audit atas persediaan barang dagang pada pt

23
AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA Dalam Uncategorized pada 17 September 2010 oleh Merajam Keruhnya Jiwaku... BAB I PENDAHULUAN 1. A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya berbagai jenis perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil (mikro), menengah, maupun yang berskala besar (makro), menurut kemampuan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan ekonomis. Kemampuan ini memerlukan informasi sebagai salah satu dasar penting dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya. Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keaktifan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang di periksa. Pada sebuah perusahaan dagang salah satu informasi yangb disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan yaitu persediaan barang yang di miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat menimbulkan kesalahan pengambilan keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan pembelanjaan perusahaan. Bagi pihak ekstern, kesalahan tersebut dapat memberikan informasi yang menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan kemampuan perusahaan untuk dapat menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.

Upload: sayid-rizqi-ramdhani

Post on 30-Nov-2015

852 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

auditing unutuk perkuliahan akuntansi maupun manajemen..auditor internsklKJSK;ZMJJJJJJJJJJJJJJJJKDSODWUEOUPORPQRUYTIICN

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERADalam Uncategorized pada 17 September 2010 oleh Merajam Keruhnya

Jiwaku...

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya

berbagai jenis perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil (mikro),

menengah, maupun yang berskala besar (makro), menurut kemampuan

manajemen untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan

ekonomis. Kemampuan ini memerlukan informasi sebagai salah satu dasar

penting dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.

Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula

perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak

hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang

menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada

tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keaktifan dan memberikan

pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang di periksa. Pada sebuah

perusahaan dagang salah satu informasi yangb disajikan dalam laporan

keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan yaitu persediaan

barang yang di miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam rangka

kegiatan normal perusahaan. Secara intern, kesalahan penyajian nilai

persediaan barang dagang dapat menimbulkan kesalahan pengambilan

keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan pembelanjaan

perusahaan. Bagi pihak ekstern, kesalahan tersebut dapat memberikan

informasi yang menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan

kemampuan perusahaan untuk dapat menyelesaikan kewajiban-kewajiban

keuangan.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan

informasi akuntansi mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan

pengujian kesusaian antara praktek akuntansi persediaan barang dengan

Page 2: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian tersebut di kenal

dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh akuntan publik sebagai pihak

yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan

baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi

indipenden tersebut.

Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang paling

kompleks dan memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan

suatu pemeriksaan terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar di

beberapa lokasi. Pengelolaan persaediaan merupakan fungsi manajerial

yang sangat penting, karena pemeriksaan atas persediaan ini banyak

melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, audit atas persediaan barang

sangat di perlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan,

mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan

bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat

dibuatlah perbaikan.

Terdapat dua masalah mengapa suatu perusahaan perlu di audit yaitu:

1. Audit dapat digunakan sebagai perencanaan didalam pengambilan

keputusan baik untuk manajemen puncak, pejabat atau pemberi

kredit dan lembaga lainnya yang mempunyai hubungan ert dalam

kegiatan operasional suatu perusahaan.

2. Audit dapat digunakan sebagai pedoman atau alat didalam

pengawasan, apakah suatu perusahaan dapat berjalan sesuai dengan

yang direncanakan atau tidak..

Oleh karena itu, pihak manajemen perlu melakukan pengamatan dan

menilai kegiatan-kegiatan perusahaan yang dilakukan apakah sudah

efektif dan efisien,tentunya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Salah satu cara  yang ditempuh  untuk mengevaluasi persediaan barang

dalam suatu perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan audit atas

persediaan barang.

Berawal dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

tertarik memilih Judul dalam penulisan penelitian adalah : “AUDIT  ATAS

PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA

SEJAHTERA”.

1. B. Masalah Pokok

Page 3: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan penelitian adalah “ Bagaimana Pelaksanaan Audit

Persediaan Barang Dagang pada PT.SEMESTA NIAGA

SEJAHTERA Cabang Makassar ditinjau dari pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) ”.

1. C. Tujuan  Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan audit persediaan barang dagangan pada

PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA Cabang Makassar dengan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perusahaan yang

bersangkutan menngenai audit persediaan barang dagangan.

