagi. Hal ini biasa

Page 73: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

80

dikenal sebagai Clients.

● Menentukan bagaimana cara memindahkan setting

dari standar sistem R/3 dan program yang baru

dikembangkan antara sistem sebelumnya dengan

sistem yang baru.

2.5.1.3.1 Three System Landscape

Aplikasi produksi tidak dapat dijalankan dalam

sistem R/3 ketika customizing dan pengembangan

software sedang dijalankan karena terjadi perubahan

dalam lingkungan sistem R/3. SAP merekomendasikan

Three-System Landscape dengan sistem yang berbeda

untuk pengembangan (development), quality assurance,

dan produksi. (Brand, 1998, p.92)

● Sistem Pengembangan (Development)

Pada sistem R/3 ini dilakukan pengembangan

program dan customize sistem R/3. Objek

yang berubah dikumpulkan sesuai dengan

kebutuhan yang berubah dan disiapkan untuk

ditransfer ke sistem yang lain.

● Sistem Quality Assurance

Pada sistem R/3 ini dilakukan pengujian

terhadap objek yang berubah yang sudah

Page 74: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

81

disiapkan dalam sistem pengembangan dan

dilakukan validasi terhadap customizing dan

software yang berubah. Setelah itu akan

dirilis customizing dan software yang bebas

kesalahan (error-free) untuk keperluan sistem

produksi.

● Sistem Produksi

Pada sistem R/3 ini customizing dan software

hasil pengujian digunakan untuk menjalankan

aplikasi

2.5.1.3.2 Client

Dalam setiap System Landscape, harus ada

minimal tiga clients yang berbeda yang mempunyai peran

yang berbeda, yaitu development client, quality assurance

client, dan production client. Peran yang berbeda dapat

ditambahkan tergantung kebutuhan, misalnya training

client. Masing-masing client dalam sistem R/3

diidentifikasi dengan kombinasi tiga angka yang unik.

(Brand, 1998, p.12)

2.5.1.3.3 Transport System

Untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan

dalam perpindahan ke Sistem Produksi, ada empat tahapan

Page 75: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

82

dalam melakukan suatu perpindahan: (Brand, 1998, p.16)

● Me-release objek hasil pengembangan atau

perubahan dari Sistem Pengembangan.

● Meng-import objek hasil pengembangan atau

perubahan ke dalam Quality Assurance System.

● Melakukan pengujian dan validasi

pengembangan setting dan software pada

Quality Assurance System.

Meng-import objek hasil pengembangan atau

perubahan ke dalam Sistem Produksi.

2.2.5.2 Business Blueprint

Menurut Brand (1998, p.6), Business Blueprint menyediakan

strategi umum mengenai bagaimana proses bisnis dalam perusahaan

dipetakan ke dalam satu atau lebih sistem SAP. Business Blueprint

mendokumentasikan secara rinci lingkup dari skenario bisnis, proses

bisnis, tahapan proses, dan kebutuhan dalam implementasi solusi SAP.

Business Blueprint terdiri dari elemen-elemen di bawah ini:

● Unit Organisasi (Organizational Unit)

● Master Data

● Business Scenarios

● Business Processes

Page 76: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

83

2.2.5.2.1 Unit Organisasi

Unit Organisasi merupakan objek organisasi yang

digunakan untuk membentuk dasar dari suatu rencana

organisasi. Unit Organisasi merupakan unit fungsional dalam

perusahaan. Dengan menggambarkan unit organisasi dan

hubungan hirarki atau matriks di antara unit organisasi, maka

struktur organisasi bisa dibentuk. (www.help.sap.com)

2.2.5.2.2 Master Data

Master Data berisi semua informasi yang penting

pada SAP Retail misalnya pada site, vendor, dan customer dan

juga untuk articles yang terlibat. Informasi ini termasuk

pricing dan siklus kontrol data dan disimpan dalam sistem

untuk digunakan kembali ketika user memproses transaksi

bisnis. Ketika master data dirawat secara konsisten, waktu

yang dibutuhkan untuk memproses transaksi bisa berkurang

secara drastis, karena sistem bisa secara otomatis men-default

transaksi bisnis pada field yang relevan. (www.help.sap.com)

2.2.5.2.3 Business Scenario

Business Scenario merupakan suatu kumpulan

proses bisnis yang mendefinisikan suatu kegiatan bisnis dalam

metode komprehensif dan serba lengkap pada level makro.

Business scenario berhubungan dengan unit bisnis, fungsi

Page 77: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

84

utama, atau pusat keuntangan (profit center) perusahaan, dan

bisa juga melibatkan mitra bisnis dari perusahaan yang lain.

Business scenario terdiri dari sejumlah varian, masing-masing

varian menjelaskan suatu arus bisnis end-to-end. Setiap arus

bisnis end-to-end diwakilkan dengan suatu rangkaian yang

tersusun dari proses bisnis. (www.help.sap.com)

2.2.5.2.4 Business Process

Proses bisnis merupakan rangkaian aktivitas logikal

atau kronologikal untuk melakukan suatu kegiatan yang

menghasilkan informasi. (www.help.sap.com)

2.2.5.3 Realization

Pada tahap ini, dilakukan set-up sistem R/3 untuk

menguji setting. Proses ini dinamakan Quality Assurance

System. Seperti tahap-tahap sebelumnya, manajer proyek akan

mengecek hasil dan me-release tahap Realization.

(Brand, 1998, p.6)

2.2.5.4 Final Preparation

Pada tahap ini, dilakukan set-up operasi produksi sistem dan

import data dari sistem yang berjalan. Untuk memulai produksi dengan

R/3 tanpa masalah, harus dilakukan pengecekan setting sistem, menguji

sistem melalui proses bisnis yang paling penting, dan membuat help

Page 78: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

85

desk. Pada akhir tahap ini, harus diputuskan kapan akan memulai

produksi. (Brand, 1998, p.6)

2.2.5.5 Go live and Support

Setelah memulai produksi, harus dipastikan availability

produksi sistem. Pada tahap Final Preparation tidak bisa dilakukan

pengecekan seluruh setting dan sistem secara rinci. Maka setelah sistem

baru dijalankan, sistem akan dipantau apakah ada kesalahan atau tidak

(support). Setelah tahap support selesai maka implementasi sistem R/3

selesai. (Brand, 1998, p.7)

2.2.6 Flowchart

Menurut Mulyadi (2001, p60) Sistem akuntansi dapat dijelaskan

menggunakan bagan alir dokumen. Flowchart adalah salah satu cara metode

penggambaran untuk meggambarkan bagan alir suatu sistem.

2.2.7 Unified Modeling Language (UML )

UML adalah alat untuk menggambarkan gambaran dari sistem yang

akan dibuat melalui diagram dan simbol. UML menggunakan konsep Object

Oriented Programming. Melalui seperangkat diagram, UML menyediakan

standar yang memungkinkan sistem analis untuk merancang berbagai sudut

pandang dari sistem, yang dinamakan model, yang dimengerti oleh client,

programmer, dan siapapun yang terlibat dalam proses pengembangannya

(Schmuller, 1999, p16-17).

Page 79: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistemthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2011-1-00673-si 2.pdf · komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk suatu tujuan

86

2.2.7.1 Use Case Diagram

2.2.7.1.1 Usage

Mencerminkan bagaimana sistem berinteraksi

dengan actor di dalam sebuah context. Actor adalah suatu

abstrak dari pemakai atau sistem lain yang berinteraksi

dengan target sistem. Sedangkan use case adalah suatu

pola interaksi antar sistem dan actor di dalam Application

Domain. (Mathiassen et al. 2000, p135)