asuhan keperawatan sirosis hepatis dengan nanda
DESCRIPTION
askep sirosis hepatisTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS DENGAN NANDA, NOC, NIC
Diposkan oleh Rizki Kurniadi
A. PENGERTIANChirrosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukn jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
B. TIPE SIROSIS HEPATISAda tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1. Sirosis portal Laennec (alkoholik, nutrisional ) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sirosis ini paling sering disebaban oleh alcoholisme kronis.
2. Sirosis pasca nekrotik, terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai tindak lanjut dari hepatitis virus akut sebelumnya
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis) ; insidensinya paling rendah
C. PATOFISIOLOGI Infeksi hepatitis viral tipe B/C menyebabkan peradangan hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun etiologi beda, gambaran histologis sama atau hampir sama. Serta bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan gangguan aliran darah porta dan menimbulkan hipertnsi portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah fari reversible menjadi irreversible bila telah terbentuk septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim hati.
D. ETIOLOGI1. Hepatitis virus tipe B dan C2. Alkohol3. Metabolik ( hemokromatosis idiopatik, penyakit Wilson, defisiensi alpha 1 anti tripsin,
galaktosemia, tirosinemia congenital, DM, penyakit penimbunan kolagen)4. Kolestasisi kronik/sirosis bilier sekunder intra dan ekstra hepatic5. Obstruksi aliran vena hepatic (Peny.vena oklusif, Sindrom Budd Chiari, Perikarditis
konstriktiva, Payah jantung kanan)6. Gangguan imunologis7. Toksik dan obat ( MTX, INH, Metildopa)8. Operasi pintasusus halus pada obesitas
9. Malnutrisi10. Idiopatik
E. TANDA DAN GEJALAKriteria Soebandiri , bila terdapat 5 dari 7 :
1. Spider nevi2. Venectasi/ vena kolateral3. Ascites (dengan atau tanpa edema kaki)4. Spelomegali5. Varices esophagus (hemel)6. Ratio albumin : globulin terbalik7. Palmar eritema
F. MANIFESTASI KLINIS:1. Kompensata (belum mempengauhi fungsi hepar) Demam intermitten Spider nevi Palmar eritema Epistaksis Edema kaki Dispepsia Nyeri abdomen Hepatosplenomegali2. Dekompensata Ascites Jaundice Kelemahan fisik Kehilangan BB Epistaksis Hipotensi Atropi gonadal
G. KLASIFIKASI CHILDDerajat kerusakan Minimal Sedang BeratBil serum (mg%) <2,0 2,0-3,0 >3Alb.serum (mg%) >3,5 3,0-3,5 <3,0Ascites - Mudah dikontrol Sulit dikontrolEnselopati - Minimal Berat/komaNutrisi Sempurna Baik Kurang/kurusProtrombin >70% 40-70% <40%
Grade (CHILD) Nilai PrognosisA 5 - 6 10 – 15%B 7 – 9 30%C 10 - 15 >60%
Tingkatan Enselopati HatiTingkat
DerajatAstereksi/Flapping
EEG Status mental
I Prodormal RinganNormal
Bingung, perub.jiwa&kelakuan,eforia,depresi,bicara lambat,terputus,tidak rapi
IIImpending/koma
Mudah dirangsang
Abn>berat dr tk.I,mengantuk,TL tdk wajar
III StuporDijumpai jika kooperatif
Abn (flat)
Mengantuk terus/masih bisa dibangunkan
IVKoma dangkal/dalam
AbsenAbn (flat)
Bisa/tidak bisa respon stimuli,hipereksi,hiperventilasi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG- Biopsi Hati- Darah rutin : Hb rendah, anemia normokromik normositer, hipokrom
mikrositer ,hipokrom makrositer. - Kolesterol darah yang selalu rendah prognosis kurang baik- Kenaikan kadar enzim transaminase (SGOT/SGPT). Kenaikan diakibatkan kebocoran
dari sel yang mengalami kerusakan. Pada sirosis inaktif tidak meningkat- Albumin menurun- Pemeriksaan CHE (kolinesterase) turun. Bila terjadi kenaikan berati terjadi perbaikan- Pemeriksaan kadar elektrolit penting untuk penggunaan diuretic dan pembatasan garam.
Dalam enselopati kadar NA < 4 mEq/l menunjukkan terjadi sindrom hepatorenal- Masa Protrombin memanjang - Kadar gula darah meningkat karena kurangnya kemampuan hati membentuk glikogen- Marker serologi pertanda virus ; HbsAg/HbsAb, HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV
RNA.- Pemeriksaan AFP (alfa feto protein) menentukan apakah ada keganasan. AFP > 500 –
1000 menunjukkan suatu kanker hati primer.- Radiologi : barium swallow untuk melihat adanya varises esofagus.- Esofagoskopi : melihat varises esofagus berupa adanya cherry red spot, red whale
marking, diffus redness. Kemungkinan perdarahan- USG - Sidikan hati : radionukleid IV- Tomografi komputer- E R C P : untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstrahepatik- Angiografi - Punksi ascites : pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan, kadar protein, amilase dan
lipase.