2. Sebagai referensi bagi peneliti seluruhnya.

1. D. Hipotesis

Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah di kemukakan

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan yaitu sebagai berikut :

“Audit Persediaan Barang Dagang yang di ketahui oleh PT. SEMESTA

NIAGA SEJAHTERA Cabang Makassar telah sesuai dengan Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)”.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Definisi Audit

Definisi audit yang sangat terkenal adalah deflinisi yang berasal dari

ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing Concept) yang mendefinisikan

auditing sebagai salah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang

berkepentingan.

Page 4: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu

organisasi, sistem, proses, produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang

kompeten, objektif dan tidak memihak yang di sebut auditor. Tujuannya

adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah

diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi dan praktek

yang telah disetujui dan di terima. (www.wikipedia.co.id).

Sukrisno (1999:1) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen

terhadap laporan keuangan yang telah di susun oleh manajemen beserta

catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan

hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan

suatu pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak

independen untuk menetapkan tingkat kesesuaian dan memberikan

pendapat mengenai pemeriksaan tersebut untuk menyampaikan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

1. B. Jenis-jenis Audit

Adapun jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Halim (2001:1),

berdasarkan tujuan dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Audit Laporan Keuangan (Finansial Statement Audit).

Audit Laporan Keuangan mengcakup penghimpunan dan pengevaluasian

bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk

memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara

wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang

Berlaku Umum (PABU). Jadi, ukuran kesesuaian audit laporan keuangan

adalah kewajaran (fairness).

1. Audit Kepatuhan (Compliance Audit).

Audit kepatuhan mencakup penghimpun dan pengevaluasian bukti

dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun

operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-

aturan dan regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit

kepatuhan adalah ketepatan (correctness).

1. Audit Operasional.

Page 5: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti

mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan

tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis)

operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan dengan

keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan antar keluaran

dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan demikian yang menjadi

tolak ukur atau kriteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran,

dan standar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Tujuan audit operasional adalah :

1. Menilai Prestasi

2. Mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan

3. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan

tindakan lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis audit tersebut, maka menurut

Sukrisno (1999:5), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan

atas :

1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP

yang independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan

tersebut harus dilakukan sesuai dengan standar professional akuntan

publik dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia.

1. Spesial Audit (Pemeriksaan Khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas sesuai dengan permintaan auditor yang di

lakukan oleh KAP yang independen dan pada akhirnya pemeriksaan

auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kawajaran laporan

keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos

atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang

dilakukan juga terbatas.

Sedangkan Admin (2008:3), mengkategorikan audit tergantung sudut

pandang yang digunakan terdiri dari :

1. Dari sudut pelaksanaan audit, dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Audit pihak pertama atau disebut audit mutu internal, yaitu audit

yang dilakukan dalam lembaga untuk menetukan efektivitas

sistem mutu yang diterapkan.

Page 6: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

2. Audit pihak kedua atau disebut juga audit eksternal, yaitu audit

yang dilakukan oleh suatu lembaga terhadap cabang atau

jurusan baru di lembaga itu untuk menilai jurusan atau lembaga

yang baru tersebut.

3. Audit pihak ketiga atau audit eksternal atau independence yaitu

audit yang dilakukan oleh badan akreditasi atau badan sertifikasi

untuk menilai kesesuaian mutu standar yang di isyaratkan oleh

pelanggan.

4. Audit dilihat dari kedalaman audit. Jenis audit ini ada dua macam

yaitu :

1. Audit Sistem, yaitu audit yang dilakukan untuk menentukan

apakah lembaga sudah mempunyai sistem dalam

operasional kegiatan. Yang diaudit adalah apakah sistem

yang ditetapkan sudah sesuai dengan sistem standar yang

telah ditentukan.

2. Audit Kesesuaian, yaitu audit yang digunakan untuk melihat

apakah prosedur instruktur kerja dan rencana telah

dilaksanakan.

3. Audit Produk, yaitu audit yang digunakan untuk menentukan

apakah produk sesuai dengan yang dijanjikan.

