bab 1 pola abu hanifah al nu'mah dalam beristimbat hukum

Upload: ibnu-soim

Post on 12-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Nabi Muhammad SAW adalah Rosulullah. Beliau yang terbesar dan terakhir, diutus untuk seluruh umat manusia tidak terbatas untuk kelompok tertentu dan sepanjang zaman beliau membawa wahyu bermisi pengkokoh penerus penyempurna wahyu yang dibawa dari Rasul terdahulu. Penyebaran islam kemudian diteruskan oleh para sahabat, tabiin-tabiin dan para ulama. Pada abad ke 2 H. Allah mentakdirkan lahirnya ulama-ulama besar yang sangat jenius dan seluruh hidupnya diabdikan untuk kepentinganagama semata-mata mencari ridho Allah SWT. Seperti Imam Abu Hanifah Al Numah Bin Tsabit AL Kuhfi. Penyusun madzhab Imam Hanafi, Imam Malik, Bin Annas Bin Malik Al Madani yang menyusun madzhab Imam Maliki, Imam Muhammad Bin Idris Bin Abbas Bin Usman Bin SyafiI Bin Syaib Bin Abdi Yazid Bin Hasyim Bin Mutholib Bin Abdi Manaf, yang membangun madzhab Imam SyafiI, dan Ahmad Bin Muhammad Bin Hanbal Bin Hilal Asy Syaibah Al Marzawi, membangun madzhab imam Hambali. Empat ulama besar itulah yang diyakini . Madzhab 4 dan tidak asing lagi bagi masyarakat islam yang berfaham Ahlussunnah Wal Jamaah.

1

BAB II PEMBAHASAN POLA ABU HANIFAH AL NUMAH DALAM BERISINBAT HUKUM

A. MAZHAB HANAFI Madzhab ini didirikan oleh Abu Hanafiah yang nama lengkapnya Al Numah Bin Tsabit Ibnu Zuthi (80-150 H) dilahirkan di Kufah. Ia lahir pada zaman Dinasti Umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul Malik Ibnu Makwah. Pada awalnya, Abu Hanifah adalah seorang pedagang, atas anjuran Al Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Abu Hanifah belajar fikih kepada ulama aliran Irak (Rayu) Imam Abu Hanifah mengajak kepada kebebasan berfikir dalam memecahkan masalah-masalah baru yagn belum terdapat dalam Al-Quran dan Assunah. Ia banyak mengandalkan Qiyas (analogi) dalam menentukan hukum. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa contoh ijtihad Abu Hanifah diantaranya: bahwa perempuan boleh jadi hakim di pengadilan yang tugas khususnya menangani perkara perdata, bukan perkara pidana. Masanya karena perempuan tidak boleh menjadi saksi pidana. Dengan demikian metode ijtihad yang digunakan adalah Qiyas dengan menjadikan kesaksian sebagai Al Ashl dan menjadikan hukum perempuan sebagai FAR

2

Abu Hanifah dan Ulama Kufah berpendapat bahwa sholat gerhana dilakukan dua rakaat sebagaimana sholat ID, tidak dilakukan dua kali ruku dalam satu rakaat. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang luas ilmunya dan sempat pula menambah pengalamannya dalam masalah politik. Karena dimasa hidupnya ia mengalami situasi perpindahan kekuasaan Kholifah Bani Abbasiyah yang tentunya mengalami perubahan situasi yang sangat berbeda antara kedua masalah tersebut. Madzhab Hanafi berkembang karena kegigihan murid-muridnya yang menyebarkan ke masyarakat luas. Namun, kadang-kadang ada pendapat murid yang bertentangan dengan bukunya, maka itulah salah satu ciri khas Fiqih Hanafiah yang terkadang memuat bantahan gurunya terhadap ulama fiqih yang hidup di masanya.

Ulama Hanafiah menyusun kitab-kitab fiqih diantaranya sebagai berikut ini: 1. Jami Al-Fusholal 2. Dharak Al-Hukkum 3. Kitab Al-Fiqih Dalam Qowaid Altigh dan lain-lain.

B. DASAR-DASAR MADZHAB HANAFI 1. Al Quranul Karim 2. Sunnah Rasul dan Atsar yang shoheh lagi mansyur 3. Fatwa Sahabat

3

4. Qiyas 5. Istihsan 6. Adat dan Uruf Masyarakat.

Murid-murid Abu Hanifah yang terkenal dan yang meneruskan pemikiran -pemikirannya adalah Imam Abu Yusuf Al Anshakg. Ia belajar hadist. Imam Muhammad Bin Al Hasan Al Syaibani dan lain-lain sebagainya.

4

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa perbedaan pendapat dikalangan umat islam bukanlah suatu fenomena baru, tetapi semenjak masa islam yagn paling dini perbedaan pendapat itu sudah terjadi. Perbedaan pendapat terjadi adanya ciri dan pandangan yang berbeda dari setiap madzhab dalam memahami islam sebagai kebenaran yang satu. Untuk itu kita selaku umat islam harus selalu bersikap terbuka dan arif dalam memandang serta memahami arti perbedaan, hingga satu titik kesimpulan bahwa berbeda itu tidak identik dengan bertentangan, selama perbedaan itu bergerak menuju kebenaran dan islam adalah satu dalam keragaman. Perbedaan pendapat dikalangan umat ini, sampai kapanpun dan ditempat manapun akan terus berlangsung dan hal ini menunjukan kedinamisan umat islam. Karena pola pikir manusia terus berkembang, perbedaan pendapat inilah yang kemudian melahirkan madzhab-madzhab islam yang masih menjadi pegangan orang islam sampai sekarang. Masing-masing madzhab tersebut memiliki pokok pokok pegangan yang berbeda yang akhirnya melahirkan pandangan yang berbeda pula, termasuk diantaranya adalah pandangan-pandangan terhadap kedudukan Al-Quran dan Assunah.

5

DAFTAR PUSTAKA

Abu Sulaiman, Abdul Wahib Ibrahim Alfikr Al Ushul Jedah 1983 DRA. Siti Nurjanah M.g. Aswaja dan ke Nuan 2008 Hasan M.Ali. Perbandingan madzhab fiqih ,jakarta: 1997 Sulaiman Rasid, Fiqih Al-Islam. 1984 Yanggo, Huzaen Tahido, pengantar perbandingan madzhab, Jakarta: 2003.

6