I. PENATALAKSANAANBerdasarkan gejala yang ada.
- Kompensata baik : kontrol, istirahat, diet TKTP, lemak secukupnya, - Penyebab diketahui : atasi atau hentikan penyebab
- Atasi komplikasi ; ascites diberikan diet rendah garam 0,5 g/hari, total cairan 1,5 l/hr, diuretic
- Dengan perdarahan : resusitasi, lavase air es, hemostatik, antasid/antagonisB2, sterilisasai usus, klisma tinggi, skleroterapi, ligasi endokospik varises
- Pencegahan pecahnya varises esofagus : farmakoterapi, ligasi varises.
J. Garis besar penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan hematemesis
melena
- Hentikan/cegah perdarahan berulang
- Mengeliminasi produk darah
- Stabilkan hemodinamik
- Menurunkan kecemasan
- Fasilitasi bedrest selama fase pemulihan
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Perawatan kulit
- Cegah infeksi
KHS
A. Pengertian KHS
Karsinoma Hepato Seluler (KHS) adalah proses keganasan pada hati. Tumor ganas
primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu ata metastase
dari tumor jaringan lainnya.
B. Penyebab KHS
Penyebab KHS belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebabnya adalah infeksi/penyakit hati kronik akibat virus hepatitis, serosis hati dan
beberapa parasit seperti clonorchis sinencis. Beberapa penyebab KHS antara lain:
1. Virus hepatitis B
Viruis hepatitis B banyak ditemukan sebagai penyebab hepatitis kronik, serosis hati, yang
selanjutnya berkembang menjadi KHS. Pada pasien menghidap HBsAg memiliki rasio
tinggi terjadi KHS. Pada biopsy penderita KHS banyak ditemukan HBsAg.
2. Sirosis
Kemungkinan timbulnya KHS pada pasien sirosis adalah adanya hyperplasia nodular
yang berubah menjadi adenomata multiple dan kemudian berubah menjadi karsinoma
multiple.
3. Alfatoxin
adalah mikotoxin yang berasal dari jamur Aspergilus Flavus yang biasa terdapat dalam
makanan: kacang tanah, tembakau, dll.
4. Infeksi
Infeksi Clonosiasis dan sistomiasis.
C. Keluhan yang sering dirasakan pada penderita KHS
Pada awalnya pasien tidak merasakan ada keluhan sehingga tidak sadar sampai tumor
menjadi besar. Keluhan yang sering disampaikan adalah nyeri tumpul, tidak terus
menerus, terasa penuh di perut kanan atas, tidak ada nafsu makan.
D. Tanda dan gejala KHS
1. Klasik: malaise, anoreksia, berat badan turun, nyeri epigastrik, hepatomegali, asites.
2. Demam: menggigil karena adanya perdarahan, nekroses tumor sentral.
3. Abdominal: nyeri perut hebat, mual, muntah, tekanan darah turun.
4. Ikterus: adanya obstruksi ikterus.
5. Metastase: metastase pada organ lain (tulang)
E. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan penyakit KHS
Untuk menegakkan KHS, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang antara lain:
1. USG: merupakan pencintraan kondisi sel hati tanpa prosedur invasif
2. CT Scan dan angiografi:
Kedua pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor berdiameter > 2 cm. Dengan media
kontras lipiodol yang disuntikkan ke dalam arteri hepatika. Lipiodol ini dapat masuk
pada nodul KHS.
3. Laboratorium:
- Alkali Pospatase
Pada pasien KHS alkali pospatase meningkat, disebabkan penekanan tumor terhadap
jaringan hati sekitar, sehingga terjadi regurgitasi pada aliran darah
- Transaminase
Enzim, SGPT dan SGOT meningkat karena kerusakan jaringan sel hati
4. Paraneoplastik
Manifestasi paraneoplastik yang sering muncul antara lainL:
- Eritrositosis → tumor memproduksi globulin yang berinteraksi dengan eritropoesis
stimulating faktor.
- Hiperkalsemia → akibat resorbsi atau kerusakan tilang oleh metastase
- Hiperkolesterolemia → peningkatan sintesis kolesterol oleh sel tumor.
- Alfafetoprotein → sel hati mengalami diferensiasi seperti sel hati pada saat janin.
F. Penatalaksanaan
KHS sulit diobati karena biasanya pasien datang dengan stadium lanjut sehingga telah
metastase ke organ lain.
1. Pengobatan non bedah
a. Kemoterapi
Obat sitostatika bukan merupakan pengobatan efektif. Yang banyak digunakan adalah 5-
Flurourasil (5 Fu) dan Adriamicin, yang diberikan secara intravena.
b. Radiasi:
Pada umumnya tidak banyak berperan. Sebab sel KHS tidak sensitive terhadap radiasi
dan sel hati normal lebih peka terhadap radiasi. Tetapi radiasi dapat mengurangi nyeri,
anoreksia, dan kelemahan.
c. Embolisasi
TAE: transcateter hepatic arteri emboliZation yaitu dengan cara menyuntikkan gel foam
melalui arteri hepatica. Jaringan tumor yang dilalui arteri tersebut akan mati karena
kekurangan O2 dan nutrisi.
d. Drainase bilier perkutan
Untuk membuat pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh sel tumor hati. Dapat
mengurangi nyeri karena obstruksi cairan empedu.
e. TAI (perchutaneus Alcohol injektin)
Yaitu penyuntikan alcohol secara langsung kedalam tumor dengan tuntunan
ultrasonografi.