1. C. Standar Auditing

Standar Auditing merupakan suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang

merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melakukan audit atas

laporan keuangan historis. Standar auditing dibuat oleh Komite Standar

Auditing organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Standar auditing berkaitan dengan kriteria atau ukuran audit, dan

berkaitan dengan tujuan yang hendaknya menggunakan prosedur yang

ada. Berdasrkan PSAK No. 02, Standar auditing dikelompokkan kedalam

tiga bagian, yaitu :

1. Standar Umum.

Standar umum yang digunakan oleh pemeriksa terdiri dari :

1. Auditor harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Page 7: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama.

4. Stanadar Pekerjaan Lapangan.

Dalam standar pekerja lapangan, seorang pemeriksa harus

memperhatikan standar pekerjaan lapangan tersebut, yaitu :

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus di supervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat dan

lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti kompoten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar

yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

audit.

4. Standar Pelaporan.

Dalam hal pelaporan seorang auditor harus memperhatikan standar

pelaporan yaitu :

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak

konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam perusahaan laporan

keuangan periode berjalan dibanding dengan penerapan prinsip

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Standar tersebut diatas saling berhubungan antara satu dengan yang lain,

dimana seorang auditor selain dituntut memiliki keahlian khusus juga

harus menguasai struktur pengendalian intern suatu perusahaan, juga

independen intern suatu perusahaan, juga independen dalam pelaksanaan

pemeriksaannya terhadap suatu perusahaan sesuai dengan ketentuan

standar yang ditetapkan diatas.

1. D. Sistem Pengendalian Intern

Page 8: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Halim (2001:197), mengemukakan Sistem Pengendalian Intern (SPI)

adalah sutu hal yang sangat memegang peranan penting dalam

auding.Oleh sebab itu perlu di ketahui tentang SPI tersebut. Dalam

Standar profesional Akuntan Publik pada SA 319. par 06 dikemukakan

bahwa: Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh

dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapai tiga tujuan

berikut ini:

1. Menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas.

2. Menjaga efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalakan.

3. Menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.

Sistem pengendalian intern yang digunakan dalam suatu perusahaan

merupakan faktor yang sangat menentukan dalam laporan keuangan yang

dihasilkan. Oleh karena, itu seorang pemimpin memahami struktur

pengendalian interen yang digunakan apakah sudah efektif, efisien dan

ekonomis. Sehingga mampu megamankan atau mengurangi

pentimpangan yang terjadi dalam perusahaan.

Untuk mencapai hal tersebut, maka manajer perlu memahai unsur-unsur

Sistem Pengedalian Imtern meliputi:

1. a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam

suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personil organisasi dalam

pengendalian. Mulyadi (2001:175), menyatakan bahwa berbagai faktor

yang membentuk Lingkungan Pengendalian Intern dala suatu entitas

antara lain:

1. Nilai integritas dan etika

2. Komitmen terhadap kompetensi

3. Dewan komisaris dan komite audit

4. Filosofi dan gaya operasi manajemen

5. Struktur organisasi

6. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

7. Kebijakan dan praktek sumber daya manusia

b. Penksiran Risiko

Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,

analisis dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan

laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Page 9: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus

tehadap risiko yang dapat timbul dari perubahan, seperti yang diuraikan

Mulyadi (2001:179), yaitu :

1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur

akuntansi yang belum pernah dikenal.

2. Perubahan dan perturan baru.

3. Hukum dan peraturan baru.

4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem teknologi baru.

5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi

pengelolaan dan pelaporan informasi.

1. b. Informasi Dan Komunikasi

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,

menggolongkan, menganalisis,mencatat dan melaporkan transaksi suatu

entitas, serta menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan dan

hutang entitas tersebut. Fokus utama kebijakan dan prosedur

pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa

transaksi dilaksanakan dengan cara mencegah salah satu dalam asersi

manajemen laporan keuangan.

Mulyadi (2001:179), menngemukakan sistem akuntansi yang efektif dapat

memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau

terjadi adalah :

1. sah

2. telah diotorisasi

3. Telah dicatat

4. Telah dinilai secara wajar

5. Telah digolongkan secara wajar

6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya

7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas

dengan benar.

Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil

yang terlibat dalam laporan keuangan tentang bagaimana aktivitas

mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, yang berada dalam

organisasi maupun yang berada di luar organisasi. Komunikasi ini

mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih

tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan

pelaporan keuangan, daftar akun dan memo juga merupakan bagian dari

komponen informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian intern.

Page 10: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

1. E. Defenisi Persediaan

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu

jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria PSAK No. 14 yang

menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva :

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

2. Dalam proses produksi dan atau perjalanan.

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan

dalam proses produksi atau pemberiaan jasa.

Pengungkapan persediaan menurut PSAK No. 14 adalah sebagai berikut :

1. Kebiijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan

termasuk rumus biaya yang dipakai.

2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut

klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan.

3. Jumlah tercatat persediaaan yang tercatat sebesar nilai realisasi

bersih.

4. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai persediaan

yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 28.

5. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai

persediaan yang diturunkan sebagai mana dijelaskan pada paragraf

28, yaitu :

“ Jika Barang dalam Persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan

tersebut harus diakui sebagai beban pada periode yang diakuinya

pendapat atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan

dibawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian

persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan

atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai

persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi bersih harus diakui

sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode

terjadinya pemulihan tersebut”.

1. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan

kewajiban.

William (2005:149) mengemukakan bahwa bagi mayoritas peusahaan

manufaktur, pedagang besar dan pedagang eceran, persediaan adalah

komponen utama dari neraca. Persediaan juga mencerminkan satu dari

bagian yang kompleks dari audit. Kompleksitas audit persediaan dapat

juga dipengaruhi oleh tingkat pemrosesan yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk. Dalam bisnis jual beli, produk dibeli langsung dari

Page 11: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

pemasok dengan hanya sedikit atau tidak ada pemrosesan tambahan oleh

entitas sebelum dijual.

Achun (2008:2) mengemukakan pendapatnya, bahwa persediaan adalah

barang yang dimiliki untuk dijual atau diproses selanjutnya dijual.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka perusahaan jasa tidak memiliki

persediaan, perusahaan hanya memiliki persediaan barang dagang,

sedang perusahaan industri memiliki tiga jenis persediaan yaitu

persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan

barang jadi (siap dijual).

Dari pengertian tersebut diperlukan adanya perencanaan dan pengawasan

yang baik terhadap persediaan. Adanya persediaan yang cukup untuk

melayani permintaan langganan atau untuk keperluan produksi

merupakan faktor dominan untuk mempertahankan kontinuitas usaha

perusahaan. Di lain pihak menumpukkan persediaan dalam jumlah yang

berlebihan mempunyai resiko dalam penyediaan dana (modal kerja),

resiko kerusakan persediaan, biaya penyimpanan dan lain sebagainya.

Selanjutnya menurut Prijanto (2007:5), bahwa bagi perusahaan dagang

yang didalam usahanya adalah membeli atau menjual kembali barang-

barang, pada umumnya persediaan yang dimiliki diklasifikasikan menjadi:

1. Persediaan Barang Dagang

Menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual

kembali dimasa yang akan datang. Barang-barang ini secara fisik tidaka

akan berubah sampai dengan barang tersebut dijual kembali.

1. Persediaan Lain-lain

Barang-barang ini biasanya akan dipakai (dikonsumsikan) dalam jangka

waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administrasi

umum atau biaya pemasaran. Oleh karena itu, biasanya terhadap jenis

persediaan ini diperlukan sebagai biaya (yang dibayar dimuka) atau

persediaan supplies.

Sedangkan bagi perusahaan manufaktur yang didalam usahanya adalah

mengubah bentuk atau menambah / menaikkan nilai kegunaan barang,

pada umumnya mengklsifikasikan persediaan kedalam.

1. Persediaan Bahan Baku

Page 12: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Adalah persediaan yang akan diproses, dalam proses produksi. Ciri khas

dari bahan baku tersebut adalah dapat diidentifikasikan pada barang jadi.