2. Pengobatan bedah
Seperti pada tumor ganas lain, pengobatan terbaik adalah pembedahan. Pembedahan
berhasil baik bila tumor kecik dan belum mengalami metastase. Transplantasi hati
dilakukan bila tidak ada cara lain untuk mengatasuI KHS
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah jelek. Tanpa pengobatan biasanya terjadi kematian
kurang dari 1 tahun sejak keluhan pertama. Pada KHS stadium dini yang dilakukan
pembedahan dan sitostatik, umur pasien dapat diperpanjang 4-6 tahun.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kemunduran keadaan umum,
pelisutan otot
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi inadekuat (anoreksia, mual, muntah)
3. Risiko infeksi b.d penurunan imunitas tubuh primer, pemasangan alat infasiv
4. Kurang pengetahuan penyakit dan perawatan, da pengobatannya b.d kurang paparan
informasi
5. Resiko untuk cedera berhubungan dengan perubahan mekanisme pembekuan dan
hipertensi portal.
6. PK: Perdarahan
7. PK: Anemia
RENPRA CH
No Diagnosa Tujuan Intervensi1 Intoleransi aktivitas
B.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan
Setelah dilakukan askep ..... jam Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap
Terapi aktivitas : Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/
O2 aktivitas dgn KH: Klien mampu aktivitas
minimal Kemampuan aktivitas
meningkat secara bertahap
Tidak ada keluhan sesak nafas dan lelah selama dan setelah aktivits minimal
v/s dbn selama dan setelah aktivitas
meningktkan aktivitas Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
Monitoring V/S Pantau V/S ps sebelum, selama, dan setelah
aktivitas selama 3-5 menit.
Energi manajemen Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai energi
cukup u/ melakukannya. Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
Manajemen nutrisi Monitor intake nutrisi untuk memastikan
kecukupan sumber-sumber energi
Emosional support Berikan reinfortcemen positip bila ps
mengalami kemajuan
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi inadekuat, faktor biologi
Setelah dilakukan askep …… jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dengan KH:
BB stabil Tidak terjadi mal nutrisi Tingkat energi adekuat,
masukan nutrisi adekuat
Manajemen Nutrisi kaji pola makan klien Kaji adanya alergi makanan. Kaji makanan yang disukai oleh klien. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi
terpilih sesuai dengan kebutuhan klien. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan
nutrisinya. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk mencegah konstipasi. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan
pentingnya bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi Monitor BB setiap hari jika memungkinkan. Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan. Monitor lingkungan selama makan. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan. Monitor adanya mual muntah. Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
3 Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
Setelah dilakukan askep …. jam tidak terdapat faktor risiko infeksi dengan KH:
status imune adekuat AL dbn V/S dbn
Konrol infeksi : Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain. Pertahankan teknik isolasi. Batasi pengunjung bila perlu. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci
tangan saat kontak dan sesudahnya. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat. Lakukan dresing infus setiap hari. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan. berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal. Monitor hitung granulosit dan WBC. Monitor kerentanan terhadap infeksi.. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas Dorong masukan nutrisi dan cairan yang
adekuat. Dorong istirahat yang cukup. Monitor perubahan tingkat energi. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala
infeksi. Laporkan kecurigaan infeksi.
4 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya b/d kurang terpapar terhadap informasi, terbatasnya kognitif
Setelah dilakukan askep ..... jam, pengetahuan klien meningkat.
Klien / keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan.
Klien / kleuarga kooperatif dan mau bekerja sama saat dilakukan tindakan
Teaching : Dissease Process Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakit Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
dan gejala serta penyebab yang mungkin Sediakan informasi tentang kondisi klien Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti
dengan informasi tentang perkembangan klien Sediakan informasi tentang diagnosa klien Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan kolaborasi dg tim yang lain.
5 PK: Perdarahan Setelah dilakukan askep ….jam perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi dari pada perdarahan
Pantau tanda dan gejala perdarahan post operasi.
Monitor V/S Pantau laborat HG, HMT. AT kolaborasi untuk tranfusi bila terjadi
perdarahan (hb < 10 gr%) Kolaborasi dengan dokter untuk terapinya Pantau daerah yang dilakukan operasi, jika klien
dilakukan operasi
6 PK: Anemia Setelah dilakukan askep .... jam perawat akan dapat meminimalkan terjadinya komplikasi anemia :
Hb >/= 10 gr/dl. Konjungtiva tdk anemis Kulit tidak pucat Akral hangat
Monitor tanda-tanda anemia Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
klien yg bergizi Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena
dan tranfusi darah Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe Observasi keadaan umum klien