1. Persediaan Dalam Proses

Adalah persediaan yang sudah diproses pada proses produksi, tetapi

belum selesai.

1. Persediaan Barang Jadi

Adalah persediaan barang yang sudah siap untuk dijual.

Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja, sebab dilihat dari

jumlahnya biasanya perusahaan inilah unsur modal kerja yang paling

besar. Hal ini dapat dipahami karena persediaan merupakan faktor

penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada

persediaan yang memadai, kemungkinan besar perusahaan tidak bisa

memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan proses produksi

sudah terganggu.

1. F. Tujuan Persediaan

Anita (2003:2), menyatakan bahwa tujuan utama persediaan adalah untuk

melepaskan berbagai fase operasi.

Tujuan persediaan yang lebih detail, yaitu :

1. Untuk berlindung dari ketidakpastian

Dalam sistem persediaan terdapat saja bentuk ketidakpastian seperti

dalam hal pemasokan, permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok

pengaman dipertahankan dalam persediaan untuk berlindung dari

ketidakpastian tersebut.

1. Untuk memungkinkan produksi dan Pembelian Ekonomis

Sering kali lebih ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar

sebab periode waktu memproduksi barang relatif pendek dan kemudian

tidak ada produksi lagi sehingga barang tersebut habis terpakai.

1. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan

penawaran.

Perubahan yang sering terjadi dalam permintaan dan persediaan adalah

jika harga atau ketersediaan bahan baku diperkirakan akan berubah.

Perusahaan-perusahaan sering menyimpan stok bagi suatu produk yang

diminati, apabila kurun waktu pembuatan stok baru telah habis dan

Page 13: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

masyarakat masih meminati, maka kemungkinan stok tersebut dijual

dengan harga tinggi sebab sudah langka.

1. G. Siklus Persediaan

Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada

pengendalian yang memadai atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-

biaya yang berhubungan.

Arens (1993:292), mengemukakan keenam fungsi yang membentuk siklus

persediaan yang memudahkan pemahaman mengenai pengendalian dan

bukti-bukti audit yang dibutuhkan untuk menguji keefektifan.

1. Mengolah Order Pembelian

Setiap permintaan pembelian (purchase requisitions) digunakan untuk

meminta bagian pembelian membuat order atas barang-barang

persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh pegawai gudang

penyimpanan jika persediaan telah mencapai jumlah yang telah

ditentukan sebelumnya, order dapat juga dibuat untuk bahan baku yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pesanan dari langganan tertentu.

1. Menerima Bahan Yang Baru

Setiap bahan yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya.

Bagian penerimaan barang harus membuat laporan penerimaan barang

yang menjadi bagian dari dokumen penting sebelum pelunasan dilakukan.

Setelah diperiksa bahan-bahan tersebut dikirim ke gudang penyimpanan.

1. Menyimpan Bahan Baku

Setelah bahan diterima, lalu disimpan didalam gudang penyimpanan

sampai dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Bahan-bahan dikeluarkan

dari gudang ke bagian produksi setelah adanya penyerahan atau dokumen

sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit barang yang

dibutuhkan.

1. Mengolah Barang

Struktur pengendalian intern akuntansi biaya merupakan hal yang penting

dalam fungsi pengelolahan barang dalam suatu perusahaan yang

tergolong didalam perusahaan manufaktur. Struktur pengendalian intern

dibutuhkan untuk menunjukkan profitabilitas relative dari berbagai macam

hasil produksi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen dan

dalam menilai persediaan untuk tujuan penyajian laporan keuangan.

Page 14: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

1. Menyimpan Barang Jadi

Setelah barang jadi diselesaikan oleh bagian produksi, kemudian

ditempatkan didalam gudang penyimpanan sambil menunggu

pengirimannya. Dalam perusahaan yang mempunyai pengendalian intern

yang baik, barang jadi disimpan disuatu tempat terpisah, dengan akses

yang terbatas, dibawah pengendalian secara fisik.

1. Mengirim Barang Jadi

Masalah pengiriman barang jadi merupakan bagian intergral dari siklus

penjualan dan penagihan. Setiap pengiriman atau transfer barang jadi

harus diotorisasi melalui dokumen pengiriman.

1. H. Resiko Bawaan Persediaan

Sejumlah karakteristik perikatan dan operasi penting untuk penentuan

resiko bawaan persediaan William (2005:158)

1. Jenis produk yang dijual oleh klien dapat meningkatkan potensi

penyalahgunaan. Sebagai contoh, produk yang berukuran kecil dan

bernilai tinggi, lebih rentan terhadap pencurian daripada produk

berukuran besar.

2. Persediaan sering sulit untuk di audit, dan penilaiannya dapat

mengakibatkan perbedaan pendapat dengan klien.

3. auditor harus waspada terhadap kemungkinan transaksi dengan

pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rangka

memperoleh bahan baku dan menjual barang jadi.

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Daerah dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul yang dibahas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan

pada PT. Semesta Niaga Sejahtera yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami No. 22

Parangloe-Biringkanaya di kota Makassar. Sedangkan waktu yang

direnbcanakan dalam penelitian ini selama 2 (dua) bulan yaitu mulai bulan

Juli sampai Agustus 2009.

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung

terhadap objek yang diteliti, yaitu PT. Semesta Niaga Sejahtera.

Page 15: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

2. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak

manajemen dan para karyawan yang menangani bidang fungsional

atas persediaan.

3. Kuesioner yaitu mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan

mengenai persediaan barang dagangan yang telah disiapkan untuk

masing-masing responden.

4. Dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen resmi Perusahaan

tentang persediaan dagang yang akan diteliti.

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisannya ini adalah :

1. Data Kualitatif, yaitu data berupa dokumen dan informasi tentang

persediaan barang dagangan pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota

Makassar.

2. Data Kuantitatif, yaitu data berupa transaksi yang berhubungan

dengan persediaan barang dagang.

Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

pengamatan, wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan

serta sejumlah karyawan pada perusahaan tersebut.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan

mengumpulkan dokumen dari sumber lainnya.

1. Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan untuk menilai perbandingan antara PT.

Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar dengan SAK dan PABU dalam

penelitian ini adalah analisis Konparatif yaitu menguraikan persediaan

barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar, dengan

menggunakan pengukuran :

1. Pengujian Kepatuhan

Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan efektivitas elemen-

elemen Internal Control atas persediaan yang diketahui melalui unsur-

unsur pengendalian intern yang meliputi :

1. Lingkungan Pengendalian

2. Penaksiran Resiko

3. Informasi dan Komunikasi

4. Aktivitas Pengendalian

5. Monitoring

6. Pengujian Subtantif

Page 16: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah informasi persediaan

barang dagang yang dilaporkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. A. HASIL PENELITIAN

1. 1. Sistem dan Prosedur  Persediaan

Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan

manufaktur PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar berusaha untuk

memasarkan makanan dan minuman. Untuk menjagaKontinuitas pasokan

sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, perusahaan tetap terjaga, maka

pimpinan perusahaan senantiasa mengadakan control terhadap

persediaan yang dimiliki perusahaan.

Prosedur pengawasan dan pengendalian yang diterapkan perusahaan

adalah membentuk seksi gudang dimana kartu persediaan digunakan

untuk mencatat mutasi persediaan yang masuk dan keluar gudang.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara fisik secara berkala, secara

umum sebenarnya perusahaan telah dapat menciptakan suatu

perencanaan dan pengendalian persediaan barang yang dapat menjamin

kelancaran dan operasi perusahaan, keamanan kekayaan perusahaan

serta operasional perusahaan efektif dan efisien. Oleh karena itu walaupun

ada pemisahan tugas pencatatan, tugas pengeluaran barang dan tugas

lainnya yang berhubungan dengan perencanaan dan pengendalian. Tetap

diadakan analisa terhadap evaluasi perencanaan dan pengendalian atas

persediaan.

Hasil temuan penulis selama melakukan penelitian yaitu, PT. Semesta

Niaga Sejahtera kota Makassar tidak mempunyai fungsi pembelian,

dimana dalam pemesanan atau pengadaan barang dagangan dilakukan

oleh fungsi Penjualan. Jadi dalam struktur organisasinya PT. Semesta

Niaga Sejahtera kota Makassar masih terdapat rangkap tugas.

Prosedur Penjualan Barang

Seperti yang dikemukan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sebagian

besar dari kekayaan perusahaan adalah dalam bentuk persediaan (selain

Aktiva tetap) sehingga penacatatan persediaan ini sangat penting sekali

Page 17: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

dalam penyimpanan maupun pengawasan dalam arti control. Oleh karena

itu agarcontrol lengkap haruslah ada kesesuaian antara persediaan yang

ada didalam kartu persediaan dengan yang dibukukan haruslah sama

dengan bagian kekayaan.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan makanan dan

minuman, pengadaan barang dilakukan berdasarkan rencana yang telah

ditetapkan PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar yaitu sesuai

dengan pesanan. Dimana pemesanan barang ke pusat atau pemasok,

dilakukan oleh bagian penjualan. Bagian ini mengerjakan semua kegiatan

yang berhubungan dengan pengadaan barang dagangan. Langkah-

langgkah yang dilakukan dalam  proses pengadaan barang dagangan

adalah sebagai berikut :

1. Bagian Penjualan, membuat surat pesanan 5 rangkap :

a)      Rangkap 1 dan 2 dikirim ke Pusat

b)      Rangkap 3 dikirim ke bagian Akuntansi

c)      Rangkap 4 dikirim ke  bagian pesanan barang

d)     Rangkap 5 dikirim ke bagian gudang

1. Bagian Gudang

a)      Menerima surat pesanan dan delivery order

b)      Surat pesanan dan delivery order disesuaikan

c)      Delivery Order menjadi dasar untuk mengisi kartu gudang

d)     Delivery Order dikirim ke bagian EDP

1. Bagian EDP (electronic data processing)

a)      Menerima delivery order dari bagian Gudang

b)      delivery order diinput ke dalam komputer

c)      delivery order dijadikan arsip

d)     menerima faktur pembelian dari pemasok

Page 18: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

e)      mencocokkan faktur dengan delivery order

f)       Menandatangani bukti terima faktur

g)      Faktur dan delivery order dijadikan dasar untuk membuat bukti

utang

h)      Dari bukti utang, faktur dan delivery order dibuatkan daftar utang

secara periodik.

i)        Faktur dijadikan arsip, bukti utang dan delivery order dikirim ke

bagian akuntansi.

1. Bagian Akuntansi

a)      Menerima surat pesanan dari bagian Penjualan

b)      Menerima delivery order dan bukti utang dari EDP

c)      Membandingkan surat pesanan, bukti utang dan faktur

d)     Surat pesanan dijadikan arsip sementara

e)      delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan dasar untuk

membuat jurnal pembelian.

f)       delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan arsip permanen.

1. 2. Penilaian Sistem pengendalian Intern Persediaan

Seperti yang dikemukan sebelumnya bahwa tujuan auditor melakukan

pemeriksaan adalah menyelidiki dan menilai pengendalian internal

berbagai unit organisasi. Dengan demikian pemeriksaan ini merupakan

bentuk pengendalian yang fungsinya adalah menilai persediaan.

Konsep yang mendasari pemeriksaan ini adalah melalui review pengujian

sertra evaluasi yang tepat, pemeriksaan menilai pengendalian internal

perusahaan mengenai kegiatan, program atau fungsi yang sedang

diperiksa dengan maksud untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Penilaian

sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh seorang auditor berguna

untuk menetukan luasnya pemeriksaan yang akan digunakan.

Page 19: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

Tujuan utama dalam kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa

pengawasan yang telah ditetapkan benar-benar ada dan dilaksanakan dan

berfungsi dengan baik. Disamping itu juga, untuk mencerminkan adanya

unsur pengendalian yang terlewatkan dalam tahap penyelidikan dan

adanya unsur yang tidak mendapatkan otorisasi atau belum ditetapkan.

Dengan melihat kuesioner pengendalian intern persediaan yang diajukan

penulis, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern atas

persedian PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA dikatakan baik. Karena adanya :

1. adanya pemisahan tugas antara yang menerima dan yang mencatat

persediaan barang dagangan.

2. adanya larangan masuk ke gudang  selain petugas gudang (yang

berkepentingan)

3. persediaan disimpan digudang dan diatur secara rapi

4. dilakukan perhitungan secara periodik atas persediaan yang disimpan

digudang

5. terdapat penggunaan nomor urut cetak pada surat penerimaan dan

pengeluaran barang, serta pada kartu perhitungan fisik.

6. dilakukan penyusaian (adjustment) terhadap persediaan yang rusak

atau masih dalam perjalanan guna penentuan cut off.

7. aadanya penilaian persediaan yang konsisten dengan tahun yang

sebelumnya.

8. terdapat pengecekan harga syarat pembelian dan ketelitian perkalian

didalam faktur dari pemasok sebelum faktur diproses untuk dibayar.

1. 3. Pengujian Subtantif

Seperti yang dijelaskan bahwa program pengujian substantif terhadap

persediaan barang dagang berisi prosedur audit yang dirancang untuk

mencapai tujuan audit tiap rekening yang diperiksa, untuk itu prosedur

audit terhadap persediaan barang dagang adalah sebagai berikut :

1. Lakukan Pengamatan terhadap perhitungan fisik yang dilakukan oleh

perusahaan.

2. Buat daftar persediaan pada akhir tahun yang diperiksa

3. Buat perhitungan harga pokok penjualan perasediaan

4. buat jurnal penyesuaian

5. buat working trial balance persediaan.

1. B. PEMBAHASAN

1. 1. Pengujian Kepatuhan

Page 20: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan adanya penerapan

sistem pengendalian intern yang memadai. Namun terdapat beberapa hal

yang melemahkan sistem dan prosedur sehingga perlu adanya

penyempurnaan lebih lanjut agar dapat mencapai tingkat efesiensi dan

efektivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penulis akan mencoba untuk

memaparkan atas dasar konsep yang menjadikan pedoman dan

kenyataaan yang teraplikasi dalam perusahaan yang menjadi objek

penelitian penulis., adapun gambaran sistem pengendalian intern

berdasarkan unsur-unsur pengendalian intern PT. Semesta Niaga

Sejahtera adalah sebagai berikut :

1. Linkungan Pengendalian

2. Penaksiran Resiko

3. Informasi dan Komunikasi

4. Aktivitas Pengendalian

5. Pemantauan

1. 2. Pengujian Subtantif

Persediaan barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera telah

menunjukkan adanya kewajaran penyajian pada laporan keuangan. Hal ini

dapat dilihat dari ‘prosedur audit persediaan barang dagang yang

diuraikan sebagai berikut :

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dikatakan bahwa

pengujian substantif dilakukan didukung oleh teori Mulyadi (2001), yaitu :

Prosedur audit persediaan barang dagang, adalah sebagai berikut ;

1. Inspeksi

2. Pengamatan

3. Konfirmasi

4. Permintaan Keterangan

5. Penelusuran

6. Pemeriksaan Dokumen Pendukung

7. Perhitungan

8. Scanning

9. Pelaksanaan ulang

10.  Computer Assisted Audit Techniques

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 21: Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada Pt

1. A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengujian Kepatuhan

Penerapan sistem pengendalian intern atas persediaan makanan dan

minuman yang dilakukan oleh perusahaan PT. Semesta Niaga Sejahtera

kota Makassar telah sesuai dengan elemen-elemen sistem pengendalian

intern, yaitu dapat dilihat melalui 5 unsur :

1. Lingkungan Pengendalian

2. Penaksiran Resiko

3. Informasi dan Komunikasi

4. Aktivitas Pengendalian

5. Monitoring

6. Pengujian Subtantif

Dari pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

persediaan pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar yang telah

dilaporkan pada laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK).

1. B. SARAN

Dari hasil pemeriksaan, maka peneliti akan memberikan saran yaitu :

Perusahaan disarankan membuat Devisi Pembelian untuk memudahkan

jalannya proses pembelian dan penjualan sehingga lebih menjamin

adanya pengendalian internal yang lebih memadai.